BAB I PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Fenomena tumbuhnya lembaga filantropi Islam di Indonesia cukup
menarik untuk di kaji lebih mendalam dalam aspek sosial, ekonomi, budaya, dan
lain-lain. Hal ini dikarenakan, masih tersimpannya potensi sosial-ekonomi di
Indonesia yang terus akan menjadi primadona dalam mengekplorasi
program-program filantropis. Tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia sebagai salah satu
negara yang berpenduduk kurang lebih berjumlah 237 juta penduduk masih
terlampau banyak penduduk Indonesia yang hidup dalam kondisi tidak beruntung
(miskin). Menurut data BPS tahun 2011 disebutkan bahwa penduduk miskin di
Indonesia sebanyak lebih dari 30 juta jiwa, turun 1 juta dibandingkan tahun 2010.
Walaupun, secara statistik ada penurunan jumlah penduduk miskin, bukan berarti
negara ini sukses untuk menyejahterakan rakyatnya dari tahun ke tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa ‘tugas rumah’ negara dalam mewujudkan rakyat yang hidup
sejahtera belum selesai.
Pemerintah yang telah mendapat mandat dari rakyat, berkewajiban
mewujudkan amanah yang telah disepakati di dalam konsitusi negara ini.
Amanah konstitusi tersebut ditetapkan sejak negara ini berdiri, dengan
mengkhidmatkan upaya mewujudkan masyarakat sejahtera yang tersurat dalam
Pancasila dan tersirat pada pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, meskipun
Terbukti dengan banyaknya program pembangunan nasional yang dirancang
secara berkesinambungan dan berkelanjutan untuk menghidupkan dan
mengaktifkan sektor industri, pertanian, pendidikan, bahkan meminimalisir
masalah sosial masih berjalan secara parsial. Bahkan program pembangunan
nasional yang diharapkan sebagai media untuk merealisasikan welfare state,
sampai detik ini masih harus tertatih-tatih dalam pelaksanaannya.
Jauh dari itu, isu-isu pembangunan sosial dalam bentuk gerakan filantropis
menjadi banyak diminati kelompok-kelompok masyarakat satu dekade ini karena
identik dengan upaya penguatan modal sosial dan pemberdayaan masyarakat.
Gerakan tersebut merupakan respon dari realisasi pembangunan pro rakyat yang
selama ini belum optimal dilakukan oleh pemerintah. Namun demikian, tidak
dapat dipungkiri bahwa pemerintah saat ini dalam mengimplementasikan
kegiatan filantropi, baik melalui Kementerian Sosial maupun kementerian yang
lain banyak diwujudkan dalam program-program pembangunan sosial yang
bersifat temporer. Bahkan, penyelesaian masalah-masalah sosial yang ada masih
terselesaikan dipermukaan saja, bukan pada akar permasalahannya. Sebagai
contoh beberapa program-program pembangunan sosial di Indonesia yang pernah
di jalankan antara lain Gardu Taskin, IDT, Jaring Pengaman Sosial (JPS),
(Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan) P2KP, dan yang baru
dilaksanakan oleh pemerintah adalah Bantuan Langsung Tunai (BLT) serta
Bantuan Operasional Sekolah (BOS), PNPM dan P2KP. Walhasil, kemampuan
program tersebut tidak berjalan berkelanjutan dan menimbulkan perspektif yang
itu menimbulkan efek negatif anggapan rakyat terhadap pemerintah, sehingga
banyak dana program social menguap tanpa bekas siginifikan.
Pada sisi lain, tidak dapat memungkiri bahwa Indonesia merupakan
satu-satunya negara yang memiliki kurang lebih 80 % penduduknya adalah muslim
terbesar di dunia, berarti secara ideal memiliki modal sosial agama yang
potensial. Akan tetapi, modal sosial agama tersebut tidak menjadikan ummat
Islam di Indonesia mampu mengatasi salah satu problem sosial yaitu kemiskinan
dan peningkatan sumber daya manusia.
