• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas Antioksidan Nanokurkuminoid Varietas Temulawak Asal Balitro Pada Hati Tikus Jantan Sprague Dawley

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aktivitas Antioksidan Nanokurkuminoid Varietas Temulawak Asal Balitro Pada Hati Tikus Jantan Sprague Dawley"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN NANOKURKUMINOID

VARIETAS TEMULAWAK ASAL BALITRO PADA

HATI TIKUS JANTAN

SPRAGUE DAWLEY

M BUDI RAHMAN WAHID

DEPARTEMEN BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Aktivitas Antioksidan Nanokurkuminoid Varietas Temulawak Asal Balitro pada Hati Tikus Jantan

Sprague Dawley adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, November 2013

M Budi Rahman Wahid

(4)

ABSTRAK

M BUDI RAHMAN WAHID. Aktivitas Antioksidan Nanokurkuminoid Varietas Temulawak Asal Balitro Pada Hati Tikus Jantan Sprague Dawley. Dibimbing oleh WARAS NURCHOLIS dan LAKSMI AMBARSARI.

Curcuma xanthorhiza Roxb. yang dikenal dengan nama temulawak adalah tanaman yang mengandung kurkuminoid dan memiliki sifat antioksidan. Karena bioavailabilitas kurkuminoid sangat rendah dalam tubuh sehingga diperlukan suatu penghantaran yang efisien ke dalam tubuh, seperti nanopartikel tersalut lemak padat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur aktivitas antioksidan hati tikus Sprague Dawley jantan secara in vivo dari nanokurkuminoid tersalut lemak padat keadaan stress oksidatif diinduksi CCl4. Analisis aktivitas antioksidan dilakukan dengan mengukur kadar Malondialdehida (MDA) dan aktivitas enzim Superoksida Dismutase (SOD), Glutation Peroksidase (GPx) dan Peroksidase (POX). Nanokurkuminoid yang diperoleh berukuran (114.4 ± 33.8) nm, dengan nilai indeks polidispersitas sebesar (0.233 ± 0.060). Efisiensi penjerapan kurkuminoid di dalam nanokurkuminoid yang didapatkan sebesar 70.96 ± 7.60 %. Hasil analisis pengukuran kadar MDA dan aktivitas enzim SOD, GPx dan POX menunjukkan bahwa nanokurkuminoid varietas temulawak asal balitro memiliki aktivitas antioksidan meskipun berdasarkan uji statistik diperoleh hasil yang tidak berbeda nyata (P>0.05) dengan kelompok normal.

Kata kunci: aktivitas enzim, antioksidan, hati tikus,in vivo, nanokurkuminoid.

ABSTRACT

M BUDI RAHMAN WAHID. An Antioxidant Activity of Nanocurcuminoids Temulawak Variety from Balitro in Rat Liver Male Sprague Dawley. Supervised by WARAS NURCHOLIS and LAKSMI AMBARSARI.

Curcuma xanthorhiza Roxb. known as temulawak is a plant that has curcuminoi as an antioxidant. However curcumin has restrict bioavailability of body, so it need problems can be resolve with incorporation of curcumin into solid lipid nanoparticle as carrier system. Analysis an antioxidant activity used maseration of malondialdehyde (MDA) and an enzim activity Superoxida Dismutase (SOD), Gluthation Peroxidase (GPx) and Peroxidase (POX). The aim of this research is to measure an antioxidant activity solid lipid nanocurcuminoids on the state rat liver male Sprague Dawley in vivo of stress oxidative induced CCl4. The size of nanocurcuminoids obatained in this study was about (114.4 ± 33.8) nm, which polydispersity index was about (0233 ± 0060). The entrapment efficiency of curcuminoids obtained in this study was about 70.96 ± 7.60 %. Analysis measure of malondialdehyde (MDA) and an enzim activity SOD, GPx dan POX showed that nanocurcuminoids temulawak variety from balitro has indicate to an antioxidant activity though experiment by statistical method obtained not marked difference (P>0.05) with normal group.

(5)

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN NANOKURKUMINOID

VARIETAS TEMULAWAK ASAL BALITRO PADA

HATI TIKUS JANTAN

SPRAGUE DAWLEY

M BUDI RAHMAN WAHID

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Biokimia

DEPARTEMEN BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi: Aktivitas Antioksidan Nanokurkuminoid Varietas Temulawak Asal Balitro Pada Hati Tikus Jantan Sprague Dawley

Nama : M Budi Rahman Wahid NIM : G84090045

Disetujui oleh

Waras Nurcholis, S.Si., M.Si. Dr. Laksmi Ambarsari, M.S. Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. I Made Artika, M.App.Sc. Ketua Departemen Biokimia

(9)

PRAKATA

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya. Shalawat dan salam, semoga selalu tercurah kepada Baginda Rasulullah SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman. Karya ilmiah yang berjudul Aktivitas Antioksidan Nanokurkuminoid Varietas Temulawak Asal Balitro pada Hati Tikus Jantan Sprague Dawley

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains pada departemen Biokimia.

Ucapan terima kasih, penulis sampaikan kepada Waras Nurcholis, S.Si, M.Si dan Dr. Laksmi Ambarsari, M.S selaku pembimbing yang telah memberikan saran, kritik, dan bimbingannya. Ucapan terima kasih kepada orang tua dan keluarga yang selalu memberikan doa, dukungan, motivasi, dan semangat bagi penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Terima kasih pula kepada drh. Devi, Ibu Nunuk, Mbak Ina, Antonio, Endi selaku peneliti di Pusat Studi Satwa Primata (PSSP) dan Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka (PSB), rekan-rekan yang membantu selama penelitian ini yaitu Edwin, Riska dan Surya, dan teman-teman Biokimia 46 serta kepada semua pihak yang yang telah memberikan bantuan, kritik, dan saran bagi penulis. Semoga penelitian ini dapat memberikan informasi dan manfaat bagi yang memerlukan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, November 2013

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

METODE 2

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Bahan 2

Alat 2

Prosedur Analisis 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Hasil 6

Pembahasan 10

SIMPULAN DAN SARAN 15

Simpulan 15

Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 15

LAMPIRAN 18

(11)

DAFTAR TABEL

1 Efisiensi penjerapan nanokurkuminoid 6 2 Ukuran partikel dan indeks polidispersitas nanokurkuminoid 6 3 Rata-rata dan standar deviasi bobot badan, pesentase kenaikan bobot

badan dan hati setiap kelompok tikus 7

DAFTAR GAMBAR

1 Emulsi nanokurkuminoid stabil dan tak stabil 6 2 Pertumbuhan tikus Sprague Dawley setiap kelompok tikus 7 3 Kadar MDA hati pada setiap kelompok tikus 8 4 Aktivitas enzim POX hati pada setiap kelompok tikus 8 5 Aktivitas enzim SOD hati pada setiap kelompok tikus 9 6 Aktivitas enzim GPx hati pada setiap kelompok tikus 9 7 Korelasi antara bobot badan tikus dengan bobot hati tikus 12

DAFTAR LAMPIRAN

(12)

1

PENDAHULUAN

Temulawak merupakan tanaman khas Indonesia dari family Zingiberaceae

yang rimpangnya biasa digunakan sebagai obat tradisional. Tanaman ini merupakan salah satu dari sembilan jenis tanaman unggulan dari Direktorat Jenderal Pengolahan Obat dan Makanan (BPOM 2005) yang memiliki banyak manfaat sebagai bahan obat. Kandungan zat yang terdapat pada rimpang temulawak terdiri atas kurkuminoid, pati, protein, lemak (fixed oil), selulosa, mineral, dan minyak atsiri. Temulawak bekerja sebagai kolagoga dalam pengobatan gangguan hati dan obat anti inflamasi (Afifah dan Tim Lentera 2003). Metabolit sekunder yang terdapat dalam rimpang temulawak yaitu kurkuminoid, desmetoksikurkumin, bisdesmetoksikurkumin, dan minyak atsiri (Quiles et al.

