• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK INDUSTRIALISASI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERHADAP EKSISTENSI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL ( Studi di Desa Baung Kabupten Seruyan, Kalimantan Tengah )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DAMPAK INDUSTRIALISASI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERHADAP EKSISTENSI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL ( Studi di Desa Baung Kabupten Seruyan, Kalimantan Tengah )"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK INDUSTRIALISASI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERHADAP EKSISTENSI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL

( Studi di Desa Baung Kabupten Seruyan, Kalimantan Tengah )

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1)

YULI KHUSMACAHYADI 201110310311005

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Assamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan judul

Dampak Industrialisasi Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Eksistensi Nilai-Nilai Kearifan Lokal (Studi di Desa Baung Kabupaten Seruyan Kalimantan Tengah). Skripsi ini penulis susun dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin sehingga

penulis bisa mengerjakan karya ilmiah ini dengan lancar. Penulis tidak lupa selalu

memanjatkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW dimana

selama ini membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang ini.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tidak terlepas

oleh dukungan dan doa dari semua pihak. Melalui kesempatan ini, penulis ingin

menyampaikan rasa syukur dan terima kasih yang ditujukan kepada :

1. Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.Ap selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Malang.

2. Bapak Dr. Asep Nurjaman, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Politik yang memberikan ijin dalam melaksanakan karya tulis ilmiah.

3. Bapak Dr.Wahyudi, M.Si selaku dosen pembimbing I dalam penyusunan

(4)

teguran kritik, serta masukan dengan bijaksana selama proses penyusunan

karya tulis ilmiah ini.

4. Bapak Drs. Oman Sukmana, M.Si selaku dosen pembimbing II dalam

penyusunan karya tulis ilmiah ini yang senantiasa sabar membimbing dan

memberikan teguran kritik, serta masukan dengan bijaksana selama proses

penyusunan karya tulis ilmiah ini.

5. Bapak Mulyadi dan Ibu Siti Khusnul Khotimah yang saya sayangi dan cintai.

Kedua adik saya Dhea dan Wita yang telah senantiasa memberikan semangat,

doa dan hiburan selama proses penyusunan karya ilmiah ini. Terima kasih atas

doa dan dukungan yang diberikan.

6. Sahabat hidup saya Yogi Gustyo Mukti yang selalu bersedia membantu,

memberikan dukungan, semangat dan doa dalam menyelesaikan karya tulis

ilmiah ini, serta selalu mengingatkan agar terus berusaha.

7. Sahabat seperjuangan saya Awi, Mba Via, Ika, Noe, Fatma, Haki dan Bang

Rumi yang senantiasa selalu memberikan semangat dan doa serta berbagi

canda tawa disela-sela kesibukannya dalam menyelesaikan tugas akhir

masing-masing.

8. Teman-teman Jurusan Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang

Angkatan 2011 yang selalu memberikan dukungan penulis tanpa

(5)

9.Teman-teman kos Via, Putri, Linda, Mba Ara, Tiwi, Riza yang selalu

mengingatkan saya untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dan

memberikan bantuan. Terima kasih banyak atas semuanya teman.

10.Seluruh keluarga besar saya yang selalu memberikan doa dan dukungan

dalam penulisan karya ilmiah ini.

11.Seluruh informan serta segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu

persatu yang selalu memberikan bantuan, dukungan dan doa dalam

penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan karya

tulis ilmiah ini, oleh karena itu perlu adanya kritik dan saran terhadap penulis yang

bersifat membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Dengan segala

kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih dan mohon maaf atas segala

kekurangan. Semoga karya tulis ilmiah ini memberikan manfaat demi pengembangan

dan wawasan pada pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Malang, 30 April 2015

(6)

DAFTAR ISI

COVER

LEMBAR PENGESAHAN………... i

LEMBAR PERSETUJUAN……….. ii

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI……….. iii

LEMBAR PERNYATAAN………... iv

MOTTO………. v

LEMBAR PERSEMBAHAN……….... vi

KATA PENGANTAR………... vii

ABSTRAKSI………... viii

DAFTAR ISI……….. x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………. 1

B. Rumusan Masalah………. 7

C. Tujuan Penelitian………. 7

D. Manfaat Penelitian……… 8

E. Definisi Konsep……… 8

F. Metode Penelitian ……… 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Penelitian Terdahulu……… 23

B. Nilai-nilai Kearifan Lokal……… 30

C. Proses Industrialisasi……… 33

D. Pengaruh Industrialisasi Terhadap Nilai-Nilai Kearifan Lokal…. 36 E. Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia……… 39

F. Peran Modal Sosial Dalam Proses Industrialisasi……… 40

G. Kerangka Teoritis………. 50

BAB III DESKRIPSI WILAYAH A. Deskripsi Wilayah Penelitian……… 52

B. Desa Baung………... 60

(7)

2. Kondisi Desa Baung Setelah Berdirinya Industrialisasi

Perkebunan Kelapa Sawit……….... 68

C. Perkebunan Kelapa Sawit di Desa Baung……….. 77

BAB IV PEMBAHASAN A. Dampak Industrialisasi Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Nilai-Nilai Kearifan Lokal 1. Solidaritas Warga Desa Baung……… 83

2. Bekumpulan (Kumpul-Kumpul)……….. 87

3. Tradisi dan Budaya Lokal: Tiwah………... 91

4. Gotong Royong……… 94

B. Analisis Francis Fukuyama Dalam Teori Modal Sosial Terhadap Eksistensi Nilai-Nilai Kearifan Lokal……….... 99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……… 109

B. Saran……….. 110

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. 2002. SOSIOLOGI Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Basundoro. 2001. Jurnal: Industrialisasi, Perkembangan Kota, dan Respons Masyarakat:Studi Kasus Kota Gresik Vol 13 No.02.

