• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Makan Anak Usia Pra Sekolah (4-6 Tahun) Di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Makan Anak Usia Pra Sekolah (4-6 Tahun) Di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang Tahun 2011"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBIASAAN MAKAN ANAK USIA PRASEKOLAH (4-6 TAHUN) DI TK AL- AMANAH

KECAMATAN SINDANG JAYA KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2011

SKRIPSI

OLEH :

SUZAN KURNIAWATY NIM : 106101003282

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

i Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 24 Juni 2011

(3)

ii GIZI

Skripsi, Juni 2011

Suzan Kurniawaty, NIM : 106101003282

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Makan Anak Usia Pra Sekolah (4-6 Tahun) Di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang Tahun 2011

xii, 86 halaman, 15 tabel, 2 lampiran

ABSTRAK

Kebiasaan makan adalah suatu pola perilaku konsumsi pangan yang diperoleh karena terjadinya berulang-ulang. Kebiasaan makan seseorang terbentuk sejak masih kecil. Suatu kebiasaan makan yang teratur dalam keluarga akan membentuk kebiasaan yang baik bagi anak-anak. Berdasarkan studi pendahuluan diketahui empat dari sepuluh anak memiliki kebiasaan makan buruk (Energi dan Protein < 80%).

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional. Penilaian kebiasaan makan anak menggunakan metode food recall 2x24 jam. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Mei 2011.

Diketahui dari hasil penelitian diketahui anak yang memiliki kebiasaan makan buruk yaitu sebanyak 57 anak (51.8%), dan analisis bivariat diketahui bahwa faktor yang berhubungan dengan kebiasaan makan anak adalah pengetahun ibu tentang gizi dengan Pvalue 0.012, dan jumlah anggota keluarga dengan Pvalue 0.034.

Adapun saran yang bisa diberikan untuk mengubah kebiasaan makan yang buruk pada anak yaitu ibu diharapkan lebih mengetahui lagi tentang pola makan dan asupan konsumsi anak sesuai dengan kebutuhan gizinya, dalam mengkonsumsi makanan sehari-hari biasakan dengan menu seimbang, berikan selingan dengan kualitas gizi yang baik, mengadakan penyuluhan tentang kebiasaan makan yang baik, mengadakan program penyediaan makanan di TK, dan mengadakan perlombaan balita sehat antar TK se-Kecamatan Sindang Jaya.

(4)

iii NUTRITION

Theses, June 2011

Suzan Kurniawaty, NIM : 106101003282

Factors related to the eating habits of pre-school age children (4-6 years old) in kindergarten al-amanah Sindang Jaya subdistrict in Tangerang district in 2011 xii, 86 pages, 15 tables, 2 attachment

ABSTRACT

The habit of eating is a pattern of behavior food consumption obtained because the occurrence of again and again. The habit of eating someone formed since they were small. A habitual eating regular in family will form a custom that is good for children. Based on the study of the prelude known four from ten children having the habit of eating badly (Energy and Protein <80%).

This research is research quantitative by using design cross sectional. Judgment the habit of eating child, using methods food recall 2x24 hours. Research be implemented in April until May 2011.

Known from research results, children who have bad eating habits which is as many as 60 children (51.8%), bivariat analysis and note that factors related to children's eating habits is the mother's knowledge about nutrition with a Pvalue 0.012, and number of family members with a Pvalue 0.034.

(5)

iv Judul Skripsi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBIASAAN MAKAN ANAK USIA PRA SEKOLAH (4-6 TAHUN) DI TK AL-AMANAH

KECAMATAN SINDANG JAYA KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2011

Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 24 Juni 2011

Mengetahui

Minsarnawati, SKM. M.Kes Yuli Amran, SKM. MKM Pembimbing I Pembimbing II

(6)

v

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, 24 Juni 2011

Ketua

Minsarnawati, SKM. M.Kes

Anggota I

Yuli Amran, SKM. MKM

Anggota II

(7)

GIZI

Skripsi, Juni 2011

Suzan Kurniawaty, NIM : 106101003282

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Makan Anak Usia Pra Sekolah (4-6 Tahun) Di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang Tahun 2011

xii, 86 halaman, 15 tabel, 2 lampiran

ABSTRAK

Kebiasaan makan adalah suatu pola perilaku konsumsi pangan yang diperoleh karena terjadinya berulang-ulang. Kebiasaan makan seseorang terbentuk sejak masih kecil. Suatu kebiasaan makan yang teratur dalam keluarga akan membentuk kebiasaan yang baik bagi anak-anak. Berdasarkan studi pendahuluan diketahui empat dari sepuluh anak memiliki kebiasaan makan buruk (Energi dan Protein < 80%).

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional. Penilaian kebiasaan makan anak menggunakan metode food recall 2x24 jam. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Mei 2011.

Diketahui dari hasil penelitian diketahui anak yang memiliki kebiasaan makan buruk yaitu sebanyak 57 anak (51.8%), dan analisis bivariat diketahui bahwa faktor yang berhubungan dengan kebiasaan makan anak adalah pengetahun ibu tentang gizi dengan Pvalue 0.012, dan jumlah anggota keluarga dengan Pvalue 0.034.

Adapun saran yang bisa diberikan untuk mengubah kebiasaan makan yang buruk pada anak yaitu ibu diharapkan lebih mengetahui lagi tentang pola makan dan asupan konsumsi anak sesuai dengan kebutuhan gizinya, dalam mengkonsumsi makanan sehari-hari biasakan dengan menu seimbang, berikan selingan dengan kualitas gizi yang baik, mengadakan penyuluhan tentang kebiasaan makan yang baik, mengadakan program penyediaan makanan di TK, dan mengadakan perlombaan balita sehat antar TK se-Kecamatan Sindang Jaya.

(8)

vi TTL : Tangerang, 19 Juni 1988 Jenis kelamin : Perempuan

Status : Menikah Agama : Islam

No telepon : 081511238866 021-5908983

Alamat : Perumahan Permata Rajeg Blok A1 No.3 Rt.09 Rw.01 Ds. Sukamanah Kec. Rajeg Kab. Tangerang

e-mail : suzankurniawaty@yahoo.com

PENDIDIKAN FORMAL 2006-2011 : Peminatan Gizi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2003-2006 : MAN 1 Tangerang

(9)

vii

Segala puji hanyalah bagi Allah. Kami memuja-Nya, memohon pertolongan-Nya. Kami berlindung kepada-Nya dari segala kejahatan diri dan amal perbuatan jelek kami. Barang siapa yang diberi petunjuk Allah SWT, maka tak seorang pun dapat menyesatkannya. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.

Syukur Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Makan Anak Usia Pra Sekolah (4-6 Tahun) Di TK Al Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang Tahun 2011”, yang merupakan salah satu prasyarat untuk dapat meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan. Selama kita bersabar, berdoa, dan berusaha.

Di dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tentunya tidak akan memberikan hasil yang memuaskan apabila tidak ada bantuan, bimbingan dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT atas segala nikmat-Nya, baik nikmat Iman, Islam dan sehat. 2. Kedua orang tuaku, mama dan papa yang sangat penulis cintai, terima

(10)

viii Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar MARS, selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (FKIK-UIN).

5. Ibu Minsarnawati, SKM, M.Kes, selaku pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu memberikan dorongan, bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu Yuli Amran, SKM, MKM, selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberi dorongan, bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Para staf pengajar Program Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (FKIK-UIN), yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan.

8. Ibu Ade yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang.

9. Para ibu guru yang telah membantu kelancaran penulis dalam penyebaran kuesioner.

10.Seluruh ibu dari anak TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

(11)

ix

12.Teman-teman seperjuangan Kesehatan Masyarakat angkatan 3G FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Semangat kawan-kawan!!

13.Dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih telah membantu proses penyusunan laporan skripsi.

Sebagai manusia biasa yang tak lepas dari salah dan khilaf, penulis sangat sadar bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Karena itu penulis sangat menghargai berbagai bentuk kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan dan perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan bagi pembaca semuanya.

Hanya kepada-Nya syukur dipanjatkan, dan apabila terjadi kesalahan, kepada-Nya kami mohon ampunan. Dialah yang menguasai dan menolong kami. Sebagus –bagus penguasa dan penolong adalah Allah SWT.

