• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN PEMAHAMAN PADA MATERI ANALISIS BUKTI TRANSAKSI DAN PENCATATAN BUKTI TRANSAKSI DALAM JURNAL UMUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN PEMAHAMAN PADA MATERI ANALISIS BUKTI TRANSAKSI DAN PENCATATAN BUKTI TRANSAKSI DALAM JURNAL UMUM"

Copied!
427
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR

DAN PEMAHAMAN PADA MATERI ANALISIS BUKTI

TRANSAKSI DAN PENCATATAN BUKTI TRANSAKSI

DALAM JURNAL UMUM

Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 1 Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bantul

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

OLEH:

Robertus Hariyo Purbowo NIM: 091334041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR

DAN PEMAHAMAN PADA MATERI ANALISIS BUKTI

TRANSAKSI DAN PENCATATAN BUKTI TRANSAKSI

DALAM JURNAL UMUM

Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 1 Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bantul

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

OLEH:

Robertus Hariyo Purbowo NIM: 091334041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku :

(6)

v

MOTTO

Tidak penting seberapa lambat

Anda berjalan, selama Anda

tidak berhenti.

(7)
(8)
(9)

viii

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN

PEMAHAMAN PADA MATERI ANALISIS BUKTI TRANSAKSI DAN PENCATATAN BUKTI TRANSAKSI DALAM JURNAL UMUM

Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 1 Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bantul

Robertus Hariyo Purbowo Universitas Sanata Dharma

2013

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar dan pemahaman siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Bantul pada materi analisis bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam jurnal umum melalui penerapan model pembelajaran kooperatif. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-November 2012 di SMA Negeri 1 Bantul, Jl. KHA Wakhid Hasyim, Palbapang, Bantul.

Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, kuesioner, tes, dan dokumentasi. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus yang dalam tiap siklusnya meliputi empat tahap, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan evaluasi dan refleksi. Teknik analisis data adalah analisis deskriptif, analisis komparatif, dan uji beda mean.

(10)

ix

ABSTRACT

THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TO IMPROVE LEARNING MOTIVATION AND UNDERSTANDING OF PROOF ANALYSIS OF TRANSACTION AND RECORDING PROOF OF

TRANSACTION IN GENERAL JOURNAL

A Classroom Action Research on the Eleventh Grade Students of 1 Social Department of One State Senior High School Bantul

Robertus Hariyo Purbowo Sanata Dharma University

2013

The aim of this study is to measure the improvement of learning motivation and the understanding of the eleventh grade students of Social Science 1 towards proof of transactions analysis material and recording proof of transactions in general journal through the using of cooperative learning model. The type of this research is a classroom action research. The research was conducted in September-November 2012 in SMA Negeri 1 Bantul, Jl. KHA Wakhid Hasyim, Palbapang, Bantul.

Techniques to collect the data are observation and interview. The methods are by distributing questionnaire, conducting test, and documenting. This classroom action research was conducted in two cycles which include four steps: planning, action, observation, evaluation, and reflection. Techniques to analyze the data are descriptive, comparative analysis, and compare mean test.

(11)

x

Puji dan syukur kepada Tuhan atas segala berkat-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan,

semangat, dan doa dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan banyak terima kasih

kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma Yogyakartra.

2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktu, memberikan saran, masukan, maupun revisi-revisi serta

pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Dosen penguji, terima kasih atas saran dan kritik yang telah diberikan

sehingga penulisan skripsi ini menjadi lebih baik.

6. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi serta para

karyawan Program Studi Pendidikan Akuntansi khususnya Mbak Aris yang

telah memberikan bimbingan dan pelayanan selama mengikuti perkuliahan di

(12)

xi

penulis melakukan penelitian bersama. Terima kasih telah meluangkan waktu

dan membantu pelaksanaan penelitian.

8. Teman- teman XI IPS 1 yang telah membantu pelaksanaan penelitian serta

seluruh keluarga besar SMA Negeri 1 Bantul yang telah memberikan

dukungan dalam melaksanakan penelitian. Terima kasih banyak atas ijin dan

bantuan yang diberikan.

9. Kedua orang tuaku, Ag. Pursidi dan Marsiana Sutinem yang tercinta, yang

tidak pernah lelah memberikan doa, kasih sayang, dukungan baik moral

maupun material, serta semangat kepada penulis. Berkat Allah Bapa selalu

menyertai Bapak dan Ibu tercinta.

10.Kakak-kakak; Sr.m. Adelin, Sc. Retno Indiarti, dan Ch. Retno Sulistyorini,

YBA. Agus Santoso, dan Ant. Suryadi terima kasih atas dukungan dan

doanya.

11.Stefani Dwi Cahyani dan keluarga, terima kasih atas doa, dukungan, cinta dan

kasih sayang, serta segala bantuan selama kuliah dan penyelesaian skripsi ini,

Berkat Allah selalu menyertai.

12.Teman-teman seperjuanganku PE.BKK. Program Studi Pendidikan Akuntansi

angkatan 2009 dan seluruh keluarga besar angkatan 2010-2012, terima kasih

atas semangat, kebersamaan kalian, perhatian teman-teman yang sangat

(13)
(14)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK... .... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR... xxii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian... 5

(15)

xiv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Penelitian Tindakan Kelas ... 8

B. Model Pembelajaran Kooperatif ... 14

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match ... 20

D. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing... 22

E. Motivasi Belajar ... 26

F. Pemahaman ... 27

G. Mata Pelajaran Akuntansi Materi Analisis Bukti Transaksi dan Pencatatan Bukti Transaksi Dalam Jurnal Umum pada Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa ... 29

H. Kerangka Berpikir ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

A. Jenis Penelitian ... 35

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 36

D. Prosedur Penelitian ... 36

E. Instrumen Penelitian ... 51

F. Teknik Pengumpulan Data ... 64

G. Analisis Data ... 66

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH ... 69

A. Sejarah Berdiri SMA Negeri 1 Bantul ... 69

B. Visi, Misi, dan Tujuan SMA Negeri 1 Bantul ... 71

(16)

xv

D. Struktur dan Muatan Kurikulum ... 74

E. Struktur Kurikulum SMA ... 76

F. Muatan Lokal ... 79

G. Strategi Pengembangan Muatan Lokal (Mulok) ... 80

H. Kegiatan Pengembangan Diri ... 80

I. Beban Belajar... 82

J. Keunggulan Lokal dan Global ... 86

K. Jumlah Guru dan Tenaga Kependidikan ... 94

L. Data Kepala Sekolah ... 95

M. Peserta Didik ... 95

N. Orang Tua Peserta Didik ... 98

O. Kerjasama ... 98

P. Prestasi Sekolah ... 99

Q. Data Prestasi Akademik-Non Akademik Pendidikan dan Tenaga Kependidikan ... 102

R. Data Prestasi Sekolah ... 103

S. Lingkungan Sekolah ... 103

T. Keadaan Sekolah ... 104

U. Personil Sekolah ... 105

BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN ... 110

A. Deskripsi Data ... 110

1. Deskripsi Penelitian Pendahuluan ... 110

(17)

xvi

b. Observasi pada siswa... 113

c. Observasi keadaan kelas ... 114

d. Wawancara pada guru ... 115

e. Wawancara pada siswa ... 116

f. Deskripsi Motivasi Belajar ... 117

2. Deskripsi Siklus I PTK... 119

a. Menyusun Rencana Tindakan ... 119

b. Pelaksanaan ... 122

c. Pengamatan ... 134

d. Evaluasi dan Refleksi ... 139

3. Deskripsi Siklus II PTK ... 141

a. Menyusun Rencana Tindakan ... 141

b. Pelaksanaan ... 144

c. Pengamatan ... 152

d. Evaluasi dan Refleksi ... 158

e. Wawancara pada guru ... 158

f. Wawancara pada siswa ... 159

B. Analisis Data ... 162

1. Analisis Komparatif-Deskriptif ... 162

a. Motivasi belajar siswa ... 162

b. Pemahaman siswa ... 163

2. Pengujian Hipotesis ... 165

(18)

xvii

b. Pemahaman ... 167

C. Pembahasan ... 169

1. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa ... 169

2. Peningkatan Pemahaman Siswa ... 171

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 173

A. Kesimpulan ... 173

B. Keterbatasan Penelitian ... 174

C. Saran... 175

DAFTAR PUSTAKA... 176

(19)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil Ujian Siswa Kelas XI IPS 1 SMA N 1 Bantul pada Materi