Field, John. 2010. Modal Sosial. Bantul:Kreasi Wacana.

Fukuyama, Francis. 2002. Trust Kebajikan Sosial dan Penciptaan Kemakmuran. Yogyakarta:Qalam

Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba Humanika

Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: PT. Gelora Aksara Pratama

Kurniawinata, Edhy. 2012. Thesis :Identitas, Kontinuitas dan Pergeseran Sosial Tradisi PelarianDiri (Meraiq) Dalam Perkawinan Adat Masyarakat Suku Sasak Lombok.

Lawang Z.M, Robert. 2004. Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologik Suatu Pengantar.FISIP UI Press

Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.

Sugiyono. 2012. Metode Peneltitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suprayogo. 2011. Kampanye Negatif Kelapa Sawit. Jakarta: Main Building 3th Floor.

Tambunan, Tulus T.H. 2001. Industrialisasi Di Negara Sedang Berkembang: Kasus Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Wahono, Francis dkk. 2005. Pangan, Kearifan Lokal dan Keanekaragaman Hayati. Yogyakarta: Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas

Sumber Internet

(9)

http://www.academia.edu/8894781/Modal_Sosial_penjelasan_singkat_para_pakar. Diakses tanggal 10 Maret 2014 .Pukul 20.18 WIB

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39569/3/Chapter%20II.pdf. Diakses pada tanggal 24 September 2014. Pukul 09.52 WIB

http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2013/10/01/kelapa-sawit-potensi-indonesia-yang- mendunia-594674.html. Edisi 01 Oktober 2013

Triwahyu,Dewi.Industrialisasi.http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/373/jbptunikompp-gdl-dewitriwah-18614-13-%28babxii-i.pdf.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31473/5/Chapter%20I.pdf. Diakses pada tanggal 24 September 2014. Pukul 13.01 WIB

http://eprints.undip.ac.id/39278/2/BAB_I.pdf. Diakses pada 24 September 2014. Pukul 09.20 WIB

http://www.beritasatu.com/ekonomi/168340-prospek-industri-kelapa-sawit-2014-makin-cerah.html Edisi 26 Februari 2014

http://blog.elearning.unesa.ac.id/pdf-archive/pengertian-trend-menurut-para-ahli.pdf diakses pada tanggal 24 April 2015 pukul 15.53 WIB

(10)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki beragam kearifan lokal dan potensi unggulan yang dapat

dibanggakan dalam sektor perkebunan salah satunya kelapa sawit. Kearifan lokal dan

perindustrian seringkali berada dalam satu ruang lingkup yang saling mendukung dan

bahkan tidak saling mendukung. Potensi unggulan perkebunan kelapa sawit menjadi

peluang besar untuk perdagangan dan investasi, baik untuk investor domestik maupun

internasional.Pada tahun 2013 Indonesia menjadi produsen minyak sawit mentah atau

Crude Oil Palm (CPO)terbesar didunia.Tahun 2012 luas perkebunan diperkirakan

sebesar 9 juta hektar dengan produksi CPO 24 juta ton per tahun dengan komposisi 5

juta ton dikonsumsi di dalam negeri, sementara 80% sisanya di ekspor.1

Memasuki tahun 2014 industri sawit memiliki prospek yang cukup cerah. Inilah

mengapa kebijakan beberapa negara terutama Indonesia dan Malaysia yang akan

meningkatkan konsumsi dalam negeri akan menjadi faktor yang akan menentukan dalam

perkembangan kelapa sawit di tahun 2014. Gabungan pengusaha Kelapa Sawit

Indonesia (GAPKI) meyakini prospek industri kelapa sawit nasional tahun akan cukup

menjanjikan. Berdasarkan data GAPKI, produksi CPO dan Palm Kernel Oil (PKO)

tahun 2013 mencapai 26 juta ton atau naik 1,9% dibandingkan tahun 2012yaitu

sebanyak 26,5 juta ton, sedangkan produksi pada tahun 2014 diperkirakan ada dikisaran

1

(11)

2 27,5-28 juta ton.2Dalam status pengusahaannya, lahan perkebunan kelapa sawit dibagi

menjadi tiga, yaitu perkebunan rakyat, perkebunan swasta, dan perkebunan

negara.Lahan paling besar digarap oleh perusahaan swasta, yaitu sekitar 52%,

perkebunan rakyat sekitar 38%, dan sisanya dimiliki oleh perusahaan negara.

