• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Gambaran Tubuh terhadap Depresi pada Remaja Awal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Gambaran Tubuh terhadap Depresi pada Remaja Awal"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH GAMBARAN TUBUH TERHADAP DEPRESI

PADA REMAJA AWAL

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh:

Anita Zahra

041301043

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

GENAP, 2007/2008

(2)

dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi Fakultas Psikologi USU Medan. Adapun judul skripsi ini adalah: “Pengaruh Gambaran Tubuh terhadap Depresi pada Remaja Awal”.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik dari masa perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

Saya sangat mengucapkan terimakasih kepada banyak pihak yang telah membantu dalm menyelesaikan skripsi ini. Terkhusus kepada orang tua saya yang selama ini mendukung saya baik melalui doa dan materi, dukungan agar selalu bersemangat dan tidak menjadikan beban dalam menyelesaikan skripsi ini. Saya pun tak lupa ingin mengucapkan terimakasih kepada banyak pihak yang membantu langkah penulis dalam menggapai gelar sarjana psikologi. Izinkan saya menyebutkan mereka yaitu:

1. Prof.dr.Chairul Yoel, Sp.A(K) selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

(3)

ii

petunjuk, bimbingan, dan saran yang Ibu berikan setiap saat, baik sebelum maupun selama bimbingan penulisan skripsi saya ini. Terima kasih Ibu untuk kesediaannya dan kesabaran serta keramahan yang ibu berikan selama membimbing saya.

3. Ibu Sukaesi Marianti, M.Si selaku dosen penguji ketika seminar dan juga telah meluangkan waktunya dalam memberikan saran-saran, masukan-masukan, dan dapat berdiskusi dengan Ibu kapan saja. Berdiskusi dengan Ibu membuat pikiran saya menjadi lebih terbuka sehingga menjadi lebih dapat memahami apa yang harus dilakukan dengan penelitian saya ini.

4. Ibu Ika Sari Dewi, S.Psi, Psi selaku dosen penguji ketika seminar yang telah memberikan masukan dan bimbingannya.

5. Ibu Hasnida, M.Si selaku dosen pembimbing akademik dan juga telah memberikan masukan-masukan yang sangat bermanfaat bagi saya.

6. Ibu Etti Rahmawati, M.Si yang sedikit banyak telah memberikan masukan dan bimbingannya.

7. Kepala Sekolah SMP Taman Siswa Medan beserta para staf. 8. Kepala Sekolah SMP Kesatria Medan beserta para staf.

9. Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 1 Medan beserta para staf. 10.Kepala Sekolah SMP Negeri 13 Medan beserta para staf.

11.Kedua orangtua yang sangat saya sayangi dan cintai yang selama ini telah mendukung saya baik melalui doa dan materi, dukungan agar selalu bersemangat dan tidak menjadikan beban dalam menyelesaikan skripsi ini.

(4)

12.Saudara-saudaraku yaitu abang dan adik-adik penulis yaitu Bang Hakim, Iyun juga Rivi.

13.Teman-teman dan semuanya yang selalu memberikan semangat dan dukungan untuk terus menyelesaikan tugas ini, khususnya kepada Misbah, Farahdiba, Laila Maya, Mardian, Manaf, dan sepupu penulis yaitu Apriliyanti.

Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan saudara-saudara semua. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi rekan-rekan semua.

Medan, Juni 2008

(5)

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

1. Manfaat teoritis ... 8

2. Manfaat praktis ... 9

E. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A. Gambaran Tubuh ... 10

1. Definisi gambaran tubuh ... 10

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan gambaran tubuh ... 11

3. Pengukuran gambaran tubuh ... 14

B. Depresi ... 15

1. Definisi depresi ... 15

2. Pengukuran depresi ... 16

3. Gejala depresi ... 17

4. Penyebab depresi ... 19

(6)

C. Remaja ... 19

1. Definisi remaja ... 19

2. Pembagian masa remaja ... 20

3. Tanda masa remaja awal ... 21

4. Perkembangan fisik remaja awal ... 22

D. Pengaruh gambaran tubuh terhadap depresi pada remaja awal ... 22

E. Hipotesa ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 26

B. Definisi Operasional ... 26

1. Gambaran tubuh ... 26

2. Depresi ... 27

C. Subjek Penelitian ... 28

1. Populasi dan sampel ... 28

2. Sampel dan teknik pengambilan sampel ... 29

D. Instrumen/Alat Ukur yang digunakan ... 30

1. Skala gambaran tubuh ... 30

2. Skala depresi ... 35

a. Perkembangan skala CES-D ... 37

E. Validitas, Reliabilitas Alat Ukur, dan Uji Daya Beda Aitem ... 40

1. Uji validitas ... 40

(7)

vi

3. Uji daya beda aitem ... 42

4. Hasil uji coba alat ukur ... 42

a. Skala gambaran tubuh ... 42

b. Skala depresi ... 46

F. Prosedur Penelitian ... 47

1. Tahap persiapan penelitian ... 47

a. Persiapan alat ukur ... 47

b. Perizinan ... 48

c. Proses adaptasi skala ... 49

2. Tahap pelaksanaan penelitian ... 50

3. Tahap pengolahan data ... 50

F. Metode Analisa Data ... 50

1. Uji daya beda aitem ... 50

2. Reliabilitas ... 51

3. Uji normalitas sebaran... 51

4. Uji linieritas hubungan ... 51

5. Uji korelasi ... 51

6. Analisa regresi ... 52

BAB IV ANALISA DAN INTERPRETASI DATA ... 53

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 53

1. Jenis kelamin subjek penelitian ... 54

2. Usia subjek penelitian ... 54

3. Kelas subjek penelitian ... 55

(8)

