• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberdayaan Ekonomi Umat Melalui Penyaluran Zakat Produktif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemberdayaan Ekonomi Umat Melalui Penyaluran Zakat Produktif"

Copied!
173
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

NUR ADDINI RAHMA NIM 1111046300011

KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

v

Nur Addini Rahmah. NIM 1111046300011. Pemberdayaan Ekonomi Umat Melalui Penyaluran Zakat Produktif (Studi Kasus BAZIS DKI Jakarta

Dalam Pemberdayaan Zakat Produktif). Konsentrasi Manajemen Zakat & Wakaf,

Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah & Hukum, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015 M / 1436 H.

Skripsi ini bertujuan untuk Mengetahui Mekanisme Penyaluran Dana Zakat Produktif di BAZIS DKI Jakarta. Dengan menganalisis penyaluran dan penghimpunan dana ZIS di BAZIS DKI Jakarta dari tahun 2011- 2013. Sehingga mengetahui dampak penyaluran zakat produktif bagi peningkatan ekonomi umat oleh BAZIS DKI Jakarta, benar-benar telah dirasakan para Mustahik dan masyarakat DKI Jakarta.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yang bersifat kualitatif, yakni sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis berupa kata-kata tertulis atau lisan dari para tokoh dan perilaku yang diamati. Penelitian ini diperoleh penulis dari kantor BAZIS Provinsi DKI Jakarta.

(6)

vi

mustahik agar yang bersangkutan bisa mandiri dan mengembangkan usahanya adalah alternatif yang perlu terus dikembangkan untuk pemberdayaan masyarakat. Namun demikian dibutuhkan kecermatan dalam memilih calon Mustahik dengan harapan dana itu akan dimanfaatkan untuk kepentingan yang sebenarnya agar pengembalian modal usaha tidak macet, yang pada gilirannya bisa digulirkan kepada Mustahik lain. Dan sebagai alternatif penyaluran/pendayagunaan dana ZIS untuk usaha-usaha produktif mempunyai prospek yang cukup menjanjikan dan signifikan di masa mendatang. Masalah yang sering muncul adalah rasio permintaan dan ketersediaan dana yang tak berimbang. Jumlah permohonan bantuan dana bisa lebih banyak ketimbang dana yang tersedia di Badan Amil Zakat/Lembaga Amil Zakat tersebut.

Kata kunci: pemberdayaan, ekonomi umat, penyaluran, dan zakat produktif.

(7)

vii

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat meyelesaikan Skripsi yang

berjudul “Pemberdayaan Ekonomi Umat Melalui Penyaluran Zakat Produktif

(Studi Kasus BAZIS DKI Jakarta Dalam Pemberdayaan Zakat Produktif )”

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi Strata Satu (S1) guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulisan Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa banyak tangan yang terulur memberikan bantuan. Ucapan rasa hormat dan terima kasih yang tulus atas segala kepedulian mereka yang telah memberikan bantuan baik berupa kritik, masukan, dorongan semangat, dukungan finansial maupun sumbangan pemikiran dalam penulisan Skripsi ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menghanturkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN) Jakarta. 2. Dr. Euis Amalia,MAg., dan Dr.Asmawi,MAg., Pembantu Dekan Bidang

Akademik dan Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum.

(8)

viii

sekarang dengan penuh do’a, kasih sayang, kesabaran, keikhlasan, dan perjuangan hidup demi kelangsungan pendidikan dan masa depan putra-putrinya.

5. Adik kandung penulis, Faruki, Annisa dan Farhan yang selalu memberi dukungan moril dan materil kepada penulis.

6. Para Dosen fakultas Syariah dan Hukum yang tidak bisa disebutkan satu persatu namanya yang telah banyak memberikan nasihat dan pengalamannya kepada penulis.

7. Para pengurus BAZIS DKI Jakarta khususnya Bpk.Wawan, Dedi Santosa,SE dan Bpk.Agam yang telah menerima dan membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan Skripsi ini.

8. Teman-teman seperjuangan di UIN khususnya mahasiswa ZISWAF angkatan 2011, Banyak sekali kenangan-kenangan yang telah kita lalui bersama-sama. Semoga silaturahmi kita dapat terus terjalin dan kita semua mencapai kesuksesan bersama-sama.

9. Teman-teman dari Ikatan Lingkar Zakat Madani (LZM UIN Jakarta), dan sahabat-sahabat KKN SMART yang telah menjadi inspirasi dan keluarga

kedua bagi penulis serta selalu memberikan do’a dan dukungan yang

(9)

ix

Novianti dan kawan yang lainnya yang telah menjadi kawan setia selama masa-masa studi dan selalu memberikan masukan, inspirasi serta saran bagi penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.

11.Kekasihku tercinta JM Muhammad Wanda yang selalu menjadi penyemngat lebih dan motivasi tersendiri dalam perjalanan hidup ini. 12.Seluruh staf karyawan Perpustakan Utama UIN dan Perpustakaan FDK

untuk referensi buku-bukunya.

13.Serta kepada seluruh pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu atas semua bantuan dan masukannya kepada penulis.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak atas seluruh bantuan dan amal baik yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan Skripsi ini. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.

Aamiin....

Jakarta, 15 Oktober 2015

(10)

x

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Review Studi Terdahulu ... 8

E. Kerangka Teori dan Konsep ... 10

F. Metode Penelitian ... 13

G. Pedoman Penulisan Skripsi ... 15

H. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II LANDASAN TEORI A. Pemberdayaan Ekonomi Umat ... 18

1. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi Umat ... 18

2. Tujuan Pemberdayaan Ekonomi Umat ... 22

3. Strategi dan Pola-pola Pemberdayaan Ekonomi Umat ... 24

B. Zakat Produktif ... 27

1. Pengertian Zakat Produktif ... 27

2. Landasan Hukum Zakat Produktif ... 33

3. Tujuan dan Hikmah Zakat Produktif ... 34

C. Pendayagunaan Dana Zakat... 36

(11)

xi

C. Visi, dan Misi ... 46

D. Tugas Pokok dan Fungsi ... 47

E. Struktur Organisasi ... 51

F. Pemberdayaan Ekonomi Umat di BAZIS DKI Jakarta ... 56

BAB IV PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT MELALUI ZAKAT PRODUKTIF DI BAZIS DKI JAKARTA A. Mekanisme Penyaluran Dana Zakat Produktif BAZIS DKI Jakarta dalam Upaya Pemberdayaan Ekonomi Umat ... 63

B. Peran BAZIS DKI Jakarta dalam Upaya Pemberdayaaan Ekonomi Umat ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 82

(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Permasalahan kehidupan yang dihadapi umat (Islam) di Indonesia sangat banyak, terutama permasalahan pada bidang ekonomi. Permasalahan tersebut mencakup tingkat penghasilan (rill) yang minim, daya saing yang rendah dalam pengelolaan sumber-sumber ekonomi nasional, tingkat pengangguran tinggi, keterbatasan kemampuan dalam mengelola kegiatan bisnis, keterbatasan kemampuan dalam menyandingkan sumber-sumber informasi dan teknologi industri, ketidakmerataan kemakmuran dan kesejahteraan hidup yang tinggi, dan lain sebagainya.1

Oleh karena itu, kita perlu menciptakan usaha-usaha atau lapangan pekerjaan sebagai salah satu alternatif untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran, dan ini menjadi kewajiban bersamaa baik pemerintah maupun masyarakat. Tampaknya tidak berlebihan bila dikatakan bahwa usaha memberantas kemiskinan umat kedudukan “hukum-nya” termasuk kategori wajib.2

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, institusi yang diberikan amanat untuk mengelola zakat yaitu Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), Lembaga Amil Zakat (LAZ),

1 Rian Sanjaya, “

Model Pendayagunaan Zakat Produktif Di Badan Amil Zakat Dan Lembaga Amil Zakat ”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h.1.

2

(13)

Unit Pengumpul Zakat (UPZ). Badan Amil Zakat adalah lembaga yang dibentuk masyarakat yang bertugas membantu pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat. Sedangkan Unit Pengumpul Zakat adalah satuan organisasi yang dibentuk BAZNAS untuk membantu pengumpulan zakat. Dan tujuan pengelolaan zakat menurut Undang-Undang Nomor 23 Pasal 3 adalah agar mampu meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat serta mampu meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.3

Dari sudut bahasa, kata zakat berasal dari kata “zaka” yang berarti berkah, tumbuh, bersih, dan baik.4 Menurut istilah fiqih zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah untuk diserahkan kepada yang berhak. Zakat menurut lughat (bahasa) berarti berkah, tumbuh, berkembang, suci bersih, baik dan terpuji. Selanjutnya Yusuf Qardhawi memberi penjelasan, bahwa zakat menurut Al-Qur’an dan Sunnah disebut juga shodaqah.5

Zakat sebagai salah satu rukun Islam yang asasi merupakan media untuk menghubungkan antara yang kaya dan miskin, sekaligus berfungsi untuk membina ukhuwah islamiyah. Karena pada dasar prinsip zakat adalah

3Siti Masuko, “

Strategi Penyaluran Dana LAZIS Yayasan Amaliah Astra Dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h.5

4Mahmud Yunus, “

Kamus Arab-Indonesia”, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjema Pentafsiran Al-Qur’an, 1973), h.156.