Penyebaran areal yang berpotensi untuk dijadikan tempat pengembangan kelapa sawit

umumnya terdapat di provinsi Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan

Timur, Irian Jaya, Sumatera Utara, Bengkulu, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Selatan.

Pemerintah Indonesia mengutamakan kebijakan pengembangan industri hilir dalam

mengembangkan kelapa sawit. Kebijakan ini dilakukan dengan cara mengembangkan

klaster industry di Zona Ekonomi Khusus (ZEK) yang diatur UU No. 39 Tahun 2009

tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), yang saat ini difokuskan di KEK Sei Mangke

(Sumatera Utara), Maloy (Kalimantan Timur), dan Dumai (Riau). Kebijakan ini pada

intinya mengatur pengenaan tarif yang lebih rendah pada produk hasil olahan dari kelapa

sawit, CPO dan turunannya yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah serta daya

saing industri hilir sawit dalam negeri.

Pada tahun 2013 ada sejumlah masalah dalam negeri yang dihadapi industri kelapa

sawit nasional, antara lain :

1. Kepastian hukum yang menyangkut lahan atau tata ruang masih tetap menjadi

masalah bagi industri kelapa sawit. sebagian besar produsen sawit belum

memiliki Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) yang tuntasd dan

2

(12)

3 dilegitimasi, sehingga para pengusaha tidak memiliki kepastian hukum dalam

mendirikan usaha.

2. Infrastruktur belum mengalami kemajuan sehingga menyebabkan naiknya biaya

transportasi yang berakibat pada kurangnya daya saing CPO Indonesia. Seperti

belum terdapat pelabuhan ekspor yang memadai pada suatu daerah.

Semakin banyak pengembangan industri dalam sektor perkebunan maka untuk

mendapatkan area yang berpotensi tinggi untuk pengembangan kelapa sawit pun juga

semakin terbatas ketersediannya.Hal ini mejadi faktor penyebab para investor

mengembangkan perkebunan kelapa sawit di area yang tidak diizinkan oleh pemerintah,

karena potensi kelapa sawit yang menggiurkan dapat mendorong para investor untuk

melakukan eksploitasi besar-besaran lahan dan sumber daya yang ada.

Perkebunan kelapa sawit adalah salah satu sektor yang cukup mendapatkan perhatian

dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah.Perkembangan industri perkebunan kelapa

sawit di Kalimantan Tengah umumnya banyak terdapat di daerah Kabupaten

Kotawaringin Barat dan Kotawaringin Timur yang kini sedang mengalami proses

transisi dari industri kayu menjadi perkebunan berskala besar.

Menurut survey yang dilakukan oleh JICA3, pembangunan perkebunan kelapa sawit

dalam skala besar sangat potensial dilakukan di wilayah Danau Sembuluh dan

sekitarnya.Hal itu dikarenakan wilayah tersebut relatif datar, tanahnya sangat cocok dan

kepadatan penduduknya sangat rendah.Danau sembuluh merupakan danau terbesar di

3

(13)

4 Provinsi Kalimantan Tengah tepatnya di Kabupaten Seruyan Kecamatan Danau

Sembuluh dengan luasan danau sekitar 7.832,5 ha dan memiliki panjang sejauh 35,68

km dari arah utara hingga selatan yang bermuara di sungai Seruyan. Hingga tahun 2010

Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalimantan Tengahtelah mencatat sebanyak 11

buah perkebunan kelapa sawit yang mengelilingi danau Sembuluh, dimana 11

perkebunan kelapa sawit tersebut memiliki permasalahan diantaranya belum memiliki

izin pelepsan kawasan hutan dari Menteri Kehutanan, mencemari sungai, menanam

kelapa sawit hingga ke bibir danau Sembuluh hingga berkonflik dengan masyarakat

sekitar.

Sejak masuknya perkebunan kelapa sawit di wilayah Danau Sembuluh banyak

persoalan muncul yang dihadapi oleh masyarakat disekitar Danau Sembuluh. Kasus

terakhir adalah perlawanan yang dilakukan masyarakat Sembuluh yang menolak dengan

tegas pembangunan perkebunan dan pabrik milik PT. Salonok Ladang Mas yaitu salah

satu perusahaan yang berada di Desa Baung, Kabupaten SeruyanKalimantan Tengah.

PT. Salonok Ladang Mas awalnya merupakan perusahaan holding milik Malaysia yaitu

Kulim Group, namun pada tahun 2007 kemudian dijual ke perusahaan holding di bawah

Union Sampoerna Triputra Group (USTP). Legalitas PT. Salonok Ladang Mas

mendapatkan ijin HGU (Hak Guna Usaha) yang diterbitkan oleh kepala kantor

pertahanan Kabupaten Kotawaringin Timur, No 63/HGU/BPN/2000. Berdasarkan pada

surat keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No.09 tahun 2000,

PT. Salonok Ladang Mas bekerja sama dengan pihak konsultan PT. Pandu Equator

(14)

5 menjadi dasar pedoman dan panduan kerja dalam pelaksanaan penyusunan dokumen

analisis dampak lingkungan hidup (AMDAL), rencana pengelolaan lingkungan (RKL),

dan rencana pemantauan lingkungan (RPL).

