PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
DAN PEMAHAMAN PADA MATERI ANALISIS BUKTI
TRANSAKSI DAN PENCATATAN BUKTI TRANSAKSI
DALAM JURNAL UMUM
Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 1 Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bantul
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
OLEH:
Robertus Hariyo Purbowo NIM: 091334041
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
DAN PEMAHAMAN PADA MATERI ANALISIS BUKTI
TRANSAKSI DAN PENCATATAN BUKTI TRANSAKSI
DALAM JURNAL UMUM
Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 1 Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bantul
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
OLEH:
Robertus Hariyo Purbowo NIM: 091334041
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku :
v
MOTTO
Tidak penting seberapa lambat
Anda berjalan, selama Anda
tidak berhenti.
viii
ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN
PEMAHAMAN PADA MATERI ANALISIS BUKTI TRANSAKSI DAN PENCATATAN BUKTI TRANSAKSI DALAM JURNAL UMUM
Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 1 Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bantul
Robertus Hariyo Purbowo Universitas Sanata Dharma
2013
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar dan pemahaman siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Bantul pada materi analisis bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam jurnal umum melalui penerapan model pembelajaran kooperatif. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-November 2012 di SMA Negeri 1 Bantul, Jl. KHA Wakhid Hasyim, Palbapang, Bantul.
Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, kuesioner, tes, dan dokumentasi. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus yang dalam tiap siklusnya meliputi empat tahap, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan evaluasi dan refleksi. Teknik analisis data adalah analisis deskriptif, analisis komparatif, dan uji beda mean.
ix
ABSTRACT
THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TO IMPROVE LEARNING MOTIVATION AND UNDERSTANDING OF PROOF ANALYSIS OF TRANSACTION AND RECORDING PROOF OF
TRANSACTION IN GENERAL JOURNAL
A Classroom Action Research on the Eleventh Grade Students of 1 Social Department of One State Senior High School Bantul
Robertus Hariyo Purbowo Sanata Dharma University
2013
The aim of this study is to measure the improvement of learning motivation and the understanding of the eleventh grade students of Social Science 1 towards proof of transactions analysis material and recording proof of transactions in general journal through the using of cooperative learning model. The type of this research is a classroom action research. The research was conducted in September-November 2012 in SMA Negeri 1 Bantul, Jl. KHA Wakhid Hasyim, Palbapang, Bantul.
Techniques to collect the data are observation and interview. The methods are by distributing questionnaire, conducting test, and documenting. This classroom action research was conducted in two cycles which include four steps: planning, action, observation, evaluation, and reflection. Techniques to analyze the data are descriptive, comparative analysis, and compare mean test.
x
Puji dan syukur kepada Tuhan atas segala berkat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan
diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan,
semangat, dan doa dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakartra.
2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu, memberikan saran, masukan, maupun revisi-revisi serta
pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini.
5. Dosen penguji, terima kasih atas saran dan kritik yang telah diberikan
sehingga penulisan skripsi ini menjadi lebih baik.
6. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi serta para
karyawan Program Studi Pendidikan Akuntansi khususnya Mbak Aris yang
telah memberikan bimbingan dan pelayanan selama mengikuti perkuliahan di
xi
penulis melakukan penelitian bersama. Terima kasih telah meluangkan waktu
dan membantu pelaksanaan penelitian.
8. Teman- teman XI IPS 1 yang telah membantu pelaksanaan penelitian serta
seluruh keluarga besar SMA Negeri 1 Bantul yang telah memberikan
dukungan dalam melaksanakan penelitian. Terima kasih banyak atas ijin dan
bantuan yang diberikan.
9. Kedua orang tuaku, Ag. Pursidi dan Marsiana Sutinem yang tercinta, yang
tidak pernah lelah memberikan doa, kasih sayang, dukungan baik moral
maupun material, serta semangat kepada penulis. Berkat Allah Bapa selalu
menyertai Bapak dan Ibu tercinta.
10.Kakak-kakak; Sr.m. Adelin, Sc. Retno Indiarti, dan Ch. Retno Sulistyorini,
YBA. Agus Santoso, dan Ant. Suryadi terima kasih atas dukungan dan
doanya.
11.Stefani Dwi Cahyani dan keluarga, terima kasih atas doa, dukungan, cinta dan
kasih sayang, serta segala bantuan selama kuliah dan penyelesaian skripsi ini,
Berkat Allah selalu menyertai.
12.Teman-teman seperjuanganku PE.BKK. Program Studi Pendidikan Akuntansi
angkatan 2009 dan seluruh keluarga besar angkatan 2010-2012, terima kasih
atas semangat, kebersamaan kalian, perhatian teman-teman yang sangat
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK... .... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI... xiii
DAFTAR TABEL ... xviii
DAFTAR GAMBAR... xxii
DAFTAR LAMPIRAN ... xxiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah... 5
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian... 5
xiv
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
A. Penelitian Tindakan Kelas ... 8
B. Model Pembelajaran Kooperatif ... 14
C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match ... 20
D. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing... 22
E. Motivasi Belajar ... 26
F. Pemahaman ... 27
G. Mata Pelajaran Akuntansi Materi Analisis Bukti Transaksi dan Pencatatan Bukti Transaksi Dalam Jurnal Umum pada Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa ... 29
H. Kerangka Berpikir ... 31
BAB III METODE PENELITIAN ... 35
A. Jenis Penelitian ... 35
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 36
D. Prosedur Penelitian ... 36
E. Instrumen Penelitian ... 51
F. Teknik Pengumpulan Data ... 64
G. Analisis Data ... 66
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH ... 69
A. Sejarah Berdiri SMA Negeri 1 Bantul ... 69
B. Visi, Misi, dan Tujuan SMA Negeri 1 Bantul ... 71
xv
D. Struktur dan Muatan Kurikulum ... 74
E. Struktur Kurikulum SMA ... 76
F. Muatan Lokal ... 79
G. Strategi Pengembangan Muatan Lokal (Mulok) ... 80
H. Kegiatan Pengembangan Diri ... 80
I. Beban Belajar... 82
J. Keunggulan Lokal dan Global ... 86
K. Jumlah Guru dan Tenaga Kependidikan ... 94
L. Data Kepala Sekolah ... 95
M. Peserta Didik ... 95
N. Orang Tua Peserta Didik ... 98
O. Kerjasama ... 98
P. Prestasi Sekolah ... 99
Q. Data Prestasi Akademik-Non Akademik Pendidikan dan Tenaga Kependidikan ... 102
R. Data Prestasi Sekolah ... 103
S. Lingkungan Sekolah ... 103
T. Keadaan Sekolah ... 104
U. Personil Sekolah ... 105
BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN ... 110
A. Deskripsi Data ... 110
1. Deskripsi Penelitian Pendahuluan ... 110
xvi
b. Observasi pada siswa... 113
c. Observasi keadaan kelas ... 114
d. Wawancara pada guru ... 115