2002).

Kurkuminoid komersial mengandung sekitar 77% diferuloilmetana (kurkumin), 17% demetoksikurkumin, dan 6% bisdemetoksikurkumin (Anand et al. 2007). Kurkuminoid dalam suasana asam akan berwarna kuning atau jingga, sedangkan dalam suasana basa akan berwarna merah (Afifah 2010). Kurkuminoid tidak larut dalam air dan eter tapi larut dalam etanol, DMSO, dan aseton. Kurkuminoid memiliki titik leleh 183 , rumus molekul C21H20O6, dan bobot molekul 368.37 g/mol (Aggarwal et al. 2006). Kurkuminoid mempunyai efek biologis yaitu sebagai antioksidan, antiinflamasi, antihiperkolesterolemia (Peschel

et al. 2006), dan sebagai antikanker (Park et al. 2004). Pengujian klinis menunjukan kurkuminoid aman untuk manusia bahkan pada dosis tinggi (12 gram/ hari), akan tetapi bioavaibilitas kurkumin sangat rendah dalam tubuh (Bisht

et al. 2011).

Banyak obat yang bermasalah terhadap bioavailabilitasnya, hal ini disebabkan oleh rendahnya kelarutan obat tersebut di dalam air, laju pelarutan yang lambat, dan ketidakstabilan di dalam pencernaan (Ekambaram 2012). Beberapa metode yang umum digunakan untuk meningkatkan bioavaibilitas kurkuminoid dalam hal pengantaran secara sistemik, misalnya dengan penambahan adjuvant (piperin), pembawa liposom, kompleks fosfolipid, dan nanopartikel kurkuminoid (Aggarwal et al. 2006). Nanopartikel kurkuminoid memiliki ukuran partikel 10-100 nm (submikron) yang bertujuan memodifikasi ukuran partikel, sifat permukaan dan profil pelepasan obat agar mencapai sel aksi spesifik untuk mengoptimalkan efek terapi (Bisht et al. 2007). Nanokurkuminoid pada dasarnya memiliki banyak jenis formulasinya yaitu nanopartikel polimer, dispersi nanokristal, nanoemulsi, nanopartikel lipid dan protein (Anand et al.

2007).

(13)

Kurkuminoid telah diketahui memiliki efek biologis, namun karena sifatnya yang tak larut air mengakibatkan bioavaibilitasnya rendah dalam tubuh. Sehingga dengan mengembangkan metode nanopartikel kurkuminoid tersalut asam palmitat oleh Mujib (2011) perlu dilakukan pengujian aktivitas antioksidannya secara in vivo. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan mengukur aktivitas antioksidan nanokurkuminoid pada tikus Sprague-Dawley jantan yang dinduksi CCl4 dengan mengukur aktivitas antioksidan nanokurkuminoid yang dilihat dari kadar lipid peroksida dan aktivitas enzim antioksidan hati yaitu superoksida dismutase, peroksidase, dan glutation peroksidase terhadap pengaruh induksi CCl4 pada tikus jantan.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 8 bulan (Januari - Agustus 2013). Tempat pelaksanaannya di laboratorium Kimia Fisik, Departemen Kimia FMIPA IPB; laboratorium Biofisika Material, Departemen Fisika FMIPA IPB; Laboratorium Pusat Studi Satwa Primata dan Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka LPPM IPB.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu simplisia rimpang temulawak hasil plantation Pusat Studi Biofarmaka dengan ukuran 100 mesh, asam palmitat (Merck), poloksamer 188 (BASF), air RO, etanol, n-heksana, standar kurkuminoid, metanol, CCl4, pakan, air minum, sekam (beeding), reagent kit BioVision superoksida dismutase, peroksidase, glutation peroksidase dan lipid peroksida serta tikus galur Sprague Dawley berasal dari Pusat Studi Satwa Primata berumur 2-3 bulan dengan bobot 180-200 gram.

Alat

Alat yang digunakan dalam penilitian diantaranya ELISA reader (Lab System Multiscan Ascent), homogenizer (Ultra Turrax T18), ultrasonic processor (130 Watt 20 kHz, Cole-Parmer), labu takar, particle size analyzer (Delsa NanoC, Beckman Coulter), spektrofotometer, pipet mikro, neraca digital, vial, gelas ukur, tabung reaksi, vorteks, pipet tetes, pipet volumetrik, pipet mikro, tip, dan kandang percobaan.

Prosedur Analisis

Pembuatan Nanokurkuminoid Tersalut Lemak Padat

(14)

3

dalam batch pemanas. Fase berair yang terdiri atas 0.5% (b/v) poloksamer 188 dan 100 mL air reverse osmosys (RO) dipanaskan pada suhu 75 lalu diaduk. Fase lemak didispersikan ke dalam fase berair sambil diaduk. Emulsi yang dihasilkan kemudian dihomogenisasi dengan kecepatan 13500 rpm selama 5 menit, kemudian didinginkan pada penangas es. Selanjutnya diultrasonikasi dengan amplitudo 20 % selama 60 menit. Nanourkuminoid yang diperoleh didinginkan dalam lemari es sehingga dihasilkan nanourkuminoid dalam bentuk emulsi (Yadav et al. 2008; Esposito et al. 2008).

Efisiensi Penjerapan

Nanokurkuminoid yang dihasilkan disentrifugasi dengan kecepatan 14000 rpm (18.626 ×G) pada suhu 4 °C selama 40 menit dan supernatannya didekantasi. Residunya dicuci dengan metanol untuk mengekstraksi kurkuminoid yang terjerap dan disentrifugasi kembali. Serapan supernatan metanol diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 425 nm. Konsentrasi kurkuminoid terjerap diperoleh melalui perhitungan dengan menggunakan persamaan regresi linear dari deret standar kurkuminoid (Yadav et al. 2008).

Ukuran Partikel

Ukuran partikel nanokurkuminoid ditentukan dengan menggunakan Delsa Nano C, Beckman Coulterberdasarkan distribusi jumlah (Pang et al. 2009).

Rancangan Percobaan dan Hewan Uji

Penelitian ini menggunakan 27 ekor tikus jantan galur Sprague-Dawley

yang berasal dari laboratorium Pusat Studi Satwa Primata IPB, berusia sekitar 8-12 minggu dengan berat badan sekitar 180-200 gram. Tikus dibagi menjadi 9 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 3 ekor tikus jantan. Sebelum percobaan, tikus ditimbang berat badan, konsumsi pakan dan dilakukan pengambilan darah untuk baseline. Selanjutnya Tikus dibuat rusak hatinya sehingga mengalami oksidasi dengan 0.7 mL/ kg BB CCl4 (25:75) (dalam olive oil) pada hari ke 3, 6, dan 9 secara intraperitoneal kecuali kelompok normal.