Tangerang, Juni 2011

Penulis

(12)

x

Lembar Pernyataan ...i

Abstrak ………......ii

Lembar Pengesahan …..……….....iv

Daftar Isi ……….………....x

Daftar Tabel ………..………xvi Daftar Bagan ………...………xviii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...6

C. Pertanyaan Penelitian ...7

D. Tujuan Penelitian ...8

1. Tujuan Umum ...8

2. Tujuan Khusus ...8

E. Manfaat Penelitian ...9

F. Ruang Lingkup Penelitian ...10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Pra Sekolah ...11

1. Karakteristik Anak Usia Pra Sekolah ...11

(13)

xi

B. Masalah Gizi Anak Usia Pra Sekolah ...19

C. Masalah Gizi di Wilayah Puskesmas Sindang Jaya ………20

D. Kebiasaan Makan ...21

1. Pengertian Kebiasaan Makan ...21

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan ...22

a. Jenis Kelamin ...25

b. Umur ...26

c. Pendidikan Ibu ...26

d. Pekerjaan Ibu ...28

e. Tingkat Pendapatan Orang Tua ...28

f. Pengetahuan Ibu tentang Gizi ...29

g. Sikap Ibu tentang Gizi ...31

h. Jumlah Anggota Keluarga ...35

i. Pantangan ...37

E. Kerangka Teori ...39

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS A. Kerangka Konsep ...40

(14)

xii BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ...45

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...45

C. Populasi dan Sampel ...45

1. Populasi ...45

2. Sampel ...45

D. Instrumen Penelitian ...46

1. Uji Coba ...46

2. kuesioner ...47

E. Pengumpulan Data ………..48

F. Pengukuran Data ………...49

1. Kebiasaan Makan ...49

2. Jenis Kelamin ...49

3. Pendidikan Ibu ………..49

4. Pekerjaan Ibu ………49

5. Pendapatan Orang Tua ………..50

6. Pengetahuan Ibu tentang Gizi ………...50

7. Sikap Ibu tentang Gizi ………..50

8. Jumlah Anggota Keluarga ………50

(15)

xiii

Pengolahan Data ………..51

2. Analisis Data ………52

a. Analisis Univariat ………...52

b. Analisis Bivariat ……….52

BAB V HASIL A. Analisis Univariat ...54

1. Gambaran Kebiasaan Makan Anak ...54

2. Gambaran Jenis Kelamin Anak ...55

3. Gambaran Karakteristik Orang Tua ...55

a. Pendidikan Ibu ...55

b. Pekerjaan Ibu ...56

c. Pendapatan Orang Tua ...56

d. Pengetahuan Ibu ...57

e. Sikap Ibu ...58

f. Gambaran Jumlah Anggota Keluarga ……….58

4. Gambaran Pantangan ………...59

B. Analisis Bivariat ...59

(16)

xiv

3. Analisis Hubungan antara Pekerjaan Ibu dengan Kebiasaan Makan Anak

...62

4. Analisis Hubungan antara Tingkat Pendapatan Orang Tua dengan

Kebiasaan Makan Anak ...63

5. Analisis Hubungan antara Pengetahuan Ibu tentang Gizi dengan

Kebiasaan Makan Anak ...64

6. Analisis Hubungan antara Sikap Ibu tentang Gizi dengan Kebiasaan

Makan Anak ...65

7. Analisis Hubungan antara Jumlah Anggota Keluarga dengan Kebiasaan

Makan Anak ...66

8. Analisis Hubungan antara Pantangan dengan Kebiasaan Makan Anak ..67

BAB VI PEMBAHASAN

A. Gambaran Kebiasaan Makan Anak Usia Pra Sekolah ...68

B. Hubungan Variabel Independen dengan Variabel Dependen ...70

1. Hubungan antara Jenis Kelamin Anak dengan Kebiasaan Makan Anak..70

2. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kebiasaan Makan Anak

...71

(17)

xv

5. Hubungan antara Pengetahuan Ibu tentang Gizi dengan Kebiasaan Makan

Anak ...76

6. Hubungan antara Sikap Ibu tentang Gizi dengan Kebiasaan Makan Anak ...77

7. Hubungan antara Jumlah Anggota Keluarga dengan Kebiasaan Makan Anak ...79

8. Hubungan antara Pantangan dengan Kebiasaan Makan Anak ...80

C. Keterbatasan Penelitian ...81

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ...83

B. Saran ...85

1. Bagi Ibu dari Anak TK ...85

2. Bagi Taman Kanak-kanak ...85

3. Bagi Puskesms/ Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang ...85

4. Bagi Peneliti lain ...86

DAFTAR PUSTAKA

(18)

Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi bagi Anak Pra Sekolah ………..16 Tabel 2.2 Makanan bagi Anak Pra Sekolah ……….19 Tabel 2.3 Status Gizi Balita Kecamatan Sindang Jaya ………20 Tabel 5.1 Distribusi Kebiasaan Makan Anak Di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya

Kab. Tangerang Tahun 2011 ...54 Tabel 5.2 Distribusi Jenis Kelamin Anak Di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya Kab.

Tangerang Tahun 2011 ...55 Tabel 5.3 Distribusi Pendidikan Ibu Dari Anak TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya

Kab. Tangerang Tahun 2011 ...55 Tabel 5.4 Distribusi Pekerjaan Ibu Dari Anak Di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya

Kab. Tangerang Tahun 2011 ...56 Tabel 5.5 Distribusi Pendapatan Orang Tua Dari Anak TK Al-Amanah Kec. Sindang

Jaya Kab. Tangerang Tahun 2011 ...57

Tabel 5.6 Distribusi Pengetahuan Ibu tentang Gizi TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang Tahun 2011 ...57

Tabel 5.7 Distribusi Sikap Ibu tentang Gizi Di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang Tahun 2011 ...58 Tabel 5.8 Distribusi Jumlah Anggota Keluarga Dari Anak TK Al-Amanah Kec.

Sindang Jaya Kab. Tangerang Tahun 2011 ...58 Tabel 5.9 Distribusi Pantangan di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang

(19)
[image:19.612.112.529.177.521.2]

17

...60 Tabel 5.11 Analisis Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kebiasaan Makan Anak Di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang Tahun 2011 ...61 Tabel 5.12 Analisis Hubungan antara Pekerjaan Ibu dengan Kebiasaan Makan Anak Di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang Tahun 2011 ...62 Tabel 5.13 Analisis Hubungan antara Tingkat Pendapatan Orang Tua dengan Kebiasaan Makan Anak Di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang Tahun 2011 ...63 Tabel 5.14 Analisis Hubungan antara Pengetahuan Ibu tentang Gizi dengan Kebiasaan Makan Anak Di TK Al-Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang Tahun 2011 ...64

(20)

Bagan 2.1 Kerangka Teori ………39

(21)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi ini berpengaruh pada pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan kecerdasan. Menurut Depkes (2003), status gizi masyarakat merupakan salah satu faktor penentu kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).

Kualitas sumber daya manusia (SDM) memainkan peran penting dalam pembangunan bangsa. Perkembangan ilmu dan pengetahuan (iptek) yang kini berlangsung amat cepat dan menjadi barometer kemajuan suatu bangsa, membutuhkan SDM berkualitas tinggi. Seiring dengan itu peningkatan derajat kesehatan yang didukung status gizi yang baik menjadi investasi SDM guna membangun keunggulan kompetitif itu. Sutikno (2009), menyatakan bahwa:

“Sumber Daya Manusia merupakan faktor yang sangat menentukan dalam upaya menciptakan pembangunan yang lebih mantap dan maju. Karena manusialah sebagai pelaku yang secara langsung akan memanfaatkan alam berikut isinya. Tanpa sumber daya manusia yang baik tidak mungkin suatu bangsa bisa berkembang dan mampu bersaing di tetengah-tengah percaturan ekonomi dunia internasional.”

(22)

baligh (dewasa). Laki-laki dikatakan dewasa jika telah mengalami mimpi basah. Dan perempuan dikatakan dewasa jika telah mengalami menstruasi (Solikhah, 2008).

Menurut Sunarwati (2009), anak adalah pewaris, penerus dan calon pengemban bangsa. Olah karena itu, tumbuh kembang dan gizi anak harus diperhatikan, karena tumbuh kembang dan gizi anak yang bagus akan memberi kontribusi pada peningkatan kualitas SDM sejak dini. Sebaliknya, akibat kurang gizi berdampak pada penurunan sumber daya manusia.

Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah Anemia Besi, masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), masalah Kurang Vitamin A (KVA) dan masalah obesitas terutama di kota-kota besar (Harahap, 2004).