Merespon hal di atas, banyak upaya yang dilakukan masyarakat untuk
merumuskan strategi pengentasan masalah-masalah sosial dengan basis-basis
potensi lokal. Seperti halnya kegiatan filantropi di perkotaan, pedesaan,
perusahaan, LSM, NGO,dan lain-lain. Meskipun studi filantropi ini tidak banyak
didalami dari bidang-bidang pembangunan karena scopenya yang relatif meso
dan mikro. Ketika tidak disadari bahwa keberadaan pertumbuhan dan
perkembangan lembaga-lembaga filantropi yang selama ini hadir di
tengah-tengah masyarakat tidak dipungkiri mampu memikat perhatian dari masyarakat
luas, mereka berharap lembaga semacam ini mampu menjadi alternatif solusi
masalah sosial.
Kenyataannya kehadiran organisasi atau lembaga filantropi seolah-olah
menjawab kejumudan aktifitas duniawi manusia. Banyak diantara penggiat
filantropi adalah mereka yang menempati jabatan strategis, berlimang harta
namun ‘haus’ akan kenikmatan hubungan sosial kemasyaraktan. Kebutuhan
Indonesia memang tidak kalah banyaknya seperti filantropi yang berlebel
sektarian agama, pluralis, multi national corporates (MNC), dan lain-lain.
Salah satu potensi pasar derma atau filantropi di Indonesia adalah dana
umat atau dana yang berkaitan dengan ajaran keagamaan, seperti zakat, infaq,
sedekah (Islam), kolekte (Katolik), persepuluhan (Protestan), Punia (Hindu), dan
Jataka (Budha) yang diartikan sebagai pengabdian kepada masyarakat sebagai
ekspresi kebaikan sang Budha dan lain-lain. Ajaran itu semua mengusung
semangat-semangat filantropis untuk mengupayakan masyarakat lebih berdaya
dan bermartabat.
Mencermati tumbuh kembangnya gerakan filantropi yang sektarian agama
salah satunya dengan hadirnya lembaga filantropi Islam berbentuk lembaga amil
zakat (LAZ) yang jumlahnya sangat sporadis di Indonesia. Lembaga Zakat,Infaq
dan Shodaqoh di Indonesia menurut FOZ (Forum Zakat) yang terdaftar secara
resmi dalam SK. Menteri Agama sebanyak 500 lembaga, adapun beberapa nama
lembaga zakat, infaq dan shodaqoh yang sampai saat ini dan memiliki potensi
besar di Indonesia antara lain seperti Baitul Maal Hidayatullah, BANK IFI,
BAZIS DKI, BAZNAS, Dompet Dhuafa Republika (DD), DPU Darut Tauhid,
LAZIS Muhammadiyah, Dompet Sosial Ummul Quro’, PKPU, YDSF,
Walisongo, STIE TAZKIA, Yayasan Imdad Mustadh’afin (YASMIN), Baitul
Maal Muamalat, Yayasan Portal Infaq (Kurniawati,2004:78,90-101).
Menjamurnya jumlah lembaga amil zakat dan diaktifkannya lagi badan
amil zakat daerah, tentu tidak dapat dibiarkan berjalan apa adanya seperti saat ini
bersaing untuk menunjukkan popularitas lembaga. Akan tetapi, perlu adanya
sosialisasi kepada khalayak dan profesionalisme lembaga dalam memobilisasi
serta mengelola dana zakat, infaq dan shodaqoh. Amanah muzakki (orang yang
mengeluarkan zakat), munfiq (orang yang mengeluarkan infaq) dan mushoddiq
(orang yang bershodaqoh) kepada lembaga amil zakat merupakan bagian
terpenting untuk meningkatkan kepercayaan muzakki kepada lembaga amil zakat
tersebut dengan kata lain muzakki, munfiq dan mushoddiq harus diposisikan
sebagai tulang pungung tumbuh kembangnya lembaga amil zakat, karena tidak
mungkin sebuah lembaga amil zakat bisa hidup tanpa kehadiran muzakki, munfiq
dan mushoddiq.