Setelah dokumen AMDAL milik PT. Salonok Ladang Mas oleh komisi Amdal

Kabupaten Kotawringin Timur melalui surat keputusan nomor 31.a/ komisi

kotim/VII/2005 tanggal 22 Agustus 2005perusahaan baru diizinkan melakukan aktivitas

( tetapi PT. Salonok Ladang Mas sudah mulai melakukan land clearing tanpa dokumen

AMDAL sejak tahun 2003). Dalam dokumen tersebut pihak perusahaan mengusulkan

lokasi pembangunan pabrik kelapa sawit di lokasi titik kordinat UTM : 0656538 dan

9686958 yang terletak di hulu sungai Kelua dimana dari jarak lokasi pabrik sekitar 10

km dari Danau Sembuluh, namun ternyata lambat laun pihak perusahaan memindahkan

lokasi pembangunan pabrik sejauh 9 km dari lokasi awal tanpa persetujuan komisi

AMDAL.Pada tanggal 19 April 2010 akhirnya pabrik kelapa sawit PT. Salonok Ladang

Mas dibangun kemudian diresmikan oleh Wakil Bupati Seruyan H.Tarwidi dengan

melakukan peletakan batu pertama, peresmian ini juga dihadiri oleh pihak DPRD

Seruyan, Muspida dan Muspika Kecamatan Danau Sembuluh.

PT. Salonok Ladang Mas menghadapi permasalahan yang tidak jauh berbeda dengan

permasalahan industrialisasi kelapa sawit lainnya, dalam sektor perkebunannya PT.

Salonok Ladang Mas telah menanam pohon kelapa sawit hingga ke bibir danau

Sembuluh. Dalam aktivitas illegal tersebut padahal telah diatur dalam UU Kehutanan

Nomor 41 pasal 50 ayat 3 huruf a,b, dan c tentang wilayah yang tidak boleh diekploitasi

(15)

6 meter, tepi rawa 200 meter, tepi sungai 100 meter, dan 50 meter untuk anak sungai.

Aktivitas illegal yang dilakukan PT. Salonok Ladang Mas ini juga berakibat terhadap

sungai karena terganggunya kawasan penyangga sungai dan danau.

Kemudian dalam sektor pembangunan pabrik untuk minyak kelapa sawit ada

beberapa perusahaan yang membuang limbah domestik maupun limbah cair yang

dialirkan langsung ke sungai dan bermuara di danau Sembuluh. Limbah tersebut berasal

dari pabrik CPO ( Crude Palm Oil) milik PT. Agro Indomas, PT. Hamparan Mas

Bangun Persada, PT. KerrySawit Indonesia, PT. Mustika Sembuluh dan PT. Salonok

Ladang Mas. Beberapa pengolahan limbah hasil pabrik ditemukan pengolahan “land

application” dengan tidak mengelola limbah sebagaimana mestinya. Mereka hanya

memperpanjang parit pembuangan limbahnya yang akan mengakibatkan ancaman

ketika kapasitas parit tidak bisa menampung limbah cair dan dipastikan akan mengalir

ke sungai dan bermuara di danau Sembuluh yang merupakan tempat bermukimnya 6

desa. Selain itu penggunaan pestisida dan pupuk untuk pohon kelapa sawit juga

dipastikan akan mengalir dan menyerap ke air tanah kemudian mengalir ke danau yang

akhirnya akan mengakibatkan menurunnya kualitas air danau dan mempengaruhi

ekosistem di sekitar danau serta mengancam keberlangsungan hidup masyarakat sekitar

danau yang masih sangat bergantung pada alam.

Sebagaimana dipahami dalam beradaptasi dengan lingkungan, masyarakat

memperoleh dan mengembangkan suatu kearifan yang berwujud pengetahuan atau ide,

norma adat, nilai budaya, aktivitas, dan peralatan sebagai hasil abstraksi mengelola

(16)

7 pedoman yang akurat dalam mengembangkan kehidupan di lingkungan

pemukimannya.Sejauh ini kehidupan di lingkungan masyarakat lokal kebanyakan rusak

akibat adanya aktivitas berbagai macam industrialisasi.Desakan persaingan dibidang

industri merupakan prinsip kapitalisme melahirkan berbagai tindakan yang lepas kontrol

dalam pendayagunaan atau pengolahan sumber daya alam untuk kebutuha industri dan

dalam penerapan teknologi canggih industri yang tidak mempertimbangkan kondisi

alam. Kondisi tersebut secara lambat atau cepat akan menyebabkan berbagai macam

keberadaan kearifan lokal bergeser bahkan hilang. Dalam hal negatif industrialisasi

memberikan pengaruh pada kehidupan masyarakat lokal, seperti kebiasaan sehari-sehari

atau budaya lokal yang mereka anut akan hilang seiring dengan berubahnya kondisi

lingkungan alam yang tidak lagi sama jika mereka tidak dapat mempertahankannya.

