• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Keberadaan Objek Wisata Batu Kursi Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Siallagan Pindaraya Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Dampak Keberadaan Objek Wisata Batu Kursi Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Siallagan Pindaraya Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

DAMPAK KEBERADAAN OBJEK WISATA “BATU KURSI”

TERHADAP SOSIAL EKONOMI MAYARAKAT DI DESA

SIALLAGAN PINDARAYA KECAMATAN SIMANINDO

KABUPATEN SAMOSIR

OLEH

STEPHANIE M Y S

110902068

PROGRAM STUDI ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh: HALAMAN PERSETUJUAN

Nama : Stephanie MYS Nim : 110902068

Judul : Dampak Keberadaan Objek Wisata Batu Kursi Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Siallagan Pindaraya Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir

Medan, April 2015

PEMBIMBING

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Sripsi ini telah dipertahankan didepan panitia penguji HALAMAN PENGESAHAN

Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Sumatera Utara

Medan

Nama : Stephanie MYS Nim : 110902068

Judul : Dampak Keberadaan Objek Wisata Batu Kursi Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Siallagan Pindaraya Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir

Hari/ Tanggal : ,April 2015

Waktu : Wib s/d Wib

Tempat : Ruang Sidang FISIP USU

TIM PENGUJI

1. Ketua Penguji : (

) NIP

2. Penguji I : (

) NIP

3. Penguji II : (

(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Stephanie MYS Nim : 110902068

ABSTRAK

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 94 halaman, 14 studi kepustakaan, 15 tabel serta lampiran )

Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial, dengan judul “Dampak Keberadaan Objek Wisata Batu Kursi Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Siallagan Pindaraya Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir.”

Mayoritas warga desa Siallagan Pindaraya berprofesi sebagai buruh tani dan pedagang. Kepala keluarga sebagai buruh tani swasta sedangkan ibu rumah tangga nya mengurusi rumah tangga namun ada juga yang bekerja sebagai buruh swasta. Pekerjaan suami tersebut bukanlah pekerjaan yang tetap dan belum mencukupi kebutuhan keluarga. Untuk itu para istri tidak dapat mengandalkan pendapatan dari suaminya sehingga para istri perlu pekerjaan sampingan. Di daerah tersebut ada sebuah Objek Wisata yang diberi nama Batu Kursi. Objek Wisata Batu Kursi merupakan sarana untuk seluruh lapisan masyarakat mengembangkan kreatifitasnya. Objek Wisata Batu Kursi ini pula berusaha mendidik masyarakatnya menjadi seorang yang mandiri.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dan metode pengumpulan data dengan menggunakan metode pengalaman individu dari subyek penelitian yaitu 4 informan kunci dan 2 informan tambahan yang melakukan partisipasi observasi dan wawancara mendalam terhadap ibu-ibu di Desa Siallagan Pindaraya.

(5)
(6)

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Dampak Keberadaan Objek Wisata Batu Kursi Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Siallagan Pindaraya Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir.” Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orangtua yang sangat

penulis cintai yaitu ayahanda Johannes Siallagan dan ibunda M.Debora Silaen

yang telah menjadi semangat penulis dalam keadaan apapun serta seluruh

keluarga yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Dalam kesempatan ini pula, penulis ingin menyampaikan ucapan

terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis selama

penyusunan skripsi ini :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.S.P, selaku ketua Departemen Ilmu

Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara

3. Bapak Husni Thamrin S.Sos, M.Sp, selaku dosen pembimbing penulis

(7)

penyelesaian skripsi ini, serta telah bersedia membagi ilmunya kepada

penulis

4. Bapak Agus Suriadi, S.Sos., M.Si selaku dosen favorite penulis selama

perkuliahan di Kessos yang sudah banyak membantu penulis selama

perkuliahan dan bersedia meluangkan waktu untuk membagikan ilmunya

kepada penulis baik dalam perkuliahan maupun dalam kehidupan

sehari-hari

5. Seluruh dosen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU yang telah

memberikan ilmu kepada penulis baik dalam perkuliahan maupun dalam

kehidupan sehari-hari

6. Seluruh staff pendidikan dan administrasi FISIP USU terkhusus buat kak

Zuraidah dan kak Sri

7. Bapak Ridwanto Siallagan selaku Kepala Desa Siallagan Pindaraya yang

telah memberi ijin penulis untuk melakukan penelitian di Kantor Beliau

8. Seluruh staff dan pegawai di Rumah Kreatif Binjai terutama, kak Fera,

bang Rudi, bang Muharam, dan bang Ihsan yang sudah banyak membantu

penulis dalam penyelesaian skripsi ini

9. Seluruh staff dan pegawai di Kantor Kepala Desa Siallagan terutama Pak

Syahrul yang merupakan staff humas di kantor tersebut yang telah

memberikan penulis ijin untuk mengambil data penduduk di Kelurahan

Tanah Seribu Kecamatan Binjai Selatan Kota Binjai

10.Seluruh informan yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk

melakukan wawancara dengan penulis untuk memberikan informasi yang

(8)

11.Kedua orangtua yang selalu mendoakan kesuksesan penulis yaitu

ayahanda Johannes Siallagan dan ibunda M.Debora Silaen yang tak pernah

lelah memberi semangat dan mendukung seluruh kegiatan yang penulis

lakukan demi terselesaikannya skripsi ini serta kedua adik tercinta yaitu

Andrew Siallagan Andi Yudha Pradan Christian Siallagan yang selalu

memberi petuah dan petunjuk serta motivasi kepada penulis, terima kasih

all. Love them forever.

12.Sepupu-sepupu yang selalu bersedia berbagi cerita gilak dengan penulis

awi, fia, dila, rehan, yati, rafli, dea, nona, nanda, agung makasih ya

13.Buat sahabat kesayangan Fattia Ramadhani, Eka Putri, Ade Septiani, yang

gak pernah kehabisan cerita kalau jumpa makasih say2 aku

14.Seluruh kakak angkat Kak Yola, Kak Igun, Kak Ririn yang gak pernah

berhenti memberi petuah dimanapun kapanpun soal apapun makasih ya

kakak2ku. Semoga semua petuah nya bisa dijadikan perbaikan

15. Buat teman terdekat yang dari awal semester selalu bersama-sama, punya

banyak cerita gilak, yang sering main curang bersama, satu visi misi dalam

perkuliahan ini makasihh ya Adisti Lia Pradita atas kebersamaan kita

selama ini

16.Buat teman kompak dan sepermainan di Kessos Siti Mahyardani Nst,

Adelina Puspita Devi, Diella Almira Nst, Dina Rahmiana, Dina Rizki

Trianti, M.Iqbal, Fajar Hasibuan, Amar Yusuf Nst yang siap menghibur

(9)

17.Buat teman satu doping Poniman dan Eko Syahputra yang setiap minggu

nya selalu bersama setia menungu untuk mendapatkan bimbingan dari

doping makasih atas kebersamaannya dan semangat untuk kita ya

18.Buat teman satu Binjai yang berjuang di Kessos Anugerah Mubarak

Dalimunthe, Erlia Puji Astuti, dan Sausan Farras yang katanya penulis

sangat jarang untuk berkumpul bersama tapi mungkin waktunya aja yang

kurang tepat makasih y salam anak Binjai

19.Buat teman seperjuangan di Kessos stambuk 2011 Heriana Bangun, Cindy

Carina Sembiring, Elfana Togatorop, Febriani Indah Ningsih, Pipin

Kesuma Wardhani, Indra Fauzi Hsb, T.M.Haikal Chalik, Sandi Ajibah,

Guster Sihombing, Feri Arif, Felix G Zebua, Neysa Rasenta Munthe,

Stephanie Dwiyanti, Renta Uli, Dadan Nst, Chairi Firnanda, Ria Sapta,

Tika Juntak, Nonie Gulo, Mesya Ayuninngsih, Halim, dan masih banyak

lagi yang gak bisa penulis sebutkan satu-persatu makasih atas waktu dan

informasi nya selama di perkuliahan ini

Selama penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh

dari sempurna. Untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang membangun

guna perbaikan di masa mendatang. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi

pembaca.

Medan, April 2015

(10)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN... i

ABSTRAK. ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR BAGAN ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 13

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 13

1.3.1. Tujuan Penelitian ... 13

1.3.2. Manfaat Penelitian ... 13

1.4Sistematika Penulisan ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 15

2.1. Tinjauan Tentang Dampak ... 15

2.1.1 Pengertian Dampak ... 15

2.2 Objek Wisata ... 16

2.2.1 Pengertian Objek Wisata ... 16

2.2.2 Jenis-jenis objek wisata ... 17

2.3 Teori Sosial Ekonomi ... 18

2.3.1 Defenisi Sosial Ekonomi ... 18

(11)

2.5Tinjauan Tentang Dampak Objek Wisata terhadap sosial Ekonomi ... 25

2.5.1 Tinjauan Tentang Dampak Objek Wisata terhadap sosial Ekonomi ... 25

2.6 Defenisi Masyaraka ... t 29 2.7 Kerangka Pemikiran ... 33

2.8 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ... 35

2.8.1. Defenisi Konsep ... 35

2.8.2 Defenisi Operasional ... 36

BAB III METODE PENELITIAN... 38

3.1. Tipe Penelitian ... 38

3.2. Lokasi Penelitian ... 38

3.3. Unit analisis dan Informan ... 38

3.3.1. Unit Analisis ... 38

3.3.2 Informan ... 39

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.5 Teknik analisis data. ... 40

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. ... 43

4.1 Kondisi Desa. ... 43

4.2 Demografi. ... 45

4.3 Keadaan Ekonomi. ... 53

4.4. Kondisi Pemerintahan Desa. ... 55

4.5 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa (SOPD). ... 56

BAB V ANALISIS DATA. ... 58

5.1 Hasil Temuan I. ... 58

(12)

5.3 Hasil Temuan III. ... 69

5.5 Hasil Temuan IV. ... 75

5.5 Hasil Temuan V. ... 78

5.6 Analisis Data. ... 81

5.7 Analisis Dampak Sosial Ekonomi. ... 92

BAB VI PENUTUP. ... 93

6.1 Pengantar. ... 93

(13)

DAFTAR TABEL

Table 4.2.1 Luas Wilayah Menurut Penggunaannya ... 34

Table 4.2.2 Daftar Nama kepala Lingkungan ... 35

Table 4.2.3 Jumlah Penduduk ... 36

Table 4.2.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Golongan Umur ... 37

Table 4.3.1 Sub Sektor Pertanian Tanaman Pangan ... 38

Table 4.3.2 Sub Sektor Perkebunan/ Perladangan dan Peternakan ... 39

Table 4.3.3 Sub Sektor Usaha Ekonomi Kerajinan Masyarakat ... 40

Table 4.3.4 Sub Sektor Usaha Industry Besar/ Sedang ... 41

Table 4.3.5 Sub Sektor Jasa Dan Perdagangan ... 42

Table 4.3.6 Prasarana Pendidikan Formal... 43

Table 4.3.7 Tingkat Pendidikan Penduduk ... 44

Table 4.3.8 Kebudayaan dan Adat Istiadat ... 44

Table 4.3.9 Tingkat Kesejahteraan Keluarga ... 46

Table 4.3.10 Sarana Kesehatan ... 46

(14)

DAFTAR BAGAN

(15)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Stephanie MYS Nim : 110902068

ABSTRAK

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 94 halaman, 14 studi kepustakaan, 15 tabel serta lampiran )

Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial, dengan judul “Dampak Keberadaan Objek Wisata Batu Kursi Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Siallagan Pindaraya Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir.”

Mayoritas warga desa Siallagan Pindaraya berprofesi sebagai buruh tani dan pedagang. Kepala keluarga sebagai buruh tani swasta sedangkan ibu rumah tangga nya mengurusi rumah tangga namun ada juga yang bekerja sebagai buruh swasta. Pekerjaan suami tersebut bukanlah pekerjaan yang tetap dan belum mencukupi kebutuhan keluarga. Untuk itu para istri tidak dapat mengandalkan pendapatan dari suaminya sehingga para istri perlu pekerjaan sampingan. Di daerah tersebut ada sebuah Objek Wisata yang diberi nama Batu Kursi. Objek Wisata Batu Kursi merupakan sarana untuk seluruh lapisan masyarakat mengembangkan kreatifitasnya. Objek Wisata Batu Kursi ini pula berusaha mendidik masyarakatnya menjadi seorang yang mandiri.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dan metode pengumpulan data dengan menggunakan metode pengalaman individu dari subyek penelitian yaitu 4 informan kunci dan 2 informan tambahan yang melakukan partisipasi observasi dan wawancara mendalam terhadap ibu-ibu di Desa Siallagan Pindaraya.

(16)
(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pariwisata merupakan bagian dari sektor industri diIndonesia yang

prospeknya cerah, dan mempunyai potensi serta peluang yang sangat besar untuk

dikembangkan. Peluang tersebut didukung oleh kondisi-kondisi alamiah seperti:

letak dan keadaan geografis (lautan dan daratan sekitar khatulistiwa), lapisan

tanah yang subur dan panorama (akibat ekologi geologis), serta berbagai flora dan

fauna yang memperkaya isi daratan dan lautannya.

Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan

melibatkan masyarakat, sehingga membawa berbagai dampak terhadap

masyarakat setempat. Bahkan pariwisata dikatakan mempunyai energi dobrak

yang luar biasa, yang mampu membuat masyarakat setempat mengalami

metamorphose dalam berbagai aspeknya. Dampak pariwisata merupakan wilayah

kajian yang paling banyak mendapatkan perhatian dalam literatur, terutama

dampak terhadap masyarakat lokal. Di lain pihak, dampak pariwisata terhadap

wisatawa dan/atau negara asal wisatawan belum banyak mendapatkan perhatian.

Meskipun pariwisata juga menyentuh berbagai aspek kehidupan masyarakat

secara politik, keamanan, dan sebagainya. Dampak pariwisata terhadap

masyarakat dan daerah tujuan wisata yang banyak mendapat ulasan adalah:

Dampak terhadap sosial-ekonomi.

Dampak pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal

(18)

1. Dampak terhadap penerimaan devisa,

2. Dapat terhadap pendapata masyarakat,

3. Dampak terhadap kesempatan kerja,

4. Dampak terhadap harga-harga,

5. Dampak terhadap distribusi manfaat/keuntungan,

6. Dampak terhadap kepemilikan dan control

7. Dampak terhadap pembangunan pada umumnya, dan

8. Dampak terhadap pendapatan pemerintah.

Dampak Sosial Budaya

Secara teoritikal-idealistis, antara dampak sosial dan dampak kebudayaan

dapat dibedakan. Namun demikian, Mathieson and Wall (2004:37) menyebutkan

bahwa there is no clear distinction between social and cultural phenomena,

sehingga sebagian besar ahli menggabungkan dampak sosial dan dampak budaya

di dalam pariwisata ke dalam judul ‘dampak sosial budaya’ (The sosiocultural

impact of tourism in a broad context). Studi tentang dampak sosial budaya

pariwisata selama ini lebih cenderung mengasumsikan bahwa akan terjadi

perubahan sosial-budaya akibat kedatangan wisatawan, dengan tiga asumsi yang

umum yaitu (Martin, 2009:171):

1. Perubahan dibawa sebagai akibat adanya intrusi dari luar, umumnya dari

sistem sosial-budaya yang superordinat terhadap budaya penerima yang

lebih lemah;

2. Perubahan tersebut umumnya destruktif bagi budaya indigenous;

3. Perubahan tersebut akan membawa pada homogenisasi budaya, dimana

(19)

dengan teknologi barat, birokrasi nasional dan multinasional, a

consumer-oriented economy, dan jet-age lifestyles.

Asumsi di atas menyiratkan bahwa di dalam melihat dampak

sosial-budaya pariwisata terhadap masyarakat setempat, pariwisata semata-mata

dipandang sebagai faktor luar yang menghantam masyarakat.Asumsi ini

mempunyai banyak kelemahan.Selama ini banyak peneliti yang menganggap

bahwa pengaruh pariwisata dapat dianalogikan dengan ‘bola-bilyard’, di mana

objek yang bergerak (pariwisata) secara langsung menghantam objek yang diam

(kebudayaan daerah), atau melalui objek perantara (broker kebudayaan). Dalam

hal ini tersirat juga asumsi bahwa kebudayaan adalah sesuatu yang diam, tidur,

atau pasif, dan seolah-olah kebudayaan tersebut adalah sesuatu yang

homogen.Pendekatan seperti ini mengingkari dinamika masyarakat dimana

pariwisata mulai masuk, dan tidak mampu melihat berbagai respons aktif dari

masyarakat terhadap pariwisata.

Di dalam melihat pengaruh pariwisata terhadap masyarakat (kebudayaan)

setempat, harus disadarai bahwa kebudayaan adalah sesuatu yang secara internal

terdeferensiasi, aktif, dan selalu berubah. Oleh karena itu pendekatan yang kiranya

lebih realistis adalah dengan menganggap bahwa pariwisata adalah pengaruh luar

yang kemudian terintegrasi dengan masyarakat, dimana masyarakat mengalami

proses menjadikan pariwisata sebagai bagian dari kebudayaannya, atau apa yang

disebut sebagai proses ‘turistifikasi’. Di samping itu perlu juga diingat bahwa

konsekuensi yang dibawa oleh pariwisata bukan saja terbatas pada hubungan

(20)

karena mampu menyebabkan restrukturisasi pada berbagai bentuk hubungan di

dalam masyarakat.

Secara teoritis, Cohen (2007) mengelompokkan dampak sosial budaya

pariwisata ke dalam sepuluh kelompok besar, yaitu:

1. Dampak terhadap keterkaitan dan keterlibatan antara masyarakat setempat

dengan masyarakat yang lebih luas, termasuk tingkat otonomi atau

ketergantungannya;

2. Dampak terhadap hubungan interpersonal antara anggota masyarakat;

3. Dampak terhadap dasar-dasar organisasi/kelembagaan sosial;

4. Dampak terhadap migrasi dari dan ke daerah pariwisata;

5. Dampak terhadap ritme kehidupan sosial masyarakat;

6. Dampak terhadap pola pembagian kerja;

7. Dampak terhadap stratifikasi dan mobilitas sosial;

8. Dampak terhadap distribusi pengaruh dan kekuasaan;

9. Dampak terhadap meningkatnya penyimpangan-penyimpangan sosial; dan

10.Dampak terhadap bidang kesenian dan adat istiadat.

Dampak pariwisata terhadap bidang kesenian, adat istiadat, dan dampak

keagamaan mungkin paling menarik untuk dibahas, karena aspek budaya ini

merupakan modal dasar pengembangan pariwisata di sebagian besar DTW.

Pengaruh terhadap aspek-aspek ini bisa terjadi secara langsung karena adanya

proses komoditifikasi terhadap berbagai aspek kebudayaan, atau terjadi secara

tidak langsung melalui proses jangka panjang. Sekularisasi berbagai tradisi di

(21)

jangka panjang karena masyarakat akan kehilangan collective memory, dan

interpretasi terhadap berbagai tradisi yang akan mengalami dekonstruksi.

Kebudayaan memang selalu beradaptasi, termasuk dalam menghadapi

pariwisata, dan di dalam proses tersebut tidak berarti makna atau otentisitas

otomatis hilang. Akulturasi merupakan proses yang wajar dalam setiap pertemuan

antarbudaya. Namun demikian ia juga mengakui adanya komoditisasi dari

berbagai aspek keagamaan, yang memunculkan konflik, karena pengaruh

pariwisata. Ada kesan terjadinya dampak negatif akibat adanya komoditisasi.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pariwisata telah merusak atau

‘menghancurkan’ kebudayaan lokal.Pariwisata secara tidak langsung ‘memaksa’

ekspresi kebudayaan lokal untuk dimodifikasi, agar sesuai dengan kebutuhan

pariwisata.Ekspresi budaya dikomoditifikasi agar dapat ‘dijual’ kepada

wisatawan.

Untuk pariwisata Indonesia khususnya daerah Samosir banyak yang

mengkhawatirkan akan terjadi pengikisan kebudayaan akibat kebudayaan asing

yang menyerbu masuk yang menyebabkan terjadinya pendangkalan terhadap

kualitas kebudayaan Samosir serta hilangnya bentuk-bentuk sosial yang telah

terbukti mampu menopang integritas masyarakat Samosir.

Namun pada kenyataannya pariwisata telah memberikan kesadaran tentang

nilai seni-budaya yang mendorong orang Samosir untuk melestarikan kebudayaan,

dan bahkan pariwisata telah “mendorong kreativitas dalam berbagai bidang”.

Dengan temuan-temuan lapangan seperti ini maka tidak berlebihan kalau

dikatakan bahwa kebudayaan Batak sampai saat ini masih sangat kuat melekat

(22)

telah tercerai-berai tidaklah benar.Bahkan pada beberapa sisi, dapat dikatakan

bahwa kebudayaan Batak mengalami take-off menuju masa pencerahan

enlightenment.Data lapangan seperti ini telah banyak mengubah pandangan orang

yang semula bersikap pesimistis terhadap kelestarian kebudayaan Batak.

Setiap pengembang Pariwisata di suatu kawasan pasti mengharapkan

pariwisatadapat berpengaruh positif terhadap kehidupan sosial-ekonomi

masyarakat lokal,sebaliknya dampak negative terhadap kehidupan sosial-ekonomi

dapat diminimalisir.Salah satu cara adalah dengan perencanaan dan pengelolaan

yang baik. Dampak yangtimbul dari keberadaan industri pariwisata sangat

tergantung pada jenis dan intensitaspembangunan pariwisata, serta karakteristik

sosial budaya masyarakat lokal di kawasanwisata.

Jika ditinjau dari sisi positifnya, pengeluaran para wisatawan, baik

wisatawandomestik maupun internasional di suatu daerah tujuan wisata adalah

suatu bukti nyatabahwa keberadaan pariwisata memberi kontribusi yang cukup

besar kepada tuan rumah.

Pariwisata secara tidak langsung juga merupakan suatu nilai yang sama

kaedahnya dengan model export pada umumnya. Hanya saja ada perbedaan

mendasar mengenaijenis obyek yang di export. Jika export pada umumnya barang

dipindahkan dari negaraasal ke negara tujuan, untuk pariwisata obyek yang

dijadikan export masih tetap beradadi negara asal, dengan kata lain barang yang di

export tidak berpindah ke negara tujuan.

Beberapa dampak positif lain yang mudah dilihat sebagai akibat

perkembanganpariwisata adalah adanya peluang kerja yang sangat banyak karena

(23)

Negara dinyatakan membuka peluang untuk pengembangan suatu destinasi

pariwisata, makamuncul berbagai kegiatan-kegiatan atau usaha-usaha yang terkait

dengan keberadaan pariwisata ini. Masyarakat sekitar mencari dan membuka

peluang-peluang kerja yangsangat banyak sehingga tidak seperti suatu industri

barang atau materi yang terbatasmemberi peluang pada usaha yang dikembangkan

saja, kalaupun ada yang lainnya tetapitidak sebesar peluang yang diakibatkan oleh

pariwisata.

Dari sisi negatif, dampak pariwisata secara umum mengakibatkan

masalahekonomi yang cukup merisaukan. Cooper (2009) mencatat beberapa sisi

negatif dariadanya pariwisata diantaranya; terjadinya perpindahan penduduk dari

desa ke perkotaanyang sulit dikendalikan yang membawa implikasi yang tidak

baik bagi ekonomipedesaan maupun perkotaan. Disamping itu berakibat pada

adanya pergeseran minatkerja yang semula masyarakat bekerja pada sektor

agrobisnis, nelayan, pabrik-pabrik,berpindah ke bidang pariwisata yang dianggap

lebih mudah cara kerjanya, lebih halusdan berpenghasilan lebih cepat dengan nilai

hasil yang lebih tinggi. Bahkan tragisnyasecara perlahan bisa menyebabkan

terjadinya penyingkatan keterampilan ataupendidikan karena terlalu cepat

berkeinginan untuk bekerja, sehingga nilai jual daritenaga kerja tersebut menjadi

murah.

Sebagai salah satu sektor pembangunan yang dapat memacu pertumbuhan

ekonomi suatu wilayah, priwisata dianggap sebagai suatu aset yang strategis

untuk mendorong pembangunan pada wilayah – wilayah tertentu yang

(24)

Dengan adanya perkembangan industri pariwisata di suatu wilayah, arus

urbanisasi ke kota – kota besar dapat lebih ditekan. Hal ini disebabkan pariwisata

memiliki tiga aspek pengaruh yaitu aspek ekonomis (sumber devisa,pajak- pajak),

aspek sosial (penciptaan lapangan kerja) dan aspek budaya. Keberadaan sektor

pariwisata tersebut seharusnya memperoleh dukungan dari semua pihak seperti

pemerintah daerah sebagai pengelola, masyarakat yang berada di lokasi objek

wisata serta partisipasi pihak swasta sebagai pengembang.

Selain peran yang dimilikinya, pariwisata juga merupakan suatu sektor

yang tidak jauh berbeda dengan sektor ekonomi yang lain yaitu dalam proses

perkembangannya juga mempunyai dampak atau pengaruh dibidang sosial dan

ekonomi. Pengaruh yang ditimbulkan tersebut dapat berupa pengaruh positif

maupun negatif terhadap kehidupan masyarakat setempat. Untuk mencegah

perubahaan itu menuju ke arah negatif maka diperlukan suatu perencanaan yang

mencakup aspek sosial dan ekonomi, sehingga sedapat mungkin masyarakat

setempat ikut terlibat di dalam perencanaan dan pengembangan pariwisata. Hal ini

perlu dilakukan untuk mendukung keberhasilan pengembangan daerah wisata

yang bersangkutan. Proses pembangunan dan pengembangan suatu wilayah dapat

ditunjang oleh potensi wisata yang dimilikinya.

Adanya peningkatan kunjungan wisatawan dan aktivitas pariwisata yang

berlangsung di dalam objek wisata, secara tidak langsung telah menimbulkan

pengaruh terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat setempat.Adanya

kunjungan wisatawan di suatu tempat menyebabkan terjadinya interaksi sosial

antara masyarakat setempat dengan wisatawan yang dapat mengakibatkan

(25)

Dengan pesatnya perkembangan pariwisata di Indonesia khususnya dan

dalam skala yang lebih luas pada umumnya, telah membawa konsekuensi yang

tidak saja positif, tetapi juga negatif salah satunya ialah kerusakan lingkungan dan

pergeseran nilai-nilai kearifan lokal masyarakat. Oleh karenanya sangat

diperlukan adanya upaya-upaya pelestarian lingkungan alam dan budaya yang

menjadi sumber bagi pengembangan sektor pariwisata. Salah satu upaya

tersebutyaitu di dalam konsep kepariwisataan di Indonesia menjadi suatu kegiatan

yang berbasis masyarakat, berwawasan budaya dan berkelanjutan. Meskipun

dalam tahap pelaksanaannya masih banyak menghadapi berbagai macam kendala

namun hal tersebut merupakan bagian dari sebuah proses pembelajaran untuk

mencapai suatu keberhasilan.

Indonesia memiliki banyak pulau yang dapat dijadikan sebagai objek

wisata, salah satunya adalah Pulau Samosir. Pulau Samosir adalah pulau dalam

pulau terbesar di dunia. Terletak di provinsi Sumatera Utara dan keseluruhan

wilayahnya tergabung menjadi Kabupaten Samosir. Dalam sejarah, para Geolog

mengemukakan bahwa 75.000 tahun yang lalu diyakini terdapat letusan gunung

berapi terdahsyat sepanjang sejarah manusia. Proses subduksi tersebutlah yang

membentuk kaldera Danau Toba dan Pulau Samosir di tengahnya.Pulau Samosir

yang dihuni oleh suku Batak memiliki wisata alam yang luar biasa seperti : Batu

Kursi Siallagan, Pantai Pasir Putih Parbaba, Kawasan Tukutuk Siadong, Makam

Raja Sidabutar, Danau Sidihoni dan tempat lainnya. Namun, penulis akan meneliti

kajian pariwisata tepatnya Batu Kursi Siallagan yang terletak di Desa Siallagan

(26)

Dari total usia kerja bermatapencaharian di sektor perikanan terutama ikan

mujahir, pedagang perikanan ini terdiri dari suku Batak. Pariwisata telah

mengubah struktur internal dari masyarakat, sehingga terjadi pembedaan antara

mereka yang mempunyai hubungan dengan pariwisata dan mereka yang tidak.

Jadi, keterkaitan pariwisata menjadi salah satu pemisah atau pembeda dalam

masyarakat. Pariwisata mempunyai sifat kolonialistis, sehingga merebut

independensi masyarakat lokal di dalam proses pengambilan keputusan.

Pariwisata memberikan keuntungan sosial-ekonomi pada satu sisi, tetapi di sisi

lain membawa ketergantungan dan ketimpangan sosial, atau memperparah

ketimpangan yang telah ada.

Dulu, desa Siallagan Pindaraya terkenal sebagai desa nelayan yang miskin.

Penduduknya hanya mengandalkan lahan kering sebagai mata

pencaharian.Tanaman jagung, singkong dan kedelai adalah makanan sehari-hari

warga Siallagan Pindaraya. Dulu, kawasan Desa Siallagan Pindaraya tercatat

sebagai wilayah miskin di Samosir.. Kini, kawasan ini telah menjadi salah satu

daerah maju di Samosir dengan income utama masyarakatnya dari jasa pariwisata.

Penghasilan bersih masyarakatanya setelah dipotong untuk kebutuhan sehari-hari

paling rendah Rp 1.000.000/bulan. Dilihat dari komposisi penduduknya, Desa

Siallagan Pindaraya termasuk wilayah yang sangat homogen. Penduduknya hanya

orang Indonesia khususnya suku Batak.

Sisi baik dan buruk, positif dan negatif, memang sangat tipis batasnya

manakala kita berbicara soal kepariwisataan. Ini terlihat juga di Kawasan Batu

(27)

kekumuhan di kawasan ini. Masyarakat membangun berbagai fasilitas

kepariwisataan sekendak hati. Mereka tidak lagi mengikuti norma-norma aturan.

Batu Kursi Siallagan merupakan tujuan wisata favorit para turis karena

terdapat banyak peninggalan sisa-sisa dari kerajaan batak dengan patung-patung,

tempat eksekusi dan rumah tradisional Batak. Pembangun Batu Kursi Siallagan

dilakukan secara Gotong royong atas prakarsa raja huta yang pertama yakni Raja

Laga Siallagan dan selanjutnya diwariskan kepada keturunannya Raja Hendrik

Siallagan dan seterusnya kepada keturunan Raja Ompu Batu Ginjang Siallagan.

Pembangunan huta yang menggunakan batu-batu besar disusun bertingkat

menjadi sebuah tembok besar yang kelak menjadi benteng dan diatasnya ditanami

bambu.

Keberadaan Batu Kursi Siallagan membawa perubahan bagi Sosial

Ekonomi masyarakat kawasan tersebut. Adanya peluang masyarakat untuk

membuka usaha informal seperti kios, rumah makan,penginapan, dan lainnya. Hal

ini senada dengan apa yang disebutkan dalam Peraturan Pemerintah No. 18

tahun 1994 tentang kepariwisataan : Selalu mengikutsertakan masyarakat

sekitar di dalam kegiatan kepariwisataan baik dalam bentuk cindera mata dan

mempromosikan, budaya yang harus merupakan khas masyarakat setempat.

Adapun alasan yang mendorong penulis mengangkat tema pariwisata di

kawasan Batu Kursi Siallagan adalah:

Pertama, dampak dari keberadaan objek wisata Batu Kursi Siallagan

menimbulkan perubahan bagi pola kehidupan penduduk sekitar,karena

menciptakan lapangan pekerjaan baru. Perubahan sosial ekonomi yang terjadi

(28)

adalah adanya penyerapan tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan

pengelolaan Batu Kursi Siallagan.

Kedua, objek wisata Batu Kursi Siallagan merupakan objek wisata yang

terkenal di Kabupaten Samosir khususnya daerah Siallagan yang memberikan

kontribusi devisa terhadap Pemerintah Daerah Kabupaten Samosir Dengan

kekayaan alam dan budaya yang lengkap serta posisi geografisnya, Kabupaten

Samosir memiliki prospek yang cukup potensial dalam perdagangan

pariwisatanya.

Ketiga, penulisan mengenai pariwisata di Kabupaten Samosir masih

sangat kurang, khususnya mengenai perkembangan pariwisata maupun wisata

budaya yang sementara sektor ini menjadi salah satu faktor penentu dalam

usaha meningkatkan perekonomian daerah bahkan peningkatan ekonomi

nasional. Berdasarkan hal-hal tersebut, penulis mencoba untuk mengkaji dan

merumuskan penelitian ini dengan judul : “ Dampak Keberadaan Objek Wisata Batu Kursi Siallagan terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di Desa Siallagan Pindaraya Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir”.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang diteliti

(29)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

Bagaimana Dampak Keberadaan Objek Wisata Batu Kursi terhadap Sosial

Ekonomi Masyarakat di Desa Siallagan Pindaraya Kecamatan Simanindo

Kabupaten Samosir.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam rangka

pengembangan konsep-konsep, teori-teori, terutama model dampak keberadaan

objek wisata batu kursi terhadap social ekonomi masyarakat di desa siallagan

pindaraya kecamatan simanindo kabupaten samosir, serta sebagai bahan

pertimbangan bagi pemerintah dan masyarakat akan pentingnya pengelolaan

pariwisata di suatu daerah yang menyerap tenaga kerja, selain memberikan devisa

bagi pemerintahan.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan dalam penelitian ini secara garis besarnya

dikelompokkan dalam 6(enam) bab, dengan urutan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika

penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

(30)

yang berhubungan dengan permasalahan penelitian,

kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi

operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian,

teknik pengumpulan data, dan teknik analisi data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian

yang berhubungan dengan masalah objek yang akan diteliti

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil

penelitian dan analisinya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran atas penelitian yang

(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TINJAUAN TENTANG DAMPAK 2.1.1 Pengertian Dampak

Pengertian dampak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

benturan, pengaruh yang mendatangkan akibat baik positif maupun negatif.

Pengaruh adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu (orang, benda) yang

ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. Pengaruh

adalah suatu keadaan dimana ada hubungan timbal balik atau hubungan sebab

akibat antara apa yang mempengaruhi dengan apa yang dipengaruhi. (KBBI

Online, 2010)

Dampak secara sederhana bisa diartikan sebagai pengaruh atau akibat.

Dalam setiap keputusan yang diambil oleh seorang atasan biasanya mempunyai

dampak tersendiri, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Dampak juga

bisa merupakan proses lanjutan dari sebuah pelaksanaan pengawasan internal.

Seorang pemimpin yang handal sudah selayaknya bisa memprediksi jenis dampak

yang akan terjadi atas sebuah keputusan yang akan diambil.

Menurut Scott dan Mitchell dampak merupakan suatu transaksi sosial

dimana seorang atau kelompok orang digerakkan oleh seseorang atau kelompok

orang yang lainnya untuk melakukan kegiatan sesuai dengan harapan.

Sumber-sumber pengaruh untuk perseorangan atau kelompok dalam organisasi terdapat

pada status jabatan, system pengawasan atau balas jasa dan hukuman, pengawasan

(32)

Seseorang bersedia menjalankan permintaan orang yang dapat mempengaruhinya

secara efektif karena merasa dirinya puas kalau memang dapat melaksanakan apa

yang diminta oleh orang berpengaruh tersebut. Motivasi seseorang dapat bersifat

dari tercapainya hasil-hasil yang maksimum, diperolehnya imbalan material atau

perasaan disukai atau diterima oleh orang lain. Jadi, seseorang menjadi secara

otomatis menuruti apa yang diminta oleh orang yang berpengaruh tanpa

mengharapkan imbalan atau tanpa pamrih.

2.2 Objek Wisata

2.2.1 Pengertian Objek Wisata

Objek wisata adalah suatu tempat yang menjadi kunjungan wisatawan

karena mempunyai sumberdaya tarik, baik alamiah, maupun buatan manusia,

seperti keindahan alam atau pegunungan, pantai flora dan fauna, kebun binatang,

bangunan kuno bersejarah, monument-monumen, candi-candi, tari-tarian,

atraksidan kebudayaan khas lainnya (Adisasmita, 2010).

Menurut Fandeli (2000) objek wisata adalah perwujudan daripada ciptaan

manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan

alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan. Sedangkan objek

wisata alam adalah objek wisata yang daya tariknya bersumber pada keindahan

sumber daya alam dan tata lingkungannya.

Suatu objek wisata menurut Yoeti ( 1992) harus memenuhi tiga

persyaratan, yaitu:

a. Daerah itu harus mempunyai apa yang disebut sebagai something to see

(33)

atraksi wisata yang berbeda dengan apa yang dimiliki oleh daerah lain

(pemandangan alam, upacara adat, kesenian) yang dapat dilihat oleh wisatawan.

b. Di daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah something to

do (sesuatu untuk dikerjakan). Artinya, di tempat tersebut tersedia fasilitas

rekreasi yang membuat mereka betah untuk tinggal lebih lama di tempat itu

(penginapan/hotel yang memadai, kolam renang, sepeda air) sehingga mereka

dapat melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan di rumah ataupun di tempat

wisata lainnya.

c. Di daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah something to

buy(sesuatu untuk dibeli). Artinya, di tempat tersebut harus tersedia fasilitas untuk

berbelanja, terutama souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk

dibawa pulang ke tempat asal masing-masing.

2.2.2 Jenis-jenis objek wisata

Penggolongan jenis objek wisata akan terlihat dari ciri-ciri khas yang

ditonjolkan oleh tiap-tiap objek wisata. Dalam UU No. 9 Tahun 1990 Tentang

Kepariwisataan disebutkan bahwa objek dan daya tarik wisata terdiri dari :

a. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud

keadaan alam, serta flora dan fauna.

b. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum,

peninggalan sejarah, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan

alam, taman rekreasi dan tempat hiburan. Sujali (1989) mengemukakan bahwa

bahan dasar yang perlu dimiliki oleh industri pariwisata dibedakan menjadi tiga

(34)

a.Objek wisata alam (natural resources): Bentuk dari objek ini berupa

pemandangan alam seperti pegunungan, pantai, flora dan fauna atau bentuk yang

lain. Contohnya adalah pantai Parangtritis, Purwahamba Indah, gunung Merbabu

dan lain-lain.

b. Objek wisata budaya atau manusia (human resources): objek ini lebih banyak

dipengaruhi oleh lingkungan/kehidupan manusia seperti museum, candi,

kesenian, upacara keagamaan, upacara adat, upacara pemakaman atau bentuk

yang lain. Contohnya adalah candi Borobudur, Keraton Yogyakarta, upacara

sedekah bumi.

c.Objek wisata buatan manusia (man made resources): objek ini sangat

dipengaruhi oleh aktivitas manusia sehingga bentuknya tergantung pada

kreativitas manusianya seperti tempat ibadah, alat musik, museum, kawasan

wisata yang seperti Taman Mini Indonesia Indah, Monumen Yogya Kembali.

2.3 Teori Sosial Ekonomi 2.3.1 Defenisi Sosial Ekonomi

Sejarah sosial ekonomi berhubungan dengan keadaan-keadaan dimana

manusia-manusia itu hidup, kemungkinan-kemungkinan perkembangan materi

dan batas-batasnya yang tidak bisa diikuti manusia. Penduduk dan kepadatan

penduduk, konsumsi dan produksi pangan, perumahan, sandang, kesehatan dan

penyakit, sumber-sumber kekuatan dan pada tingkat dasarnya faktor-faktor ini

berkembang tidak menentu dan sangat drastis mempengaruhi kondisi-kondisi

(35)

Salah satu faktor yang penting untuk membangun masyarakat yang

sejahtera adalah sebuah teori sosial ekonomi yang baik. Sepanjang sejarah,

manusia terus mencari jawaban bagaimana sumber daya bumi ini dapat

dipergunakan dan dibagikan dengan baik.

Kata sosial berasal dari kata “socious” yang artinya kawan, teman. Dalam

hal ini arti kawan bukan terbatas sebagai teman sepermainan, teman kerja, teman

sekampung dan sebagainya. Dalam hal ini kawan adalah mereka (orang-orang)

yang ada disekitar kita, yakni yang tinggal dalam satu lingkungan tertentu dan

mempunyai sifat yang saling mempengaruhi satu sama lain (Mahadi, 2003).

Kata sosial adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan

masyarakat(Suharso,2005). Sedangkan dalam konsep sosiologis, manusia sering

disebut makhluk sosial yang artinya bahwa manusia itu tidak dapat hidup dengan

wajar tanpa orang lain disekitarnya.

Istilah Ekonomi secara etimologi berasal dari bahasa yunani yaitu

“Oikos” yang artinya rumah tangga dan “Nomos” artinya mengatur. Jadi secara

harafiah, ekonomi berarti cara mengatur rumah tangga. Ini adalah pengertian yang

paling sederhana. Namun seiring dengan perkembangan dan perubahan

masyarakat, maka pengertian ekonomi juga sudah lebih luas. Ekonomi juga sering

diartikan sebagai cara manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari

(http://www.wikipedia.com).

Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur

secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur

sosial masyarakat. Pemberian posisi ini disertai dengan seperangkat hak dan

(36)

Menurut Melly G. Tan bahwa bahwa kedudukan sosial ekonomi meliputi

tiga faktor yaitu pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan. Pendapat diatas

didukung oleh Mahbud UI Hag dari Bank Dunia bersama dengan James Grant

dari Overseas Development Council mengatakan bahwa kedudukan sosial

ekonomi dititikberatkan pada pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan dan

air yang sehat yang didukung oleh pekerjaan yang layak

(http://www.detikfinance.com)

Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa status sosial ekonomi adalah

kemampuan seseorang untuk mampu menempatkan diri dalam lingkungannya

sehingga dapat menentukan sikap berdasarkan atas apa yang dimilikinya dan

kemampuan mengenai keberhasilan menjalankan usaha dan berhasil mencukupi

kebutuhan hidupnya.

Melly G. Tan mengatakan untuk melihat kondisi sosial ekonomi keluarga

atau masyarakat itu dapat dilihat melalui tiga aspek yaitu pekerjaan, pendidikan,

dan penghasilan. Berdasarkan hal ini maka keluarga atau kelompok masyarakat

itu dapat digolongkan memiliki sosial ekonomi rendah, sedang, dan tinggi (Tan

dalam Koentjaraningrat, 2003).

1. Golongan berpenghasilan rendah

Yaitu keluarga yang menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan

untuk memenuhi tingkat hidup yang minimal. Untuk memenuhi tingkat hidup

yang minimal, mereka perlu mendapatkan pinjaman dari orang lain karena

tuntutan kehidupan yang keras, perkembangan anak dari keluarga itupun menjadi

(37)

kebutuhan ekonomi tidak sempat memberikan bimbingan dan pengawasan

terhadap perilaku anaknya.

2. Golongan berpenghasilan sedang

Yaitu pendapatan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok.

3. Golongan berpenghasilan tinggi

Yaitu selain dapat memenuhi kebutuhan pokok, sebagian dari pendapatan yang

diterima dapat ditabung dan digunakan untuk kebutuhan lain ataupun kebutuhan

di masa mendatang.

2.4 Teori Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial dalam artian yang sangat luas mencakup berbagai

tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat

yang baik (Adi, 2010). Secara yuridis konsepsional, pengertian kesejahteraan

sosial termuat dalam UU No.11 Tahun 2009 tentang ketentuan-ketentuan pokok

kesejahteraan sosial, pasal 1 ayat 1 adalah sebagai berikut: “Kesejahteraan Sosial

adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara

agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat

melaksanakan fungsi sosialnya”.

Untuk mewujudkan kesejahteraan sosial tersebut dilaksanakan berbagai

upaya, program dan kegiatan yang disebut “Usaha Kesejahteraan Sosial” baik

yang dilaksanakan pemerintah maupun masyarakat. UU. No. 11 Tahun 2009

Bagian II pasal 25 juga menjelaskan secara tegas tugas serta tanggung jawab

(38)

1.Merumuskan kebijakan dan program penyelenggaraan kesejahteraan sosial;

2.Menyediakan akses penyelengaraan kesejahteraan sosial;

3.Melaksanakan rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan

perlindungan sosial sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

4.Memberikan bantuan sosial sebagai stimulan kepada masyarakat yang

menyelenggarakan kesejahteraan sosial;

5.Mendorong dan memfasilitasi masyarakat serta dunia usaha dalam

melaksanakan tanggung jawab sosialnya;

6.Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia di bidang

kesejahteraan sosial;

7.Menetapkan standar pelayanan, registrasi, akreditasi, dan sertifikasi pelayanan

kesejahteraan sosial;

8.Melaksanakan analisis dan audit dampak sosial terhadap kebijakan dan aktivitas

pembangunan

9.Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian kesejahteraan sosial;

10.Melakukan pembinaan dan pengawasan serta pemantauan dan evaluasi

terhadap penyelenggaraan kesejahteraan sosial;

11.Mengembangkan jaringan kerja dan koordinasi lintas pelaku penyelenggaraan

kesejahteraan sosial tingkat nasional dan internasional;

12.Memelihara taman makam pahlawan dan makam pahlawan nasional;

13.Melestarikan nilai kepahlawanan, keperintisan, dan kesetiakawanan sosial; dan

14.Mengalokasikan anggaran untuk penyelenggaraan kesejahteraan sosial dalam

(39)

Walter A. Friedlander, mengutarakan bahwa konsep dan istilah

kesejahteraan sosial dalam pengertian program yang ilmiah baru saja

dikembangkan sehubungan dengan masalah sosial dari pada masyarakat kita yang

industrial. Kemiskinan, kesehatan yang buruk, penderitaan dan disorganisasi

sosial telah ada dalam sejarah kehidupan umat manusia, namun masyarakat yang

industrial dari abad ke 19 dan 20 ini menghadapi begitu banyak masalah sosial

sehingga lembaga-lembaga insani yang sama seperti keluarga, ketetanggaan,

gereja, dan masyarakat setempat tidak mampu lagi mengatasinya secara memadai.

Berikut ini beberapa defenisi yang menjelaskan arti kesejahteraan sosial,

W.A Friedlander mendefenisikan: “Kesejahteraan sosial adalah sistem yang

terorganisir dari usaha-usaha dan lembaga-lembaga sosial yang ditujukan untuk

membantu individu maupun kelompok dalam mencapai standar hidup dan

kesehatan yang memuaskan serta untuk mencapai relasi perseorangan dan sosial

yang dapat memungkinkan mereka mengembangkan kemampuan-kemampuannya

secara penuh untuk mempertinggi kesejahteraan mereka selaras dengan

kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakat” (Muhaidin, 2003).

Defenisi di atas menjelaskan:

1. Konsep kesejahteraan sosial sebagai suatu sistem atau “organized system”

yang berintikan lembaga-lembaga dan pelayanan sosial.

2. Tujuan sistem tersebut adalah untuk mencapai tingkat kehidupan yang

sejahtera dalam arti tingkat kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, papan,

(40)

3. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara, meningkatkan “kemampuan

individu” baik dalam memecahkan masalahnya maupun dalam memenuhi

kebutuhannya.

Dalam Kamus Ilmu Kesejahteraan Sosial disebutkan pula : “Kesejahteraan

Sosial merupakan keadaan sejahtera yang meliputi keadaan jasmaniah, rohaniah

dan sosial tertentu saja. Bonnum Commune atau Kesejahteraan sosial adalah

kesejahteraan yang menyangkut keseluruhan syarat, sosial yang memungkinkan

dan mempermudah manusia dalam memperkembangkan kepribadiannya secara

sempurna” (Suparlan, 2010). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan tentang

latar belakang informasi mengenai konsep dan istilah yang digunakan dalam

statistik Kesejahteraan Sosial diantaranya adalah kondisi rumah tangga, luas

lantai, daerah perkotaan atau pedesaan, probabilitas bayi mati sebelum mencapai

usia satu tahun, keluhan masyarakat terhadap kesehatan, imunisasi, pasien rawat

inap, status gizi, narapidana, aksi dan korban kejahatan, luas lantai, mendengarkan

radio, membaca koran atau surat kabar, serta menonton televisi. Dari kelompok

tersebut BPS melakukan pengelompokan menjadi empat indikator dalam

pengukuran kesejahteraan sosial, yaitu :

1. Pendapatan. 4. Gizi

2. Kesehatan.

3. Perumahan.

Dalam Undang-Undang RI No. 11 tahun 2009, tentang

ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial disebutkan bahwa usaha kesejahteraan sosial

adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah,

(41)

memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial,

jaminan sosial, pemberdayaan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan

sosial. Semua upaya, program dan kegiatan yang ditujukan untuk mewujudkan,

membina, memelihara, memulihkan, dan mengembangkan kesejahteraan sosial.

Dalam pernyataan tersebut terkandung pengertian bahwa usaha-usaha

kesejahteraan sosial merupakan upaya ditujukan kepada manusia baik individu,

kelompok maupun masyarakat.

2.5 Tinjauan Tentang Dampak Objek Wisata terhadap sosial Ekonomi 2.5.1 Tinjauan Tentang Dampak Objek Wisata terhadap sosial Ekonomi

Suatu tempat wisata tentu memiliki dampak dampak terhadap lingkungan

sekitarnya. Dampak dampak akibat adanya tempat wisata tentu mempengaruhi ke

lingkungan sekitarnya. Sehingga yang terkena dampak positif dan negatifnya

adalah masyarakat, lingkungan, ekonomi dan sosial.

Masyarakat dalam lingkungan suatu obyek wisata sangatlah penting dalam

kehidupan suatu obyek wisata karena mereka memiliki kultur yang dapat menjadi

daya tarik wisata, dukungan masyarakat terhadap tempat wisata berupa sarana

kebutuhan pokok untuk tempat obyek wisata, tenaga kerja yang memadai dimana

pihak pengelola obyek wisata memerlukannya untuk menunjang keberlangsungan

hidup obyek wisata dan memuaskan masyarakat yang memerlukan pekerjaan

dimana membuat kehidupan masyarakat menjadi lebih baik.

Pengembangan suatu obyek wisata yang dilakukan dengan baik akan

menghasilkan pendapatan ekonomi yang baik juga untuk komunitas setempat

(42)

tempat wisata yang direncanakan dengan baik, tidak hanya memberikan

keuntungan ekonomi yang memperbaiki taraf , kualitas dan pola hidup komunitas

setempat, tetapi juga peningkatan dan pemeliharaan lingkungan yang lebih baik.

Pariwisata dapat memberikan keuntungan bagi wisatawan maupun komunitas tuan

rumah dan dapat menaikkan taraf hidup melalui keuntungan secara ekonomi yang

dibawa ke kawasan tersebut”.

Bila dilakukan dengan benar dan tepat maka pariwisata dapat

memaksimalkan keuntungan dan dapat meminimalkan permasalahan. Penduduk

setempat mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya pengembangan

obyek wisata, karena penduduk setempat mau tidak mau terlibat langsung dalam

aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan kepariwisataan di daerah tersebut,

misalnya bertindak sebagai tuan rumah yang ramah, penyelanggara atraksi wisata

dan budaya khusus (tarian adat, upacara-upacara agama, ritual, dan lain-lain),

produsen cindera mata yang memiliki ke khasan dari obyek tersebut dan turut

menjaga keamanan lingkungan sekitar sehingga membuat wisatawan yakin,

tenang, aman selama mereka berada di obyek wisata tersebut. Akan tetapi apabila

suatu obyek wisata tidak dikembangkan atau ditangani dengan baik atau tidak

direncanakan dengan matang, dapat menyebabkan kerusakan baik secara

lingkungan maupun dampak-dampak negatif terhadap ekonomi maupun sosial.

Menurut Prof Ir Kusudianto Hadinoto (1996) suatu tempat wisata apabila

tidak direncanakan dengan baik maka akan menyebabkan kerusakan lingkungan

fisik, barang-barang sejarah, dan menimbulkan ketidaksukaan penduduk sekitar

terhadap wisatawan maupun obyek wisata tersebut dimana pada akhirnya

(43)

wisata dan lingkungan dimana bila ditangani dengan baik maka akan terjadi

peningkatan lingkungan ke arah yang lebih baik tetapi apabila tidak ditangani

dengan baik bisa merusak. Berikut adalah dampak-dampak dari keberadaan suatu

obyek wisata terhadap social ekonomi masyarakatyaitu :

a. Dampak ekonomi dapat bersifat positif maupun negatif dalam setiap

pengembangan obyek wisata. Untuk segi positif dampak ekonomi ini ada yang

langsung dan ada juga yang tidak langsung. Dampak positif langsungnya adalah

membuka lapangan pekerjaan yang baru untuk komunitas lokal, baik itu sebagai

pegawai bagian kebersihan, kemananan, ataupun yang lainnya yang sesuai dengan

kemampuan, atau dengan berjualan, seperti : makanan, minuman atau voucher hp

sehingga masyarakat lokal bisa mendapatkan peningkatan taraf hidup yang layak.

Selain untuk masyarakat lokal, dampak ekonomi juga akan berpengaruh bagi

pemerintah daerah yang akan mendapatkan pendapatan dari pajak. Sedangkan

dampak ekonomi yang tidak langsung adalah kemajuan pemikiran akan

pengembangan suatu obyek wisata, adanya emansipasi wanita sehingga wanita

pun bisa bekerja. Suatu pengembangan obyek wisata apabila diatur, ditata dan

dipantau dengan baik tidak akan menghasilkan dampak negatif bagi sektor

ekonominya, tetapi apabila tidak dilakukan, diatur, ditata dengan baik maka akan

menimbulkan kerugian baik bagi pihak pengembang obyek itu sendiri maupun

(44)

b. Dampak Positif Sosial

Adanya perlindungan untuk benda-benda kuno, bangunan sejarah, seni

tradisional seperti musik, drama, tarian, pakaian, upacara adat. Adanya bantuan

untuk perawatan museum, gedung theater, dan untuk dukungan acara-acara

festivalbudaya.

Dengan adanya pembaharuan kebanggaan budaya maka masyarakat dapat

memperbaharui kembali rasa bangga mereka terhadap peninggalan-peninggalan

bersejarah ataupun budaya. Pariwisata dapat menciptakan pertukaran budaya dari

wisatawan dengan masyarakat setempat, sehingga membuat para wisatawan

mengerti tentang budaya setempat dan mengerti akan nilai-nilai dari tradisi

masyarakat setempat begitu pula sebaliknya masyarakat lokal pun bisa tahu

tentang budaya dari para wisatawantersebut baik yang domestik maupun

internasional.

c.Dampak negatif sosial

Setiap pengelola obyek wisata selalu menginginkan tempat wisata untuk

menyedot wisatawan baik domestik maupun internasional, tetapi ada hal-hal yang

harus diperhitungkan karena apabila suatu obyek wisata terlalu padat, maka bisa

menyebabkan hilangnya kenyamanan bagi penduduk setempat dan membuat

masyarakat setempat menjadi tidak nyaman dan pada akhirnya akan terbentuk

garis batas antara penduduk lokal setempat dengan wisatawan yang terlalu

banyak.

Karena ingin menyuguhkan sesuatu yang di inginkan wisatawan, tanpa di

sadari mereka sudah terlalu mengkomersialkan budaya mereka sehingga tanpa

(45)

atau bahkan mengurangi nilai suatu budaya yang seharusnya bernilai religius.

Contoh : upacaraagama yang seharusnya dilakukan dengan khidmat dan khusyuk,

tetapi untuk menyuguhkan apa yang diingini oleh wisatawan maka mereka

mengkomersialkan upacara tersebut untuk wisatawan sehingga upacara agama

yang dulunya khidmat dan khusyuk makin lama makin berkurang.Adanya

percampuran budaya negatif antara wisatawan dengan masyarakat setempat.

2.6 Defenisi Masyarakat

Community dalam bahasa yunani adalah “persahabatan”. Sebagai refleksi

dari arti kata tersebut, aristoteles mengemukakan bahwa manusia yang hidup

bersama dalam masyarakat karena mereka menikmati ikatan yang saling bekerja

sama, untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka dan untuk menemukan makna

kehidupan. Masyarakat dalam konteks pemberdayaan masyarakat adalah

masyarakat atau community dalam bahasa inggris atau juga komunitas.

Secara etimologis “ community” berasal dari kommunitat yang berakar

pada comunete atau comman. Community mempunyai dua arti:

a. Sebagai kelompok social yang bertempat tinggal di lokasi tertentu, memiliki

kebudayaan dan sejarah yang sama

b. Sebagai suatu pemuliman yang terkecil di atasnya ada kota kecil

(town),dan di atas kota kecil ada kota atau kota besar (city).

Banyak literatur dan mengusulkan empat komponen utama untuk

mendefinisikan konsep komunitas. Pertama dan terutama bahwa komunitas

melibatkan manusia. Wilayah dan tempat tinggal juga menjadi elemen

(46)

wilayah, tanah, atau batas wilayah dalam definisi komunitas mereka.

Komunitas adalah manusia yang hidup bersama dalam ekologi setempat

dengan batasan wilayah yang bias tetapi beliau menulis kebiasaan batasan adalah

tidak relevan apabila dijadikan salah satu pencaharian karakteristik utama dari

suatu komunitas atau lingkungan.

Thomas Hobber mengemukakan bahwa komunitas adalah sebuah proses

alamiah dimana orang-orang yang hidup bersama untuk memaksimalkan

kepentingan mereka, Hobbes merasa bahwa kepentingan diri sendiri dapat

ditemukan dalam kelompok. Pendapat lain mendengar bahwa komunitas di

identikan sebagai pemukiman kecil penduduk, bersifat mandiri (self contained)

dan yang satu berbeda dengan lainnya :

a. Komunitas memiliki kesadaran kelompok (group consciousness) yang

kuat.

b. Komunitas tidak terlalu besar sehingga dapat saling mengenal pribadi

tetapi tidak terlalu

c. Kecil sehingga dapat berusaha bersama secara efisien.

d. Komunitas bersifat homogeny

e. Komunitas hidup madiri (self sufficient).

f. Menurut ensiklopedi Indonesia, istilah “masyarakat” sekurang

kurangnya mengandung tiga pengertian :

a. Sama dengan gesellschaft, yakni bentuk tertentu kelompok sosial

berdasarkan rasional, yang diterjemahkan sebagai masyarakat patembayan

(47)

mendasarkan pada ikatan naluri kekeluargaan disebut gemain-scaft atau

masyarakat paguyuban.

b. Merupakan keseluruhan “masyarakat manusia” meliputi seluruh kehidupan

bersama. Istilah ini dihasilkan dari perkembangan ketergantungan manusia

yang pada masa terakhir ini sangat dirasakan.

c. Menunjukan suatu tata kemasyarakatan tertentu dengan cirri sendiri (identitas)

dan suatu autonomi (relative), seperti masyarakat barat, masyarakat primitive

yang merupakan kelompok suku yang belum banyak berhubungan dengan dunia

sekitarnya.

Bedasarkan pengertian diatas dapatlah disebutkan kelompok

masyarakat yang dicirikan menurut hubungan manusianya serta nilai social yang

berlaku sebagai berikut.

a. Menurut mata pencaharian, seperti masyarakat petani, nelayan, buruh,

pedagang, dan lain-lain

b. Menurut lingkungan tempat tinggalnya seperti masyarakat hutan,

pantai/pesisir.

c. Menurut tingkat kehidupan ekonomi seperti masyarakat miskin yang

dibedakan dengan masyarakat kaya

d. Menurut tingkat pendidikan seperti masyarakat terpelajar, intelek/

berpengetahuan yang dibedakan dengan masyarakat awam

e. Menurut penataan lingkuangan /pemuiiman masyarakat seperti

masyarakat desa, kota, metropolitan.

f. Menurut lingkuangan prgaulan agama seperti ulama, santri, gereja.

(48)

masyarakat yang beradab yang didikotomikan dengan masyarakat jahiliah.

h. Menurut tingkat kehidupan social seperti masyarakat maju, tertinggal dan

sebagainya.

i. Menurut jenis kelamin yang dibedakan antara perempuan dengan laki-laki.

Dari contoh pengelompokan masyarakat seperti di atas dalam konteks

pemberdayaan masyarakat maka focus perhatian lebih ditujukan kepada

kelompok masyarakat yang masih perlu diberdayakan mengingat kondisi

masyarakat tidak berdaya. Konsep komunitas masyarakat yang baik (good

community) mengandung Sembilan nilai (the competent community).

1. Setiap anggota masyarakat berinteraksi satu dengan yang lain berdasar

hubungan pribadi.

2. Komunitas memiliki otonomi, kewenangaan,dan kemampuan mengurus

kepentingan sendiri.

3. Memiliki viabilitas, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalahnya

sendiri.

4. Distribusi kekayaan yag merata, setiap orang berkesempatan yang

sama dan bebas nenyatakan kehendaknya.

5. Kesempatan setiap anggota untuk berpatisipasi aktif dalam mengurus

kepentingan bersama.

6. Komunitas member makna kepada anggotanya sejauh manakah pentingnya

komunitas bagi seorang anggota.

7. Di dalam komunitas dimungkinkan adanya heterogenitas dan perbedaan

pendapat.

(49)

secepat mungkin pada yang berkepentingan

9. Di dalam komunitas bisa terjadi konflik, namun komunitas memiliki

kemampuan untuk managing conflict.

Dalam pengertian sosiologi, masyarakat tidak dipandang sebagai suatu

kumpulan individu-individu semata. Masyarakat merupakan suatu pergaulan

hidup, oleh karena manusia hidup bersama. Masyarakat merupakan suatu

sistem yang terbentuk karena hubungan anggota-anggotanya. Dengan kata

lain, masyarakat adalah suatu sistem yang terwujud dari kehidupan bersama

manusia, yang lazim disebut dengan sistem kemasyarakatan.

Emile Durkheim (2005) menyatakan bahwa masyarakat merupakan

suatu kenyataan yang obyektif secara mandiri, bebas dari individu-individu

yang merupakan anggota-anggotanya. Cara yang baik untuk mengerti tentang

masyarakat adalah dengan menelaah ciri-ciri pokok dari masyarakat itu sendiri.

Sebagai suatu pergaulan hidup atau suatu bentuk kehidupan bersama

manusia, maka masyarakat itu mempunyai ciri-ciri pokok, yaitu:

1. Manusia yang hidup bersama

Secara teoritis, jumlah manusia yang hidup bersama itu ada dua orang.

Di dalam ilmu-ilmu sosial, khususnya sosiologi, tidak ada suatu ukuran yang

mutlak atau angka yang pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang

harus ada.

2. Bergaul selama jangka waktu cukup lama

3. Adanya kesadaran, bahwa setiap manusia merupakan bagian dari satu

(50)

2.7 Kerangka Pemikiran

Setiap penelitian pasti diperlukan adanya kerangka berpikir sebagai

pijakan atau sebagai pedoman dalam menentukan arah dari penelitian, hal ini

diperlukan agar penelitian tetap terfokus pada kajian yang akan diteliti. Alur

kerangka berpikir pada penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut:

Objek wisata memiliki dampak terhadap kondisi social ekonomi

mayarakat.Kondisi sosial ekonomi masyarakat itu dapat dilihat dari sistem sosial,

nilai-nilai sosial, sikap, interaksi sosial dan pola perilaku mata pencaharian, pola

perilaku.Keberadaan objek wisata dapat mengakibatkan terbukanya lapangan

pekerjaan, peluang membuka usaha, dan perubahan interaksi social antara

masyarakat.

Begitu juga dengan yang terjadi di Desa Siallagan Pindaraya.Keberadaan

objek wisata Batu Kursi memberi dampak besar terhadap masyarakat seperti

penyerapan tenaga kerja untuk pemeliharaan objek wisata Batu kursi, terbukanya

peluang bagi masyarakat untuk membuka usaha berupa kios dan rumah makan.

Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam

(51)

Skema Kerangka Pikir

2.7 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.7.1 Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan para ahli dalam upaya

menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang dikaji.Untuk menghindari

salah pengertian atas makna konsep-konsep yang dijadikan objek penelitian, maka

seorang peneliti harus menegaskan dan membatasi makna konsep-konsep yang

diteliti. Proses dan upaya penegasan dan pembatasan makna konsep dalam suatu

penelitian disebut dengan defenisi konsep. Secara sederhana defenisis disini

diartikan sebagai batasan pengertian. Keberdaan Objek Wisata

Batu Kursi

Masyarakat Siallagan Pindaraya

Sosial Ekonomi

Struktur sosial, interaksi sosial dan pola perilaku, sistem mata pencaharian

Tingkat penghasilan

(52)

Dalam hal ini, perumusan defenisi konsep dalam suatu penelitian

menunjukkan bahwa peneliti ingin mencegah salah pengertian atas konsep yang

diteliti. Dengan kata lain, peneliti berupaya menggiring pembaca hasil penelitian

itu untuk memaknai konsep itu sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan

oleh si peneliti, jadi defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu

konsep yang dianut dalam suatu penelitian.( Siagian, 2011:136-138)

Konsep merupakan suatu unsur yang penting dalam penelitian.Suatu

konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan dengan

berbagai peristiwa objek, kondisi, situasi dan hala-hal lain yang sejenis. Defenisi

konsep bertujuan untuk merumuskan sejumlah pengertian yang digunakan secara

mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta

menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian.

(Silalahi, 2009:112)

Untuk lebih memahami pengertian mengenai konsep-konsep yang akan

digunakan maka peneliti membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut:

1. Dampak adalah benturan, pengaruh yang mendatangkan akibat baik positif

maupun negatif.

2. Objek Wisata adalah suatu tempat yang menjadi kunjungan wisatawan

karena mempunyai sumberdaya tarik, baik alamiah, maupun buatan

manusia, seperti keindahan alam atau pegunungan, pantai flora dan fauna,

kebun binatang, bangunan kuno bersejarah, monument-monumen,

candi-candi, tari-tarian, atraksi dan kebudayaan khas lainnya (Adisasmita, 2010).

3. Sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan

(53)

mata pencaharian, dan lain-lain.

4. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah system

tertutup, dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu

yang berada dalam kelompok tersebut.

2.7.2 Defenisi Operasional

Ditinjau dari proses atau langkah penelitian, dapatdikemukakan bahwa

perumusan defenisi operasional adalah langkah lanjutan dari perumusan defenisi

konsep. Jika perumusan defenisi konsep ditujukan untuk mencapai keseragaman

pemahaman tentang konsep-konsep, baik berupa objek, peristiwa maupun

fenomena yang diteliti.Maka perumusan defenisi operasional ditujukan dalam

upaya transformasi konsep ke dunia nyata sehingga konsep-konsep penelitian

dapat diobservasi (Siagian,2011:14)

Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau criteria atau

operasi langkah tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya

dengan memiliki rujukan-rujukan empiris. Defenisi operasional bertujuan untuk

memudahkan peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitian di lapangan. Maka

perlu operasinalisasi dari konsep-konsep untuk menggambarkan tentang apa yang

harus diamati.(Silalahi,2009:120)

Adapun yang menjadi defenisi operasional dalam Dampak Keberadaan

Objek Wisata Batu Kursi Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di Desa Siallagan

Pindaraya, Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir, yakni :

1. Sosial ekonomi masyarakat dapat diterjemahkan dalam beberapa indicator,

(54)

a. Struktur sosial, hubungan timbal balik antara posisi-posisi sosial dan

peranan-peranan sosial.

b. Interaksi sosial, merupakan suatu fondasi dari hubungan yang berupa

tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan

diterapkan di dalam masyarakat.

c. Pola perilaku, kelakuan seseorang yang sudah tersusun atau tertaa karena

proses kelakuan tersebutdilakukan berulang-ulang.

d. Tingkat penghasilan, merupakan perolehan barang atau jasa yang diterima

Gambar

Tabel 4.1
Tabel  4.2 SARANA DAN PRASARANA DESA
Tabel 4.6
Tabel 4.6
+7

Referensi

Dokumen terkait

penelitian Dampak Keberadaan Dusun Bambu Terhadap Kondisi Sosial. Ekonomi Masyarakat di Desa Kertawangi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan objek wisata budaya, mengetahui faktor-faktor pendorong perkembangan pariwisata, mengetahui bentuk perubahan sosial

Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengembangan objek wisata Pulau Merah memberikan dampak terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Sumberagung yang

Sedangkan dampak terhadap kegiatan sosial budaya cenderung negatif karena terkontaminasinya nilai – nilai budaya setempat dengan adanya kedatangan pengaruh budaya luar daerah

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi profil objek wisata sungai hijau di Desa Salo Kecamatan Salo Kabupaten Kampar 3HQHOLWLDQ LQL EHUMXGXO ³ Dampak

Penelitian ini bertujuan: 1) untuk mengetahui dampak sosial bagi masyarakat desa Tlogo dengan keberadaan taman rekreasi Candi Prambanan, 2) untuk mengetahui dampak

i DAMPAK PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR PADA OBJEK WISATA KAMPUNG SELARAI INDAH SEKAYU SKRIPSI Dibuat untuk memenuhi

“Analisis Dampak Perkembangan Sektor Pariwisata Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Objek Wisata Jawa Timur Park II dan BNS”.. Jurnal Ilmiah Mahasiswa