5

(14)

harta orang mampu dibagikan kepada Mustahik dan untuk memenuhui kebutuhan masyarakat dan agama.6

Zakat merupakan sumber dana potensial dalam pemberdayaan ekonomi umat. Dengan potensi yang demikian besar, diharapkan lembaga-lembaga Amil zakat, dapat melakukan suatu perubahan yang signifikant terhadap program ataupun bentuk pendayagunaan dana zakat yang dapat meningkatkan kesejahteraan para Mustahik. Sudah barang tentu program tersebut harus yang berkaitan dengan ekonomi.7

Sedangkan istilah pemberdayaan atau empowerment berasal dari kata

power (kekuasaan atau keberdayaan).8 Pemberdayaan sering diartikan sebagai perolehan kekuatan dan akses terhadap sumber daya. Pemberdayaan menurut Steven Shardlow memfokuskan pembahasan pada masalah bagaimana individu atau kelompok atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai keinginan mereka. 9

Pemberdayaan dana zakat ini terus mengalami perkembangan seiring dengan berjalannya waktu. Setiap lembaga Amil zakat maupun Badan Amil Zakat pasti akan melakukan pengembangan terus-menerus teradap

6

Abdullah Zaky Al-Kaaf, “Ekonomi Dalam Prespektif Islam”, (Bandung : Pustaka Setia, 2002,cet. 1, h.132.

7Salehuddin effendi, “

Peran BAZIS DKI Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Umat

Majalah BAZIS DKI Jakarta, Edisi 2002, h.8.

8 Onny S. Prijono dan A.M.W Pranarka, “

Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan Implementas”, (Jakarta: CSIS,1996), h.62.

9

(15)

pemberdayaan dana zakat.10 guna menemukan formula yang tepat untuk memberdayakan Mustahik.

Adapun pengembangan zakat bersifat produktif dengan cara dijadikannya dana zakat sebagai modal usaha, untuk pemberdayaan ekonomi penerimannya, dan supaya kaum dhuafa dapat menjalankan atau membiayai kehidupannya secara konsisten. Dengan dana zakat tersebut

Mustahik akan mendapatkan penghasilan tetap, meningkatkan usaha, mengembangkan usaha serta mereka dapat menyisihkan penghasilannya untuk menabung.

Dana zakat untuk kegiatan produktif akan lebih optimal bila dilaksanakan Lembaga atau Badan Amil Zakat karena LAZ/BAZ sebagai organisasi yang terpercaya untuk pengalokasian, pemberdayaan, dan pendistribusian dana zakat, tidak hanya memberikan zakat begitu saja melainkan mereka mendampingi, memberikan pengarahan serta pelatihan agar dana zakat tersebut benar-benar dijadikan modal kerja sehingga penerimaan zakat tersebut memperoleh pendapatan yang layak dan mandiri.11

BAZIS DKI Jakarta merupakan Badan Amil Zakat bentukan pemerintah yang memiliki tugas, meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat, infaq, dan shadaqah.12 Sudah secara otomatis harus berusaha dengan

10

http://repository.unib.ac.id/4389/Pendayagunaan Zakat Produktif dalam Mensejahterakan Usaha ekonomi Mikro. diakses Tanggal 15 November 2014 Jam 19.00.

11

Peduli Umat, (Jakarta: Majalah BAZIS DKI Jakarta, Edisi Desember 2010), h.6. 12

(16)

sepenuh hati untuk mengembangkan model pemberdayaan zakat produktif yang tepat.

BAZIS DKI Jakarta memiliki aturan tersendiri dalam hal pemberdayaan zakat. Pada saat ini ada beberapa peraturan terkait ZIS di DKI Jakarta yang menjadi rujukan BAZIS DKI Jakarta. Dalam hal penyaluran dan pemberdayaan ZIS yang hanya disalurkan kepada enam

Ashnaf, yaitu Fakir, Miskin, Muallaf, Gharim, Sabilillah, dan Ibnusabil. Alasannya karena dua kelompok lainnya seperti Riqab dan Amil tidak ada alokasi dengan alasan karena di Indonesia tidak ada perbudakan. Sedangkan hak Amil tidak diambil dari ZIS, karena sudah ada subsidi dari APBD DKI Jakarta.13

Adapun perolehan ZIS yang berhasil dicapai tahun 2011 naik sebesar 12,76% dari perolehan tahun 2010. Pada tahun 2011 terkumpul dana ZIS sebesar Rp. 64,7 miliar, melampaui target yang telah ditetapkan sebesar Rp. 57,5 miliar.14 Bila tahun 2012 perolehan ZIS sebesar Rp 81.453.310.876.97, tahun 2013 naik menjadi Rp 97.795.879.070. artinya perolehan ZIS meningkat sebesar Rp 13.354.879.070 atau 20,06%.15

Dari hasil perolehan tersebut BAZIS sudah menyentuh ribuan

Mustahik yang dibantu-baik secara finansial maupun yang menerima manfaat seperti dalam pelatihan serta bisa mendapatkan lapangan pekerjaan. Hal ini berarti kaum dhuafa tidak hanya sekedar meminta tetapi mampu Jakarta-salurkan-santunan-rp-18-miliar diakses Tanggal 10 Januari 2015 Jam 17:09

15

(17)

untuk berkarya.16 Dan angka pengangguran otomatis menjadi berkurang, mengakibatkan pertumbuhan ekonomi meningkat.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai zakat produktif dengan judul :

“PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT MELALUI

PENYALURAN ZAKAT PRODUKTIF DI BAZIS DKI JAKARTA DALAM PEMBERDAYAAN ZAKAT PRODUKTIF ”

B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan mengenai zakat produktif dan pendayagunaan ekonomi umat maka perlu pembatasan masalah, agar pembahasan tidak terlalu meluas dan terarah.

Adapun pembatasan permasalahan dalam Skripsi ini adalah Penyaluran Dana Zakat Untuk Pemberdayaan Ekonomi Umat Melalui Zakat Produktif BAZIS DKI Jakarta. Penelitian akan dilakukan pada tahun 2015 dan bertempat di BAZIS DKI Jakarta.

2. Perumusan Masalah

Untuk mempermudah penulisan Skripsi ini, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

a. Bagaimana mekanisme penyaluran dana zakat produktif BAZIS DKI Jakarta dalam upaya pemberdayaan ekonomi umat?

16

(18)

b. Bagaimana peran BAZIS DKI Jakarta dalam upaya pemberdayaaan ekonomi umat?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini tidak lain untuk turut serta memberikan kontribusi peneliti terhadap wacana, pemikiran, kajian, dan praktik pemberdayaan ekonomi umat melalui zakat produktif oleh BAZIS DKI Jakarta. Setelah memperhatikan judul serta latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :

a. Untuk mengetahui mekanisme penyaluran dana zakat produktif BAZIS DKI Jakarta dalam upaya pemberdayaan ekonomi umat. b. Untuk mengetahui peran BAZIS DKI Jakarta dalam upaya

pemberdayaaan ekonomi umat. 2. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang bisa ditimbulkan dari penelitian ini, penulis ingin agar penelitian ini bisa memberikan manfaat :

1) Manfaat Akademisi :

(19)

bagi para Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum dan khususnya bagi penulis.

b. Memberikan sumbangan pemikiran kepada perusahaan dalam memberdayakan ekonomi umat melalui zakat produktif guna mensejahterakan masyarakat.

2) Manfaat Praktisi:

a. Agar masyarakat mengetahui dan memahami pemberdayaan ekonomi umat yang dilakukan oleh BAZIS DKI Jakarta melalui zakat produktif. Sehingga masyarakat dapat berpartisipasi dalam memberdayakan para kaum dhuafa di BAZIS DKI Jakarta. b. Sebagai bahan masukan terhadap BAZIS DKI Jakarta dalam

menerapkan dan mengembangkan pemberdayaaan ekonomi umat melalui zakat produktif

3) Manfaat Masyarakat:

Agar dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk masyarakat agar lebih percaya untuk memberikan dana zakat, infaq, dan sedaqahnya ke BAZIS DKI Jakarta.