e. Wawancara pada siswa ... 116
f. Deskripsi Motivasi Belajar ... 117
2. Deskripsi Siklus I PTK... 119
a. Menyusun Rencana Tindakan ... 119
b. Pelaksanaan ... 122
c. Pengamatan ... 134
d. Evaluasi dan Refleksi ... 139
3. Deskripsi Siklus II PTK ... 141
a. Menyusun Rencana Tindakan ... 141
b. Pelaksanaan ... 144
c. Pengamatan ... 152
d. Evaluasi dan Refleksi ... 158
e. Wawancara pada guru ... 158
f. Wawancara pada siswa ... 159
B. Analisis Data ... 162
1. Analisis Komparatif-Deskriptif ... 162
a. Motivasi belajar siswa ... 162
b. Pemahaman siswa ... 163
2. Pengujian Hipotesis ... 165
xvii
b. Pemahaman ... 167
C. Pembahasan ... 169
1. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa ... 169
2. Peningkatan Pemahaman Siswa ... 171
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 173
A. Kesimpulan ... 173
B. Keterbatasan Penelitian ... 174
C. Saran... 175
DAFTAR PUSTAKA... 176
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Hasil Ujian Siswa Kelas XI IPS 1 SMA N 1 Bantul pada Materi
Mekanisme Debit-Kredit ... 2
Tabel 2.1 Tahapan Pembelajaran Kooperatif ... 17
Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar ... 55
Tabel 3.2 Pemberian Skor pada Setiap Item Kuesioner ... 55
Tabel 3.3 Hasil Pengujian Validitas Motivasi Belajar ... 56
Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian... 58
Tabel 3.5 Kisi-kisi Soal Tes ... 58
Tabel 3.6 Hasil Pengujian Uji Validitas Soal Tes 1 ... 59
Tabel 3.7 Hasil Pengujian Uji Validitas Soal Tes 2 ... 61
Tabel 3.8 Hasil Pengujian Uji Validitas Soal Tes 3 ... 63
Tabel 4.1 Cakupan Kelompok Mata Pelajaran ... 74
Tabel 4.2 Kurikulum Kelas X ... 76
Tabel 4.3 Kurikulum Kelas XI dan XII Program IPA ... 77
Tabel 4.4 Kurikulum Kelas XI dan XII Program IPS ... 78
Tabel 4.5 Analisis Penambahan Jam pada Kurikulum... 79
Tabel 4.6 Daftar Jumlah Jam Tatap Muka dalam Struktur Kurikulum ... 84
Tabel 4.7 Kriteria Ketuntasan Minimal Kelas X ... 84
Tabel 4.8 Kriteria Ketuntasan Minimal Program IPA ... 85
Tabel 4.9 Kriteria Ketuntasan Minimal Program IPS ... 86
xix
Tabel 4.11 Daftar Kerjasama dengan Sekolah Luar Negeri ... 93
Tabel 4.12 Daftar Jumlah Guru dan Tenaga Kependidikan ... 94
Tabel 4.13 Daftar Nama Kepala Sekolah yang Pernah Menjabat... 95
Tabel 4.14 Daftar Jumlah Rombongan Belajar ... 96
Tabel 4.15 Data Jumlah Siswa... 96
Tabel 4.16 Data Nilai Rata-rata Ujian Nasional Tiga Tahun Terakhir ... 96
Tabel 4.17 Data Profil Lulusan Tiga Tahun Terakhir... 97
Tabel 4.18 Data Lulusan Diterima di Perguruan Tinggi ... 97
Tabel 4.19 Data Pekerjaan Orang Tua Siswa... 98
Tabel 4.20 Daftar Kerjasama ... 98
Tabel 4.21 Data Prestasi Bidang Akademik ... 99
Tabel 4.22 Daftar Prestasi Non Akademik ... 100
Tabel 4.23 Data Prestasi Akademik – Non.Akademik Pendidikan dan Tenaga Kependidikan ... 102
Tabel 4.24 Data Prestasi Sekolah... 103
Tabel 4.25 Data Jumlah dan Kondisi Sarana (Bangunan)... 104
Tabel 4.26 Data Jumlah Rombongan Belajar ... 105
Tabel 4.27 Data Kualifikasi Guru ... 105
Tabel 4.28 Data Tenaga Kependidikan ... 108
Tabel 5.1 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Sebelum Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif-Kegiatan Pembuka ... 110
xx
Tabel 5.3 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Sebelum Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif-Kegiatan Penutup ... 113
Tabel 5.4 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa Sebelum Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif ... 113
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siswa Pada Kuesioner Awal ... 117
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pemahaman Siswa Pada Tes 1 ... 123
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Pemahaman Siswa Pada Tes 2 ... 130
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siswa Pada Kuesioner Siklus I ... 130
Tabel 5.9 Rangkuman Hasil Refleksi Siswa ... 131
Tabel 5.10 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Saat Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif-Kegiatan Pembuka ... 134
Tabel 5.11 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Saat Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif-Kegiatan Inti ... 135
Tabel 5.12 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Saat Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif-Kegiatan Penutup ... 137
Tabel 5.13 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa Saat Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif ... 137
Tabel 5.14 Refleksi Guru ... 140
Tabel 5.15 Distribusi Frekuensi Pemahaman Siswa Pada Tes 3 ... 148
Tabel 5.16 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siswa Pada Kuesioner Siklus II.... 148
Tabel 5.17 Rangkuman Refleksi Siswa ... 149
xxi
Tabel 5.19 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Saat Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif-Kegiatan Inti ... 153
Tabel 5.20 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Saat Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif-Kegiatan Penutup ... 155
Tabel 5.21 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa Saat Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif ... 156
Tabel 5.22 Refleksi Guru ... 160
Tabel 5.23 Komparasi Motivasi Belajar Siswa ... 162
Tabel 5.24 Rangkuman Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siswa Awal, Siklus
I, dan Siklus II Penelitian ... 163
Tabel 5.25 Komparasi Pemahaman Siswa... 164
Tabel 5.26 Rangkuman Distribusi Frekuensi Pemahaman Siswa Awal, Siklus I,
dan Siklus II Penelitian ... 165
Tabel 5.27 Pengujian Normalitas Kuesioner Awal dan Akhir Siklus II
Berdasarkan One Sample Kolmogorov-Smirnov ... 166
Tabel 5.28 Pengujian Beda Rata-rata Motivasi Belajar Berdasarkan Paired Sample
Test ... 167
Tabel 5.29 Pengujian Normalitas Tes 1 dan Tes 3 Berdasarkan One Sample
Kolmogorov-Smirnov ... 168
Tabel 5.30 Pengujian Beda Rata-rata Pemahaman Siswa Berdasarkan Paired
xxii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas ... 11
xxiii
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR INSTRUMEN RENCANA ... 180 Lampiran 1 Instrumen Observasi Aktivitas Guru Di Kelas Sebelum Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif ... 181
Lampiran 2 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa Di Kelas Sebelum Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif ... 183
Lampiran 3 Lembar Observasi Keadaan Kelas Sebelum Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif... 184
Lampiran 4 Wawancara Guru Terkait dengan Keadaan Kelas, Metode, Motivasi
Belajar dan Pemahaman ... 185
Lampiran 5 Wawancara Siswa Terkait dengan Keadaan Kelas, Metode, Motivasi
Belajar dan Pemahaman ... 186
Lampiran 6 Pembagian Kelompok Kelas XI IPS 1 ... 187
Lampiran 7 Instrumen Observasi Aktivitas Guru Di Kelas Saat Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif... 188
Lampiran 8 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa Di Kelas Saat Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif ... 190
Lampiran 9 Lembar Observasi Keadaan Kelas Saat Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif... 191
Lampiran 10 Instrumen Refleksi Guru ... 192
Lampiran 11 Instrumen Refleksi Siswa ... 193
xxiv