Tikus kelompok pertama diberi nanokurkuminoid temulawak asal balitro dengan dosis 50 mg/kg BB, tikus kelompok kedua diberi nanokurkuminoid temulawak lokal balitro dengan dosis 100 mg/kg BB, tikus kelompok ketiga diberi nanokurkuminoid temulawak lokal balitro dengan dosis 1500 mg/kg BB, tikus kelompok keempat diberi ekstrak kurkuminoid temulawak lokal balitro dengan dosis 100 mg/kg BB, tikus kelompok kelima adalah kelompok kontrol positif yang diberikan Vitamin C 36 mg/kg BB, tikus kelompok keenam adalah kelompok kontrol positif yang diberikan Standar Kurkumin 20 mg/kg BB, tikus kelompok ketujuh adalah kelompok kontrol negatif yang diberikan nanokurkuminoid kosong dengan dosis 100 mg/kg BB, kelompok kedelapan adalah kelompok kontrol negatif yang diberikan CCl4 saja dan kelompok kesembilan adalah kelompok normal tanpa induksi CCl4 yang hanya diberi akuades saja dengan dosis 690 mg/kg BB.

(15)

enzim. Aktivitas oksidasi diukur dengan menentukan aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD), peroksidase (POX), glutation peroksidase (GPx) dan lipid peroksida untuk menentukan efek antioksidan sediaan yang diuji. (Konatham et al. 2010 dengan modifikasi).

Pengukuran Kadar Lipid Peroksida (MDA)

Preparasi sampel untuk jaringan dan sel dengan 10 mg jaringan dapat dihomogenisasi dengan penambahan 300 µL lisis buffer MDA (dengan 3 µL BHT 100x). Homogenat yang dihasilkan selanjutnya disentrifugasi dengan kecepatan 13000 g selama 10 menit. Selanjutnya hasil sentrifugasi ditempatkan 200 µL supernatan dari masing-masing ke dalam tabung mikrosentrifus. Sebanyak 10 µL standar MDA diencerkan dengan 407 µL ddH2O untuk mempersiapkan 0.1 M solusi MDA. kemudian 20 µL 0.1 M MDA diencerkan dengan penambahan 980 µL ddH2O untuk menyiapkan 2 mM standar MDA. Selanjutnya ditambahkan 0, 2, 4, 6, 8, 10 µL dari 2 mM standar MDA ke tabung mikrosentrifus terpisah dan menyesuaikan volume akhir 200 µL dengan ddH2O untuk menghasilkan 0, 4, 8, 12, 16 dan 20 nmol standar. Sebanyak 600 µL larutan TBA ditambahkan dalam setiap botol berisi standar dan sampel. Selanjutnya dilakukan inkubasi pada suhu 95 °C selama 60 menit. Dinginkan sampai suhu kamar dalam penangas es selama 10 menit. Pipet 200 µL (dari masing-masing 800 µL reaksi campuran) ke dalam setiap sumur pada microplate reader untuk analisis dengan membaca absorbansi pada 532 nm (BioVision 2013).

Pengukuran Aktivitas Enzim Peroksidase (POX)

Supernatan kultur sel dikumpulkan dan disentrifugasi selama 15 menit pada 1000 g dalam waktu 30 menit dari koleksi untuk menghilangkan partikulat pelet. Sampel sebanyak 2-50 µL ditambahkan ke dalam setiap sumur dan disesuaikan hingga volume akhir 50 µL dengan buffer pengujian. Sebanyak 10 µL substrat H2O2 12.5 mM diencerkan dengan buffer pengujian 1240 µL untuk mendapatkan H2O2 substrat 0.1 mM. Substrat hasil pengenceran ditambahkan 0, 10, 20, 30, 40, 50 µL menjadi serangkaian sumur dan ditepatkan volume akhir 50 µL dengan buffer pengujian untuk menghasilkan 0, 1, 2, 3, 4, 5 nmol / sumur standar H2O2. Untuk setiap sumur, diperpersiapkan total 50 µL reaksi campuran yang mengandung 2 µL Probe OxiRed dan 48 µL HRP kontrol positif. Campuran diinkubasi selama 5 menit dan mengukur OD pada 570 nm pada microplate reader. Sebanyak 50 µL reaksi campuran ditambahkan pada masing-masing sampel uji dan HRP kontrol positif. Selanjutnnya diaduk dan diinkubasi selama 3 menit pada 37 °C. Pengukuran OD pada 570 nm (A0) yang dilanjutkan dengan inkubasi selama 30 menit sampai 2 jam pada suhu 37 °C untuk mengukur OD pada 570 nm (A1) (BioVision 2013).

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD)

(16)

5

blanko 1 dan blanko 3. Selanjutnya larutan WST ditambahkan 200 µ L pada setiap sumur. Kemudian ditambahkan 20 µ L buffer dilusi pada sumur blanko 1 dan blanko 3 sedangkan larutan enzim ditambahkan 20 µL untuk setiap sumur sampel dan blanko 1, aduk rata. Selanjutnya inkubasi microplate pada 37 °C selama 20 menit dan pada akhirnya absorbansi dibaca pada 450 nm menggunakan

microplate reader (BioVision 2013).

Pengukuran Aktivitas Enzim Glutation Peroksidase (GPx)

Jaringan sebanyak 0.1 g dihomogenkan dalam 0.2 mL larutan buffer dingin di atas penangas es. Selanjutnya homogenat disentrifugasi pada 10000 g selama 15 menit pada 4 °C. Supernatan dikumpulkan untuk pengujian dan simpan di es. NADPH 40 mM sebanyak 25 µL diencerkan menjadi 975 µL dH2O untuk menghasilkan 1 mM standar NADPH. Selanjutnya ditambahkan 0, 20, 40, 60, 80, 100 µL dari 1 mM standar NADPH ke microplate menghasilkan 0, 20, 40, 60, 80, 100 nmol/sumur standar. Ke dalam masing-masing sumur ditepatkan volume akhir 100 µL dengan buffer pengujian. Terakhir dilakukan pengukuran absorbansi pada 340 nm untuk penentuan kurva standar NADPH. Pada kontrol positif ditambahkan 5-10 µL dari GPx kontrol positif ke dalam sumur yang diinginkan dan tepatkan volum dengan buffer pengujian sampai 50 µL. Sebanyak 50 µL dari buffer pengujian ditambahkan ke dalam sumur sebagai kontrol reagen. Reaksi campuran sebanyak 40 µL ditambahkan ke masing-masing sampel uji, kontrol positif dan kontrol reagen lalu aduk. Selanjutnya campuran tersebut diinkubasi selama 15 menit untuk menguras semua GSSG dalam sampel Anda. Sebanyak 10 µL kumen hidroperoksida ditambahkan untuk memulai reaksi GPx dan diaduk rata. Selanjutnya diukur OD 340 nm pada T1 untuk membaca A1. Dan diakhiri dengan pengukuran OD 340 nm lagi di T2 setelah inkubasi reaksi pada 25 °C selama 5 menit (atau lebih lama jika aktivitas GPx rendah) untuk membaca A2 dengan melindungi dari cahaya (BioVision 2013).