Di samping lembaga amil zakat tersebut, masyarakat juga dihadapkan
dengan maraknya lembaga keuangan dan perbankan syari’ah seperti BMT, Bank
Syar’iah, BPR Syari’ah dan Koperasi Syari’ah di Indonesia yang terus tumbuh
dan berkembang. Lebel syari’ah pada lembaga keuangan dan perbankan,
menjadikan lembaga ini wajib mengelola dana zakat dari bagi hasil laba serta
zakat profesi pegawainya. Pengelolaan dana zakat di lembaga ini yang kemudian
di kelola oleh bagian maal atau sejenisnya yang notabene beraktifitas dalam
kegiatan filantropi Islam. Salah satu percepatan dalam merespon perkembangan
zakat, infaq dan shodaqoh seluruh BMT se Indonesia mewujudkannya dengan
terlaksananya Kongres Nasional LKMS-BMT Nasional pada tanggal 1 sampai
dengan 4 Desember 2005 di Jakarta, merupakan respon positif dari keunggulan
konsep zakat, infaq dan shodaqoh, dimana menghasilkan keputusan antara lain
1. ABSINDO dan PINBUK berencana mendirikan 10 ribu BMT sampai tahun
2010.
2. ICMI berencana mendirikan 20 ribu BMT sampai tahun 2015.
3. Muhammadiyah berencana mendirikan 5 ribu BTM (Batul Tamwil
Muhammadiyah) sampai tahun 2010.
4. Nadhlatul Ulama berencana mendirikan 250 ribu BMT sampai tahun 2025.
Setidaknya apabila dipetakan potensi lembaga filantropi Islam di
Indonesia dapat dipaparkan dalam tabel berikut :
Tabel I :
Potensi Lembaga Filantropi Islam di Indonesia No Jenis Lembaga Keterangan
1. Badan Amil Zakat
(BAZ )
Lembaga zakat yang dibentuk oleh pemerintah
berpusat di Jakarta dengan nama Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS). Kemudian memiliki
jaringan di tingkat kota dan kabupaten hampir di
seluruh Indonesia dengan nama Badan Amil
Zakat Daerah (BAZDA). Serta di setiap
kementerian dengan nama Unit Pengelola Zakat
(UPZ).
2. Lembaga Amil Zakat
(LAZ)
Lembaga zakat yang dibentuk oleh kelompok
masyarakat atau organisasi keagamaan.
Lembaga ini tumbuh pesat dan sporadis di setiap
kota di Indonesia, dengan fasilitas dan
pelayanan yang baik dan sistemik.
3. Panitia Zakat, Infaq
dan Shodaqoh
(PANZIS)
Lembaga temporer ini berdiri di setiap masjid
dan mushollah pada saat bulan Ramadhan
ataupun even-even peringatan hari besar Islam.
Bahkan lembaga temporer ini juga dibentuk di
sekolah-sekolah pada saat bulan Ramadhan.
4. Baitul Maal Wat
Tamwil (BMT)
Lembaga keuangan mikro syariah yang
memiliki peran ganda, yakni menjalankan fungsi
perbankan dan baitul maal. Sehingga zakat bagi
hasil dari keuntungan usaha perbankan lembaga
ini akan di kelola oleh baitul maal yang
menjalankan nilai-nilai filantropis. Jumlahnya
terus bertambah dari tahun ke tahun karena
lembaga semacam ini relatif mudah berdiri
semacam koperasi.
legalitas badan hukumnya saja. Trend perbankan syari’ah menjadi primadona dalam dunia perbankan karena mereka tidak banyak
terpengaruh oleh kondisi eksternal. Jumlahnya
juga terus tumbuh seiring dengan minat
masyarakat dan margin keuntungan yang relatif
aman.
Tabel di atas memberikan gambaran, tentang bagaimana potensi filantropi
Islam yang selama ini banyak terabaikan pengelolaan dan pemanfaatannya bahkan
hanya sebagai cara menggugurkan kewajiban syariat saja tanpa berdampak positif
yang massif. Oleh karena itu, pentingnya institusi yang mampu mengelola dana
ummat secara amanah, professional serta memahami konteks perubahan dan
dinamis menjadi sebuah keniscayaan perangkat lembaga untuk menjawab kondisi
yang ada saat ini.