B. Hasil Penelitian ... 55

1. Uji asumsi ... 55

2. Hasil utama penelitian ... 57

3. Deskripsi data penelitian ... 58

a. Variabel gambaran tubuh ... 59

b. Variabel depresi ... 60

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ... 62

A. Kesimpulan ... 62

B. Diskusi ... 63

C. Saran ... 65

(9)

Pengaruh Gambaran Tubuh terhadap Depresi pada Remaja Awal Anita Zahra

ABSTRAK

Depresi sudah menjadi wabah dalam kehidupan modern dan sudah menjadi masalah emosi yang umum. Depresi merupakan salah satu gangguan psikologis yang sifatnya universal dan dapat terjadi pada siapapun. Saat ini depresi umum ditemui pada orang-orang dengan usia yang lebih muda dan remaja merupakan orang-orang yang mudah terserang depresi

Manifestasi depresi pada masa remaja terlihat dalam bentuk substance

abuse (penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, alkohol), perilaku agresif seperti

tawuran pelajar dan kekerasan di sekolah, dan penurunan prestasi belajar, bahkan ekstrimnya pada munculnya ide bunuh diri. Hal ini terkait dengan ketidakbahagian yang mereka rasakan. Ketidakbahagiaan juga dapat terjadi karena perubahan fisik yang mereka alami. Pada masa remaja, khususnya remaja awal terjadi perubahan yang relatif cepat yang membuat mereka merasa canggung dan menimbulkan respon tersendiri sehingga mereka memiliki pandangan sendiri mengenai tubuh mereka. Hal inilah yang dikenal dengan body image gambaran tubuh.

Penelitian menggunakan pendekatan korelasional yaitu untuk mengetahui pengaruh gambaran tubuh terhadap depresi pada remaja awal. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode cluster random sampling dengan jumlah subjek sebanyak 151 orang berusia 12 – 15 tahun. Metode pengumpulan data dengan menggunakan dua buah skala yaitu skala gambaran tubuh yang disusun berdasarkan dimensi-dimensi yang dikemukakan oleh Cash dan dengan mengadaptasi skala depresi yaitu CES-D yang dikembangkan oleh Radloff.

Hasil pengujian hipotesa menunjukkan hubungan yang negatif antara gambaran tubuh dengan depresi dengan nilai r=-0,214. Sumbangan efektif variabel gambaran tubuh terhadap variable depresi sebesar 4,6%.

Kata kunci: gambaran tubuh, depresi

(10)

ABSTRAK

Depresi sudah menjadi wabah dalam kehidupan modern dan sudah menjadi masalah emosi yang umum. Depresi merupakan salah satu gangguan psikologis yang sifatnya universal dan dapat terjadi pada siapapun. Saat ini depresi umum ditemui pada orang-orang dengan usia yang lebih muda dan remaja merupakan orang-orang yang mudah terserang depresi

Manifestasi depresi pada masa remaja terlihat dalam bentuk substance

abuse (penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, alkohol), perilaku agresif seperti

tawuran pelajar dan kekerasan di sekolah, dan penurunan prestasi belajar, bahkan ekstrimnya pada munculnya ide bunuh diri. Hal ini terkait dengan ketidakbahagian yang mereka rasakan. Ketidakbahagiaan juga dapat terjadi karena perubahan fisik yang mereka alami. Pada masa remaja, khususnya remaja awal terjadi perubahan yang relatif cepat yang membuat mereka merasa canggung dan menimbulkan respon tersendiri sehingga mereka memiliki pandangan sendiri mengenai tubuh mereka. Hal inilah yang dikenal dengan body image gambaran tubuh.

Penelitian menggunakan pendekatan korelasional yaitu untuk mengetahui pengaruh gambaran tubuh terhadap depresi pada remaja awal. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode cluster random sampling dengan jumlah subjek sebanyak 151 orang berusia 12 – 15 tahun. Metode pengumpulan data dengan menggunakan dua buah skala yaitu skala gambaran tubuh yang disusun berdasarkan dimensi-dimensi yang dikemukakan oleh Cash dan dengan mengadaptasi skala depresi yaitu CES-D yang dikembangkan oleh Radloff.

Hasil pengujian hipotesa menunjukkan hubungan yang negatif antara gambaran tubuh dengan depresi dengan nilai r=-0,214. Sumbangan efektif variabel gambaran tubuh terhadap variable depresi sebesar 4,6%.

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, depresi sudah menjadi wabah dalam kehidupan modern dan sudah menjadi masalah emosi yang umum. Depresi merupakan salah satu gangguan psikologis yang sifatnya universal dan dapat terjadi pada siapapun karena depresi tidak mengenal batas usia, jenis kelamin, kedudukan, suku, maupun ras. Saat ini depresi umum ditemui pada orang-orang dengan usia yang lebih muda dan jumlah yang besar ditemui pada remaja. Remaja merupakan orang-orang yang mudah terserang depresi (dalam Newman, 2006).

Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak ke masa dewasa. Berkaitan dengan masa ini, remaja mengalami perkembangan mencapai kematangan fisik, mental, sosial, dan emosional. Umumnya, masa ini berlangsung sekitar masa di mana individu duduk di bangku sekolah menengah (Ali&Asrori, 2004).

