DAMPAK INDUSTRIALISASI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERHADAP EKSISTENSI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL
( Studi di Desa Baung Kabupten Seruyan, Kalimantan Tengah )
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1)
YULI KHUSMACAHYADI 201110310311005
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
KATA PENGANTAR
Assamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan judul
Dampak Industrialisasi Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Eksistensi Nilai-Nilai Kearifan Lokal (Studi di Desa Baung Kabupaten Seruyan Kalimantan Tengah). Skripsi ini penulis susun dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin sehingga
penulis bisa mengerjakan karya ilmiah ini dengan lancar. Penulis tidak lupa selalu
memanjatkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW dimana
selama ini membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang ini.
Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tidak terlepas
oleh dukungan dan doa dari semua pihak. Melalui kesempatan ini, penulis ingin
menyampaikan rasa syukur dan terima kasih yang ditujukan kepada :
1. Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.Ap selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Malang.
2. Bapak Dr. Asep Nurjaman, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik yang memberikan ijin dalam melaksanakan karya tulis ilmiah.
3. Bapak Dr.Wahyudi, M.Si selaku dosen pembimbing I dalam penyusunan
teguran kritik, serta masukan dengan bijaksana selama proses penyusunan
karya tulis ilmiah ini.
4. Bapak Drs. Oman Sukmana, M.Si selaku dosen pembimbing II dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini yang senantiasa sabar membimbing dan
memberikan teguran kritik, serta masukan dengan bijaksana selama proses
penyusunan karya tulis ilmiah ini.
5. Bapak Mulyadi dan Ibu Siti Khusnul Khotimah yang saya sayangi dan cintai.
Kedua adik saya Dhea dan Wita yang telah senantiasa memberikan semangat,
doa dan hiburan selama proses penyusunan karya ilmiah ini. Terima kasih atas
doa dan dukungan yang diberikan.
6. Sahabat hidup saya Yogi Gustyo Mukti yang selalu bersedia membantu,
memberikan dukungan, semangat dan doa dalam menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini, serta selalu mengingatkan agar terus berusaha.
7. Sahabat seperjuangan saya Awi, Mba Via, Ika, Noe, Fatma, Haki dan Bang
Rumi yang senantiasa selalu memberikan semangat dan doa serta berbagi
canda tawa disela-sela kesibukannya dalam menyelesaikan tugas akhir
masing-masing.
8. Teman-teman Jurusan Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang
Angkatan 2011 yang selalu memberikan dukungan penulis tanpa
9.Teman-teman kos Via, Putri, Linda, Mba Ara, Tiwi, Riza yang selalu
mengingatkan saya untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dan
memberikan bantuan. Terima kasih banyak atas semuanya teman.
10.Seluruh keluarga besar saya yang selalu memberikan doa dan dukungan
dalam penulisan karya ilmiah ini.
11.Seluruh informan serta segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu yang selalu memberikan bantuan, dukungan dan doa dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan karya
tulis ilmiah ini, oleh karena itu perlu adanya kritik dan saran terhadap penulis yang
bersifat membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Dengan segala
kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih dan mohon maaf atas segala
kekurangan. Semoga karya tulis ilmiah ini memberikan manfaat demi pengembangan
dan wawasan pada pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Malang, 30 April 2015
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN………... i
LEMBAR PERSETUJUAN……….. ii
BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI……….. iii
LEMBAR PERNYATAAN………... iv
MOTTO………. v
LEMBAR PERSEMBAHAN……….... vi
KATA PENGANTAR………... vii
ABSTRAKSI………... viii
DAFTAR ISI……….. x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………. 1
B. Rumusan Masalah………. 7
C. Tujuan Penelitian………. 7
D. Manfaat Penelitian……… 8
E. Definisi Konsep……… 8
F. Metode Penelitian ……… 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Penelitian Terdahulu……… 23
B. Nilai-nilai Kearifan Lokal……… 30
C. Proses Industrialisasi……… 33
D. Pengaruh Industrialisasi Terhadap Nilai-Nilai Kearifan Lokal…. 36 E. Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia……… 39
F. Peran Modal Sosial Dalam Proses Industrialisasi……… 40
G. Kerangka Teoritis………. 50
BAB III DESKRIPSI WILAYAH A. Deskripsi Wilayah Penelitian……… 52
B. Desa Baung………... 60
2. Kondisi Desa Baung Setelah Berdirinya Industrialisasi
Perkebunan Kelapa Sawit……….... 68
C. Perkebunan Kelapa Sawit di Desa Baung……….. 77
BAB IV PEMBAHASAN A. Dampak Industrialisasi Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Nilai-Nilai Kearifan Lokal 1. Solidaritas Warga Desa Baung……… 83
2. Bekumpulan (Kumpul-Kumpul)……….. 87
3. Tradisi dan Budaya Lokal: Tiwah………... 91
4. Gotong Royong……… 94
B. Analisis Francis Fukuyama Dalam Teori Modal Sosial Terhadap Eksistensi Nilai-Nilai Kearifan Lokal……….... 99
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……… 109
B. Saran……….. 110
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani. 2002. SOSIOLOGI Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Basundoro. 2001. Jurnal: Industrialisasi, Perkembangan Kota, dan Respons Masyarakat:Studi Kasus Kota Gresik Vol 13 No.02.