Masalah gizi buruk di Indonesia memang harus mendapat perhatian khusus. Sampai dengan November 2008, sedikitnya tercatat 4 juta anak Indonesia yang menderita kurang gizi terancam jatuh derajatnya ke gizi buruk. Sekurang-kurangnya ada 27 persen bayi di bawah lima tahun (balita) di Indonesia mengalami gizi buruk (Raditya, 2008).

(23)

1.482 orang dan Kota Tangerang 1.314 orang (Admin, 2009).

Hasil penimbangan bayi usia di bawah lima tahun (balita) tahun 2005, dari 291.634 balita di wilayah Kabupaten Tangerang sebanyak 1120 orang bergizi buruk, dan 16.239 balita bergizi kurang. Sejumlah kecamatan di wilayah (Pantai Utara) Pantura seperti Kronjo, Sepatan, Teluk Naga, atau Pakuhaji menjadi daerah dengan tingkat kasus gizi buruk balita tertinggi. Dan kecamatan Kronjo menjadi wilayah dengan kasus gizi buruk terbesar, di mana terdapat 108 balita dengan gizi buruk dari 9.922 balita tertimbang. Disusul Kecamatan Sepatan dengan 90 kasus dan Pasar Kemis dengan 75 kasus gizi buruk (Siswono, 2006).

Menurut UNICEF (1998) gizi kurang pada anak balita disebabkan oleh beberapa faktor yang kemudian diklasifikasikan sebagai penyebab langsung, penyebab tidak langsung, pokok masalah dan akar masalah. Gizi kurang secara langsung disebabkan oleh kurangya konsumsi makanan dan adanya penyakit infeksi. Makin bertambah usia anak maka makin bertambah pula kebutuhannya. Konsumsi makanan dalam keluarga dipengaruhi jumlah dan jenis pangan yang dibeli, pemasakan, distribusi dalam keluarga dan kebiasaan makan secara perorangan (Supariasa, 2002).

(24)

keluarga (Supariasa, 2002).

Di atas telah dikatakan bahwa salah satu penyebab timbulnya masalah gizi pada anak yaitu kebiasaan makan yang salah. Menurut Suyatno (2010), kebiasaan makan adalah suatu pola perilaku konsumsi pangan yang diperoleh karena terjadinya berulang-ulang. Kebiasaan makan seseorang terbentuk sejak masih kecil. Suatu kebiasaan makan yang teratur dalam keluarga akan membentuk kebiasaan yang baik bagi anak-anak.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada sepuluh sampel anak usia pra sekolah dalam menentukan kebiasaan makan dengan menggunakan food recall 2x24 jam di TK Al Amanah Sindang Jaya tahun 2010, terdapat 4 anak (40%) dengan kebiasaan makan buruk (Energi dan Protein < 80%) dan anak dengan kebiasaan makan baik (Energi dan Protein ≥ 80%) sebanyak 6 anak (60%).

Kebiasaan makan anak dipengaruhi multifaktor, salah satunya yaitu peran ibu. Faktor kepercayaan dan pengetahuan ibu berpengaruh terhadap macam bahan pangan yang dikonsumsi keluarga sehari-hari terutama pemberian makan anak. Ada pula faktor ekonomi, seperti terbatasnya dana untuk membeli makanan yang sarat gizi terutama sumber protein hewani (Khomsan, 2003).

(25)

Penelitian lain yang dilakukan oleh Fatmawati (2001) disebutkan bahwa rata-rata jumlah konsumsi sayuran pada anak sebesar 89,72 gram masih lebih rendah dari anjuran. Selain itu, penelitian Munawaroh (2006), tingkat pengetahuan gizi ibu berhubungan dengan pola makan balita. Tingkat pengetahuan gizi ibu baik dengan pola makan balitanya tidak baik 41,5%, dan pola makan balitanya baik 58,5%, sedangkan pengetahuan gizi ibu kurang baik dengan pola makan balitanya tidak baik 89,8%, dan pola makan balitanya baik 10,2%.

TK Al Amanah terletak di kelurahan Sukaharja dan masuk dalam wilayah kerja Puskesmas Sindang Jaya, jaraknya pun sangat dekat yaitu sekitar 100 m. Salah satu program Puskesmas Sindang Jaya yaitu Posyandu. Para ibu aktif dalam mengikuti kegiatan Posyandu, seperti penyuluhan tentang gizi dll. Dengan begitu, seharusnya para ibu telah mengetahui tentang gizi dan hal lain terkait dengan kesehatan anak. Meskipun tidak semua ibu dari murid TK Al Amanah tinggal di Kelurahan Sukaharja, tetapi sekitar 30% berdomisili di Kelurahan Sukaharja. Dan setelah dilakukan penelitian pendahuluan terhadap 10 orang anak di TK Al Amanah, 4 diantaranya memiliki kebiasaan makan buruk.

(26)

B. Rumusan Masalah

Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang bahwa terdapat 280 ribu bayi di Tangerang dan sekitar 18 ribu bayi di bawah usia lima tahun menderita kekurangan gizi. Sebanyak 17.150 bayi dengan gizi kurang dan 1.180 bayi lainnya mendapat gizi buruk. Hal ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan, ketidakseimbangan cairan tubuh dan penurunan daya tahan tubuh terhadap infeksi karena makanan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh untuk energi dan protein. Salah satu penyebab timbulnya masalah gizi tersebut adalah kebiasaan makan yang salah.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada sepuluh sampel anak usia pra sekolah dalam menentukan kebiasaan makan dengan menggunakan food recall 2x24 jam di TK Al Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang tahun 2010, terdapat 4 anak (40%) dengan kebiasaan makan kurang (Energi dan Protein < 80%) dan anak dengan kebiasaan makan cukup (Energi dan Protein ≥ 80%) sebanyak 6 anak (60%). Meskipun hanya 4

dari 10 anak yang kebiasaan makannya buruk, tetapi hal ini tetap menjadi masalah. Karena jika hal ini dibiarkan dan tidak ditanggulangi segera akan memperburuk keadaan, yang akhirnya dapat mengganggu tumbuh kembang anak.

(27)

kebiasaan makan anak usia pra sekolah. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk membuktikan faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan makan anak usia pra sekolah di TK Al Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang tahun 2011.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran kebiasaan makan anak usia pra sekolah di TK Al Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang tahun 2011?

2. Bagaimana gambaran jenis kelamin anak, tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu, pengetahuan dan sikap ibu tentang gizi, pendapatan orang tua, jumlah anggota keluarga serta pantangan anak usia pra sekolah di TK Al Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang tahun 2011?

3. Apakah ada hubungan antara jenis kelamin anak, pendidikan dan pekerjaan ibu, pengetahuan dan sikap ibu tentang gizi, pendapatan orang tua, jumlah anggota keluarga serta pantangan anak dengan kebiasaan makan anak usia pra sekolah di TK Al Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang tahun 2011?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

(28)

Sindang Jaya Kabupaten Tangerang tahun 2011.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran kebiasaan makan anak usia pra sekolah di TK Al Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang tahun 2011.

b. Diketahuinya gambaran jenis kelamin anak, tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu, pengetahun dan sikap ibu tentang gizi, pendapatan orang tua, jumlah anggota keluarga serta pantangan anak usia pra sekolah di TK Al Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang tahun 2011.

c. Diketahuinya hubungan jenis kelamin anak dengan kebiasaan makan anak usia pra sekolah di TK Al Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang tahun 2011.

d. Diketahuinya hubungan tingkat pendidikan ibu dengan kebiasaan makan anak usia pra sekolah di TK Al Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang tahun 2011.

e. Diketahuinya hubungan pekerjaan ibu dengan kebiasaan makan anak usia pra sekolah di TK Al Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang tahun 2011.

f. Diketahuinya hubungan tingkat pendapatan orang tua dengan kebiasaan makan anak usia pra sekolah di TK Al Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang tahun 2011.

(29)

kebiasaan makan anak usia pra sekolah di TK Al Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang tahun 2011.

h. Diketahuinya hubungan sikap ibu tentang gizi dengan kebiasaan makan anak usia pra sekolah di TK Al Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang tahun 2011.

i. Diketahuinya hubungan jumlah anggota keluarga dengan kebiasaan makan anak usia pra sekolah di TK Al Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang tahun 2011.

j. Diketahuinya hubungan pantangan dengan kebiasaan makan anak usia pra sekolah di TK Al Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang tahun 2011.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pihak Taman Kanak-kanak Al Amanah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kebiasaan makan anak usia prasekolah di TK Al Amanah. Informasi tersebut nantinya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan derajat kesehatan anak usia prasekolah.

