• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perilaku Gizi Ibu, Pola Asuh Makan dan Kontribusi Snack serta Hubungannya dengan Status Gizi Anak Usia Pra Sekolah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Perilaku Gizi Ibu, Pola Asuh Makan dan Kontribusi Snack serta Hubungannya dengan Status Gizi Anak Usia Pra Sekolah."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERILAKU GIZI IBU, POLA ASUH MAKAN DAN

KONTRIBUSI

SNACK

SERTA HUBUNGANNYA DENGAN

STATUS GIZI ANAK USIA PRA SEKOLAH

SITI HABIBAH WARDAH

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul analisis perilaku gizi ibu, pola asuh makan dan kontribusi snack serta hubungannya dengan status gizi anak usia pra sekolah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Sepetember 2014

Siti Habibah Wardah

(4)
(5)

ABSTRAK

SITI HABIBAH WARDAH. Analisis Perilaku Gizi Ibu, Pola Asuh Makan dan Kontribusi Snack serta Hubungannya dengan Status Gizi Anak Usia Pra Sekolah. Dibimbing oleh IKEU EKAYANTI.

Tujuan umum penelitian adalah menganalisis perilaku gizi ibu, pola asuh makan dan kontribusi snack serta hubungannya dengan status gizi anak usia pra sekolah. Desain penelitian adalah cross sectional studi dengan 20 sampel anak usia pra sekolah di Labschool Pendidikan Karakter IPB-ISFA. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar pengetahuan gizi ibu masuk kategori sedang (45%). Sikap dan praktik gizi ibu contoh paling banyak termasuk dalam kategori baik (35%) dan kurang (35%). Kontribusi energi dari snack terhadap tingkat kecukupan adalah 41,8%, lemak 44.2%, karbohidrat 45.5%, dan natrium sebesar 53.6%. Kontribusi konsumsi snack terhadap kecukupan protein paling besar yaitu sebesar 58.6%. Sebanyak 80% contoh memiliki status gizi normal. Perilaku gizi ibu yang pempunyai hubungan signifikan adalah pengetahuan dengan sikap gizi ibu (p<0.05). Perilaku gizi ibu yang pempunyai hubungan signifikan dengan pola asuh makan adalah praktik gizi (p<0.05). Hubungan signifikan antara protein dan karbohidrat dari snack dengan status gizi (p<0.05), sedangkan energi dan lemak dari snack tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan status gizi contoh (p>0.05).

Kata kunci: kontribusi snack, perilaku gizi ibu, pola asuh makan, status gizi.

ABSTRACT

SITI HABIBAH WARDAH. The Analysis of Mother’s Nutritional Behavior,

Parenting Eating Pattern, Snack Contribution, and Their Correlations toward Pre-School Children’s Nutritional Status.Supervised by IKEU EKAYANTI

The general objective of this study were to analyse mother’s nutritional behavior, parenting eating pattern, snack contribution and their correlations toward preschool children’s nutritional status. The design of this study study was cross-sectional study in Labschool IPB-ISFA, involved 20 samples of preschool children. The result of this study showed that 45% of mothers had moderate nutritional knowledge. Most of mother’s nutritional attitude and practice were categorized as good (35%) and poor (35%). Snack had the highest contribution to protein adequacy (58.6%). The contribution of snack to energy, fat, carbohydrat, and natrium adequacy were 41.8%, 44.2%, 45.5% and 53.6% respectively. Most of samples (80%) had normal nutritional status. Mother’s nutritional knowledge and mother’s nutritional attitude was found out had significant correlation (p<0.05). Mother’s nutritional behavior that had significant correlation with eating parenting pattern was mother’s nutritional practice (p<0.05). There were significant correlations beetween carbohydrate and protein from snack to nutritional status (p<0.05), whereas energy and fat from snack had no correlation to nutritional status (p>0.05).

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari program studi ilmu gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

ANALISIS PERILAKU GIZI IBU, POLA ASUH MAKAN DAN

KONTRIBUSI

SNACK

SERTA HUBUNGANNYA DENGAN

STATUS GIZI ANAK USIA PRA SEKOLAH

SITI HABIBAH WARDAH

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2014 ini ialah analisis perilaku gizi ibu, pola asuh makan dan kontribusi snack serta hubungannya dengan status gizi anak usia pra sekolah.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, M.Kes selaku dosen pembimbing akademik dan pembimbing skripsi. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dr. Tiurma Sinaga, MFSA selaku dosen pemandu seminar dan dosen penguji pada ujian skripsi. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada pihak sekolah Labschool Pendidikan Karakter IPB-ISFA, yaitu kepala sekolah dan guru-guru yang telah membantu selama pengumpulan data, dan orang tua siswa-siswi yang telah bersedia menjadi responden pada penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga, sahabat-sahabat, dan teman-teman Gizi Masyarakat 47, atas segala doa dan dukungannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Kegunaan Penelitian 2

KERANGKA PEMIKIRAN 3

METODE 5

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian 5

Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 5

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 5

Pengolahan dan Analisis Data 6

Definisi Operasional 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Keadaan Umun Sekolah 9

Karakteristik Keluarga 10

Perilaku Gizi Ibu 13

Pola Asuh Makan 14

Karakteristik Contoh 15

Status Gizi Anak Usia Pra Sekolah 15

Konsumsi Pangan Anak Usia Pra Sekolah 17

Konsumsi Snack dan Kontribusinya terhadap Kecukupan Energi dan Zat Gizi 19

Hubungan Antar Variabel 22

SIMPULAN DAN SARAN 25

Simpulan 25

Saran 25

DAFTAR PUSTAKA 26

(14)

DAFTAR TABEL

1 Jenis, variabel, cara pengumpulan data, dan alat pengumpul data 5

2 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga 10

3 Sebaran contoh berdasarkan umur orang tua 11

4 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan orang tua 11 5 Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan orang tua 12 6 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga 12 7 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi ibu 13

8 Sebaran contoh berdasarkan sikap gizi ibu 13

9 Sebaran contoh berdasarkan praktik gizi ibu 14

10 Sebaran pola asuh makan contoh 14

11 Sebaran contoh berdasarkan umur 15

12 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin 15

13 Sebaran contoh berdasarkan indikator status gizi BB/U 16 14 Sebaran contoh berdasarkan indikator status gizi TB/U 16 15 Sebaran contoh berdasarkan indikator status gizi BB/TB 16 16 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi, protein.

Lemak, dan karbohidrat 17

17 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan vitamin dan mineral 18 18 Rata-rata energi dan zat gizi berdasarkan jenis snack yang

dikonsumsi 19

19 Sebaran contoh berdasarkan jumlah jenis snack yang dikonsumsi 20 20 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi snack/minggu 20 21 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi dan jumlah jenis snack yang

dikonsumsi 20

22 Rata-rata kontribusi konsumsi snack terhadap TKG dan konsumsi

sehari 21

23 Sebaran contoh berdasarkan sebaran kontribusi konsumsi snack

terhadap kecukupan energi dan zat gizi 22

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran perilaku gizi ibu, pola asuh makan dan kontribusi snack serta hubungannya dengan status gizi pada anak pra

sekolah 4

2 Grafik persentase kontribusi zat gizi snack terhadap kecukupan

energi sehari 22

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner 29

(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peningkatan kualitas sumberdaya manusia merupakan salah satu dari tujuan pembangun nasional Indonesia. Indonesia menjamin hak anak untuk tumbuh dan berkembang dalam UUD 1945. Anak-anak merupakan generasi potensial yang diharapkan dapat meneruskan cita-cita bangsa Indonesia. Kualitas sumberdaya manusia yang baik dicerminkan oleh perilaku dan perkembangan manusia sejak usia dini, yaitu masa pra sekolah. Anak usia pra sekolah (3-6 tahun) sedang mengalami fase pertumbuhan yang pesat pertama kali (growth spurt). Pertumbuhan anak yang pesat pada masa ini meliputi pertambahan berat badan, tinggi badan, dan perkembangan pada organ-organ vital anak, sehingga diperlukan asupan energi dan zat gizi yang cukup untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak. Masalah gizi lebih pada masa anak-anak memiliki konsekuensi medis jangka pendek yaitu berpengaruh terhadap pertumbuhan, sedangkan pada jangka panjang akan lebih berisiko terhadap penyakit degeneratif seperti hipertensi dan diabetes melitus.