Mekanisme Debit-Kredit ... 2

Tabel 2.1 Tahapan Pembelajaran Kooperatif ... 17

Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar ... 55

Tabel 3.2 Pemberian Skor pada Setiap Item Kuesioner ... 55

Tabel 3.3 Hasil Pengujian Validitas Motivasi Belajar ... 56

Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian... 58

Tabel 3.5 Kisi-kisi Soal Tes ... 58

Tabel 3.6 Hasil Pengujian Uji Validitas Soal Tes 1 ... 59

Tabel 3.7 Hasil Pengujian Uji Validitas Soal Tes 2 ... 61

Tabel 3.8 Hasil Pengujian Uji Validitas Soal Tes 3 ... 63

Tabel 4.1 Cakupan Kelompok Mata Pelajaran ... 74

Tabel 4.2 Kurikulum Kelas X ... 76

Tabel 4.3 Kurikulum Kelas XI dan XII Program IPA ... 77

Tabel 4.4 Kurikulum Kelas XI dan XII Program IPS ... 78

Tabel 4.5 Analisis Penambahan Jam pada Kurikulum... 79

Tabel 4.6 Daftar Jumlah Jam Tatap Muka dalam Struktur Kurikulum ... 84

Tabel 4.7 Kriteria Ketuntasan Minimal Kelas X ... 84

Tabel 4.8 Kriteria Ketuntasan Minimal Program IPA ... 85

Tabel 4.9 Kriteria Ketuntasan Minimal Program IPS ... 86

(20)

xix

Tabel 4.11 Daftar Kerjasama dengan Sekolah Luar Negeri ... 93

Tabel 4.12 Daftar Jumlah Guru dan Tenaga Kependidikan ... 94

Tabel 4.13 Daftar Nama Kepala Sekolah yang Pernah Menjabat... 95

Tabel 4.14 Daftar Jumlah Rombongan Belajar ... 96

Tabel 4.15 Data Jumlah Siswa... 96

Tabel 4.16 Data Nilai Rata-rata Ujian Nasional Tiga Tahun Terakhir ... 96

Tabel 4.17 Data Profil Lulusan Tiga Tahun Terakhir... 97

Tabel 4.18 Data Lulusan Diterima di Perguruan Tinggi ... 97

Tabel 4.19 Data Pekerjaan Orang Tua Siswa... 98

Tabel 4.20 Daftar Kerjasama ... 98

Tabel 4.21 Data Prestasi Bidang Akademik ... 99

Tabel 4.22 Daftar Prestasi Non Akademik ... 100

Tabel 4.23 Data Prestasi Akademik – Non.Akademik Pendidikan dan Tenaga Kependidikan ... 102

Tabel 4.24 Data Prestasi Sekolah... 103

Tabel 4.25 Data Jumlah dan Kondisi Sarana (Bangunan)... 104

Tabel 4.26 Data Jumlah Rombongan Belajar ... 105

Tabel 4.27 Data Kualifikasi Guru ... 105

Tabel 4.28 Data Tenaga Kependidikan ... 108

Tabel 5.1 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Sebelum Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif-Kegiatan Pembuka ... 110

(21)

xx

Tabel 5.3 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Sebelum Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif-Kegiatan Penutup ... 113

Tabel 5.4 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa Sebelum Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif ... 113

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siswa Pada Kuesioner Awal ... 117

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pemahaman Siswa Pada Tes 1 ... 123

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Pemahaman Siswa Pada Tes 2 ... 130

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siswa Pada Kuesioner Siklus I ... 130

Tabel 5.9 Rangkuman Hasil Refleksi Siswa ... 131

Tabel 5.10 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Saat Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif-Kegiatan Pembuka ... 134

Tabel 5.11 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Saat Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif-Kegiatan Inti ... 135

Tabel 5.12 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Saat Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif-Kegiatan Penutup ... 137

Tabel 5.13 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa Saat Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif ... 137

Tabel 5.14 Refleksi Guru ... 140

Tabel 5.15 Distribusi Frekuensi Pemahaman Siswa Pada Tes 3 ... 148

Tabel 5.16 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siswa Pada Kuesioner Siklus II.... 148

Tabel 5.17 Rangkuman Refleksi Siswa ... 149

(22)

xxi

Tabel 5.19 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Saat Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif-Kegiatan Inti ... 153

Tabel 5.20 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Saat Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif-Kegiatan Penutup ... 155

Tabel 5.21 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa Saat Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif ... 156

Tabel 5.22 Refleksi Guru ... 160

Tabel 5.23 Komparasi Motivasi Belajar Siswa ... 162

Tabel 5.24 Rangkuman Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siswa Awal, Siklus

I, dan Siklus II Penelitian ... 163

Tabel 5.25 Komparasi Pemahaman Siswa... 164

Tabel 5.26 Rangkuman Distribusi Frekuensi Pemahaman Siswa Awal, Siklus I,

dan Siklus II Penelitian ... 165

Tabel 5.27 Pengujian Normalitas Kuesioner Awal dan Akhir Siklus II

Berdasarkan One Sample Kolmogorov-Smirnov ... 166

Tabel 5.28 Pengujian Beda Rata-rata Motivasi Belajar Berdasarkan Paired Sample

Test ... 167

Tabel 5.29 Pengujian Normalitas Tes 1 dan Tes 3 Berdasarkan One Sample

Kolmogorov-Smirnov ... 168

Tabel 5.30 Pengujian Beda Rata-rata Pemahaman Siswa Berdasarkan Paired

(23)

xxii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas ... 11

(24)

xxiii

DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR INSTRUMEN RENCANA ... 180 Lampiran 1 Instrumen Observasi Aktivitas Guru Di Kelas Sebelum Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif ... 181

Lampiran 2 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa Di Kelas Sebelum Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif ... 183

Lampiran 3 Lembar Observasi Keadaan Kelas Sebelum Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif... 184

Lampiran 4 Wawancara Guru Terkait dengan Keadaan Kelas, Metode, Motivasi

Belajar dan Pemahaman ... 185

Lampiran 5 Wawancara Siswa Terkait dengan Keadaan Kelas, Metode, Motivasi

Belajar dan Pemahaman ... 186

Lampiran 6 Pembagian Kelompok Kelas XI IPS 1 ... 187

Lampiran 7 Instrumen Observasi Aktivitas Guru Di Kelas Saat Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif... 188

Lampiran 8 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa Di Kelas Saat Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif ... 190

Lampiran 9 Lembar Observasi Keadaan Kelas Saat Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif... 191

Lampiran 10 Instrumen Refleksi Guru ... 192

Lampiran 11 Instrumen Refleksi Siswa ... 193

(25)

xxiv

DAFTAR INSTRUMEN PENELITIAN PENDAHULUAN ... 199 Lampiran 13 Instrumen Observasi Aktivitas Guru Di Kelas Sebelum Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif ... 200

Lampiran 14 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa Di Kelas Sebelum Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif ... 202

Lampiran 15 Lembar Observasi Keadaan Kelas Sebelum Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif... 203

