• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbaikan Keragaan Bibit Jeruk Pamelo (Citrus maxima (Burm) Merr) Melalui Aplikasi Strangulasi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbaikan Keragaan Bibit Jeruk Pamelo (Citrus maxima (Burm) Merr) Melalui Aplikasi Strangulasi."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

YUSUFA PUTRI CATUR SUSILOWATI

A24070109

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RINGKASAN

YUSUFA PUTRI CATUR SUSILOWATI. Perbaikan Keragaan Bibit Jeruk Pamelo (Citrus maxima (Burm) Merr) Melalui Aplikasi Strangulasi. (Dibimbing oleh SLAMET SUSANTO).

Penelitian bertujuan mempelajari pengaruh strangulasi tunggal dan ganda terhadap keragaan bibit jeruk besar (Citrus maxima (Burm) Merr). Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan Februari 2012 bertempat di Rumah Kaca Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Institut Pertanian Bogor.

Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yang dicobakan yaitu perlakuan strangulasi yang terdiri dari empat taraf yaitu tanpa strangulasi (T0), strangulasi tunggal dengan ketinggian 5 cm dari okulasi (T1), strangulasi ganda dengan ketinggian 5 cm dari okulasi dan jarak antar kawat 5 cm (T2), 10 cm (T3), dan 15 cm (T4). Setiap perlakuan diulang sebanyak 8 kali dengan menggunakan 1 tanaman untuk setiap ulangan sehingga terdapat 40 satuan percobaan.

Tanaman yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah bibit jeruk pamelo Citrus maxima (Burm) Merr kultivar Nambangan hasil okulasi dengan batang bawah Javance citrun. Bibit telah berumur 14 bulan setelah okulasi atau 25 MSS (Minggu Setelah Strangulasi). Perlakuan strangulasi dilakukan di batang utama yaitu 5 cm di atas sambungan. Strangulasi dilakukan menggunakan kawat berdiameter 1 mm. Pengikatan kawat pada perlakuan strangulasi ganda dilakukan dua kali dengan jarak berbeda yaitu 5 cm, 10 cm dan 15 cm. Aplikasi strangulasi telah dilakukan pada umur 8 bulan setelah okulasi. Pengamatan vegetatif tanaman dilakukan tiap dua minggu sekali. Pemeliharaan tanaman yang dilakukan adalah penyiraman, pemupukan dengan pupuk NPK dan ZA, dan pengendalian OPT secara manual dan kimia.

(3)

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

YUSUFA PUTRI CATUR SUSILOWATI

A24070109

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(4)

Judul : PERBAIKAN KERAGAAN BIBIT JERUK PAMELO (Citrus maxima (Burm) Merr) MELALUI APLIKASI STRANGULASI Nama : YUSUFA PUTRI CATUR SUSILOWATI

NIM : A24070109

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, M. Sc. NIP. 19610202 198601 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, M. Sc. Agr. NIP. 19611101 198703 1 003

(5)

Penulis dilahirkan di Magetan, Jawa Timur pada tanggal 29 Oktober 1989. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara anak pasangan Bapak Tarmunadji, SP dan Ibu Muga Rahayu.

Tahun 1995 penulis lulus dari TK Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM), Takeran. Tahun 2001 lulus dari MIN PSM Takeran. Penulis melanjutkan sekolah di SMPN 1 Kawedanan selama 1 tahun sampai 2002 dan lulus dari SMPN 1 Maospati pada tahun 2004. Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Unggulan Darul

„Ulum 2 Peterongan, Jombang. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada

tahun 2007 melalui jalur USMI.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Yang Maha Menguasai Ilmu atas rahmat, petunjuk, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi berjudul “Perbaikan Keragaan Bibit Jeruk Pamelo (Citrus maxima (Burm) Merr) melalui Aplikasi Strangulasi” dengan baik. Shalawat dan salam selalu tercurah pada junjungan agung nabi besar Muhammad SAW yang telah menghijrahkan ummatnya dari kebodohan.

Penulis juga menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya pada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penelitian dan penulisan skripsi ini:

1. Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, M. Sc., selalu pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak pengetahuan, bantuan, dorongan, doa, dan waktu selama kuliah dan membimbing skripsi penulis

2. Dr. Winarso D. Widodo dan Dr. Endah Retno Palupi selaku dosen penguji atas kritik dan saran yang sangat membangun penulisan skripsi.

3. Bapak Dr. Ir. Muhammad Syukur selaku pembimbing akademik atas bantuan, semangat, kesabaran dan doanya selama penulis menuntut ilmu di institusi ini.