2. Bagi Orang Tua

(30)

3. Bagi peneliti

Dapat mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan makan anak usia pra sekolah. Selain itu, juga dapat menjadi bahan pembelajaran untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya.

F. Ruang Lingkup Penelitian

(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anak Pra Sekolah

1. Karakteristik Anak Usia Pra Sekolah

Menurut Widjaja (2002), periode sesudah masa bayi hingga berusia 5 tahun disebut periode masa pra sekolah. Istilah pra sekolah memang tak sepopuler balita (bawah lima tahun). Padahal keduanya membicarakan anak dalam kurun waktu usia yang kurang lebih sama. Anak pra sekolah adalah mereka yang berusia 3-6 tahun (Monks et al. 1994). Pada usia ini kebutuhan gizinya yang semakin besar sejalan dengan perkembangan fisiknya harus diperhatikan.

Seorang anak yang sehat dan cerdas tentu menjadi dambaan setiap orang tua. Untuk membentuk anak yang sehat dan cerdas memang tidaklah mudah. Masa-masa yang sangat menentukan bagi kesehatan dan kecerdasan manusia adalah pada usia 0 (nol) sampai dengan 5 (lima). Pada masa-masa ini penting bagi seorang ibu untuk memberikan perhatiannya, seperti halnya perawatan jasmani anak dalam bentuk pemberian gizi seimbang (Wahyuni, 2001).

Menurut Hardinsyah dan Martianto (1992), masa seorang anak yang berada pada usia kurang dari lima tahun termasuk salah satu masa yang tergolong rawan. Pada umumnya anak perempuan lebih susah makan atau hanya suka pada makanan jajanan yang tergolong hampa kalori dan gizi.

(32)

Perhatian terhadap makanan dan kesehatan bagi anak pada usia ini sangat diperlukan.

Papalia dan Olds (1987) membagi masa kanak-kanak dalam lima tahap, yaitu :

a) Masa Prenatal, yaitu diawali dari masa konsepsi sampai masa lahir. b) Masa Bayi atau Tatih, masa bayi 0-18 bulan sedang masa tatih 18-36

bulan.

c) Masa Kanak-kanak Pertama, yaitu rentang usia 3-6 tahun, masa ini dikenal juga dengan masa prasekolah.

d) Masa Kanak-kanak Kedua, yaitu usia 6-12 tahun, dikenal pula sebagai masa sekolah.

e) Masa Remaja, yaitu masa rentang usia 12-18 tahun.

Karakteristik anak pra sekolah ditinjau dari teori perkembangan Psikososial Erikson adalah mampu melakukan partisipasi dalam berbagai kegiatan fisik dan mampu mengambil inisiatif untuk suatu tindakan yang akan dilakukan (Latifah & Hastuti 2004). Keinginan anak untuk mengambil tindakan sendiri tidak selamanya disetujui oleh orangtuanya. Hal ini dapat menghambat kebebasan mereka, sehingga mereka menjadi ragu dan timbul perasaan bersalah.

(33)

Republik Indonesia Nomor 27 tahun 1990, tujuan pendidikan pra sekolah adalah untuk meletakan dasar perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta anak didik di dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungan (Mendikbud, 1990). Di samping hal tersebut, pendidikan pra sekolah juga membantu untuk pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik di luar lingkungan keluarga (Hawadi, 2001).

Pelchat dan Pliner menemukan beberapa masalah tentang konsumsi makan pada anak yaitu :

a) Anak mengkonsumsi makanan dalam jumlah bahan makanan yang terbatas

b) Kebiasaan makan anak agar makanan secara teratur sangat sulit sekali c) Anak tidak menyukai beberapa makanan seperti sayuran dan buah d) Anak lebih suka mengkonsumsi makanan jenis junk food.

Suhardjo (1989) menyatakan anak yang makan 2 kali sehari merupakan anak yang sering jajan. Di mana jajan yang sering digemari anak-anak adalah jajan yang dibuat sebagian besar bahannya yaitu tepung terigu dan gula yang hanya mendapatkan tambahan energi sedangkan tambahan zat pembangun dan pengatur sangat sedikit.

(34)

Berikan jumlah makanan yang normal pada anak, bukan merupakan masalah jika makanan tersebut tidak dihabiskan. Orang tua terutama ibu jangan memaksakan makanan pada anak, jika ia tidak menyukai makanan tersebut, hilangkanlah dari menunya untuk sementara waktu, sebelum mencobanya kembali (Addy, 1996).

Lund dan Burk dalam Suhrdjo (1989) mengatakan kebutuhan makan pada anak terbentuk karena adanya motivasi yang ditentukan oleh beragam proses kognitif mencakup persepsi, memori, berfikir dan memutuskan untuk bertindak. Faktor yang berkaitan langsung dengan kognitif anak yaitu pengetahuan dan kepercayaan anak terhadap makanan, sikap penilaian anak terhadap makanan.

2. Zat Gizi dan Angka Kecukupan Gizi (AKG)

Angka kecukupan gizi (AKG) adalah banyak nya masing-masing zat gizi yang harus dipenuhi dari makanan untuk mencukupi hampir semua orang sehat. Untuk Indonesia, AKG yang digunakan saat ini secara nasional adalah Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI Tahun 2004. Tujuan utama penyusunan AKG ini adalah untuk acuan perencanaan makanan dan menilai tingkat konsumsi makanan individu/ masyarakat (Almatsier, 2001).

(35)

anak yang mendapat gizi lebih tinggi akan memperoleh kalori yang lebih tinggi juga. Dengan kata lain konsumsi yang melebihi kebutuhan akan menyebabkan gizi lebih, sebaliknya konsumsi gizi yang kurang menyebabkan kondisi kurang atau defisiensi.

Kekurangan energi terjadi apabila masukan energi lebih sedikit dari penggunaan energi, sehingga tubuh akan mengalami keseimbangan energi negatif. Akibatnya, berat badan kurang dari berat badan yang seharusnya. Bila hal ini terjadi pada bayi dan anak-anak akan menghambat pertumbuhan (Almatsier, 2003).

Menurut Sediaoetama (2006), protein merupakan zat gizi yang sangat penting, karena yang paling erat hubungannya dengan proses-proses kehidupan. Protein merupakan asam amino dan zat yang penting bagi tubuh disamping air, lemak, mineral, karbohidrat dan berbagai vitamin. Protein berguna sebagai pembentuk energi dan asupan energi yang ditunjukkan tergantung dari macam dan jumlah bahan makanan nabati dan hewani yang dikonsumsi setiap harinya.

[image:35.612.140.548.131.492.2]
(36)
[image:36.612.135.524.119.516.2]

Tabel 2.1

Angka Kecukupan Gizi (AKG) bagi Anak Pra Sekolah

JENIS ZAT GIZI KELOMPOK USIA

1-3 Tahun 4-6 Tahun

Energi (Kkal) 1000 1550

Protein (g) 25 39

Vitamin A (RE) 400 450

Vitamin D (µg) 5 5

Vitamin E (mg) 6 7

Vitamin K (µg) 15 20

Thiamin (mg) 0.5 0.6

Riboflavin (mg) 0.5 0.6

Niacin (mg) 6 8

Asam folat (µg) 150 200

Piridoksin (mg) 0.5 0.6

Vitamin B12 (µg) 0.9 1.2

Vitamin C (mg) 40 45

Kalsium (mg) 500 500

Fosfor (mg) 400 400

Magnesium (mg) 60 80

Besi (mg) 8 9

Yodium (µg) 90 120

Seng (mg) 8.2 9.7

Selenium (µg) 17 20

Mangan (mg) 1.2 1.5

Fluor (mg) 0.6 0.8

Sumber: Widyakarya Pangan dan Gizi Tahun, 2004

3. Pengaturan Makan Anak Pra Sekolah

(37)

Agar dapat menumbuhkan minat dan nafsu makan anak, harus terus-menerus diupayakan berbagai cara. Dalam memberikan makanan, hendaknya diperhatikan hal-hal berikut: (Santoso, 2004)

a. Porsi makanan tidak terlalu besar. Untuk anak yang banyak makannya, dapat diberikan tambahan makanan

b. Makanan cukup basah (tidak terlalu kering) agar mudah ditelan anak c. Potongan makanan dan ukuran makanan cukup kecil sehingga mudah

dimasukkan ke dalam mulut anak dan mudah dikunyah d. Tidak berduri atau bertulang kecil

e. Sedikit atau tidak terasa pedas, asam dan berbumbu tajam f. Bersih, rapi dan menarik dari segi warna dan bentuk

g. Cukup bervariasi bahan dan jenis hidangannya sehingga anak tidak bosan dan anak belajar mengenal berbagai jenis bahan makanan dan hidangan h. Menggunakan alat makan dengan ukuran yang sesuai untuk anak TK.