DAFTAR INSTRUMEN PENELITIAN PENDAHULUAN ... 199 Lampiran 13 Instrumen Observasi Aktivitas Guru Di Kelas Sebelum Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif ... 200
Lampiran 14 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa Di Kelas Sebelum Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif ... 202
Lampiran 15 Lembar Observasi Keadaan Kelas Sebelum Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif... 203
Lampiran 16 Wawancara Guru Terkait dengan Keadaan Kelas, Metode, Motivasi
Belajar dan Pemahaman ... 204
Lampiran 17 Wawancara Siswa Terkait dengan Keadaan Kelas, Metode, Motivasi
Belajar dan Pemahaman ... 205
Lampiran 18 Instrumen Refleksi Guru ... 206
Lampiran 19 Instrumen Refleksi Siswa ... 207
Lampiran 20 Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Sebelum Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif... 210
Lampiran 21 Data Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Sebelum Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif... 213
Lampiran 22 Peta Kerawanan Kelas ... 221
Lampiran 23 Tatanan Kelas Untuk Pelaksanaan Penerapan Model Pembelajaran
xxv
DAFTAR MEDIA DAN INSTRUMEN SIKLUS I PTK ... 223 Lampiran 24 Instrumen Observasi Aktivitas Guru Di Kelas Saat Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif... 224
Lampiran 25 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa Di Kelas Saat Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif ... 226
Lampiran 26 Lembar Observasi Keadaan Kelas Saat Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif... 227
Lampiran 27 Soal Tes 1 ... 228
Lampiran 28 Data Hasil Tes 1 ... 237
Lampiran 29 Soal Make a match ... 241
Lampiran 30 Analisis Jawaban Tepat Make a match ... 248
Lampiran 31 Analisis Jawaban Pengecoh Make a match ... 254
Lampiran 32 Jurnal Jawaban Tepat Make a match... 257
Lampiran 33 Jurnal Jawaban Pengecoh Make a match ... 263
Lampiran 34 Lembar Jawaban Tempel Make a match ... 266
Lampiran 35 Uang-Uangan ... 267
Lampiran 36 Skenario Pembelajaran Make a match ... 268
Lampiran 37 Instrumen Refleksi Guru ... 274
Lampiran 38 Instrumen Refleksi Siswa ... 275
Lampiran 39 Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Saat Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif... 278
Lampiran 40 Data Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Saat Penerapan Model
xxvi
Lampiran 41 Soal Tes 2 ... 292
Lampiran 42 Data Tes 2 Siswa ... 301
DAFTAR MEDIA DAN INSTRUMEN SIKLUS II PTK... 305 Lampiran 43 Instrumen Observasi Aktivitas Guru Di Kelas Saat Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif... 306
Lampiran 44 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa Di Kelas Saat Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif ... 308
Lampiran 45 Lembar Observasi Keadaan Kelas Saat Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif... 309
Lampiran 46 Berbagai Bukti Transaksi Role Playing ... 310
Lampiran 47 Lembar Kerja Buku Kas Role Playing ... 321
Lampiran 48 Lembar Kerja Jurnal Umum... 324
Lampiran 49 Daftar Papan Nama... 327
Lampiran 50 Uang-Uangan ... 329
Lampiran 51 Instruksi Masing-Masing Peran ... 330
Lampiran 52 Aturan Main dan Sanksi ... 339
Lampiran 53 Soal Transaksi ... 341
Lampiran 54 Skenario Pembelajaran ... 342
Lampiran 55 Instrumen Refleksi Guru ... 349
Lampiran 56 Instrumen Refleksi Siswa ... 350
Lampiran 57 Wawancara Guru Terkait dengan Keadaan Kelas, Metode, Motivasi
xxvii
Lampiran 58 Wawancara Siswa Terkait dengan Keadaan Kelas, Metode, Motivasi
Belajar dan Pemahaman ... 354
Lampiran 59 Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Saat Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif... 355
Lampiran 60 Data Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Saat Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif... 359
Lampiran 61 Soal Tes 3 ... 369
Lampiran 62 Data Tes 3 Siswa ... 377
Lampiran 63 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Motivasi Belajar ... 381
Lampiran 64 Uji Validitas dan Reliabilitas Soal Tes 1, Tes 2 dan Tes 3 ... 382
Lampiran 65 Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 393
Lampiran 66 Uji Paired Sample Test ... 396
Lampiran 67 Perhitungan PAP Tipe II ... 398
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu kompetensi dasar dalam pembelajaran akuntansi di
jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah menganalisis
bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam jurnal umum pada
siklus akuntansi perusahaan jasa. Bukti transaksi adalah salah satu bentuk
pertanggungjawaban pelaksanaan kerja pada atasan bahwa transaksi telah
dilakukan (Alam S, 2007:198). Akun terdiri dari lima kelompok besar,
yaitu Akun Harta, Akun Utang (kewajiban), Akun Modal, Akun Beban,
dan Akun Pendapatan dan harus diketahui bahwa setiap transaksi itu
paling sedikit akan mempengaruhi paling sedikit dua akun. Proses
penentuan akun mana saja yang dipengaruhi oleh suatu transaksi diawali
dengan analisis bukti transaksi. Kemampuan siswa dalam menganalisis
bukti transaksi akan menentukan ketepatan dalam pencatatan ke dalam
jurnal umum (Alam S, 2007:201). Jurnal merupakan media dalam proses
akuntansi keuangan yang menjadi dasar bagi penentuan ke akun mana
suatu transaksi dicatat, berapa jumlah uang yang dicatat, di sisi mana
dicatat, dan keterangan singkat tentang transaksi (Alam S, 2007:203).
Perusahaan jasa sendiri memiliki arti perusahaan yang kegiatan utamanya
memproduksi produk tidak berwujud dengan tujuan mencari laba (Alam S,
Fakta pembelajaran akuntansi di kelas XI IPS 1 SMA N 1 Bantul
menunjukkan bahwa proses dan hasil belajar mengajar belum belajar
sebagaimana yang diharapkan. Hasil-hasil ulangan harian siswa pada
pembelajaran akuntansi secara umum dikategorikan masih rendah. Berikut
ini disajikan tabel tentang hasil ulangan harian pada mekanisme debit dan
kredit:
Tabel 1.1
Hasil Ujian Siswa Kelas XI IPS 1 SMA N 1 Bantul pada Materi Mekanisme Debit Kredit
No Induk Nama Nilai KKM Keterangan
1 8172 Algo Wijaya 70 78 Tdk Tuntas
2 8179 Afifah Listi F 65 78 Tdk Tuntas
3 8181 Ana Nur Fatihah 60 78 Tdk Tuntas
4 8186 Destiana Kusuma W 80 78 Tuntas 5 8196 Dinda Sekar Wangi 75 78 Tdk Tuntas
6 8197 Kharisma Lady 75 78 Tdk Tuntas
7 8145 Nevada Dela Mena A 65 78 Tdk Tuntas
8 8205 Nurni Fatonah M 65 78 Tdk Tuntas 9 8208 Puput April S 65 78 Tdk Tuntas
10 8209 Rizal Kurnia F 60 78 Tdk Tuntas
11 8211 Rosalina A 75 78 Tdk Tuntas
12 8214 Teguh Setia Febrian 65 78 Tdk Tuntas 13 8222 Ulfa Damayanti 85 78 Tuntas
14 8225 Yohana Destiana W 60 78 Tdk Tuntas
Tabel di atas menunjukkan bahwa 85,71% siswa belum dapat
mencapai batas KKM yang ditetapkan sekolah. Tingginya jumlah
persentase siswa yang tidak mencapai KKM mengindikasikan adanya
penulis, proses pembelajaran akuntansi di kelas cenderung berorientasi
pada guru (teacher oriented). Materi pembelajaran disampaikan guru
melalui metode ceramah dan latihan soal-soal akuntansi. Meskipun guru
telah melakukannya dengan penuh semangat, namun para siswa tidak
meresponnya secara positif. Siswa cenderung memilih aktivitas
kontraproduktif, seperti berbincang mengenai hal diluar pelajaran dengan
siswa lain, dan berpindah-pindah tempat duduk. Rendahnya motivasi
belajar inilah yang diduga kuat menjadi salah satu sebab rendahnya
pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran akuntansi.