Berdasarkan laporan Riskesdas nasional tahun 2013, prevalensi gemuk pada anak berdasarkan indikator BB/TB sebesar 11.9%. Gizi lebih diakibatkan oleh ketidakseimbangan energi yang masuk ke dalam tubuh dan energi yang dikeluarkan oleh tubuh. Dewasa ini, anak-anak cenderung lebih banyak mengkonsumsi selingan (snack) dibandingkan makanan utama (Popkin&Piernas 2011). Hal ini disebabkan karena snack bisa didapat dengan mudah oleh anak-anak dari penjaja makanan dan atau dibuat oleh ibu rumah tangga. Snack yang banyak dijajakan cendurung makanan yang tinggi kalori dan lemak namun rendah kandungan gizi lainnya, sehingga menyebabkan terjadi ketidakseimbangan energi dan zat gizi yang masuk ke tubuh anak. Keunggulan jajanan sebagai snack yang disukai adalah murah, mudah didapatkan dan kandungan gizi yang dimiliki menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen (Napitu 1994).

Penelitian yang dilakukan oleh AC Bell, PJ Kremer, AM Magarey dan BA Swinbum tahun 2005, menunjukkan bahwa asupan energi yang berasal dari makanan selingan pada anak-anak Australia sebesar 43,4% dan pada remaja sebesar 41,5%. Hal tersebut diakibatkan oleh perilaku anak-anak yang lebih menyukai jajanan dan cemilan yang dibeli dari penjaja makanan dibandingkan makanan utama yang dibuat oleh orang tuanya di rumah. Menurut Debra R. Keast, Theresa A. Nicklas dan Carol E. O’Neil (2013), konsumsi snack yang berlebihan berhubungan dengan meningkatnya risiko kelebihan berat badan dan obesitas abdominal pada remaja di Amerika. Masalah kelebihan berat badan dan obesitas abdominal pada remaja ini diakibatkan oleh asupan energi yang besar dari snack.

(16)

2

Perumusan Masalah

Kebiasaan konsumsi snack yang tinggi kalori dan lemak serta rendah zat gizi lainnya menyebabkan ketidakseimbangan asupan energi dan zat gizi pada anak usia pra sekolah. Anak-anak pra sekolah adalah masa dimana anak membutuhkan asupan gizi yang cukup untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan berjalan optimal. Hal itu mendasari anak-anak untuk mendapatkan perhatian khusus dalam perilaku gizi. Kebanyakan anak-anak lebih menyukai makanan yang gurih dan manis yang banyak mengandung gula, lemak, pengawet, pewarna, dan penambah cita rasa. Berdasarkan permasalahan tersebut diperlukan adanya penelitian mengenai kebiasaan konsumsi pada anak usia pra sekolah khususnya konsumsi snack. Selain itu, perlu pula dilakukan penelitian mengenai perilaku gizi ibu dan pola asuh makan sehingga kebiasaan makan dari anak usia pra sekolah dapat dioptimalkan agar status gizinya normal. Pertanyaan yang muncul adalah seberapa besar hubungan antara perilaku gizi ibu, pola asuh makan dan kontribusi konsumsi snack dengan status gizi anak usia pra sekolah.

Tujuan

Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku gizi ibu, pola asuh makan dan kontribusi snack serta hubungannya dengan status gizi anak usia pra sekolah.

Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini antara lain :

1. Mengidentifikasi karakteristik contoh (umur dan jenis kelamin) dan karakteristik keluarga meliputi besar keluarga, umur orangtua, pekerjaan orangtua, pendidikan orangtua, dan pendapatan keluarga

2. Mengkaji kebiasaan konsumsi makanan snack pada anak usia pra sekolah 3. Mengkaji kontribusi makanan snack terhadap total konsumsi dan

kecukupan energi dan zat gizi pada anak usia pra sekolah

4. Menganalisis hubungan antara perilaku gizi ibu dengan pola asuh makan 5. Menganalisis hubungan antara perilaku gizi ibu dan pola asuh makan

dengan kebiasaan konsumsi snack anak usia pra sekolah

6. Menganalisis hubungan kontribusi konsumsi snack terhadap status gizi anak usia pra sekolah

Kegunaan Penelitian

(17)

3

gizi masyarakat. Bagi pembaca, diharapkan dapat menambah wawasan dan mejadi literatur bagi penelitian selanjutnya.

KERANGKA PEMIKIRAN

Masa kanak-kanak adalah masa laten dimana terjadi pertumbuhan fisik yang cepat dan merupakan masa peralihan dari masa bayi menuju remaja (Khomsan et al. 2013). Pada masa ini anak-anak membutuhkan makanan yang sesuai dengan gizi seimbang untuk mencapai status gizi yang optimal. Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi pangan, aktivitas fisik dan riwayat kesehatan seseorang. Status gizi akan optimal apabila tubuh memperoleh zat-zat gizi yang cukup dan aktivitas fisik yang seimbang. Zat-zat gizi yang cukup dapat digunakan secara efisien untuk pertumbuhan fisik, perkembangan otak dan derajat kesehatan yang tinggi.

Konsumsi pangan dipengaruhi oleh faktor karakteristik contoh (jenis kelamin, dan usia), karakteristik keluarga (besar keluarga, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan pendapatan orang tua), ketersediaan pangan dan nafsu makan. Konsumsi pangan oleh keluarga atau individu tergantung pada jumlah dan jenis pangan yang dibeli, dimasak, didistribusikan dalam keluarga, dan kebiasaan makan secara perorangan (Almatsier 2005). Konsumsi pangan anak terdiri dari konsumsi makanan utama dan makanan snack. Konsumsi snack mempunyai kontribusi penting untuk memenuhi kebutuhan zat gizi anak-anak selain kontribusi dari makanan utama yang dikonsumsi. Konsumsi pangan anak dipengaruhi oleh pola asuh makan, sedangkan pola asuh makan dipengaruhi oleh perilaku gizi ibu.

(18)

4

Gambar 1 kerangka pemikiran perilaku gizi ibu, pola asuh makan dan kontibusi makanan snack serta hubungannya dengan status gizi pada anak pra sekolah Keterangan:

variabel yang diteliti garis hubungan yang diteliti variabel yang tidak diteliti garis hubungan yang tidak diteliti

Karakteristik contoh 1. Jenis kelamin 2. Usia

Karakteristik orang tua 1. Besar keluarga 2. Pendidikan orang tua 3. Pekerjaan orang tua 4. Pendapatan orang tua

Konsumsi pangan Anak

Konsumsi makanan utama

Konsumsi snack

Kontribusi terhadap tingkat kecukupan energi dan zat gizi lainnya

Status gizi

Riwayat Kesehatan Perilaku Gizi Ibu

Pola Asuh Makan Ibu

(19)

5

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan secara simultan atau dalam waktu yang bersamaan. Penelitian dilakukan di LABSCHOOL Pendidikan Karakter IPB-ISFA yang mewakili karakteristik tingkat sosial ekonomi menengah keatas. Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan, yaitu pada bulan April sampai dengan Juni 2014.

Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

Contoh yang digunakan adalah siswa-siswi playgroup dan taman kanak-kanak usia 3-6 tahun yang berjumlah 20 orang. Teknik pengambilan contoh yang digunakan yaitu purposive sampling. Menurut Sphorer (1996) dalam Khomsan et al (2013), anak usia pra sekolah cenderung bersikap aktif dan bisa menentukan makanan apa yang ingin dikonsumsi olehnya. Kriteria inklusi dalam penarikan contoh penelitian ini yaitu: (1) contoh berusia 3-6 tahun, (2) ibu bersedia untuk menjadi responden, (3) ibu bersedia memberikan keterangan yang lengkap, jelas, dan benar.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari dua jenis, yaitu data primer dan sekunder. Data primer terdiri dari data karakteristik contoh,karakteristik orang tua, pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi serta pola asuh makan didapatkan melalui wawancara langsung menggunakan kuesioner, data kebiasaan makan yang diperoleh dari metode estimatedfood record selama 7 hari (Gibson 2005). Selain itu, status gizi juga merupakan data primer yang dikumpulkan melalui pengukuran antropometri secara langsung menggunakan timbangan berat badan digital dan

microtoise (alat pengukur tinggi badan). Data sekunder meliputi kondisi umum dan jumlah siswa yang diperoleh dari pengelola sekolah. Secara keseluruhan, jenis dan cara pengumpulan data disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis, variabel, cara pengumpulan data, dan alat pengumpul data Jenis Variabel Cara Pengumpulan

(20)

6

Jenis Variabel Cara Pengumpulan Data

Pola Asuh Makan Wawancara Kuesioner Perilaku Gizi Ibu

Data yang diperoleh melalui kuesioner dianalisis secara statistik menggunakan program komputer Microsoft excell 2010 for Windows, WHO

Anthro versi 3.1.0, Nutrisurvey, dan SPSS 16 for Windows. Tahapan pengolahan data primer yaitu dimulai dengan proses editing, coding, scoring, entry data,

cleaning data, tabulasi, dan analisis data.

Data Karakteristik Orang tua dan contoh dianalisis secara deskriptif. Analisis deskriptif disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase. Status gizi diukur melalui metode pengukuran antropometri dengan menghitung berat badan dan tinggi badan anak. Data antropometri diolah untuk mengetahui status gizi berdasarkan z-score BB/U, TB/U dan BB/TB menggunakan software

WHO Antrho versi 3.1.0, yaitu dengan memasukkan data berat badan, tinggi badan dan umur anak.