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

(20)

mengatakan belum pernah diteliti sama sekali, adapun penelitian yang sudah dibahas antara lain:

No. Nama Peneliti,

(21)

3.

(22)

Islam memandang penting persoalan ekonomi, hal ini dikarenakan ekonomi merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak dapat dipisahkan. Sedangkan zakat merupakan sumber dana potensial yang dapat dimanfaatkan untuk memajukan kesejahteraan umum bagi seluruh masyarakat.17 Zakat merupakan bagian dari rukun Islam yang merupakan kewajiban setiap muslim yang mampu untuk mengeluarkan sebagian hartanya dan diperuntukkan bagi mereka yang berhak menerimanya.18

Dari sudut bahasa, kata zakat berasal dari kata “zaka” yang berarti berkah, tumbuh, bersih, dan baik19. Menurut istilah fiqih zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah untuk diserahkan kepada yang berhak. Sedangkan kata produktif adalah berasal dari bahasa Inggris yaitu “productive” yang berarti menghasilkan atau memberikan banyak

hasil.20 Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian zakat produktif adalah pengelolaan dan penyaluran dana zakat yang bersifat produktif,yang mempunyai efek jangka panjang bagi para penerima zakat.21

Definisi dari ekonomi umat adalah segala aktivitas yang berkaitan dengan produksi dan distribusi serta konsumsi, baik berupa jasa atau barang yang dilakukan oleh masayarakat beragama muslim umumnya.22

17

Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia No.38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat.

18Muhammad Syafi’i Antonio, “

Bank Syraiah Dan Teori Ke Prkatek”. (Jakarta: Gema

Insani Press,2003),h.4.

19

Mahmud Yunus, “Kamus Arab-Indonesia”, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjema

Pentafsiran Al-Qur’an, 1973), h.156.

20

M.Ali Hasan, “Masail Fiqiyah”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2003), h.41.

21

M.Anwar Musaddad, “ Zakat Produktif ”, http://www.zakatcenter.org. diakses Tanggal 26 Januari 2015 Jam 20:22.

22

(23)

Kata penyaluran berasal dari bahasa Inggris yaitu distribute yang berati pembagian, secara terminologi peyaluran adalah pembagian dan pengiriman kepada orang banyak atau beberapa tempat.23

Istilah pemberdayaan atau empowerment berasal dari kata power

(kekuasaan atau keberdayaan).24 Pemberdayaan sering diartikan sebagai perolehan kekuatan dan akses terhadap sumber daya. Pemberdayaan zakat produktif sesungguhnya mempunyai konsep perencanaan dan pelaksanaan yang cermat seperti mengkaji penyebab kemiskinan, ketidakadaan modal kerja dan kekurangan lapangan kerja, oleh karena itu perlu adanya perencanaan yang dapat mengembangkan zakat bersifat produktif.25 Guna mewujudkan masyarakat mandiri, maka peran pengelolaan lembaga zakat ikut berpartisipasi dengan cara menyediakan sarana dan prasarana yang berpihak pada masyarakat.26 Sarana dan prasarana bisa dibentuk berupa lembaga bisnis-sosial yang bisa mencari keuntungan secara wajar, dimana keuntungan tersebut akan dimanfaatkan kembali untuk masyarakat.

Agar bantuan zakat produktif dapat berjalan maksimal, maka BAZIS Provinsi DKI Jakarta selalu melakukan pendampingan, pemantauan, dan pembinaan. Upaya ini dilakukan dengan merekrut tenaga honorer sebagai Supervisi Program (SP). Dengan ini, perkembangan usaha dapat dianalisis

23W.H.S. Poerwadaminta, “Kamus Umum Bahasa Indonesia”,

(Jakarta: Balai Pustaka, 1999), cet. 7, h. 269.

24 Onny S. Prijono dan A.M.W Pranarka, “

Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan, dan Implementasi”, (Jakarta: CSIS, 1996), h.62.

25 Sjechul Hadi Permono, “

Pendayagunaan Zakat Dalam Rangka Pembangunan Nasional”, (Jakarta: Pustaka Firaus,1995), h.41-42.

26

(24)

untuk dipastikan kelayakannya. Sedangkan dalam proses pemberdayaan BAZIS DKI Jakarta tetap secara aktif memberikan informasi yang dimiliki. Karena disadari atau tidak, bahwa BAZIS hanyalah mediator antara the haves dengan Mustahik. ZIS yang ada hanyalah titipan dari mereka yang mampu, untuk diberikan kepada mereka yang kurang mampu.

Berdasarkan penjelasan diatas bahwa pemberdayaan yang dilakukan BAZIS DKI Jakarta bisa mengoptimalkan perekonomian umat dan sangat membantu dalam penyaluran zakat produktif agar manyarakat kurang mampu bisa lebih berproduktif.

F. Metode Penelitian

Metode yang digunakan oleh penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini dengan menggunakan metode-metode yang umumnya berlaku dalam penelitian :

1. Pengumpulan Data a. Pendekatan

Pendekatan ini menggunakan pendekatan yang bersifat kualitatif, yakni sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis berupa kata-kata tertulis atau lisan dari para tokoh dan perilaku yang diamati.

b. Jenis Penelitian

(25)

tanggapan dari responden. Karena melakukan penelitian langsung guna mendapatkan data yang jelas atau kesesuaian antara teori dan praktek pendayagunaan ZIS pada BAZIS DKI Jakarta dalam masalah pemberdayaan untuk kaum dhuafa.

Sumber data dalam penelitian ini penulis menggunakan dua jenis sumber data :

a. Data primer

Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti.27 Data primer yang digunakan dalam penulisan ini merupakan data yang diperoleh dari terjun langsung ke lapangan dengan objek penelitian yaitu pemberdayaan ekonomi umat melaui zakat produktif pada BAZIS DKI Jakarta.

b. Data sekunder

Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram.28

27Husein Umar, “

Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis”, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2004) h.42.

28Husein Umar, “

(26)

2. Teknik pengumpulan data a. Observasi

Observasi merupakan metode mengumpulkan data dengan mengamati langsung dilapangan. Dalam hal ini penulis mengadakan pengamatan secara cermat dan sistematik.29 Dalam penelitian ini penulis mengamati secara langsung untuk mengetahui pemberdayaan ekonomi umat melalui zakat produktif yang dilakukuan oleh BAZIS DKI Jakarta.

b. Wawancara

Wawancara adalah salah satu bagian yang terpenting dari setiap survei. Wawancara juga merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi.

c. Dokumentasi

Pengumpulan data-data yang diperlukan dengan cara memperoleh data dokumentasi tentang pemberdayaan ekonomi umat melaui zakat produktif serta mencari bahan pustaka/buku rujukan yang berkaitan dengan judul Skripsi yang sedang dibuat ini.

G. Pedoman Penulisan Skripsi

Penulisan dan penyusunan Skripsi ini, berpedoman kepada kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah pada buku pedoman penulisan skripsi, yang

29Sugiono, “

(27)

diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah cetakan tahun 2012.

H. Sistematika Penulisan

Didalam pembuatan penelitian ini, penulis akan memberikan gambaran mengenai hal apa saja yang dilakukan, maka secara garis besar gambaran tersebut dapat dilihat dalam sistematika Skripsi dibawah ini : BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan (review) kajian terdahulu, kerangka teori dan konseptual, metode penelitian, yaitu terdiri dari pengumpulan data, yang meliputi pendekatan dan jenis penelitian, sumber data, yang meliputi data primer dan sekunder, kemudian teknik pengumpulan data, yang terdiri dari observasi, wawancara, dokumentasi, pedoman penulisan Skripsi, dan sistematika penulisan.

BAB II: TINJAUAN TEORI

(28)

BAB III: PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT di BAZIS DKI JAKARTA

Dalam bab ini menjelaskan tentang obyek penelitian, gambaran umum BAZIS DKI Jakarta, sejarah berdirinya BAZIS DKI Jakarta, struktur organisasi, visi dan misi, dan pemberdayaan ekonomi umat.

BAB IV: PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT MELALUI PENYALURAN ZAKAT PRODUKTIF di BAZIS DKI JAKARTA

Dalam bab ini penulis akan menganalisis data primer dan data sekunder mengenai pemberdayaan zakat produktif dalam peningkatan ekonomi umat dalam bab ini dibahas mengenai bagaimana mekanisme penyaluran dana zakat produktif BAZIS DKI Jakarta dalam upaya pemberdayaan ekonomi umat dan bagaimana peran BAZIS DKI Jakarta dalam upaya pemberdayaaan ekonomi umat, sehingga dapat menimbulkan ekonomi negara berkembang.