Pembelajaran akuntansi bertujuan untuk membuat pembelajar
dapat memahami secara menyeluruh bagaimana kegiatan operasi
perusahaan dan membuka peluang karir dalam bidang kerja akuntansi
(http://budyaharum.blogspot.com/2011/11/manfaat-belajarakuntansi.html).
Menurut Lie (http://scholar.lib.vt.edu/ejournals/JVTE/v13n2/Abu.html),
untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut guru memiliki beberapa
pilihan model pembelajaran, yaitu kompetisi, individual, dan kooperatif.
Kompetisi merupakan model pembelajaran dimana siswa belajar dalam
suasana persaingan, tak jarang pula guru memberikan imbalan untuk
memotivasi siswa dalam memenangkan kompetisi dengan sesama
pembelajar. Sistem individual merupakan pembelajaran yang memberikan
kesempatan siswa belajar dengan kecepatan sesuai kemampuan mereka
sendiri. Sedangkan model kooperatif menitikberatkan pada kerja sama
tujuan pembelajaran. Carson (Lie tersedia dalam http://scholar.lib.vt.edu
/ejournals/JVTE/v13n2/Abu.html) mengungkapkan bahwa keputusan guru
dalam memilih model pembelajaran akan mempengaruhi bagaimana para
peserta didik saling berinteraksi satu dengan lainnya, pengetahuan yang
diperoleh, dan sikap-sikapnya.
Beberapa model pembelajaran dapat dipilih dan diaplikasikan oleh
pendidik dalam proses belajar mengajar materi analisis bukti transaksi dan
pencatatan bukti transaksi ke dalam jurnal umum pada siklus akuntansi
perusahaan jasa. Namun demikian dengan mempertimbangkan
karakteristik materi dan tujuan pembelajaran, salah satu metode
pembelajaran yang dapat dipakai adalah model pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang
terfokus pada pengguna kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto,
2009:36). Pembelajaran kooperatif dengan demikian memberikan
kesempatan siswa lebih aktif dalam menggali materi dengan cara yang
lebih menarik. Dalam penelitian ini, model pembelajaran kooperatif yang
dipilih adalah tipe make a match dan role playing.
Berdasarkan berbagai latar belakang tersebut di atas, penulis
mengajukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar
Pencatatan Bukti Transaksi dalam Jurnal Umum.” Studi kasus pada siswa Kelas XI IPS 1 Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bantul.
B. Batasan Masalah
Ada cukup banyak model yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran akuntansi. Penelitian ini memusatkan perhatian pada upaya
meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman siswa dalam menganalisis
bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam jurnal umum pada
siklus akuntansi perusahaan jasa dengan model pembelajaran kooperatif
tipe make a match dan role playing.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan
permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana peningkatan motivasi
belajar dan pemahaman siswa Kelas XI IPS 1 Sekolah Menengah Atas
Negeri 1 (SMA N 1) Bantul pada materi analisis bukti transaksi dan
pencatatan bukti transaksi dalam jurnal umum pada siklus akuntansi
perusahaan jasa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
peningkatan motivasi belajar dan pemahaman siswa kelas XI IPS 1 SMA
transaksi dalam jurnal umum pada siklus akuntansi perusahaan jasa
melalui penerapan model pembelajaran kooperatif.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar
dan pemahaman siswa terhadap materi analisis bukti transaksi dan
pencatatan bukti transaksi dalam jurnal umum pada siklus akuntansi
perusahaan jasa.
2. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru
dalam meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman siswa pada
materi analisis bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam
jurnal umum pada siklus akuntansi perusahaan jasa.
3. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi
guru-guru yang lain dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran di
kelas. Hal demikian diharapkan dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran di sekolah.
4. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana mewujudkan
secara nyata dharma pendidikan yang bermanfaat bagi masyarakat
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi para
peneliti dalam mengembangkan penelitian tindakan kelas sebagai
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Tindakan Kelas
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya
sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan
tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan
memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat
meningkat (Wijaya, 2009:9). Menurut Arikunto (2006:2-3), terdapat
tiga kandungan isi PTK (Classroom Action Research), yaitu;
penelitian, tindakan, dan kelas:
a. Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
b. Tindakan, menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
c. Kelas, dalam hal ini tidak terkait pada bagian pengertian ruang tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti, yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang dimaksud dengan kelas adalah sekelompok siswa yang dalam kurun waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dan dari guru yang sama pula.
Menurut Masnur Muslich (2011:12-14), karakteristik PTK
adalah sebagai berikut:
a. Masalah PTK berasal dari guru.
d. PTK adalah jenis penelitian yang memunculkan adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas.
e. PTK dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian tindakan kelas adalah
penelitian kolaboratif yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri
untuk memperbaiki pembelajaran, menjembatani kesenjangan antara
teori dan praktik untuk memunculkan adanya perbaikan dalam
proses belajar mengajar di kelas.
2. Prinsip PTK
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:7-11), beberapa prinsip
PTK antara lain sebagai berikut:
a. Kegiatan nyata dalam situasi rutin
Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi rutin. Hal ini dikarenakan bila dalam penelitian dilakukan perubahan, atau terjadi pada situasi lain, hasilnya tidak dapat dijamin sama dengan bila dilakukan saat situasi wajar.
b. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja
Penelitian tindakan didasarkan pada filosofi bahwa manusia tidak suka hal-hal yang statis, tetapi selalu ingin sesuatu yang lebih baik. Dengan kata lain penelitian tindakan dilakukan bukan karena ada paksaan atau permintaan dari pihak lain, tetapi harus atas dasar sukarela,dengan senang hati, karena menunggu hasilnya lebih baik dari hasil yang lalu, dan dirasakan belum memuaskan sehingga perlu ditingkatkan.
c. SWOT sebagai dasar berpijak
Dengan berpijak pada SWOT, penelitian tindakan dapat dilaksanakan hanya apabila ada kesejalanan antara kondisi yang ada pada guru dan juga pada siswa. Tentu saja pekerjaan guru sebelum menentukan jenis tindakan yang akan dicobakan, memerlukan pemikiran yang matang.
d. Upaya empiris dan sistematik
pada unsur-unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang digarap.
e. Ikuti prinsip SMART dalam perencanaan Tindakan yang dipilih peneliti harus : 1) Khusus spesifik, tidak terlalu luas.
2) Mudah dilakukan, tidak sulit atau berbelit, misalnya kesulitan dalam mencari lokasi, mengumpulkan hasil, mengoreksi, dan kesulitan bentuk lain.
3) Dapat diterima oleh subyek yang dikenai tindakan, artinya siswa tidak mengeluh gara-gara guru memberikan tindakan, dan juga lingkungan tidak terganggu karenanya.
4) Tidak menyimpang dari kenyataan dan jelas bermanfaat bagi dirinya dan subyek yang dikenai tindakan.