Field, John. 2010. Modal Sosial. Bantul:Kreasi Wacana.
Fukuyama, Francis. 2002. Trust Kebajikan Sosial dan Penciptaan Kemakmuran. Yogyakarta:Qalam
Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba Humanika
Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: PT. Gelora Aksara Pratama
Kurniawinata, Edhy. 2012. Thesis :Identitas, Kontinuitas dan Pergeseran Sosial Tradisi PelarianDiri (Meraiq) Dalam Perkawinan Adat Masyarakat Suku Sasak Lombok.
Lawang Z.M, Robert. 2004. Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologik Suatu Pengantar.FISIP UI Press
Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Sugiyono. 2012. Metode Peneltitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suprayogo. 2011. Kampanye Negatif Kelapa Sawit. Jakarta: Main Building 3th Floor.
Tambunan, Tulus T.H. 2001. Industrialisasi Di Negara Sedang Berkembang: Kasus Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Wahono, Francis dkk. 2005. Pangan, Kearifan Lokal dan Keanekaragaman Hayati. Yogyakarta: Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas
Sumber Internet
http://www.academia.edu/8894781/Modal_Sosial_penjelasan_singkat_para_pakar. Diakses tanggal 10 Maret 2014 .Pukul 20.18 WIB
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39569/3/Chapter%20II.pdf. Diakses pada tanggal 24 September 2014. Pukul 09.52 WIB
http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2013/10/01/kelapa-sawit-potensi-indonesia-yang- mendunia-594674.html. Edisi 01 Oktober 2013
Triwahyu,Dewi.Industrialisasi.http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/373/jbptunikompp-gdl-dewitriwah-18614-13-%28babxii-i.pdf.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31473/5/Chapter%20I.pdf. Diakses pada tanggal 24 September 2014. Pukul 13.01 WIB
http://eprints.undip.ac.id/39278/2/BAB_I.pdf. Diakses pada 24 September 2014. Pukul 09.20 WIB
http://www.beritasatu.com/ekonomi/168340-prospek-industri-kelapa-sawit-2014-makin-cerah.html Edisi 26 Februari 2014
http://blog.elearning.unesa.ac.id/pdf-archive/pengertian-trend-menurut-para-ahli.pdf diakses pada tanggal 24 April 2015 pukul 15.53 WIB
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki beragam kearifan lokal dan potensi unggulan yang dapat
dibanggakan dalam sektor perkebunan salah satunya kelapa sawit. Kearifan lokal dan
perindustrian seringkali berada dalam satu ruang lingkup yang saling mendukung dan
bahkan tidak saling mendukung. Potensi unggulan perkebunan kelapa sawit menjadi
peluang besar untuk perdagangan dan investasi, baik untuk investor domestik maupun
internasional.Pada tahun 2013 Indonesia menjadi produsen minyak sawit mentah atau
Crude Oil Palm (CPO)terbesar didunia.Tahun 2012 luas perkebunan diperkirakan
sebesar 9 juta hektar dengan produksi CPO 24 juta ton per tahun dengan komposisi 5
juta ton dikonsumsi di dalam negeri, sementara 80% sisanya di ekspor.1
Memasuki tahun 2014 industri sawit memiliki prospek yang cukup cerah. Inilah
mengapa kebijakan beberapa negara terutama Indonesia dan Malaysia yang akan
meningkatkan konsumsi dalam negeri akan menjadi faktor yang akan menentukan dalam
perkembangan kelapa sawit di tahun 2014. Gabungan pengusaha Kelapa Sawit
Indonesia (GAPKI) meyakini prospek industri kelapa sawit nasional tahun akan cukup
menjanjikan. Berdasarkan data GAPKI, produksi CPO dan Palm Kernel Oil (PKO)
tahun 2013 mencapai 26 juta ton atau naik 1,9% dibandingkan tahun 2012yaitu
sebanyak 26,5 juta ton, sedangkan produksi pada tahun 2014 diperkirakan ada dikisaran
1
2 27,5-28 juta ton.2Dalam status pengusahaannya, lahan perkebunan kelapa sawit dibagi
menjadi tiga, yaitu perkebunan rakyat, perkebunan swasta, dan perkebunan
negara.Lahan paling besar digarap oleh perusahaan swasta, yaitu sekitar 52%,
perkebunan rakyat sekitar 38%, dan sisanya dimiliki oleh perusahaan negara.