4. Bapak Tarmunadji dan Ibu Muga Rahayu (Mama) yang senantiasa memberikan teladan, didikan, pengorbanan, dukungan, dan lindungan doa yang tidak akan terbalas walau sedikit.

5. Mas Aris Siswanto, Mbak Hana Agustinawati, Mas Adhitya Sukarno Widodo, Mbak Eska Kurnia Yuliarti, Mas Tri Chandra Setyo Wibowo , Cahaya Surga, Ibrahim Sultan Adjie, Muhammad Wibawa Sakti Romadhon, serta seluruh keluarga besar

6. Ibu Arifah dan Ibu Mardjani atas bantuan, ilmu, dan semangatnya. 7. Pak Agus, Pak Mamat, dan Pak Milin

(7)

Putri, Indri Fariroh, Pitri Ratna Asih, Dian Ayu, Agung Firmansyah, dan Wahyu Fikrinda atas bantuan selama penelitian berlangsung.

9. Nugroho Besar Pratama, Yenny Fitria, Retno Dwi Hastiti, Marinda Sari Sofiyana, Bangun, Euis, Nisa, Priska, Mega, Mbak Yul, Mbak Ii‟, Ana, dan Bibi.

10.Seluruh keluarga besar AGH 44 Bersatu, karena kita adalah keluarga Selain itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis selama ini, semoga segala urusannya selalu dimudahkan Allah. Penulis berharap hasil penelitian ini berguna dan memberikan manfaat kepada semua pihak yang memerlukan.

Bogor, Februari 2013

(8)

DAFTAR ISI

Jeruk Pamelo Kultivar Nambangan ... 4

Ekologi ... 5

Panjang Cabang dan Diameter Batang ... 18

Jumlah Daun, Luas Daun, dan Diameter Tajuk ... 19

KESIMPULAN DAN SARAN ... 24

Kesimpulan ... 24

Saran ... 24

DAFTAR PUSTAKA ... 25

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Jumlah cabang pada berbagai jarak strangulasi ... 17

2. Panjang cabang pada berbagai jarak strangulasi ... 18

3. Diameter batang pada berbagai jarak strangulasi... 19

4. Jumlah daun pada berbagai jarak strangulasi ... 20

5. Luas daun pada berbagai jarak strangulasi... 20

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jeruk merupakan komoditas hortikultura yang dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat. Jeruk besar memiliki rasa yang enak dengan kandungan zat gizi yang cukup tinggi yang dapat menunjang kebutuhan gizi keluarga. Setiap 100 g jeruk pamelo mengandung 89 g air, 0.5 g protein, 0.4 g lemak, 9.3 g karbohidrat, 49 SI vitamin A, 0.07 mg vitamin B1, 0.02 vitamin B2, 0.4 mg niasin dan 44 mg vitamin C. Jeruk banyak dimanfaatkan sebagai buah segar atau makanan olahan seperti manisan (Niyomdham, 1997).

Jeruk pamelo merupakan tanaman yang bersifat alternate bearing yaitu berbuah banyak pada satu musim dan berbuah sedikit pada musim berikutnya. Hal ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti iklim mikro dan faktor endogen tanaman. Produksi jeruk besar berfluktuasi. Fluktuasi ini bisa dilihat dari data BPS (2010) dimana pada tahun 2005 sampai tahun 2008 produksinya masing-masing sebesar 76 324 ton, 63 801 ton, 85 691 ton, 74 249 tondan 76 621 ton.

Secara umum produksi jeruk pamelo di Indonesia masih rendah. Rendahnya produksi selain diakibatkan karena lahan pertanaman yang terbatas juga cara budidaya yang kurang maksimal. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian nomor 48 tahun 2006, budidaya tanaman yang baik ditentukan oleh pemilihan wilayah produksi yang tepat, bibit berkualitas, penanaman yang tepat, pemupukan, manajemen air dan perlindungan tanaman.

(13)

Salah satu solusi untuk membentuk bibit pamelo dengan keragaan yang baik bisa dilakukan melalui strangulasi. Strangulasi adalah suatu usaha untuk memberikan tekanan atau memperpanjang keadaan istirahatnya pucuk-pucuk melalui perlakuan gangguan pada sistem transportasi pada batang (Susanto et al., 2002). Tujuan perlakuan ini adalah untuk menghambat aliran karbohidrat dari daun (atas) ke daerah perakaran (bawah), sehingga pada tajuk terjadi penumpukan karbohidrat. Salah satu akibat dari akumulasi karbohidrat di bagian tajuk akibat strangulasi menurut Ryugo (1988) adalah memunculkan tunas baru. Pembentukan tunas yang banyak akan mendukung perbaikan keragaan bibit melalui seleksi cabang primer yang kokoh dan terbuka.