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

(29)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pemberdayaan Ekonomi Umat

1. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi Umat

Untuk mengetahui maksud dari pemberdayaan ekonomi umat, perlu dikemukakan tentang pemberdayaan itu sendiri. Pada dasarnya, agama Islam adalah agama pemberdayaan. Dalam pandangan Islam, pemberdayaan merupakan gerakan tanpa henti.30 Secara konseptual, pemberdayaan (empowerment) berasal dari kata “power” (kekeuasaan

atau keberdayaan).31 Pemberdayaan secara etimologi berasal dari kata

daya yang berarti upaya, usaha, akal, kemampuan. Pemberdayaan sering diartikan sebagai perolehan kekuatan dan akses terhadap sumber daya.32

Istilah pemberdayaan diartikan sebagai upaya memperluas horizon pilihan bagi masyarakat, dengan upaya pendayagunaan potensi, pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan hasil yang memuaskan. Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya

30 Nanih Machendrawati, Agus Ahmad Syafe’i, “

Pengembangan Masyarakat Islam: Strategi Sampai Tradisi”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2001),Cet.1, h.41.

31Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayaakan Rakyat”,

(Bandung : Reflika Aditama,2005),cet 1, h.57.

32

Badadu–Zain, “Kamus Umum Bahasa Indonesia”, (Jakarta: Sinar Harapan,1997), h.317.

(30)

adalah yang dapat memilih dan mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pilihan-pilihan.33

Selain itu Pemberdayaan di bidang ekonomi merupakan upaya untuk membangun daya (masyarakat) dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi ekonomi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya. Keberdayaan masyarakat adalah unsur dasar yang memungkinkan suatu masyarakat bertahan. Dalam pengertian yang dinamis, yaitu mengembangkan diri dan mencapai kemajuan. Keberdayaan masyarakat menjadi sumber dari apa yang dikenal sebagai Ketahanan Nasional.34

Amrullah Ahmad menyatakan bahwa pemberdayaan adalah sistem tindakan nyata yang menawarkan alternatif model pemecahan masallah ummah dalam bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan.35

Menurut Soeharto (2005) pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom) dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, dan bebas dari kesakitan (b) menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan

33 Lili Bariadi dan Muhammad Zen, “Zakat & Wirausaha”,

(Jakarta: CV. Pustaka Amri,2005), h.53.

34Mubyarto, “Membangun Sistem Ekonomi”,

(Yogyakarta: BPFE, 2000), h.263-264. 35

(31)

jasa yang mereka perlukan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka.36

Sedang menurut Parsons yang dikutip oleh Suharto (2005) pemberdayaan adalah sebuah peroses di mana seseorang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan serta berpengaruh terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.37

Sedangkan untuk membahas ekonomi umat, maka perlu di perjelas dahulu tentang pengertian ekonomi dan umat. Definisi yang paling populer tentang ekonomi, yaitu bahwa ekonomi adalah segala aktivitas yang berkaitan dengan produksi dan distribusi diantara orang-orang. Di sini, titik tekan definisi ekonomi adalah pada kegiatan produksi dan distribusi baik dalam bentuk barang ataupun jasa.38

Definisi ekonomi lain mencakup aspek yang lebih luas, misalnya yang terdapat pada Oxford Dictionary of Current Engish sebagaimana dikutip Muhammad dan Alimin dalam Etika dan Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi Islam, di katakan bahwa ilmu ekonomi merupakan kajian

36Edi Suharto, “

Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat”, (Bandung: PT Refika Aditama,2005), h.57.

37Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat”

, (Bandung: PT Refika Aditama,2005), h.58-59.

38M. Dawam Rahardjo, “Islam Dan Transformasi Sosial-Ekonomi”,

(32)

tentang produksi, distribusi dan konsumsi kekayaan di dalam masyarakat manusia. Pada definisi ini, selain ada aspek konsumsi, juga tercakup obyek kegiatan ekonomi, yaitu kekayaan, yang tidak lain adalah kekayaan material.39

Selanjutnya, ketika membahas perekonomian umat, maka ada kemungkinan yang perlu diperhatikan yaitu: ekonomi umat itu hampir identik dengan ekonomi pribumi Indonesia. Sementara itu umat Islam sendiri berjumlah 87 persen dari total penduduk. Konsekuensi dari pengertian ini, bahwa jika dilakukan pembangunan nasional secara merata, maka hal ini berarti juga pembangunan ke perekonomian umat Islam.40 Jadi dapat dikerucutkan bahwa memberdayakan ekonomi umat di sini, berarti upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat Islam dari kondisi tidak mampu, serta melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan ekonomi. Dengan kata lain, sebagai upaya membangun kemandirian umat di bidang ekonomi.

Dari berbagai pengertian yang ada, maka peneliti menarik kesimpulan bahwa pemberdayaan ekonomi umat adalah upaya untuk membangun daya (masyarakat) dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya seperti; melakukan upaya peningkatan kemampuan untuk menghasilkan nilai tambah paling tidak harus ada

39Muhammad dan Alimin, “Etika Dan Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi Islam”,

(Yogyakarta: BPFE, 2004), h.12.

40M. Dawam Rahardjo, “Islam Dan Transformasi Sosial-Ekonomi”,

(33)

perbaikan akses terhadap empat hal, yaitu akses terhadap sumber daya, akses terhadap teknologi, akses terhadap pasar, akses terhadap permintaan.

2. Tujuan Pemberdayaan Ekonomi

Tujuan pemberdayaan ekonomi adalah membantu seseorang memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dia lakukan yang terkait dengan diri mereka termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungan.41 Dari tujuan di atas, pemberdayaan dapat di artikan sebagai sebuah usaha dan proses dalam membantu supaya seseorang itu dapat mandiri dalam menciptakan keputusan-keputusan akan dirinya, yang terkait antara hubungan seseorang tersebut dengan lingkungan sekitarnya.

Dengan demikian, usaha pemberdayaan bertujuan untuk menggerakkan potensi atau daya yang dimiliki oleh individu sebagai anggota masyarakat, tetapi tentunya usaha ini juga harus diikuti oleh usaha perbaikan pranata-pranata pendukungnya. Demikian pula pembaharuan lembaga sosial dan integrasiannya kedalam kegiatan perekenomian masyarakat sebagai salah satu pintu masuk menuju kesejahteraan.

41

(34)

Kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah berdasar pada pemikiran ekonomi klasik yang memiliki pandangan bahwa masyarakat bakal berubah secara linier, yaitu perubahan yang selaras, serasi, dan seimbang dari unsur masyarakat paling kecil sampai ke perubahan masyarakat keseluruhan; dari tradisional menuju modern. Model pembangunan yang diterapkan dengan trickle down effect dimana akumulasi kapital dikalangan kelas atas akan menetes ke bawah. Orang-orang bawah akan mendapatkan “cipratan” seperti dalam bentuk lapangan

kerja yang diciptakan. Konsumsi orang kaya akan memberikan penghasilan bagi orang-orang di lapisan bawah.42

Di antara upaya untuk menanggulangi masalah kemiskinan adalah dengan konsep pemberdayaan masyarakat (social empowerment) dimana pondasi utamanya keadilan sosial. Paradigma pembangunan terkait dengan keadilan sosial memfokuskan pada unsur kesetaraan(equality), kerjasama, dan upaya saling berbagi (sharing) dalam masyarakat. Prinsip dari pemberdayaan masyarakat itu memberikan landasan tersedianya akses ekonomi bagi masyarakat sehingga terjadi perubahan kearah yang lebih baik.43

Masyarakat yang memiliki kemampuan untuk memberdayakan dirinya akan mampu melakukan perubahan kearah yang lebih baik sehingga akan meningkatkan tingkat kemakmurannya. Untuk melihat

42Arief Budiman “

Teori Pembangunan Dunia Ketiga”, (Jakarta: Gramedia, 1995), h.124. 43 Isbandi Rukminto Adi, “

(35)

kemajuan suatu ekonomi menurut MA Mannan ada tiga hal yang menjadi tolak ukur, yaitu; pertama, pendapatan perkapita tinggi. Kedua, pendapatan perkapita terus naik. Ketiga, kecendrungan kenaikan terus menerus dan mandiri. Kemandirian dalam bidang ekonomi merupakan suatu indikator tertinggi untuk menilai kemajuan ekonomi. Karena kemandirian menunjukkan keberdayaan masyarakat dalam mengatasi masalah ekonomi, dan ini berarti tujuan pemberdayaan tercapai.44

3. Strategi dan Pola-Pola Pemberdayaan Ekonomi Umat

Dalam memberdayakan ekonomi umat berarti mengembangkan sistem ekonomi dari umat oleh umat sendiri dan untuk kepentingan umat. Berarti pula meningkatkan kemampuan rakyat secara menyeluruh dengan cara mengembangkan dan mendinamiskan potensinya.

