Latar Belakang
Gangguan somatoform merupakan gangguan yang tidak sepenuhnya dijelaskan oleh kondisi medis umum atau gangguan mental lain dan untuk memenuhi kriteria diagnostik harus disebabkan oleh adanya tekanan (McCarron, 2006; Woolfolk & Allen, 2002). Gangguan Somatisasi mengacu pada perkembangan gejala somatik yang tidak ditemukan atau disebabkan oleh penyakit medis (Escalona, Achilles, Waitzkin, & Yager, 2004; North, Kawasaki , Spitznagel, & Hong, 2004; Allen, Gara, Escobar, Waitzkin, & Cohen-Silver, 2001). Somatisasi adalah istilah yang awalnya terkait dengan teori psikodinamik, dimana penyebab penyakit dikarenakan konflik psikologis atau suatu kondisi kejiwaan yang diubah menjadi penyakit fisik (Kirmayer, 1984; Lipowski, 1988).
Dalam kajian psikodinamik, somatisasi merupakan salah satu gangguan yang sering digunakan individu untuk menghindari diri dari permasalahan karena enggan menerima tanggungjawab, teguran ataupun hukuman. Hal ini dilakukan karena efek somatisasi hanya berpengaruh pada diri sendiri dan tidak berpengaruh pada orang lain (Kaplan, Harold, Sadock, & Grebb, 1997; Barry, 2003).
Gangguan somatisasi adalah salah satu gangguan somatoform spesifik yang ditandai oleh banyaknya keluhan fisik/gejala somatik yang mengenai banyak sistem organ yang tidak dapat dijelaskan secara adekuat berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium. Gangguan somatisasi dibedakan dari gangguan somatoform lainnya karena banyaknya keluhan dan melibatkaan sistem organ yang multiple (seperti gastrointestinal dan neurologis). Gangguan ini bersifat kronis dengan gejala ditemukan selama beberapa tahun, dimulai sebelum usia 30 tahun dan disertai dengan penderitaan psikologis yang bermakna, seperti gangguan fungsi sosial, pekerjaan, dan perilaku mencari bantuan medis yang berlebihan (Kaplan, et al., 1997; Woolfolk & Allen, 2010).
Neale, & Kring, 2006; Kallivayalli & Punnoose, 2010; Eisendrath, 1998; Khouzam & Field, 1999; McCarron, 2006; Redekop, Stuart, Mertens, 1999). Di Mesir Kuno juga menyebutkan bahwa gangguan somatisasi lebih sering terjadi pada perempuan (McCarron, 2006). Survey pada komunitas penderita gangguan somatisasi menunjukkan bahwa hampir (95%) orang dengan gangguan somatisasi telah mengunjungi seorang dokter dan hampir setengahnya (45%) masuk perawatan inap di rumah sakit (Nevid, Rathus, & Greene, 2005). Kasus gangguan somatisasi terjadi juga di klinik psikologi di Banjarmasin. Berdasarkan hasil wawancara dengan dr. Nina diketahui bahwa pada tahun 2008 terdapat 8 pasien somatisasi dan meningkat menjadi 14 pasien pada tahun 2010.
Gangguan somatisasi biasanya menunjukkan berbagai gejala, seperti sakit kepala, adanya rasa nyeri pada bagian tubuh, sulit tidur, sakit perut/nyeri pada perut, gangguan pada menstruasi, dan kelelahan. Semua sakit tersebut tanpa dibuktikan adanya penyakit medis,
hal ini dikarenakan
individu dengan gangguan somatisasi merasa sakit pada sebagian besar hidupnya dan selalu mengeluhkan penyakit tubuh kepada dokter setiap individu merasa sakit (McCahill, 1995, Boeree, 2008).Individu dengan gangguan somatisasi lebih mungkin percaya bahwa gejala fisik yang tidak jelas merupakan indikator penyakit serius dan selalu mencari pengobatan. Misalnya, seseorang dengan gangguan somatisasi mungkin takut bahwa sakit kepala adalah sinyal tumor otak, atau sesak napas menunjukkan timbulnya
asma. Ketika dokter tidak dapat menemukan penjelasan medis untuk gejala, individu mungkin takut bahwa ia memiliki penyakit langka dan panik untuk mencari spesialis yang dapat memberikan diagnosis penyakitnya (Menza, Lauritano, Allen, Warman, Ostella, Hmaer, & Escobar, 2001).