(21)

7

dikonversi dalam satuan energi (kkal), protein (gram), kalsium (mg), zat besi (mg), vitamin A (RE), dan vitamin C (mg) dengan merujuk pada Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM 2010) dan Nutrisurvey. Konversi dihitung menggunakan rumus sebagai berikut ini (Hardinsyah & Briawan 1994):

KGij = Bj / 100 x Gij x BDDj / 100 Keterangan :

KGij = Kandungan zat gizi i dalam bagan makanan j yang dikonsumsi (g) Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)

Gij = Kandungan zat gizi dalam 100 g BDD bahan makanan j BDDj = Persen bahan makanan yang dapat dimakan (% BDD)

Selanjutnya, tingkat kecukupan zat gizi yang diperoleh dengan cara membandingkan jumlah konsumsi zat gizi tersebut dengan kecukupannya. Berikut rumus tingkat kecukupan zat gizi yang digunakan (Hardinsyah & Briawan 1994):

TKG = (K/AKG) x 100% Keterangan:

TKG = Tingkat kecukupan zat gizi K = Konsumsi zat gizi

AKG = Kecukupan zat gizi yang dianjurkan

Tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh dinyatakan dalam persen. Kemudian nilai persentase tersebut diklasifikasikan menjadi beberapa kategori. Klasifikasi tingkat kecukupan energi dan protein dibagi menjadi lima kategori yaitu defisit berat (<70% angka kebutuhan), defisit sedang (70-79% angka kebutuhan), defisit ringan (80-89% angka kebutuhan), normal (90-119% angka kebutuhan), dan kelebihan (≥120% angka kebutuhan) (Depkes 1996). Menurut Gibson (2005), klasifikasi TKG vitamin A, vitamin C dan kalsium dan zat besi yaitu kurang (<77% Angka kecukupan) dan cukup (≥77% Angka kecukupan).

Kebiasaan makan snack diperoleh dengan menghitung frekuensi dan jumlah jenis snack yang dikonsumsi dalam kurun waktu 1 minggu. Frekuensi konsumsi snack dikelompokkan menjadi 2 (1-3 kali/minggu dan 4-7 kali/minggu). Jenis snack dikelompokkan menjadi 5 yaitu buah-buahan, snack industri, snack

tradisional, minuman, dan puding/agar-agar. Kontribusi konsumsi snack terhadap konsumsi sehari didapatkan dengan cara membagi konsumsi snack dengan konsumsi pangan total sehari, sedangkan kontribusi snack terhadap kecukupan energi dan zat gizi didapatkan dengan membagi konsumsi snack dengan kecukupan energi atau zat gizi sehari.

(22)

8

diberikan skor. Total skor yang diperoleh diklasifikasikan menjadi tiga kategori berdasarkan Slamet (1993), interval kelas ditentukan menggunakan rumus sebagai berikut :

Interval kelas (A)= Skor maksimum (NT)-Skor minimum (NR) Jumlah kategori

Hubungan antar variabel dianalisis dengan uji korelasi Pearson dan Rank Spearman. Uji korelasi Pearson digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel perilaku gizi ibu, hubungan perilaku gizi dengan pola asuh makan, hubungan perilaku gizi dan pola asuh makan dengan frekuensi dan jumlah jenis

snack yang dikonsumsi, dan hubungan frekuensi dan jumlah jenis snack dengan status gizi anak usia pra sekolah. Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk menganalisis hubungan kontribusi snack terhadap kecukupan energi dan zat gizi dengan status gizi anak usia pra sekolah, serta hubungan kontribusi snack

terhadap konsumsi sehari dengan status gizi anak usia pra sekolah

Definisi Operasional

Besar keluarga adalah banyaknya orang yang tinggal di rumah dan tercatat dalam kartu keluarga. Keluarga kategori kecil dengan anggota ≤ 4 orang, kategori sedang 5-7 orang dan kategori besar ≥ 8 orang.

Karakteristik contoh adalah ciri-ciri yang dimiliki siswa, mencakup umur, jenis kelamin, berat badan dan status gizi.

Karakteristik orang tua adalah ciri-ciri yang dimiliki orang tua, mencakup besar keluarga, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan pendapatan orang tua.

Pendidikan orang tua adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah diikuti ayah dan ibu

Pendapatan orang tua adalah pendapatan yang didapatkan oleh ayah dan ibu Pekerjaan orang tua adalah jenis pekerjaan utama yang dilakukan ayah dan ibu

sebagai sumber pendapatan keluarganya.

Anak usia pra sekolah adalah anak usia 3-6 tahun yang bersekolah di LABSCHOOL Pendidikan Karakter IPB-ISFA yang akan dijadikan sampel penelitian.

Status gizi contoh adalah keadaan kesehatan tubuh siswa yang diperoleh dari pengukuran terhadap berat badan dan tinggi badan..

Umur contoh adalah jumlah lamanya hidup siswa yang diperoleh dari selisih tanggal kelahiran dengan tanggal dilakukannya penelitian

Berat badan adalah hasil pengukuran pada saat penelitian dengan menggunakan timbangan digital.

Tinggi badan adalah hasil pengukuran tinggi badan saat penelitian menggunakan

microtoise

Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi selama 7 hari pada saat penelitian.

(23)

9

Pengetahuan gizi ibu adalah wawasan ibu tentang hal-hal yang berhubungan dengan gizi, makanan, dan kesehatan yang tercermin dari kemampuan ibu menyebutkan jawaban yang benar dari sejumlah pertanyaan yang diajukan. Sikap gizi ibu adalah kecenderungan ibu memilih setuju atau tidak setuju

terhadap pernyataan gizi yang diberikan

Praktik gizi ibu adalah penerapan yang dilakukan sehari-hari dari pengetahuan gizi yang dimiliki ibu

Pola asuh makan adalah pola pengasuhan anak meliputi siapa orang yang menyiapkan makan, praktik pemberian makan (menyuapi atau tidak), pengawasan ibu ketika tidak disuapi, penentu jadwal makan dan ketetapan jadwal makan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Sekolah

Laboratorium Sekolah (Labschool) Pendidikan Karakter Institut Pertanian Bogor-Indonesian Singapore Friendship Association (IPB-ISFA) merupakan pendidikan usia dini yang ditujukan bagi anak usia 2-6 tahun. Lokasi sekolah ini berada di jalan Cikabuyutan No. 1 RT 04, RW 05, Baranang Siang, Bogor. Labschool Pendidikan Karakter IPB-ISFA dikelola oleh Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, bekerja sama dengan Indonesian Singapore Friendship Association (ISFA) dan

Indonesian Heritage Foundation (IHF).

Labschool Pendidikan Karakter IPB-ISFA memiliki 54 siswa, 1 orang kepala sekolah, 7 orang guru, 2 orang asisten guru, dan 2 orang staf administrasi. Sekolah ini menggunakan metode pembelajaran terkini dengan mengintegrasikan

contextual, integrated and hand-on learning, yang terangkum dalam Pendidikan Holistik Berbasis Karakter (PHBK) dengan 9 pilar karakter sebagai strategi utama.

Program utama yang ditawarkan oleh Labschool Pendidikan Karakter IPB-ISFA adalah Playgroup A (usia 2-3 tahun), Playgroup B (usia 3-4 tahun), Kinder (TK) A dan B (usia 4-6 tahun), dan Daycare (penitipan anak bagi siswa yang bersekolah di Labschool Pendidikan Karakter IPB-ISFA). Selain itu, sekolah ini memiliki program pendukung yaitu konsultasi tumbuh kembang anak, konsultasi minat dan bakat anak, konsultasi anak berkebutuhan khusus, konsultasi pengasuhan anak/parenting, konsultasi keluarga, seminar dan pelatihan guru, serta

fieldtrip, home visit, dan guest teacher.

Kegiatan belajar mengajar untuk Playgroup diselenggarakan tiga kali dalam seminggu dengan waktu belajar pukul 08.00-11.00 WIB, sedangkan untuk TK diselenggarakan senin-jumat yaitu pukul 08.00-11.30 WIB dan daycare

(24)

10

ruang daycare, mushola, UKS, dapur, toilet guru, toilet siswa, playground indoor,

playground outdoor, perpustakaan, area sepeda (bicycle track), pos satpam, dan tempat parkir. Iuran bulanan sekolah (SPP) untuk TK sebesar Rp 550 000 dan Playgroup sebesar Rp 350 000.