Antusiasme pemerintah dalam menyikapi perkembangan lembaga zakat,
infaq dan shodaqoh di Indonesia menjadi bagian yang sangat perlu guna
memperkuat kedudukan hukum lembaga zakat di Indonesia. Hal itu telah
diwujudkan dengan dibuatnya Undang-Undang tentang Pengelolaan Zakat no. 38
tahun 1999, walaupun dalam pelaksanaannya masih setengah hati, dan jalan di
tempat serta tidak memiliki power agar masyarakat mampu
mengimplementasikannya. Artinya, payung hukum yang sudah dimunculkan
masih tidak begitu banyak dibutuhkan masyarakat, hal ini tentu saja karena mind
set umat Islam Indonesia selalu dibenturkan pada masalah batas wajib zakat
(nishob) dan batas waktu zakat (haul) serta pendapat-pendapat yang dapat
menggugurkan adanya kewajiban zakat, infaq dan shodaqoh itu sendiri. Hal ini,
secara tidak langsung menghambat pelaksanaan undang-undang tersebut.
Pada sisi yang lain, kemunculan undang-undang zakat yang baru ini
mendapat respon yang beragam dari lembaga amil zakat. Terlepas dari perdebatan
payung hukum pengelolaan zakat, pentingnya model pemberdayaan masyarakat
yang berbasis pada optimalisasi dana zakat, infaq dan shodaqoh, untuk
menyelesaikan berbagai persoalaan sosial dan meningkatkan potensi sumber daya
manusia tidak dapat ditunda lagi. Didukung dengan munculnya pemikir Islam
Indonesia dalam mencermati perkembangan perekonomian Islam terutama zakat,
infaq dan shodaqoh seperti Didin Hafidudin, Sahri Muhammad, Syaifi Antonio,
sebuah kajian yang lebih mendalam tentang seluk beluk pendayagunaan dana
zakat, infaq dan shodaqoh. Bahwa sangat mungkin sekali apabila dana zakat,
infaq dan shodaqoh yang potensial di Indonesia ini dikelola dengan baik dan
sinergis, maka kemiskinan, kesempatan pendidikan, pembangunan sarana umum
dan sebagainya dapat terwujud.
Selanjutnya, secara sadar bahwa praktik pemberdayaan dan pengelolaan
zakat, infaq dan shodaqoh oleh lembaga filantropi Islam (baca: lembaga zakat )
yang ada selama ini tentu bukan hal yang mudah. Hal ini tentunya harus mendapat
perhatian serius oleh pemerintah, tokoh Islam, akademisi, praktisi dan masyarakat
muslim di Indonesia, sehingga gerakan untuk mengoptimalkan zakat, infaq dan
shodaqoh dapat berjalan sinergi dan menyeluruh disemua komponen bangsa.
Mengingat kondisi kultural dan sosial masyarakat di Indonesia yang beragam
serta potensi progresif zakat, infaq dan shodaqoh yang kecil berdampak terhadap
model bahkan seni tersendiri dalam pengelolaan dan penyaluran dana zakat, infaq
dan shodaqoh itu.
Berdasarkan data Forum Zakat Indonesia (FOZ) ternyata dana zakat, infaq
dan shodaqoh terkumpul tahun 2005 sebesar 300 milyar rupiah dan pada bulan
Oktober 2006 terkumpul dana ZIS 240 milyar rupiah selain itu terkumpulnya dana
dari ZISWAF sebesar 250 milyar rupiah 80 % nya adalah dana zakat yang 50 %
dananya diterima saat bulan Ramadhan, artinya stagnasi ZIS di Indonesia
menjadikan ‘PR’ tersendiri untuk segera dikembangkan dan dikelola secara baik
boomerang bagi ummat Islam yang sungguh-sungguh menyosialisasikan
pentingnya zakat, infaq dan shodaqoh.
Potensi zakat, infaq dan shodaqoh yang ada di Indonesia menurut survey
PIRAC (Public Interest Research and Advocacy Center) tahun 2004 mencapai 20
triliun rupiah per tahun dan yang terkelola dengan baik hanya sebesar 300 miliar
rupiah sedangkan waqof sebesar 600 triliun rupiah dan belum mencapai angka
optimaliasi produktif. Nominal tersebut akan terus berkembang yang didasarkan
pada asumsi bahwa kekuatan ekonomi perbankan nasional melalui bank-bank
syariah dan lembaga keuangan syari’ah yang pasti memberikan minimal zakatnya
sebesar 2,5% perbulan serta meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap
lembaga-lembaga zakat yang ada didaerahnya (Zaidi,PIRAC-YDSF:2006).