Gangguan somatisasi disebabkan oleh pikiran individu, individu merasa bahwa ada sesuatu yang salah dengan keadaan dirinya sehingga menyebabkan timbulnya pikiran-pikiran yang negatif dan keyakinan irasional tentang dirinya dan lingkungan. Hal ini yang rnenyebabkan individu merasa bahwa jika adanya tekanan, stress, terlalu banyak aktivitas yang dilakukan, kelelahan yang menguras energi dan tenaga serta ketidak percaya diri dengan kemampuan dirinya maka dapat memunculkan rasa sakit dan menganggap hal tersebut dapat mengancam atau membahayakan dirinya. Suatu keadaan yang diyakini membuat individu sakit, sehingga perlu adanya pendekatan (intervention) untuk individu gangguan somatisasi yang bertujuan mengubah pola pikir yang salah dan negatif menjadi pikiran-pikiran yang positif dan rasional (Emair, 1998).
Pendekatan kognitif menekankan bahwa tingkah laku adalah proses mental, dimana individu (organisme) aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan, dan menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi. Individu dalam hal ini menerima stimulus kemudian melakukan proses mental sebelum memberikan reaksi yang datang (Boeree, 2008). Dasar pikiran teknik kognitif adalah proses kognitif sangat berpengaruh terhadap perilaku yang ditampakan oleh individu. Selain itu, perasaan individu sering dipengaruhi oleh apa yang dipikirkan individu mengenai dirinya sendiri. Pikiran individu tersebut belum tentu merupakan suatu pemikiran yang objektif mengenai keadaan yang dialami sebenarnya (Burns, 1988).
karena cara berpikir yang terdistorsi yang membuat seseorang tersebut salah mengartikan perubahan kecil dalam sensasi tubuhnya sebagai tanda dari bencana/ancaman yang akan terjadi. Selain itu distorsi kognitif tersebut akan berdampak pada fungsi sosial, pekerjaan dan masyarakat (Kallivayalli & Punnoose, 2010).
Teori-teori kognitif beranggapan bahwa kemampuan kognitif merupakan sesuatu yang fundamental karena dapat mengerakkan, mempengaruhi, mengubah, dan yang akan membimbing suatu tingkah laku. Kognisi atau kognitif merupakan proses sentral yang menghubungkan peristiwa-peristiwa di luar (eksternal) dan di dalam (internal) diri individu. Kesalahan dalam proses kognitif atau distorsi kognitif akan menimbulkan berbagai dampak seperti munculnya pemikiran negatif, dan keyakinan irasional serta akan mengalami kesulitan dalam menghasilkan suatu emosi dan perilaku yang positif (Boeree, 2008).
Berdasarkan berbagai penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor kognitif merupakan faktor yang sangat berperan penting dalam tubuh sebagai menyebabkan terjadinya gangguan somatisasi. Kesalahan dalam proses kognitif atau terjadinya penyimpangan kognitif dapat memberikan pengaruh negatif bagi diri individu. Somatisasi merupakan salah satu gangguan yang terjadi akibat adanya kesalahan dalam proses kognitif yang menimbulkan keyakinan dan pemikiran yang salah. Distorsi kognitif merupakan hasil dari pengolahan informasi dengan cara yang diduga mengakibatkan kesalahan yang diidentifikasi kedalam pikiran atau berpikiran secara berlebihan dan tidak rasional (Beck, 1967). Distorsi kognitif adalah pikiran tentang kejadian atau peristiwa yang mengalahkan diri sendiri yang tidak dapat didukung oleh realitas/kenyataan tertentu yang masuk akal (Kevin, Christopher, Ellison, Koening, 2008).
Intervensi yang biasanya digunakan untuk membantu mengatasi gangguan somatisasi yaitu dengan menggunakan Rational Emotif therapy (RET) dan terapi kognitif perilaku. Cognitive-Behavior Therapy (CBT) adalah istilah umum untuk cabang psikoterapi yang menggunakan cara perubahan kognitif dan perilaku serta untuk memahami dan mengobati masalah kesehatan. CBT berorientasi pada pemecahan masalah, pengobatan, upaya kolaboratif, di mana terapis dan individu bekerja bersama-sama membangun gagasan tentang sumber masalah dan strategi untuk
penyelesaiannya. Secara teoritis CBT dapat digunakan untuk mengatasi gangguan somatisasi, karena dengan terapi ini seseorang diajari bagaimana memahami bahwa adanya hubungan antara emosi, pikiran dan perilaku yang dihasilkan. Terapi CBT
untuk somatisasi yang difokuskan pada manajemen stres, regulasi aktivitas, emosional kesadaran, kognitif restrukturisasi, dan komunikasi interpersonal (Allen & Woolfolk 2006; Escobar, et al., 1998). CBT merupakan terapi yang cukup lama sehingga untuk focus menurunkan keyakinan irasional pada gangguan somatisasi, maka digunakan terapi kognitif dengan teknik restrukturisasi kognitif (Dobson, 2008).