Pada masa remaja individu mengalami perubahan-perubahan jasmani, kepribadian, intelektual, dan peranan di dalam keluarga maupun di lingkungan. Sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan sebagai konsekuensi dari masa peralihan atau masa transisi ini (Gunarsa, 2003). Dengan kata lain, terjadi gejolak dalam diri remaja.

(12)

Gejolak dalam diri remaja terjadi seiring dengan berkembangnya kemajuan zaman yang membuat remaja Indonesia menghadapi berbagai tantangan dan resiko yang sangat kompleks. Berbagai macam informasi dapat dengan mudah diperoleh melalui media komunikasi. Remaja dihadapkan dengan berbagai pilihan gaya hidup bahkan budaya asing kini telah memasuki pikiran remaja sehingga remaja dengan mudah mengadaptasinya dalam perilaku mereka sehari-hari. Hal ini menyebabkan kehidupan remaja semakin menjadi sorotan. Media komunikasi massa seperti televisi, radio, dan surat kabar, hampir setiap hari memberitakan berbagai masalah yang menjadi bagian dari kehidupan remaja.

“Saat ini minat belajar siswa makin rendah dari tahun ketahun, sampe-sampe standart nilai jadi turun”, kata salah seorang guru.

Persoalan remaja semakin hari semakin meningkat dan sangat memerlukan perhatian dari berbagai pihak. Saat ini sering dijumpai masalah penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba) dan diperkirakan tidak kurang dari dua juta jiwa di Indonesia mengalami ketergantungan narkoba. Sekitar 80 persen diantaranya dialami oleh anak sekolah atau remaja yang masih berusia sekolah (“diperkirakan…”, 2004).

(13)

3

Keberhasilan bunuh diri pada remaja putra lima kali lebih besar dibandingkan putri, meskipun untuk percobaan bunuh diri pada remaja putri tiga kali lebih banyak dibandingkan remaja putra. Ide-ide bunuh diri bukan merupakan fenomena yang statis dan dapat berubah dari waktu ke waktu. Keputusan untuk bunuh diri dapat muncul tiba-tiba tanpa banyak dipikirkan terlebih dahulu atau keputusan merupakan puncak dari kesulitan atau kebingungan yang berkepanjangan (Hikmah, edisi 13 Juni 2004).

Persoalan-persoalan yang dialami para remaja ini terlihat sebagai tanda-tanda terjadinya depresi pada remaja. Bentuk-bentuk perilaku seperti penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang dan bunuh diri merupakan manifestasi dari terjadinya depresi pada remaja. Ide bunuh diri merupakan masalah yang ekstrim yang terjadi berkaitan dengan keadaan depresi pada remaja (Aditomo & Retnowati, 2004).

Depresi dapat dilihat paling tidak dalam beberapa konteks yang berbeda, salah satunya adalah depressed mood yang mengarah pada perasaan sedih, kehilangan harapan, perasaan dibebani oleh permintaan-permintaan dunia, dan ketidakbahagiaan pada umumnya. Kebanyakan orang mengalami depresi jenis ini. Gejala-gejala yang dialami seperti kekhawatiran, mengalami perubahan mood, menangis, kehilangan nafsu makan, sulit tidur, kelelahan, kehilangan minat untuk beraktivitas, dan sulit berkonsentrasi. Depresssed mood dapat memprediksi masalah emosional yang serius namun depressed mood bukan merupakaan diagnosa klinis. Umumnya remaja mengalami depressed mood. Keadaan ini didukung dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh Achenbach dkk,

(14)

(dalam Santrock, 1998) yang menunjukkan bahwa 25% hingga 40% remaja putri dan 15% hingga 20% remaja putra mengalami depressed mood.

Berkaitan dengan keadaan remaja yang mengalami depressed mood, hasil survei memperlihatkan bahwa remaja sekarang cukup banyak yang kesepian dan pemurung, lebih kasar dan kurang menghargai sopan santun, lebih mudah cemas, serta lebih impulsif dan agresif. Tidak jarang mereka menarik diri dari pergaulan dan lebih suka menyendiri serta mengalami kesulitan utk berkonsentrasi (“Kejarlah”, 2004).

Rosenhan & Seligman (dalam Aditomo & Retnowati, 2004) mengatakan bahwa depresi adalah gangguan psikologis yang paling umum ditemui dan gejala depresi menurut Caron & Butcher (dalam Aditomo & Retnowati, 2004) merupakan respon normal terhadap pengalaman hidup negatif. Hal ini sejalan dengan kejadian sosial yang dialami oleh remaja, seperti kejadian-kejadian yang terjadi di sekolah, rumah, dan hubungan dengan teman sebaya yang dapat berdampak pada negatif afek (Santrock, 1998). Kejadian-kejadian ini dapat membuat mereka merasa tidak bahagia dan tidak puas dengan diri sendiri dan dengan kehidupan pada umumnya (Hurlock, 1999).

(15)

5

tersebut berupa tingkah laku yang sangat memperhatikan perubahan bentuk tubuhnya sehingga mereka memiliki pandangan sendiri mengenai tubuh mereka. Pandangan inilah yang disebut dengan body image oleh Hughes & Noppe (1985), selanjutnya dalam penelitian ini akan digunakan istilah gambaran tubuh dalam menjelaskan body image.