Tujuan

Penelitian bertujuan mempelajari pengaruh strangulasi tunggal dan ganda terhadap keragaan bibit jeruk besar (Citrus maxima (Burm) Merr).

Hipotesis

1. Perlakuan strangulasi meningkatkan jumlah cabang bibit jeruk pamelo dibanding tanaman yang tidak distrangulasi.

2. Strangulasi ganda memberikan pengaruh peningkatan pertumbuhan vegetatif yang lebih baik daripada perlakuan strangulasi tunggal.

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Jeruk Pamelo Kultivar Nambangan

Indonesia memiliki tiga jenis jeruk komersial dan diunggulkan, yakni jeruk siem, jeruk keprok, dan jeruk besar (Citrus maxima Merr). Tanaman jeruk besar (pamelo) termasuk ke dalam famili Rutaceae. Secara sistematis klasifikasi jeruk besar dapat dilihat sebagai berikut

 Famili : Rutaceae  Sub-famili : Aurantioidae  Tribe : Citriae  Sub-tribe : Citrinae  Genus : Citrus

 Spesies :Citrus grandis (L.) Osbeck /Citrus maxima(Burm) Merr

Salah satu varietas jeruk pamelo yang sudah dilepas di Indonesia adalah jeruk Pamelo Nambangan. Jeruk pamelo Nambangan sangat populer di Indonesia dan merupakan varietas unggulan. Jeruk ini merupakan salah satu jenis unggul yang berasal dari daerah Nambangan. Saat ini jeruk besar Nambangan banyak dibudidayakan di daerah Kabupaten Magetan tepatnya di daerah Beta Suka Mangu, yaitu kecamatan: Bendo, Takeran, Sukomoro, Kawedanan, Magetan, dan Nguntoronadi. Menurut Setiawan dan Sunarjono (2003) pergeseran sentra produksi terjadi akibat adanya perluasan kota sehingga lahan yang digunakan untuk perkebunan jeruk besar semakin berkurang.

(15)

6-7 buah. Buah berbentuk bundar, sedikit pipih, kurang simetris dengan dasar agak tegak. Kulit buah berwarna hijau kekuningan, daging merah muda-merah, jumlah juring 13-14 buah, tekstur agak lunak, aroma kuat dan rasa buah manis segar, produksi 200-300 buah/ pohon (Susanto, 2000). Selain ukurannya yang relatif besar dibandingkan spesies jeruk lainnya, buah memiliki kulit yang relatif lebih tebal. Tiap tangkai jeruk besar rata-rata menghasilkan satu buah (Niyomdham, 1997). Buah jeruk ini banyak mengandung air dan tahan disimpan pada suhu kamar hingga 4 bulan(Setiawan, 1993).

Ekologi

Jeruk di Indonesia kebanyakan tumbuh di tiga daerah utama yaitu Jawa, Sumatra, dan Kalimantan Barat (Sugiyarto, 1992). Jeruk Pamelo dapat tumbuh baik di dataran rendah tropik dengan suhu bulanan rata-rata 25-30° C dan kelembaban 50-85%. Tanaman menyukai daerah dengan musim kemarau 3-4 bulan dan curah hujan tahunan sekitar 1500-1800 mm/tahun. Ketinggian tempat ideal untuk pertanaman ini tidak lebih dari 400 m dpl. Jeruk Pamelo mampu beradaptasi pada kisaran tanah yang luas, mulai dari tanah berpasir hingga lempung berat; namun tipe tanah idealnya adalah yang mampu menunjang perakaran yang dalam, tekstur tanah sedang, gembur dan subur serta bebas kadar garam yang membahayakan (Niyomdham, 1997). Jenis tanah yang ringan sampai sedang merupakan media tumbuh yang baik dengan kisaran pH 5-6 dimana pada pH 6 produksi maksimal dapat diperoleh. Jika pH dibawah 5, daun jeruk akan menguning dan buah tidak berkembang (Setiawan, 1993) dan pada pH 6-7 tanaman masih bisa berproduksi dengan baik.

Pembibitan Jeruk Pamelo

(16)

6

dengan perbanyakan vegetatif akan cepat berbuah, yakni 2-4 tahun lebih cepat dibandingkan dengan bibit yang berasal dari biji.

Ciri-ciri bibit jeruk pamelo yang baik menurut antara lain berumur 6 bulan ke atas, diameter batang bawah 1.0-1.5 cm, tinggi minimal sambungan dari pangkal akar ± 20 cm, tinggi bibit minimal 70 cm dari pangkal akar, bibit lurus dan vigor, perakaran lurus dan sehat, serta daunnya hijau cerah dan subur (Direktorat Jendral Hortikultura, 2006).