Penyebaran areal yang berpotensi untuk dijadikan tempat pengembangan kelapa sawit
umumnya terdapat di provinsi Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Timur, Irian Jaya, Sumatera Utara, Bengkulu, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Selatan.
Pemerintah Indonesia mengutamakan kebijakan pengembangan industri hilir dalam
mengembangkan kelapa sawit. Kebijakan ini dilakukan dengan cara mengembangkan
klaster industry di Zona Ekonomi Khusus (ZEK) yang diatur UU No. 39 Tahun 2009
tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), yang saat ini difokuskan di KEK Sei Mangke
(Sumatera Utara), Maloy (Kalimantan Timur), dan Dumai (Riau). Kebijakan ini pada
intinya mengatur pengenaan tarif yang lebih rendah pada produk hasil olahan dari kelapa
sawit, CPO dan turunannya yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah serta daya
saing industri hilir sawit dalam negeri.
Pada tahun 2013 ada sejumlah masalah dalam negeri yang dihadapi industri kelapa
sawit nasional, antara lain :
1. Kepastian hukum yang menyangkut lahan atau tata ruang masih tetap menjadi
masalah bagi industri kelapa sawit. sebagian besar produsen sawit belum
memiliki Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) yang tuntasd dan
2
3 dilegitimasi, sehingga para pengusaha tidak memiliki kepastian hukum dalam
mendirikan usaha.
2. Infrastruktur belum mengalami kemajuan sehingga menyebabkan naiknya biaya
transportasi yang berakibat pada kurangnya daya saing CPO Indonesia. Seperti
belum terdapat pelabuhan ekspor yang memadai pada suatu daerah.
Semakin banyak pengembangan industri dalam sektor perkebunan maka untuk
mendapatkan area yang berpotensi tinggi untuk pengembangan kelapa sawit pun juga
semakin terbatas ketersediannya.Hal ini mejadi faktor penyebab para investor
mengembangkan perkebunan kelapa sawit di area yang tidak diizinkan oleh pemerintah,
karena potensi kelapa sawit yang menggiurkan dapat mendorong para investor untuk
melakukan eksploitasi besar-besaran lahan dan sumber daya yang ada.
Perkebunan kelapa sawit adalah salah satu sektor yang cukup mendapatkan perhatian
dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah.Perkembangan industri perkebunan kelapa
sawit di Kalimantan Tengah umumnya banyak terdapat di daerah Kabupaten
Kotawaringin Barat dan Kotawaringin Timur yang kini sedang mengalami proses
transisi dari industri kayu menjadi perkebunan berskala besar.
Menurut survey yang dilakukan oleh JICA3, pembangunan perkebunan kelapa sawit
dalam skala besar sangat potensial dilakukan di wilayah Danau Sembuluh dan
sekitarnya.Hal itu dikarenakan wilayah tersebut relatif datar, tanahnya sangat cocok dan
kepadatan penduduknya sangat rendah.Danau sembuluh merupakan danau terbesar di
3
4 Provinsi Kalimantan Tengah tepatnya di Kabupaten Seruyan Kecamatan Danau
Sembuluh dengan luasan danau sekitar 7.832,5 ha dan memiliki panjang sejauh 35,68
km dari arah utara hingga selatan yang bermuara di sungai Seruyan. Hingga tahun 2010
Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalimantan Tengahtelah mencatat sebanyak 11
buah perkebunan kelapa sawit yang mengelilingi danau Sembuluh, dimana 11
perkebunan kelapa sawit tersebut memiliki permasalahan diantaranya belum memiliki
izin pelepsan kawasan hutan dari Menteri Kehutanan, mencemari sungai, menanam
kelapa sawit hingga ke bibir danau Sembuluh hingga berkonflik dengan masyarakat
sekitar.
Sejak masuknya perkebunan kelapa sawit di wilayah Danau Sembuluh banyak
persoalan muncul yang dihadapi oleh masyarakat disekitar Danau Sembuluh. Kasus
terakhir adalah perlawanan yang dilakukan masyarakat Sembuluh yang menolak dengan
tegas pembangunan perkebunan dan pabrik milik PT. Salonok Ladang Mas yaitu salah
satu perusahaan yang berada di Desa Baung, Kabupaten SeruyanKalimantan Tengah.
PT. Salonok Ladang Mas awalnya merupakan perusahaan holding milik Malaysia yaitu
Kulim Group, namun pada tahun 2007 kemudian dijual ke perusahaan holding di bawah
Union Sampoerna Triputra Group (USTP). Legalitas PT. Salonok Ladang Mas
mendapatkan ijin HGU (Hak Guna Usaha) yang diterbitkan oleh kepala kantor
pertahanan Kabupaten Kotawaringin Timur, No 63/HGU/BPN/2000. Berdasarkan pada
surat keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No.09 tahun 2000,
PT. Salonok Ladang Mas bekerja sama dengan pihak konsultan PT. Pandu Equator
5 menjadi dasar pedoman dan panduan kerja dalam pelaksanaan penyusunan dokumen
analisis dampak lingkungan hidup (AMDAL), rencana pengelolaan lingkungan (RKL),
dan rencana pemantauan lingkungan (RPL).