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL). Data yang diperoleh dianalisis dengan metode ANOVA (analysis of variance) pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf α=0.05. Model RAL yang digunakan adalah sebagai berikut (Matjik dan Sumertajaya 2002).

Yij = µ + τ + ɛi Keterangan :

Yij = pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

µ = pengaruh rataan umum

τ = pengaruh rataan ke-i

ɛi = pengaruh galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

(17)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Karekteristik Nanokurkuminoid Tersalut Lemak Padat

Karakterisasi nanokurkuminoid dapat diamati melalui tiga paremeter yaitu penampakan secara fisik, kapasitas pemuatan obat (efisiensi penjerapan), dan keseragaman ukuran partikel dalam bentuk nano. Penampakan secara fisik dari nanokurkuminoid dapat diamati dari kestabilan emulsi (tidak terbentuk agregat), sehingga emulsi yang dihasilkan tampak seragam ukuran partikelnya menjadi nanopartikel seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.

Parameter selanjutnya adalah kapasitas pemuatan obat (efisiensi penjerapan). Efisiensi penjerapan dinyatakan dengan persentase obat yang terjerap di dalam fase lemak terhadap obat atau senyawa aktif yang ditambahkan. Berdasarkan pengukuran spektrofotometri pada panjang gelombang 425 nm. Efisiensi penjerapan kurkuminoid yang dihasilkan dengan nilai rata-rata 70.96 ± 7.60 %. Parameter terakhir ialah ukuran partikel yang dimiliki nanokurkuminoid. Berdasarkan pengukuran menggunakan alat PSA (Particle Size Analyzer) yang menghasilkan ukuran nano kisaran ukuran partikel antara 50-200 nm dan nilai indeks polidispersitas (IP) dibawah 0.3.

Gambar 1 (A) Emulsi stabil (B) Emulsi tak stabil

Tabel 1 Efisiensi penjerapan nanokurkuminoid

Absorban [kurkumin]

Tabel 2 Ukuran partikel dan indeks polidispersitas nanokurkuminoid

(18)

7

Kondisi Tikus Percobaan

Penimbangan bobot badan tikus dilakukan setiap dua hari yang bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kesehatan tikus percobaan. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa secara umum persentase bobot badan tikus mengalami kenaikan. Pada Gambar 2 dapat dilihat grafik pertumbuhan tikus, ada beberapa yang mengalami penurunan tetapi pada akhir perlakuan, semua bobot badan tikus mengalami kenaikan bobot badan. Hal ini dikarenakan tubuh tikus diberi stres dengan injeksi CCl4 pada hari ke 3, 6, dan 9 sehingga nafsu makannya terganggu.

Tabel 3 Rata-rata bobot badan dan hati, pesentase kenaikan bobot badan pada setiap kelompok tikus

Perlakuan Bobot Badan (g) Perubahan

Kenaikan

Gambar 2 Pertumbuhan tikus Sprague Dawley pada setiap kelompok tikus.

Kadar Malondialdehida (MDA) Hati

Hasil analisis kadar malondialdehida (MDA) hati tikus dinyatakan dalam kadar MDA sebenarnya (nmol/mg). Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa kelompok standar kurkuminoid dapat menurunkan kadar MDA hati dibanding perlakuan normal. Pada kelompok nanokurkuminoid konsentrasi 50, 100 dan 1500 mg/kg BB belum mampu menurunkan kadar MDA, meski berdasarkan uji statistik diperoleh hasil yang tidak berbeda nyata (P<0.05) dengan kelompok standar kurkuminoid, namun pada kelompok vitamin C sebagai kontrol positif

(19)

memiliki aktivitas kadar MDA tertinggi. Kejadian ini diperkirakan karena penyerapan senyawa vitamin C dalam tubuh tikus tidak optimal disebabkan karena sifat vitamin C mudah larut dalam air sehingga terbuang bersama urin.

Gambar 3 Kadar MDA hati pada setiap kelompok tikus

Keterangan: Tanda huruf sama menunjukkan tidak beda nyata pada taraf uji 5%

Aktivitas Enzim Peroksidase Hati

Hasil pengukuran aktivitas enzim peroksidase hati tikus dinyatakan dalam aktivitas nmol/min/mL. Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat bahwa kelompok ekstrak dan nanokurkuminoid konsentrasi 50, 100 dan 1500 mg/kg BB memiliki aktivitas peroksidase lebih tinggi dibanding kelompok vitamin C. dan nanokurkuminoid konsentrasi 50, 100 dan 1500 mg/kg BB mengalami peningkatan yang tidak berbeda nyata (P<0.05) dengan vitamin C dan standar kurkuminoid.

Gambar 4 Aktivitas enzim POX hati pada setiap kelompok tikus

Keterangan: Tanda huruf sama menunjukkan tidak beda nyata pada taraf uji 5%

Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) Hati

Hasil pengukuran aktivitas enzim SOD hati tikus dinyatakan dalam persen inhibisi. Berdasarkan Gambar 5 dapat dilihat kelompok ekstrak dan

(20)

9

nanokurkuminoid konsentrasi 50, 100 dan 1500 mg/kg BB memiliki persen inhibisi SOD lebih tinggi dibanding pemberian standar kurkuminoid dan vitamin C. Hasil uji statistik kelompok pemberian nanokurkuminoid konsentrasi 1500 mg/kg BB menunjukkan aktivitas yang berbeda nyata (P<0.05) dibandingkan dengan standar kurkuminoid.

Gambar 5 Aktivitas enzim SOD hati pada setiap kelompok tikus Keterangan: Tanda huruf sama menunjukkan tidak beda nyata pada taraf uji 5%

Aktivitas Enzim Glutation Peroksidase (GPx) Hati

Hasil pengukuran enzim GPx hati tikus dinyatakan dalam aktivitas nmol/min/mL. Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa kelompok ekstrak dan nanokurkuminoid konsentrasi 100 mg/kg BB memiliki aktivitas GPx lebih tinggi dibanding kelompok standar kurkuminoid dan vitamin C. Sedangkan pada kelompok nanokurkuminoid konsentrasi 50 dan 1500 mg/kg BB memiliki aktivitas dibawah standar kurkuminoid dan vitamin C. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kelompok ekstrak dan nanokurkuminoid konsentrasi 50, 100 dan 1500 mg/kg BB mengalami peningkatan yang tidak berbeda nyata (P<0.05) dengan kelompok vitamin C dan standar kurkuminoid.

Gambar 6 Aktivitas enzim GPx hati pada setiap kelompok tikus Keterangan: Tanda huruf sama menunjukkan tidak beda nyata pada taraf uji 5%

(21)

Pembahasan

Karekteristik Nanokurkuminoid Tersalut Lemak Padat

Nanokurkuminoid tersalut lemak padat pada penelitian ini dibuat dengan mencampurkan fase lemak (asam lemak dan kurkuminoid) dan fase air (air

reverse osmosys (RO) dan poloksamer 188). Komposisi ini merupakan formulasi terbaik yang dibuat oleh Mujib (2011) dengan modifikasi dari formulasi Yadav et al. (2008). Yadav et al. (2008) membuat formulasi mikropartikel kurkumin tersalut lemak padat dengan konsentrasi kurkumin 1.0% (b/v) : lemak 1.0-10.0% (b/v) : poloksamer 188 0.5% (b/v) dengan volume 100 mL. Poloksamer 188 yang berada di dalam fase air, berfungsi sebagai pengemulsi yang menstabilkan lapisan nanokurkuminoid tersalut asam palmitat. Poloksamer 188 adalah kopolimer polioksietilen-polioksipropilen nonionik yang digunakan sebagai pengemulsi pada industri farmasi. Poloksamer 188 diidentifikasikan sebagai HO(CH2CH2O)80(CH2CH(CH3)O)27(CH2CH2O)80H. Rantai polioksilen bersifat hidrofilik, dan rantai polioksipropilen bersifat hidrofobik (Rowe et al. 2009). Pengemulsi atau surfaktan juga memiliki peran dalam mengendalikan proses kristalisasi nanopartikel lemak padat dan memperbaiki stabilitas kinetik struktur kristal yang dihasilkan (Weiss et al. 2008).