5) Tindakan tersebut sudah tertentu jangka waktunya, yaitu kapan dapat dilihat hasilnya.
3. Tahap PTK
Menurut Arikunto (2006:17-20), PTK memiliki beberapa alur
atau tahap yaitu:
a. Menyusun rancangan tindakan (planning)
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal dilakukan berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang melakukan pengamatan proses jalannya tindakan.
b. Pelaksanaan tindakan (acting)
Tahap ini adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu menggunakan tindakan di kelas. Hal yang perlu diingat adalah pada tahap ini pelaksana harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berperilaku wajar, tidak dibuat-buat. Dalam refleksi, keterkaitan antara pelaksanaan dengan perencanaan perlu diperhatikan secara seksama agar sinkron dengan yang dimaksud semula.
c. Pengamatan (observing)
Dalam tahap ini berisi pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Sebenarnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan. Karena seharusnya pengamatan dilakukan ketika tindakan dilakukan. Jadi, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama.
d. Refleksi (reflecting)
bahasa Inggris reflection, yang dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia pemantulan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan.
Menurut Arikunto (2006:17-20), siklus tahapan penelitian
tindakan kelas dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas
4. Syarat Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Arikunto (2006:23-24), ada beberapa syarat yang
harus diperhatikan dalam melakukan PTK:
a. PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi dalam pembelajaran, dengan demikian dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
b. PTK oleh guru menuntut dilakukannya pencermatan terus menerus, objektif, dan sistematis, sehingga diketahui secara pasti tingkat keberhasilan dan penyimpangan yang terjadi. c. Penelitian tindakan harus dilaksanakan sekurang-kurangnya
dalam dua siklus. Hal ini bertujuan agar kekurangan-kekurangan pada siklus pertama dapat diperbaiki dalam siklus kedua, begitu pula seterusnya.
d. Penelitian tindakan terjadi secara wajar. Dalam hal ini PTK tidak dilakukan dengan mengubah aturan dan jadwal yang sudah ada, dan tidak merugikan siswa.
e. Penelitan harus benar-benar disadari oleh peneliti maupun pihak yang menjadi pelaku. Hal ini bertujuan agar pihak-pihak yang terkait dapat mengungkapkan kelebihan dan kekurangan yang telah dilakukan dengan rencana yang ada.
f. Penelitian tindakan harus benar-benar menunjukkan adanya tindakan yang dilakukan oleh sasaran tindakan. Jadi, dalam PTK siswa benar-benar ikut berperan dalam penelitian bukan hanya guru.
5. Instrumen PTK
Instrumen yang diperlukan dalam PTK dari sisi hal yang
diamati menurut Reed dan Bergemen (http://ptkguru.wordpress.com
/2008/05/11/-penelitian-tindakan-kelas-bentuk-dan-skenario tinda
kan-serta-pengembangan-instrumen-untuk-mengukur-keberhasilan-tindakan) adalah sebagai berikut:
a. Pengamatan terhadap perilaku guru (observing teacher)
Instrumen observasi terhadap perilaku guru salah satunya adalah catatan anekdotal. Catatan anekdotal memfokuskan hal-hal spesifik yang terjadi dalam kelas. Catatan anekdotal terhadap perilaku guru ini berisikan bagaimana guru menjalankan proses pembelajaran di dalam kelas.
b. Pengamatan terhadap kelas (observing classroom)
Observasi terhadap kelas dapat menggunakan instrumen observasi anekdotal kelas yang meliputi deskripsi tentang lingkungan fisik kelas, tata letaknya dan manajemen kelas. c. Pengamatan perilaku siswa (observing students)
Observasi terhadap siswa dapat menggunakan instrumen observasi anekdotal perilaku siswa. Masing-masing individu dapat diamati secara individual maupun kelompok pada saat sebelum, saat berlangsung dan sesudah penelitian tindakan kelas.
d. Wawancara
6. Sasaran atau Objek PTK
Sesuai dengan prinsip bahwa ada tindakan dirancang
sebelumnya, maka objek PTK harus merupakan sesuatu yang aktif
dan dapat dikenai aktivitas, bukan objek yang sedang diam dan tanpa
gerak (Arikunto, 2006:24). Secara lebih lanjut Arikunto
(2006:25-26) menjabarkan objek dan sasaran PTK sebagai berikut :
a. Unsur siswa, dapat dicermati objeknya ketika siswa yang bersangkutan sedang asyik mengikuti proses pembelajaran di kelas/lapangan/laboratorium/bengkel, maupun ketika sedang asyik mengerjakan pekerjaan rumah dengan serius, atau ketika mereka sedang mengikuti kerja bakti di luar sekolah.
b. Unsur guru, dapat dicermati ketika yang bersangkutan sedang mengajar di kelas, terutama cara guru memberi bantuan kepada siswa, ketika sedang membimbing siswa yang sedang berdarmawisata, atau ketika guru sedang mengadakan kunjungan ke rumah siswa.
c. Unsur materi pelajaran, dapat dicermati dalam GBPP dan yang sudah dikembangkan dalam Rencana Tahunan, Rencana Semesteran, dan Analisis Materi Pelajaran.
d. Unsur peralatan atau sarana pendidikan, meliputi peralatan, baik yang dimiliki oleh siswa secara perorangan, peralatan yang disediakan oleh sekolah, ataupun peralatan yang disediakan dan digunakan di kelas dan di laboratorium.
e. Unsur hasil pembelajaran, yang ditinjau dari tiga ranah yang dijadikan titik tujuan yang harus dicapai siswa melalui pembelajaran, baik susunan maupun tingkat pencapaian.
f. Unsur lingkungan, baik lingkungan siswa di kelas, sekolah, maupun yang melingkungi siswa dirumahnya.
g. Unsur pengelolaan, yang jelas-jelas merupakan gerak kegiatan sehingga mudah diatur dan direkayasa dalam bentuk tindakan.
c. Peningkatan profesionalisme guru atau pendidik.
Di samping itu, ada manfaat lain yang diperoleh guru dalam
menerapkan pembelajaran kooperatif (Mulyasa, 2009:17):
a. Guru dapat melakukan inovasi pembelajaran.
b. Guru dapat meningkatkan kemampuan reflektifnya dan mampu memecahkan permasalahan pembelajaran yang muncul.
c. Melalui PTK guru akan terlatih untuk mengembangkan secara kreatif kurikulum di kelas atau sekolah.
d. Kemampuan reflektif guru serta keterlibatan guru yang dalam terhadap upaya inovasi dan pengembangan kurikulum pada akhirnya akan bermuara pada tercapainya peningkatan kemampuan profesionalisme guru.
Berdasarkan pendapat dua tokoh tersebut dapat disimpulkan
bahwa manfaat dari pembelajaran kooperatif adalah menghasilkan
inovasi pembelajaran, pengembangan kurikulum, meningkatkan
profesionalitas guru, dan meningkatkan kemampuan reflektif guru.
B. Model Pembelajaran Kooperatif
1. Model Pembelajaran Cooperative Learning
a. Pengertian pembelajaran kooperatif
Beberapa pengertian mengenai model pembelajaran
kooperatif menurut beberapa tokoh seperti yang termuat dalam
Etin dan Raharjo (2007:4-5) antara lain sebagai berikut:
1) Pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut (Hamid Hasan, 1996).
3) Cooperative learning is more effective increasing motive and performance students (Michaels, 1977).