Fasilitas tambahan yang diberikan bagi siswa-siswi yang mengikuti

daycare adalah pemberian makan siang dan snack sore dari sekolah. Menu makan siang yang diberikan terdiri dari makanan pokok, lauk dan sayur, sedangkan snack

yang biasa diberikan adalah buah, snack industri atau kue-kue manis. Contoh menu makan siang yang diberikan berupa nasi 1 centong, sup yang berisi wortel, brokoli, dan baso ikan sebanyak ½ mangkuk, dan omelette isi jamur dan keju 1 buah. Contoh snack sore yang diberikan di sekolah adalah 1 potong buah melon dan 1 bungkus kecil biskuit kemasan.

Karakteristik Keluarga Besar keluarga

Ukuran keluarga dikategorikan menjadi tiga yaitu keluarga kecil yang beranggotakan < 4 orang, keluarga sedang yang beranggotakan 5-6 orang dan keluarga besar ≥7 orang (BKKBN 1998). Sebanyak 65% keluarga contoh penelitian memiliki jumlah anggota keluarga ≤4 orang (keluarga kecil), sisanya sebanyak 35% contoh penelitian memiliki jumlah anggota keluarga 5-6 orang (keluarga sedang).

Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga

Besar Keluarga n %

Kecil (≤4 orang) 13 65

Sedang (5-6 orang) 7 35

Besar (≥7 orang) 0 0

Total 20 100

Penelitian yang dilakukan oleh Megiyawati (2004) menunjukkan hasil yang hampir sama yaitu 83.3% keluarga anak usia 1-6 tahun termasuk dalam kategori keluarga kecil (≤4 orang). Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengelolaan sumberdaya yang sama. Menurut Suhardjo (1989), jumlah anggota keluarga memiliki andil dalam permasalahan gizi. Jika jumlah anggota keluarga sedikit, maka keluarga akan lebih mudah untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Sebaliknya, jika jumlah anggota keluarga banyak, maka keluarga akan berusaha membagi makanan yang terbatas sehingga makanan yang dikonsumsi tidak sesuai dengan kebutuhan masing-masing anggota keluarga.

Umur Orang Tua

(25)

11

Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan umur orang tua

Umur (tahun) Ayah Ibu Hasil serupa ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Megiyawati (2004) di daerah Tasikmalaya, usia orang tua pada contoh anak usia 1-6 tahun paling banyak ada pada kategori dewasa madya. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Ariefiani (2009), ibu berusia muda terkadang lebih memerhatikan kepentingannya sendiri daripada kepentingan anaknya, sehingga kuantitas dan kualitas pengasuhan kurang terpenuhi. Selain itu, ibu baru memiliki sedikit pengalaman sehingga dalam pengasuhan terkadang mengikuti saran dari orangtua terdahulu. Sebaliknya, ibu yang lebih berumur cenderung menerima perannya dengan sepenuh hati (Hurlock 1998).

Pendidikan Orang Tua

Tabel 4 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ayah contoh paling banyak adalah pada S1 dan S2 masing-masing sebesar 36.8%, sedangkan sebesar 60% ibu contoh tingkat pendidikannya tamat S1. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ayah dan ibu contoh sudah cukup baik.

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan orang tua Tingkat pendidikan orang tua Ayah Ibu

n % n %

Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator yang dapat mencerminkan kondisi sosial seseorang. Tingkat pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola asuh anak termasuk pemberian makan, pola konsumsi pangan, dan status gizi (Suhardjo 1996). Orang yang berpendidikan tinggi juga cenderung memilih makanan yang murah tetapi kandungan gizinya tinggi, sesuai dengan jenis pangan yang tersedia dan kebiasaan makan sejak kecil sehingga kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi dengan baik (Suhardjo 1989).

Pekerjaan Orang Tua

(26)

12

(10.5%), wirausaha (5,3%), dan tidak ada ayah contoh yang tidak bekerja. Sebagian besar ibu contoh merupakan pegawai swasta (35%), dan lainnya bekerja sebagai PNS/ABRI (15%), wirausaha (10%), jasa (15%), dan ibu rumah tangga (25%).

Tabel 5 Sebaran jenis pekerjaan orang tua contoh

Jenis Pekerjaan Ayah Ibu

n % n %

PNS/ABRI 3 15.8 3 15

Wirausaha 1 5.3 2 10

Jasa 2 10.5 3 15

Swasta 13 68.4 7 35

Tidak bekerja/ibu rumah tangga 0 0 5 25

Total 19 100,0 20 100,0

Pekerjaan memiliki hubungan yang erat dengan pendidikan dan pendapatan serta berperan penting dalam kehidupan sosial ekonomi dan memiliki keterkaitan dengan faktor lain, seperti kesehatan (Suhardjo 1989). Adanya pekerjaan tetap dalam suatu keluarga, pendapatan keluarga setiap bulan relatif terjamin. Jika keluarga tidak memiliki pekerjaan tetap, maka pendapatan keluarga setiap bulannya juga tidak dapat dipastikan (Khomsan 2004).

Tingkat Pendapatan Keluarga

Pendapatan keluarga merupakan salah satu faktor yang menunjukkan status sosial ekonomi keluarga. Seluruh keluarga contoh pada penelitian ini memiliki pendapatan perbulan diatas upah minimum Kota Bogor tahun 2014 (>Rp 2 352 350). Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar pendapatan keluarga contoh berada pada interval Rp 4 000 000-Rp 14 600 000/bulan (50%). Rata-rata pendapatan keluarga contoh sebesar Rp 16 625 000 ± Rp 9 200 794/bulan. Nilai terendah pendapatan keluarga adalah Rp 4 000 000 dan nilai tertinggi adalah Rp 36 000 000.

Tabel 6 Sebaran pendapatan keluarga

Besar Pendapatan (Rp/bulan) n % Rp 4 000 000-Rp 14 600 000 10 50 Rp 14 700 000-Rp 25 300 000 7 35

>Rp 25 300 000 3 15

Total 20 100

(27)

13

Perilaku Gizi Ibu

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan adalah domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo 2007). Hasil penelitian menyunjukkan bahwa ibu contoh sebesar 45% memiliki pengetahuan gizi yang cukup, sisanya sebesar 35% pengetahuan gizinya baik dan 20% pengetahuan gizinya kurang. Rata-rata nilai pengetahuan gizi ibu adalah 79±15.8. nilai terendah pengetahuan gizi ibu adalah 50 dan nilai paling tinggi adalah 100. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya perilaku yang tidak didasari pengetahuan dan kesadaran akan bersifat sementara dan tidak berlangsung lama (Notoatmodjo 2007).

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi ibu

Kategori Pengetahuan gizi ibu

n %

Kurang (<66.7%) 4 20

Sedang (66.7-83.4%) 9 45

Baik (>83.4%) 7 35

Total 20 100

Rata-rata 79±15.8

Sikap Gizi merupakan kecenderungan seseorang untuk menyetujui atau tidak menyetujui terhadap suatu pernyataan yang diajukan terkait gizi. Tabel 8 menunjukkan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan gizi baik sama banyaknya dengan ibu yang memiliki sikap gizi baik (35%). Sisanya sebesar 30% menunjukkan sikap gizi sedang, dan 35% memiliki sikap gizinya kurang. Rata-rata sikap ibu memiliki nilai 74.5±10.9. nilai paling tinggi adalah 90 dan nilai paling rendah adalah 60. Semakin tinggi nilai sikap gizi menunjukkan semakin positif sikap gizi ibu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap juga merupakan kesiapan atau penghayatan terhadap objek tertentu, namun masih merupakan reaksi tertutup yang belum bisa dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo 2007)

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan sikap gizi ibu

Kategori Sikap gizi ibu

n %

Kurang (<70%) 7 35

Sedang (70-80%) 6 30

Baik (>80%) 7 35

Total 20 100

(28)

14

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan praktik gizi ibu

Kategori Praktik gizi ibu

n %

Kurang (<69.6%) 7 35

Sedang (69.6-80.3%) 6 30

Baik (>80.3%) 7 35

Total 20 100

Rata-rata 70.1±8.6 Praktik merupakan suatu respon seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu. Perilaku gizi dicerminkan oleh tindakan-tindakan berkaitan dengan upaya peningkatan status gizi dan pemenuhan kebutuhan gizi. Perilaku diawali oleh adanya pengalaman-pengalaman seseorang serta faktor lingkungan. Kemudian pengalaman dan faktor lingkungan tersebut diketahui, dipersepsi dan diyakini sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak dan akhirnya terwujud dalam bentuk praktik (Notoatmodjo 2010).

Pola Asuh Makan

Pola asuh makan meliputi siapa orang yang menyiapkan makan, praktik pemberian makan (menyuapi atau tidak), pengawasan ibu ketika tidak disuapi, penentu jadwal makan dan ketetapan jadwal makan (Khomsan et al. 2013). Selain itu, pola asuh makan juga diukur melalui cara menghidangkan makanan, situasi makan, cara memberi makan, memperkenalkan makanan baru, respon jika menolak makanan baru, dan apakah anak menghabiskan makanan (Khomsan et al. 2013). Tabel 10 menunjukkan bahwa 50% pola asuh makan ibu terhadap anak sudah dalam kategori baik. Sisanya sebesar 30% dan 20% berturut-turut masuk dalam kategori sedang dan kurang. Rata-rata nilai pola asuh makan adalah 75.5±13.9. nilai terendah adalah 43.3 dan nilai tertinggi adalah 93.3.