Restrukturisasi kognitif adalah salah satu teknik CBT yang merupakan suatu cara yang dilakukan dengan tujuan untuk menata kembali pikiran, menghilangkan keyakinan irasional yang menyebabkan ketegangan dan kecemasan bagi diri seseorang yang selama ini mempengaruhi emosi dan perilakunya (Oemardi, 2003). Restrukturisasi kognitif dapat digunakan dalam penanganan permasalahan pada gangguan somatisasi. Untuk memecahkan akibat dari pemikiran irasional dan merubah ke pemikiran rasional/logis maka dapat dilakukan dengan mengendalikan kognitif dan merubah kepercayaan-kepercayaannya, salah satu caranya dengan menggunakan teknik restrukturisasi kognitif (Ellis, 2011). Metode restrukturisasi kognitif merupakan metode terapi kognitif untuk membantu mengidentifikasikan pemikiran-pemikiran atau keyakinan-keyakinan negatif dan menggantikannya pemikiran-pemikiran yang positif, serta untuk menolong orang-orang mengidentifikasikan ide-ide atau keyakinan yang irasional tersebut dan menggantinya dengan pernyataan-pernyataan yang lebih realitas (Suryaningrum, 2007).
lembar pekerjaan rumah, membentuk interpretasi yang berbeda, mempelajari keahlian menyelesaikan masalah (problem solving), merubah pola pikir dan menentang keyakinan yang salah pada gangguan somatisasi. Dengan cara individu diajak untuk memahami bahwa perubahan perilaku hanya dapat dilakukan dan dapat memberikan hasil efektif dalam mengatasi masalahnya, jika individu mampu bekerja sama dalam mengeksplorasi pikiran dan perasannya.
Manfaat teknik restrukturisasi kognitif pada individu yang mengalami gangguan somatisasi yaitu individu dapat membedakan, memahami pikiran dan perasaannya yang salah, serta mengevaluasi keyakinan dengan bukti yang jelas sehingga individu dapat berpikir lebih rasional (Allen, & Woolfolk, 2006).
Penelitian Allen, Woolfolk, Lehrer, Gara, & Escobar (2001) yang menggunakan Cognitive-Behaviour Therapy untuk menurunkan sejumlah simtom pada gangguan somatisasi. Teknik yang digunakan adalah relaksasi dan restrukturisasi kognitif. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa teknik CBT tersebut dapat membantu menurunkan simtom somatisasi.
Penelitian Allen, & Woolfolk (2006) menunjukkan terapi kognitif-perilaku untuk menurunkan simtom somatisasi menggunakan waktu 10 pertemuan. Intervensi menggunakan teknik relaksasi dan restrukturisasi kognitif. Hasil penelitian menunjukkan subjek dinilai sudah jauh lebih baik, sudah mampu menjalankan fungsi sehari-hari dan adanya penurunan somatic dibandingkan dengan subjek yang hanya dirawat dan diobati dirumah sakit.
takut yang berlebihan bahwa bersin-bersin dan nyeri dada yang sering dideritanya menunjukkan penyakit serius yaitu sakit jantung.
ii
PENGEMBANGAN TEKNIK RESTRUKTURISASI KOGNITIF
UNTUK MENURUNKAN KEYAKINAN IRASIONAL
PADA GANGGUAN SOMATISASI
THESIS
Oleh:
NIDYA RIZKY SELVERA
201010440211034
PROGRAM MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
v
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya
Nama
: Nidya Rizky Selvera
NIM
: 201010440211034
Program Studi : Magister Profesi Psikologi
Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa:
1.
Tesis dengan judul
“
Pengembangan Teknik Restrukturisasi Kognitif untuk
Menurunkan Keyakinan
Irasional Pada Gangguan Somatisasi
”
adalah hasil karya saya dan dalam naskah Tesis
ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh
gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, bagi sebagian ataupun keseluruhan,
kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber
kutipan dan daftar pustaka.
2.