Sedangkan dalam hal positif, jika industrialisasi yang dikembangkan berbasis kearifan

lokal seperti industri kreatif maka itu akan membantu dalam mengembangkan potensi

kearifan lokal masyarakat lokal setempat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan dan pernyataan diatas, maka dirumuskan permasalahan

sebagai berikut : “Bagaimana dampak industrialisasi perkebunan kelapa sawit terhadap

eksistensi nilai-nilai kearifan lokal?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang dampak industrialisasi

(17)

8 D. Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis

1) Mengembangkan teori sosiologi tentang sosial kapital yang digagas oleh para

tokoh sosiologi guna mengkaji permasalahan yang terjadi seperti yang telah

digambarkan dalam penjelasan diatas.

2) Mendeskripsikan secara obyektif mengenai dampak industrialisasi perkebunan

kelapa sawit terhadap eksistensi nilai-nilai kearifan lokal di Desa Baung.

Manfaat Praktis

1) Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi

masyarakat serta Pemerintah Kecamatan dan Kabupaten Seruyan

2) Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi peneliti selanjutnya

untuk melakukan penelitian yang sejenis.

E. Definisi Konsep dan Operasional

1. Industrialisasi

Menurut Faisal Basri industrialisasi dalam arti luas dipahami sebagai suatu proses

yang tak terelakan menuju masyarakat industrial untuk mengaktualisasikan segala

(18)

9 yang kebih baik dari waktu ke waktu. Industrialisasi bukan sekedar membangun wujud

fisik saja, tetapi juga membentuk masyarakat untuk siap menghadapi realitas baru.4

Dalam sejarah perkembangan ekonomi, konsep industrialisasi berawal dari proses

revolusi industri pertama pada pertengahan abad ke-18 di Inggris dengan penemuan

motode baru untuk pemintalan dan penenunan kapas yang menciptakan spesialisasi

dalam produksi dan peningkatan produktivitas dari faktor produksi yang digunakan.

Setelah itu, terjadi inovais dan penemuan baru dalam pengolahan besi dan mesin uap

dan sebagainya. Berdasarkan sejarah tampak bahwa industrialisasi merupakan suatu

proses interaksi antara pengembangan teknologi, inovasi, spesialisasi, danperdagangan

antarnegara yang pada akhirnya sejalan dengan meningkatnya pendapatan masyarakat

dan mendorong perubahan struktur ekonomi.5

Industrialisasi diartikan sebagai pembangunan ekonomi melalui transformasi sumber

daya dan kuantitas energi yang digunakan. Proses transformasi adalah gerak

perpindahan, jadi dalam hal ini industrialisasi diartikan sebagai pertumbuhan

ekonomiyang terjadi melalui penerapan teknologi terhadap perkembangan sosial dan

kebudayaan.

Terdapat 3 jenis industrialisasi yaitupertama, industri hulu (primer) seperti besi, baja,

petrokimia, dan semen.Kedua, industri tengah (antara hulu dan hilir) contohnya seperti

industry barang modal (mesin), dan alat produksi lainnya.Ketiga, industri hilir (ringan)

4

Triwahyu, Dewi. Industrialisasi.http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/373/jbptunikompp-gdl-dewitriwah-18614-13-%28babxii-i.pdf.

5

(19)

10 seperti tekstil, pakaian jadi, alas kaki, makanan dan minuman. Industrialisasi juga

memiliki faktor-faktor pendorong dimana setiap negara akan melewati intensitas dari

proses industrialisasi yang berbeda satu sama lain, hal ini disebabkan oleh :

a. perbedaan kemampuan dalam mengembangkan teknologi dan inovasi

b. laju pertumbuhan pendapatan nasional perkapita yang berbeda

c. kondisi dan struktur awal ekonomi dalamnegeri

d. besarnya pasar dalam negeri yang ditentukan oleh kombinasi antara jumlah

populasi dengan tingkat pendapat nasional riil perkapita

e. keberadaan sumber daya alam, negara kaya biasanya cenderung tidak/terlambat

melakukan industrialisasi atau prosesnya relatif berjalan lambat.

f. Kebijakan atau strategi pemerintah yang diterapkan, misalnya pinjaman suku

bunga rendah, kebijakan pajak, dan lain-lain

2. Eksistensi Nilai-Nilai Kearifan Lokal

Eksistensi adalah suatu proses yang dinamis, suatu „menjadi‟ atau „mengada‟. Asal

kata eksistensi itu sendiri yaitu exsistere yang artinya keluar dari „mengatasi‟ sehingga

eksistensi bersifat kaku dan tidak terhenti melainkan lentur dan mengalami

perkembangan atau sebaliknya kemunduran tergantung pada kemampuan dalam

mengaktualisasikan potensi-potensinya. 6

6

(20)

11 Jika digabungkan dengan pengertian nilai kearifan lokal maka eksistensi

nilai-nilai kearifan lokal adalah tentang keberadaansemua bentuk pengetahuan, keyakinan,

pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku

manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis. Eksistensi dari nilai-nilai

kearifan lokal tersebut dapat dilihat seiring dengan perkembangan zaman, dimana

eksistensi nilai-nilai kearifan lokal dapat berkembang dan bertahan atau terkikis bahkan

hilang dalam suatu wilayah tertentu. Eksistensi dapat mempengaruhi atau dipengaruhi

oleh apa saja yang ada disekitarnya sehingga memungkinkan untuk terjadi perubahan

terhadap eksistensi tersebut.