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan pola asuh makan

Pola asuh makan contoh n %

Kurang (<60%) 4 20

Sedang (60-76.7%) 6 30

Baik (>76.7%) 10 50

Total 20 100

Rata-rata 75.5±13.9

(29)

15

Karakteristik Anak Usia Pra Sekolah

Hasil penelitian yang ditunjukkan pada tabel 11 menunjukkan bahwa contoh sebanyak 55% tersebar dalam rentang umur 54-72 bulan, sisanya sebanyak 45% masuk kedalam rentang umur 36-53 bulan. Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kebiasan makan individu dan kecukupan gizi. Contoh adalah anak usia pra sekolah berkisar dari usia 3-6 tahun, dimana anak-anak sedang mengalami fase pertumbuhan yang pesat pertama kali (growth spurt)

(Yuliana 2007). Pertumbuhan anak yang pesat pada masa ini meliputi pertambahan berat badan, tinggi badan, dan perkembangan pada organ-organ vital anak, sehingga diperlukan asupan energi dan zat gizi yang cukup untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak-anak pada masa ini masih perlu pendampingan oleh orang tua terutama ibu dalam memilih jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi untuk menjamin terpenuhinya kecukupan energi dan zat gizi anak.

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan umur

Umur (bulan) n %

36-53 bulan 9 45

54-72 bulan 11 55

Total 20 100

Jumlah siswa Labschool pendidikan Karakter IPB-ISFA yang menjadi contoh pada penelitian ini berjumlah 20 orang. Contoh terdiri dari 6 orang laki-laki (30%) dan 14 orang perempuan (70%). Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin n %

laki-laki 6 30

perempuan 14 70

Total 20 100

Status Gizi Anak Usia Pra Sekolah

Status gizi adalah kondisi kesehatan tubuh individu sebagai hasil dari konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan (Gibson 2005). Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan metode pengukuran langsung dan pengukuran tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung terdiri dari empat cara, yaitu pengukuran antropometri, biokimia, klinis, dan biofisik. Sementara itu, pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan cara survei konsumsi, faktor ekologi dan statistik vital (Supariasa, Bakri&Fajar 2002).

(30)

16

individu karena sudah ada standar yang jelas. Metode ini memiliki keunggulan diantaranya aman, mudah, prosedurnya sederhana, dan relatif murah.

Pengukuran status gizi melalui metode antropomentri pada anak-anak dapat menggunakan tiga indikator, yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Indikator BB/U mencerminkan keadaan status gizi saat ini (WHO 1995). Data pada tabel 13 menunjukkan bahwa 80% contoh mempunyai status gizi BB/U normal, sebesar 20% sisanya mempunyai status gizi lebih

Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan indikator status gizi BB/U

Status gizi n %

Pertumbuhan anak tidak hanya berdasarkan berat badan saja, tetapi juga dilihat dari tinggi badannya (WHO 1995). Tidak ada contoh dalam penelitian ini yang mengalami status gizi stunted, seluruh contoh berdasarkan TB/U status gizinya normal. Menurut Hurlock (1980) anak dengan tingkat kecerdasan tinggi, cenderung memiliki tinggi badan lebih tinggi pada masa kanak-kanak dibandingkan dengan anak yang memiliki kecerdasan dibawah rata-rata.

Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan indikator status gizi TB/U

Status Gizi n %

Stunted (z < -2 SD) 0 0

Normal (z ≥ -2 SD) 20 100

Total 20 100

Indikator BB/TB dianggap indeks yang paling baik untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka panjang, karena tidak hanya memberikan gambaran status gizi saat ini, tetapi juga memberikan gambaran proporsi relatif terhadap tinggi badan (WHO 1995). Sebanyak 95% contoh penelitian juga memiliki status gizi normal berdasarkan indikator BB/TB. Hanya satu orang (5%) yang mempunyai status gizi kurus.

Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan indikator status gizi BB/TB

Status Gizi n %

(31)

17

BB/TB dapat melihat kondisi status gizi jangka panjang. Status gizi contoh rata-rata ada dalam kategori normal menurut semua indikator, namun status gizi contoh rata-rata terdapat pada batas atas kategori normal. Hal ini dikhawatirkan akan menyebabkan meningkatnya status gizi lebih dan obesitas pada anak apabila pola konsumsi anak-anak lebih daripada kebutuhannya, sehingga pada jangka panjang akan meningkatkan resiko terjadinya penyakit degeneratif lebih dini pada anak.

Konsumsi Pangan Anak Usia Pra Sekolah

Konsumsi pangan adalah informasi mengenai jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi individu atau sekelompok individu pada waktu tertentu. Dari segi aspek gizi, tujuan konsumsi pangan adalah untuk memenuhi kebutuhan zat gizi tubuh. Konsumsi pangan contoh secara kuantitatif didapatkan dengan metode

estimated food record selama 7 hari. Estimated food record yang dilakukan mencakup jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi contoh, baik makanan utama maupun makanan selingan (snack).

Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi, protein. Lemak, dan karbohidrat

Kategori Energi Protein Lemak Karbohidrat n % n % n % n % Defisit berat (< 70%) 3 15 1 5 2 10 3 15 Defisit sedang (70-79%) 2 10 0 0 3 15 5 25 Defisit ringan (80-89%) 2 10 0 0 3 15 2 10 Normal (90-119%) 12 60 5 25 10 50 9 45 Lebih (>120%) 1 5 14 70 2 10 1 5 Total 20 100 20 100 20 100 20 100 Tingkat kecukupan energi contoh paling besar dalam kategori normal yaitu 60%, sedangkan contoh yang tergolong tingkat kecukupan energi berlebih sebanyak 5%. Makanan yang menjadi sumber utama energi pada anak usia pra sekolah yang menjadi contoh pada penelitian ini adalah susu yang dikonsumsi rata-rata lebih dari 3 kali sehari. Tingkat kecukupan protein yang berlebih paling banyak terjadi yaitu sebesar 70%, sisanya sebanyak 25% contoh tergolong normal dan 5 % mengalami defisit berat. Tingkat kecukupan protein yang berlebih disebabkan oleh tingginya konsumsi susu pada contoh. Sumber protein lain yang sering dikonsumsi antara lain telur, daging ayam, dan sosis. Tingkat kecukupan lemak contoh paling banyak masuk ke dalam golongan normal (50%), sedangkan yang mengalami tingkat kecukupan lemak yang berlebih hanya 10%. Makanan yang dikonsumsi contoh rata-rata dimasak dengan cara digoreng sehingga minyak menjadi bahan utama yang berkontribusi terhadap kecukupan lemak. Tingkat kecukupan karbohidrat paling banyak adalah pada golongan normal (45%). Sumber karbohidrat yang banyak dikonsumsi adalah nasi, roti, keripik kentang, kentang, dan biskuit.

(32)

18

menyebabkan perbedaan daya terima terhadap makanan. Menurut Khomsan et al

(2013), anak usia pra sekolah sudah mampu memilih makanan yang ingin dikonsumsinya meskipun belum mempunyai alasan mengapa memilih makanan tersebut. mereka cenderung memilih sesuai keinginan dan kesukaan mereka. Menurut Khomsan (2004), anak usia pra sekolah sering kali sedang mengalami fase sulit makan. Masalah konsumsi pangan yang kurang baik tersebut apabila berkelanjutan dapat menggangu asupan energi dan zat gizi anak sehingga dapat menggangu proses pertumbuhan dan perkembangan anak.

Tabel 17 Sebaran tingkat kecukupan vitamin dan mineral contoh

Kategori Kalsium Zat besi Natrium Vit. A Vit. C n % n % n % n % n % Kurang (< 77%) 5 25 4 20 3 15 3 15 6 30 Cukup (>=77%) 15 75 16 80 17 85 17 85 14 70 Total 20 100 20 100 20 100 20 100 20 100 Tingkat kecukupan mineral seperti kalsium, zat besi dan natrium contoh sebagian besar masuk dalam golongan cukup yaitu bertutut-turut 75%, 85% dan 80%. Sumber utama mineral yang dikonsumsi contoh adalah susu dan olahannnya, serta pangan hewani lain seperti ayam, telur, dan ikan laut. Kalsium memiliki peran penting pada masa pertumbuhan.Kalsium juga memiliki peranan penting dalam tubuh diantaranya dalam proses pembekuan darah, kontraksi otot dan fungsi syaraf (Soeditama 2008). Zat besi merupakan mineral yang penting untuk mencegah anemia pada anak. Penelitian yang dilakukan oleh Semba et al.