Pemeliharaan

Pada setiap tanaman yang dibudidayakan perlu dilakukan pemeliharaan. Pemeliharaan tersebut dilakukan agar tanaman menghasilkan produksi yang optimal. Beberapa aspek pemeliharaan yang penting dilakukan antara lain: pemangkasan, pemupukan, pengairan pengendalian OPT.

Tanaman jeruk yang masih muda dipangkas dan disisakan tiga cabang kerangka utama, yang terbawah berjarak 30-40 cm dari permukaan tanah. Pemangkasan berikutnya adalah pemangkasan pemeliharaan agar bagian dalam pohon dapat terbuka, untuk memastikan agar buah yang ada di cabang yang menjuntai tidak akan menyentuh permukaan tanah; pemangkasan ini juga dimaksudkan untuk membuang cabang-cabang yang mati (Niyomdham, 1997).

Kebutuhan pemupukan untuk jeruk pada umumnya berlaku juga untuk jeruk pamelo, mencakup hara mikro (mg, Zn, Mn, Cu dan B) dan makro (N, P, dan K). Pemupukan dengan pupuk kandang setahun sekali atau dua tahun sekali akan menjadi dasar yang baik. Petani jeruk dianjurkan memupuk jeruk sebanyak 5 kg NPK (16-16-16) per pohon per tahun dengan pemberian dua bulan sekali dan pemupukan daun pada setiap habis munculnya daun secara serempak. Pemupukan terakhir sebelum pemanenan digunakan NPK (13-13-21) yang kaya akan kalium untuk memperbaiki rasa buah. Pemupukan dianjurkan sebanyak dua kali, yaitu sebelum berbunga dan 4-5 bulan kemudian (Niyomdham, 1997).

(17)

awal dengan cara mengairi tanaman yang layu, asalkan pasokan air itu dapat dijamin kelangsungannya sampai musim hujan mulai lagi (Niyomdham, 1997).

Penyakit yang sering menyerang jeruk pamelo antara lain CVPD (Citrus Virus Phloem Degeneration) (Shalimar, 1993), kanker bakteri,busuk akar,

„gummosis‟ di pangkal batang, busuk coklat pada buah (Niyomdham,

1997).Serangan OPT umumnya berkorelasi dengan kelembaban tinggi (Ashari, 1995) Oleh karena itu kualitas drainase harus selalu dijaga.

Strangulasi

Strangulasi merupakan salah satu cara memanipulasi tanaman dengan pencekikan batang ataupun cabang tanaman. Strangulasi terutama ditujukan untuk memanipulasi transportasi asimilat dari daun menuju akar agar lebih lambat atau berhenti sama sekali. Unsur hara bersama air mengalir dari tanah ke jaringan xylem yang diakar dan batang pada sel-sel xylem, dan sampai di daun untuk digunakan dalam proses fotosintesis. Jaringan yang ada di sebelah luar (floem), yang dilapisi kulit dan jaringan gabus, mengangkut hasil fotosintesis dari daun untuk diedarkan ke seluruh tubuh tanaman. Strangulasi pada batang sebatas melukai xylem maka memungkinkan terjadi penumpukan karbohidrat di tajuk tanaman. Kandungan karbohidrat di daun pada tanaman jeruk yang distrangulasi selama 3 dan 20 bulan nyata meningkat dibandingkan dengan tanaman kontrol (Yamanishi dan Hasegawa., 1993)

Adanya gangguan pada metabolisme tanaman terutama yang berkaitan dengan translokasi hasil-hasil asimilat dari daun ke perakaran berkorelasi positif dengan akumulasi karbohidrat di tajuk tanaman. Perlakuan penghambatan translokasi karbohidrat ke bagian bawah tanaman seperti strangulasi dan pengeratan batang mampu meningkatkan akumulasi karbohidrat di bagian atas tanaman sehingga akan merangsang pembungaan (Biale dan Young, 1981).

(18)

8

(19)

Waktu Dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan Februari 2012 bertempat di Rumah Kaca Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Institut Pertanian Bogor.

Bahan Dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit pamelo kultivar Nambangan hasil okulasi dengan Javance citrun. Bibit berumur 25 minggu dan telah distrangulasi tunggal dan ganda pada umur 8 bulan. Bahan lain yang digunakan adalah pupuk NPK mutiara (15-15-15), pupuk ZA, insektisida Decis

2.5 EC, dan kertas koran.

Peralatan yang digunakan adalah kawat, tang, gunting pangkas,sprayer,gelas ukur, jangka sorong, timbangan, penggaris, kain, dan ember.