Apabila ternyata di dalam naskah Tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur
PLAGIASI, saya bersedia TESIS ini DIGUGURKAN dan GELAR AKADEMIK
YANG TELAH SAYA PEROLEH DIBATALKAN, serta diproses sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku.
3.
Tesis ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS ROYALTY
NON EKSKLUSIF.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Malang, 21 November 2012
Yang menyatakan
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada raja bagi seluruh raja yang menciptakan dan
mengatur seluruh alam sedemikian indahnya, ALLAH SWT karena dengan rahmat dan
karunia-Nya sertai izin restu dari-Nya jugalah, penulis dapat menyelesaikan Tesis yang
berjudul
“
Pengembangan Teknik Restrukturisasi Kognitif untuk
Menurunkan Keyakinan
Irasional Pada Gangguan Somatisasi
”
. Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Magister Profesi Psikologi di Universitas Muhammadiyah
Malang.
Penyelesaian Tesis ini atas bantuan banyak pihak baik moril maupun materil yang
tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu. Untuk itu sebagai ungkapan rasa terima kasih
yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada yang terhormat Bapak/Ibu:
1.
Dr. Muhadjir Effendi, MAP selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang
2.
Dr.Latipun, M. Kes selaku Direktur Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang,
sekaligus sebagai Ketua Program Studi Magister Psikologi dan selaku dosen
pembimbing I.
3.
Yudi Suharsono S.Psi. M,Si. selaku dosen pembimbing II.
4.
Dr. Diah Karmiyati, Psi. selaku dosen penguji I.
5.
Zakariza Achmat S.Psi. M,Si. selaku dosen penguji II.
6.
Para dosen dan Pembina mata kuliah serta para staf administrasi di lingkungan program
Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Malang atas pelayanan dan fasilitas yang
telah diberikan selama perkuliahan.
7.
Klinik Psikologi, dr. Rory dan dr. Nina yang telah memberikan informasi dan bantuan
serta kesediaannya untuk memberikan izin untuk mengambil subyek penelitian di
klinik. Percobaan I sebagai tempat penelitian dan pengambilan data hingga penelitian
vii
8.
Abah dan mamah , suami serta saudara-saudaraku yang dengan segenap hati telah
memberi dukungan baik
moril, do’a serta selalu mendorong untuk segera
menyelesaikan Tesis ini.
9.
Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Tesis ini yang tidak bias
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat
banyak kekurangan dan kelemahan yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan penulis
dan keterbatasan waktu. Untuk itu segala kritikan dan saran yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan.
Akhir kata, penulis berharap semoga Tesis ini bermanfaat bagi pembaca, terutama para
pemerhati di bidang psikologi.
Malang, 21 November 2012
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ...
i
SURAT PERNYATAAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GRAFIK ... viii
ABSTRAKSI ...
ix
LATAR BELAKANG
...
1
LITERATUR REVIEW
Definisi Somatisasi ...
7
Teknik Restrukturisasi Kognitif ...
8
Langkah-langkah teknik restrukturisasi kognitif ...
9
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian...
10
Spesifikasi Model Intervensi ...
10
Subyek Penelitian ...
11
Variabel dan Instrumen Pengumpulan Data ...
11
Prosedur Penelitian ...
11
Analisis Data ...
12
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengujian Model Teknik Restrukturisasi Kognitif ...
13
ix
Hasil Pre-tes dan Post-tes keyakinan Irasional ...
17
Pembahasan
...
18
REKOMENDASI DAN SIMPULAN
Keterbatasan Penelitian dan Rekomendasi ...
22
Simpulan ...
22
DAFTAR PUSTAKA ...
23
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Penilaian Hasil Terapi
...
41
Tabel 3: Hasil Diagnosis Criteria DSM-IV ANS
...
64
Tabel 4: Hasil Diagnosis Criteria DSM-IV YNI
...
66
Tabel 5: Jadwal Pelaksanaan terapi RK ANS
...
43
Tabel 6: Jadwal Pelaksanaan terapi RK YNI
...
43
xi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1: Hasil perubahan tingkat keyakinan irasional subyek ANS
…...
16
Grafik 2: Hasil perubahan tingkat keyakinan pemikiran subyek YNI
…….
17
xii
DAFTAR PUSTAKA
Algifari, (1994).
Statistika ekonomi teori, kasus dan solusi
. Yogyakarta. STIE YKPN.