Upaya pengerahan sumber daya untuk mengembangkan potensi ekonomi umat akan meningkatkan produktivitas umat. Dengan demikian, umat atau rakyat dengan lingkungannya mampu secara partisipatif menghasilkan dan menumbuhkan nilai tambah yang meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan mereka. Rakyat miskin atau yang belum termanfaatkan secara penuh potensinya akan meningkat bukan hanya ekonominya, tetapi juga harkat, martabat, rasa percaya diri, dan harga dirinya.

44N.Oneng Nurul Bariyah, “Total Quality Managemet Zakat”

(36)

Pemberdayaan ekonomi umat dapat dilihat dari tiga sisi:

1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Titik tolak pemikirannya berupa pengenalan bahwa setiap manusia, dan setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya.

2. Memperkuat potensi ekonomi yang dimiliki oleh masyarakat itu. Untuk memperkuat potensi ekonomi umat ini, upaya yang sangat pokok dalam peningkatan taraf pendidikan, derajat kesehatan, serta terbukanya kesempatan untuk memanfaatkan peluang-peluang ekonomi.

3. Mengembangkan ekonomi umat juga mengandung arti melindungi rakyat dan mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang serta mencegah eksploitasi golongan ekonomi yang kuat atas yang lemah. Upaya melindungi rakyat tersebut tetap dalam rangka proses pemberdayaan dan pengembangan prakarsanya. 45

Melalui langkah-langkah yang nyata harus diupayakan agar pertumbuhan ekonomi umat berlangsung secara cepat. Strategei berpusat pada upaya mendorong percepatan perubahan struktural yang selanjutnya dapat memperkuat kedudukan dan peran ekonomi umat dalam perekonomian nasional.

(37)

Memberdayakan ekonomi umat secara proporsional sama dengan memberdayakan ekonomi rakyat. Karenanya, tidak heran jika aspek pemberdayaan ekonomi rakyat menjadi tema sentral bagi pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi harus pula menujukkan pada perbaikan keadilan. Aspek keadilan ini harus diterjemahkan dalam konsep ekonomi dan secara politis dapat diterima. 46

Pola-pola pemberdayaan ekonomi masyarakat mempunyai ciri-ciri atau unsur-unsur pokok sebagai berikut:

a. Mempunyai tujuan yang hendak dicapai. b. Mempunyai wadah kegiatan yang terorganisir.

c. Aktivitas yang dilakukan terencana, berlanjut, serta harus sesuai dengan kebutuhan dan sumberdaya setempat.

d. Ada tindakan bersama dan keterpaduan dari berbagai aspek yang terkait.

e. Ada perubahan sikap pada masyarakat sasaran selama tahap-tahap pemberdayaan.

f. Menekankan pada peningkatan partisipasi masyarakat dalam ekonomi terutama dalam wirausaha.

g. Ada keharusan membantu seluruh lapisan masyarakat khususnya masyarakat lapisan bawah. Jika tidak, maka solidaritas dan kerjasama sulit tercapai.

(38)

h. Akan lebih efektif bila program pengembangan masyarakat pada awalnya memperoleh bantuan dan dukungan pemerintah. Selain itu sumber-sumber dari organisasi sukarela non-pemerintah harus dimanfaatkan.

Dengan demikian pola-pola pemberdayaaan ekonomi masyarakat bukan sekedar diartikan sebagai keharusan masyarakat untuk mengikuti suatu kegiatan, melainkan dipahami sebagai kontribusi mereka dalam setiap tahapan yang mesti dilalui oleh suatu program kerja pemberdayaan ekonomi masyarakat.47

B. Zakat Produktif

a. Pengertian Zakat Produktif

Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu Al-Barakatu (keberkahan), Al-Namaa (pertumbuhan dan perkembangan), Ath-Thaharatu (kesucian), dan Ash-Shalahu

(keberesan).48 Secara istilah zakat adalah bahwa zakat itu merupakan bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWT mewajibkannya kepada pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula.49

47 Lili Bariadi dan Muhammad Zen, “

Zakat & Wirausaha”, (Jakarta: CV. Pustaka Amri,2005), h.55.

48

Mahmud Yunus, “Kamus Arab-Indonesia”, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjema Pentafsiran Al-Qur’an, 1973), h.156.

49Didin Hafidhuddin, “Zakat dalam Perekonomian Modern”,

(39)

Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dan dengan pengertian menurut istilah, sangat nyata dan erat sekali, yaitu bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang dan bertambah, suci dan baik. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam surat at-Taubah:103

ْمَُِ ٌنَكَس َكَتوَلَص َنِإ ْمِهْيَلَع ِلَصَو اَِِ ْمِهيِكَزُ تَو ْمُهُرِهَطُت ًةَقَدَص ْمَِِِوْمَأ ْنِم ْذُخ

ٌميِلَع ٌعيََِ ُهَللاَو

Artinya:

“Ambillah (sebahagian) dari harta mereka menjadi sedekah, supaya dengannya engkau membersihkan mereka dan mensucikan mereka dan doakanlah untuk mereka, sesungguhnya doamu itu menjadi ketenteraman bagi mereka. Dan (ingatlah) Allah Maha Mendengar, lagi

Maha Mengetahui.” (QS. AT-Taubah: 103)

(40)

Umat Islam merupakan umat yang mulia, umat yang dipilih Allah untuk mengemban risalah, agar mereka menjadi khalifah dimuka bumi. Tugas umat Islam mewujudkan kehidupan yang adil, makmur, tentram, dan sejahtera. Oleh karena itu, Islam seharusnya menjadi rahmat bagi seluruh alam. Tetapi kenyataannya umat Islam masih jauh dari kondisi ideal, karean belum optimal dalam mengelola potensi yang ada. Bila seluruh potensi sumber daya manusia dan ekonomi yang melimpah, dikembangkan secara baik, dipadukan potensi aqidah Islamiyah tentu akan lebih optimal. Maka kesadaran beragama dan ukhuah Islamiyah kaum muslimin akan semakin meningkat maka kesulitan ekonomi akan semakin sedikit.

Salah satu sisi ajaran Islam yang harus ditangani secara serius menyangkut penanggulangan kemiskinan dengan cara mengoptimalkan pengumpulan dan pendayagunaan zakat, infak, dan shadaqah. Sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW serta penerusnya dizaman keemasan Islam.50

Sedangkan produktif berasal dari bahasa inggris productive yang berarti banyak menghasilkan. Secara umum produktif (productive) berarti banyak menghasilkan karya atau barang. Produktif juga berarti banyak menghasilkan, memberikan banyak hasil.51

50 Lili Bariadi dan Muhammad Zen, “Zakat & Wirausaha”,

(Jakarta: CV. Pustaka Amri,2005), h.6-7.

51

(41)

Pengertian produktif dalam hal ini, kata yang disifati yaitu kata zakat. Sehingga zakat produktif yang artinya zakat dimana dalam pendistribusiannya bersifat produktif yang merupakan lawan dari konsumtif. Lebih jelasnya zakat produktif adalah pendayagunaan secara produktif, yang pendistribusiannya lebih kepada bagaimana cara atau metode menyampaikan dana zakat kepada sasaran dalam pengertian lebih luas, sesuai dengan ruh dan tujuan syara. Cara pemberian yang tepat guna, efektif manfaatnya dengan sistem yang serba guna dan produktif, sesuai dengan pesan syari’at dan peran serta fungsi sosial ekonomi dari

zakat.

Zakat produktif dengan demikian adalah zakat dimana harta atau dana zakat yang diberikan kepada para Mustahik tidak dihabiskan, akan tetapi dikembangkan dan digunakan untuk membantu usaha mereka, sehingga dengan usaha tersebut mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup secara terus menerus.