Emulsi selanjutnya diultrasonikasi dengan amplitudo 20% selama 60 menit. Kondisi ultrasonikasi ini merupakan kondisi optimal berdasarkan penelitian Mujib (2011), karena emulsi yang dihasilkan lebih stabil dengan amplitudo rendah serta waktu yang lebih lama. Metode ultrasonikasi bertujuan menyeragamkan emulsi lemak padat yang besar menjadi partikel yang lebih kecil. Emulsi yang telah diultrasonikasi akan mengalami penyeragaman ukuran partikel menjadi nanopartikel. Karakterisasi nanokurkuminoid dapat diamati melalui tiga paremeter yaitu penampakan secara fisik, keseragaman ukuran partikel dalam bentuk nano dan kapasitas pemuatan obat (efisiensi penjerapan). Karakterisasi ini bertujuan melihat keragaman ukuran partikel nanokurkuminoid yang berkaitan erat dengan fungsinya sebagai sistem penghantaran obat. Kestabilan emulsi dapat diamati secara fisik yaitu tidak terbentuknya agregat, sehingga emulsi yang dihasilkan tampak seragam ukuran partikelnya. Keseragaman ukuran partikel dalam bentuk nano dan distribusinya ditentukan dari nilai indeks polidispersitas partikel tersebut. Indeks polidispersitas (IP) adalah nilai yang menyatakan lebarnya distribusi ukuran partikel di dalam suatu emulsi. Nilai IP kurang dari 0.3 menunjukkan bahwa ukuran partikel mempunyai distribusi yang sempit, dan nilai IP lebih besar dari 0.3 menunjukkan distribusi yang luas (Yen et al. 2008).

(22)

11

partikelnya memiliki ukuran yang seragam akan tetapi bentuknya berbeda. Nilai IP lebih dari 0.7 merupakan superdispersi, yaitu distribusi partikel yang menyebar mempunyai bentuk yang tidak seragam dan berbeda (Yen et al. 2008)..

Parameter yang terakhir adalah kapasitas pemuatan obat (efisiensi penjerapan). Efisiensi penjerapan yang tinggi harus dimiliki oleh suatu sistem penghantaran obat, seperti nanopartikel tersalut lemak padat. Efisiensi penjerapan dinyatakan dengan persentase obat yang terjerap di dalam fase lemak terhadap obat atau senyawa aktif yang ditambahkan (Parhi & Suresh 2010). Berdasarkan pengukuran spektrofotometri pada panjang gelombang 425 nm. Efisiensi penjerapan kurkuminoid yang dihasilkan dari tiga kali ulangan menghasilkan nilai rata-rata 70.96 ± 7.60 %. Dalam perhitungan efisiensi penjerapan, standar kurkuminoid balitro digunakan sebagai standar. Persamaan garis linier yang diperoleh dari kurva standar digunakan untuk menetukan efisiensi penjerapan y=6.0006x + 0.0116 dengan nilai R2=0.0995 (Lampiran 2c). Nilai efisiensi penjerapan bergantung pada jumlah zat aktif yang ditambahkan pada pembuatan nanopartikel lemak padat. Hal ini disebabkan oleh perbandingan antara zat aktif yang terjerap dan zat aktif yang ditambahkan. Pengemulsi seperti poloksamer 188 dapat meningkatkan kelarutan zat aktif di dalam media pendispersi, sehingga kurkuminoid terlarut dalam media pendispersi (Abdelbary & Fahmy 2009).

Kondisi Tikus Percobaan

Kondisi tikus selama percobaan merupakan salah satu parameter yang diamati pada penelitian secara in vivo. Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley jantan berjumlah 27 ekor tikus. Hasil penimbangan bobot badan tikus dilakukan selama lima kali pengukuran setiap dua hari. Grafik pertumbuhan tikus pada gambar 2 menunjukkan bahwa tidak semua tikus mengalami kenaikan bobot badan setiap harinya, ada beberapa tikus yang mengalami penurunan tetapi pada akhir perlakuan, semua bobot badan tikus mengalami kenaikan. Hasil penimbangan bobot badan tikus selama perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 3. Kenaikan rata-rata bobot badan pada setiap kelompok tikus dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat persentase kenaikan bobot badan pada setiap kelompok tikus perlakuan. Persentase kenaikan bobot badan tertinggi terjadi pada perlakuan nanokurkuminoid konsentrasi 50 mg/kg BB sebesar 12.05%, sedangkan persentase kenaikan terendah pada perlakuan nanokurkuminoid konsentrasi 100 mg/kg BB sebesar 0.9%.

(23)

mengacaukan proses oksidasi, dan menurunkan bobot badan.

Keadaan tikus yang sehat juga didukung dengan hasil penimbangan bobot organ hati. Hasil penimbangan terhadap bobot organ hati pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan tabel 2 ditunjukkan bahwa bobot organ hati tikus dalam setiap perlakuan tidak berbeda nyata (p<0.05) (Lampiran 8). Bobot hati tikus juga tidak menunjukkan korelasi yang berarti terhadap bobot badan tikus (Gambar 6). Nilai korelasi yang diperoleh 0.4232 dan nilai tersebut jauh dari nilai 1. Oleh karena itu, hubungan antara bobot badan dan bobot hati tikus tidak berkorelasi kuat sehingga walaupun bobot badan semakin meningkat belum tentu bobot hati akan ikut meningkat.

Gambar 7 Korelasi antara bobot badan tikus dengan bobot hati tikus

Kadar Malondialdehida (MDA)

Kadar Malondialdehida (MDA) dapat digunakan untuk mengestimasi laju peroksidasi lipid. Hal ini disebabkan adanya kandungan senyawa asam lemak tidak jenuh rantai panjang (PUFA = Poly Unsaturated Fatty Acid) yang mudah teroksidasi dan menghasilkan produk oksidasi, salah satunya MDA (Hussain 2001). Prinsip kerja penentuan kadar MDA secara biokimia menggunakan kit BioVisoin USA yaitu asam tiobarbiturat (TBA) untuk menghasilkan kompleks MDA-TBA berwarna merah muda. Kompleks dibaca pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 532 nm (Singh et al. 2002). Dalam perhitungan kadar MDA, larutan standar MDA digunakan sebagai standar. Persamaan garis linier yang diperoleh dari kurva standar yang digunakan untuk menentukan konsentrasi MDA adalah y= 0.0683x + 0.0808 dengan nilai R2= 0.995 (Lampiran 4b).