Selanjutnya, ketertarikan fenomena lembaga zakat di Indonesia
mengantarkan penelitian ini untuk mengkaji kegiatan filantropi yang dilakukan di
Rumah Zakat Cabang Kota Malang. Selain itu, didasarkan atas perkembangan
yang sangat siginifikan dan progresif Rumah Zakat baik secara manajerial
maupun program-program pemberdayaan masyarakatnya, bahkan lembaga zakat
ini berani memadukan wajah korporasi dalam manajemen lembaga zakat.
Kemudian, peneliti berasumsi adanya paradoks antara nilai-nilai filantropis
dengan implementasi praktik filantropis khususnya pada praktik pemberdayaan
masyarakat selama ini. Manifestasi program pemberdayaan masyarakat belum
mampu menyentuh akar kemiskinan dan ketidakberdayaan masyarakat, sehingga
indikator keberhasilan praktik pemberdayaan masyarakat belum banyak terekspos
atau bahkan menyajikan bahasa dan ulasan tentang empowerment sehingga
kemiskinan dan ketidakberdayaan masyarakat semakin bertambah. Artinya efek
laten dari praktik pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh lembaga amil
zakat antara lain ketergantungan mustahik terhadap program dan mungkin
kemandirian yang sifatnya personal maupun kelompok. Sehingga lembaga amil
zakat dimungkinkan sekali memiliki efek laten program-program pemberdayaan
masyarakat berkorelasi positif empowering dan dimungkinkan membawa
berdampak pada powerless masyarakat. Beberapa kasus di lapangan, seringkali
lembaga zakat membawa misi latensi untuk mendukung dan berkolaborasi dengan
program partai politik yang berazaskan Islam, memunculkan kemiskinan baru dan
ketidakmandirian mustahik.
Urgensi untuk merespon banyaknya praktik pemberdayaan masyarakat yang
mengesampingkan fungsi manifes dan laten, mendorong penelitian ini mengkaji
sejauh mana praktik pemberdayaan masyarakat oleh lembaga amil zakat
mempertimbangkan hal-hal tersebut. Secara khusus, penelitian ini mengkaji aspek
habitus, modal dan ranah yang berpengaruh terhadap praktik pemberdayaan
masyarakat yang didalamnya terdapat fungsi manifes dan laten oleh Rumah Zakat
Cabang Kota Malang. Selanjutnya, penerapan aspek teoritis penelitian ini terkait
dengan pemahaman, kesadaran, sikap dan praktik lembaga filantropi Islam
tentang pengelolaan dana zakat, infaq dan shodaqoh yang efektif, produktif,
humanis, care, cooperative dan social responsible dalam kepentingan yang lebih
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari uraian singkat pada latar belakang masalah di atas, maka
fokus penelitian ini akan mengurai lebih jauh lagi seputar fungsi manifes dan laten
lembaga filantropi Islam dalam praktik pemberdayaan masyarakat. Oleh karena
itu, apabila dirumuskan permasalahan pokok yang menjadi perhatian dalam
penelitian ini adalah bagaimana fungsi manifes dan laten Rumah Zakat sebagai
lembaga filantropi Islam dalam praktik pemberdayaan masyarakat di kota
Malang?
C. Tujuan Penelitian
Bertolak dari permasalahan di atas yang hendak dikaji secara mendalam
maka tujuan penelitian ini adalah mengkaji secara detail tentang fungsi manifes
dan laten Rumah Zakat sebagai lembaga filantropi Islam dalam praktik
pemberdayaan masyarakat di kota Malang.
D. Manfaat Penelitian
Secara umum ada dua manfaat penelitian yang dapat dihasilkan dalam
penelitian ini, antara lain :
D.1. Teoritis
Penelitian ini mencari dasar pemikiran munculnya praktik pemberdayaan
masyarakat oleh lembaga filantropi Islam sebagai organisasi nirlaba yang memliki
fungsi manifes dan laten. Melalui pendekatan teori-teori sosiologi diharapkan
mampu mengungkap skenario program-program pemberdayaan masyarakat yang
D.2. Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan
pertimbangan bagi pihak-pihak terkait seperti penggiat social empowerment,
pemerintah dan lembaga nirlaba. Sehingga penerapan program pemberdayaan
masyarakat yang berkelanjutan dapat terrealisasi lebih tepat, proporsional, efisien
dan efektif dalam mencapai tujuan. Lebih khusus bagi lembaga-lembaga amil
MANIFESTASI DAN LATENSI LEMBAGA FILANTROPI ISLAM DALAM PRAKTIK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
(Suatu studi di Rumah Zakat Kota Malang)
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Mencapai Derajat S2
Pada Program Magister Sosiologi
Diajukan oleh :
Zaenal Abidin
NIM : 201010270211001
DIREKTORAT PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
T E S I S
Dipersiapkan dan disusun oleh :
ZAENAL ABIDIN
NIM : 201010270211001
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal,
02 Agustus 2012
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
Ketua : Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si.