Ali, A., Deuri, S., Jahan, M., Singh, A., & Verma, A. (2010). Perceived social support and
life satisfaction in persons with somatization disordr.
Journal
of
Industrial
Psychiatry,19
(2), 115.
Ellis, A. (2011). Rational-emotive behavior therapy.
Journal of Counseling &
Development,
1,(3) 82-87.
Allen, L. A., & Woolfolk, R. L. (2006). Affective cognitive behavioral therapy: A new
treatment for somatization.
Journal of Cognitif Psychotherapy, 14
(3), 549-566.
Allen, L. A., Gara, M. A., Escobar, J. I., Waitzkin, H., & Cohen-Silver, R. (2001).
Somatization: A debilitating syndrome in primary care.
Psychosomatics, 42
, 63
–
67.
Allen, L. A., Woolfolk, R. L., Lehrer, P. M., Gara, M. A., & Escobar, J. I. (2001).
Cognitive behavior therapy for somatization: A pilot study.
Journal of Behavior Therapy
and Experimental Psychiatry, 32
, 53
–
62
American Psychiatric Association. (2000).
Diagnostic and statistical manual of mental
disorder.
(Fourth Edition). Washingtong DC: American Associatic.
Arikunto, S. (2002
). Prosedur penelitian-suatu pendekatan praktek
. Yogyakarta. Rineka
Cipta.
Barry, D. (2003). Somatization disorder
.
Annals of Clinical Psychiatry
, 13,(3) 153-158.
Barsky, A. J., & Borus, J. F. (1995). Somatization and medicalization in the era of managed
care.
Journal of The American Medical Association, 274,
1931
–
1934
Beck, A. T. (1993). Cognitive approaches to stress. In P. M. Lehrer, & Woolfolk,
Principles and practice of stress management,
(Volume2, pp 333-372). New York:
Guilford.
Beck, A. T. (1975).
Cognitive therapy and the emotional disorders
. American
International Universities Press Inc.
xiii
Burns, D. (1988).
Terapi kognitif: Pendekatan baru bagi penanganan depresi
. Jakarta:
Penerbit Airlangga.
Burns D, & David, D. (1989).
The feeling good handbook
. New York: William Morrow
and Company, Inc.
Boeree, G. (2008).
Psikologi
kepribadian, persepsi, kognisi, emosi & perilaku
. Jogjakarta:
Prismasophie.
Cagle, RC., Wells, OJ. (2008). Journey to a mixed methods approach for understanding
Mexican American female cancer caregiving.
Journal of Theory Construction &
Testing
, 12(2),50-76.
Caplan, & Sadock. (2010).
Synopsis psikiatri.
Tanggerang: Binarupa aksara.
Cormier, W. H., & Cormier L. S. (1985).
Interviewing strategies for helpers fundamental
skill and behavioral interventions
. (Eds. 2). Monterey, California: Publishing Company.
Davidson, G., Neale, J., & Kring, A. (2006).
Psikologi abnormal. (Edisi ke-9).
Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Escobar, J., Waitzkin, H., & Silver, R. (1998). A bridged somatization: A study in primary
care.
American journal of Public Health, 60
(3) 466-472.
Escalona, R., Achilles, G., Waitzkin, H., & Yager, J. (2004). PTSD and somatization in
women treated at a VA primary care clinic.
Journal Nervuoes Mental Disorder, 45
(4),
291-296.
Eisendrath, S. J. (1998). In current medical diagnosis and treatment.
American Journal of
Psychiatry,
24(7) 128-142.
Emair, B. (1998).
Cognitive therapy for pain management
. American academic of pain
management. Atlanta Hilton Hotel.
Gaw, A. (1993).
Culture, ethnicity and mental illness.
Washington, DC: American
Psychiatric Press.
Goldfried, R., & Davison, G. (1976).
Clinical behavior therapy
. New York: Holt Rinehart
and Winston.
xiv
Jones, G.R. (1968).
A factored miiasure of ellis' irrational belief. System, with personality
anu maladjustment correlates
. A dissertation in psychology, Faculty of Texas
Technological College.
Joseph, L. (1997). Treating stress across cultures: A somatic-cognitive model.
Education
Resources Information center, 29, (7), 209-210.
Kallivayalil, R., & Punnoose, V. (2010). Understanding and managing somatoform
disordes: Making sense of non-sense.
Indian Journal of Psychiatry, 52
(7),240-
Kaplan, I., Sadock, B., & Grebb, J. (1997).
Synopsis psikiartri.