Tidak berbahaya (dapat pecah dan tajam seperti kaca), dan juga dapat dibersihkan dan disimpan dengan mudah dan baik.

Jadwal pemberian makan sama dengan orang dewasa, yaitu tiga kali makanan utama (pagi, siang dan malam) dan dua kali makanan selingan (di antara dua kali makanan utama). Makanan yang dikonsumsi, yang dianjurkan adalah makan seimbang yang terdiri atas: (Santoso, 2004)

(38)

b. Sumber zat pembangun, misalnya ikan, telur, ayam, daging, susu, kacang-kacangan, tahu, tempe dan sebagainya

c. Sumber zat pengatur, misalnya sayur-sayuran dan buah-buahan terutama yang berwarna hijau dan kuning.

4. Makanan bagi Anak Pra Sekolah

Menurut Pudjiadi (1993) penyakit gangguan gizi seperti KKP, defisiensi vitamin A dan sebagainya terdapat terutama pada golongan umur ini, karena anak-anak dari golongan sosial-ekonomi rendah jarang mengunjungi balai pengobatan. Pemerintah berusaha agar anak prasekolah dapat perawatan kesehatan yang baik dengan tersebarnya balai pengobatan (puskesmas) di kota maupun desa dan posyandu, diantaranya untuk memberi nasihat gizi.

(39)
[image:39.612.138.533.124.513.2]

Tabel 2.2

Makanan bagi Anak Pra Sekolah

Makan pagi Makan siang Makan malam

a) Bubur beras atau roti diolesi

dengan mentega/ margarin b) Telur, daging

atau ikan c) Satu gelas

susu

a) Nasi

b) Daging, ayam, ikan, telur, tahu atau tempe

c) Sayur seperti tomat, wortel, bayam

d) Satu gelas susu

a) Nasi/ roti diolesi dengan

mentega/ margarin

b) Daging, ayam, ikan, telur, tahu atau tempe c) Sayur mayur d) Buah atau

puding

e) Satu gelas susu Sumber: Ilmu Gizi Klinis pada Anak Tahun, 1993

Di antara makan pagi dan siang, juga antara makan siang dan malam anak dapat diberi snack seperti biskuit, keju, kue basah, es krim. Jangan memberikan makanan tersebut terlalu banyak hingga mengganggu nafsu makannya di waktu makan siang atau malam (Pudjiadi, 1993).

B. Masalah Gizi Anak Usia Pra Sekolah

(40)

Menurut Santoso (2004), ada beberapa penyakit yang berhubungan dengan gizi. penyakit-penyakit ini dapat dibagi dalam beberapa golongan, yaitu: 1) Penyakit gizi lebih (obesitas)

2) Penyakit gizi kurang (malnutrition, undernutrition) 3) Penyakit metabolik bawaan (inborn erros of metabolism) 4) Penyakit keracunan makanan (food intoxication).

C. Masalah Gizi di Wilayah Puskesmas Sindang Jaya

[image:40.612.134.547.143.629.2]

Masih tingginya gizi buruk diwilayah PKM Sindang Jaya yaitu sebanyak 66 balita (0.29%). Selain itu, masih rendahnya kesadaran keluarga bahwa anak adalah aset keluarga yang bernilai ekonomi juga membuat masyarakat yang mempunyai balita dengan gizi buruk sulit untuk diajak berobat karena keterbatasan biaya dan tidak adanya pemahaman bahwa anak sehat adalah aset yang baik bagi keluarga.

Tabel 2.3

Status Gizi Balita Kecamatan Sindang Jaya

Tahun Gizi Buruk Kurang Gizi Gizi Baik Gizi Lebih

2005 73 459 5325 36

2006 36 384 11015 59

2007 24 218 4630 7

2008 66 483 6021 23

(41)

D. Kebiasaan Makan

1. Pengertian Kebiasaan Makan

Kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia terhadap makanan meliputi sikap, kepercayaan, pemilihan dalam mengkonsumsi makanan yang diperoleh secara berulang-ulang. Kebiasaan makan terbentuk dalam dua tahun pertama kehidupan anak dan berpengaruh terhadap kebiasaan makan pada tahun-tahun berikutnya. Kebiasaan makan anak sangat tergantung pada kebiasaan makan keluarga di rumah (Khumaidi, 1989).

Menurut Sanjur (1982), terdapat dua dasar pemikiran mengenai kebiasaan makan yang terdapat pada diri seseorang yaitu:

a) Kebiasaan makan yang terbentuk pada seseorang sebagai faktor budaya karena dipelajari

b) Kebiasaan makan yang sengaja dipelajari.

Menurut Husaini (1988) dalam Wahyuningsih (2004), terdapat 3 hal pokok yang dapat memepengaruhi kebutuhan makan yaitu pengetahuan, sikap, dan praktek. Beberapa ahli berpendapat bahwa sikap berdasarkan nilai akan bersifat resisten terhadap perubahan, sebaliknya pengetahuan dan praktek lebih bersifat dinamik sehingga lebih mudah terjadi modifikasi, karena itu pengetahuan dan praktek lebih dahulu berubah yang akan membawa perubahan pada sikap seseorang terhadap makanan.

(42)

seseorang atau sekelompok masyarakat itu tidak dapat diubah, melainkan bisa berubah. Perubahan kebiasaan makan sangat dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu:

a) Perubahan lingkungan,

b) Penerimaan/penolakan individu terhadap makanan, dan c) Perubahan makanan itu sendiri.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan

Menurut Khumaidi (1989), sikap orang terhadap makan dapat bersifat positif atau negatif. Sifat positif dan negatif terhadap makanan bersumber pada nilai-nilai yang bisa langsung dirasakan karena kesukaan seseorang akan sesuatu hal yang berasal dari faktor eksternal dan internal.

Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi kebiasaan makan yaitu : a) Lingkungan Alam

Pola makanan masyarakat pedesaan di Indonesia pada umumnya diwarnai oleh jenis-jenis bahan makanan yang umum dan dapat diproduksi setempat. Misalnya pada masyarakat nelayan di daerah-daerah pantai, ikan merupakan makanan sehari-hari yang dipilih karena dapat dihasilkan sendiri. Pola pangan pokok menggambarkan salah satu ciri dari pola makan.

b) Lingkungan Sosial

(43)

mempunyai pola makan yang berbeda-beda sesuai dengan kebudayaan yang telah dianut turun temurun.

c) Lingkungan Budaya dan Agama

Lingkungan budaya yang berkaitan dengan pola makan biasanya meliputi nilai-nilai kehidupan rohani dan kewajiban-kewajiban sosial. Pada masyarakat Jawa ada kepercayaan bahwa nilai-nilai spiritual yang tinggi akan dapat dicapai oleh seorang ibu atau anaknya apabila ibu tersebut sanggup memenuhi pantangan-pantangan dalam hal makanannya.

d) Lingkungan Ekonomi

Distribusi pangan banyak ditentukan oleh kelompok-kelompok masyarakat menurut taraf ekonominya. Golongan masyarakat ekonomi kuat mempunyai pola makan yang cenderung beras, dengan konsumsi rata-rata melebihi angka kecukupannya. Sebaliknya, golongan masyarakat ekonomi paling lemah mempunyai pola makan yang memberikan nilai gizi di bawah kecukupan jumlah maupun mutunya.

Adapun yang termasuk faktor-faktor internal yaitu : 1) Asosiasi Emosional

(44)

kecilnya dipaksa orang tuanya untuk makan telur rebus setiap hari meskipun sudah bosan.

2) Keadaan Jasmani dan Kejiwaan yang Sedang Sakit

Keadaan (status) kesehatan sangat mempengaruhi pola makan. Bosan,lelah, kecewa, putus asa adalah ketidakseimbangan kejiwaan yang dapat mempengaruhi pola makan. Pengaruhnya dapat berupa berkurangnya nafsu makan sebagai tempat pelarian.