Menurut Cash & Deagle (dalam Jones, 2002), gambaran tubuh dapat juga didefinisikan sebagai derajat kepuasan seseorang terhadap dirinya secara fisik meliputi bentuk, ukuran, dan penampilan umum. Kepuasan ini jarang terjadi pada remaja. Menurut Hurlock (1999), pada masa remaja hanya sedikit remaja yang merasa puas dengan tubuhnya. Walaupun ketidakpuasan dengan tubuhnya lebih banyak dialami pada beberapa bagian tubuh tertentu. Rasa tidak puas ini juga dapat terjadi dengan adanya kejadian-kejadian yang terjadi di lingkungan mereka.

Kejadian-kejadian yang terjadi dengan teman sebaya atau terjadi di lingkungan sekolah memiliki pengaruh bagi remaja, termasuk yang berkaitan dengan keadaan fisik mereka. Davison (2002) mengatakan bahwa remaja mendapati penampilan fisik mereka menjadi fokus percakapan yang tidak menyenangkan dari teman-teman sebaya. Hal ini membuat remaja sangat sensitif terhadap penampilan fisik dan persepsi dari teman-teman mereka, sehingga mereka sangat memperhatikan daya tarik mereka dan menilai secara kritis tubuh mereka. Keadaan ini terutama terjadi pada remaja awal yang sangat peduli dengan tubuh mereka.

Perempuan secara umum menginginkan tubuh yang ramping dan laki-laki menginginkan tubuh yang lebih berotot. Harmatz, Gronendyke, & Thomas (dalam

(16)

Mills & D’Alfonso, 2007) menemukan bahwa pada berat badan yang normal, laki-laki mempersepsikan bahwa tubuh mereka lebih rendah atau ringan daripada yang sebenarnya, dan sebaliknya terjadi pada perempuan. Perempuan merasa tidak bahagia dengan bentuk tubuhnya dan berusaha untuk menurunkan berat badannya meskipun mereka sudah memiliki tubuh yang ideal.

Semua orang tentu menginginkan penampilan fisik yang menarik, termasuk para remaja baik laki-laki maupun perempuan. Dacey & Kenny (dalam Davison & McCabe, 2006) menjelaskan bahwa karakter fisik menjadi pusat dari

sense of self bagi remaja. Bagaimana mereka memandang diri mereka sangat

berperan dalam fungsi sehari-hari mereka.

Seperti berdasarkan wawancara dengan salah seorang guru mengatakan : “anak perempuannya adala yang suka ngerapi-rapiin rambutnya, nanti dikelas sibuk dengan rambutnya; sampe-sampe ibu bilang kalo masuk kelas ibu, diikat aja rambutnya. Selain itu waktu istirahat mereka juga sibuk pergi ke kamar mandi menyisir rambutnya dan pake wangi-wangian”. Ada juga beberapa yang coba-coba pake-pake rok span, baju ketat”.

“Kalo yang laki-laki gak nampak kali perilakunya, gak begitu keliatan, lebih keliatan yang perempuan”.

(17)

7

berperan penting dalam hubungan sosial dan bahwa mereka yang menarik biasanya diperlakukan dengan lebih baik daripada mereka yang kurang menarik.

Menurut Hurlock (1999), pada masa ini teman sebaya memiliki pengaruh yang besar bagi remaja, mereka menginginkan keadaan fisik yang tidak jauh berbeda dengan teman sebayanya sehingga penyesuaian diri dengan standar kelompok sangat penting. Yusuf (2004) mengatakan bahwa teman sebaya lebih besar pengaruhnya dalam lingkungan sekolah. Hal ini disebabkan karena para siswa, dalam hal ini remaja lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah daripada di tempat lain di luar rumah. Dalam pergaulan di sekolah, terdapat kelompok tertentu yang dipandang populer dan terdapat banyak kegiatan seperti dalam organisasi dan olahraga. Keadaan ini membuat mereka membandingkan dirinya dengan orang lain, termasuk melakukan perbandingan dalam menilai penampilan mereka.

Perbandingan ini mengacu pada cognitive judgment yang membandingkan diri mereka dengan orang lain karena mereka ingin dapat diterima oleh kelompok teman sebayanya Jones (2002). Mereka akan sangat menderita manakala suatu saat tidak diterima atau bahkan diasingkan oleh kelompok teman sebayanya (Ali & Asrori, 2004).

Respon negatif dari orang lain juga dapat merusak pembentukan diri, tidak kompeten, dan perasaan inferior (Breakey, 1997). Keadaan ini mengarah pada terjadinya depresi. Goleman (2001) juga mengatakan bahwa masalah hubungan dengan oranglain, terutama pada anak muda merupakan pemicu depresi. Kesulitannya seringkali terletak pada hubungan dengan teman sebaya. Penolakan

(18)

dari teman-teman sebaya juga dapat memicu skema negatif yang menurut teori Beck berperan penting dalam depresi (dalam Davison, 2002). Pendapat ini didukung oleh Nolen-Hoeksema dan Girgus (dalam Krenke & Stemmler, 2002) yang mengatakan bahwa perubahan hormonal dan hal-hal yang berkaitan dengan kensekuensi psikologis seperti ketidakpuasan pada bentuk tubuh dan faktor sosial pada remaja awal, seperti negative life event dapat menyebabkan depresi. Beberapa penelitian seperti penelitian yang dilakukan oleh Konstanski & Gullone pada tahun 1998 mengindikasikan bahwa terdapat hubungan antara gambaran tubuh dengan depresi pada remaja (dalam Davison & McCabe, 2006).

Melalui pemaparan di atas peneliti tertarik untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh gambaran tubuh terhadap depresi yang terjadi pada remaja awal.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh gambaran tubuh terhadap depresi pada remaja awal?