Penyaluran zakat secara produktif ini pernah terjadi di zaman Rasulullah SAW. Dikemukakan dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim dari Salim bin Abdillah bin Umar dari ayahnya, bahwa Rasulullah SAW telah memberikan zakat kepadanya lalu menyuruhnya untuk dikembangkan atau dishadaqahkan lagi.52

Landasan awal pengelolaan zakat produktif adalah bagaimana dana zakat tidak habis dikonsumsi untuk kebutuhan sehari-hari, teteapi

52

(42)

lebih dipergunakan untuk melancarkan usahanya. Bukankah Nabi Muhammad SAW telah mengingatkan kita sebagaimana terdapat dalam hadist beliau yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari: “Tidak ada sesuatu makanan yang lebih baik bagi seseorang melainkan apa yang dihasilkan dari karya tangannya sendiri.” Disamping itu ada pepatah mengatakan

“Berikanlah kail, bukan ikannya.” Oleh sebab itu, modal usaha yang

digulirkan dari dana zakat diharapkan menjadi kail yang mampu menangkap ikan-ikan yang tersedia di alam.53

Dengan modal penyaluran dana zakat diharapkan Mustahik dapan lebih berproduktif dan mampu meningkatkan perekonomian sehari-harinya secara mandiri.

Zakat Terbagi Menjadi Dua: Zakat Harta dan Zakat Fitrah Zakat terdiri dari zakat harta dan zakat fitrah. Yang dimaksud dengan zakat harta adalah bagian dari harta kekayaan seseorang yang wajib dikeluarkan untuk golongan orang-orang tertentu setelah dipunyai selama jangka waktu tertentu dan dalam jumlah minimal tertentu. Sedangkan zakat fitrah adalah pengeluaran wajib dilakukan oleh setiap muslim yang mempunyai kelebihan harta dan dikeluarkan pada saat hari raya idul fitri.54

Penulis akan membatasi pembahasan ini tentang zakat harta saja. ketika sampai pada nisabnya disyaratkan adanya kelebihan dari kebutuhan dasar dan kehidupan umat Islam, seperti makanan, pakaian,

53

http://www.pias-ktb.com/2012/02/263-zakat-produktif.html oleh Hakam Ahmed EJ.Chudrie, diakses Tanggal 06 Maret 2015 Jam 12:32 WIB.

54M. Daud Ali, “Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Waqaf ”,

(43)

tempat tinggal, alat transportasi dan alat-alat yang membantu profesi serta produksi, dan disyaratkan lewatnya masa satu tahun dimulai dari awal kepemilikan penuh pada barang-barang tersebut.

Zakat harta memiliki tiga segi : 55

1. Segi Ibadah: pada sisi ini niat untuk memberi menurut para ulama, dan amal bertujuan untuk melaksanakan perintah Allah.

2. Segi Sosial: saling memberi antar sesama umat muslim, yang kaya dapat memberikan sebagian hartanya kepada yang membutuhkan, sehingga mereka dapat terbantu. Kemudian fakir miskin mempunyai hak atas zakat tersebut. Begitu juga Amil, mereka yang mempunyai banyak hutang, Muallaf, para budak, Fisabilillah dan Ibnu Sabil. 3. Segi Ekonomi: inilah yang akan penulis bahas lebih detail pada

pembahasan ini. Segi ekonomi merupakan sisi pelengkap dari zakat. Walaupun masalah ekonomi merupakan pembahasan yang sudah sering dilakukan dalam usaha mengembangkan keuangan, tetapi kajian ekonomi zakat sangat jarang dilakukan. Oleh karena itu, peran zakat yang sebenarnya belum pernah terwujud pada kehidupan masyarakat, baik dari kegiatan pendayagunaan harta yang diambil dari harta zakat dan macam-macamnya maupun pengumpulan harta zakat dari tingkatan-tingkatan masyarakat dan membagikannya kepada kelompok yang berhak. Sebenarnya dari sini masyarakat dapat bergerak dengan srikulasi keuangan tersebut, baik segi

55

(44)

keuangan maupun kemanusiaan untuk menuju ke kemajuan yang sebenarnya. Hal itu dapat dicapai hanya dengan menunaikan satu kewajiban, yaitu membayar zakat. Allah Maha Benar ketika mengatakan “ Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka ….” (QS.AT

-Taubah: 103)

Berdasarkan ayat tersebut diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa zakat merupakan hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan.

b. Dasar Hukum Zakat

Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat ialah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu.56

Zakat dalam AL-Qur’an disebut sebanyak 82 kali, ini menunjukkan hukum dasar zakat yang sangat kuat, antara lain:

َنِإ ِهّللا َد ِع ُوُدََِ ٍَْْخ ْنِم مُكِسُفنَأ ْاوُمِدَقُ ت اَمَو َةاَكَزلا ْاوُتآَو َةَاَصلا ْاوُميِقَأَو

ٌِْصَب َنوُلَمْعَ ت اَِِ َهّللا

Artinya:

“Dan dirikanlah oleh kamu akan sembahyang dan tunaikanlah zakat; dan apa jua yang kamu dahulukan dari kebaikan untuk diri kamu, tentulah kamu akan mendapat balasan pahalanya di sisi Allah.

Sesungguhnya Allah sentiasa Melihat segala yang kamu kerjakan.” (QS.

AL-Baqarah: 110)

ِباَقِرلا َِِو ْمُهُ بوُلُ ق ِةَفَلَؤُمْلاَو اَهْ يَلَع َنِلِمَعْلاَو ِنِكَسَمْلاَو ِءاَرَقُفْلِل ُتَقَدَصلا اَََِإ

56M. Daud Ali, “Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Waqaf ”,

(45)

ٌميِكَح ٌميِلَع ُهَللاَو ِهَللا ْنِم ًةَضيِرَف ِليِبَسلا ِنْبِاَو ِهَللا ِليِبَس َِِو َنِمِرَغْلاَو

Artinya:

“Sesungguhnya sedekah-sedekah (zakat) itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, amil-amil yang menguruskannya , dan orang-orang muallaf yang dijinakkan hatinya, dan untuk hamba-hamba yang hendak memerdekakan dirinya, dan orang-orang yang berhutang, dan untuk (dibelanjakan pada) jalan Allah, dan orang-orang musafir (yang keputusan) dalam perjalanan. (Ketetapan hukum yang sedemikian itu ialah) sebagai satu ketetapan (yang datangnya) dari Allah. Dan (ingatlah) Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana.” (QS. AT-Taubah: 60)

ِتَيء ْْا ُلِصَفُ نَو ِنيِدلا ِِ ْمُكُنَوْخِإَف َةوَكَزلا اْوَ تاءَو َةوَلَصلا اوُماَقَأَو اوُباَت ْنِإَف

َنوُمَلْعَ ي ٍمْوَقِل

Artinya:

“Dan jika mereka bertobat, melaksanakan shalat dan

menunaikan zakat, maka (berarti mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang

mengetahui.” (QS. AT-Taubah: 11)

Dari uraian nash di atas dapat dipahami mengenai kewajiban mengeluarkan zakat. Zakat termasuk dalam kategori ibadah seperti shalat, puasa, dan haji, ini telah diatur secara rinci dan paten berdasarkan Al-Qur’an dan As Sunnah, sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang.

c. Tujuan dan Hikmah zakat produktif

Yang dimaksud dengan tujuan zakat dalam hubungan ini sasaran praktisinya, tujuan tersebut sebagai berikut: 57

a) Mengangkat derajat fakir-miskin dan membantunya keluar dari kesulitan hidup serta penderitaan.

57M. Daud Ali, “Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Waqaf ” ,

(46)

b) Membentangkan dan membina tali persudaraan sesama umat Islam dan manusia pada umumnya.

c) Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin. d) Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang.

Zakat sebagai lembaga Islam mengandung hikmah yang bersifat rohaniah dan filosofis. Hikmah itu digambarkan dalam ayat Al-Qur’an salah satunya, dalam QS. Al-Baqarah: 261 yang artinya “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”

Di antara hikamh-hikmah dari menafkahkan hartanya yaitu: 58 a) Mensyukuri karunia dari illahi, menumbuh suburkan harta dan

pahala serta membersihkan diri dari sifat-sifat kikir, dengki, iri, serta dosa.

b) Melindungi masyarakat dari bahaya kemiskinan dan akibat kemelaratan.

c) Mewujudkan solidaritas, kasih sayang antara sesama manusia.

d) Menifestasi kegotongroyongan dan tolong-menolong dalam kebaikan dan taqwa.

e) Mengurangi ke fakir miskinan yang merupakan masalah sosial.

58M. Daud Ali, “Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Waqaf ” ,

(47)

f) Membina dan mengembangkan stabilitasi sosial. g) Salah satu jalan mewujudkan keadilan sosial.