Setelah dokumen AMDAL milik PT. Salonok Ladang Mas oleh komisi Amdal
Kabupaten Kotawringin Timur melalui surat keputusan nomor 31.a/ komisi
kotim/VII/2005 tanggal 22 Agustus 2005perusahaan baru diizinkan melakukan aktivitas
( tetapi PT. Salonok Ladang Mas sudah mulai melakukan land clearing tanpa dokumen
AMDAL sejak tahun 2003). Dalam dokumen tersebut pihak perusahaan mengusulkan
lokasi pembangunan pabrik kelapa sawit di lokasi titik kordinat UTM : 0656538 dan
9686958 yang terletak di hulu sungai Kelua dimana dari jarak lokasi pabrik sekitar 10
km dari Danau Sembuluh, namun ternyata lambat laun pihak perusahaan memindahkan
lokasi pembangunan pabrik sejauh 9 km dari lokasi awal tanpa persetujuan komisi
AMDAL.Pada tanggal 19 April 2010 akhirnya pabrik kelapa sawit PT. Salonok Ladang
Mas dibangun kemudian diresmikan oleh Wakil Bupati Seruyan H.Tarwidi dengan
melakukan peletakan batu pertama, peresmian ini juga dihadiri oleh pihak DPRD
Seruyan, Muspida dan Muspika Kecamatan Danau Sembuluh.
PT. Salonok Ladang Mas menghadapi permasalahan yang tidak jauh berbeda dengan
permasalahan industrialisasi kelapa sawit lainnya, dalam sektor perkebunannya PT.
Salonok Ladang Mas telah menanam pohon kelapa sawit hingga ke bibir danau
Sembuluh. Dalam aktivitas illegal tersebut padahal telah diatur dalam UU Kehutanan
Nomor 41 pasal 50 ayat 3 huruf a,b, dan c tentang wilayah yang tidak boleh diekploitasi
6 meter, tepi rawa 200 meter, tepi sungai 100 meter, dan 50 meter untuk anak sungai.
Aktivitas illegal yang dilakukan PT. Salonok Ladang Mas ini juga berakibat terhadap
sungai karena terganggunya kawasan penyangga sungai dan danau.
Kemudian dalam sektor pembangunan pabrik untuk minyak kelapa sawit ada
beberapa perusahaan yang membuang limbah domestik maupun limbah cair yang
dialirkan langsung ke sungai dan bermuara di danau Sembuluh. Limbah tersebut berasal
dari pabrik CPO ( Crude Palm Oil) milik PT. Agro Indomas, PT. Hamparan Mas
Bangun Persada, PT. KerrySawit Indonesia, PT. Mustika Sembuluh dan PT. Salonok
Ladang Mas. Beberapa pengolahan limbah hasil pabrik ditemukan pengolahan “land
application” dengan tidak mengelola limbah sebagaimana mestinya. Mereka hanya
memperpanjang parit pembuangan limbahnya yang akan mengakibatkan ancaman
ketika kapasitas parit tidak bisa menampung limbah cair dan dipastikan akan mengalir
ke sungai dan bermuara di danau Sembuluh yang merupakan tempat bermukimnya 6
desa. Selain itu penggunaan pestisida dan pupuk untuk pohon kelapa sawit juga
dipastikan akan mengalir dan menyerap ke air tanah kemudian mengalir ke danau yang
akhirnya akan mengakibatkan menurunnya kualitas air danau dan mempengaruhi
ekosistem di sekitar danau serta mengancam keberlangsungan hidup masyarakat sekitar
danau yang masih sangat bergantung pada alam.
Sebagaimana dipahami dalam beradaptasi dengan lingkungan, masyarakat
memperoleh dan mengembangkan suatu kearifan yang berwujud pengetahuan atau ide,
norma adat, nilai budaya, aktivitas, dan peralatan sebagai hasil abstraksi mengelola
7 pedoman yang akurat dalam mengembangkan kehidupan di lingkungan
pemukimannya.Sejauh ini kehidupan di lingkungan masyarakat lokal kebanyakan rusak
akibat adanya aktivitas berbagai macam industrialisasi.Desakan persaingan dibidang
industri merupakan prinsip kapitalisme melahirkan berbagai tindakan yang lepas kontrol
dalam pendayagunaan atau pengolahan sumber daya alam untuk kebutuha industri dan
dalam penerapan teknologi canggih industri yang tidak mempertimbangkan kondisi
alam. Kondisi tersebut secara lambat atau cepat akan menyebabkan berbagai macam
keberadaan kearifan lokal bergeser bahkan hilang. Dalam hal negatif industrialisasi
memberikan pengaruh pada kehidupan masyarakat lokal, seperti kebiasaan sehari-sehari
atau budaya lokal yang mereka anut akan hilang seiring dengan berubahnya kondisi
lingkungan alam yang tidak lagi sama jika mereka tidak dapat mempertahankannya.