C. Tujuan Penelitian

(19)

9

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dalam memberikan informasi dan sumbangan pemikiran yang dapat bermanfaat untuk pengembangan kajian ilmu Psikologi, khususnya di bidang Psikologi Perkembangan yang membahas mengenai pengaruh gambaran tubuh terhadap depresi pada remaja awal.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan agar remaja khususnya remaja awal lebih menyadari pentingnya memiliki gambaran tubuh yang positif atau pentingnya memiliki kepuasan terhadap tubuh sehingga dapat mengurangi potensi terjadinya depresi.

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberi masukan dan bahan pertimbangan bagi orangtua dan guru dalam mendidik, memberi dukungan, bimbingan dan konseling kepada para remaja terkait dengan perkembangan mereka.

E. Sistematika Penulisan

Penelitian ini dirancang dengan susunan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan

Bab I berisikan latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

(20)

Bab II Landasan Teori

Bab II memuat tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah. Teori- teori yang dinyatakan adalah teori-teori yang berhubungan dengan gambaran tubuh, depresi, dan remaja; pengaruh gambaran tubuh terhadap depresi pada remaja awal, serta mengemukakan hipotesa penelitian.

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III akan menjelaskan tentang variabel penelitian, subjek penelitian, teknik pengambilan sampel, metode pengumpulan data, dan metode analisa data.

Bab IV Hasil dan Interpretasi

Dalam bab ini akan dikemukakan tentang gambaran subjek penelitian, hasil utama penelitian, dan deskripsi data penelitian.

Bab V Kesimpulan, Diskusi dan Saran

(21)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Gambaran Tubuh

Terdapat beberapa pengertian gambaran tubuh yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Setiap ahli memiliki pendapat yang berbeda dalam mendefinisikan gambaran tubuh. Untuk lebih jelasnya, berikut ini terdapat beberapa pengertian gambaran tubuh yang dikemukakan oleh beberapa orang ahli.

1. Definisi Gambaran Tubuh

Hughes & Noppe (1985) berpendapat bahwa gambaran tubuh adalah pandangan seseorang mengenai tubuhnya. Cash & Deagle (dalam Jones, 2002) mendefinisikan gambaran tubuh sebagai derajat kepuasan individu terhadap dirinya secara fisik yang mencakup ukuran, bentuk, dan penampilan umum. Menurut Salkin (dalam Frey & Carlock, 1984) gambaran tubuh adalah gambaran atau representasi individu mengenai tubuhnya sendiri baik dalam keadaan diam maupun bergerak. Hal ini diperoleh dari sensasi internal, perubahan postural, hubungan dengan objek luar dan orang lain, pengalaman dan fantasi emosional. Pengertian gambaran tubuh menurut Dacey & Kenny (2001) adalah bagaimana keyakinan individu mengenai bagaimana mereka dilihat oleh orang lain. Pendapat ini didukung dengan definisi dari Chaplin (2002) yang menjelaskan bahwa gambaran tubuh adalah ide seseorang mengenai betapa penampilan badannya di hadapan orang atau bagi orang lain. Pengertian gambaran tubuh lainnya dikemukakan oleh Grogan (dalam Bergstrom & Neighbors, 2006) yang

(22)

mendefinisikan gambaran tubuh sebagai persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang mengenai tubuhnya. Menurut Cash & Pruzinsky (2002) gambaran tubuh merupakan sikap yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya yang dapat berupa penilaian positif dan negatif. Cash dkk., (dalam Seawell & Danoff-Burg, 2005) juga menjelaskan bahwa gambaran tubuh adalah konstruk yang multidimensional yang terdiri dari persepsi, kognisi, emosi, dan perilaku yang berkaitan dengan atribut fisik.

Berdasarkan pemaparan dari definisi di atas, terdapat perbedaan pendapat yang dikemukakan oleh beberapa ahli dalam mendefinisikan gambaran tubuh. Terdapat ahli yang menitikberatkan gambaran tubuh pada derajat kepuasan pada tubuh, ada juga ahli yang menyatakan gambaran tubuh sebagai gambaran individu mengenai tubuh karena adanya pengaruh dari luar. Tokoh lainnya, menyatakan bahwa gambaran tubuh adalah persepsi, pikiran, perasaan mengenai tubuh yang dapat dinilai positif atau negatif.

Melalui defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa gambaran tubuh adalah gambaran mental, pandangan, sikap dan evaluasi yang dimiliki seseorang mengenai tubuhnya meliputi ukuran tubuh, bentuk tubuh, dan berat tubuh yang mengarah kepada penampilan fisik yang dapat bersifat positif maupun negatif atau puas atau tidak puas.

(23)

12

a. Media Massa

Tiggemann (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) mengatakan bahwa media yang muncul dimana-dimana memberikan gambaran ideal mengenai figur perempuan dan laki-laki yang dapat mempengaruhi gambaran tubuh seseorang. Tiggemann (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) juga menyatakan telah ditemukan bahwa media massa menjadi pengaruh yang paling kuat dalam budaya sosial.