3) Penilaian yang Lebih terhadap Mutu Makanan

Pola pangan yang sudah berurat-berakar diikuti, mempunyai ikatan kuat dengan tradisi kehidupan masyarakat meskipun kadang-kadang dituntut usaha yang lebih berat untuk memenuhinya atau tambahan pengeluaran. Dari segi gizi, pola makan ada yang baik yaitu yang menunjang terpenuhinya kecukupan gizi, tetapi tak kurang pula yang jelek yaitu yang menghambat terpenuhinya kecukupan gizi. Pola makan yang jelek antara lain ialah adanya tabu (pantangan) yang justru berlawanan dengan konsep-konsep gizi seperti anak-anak dilarang makan daging / ikan dengan alasan menyebabkan cacingan.

(45)

persahabatan. Semua faktor bercampur membentuk suatu ramuan yang kompak yang disebut dengan pola konsumsi (Santoso, 2004).

Menurut Krondl dan Lau (1985) dalam Susanto (1995) dalam upaya memperkenalkan kebiasaan makan yang baik perlu diperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhi yaitu persepsi (wawasan konsumsi makanan termasuk pengetahuan, sistem kepercayaan, prestise, rasa dan kebutuhan), faktor dalam (jenis kelamin, umur, kegiatan) dan faktor luar (budaya, ekonomi dan ciri masyarakat). Faktor-faktor tersebut pada gilirannya akan mempengaruhi seseorang dalam memilih makanan dan dilakukan tindakan makanan yang selanjutnya kebiasaan makan tersebut akan berpengaruh pada status gizi. Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan anak usia pra sekolah:

a. Jenis Kelamin

(46)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Herawati (1998) di Jakarta Timur menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kebiasaan makan anak.

b. Umur

Menurut Apriadji (1986) salah satu faktor internal yang mempengaruhi konsumsi makanan adalah umur, dimana umur dapat menentukan kebutuhan gizi seseorang. Sehingga dengan semakin bertambahnya umur akan semakin meningkat pula kebutuhan gizi seseorang.

Golongan usia anak meliputi anak prasekolah (1-6 tahun), anak sekolah (7-12 tahun), dan golongan remaja (13-18 tahun). Tiap golongan mempunyai kebutuhan gizi berbeda sesuai dengan kecepatan dan aktifitas yang dilakukan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Herawati (1998) di Jakarta Timur menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan kebiasaan makan anak.

c. Pendidikan Ibu

(47)

Pengetahuan gizi ibu yang baik diharapkan dapat diwujudkan dalam penyediaan makan sehari-hari dalam keluarga dan memberi pendidikan gizi pada anak (Suhardjo, 1989).

Seseorang yang hanya berpendidikan sekolah dasar belum tentu tidak dapat menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi, karena bila rajin mendengar penyuluhan-penyuluhan gizi tidak mustahil tingkat pengetahuan gizi menjadi lebih baik, walaupun demikian memang dapat menerima informasi khususnya gizi (Apriadji, 1986). Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pemilihan makanan sehari-hari, hal ini terjadi karena semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi pengetahuannya yang memungkinkan seseorang mempunyai kesadaran lebih tinggi terhadap suatu hal (Husaini, 1989).

Tingkat pendidikan ibu merupakan faktor penting yang mampu menggambarkan status sosial dan merupakan dasar pengambilan keputusan dan bertindak. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka semakin tinggi tingkat pengetahuan gizinya yang berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan yang dikonsumsi dalam keluarga (Irawati, 1999 dalam Wahyuningsih 2004 ).

(48)

d. Pekerjaan Ibu

Menurut Senduk (2000), keluarga dengan satu orang pencari nafkah (pendapatan) dalam hal ini ibu tidak bekerja akan memiliki biaya hidup yang lebih sedikit dibandingkan dengan keluarga dengan dua orang yang bekerja tetapi mereka memiliki keuntungan lebih, dimana ibu tinggal di rumah untuk lebih memperhatikan anak-anaknya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Wahyuningsih (2004), menunjukkan sebagian besar ibu tidak bekerja dan sebagian kecilnya bekerja. Penelitian lain yang dilakukan Herawati (1998) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara kebiasaan makan anak dengan pekerjaan ibu.

e. Tingkat Pendapatan Orang Tua

(49)

Namun demikian Soehardjo (1989) menambahkan bahwa pengeluaran uang yang lebih banyak untuk pangan tidak menjamin lebih beragamnya konsumsi pangan. Berg (1986) juga mengatakan bahwa peningkatan pendapatan tidak selalu membawa perbaikan pada konsumsi pangan karena walaupun banyak pengeluaran untuk pangan, belum tentu kualitas makanan yang dikonsumsi lebih baik. Perlu juga diketahui bahwa peningkatan pendapatan walaupun meningkatkan pengeluaran belum tentu pengeluaran itu digunakan untuk pangan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Wahyuningsih (2004) didapatkan sebagian besar orang tua berpendapatan rendah dan sebagian kecilnya berpendapatan tinggi. Penelitian lain yang dilakukan Yudi (2007) menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan makan anak dengan pendapatan orang tua.

f. Pengetahuan Ibu tentang Gizi

Menurut Depdikbud (1994), pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui; kepandaian. Gizi adalah zat makanan pokok yang diperlukan bagi pertumbuhan dan kesehatan badan (Depdikbud, 1994). Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu sebagai berikut :

1) Tahu (know)

(50)

adalah mengingat kembali (recall) suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai mengingat suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagi kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipejari pada situasi atau kondisi sebenarnya. 4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesisi (synthetis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi (evaluation)

(51)

Menurut Suhardjo (1989), suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada tiga kenyataan :

1) Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan.

2) Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan dan energi.

3) Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi kesejahteraan gizi.

Berdasarkan penelitian Wahyuningsih (2004) didapatkan bahwa ibu yang berpengetahuan kurang dan cukup sebesar 50%. Penelitian lain yang dilakukan Munawaroh (2006) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi dengan kebiasaan makan anak.

g. Sikap Ibu tentang Gizi

(52)

Skala Likert dikembangkan oleh Rensis Likert tahun 1932 dikenal juga dengan nama skala sikap. Pada skala likert variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi yaitu sangat positif dan negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain : sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju.

Untuk penilaian pada pernyataan sikap positif maka jawaban itu dapat diberi skor yaitu :

1. Sangat setuju : 4

2. Setuju : 3

3. Ragu-ragu : 2

4. Tidak setuju : 1 5. Sangat tidak setuju : 0

(53)

Ciri-ciri dari sikap menurut Sarwono (2000) adalah : 1) Dalam sikap selalu terdapat hubungan subjek objek.

2) Sikap tidak dibawa sejak lahir, melainkan dipelajari dan dibentuk melalui pengalaman.

3) Sikap dapat berubah-ubah sesuatu dengan keadaan lingkungan di sekitar individu.

4) Sikap tidak menghilang meskipun kebutuhan sudah terpenuhi.

Beberapa anggapan dan kondisi orang tua dan masyarakat yang justru merugikan penyediaan makanan bagi anak pra sekolah yaitu : 1) Anak prasekolah masih dalam periode transisi dari makanan bayi ke

makanan orang dewasa sehingga masih memerlukan adaptasi.

2) Anak balita dianggap kelompok umur yang belum berguna bagi keluarga, karena belum sanggup ikut dalam membantu menambah pendapatan keluarga. Anak tidak begitu diperhatikan baik kebutuhan gizinya ataupun kebutuhan lainya.

3) Ibu sudah mengandung atau mempunyai anak kecil lagi, atau sudah bekerja secara penuh sehingga kurang perhatian kepada anak.

4) Berbagai pantangan mengenai makanan banyak dikenalkan pada anak jauh di bawah kebutuhannya.

(54)

Anak pra sekolah umumnya bersikap aktif, mereka sangat tertarik untuk mencoba makanan baru dan menikmati rasa tekstur yang berbeda. Para orang tua dalam hal ini dijadikan modal dalam membuka pikiran anak untuk memperkenalkan berbagai jenis makanan dan menjelaskan bahaya yang ditimbulkan jika anak tidak mengkonsumsi.

Tingkatan sikap (Sarwono, 2000) yaitu : 1) Menerima (receiving)

Diartikan bahwa anak (subyek) mau dan memperhatikan stimulus diberikan obyek.

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. 3) Menghargai (valving)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendistribusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala yang telah dipilih dengan segala resikonya.