Jakarta: Binarupa akasara.
Katon, W., Ries, R., & Kleinman, A. (1984). The prevalence of somatization in primary
care.
Indian Journal of Psychiatry, 25
(5) 208-215.
Kevin, J., Christopher, G., Ellison, G., & Koening, HG. (2008). Belief about
life-after-death psychiatry symtomology and cognitif theories of psychopatology.
Journal of
Psychology and Theology,
36(2), 94.
Khouzan, H. R., & Field, S. (1999). Somatization disorder: Clinical presentation and
treatment in primary care.
Indian Journal of Psychiatry, 152, 897-991.
Kimayer, L. (1984). A young: Culture, affect and somatization.
American Journal of
Psychiatry, 21
(159), 237-262.
Lipowski, Z. (1988). Somatization 1 the concept and its clinical application.
American
Journal of Psychiatry
,
145
, 1358-1368.
Martin, G., & Pear, J. (2003).
Behavior modification what it is and how to do it.
Seventh
Edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Menza, Matthew, Lauritano, M., Allen, L., Warman, M., Ostella, F., et al. (2001).
Treatment of somatization disorder with nefazodone: A prospective, open-label study.
Journal Annals of Clinical Psychiatry, 13(3)
, 153-158.
McLeod, C.C., Budd, M. A., & McClelland, D. C. (1997). Treatment of somatization in
primary care.
Journal of Clinical Psychiatry, 19,
251
–
258
McCahill. (1995). Focus on the somatoform disorders.
Journal
Psychological Medicine
,
30
(2), 59-66.
McCarron, R. M. (2006). Somatization in the primary care setting.
Indian Journal of
psychiatry, 6
(23), 32-40.
xv
Moore, D., & Jefferson, J. (1996). Somatoform disorder. In
Handbook of medical
Psychiatry
(198-200). New york: Springer
MosMorris, R., & Petrie, K. (1997). Cognitive distortions of somatic. Experiences:
Revision and validation of a measure.
Journal of Psychosomatic,
43(3),
293-306.
Nevid, S., Rathus, S., & Greene B. (2005).
Psikologi abnormal. Jilid 1
. Jakarta: Erlangga.
North, C., Kawasaki, A., Spritznagel, E., & Hong, B. (2004). The course of PTSD, major
depression, substance abuse, and somatization after a natural disaster.
Journal Nervuoes
Mental Disorder, 192
, 823-829.
Novita, R. (2011).
Cognitive behavioral theraphy untuk mengurangi simtom somatisasi.
Tesis (tidak diterbitkan). Malang: Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah
Malang.
Okpala, O., Hopson, L., Chapman, B., & Fort, E. (2011). Leadership development
expertise: A mixed-method analysis. J
ournal of Instructional Psychology,
38(2),
133-144.
Oemarjoedi, A. (2003).
Pendekatan cognitive behavior dalam psikoterapi.
Jakarta: Kreativ
Media.
Philips, H. C., & Rachman, S. (1996).
The psychological management of chronic pain:
Treatment manual
(2 ed.). New York: Springer.
Pastore, N. (1950. A neglected factor in thefrustration-aggression hypothesis.
Journal
Psychol
ogy, 29, 271-279.
Poedjawijatna. (1992).
Logika filsafat berfikir
. Jakarta: PT. Rieneka Cipta.
Redekop, F., Stuart , S., Mertens, C. (1999). Physical "phantasies" and family functions:
Overcoming the mind/body dualism in somatization
.
Family Process,
38(3), 371.
Rief, W., Hiller, W., & Margraf, J. (1998). Cognitive aspects of hypochondriasis and the
somatization syndrome.
Journal of Abnormal Psychology, 107,
587-595.
Safaria, T. (2004).
Terapi kognitif-perilaku untuk anak
. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suryaningrum, C. (2007).
Cognitive behavior therapy (terapi kognitif perilaku)
. Fakultas
Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.
Stewart, Louis. (1992). Social and emotional adjustment during adolcscence, as related to
the development of psychomatic illness in adulthood.
Genet. Psychology
,11, 65- 175.
xvi
Woolfolk, R., & Allen, LA. (2007). Treating somatization: A cognitive-behavioral
approach.
Journal of Cognitif Psychotherapy,72,126-128.
Woolfolk, R., & Allen, LA. (2002). Cognitive behaviour therapy for Somatoform Disorder.
Journal of Cognitif Psychotherapy,
7,(4), 118-135.