Sekretaris : Dr. Vina Salviana D.S., M.Si.
Penguji I : Prof. Dr. Ishomudin, M.Si.
MANIFESTASI DAN LATENSI LEMBAGA FILANTROPI ISLAM DALAM PRAKTIK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
(Suatu studi di Rumah Zakat Kota Malang)
Yang diajukan oleh : ZAENAL ABIDIN NIM : 201010270211001
Telah disetujui, Tanggal, 08 Agustus 2012
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si. Dr. Vina Salviana D.S., M.Si.
Direktur Ketua Program Studi
Program Pascasarjana Magister Sosiologi
SURAT PERNYATAAN
1. Tesis dengan judul MANIFESTASI DAN LATENSI LEMBAGA FILANTROPI ISLAM DALAM PRAKTIK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (Suatu studi di Rumah Zakat Kota Malang)
Adalah hasil karya saya dan dalam naskah Tesis ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan atau diterbitkan oleh orang lain, baik sebagian ataupun keseluruhan, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.
2. Apabila ternyata di dalam naskah Tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsurunsur PLAGIASI, saya bersedia TESIS ini DIGUGURKAN dan GELAR AKADEMIK YANG TELAH SAYA PEROLEH DIBATALKAN, serta diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
3. Tesis ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS ROYALTI NON EKSKLUSIF.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarbenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Malang, 08 Agustus 2012 Yang menyatakan,
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrohmaanirrohim
Syukur Alhamdulillah patut peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, Dzat yang telah menuntun hati setiap hambaNya dan telah melimpahkan rahmatNya kepada peneliti. Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW yang memberikan pencerahan atas ijin Illahi Robbi. Sehingga peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan Tesis yang berjudul “MANIFESTASI DAN LATENSI LEMBAGA FILANTROPI ISLAM DALAM PRAKTIK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (Suatu studi di Rumah Zakat Kota Malang)”.
Proses penyusunan tesis ini, dilatarbelakangi karena ketertarikan peneliti
terhadap fenomena lembaga filantropi Islam di Indonesia yang keberadaannya
masih paradoksal dengan upaya pemberdayaan masyarakat. Tak jarang, dibalik
berdirinya lembaga filantropi Islam terdapat unsurunsur manifes dan laten yang
justru tidak banyak diketahui masyarakat umum. Euforia filantropi Islam akan
menjadi suatu modal sosial besar dalam pemberdayaan masyarakat Islam
khususnya, apabila disinergikan dan dikuatkan antar lembagalembaga potensial
filantropi Islam.
Bagaimanapun, tesis ini telah tersusun dengan dukungan dari berbagai pihak, maka dengan ketulusan dan keikhlasan peneliti haturkan syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT, dan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Latipun, M.Kes. selaku Direktur Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang,
peneliti untuk segera menyelesaikan studi S2 ini dengan tepat waktu dan sesuai harapan,
3. Bapak Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si., selaku Wakil Direktur I Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang, sekaligus Pembimbing Utama dalam tesis ini yang berkenan membimbing peneliti untuk menyempurnakan penelitian ini.
4. Ibu Dr. Vina Salviana D.S., M.Si. selaku Ketua Program Studi Magister Sosiologi dan juga sebagai dosen pembimbing yang terus memotivasi serta memberikan masukanmasukan teori peneliti untuk menyelesaikan dan menyempurnakan tesis ini dengan baik. Bahkan, memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mendapatkan program Beasiswa BPPs sejak tahun 2010. 5. Bapak Prof. Dr. Jabal Tarik Ibrahim, yang telah mendukung dan membantu peneliti untuk mendapatkan beasiswa BPPs hun 2010 sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis ini dengan tepat waktu.