Hasil rata-rata kadar MDA setiap kelompok dapat dilihat pada Gambar 3. Rata-rata kadar MDA pada kelompok ekstrak dan nanokurkuminoid konsentrasi 50, 100 dan 1500 mg/kg BB dengan aktivitas berturut-turut sebesar 7.097, 6.387, 11.716, dan 7.193 nmol/mg. Berdasarkan uji statistik yang dilakukan kelompok ekstrak dan nanokurkuminoid konsentrasi 50 dan 1500 mg/kg BB menunjukkan aktivitas yang tidak berbeda nyata (P<0.05) dibanding kontrol standar kurkuminoid. Kadar MDA terendah terdapat pada kelompok kontrol standar kurkuminoid sebesar 5.405 nmol/mg dan tertinggi pada kelompok kontrol vitamin C sebesar 14.221 nmol/mg. Penurunan kadar MDA pada kontrol standar kurkuminoid terjadi karena kurkuminoid memiliki aktivitas antioksidan. Menurut Jayapraksha et al. (2006), kurkuminoid memiliki kemampuan meniadakan radikal-radikal bebas dan radikal peroksida sehingga efektif dalam menghambat pembentukan oksida lipida. Kelompok ekstrak dan nanokurkuminoid memiliki kadar MDA lebih besar dibandingkan kelompok normal, namun berdasarkan uji statistik menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P<0.05) dengan kelompok

y = 0.0221x + 2.4517

160 165 170 175 180 185 190

(24)

13

ekstrak. Akan tetapi kenaikan kadar MDA secara nyata (P<0.05) terjadi pada kelompok kontrol vitamin C. Kejadian ini diduga disebabkan penyerapan senyawa vitamin C dalam tubuh tikus tidak optimal karena sifat senyawanya mudah larut dalam air sehingga mudah dikeluarkan dari dalam tubuh melalui urin (Almatsier 2004).

Aktivitas Enzim Peroksidase (POX)

Peroksidase adalah kelas enzim golongan oksireduktase yang mengkatalisis H2O2 yang bersifat toksik menjadi H2O yang netral dengan adanya substrat yang bertindak sebagai donor hidrogen sehingga sel hidup tidak mengalami kerusakan (Hiner et al. 2002). Jenis enzim ini sering ditemukan pada golongan horseradish sehingga disebut dengan Horseradish peroksidase (HRP) (Veitch 2004). Prinsip penentuan aktivitas enzim peroksidase secara biokimia dilakukan berdasarkan kit BioVisoin USA. Serum sebagai substrat direaksikan dengan H2O2 sebagai akseptor proton dan enzim HRP berfungsi sebagai katalis. Sehingga aktivitasnya diukur berdasarkan jumlah enzim peroksidase yang mengkatalisis H2O2 menjadi H2O pada panjang gelombang 570 nm. Dalam perhitungan aktivitas enzim peroksidase, larutan kontrol positif HRP digunakan sebagai standar. Persamaan garis linier yang diperoleh dari kurva standar digunakan untuk menentukan aktivitas enzim peroksidase adalah y= 0.2295x + 0.0241 dengan nilai R2= 0.994 (Lampiran 5b).

Hasil rata-rata aktivitas peroksidase pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 4. Aktivitas rata-rata enzim peroksidase pada kelompok ekstrak dan nanokurkuminoid konsentrasi 50, 100 dan 1500 mg/kg BB dengan aktivitas berturut-turut sebesar 1.100, 1.409, 1.160, dan 1.044 nmol/min/mL memiliki aktivitas peroksidase lebih tinggi dibanding kontrol vitamin C sebesar 0.840 nmol/min/mL. Namun berdasarkan uji statistik yang dilakukan menunjukkan perbedaan aktivitas peroksidase yang tidak nyata (P<0.05). Kenaikan aktivitas peroksidase yang nyata (P<0.05) terjadi pada kelompok CCl4 yang memiliki aktivitas sebesar 1.513 nmol/min/mL. Hal ini terjadi karena tingginya jumlah radikal hidrogen peroksida (H2O2) yang terbentuk akibat injeksi CCl4 sehingga aktivitas peroksidase untuk mengkatalisis peroksida meningkat.

Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD)

Superoksida dismutase (SOD) adalah lini pertama pertahanan tubuh yang dapat menangkal serangan radikal bebas. SOD mengubah superoksida (O2-) menjadi hidrogen peroksida (H2O2)yang masih bersifat radikal bebas namun sifat radikalnya lebih rendah dari radikal superoksida (Halliwel 1994). Prinsip penetuan aktivitas enzim SOD ditentukan secara biokimia dengan menggunakan kit BioVision USA. Proses katalisis diawali proses dismutasi dari anion superoksida menjadi hidrogen peroksida (H2O2) dan molekul oksigen (O2), dimana pada kit tersebut menggunan larutan sensitif WST-1 yang menghasilkan senyawa formazan larut dalam air sehingga terbentuk warna akibat reduksi anion superoksida. Tingkat reduksi dari anion superoksida ini linier terhadap aktivitas xantin oksidase yang dihambat oleh SOD. Oleh karena itu, aktivitas penghambatan SOD dapat ditentukan dengan metode kolorimetri yang diukur absorbansinya pada panjang gelombang 450 nm.

(25)

inhibisi. Persen inhibisi rata-rata aktivitas SOD pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 5. Kelompok ekstrak dan nanokurkuminoid konsentrasi 50, 100 dan 1500 mg/kg BB dengan persen inhibisi berturut-turut sebesar 65.693, 69.972, 83.193, dan 87.131 % memiliki persen inhibisi lebih tinggi dibanding kontrol standar kurkuminoid dan vitamin C 39.452 dan 64.768 %. Berdasarkan uji statistik yang dilakukan kelompok pemberian nanokurkuminoid konsentrasi 100 dan 1500 mg/kg BB menunjukkan aktivitas yang berbeda nyata (P<0.05) dibanding kontrol standar kurkuminoid. Peningkatan SOD pada perlakuan ekstrak dan nanokurkuminoid ini diduga karena senyawa kurkuminoid yang bersifat antioksidan, sehingga kurkuminoid tersebut dapat bekerja sinergis dengan enzim SOD dalam menangkal superoksida (Puspawati 2009). Rendahnya aktivitas SOD pada kelompok standar kurkumin diduga karena menurunnya sifat antioksidan yang tersedia akibat kelebihan komponen fenolik sehingga dapat memacu terbentuknya radikal bebas dan menurunkan sifat scavenger antioksidan (Heim et al 2002). Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik yang berasal dari turunan asam ferulat, yang mengandung 2 molekul asam ferulat yang dihubungkan dengan metilen dan struktur -diketon (Huang et al. 2010). Menurut penelitian yang dilakukan Karamac et al. (2005); Lin et al. (2005) menyebutkan bahwa asam ferulat tersebut dapat membantu enzim SOD dalam menangkal radikal superoksida.