Lampiran 16 Wawancara Guru Terkait dengan Keadaan Kelas, Metode, Motivasi

Belajar dan Pemahaman ... 204

Lampiran 17 Wawancara Siswa Terkait dengan Keadaan Kelas, Metode, Motivasi

Belajar dan Pemahaman ... 205

Lampiran 18 Instrumen Refleksi Guru ... 206

Lampiran 19 Instrumen Refleksi Siswa ... 207

Lampiran 20 Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Sebelum Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif... 210

Lampiran 21 Data Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Sebelum Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif... 213

Lampiran 22 Peta Kerawanan Kelas ... 221

Lampiran 23 Tatanan Kelas Untuk Pelaksanaan Penerapan Model Pembelajaran

(26)

xxv

DAFTAR MEDIA DAN INSTRUMEN SIKLUS I PTK ... 223 Lampiran 24 Instrumen Observasi Aktivitas Guru Di Kelas Saat Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif... 224

Lampiran 25 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa Di Kelas Saat Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif ... 226

Lampiran 26 Lembar Observasi Keadaan Kelas Saat Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif... 227

Lampiran 27 Soal Tes 1 ... 228

Lampiran 28 Data Hasil Tes 1 ... 237

Lampiran 29 Soal Make a match ... 241

Lampiran 30 Analisis Jawaban Tepat Make a match ... 248

Lampiran 31 Analisis Jawaban Pengecoh Make a match ... 254

Lampiran 32 Jurnal Jawaban Tepat Make a match... 257

Lampiran 33 Jurnal Jawaban Pengecoh Make a match ... 263

Lampiran 34 Lembar Jawaban Tempel Make a match ... 266

Lampiran 35 Uang-Uangan ... 267

Lampiran 36 Skenario Pembelajaran Make a match ... 268

Lampiran 37 Instrumen Refleksi Guru ... 274

Lampiran 38 Instrumen Refleksi Siswa ... 275

Lampiran 39 Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Saat Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif... 278

Lampiran 40 Data Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Saat Penerapan Model

(27)

xxvi

Lampiran 41 Soal Tes 2 ... 292

Lampiran 42 Data Tes 2 Siswa ... 301

DAFTAR MEDIA DAN INSTRUMEN SIKLUS II PTK... 305 Lampiran 43 Instrumen Observasi Aktivitas Guru Di Kelas Saat Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif... 306

Lampiran 44 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa Di Kelas Saat Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif ... 308

Lampiran 45 Lembar Observasi Keadaan Kelas Saat Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif... 309

Lampiran 46 Berbagai Bukti Transaksi Role Playing ... 310

Lampiran 47 Lembar Kerja Buku Kas Role Playing ... 321

Lampiran 48 Lembar Kerja Jurnal Umum... 324

Lampiran 49 Daftar Papan Nama... 327

Lampiran 50 Uang-Uangan ... 329

Lampiran 51 Instruksi Masing-Masing Peran ... 330

Lampiran 52 Aturan Main dan Sanksi ... 339

Lampiran 53 Soal Transaksi ... 341

Lampiran 54 Skenario Pembelajaran ... 342

Lampiran 55 Instrumen Refleksi Guru ... 349

Lampiran 56 Instrumen Refleksi Siswa ... 350

Lampiran 57 Wawancara Guru Terkait dengan Keadaan Kelas, Metode, Motivasi

(28)

xxvii

Lampiran 58 Wawancara Siswa Terkait dengan Keadaan Kelas, Metode, Motivasi

Belajar dan Pemahaman ... 354

Lampiran 59 Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Saat Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif... 355

Lampiran 60 Data Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Saat Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif... 359

Lampiran 61 Soal Tes 3 ... 369

Lampiran 62 Data Tes 3 Siswa ... 377

Lampiran 63 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Motivasi Belajar ... 381

Lampiran 64 Uji Validitas dan Reliabilitas Soal Tes 1, Tes 2 dan Tes 3 ... 382

Lampiran 65 Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 393

Lampiran 66 Uji Paired Sample Test ... 396

Lampiran 67 Perhitungan PAP Tipe II ... 398

(29)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu kompetensi dasar dalam pembelajaran akuntansi di

jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah menganalisis

bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam jurnal umum pada

siklus akuntansi perusahaan jasa. Bukti transaksi adalah salah satu bentuk

pertanggungjawaban pelaksanaan kerja pada atasan bahwa transaksi telah

dilakukan (Alam S, 2007:198). Akun terdiri dari lima kelompok besar,

yaitu Akun Harta, Akun Utang (kewajiban), Akun Modal, Akun Beban,

dan Akun Pendapatan dan harus diketahui bahwa setiap transaksi itu

paling sedikit akan mempengaruhi paling sedikit dua akun. Proses

penentuan akun mana saja yang dipengaruhi oleh suatu transaksi diawali

dengan analisis bukti transaksi. Kemampuan siswa dalam menganalisis

bukti transaksi akan menentukan ketepatan dalam pencatatan ke dalam

jurnal umum (Alam S, 2007:201). Jurnal merupakan media dalam proses

akuntansi keuangan yang menjadi dasar bagi penentuan ke akun mana

suatu transaksi dicatat, berapa jumlah uang yang dicatat, di sisi mana

dicatat, dan keterangan singkat tentang transaksi (Alam S, 2007:203).

Perusahaan jasa sendiri memiliki arti perusahaan yang kegiatan utamanya

memproduksi produk tidak berwujud dengan tujuan mencari laba (Alam S,

(30)

Fakta pembelajaran akuntansi di kelas XI IPS 1 SMA N 1 Bantul

menunjukkan bahwa proses dan hasil belajar mengajar belum belajar

sebagaimana yang diharapkan. Hasil-hasil ulangan harian siswa pada

pembelajaran akuntansi secara umum dikategorikan masih rendah. Berikut

ini disajikan tabel tentang hasil ulangan harian pada mekanisme debit dan

kredit:

Tabel 1.1

Hasil Ujian Siswa Kelas XI IPS 1 SMA N 1 Bantul pada Materi Mekanisme Debit Kredit

No Induk Nama Nilai KKM Keterangan

1 8172 Algo Wijaya 70 78 Tdk Tuntas

2 8179 Afifah Listi F 65 78 Tdk Tuntas

3 8181 Ana Nur Fatihah 60 78 Tdk Tuntas

4 8186 Destiana Kusuma W 80 78 Tuntas 5 8196 Dinda Sekar Wangi 75 78 Tdk Tuntas

6 8197 Kharisma Lady 75 78 Tdk Tuntas

7 8145 Nevada Dela Mena A 65 78 Tdk Tuntas

8 8205 Nurni Fatonah M 65 78 Tdk Tuntas 9 8208 Puput April S 65 78 Tdk Tuntas

10 8209 Rizal Kurnia F 60 78 Tdk Tuntas

11 8211 Rosalina A 75 78 Tdk Tuntas

12 8214 Teguh Setia Febrian 65 78 Tdk Tuntas 13 8222 Ulfa Damayanti 85 78 Tuntas

14 8225 Yohana Destiana W 60 78 Tdk Tuntas

Tabel di atas menunjukkan bahwa 85,71% siswa belum dapat

mencapai batas KKM yang ditetapkan sekolah. Tingginya jumlah

persentase siswa yang tidak mencapai KKM mengindikasikan adanya

(31)

penulis, proses pembelajaran akuntansi di kelas cenderung berorientasi

pada guru (teacher oriented). Materi pembelajaran disampaikan guru

melalui metode ceramah dan latihan soal-soal akuntansi. Meskipun guru

telah melakukannya dengan penuh semangat, namun para siswa tidak

meresponnya secara positif. Siswa cenderung memilih aktivitas

kontraproduktif, seperti berbincang mengenai hal diluar pelajaran dengan

siswa lain, dan berpindah-pindah tempat duduk. Rendahnya motivasi

belajar inilah yang diduga kuat menjadi salah satu sebab rendahnya

pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran akuntansi.

Pembelajaran akuntansi bertujuan untuk membuat pembelajar

dapat memahami secara menyeluruh bagaimana kegiatan operasi

perusahaan dan membuka peluang karir dalam bidang kerja akuntansi

(http://budyaharum.blogspot.com/2011/11/manfaat-belajarakuntansi.html).

Menurut Lie (http://scholar.lib.vt.edu/ejournals/JVTE/v13n2/Abu.html),

untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut guru memiliki beberapa

pilihan model pembelajaran, yaitu kompetisi, individual, dan kooperatif.

Kompetisi merupakan model pembelajaran dimana siswa belajar dalam

suasana persaingan, tak jarang pula guru memberikan imbalan untuk

memotivasi siswa dalam memenangkan kompetisi dengan sesama

pembelajar. Sistem individual merupakan pembelajaran yang memberikan

kesempatan siswa belajar dengan kecepatan sesuai kemampuan mereka

sendiri. Sedangkan model kooperatif menitikberatkan pada kerja sama

(32)

tujuan pembelajaran. Carson (Lie tersedia dalam http://scholar.lib.vt.edu

/ejournals/JVTE/v13n2/Abu.html) mengungkapkan bahwa keputusan guru

dalam memilih model pembelajaran akan mempengaruhi bagaimana para

peserta didik saling berinteraksi satu dengan lainnya, pengetahuan yang

diperoleh, dan sikap-sikapnya.

Beberapa model pembelajaran dapat dipilih dan diaplikasikan oleh

pendidik dalam proses belajar mengajar materi analisis bukti transaksi dan

pencatatan bukti transaksi ke dalam jurnal umum pada siklus akuntansi

perusahaan jasa. Namun demikian dengan mempertimbangkan

karakteristik materi dan tujuan pembelajaran, salah satu metode

pembelajaran yang dapat dipakai adalah model pembelajaran kooperatif.

Model pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang

terfokus pada pengguna kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam

memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto,

2009:36). Pembelajaran kooperatif dengan demikian memberikan

kesempatan siswa lebih aktif dalam menggali materi dengan cara yang

lebih menarik. Dalam penelitian ini, model pembelajaran kooperatif yang

dipilih adalah tipe make a match dan role playing.

Berdasarkan berbagai latar belakang tersebut di atas, penulis

mengajukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar

(33)

Pencatatan Bukti Transaksi dalam Jurnal Umum.” Studi kasus pada siswa Kelas XI IPS 1 Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bantul.

B. Batasan Masalah

Ada cukup banyak model yang dapat diterapkan dalam

pembelajaran akuntansi. Penelitian ini memusatkan perhatian pada upaya

meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman siswa dalam menganalisis

bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam jurnal umum pada

siklus akuntansi perusahaan jasa dengan model pembelajaran kooperatif

tipe make a match dan role playing.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan

permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana peningkatan motivasi

belajar dan pemahaman siswa Kelas XI IPS 1 Sekolah Menengah Atas

Negeri 1 (SMA N 1) Bantul pada materi analisis bukti transaksi dan

pencatatan bukti transaksi dalam jurnal umum pada siklus akuntansi

perusahaan jasa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

peningkatan motivasi belajar dan pemahaman siswa kelas XI IPS 1 SMA

(34)

transaksi dalam jurnal umum pada siklus akuntansi perusahaan jasa

melalui penerapan model pembelajaran kooperatif.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar

dan pemahaman siswa terhadap materi analisis bukti transaksi dan

pencatatan bukti transaksi dalam jurnal umum pada siklus akuntansi

perusahaan jasa.

2. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru

dalam meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman siswa pada

materi analisis bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam

jurnal umum pada siklus akuntansi perusahaan jasa.

3. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi

guru-guru yang lain dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran di

kelas. Hal demikian diharapkan dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran di sekolah.

4. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana mewujudkan

secara nyata dharma pendidikan yang bermanfaat bagi masyarakat

(35)

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi para

peneliti dalam mengembangkan penelitian tindakan kelas sebagai

(36)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Tindakan Kelas

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya

sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan

tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan

memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat

meningkat (Wijaya, 2009:9). Menurut Arikunto (2006:2-3), terdapat

tiga kandungan isi PTK (Classroom Action Research), yaitu;

penelitian, tindakan, dan kelas:

a. Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

b. Tindakan, menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.

c. Kelas, dalam hal ini tidak terkait pada bagian pengertian ruang tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti, yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang dimaksud dengan kelas adalah sekelompok siswa yang dalam kurun waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dan dari guru yang sama pula.

Menurut Masnur Muslich (2011:12-14), karakteristik PTK

adalah sebagai berikut:

a. Masalah PTK berasal dari guru.

(37)

d. PTK adalah jenis penelitian yang memunculkan adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas.

e. PTK dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik pendidikan.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian tindakan kelas adalah

penelitian kolaboratif yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri

untuk memperbaiki pembelajaran, menjembatani kesenjangan antara

teori dan praktik untuk memunculkan adanya perbaikan dalam

proses belajar mengajar di kelas.

2. Prinsip PTK

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:7-11), beberapa prinsip

PTK antara lain sebagai berikut:

a. Kegiatan nyata dalam situasi rutin

Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi rutin. Hal ini dikarenakan bila dalam penelitian dilakukan perubahan, atau terjadi pada situasi lain, hasilnya tidak dapat dijamin sama dengan bila dilakukan saat situasi wajar.

b. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja

Penelitian tindakan didasarkan pada filosofi bahwa manusia tidak suka hal-hal yang statis, tetapi selalu ingin sesuatu yang lebih baik. Dengan kata lain penelitian tindakan dilakukan bukan karena ada paksaan atau permintaan dari pihak lain, tetapi harus atas dasar sukarela,dengan senang hati, karena menunggu hasilnya lebih baik dari hasil yang lalu, dan dirasakan belum memuaskan sehingga perlu ditingkatkan.

c. SWOT sebagai dasar berpijak

Dengan berpijak pada SWOT, penelitian tindakan dapat dilaksanakan hanya apabila ada kesejalanan antara kondisi yang ada pada guru dan juga pada siswa. Tentu saja pekerjaan guru sebelum menentukan jenis tindakan yang akan dicobakan, memerlukan pemikiran yang matang.

d. Upaya empiris dan sistematik

(38)

pada unsur-unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang digarap.

e. Ikuti prinsip SMART dalam perencanaan Tindakan yang dipilih peneliti harus : 1) Khusus spesifik, tidak terlalu luas.

2) Mudah dilakukan, tidak sulit atau berbelit, misalnya kesulitan dalam mencari lokasi, mengumpulkan hasil, mengoreksi, dan kesulitan bentuk lain.

3) Dapat diterima oleh subyek yang dikenai tindakan, artinya siswa tidak mengeluh gara-gara guru memberikan tindakan, dan juga lingkungan tidak terganggu karenanya.

4) Tidak menyimpang dari kenyataan dan jelas bermanfaat bagi dirinya dan subyek yang dikenai tindakan.

5) Tindakan tersebut sudah tertentu jangka waktunya, yaitu kapan dapat dilihat hasilnya.

3. Tahap PTK

Menurut Arikunto (2006:17-20), PTK memiliki beberapa alur

atau tahap yaitu:

a. Menyusun rancangan tindakan (planning)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal dilakukan berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang melakukan pengamatan proses jalannya tindakan.

b. Pelaksanaan tindakan (acting)

Tahap ini adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu menggunakan tindakan di kelas. Hal yang perlu diingat adalah pada tahap ini pelaksana harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berperilaku wajar, tidak dibuat-buat. Dalam refleksi, keterkaitan antara pelaksanaan dengan perencanaan perlu diperhatikan secara seksama agar sinkron dengan yang dimaksud semula.

c. Pengamatan (observing)

Dalam tahap ini berisi pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Sebenarnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan. Karena seharusnya pengamatan dilakukan ketika tindakan dilakukan. Jadi, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama.

d. Refleksi (reflecting)

(39)

bahasa Inggris reflection, yang dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia pemantulan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan.

Menurut Arikunto (2006:17-20), siklus tahapan penelitian

tindakan kelas dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas

4. Syarat Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Arikunto (2006:23-24), ada beberapa syarat yang

harus diperhatikan dalam melakukan PTK:

a. PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi dalam pembelajaran, dengan demikian dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

b. PTK oleh guru menuntut dilakukannya pencermatan terus menerus, objektif, dan sistematis, sehingga diketahui secara pasti tingkat keberhasilan dan penyimpangan yang terjadi. c. Penelitian tindakan harus dilaksanakan sekurang-kurangnya

dalam dua siklus. Hal ini bertujuan agar kekurangan-kekurangan pada siklus pertama dapat diperbaiki dalam siklus kedua, begitu pula seterusnya.

(40)

d. Penelitian tindakan terjadi secara wajar. Dalam hal ini PTK tidak dilakukan dengan mengubah aturan dan jadwal yang sudah ada, dan tidak merugikan siswa.

e. Penelitan harus benar-benar disadari oleh peneliti maupun pihak yang menjadi pelaku. Hal ini bertujuan agar pihak-pihak yang terkait dapat mengungkapkan kelebihan dan kekurangan yang telah dilakukan dengan rencana yang ada.

f. Penelitian tindakan harus benar-benar menunjukkan adanya tindakan yang dilakukan oleh sasaran tindakan. Jadi, dalam PTK siswa benar-benar ikut berperan dalam penelitian bukan hanya guru.

5. Instrumen PTK

Instrumen yang diperlukan dalam PTK dari sisi hal yang

diamati menurut Reed dan Bergemen (http://ptkguru.wordpress.com

/2008/05/11/-penelitian-tindakan-kelas-bentuk-dan-skenario tinda

kan-serta-pengembangan-instrumen-untuk-mengukur-keberhasilan-tindakan) adalah sebagai berikut:

a. Pengamatan terhadap perilaku guru (observing teacher)

Instrumen observasi terhadap perilaku guru salah satunya adalah catatan anekdotal. Catatan anekdotal memfokuskan hal-hal spesifik yang terjadi dalam kelas. Catatan anekdotal terhadap perilaku guru ini berisikan bagaimana guru menjalankan proses pembelajaran di dalam kelas.

b. Pengamatan terhadap kelas (observing classroom)

Observasi terhadap kelas dapat menggunakan instrumen observasi anekdotal kelas yang meliputi deskripsi tentang lingkungan fisik kelas, tata letaknya dan manajemen kelas. c. Pengamatan perilaku siswa (observing students)

Observasi terhadap siswa dapat menggunakan instrumen observasi anekdotal perilaku siswa. Masing-masing individu dapat diamati secara individual maupun kelompok pada saat sebelum, saat berlangsung dan sesudah penelitian tindakan kelas.

d. Wawancara

(41)

6. Sasaran atau Objek PTK

Sesuai dengan prinsip bahwa ada tindakan dirancang

sebelumnya, maka objek PTK harus merupakan sesuatu yang aktif

dan dapat dikenai aktivitas, bukan objek yang sedang diam dan tanpa

gerak (Arikunto, 2006:24). Secara lebih lanjut Arikunto

(2006:25-26) menjabarkan objek dan sasaran PTK sebagai berikut :

a. Unsur siswa, dapat dicermati objeknya ketika siswa yang bersangkutan sedang asyik mengikuti proses pembelajaran di kelas/lapangan/laboratorium/bengkel, maupun ketika sedang asyik mengerjakan pekerjaan rumah dengan serius, atau ketika mereka sedang mengikuti kerja bakti di luar sekolah.

b. Unsur guru, dapat dicermati ketika yang bersangkutan sedang mengajar di kelas, terutama cara guru memberi bantuan kepada siswa, ketika sedang membimbing siswa yang sedang berdarmawisata, atau ketika guru sedang mengadakan kunjungan ke rumah siswa.

c. Unsur materi pelajaran, dapat dicermati dalam GBPP dan yang sudah dikembangkan dalam Rencana Tahunan, Rencana Semesteran, dan Analisis Materi Pelajaran.

d. Unsur peralatan atau sarana pendidikan, meliputi peralatan, baik yang dimiliki oleh siswa secara perorangan, peralatan yang disediakan oleh sekolah, ataupun peralatan yang disediakan dan digunakan di kelas dan di laboratorium.

e. Unsur hasil pembelajaran, yang ditinjau dari tiga ranah yang dijadikan titik tujuan yang harus dicapai siswa melalui pembelajaran, baik susunan maupun tingkat pencapaian.

f. Unsur lingkungan, baik lingkungan siswa di kelas, sekolah, maupun yang melingkungi siswa dirumahnya.

g. Unsur pengelolaan, yang jelas-jelas merupakan gerak kegiatan sehingga mudah diatur dan direkayasa dalam bentuk tindakan.

(42)

c. Peningkatan profesionalisme guru atau pendidik.

Di samping itu, ada manfaat lain yang diperoleh guru dalam

menerapkan pembelajaran kooperatif (Mulyasa, 2009:17):

a. Guru dapat melakukan inovasi pembelajaran.

b. Guru dapat meningkatkan kemampuan reflektifnya dan mampu memecahkan permasalahan pembelajaran yang muncul.

c. Melalui PTK guru akan terlatih untuk mengembangkan secara kreatif kurikulum di kelas atau sekolah.

d. Kemampuan reflektif guru serta keterlibatan guru yang dalam terhadap upaya inovasi dan pengembangan kurikulum pada akhirnya akan bermuara pada tercapainya peningkatan kemampuan profesionalisme guru.

Berdasarkan pendapat dua tokoh tersebut dapat disimpulkan

bahwa manfaat dari pembelajaran kooperatif adalah menghasilkan

inovasi pembelajaran, pengembangan kurikulum, meningkatkan

profesionalitas guru, dan meningkatkan kemampuan reflektif guru.

B. Model Pembelajaran Kooperatif

1. Model Pembelajaran Cooperative Learning

a. Pengertian pembelajaran kooperatif

Beberapa pengertian mengenai model pembelajaran

kooperatif menurut beberapa tokoh seperti yang termuat dalam

Etin dan Raharjo (2007:4-5) antara lain sebagai berikut:

1) Pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut (Hamid Hasan, 1996).

(43)

3) Cooperative learning is more effective increasing motive and performance students (Michaels, 1977).

Dari berbagai pendapat tersebut, semua tokoh

sependapat bahwa pembelajaran kooperatif merupakan

pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil sehingga muncul

unsur interaksi yaitu saling bekerja sama satu sama lain dalam

memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

b. Unsur-unsur pembelajaran kooperatif

Unsur pembelajaran kooperatif menurut Arens (Nur

Asma, 2008:9), yaitu:

1) Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama.

2) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya.

3) Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.

4) Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.

5) Siswa dikenakan atau diberi hadiah (penghargaan) yang akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.

6) Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajar. 7) Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara

individual materi yang dipelajari dalam kelompoknya.

c. Karakteristik pembelajaran kooperatif

Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik

pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan Slavin

(Isjoni, 2009:33), yaitu:

1) Penghargaan kelompok

(44)

mencapai standar kriteria yang ditetapkan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada masing-masing individu sejauh mana mereka mampu menciptakan hubungan antar personal untuk saling membantu dan peduli.