(55)

mengatakan sikapnya terhadap anaknya melalui pemberian makanan, kasih sayang, memberi dorongan, memarahi, mencemaskan memberi perlindungan, di mana hal tersebut meninggalkan inpresi yang lama hilangnya dalam memori anak (Suhardjo, 1989).

Dari hasil penelitian Herawati (1998) didapatkan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan makan anak dengan sikap ibu tentang gizi. Penelitian lain yang dilakukan Wahyuningsih (2004) menyatakan bahwa sebagian besar ibu memiliki sikap yang positif tentang gizi dan sebagian kecilnya bersikap negatif tentang gizi.

h. Jumlah Anggota Keluarga

(56)

Sediaoetama (1993) menambahkan, dengan semakin bertambahnya anggota keluarga, maka pengaturan pengeluaran untuk pangan sehari-hari relative semakin sulit. Hal ini menyebabkan kuantitas dan kualitas pangan yang diperoleh semakin tidak mencukupi untuk masing-masing anggota keluarga, termasuk anak-anak.

Sumber pangan keluarga, terutama mereka yang sangat miskin, akan lebih mudah memenuhi kebutuhan makanannya jika yang harus diberi makan jumlahnya sedikit. Anak yang tumbuh dalam suatu keluarga yang miskin adalah paling rawan terhadap kurang gizi diantara seluruh anggota keluarga dan anak yang paling kecil biasanya paling terpengaruh oleh kekurangan pangan. Sebagian memang demikian, sebab seandainya besarnya keluarga bertambah, maka pangan untuk setiap anak berkurang dan banyak orang tua tidak menyadari bahwa anak-anak yang sangat muda memerlukan pangan relatif lebih banyak daripada anak-anak yang lebih tua (Suhardjo, 1989).

(57)

i. Pantangan

Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan tertentu masih sering dijumpai terutama di daerah pedesaan, misalnya larangan terhadap anak untuk makan telur, ikan ataupun daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada dasarnya dan hanya diwarisi secara turun temurun, padahal anak sangat memerlukan bahan makanan tersebut guna keperluan pertumbuhan tubuhnya (Moehji, 2002).

Unsur-unsur budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan makan penduduk yang kadang-kadang bertentangan dengan prinsip-prinsip ilmu gizi. Misalnya bahan-bahan makanan tertentu oleh sesuatu budaya masyarakat dapat dianggap tabu untuk dikonsumsi karena alasan-alasan tertentu (Suhardjo, 2003). Dikemukakan juga oleh Nency dan Thohar (2005), bahwa kebiasaan, mitos atau kepercayaan/ adat istiadat masyarakat tertentu yang tidak benar dalam pemberian makan akan sangat merugikan anak.

(58)

karena menurut kepercayaan, ikan dapat menyebabkan cacingan, sakit mata atau sakit kulit. Di tempat lain kacang-kacangan yang kaya dengan protein seringkali tidak diberikan kepada anak-anak karena khawatir perut sang anak akan kembung.

(59)

E. Kerangka Teori

Berdasarkan Khumaidi (1989), Krondl dan Lau (1985) dalam Susanto (1995) diperoleh kerangka teori dibawah ini.

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Jenis kelamin

Umur

Pantangan

Pendidikan ibu

Sikap ibu tentang gizi Pekerjaan ibu

Jumlah anggota keluarga Tingkat pendapatan

orang tua Pengetahuan ibu

tentang gizi

(60)

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan makan anak usia pra sekolah di TK Al Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang. Variabel dependen yang diteliti dalam penelitian ini adalah kebiasaan makan anak usia pra sekolah, sedangkan variabel independen dari penelitian ini adalah jenis kelamin anak, pendidikan dan pekerjaan ibu, tingkat pendapatan orang tua, pengetahuan dan sikap ibu tentang gizi, jumlah anggota keluarga serta pantangan. Sedangkan variabel yang tidak diteliti yaitu umur, karena bersifat homogen.

Berdasarkan kerangka teori yang ada, maka disusun kerangka konsep penelitian seperti pada bagan 3.1.

(61)

pra sekolah

Kerangka Konsep

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Makan Anak Usia Pra Sekolah (4-6 tahun) di TK Al Amanah Kec.

Sindang Jaya Kab. Tangerang tahun 2011

(62)

Variabel Definisi Operasional Cara ukur Alat ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Kebiasaan makan anak

Cara anak dalam memilih dan mengkonsumsi makanan yang diperoleh secara berulang-ulang sehingga Energi dan Protein anak

terpenuhi

Food recall 2x24 jam

Form food recall 24 jam

1. Buruk Jika energi dan protein <80% AKG

2. Baik Jika energi dan protein ≥80% AKG (Supariasa, 2001) Ordinal Jenis kelamin anak

Perbedaan sex anak yang didapat sejak lahir

Angket Kuesioner 1. Peremp uan 2. Laki-laki Nomina l Pendidikan ibu Tingkat sekolah formal terakhir yang pernah diselesaikan oleh ibu

Angket Kuesioner 1. Rendah Menempuh pendidikan SD dan SMP 2. Tinggi Menempuh pendidikan SMA dan Perguruan Tinggi (BPS, 2001) Ordinal Pekerjaan ibu Pekerjaan atau kegiatan ibu baik di dalam/ di luar rumah untuk mendapatkan penghasilan

Angket Kuesioner 1. Bekerja 2. Tidak bekerja (Matondang, 2003)

(63)

Definisi Operasional (Lanjutan)

Variabel Definisi Operasional Cara ukur Alat ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

Tingkat pendapatan orang tua

Pendapatan bapak dan ibu (jika bekerja) setiap bulan

Angket Kuesioner 1. Rendah Jika < Rp

1.243.000,- 2. Tinggi Jika ≥ Rp

1.243.000,- (UMR Kab. Tangerang, 2010) Ordinal Pengetahun ibu tentang gizi Kemampuan ibu dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang zat gizi dalam makanan serta kegunaannya bagi tubuh anak yang telah disediakan

Angket Kuesioner 1. Kurang Jika jawaban benar < 80% 2. Cukup

Jika jawaban benar ≥ 80% (Khomsan, 2003) Ordinal Sikap ibu tentang gizi Pernyataan setuju atau tidak setuju ibu tentang gizi terkait kebiasaan makan anaknya

Angket Kuesioner 1. Negatif , jika jumlah skor sikap < mean 2. Positif, jika jumlah skor > mean Ordinal Jumlah anggota keluarga Jumlah seluruh keluarga yang tinggal dalam satu rumah

Angket Kuesioner 1. Besar : > 4 2. Kecil : ≤ 4 (Ratnawati, 1997)

Ordinal

Pantangan Makanan yang dihindari karena dikhawatirkan dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada anak

Angket Kuesioner 1. Ada, jika ada satu jenis atau lebih makanan yang tidak boleh dikonsumsi anak

2. Tidak ada,

(64)

jika tidak ada satu jenispun makanan yang dipantang C. Hipotesis

1. Ada hubungan antara jenis kelamin anak dengan kebiasaan makan anak usia pra sekolah di TK Al Amanah

2. Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan kebiasaan makan anak usia pra sekolah di TK Al Amanah

3. Ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan kebiasaan makan anak usia pra sekolah di TK Al Amanah

4. Ada hubungan antara tingkat pendapatan orang tua dengan kebiasaan makan anak usia pra sekolah di TK Al Amanah 5. Ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi dengan

kebiasaan makan anak usia pra sekolah di TK Al amanah 6. Ada hubungan antara sikap ibu tentang gizi dengan kebiasaan

makan anak usia pra sekolah di TK Al Amanah

7. Ada hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan kebiasaan makan anak usia pra sekolah di TK Al Amanah 8. Ada hubungan antara pantangan makanan dengan kebiasaan

(65)

45

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional study dimana informasi data dan pengukuran variabel independen dan variabel dependen diambil pada waktu yang sama untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan makan anak usia pra sekolah (4-6 tahun) di TK Al Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di TK Al Amanah Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang. Waktu pelaksanaan penelitian ini pada bulan Februari 2011.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh murid di TK Al Amanah Ds. Sindang Jaya Kec. Sindang Jaya Kab. Tangerang.