Sedangkan dalam hal positif, jika industrialisasi yang dikembangkan berbasis kearifan
lokal seperti industri kreatif maka itu akan membantu dalam mengembangkan potensi
kearifan lokal masyarakat lokal setempat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan dan pernyataan diatas, maka dirumuskan permasalahan
sebagai berikut : “Bagaimana dampak industrialisasi perkebunan kelapa sawit terhadap
eksistensi nilai-nilai kearifan lokal?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang dampak industrialisasi
8 D. Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
1) Mengembangkan teori sosiologi tentang sosial kapital yang digagas oleh para
tokoh sosiologi guna mengkaji permasalahan yang terjadi seperti yang telah
digambarkan dalam penjelasan diatas.
2) Mendeskripsikan secara obyektif mengenai dampak industrialisasi perkebunan
kelapa sawit terhadap eksistensi nilai-nilai kearifan lokal di Desa Baung.
Manfaat Praktis
1) Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi
masyarakat serta Pemerintah Kecamatan dan Kabupaten Seruyan
2) Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi peneliti selanjutnya
untuk melakukan penelitian yang sejenis.
E. Definisi Konsep dan Operasional
1. Industrialisasi
Menurut Faisal Basri industrialisasi dalam arti luas dipahami sebagai suatu proses
yang tak terelakan menuju masyarakat industrial untuk mengaktualisasikan segala
9 yang kebih baik dari waktu ke waktu. Industrialisasi bukan sekedar membangun wujud
fisik saja, tetapi juga membentuk masyarakat untuk siap menghadapi realitas baru.4
Dalam sejarah perkembangan ekonomi, konsep industrialisasi berawal dari proses
revolusi industri pertama pada pertengahan abad ke-18 di Inggris dengan penemuan
motode baru untuk pemintalan dan penenunan kapas yang menciptakan spesialisasi
dalam produksi dan peningkatan produktivitas dari faktor produksi yang digunakan.
Setelah itu, terjadi inovais dan penemuan baru dalam pengolahan besi dan mesin uap
dan sebagainya. Berdasarkan sejarah tampak bahwa industrialisasi merupakan suatu
proses interaksi antara pengembangan teknologi, inovasi, spesialisasi, danperdagangan
antarnegara yang pada akhirnya sejalan dengan meningkatnya pendapatan masyarakat
dan mendorong perubahan struktur ekonomi.5
Industrialisasi diartikan sebagai pembangunan ekonomi melalui transformasi sumber
daya dan kuantitas energi yang digunakan. Proses transformasi adalah gerak
perpindahan, jadi dalam hal ini industrialisasi diartikan sebagai pertumbuhan
ekonomiyang terjadi melalui penerapan teknologi terhadap perkembangan sosial dan
kebudayaan.
Terdapat 3 jenis industrialisasi yaitupertama, industri hulu (primer) seperti besi, baja,
petrokimia, dan semen.Kedua, industri tengah (antara hulu dan hilir) contohnya seperti
industry barang modal (mesin), dan alat produksi lainnya.Ketiga, industri hilir (ringan)
4
Triwahyu, Dewi. Industrialisasi.http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/373/jbptunikompp-gdl-dewitriwah-18614-13-%28babxii-i.pdf.
5
10 seperti tekstil, pakaian jadi, alas kaki, makanan dan minuman. Industrialisasi juga
memiliki faktor-faktor pendorong dimana setiap negara akan melewati intensitas dari
proses industrialisasi yang berbeda satu sama lain, hal ini disebabkan oleh :
a. perbedaan kemampuan dalam mengembangkan teknologi dan inovasi
b. laju pertumbuhan pendapatan nasional perkapita yang berbeda
c. kondisi dan struktur awal ekonomi dalamnegeri
d. besarnya pasar dalam negeri yang ditentukan oleh kombinasi antara jumlah
populasi dengan tingkat pendapat nasional riil perkapita
e. keberadaan sumber daya alam, negara kaya biasanya cenderung tidak/terlambat
melakukan industrialisasi atau prosesnya relatif berjalan lambat.