6. Bapak Prof. Dr. Ishomudin, M.Si. dan Dr. Sugeng Pujileksono, M.Si., selaku penguji tesis ini, atas kritik dan saran selama ujian sehingga tesis ini dapat tersusun dengan sempurna,
7. Bapak/Ibu TU Pascasarjana UMM, yang telah membantu memberikan layanan administrasi kepada peneliti selama proses penulisan tesis ini,
8. Ibu Dra. Juli Astutik, M.Si., selaku ketua Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Ibu Dra. Su’adah, M.Si, Mas Fauzik, yang mendukung peneliti melanjutkan studi S2 dan penyelesaian tesis ini, diselasela persiapan akreditasi Jurusan. Serta rekanrekan dosen di Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial dan FISIP UMM yang secara tidak langsung telah mendukung terselesaikannya tesis ini,
10. Ibuku dan Bapakku yang selama ini telah banyak memberikan nasihat dan dukungan morilmateriilspirituil sehingga peneliti sadar akan arti sebuah keluarga dan saudarasaudaraku yang senantiasa memberikan dukungan moril dan materil kepada saya sehingga studi dan penyusunan karya ilmiah ini selesai juga, tanpa kalian saya tidak bisa menempuh pendidikan setinggi ini, Kakakku dan Adikadikku terima kasih atas dukungan selama ini,
11. Nenekku tercinta Djasemi yang selalu ikhlas mendoakan cucucucunya untuk sukses di masyarakat dan keluarga besar di Ngantang yang tetap mencurahkan perhatian kepada peneliti untuk semangat dalam menuntut ilmu,
12. BapakBapak Muhammadiyah dan IbuIbu Aisyiyah di ranting Sawojajar Kota Malang yang telah mendorong peneliti melanjutkan studi S2, dan teman teman Pemuda Muhammadiyah di kota Malang terima kasih atas bantuannya selama ini yang menjadi teman diskusi saya selama penyusunan tesis ini, 13. Rekanrekan bisnis yang memberikan kesempatan kepada peneliti untuk
segera menyelesaikan studi ini,
14. Temanteman Magister Sosiologi PPs UMM angkatan tahun 2010 semester ganjil, yang berkenan menjadi teman diskusi dan sharing sejak awal perkualihan hingga terselesaikannya tesis ini,
15. Kepada Early Tyagita Hakim, sebagai pendamping yang selalu mendukung dan menemani peneliti untuk segera menyelesaikan S2.
Terima kasih kepada seluruh pihak yang membantu kelancaran penulisan tesis ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu.
Peneliti menyadari bahwa tesis ini masih terlalu jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan pengalaman dan kemampuan yang dimiliki oleh peneliti. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan tesis ini diharapkan oleh penulis. Akhirnya, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi peneliti juga bagi pembaca, sekali lagi peneliti mengucapkan terima kasih sebesar besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan mohon maaf apabila selama penyelesaian tesis ini ada halhal yang tidak berkenan.
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel I Potensi Lembaga Filantropi Islam di Indonesia ... 6
Tabel II Pimpinan Rumah Zakat Kota Malang ... 81
Tabel III Program Retail Senyum Juara ... 90
Tabel IV Contoh RAB Intervensi Ibu Ponijem ... 110 Tabel V Fungsi Manifes dan Laten Praktik Pemberdayaan Masyarakat
Oleh Rumah Zakat 125
Tabel VI Kategori Praktik Pemberdayaan Masyarakat dalam Program
DAFTAR GAMBAR
Hal Gambar I Kaleidoskop Kelembagaan Rumah Zakat ... 63 Gambar II Model Pemberdayaan Masyarakat Oleh Rumah Zakat ... 84 Gambar III Lokasi Balai Bina Mandiri Kota Malang atau ICD Sukun ... 93 Gambar IV Aktifitas ICD Sukun dalam Program Pembinaan Rutin Bulanan 94 Gambar V Intervensi Program Senyum Mandiri Kota Malang ... 109 Gambar VI Profil Penerima Manfaat Rumah Zakat ICD SukunBapak
Suyitno 111
Gambar VII Profil Penerima Manfaat Rumah Zakat ICD SukunBapak
DAFTAR BAGAN
Hal
Bagan I Kolaborasi Teori Pierre Bourdieu dan Robert K. Merton ... 39
Bagan II Alur Penelitian ... 51
Bagan III Ruang Lingkup Penelitian dalam DiagramFishbone ... 52
Bagan IV Manajemen Kelembagaan Rumah Zakat ... 68
Bagan V Struktur Organisasi Rumah Zakat ... 69
Bagan VI Pengelolaan Dana ZISWAF Rumah Zakat ... 73
DAFTAR PUSTAKA
Adi,Isbandi Rukminto.2003.Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas.Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia:Jakarta.