Banyak sekali hikamh yang terkandung dalam melaksanakan ibadah zakat. Zakat merupakan ibadah yang memiliki dimensi ganda, vertikal dan horizontal. Artinya secara vertikal, zakat sebagai ibadah dan wujud ketaqwaan dan kesyukuran seorang hamba kepada Allah atas nikmat berupa harta yang diberikan Allah kepadanya serta untuk membersihakan dan mensucikan diri dan hartanya itu. Dalam konteks inilah zakat bertujuan untuk menata hubungan seorang hamba dengan Tuhannya sebagai pemberi rezeki.

Sedangkan secara horizontal, dengan zakat dapat mewujudkan rasa keadilan sosial dan kasih sayang diantara pihak yang mampu dengan pihak yang tidak mampu dan dapat memperkecil problema kesenjangan sosial serta ekonomi umat. Dalam konteks ini zakat diharapkan dapat mewujudkan pemerataan dan keadilan sosial diantara kehidupan umat manusia.59

C. Pendayagunaan Dana Zakat

1. Pengertian Pola Pendayagunaan Zakat

Kata “pola” dalam kamus bahasa Indonesia artinya bentuk dan

system.60 Sedangkan kata “pola” dalam kamus ilmiah popular arinya

59Asnaini, “Zakat Produktif Dalam Perspektif Hukum Islam”, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar,2008), h.42. 60

(48)

model, contoh, atau pedoman (rancangan).61 Pada pembahasan ini maka pola lebih tepat diartikan sebagai bentuk, karena memiliki ketertarkaitan dengan kata yang dirangkulnya yaitu pola pendayagunaan, yang berarti bentuk pendayagunaan. Sedangkan pendayagunaan berasal dari kata “guna” yang berarti manfaat, adapun pengertian pendayagunaan sendiri

menurut kamus besar bahasa Indonesia:

- Pengusahaan agar mampu mendatangkan hasil dan manfaat.

- Pengusahaan (tenaga dan sebagainya) agar mampu menjalankan tugas dengan baik.62

Maka dapat disimpulkan bahwa pendayagunaaan adalah bagaimana cara atau usaha dalam mendatangkan hasil dan manfaat yang lebih besar dan lebih baik. Adapun pola pendayagunaan dana zakat merupakan bentuk proses optimalisasi pendayagunaan zakat agar lebih efektif, berdayaguna dan bermanfaat.

2. Bentuk dan Sifat Pendayagunaan/Penyaluran Ada dua bentuk penyaluran dana antara lain:63

a) Bentuk sesaat, dalam hal ini berarti bahwa zakat hanya diberikan kepada seseorang satu kali saja atau hanya sesaat. Dalam hal ini juga berarti bahwa penyaluran kepada Mustahik tidak di sertai target terjadinya kemandirian ekonomi dalam diri Mustahik. Hal ini

Balai Pustaka,1988), Cet ke 1, h.189.

63

(49)

dilakukan karena Mustahik yang bersangkutan tidak mungkin lagi mandiri seperti orang tua yang sudah jompo, orang dewasa yang cacat (tidak memungkinkan ia mandiri).

b) Bentuk pemberdayaan, merupakan penyaluran zakat yang di sertai target merubah keadaan penerima (khususnya golongan fakir miskin). Penyaluran zakat harus disertai dengan pemahaman yang utuh terhadap permasalahan yang ada pada penerima zakat. Apabila permasalahan adalah kemiskinan, harus diketahui penyebab kemiskinan tersebut, sehingga dapat mencari solusi yang tepat demi tercapainya kesejahteraan umat.

Menurut Widodo sifat dana bantuan pemberdayaan terdiri dari tiga: 64

a) Hibah, zakat pada asalanya harus diberikan berupa hibah artinya tidak ada ikatan antara pengelolaan dengan Mustahik setelah penyerahan zakat.

b) Dana bergulir, zakat dapat diberikan berupa dana bergulir oleh pengelolaan kepada Mustahik dengan catatan harus diberikan oleh

Mustahik kepada pengelolaan ketika pengembalian pinjaman tersebut. Jumlah pengembalian sama dengan jumlah yang dipinjamkan.

c) Pembiayaan, penyaluran zakat oleh pengelolaan kepada Mustahik

64 Lili Bariadi dan Muhammad Zen, “Zakat & Wirausaha”,

(Jakarta: CV. Pustaka Amri,2005), h.85-86.

(50)

tidak boleh dilakukan berupa pembiayaan, artinya tidak boleh ada ikatan seperti shahibul maal dengan mudharib dalam penyaluran zakat.

Menurut M. Daud Ali pemanfaatan dana zakat dapat dikategorikan sebagai berikut:65

a) Pendayagunaan yang konsumtif dan tradisonal sifatnya dalam kategori ini penyaluran diberikan kepada orang yang berhak menerimanya untuk dimanfaatkan langsung oleh yang bersangkutan seperti: zakat fitrah yang diberikan kepada fakir miskin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau zakat harta yang diberikan kepada korban bencana alam.

b) Pendayagunaan yang konsumtif kreatif, maksudnya penyaluran dalam bentuk alat-alat sekolah atau beasiswa dan lain-lain.

c) Pendayagunaan produktif tradisional, maksudnya penyaluran dalam bentuk barang-barang produktif, misalnya kambing, sapi, mesin jahit, alat-alat pertukangan, dan sebagainya. Tujuan dari kategori ini, untuk menciptakan suatu usaha atau memberikan lapangan kerja bagi fakir miskin.

d) Pendayagunaan produktif kreatif, pendayagunaan ini di wujudkan dalam bentuk modal yang dapat dipergunakan baik untuk membangun sebuah proyek sosial maupun untuk membantu atau menambah modal seorang pedagang

65M. Daud Ali, “

(51)
(52)

BAB III

PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT Di BAZIS DKI JAKARTA

A. Profil BAZIS DKI Jakarta

BAZIS DKI Jakarta lahir tahun 1968. Tugas pokoknya yaitu menyelenggarakan pengumpulan dan pendayagunaan dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS) sesuai dengan ketentuan syari’ah 66 dan perundang-undangan. Jakarta sebagai kota metropolitan dihadapkan pada persoalan kemiskinan yang kompleks dan pelik. Dalam penangulanggannya membutuhkan banyak pihak untuk ikut serta berpartisipasi secara aktif. Disinilah eksistensi BAZIS DKI Jakarta benar-benar dirasakan masyarakat.

BAZIS DKI Jakarta juga menyadari bahwa dana ZIS bukan hanya pemenuhan hasrat sesaat yang tidak berdampak pada perubahan status dhuafa. Oleh karena itu, kebijakan pendayagunaan dana ZIS diprioritaskan bagi peningkatan kualitas SDM dalam bentuk beasiswa pendidikan, keterampilan, peningkatan kesejahteraan dan pemberdayaan ekonomi kaum dhuafa.

Sebagai lembaga pengelolaan dana umat, BAZIS DKI Jakarta menempatkan diri sebagai lembaga yang berusaha secara konsisten teguh memegang amanah, akuntabel-kredibel, transparan, dan didukung oleh tenaga-tenaga profesional, manajemen modern serta teknologi informasi yang baik. Untuk menjamin terwujudnya prinsip-prinsip tersebut, BAZIS

66

Menurut bahasa syari’ah berarti jalan yang lurus, sedangkan menurut istilah berarti peraturan yang ditetapkan Allah SWT bagi manusia, berupa hukum-hukum yang disampaikan oleh Rasul-Nya, baik yang berhubungan iktikad (keyakinan) maupun yang berhubungan dengan ibadah

dan muamalat. Dr.H.Summuran Harahap, “Waqaf Uang Dan Prospek Ekonominya Di Indonesia”,

(Jakarta: CV.Sari Marissa, 2012), h.8.

(53)

DKI Jakarta senantiasa memberikan pertanggung jawaban kepada dewan pertimbangan, komisi pengawasan, DPRD dan masyarkat secara umum serta diaudit oleh auditor independen. 67

B. Sejarah dan perkembangan BAZIS DKI Jakarta

BAZIS DKI Jakarta merupakan sebuah badan pengelola zakat resmi yang dibentuk Pemerintah Prov. DKI Jakarta. Badan ini berdiri secara resmi pada tahun 1968 sejak dikeluarkannya Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta (ketika itu dijabat oleh Ali Sadikin) No. Cb. 14/8/18/68 tertanggal 5 Desember 1968 Tentang Pembentukan Badan Amil Zakat, berdasarkan syariat Islam dalam wilayah DKI Jakarta.68

Menjelang berdirinya BAZIS Prov. DKI Jakarta, wacana tentang perlunya pengelolaan zakat secara kelembagaan dan professional terus bergelora di kalangan masyarakat muslim. Pada tanggal 24 September 1968, sebelas ulama berkumpul di Jakarta yang terdiri dari: Prof. Dr. Hamka, KH. Ahmad Azhari, KH. Moh. Syukri Ghazali, Moh. Sodry, KH. Taufiqurrahman, KH. Moh. Soleh Su’aidi, M. Ali Al Hamidy, Mukhtar Luthfy, KH. A. Malik

Ahmad, Abdul Kadir, dan KH. M.A. Zawawy. Pertemuan ini menghasilkan rekomendasi:

1. Perlunya pengelola zakat dengan system administrasi dan tata usaha yang baik sehingga bisa dipertanggungjawabkan pengumpulan dan pendayagunaannya kepada masyarakat.