Metode Penelitian

Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yang dicobakan yaitu perlakuan strangulasi yang terdiri dari empat taraf yaitu :

T0 : tanpa strangulasi T1 : aplikasi tunggal

T2 : aplikasi ganda dengan jarak 5 cm T3 : aplikasi ganda dengan jarak 10 cm T4 : aplikasi ganda dengan jarak 15 cm

Setiap perlakuan diulang sebanyak 8 kali dengan menggunakan 1 tanaman untuk setiap ulangan sehingga terdapat 40 satuan percobaan. Model aditif linier yang digunakan adalah :

(20)

12

Yij :Nilai pengamatan pengaruh perlakuan strangulasi ke-i dan ulangan

ke-j

µ : Nilai tengah umum

τ i : Pengaruh perlakuan strangulasi ke-i

ε ij : Pengaruh galat percobaan pengaruh perlakuan strangulasike-i

dan ulangan ke-j

Pengolahan data dilakukan dengan analisis menggunakan sidik ragam dan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test).

Pelaksanaan Penelitian

Aplikasi Strangulasi

Penelitian ini merupakan penelitian strangulasi lanjutan. Strangulasi telah dilaksanakan pada saat bibit berumur 8 bulan setelah okulasi. Sebelum aplikasi perlakuan, tanaman terlebih dulu dipangkas di bagian pucuknya, selanjutnya dilakukan splikasi strangulasi. Aplikasi strangulasi tunggal dan ganda dilakukan

pada bagian pangkal batang atas. Jarak strangulasi dari pangkal batang atasadalah

10 cm di atas okulasi.

Gambar 1. Aplikasi Strangulasi (a). Pemasangan Kawat Berdiameter 1 mm, (b). Kondisi Tanaman Saat Setelah Pelepasan Kawat (Sumber: Fikrinda. 2012)

(21)

ganda. Beda jarak pada aplikasi ganda yaitu 5 cm, 10 cm dan 15 cm. Kawat dilepas 3 bulan setelah aplikasi.

Pemeliharaan

Bibit jeruk pamelo yang digunakan sebagai bahan penelitian berumur 14 bulan setelah okulasi atau 25 MSP. Bibit diletakkan di greenhouse dengan jarak 1 m x 1 m antar tanaman. Jumlah satuan tanaman yang digunakan adalah 40 tanaman. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah:

1. Pemupukan

Pemupukan dilakukan setiap dua minggu sekali. Pupuk yang digunakan adalah pupuk NPK (15-15-15) mutiara dan ZA dengan konsentrasi masing-masing 15 gram/ liter. Setelah dilarutkan, masing-masing-masing-masing tanaman memeperoleh 100 mL pupuk cair.

2. Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap dua kali sehari pada pagi dan sore hari. Diameter air adalah 1 liter per tanaman.

3. Pengendalian OPT

Pengendalian OPT dilakukan dengan cara manual dan kimiawi. Pengendalian secara manual dilakukan menggunakan tangan. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan penyemprotan insektisida setiap sebulan sekali. Insektisida yang digunakan adalah Decis 2.5 EC dengan konsentrasi 5 cc/ L.

Pengamatan

(22)

14

1. Diameter batang

Diameter batang yang diukur adalah pangkal batang atas yang berada dibawah perlakuan strangulasi.

2. Jumlah cabang

Jumlah cabang dihitung berdasarkan banyaknya tunas yang membentuk cabang. Cabang yang diamati adalah cabang yang keluar dari batang utama.

3. Panjang rata-rata cabang per tanaman

Panjang rata-rata cabang per tanaman dihitung dengan membagi panjang total cabang dengan jumlah cabang yang terdapat pada tanaman

dewasa dimana daun telah berkembang penuh dengan warna yang masih hijau. Luas daun diukur tiap bulan dengan menggunakan metode gravimetri (perbandingan berat) yaitu membandingkan berat kertas

(23)

Dari setiap satuan percobaan dihitung luas dari lima daun terpilih, kemudian hasilnya dirata-ratakan. Berdasarkan hal ini dapat dihitung luas daun per tanaman dengan mengalikan rata-rata luas daun dengan jumlah daun per tanamannya.

6. Diameter tajuk

(24)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Penelitian

Selama penelitian berlangsung, secara umum tanaman berada dalam kondisi baik. Kondisi tanaman yang baik dapat dilihat dari keadaan bibit yang tidak layu, daun berwarna hijaucerah dan tidak menggulung. Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari. Hal ini dilakukan untuk menjaga kelembaban media tanam sehingga mencegah layu permanen.