Bewley,AbdullHaqq dan Amal AbdalhakimDouglas. 2005.Restorasi Zakat:Pustaka Adina.Jakarta.
Bourdieu, Pierre.2010.Arena Produksi Kultural: Sebuah Kajian Sosiologi Budaya(terjemahan):Kreasi Wacana.Yogyakarta.
Creswell,John W.1998.Qualitative Inquiry and Research Design Choosing Among Five Tradition,London:Sage.
Revitaliasasi Filantropi Islam. PBB UIN Syarif Hidayatullah dan The Ford
Foundation:Jakarta.
Priyono, B.Herry.2002.Anthony Giddens Suatu Pengantar.Kepustakaan Populer Gramedia:Jakarta.
Puraka, Y. Wasi Gede.2006.Pola Interaksi Kedermawanan Sosial Kelompok Parokial dan Kategorial Keuskupan Agung Jakarta & Keuskupan Agung Semarang.Semarang:KehatiInrise.
Ritzer, George dan Douglas J.Goodman, 2003 .Teori Sosiologi Modern. Prenada Media: Jakarta.
Saidi, Zaim.Materi Seminar Optimalisasi Pengelolaan dan Pendayagunaan Wakaf di Indonesia,Jum’at 24 Nopember 2006, Hotel Santika Malang. PIRAC Jakarta dan YDSF Malang.
Salim, Agus dkk.2001.Teori dan Paradigma Penelitian Sosial,Jogya:Tiara Wacana Yogya.
Shirazi, N. S. 1994.An Analysis of Pakistan’s Poverty Problem and Its Alleviation through Infaq. Ph.D. Dissertation. International Islamic University,
Islamabad.
Sudarsih, 2010, Pembangunan dan Rekayasa Sosial, dalam TeoriTeori Perubahan Sosial, Modul 4, Modul untuk Universitas Terbuka:Jakarta. Setiana, Lucie.2005.Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat.Ghalia
________http://www.malangkota.go.id/mlg_halaman.php?id=1606073 diakses tanggal 7 Juli
2012 jam 11.00 wib.
_______http://www.beritajatim.com/detailnews.php/6/politik_&_Pemerintahan/2012 0430/134075/Jelang_May_Day,_Buruh_Tuntut_UMK_ Malang_Direvisi__ diakses tanggal 10 Juli 2012 jam 13.00 wib.
PERSEMBAHAN
Tesis dan karya ilmiah yang sederhana ini tak lebih untuk sebuah peabdian
seumur hidupku kepada Allah SWT dan keinginan menjadi pengikut
Rasululloh SAW yang haus akan samudera ilmu.
Sebuah bhakti yang tak kan terukur oleh besarnya kasih sayang kedua orang
tuaku, tesis ini saya persembahkan untuk keluarga besarku, terkhusus kepada
Ibuku Ismuriyati dan Ayahku Grandy Sutikno
Untuk kakakku Nurul Hikmah, adikku Uswatun Chasanah, Hananda
Firmansyah dan (alm.) Wildan Syaifullah Ar Rasyid. Kepada keluarga besar di
M O T T O
”Aku sesuai dengan prasangka hamba‐Ku terhadap‐Ku.
Aku bersamanya manakala ia mengingatku. Jika ia mengingat‐Ku dalam dirinya, Aku pun mengingatnya dalam diri‐Ku. Jika ia mengingat‐Ku dalam suatu kumpulan, Aku pun mengingatnya dalam kumpulan yang lebih mulia.
Jika ia mendekat kepada‐Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada‐Ku sehasta,
Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia mendatangi‐Ku dengan berjalan,
Aku mendatanginya dengan berjalan cepat ”