Dari berbagai pendapat tersebut, semua tokoh
sependapat bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil sehingga muncul
unsur interaksi yaitu saling bekerja sama satu sama lain dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
b. Unsur-unsur pembelajaran kooperatif
Unsur pembelajaran kooperatif menurut Arens (Nur
Asma, 2008:9), yaitu:
1) Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama.
2) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya.
3) Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
4) Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
5) Siswa dikenakan atau diberi hadiah (penghargaan) yang akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.
6) Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajar. 7) Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara
individual materi yang dipelajari dalam kelompoknya.
c. Karakteristik pembelajaran kooperatif
Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik
pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan Slavin
(Isjoni, 2009:33), yaitu:
1) Penghargaan kelompok
mencapai standar kriteria yang ditetapkan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada masing-masing individu sejauh mana mereka mampu menciptakan hubungan antar personal untuk saling membantu dan peduli.
2) Pertanggungjawaban individu
Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota. Dimana individu mempunyai tanggung jawab masing-masing untuk aktif dalam memecahkan masalah. Adanya pertanggungjawaban individu juga diharapkan dapat menjadikan setiap anggota siap dan mampu dalam menghadapi tes tanpa meminta bantuan anggota kelompok lain.
3) Kesempatan yang sama untuk berhasil
Pembelajaran kooperatif menggunakan metode scoring dari prestasi belajar siswa yang sebelumnya. Dengan metode ini setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk belajar aktif dan memberikan yang terbaik untuk kelompoknya.
d. Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif
Menurut Yatim Riyanto (2009:270), ada lima prinsip
yang mendasari pembelajaran kooperatif, yaitu:
1) Positive independence (saling ketergantungan positif ) Dalam pembelajaran kooperatif keberhasilan kelompok sangat tergantung dari pencapaian usaha masing-masing anggota dalam mengerjakan tugasnya. Pembagian tugas didasarkan pada kemampuan masing-masing anggota kelompok. Ketergantungan positif artinya bahwa setiap anggota menyadari bahwa pentingnya kerja sama dalam kelompok sangat berpengaruh besar terhadap pencapaian tujuan kelompok.
2) Face to face interaction (interaksi tatap muka)
Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan luas kepada kelompok untuk berinteraksi dengan saling berhadapan dan bertukar pikiran. Informasi yang diberikan anggota lain dapat membantu kelompok dalam memecahkan masalah. Interaksi tatap muka juga ditujukan terciptanya kerja sama antar anggota dan mengajarkan bagaimana menghargai pendapat dan saling mengisi kelebihan serta kekurangan masing-masing.
3) Individual accountability (partisipasi)
keberhasilan kelompok. Siswa dilatih untuk mampu belajar aktif. Untuk aktif dalam kelompok, tentunya siswa perlu dibekali kemampuan bagaimana berkomunikasi dengan baik. Misalnya bagaimana cara menyatakan ketidak- setujuan pendapat anggota kelompok lain dengan sopan.
4) Use the collaborative/social skill (menggunakan
keterampilan)
Suatu kelompok tidak akan berhasil tanpa kolaborasi yang terjadi antar anggota. Hubungan tersebut akan tercipta apabila masing-masing anggota mampu menggunakan keterampilan mereka untuk bekerja sama dan bersosialisasi. Agar siswa mampu untuk berkolaborasi, maka diperlukan adanya bimbingan guru.
5) Group processing (proses menilai)
Agar keberhasilan kelompok dapat tercapai, maka setiap anggota perlu bertanggung jawab terhadap pencapaian tujuan kelompok. Dengan begitu, siswa perlu menilai sejauh mana kelompok dapat bekerja sama dengan efektif.
e. Prosedur pembelajaran kooperatif
Menurut Suprijono (2009), ada enam tahapan dalam
pembelajaran kooperatif. Berikut tabel tahapan pembelajaran
kooperatif:
Tabel 2.1
Tahapan Pembelajaran Kooperatif
FASE-FASE PERILAKU GURU
Fase 1 : Menyampaikan tujuan mempersiapkan
peserta didik
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran.
Fase 2 : Menyampaikan informasi
Guru menjelaskan materi ajar kepada siswa.
Fase 3 : Membantu peserta didik untuk mengerjakan soal-soal yang diberikan di kelompok.
yang didapat siswa. Fase 6 : Memberikan
pengakuan atau penghargaan
Bagi kelompok yang berhasil mencapai kriteria diberi penghargaan.
f. Keunggulan pembelajaran kooperatif
Wina Sanjaya (2006:247) memaparkan keunggulan dari
pembelajaran kooperatif, antara lain:
1) Melalui pembelajaran kooperatif, siswa tidak telalu tergantung pada guru sehingga dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir.
2) Melalui pembelajaran kooperatif, siswa dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata sendiri dan dapat membandingkan ide-ide orang lain.
3) Pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa untuk merespon rangsangan orang lain.
4) Dengan pembelajaran kooperatif, siswa dapat dilatih untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
5) Pembelajaran kooperatif mampu membantu siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan mengembangkan kemampuan sosialnya untuk berinteraksi dengan orang lain. 6) Pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa dalam
mengembangkan kemampuannya untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri dan menerima umpan balik.
7) Dengan pembelajaran kooperatif, siswa dapat meningkatkan kemampuan menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).
8) Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan berpikir siswa.
g. Kelemahan pembelajaran kooperatif
Selain keunggulan, Wina Sanjaya (2006:248) juga
memaparkan beberapa kelemahan pembelajaran kooperatif,
antara lain:
merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Keadaan ini akan mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok.
2) Ciri utama SPK adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar demikian tidak mempelajari apa yang seharusnya dicapai oleh siswa.
3) Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Hal ini dapat membutakan penilaian secara individu. Dengan demikian guru harus jeli dalam menyadari bahwa keberhasilan kelompok diharapkan adalah hasil kerja individu siswa. 4) Dalam keberhasilan SPK dibutuhkan waktu yang relatif
panjang untuk menumbuhkan kesadaran berkelompok. Oleh karena itu dibutuhkan berkali-kali penerapan agar kesadaran berkelompok dapat tumbuh dengan sendirinya
5) Setiap siswa diharapkan mempunyai kemampuan kerja sama dan kemampuan secara individual. Oleh karena itu idealnya melalui SPK selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam SPK memang bukan pekerjaan yang mudah.
h. Lima tipe pembelajaran kooperatif
Isjoni (2007:51) memaparkan lima tipe pembelajaran
kooperatif, antara lain:
1) Student Teams Achievement Divisions (STAD)
Dalam tipe ini siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa yang bersifat heterogen. Setelah siswa mengerjakan soal, guru membahas dan meminta siswa untuk memeriksa hasil pekerjaan mereka. Kemudian guru akan mengadakan kuis.
2) Jigsaw
Tiap kelompok dalam tipe ini akan terdiri 5-6 siswa. Setiap anggota kelompok diminta untuk mempelajari satu bagian materi pelajaran kemudian menjelaskannya kepada anggota kelompok yang lain. Kemudian guru mengadakan kuis. 3) Group Investigation
4) Thing Pair Share
Strategi think-pair-share (TPS) atau berfikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran koperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. TPS merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Langkah–langkah pembelajaran TPS yaitu berfikir (thinking), berpasangan (pairing), dan berbagi (sharing)
5) Teams Games Tournament (TGT)
Tipe ini hampir sama dengan STAD, hanya saja hasil belajar akan dievaluasi dengan permainan seperti cerdas cermat. Skor tim secara keseluruhan akan ditentukan oleh prestasi kelompok.