Jeruk pamelo tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 25-300 C (Niyomdham, 1997). Suhu di dalam rumah kaca Cikabayan pada siang hari sangat panas hingga mencapai 400 C. Hal ini dapat menyebabkan tanaman stress karena suhu lingkungan yang tinggi dapat menyebabkan cekaman kekeringan. Cekaman kekeringan terjadi karena adanya transpirasi yang berlebihan pada tajuk. Transpirasi yang berlebihan dapat menyebabkan layu pada tanaman. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi transpirasi berlebih di tajuk adalah dengan meletakkan bak berisi air pada beberapa celah pertanaman.

Hama dan penyakit tidak banyak muncul dan hanya menyerang sebagian kecil tanaman. Hama yang muncul adalah tungau (Tetranycus urticae) dan kutu perisai (Aspidiella hartii) sedangkan penyakit yang muncul adalah cendawan jelaga, dimana kemunculan tiga organisme ini saling berkaitan. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara manual dan kimia.

Jumlah Cabang

(25)

perlakuan strangulasi ganda 15 cm (T4). Perlakuan strangulasi ganda jarak 15 cm T4 memiliki jumlah cabang paling banyak (5 cabang).

Tabel 1. Jumlah cabang pada berbagai jarak strangulasi

Strangulasi menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

Pamelo merupakan salah satu tanaman yang mempunyai kecenderungan dominansi apikal dimana pertumbuhan mengarah ke pucuk. Adanya pemangkasan pucuk pada tahap awal akan mematahkan dominansi apikal. Menurut Acquaah (2004) dominansi tunas apikal akan menekan pertumbuhan tunas aksilar. Pematahan dominansi apikal akan memicu pertumbuhan baru yaitu memunculkan tunas aksilar.

Salah satu usaha untuk mengatur tunas aksilar adalah dengan strangulasi. Strangulasi adalah perlakuan melukai batang menggunakan kawat untuk mengganggu aliran transportasi dari tajuk ke akar. Gangguan translokasi akibat pemangkasan atau pelukaan dapat mengubah jalur source ke sink (Taiz dan Zeiger, 2006). Menurut Susanto et al. (2002) strangulasi pada batang sebatas kambium dimungkinkan untuk menekan hasil fotosintesis dari daun ke akar sehingga terjadi penumpukan karbohidrat pada daun. Putra (2002) menyatakan bahwa perlakuan strangulasi meningkatkan kandungan gula dan karbohidrat serta nisbah C/N pada daun. Salah satu akibat akumulasi karbohidrat di bagian tajuk menurut Ryugo (1988) adalah memunculkan tunas baru. Perlakuan strangulasi ganda pada jarak 15 cm (T4) merupakan perlakuan strangulasi yang memunculkan tunas baru paling banyak yaitu 5 buah.

(26)

18

Niyomdham, 1997) yang kuat dan seimbang untuk dipertahankan sebagai cabang. Sisa cabang dibuang melalui pemangkasan.

Pada perlakuan tanpa strangulasi (T0) cabang cenderung terbentuk di bagian atas dan tidak menyebar sehingga tajuk menjadi lebih rapat dan banyak menunjukkan strangulasi berperan dalam mengatur letak percabangan dalam rangka membentuk arsitektur kanopi yang tidak terlalu rimbun.

Panjang Cabang dan Diameter Batang

Perlakuan strangulasi tidak berpengaruh nyata terhadap panjang cabang dan pembesaran diameter batang pada umur 27-37 MSP. Panjang cabang total pada seluruh perlakuan berkisar antara 80.68–136.78 cm. Diameter batang berkisar antara 1.14 - 1.46 cm. Panjang cabang dan diameter batang bibit tidak berbeda antar perlakuan.

Tabel 2. Panjang cabang pada berbagai jarak strangulasi

Strangulasi Strangulasi ganda jarak 10 cm 102,03 108,16 118,42 126,83 135,21 136,78

(27)

Tabel 3. Diameter batang pada berbagai jarak strangulasi

Batang merupakan distribusi makanan antara tajuk dan akar. Menurut Acquuah (2004) batang berfungsi memindahkan air dan mineral melalui pembuluh xylem ke daun untuk produksi makanan dan menyalurkan makanan dari daun ke organ lain pada tanaman melalui pembuluh floem. Taiz danZeiger (2006) menyatakan bahwa perpindahan fotosintat dipengaruhi oleh kekuatan sink. Kekuatan sink terdiri dari dua faktor, ukuran sink dan aktivitas sink. Ukuran sink adalah total biomassa dari jaringan sink, dan aktivitas sink adalah tingkat kenaikan fotosintesis per unit biomassa dan jaringan sink. Pada vase vegetatif, aktivitas sink yang terkuat adalah pucuk.Banyaknya pucuk aksilar menyebabkan karbohidrat dialokasikan pada pucuk-pucuk tersebut.