Anak-anak dan remaja lebih banyak menghabiskan waktunya dengan menonton televisi. Konsumsi media yang tinggi dapat mempengaruhi konsumen. Isi tayangan media sering menggambarkan bahwa standar kecantikan perempuan adalah tubuh yang kurus dan hal ini berarti dengan level kekurusan yang dimiliki, kebanyakan perempuan percaya bahwa mereka adalah orang-orang yang sehat. Media juga memberikan gambaran ideal bagi laki-laki adalah dengan memiliki tubuh yang berotot.

b. Keluarga

Menurut teori social learning, orangtua merupakan model yang penting dalam proses sosialisasi sehingga mempengaruhi gambaran tubuh anak-anaknya melalui modeling, feedback dan instruksi. Fisher, Fisher dan Stark (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) menyatakan bahwa gambaran tubuh melibatkan bagaimana orangtua menerima keadaan bayinya baik terhadap jenis kelamin bayinya dan bagaimana wajah bayinya kelak. Ketika bayinya lahir, orangtua menyambut bayi tersebut dengan pengharapan akan adanya bayi ideal dan membandingkannya dengan penampilan bayi sebenarnya. Kebutuhan emosional bayi adalah disayangi lingkungan yang dapat mempengaruhi harga diri seseorang. Harapan fisik bayi

(24)

oleh orangtua juga sama seperti harapan anggota keluarga lain yaitu tidak cacat tubuh. Ikeda and Narworski (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) menyatakan bahwa komentar yang dibuat orangtua dan anggota keluarga mempunyai pengaruh yang besar dalam gambaran tubuh anak-anak. Orangtua yang secara konstan melakukan diet dan berbicara tentang berat mereka dari sisi negatif akan memberikan pesan kepada anak bahwa mengkhawatrirkan berat badan adalah sesuatu yang normal. c. Hubungan Interpersonal

Hubungan interpersonal membuat seseorang cenderung membandingkan diri dengan orang lain dan feedback yang diterima mempengaruhi konsep diri termasuk mempengaruhi bagaimana perasaan terhadap penampilan fisik. Hal inilah yang sering membuat seseorang merasa cemas mengenai penampilannya dan gugup ketika orang lain melakukan evaluasi terhadap dirinya. Rosen dan koleganya (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) menyatakan bahwa feedback terhadap penampilan dan kompetisi teman sebaya dan keluarga dalam hubungan interpersonal dapat mempengaruhi bagaimana pandangan dan perasaan mengenai tubuh.

Menurut Dunn & Gokee (dalam Cash & Pruzinsky, 2002), menerima

feedback mengenai penampilan fisik berarti seseorang mengembangkan persepsi

tentang bagaimana oranglain memandang dirinya. Keadaan tersebut dapat membuat mereka melakukan perbandingan sosial yang merupakan salah satu proses pembentukan dalam penilaian diri mengenai daya tarik fisik.

(25)

14

interpersonal. Perkembangan emosional dan pikiran individu juga berkontribusi pada bagaimana seseorang melihat dirinya. Maka, bagaimana seseorang berpikir dan merasa mengenai tubuhnya dapat mempengaruhi hubungan dan karakteristik psikologis (Chase, 2001).

3. Pengukuran Gambaran Tubuh

Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai gambaran tubuh pada umumnya menggunakan Multidimensional Body Self-Relation

Questionnaire-Appearance Scales (MBSRQ-AS) yang dikemukakan oleh Cash. Pengukuran

gambaran tubuh dalam penelitian ini menggunakan dimensi-dimensi pada alat ukur yang dikemukakan oleh Cash dkk, (dalam Seawell & Danoff-Burg, 2005).

Dimensi-dimensi tersebut terdiri dari: a. Evaluasi penampilan

Mengukur evaluasi dari penampilan secara keseluruhan dan perasaan menarik atau tidak menarik.

b. Orientasi penampilan

Mengukur derajat kepentingan dan memberi perhatian terhadap penampilan yang berkaitan dengan perilaku untuk berusaha menjaga dan memperbaiki penampilan.

c. Kepuasan area tubuh

Mengukur kepuasan individu terhadap aspek-aspek tertentu dari penampilannya. Adapun aspek-aspek tersebut adalah wajah, rambut, tubuh bagian bawah (pantat, paha, pinggul, kaki), tubuh bagian tengah (pinggang,

(26)

perut), tubuh bagian atas (dada, bahu, lengan), tampilan otot, berat, tinggi, penampilan secara keseluruhan.

d. Kecemasan menjadi gemuk

Mengukur kecemasan terhadap kegemukan, kewaspadaan akan berat badan, kecenderungan melakukan diet untuk menurunkan berat badan dan membatasi pola makan.

e. Pengkategorian ukuran tubuh

Mengukur bagaimana individu mempersepsi dan menilai berat badannya, dari sangat kurus sampai sangat gemuk.

B. Depresi

Depresi dapat dialami oleh setiap orang yang dapat dilihat melalui emosi, fungsi tubuh, perilaku, dan pikiran (dalam Nolen-Hoeksema, 2001). Oleh sebab itu, untuk lebih jelasnya berikut terdapat beberapa definisi depresi yang dikemukakan oleh beberapa orang ahli.

1. Definisi Depresi

(27)

16

Pengertian lainnya mengenai depresi dikemukakan oleh Rubenstein, Shaver, & Peplau (Brehm, 2002) yang mengatakan bahwa depresi merupakan perasaan emosional yang tertekan secara terus-menerus yang ditandai dengan perasaan bersalah, menarik diri dari orang lain. Chaplin (2002) mendefinisikan depresi pada dua keadaan, yaitu pada orang normal dan pada kasus patologis. Pada orang normal, depresi merupakan keadaan kemurungan (kesedihan, kepatahan semangat) yang ditandai dengan perasaan tidak pas, menurunnya kegiatan, dan pesimisme menghadapi masa yang akan datang. Pada kasus patologis, depresi merupakan ketidakmauan ekstrim untuk mereaksi terhadap perangsang, disertai menurunnya nilai diri, delusi ketidakpasan, tidak mampu dan putus asa.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa depresi adalah gangguan emosional yang ditandai dengan perasaan tertekan, perasaan bersalah, kesedihan, kehilangan minat, dan menarik diri dari orang lain yang dapat berpengaruh pada hubungan interpersonal.