3.Kearifan Lokal

Kearifan lokal dalam ilmu antropologi dikenal juga dengan istilah local genius. Local genius merupakan istilah yang semula diperkenalkan oleh Quaritch

Wales.Kearifan lokal adalah kebijaksanaan atau pengetahuan asli suatu masyarakat

yang berasal dari nilai luhur tradisi budaya untuk mengatur tatanan kehidupan

masyarakat.Kearifan lokal juga dapat didefinisikan sebagai nilai budaya lokal yang

dapat dimanfaatkan untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat secara arif atau

bijaksana. Kearifan lokal juga merupakan pengetahuan yang eksplisit yang muncul dari

periode panjang yang berevolusi bersama-sama masyarakat dan lingkungannya dalam

sistem lokal yang sudah dialami bersama.7Menurut Sartini (2004) kearifan lokal dapat

7

(21)

12 dipahami sebagai gagasan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai

baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakat.8

Kearifan lokal adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau

wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam

kehidupan di dalam komunitas ekologis.Manusia sebagai makhluk integral dan

merupakan satu kesatuan dari alam semesta serta perilaku penuh tanggung jawab, penuh

sikap hormat dan peduli terhadap kelangsungan semua kehidupan.9

Kementerian Sosial mengeluarkan rumusan tentang kearifan lokal yaitu sebagai

pandangan hidup dan pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud

aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal untuk pemenuhan kebutuhan hidup

mereka.Dengan demikian kearifan lokal merupakan pengetahuan tradisional yang

menjadi pedoman dalam berperilaku dan telah dipraktikkan secara turun-menurun untuk

memenuhi kebutuhan dan menghadapi tantangan dalam kehidupan masyarakat.Kearifan

lokal seringkali merupakan tindakan perilaku masyarakat dalam pelestarian sumber daya

alam, mempertahankan adat dan budaya.

4. Perkebunan Kelapa Sawit

Kelapa sawit dengan nama latin Elaeis termasuk golongan tumbuhan palma. Sawit

menjadi populer setelah Revolusi Industri pada akhir abad ke-19 yaitu tingginya

permintaan minyak nabati untuk bahan pangan. Pohon kelapa sawit terdiri dari dua

8

Kurniawinata, Edhy. 2012. Thesis :Identitas, Kontinuitas dan Pergeseran Sosial Tradisi Pelarian Diri (Meraiq) Dalam Perkawinan Adat Masyarakat Suku Sasak Lombok.

9http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39569/3/Chapter%20II.pdf

(22)

13 spesies Arecaceae atau famili palma yang digunakan untuk pertanian komersil dalam

pengeluaran minyak kelapa sawit. Kelapa sawit di Indonesia di perkenalkan pertama

kali di Kebun Raya pada tahun 1884 dari Mauritius asal Afrika yang kemudian

berkembang dan merupakan induk dari perkebunan kelapa sawit di Asia Tenggara.10

Kelapa sawit adalah salah satu komoditi yang diharapkan dapat memberikan

kontribusinya dalam perekonomian yang dikelola dalam bentuk sektor

perkebunan.Kelapa sawit merupakan komoditi yang paling penting dalam hal

meningkatkan perkenonomian Indonesia. Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil

minyak sawit dan inti sawit merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang

menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia. Minyak kelapa sawit

mempunyai peran yang strategis dalam Indonesia karena merupakan bahan baku utama

untuk minyak goreng.11

Berdasarkan definisi konsep yang telah diuraikan diatas, maka hal yang terkait

dengan rumusan masalah penelitian dapat difokuskan dengan definisi operasional

sebagai berikut :

1. Eksistensi nilai solidaritas dalam proses industrialisasi perkebunan kelapa sawit

2. Eksistensi nilai „bekumpulan’ dalam proses industrialisasi perkebunan kelapa sawit

10

Suprayogo. 2011. Kampanye Negatif Kelapa Sawit. Jakarta: Main Building 3th Floor.

11

(23)

14 3. Eksistensi nilai tradisi dan budaya lokal ‘Tiwah’ dalam proses industrialisasi

perkebunan kelapa sawit

4. Eksistensi nilai gotong-royong dalam proses industrialisasi perkebunan kelapa

sawit

F. Metode Penelitian

Metode adalah suatu cara yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan

suatu penelitian. Metode penelitian mempunyai peran yang penting dalam

mengumpulkan data.

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian yang

digunakan adalah deskriptif.Jika menggunakan metode penelitian kualitatif, maka

peneliti melakukan pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen. Metode

tersebut digunakan karena beberapa pertimbangan.Pertama, menyesuaikan metode

kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda.Kedua, metode

ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan informan.Dan

ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak

penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola yang dihadapinya.12

Jenis penelitian deskriptif dilakukan untuk mengungkapkan suatu masakah atau

keadaan sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar mengungkapkan fakta (fact

12

(24)

15 finding). Hasil penelitian ditekankan pada gambaran secara objektif tentang keadaan

sebenarnya dari objek yang diselidiki.13

Dalam menggunakan pendekatan tersebut diharapkan peneliti dapat

mendeskripsikan kejadian dan kenyataan yang sebenar-benarnya tentang hal-hal

yang diteliti.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana peneliti menangkap dan mengetahui

kejadian yang sebenarnya dari objek yang diteliti.Dalam penelitian ini lokasi yang

dipilih adalah Desa Baung Kabupaten Seruyan Kalimantan Tengah.Alasan peneliti

memilih lokasi tersebut yaitu karena Desa Baung merupakan salah satu desa yang

sangat dekat industrialisasi perkebunan kelapa sawit sehingga penulis bisa

termudahkan dalam mencari dan mengumpulkan data yang dibutuhkan.