Jumlah Daun, Luas Daun, dan Diameter Tajuk

(28)

20

Tabel 4. Jumlah daun pada berbagai jarak strangulasi

Strangulasi

Strangulasi tunggal 78,75 87,00 93,00 101,00 109,50 108,75

Strangulasi ganda jarak 5 cm 92,00 99,75 104,50 109,25 124,00 136,25

Strangulasi ganda jarak 10 cm 114,75 117,75 120,00 121,00 146,00 156,25

Strangulasi ganda jarak 15 cm 91,75 96,25 120,00 120,00 122,75 127,25

Tabel 5. Luas daun pada berbagai jarak strangulasi

Strangulasi Luas daun (m2)

29 MSP 33 MSP 37 MSP

Tanpa strangulasi 46,70 59,17 68,51

Strangulasi tunggal 49,41 54,72 59,12

Strangulasi ganda jarak 5 cm 58,27 62,90 74,48

Strangulasi ganda jarak 10 cm 59,35 70,67 74,70

Strangulasi ganda jarak 15 cm 61,19 62,18 71,16

Daun merupakan organ source yang memproduksi fotosintat (Taiz dan Zeiger, 2006) yang digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Banyaknya daun yang dihasilkan akan mempengaruhi luas daun total. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan semakin banyak daun yang dihasilkan dengan luas daun yang besar maka fotosintat yang dihasilkan juga tinggi. Menurut Sitompul (1995) kemampuan daun untuk menghasilkan produk fotosintat ditentukan oleh produktivitas per satuan luas daun dan luas total daun. Fotosintat ini diperlukan untuk proses pemanjangan sel, pembesaran sel dan diferensiasi sel.

(29)

Tabel 6. Diameter tajuk pada berbagai jarak strangulasi

Hasil sidik ragam menunjukkan diameter tajuk tidak dipengaruhi perlakuan strangulasi pada umur 27-37 MSP. Perlakuan strangulasi tidak memberikan pengaruh nyata pada diameter tajuk. Diameter tajuk berkisar antara 0.21 m3 - 0.28 m3 tidak berbeda antar perlakuan.

(30)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Perlakuan strangulasi dapat memperbaiki keragaan pada bibit jeruk pamelo Nambangan. Perlakuan strangulasi menghasilkan jumlah cabang lebih banyak daripada perlakuan tanpa strangulasi. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah total cabang terbentuk pada perlakuan terstrangulasi dalam jumlah yang lebih banyak dengan letak percabangan yang menyebar dibandingkan kontrol.

Perlakuan strangulasi ganda memberikan pengaruh peningkatan jumlah cabang lebih banyak daripada perlakuan strangulasi tunggal. Pada semua perlakuan strangulasi ganda, perlakuan strangulasi ganda dengan jarak 15 cm merupakan perlakuan yang menghasilkan jumlah cabang terbanyak dengan arah yang menyebar.

Saran

(31)

Acquaah, G. 2004. Horticulture : principles and practices 3rd ed.Pearson Education, Inc., New Jersey.

Ashari, S.1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI-Press. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2010. Katalog BPS: 3101015. Jakarta: BPS.

Direktorat Jendral Hortikultura. 2006. Standar Prosedur Operasional Pamelo Betasuka. Direktorat Budidaya Tanamn Buah, Ditjen Hortikultura. Jakarta. 33 hal.

Fikrinda, W. 2012. Pengaruh Strangulasi Single dan Double terhadap Perbaikan Keragaan Bibit Jeruk Pamelo (Citrus grandis (L.) Osbeck). Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Gilman, E. F., dan Black, R. J. 2011. Prunning Landscape Trees and Shrubs. University of Florida. 863:1-13.

Niyomdham, C. 1997. Citrus maxima (Burm.) Merr. Hal 153-157. dalam : E. W. M. Verheij dan R. E. Coronel (Ed). PROSEA. Sumberdaya Nabati Asia Tenggara 2. P. T. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Peraturan Menteri Pertanian. 2006. Permentan No. 48 tentang Pedoman Budidaya Tanaman yang Baik dan Benar (Good Agricultural Practices). Jakarta. Kementrian Pertanian.

Ramda, V. H. 2005. Pengaruh Periode Strangulasi terhadap Pembungaan Jeruk Besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) Kultivar Nambangan. Skripsi. Program Studi Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. 41 hal.