(2010) menyatakan bahwa anak dengan usia 6 sampai 59 bulan merupakan usia yang paling berisiko tinggi terkena anemia, sehingga asupan zat besi penting untuk dipenuhi sesuai kebutuhan. Natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler tubuh yang menjaga agar cairan tidak keluar dari darah dan masuk ke dalam sel-sel. Selain itu, natrium berperan dalam menjaga keseimbangan asam basa di dalam tubuh, transmisi saraf, kontraksi otot, absorpsi glukosa, dam sebagai alat angkut zat-zat gizi lain melalui membran, terutama melalui dinding usus sebagai pompa natrium. Konsumsi natrium perlu dibatasi agar tidak melebihi dari kebutuhan karena efek jangka panjangnya akan meningkatkan resiko terjadinya penyakit hipertensi (Almatsier 2005).

(33)

19

mempunyai kemampuan kuat untuk reduksi dan bertindak sebagai antioksidan dalam reaksi-reaksi hidrolasi. Carr dan Frei (1999) menyebutkan bahwa dengan peningkatan konsumsi vitamin C dapat menurunkan resiko penyakit kronik seperti kanker, kadiovaskular dan katarak melalui mekanisme antioksidan.

Konsumsi Snack dan Kontribusinya terhadap Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Frekuensi dan Jumlah Jenis Snack yang dikonsumsi

Terdapat banyak pengelompokan terhadap jenis snack. Widayanti (1989) membagi makanan kudapan menjadi dua kelompok berdasarkan cara pembuatannya, yaitu kudapan tradisional dan kudapan buatan pabrik. Boon, Sadek dan Kasim (2012) pada penelitiannya mengelompokkan snack menjadi dua kelompok yaitu makanan dan minuman. Pada penelitian ini, snack dikelompokkan menjadi lima jenis, yaitu buah-buahan, snack tradisional dan snack industri, minuman, dan puding/agar-agar. Tabel 18 menunjukkan rata-rata energi dan zat gizi dari tiap jenis snack yang dikonsumsi sehari. Energi dan zat gizi paling besar berasal dari minuman yaitu energi 421 kkal, protein 15.9 gram, lemak 17.6 gram, karbohidrat 61,8 gram, dan natrium 480 mg. Minuman yang paling banyak dikonsumsi adalah susu dan minuman fermentasi. Snack industri berada diurutan kedua paling besar menyumbang energi dan zat gizi, yaitu energi 213 kkal, protein 5.4 gram, lemak 9.2 gram, karbohidrat 29.3 gram, dan natrium 153.9 mg.

Snack industri yang paling banyak dikonsumsi adalah biskuit, wafer, dan keripik kentang.

Tabel 18 Rata-rata energi dan zat gizi berdasarkan jenis snack yang dikonsumsi Jenis Snack Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Natrium

(mg) Buah-buahan 29 0.3 0.1 7.5 0.9

Snack industri 213 5.4 9.2 29.3 153.9

Snack tradisional 73 1.8 2.7 22.5 1.8

Minuman industri 421 15.9 17.6 61.8 480.0 Puding/Agar-agar 53 0.7 3.4 4.6 20,8 Angka Kecukupan Gizi

(34)

20

Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan jumlah jenis snack yang dikonsumsi

Jenis/minggu n %

1-3 jenis 12 60

4-5 jenis 8 40

Total 20 100

Khomsan (2003) menyatakan bahwa frekuensi konsumsi pangan merupakan salah satu aspek dari kebiasaan makan. Frekuensi konsumsi pangan bisa menjadi penduga tingkat kecukupan gizi, yang artinya semakin tinggi konsumsi pangan, maka peluang terpenuhinya kecukupan gizi semakin besar. Jika dilihat dari frekuensi konsumsi snack selama satu minggu, 85% contoh mengkonsumsi snack 4-7 kali/minggu, sedangkan sisanya sebanyak 15% mengkonsumsi snack 1-3 kali/minggu.

Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi snack/minggu

Frekuensi konsumsi snack kemudian dikelompokan berdasarkan jenisnya. Sebagian besar contoh (>80%) mengkonsumsi buah-buahan, snack tradisional dan puding/agar-agar sebanyak 1-3 kali/minggu, sedangkan snack industri dan minuman sebagian besar contoh (>70%) mengkonsumsi 4-7 kali/minggu.

Tabel 21 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi dan jumlah jenis snack yang dikonsumsi

jenis snack 1-3 kali/minggu 4-7 kali/minggu Total

n % n % n % Contoh yang mengikuti daycare di sekolah akan mendapatkan snack buah dan snack industri atau snack tradisional sebagai selingan sore. Contoh buah yang sering diberikan adalah anggur, pisang, apel dan melon. Sementara itu, snack

industri yang sering diberikan adalah biskuit dan wafer. Snack tradisonal yang sering diberikan adalah kue-kue manis seperti kue bolu dan cup cake. Snack

industri dan snack tradisional bersifat substitusi, artinya jika diberikan snack

industri maka tidak akan diberikan snack tradisional. Menu satu minggu yang didapatkan dari sekolah menunjukkan bahwa sekolah lebih sering memberikan

snack industri daripada snack tradisional.

Snack industri memiliki kelebihan yaitu mudah didapatkan, murah dan kandungan energi serta karbohidratnya cukup tinggi. Apabila ada kekurangan asupan energi dan karbohidrat dari makanan utama dapat dibantu oleh konsumsi

snack industri. Selain mempunyai kelebihan, snack industri juga memiliki nilai negatif yaitu kandungan vitamin dan mineral yang rendah, namun kandungan Frekuensi(kali/minggu) n %

1-3 kali 3 15

4-7 kali 17 85

(35)

21

natriumnya yang tinggi, terutama pada snack asin seperti keripik kentang, keripik singkong, dan krakers. Natrium memberikan rasa asin dan gurih pada makanan, sehingga dapat meningkatkan nafsu makan. Natrium berperan dalam pengaturan tekanan darah. Konsumsi natrium yang berlebihan akan merangsang sekresi renin dan mengakibatkan penyempitan pembuluh darah perifer yang akan berimplikasi terhadap peningkatan tekanan darah. Konsumsi natrium perlu dibatasi agar tidak melebihi kebutuhan sehari untuk menghindari terjadinya penyakit hipertensi pada usia dini (Almatsier 2005)

Kontribusi Energi dan Zat Gizi dari Snack terhadap kecukupan dan konsumsi shari

Rata-rata konsumsi snack pada anak usia pra sekolah menyumbang energi sebesar 41.8% (640,3 kkal) terhadap tingkat kecukupan energi dan 46.1% terhadap energi yang dikonsumsi sehari . Hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh AC Bell, PJ Kremer, AM Magarey dan BA Swinbum tahun 2005 bahwa asupan energi yang berasal dari makanan selingan pada anak-anak Australia sebesar 43.4%. Sementara itu, kontribusi konsumsi snack terhadap kecukupan protein sebesar 58.6%, lemak 44.2%, karbohidrat 45.5%, dan natrium 53.6%. Selain itu, konsumsi snack

berkontribusi sebesar 41.1% protein, 46% lemak, 50.7% karbohidrat, 71% natrium terhadap konsumsi sehari. Hal ini disebabkan karena sebagian besar contoh mengkonsumsi snack yang tinggi karbohidrat, lemak, dan protein seperti susu, biskuit, buah, dan keripik kentang.

Tabel 22 Rata-rata kontribusi konsumsi snack terhadap TKG dan konsumsi sehari Makanan snack Energi

(kkal)

(36)

22

Tabel 23 Sebaran contoh berdasarkan sebaran kontribusi konsumsi snack terhadap kecukupan energi dan zat gizi

Kategori Energi Protein Lemak Karbohidrat Natrium n % n % n % n % n % <15% 2 10 1 5 0 0 3 15 0 0 15-20% 1 5 2 10 3 15 0 0 3 15 >20% 17 85 17 85 17 85 17 85 17 85 Total 20 100 20 100 20 100 20 100 20 100 Pada penelitian ini juga dilihat sumbangan zat gizi baik protein, lemak dan karbohidrat dari snack terhadap energi sehari. Gambar 2 menunjukkan bahwa kontribusi energi terbesar berasal dari karbohidrat (24.3%), sisanya sebesar 14.9% dari lemak dan 4.9% dari protein. Karbohidrat hanya dapat disimpan dalam tubuh untuk ketersediaan energi beberapa jam saja. Kelebihan karbohidrat akan disimpan menjadi lemak dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kegemukan (Almatsier 2005).