67Brosur BAZIS DKI Jakarta, “Zakat Membawa Berkah”, (Jakarta: BAZIS DKI Jakarta).

68

(54)

2. Bahwa zakat merupakan potensi umat yang sangat besar yang belum dilaksanakan secara maksimal. Karenanya, diperlukan efektivitas pengumpulan zakat sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan.

Melihat peran zakat yang sangat strategis ini, maka pada acara Isra’ Mi’raj di Istana Negara, Presiden Soeharto ketika itu menyerukan

secara langsung pelaksanaan zakat untuk menunjang pembangunan. Pada saat yang sama, ia juga menyatakan kesediannya untuk menjadi Amil tingkat nasional.

Sebagai tindak lanjut dari seruan itu, Presiden Soeharto mengeluarkan Surat Perintah No. 07/POIN/10/1968 tanggal 31 Oktober 1968 kepada Mayjen Alamsyah Ratu Prawiranegara, Kol. Inf. Drs. Azwar Hamid, dan Kol. Inf. Ali Afandi untuk membantu Presiden dalam proses administrasi dan tata usaha penerimaan zakat secara nasional.

(55)

keputusan tersebut, maka susunan organisasi BAZ dibentuk mulai tingkat Provinsi DKI Jakarta hingga tingkat kelurahan, tugas utamanya adalah mengumpulkan zakat di wilayah DKI Jakarta dan penyalurannya terutama ditujukan kepada fakir miskin. 69

Sejak berdiri dan tahun 1968 hingga tahun 1973, Badan Amil Zakat (BAZ) DKI Jakarta telah berjalan dengan cukup baik. Hanya saja pada aspek penghimpunan zakat yang tertihat belum optimal. Jumlah dana zakat yang terhimpun masih jauh dan potensi ZIS yang dapat digali dari masyarakat. Hal ini disebabkan lembaga ini membatasi diri pada penghimpunan dana zakat saja. 70

Oleh sebab itu, untuk memperluas sasaran operasional dan karena semakin kompleknya permasalahan zakat di Provinsi DKI Jakarta maka Gubernur Provinsi DKI Jakarta pada 1973 melalui keputusan No. D.III/B/14/6/73 tertanggal 22 Desember 1973, menyempurnakan BAZ ini menjadi Badan Amil Zakat dan Infaq/Shadaqah yang selanjutnya disingkat menjadi BAZIS. Dengan demikian, pengelolaan dan pengumpulan harta masyarakat menjadi lebih luas, karena tidak hanya mencakup zakat, akan tetapi lebih dan itu, mengelola dan mengumpulkan infaq/shadaqah serta amal sosial masyarakat yang lain. 71

Adapun perkembangan yang terjadi pada BAZIS DKI Jakarta dimulai pada tahun 1999, sejak keluarnya Undang-undang Republik

69

Tim Penyusun, “Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta”, (Jakarta: BAZIS DKI Jakarta, 2006), h.11-13.

70

http://Bazisdki.go.id/page/index/sejarah-bazis diakses Tanggal 17 Februari Jam 22:15 71

(56)

Indonesia No.38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, babak baru BAZIS Provinsi DKI Jakarta dimulai. Lembaga ini terus melaju dengan pesat. Hal ini terlihat dari jumlah penghimpunan ZIS yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Dalam kurun 6 tahun yang lalu misalnya, terkumpul ZIS berturut-turut Rp. 8,4 milyar (2000), Rp. 9,4 milyar (2001), Rp. 11,5 milyar (2002), Rp. 14,1 milyar (2003), dan Rp. 16,2 milyar (2004). Bahkan pada tahun 2005 BAZIS berhasil mengumpulkan dana ZIS sebesar Rp. 18,4 milyar.72 Dan data terbaru 3 tahun terakhir yaitu Pada tahun 2011 terkumpul dana ZIS sebesar Rp. 64,7 milyar,73 pada tahun 2012 perolehan ZIS sebesar Rp 81,4 milyar, dan pada tahun 2013 naik menjadi Rp 97,7 milyar, itu artinya perolehan ZIS meningkat setiap tahunnya.74

Disamping perolehan tersebut diatas oleh BAZIS DKI Jakarta, untuk meningkatkan performance-nya beberapa hal yang dibenahi yaitu; melakukan rekayasa terhadap manajemen organisasi, manajemen keuangan dan sistem informasi manajemen. Dalam hal manajemen organisasi ditetapkan dewan pertimbangan, komisi pengawasan, dan badan pelaksana. Dengan tiga formasi ini proses pelaksanaan penghimpunan dan pendistribusian ZIS BAZIS DKI Jakarta berjalan dengan penuh pertimbangan dan pengawasan.

Tidak ketinggalan, teknologi informasi pun dijamah. Dengan Jakarta-salurkan-santunan-rp-18-miliar diakses Tanggal 17 Februari 2015 Jam 22:45.

74

(57)

mengedepankan akuntabilitas, kredibilitas, dan transparansi, BAZIS DKI Jakarta membuat sitem online. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat dapat mengakses informasi BAZIS DKI Jakarta dengan mudah. Baik yang berkaitan dengan informasi penghimpunan ZIS maupun pendistribusiannya. Inilah spirit dari tujuan pelayanan yang termaktub dalam Surat Keputusan Gubernur No. 121 Tahun 2002. Sehingga, dapat dikatakan bahwa pasca lahirnya undang-undang Republik Indonesia No.38 Tahun 1999 BAZIS DKI Jakarta meningkat dengan pesat.75

Dengan lahirnya Undang-Undang zakat, surat keputusan pemerintah, dan rekomendasi dari lembaga yang memberikan perhatian pada BAZIS DKI Jakarta yaitu Economic Management (SEM) Institute, upaya pembenahan BAZIS DKI Jakarta agar menjadi lembaga yang professional, akuntabel, kredibel, dan transparan terus-menerus dilakukan. Termasuk di dalamnya masalah sumber daya manusia. Jadi saat ini dunia perzakatan sudah berkembang dengan pesat, dan BAZIS DKI Jakarta menjadi salah satu lembaga yang berhasil menarik perhatian berbagai kalangan yang concern dengan dunia perzakatan.76

C. Visi dan Misi BAZIS DKI Jakarta

Visi 77 : Menjadi Badan Pengelola ZIS yang unggul dan terpercaya. Misi : Mewujudkan Optimalisasi Pengelolaan ZIS yang amanah,

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dengan tujuan mendeskripsikan terkait optimalisasi penyaluran dana zakat melalui program pemberdayaan ekonomi umat yang dilakukan oleh LAZNAS Daarut Tauhid

Dari pembahasan di atas dapat disumpulkan, bahwa BAZIS Dusun Pulosari, Dsa Jumoyo, Kecamatan Salam Kabupaten Magelang telah melakukan tiga bentuk pentasyarufan zakat

MANAJEMEN WAKAF PRODUKTIF : Studi Pendayagunaan Donasi Wakaf Bagi Pemberdayaan Ekonomi Umat Pada Dompet Dhuafa Republika.. adalah hasil karya saya sendiri, bukan “duplikasi”

Penelitian tentang Pemberdayaan Umat Melalui Program Distribusi Zakat Produktif Pada BAZNAS Kabupaten Lumajang ini penting dilakukan untuk turut serta memberikan

Implikasi dari penelitian ini diharapkan Lembaga Amil Zakat PKPU Cabang Makassar menambah sumber daya manusia dalam pengelolaan zakat produktif agar dapat mencegah terjadinya

Kajian tersebut menyimpulkan bahwa: (1) Pola pendayagunaan zakat produktif yang ada di Rumah Zakat di Kota Malang dilakukan dengan memberikan modal usaha kepada

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan terkait manajemen pendayagunaan zakat produktif maka dapat di ambil beberapa kesimpulan, yaitu; Manajemen

Hasil penelitian ini sejalan dengan Penelitian yang dilakukan oleh Nango dkk 2016 tentang pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap Peningkatan Pendapatan Mustahiq pada Badan Amil