f. Kebijakan atau strategi pemerintah yang diterapkan, misalnya pinjaman suku
bunga rendah, kebijakan pajak, dan lain-lain
2. Eksistensi Nilai-Nilai Kearifan Lokal
Eksistensi adalah suatu proses yang dinamis, suatu „menjadi‟ atau „mengada‟. Asal
kata eksistensi itu sendiri yaitu exsistere yang artinya keluar dari „mengatasi‟ sehingga
eksistensi bersifat kaku dan tidak terhenti melainkan lentur dan mengalami
perkembangan atau sebaliknya kemunduran tergantung pada kemampuan dalam
mengaktualisasikan potensi-potensinya. 6
6
11 Jika digabungkan dengan pengertian nilai kearifan lokal maka eksistensi
nilai-nilai kearifan lokal adalah tentang keberadaansemua bentuk pengetahuan, keyakinan,
pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku
manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis. Eksistensi dari nilai-nilai
kearifan lokal tersebut dapat dilihat seiring dengan perkembangan zaman, dimana
eksistensi nilai-nilai kearifan lokal dapat berkembang dan bertahan atau terkikis bahkan
hilang dalam suatu wilayah tertentu. Eksistensi dapat mempengaruhi atau dipengaruhi
oleh apa saja yang ada disekitarnya sehingga memungkinkan untuk terjadi perubahan
terhadap eksistensi tersebut.
3.Kearifan Lokal
Kearifan lokal dalam ilmu antropologi dikenal juga dengan istilah local genius. Local genius merupakan istilah yang semula diperkenalkan oleh Quaritch
Wales.Kearifan lokal adalah kebijaksanaan atau pengetahuan asli suatu masyarakat
yang berasal dari nilai luhur tradisi budaya untuk mengatur tatanan kehidupan
masyarakat.Kearifan lokal juga dapat didefinisikan sebagai nilai budaya lokal yang
dapat dimanfaatkan untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat secara arif atau
bijaksana. Kearifan lokal juga merupakan pengetahuan yang eksplisit yang muncul dari
periode panjang yang berevolusi bersama-sama masyarakat dan lingkungannya dalam
sistem lokal yang sudah dialami bersama.7Menurut Sartini (2004) kearifan lokal dapat
7
12 dipahami sebagai gagasan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai
baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakat.8
Kearifan lokal adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau
wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam
kehidupan di dalam komunitas ekologis.Manusia sebagai makhluk integral dan
merupakan satu kesatuan dari alam semesta serta perilaku penuh tanggung jawab, penuh
sikap hormat dan peduli terhadap kelangsungan semua kehidupan.9
Kementerian Sosial mengeluarkan rumusan tentang kearifan lokal yaitu sebagai
pandangan hidup dan pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud
aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal untuk pemenuhan kebutuhan hidup
mereka.Dengan demikian kearifan lokal merupakan pengetahuan tradisional yang
menjadi pedoman dalam berperilaku dan telah dipraktikkan secara turun-menurun untuk
memenuhi kebutuhan dan menghadapi tantangan dalam kehidupan masyarakat.Kearifan
lokal seringkali merupakan tindakan perilaku masyarakat dalam pelestarian sumber daya
alam, mempertahankan adat dan budaya.
4. Perkebunan Kelapa Sawit
Kelapa sawit dengan nama latin Elaeis termasuk golongan tumbuhan palma. Sawit
menjadi populer setelah Revolusi Industri pada akhir abad ke-19 yaitu tingginya
permintaan minyak nabati untuk bahan pangan. Pohon kelapa sawit terdiri dari dua
8
Kurniawinata, Edhy. 2012. Thesis :Identitas, Kontinuitas dan Pergeseran Sosial Tradisi Pelarian Diri (Meraiq) Dalam Perkawinan Adat Masyarakat Suku Sasak Lombok.
9http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39569/3/Chapter%20II.pdf
13 spesies Arecaceae atau famili palma yang digunakan untuk pertanian komersil dalam
pengeluaran minyak kelapa sawit. Kelapa sawit di Indonesia di perkenalkan pertama
kali di Kebun Raya pada tahun 1884 dari Mauritius asal Afrika yang kemudian
berkembang dan merupakan induk dari perkebunan kelapa sawit di Asia Tenggara.10
Kelapa sawit adalah salah satu komoditi yang diharapkan dapat memberikan
kontribusinya dalam perekonomian yang dikelola dalam bentuk sektor
perkebunan.Kelapa sawit merupakan komoditi yang paling penting dalam hal
meningkatkan perkenonomian Indonesia. Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil
minyak sawit dan inti sawit merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang
menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia. Minyak kelapa sawit
mempunyai peran yang strategis dalam Indonesia karena merupakan bahan baku utama
untuk minyak goreng.11
Berdasarkan definisi konsep yang telah diuraikan diatas, maka hal yang terkait
dengan rumusan masalah penelitian dapat difokuskan dengan definisi operasional
sebagai berikut :
1. Eksistensi nilai solidaritas dalam proses industrialisasi perkebunan kelapa sawit
2. Eksistensi nilai „bekumpulan’ dalam proses industrialisasi perkebunan kelapa sawit
10
Suprayogo. 2011. Kampanye Negatif Kelapa Sawit. Jakarta: Main Building 3th Floor.