Gambar 2 Grafik Persentase Kontribusi Zat Gizi snack terhadap Kecukupan Energi Sehari

Hubungan Antar Variabel

Hubungan Antar Variabel Perilaku Gizi Ibu

(37)

23

Perilaku gizi dibagi menjadi dua berdasarkan bentuk respon terhadap stimulus, yaitu perilaku terbuka dan perilaku tertutup. Pengetahuan gizi dan sikap merupakan perilaku tertutup, yang artinya masih belum dapat diamati jelas oleh orang lain, sedangkan praktik merupakan perilaku terbuka, yang artinya respon terhadap stimulus sudah jelas dalam bentuk tindakan yang mudah diamati oleh orang lain (Notoatmodjo 2007). Pengetahuan dan sikap belum tentu terwujud dalam bentuk tindakan atau praktik, sebab terwujudnya tindakan perlu faktor lain antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana dan juga dukungan dari pihak lain (Notoatmodjo 2010).

Hubungan Perilaku Gizi dengan Pola Asuh Makan

Hasil uji korelasi spearman antara pengetahuan, sikap, dan praktik gizi ibu dengan pola asuh makan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pola asuh makan (p>0.05) dan sikap gizi ibu dengan pola asuh makan (p>0.05), namun ada hubungan yang signifikan dan positif antara praktik gizi ibu dengan pola asuh makan (p<0.05). Hal ini diduga karena pola asuh makan tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, dan praktik gizi ibu saja, tetapi ada faktor lain yang mempengaruhi seperti pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan usia ibu (Diana 2004).

Hubungan Perilaku Gizi Ibu dan Pola Asuh Makan dengan Frekuensi dan Jumlah Jenis Snack yang dikonsumsi Anak

Hasil uji korelasi spearman menunjukkan bahwa pengetahuan gizi ibu mempunyai hubungan yang signifikan positif dengan jumlah jenis snack yang dikonsumsi anak (p<0.05). Pengetahuan gizi ibu juga mempunyai hubungan yang signifikan positif dengan frekuensi konsumsi snack (p<0.05). Sikap gizi ibu memiliki hubungan yang signifikan positif dengan jumlah jenis snack yang dikonsumsi anak (p<0.05). Sikap gizi ibu memiliki hubungan yang signifikan positif dengan frekuensi konsumsi snack anak (p<0.05), sedangkan praktik gizi ibu dan pola asuh makan tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap jumlah jenis snack yang dikonsumsi anak dan frekuensi konsumsi snack anak (p>0.05). Menurut Suhardjo (2003), pengetahuan gizi sangat diperlukan, karena dapat membentuk sikap mental dan perilaku positif terhadap gizi yang lebih lanjut akan berimplikasi terhadap kebiasaan makan,

Perilaku konsumsi makan seperti halnya perilaku lainnya pada diri seseorang, satu keluarga atau masyarakat dipengaruhi oleh wawasan dan cara pandang serta faktor lain yang berhubungan dengan tindakan yang tepat. Oleh karena itu apabila ditelusuri lebih lanjut, sistem nilai tindakan itu dipengaruhi oleh pengalaman pada masa lalu, berkaitan dengan informasi tentang makanan dan gizi yang diterimanya dari berbagai sumber (Notoatmodjo 2007).

Hubungan Antara Frekuensi dan Jumlah Jenis Snack yang dikonsumsi dengan status Gizi

(38)

24

kebiasaan konsumsi snack, soft drink dan fast food terhadap status gizi pada anak Sekolah Dasar.

Hubungan Kontribusi Konsumsi Snack terhadap Konsumsi Sehari dengan Status Gizi

Hubungan kontribusi konsumsi snack terhadap status gizi (BB/U) anak usia pra sekolah. Uji korelasi dilakukan antara energi, protein, lemak dan karbohidrat dari snack dengan status gizi anak. Hasil uji korelasi pearson

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara kontribusi energi, protein, dan lemak dari snack terhadap konsumsi sehari dengan status gizi anak (p>0.05), namun ada hubungan yang signifikan antara kontribusi karbohidrat dari konsumsi snack terhadap konsumsi sehari dengan status gizi anak usia pra sekolah (p<0.05). Hal ini memiliki arti semakin tinggi kontribusi karbohidrat dari snack maka akan semakin tinggi pula status gizi anak usia pra sekolah.

Hubungan Kontribusi Konsumsi Snack terhadap Kecukupan Energi dan Zat Gizi dengan Status Gizi

Analisis selanjutnya dilakukan untuk melihat hubungan kontribusi konsumsi snack terhadap kecukupan energi dan zat gizi dengan status gizi (BB/U) anak usia pra sekolah. Uji korelasi dilakukan antara kontribusi energi, protein, lemak dan karbohidrat dari snack dengan status gizi anak. Hasil uji korelasi

pearson menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara kontribusi protein dan karbohidrat dari snack terhadap kecukupan dengan status gizi anak (p<0.05), sedangkan energi dan lemak dari snack tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan status gizi contoh (p>0.05). Hal ini berarti semakin tinggi kontribusi protein dan karbohidrat dari snack maka semakin tinggi pula status gizi pada anak. Drummond, Crombie&Kirk (1996) menyatakan bahwa snack

dibandingkan dengan makanan utama memiliki kandungan lemak yang lebih rendah dan kandungan karbohidrat yang lebih tinggi.

Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi yang menjadi sumber energi tinggi bagi manusia. Agar dapat diserap oleh tubuh, alat pencernaan menghidrolisa berbagai bentuk polimerik dari karbohidrat menjadi monomerik. Glukosa adalah hasil utama dari pencernaan karbohidrat. Sebagian dari glukosa disimpan sebagai glikogen, dan sebagian lagi dibawa ke sel-sel lain seperti otak, sistem saraf, jantung, dan lain-lain. Tubuh hanya dapat menyimpan glikogen dalam jumlah terbatas, yaitu untuk keperluan energi dalam beberapa jam saja. Di dalam sel glukosa mengalami proses glikolisis yaitu pemecahan glukosa menjadi piruvat dan asetil koA untuk menghasilkan energi. Asetil koA memasuki siklus TCA untuk menghasilkan lebih banyak energi. Glukosa yang tidak dibutuhkan untuk proses pembetukan energi kemudian diubah dari piruvat menjadi gliserol dan asetil koA menjadi asam lemak, sehingga kelebihan karbohidrat ini akan diubah menjadi lemak yang disimpan di sel-sel lemak dalam jumlah yang tidak terbatas (Almatsier 2005).

(39)

25

karena itu, orang dengan aktivitas yang rendah namun, konsumsi karbohidrat dan proteinnya berlebih cenderung akan mengalami kegemukan (Mela 2005).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pada umumnya contoh memiliki jumlah anggota keluarga ≤4 orang dengan tingkat pendidikan ayah dan sebagian besar tamat S1. Pekerjaan sebagian besar ayah dan ibu adalah karyawan swasta. Umur orang tua baik ayah dan ibu sebagian besar masuk kedalam kategori dewasa madya. Pendapatan rata-rata keluarga sebesar Rp 16 625 000.

Sebanyak 55% contoh berumur 54 sampai 72 bulan dan 70% contoh berjenis kelamin perempuan. Status gizi contoh sebagian besar (>80%) normal. Rata-rata kontribusi energi dan zat gizi dari snack terhadap tingkat kecukupan dan konsumsi lebih dari 40%. Sebanyak 85% contoh mengkonsumsi snack 4-7 kali/minggu dan sebanyak 60% contoh mengkonsumsi 1-3 jenis snack/minggu.

Sebagian besar pengetahuan gizi ibu masuk kategori sedang. Sikap dan praktik gizi ibu contoh paling banyak termasuk dalam kategori baik dan kurang. Pola asuh makan sebagian besar ibu masuk kategori baik. Perilaku gizi ibu yang pempunyai hubungan signifikan adalah pengetahuan dengan sikap gizi ibu (p<0.05). Perilaku Gizi Ibu yang pempunyai hubungan signifikan dengan pola asuh makan adalah praktik gizi (p<0.05).

Pengetahuan dan sikap gizi ibu mempunyai hubungan yang signifikan dengan jumlah jenis dan frekuensi konsumsi snack anak (p<0.05), sedangkan praktik gizi ibu dan pola asuh makan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan jumlah jenis dan frekuensi konsumsi snack anak usia pra sekolah (p>0.05).

Tidak ada hubungan yang signifikan antara frekuensi dan jumlah jenis

snack terhadap status gizi anak usia pra sekolah (p>0.05). Terdapat hubungan yang signifikan antara kontribusi karbohidrat konsumsi snack terhadap konsumsi sehari dengan status gizi anak usia pra sekolah (p<0.05). Hubungan signifikan hanya terdapat pada kontribusi protein dan karbohidrat dari snack terhadap kecukupan dengan status gizi anak usia pra sekolah (p<0.05).

Saran

(40)

26

menurunkan konsumsi snack industri pada anak dan membantu melestarikan makanan tradisional Indonesia.