3. Subyek Penelitian

Metode penelitian yang digunakan atau dipilih oleh peneliti harus sesuai untuk

memperoleh jawaban atas masalah yang ingin diangkat.

Dalam penelitian kualitatif ini peneliti menggunakan teknik purposive

sampling.Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data

dengan pertimbangan tertentu yaitu narasumber dianggap paling mengetahui apa

saja yang ingin diketahui oleh peneliti, sehingga mempermudah peneliti menjelajahi

kondisi objek yang sedang diteliti.14 Narasumber yang ada desa Baung terpilih

13

Nawawi Hadari. 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada Universty Press. Hal 31

14

(25)

16 dengan pertimbangan tertentu yaitu masyarakat biasa desa Baung dengan alasan

mereka yang mengalami dan merasakan tentang kondisi desa sebelum dan sesudah

adanya industrialisasi perkebunan kelapa sawit, kepala desa dengan alasan selaku

pemimpin desa Baung dan perangkat desa yang dapat memberikan informasi secara

administratif, perwakilan generasi muda karena merupakan generasi yang diajarkan

melalui orang tua mereka tentang nilai-nilai kearifan lokal desa Baung, dan tokoh

masyarakat karena dianggap mengetahui dan memahami tentang nilai-nilai kearifan

lokal dan tradisi budaya yang ada di desa Baung.

Dalam mengumpulkan informasi atau data yang diperoleh peneliti telah

mewawancarai warga desa Baung yang terdiri dari para tokoh desa dan warga biasa.

Jumlah informan yang menjadi narasumber penelitian berjumlah 8 orang dimana

diantaranya adalah para warga desa Baung yang mengetahui permasalahan yang ada

sebelum dan sesudahadanya industrialisasi dimana mereka juga terlibat dalam proses

[image:25.612.126.548.556.697.2]

penolakan pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit.

Tabel 2 : Daftar nama informan

No. Nama Usia Pekerjaan

1. Edy Susanto 38 tahun Kepala Desa

2. Pining 40 tahun Sekretaris Desa

3. Maspul 40 tahun KUR Pembangunan

(26)

17 5. Aini 36 tahun Buruh sawit

6. Masrih 51 tahun Pengangguran

7. A‟al 48 tahun Kontraktor

8. Darman 61 tahun Tokoh Masyarakat

Delapan informan yang tertera identitasnya diatas telah dipilih atas pertimbangan

dan sesuai kriteria bahwa mereka adalah warga desa Baung yang mengetahui

eksistensi nilai-nilai kearifan lokal dan sejarah industrialisasi perkebunan kelapa

sawit di desa Baung.

4. Sumber Data

Sumber data dapat dibedakan menjadi dua sumber, yaitu :

a. Data primer

Adalah data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus menyelesaikan

permasalahan yang sedang ditanganinya.Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti

langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan. Data ini

diperoleh secara langsung dari subyek yang diteliti, dengan cara mengadakan

wawancara secara langsung dan observasi langsung dilokasi penelitian. Peneliti

menggunakan sumber data primer karena untuk mendapatkan informasi secara

langsung dan aktual yang diambil dari masyarakat.

Dalam penelitian ini sumber data primernya adalah data yang didapat dari

(27)

18 berada di sekitar industrialisasi perkebunan kelapa sawit di Desa Baung,

Kabupaten Seruyan Kalimantan Tengah.

b. Data sekunder

Adalah data yang diperoleh dari arsip-arsip pemerintah, internet dari

situs-situs yang terkait dengan konteks penelitian seperti artikel, jurnal, dan lain-lain.

Dalam penelitian ini data sekundernya adalah artikel dari internet atau arsip

dari kantor desa atau kantor kelurahan yang berupa deskripsi wilayah Desa

Baung secara keseluruhan baik dengan kondisi geografis, monografis dan

topografis desa guna memahami potensi desa tersebut.

5. Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik pengumpulan data yang akan digunakan peneliti, yaitu :

a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan

terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.15

Dalam teknik wawancara peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur

yaitu wawancara terbuka karena jawaban yang didapat akan lebih alamiah dan

luas tidak ditentukan oleh peneliti. Peneliti akan mengajukan pertanyaan demi

pertanyaan sesuai jawaban yang didapat tanpa pedoman yang digunakan sebagai

kontrol. Pertanyaan dapat berkembang dengan dipengaruhinya jawaban

informan.