Aktivitas Enzim Glutation Peroksidase (GPx)

Glutation Peroksidase (GSH-Px/GPx) merupakan enzim peroksidase yang ada dalam tubuh yang mengandung selenosistein, menggunakan glutation sebagai pendonor elektron, mereduksi H2O2 menjadi H2O dan glutation disulfida (GSSG) dengan bantuan glutation tereduksi (GSH) (Muchtadi 2009). Prinsip penentuan aktivitas enzim glutation peroksidase secara biokimia menggunakan kit BioVisoin USA. Ketika terjadi peningkatan GSH maka enzim GPx akan ikut meningkat. GPx dan GSH bekerjasama dalam mengurangi peroksia lipid dimana GSH sebagai substratnya membentuk H2O dan GSSG. Sehingga aktivitas GPx dapat diketahui melalui penurunan aktivitas NADPH dengan perubahan warna kekuningan menjadi warna ungu pada panjang gelombang 570 nm. Semakin tinggi warna ungu maka absorbansi yang terbaca semakin besar. Secara keseluruhan. jelas sekali bahwa NADP+ dalam bentuk tereduksi mutlak diperlukan untuk tujuan tersebut (Sadikin 2002).

(26)

15

pada uji statistik yang dilakukan menunjukkan perbedaan aktivitas peroksidase yang tidak nyata (P<0.05). Kenaikan aktivitas GPx yang nyata (P<0.05) terjadi pada kelompok CCl4 yang memiliki aktivitas sebesar 2149 nmol/min/mL. Hal ini terjadi karena tingginya jumlah radikal hidrogen peroksida (H2O2) yang terbentuk akibat injeksi CCl4 sehingga aktivitas GPx untuk mengkatalisis peroksida menjadi meningkat. Oleh karena peroksida terus menerus terbentuk, GSSG harus dikembalikan ke bentuk tereduksi (GSH). Sedangkan enzim glutation reduktase memerlukan NADPH + H+ sebagai koenzim (Puspawati 2009).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Karakter nanokurkuminoid yang baik diamati dari kestabilan emulsi yang seragam ukuran partikelnya. Ukuran partikel rata-rata yang didapatkan sebesar (114.4 ± 33.8) nm, dengan nilai indeks polidispersitas rata-rata sebesar (0.233 ± 0.060). Efisiensi penjerapan rata-rata kurkuminoid di dalam nanokurkuminoid yang didapatkan sebesar 70.96 ± 7.60 %. Perlakuan hewan coba pada setiap kelompok secara umum meningkatkan bobot badan hewan dengan intensitas yang berbeda. Hasil analisis pengukuran kadar MDA dan aktivitas enzim antioksidan SOD, GPx dan POX menunjukkan bahwa nanokurkuminoid varietas temulawak asal balitro memiliki aktivitas antioksidan meskipun berdasarkan uji statistik diperoleh hasil yang tidak berbeda nyata (P>0.05) dengan kelompok normal.

Saran

Perlu dilakukan eksplorasi lebih jauh lagi mengenai potensi nanokurkuminoid sebagai tanaman obat. Selain itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penentuan dosis efektif sediaan nanokurkuminoid sebagai obat fitofarmaka dari tanaman herbal temulawak.

DAFTAR PUSTAKA

Abdelbary G, Fahmy RH. 2009. Diazepam-Loaded Solid Lipid Nanoparticles: Design and Characterization. AAPS PharmSciTech 10:211–219.

Afifah E. 2010. Khasiat dan Manfaat Temulawak: Rimpang Penyembuh Aneka Penyakit. Yogyakarta (ID): Agromedia.

Afifah E, Tim Lentera. 2003. Khasiat dan Manfaat Temulawak Rimpang Penyembuh Aneka Penyakit. Jakarta (ID): AgroMedia Pustaka.

(27)

Almatsier S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utam Anand P, Kunnumakkara AB, Newman RA, Aggarwal BB. 2007. Bioavailability

of Curcumin: Problems and Promises.Molecular Pharmaceutics 4:807-818. Bisht S, Feldman G, Soni S, Ravi R, Karikar C, Maitra A, Maitra M 2007.

Polymeric nanoparticle-encapsuled curcumin (nanocurcumin): a novel strategy for human cancer therapy. Journal of Nanobiotechnology 5:1-18.

Bisht S, Khan MA, Berkhit M, Bai H, Cornish T, Mizuma M, Rudek MA, Zhao M, Maitra A, Ray B et al. 2011. A polymeric nanoparticle formulation of curcumin (NanoCurcTM) ameliorates CCl4-induced hepatic injury and fibrosis through reduction of pro-inflammatory cytokines and stellate cell activation. Laboratory Investigation 91:1383-1395.

[BPOM RI] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2005.

Gerakan Nasional Minum Temulawak. Jakarta (ID): BPOM RI.

Ekambaram P, Sathali AAS, Priyanka K. 2012. Solid Lipid Nanoparticles: A Review. Scientific Reviews and Chemical Communications 2(1):80-102. Esposito E, Fantin M, Marti M, Drechsler M, Paccamiccio L, Mariani P, Sivieri E,

Lain F, Menegatti E, Morari M, Cortesi R. 2008. Solid Lipid Nanoparticles as Delivery systems for Bromocriptine. Pharmaceutical Research 25:1521-1530.

Halliwel B. 1994. Free Radical, Antioxidant and Human Disease: Curiosity Cause or Consequence. The Lancet 344 : 721-724.

Heim KC, Tagliaferro AR. 2002. Flavonoid Antioxidant: Chemistry Metabolism and Structure Activity Relation Ship. J. Nutr 13:572-579.

Hiner et al. 2002. Mechanism of compound information in heme peroxidases.

Journal of Inorganic Biochemistry 91: 27-33.

Huang WY, Yi ZC, Yanbo Z. 2010. Natural phenolic compound from medicinal herbs and dietary plants: potential use for cancer prevention. Nutr. Cancer

62(1):1-20.

Jayapraksha GK, Jaganmohan Rao, L dan Sakariah KK. 2006. Antioxidant activities of curcumin, demethoxycurcumin and bsidemethoxycurcumin.

Food Chemistry 98: 720-724.

Jeon TI, Hwang SG, Park NG, Shin SI, Choi SD, Park DK. 2003. Toxicology. J Biol. Chem 187:67-73

Karamac M. Bunciski A, Pegg BR. Amarowicz R. 2005. Antioxidant and Antiradical Activity of Ferulates. Czech, J Food Sci (23) 2: 64-68.

Konatham S et al. 2010. Liposomal Delivery of Curcumin to Liver. Turk J. Pharm. Sci 7(2):89-98.

Lakkireddy JS, Adhikari BSR, Dwarkanath et al. 2006. Tumoricidal Effects of Etoposide Incorporated Into Solid Lipid Nanoparticles After Intraperitoneal Administration in Daltons Lymphoma Bearing Mice. The APPS Journal 8(2):29.

Lin JY et al. 2005. Ferulic Acid stabilizies a Topical Solution Containing Vitamins C+E and Doubles its Photoprotection for Skin. J Invest Dermatol

125:826-832.

Matjik AA, Sumertajaya. 2002. Rancangan Percobaan. Bogor: IPB Press. Muchtadi D. 2009. Gizi Anti Penuaan Dini. Bandung: Alfabet CV.

(28)

17

Pang X, Cui F, Tian J, Chen J, Zhou J, Zhou W. 2009. Preparation and Characterization of Magnetic Solid Lipid Nanoparticles Loaded with Ibuprofen. Asian Journal of Pharmaceutical Science 4:132-137.

Parhi R, Suresh P. 2010. Production of Solid Lipid Nanoparticles-Drug Loading and Release Mechenism. Journal of Chemical and Pharmacheutical Research 2:211-227.