Sedangkan menurut Lie (http://akhmadsudrajat.
wordpress.com/2008/01/19/model-pembelajaran-inovatif/), ada
beberapa tipe pembelajaran kooperatif yang bisa digunakan di
kelas, antara lain:
1) Mencari pasangan (Make a Match)
Teknik yang dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil memahami suatu konsep dalam suasana menyenangkan.
2) Bekerja berpasangan (Cooperative Script)
Memberi kesempatan siswa untuk bekerja sama dengan orang lain. Pasangan dapat ditunjuk oleh guru.
3) Berpikir Berpasangan Berempat (Think Pair and Share)
Tipe ini memberikan kesempatan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain.
4) Berkirim salam dan soal
Siswa dapat membuat soal sendiri dan menjawab soal yang dibuat temannya.
5) Kepala bernomor (Numbered Heads)
Siswa dapat melaksanakan tanggung jawab pribadinya dan bersosialisasi dengan teman lainnya.
C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match
Menurut Lorna Curran (1994:205), tipe pembelajaran make
a match merupakan teknik atau metode pembelajaran dengan
mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas
waktunya. Setelah siswa menemukan pasangan kartunya, mereka
dapat mencocokkannya dan diberi poin. Dalam penerapan tipe make
a match, siswa diharapkan dapat memahami suatu konsep atau
informasi tertentu dengan mencari pasangan kartunya dalam suasana
yang aktif dan menyenangkan. Dengan demikian, keinginan belajar
siswa meningkat dan hasil belajar yang didapat semakin baik.
2. Langkah- langkah pembelajaran kooperatif tipe make a match
Anita Lie (2010:55) menjelaskan tahapan pembelajaran
kooperatif tipe make a match , yaitu:
a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi konsep/topik. Kartu dibagi menjadi dua bagian yaitu kartu soal dan kartu jawaban.
b. Siswa dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama sebagai pemegang kartu soal, kelompok kedua sebagai kelompok pemegang kartu jawaban dan kelompok ketiga sebagai kelompok penilai.
c. Guru menentukan kelompok mana yang memegang soal, jawaban dan sebagai penilai.
d. Setiap siswa mendapat satu buah kartu soal untuk kelompok yang memegang soal, dan satu buah kartu jawaban untuk kelompok yang memegang jawaban.
e. Setiap siswa memikirkan soal/jawaban dari kartu yang dipegang.
f. Masing-masing siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban) sebelum batas waktu diberi poin.
h. Setelah satu babak, kartu dikocok kembali agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya.
D. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Role playing 1. Pengertian Role Playing
Dari segi etimologi, role playing berasal dari kata role dan
playing dalam bahasa Inggris. Pengertian dari kata role adalah peran
atau tugas, sedangkan playing berasal dari kata play yang berarti
sandiwara, bermain. Jadi dari asal katanya role playing dapat
diartikan bermain peran (Hisyam, 2008:98).
Metode bermain peran atau berperan adalah suatu metode
mengajar di mana guru memberikan kesempatan kepada murid untuk
melakukan kegiatan memainkan peranan tertentu seperti yang
terdapat dalam kehidupan masyarakat atau sosial (Djajadisastra,
1982:34). Sementara menurut Hisyam Zaini (2008:98), role playing
adalah suatu aktivitas pembelajaran terencana yang dirancang untuk
mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang spesifik. Role playing
didasarkan pada tiga aspek umum suatu pengalaman peran dalam
kehidupan sehari-hari. Tiga aspek utama tersebut antara lain
(Hisyam Zaini, 2008:98):
a. Mengambil peran (role-taking), yaitu tekanan ekspektasi-ekspektasi sosial terhadap pemegang peran. Contoh pada hubungan keluarga.
c. Tawar-menawar peran (role-negotiation), yaitu tingkat di mana peran-peran dinegosiasikan dengan pemegang peran yang lain dalam parameter dan hambatan interaksi sosial
Berdasarkan beberapa pengertian role playing sebagaimana
yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
metode role playing adalah suatu metode yang digunakan dalam
meningkatkan penguasaan materi ajar dimana siswa diberi kebebasan
memerankan secara langsung peran atau tugas sesuai dengan karakter
materi ajar. Siswa dapat memainkan peran dan berusaha untuk
mampu menyelesaikan masalah sosial yang ada di sekitar siswa
dalam kaitannya dengan suatu bidang ilmu tertentu.
2. Pendekatan Role playing
Hisyam Zaini (2008:101-104) mengutarakan beberapa
pendekatan role playing yang biasa digunakan di dalam kelas, antara
lain:
a. Pendekatan berbasis keterampilan (skills-based approach) Dalam pendekatan ini peserta didik diharapkan untuk:
1) Memperoleh suatu keterampilan, kemampuan atau sikap yang sering melalui perilaku model dengan seperangkat kriteria.
2) Melatih sifat-sifat sampai benar-benar terinternalisasi dengan mengikuti kriteria yang ada.
3) Mendemonstrasikan sifat tersebut kepada yang lain untuk tujuan evaluasi.
b. Pendekatan berbasis isu (issues-based approach)
Pemain secara aktif mengeksplorasi suatu isu dengan mengandaikan peran-peran dari manusia dalam kehidupan nyata yang berselisih satu sama lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dari pendekatan ini siswa diharapkan untuk:
1) Meneliti sikap, kepercayaan, dan nilai-nilai yang mengelilingi suatu isu.
3) Menjadikan dirinya berpihak pada pemeran yang memegang posisi yang sama.
4) Berunding atau berdebat dengan mereka yang memegang posisi yang berbeda.
5) Mungkin mengambil pendirian dari yang bertentangan dengan suatu isu.
c. Pendekatan berbasis problem (problem-based approach) Dalam pendekatan berbasis problem siswa diharapkan untuk: 1) Menarik pengetahuan dari suatu wilayah disiplin ilmu
tertentu.
2) Menggunakan pengetahuannya sendiri secara tepat. 3) Menerapkan pengetahuan dalam serangkaian tantangan. 4) Mereaksi secara tepat terhadap problem yang muncul. 5) Mencapai solusi yang telah dipertimbangkan dengan
berdasarkan alasan yang dibenarkan.
d. Pendekatan berbasis spekulasi (speculative-based approach) Dalam pendekatan ini peserta didik dilibatkan dalam membuat spekulasi terhadap pengetahuan masa lalu, peristiwa masa lampau, atau yang akan datang dengan menggunakan aspek-aspek yang diketahui dari wilayah subjek tertentu dan pengetahuan yang dimilikinya secara interaktif.
Dalam pendekatan ini siswa diharapkan:
1) Membangkitkan pengetahuan untuk mengisi celah antara informasi yang diketahui dengan yang tidak diketahui. 2) Menggunakan bukti untuk membuat penilaian yang
mendasar.
3) Merekonstruksi kemudian merepresentasi interaksi tertentu untuk menganalisis peristiwa.
3. Tahapan dalam Role Playing
Role playing dapat dilakukan dalam tiga tahap yaitu:
perencanaan, interaksi, dan refleksi atau evaluasi. Ketiga tahapan
tersebut menurut Hisyam Zaini (2008:104-116):
a. Perencanaan dan persiapan
Sebelum kita melakukan suatu kegiatan maka kita harus membuat perencanaan yang baik. Karena perencanaan yang baik akan dapat memberikan hasil yang baik pula. Dalam
role playing ada beberapa perencanaan yang harus dilakukan yaitu:
1) Mengenal peserta didik.