2. Sampel

(66)

proporsi dengan rumus sebagai berikut (Ariawan, 2008) : n = [Z1-α/2 √2P(1-P) + Z1-ß√P1(1-P1)+P2(1-P2)]2

(P1-P2)2 n = Jumlah sampel

Z1α/2 = Drajat kepercayaan = 1,96 pada 95% CI Z1-ß = Kekuatan uji 80%= 0.84

P1 = Proporsi sikap gizi negatif dengan kebiasaan makan buruk 0,633 (Herawati, 1998)

P2 = Proporsi sikap gizi positif dengan kebiasaan makan buruk 0,367 (Herawati, 1998)

P = Rata-rata P1 dan P2 atau (P1+P2)/2 = 0,5

Hasil perhitungan sampel berjumlah 55 x 2 = 110 orang. Untuk menghindari drop out atau missing jawaban dari responden maka ditambahkan 10 % dari jumlah sampel yang didapat sehingga jumlah sampel yang diperlukan yaitu 121 orang.

D. Instrumen Penelitian 1. Uji Coba

(67)

variabel dalam kuisioner yang telah diisi dilakukan uji validitas dan uji reabilitas.

2. Kuesioner

Isi dari kuisioner memuat pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan variabel independen berupa faktor yang berhubungan dengan kebiasaan makan anak usia prasekolah seperti faktor jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan dan sikap ibu tentang gizi, pekerjaan ibu, pendapatan orang tua, jumlah anggota keluarga dan pantangan.

a. Data identitas responden, jenis kelamin anak, pendidikan dan pekerjaan ibu, pendapatan orang tua dan jumlah anggota keluarga diperoleh melalui kuesioner form identitas responden pada bagian A. b. Kebiasaan makan diperoleh dengan menggunakan

form food recal 24 jam yang dilakukan sebanyak 2 kali dengan selang waktu 3 hari.

c. Pantangan, data diperoleh melalui kuesioner bagian B yang berjumlah 3 pertanyaan.

d. Pengetahuan gizi, data pengetahuan gizi diperoleh melalui kuesioner, jenis pilihan ganda dengan memberi tanda ”X” pada jawaban yang dianggap benar pada

(68)

kegunaan makanan bagi tubuh, fungsi zat gizi bagi tubuh, pemberian makanan selingan yang baik dll. Skor jawaban yang benar diberi nilai 1 sedangkan skor jawaban salah diberi nilai 0. Nilai keseluruhan dari total jawaban adalah 20.

e. Sikap gizi diperoleh melalui kuesioner bagian D berjumlah 10 pertanyaan. Penilaian dilakukan berdasarkan pilihan responden terhadap pernyataan yang disediakan. Jika pernyataan bersifat negatif, maka pernyatan dinilai 1 jika responden sangat setuju (SS) dengan pernyataan yang ada, nilai 2 jika responden setuju (S), nilai 3 jika responden tidak setuju (TS), dan nilai 4 jika responden sangat tidak setuju (STS). Sedangkan jika pernyataan bersifat positif, maka jawaban sangat setuju (SS) diberi nilai 4, setuju (S) bernilai 3, tidak setuju (TS) bernilai 2, dan sangat tidak setuju (STS) bernilai 1. Kemudian semua nilai responden dijumlahkan.

E. Pengumpulan Data

(69)

jumlah anggota keluarga serta pantangan yang diambil melalui kuesioner sebagai instrumen penelitian. Kuesioner diisi oleh ibu yaitu mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan makan anak usia pra sekolah yang meliputi variabel independen dan variabel dependen yang disajikan dalam bentuk kuesioner. Sedangkan untuk varabel kebiasaan makanan menggunakan formulir recall 2 x 24 jam. Pada saat pengisian kuesioner responden dibimbing oleh peneliti dan dibantu oleh 1 mahasiswi dari Fakultas Ilmu Komunikasi. Kemudian kuesioner yang sudah diisi oleh responden, dicek kembali oleh peneliti karena dikhawatirkan ada pertanyaan yang terlewati/tidak terisi oleh responden.

F. Pengukuran Data

1. Kebiasaan Makan

Kebiasaan makan diketegorikan menjadi 2 yaitu “buruk” dan “baik”.

Kebiasaan makan “buruk” jika energi dan protein < 80% AKG dan

kebiasaan makan “baik” jika energi dan protein ≥ 80% AKG.

2. Jenis Kelamin

Variabel jenis kelamin dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kategori yaitu “laki-laki” dan “perempuan”.

3. Pendidikan Ibu

(70)

Pendidikan ibu “rendah” jika menempuh pendidikan SD dan SMP dan

pendidikan ibu “tinggi” jika menempuh pendidikan SMA dan Perguruan Tinggi.

4. Pekerjaan Ibu

Pekerjaan ibu dikategorikan menjadi 2 yaitu “bekerja” dan “tidak

bekerja”.

5. Pendapatan Orang Tua

Pendapatan orang tua dikategorikan menjadi 2 yaitu “rendah” dan

“tinggi”. Pendapatan orang tua “rendah” jika pendapatan < Rp

1.243.000,- dan pendapatan orang tua “tinggi” jika pendapatan ≥ Rp 1.243.000,-

6. Pengetahuan Ibu tentang Gizi

Pengetahuan ibu tentang gizi dikategorikan menjadi 2 yaitu “kurang”

dan “cukup”. Pengetahuan ibu tentang gizi “kurang” jika jawaban benar

<80% dan pengetahuan ibu tentang gizi “cukup” jika jawaban benar

≥80%.

7. Sikap Ibu tentang Gizi

Sikap ibu tentang gizi dikategorikan menjadi 2 yaitu “negatif” dan

(71)

8. Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga dikategorikan menjadi 2 yaitu “kecil” dan

“besar”. Dikategorikan “besar” jika jumlah anggota keluarga > 4 dan

“kecil” jika ≤ 4.

9. Pantangan

Pantangan dikategorikan menjadi 2 yaitu “tidak ada” dan “ada”. Jika

ada satu jenis atau lebih makanan yang tidak boleh dikonsumsi anak maka dikategorikan “ada” dan dikategorikan “tidak ada” jika tidak ada

satu jenispun makanan yang dipantang.

G. Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti kemudian akan diolah dengan menggunakan program komputer meliputi:

a. Editing

Sebelum diolah data diteliti apabila ada kesalahan diteliti lagi dan dibetulkan apabila masih ada kesalahan.

b. Coding

(72)

data. c. Entry

Data yang sudah dikode kemudian dimasukkan dalam program computer untuk diolah.

d. Cleaning

Proses pengecekan kembali data yang sudah dientry apakah ada kesalahan atau tidak, sehingga data tersebut telah siap diolah dan dianalisis.

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari variabel jenis kelamin anak, pengetahuan dan sikap ibu tentang gizi, pendidikan dan pekerjaan ibu, pendapatan orang tua, jumlah anggota keluarga serta pantangan anak.

b. Analisis Bivariat

(73)

X2 = ∑ (O-E)2

E

Keterangan: X2 = Chi-square O = Efek yang diamati E = Efek yang diharapkan

(74)

BAB V HASIL

A. Analisis Univariat

1. Gambaran Kebiasaan Makan Anak

Dalam penelitian ini kebiasaan makan merupakan variabel terikat (dependen). Penilaian kebiasaan makan yang digunakan yaitu dengan menggunakan metode food recall 24 jam, dim

Gambar

Tabel 5.11 Analisis Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kebiasaan
tabel berikut:
Tabel 2.1
Tabel 2.2 Makanan bagi Anak Pra Sekolah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Green dkk bahwa faktor umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengetahuan, sikap, pekerjaan, keadaan sosial ekonomi, jarak

Pengetahuan dan sikap gizi ibu mempunyai hubungan yang signifikan dengan jumlah jenis dan frekuensi konsumsi snack anak (p&lt;0.05), sedangkan praktik gizi ibu

4 Sebaran contoh berdasarkan usia, jenis kelamin, dan uang saku 14 5 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan dan pekerjaan orang tua 15 6 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan

Permasalahan pada penelitian ini adalah adakah hubungan antara tingkat pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu, status pekerjaan ibu, tingkat pendapatan keluarga, jumlah anak

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan masalah pada penelitian ini yaitu apakah faktor-faktor ( jenis kelamin, pengetahuan gizi orang tua,

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara faktor-faktor (umur, jenis kelamin, pengetahuan, sikap, ketersediaan rokok, keterjangkauan terhadap

Mengetahui faktor risiko lain ( jenis kelamin anak, pendidikan ayah, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pekerjaan ayah, dan pendapatan orang tua) yang berhubungan dengan perkembangan

Ada pengaruh faktor Host (umur anak, jenis kelamin, umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pengetahuan ibu, sikap ibu, penghasilan keluarga, imunisasi campak dan riwayat