Park S, S Chung, K.M. Kim, K.C. Jung, C. Park, E.R. Hahm, C.H. Yang. 2004. Determination of binding constant of transcription factor myc–max/max– max and E-box DNA: the effect of inhibitors on the binding. Biochim. Biophys. Acta 1670:217-228.

Peschel, D., R. Koerting, N. Nass. 2006. Curcumin induces changes in expression of genes involved in cholesterol homeostasis. J. Nutr. Biochem 18:113-119. Puspawati. 2009. Kajian Aktivitas Proliferasi Limfosit dan Kapasitas Antioksidan

Sorgum (Sorghum Bicolor L Moench) Dan Jewawut (Pennisetum Sp) Pada Tikus Sprague Dawley [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Quiles JL, Mesa MD, Tortosa CLR, Aguilera CM, Battio M, Gil A, Tortosa MCR. 2002. Curcuma longa Extract Supplementation Reduces Oxidative Stress and Attenuates Aortic Fatty Streak Development in Rabbits. Arteriolscler Thromb Biol 22: 1225-1231.

Rowe RC, Sheskey PJ, Quinn ME. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th Edition. London: Pharmaceutical Press.

Sadikin M. 2002. Biokimia Enzim. Jakarta: Widya Medika.

Singh RP, Murthy KNC, Jayapraksha GK. 2002. Studies on Antioxidant Activity of Pomegranate (Punica granatum) Peel and Seed Extract Using in vitro

Model. J Agri Food Chem 50: 81-86.

Veitch, Nigel C. 2004. Horseradish peroxidases : a modern of a classic enzyme.

Phytochemistry 65: 249-259.

Weiss J, Decker EA, McClements DJ, Kristbergsson K, Helgason T, Awad T. 2008. Solid Lipid Nanoparticles as Delivery Systems for Biactive Food Components. Food Biophysics 3:146-154.

Yadav V, Vinay P, Sarasija S, Yadav S. 2008. Curcumin Loaded Palmitic Acid Microparticles. InPharm Communique 1:15-18.

Yen FL, Wu TH, Lin LT, Cham TM, Lin CC. 2008. Nanoparticles formulation of

Cucuta chinensis prevents acetaminophen-induced hepatotoxicity in rats.

(29)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Diagram Alir Penelitian

Pengambilan sampel hati tikus tiap kelompok

Perlakuan stress oksidatif dengan pemberian 0,7 mL/kg BB CCl4 25% (dalam olive oil)

Rancangan percobaan in vivo pada tikus Sprague-Dawley jantan

Simplisia temulawak

Isolasi kurkuminoid dengan 96% etanol (maserasi)

Pengukuran partikel dengan PSA Efisiensi

penjerapan

Nanokurkuminoid

Analisis SOD

Analisis GPX

Analisis POX

Analisis MDA Homogenat hati

(30)

19

Lampiran 2 Penentuan Efisiensi Penjerapan

a. Kurva penentuan panjang gelombang maksimum

b. Tabel aborbansi standar kurkuminoid

Konsentrasi (mg/mL) Absorbansi

Konsentrasi Kurkuminoid yang ditambahkan 10 mg dalam 10 mL emulsi =(10 mg)/(10 mL) =1 mg/mL

Efisiensi penjerapan (%) = on entra i k rk minoid terjerap

(31)

Lampiran 3 Pengukuran kadar malondialdehida (MDA) sebenarnya a. Rata-rata dan standar deviasi kadar MDA

Kelompok A bobot

jaringan

[MDA]

sebenernya rata-rata SD

(32)

21

Lampiran 4 Pengukuran aktivitas enzim peroksidase (POX) a. Rata-rata dan standar deviasi aktivitas enzim peroksidase

Kelompok ◊ B T v Aktivitas rata-rata SD

b. Kurva standar aktivitas enzim POX

(33)

Y = 0.2295x + 0.0241 Y = 0.2295 (0.337) + 0.0241 = 1.36 nmol Aktivitas = B x Sampel dilusi

T x V

= 1.36 x 1.67 = 0.84177 nmol/min/mL 90 x 0.03

Lampiran 5 Pengukuran aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) a. Rata-rata dan standar deviasi aktivitas enzim SOD

(34)

23

Lampiran 6 Pengukuran aktivitas enzim glutation peroksidase (GPx) a. Rata-rata dan standar deviasi aktivitas enzim GPx

kelompok A A340 B ◊T aktivitas Average SD

b. Kurva standar aktivitas enzim GPx

Aktivitas glutation peroksidase 2L :

(35)

Y = 0.0133x + 0.2039 Y = 0.0133 (0.503) + 0.2039 = 0.493 nmol Aktivitas = B x Sampel dilusi

(T2-T1) x V

= 36.15 x 2.5 = 903.85 nmol/min/mL 5 x 0.01

(36)

25

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, 23 Juli 1991 dari ayah Lili Zainal dan Ibu Ida Ul Hasanah. Penulis merupakan putra pertama dari empat bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di MAN 1 (model) Bandar Lampung tahun 2009. Pada tahun yang sama, penulis meneruskan pendidikan di Departemen Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Selama masa perkuliahan, penulis mengikuti organisasi kampus sebagai Ketua Divisi Syifokom IKMT (Ikatan Keluarga Muslim TPB) tahun 2009-2010, Staff Hubungan Luar LDK Al-Hurriyyah 2009-2010, Badan Pengawas

Community of Research and Education in Biochemistry (CREBs) 2010-2011. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum Teknologi Asam Nukleat tahun ajaran 2013-2014, asisten praktikum Bioinformatika tahun ajaran 2013-2014, dan aktif sebagai staf pengajar Bimbel Smart Grup AyoPinter Indonesia. Selain itu, pada bulan Juli-Agustus 2012 penulis melakukan praktik lapang di Pusat Studi Biofarmaka (PSB) LPPM IPB dengan judul Potensi Papain Sebagai Antibakteri

Gambar

Tabel 3 Rata-rata bobot badan dan hati, pesentase kenaikan bobot badan pada  setiap kelompok tikus
Gambar 3 Kadar MDA hati pada setiap kelompok tikus
Gambar 5 Aktivitas enzim SOD hati pada setiap kelompok tikus

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara orientasi masa depan dan dukungan orang tua dengan minat melanjutkan studi

Perilaku kesehatan menurut Skinner dalam Notoatmodjo adalah suatau respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk. mendapatkan data dalam suatu

Perlakuan kombinasi zeolit dan kapur tohor tidak berpengaruh nyata menurunkan kadar Mn air sumur gali, akan tetapi berpengaruh sangat nyata (p &lt; 0.01) pada

Dari Tabel 3 dapat diprediksi bahwa saat terjadi load shedding 1 akan dimatikan beban dengan prioritas 7 (beban no 2) karena beban tersebut adalah beban yang memiliki daya

Penilaian keberhasilan merupakan penilaian hasil kerja utama outcome/ output yang memberi impak berdasarkan tugas dan tempat bertugas. Asas penilaian keberhasilan berfokuskan

Manfaat yang diperoleh siswa dari pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif ada 57 % atau 8 orang siswa menyatakan bahwa mereka dapat semakin

Ilonorarium Panitit Pelaksanr Kegiatan,Ltrang saku Peserto Uang Belanja Perjalanan Dinas, Perangko dan Materai.. 3 Fasilitasi penyelenggaraan festival budaya Daerah