2. Pengukuran Depresi

Pengukuran depresi dilakukan dengan mengadaptasi The Center for

Epidemiological Studies-Depression Scale (CES-D) yang dikembangkan oleh

Radloff melalui National Institute of Mental Health. Skala ini terdiri dari 20 aitem yang disusun berdasar empat faktor, yaitu :

- Depressed affect/negative affect (blues, depressed, lonely, cry sad).

- Somatic symptoms (bothered, appetite, effort, sleep, get going).

- Positive affect (good, hopeful, happy, enjoy).

(28)

- Interpersonal relations (unfriendly, dislike).

Faktor-faktor di atas diperoleh melalui analisis faktor (Radloff,1977). Aitem-aitem CES-D dipilih dari sekelompok aitem dari skala depresi sebelumnya. Komponen utama gejala depresi ditemukan dari literatur klinis dan penelitian analisis faktor. Komponen-komponen ini termasuk depressed mood, perasaan bersalah dan tidak berharga (feelings of guilt and worthlessness), perasaan tidak tertolong dan tidak memiliki harapan (feelings of helplessness and hopelessness), retardasi psikomotor (psychomotor retardation), kehilangan nafsu makan (loss of

appetite), dan gangguan tidur (sleep disturbance).

3. Gejala Depresi

Dalam DSM-IV-TR (Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorders fourth edition Text Revision) dituliskan kriteria depresi mayor yang

ditetapkan apabila sedikitnya 5 dari gejala di bawah ini telah ditemukan dalam jangka waktu 2 minggu yang sama dan merupakan satu perubahan pola fungsi dari sebelumnya, paling tidak satu gejalanya ialah salah satu dari mood tertekan atau hilangnya minat atau kesenangan (tidak termasuk gejala-gejala yang jelas yang disebabkan kondisi medis umum, atau mood delusi atau halusinasi yang tidak kongruen).

a. mood tertekan hampir sepanjang hari, hampir setiap hari, sebagaimana

ditunjukkan oleh laporan subjektif atau pengamatan dari orang lain.

(29)

18

(ditunjukkan baik oleh perimbangan subjektif atau pengamatan dari orang lain).

c. berkurangnya berat badan secara signifikan tanpa diet atau bertambahnya berat badan (seperti perubahan lebih dari 5% berat badan dalam sebulan), atau berkurang atau bertambahnya nafsu makan hampir setiap hari (pada kanak-kanak, pertimbangkan juga kegagalan untuk mendapatkan tambahan berat badan).

d. insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari.

e. agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari (dapat diamati oleh orang lain, tidak hanya perasaan subjektif tentang kegelisahan atau terasa terhambat).

f. lelah atau kehilangan tenaga hampir setiap hari.

g. perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang berlebihan atau tidak sesuai (yang mencapai taraf delusional) hampir setiap hari (tidak hanya menyalahkan diri sendiri atau rasa bersalah karena sakitnya).

h. menurunnya kemampuan berpikir atau konsentrasi, atau ragu-ragu, hampir setiap hari (baik atas pertimbangan subjektif atau hasil pengamatan orang lain).

i. pikiran tentang kematian yang berulang (tidak hanya takut akan kematian), gagasan ingin bunuh diri yang berulang tanpa rencana yang spesifik, atau usaha bunuh diri atau adanya suatu rencana spesifik untuk bunuh diri.

(30)

4. Penyebab Depresi

Terdapat tiga kategori penyebab dari gejala depresi menurut Nolen-Hoeksema dan Girgus (dalam Krenke & Stemmler, 2002). Tiga kategori penyebab dari gejala depresi tersebut adalah:

a. Faktor kepribadian, seperti orang yang dependent, memiliki harga diri yang rendah, tidak asertif, dan menggunakan ruminative coping.

Nolen-Hoeksema dan Girgus juga mengatakan bahwa ketika seseorang merasa tertekan akan cenderung fokus pada tekanan yang mereka rasa dan secara pasif merenung daripada mengalihkannya atau melakukan aktivitas untuk merubah situasi.

b. Faktor biologis, seperti perubahan hormonal dan hal-hal yang berkaitan dengan kensekuensi psikologis, seperti ketidakpuasan pada bentuk tubuh. c. Faktor sosial, seperti negative life event dan adanya pengharapan dari orangtua

dan teman sebaya.

C. Remaja

Masa remaja biasanya dirasakan sebagai masa sulit, baik bagi remaja sendiri maupun bagi keluarga atau lingkungannya (Ali & Asrori, 2004). Untuk mengetahui bagaimana masa remaja, maka terlebih dahulu diketahui definisi dari remaja. Berikut terdapat definisi remaja yang dikemukakan oleh beberapa ahli. 1. Definisi Remaja

(31)

20

perkembangan menjadi dewasa (Monks, 2001). Lazimnya masa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum (Hurlock, 1999). Remaja menurut Santrock (1998) adalah suatu periode dalam perkembangan individu yang merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, meliputi perubahan-perubahan biologis, kognitif dan psikososial.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan masa remaja merupakan masa dimana individu mulai berada dalam perkembangan menjadi dewasa, ditandai dengan kematangan secara seksual dan matang secara hukum yang diikuti dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan psikososial.