15

(28)

19 b. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik

bila dibandingkan dengan teknik yang lain. Dalam melakukan penelitian peneliti

mengamati secara langsung obyek penelitian untuk memperoleh gambaran

kebernaran dari data yang di dapat, tetapi dalam hal ini peneliti tidak terlibat

tetapi hanya sebagai pengamat independen. Peneliti hanya melihat secara

langsung atau mengamati apa yang terjadi pada subyek penelitian.16

c. Dokumentasi

Dokumentasi yang dimaksud yaitu berupa foto-foto dari lokasi kejadian.Atau

dokumen yang berbentuk tulisan atau karya-karya monumental dari seseorang.

Data yang diperoleh berupa foto maupun dokumen berkas dikaji kembali dengan

tujuan untuk melengkapi data-data yang diperoleh sebelumnya sehingga peneliti

dapat mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam karena sifatnya

data ini adalah tidak terbatas ruang dan waktu.

6. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini teknik analisa data yang digunakan adalah teknik analisa

data secara kualitatif, yaitu dengan cara mengumpulkan berbagai sumber informasi

dan data. Analisis data merupakan langkah terakhit sebelum didapatkan satu

kesimpulan. Maka dari itu teknik analisa data diperlukan untuk memperoleh

16

(29)

20 gambaran yang detail, jelas, dan terperinci tentang objek yang akan diteliti.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisi kualitatif.17

a. Pengumpulan Data

Untuk melakukan pengumpulan data kegiatan yang diperoleh dari subjek

penelitian harus memiliki relevansi dengan perumusan masalah dan tujuan

penelitian.Dalam pengumpulan data, peneliti dapat melakukan beberapa

langkah untuk mendapatkan data yang sebenarnya seperti observasi ke lokasi

penelitian, wawancara dan dokumentasi.

b. Reduksi Data

Kegiatan ini diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan, perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung

secara terus-menerus selama proyek yang berorientasi penelitian kualitatif

berlangsung.

c. Penyajian Data

Penyajian data merupakan sebagai kumpulan informasi tersusun yang

memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan.Penyajian data yang baik merupakan satu langkah penting menuju

tercapainya analisis kualitatif yang valid dan handal. Dalam melakukan

penyajian data tidak semata-mata mendeskripsikan secara naratif, akan tetapi

disertai proses analisis.

17

(30)

21 7. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan adalah usaha untuk mencari atau memahami

makna/arti, keteraturan, pola-pola, penjelasan, alur sebab-akibat atau

proposisi.Kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung dan

dilakukan secara terus-menerus.Dalam tahapan untuk menarik kesimpulan dari

kategori-kategori data yang telah direduksi dan disajikan untuk selanjutnya

menuju kesimpulan akhir mampu menjawab permasalahan yang dihadapi.18

8. Teknik Uji Keabsahan Data

Teknik uji keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

trianggulasi yang meliputi trianggulasi sumber, trianggulasi metode dan

trianggulasi data/analisis.19

a. Trianggulasi data/analisis dilakukan dengan mengecek kembali jawaban

yang diberikan informan dengan cara menanyakan kembali maksud dari

jawaban informan untuk memastikan kebenaran jawaban.

b. Trianggulasi sumber dilakukan dengan cara melakukan cross check data

dengan fakta dari sumber lainnya dan menggunakan informan yang

berbeda-beda. Trianggulasi ini dilakukan dengan cara menemukan orang-orang yang

terlibat langsung dalam industrialisasi perkebunan kelapa sawit dan

penduduk Desa Baung yang berada disekitar industrialisasi untuk melakukan

wawancara.

18

Ibid 19

(31)

22 c. Trianggulasi metode dilakukan dengan cara menggunakan beberapa metode

untuk mengumpulkan data. Trianggulasi metode ini juga melakukan

observasi untuk memastikan keadaan dan kondisi yang sebenarnya di

Gambar

Tabel 2 : Daftar nama informan

Referensi

Dokumen terkait

Jadi, kesimpulan dari pengakuan nasab anak menurut Hukum Islam maupun Hukum Positif dalam menetapkan asal-usul anak yang tidak diketahui nasabnya mempunyai

4.3.4 Disiplin Kerja Z Memediasi Pengaruh Kepemimpinan X terhadap Kinerja Karyawan Y Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa koefisien beta pada variabel kepemimpinan

Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Tuhan atas rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan praktik kerja lapang dan dapat menyelesaikan

memberikan segala hal yang bisa membuat orang tertarik untuk membeli produk mereka. Brochure diharapkan memenuhi unsur promosi yang diperlukan untuk menarik

Kedua selebiti tersebut adalah Eko patrio dan Primus Yustisio, artinya hanya 11% saja rasio keberhasilan caleg dari kalangan artis yang memenangkan pertarungan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui gambaran nyata bahwa variabel prediktor yang diteliti, yakni Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah, Budaya Organisasi dan

Berdasarkan hasil pengamatan, analisis graf dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa persoalan optimalisasi dari Travelling Salesman Problem (TSP) pada pendistribusian

Grafik rata-rata kepemilikan manajerial yang cenderung meningkat daripada kebijakan hutang karena tingkat kepemilikan saham oleh manajerial telah banyak dimiliki