Misalnya saja jumlah peserta didik, pemahaman peserta didik tentang materi yang diajarkan, pengalaman sebelumnya tentang role playing, kelompok umur, latar belakang peserta didik, minat dan kemampuan peserta didik, dan kemampuan peserta didik untuk melakukan kolaborasi.
2) Menentukan tujuan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran harus didefinisikan secara jelas agar memiliki fokus kerja yang jelas. Selain dirumuskan dengan jelas hendaknya tujuan pembelajaran tersebut diungkapkan kepada peserta didik atau siswa.
3) Mengidentifikasi skenario dan penempatan peran
Dari masalah yang ada di sekitar peserta didik yang akan diangkat dalam role playing maka harus disusun dalam bentuk skenario. Skenario yang ada tersebut akan memberikan informasi tentang apa yang harus diketahui oleh peserta didik. Setelah kita membuat skenario untuk suatu materi tertentu maka kita akan menempatkan beberapa peran yang sesuai dengan skenario yang telah kita buat.
4) Menentukan posisi guru
Dalam hal ini guru harus menentukan posisinya, apakah dia akan ikut berperan atau menjadi pengamat dalam proses role playing.
5) Mempertimbangkan hambatan yang bersifat fisik
Sebelum dilaksanakan role playing, maka kita harus benar-benar memperhatikan hambatan-hambatan yang berasal dari piranti fisik seperti ketersediaan ruangan, kondisi kelas dan sebagainya.
6) Merencanakan waktu
Pelaksanaan role playing akan sangat tergantung dari jenis role playing yang diterapkan. Namun sekiranya perbandingan waktu yang sering digunakan antara pendahuluan, interaksi, dan evaluasi adalah 1:3:2. 7) Mengumpulkan sumber informasi yang relevan
Setelah semua hal-hal yang pokok telah diperhatikan maka kita juga memerlukan tambahan informasi untuk memperkuat skenario yang telah kita buat.
b. Interaksi
Adapun langkah-langkah pengimplementasian rencana ke dalam aksi adalah:
1) Membangun aturan dasar.
6) Memulai role playing. c. Refleksi dan evaluasi
1) Refleksi
Setelah kita melakukan serangkain kegiatan role playing maka harus diadakan refleksi. Dari kegiatan pembelajaran yang baru saja dilakukan ada banyak hal yang ditemukan oleh peserta didik maupun guru. Dalam refleksi ini peserta didik maupun guru mengemukakan manfaat dan pengetahuan yang diperoleh serta perasaan mereka selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan role playing.
2) Evaluasi
Evaluasi ini bertujuan untuk melihat bagaimana proses pembelajaran role playing berlangsung. Peserta didik diberikan kesempatan untuk memberikan masukan mengenai hal-hal apa saja yang masih harus diperbaiki dalam pembelajaran role playing dan hal mana yang harus dipertahankan.
E. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
Menurut Mc. Donald (Sardiman 1986:73), motivasi adalah
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap
adanya tujuan. Dari pengertian tersebut mengandung tiga elemen
penting, yaitu:
a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem
“neurophysiological” yang ada pada organisme manusia.
Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
b. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/”feeling”, afeksi
c. Motivasi dirangsang karena ada tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.
Sedangkan menurut Sardiman (1986:75), motivasi dapat
juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan
kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan
sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha meniadakan atau
mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat
dirangsang oleh faktor dari luar, tetapi motivasi sebenarnya tumbuh
di dalam diri seseorang. Motivasi dapat mendorong dan
mengarahkan siswa untuk melakukan aktivitas belajar yang baik.
Tentu saja motivasi tidak lepas dari sebuah tujuan yang ingin
dicapai. Seorang siswa belajar dengan tekun karena adanya motivasi
yang baik. Semakin besar motivasi seorang siswa untuk belajar,
maka hasil yang didapat tentunya akan maksimal. Intensitas motivasi
akan menentukan pencapaian prestasi belajar seorang siswa.
F. Pemahaman
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa
(2008:998), kata paham berarti pengertian, pendapat, pikiran, pandangan,
mengerti benar dan pandai. Kata “paham” yang mendapat imbuhan “pe
-an”, menjadi kata “pemahaman” memiliki arti proses, perbuatan,
Dalam pembelajaran di sekolah, pemahaman menjadi salah satu
sasaran ketercapaian tujuan pembelajaran. Berbagai macam pengukuran
dapat dilakukan untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik. Salah
satu caranya adalah dengan melakukan evaluasi. Dalam evaluasi, biasanya
pendidik menentukan batasan yang menjadi pedoman untuk
menggolongkan peserta didiknya masuk ke dalam kategori paham atau
belum paham atas suatu materi. Siswa yang melampaui batas yang
ditentukan guru akan dikatakan paham, sedangkan siswa yang belum
melampaui batas tersebut dikategorikan belum paham
(http://www.slideshare.net/syafaahsaja/upaya-peningkatan-pemahaman-belajar-akhlak-melalui-model-teams-games-tournament).
Cara untuk mengukur seberapa tinggi tingkat pemahaman siswa
dapat melalui prestasi belajar yang diperoleh siswa melalui evaluasi
pembelajaran. Pencapaian nilai atau skor dari hasil evaluasi pembelajaran
inilah yang menunjukkan sejauh mana siswa memahami suatu materi
pelajaran. Siswa yang memiliki nilai di atas standar kelulusan atau kriteria
tertentu dapat dinyatakan bahwa siswa tersebut telah memahami suatu
materi ajar. Sebaliknya, jika ada siswa yang mendapatkan nilai dibawah
standar kelulusan maka siswa tersebut dikatakan belum paham.
Menurut Arikunto (1995:247-251), ada beberapa skala penilaian
yang dapat mengukur pemahaman atau keberhasilan siswa dalam
1. Skala bebas adalah skala penilaian yang tidak tetap. Ada kalanya skor tertinggi 20, lain kali 25, lain kali 50. Ini semua tergantung dari banyak dan bentuk soal.
2. Skala 0-10 adalah skala penilaian untuk angka 0 adalah angka terendah dan angka 10 adalah angka tertinggi.
3. Skala 0 – 100 adalah skala penilaian yang lebih halus dibanding skala 0 -10, karena skala ini menilai dalam bilangan bulat.
4. Skala huruf adalah skala penilaian yang menggunakan huruf A, B, C, D dan E.
G. Mata Pelajaran Akuntansi Materi Analisis Bukti Transaksi dan Pencatatan Bukti Transaksi Dalam Jurnal Umum pada Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa
Akuntansi (accounting) merupakan bahasa dunia usaha.
American Institute of Certified Public Accountants (AICPA)
mendefinisikan akuntansi sebagai seni pencatatan, pengelompokan dan
pengikhtisaran menurut cara yang berarti dan dinyatakan dalam nilai uang/
segala transaksi dan kejadian yang sedikitnya bersifat keuangan dan
kemudian menafsirkan hasilnya (Sukardi, 2009:83). Menurut American
Accounting Association, akuntansi adalah suatu proses pengidentifikasian,
pengukuran, dan pelaporan informasi ekonomi, yang memungkinkan
adanya penilaian dan pengambilan keputusan tegas oleh pihak manapun
yang berkepentingan yang menggunakan informasi keuangan tersebut
(Alam S, 2007:139). Sejalan dengan dua definisi di atas, akuntansi dapat
diartikan sebagai: