• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Percepatan Durasi Proyek Dengan Metode Pertukaran Waktu Dan Biaya (Time Cost Trade Off Method) (Studi Kasus : Proyek Perumahan Cemara Kuta – Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Percepatan Durasi Proyek Dengan Metode Pertukaran Waktu Dan Biaya (Time Cost Trade Off Method) (Studi Kasus : Proyek Perumahan Cemara Kuta – Medan)"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA PERCEPATAN DURASI PROYEK DENGAN

METODE PERTUKARAN WAKTU DAN BIAYA

(TIME COST TRADE OFF METHOD)

(Studi Kasus : Proyek Perumahan Cemara Kuta – Medan)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi syarat penyelesaian Pendidikan Sarjana Teknik Sipil

Oleh :

Jernih Putri N Gulo

NIM: 10 0404 090

Dosen Pembimbing :

Ir. Syahrizal, MT

NIP 19611231 198111 1 001

BIDANG STUDI STRUKTUR

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

 

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan penyertaanNya, sehingga mampu menyelesaikan penulisan tugas akhir yang berjudul ANALISA PERCEPATAN DURASI PROYEK DENGAN METODE PERTUKARAN WAKTU DAN BIAYA (TIME COST TRADE OFF METHOD) (Studi Kasus : Proyek Perumahan Cemara Kuta – Medan). Tugas akhir ini diajukan sebagai syarat untuk menempuh ujian sarjana di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.

Saya sangat menyadari penulisan tugas akhir ini tidak lepas dari dukungan dan bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Ir. Syahrizal, MT, selaku dosen pembimbing skripsi, dan sekretaris Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan, selaku ketua Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak/Ibu dosen dan staf tata usaha Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

4. Teristimewa Papa saya Mokoginta Gulo, Mama saya Merry Natalina Sitorus, Adik-adik saya Haga Gulo, Nislady Gulo, Satria Gulo dan Halomoan Gulo yang selalu memberikan dukungan, motivasi, dan doa.

5. Teristimewa opung, maktua, paktua, tulang, nantulang, tante, uda, abang/kakak/adik sepupu yang telah banyak membantu dan memberikan semangat selama saya di Medan.

6. Teristimewa sepupu seperjuangan saya Baginda Helbin Sitorus yang selalu membantu dan memberikan semangat selama perkuliahan maupun penyelesaian tugas akhir ini.

7. Teristimewa Faber Banjarnahor yang selalu memberikan semangat, hiburan dan doa selama penyelesaian tugas akhir ini.

8. Sahabat-sahabat tersayang Elfridani Saragih, Zefanya Hutasoit, Prisquilla Sembiring, Essy Ginting yang telah banyak memberikan bantuan, semangat, doa dan hiburan selama perkuliahan maupun penyelesaian tugas akhir ini.

(3)

 

10.Teman-teman dan abang/kakak/adik GMKI Komisariat FT USU Haposan, Yessy, Angel, Iwin, Dedy, Kak Dewi, Kak Debbie, Bang Falex, Bang Satahi dan lainnya. 11.Teman-teman seperjuangan sipil 2010 Elwis, Fander, Yahya, Freddy, Ebenezer,

Grandson, Mike, Dice, Acong, Steven, Bram, Agave, Aziz, Ricky, Boris, Henry, Mardi, Badia, Nagel, Rebekka, Afrissa, Fanny, Tohap, Darwin, Fahmi, Sintong, Cowens, Festus, Dilla, Cece, Melly, Ica, Suci, Eka dan lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

12.Abang/kakak/adik seperjuangan teknik sipil angkatan 2007, 2008, 2009, 2011, 2012, 2013, sedikit banyak telah membantu saya dalam menyelesaikan pendidikan di Departemen Teknik Sipil FT USU.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa tugas akhir ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari sempurna, karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, serta referensi yang dimiliki. Oleh karena itu sangat diharapkan saran-saran serta kritikan yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan tugas akhir ini.

Akhir kata, diharapkan tugas akhir ini bermanfaat bagi rekan mahasiswa lainnya dan pihak-pihak lain yang membutuhkan.

Medan, Januari 2015

(4)

 

ABSTRAK

Proyek pembangunan villa 38 unit type 10 m x 19 m Blok Legian dipilih sebagai objek penelitian karena mengalami keterlambatan pada pelaksanaannya sebesar 12,71 % dari kondisi yang direncanakan. Keterlambatan durasi proyek dapat diatasi dengan mengadakan percepatan durasi proyek. Salah satu metode percepatan durasi yang dapat digunakan adalah metode pertukaran waktu dan biaya atau time cost trade off.

Alternatif percepatan yang digunakan adalah penambahan jam kerja (lembur) dengan 4 (empat) jam kerja dan penambahan jumlah tenaga kerja sebanyak 25% dari jumlah pekerja. Percepatan durasi proyek dilakukan dengan 2 (dua) langkah, yaitu : crashing program yang hanya diadakan pada kegiatan-kegiatan yang berada pada lintasan kritis dan analisa time cost trade off yaitu dengan mengadakan kompresi (penekanan) durasi proyek yang dilakukan pada kegiatan-kegiatan yang berada pada lintasan kritis.

Dari hasil analisis percepatan durasi proyek dengan metode time cost trade off pada proyek pembangunan villa 38 unit type 10 m x 19 m Blok Legian, untuk alternatif penambahan jam kerja (lembur) diperoleh waktu optimum 260 HK dan total biaya optimum Rp 24.338.574.520,42. Sedangkan untuk alternatif penambahan jumlah tenaga kerja diperoleh waktu optimum 261 HK dan total biaya optimum Rp 24.206.637.473,90.

(5)

 

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 3

1.3.Tujuan ... 3

1.4.Batasan Masalah ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1.6.Mempercepat Waktu Penyelesaian Proyek (Crashing) ... 16

2.1.7.Metode Time Cost Trade Off ... 17

2.1.8.Hubungan Antara Waktu dan Biaya ... 18

2.2.Penelitian Tardahulu ... 20

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 23

3.1.Metode Penelitian ... 23

3.2.Bagan Alir Penelitian ... 24

BAB IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN ... 25

4.1.Data Umum Proyek ... 25

4.2.Struktur Organisasi ... 25

4.3.Gambar Proyek ... 26

4.4.Uraian Pekerjaan dan Penjadwalan Proyek ... 30

4.5.Pembiayaan Proyek ... 31

4.5.1.Biaya Langsung ... 31

(6)

 

4.5.3.Biaya Total Proyek ... 35

4.6.Identifikasi Kondisi Proyek dan Hubungan Antar Aktivitas ... 36

4.7.Perhitungan Crashing Program ... 41

4.7.1.Penambahan Jam Kerja (Lembur) ... 41

4.7.2.Penambahan Jumlah Tenaga Kerja ... 50

4.8.Analisa Pertukaran Biaya dan Waktu (Time Cost Trade Off) ... 59

4.8.1.Penambahan Jam Kerja (Lembur) ... 59

4.8.2.Penambahan Jumlah Tenaga Kerja ... 69

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 79

5.1.Kesimpulan ... 79

5.2.Saran ... 80

(7)

 

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sasaran proyek yang juga merupakan tiga kendala (triple constraint) ... 5

Gambar 2.2 Kegiatan Seri ... 10

Gambar 2.3 Kegiatan Paralel ... 10

Gambar 2.4 Kegiatan Seri ... 11

Gambar 2.5 Kegiatan Overlap ... 11

Gambar 2.6 Grafik indikasi menurunnya produktivitas karena kerja lembur... 12

Gambar 2.7 Hubungan Waktu – Biaya Total, Biaya Tidak Langsung, Biaya Langsung dan Biaya Optimal ... 18

Gambar 2.8 Hubungan Waktu – Biaya Normal dan Dipersingkat untuk suatu Kegiatan ... 19

Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian ... 24

Gambar 4.1 Struktur Organisasi CV. Bangun Karya Utama ... 25

Gambar 4.2 Denah Lantai Dasar dan Lantai 2 ... 26

Gambar 4.3 Denah Lantai 3 dan Rencana Atap ... 27

Gambar 4.4 Tampak Depan dan Tampak Belakang ... 28

Gambar 4.5 Foto Dokumentasi Proyek ... 29

Gambar 4.6 Grafik Perubahan Biaya Langsung terhadap Waktu untuk altenatif penambahan jam kerja (lembur) ... 66

Gambar 4.7 Grafik Perubahan Biaya Total terhadap Waktu untuk altenatif penambahan jam kerja (lembur) ... 67

Gambar 4.8 Grafik Hubungan Waktu-Biaya Normal dan Dipercepat untuk altenatif penambahan jam kerja (lembur) ... 68

Gambar 4.9 Grafik Perubahan Biaya Langsung terhadap Waktu untuk altenatif penambahan tenaga kerja ... 76

Gambar 4.10 Grafik Perubahan Biaya Total terhadap Waktu untuk altenatif penambahan tenaga kerja ... 77

(8)

 

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Proyek Pembangunan Perumahan Cemara Kuta – Medan ... 2

Tabel 2.1 Perbedaan Manajemen Proyek dengan Manajemen Klasik ... 6

Tabel 4.1 Time Schedule normal dengan menggunakan kurvs S ... 30

Tabel 4.2 Rincian Biaya Langsung (untuk 1 unit) ... 31

Tabel 4.3 Rincian Biaya Tidak Langsung ... 35

Tabel 4.4 Rincian Biaya Total ... 35

Tabel 4.5 Hubungan Keterkaitan Antar Aktivitas ... 36

Tabel 4.6 Produktifitas harian, Produktifitas per jam, Produktifitas harian setelah di-crash dan Crash Duration tiap kegiatan kritis ... 43

Tabel 4.7 Upah kerja harian normal, Upah kerja per jam normal, Upah lembur per hari (4 jam kerja), Crash cost per hari dan Crash total tiap kegiatan kritis ... 46

Tabel 4.8 Cost slope tiap kegiatan kritis ... 48

Tabel 4.9 Penambahan jumlah tenaga kerja ... 50

Tabel 4.10 Produktifitas harian, Produktifitas penambahan jumlah tenaga kerja dan Crash duration tiap kegiatan kritis ... 52

Tabel 4.11 Upah kerja harian normal, Upah kerja setelah crashing (penambahan jumlah tenaga kerja) dan Crash cost untuk tiap kegiatan kritis ... 55

Tabel 4.12 Cost slope tiap kegiatan kritis ... 57

Tabel 4.13 Urutan Kegiatan dengan Cost Slope Terendah ... 59

Tabel 4.14 Total durasi proyek setelah crashing ... 61

Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Direct Cost (Biaya Langsung) ... 64

Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Direct Cost (Biaya Langsung) ... 65

Tabel 4.17 Urutan Kegiatan dengan Cost Slope Terendah ... 69

Tabel 4.18 Total durasi proyek setelah crashing ... 71

Tabel 4.19 Hasil Perhitungan Direct Cost (Biaya Langsung) ... 74

(9)

 

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Time Schedule

Lampiran 2 Analisa Harga Satuan

(10)

 

ABSTRAK

Proyek pembangunan villa 38 unit type 10 m x 19 m Blok Legian dipilih sebagai objek penelitian karena mengalami keterlambatan pada pelaksanaannya sebesar 12,71 % dari kondisi yang direncanakan. Keterlambatan durasi proyek dapat diatasi dengan mengadakan percepatan durasi proyek. Salah satu metode percepatan durasi yang dapat digunakan adalah metode pertukaran waktu dan biaya atau time cost trade off.

Alternatif percepatan yang digunakan adalah penambahan jam kerja (lembur) dengan 4 (empat) jam kerja dan penambahan jumlah tenaga kerja sebanyak 25% dari jumlah pekerja. Percepatan durasi proyek dilakukan dengan 2 (dua) langkah, yaitu : crashing program yang hanya diadakan pada kegiatan-kegiatan yang berada pada lintasan kritis dan analisa time cost trade off yaitu dengan mengadakan kompresi (penekanan) durasi proyek yang dilakukan pada kegiatan-kegiatan yang berada pada lintasan kritis.

Dari hasil analisis percepatan durasi proyek dengan metode time cost trade off pada proyek pembangunan villa 38 unit type 10 m x 19 m Blok Legian, untuk alternatif penambahan jam kerja (lembur) diperoleh waktu optimum 260 HK dan total biaya optimum Rp 24.338.574.520,42. Sedangkan untuk alternatif penambahan jumlah tenaga kerja diperoleh waktu optimum 261 HK dan total biaya optimum Rp 24.206.637.473,90.

(11)

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara merupakan kota terbesar ketiga setelah Jakarta dan Surabaya. Sebagai kota ketiga terbesar di Indonesia, Medan dipenuhi berbagai infrastruktur yang menopang Kota Medan menuju kota modern dan kosmopolitan. Pembangunan infrastruktur dan berbagai fasilitas lain baik oleh pemerintah daerah ataupun modal swasta terus berkembang sampai sekarang dan menghasilkan perkembangan Kota Medan yang menakjubkan. Gedung pemerintah kota maupun provinsi terus berdiri, perkantoran-perkantoran swasta di atas gedung yang menjulang tinggi, hotel-hotel mewah, pusat-pusat perbelanjaan modern, ataupun perumahan-perumahan elite dan/atau modern-minimalis terus bertumbuh mengepung Kota Medan. Kehadiran gedung-gedung megah yang menjulang tinggi di tengah Kota Medan menjadi simbol Medan sebagai kota modern dan metropolitan.

Dalam kurun waktu 20 tahun belakangan ini, Medan terus mengalami kemajuan pembangunan yang sangat pesat. Dibandingkan dengan 20 tahun silam di mana pembangunan Kota Medan lebih ke konsep horizontal, tetapi sekarang pembangunan Kota Medan menggunakan konsep vertikal di mana daerah terpinggir pun tersentuh pembangunan. Hal ini terlihat dari meningkatnya konstruksi di Kota Medan.

Perkembangan konstruksi di Kota Medan tidak hanya terjadi di pusat kota, tetapi juga sudah merambah hingga ke area yang dulunya disebut tertinggal atau pinggiran dan tidak tersentuh pembangunan. Banyak proyek konstruksi terkhusus pembangunan perumahan-perumahan yang membidik daerah-daerah pinggiran untuk dijadikan pusat tempat tinggal, perkantoran, maupun bisnis.

(12)

 

Salah satu proyek pembangunan perumahan di daerah pinggiran Kota Medan adalah Pembangunan Perumahan Cemara Kuta di Jalan H.Anif oleh PT Cemara Kuta (owner). Proyek Pembangunan Perumahan Cemara Kuta ini dikerjakan oleh dua kontraktor yaitu CV Bangun Karya Utama (BKU) dan CV Gaharu Design, yang terdiri dari 10 kontrak di mana masing-masing kontraktor mengerjakan 5 kontrak. Proyek ini terdiri dari pembangunan villa dan ruko dengan fungsi sebagai hunian dan bisnis. Luas area proyek ini adalah 123.300 m2. Berikut adalah proyek Pembangunan Perumahan Cemara Kuta :

Tabel 1.1 Proyek Pembangunan Perumahan Cemara Kuta – Medan

No. Pembangunan Jumlah

1. Kavling 19 unit

Pada tugas akhir ini pembangunan yang akan ditinjau adalah Pembangunan Villa 38 Unit Type 10 m x 19 m Blok Legian (Kontrak No.009/CK/1.CC.1/XI/2013) yang dikerjakan oleh CV Bangun Karya Utama (BKU). Pembangunan Villa 38 Unit Type 10 m x 19 m Blok Legian ini dilaksanakan dalam kurun waktu 51 minggu.

Proyek Pembangunan Villa 38 unit Type 10 m x 19 m Blok Legian dipilih sebagai objek penelitian karena mengalami keterlambatan pada pelaksanaannya sebesar 12,71 % dari kondisi yang direncanakan. Pada pelaksanaannya, proyek yang berjalan masih 15,20 % dari rencana yaitu sebesar 27,91 %. Keterlambatan proyek ini terjadi karena bebeapa faktor, yaitu faktor cuaca (hujan), keterlambatan suplai material, dan kurangnya tenaga kerja.

(13)

 

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Berapakah waktu optimum untuk mempercepat durasi proyek pada Pembangunan Villa

Blok Legian?

2. Berapakah biaya optimum akibat percepatan durasi proyek pada Pembangunan Villa Blok Legian?

1.3.Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisa dan menghitung waktu optimum untuk mempercepat durasi proyek pada Pembangunan Villa Blok Legian.

2. Menganalisa dan menghitung biaya optimum akibat percepatan durasi proyek pada Pembangunan Villa Blok Legian.

1.4.Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian dilakukan pada Pembangunan Villa 38 unit Type 10 m x 19 m Blok Legian. 2. Percepatan durasi proyek dilakukan dengan menggunakan metode Time Cost Trade Off. 3. Perhitungan Crash Duration hanya pada dua variabel (alternatif) saja, yaitu penambahan

jam kerja (lembur) dan penambahan jumlah tenaga kerja.

4. Penambahan jam kerja (lembur) dengan 4 (empat) jam kerja saja.

(14)

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Landasan Teori

Dasar teori yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah antara lain mengenai proyek, manajemen proyek, penjadwalan proyek, kurva S, Rencana Anggaran Biaya (RAB), serta teori mengenai mempercepat durasi proyek dan metode time cost trade off).

2.1.1. Proyek a. Defenisi Proyek

Menurut (Soeharto, Iman, 1999), kegiatan proyek dapat diartikan sebagai suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu tebatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk atau deliverable yang kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas. Lingkup (scope) tugas tersebut dapat berupa pembangunan pabrik, pembuatan produk baru atau pelaksanaan penelitian dan pengembangan

Lebih lanjut (Soeharto, Iman, 1999), menjelaskan bahwa ciri pokok proyek adalah sebagai berikut:

• Bertujuan menghasilkan lingkup (scope) tertentu berupa produk akhir atau hasil kerja akhir. • Dalam proses mewujudkan lingkup di atas, ditentukan jumlah biaya, jadwal serta kriteria

mutu.

• Bersifat sementara dalam arti umurnya dibatasi oleh selesainya tugas. Titik awal dan akhir ditentukan dengan jelas.

• Nonrutin, tidak berulang-ulang. Macam dan intensitas kegiatan berubah sepanjang proyek

berkangsung.

(15)

 

Gambar 2.1 Sasaran proyek yang juga merupakan tiga kendala (triple constraint) (Soeharto, Iman, 1999)

b. Jenis-Jenis Proyek

Menurut (Soeharto, Iman, 1999), proyek dapat dikelompokkan menjadi : a. Proyek Engineering-Konstruksi

Terdiri dari pengkajian kelayakan, desain engineering, pengadaan, dan konstruksi. b. Proyek Engineering-Manufaktur

Dimaksudkan untuk membuat produk baru, meliputi pengembangan produk, manufaktur, perakitan, uji coba fungsi dan operasi produk yang dihasilkan.

c. Proyek Penelitian dan Pengembangan

Bertujuan untuk melakukan penelitian dan pengembangan dalam rangka menghasilkan produk tertentu.

d. Proyek Pelayanan Manajemen

Proyek pelayanan manajemen tidak memberikan hasil dalam bentuk fisik, tetapi laporan akhir, misalnya merancang sistem informasi manajemen.

e. Proyek Kapital

Proyek kapital merupakan proyek yang berkaitan dengan penggunaan dana kapital untuk investasi.

f. Proyek Radio-Telekomunikasi

Bertujuan untuk membangun jaringan telekomunikasi yang dapatmenjangkau area yang luas dengan biaya minimal.

g. Proyek Konservasi Bio-Diversity

Proyek konservasi bio-diversity merupakan proyek yang berkaitan dengan usaha pelestarian lingkungan.

Biaya | Anggaran

(16)

 

2.1.2. Manajemen Proyek

Manajemen proyek adalah kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengendalikan sumber daya organisasi perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu dalam waktu tertentu dengan sumber daya tertentu. Manajemen proyek mempergunakan personel perusahaan untuk ditempatkan pada tugas tertentu dalam proyek (Santosa, Budi, 2003).

Pada perencanaan awal suatu proyek, faktor biaya, waktu dan mutu membentuk tata hubungan yang saling bergantungan serta berpengaruh sangat kuat. Salah satu bentuk alternatif optimalisasi untuk mengatasi keterlambatan waktu proyek yang dapat dilakukan adalah melakukan penambahan jam kerja, penambahan material, penambahan alat berat, dan penambahan tenaga kerja. Banyak hal yang terkait dengan hal tersebut yaitu waktu penyelesaian proyek dan biaya-biaya pekerja pada proyek, serta aktifitas pendukungnya mempunyai hubungan yang erat karena hal tersebut sangat menentukan keberhasilan suatu proyek (Dipohusodo, Istimawan, 1996).

Berikut ini perbedaan manajemen proyek dengan manajemen klasik menurut D.I. Cleland dan W.R. King (Soeharto, Iman, 1999) :

Tabel 2.1 Perbedaan Manajemen Proyek dengan Manajemen Klasik

Fenomena Wawasan Proyek (Manajemen Proyek)

Wawasan Fungsional (Manajemen Klasik) Lini-staf dikotomi. Hirearki lini-staf serta

wewenang dan tanggung jawab tetap ada sebagai fungsi penunjang.

Fungsi lini mempunyai tanggung jawab tunggal untuk mencapai sasaran.

Hubungan atasan d.engan bawahan.

Manajer ke spesialis, kelompok dengan kelompok.

Merupakan dasar hubungan pokok dalam struktur organisasi. Struktur piramida. Unsur-unsur rantai hubungan

vertikal tetap ada, ditambah adanya arus kegiatan horizontal.

Kegiatan utama organisasi dilakukan menurut hirearki vertikal.

Kerja sama untuk mencapai tujuan.

Joint venture para peserta, ada tujuan yang sama dan ada juga yang berbeda.

Kelompok dalam organisasi dengan tujuan tunggal.

Kesatuan komando. Manajer proyek mengelola, menyilang lini fungsional untuk mencapai sasaran.

Manajer lini merupakan pimpinan tunggal dan kelompok yang bertujuan sama.

Wewenang dan tanggung jawab.

Terdapat kemungkinan tanggung jawab lebih besar dari otoritas resmi.

Tanggung jawab sepadan dengan wewenang, integritas, tanggung jawab dan wewenang terpelihara. Jangka waktu. Kegiatan manajemen proyek

berlangsung dalam jangka pendek. Tidak cukup waktu untuk mencapai optimasi operasional proyek.

(17)

 

2.1.3. Penjadwalan Proyek

Penjadwalan merupakan tahapan menerjemahkan suatu perencanaan ke dalam suatu diagram-diagram yang sesuai dengan skala waktu. Penjadwalan menentukan kapan kegiatan-kegiatan akan dimulai, ditunda, dan diselesaikan, sehingga pengendalian sumber-sumber daya akan disesuaikan waktunya menurut kebutuhan yang ditentukan. Dalam proyek, penjadwalan sangat penting dalam memproyeksikan keperluan tenaga kerja, material, dan peralatan.

Menjadwalkan adalah berpikir secara mendalam melalui berbagai persoalan-persoalan, menguji jalur-jalur yang logis, serta menyusun berbagai macam tugas, yang menghasilkan suatu kegiatan lengkap, dan menuliskan bermacam-macam kegiatan dalam kerangka yang logis dan rangkaian waktu yang tepat (Luthan, Putri Lynna A dan Syafriandi, 2006).

Agar suatu proyek dapat berjalan dengan lancar serta efektif, maka diperlukan pengaturan waktu atau penjadwalan dari kegiatan-kegiatan yang terlibat di dalamnya. Sehubungan dengan itu, maka pihak pelaksana dari suatu proyek biasanya membuat suatu jadwal kegiatan (time schedule).

Jadwal kegiatan adalah urutan-urutan kerja berisi, antara lain : • Jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan.

• Waktu di mana suatu pekerjaan dimulai dan diakhiri. • Urutan dari pekerjaan.

Dengan adanya jadwal waktu ini, pimpinan proyek dapat mengetahui dengan jelas rencana kerja yang akan dilaksanakan, sehingga kelangsungan atau kontinuitas proyek dapat dipelihara. Hal ini memudahkan pimpinan proyek untuk mengkoordinasi unit-unit pekerjaan sehinga diperoleh efisiensi kerja yang tinggi (Soeharto, Iman, 1999).

Adapun tujuan penjadwalan adalah sebagai berikut : • Mempermudah perumusan masalah proyek.

• Menentukan metode atau cara yang sesuai. • Kelancaran kegiatan lebih terorganisir. • Mendapatkan hasil yang optimum.

Sedangkan fungsi penjadwalan dalam suatu proyek konstruksi antara lain : • Menentukan durasi total yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek.

• Menentukan waktu pelaksanaan dari masing-masing kegiatan.

• Menentukan kegiatan-kegiatan yang tidak boleh terlambat atau tertunda pelaksanaannya dan menentukan jalur kritis.

(18)

 

• Sebagai dasar bagi penjadwalan sumber daya proyek, seperti tenaga kerja, material, dan peralatan.

• Sebagai alat pengendalian proyek. Data yang diperlukan adalah :

• Proyek konstruksi yang akan dilaksanakan. • Metode pelaksanaan.

• Membuat list semua kegiatan yang sudah dilakukan untuk proyek tersebut, serta perkiraan waktu yang diperlukan.

• Urutan pelaksanaan kegiatan.

• Ketergantungan pelaksanaan antara kegiatan satu dan lainya.

Mengingat perubahan-perubahan yang selalu terjadi pada saat pelaksanaan, maka beberapa faktor harus diperhatikan untuk membuat jadwal proyek yang cukup efektif, yaitu : a. Secara teknis, jadwal tersebut bisa dipertanggungjawabkan (technically feasible).

b. Disusun berdasarkan perkiraan/ramalan yang akurat (reliable estimate) dimana perkiraan waktu, sumber daya, serta biayanya berdasarkan kegiatan pada proyek sebelumnya.

c. Sesuai sumber daya yang sesuai.

d. Sesuai penjadawalan proyek lainnya yang menggunakan sumber daya yang sama. e. Fleksible terhadap perubahan-perubahan, misalnya perubahan pada spesifikasi proyek.

f. Mendetail yang dipakai sebagai alat pengukur hasil yang dicapai dan pengendalian kemajuan proyek.

g. Dapat menampilkan kegiatan pokok kritis.

a. Penentuan Asumsi Durasi Kegiatan

Durasi kegiatan dalam metode jaringan kerja adalah lama waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan dari awal sampai akhir (Soeharto, Iman, 1999).

Ketepatan atau akurasi asumsi durasi kegiatan akan banyak tergantung dari siapa yang membuat perkiraan tersebut. Durasi ini lazimnya dinyatakan dengan jam, hari atau minggu.

Durasi Kegiatan Normal

(19)

 

a. Jenis kegiatan

Setiap kegiatan memiliki karakteristik tersendiri, sehingga harus ditangani secara tersendiri pula. Semakin sulit penangannya, maka semakin sulit lama durasi yang dibutuhkan.

b. Metode yang digunakan

Penggunaan sumber daya (tenaga kerja, material dan peralatan) tergantung pada metoe pelaksanaan yang dipakai. Dengan demikian, penggunaan metode pelaksanaan yang berbeda-beda dapat menghasilkan durasi kegiatan yang berberbeda-beda pula.

c. Situasi dan konisi lapangan

Dimaksudkan untuk mengetahui hambatan-hambatan atau kemudahan-kemudahan yang terdapat di lapangan. Misalnya medan proyek yang berat, terpencil atau pada ketinggian yang lebih tinggi akan memperlambat pelaksanaan kegiatan.

d. Lokasi sumber daya

Semakin dekat lokasi sumber daya dengan lokasi proyek, akan semakin memperlancar pelaksanaan suatu kegiatan, sehingga waktu pelaksanaan akan lebih singkat.

e. Faktor cuaca

Faktor ini akan sangat berpengaruh terhadap prestasi kerja. Iklim dan cuaca yang jelek akan memperlambat penyelesaian kegiata.

f. Dana yang tersedia

Durasi kegiatan akan lebih lama bila dana yang masuk ke dalam kas perusahaan tersendat-sendat. Begitu juga akan menyebabkan tersendatnya arus material yang masuk.

g. Macam dan volume pekerjaan yang akan dilaksanakan

Volume pekerjaan yang lebih besar membutuhkan durasi pekerjaan yang lebih lama. Volume ini dapat dihitung dari dokumen rencana kerja dan syarat-syarat yang diberikan pemilik proyek.

h. Kondisi sosial politik

Termasuk dalam hal ini adalah peraturan pemerintah di bidang tenaga kerja. i. Sumber daya yang dimiliki oleh pelaksana

Faktor ini meliputi jumlah, kemampuan dan keterapilan tenaga kerja serta kapasitas alat-alat kerja. Yang perlu ditinjau di sini adalah produktifitas tenaga kerja dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu antara lain : kualitas dan kuantitas tenaga kerja, efisiensi, jam kerja, kondisi lingkungan dan lain-lain.

Durasi Kegiatan Dipercepat (Crashed)

(20)

 

jadwal kegiatan pada waktu yang telah ditentukan. Tetapi pada kenyataannya hal ini sulit dicapai karena kecenderungan manajemen proyek terfokus pada cara untuk meminimalisasi keterlambatan, dan bukan cara untuk mempercepat pekerjaan. Manajemen proyek yang baik bukan berarti membuat jadwal kegiatan lebih lama melainkan memperpendek jadwal kegiatan.

Ada beberapa alasan mengapa jadwal kegiatan proyek seharusnya lebih singkat, yaitu : • Jadwal kegiatan yang lebih pendek dapat mengurangi biaya dari keseluruhan proyek

sementara dapat meningkatkan jumlah pekerjaan tanpa penambahan sumber daya.

• Jadwal kegiatan yang lebih pendek akan mempercepat waktu penyelesaian proyek sehingga hasil akhir dari proyek akan dapat seger digunakan, yang kemudian akan sangat berpengaruh terhadap profit yang akan didapatkan dari pengerjaan proyek.

• Jadwal kegiatan yang lebih pendek juga kan meningkatkan kemungkinan untuk memenangkan tender (terutama untuk kontraktor dan konsultan).

Pada awalnya, yaitu pada saat proyek direncanakan, durasi kegiatan direncanakan sesuai durasi yang tersedia (sumber daya normal). Bila kemudian hari penyelesaian dipercepat karena alasan tertentu, maka ada beberapa cara yang bisa dilakukan, yaitu :

1. Perubahan logika pekerjaan a. Kegiatan seri dijadikan paralel

Sebagai contoh, diambil potongan suatu jaringan kegiatan berikut.

Gambar 2.2 Kegiatan Seri (Soeharto, Iman, 1999)

Dari Gambar 2.2 di atas dapat dilihat bahwa kegiatan pembuatan pagar proyek dilakukan setelah kegiatan pengukuran selesai. Namun, sebenarnya kedua kegiatan ini dapat dilakukan secara beramaan selama sumber daya yang dimiliki oleh proyek memadai. Sehingga waktu penyelesaian untk potongan jaringan kegiatan ini dapat dipersingkat menjadi seperti Gambar 2.3.

(21)

 

50 % b. Kegiatan seri dijadikan overlap

Sebagai contoh pada pekerjaan pelat lantai suatu bangunan yang terdiri dari pekerjaan bekisting dan pembesian.

Gambar 2.4 Kegiatan Seri (Soeharto, Iman, 1999)

Pada Gambar 2.4, kedua pekerjaan harus dilakukan secara seri, yaitu pekerjaan bekisting kemudian diikuti oleh pekerjaan pembesian.

Bila ternyata pekerjaan pelat lantai tersebut terbagi atas beberapa lokasi kegiatan, maka kegiatan ini dapat dilakukan secara overlap sehingga waktu penyelesaian bisa dipersingkat. Artinya, di saat kegiatan bekisting sudah dilaksanakan 50 %, kegiatan pembesian sudah bisa dilakukan seperti Gambar 2.5. Sekali lagi, hal ini memungkinkan selama sumber daya yang dimiliki proyek memadai.

Gambar 2.5 Kegiatan Overlap (Soeharto, Iman, 1999)

2. Penambahan produktifitas sumber daya

Dapat dilakukan dengan beberapa cara, yatu sebagai berikut : a. Penambahan jam kerja (lembur)

Dilakukan dengan cara menambah jam kerja setiap ari, tanpa menambah jumlah tenaga kerja. Kerja lembur ini mengandung resiko yang cukup tinggi dan pekerjaan akan sangat berat. Oleh sebab itu, kerja lembur harus mendapat tambahan yang lebih besar dari upah kerja normal, biasanya 1,5 kali sampai 2 kali upah kerja normal.

Apabila dilakukan kerja lembur akan terjadi penurunan produktivitas, yang dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Pekerjaan bekisting

Pekerjaan pembesian

Pekerjaan bekisting

(22)

 

Gambar 2.6 Grafik indikasi menurunnya produktivitas karena kerja lembur (Soeharto, Iman, 1999)

b. Pembagian giliran kerja

Di sini terjadi penambahan jumlah pekerja, karena unit pekerja giliran pagi sampai sore berbeda dengan unit pekerja giliran sore sampai malam. Dengan demikian produktifitas kerja dianggap hampir sama.

c. Penambahan tenaga kerja

Dimaksudkan sebagai penambahan jumlah pekerja dalam satu unit kerja tanpa menambah jam kerjanya. Penambahan tenaga kerja yang optimum akan menambah produktifitas kerja, namun penambahan yang terlalu banyak justru menurunkan produktifitas kerja karena berbagai macam hal, antara lain : terlalu sempitnya lahan untuk bekerja, kesulitan pengawasan dan lain-lain.

d. Penambahan/penggantian peralatan

Dimaksudkan untuk manambah produktifitas kerja, menambah ketelitian kerja dan mengurangi jumlah tenaga kerja manusia.

e. Penggantian/perbaikan metode kkerja

(23)

 

f. Konsentrasi pada kegiatan tertentu

Dilakukan dengan mengkonsentrasikan pelaksanaan pekerjaan yang dianggap khusus, kritis atau tingkat kegagalan tinggi. Konsentrasi ini berarti penambahan tenaga kerja atau peraltan pada kegiatan ini.

g. Kombinasi dari alternatif yang ada

Dalam pelaksanaannya, peningkatan produktifitas sumber daya dapat dilakukan dengan mengkombinasikan alternatif-aternatif yang ada sehingga menghasilkan suatu cara yang paling tepat dan efisien.

b. Jaringan Kerja (Network Planning)

Network planning adalah sebuah cara atau teknik yang sangat membantu dalam sebuah perencanaan, penjadwalan, dan pengawasan sebuah pekerjaan proyek. Prinsip dasar Network

Planning yakni mengelola sebuah proyek mencakup banyak manajemen dan koordinasi berbagai

macam bentuk kegiatan. Ketika beberapa tugas yang harus diselesaikan sudah berada di atas

meja kerja, maka hal ini menjadi suatu tantangan untuk menjaga semua aspek proyek agar

semuanya tetap berjalan dengan lancar.

Untuk memudahkan pelaksanaan sebuah proyek konstruksi, maka diperlukan adanya

sebuah perencanaan yang baik agar seluruh kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Perencanaan

jaringan kerja pada sebuah proyek lebih dikenal dengan istilah network planning (NWP).

Sebuah network planning adalah gambaran kejadian-kejadian dan kegiatan yang

diharapkan akan terjadi dan dibuat secara kronologis serta dengan kaitan yang logis dan

berhubungan antara sebuah kejadian atau kegiatan dengan yang lainnya. Ini juga merupakan

teknik dalam perencanaan kegiatan atau proyek yang dapat menjawab pertanyaan bagaimana

mengelola suatu proyek.

Semenjak dikenalkan pada tahun 1950 di Amerika oleh Du Pont Company secara

independen, network planning mulai berkembang di negara-negara lain. Dua metode awal pada

network planning yang dikenal, yaitu CPM (Critical Path Method) dan PERT (Probability

Evaluation Review Technique). CPM bergantung pada PERT yang dapat mengatasi masalah

penjadwalan kerja. CPM lebih banyak mengarah pada bagian permasalahan biaya dan waktu.

Karakteristik umum dari dua metode ini adalah sebuah proyek bisa menjadi diubah menjadi

paket pekerjaan atau paket kegiatan yang terdefinisi dengan baik.

(24)

 

mampu mengolah data dalam jumlah besar dan kemungkinan kesalahan yang kecil sehingga penyusunan penjadwalan dapat dilakukan dengan lebih cepat dan teliti.

Pada dasarnya program-program tersebut berprinsip pada perhitungan CPM, PDM dan dengan penampilan Gant Chart yang disempurnakan sehingga hubungan keterkaitan setiap kegiatan bisa tergambar dengan jelas.

2.1.4.Kurva S

Kurva S pertama kali dikembangkan atas dasar pengamatan terhadap pelaksanaan sejumlah proyek dari awal hingga selesai.

Kurva S secara grafis adalah penggambaran kemajuan kerja (bobot %) kumulatif pada sumbu vertikal terhadap waktu pada sumbu horizontal. Bobot kegiatan adalah nilai persentase proyek dimana penggunaannya dipakai untuk mengetahui kemajuan proyek tersebut. Kemajuan kegiatan biasanya diukur terhadap jumlah uang yang telah dikeluarkan oleh proyek. Pembandingan kurva S rencana dengan kurva pelaksanaan memungkinkan dapat diketahuinya kemajuan pelaksanaan proyek apakah sesuai, lambat, ataupun lebih dari yang direncanakan (Husein, Abrar, 2009).

Adapun fungsi kurva S adalah sebagai berikut : a. Menentukan waktu penyelesaian proyek.

b. Menentukan waktu penyelesaian bagian proyek. c. Menentukan besarnya biaya pelaksanaan proyek.

d. Menentukan waktu untuk mendatangkan material dan alat yang akan dipakai.

2.1.5.Rencana Anggaran Biaya

Sebelum proyek dimulai, terlebih dahulu diperkirakan secara cermat biaya yang akan dikeluarkan dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang memuat real cost dari proyek yang dikerjakan. Rencana Anggaran Biaya (RAB) adalah perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan proyek. RAB memuat keseluruhan item pekerjaan yang menjadi tanggung jawab kontraktor dan diperinci lagi sehingga RAB juga berisi volume pekerjaan, kebutuhan bahan bangunan dan peralatan, alokasi dan upah tenaga kerja serta pengeluaran lainnya. Dari real cost ini kemudian ditentukan harga borongan untuk lelang. Anggaran biaya pada bangunan yang sama akan berbeda-beda di masing-masing daerah, disebabkan karena perbedaan harga bahan dan upah tenaga kerja.

(25)

 

proyek berjalan, setiap pengeluaran yang terjadi dicatat sesuai dengan butir-butir yang ada dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan dijadikan Realisasi Biaya Pekerjaan (RBP). Jumlah penggunaan dana proyek dalam RBP ini seharusnya lebih kecil atau paling tidak sama

dengan yang tercantum dalam RAB, agar didapat keuntungan perusahaan. Namun dalam usaha memperoleh keuntungan ini mestinya tidak mengurangi kualitas dan kuantitas hasil kerja. Oleh karena itu dibutuhkan suatu pengendalian biaya untuk mencapai tujuan tersebut.

a. Perhitungan Volume

Perhitungan volume pekerjaan adalah bagian paling esensial dalam tahap perencanaan proyek konstruksi. Pengukuran kuantitas/volume pekerjaan konstruksi merupakan suatu proses pengukuran/perhitungan terhadap kuantitas item-item pekerjaan berdasarkan pada gambar atau aktualisasi pekerjaan di lapangan. Dengan mengetahui jumlah volume pekerjaan maka akan diketahui berapa banyak biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek konstruksi tersebut.

b. Analisa Harga Satuan

Analisa harga satuan berfungsi sebagai pedoman awal perhitungan rencana anggaran biaya yang didalamya terdapat angka yang menunjukan jumlah material, tenaga dan biaya persatuan pekerjaan.

Untuk mendapatkan daftar harga baik bahan maupun upah dapat diperoleh melalui berbagai media antara lain :

• Daftar harga yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah setempat. • Daftar harga yang dikeluarkan oleh instansi tertentu.

• Jurnal-jurnal harga bahan dan upah. • Bapenas

• Survei harga di lokasi proyek.

Setelah daftar harga diperoleh kemudian dilakukan analisa harga satuan pekerjaan yang dapat dilakukan dengan perhitungan ataupun dengan menggunakan buku analisa BOW ataupun SNI untuk mendapatkan harga koefisien masing-masing pekerjaan, sehingga kemudian akan dapat dilakukan perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB).

c. Penentuan Biaya

(26)

 

awalnya yang direncanakan. Dengan informasi dari grafik, manajer dapat dengan cepat menimbang alternatif-alternatif yang mungkin diambil dalam memenuhi deadline waktu yang ditentukan.

Biaya Langsung (Direct Cost)

Biaya langsung secara umum menunjukkan biaya tenaga kerja, bahan, peralatan, dan kadang-kadang juga biaya subkontraktor. Biaya langsung akan bersifat sebagai biaya normal apabila dilakukan dengan metode yang efisien, dan dalam waktu normal proyek. Biaya untuk durasi waktu yang dibebankan (imposed duration date) akan lebih besar dari biaya untuk durasi waktu yang normal, karena biaya langsung diasumsikan dikembangkan dari metode dan waktu yang normal sehingga pengurangan waktu akan menambah biaya dari kegiatan proyek. Total waktu dari semua paket kegiatan dalam proyek menunjukkan total biaya langsung untuk keseluruhan proyek. Proses ini membutuhkan pemilihan beberapa kegiatan kritis yang mempunyai biaya percepatan terkecil.

Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)

Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang tidak secara langsung berhubungan dengan konstruksi, tetapi harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek

tersebut (Frederika, Ariany, 2010).

Biaya tidak langsung secara umum menunjukkan biaya-biaya overhead seperti pengawasan, administrasi, konsultan, bunga, dan biaya lain-lain/biaya tak terduga. Biaya tidak langsung tidak dapat dihubungkan dengan paket kegiatan dalam proyek. Biaya tidak langsung secara langsung bervariasi dengan waktu, oleh karena itu pengurangan waktu akan menghasilkan pengurangan dalam biaya tidak langsung.

2.1.6.Mempercepat Waktu Penyelesaian Proyek (Crashing)

Mempercepat penyelesaian waktu proyek adalah suatu usaha menyelesaikan proyek lebih awal dari waktu penyelesaian dalam keadaan normal. Proses mempercepat waktu penyelesaian proyek dinamakan Crash Program. Dengan diadakannya percepatan proyek ini, akan terjadi pengurangan durasi kegiatan pada kegiatan yang akan diadakannya crash program. Akan tetapi, terdapat batas waktu percepatan (crash duration) yaitu suatu batas dimana dilakukan pengurangan waktu melewati batas waktu ini akan tidak efektif lagi.

(27)

 

Percepatan durasi dari suatu jadwal pelaksanaan proyek mengacu pada percepatan dari kegiatan-kegiatan yang ada dalam rangka untuk menyelesaikan proyek lebih cepat. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek ditentukan oleh lintasan kritis, maka untuk mempercepat durasi dari jadwal penyelesaian proyek, seseorang seharusnya memfokuskan pada kegiatan-kegiatan kritis.

Konsekuensi dari percepatan proyek atau crashing program adalah meningkatnya biaya langsung (direct cost)

Ada beberapa metode percepatan durasi proyek, salah satunya adalah metode pertukaran waktu dan biaya (time cost trade off). Percepatan durasi dapat dilaksanakan dengan cara penambahan jumlah tenaga kerja, penambahan jam kerja( lembur), penambahan atau penggantian peralatan yang lebih produktif, dan penggantian material yang dapat membuat pekerjaan lebih cepat tanpa mengurangi mutu serta penyempurnaan metode pelaksanaan konstruksi.

2.1.7.Metode Time Cost Trade Off

Time Cost Trade Off adalah suatu metode untuk mempercepat durasi proyek dengan menambahkan variabel / alternatif tertentu (jam kerja, tenaga kerja, alat, dll).

Metode pertukaran waktu dan biaya (Time Cost Trade Off Method ) memberikan alternatif kepada perencana proyek untuk dapat menyusun perencanaan terbaik sehingga upaya mengoptimalkan waktu dan biaya dalam menyelesaikan suatu proyek, penyelesaian penugasan sumber daya untuk meng-efisiensikan alokasi sumber daya juga diperlukan, sehingga dapat dihasilkan sumber daya yang diinginkan dengan pertambahan biaya yang paling optimum (Buluatie, Nurhadinata, 2013).

(28)

 

2.1.8.Hubungan Antara Waktu dan Biaya

Biaya total proyek adalah penjumlahan dari biaya langsung dan biaya tak langsung yang digunakan selama pelaksanaan proyek. Besarnya biaya ini sangat tergantung oleh lamanya waktu (durasi) penyelesaian proyek, keduanya berubah sesuai dengan waktu dan kemajuan proyek. Meskipun tidak dapat dihitung dengan rumus tertentu, tetapi umumnya makin lama proyek berjalan makin tinggi komulatif biaya tak langsung yang diperlukan (Iman Soeharto, 1999). Gambar 2.7 menunjukkan hubungan antara biaya langsung, biaya tidak langsung dan biaya total proyek. Biaya optimal didapat dengan mencari total biaya proyek terkecil. Untuk hubungan antara waktu dan biaya ditunjukkan pada Gambar 2.8.

(29)

 

Gambar 2.8 Hubungan Waktu – Biaya Normal dan Dipersingkat untuk Suatu Kegiatan (Soeharto, Iman, 1999)

Dengan dipercepatnya durasi suatu proyek maka pasti akan terjadi perubahan biaya dan waktu. Terdapat dua nilai waktu yang akan ditunjukkan tiap aktifitas dalam suatu jaringan kerja saat terjadi percepatan yaitu :

a. Normal Duration

Normal duration adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu aktifitas atau kegiatan dengan sumber daya normal yang ada tanpa adanya tambahan biaya lain dalam sebuah proyek.

b. Crash Duration

Crash duration adalah waktu yang dibutuhkan sebuah proyek dalam usahanya mempersingkat waktu yang durasinya lebih pendek dari normal duration.

Proses percepatan juga menyebabkan perubahan pada elemen biaya yaitu : a. Normal Cost

Normal cost adalah biaya yang dikeluarkan dengan penyelesaian proyek dalam waktu normal. Perkiraan biaya ini adalah pada saat perencanaan dan penjadwalan bersamaan dengan penentuan waktu normal.

b. Crash Cost

(30)

 

2.2.Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Buluatie, Nurhadinata, 2013), proyek Revitalisasi Gedung Badan Pusat Statistik Gorontalo mengalami keterlambatan sehingga dilakukan percepatan durasi proyek untuk mengejar keterlambatan dengan metode pertukaran waktu dan biaya (Time Cost Trade Off Method), yaitu dengan menggunakan penambahan jam kerja lembur ataupun dengan penambahan pekerja. Penambahan jam kerja lembur dan penambahan pekerja memiliki efisiensi waktu optimum proyek selama 170 HK atau 6,67%. Sedangkan untuk efisiensi biaya penambahan jam kerja lembur optimum didapatkan sebesar Rp 4.230.875 atau 0,305% dan penambahan jumlah pekerja memiliki efisiensi biaya optimum proyek adalah sebesar Rp 8.112.500 atau 0,586%. Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa penambahan pekerja lebih efisien dibandingkan penambahan jam kerja lembur dengan keuntungan biaya yang lebih besar.

Penelitian percepatan penyelesaian proyek yang dilakukan oleh (Frederika, Ariany, 2010) pada proyek Pembangunan Super Villa yang mengalami keterlambatan pada pelaksanaannya sebesar 24 % dengan analisis dicoba dari satu jam sampai empat jam kerja menggunakan Metode Analisis Pertukaran Waktu dan Biaya (Time Cost Trade Off Analysis) dapat disimpulkan:

- Biaya optimum didapat pada penambahan satu jam kerja, dengan pengurangan biaya sebesar Rp784.104,16 dari biaya total normal yang jumlahnya sebesar Rp2.886.283.000,00 menjadi sebesar Rp2.885.498.895,84, dengan pengurangan waktu selama 8 hari dari waktu normal 284 hari menjadi 276 hari.

- Waktu optimum didapat pada penambahan dua jam kerja, dengan pengurangan waktu selama 14 hari dari waktu normal 284 hari menjadi 270 hari, dengan pengurangan biaya sebesar Rp700.377,35 dari biaya normal Rp2.886.283.000,00 yang menjadi sebesar Rp2.885.582.622,65.

Berdasarkan hasil analisis (Setiawan, Bagus Budi, 2012) pada proyek Pembangunan Apartemen Tower C Seson City dengan menggunakan metode Time Cost Trade Off dengan tiga alternatif, yaitu penambahan jam kerja lembur, penambahan grup kerja dan penambahan kapasitas alat diperoleh beberapa kesimpulan :

- Dari segi waktu didapat penyelesaian pelaksanaan untuk : Alternatif 1 : 315 hari terjadi pengurangan 40 hari ; Alternatif 2 : 321 hari terjadi pengurangan 34 hari ; Alternatif 3 : 302,5 hari terjadi pengurangan 53 hari ; Dari waktu pelaksanaan riil lapangan 355,5 hari.

(31)

 

Rp.18.166.643.494. dari segi biaya terjadi peningkatan akibat pelaksanaan dari ketiga alternatif tersebut.

- Semua alternatif mengalami penambahan biaya. Kontraktor mempunyai pilihan 3 alternatif yang sesuai dengan pertimbangan antara biaya, waktu dan kondisi yang lain.

Berdasarkan hasil analisa Percepatan durasi proyek oleh (Yana, A.A. Gde Agung, 2006) pada Proyek Rehabilitasi Ruang Pertemuan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali yang dilakukan dengan menganalisis penambahan jam kerja dengan metode Time Cost Trade Off Analysis atau analisa pertukaran waktu dan biaya dapat disimpulkan :

- Dari segi waktu didapat penyelesaian pelaksanaan selama 117 hari dari waktu pelaksanaan normal 150 hari atau terjadi pengurangan durasi selama 33 hari.

(32)

 

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Metode Penelitian

a. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah menerapkan metode time cost trade off pada percepatan durasi proyek dengan dua alternatif, yaitu penambahan jam kerja (lembur) dan penambahan jumlah pekerja dalam pelaksanaan proyek Pembangunan Perumahan Cemara Kuta – Medan yang terletak di Jalan H. Anif.

Yang menjadi objek penelitian adalah Pembangunan Villa 38 unit Type 10 m x 19 m Blok Legian. Alasan pemilihan objek penelitian ini karena pembangunan Villa Blok Legian mengalami keterlambatan pada pelaksanaannya sebesar 12,71 % dari kondisi yang direncanakan. Pada pelaksanaannya, proyek yang berjalan masih 15,20 % dari rencana yaitu sebesar 27,91 %.

b. Pengumpulan Data-Data Proyek

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini didapat langsung dari pihak proyek di lapangan, yaitu :

a. Time Schedule dan Kurva-S b. Rencana Anggaran Biaya (RAB) c. Gambar Proyek

c. Identifikasi Kondisi Proyek dan Hubungan Antar Aktivitas

Setelah data-data yang diperlukan diperoleh, hal pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi kondisi proyek dan hubungan antar aktivitas serta durasi tiap kegiatan. Durasi tiap kegiatan dan hubungan keterkaitan tiap kegiatan diperoleh dari Time Schedule.

Dengan bantuan Microsoft Project, hubungan keterkaitan tiap aktivitas dibentuk dalam jaringan kerja (network planning) sehingga diperoleh kegiatan kritis, free float dan total float.

d. Analisa Data

(33)

 

a. Menghitung crash duration.

Crash duration adalah durasi kegiatan setelah dilakukan crash program pada kegiatan tersebut.

b. Menghitung crash cost.

Crash cost adalah besarnya biaya/upah pekerja yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan dengan kurun waktu dipercepar (crash duration).

c. Menghitung cost slope.

Cost slope adalah pertambahan biaya langsung (direct cost) untuk mempercepat suatu aktifitas per satuan waktu.

Perhitungan crashing program dilakukan untuk tiap-tiap alternatif, yaitu penambahan jam kerja (lembur) dan penambahan tenaga kerja.

e. Penerapan Metode Time Cost Trade Off

Setelah didapat nilai cost slope dari masing-masing kegiatan, maka dilakukan penekanan (kompresi) durasi proyek pada semua aktivitas yang berada pada lintasan kritis dan dimulai dari aktivitas yang mempunyai cost slope terendah. Dari tahap-tahap pengkompresian tersebut akan dicari waktu optimal dari biaya total proyek yang minimal.

f. Kesimpulan

Dari kedua alternatif percepatan setelah dilakukan crash program diperoleh masing-masing total durasi proyek setelah dipercepat dan total cost. Dari total durasi proyek setelah dipercepat dan total cost diperoleh waktu optimum dan biaya optimum.

3.2.Bagan Alir Penelitian

(34)

 

Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian Selesai

Tinjauan Pustaka

Analisis Percepatan Durasi Proyek dengan Metode Pertukaran Waktu dan Biaya

(Time Cost Trade Off / TCTO)

Pengumpulan Data

Data Primer

Normal Duration : diperoleh dari Time Schedule

Normal Cost : diperoleh dari Rancangan

Anggaran Biaya (RAB)

Data Sekunder

• Gambar Proyek

• Analisa Harga Satuan

Identifikasi Kondisi Proyek dan Hubungan Antar Aktivitas

Crashing Program

Penerapan Metode Pertukaran Waktu Dan Biaya (Time Cost Trade Off)

Kesimpulan dan Saran Mulai

Alternatif percepatan durasi

• Penambahan jam kerja / lembur (4 jam kerja saja)

(35)

 

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1.Data Umum Proyek

Nama Proyek : Perumahan Cemara Kuta Nomor Kontrak : 009/CK/1.CC.1/XI/2013 Nilai Kontrak : Rp 24.202.059.091,36

Waktu Pelaksanaan : 51 minggu kalender (306 hari kerja) Tanggal Pekerjaan Dimulai : 18 November 2013

Tanggal Pekerjaan Selesai : 8 November 2014

Lokasi : Jalan H. Anif, Medan

Pemilimk Proyek : PT. Cemara Kuta

Kontraktor : CV. Bangun Karya Utama CV. Gaharu Design

Konsultan Arsitek : HBI (Hish Brand Indonesia) Konsultan Struktur : Ong Gimseng

4.2.Struktur Organisasi

(36)

 

4.3.Gambar Proyek

(37)

 

(38)

 

(39)

   

(40)

 

4.4.Uraian Pekerjaan dan Penjadwalan Proyek

Pada proyek Pembangunan Villa 38 unit Type 10 m x 19 m Blok Legian terdapat 3 (tiga) pekerjaan utama yaitu pekerjaan tanah, pekerjaan struktur dan pekerjaan finishing. Masing-masing bagian tersusun atas item pekerjaan yang lebih spesifik dari kegiatan utama tersebut.

Penjadwalan (time schedule)proyek Pembangunan Villa 38 unit Type 10 m x 19 m Blok Legian menggunakan kurva S. Proyek ini dijadwalkan selesai dalam 51 minggu kalender.

(41)
(42)

 

4.5.Pembiayaan Proyek 4.5.1.Biaya Langsung

Biaya langsung (direct cost) merupakan biaya yang langsung berhubungan dengan pekerjaan konstruksi di lapangan. Biaya langsung diperoleh dengan mengalikan volume pekerjaan dengan harga satuan pekerjaan tersebut.

Yang termasuk biaya langsung dalam proyek ini adalah : 1. Biaya upah pekerja

2. Biaya material/bahan

Adapun rincian biaya langsung villa 10 m x 19 m pada proyek ini adalah seperti tersaji pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Rincian Biaya Langsung (untuk 1 unit)

(43)
(44)

 

Keramik teras dan area cuci jemur lantai 3 (

(45)

 

4.5.2.Biaya Tidak Langsung

Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang tidak secara langsung berhubungan dengan konstruksi, tetapi harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek tersebut.

Yang termasuk biaya tidak langsung dalam proyek ini adalah : 1. Profit

(46)

 

a. Profit

Berdasarkan surat perjanjian pemborongan (kontrak), profit untuk kontraktor besarnya adalah 10% dari biaya langsung (direct cost).

Perhitungan besarnya profit adalah :

Total biaya langsung = Rp 20.001.701.728,40 Profit (10% dari total biaya langsung) = Rp 2.000.170.172,84

b. Pertambahan Pajak Nilai (PPN)

Berdasarkan surat perjanjian pemborongan (kontrak), Pertambahan Pajak Nilai (PPN) sebesar 10% dari real cost ditanggung oleh kontraktor.

Perhitungan besarnya profit adalah :

Total biaya langsung = Rp 20.001.701.728,40 Profit (10% dari total biaya langsung) = Rp 2.000.170.172,84 + Real Cost = Rp 22.001.871.901,24 PPN (10% dari Real Cost) = Rp 2.200.187.190,12

Keseluruhan biaya tidak langsung dalam proyek ini tersaji dalam Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Rincian Biaya Tidak Langsung

NO JENIS BIAYA JUMLAH (Rp)

2. Profit 2.000.170.172,84

4. Pertambahan Pajak Nilai (PPN) 2.200.187.190,12

TOTAL BIAYA TIDAK LANGSUNG 4.200.357.362,96

4.5.3.Biaya Total Proyek

Rincian biaya total pada proyek Pembangunan Villa 38 unit Type 10 m x 19 m Blok Legian adalah seperti tersaji dalam Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Rincian Biaya Total

NO JENIS BIAYA JUMLAH

1. Biaya Langsung 20.001.701.728,40

2. Biaya Tidak Langsung 4.200.357.362,96

(47)

 

4.6.Identifikasi Kondisi Proyek dan Hubungan Antar Aktivitas

Hubungan keterkaitan antar aktivitas didapat dari hasil pengolahan data perusahaan, seperti yang disusun dalam Tabel 4.5 di bawah ini. Dengan bantuan Microsoft Project, hubungan keterkaitan ini dibentuk dalam jaringan kerja untuk mengidentifikasi kegiatan kritis (lihat Lampiran 2).

(48)
(49)
(50)
(51)

 

Kegiatan-kegiatan kritis yang diperoleh adalah sebagai berikut : 1. Pekerjaan Tanah

• Galian tanah pondasi

2. Pekerjaan Pondasi • Potong tiang pancang • Lantai kerja K100 • Pekerjaan bekisting • Pekerjaan besi • Cor pondasi K225

3. Pekerjaan Kolom Stump dan Sloof a. Kolom Stump

4. Pekerjaan Kolom Elv.00-4.20 • Pekerjaan bekisting

• Pekerjaan besi • Cor K225

5. Pekerjaan Balok dan Lantai Elv.4.20 • Pekerjaan bekisting

• Pekerjaan besi • Cor K225

6. Pekerjaan Kolom Elv.4.20-8.20

• Pekerjaan besi • Cor K225

7. Pekerjaan Balok dan Lantai Elv.8.20 • Pekerjaan bekisting

• Pekerjaan besi • Cor K225

8. Pekerjaan Kolom Elv.8.20-11.20 • Pekerjaan bekisting

• Pekerjaan besi • Cor K225

9. Pekerjaan Batu Bata (Lantai 3) • Pasangan batu bata (3/4) 1:4 • Pasangan batu bata (1/2) 1:4 • Plesteran batu bata 1:4 • Acian

10. Pekerjaan Tampak Depan dan Kanopi • Finishing batu alam andesit (setara) • Kisi-kisi besi hollow cat coklat (4,8

M’)

• Finishing semen plester cat coklat • Finishing semen plester cat cream • Finishing semen plester cat putih • Finishing relief atas pintu

(52)

 

4.7.Perhitungan Crashing Program

Untuk mempercepat durasi penyelesaian proyek, maka diadakan percepatan durasi pekerjaan pada kegiatan-kegiatan kritis. Pada tugas akhir ini dilakukan percepatan durasi proyek dengan menggunakan dua alternatif, yaitu penambahan jam kerja (lembur) dan penambahan jumlah pekerja.

4.7.1.Penambahan Jam Kerja (Lembur)

Rencana kerja yang akan dilakukan dalam mempercepat durasi sebuah pekerjaan dengan alternatif penambahan jam kerja (lembur) adalah :

1. Waktu kerja normal adalah 8 jam kerja per hari (08.00 – 17.00) dengan 1 jam istirahat (12.00 – 13.00), sedangkan kerja lembur dilakukan setelah waktu kerja normal selama 4 jam per hari (18.30 – 22.30). Dalam seminggu hanya dilakukan 6 hari kerja, yaitu Senin – Sabtu.

2. Harga upah pekerja untuk kerja lembur menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP.102/MEN/VI/2004 pasal 11 (Anonim, 2004) diperhitungkan sebagai berikut :

a. Untuk 1 jam kerja lembur pertama, harus dibayar upah kerja lembur sebesar 1,5 kali upah sejam.

b. Untuk setiap jam kerja berikutnya, harus dibayar upah kerja lembur sebesar 2 kali upah sejam.

3. Produktifitas untuk 4 jam kerja lembur diperhitungkan sebesar 60% dari produktifitas normal (Soeharto, Iman, 1999).

a. Crash Duration

Langkah-langkah dalam menghitung crash duration : a. Menghitung produktifitas harian

Produkti itas harian Volume pekerjaanDurasi normal

b. Menghitung produktifitas per jam

Produkti itas per jam jam kerja normal harianProd. harian

Di mana :

Jam kerja normal harian = 8 jam c. Menghitung produktifitas lembur

Produkti itas lembur Jam kerja lembur x Koef. produkti itas x Prod. per jam

Di mana :

(53)

 

Koefisien produktifitas = 60%

d. Menghitung produktifitas harian setelah di-crash

Produkti itas harian setelah crash Prod. harian Prod. lembur

e. Menghitung crash duration

Volume pekerjaan Prod. harian setelah crash

(54)

 

Tabel 4.6 Produktifitas harian, Produktifitas per jam, Produktifitas harian setelah di-crash dan Crash Duration tiap kegiatan kritis

URAIAN PEKERJAAN VOLUME DURASI

(HK)

Lembur Prod. Crash

Crash Duration

PEKERJAAN TANAH

Galian tanah pondasi 624,15 M3 18 34,68 4,33 10,40 45,08 14

PEKERJAAN PONDASI

Potong Tiang Pancang 28,58 Titik 24 1,19 0,15 0,36 1,55 18

Lantai Kerja K100 35,64 M3 24 1,49 0,19 0,45 1,93 18

Pekerjaan Bekisting 383,04 M2 24 15,96 2,00 4,79 20,75 18 Pekerjaan Besi 3795,17 KG 24 158,13 19,77 47,44 205,57 18

Cor Pondasi K225 57,46 M3 24 2,39 0,30 0,72 3,11 18

PEKERJAAN KOLOM STUMP dan SLOOF Kolom Stump

Pekerjaan Bekisting 341,27 M2 24 14,22 1,78 4,27 18,49 18

Pembesian 18503,25 KG 24 770,97 96,37 231,29 1002,26 18

Cor K225 62,77 M3 24 2,62 0,33 0,78 3,40 18

Sloof (25/40)

Pekerjaan Bekisting 1784,78 M2 24 74,37 9,30 22,31 96,68 18

Pembesian 13389,51 KG 24 557,90 69,74 167,37 725,27 18

Cor K225 223,1 M3 24 9,30 1,16 2,79 12,08 18

PEKERJAAN KOLOM ELV.00-4.20

Pekerjaan Bekisting 810,52 M2 36 22,51 2,81 6,75 29,27 28

Pembesian 72590,34 KG 36 2016,40 252,05 604,92 2621,32 28

Cor Kolom K225 119,27 M3 36 3,31 0,41 0,99 4,31 28

PEKERJAAN BALOK & LANTAI ELV.4.20

Pekerjaan Bekisting 4539,09 M2 36 126,09 15,76 37,83 163,91 28

Pembesian 54490,71 KG 48 1135,22 141,90 340,57 1475,79 37

Cor Lantai K225 1130,84 M3 48 23,56 2,94 7,07 30,63 37

PEKERJAAN KOLOM ELV.4.20-8.20

Pekerjaan Bekisting 574,56 M2 48 11,97 1,50 3,59 15,56 37

Pembesian 43639,44 KG 60 727,32 90,92 218,20 945,52 46

Cor Kolom K225 98,5 M3 54 1,82 0,23 0,55 2,37 42

(55)

 

Pekerjaan Bekisting 4341,87 M2 48 90,46 11,31 27,14 117,59 37

Pembesian 52999,25 KG 48 1104,15 138,02 331,25 1435,40 37

Cor Lantai K225 474,69 M3 36 13,19 1,65 3,96 17,14 28

PEKERJAAN KOLOM ELV.8.20-11.20

Pekerjaan Bekisting 296,4 M2 48 6,18 0,77 1,85 8,03 37

Pembesian 11005,07 KG 48 229,27 28,66 68,78 298,05 37

Cor Kolom K225 47,42 M3 36 1,32 0,16 0,40 1,71 28

PEKERJAAN BATU BATA Lantai 3

Pasangan Batu Bata (3/4) 1:4 795,15 M2 24 33,13 4,14 9,94 43,07 18 Pasangan Batu Bata (1/2) 1:4 2954,69 M2 36 82,07 10,26 24,62 106,70 28 Plesteran Batu Bata 1:4 6704,53 M2 30 223,48 27,94 67,05 290,53 23

Acian 6704,53 M2 36 186,24 23,28 55,87 242,11 28

PEKERJAAN TAMPAK DEPAN DAN KANOPI

Finishing batu alam andesit (setara) 214,32 M2 60 3,57 0,45 1,07 4,64 46 Kisi-kisi besi hollow cat coklat (4,8 M') 266 Btg 60 4,43 0,55 1,33 5,76 46 Finishing semen plester di nat cat coklat 534,28 M2 60 8,90 1,11 2,67 11,58 46 Finishing semen plester cat cream 472,34 M2 60 7,87 0,98 2,36 10,23 46 Finishing semen plester cat putih 283,1 M2 60 4,72 0,59 1,42 6,13 46 Finishing Rilief atas pintu 532 M' 60 8,87 1,11 2,66 11,53 46

Relief Tiang teras 76 Buah 60 1,27 0,16 0,38 1,65 46

(56)

 

b. Crash Cost

Upah tenaga kerja dalam proyek Pembangunan Villa 38 unit Type 10 m x 19 m Blok Legian adalah :

¾ Mandor = Rp 100.000,00 / OH

¾ Kepala Tukang = Rp 100.000,00 / OH

¾ Tukang (kayu/besi/batu) = Rp 90.000,00 / OH

¾ Pekerja/kenek = Rp 50.000,00 / OH Langkah-langkah dalam menghitung crash cost : a. Menghitung upah kerja harian normal

Upah kerja harian normal Prod. harian x Harga satuan upah kerja

b. Menghitung upah kerja per jam normal

Upah kerja per jam normal Prod. per jam x Harga satuan upah kerja

c. Menghitung upah kerja lembur per hari (4 jam kerja)

Upah kerja lembur per hari jam

, x upah sejam normal x x upah sejam normal

d. Menghitung crash cost tenaga kerja per hari

tenaga kerja per hari upah harian upah kerja lembur per hari

e. Menghitung crash cost total

total per hari x

(57)

 

Tabel 4.7 Upah kerja harian normal, Upah kerja per jam normal, Upah lembur per hari (4 jam kerja), Crash cost per hari dan Crash total tiap kegiatan kritis

Galian tanah pondasi 65.000,00 2.253.875,00 281.734,38 2.113.007,81 4.366.882,81 60.464.531,25

PEKERJAAN STRUKTUR PEKERJAAN PONDASI

Potong Tiang Pancang 27.500,00 32.747,92 4.093,49 30.701,17 63.449,09 1.171.367,79 Lantai Kerja K100 111.260,00 165.221,10 20.652,64 154.894,78 320.115,88 5.909.831,65 Pekerjaan Bekisting 24.850,00 396.606,00 49.575,75 371.818,13 768.424,13 14.186.291,54 Pekerjaan Besi 5.300,00 838.100,04 104.762,51 785.718,79 1.623.818,83 29.978.193,80 Cor Pondasi K225 111.260,00 266.374,98 33.296,87 249.726,55 516.101,53 9.528.028,25

PEKERJAAN KOLOM STUMP dan SLOOF Kolom Stump

Pekerjaan Bekisting 24.850,00 353.356,65 44.169,58 331.271,86 684.628,50 12.639.295,41

Pembesian 5.300,00 4.086.134,38 510.766,80 3.830.750,98 7.916.885,35 146.157.883,41 Cor K225 111.260,00 290.991,26 36.373,91 272.804,30 563.795,56 10.408.533,47

Sloof (25/40)

Pekerjaan Bekisting 24.850,00 1.847.990,96 230.998,87 1.732.491,52 3.580.482,48 66.101.215,05

Pembesian 5.300,00 2.956.850,13 369.606,27 2.772.046,99 5.728.897,12 105.764.254,47 Cor K225 111.260,00 1.034.254,42 129.281,80 969.613,52 2.003.867,93 36.994.484,90

PEKERJAAN KOLOM ELV.00-4.20

Pekerjaan Bekisting 24.850,00 559.483,94 69.935,49 524.516,20 1.084.000,14 30.018.465,48

Pembesian 5.300,00 10.686.911,17 1.335.863,90 10.018.979,22 20.705.890,39 573.393.887,60 Cor Kolom K225 111.260,00 368.610,56 46.076,32 345.572,40 714.182,96 19.777.374,34

PEKERJAAN BALOK & LANTAI ELV.4.20

Pekerjaan Bekisting 24.850,00 3.133.232,96 391.654,12 2.937.405,90 6.070.638,86 168.109.999,11

Pembesian 5.300,00 6.016.682,56 752.085,32 5.640.639,90 11.657.322,46 430.424.214,09 Cor Lantai K225 111.260,00 2.621.192,88 327.649,11 2.457.368,33 5.078.561,21 187.516.106,27

(58)

 

Pekerjaan Bekisting 24.850,00 297.454,50 37.181,81 278.863,59 576.318,09 21.279.437,31

Pembesian 5.300,00 3.854.817,20 481.852,15 3.613.891,13 7.468.708,33 344.709.615,00 Cor Kolom K225 111.260,00 202.946,48 25.368,31 190.262,33 393.208,81 16.333.288,94

PEKERJAAN BALOK & LANTAI ELV.8.20

Pekerjaan Bekisting 24.850,00 2.247.822,28 280.977,79 2.107.333,39 4.355.155,67 160.805.747,81

Pembesian 5.300,00 5.852.000,52 731.500,07 5.486.250,49 11.338.251,01 418.643.114,18 Cor Lantai K225 111.260,00 1.467.055,82 183.381,98 1.375.364,83 2.842.420,64 78.713.187,09

PEKERJAAN KOLOM ELV.8.20-11.20

Pekerjaan Bekisting 24.850,00 153.448,75 19.181,09 143.858,20 297.306,95 10.977.487,50

Pembesian 5.300,00 1.215.143,15 151.892,89 1.139.196,70 2.354.339,85 86.929.471,20 Cor Kolom K225 111.260,00 146.554,14 18.319,27 137.394,51 283.948,65 7.863.193,52

FINISHING

PEKERJAAN BATU BATA Lantai 3

Pasangan Batu Bata (3/4) 1:4 39.800,00 1.318.623,75 164.827,97 1.236.209,77 2.554.833,52 47.166.157,21 Pasangan Batu Bata (1/2) 1:4 26.500,00 2.174.980,14 271.872,52 2.039.043,88 4.214.024,02 116.696.049,76 Plesteran Batu Bata 1:4 27.000,00 6.034.077,00 754.259,63 5.656.947,19 11.691.024,19 269.792.865,87

Acian 5.300,00 987.055,81 123.381,98 925.364,82 1.912.420,62 52.959.340,34

PEKERJAAN TAMPAK DEPAN DAN KANOPI

(59)

 

c. Cost Slope

Cost slope dirumuskan sebagai berikut :

Hasil perhitungan cost slope untuk tiap kegiatan kritis disajikan dalam Tabel 4.8 di bawah ini.

Tabel 4.8 Cost slope tiap kegiatan kritis

URAIAN PEKERJAAN Normal

Duration (HK)

Galian tanah pondasi 18 14 40.569.750,00 60.464.531,25 4.789.484,38

PEKERJAAN PONDASI

Potong Tiang Pancang 24 18 785.950,00 1.171.367,79 69.589,32 Lantai Kerja K100 24 18 3.965.306,40 5.909.831,65 351.094,84 Pekerjaan Bekisting 24 18 9.518.544,00 14.186.291,54 842.787,75 Pekerjaan Besi 24 18 20.114.401,00 29.978.193,80 1.780.962,59 Cor Pondasi K225 24 18 6.392.999,60 9.528.028,25 566.046,84

PEKERJAAN KOLOM STUMP dan SLOOF Kolom Stump

Pekerjaan Bekisting 24 18 8.480.559,50 12.639.295,41 750.882,87

Pembesian 24 18 98.067.225,00 146.157.883,41 8.683.035,55

Cor K225 24 18 6.983.790,20 10.408.533,47 618.356,42

Sloof (25/40)

Pekerjaan Bekisting 24 18 44.351.783,00 66.101.215,05 3.926.980,79

Pembesian 24 18 70.964.403,00 105.764.254,47 6.283.306,52

Cor K225 24 18 24.822.106,00 36.994.484,90 2.197.790,64

PEKERJAAN KOLOM ELV.00-4.20

Pekerjaan Bekisting 36 28 20.141.422,00 30.018.465,48 1.188.903,38

(60)

 

Cor Kolom K225 36 28 13.269.980,20 19.777.374,34 783.297,44

PEKERJAAN BALOK & LANTAI ELV.4.20

Pekerjaan Bekisting 36 28 112.796.386,50 168.109.999,11 6.658.120,04

Pembesian 48 37 288.800.763,00 430.424.214,09 12.785.450,45

Cor Lantai K225 48 37 125.817.258,40 187.516.106,27 5.570.034,88

PEKERJAAN KOLOM ELV.4.20-8.20

Pekerjaan Bekisting 48 37 14.277.816,00 21.279.437,31 632.090,81

Pembesian 60 46 231.289.032,00 344.709.615,00 8.191.486,55

Cor Kolom K225 54 42 10.959.110,00 16.333.288,94 431.261,27

PEKERJAAN BALOK & LANTAI ELV.8.20

Pekerjaan Bekisting 48 37 107.895.469,50 160.805.747,81 4.776.622,35

Pembesian 48 37 280.896.025,00 418.643.114,18 12.435.501,11

Cor Lantai K225 36 28 52.814.009,40 78.713.187,09 3.117.493,61

PEKERJAAN KOLOM ELV.8.20-11.20

Pekerjaan Bekisting 48 37 7.365.540,00 10.977.487,50 326.078,59

Pembesian 48 37 58.326.871,00 86.929.471,20 2.582.179,18

Cor Kolom K225 36 28 5.275.949,20 7.863.193,52 311.427,56

PEKERJAAN BATU BATA Lantai 3

Pasangan Batu Bata (3/4) 1:4 24 18 31.646.970,00 47.166.157,21 2.802.075,47 Pasangan Batu Bata (1/2) 1:4 36 28 78.299.285,00 116.696.049,76 4.621.832,80 Plesteran Batu Bata 1:4 30 23 181.022.310,00 269.792.865,87 12.822.413,63

Acian 36 28 35.534.009,00 52.959.340,34 2.097.493,59

PEKERJAAN TAMPAK DEPAN DAN KANOPI

(61)

 

4.7.2.Penambahan Jumlah Tenaga Kerja

Pada tugas akhir ini, rencana kerja yang akan dilakukan dalam mempercepat durasi sebuah pekerjaan dengan alternatif penambahan jumlah tenaga kerja adalah :

1. Tenaga kerja yang ditambah adalah pekerja dan tukang (batu/kayu/besi).

2. Jumlah penambahan tenaga kerja sebesar 25% dari indeks kebutuhan tenaga kerja per hari. Berikut ini jumlah penambahan tenaga kerja untuk tiap kegiatan kritis yang akan dipercepat durasi pengerjaannya seperti yang disajikan dalam Tabel 4.9.

(62)

 

a. Crash Duration

Langkah-langkah dalam menghitung crash duration : a. Menghitung produktifitas harian

Produkti itas harian Volume pekerjaanDurasi kegiatan

b. Menghitung produktifitas setelah crashing (penambahan jumlah tenaga kerja)

Produkti itas setelah Prod. harian x Total tenaga kerja crashTotal tenaga kerja normal

c. Menghitung crash duration

Volume pekerjaan Prod. setelah

Gambar

Gambar 2.1 Sasaran proyek yang juga merupakan tiga kendala (triple constraint) (Soeharto,
Tabel 2.1 Perbedaan Manajemen Proyek dengan Manajemen Klasik
Gambar 2.5 Kegiatan Overlap (Soeharto, Iman, 1999)
Gambar 2.6 Grafik indikasi menurunnya produktivitas karena kerja lembur (Soeharto, Iman, 1999)
+7

Referensi

Dokumen terkait

“ Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Pengaruh Jam Kerja Lembur Terhadap Biaya Percepatan Proyek Dengan Time Cost Trade Off Analysis ”. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Kemudian dilakukan analisa time cost trade off dengan melakukan penekanan durasi dari pekerjaan yang memiliki cost slope terendah.Pada penambahan 2 jam lembur didapat

OPTIMASI BIAYA DAN WAKTU PROYEK PERUMAHAN DENGAN CARA CRASH PROGRAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE TIME COST TRADE OFF (STUDI LOKASI PERUMAHAN MUTIARA GRAHA AGUNG..

Metode percepatan yang digunakan adalah metode time cost trade off dengan proses crashing menggunakan alternatif penambahan tenaga kerja dan shift kerja.. Crashing

Pekerjan- pekerjaan yang berada pada lintasan kritis tersebut akan dilakukan percepatan dengan alternatif: Penambahan jam kerja 3 jam (kerja lembur) : Waktu kerja

Ada beberapa cara dalam mengatasi keterlambatan proyek, salah satunya adalah duration-cost trade off yaitu dengan melakukan pertukaran silang biaya yang

ANALISIS PENGARUH PERCEPATAN WAKTU PELAKSANAAN TERHADAP BIAYA TIME COST TRADE OFF BERBASIS MICROSOFT PROJECT Studi Kasus: Pembangunan Gedung Lantai III SDN 2 Panjer Tjokorda Istri

Dari ketiga alternatif diperoleh alternatif yang paling efesien yaitu alternatif shift kerja dengan durasi percepatan 161 hari atau 23 minggu dengan biaya untuk mempercepat proyek cost