11
14 3. Eksistensi nilai tradisi dan budaya lokal ‘Tiwah’ dalam proses industrialisasi
perkebunan kelapa sawit
4. Eksistensi nilai gotong-royong dalam proses industrialisasi perkebunan kelapa
sawit
F. Metode Penelitian
Metode adalah suatu cara yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan
suatu penelitian. Metode penelitian mempunyai peran yang penting dalam
mengumpulkan data.
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian yang
digunakan adalah deskriptif.Jika menggunakan metode penelitian kualitatif, maka
peneliti melakukan pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen. Metode
tersebut digunakan karena beberapa pertimbangan.Pertama, menyesuaikan metode
kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda.Kedua, metode
ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan informan.Dan
ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak
penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola yang dihadapinya.12
Jenis penelitian deskriptif dilakukan untuk mengungkapkan suatu masakah atau
keadaan sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar mengungkapkan fakta (fact
12
15 finding). Hasil penelitian ditekankan pada gambaran secara objektif tentang keadaan
sebenarnya dari objek yang diselidiki.13
Dalam menggunakan pendekatan tersebut diharapkan peneliti dapat
mendeskripsikan kejadian dan kenyataan yang sebenar-benarnya tentang hal-hal
yang diteliti.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana peneliti menangkap dan mengetahui
kejadian yang sebenarnya dari objek yang diteliti.Dalam penelitian ini lokasi yang
dipilih adalah Desa Baung Kabupaten Seruyan Kalimantan Tengah.Alasan peneliti
memilih lokasi tersebut yaitu karena Desa Baung merupakan salah satu desa yang
sangat dekat industrialisasi perkebunan kelapa sawit sehingga penulis bisa
termudahkan dalam mencari dan mengumpulkan data yang dibutuhkan.
3. Subyek Penelitian
Metode penelitian yang digunakan atau dipilih oleh peneliti harus sesuai untuk
memperoleh jawaban atas masalah yang ingin diangkat.
Dalam penelitian kualitatif ini peneliti menggunakan teknik purposive
sampling.Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data
dengan pertimbangan tertentu yaitu narasumber dianggap paling mengetahui apa
saja yang ingin diketahui oleh peneliti, sehingga mempermudah peneliti menjelajahi
kondisi objek yang sedang diteliti.14 Narasumber yang ada desa Baung terpilih
13
Nawawi Hadari. 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada Universty Press. Hal 31
14
16 dengan pertimbangan tertentu yaitu masyarakat biasa desa Baung dengan alasan
mereka yang mengalami dan merasakan tentang kondisi desa sebelum dan sesudah
adanya industrialisasi perkebunan kelapa sawit, kepala desa dengan alasan selaku
pemimpin desa Baung dan perangkat desa yang dapat memberikan informasi secara
administratif, perwakilan generasi muda karena merupakan generasi yang diajarkan
melalui orang tua mereka tentang nilai-nilai kearifan lokal desa Baung, dan tokoh
masyarakat karena dianggap mengetahui dan memahami tentang nilai-nilai kearifan
lokal dan tradisi budaya yang ada di desa Baung.
Dalam mengumpulkan informasi atau data yang diperoleh peneliti telah
mewawancarai warga desa Baung yang terdiri dari para tokoh desa dan warga biasa.
Jumlah informan yang menjadi narasumber penelitian berjumlah 8 orang dimana
diantaranya adalah para warga desa Baung yang mengetahui permasalahan yang ada
sebelum dan sesudahadanya industrialisasi dimana mereka juga terlibat dalam proses
[image:25.612.126.548.556.697.2]penolakan pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit.
Tabel 2 : Daftar nama informan
No. Nama Usia Pekerjaan
1. Edy Susanto 38 tahun Kepala Desa
2. Pining 40 tahun Sekretaris Desa
3. Maspul 40 tahun KUR Pembangunan
17 5. Aini 36 tahun Buruh sawit
6. Masrih 51 tahun Pengangguran
7. A‟al 48 tahun Kontraktor
8. Darman 61 tahun Tokoh Masyarakat
Delapan informan yang tertera identitasnya diatas telah dipilih atas pertimbangan
dan sesuai kriteria bahwa mereka adalah warga desa Baung yang mengetahui
eksistensi nilai-nilai kearifan lokal dan sejarah industrialisasi perkebunan kelapa
sawit di desa Baung.
4. Sumber Data
Sumber data dapat dibedakan menjadi dua sumber, yaitu :
a. Data primer
Adalah data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus menyelesaikan
permasalahan yang sedang ditanganinya.Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti
langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan. Data ini
diperoleh secara langsung dari subyek yang diteliti, dengan cara mengadakan
wawancara secara langsung dan observasi langsung dilokasi penelitian. Peneliti
menggunakan sumber data primer karena untuk mendapatkan informasi secara
langsung dan aktual yang diambil dari masyarakat.