Studi lanjutan dengan metode cohort atau case control perlu dilakukan untuk melihat pengaruh lebih lanjut dari kontribusi konsumsi snack terhadap status gizi dan kesehatan anak usia pra sekolah. Selain itu juga dapat dilakukan studi eksperimental untuk melihat pengaruh dari masing-masing jenis snack

terhadap status gizi anak usia pra sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

AC Bell, PJ Kremer, AM Magarey & BA Swinburn. 2005. Contribution of ‘noncore’ foods and beverages to the energy intake and weight status of Australian children. EJCN 59, 639-645

Almatsier S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Ariefiani R. 2009. Pola asuh makan dan kesehatan pada rumah tangga yang tahan dan tidak tahan pangan serta kaitannya dengan status gizi anak balita di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Arisman. 2009. Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi, Ed.2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Boon Teo Yee, Sedek Razalee & Kasim Zalifah Mohd. 2012. Association between snacking patterns, energy and nutrient intakes, and body mass index among school adolescents in Kuala Lumpur. Am J Clin Nutr

2.3.69.77.

Carr AC, Frei B. 1999. Toward a New Recommended Dietary Allowance for Vitamin Based on Antioxidant and Health Effect in Humans. Am J Clin Nutr 69:1086–107.

Chaplin K, Smith A. 2011. Definitions and perception of snacking. Current Topics In Nutracuetica Research 9(1):53-59.

Deni, Dwiriani Cesilia Meti. 2009. Pengetahuan gizi, aktivitas fisik, konsumsi

snack dan pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal dan gemuk. JGP 4(2):91-96.

[Depkes] Departemen Kesehatan. 1996. 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang. Jakarta: Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga.

[Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Laporan Nasional Riskesdas 2013. Jakarta: Depkes. [1 April 2014]

(41)

27

Drummond S, Crombie N, Kirk T. A critique of the effects of snacking on body weight status. Eur J. Clin Nutr 50:779-83.

Forum Koordinasi Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (FK-PMT-AS). 1997. Pedoman Umum Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS). Jakarta: Forum Koordinasi PMT-AS Tingkat Pusat.

Gibson RS. 2005. Principles of Nutritional Assessment. Ed ke-2. New York: Oxford University Press.

Hastuti D. 2008. Pengasuhan: Teori dan Prinsip serta Aplikasi di Indonesia. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Hurlock. E. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Khomsan A. 2003. Pangan dan Gizi untuk kesehatan. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

____________. 2004. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

____________, F.Anwar, N.Hernawati, N.S. Suhanda, Oktarina. 2013. Tumbuh Kembang dan Pola Asuh Anak. Bogor: IPB Press.

Megiyawati S. 2004. Pola Makan dan Status Gizi Anak Usia 1-6 Tahun di Kampung Naga Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Mela David J. 2005. Food, Diet and Obesity. Washington, DC: CRC Press and Woodhead Publishing Limited.

Napitu N. 1994. Perilaku Jajan di Kalangan Siswa SMA di Kota dan Pinggiran Kota DKI Jakarta [Tesis]. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Notoatmodjo S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Penerbit

Rineka Cipta.

Notoatmodjo S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Popkin Barry M, Piernas C. 2011. Increased portion sizes from energy-dense

foods affect total energy intake at eating occasions in US children and adolescents:patterns and trends by age group and sociodemographic characteristics, 1977-2006. Am J Clin Nutr 94:1324-32.

Slamet Y. 1993. Analisis Kuantitatif Untuk Data Sosial. Solo: Dabara Publisher. Suhardjo.1989b. Sosio Budaya Gizi. Bogor : Pusat antar Universitas Pangan dan

Gizi, Institut Pertanian Bogor.

_______.1996. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara bekerja sama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.

Sulaeman A. 2003. Snack Food Industry (modul 10). Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi. Bogor: IPB.

(42)

28

[WHO] World Health Organization. 1995. Phisical Status: The Used and Interpretation of Antrhopometry. Geneva: World Health Organization. Yuliana. 2007. Pengaruh penyuluhan gizi dan stimulasi psikososial terhadap

(43)

29

LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner

KONTRIBUSI KONSUMSI SNACK TERHADAP

KECUKUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI

1. Tanggal Wawancara : ______________________________2014 2. Enumerator : __________________________________ 3. No. Responden : __________________________________ 4. Nama lengkap Responden (Ibu) : __________________________________ 5. No. Telpon/Hp : __________________________________ 6. Alamat tempat tinggal : __________________________________ __________________________________ __________________________________ 7. Nama Kepala Keluarga : __________________________________

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(44)

30

A. SOSIAL/EKONOMI

A1. Jumlah Anggota Keluarga :

No Nama Jenis

Jenis Kelamin : 1 = Laki-laki, 2 = Perempuan

Pendidikan Terakhir : 1 = Tidak Sekolah, 2 = SD, 3 = SMP, 4 = SMA, 5 = PT Pekerjaan : 1= Tidak Bekerja, 2= PNS/ABRI, 3 = Wiraswasta, 4 = Buruh, 5 = Jasa

(…………)

A11. Pendapatan / bulan

1 Ayah = Rp_________________ 2 Ibu = Rp_________________ 3 Anak = Rp_________________ 4 Anggota keluarga lainnya = Rp_________________ 5 Total Pendapatan = Rp_________________

B1. PENGETAHUAN GIZI

Berilah tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang menurut anda benar! No Pertanyaan Pilihan jawaban

1 Snackmerupakan… a. Makanan yang

dikonsumsi bersama 2 Dalam sehari dianjurkan untuk makan makanan

utama sebanyak :

(45)

31

3 Selingan baiknya diberikan sebanyak… a. 1 kali

b. 2-3 kali c. 3-4 kali d. Tidak tahu

4 Jenis snackyang umum dikonsumsi… e. snack tradisional, snack

industri, snack buah, dan minuman industri

f. snack pasar, snack

industri, snack tradisional

g. snack industri, snack

buah h. tidak tahu

5 Kapan snack diberikan? a. Bersama makanan utama b. Saat selingan

c. Kapan saja d. tidak tahu 6 Berapa proporsi ideal konsumsi snack sehari anak

pra sekolah untuk membantu memenuhi Angka kecukupan Gizi-nya?

a. 15-20% b. 20-25% c. 30-35% d. tidak tahu

7 Contoh snackadalah…. a. Biskuit, kue, lontong sayur

8 Snackyang baik adalah yang mengandung… a. Tinggi karbohidrat dan

lemak b. Tinggi lemak

c. Rendah serat dan tinggi lemak

d. Tinggi serat, rendah lemak dan karbohidrat 9 Angka kecukupan energi untuk anak 3-6 tahun

sehari…

a. 1250-1750 kkal b. 2000 kkal c. 1800 kkal d. Tidak tahu 10 Contoh snacktinggi kalori… a. donat

b. agar-agar c. buah d. tidak tahu

B2. SIKAP GIZI

Berilah tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang menurut anda, anda lakukan. No Pertanyaan Pilihan jawaban

1 Snack merupakan Makanan yang dikonsumsi

bersama makanan utama

Gambar

Gambar 1 kerangka pemikiran perilaku gizi ibu, pola asuh makan dan kontibusi makanan snack serta hubungannya dengan status gizi pada anak pra sekolah
Tabel 1  Jenis, variabel, cara pengumpulan data, dan alat pengumpul data
Tabel 2  Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga
Tabel 4  Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan orang tua
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi, pola asuh dan pengetahuan ibu tentang pola asuh dengan tingkat kemandirian pada anak usia prasekolah di Taman

Gizi buruk dan penurunan berat badanpun dapat mempengaruhi pola defekasi, dapat terjadi frekuensi defekasi yang sering sampai jarang, konsistensi feses yang cair sampai keras,

“Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Pemberian Makan serta Kaitannya dengan Status Gizi Anak Usia 24-59 Bulan di Puskesmas Sidorejo Lor” dengan baik.. Tugas akhir ini diajukan

Ibu yang memiliki pengetahuan yang kurang baik dengan penerapan pola makan yang kurang baik, namun memiliki anak dengan status gizi baik dapat disebabkan karena

peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Antara Pola Asuh Gizi dan Pengetahuan Ibu dengan Status Gizi Balita 0-5 tahun di Posyandu Cempaka Desa Pejagan

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Mustika (2015) terkait pola asuh makan antara ibu bekerja dan tidak bekerja dan faktor yang mempengaruhi status gizi

Dari hasil penelitian tersebut diperoleh bahwa ada hubungan antara pendidikan ibu dan pengetahuan gizi ibu terhadap perilaku makan anak, semakin tinggi tingkat pendidikannya,

Status gizi ibu hamil Tabel 5.1 Distribusi frekuensi gizi ibu hamil pada Responden di Puskesmas Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh Tahun 2018 Status zizi ibu hamil Frekuensi