2) Pertanggungjawaban individu

Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota. Dimana individu mempunyai tanggung jawab masing-masing untuk aktif dalam memecahkan masalah. Adanya pertanggungjawaban individu juga diharapkan dapat menjadikan setiap anggota siap dan mampu dalam menghadapi tes tanpa meminta bantuan anggota kelompok lain.

3) Kesempatan yang sama untuk berhasil

Pembelajaran kooperatif menggunakan metode scoring dari prestasi belajar siswa yang sebelumnya. Dengan metode ini setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk belajar aktif dan memberikan yang terbaik untuk kelompoknya.

d. Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif

Menurut Yatim Riyanto (2009:270), ada lima prinsip

yang mendasari pembelajaran kooperatif, yaitu:

1) Positive independence (saling ketergantungan positif ) Dalam pembelajaran kooperatif keberhasilan kelompok sangat tergantung dari pencapaian usaha masing-masing anggota dalam mengerjakan tugasnya. Pembagian tugas didasarkan pada kemampuan masing-masing anggota kelompok. Ketergantungan positif artinya bahwa setiap anggota menyadari bahwa pentingnya kerja sama dalam kelompok sangat berpengaruh besar terhadap pencapaian tujuan kelompok.

2) Face to face interaction (interaksi tatap muka)

Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan luas kepada kelompok untuk berinteraksi dengan saling berhadapan dan bertukar pikiran. Informasi yang diberikan anggota lain dapat membantu kelompok dalam memecahkan masalah. Interaksi tatap muka juga ditujukan terciptanya kerja sama antar anggota dan mengajarkan bagaimana menghargai pendapat dan saling mengisi kelebihan serta kekurangan masing-masing.

3) Individual accountability (partisipasi)

(45)

keberhasilan kelompok. Siswa dilatih untuk mampu belajar aktif. Untuk aktif dalam kelompok, tentunya siswa perlu dibekali kemampuan bagaimana berkomunikasi dengan baik. Misalnya bagaimana cara menyatakan ketidak- setujuan pendapat anggota kelompok lain dengan sopan.

4) Use the collaborative/social skill (menggunakan

keterampilan)

Suatu kelompok tidak akan berhasil tanpa kolaborasi yang terjadi antar anggota. Hubungan tersebut akan tercipta apabila masing-masing anggota mampu menggunakan keterampilan mereka untuk bekerja sama dan bersosialisasi. Agar siswa mampu untuk berkolaborasi, maka diperlukan adanya bimbingan guru.

5) Group processing (proses menilai)

Agar keberhasilan kelompok dapat tercapai, maka setiap anggota perlu bertanggung jawab terhadap pencapaian tujuan kelompok. Dengan begitu, siswa perlu menilai sejauh mana kelompok dapat bekerja sama dengan efektif.

e. Prosedur pembelajaran kooperatif

Menurut Suprijono (2009), ada enam tahapan dalam

pembelajaran kooperatif. Berikut tabel tahapan pembelajaran

kooperatif:

Tabel 2.1

Tahapan Pembelajaran Kooperatif

FASE-FASE PERILAKU GURU

Fase 1 : Menyampaikan tujuan mempersiapkan

peserta didik

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran.

Fase 2 : Menyampaikan informasi

Guru menjelaskan materi ajar kepada siswa.

Fase 3 : Membantu peserta didik untuk mengerjakan soal-soal yang diberikan di kelompok.

(46)

yang didapat siswa. Fase 6 : Memberikan

pengakuan atau penghargaan

Bagi kelompok yang berhasil mencapai kriteria diberi penghargaan.

f. Keunggulan pembelajaran kooperatif

Wina Sanjaya (2006:247) memaparkan keunggulan dari

pembelajaran kooperatif, antara lain:

1) Melalui pembelajaran kooperatif, siswa tidak telalu tergantung pada guru sehingga dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir.

2) Melalui pembelajaran kooperatif, siswa dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata sendiri dan dapat membandingkan ide-ide orang lain.

3) Pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa untuk merespon rangsangan orang lain.

4) Dengan pembelajaran kooperatif, siswa dapat dilatih untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

5) Pembelajaran kooperatif mampu membantu siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan mengembangkan kemampuan sosialnya untuk berinteraksi dengan orang lain. 6) Pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa dalam

mengembangkan kemampuannya untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri dan menerima umpan balik.

7) Dengan pembelajaran kooperatif, siswa dapat meningkatkan kemampuan menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).

8) Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan berpikir siswa.

g. Kelemahan pembelajaran kooperatif

Selain keunggulan, Wina Sanjaya (2006:248) juga

memaparkan beberapa kelemahan pembelajaran kooperatif,

antara lain:

(47)

merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Keadaan ini akan mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok.

2) Ciri utama SPK adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar demikian tidak mempelajari apa yang seharusnya dicapai oleh siswa.

3) Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Hal ini dapat membutakan penilaian secara individu. Dengan demikian guru harus jeli dalam menyadari bahwa keberhasilan kelompok diharapkan adalah hasil kerja individu siswa. 4) Dalam keberhasilan SPK dibutuhkan waktu yang relatif

panjang untuk menumbuhkan kesadaran berkelompok. Oleh karena itu dibutuhkan berkali-kali penerapan agar kesadaran berkelompok dapat tumbuh dengan sendirinya

5) Setiap siswa diharapkan mempunyai kemampuan kerja sama dan kemampuan secara individual. Oleh karena itu idealnya melalui SPK selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam SPK memang bukan pekerjaan yang mudah.

h. Lima tipe pembelajaran kooperatif

Isjoni (2007:51) memaparkan lima tipe pembelajaran

kooperatif, antara lain:

1) Student Teams Achievement Divisions (STAD)

Dalam tipe ini siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa yang bersifat heterogen. Setelah siswa mengerjakan soal, guru membahas dan meminta siswa untuk memeriksa hasil pekerjaan mereka. Kemudian guru akan mengadakan kuis.

2) Jigsaw

Tiap kelompok dalam tipe ini akan terdiri 5-6 siswa. Setiap anggota kelompok diminta untuk mempelajari satu bagian materi pelajaran kemudian menjelaskannya kepada anggota kelompok yang lain. Kemudian guru mengadakan kuis. 3) Group Investigation

(48)

4) Thing Pair Share

Strategi think-pair-share (TPS) atau berfikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran koperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. TPS merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Langkah–langkah pembelajaran TPS yaitu berfikir (thinking), berpasangan (pairing), dan berbagi (sharing)

5) Teams Games Tournament (TGT)

Tipe ini hampir sama dengan STAD, hanya saja hasil belajar akan dievaluasi dengan permainan seperti cerdas cermat. Skor tim secara keseluruhan akan ditentukan oleh prestasi kelompok.

Sedangkan menurut Lie (http://akhmadsudrajat.

wordpress.com/2008/01/19/model-pembelajaran-inovatif/), ada

beberapa tipe pembelajaran kooperatif yang bisa digunakan di

kelas, antara lain:

1) Mencari pasangan (Make a Match)

Teknik yang dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil memahami suatu konsep dalam suasana menyenangkan.

2) Bekerja berpasangan (Cooperative Script)

Memberi kesempatan siswa untuk bekerja sama dengan orang lain. Pasangan dapat ditunjuk oleh guru.

3) Berpikir Berpasangan Berempat (Think Pair and Share)

Tipe ini memberikan kesempatan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain.

4) Berkirim salam dan soal

Siswa dapat membuat soal sendiri dan menjawab soal yang dibuat temannya.

5) Kepala bernomor (Numbered Heads)

Siswa dapat melaksanakan tanggung jawab pribadinya dan bersosialisasi dengan teman lainnya.