Ryugo, K. 1988. Fruit Culture. It Science and Art. United State of America

Salisbury, F. B., danC. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan jilid 1. ITB Press. Bandung. 241 hal

Santoso, A. P., Hayati, N. E., Haryanti, S. E., Pinem, R. T. R. 2009. Sertifikasi Benih Jeruk. Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi Direktorat Jenderal Hortikultura.

(32)

26

Setiawan, I. A. 1993. Usaha Pembudidayaan Jeruk Besar. Penebar Swadaya. Jakarta. 56 hal.

Setiawan, A. I., dan H. Sunarjono. 2003. Jeruk Besar, Pembudidayaan di Pot dan di Kebun. Penebar Swadaya. Jakarta. 111 hal.

Shalimar, A. N. T. 1993. Budidaya Jeruk. Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 20hal

Sitompul, S. M., B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Malang

Sugiyarto, M. 1992. Review of Citrus Cultivars in Indonesia. Proceedings of Asian Citrus Rehabilitation Conference. Ministry of Agriculture, Republic of Indonesia Agency for Agricultural Research and Development, Central research Institute for Horticulture, FAO/UNDP. p315-322.

Susanto, S. 2000. Studi tentang Penyediaan dan Perbaikan Penampilan Pertumbuhan Bibit Jeruk Besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) Kultivar Cikoneng dan Nambangan Bebas Penyakit Sistemik. Laporan penelitian Hibah Bersaing Perguruan Tinggi. 120 hal.

Susanto, S., S. Minten, dan A. Mursyada. 2002. Pengaruh strangulasi terhadap pembungaan jeruk besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) kultivar Nambangan. J. Agrotropika, 7 (1) : 34-47 hal.

Taiz, L., Zeiger,E., 2006. Plant Physiology 4th ed. Sinauer Associates Inc. Sunderland, Massachutes. 764 p

Verheij, E. W. M., dan B. C. Stone. 1997. Citrus (L). Hal 140-150. dalam : E. W. M. Verheij dan R. E. Coronel (Ed). PROSEA. Sumberdaya Nabati Asia Tenggara 2. P. T. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Yamanishi, O. K., Y. and Hasegawa, K. 1993. Effect of branch strangulation in late session on reproductive phase of young pummelo tress grown in a plastic house. J. Jpn. Trop. Agr., 37(4):290-297.

Yamanishi, O. K., and Hasegawa, K. 1995. Trunk strangulation responses to the

detrimental effect of heavy shade on fruit size and quality of „tosa buntan‟

(33)
(34)

28

(35)

Lampiran 2. Bentuk Kanopi Tajuk Pamelo Masing-masing Perlakuan

Perlakuan tanpa strangulasi (T0) Perlakuan strangulasi tunggal (T1)

Perlakuan strangulasi ganda Perlakuan strangulasi ganda

jarak 5 cm (T2) jarak 10 cm (T3)

Gambar

Tabel 3. Diameter batang pada berbagai jarak strangulasi

Referensi

Dokumen terkait

Dalam jangka panjang menunjukkan hubungan yang positif terhadap Volume Impor daging sapi yaitu ditandai dengan nilai koefisien sebesar 1.590089 yang artinya jika Kurs

Konseling modifikasi gaya hidup yang dilakukan secara intensif lebih meningkatkan kualitas diet dan menurunkan kadar CRP dibandingkan dengan konseling tidak

dengan penyarungan buah baik pada buah besar maupun kecil secara nyata menurunkan jumlah biji kakao yang lengket akibat serangan PBK dibandingkan dengan aplikasi

Tabel 4.menunjukkanbahwa bawang merahvarietas Thailand yang diberi dosis urea 1000 kg/ha, TSP 600 kg/ha, dan KCl 400 kg/ha menghasilkan bobot umbi bawang merah

Data dalam penelitian ini, yaitu; (1) RPP yang dibuat guru dan peneliti secara kolaborasi yang mencakup perencanaan, pelaksanaan serta hasil pengamatan dan

Persentase jumlah ikan dengan ukuran panjang yang lebih kecil dari panjang saat pertama kali memijah ( length at first maturity ) untuk jenis ikan yang tertangkap

Berdasarkan nilai AIC distribusi yang memiliki nilai AIC terkecil untuk setiap stasiun pada DAS Kampar adalah distribusi normal karena distribusi normal memiliki kecocokan

Berdasarkan tabel Coefficients dapat diketahui bahwa variabel Debt to Equity Ratio (DER) memiliki nilai sig sebesar 0,478 > 0,05 hasil tersebut dapat dikatakan bahwa H0