Dalam penelitian ini sumber data primernya adalah data yang didapat dari
18 berada di sekitar industrialisasi perkebunan kelapa sawit di Desa Baung,
Kabupaten Seruyan Kalimantan Tengah.
b. Data sekunder
Adalah data yang diperoleh dari arsip-arsip pemerintah, internet dari
situs-situs yang terkait dengan konteks penelitian seperti artikel, jurnal, dan lain-lain.
Dalam penelitian ini data sekundernya adalah artikel dari internet atau arsip
dari kantor desa atau kantor kelurahan yang berupa deskripsi wilayah Desa
Baung secara keseluruhan baik dengan kondisi geografis, monografis dan
topografis desa guna memahami potensi desa tersebut.
5. Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa teknik pengumpulan data yang akan digunakan peneliti, yaitu :
a. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.15
Dalam teknik wawancara peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur
yaitu wawancara terbuka karena jawaban yang didapat akan lebih alamiah dan
luas tidak ditentukan oleh peneliti. Peneliti akan mengajukan pertanyaan demi
pertanyaan sesuai jawaban yang didapat tanpa pedoman yang digunakan sebagai
kontrol. Pertanyaan dapat berkembang dengan dipengaruhinya jawaban
informan.
15
19 b. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik
bila dibandingkan dengan teknik yang lain. Dalam melakukan penelitian peneliti
mengamati secara langsung obyek penelitian untuk memperoleh gambaran
kebernaran dari data yang di dapat, tetapi dalam hal ini peneliti tidak terlibat
tetapi hanya sebagai pengamat independen. Peneliti hanya melihat secara
langsung atau mengamati apa yang terjadi pada subyek penelitian.16
c. Dokumentasi
Dokumentasi yang dimaksud yaitu berupa foto-foto dari lokasi kejadian.Atau
dokumen yang berbentuk tulisan atau karya-karya monumental dari seseorang.
Data yang diperoleh berupa foto maupun dokumen berkas dikaji kembali dengan
tujuan untuk melengkapi data-data yang diperoleh sebelumnya sehingga peneliti
dapat mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam karena sifatnya
data ini adalah tidak terbatas ruang dan waktu.
6. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini teknik analisa data yang digunakan adalah teknik analisa
data secara kualitatif, yaitu dengan cara mengumpulkan berbagai sumber informasi
dan data. Analisis data merupakan langkah terakhit sebelum didapatkan satu
kesimpulan. Maka dari itu teknik analisa data diperlukan untuk memperoleh
16
20 gambaran yang detail, jelas, dan terperinci tentang objek yang akan diteliti.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisi kualitatif.17
a. Pengumpulan Data
Untuk melakukan pengumpulan data kegiatan yang diperoleh dari subjek
penelitian harus memiliki relevansi dengan perumusan masalah dan tujuan
penelitian.Dalam pengumpulan data, peneliti dapat melakukan beberapa
langkah untuk mendapatkan data yang sebenarnya seperti observasi ke lokasi
penelitian, wawancara dan dokumentasi.
b. Reduksi Data
Kegiatan ini diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan, perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung
secara terus-menerus selama proyek yang berorientasi penelitian kualitatif
berlangsung.
c. Penyajian Data
Penyajian data merupakan sebagai kumpulan informasi tersusun yang
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan.Penyajian data yang baik merupakan satu langkah penting menuju
tercapainya analisis kualitatif yang valid dan handal. Dalam melakukan
penyajian data tidak semata-mata mendeskripsikan secara naratif, akan tetapi
disertai proses analisis.
17
21 7. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan adalah usaha untuk mencari atau memahami
makna/arti, keteraturan, pola-pola, penjelasan, alur sebab-akibat atau
proposisi.Kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung dan
dilakukan secara terus-menerus.Dalam tahapan untuk menarik kesimpulan dari
kategori-kategori data yang telah direduksi dan disajikan untuk selanjutnya
menuju kesimpulan akhir mampu menjawab permasalahan yang dihadapi.18
8. Teknik Uji Keabsahan Data
Teknik uji keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
trianggulasi yang meliputi trianggulasi sumber, trianggulasi metode dan
trianggulasi data/analisis.19
a. Trianggulasi data/analisis dilakukan dengan mengecek kembali jawaban
yang diberikan informan dengan cara menanyakan kembali maksud dari
jawaban informan untuk memastikan kebenaran jawaban.
b. Trianggulasi sumber dilakukan dengan cara melakukan cross check data
dengan fakta dari sumber lainnya dan menggunakan informan yang
berbeda-beda. Trianggulasi ini dilakukan dengan cara menemukan orang-orang yang
terlibat langsung dalam industrialisasi perkebunan kelapa sawit dan
penduduk Desa Baung yang berada disekitar industrialisasi untuk melakukan
wawancara.
18
Ibid 19
22 c. Trianggulasi metode dilakukan dengan cara menggunakan beberapa metode
untuk mengumpulkan data. Trianggulasi metode ini juga melakukan
observasi untuk memastikan keadaan dan kondisi yang sebenarnya di