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match

(49)

Menurut Lorna Curran (1994:205), tipe pembelajaran make

a match merupakan teknik atau metode pembelajaran dengan

mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas

waktunya. Setelah siswa menemukan pasangan kartunya, mereka

dapat mencocokkannya dan diberi poin. Dalam penerapan tipe make

a match, siswa diharapkan dapat memahami suatu konsep atau

informasi tertentu dengan mencari pasangan kartunya dalam suasana

yang aktif dan menyenangkan. Dengan demikian, keinginan belajar

siswa meningkat dan hasil belajar yang didapat semakin baik.

2. Langkah- langkah pembelajaran kooperatif tipe make a match

Anita Lie (2010:55) menjelaskan tahapan pembelajaran

kooperatif tipe make a match , yaitu:

a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi konsep/topik. Kartu dibagi menjadi dua bagian yaitu kartu soal dan kartu jawaban.

b. Siswa dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama sebagai pemegang kartu soal, kelompok kedua sebagai kelompok pemegang kartu jawaban dan kelompok ketiga sebagai kelompok penilai.

c. Guru menentukan kelompok mana yang memegang soal, jawaban dan sebagai penilai.

d. Setiap siswa mendapat satu buah kartu soal untuk kelompok yang memegang soal, dan satu buah kartu jawaban untuk kelompok yang memegang jawaban.

e. Setiap siswa memikirkan soal/jawaban dari kartu yang dipegang.

f. Masing-masing siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban) sebelum batas waktu diberi poin.

(50)

h. Setelah satu babak, kartu dikocok kembali agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya.

D. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Role playing 1. Pengertian Role Playing

Dari segi etimologi, role playing berasal dari kata role dan

playing dalam bahasa Inggris. Pengertian dari kata role adalah peran

atau tugas, sedangkan playing berasal dari kata play yang berarti

sandiwara, bermain. Jadi dari asal katanya role playing dapat

diartikan bermain peran (Hisyam, 2008:98).

Metode bermain peran atau berperan adalah suatu metode

mengajar di mana guru memberikan kesempatan kepada murid untuk

melakukan kegiatan memainkan peranan tertentu seperti yang

terdapat dalam kehidupan masyarakat atau sosial (Djajadisastra,

1982:34). Sementara menurut Hisyam Zaini (2008:98), role playing

adalah suatu aktivitas pembelajaran terencana yang dirancang untuk

mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang spesifik. Role playing

didasarkan pada tiga aspek umum suatu pengalaman peran dalam

kehidupan sehari-hari. Tiga aspek utama tersebut antara lain

(Hisyam Zaini, 2008:98):

a. Mengambil peran (role-taking), yaitu tekanan ekspektasi-ekspektasi sosial terhadap pemegang peran. Contoh pada hubungan keluarga.

(51)

c. Tawar-menawar peran (role-negotiation), yaitu tingkat di mana peran-peran dinegosiasikan dengan pemegang peran yang lain dalam parameter dan hambatan interaksi sosial

Berdasarkan beberapa pengertian role playing sebagaimana

yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

metode role playing adalah suatu metode yang digunakan dalam

meningkatkan penguasaan materi ajar dimana siswa diberi kebebasan

memerankan secara langsung peran atau tugas sesuai dengan karakter

materi ajar. Siswa dapat memainkan peran dan berusaha untuk

mampu menyelesaikan masalah sosial yang ada di sekitar siswa

dalam kaitannya dengan suatu bidang ilmu tertentu.

2. Pendekatan Role playing

Hisyam Zaini (2008:101-104) mengutarakan beberapa

pendekatan role playing yang biasa digunakan di dalam kelas, antara

lain:

a. Pendekatan berbasis keterampilan (skills-based approach) Dalam pendekatan ini peserta didik diharapkan untuk:

1) Memperoleh suatu keterampilan, kemampuan atau sikap yang sering melalui perilaku model dengan seperangkat kriteria.

2) Melatih sifat-sifat sampai benar-benar terinternalisasi dengan mengikuti kriteria yang ada.

3) Mendemonstrasikan sifat tersebut kepada yang lain untuk tujuan evaluasi.

b. Pendekatan berbasis isu (issues-based approach)

Pemain secara aktif mengeksplorasi suatu isu dengan mengandaikan peran-peran dari manusia dalam kehidupan nyata yang berselisih satu sama lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dari pendekatan ini siswa diharapkan untuk:

1) Meneliti sikap, kepercayaan, dan nilai-nilai yang mengelilingi suatu isu.

(52)

3) Menjadikan dirinya berpihak pada pemeran yang memegang posisi yang sama.

4) Berunding atau berdebat dengan mereka yang memegang posisi yang berbeda.

5) Mungkin mengambil pendirian dari yang bertentangan dengan suatu isu.

c. Pendekatan berbasis problem (problem-based approach) Dalam pendekatan berbasis problem siswa diharapkan untuk: 1) Menarik pengetahuan dari suatu wilayah disiplin ilmu

tertentu.

2) Menggunakan pengetahuannya sendiri secara tepat. 3) Menerapkan pengetahuan dalam serangkaian tantangan. 4) Mereaksi secara tepat terhadap problem yang muncul. 5) Mencapai solusi yang telah dipertimbangkan dengan

berdasarkan alasan yang dibenarkan.

d. Pendekatan berbasis spekulasi (speculative-based approach) Dalam pendekatan ini peserta didik dilibatkan dalam membuat spekulasi terhadap pengetahuan masa lalu, peristiwa masa lampau, atau yang akan datang dengan menggunakan aspek-aspek yang diketahui dari wilayah subjek tertentu dan pengetahuan yang dimilikinya secara interaktif.

Dalam pendekatan ini siswa diharapkan:

1) Membangkitkan pengetahuan untuk mengisi celah antara informasi yang diketahui dengan yang tidak diketahui. 2) Menggunakan bukti untuk membuat penilaian yang

mendasar.

3) Merekonstruksi kemudian merepresentasi interaksi tertentu untuk menganalisis peristiwa.

3. Tahapan dalam Role Playing

Role playing dapat dilakukan dalam tiga tahap yaitu:

perencanaan, interaksi, dan refleksi atau evaluasi. Ketiga tahapan

tersebut menurut Hisyam Zaini (2008:104-116):

a. Perencanaan dan persiapan

Sebelum kita melakukan suatu kegiatan maka kita harus membuat perencanaan yang baik. Karena perencanaan yang baik akan dapat memberikan hasil yang baik pula. Dalam

role playing ada beberapa perencanaan yang harus dilakukan yaitu:

1) Mengenal peserta didik.

(53)

Misalnya saja jumlah peserta didik, pemahaman peserta didik tentang materi yang diajarkan, pengalaman sebelumnya tentang role playing, kelompok umur, latar belakang peserta didik, minat dan kemampuan peserta didik, dan kemampuan peserta didik untuk melakukan kolaborasi.

2) Menentukan tujuan pembelajaran.

Tujuan pembelajaran harus didefinisikan secara jelas agar memiliki fokus kerja yang jelas. Selain dirumuskan dengan jelas hendaknya tujuan pembelajaran tersebut diungkapkan kepada peserta didik atau siswa.

3) Mengidentifikasi skenario dan penempatan peran

Dari masalah yang ada di sekitar peserta didik yang akan diangkat dalam role playing maka harus disusun dalam bentuk skenario. Skenario yang ada tersebut akan memberikan informasi tentang apa yang harus diketahui oleh peserta didik. Setelah kita membuat skenario untuk suatu materi tertentu maka kita akan menempatkan beberapa peran yang sesuai dengan skenario yang telah kita buat.

4) Menentukan posisi guru

Dalam hal ini guru harus menentukan posisinya, apakah dia akan ikut berperan atau menjadi pengamat dalam proses role playing.

5) Mempertimbangkan hambatan yang bersifat fisik

Sebelum dilaksanakan role playing, maka kita harus benar-benar memperhatikan hambatan-hambatan yang berasal dari piranti fisik seperti ketersediaan ruangan, kondisi kelas dan sebagainya.

6) Merencanakan waktu

Pelaksanaan role playing akan sangat tergantung dari jenis role playing yang diterapkan. Namun sekiranya perbandingan waktu yang sering digunakan antara pendahuluan, interaksi, dan evaluasi adalah 1:3:2. 7) Mengumpulkan sumber informasi yang relevan

Setelah semua hal-hal yang pokok telah diperhatikan maka kita juga memerlukan tambahan informasi untuk memperkuat skenario yang telah kita buat.

b. Interaksi

Adapun langkah-langkah pengimplementasian rencana ke dalam aksi adalah:

1) Membangun aturan dasar.

(54)

6) Memulai role playing. c. Refleksi dan evaluasi

1) Refleksi

Setelah kita melakukan serangkain kegiatan role playing maka harus diadakan refleksi. Dari kegiatan pembelajaran yang baru saja dilakukan ada banyak hal yang ditemukan oleh peserta didik maupun guru. Dalam refleksi ini peserta didik maupun guru mengemukakan manfaat dan pengetahuan yang diperoleh serta perasaan mereka selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan role playing.

2) Evaluasi

Evaluasi ini bertujuan untuk melihat bagaimana proses pembelajaran role playing berlangsung. Peserta didik diberikan kesempatan untuk memberikan masukan mengenai hal-hal apa saja yang masih harus diperbaiki dalam pembelajaran role playing dan hal mana yang harus dipertahankan.

E. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi

Menurut Mc. Donald (Sardiman 1986:73), motivasi adalah

perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan

munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap

adanya tujuan. Dari pengertian tersebut mengandung tiga elemen

penting, yaitu:

a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem

neurophysiological” yang ada pada organisme manusia.

Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.

b. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/”feeling”, afeksi

(55)

c. Motivasi dirangsang karena ada tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.

Sedangkan menurut Sardiman (1986:75), motivasi dapat

juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan

kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan

sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha meniadakan atau

mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat

dirangsang oleh faktor dari luar, tetapi motivasi sebenarnya tumbuh

di dalam diri seseorang. Motivasi dapat mendorong dan

mengarahkan siswa untuk melakukan aktivitas belajar yang baik.

Tentu saja motivasi tidak lepas dari sebuah tujuan yang ingin

dicapai. Seorang siswa belajar dengan tekun karena adanya motivasi

yang baik. Semakin besar motivasi seorang siswa untuk belajar,

maka hasil yang didapat tentunya akan maksimal. Intensitas motivasi

akan menentukan pencapaian prestasi belajar seorang siswa.

F. Pemahaman

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa

(2008:998), kata paham berarti pengertian, pendapat, pikiran, pandangan,

mengerti benar dan pandai. Kata “paham” yang mendapat imbuhan “pe

-an”, menjadi kata “pemahaman” memiliki arti proses, perbuatan,

(56)

Dalam pembelajaran di sekolah, pemahaman menjadi salah satu

sasaran ketercapaian tujuan pembelajaran. Berbagai macam pengukuran

dapat dilakukan untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik. Salah

satu caranya adalah dengan melakukan evaluasi. Dalam evaluasi, biasanya

pendidik menentukan batasan yang menjadi pedoman untuk

menggolongkan peserta didiknya masuk ke dalam kategori paham atau

belum paham atas suatu materi. Siswa yang melampaui batas yang

ditentukan guru akan dikatakan paham, sedangkan siswa yang belum

melampaui batas tersebut dikategorikan belum paham

(http://www.slideshare.net/syafaahsaja/upaya-peningkatan-pemahaman-belajar-akhlak-melalui-model-teams-games-tournament).

Cara untuk mengukur seberapa tinggi tingkat pemahaman siswa

dapat melalui prestasi belajar yang diperoleh siswa melalui evaluasi

pembelajaran. Pencapaian nilai atau skor dari hasil evaluasi pembelajaran

inilah yang menunjukkan sejauh mana siswa memahami suatu materi

pelajaran. Siswa yang memiliki nilai di atas standar kelulusan atau kriteria

tertentu dapat dinyatakan bahwa siswa tersebut telah memahami suatu

materi ajar. Sebaliknya, jika ada siswa yang mendapatkan nilai dibawah

standar kelulusan maka siswa tersebut dikatakan belum paham.

Menurut Arikunto (1995:247-251), ada beberapa skala penilaian

yang dapat mengukur pemahaman atau keberhasilan siswa dalam

(57)

1. Skala bebas adalah skala penilaian yang tidak tetap. Ada kalanya skor tertinggi 20, lain kali 25, lain kali 50. Ini semua tergantung dari banyak dan bentuk soal.

2. Skala 0-10 adalah skala penilaian untuk angka 0 adalah angka terendah dan angka 10 adalah angka tertinggi.

3. Skala 0 – 100 adalah skala penilaian yang lebih halus dibanding skala 0 -10, karena skala ini menilai dalam bilangan bulat.

4. Skala huruf adalah skala penilaian yang menggunakan huruf A, B, C, D dan E.

G. Mata Pelajaran Akuntansi Materi Analisis Bukti Transaksi dan Pencatatan Bukti Transaksi Dalam Jurnal Umum pada Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa

Akuntansi (accounting) merupakan bahasa dunia usaha.

American Institute of Certified Public Accountants (AICPA)

mendefinisikan akuntansi sebagai seni pencatatan, pengelompokan dan

pengikhtisaran menurut cara yang berarti dan dinyatakan dalam nilai uang/

segala transaksi dan kejadian yang sedikitnya bersifat keuangan dan

kemudian menafsirkan hasilnya (Sukardi, 2009:83). Menurut American

Accounting Association, akuntansi adalah suatu proses pengidentifikasian,

pengukuran, dan pelaporan informasi ekonomi, yang memungkinkan

adanya penilaian dan pengambilan keputusan tegas oleh pihak manapun

yang berkepentingan yang menggunakan informasi keuangan tersebut

(Alam S, 2007:139). Sejalan dengan dua definisi di atas, akuntansi dapat

diartikan sebagai:

Gambar

Gambar 4.1 Struktur Organisasi SMA N 1 Bantul ..................................................
Tabel 1.1 Hasil Ujian Siswa Kelas XI IPS 1 SMA N 1 Bantul pada Materi
Gambar 2.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 2.1 Tahapan Pembelajaran Kooperatif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar minat, motivasi, persepsi mengenai media, kepuasan, dan loyalitas mahasiswa dalam mengikuti Blended

Metode penelitian yang dilakukan menggunkana pendekatan yuridis sosiologis (empiris) yaitu penelitian yang dilakukan langsung ke lapangan untuk memperoleh data primer, yang

“PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN PROPERTY DI INDONESIA ” dengan baik, lancar dan tanpa hambatan yang berarti. Skripsi

Berikut tabel 4.8 uji coba menampilkan data kontrak pegawai yang

[r]

Menjadi masukan bagi Kementerian Pertanian, Pemerintah Kota Batu, Penyuluh Pendamping, Gapoktan dan petani yang terlibat langsung maupun tidak langsung terhadap

Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa dapat memahami konsep jaringan komputer : Pengertian jaringan komputer, konfigurasi jaringan di system operasi windows dan linux,

Panel zephyr bambu adalah suatu papan atau lembaran tiga lapis dari zephyr bambu atau serat bambu dengan arah serat bersilangan yang direkat dengan menggunakan