2. Pembagian Masa Remaja

Menurut Monks (2001) batasan usia remaja adalah antara 12 tahun sampai 21 tahun. Monks membagi batasan usia ini dalam tiga fase, yaitu :

1. Fase remaja awal : usia 12 tahun sampai 15 tahun

2. Fase remaja pertengahan : usia 15 tahun sampai 18 tahun

3. Fase remaja akhir : usia 18 tahun sampai 21 tahun

Batasan usia remaja untuk masyarakat Indonesia adalah antara usia 11 tahun sampai 24 tahun. Pertimbangan bahwa usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai tampak dan batasan usia 24 tahun merupakan batas maksimal untuk individu yang belum dapat memenuhi persyaratan kedewasaan secara sosial maupun psikologis. Individu yang sudah menikah dianggap dan diperlakukan sebagai individu dewasa penuh sehingga

(32)

tidak lagi digolongkan sebagai remaja (Sarwono, 2006). Santrock (1998) berpendapat bahwa masa remaja diawali pada usia berkisar antara 10-13 tahun dan berakhir usia 18-22 tahun.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata batasan usia remaja berkisar antara 12 hingga 24 tahun, dengan pembagian fase remaja awal berkisar antara 12 -15 tahun, fase remaja tengah berkisar antara 15 – 18 tahun dan fase remaja akhir bekisar antara 18 – 21 tahun. Batasan maksimum usia 24 tahun, untuk individu yang belum dapat memenuhi persyaratan kedewasaan secara sosial maupun psikologis.

3. Tanda Masa Remaja Awal

Masa remaja awal menurut Sulaeman (1995) ditandai oleh beberapa hal, yaitu: a. Pertumbuhan fisik berjalan secara cepat dibandingkan dengan masa-masa

sebelumnya, terutama pertumbuhan tinggi dan berat badan serta perubahan-perubahan secara umum dalam proporsi dari berbagai bagian tubuh.

b. Remaja mulai mengadakan penyesuaian sosial dan senang hidup berkelompok.

c. Mulai mempertimbangkan nilai-nilai. Kepalsuan serta kebohongan akan cepat diketahui remaja. Dalam setiap tindakan yang dilakukan menginginkan dibenarkan oleh orangtua.

(33)

22

4. Perkembangan Fisik Remaja Awal

Masa remaja dimulai dengan terjadinya pubertas, yaitu masa atau periode yang singkat dalam pematangan fisik yang melibatkan perubahan hormonal dan tubuh yang dimulai sejak awal masa remaja. Perubahan hormonal tersebut menyebabkan terjadinya perubahan fisik pada tubuh (Santrock, 1998).

Perubahan fisik yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh yaitu badan menjadi semakin panjang dan tinggi. Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi yang ditandai dengan haid pada perempuan dan mimpi basah pada laki-laki. Perubahan-perubahan fisik itu menyebabkan kecanggungan bagi remaja karena ia harus menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi pada dirinya (Sarwono, 2006).

D. Pengaruh Gambaran Tubuh terhadap Depresi pada Remaja Awal

Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Keadaan ini diawali dengan terjadinya pubertas. Pubertas menurut Santrock (1998) adalah masa atau periode yang singkat dalam pematangan fisik yang melibatkan perubahan hormonal dan tubuh yang dimulai sejak awal masa remaja.

Pada masa remaja, khususnya remaja awal terjadi perubahan fisik yang pesat sehingga menimbulkan respon tersendiri bagi remaja yang berupa tingkah laku yang sangat memperhatikan perubahan bentuk tubuhnya (Hurlock, 1999). Pertumbuhan anggota-anggota badan pada masa ini lebih cepat daripada badan,

(34)

hal ini membuat remaja memiliki proporsi tubuh yang tidak seimbang. Tangan dan kakinya lebih panjang dalam perbandingan dengan badannya (Monks, 2001).

Menurut Monks (2001), seringkali penyimpangan dari bentuk badan khas perempuan atau khas laki-laki menimbulkan kegusaran batin yang cukup mendalam karena pada masa ini perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan dirinya. Dacey & Kenny (Davison & McCabe, 2006) menjelaskan bahwa karakter fisik menjadi pusat dari sense of self bagi remaja. Bagaimana mereka memandang diri mereka sangat berperan dalam fungsi sehari-hari mereka. Mereka memiliki pandangan sendiri mengenai tubuh mereka. Pandangan inilah yang disebut dengan gambaran tubuh oleh Hughes & Noppe (1985). Menurut Cash & Deagle (dalam Jones, 2002) gambaran tubuh dapat juga didefinisikan sebagai derajat kepuasan seseorang terhadap dirinya secara fisik meliputi bentuk, ukuran, dan penampilan umum. Pada masa ini, hanya sedikit remaja yang merasa puas dengan tubuhnya (Hurlock, 1999).

Simons, Rosenberg, & Rosenberg (Davison & McCabe, 2006) juga mengatakan bahwa remaja awal dikarakteristikkan dengan adanya kesadaran dan kepedulian yang tinggi mengenai bagaimana evaluasi teman sebaya mengenai mereka. Pendapat ini didukung oleh Hili dan Monks (dalam Monks, 2001) yang menyatakan bahwa remaja sendiri merupakan salah satu penilai yang penting terhadap badannya sendiri sebagai rangsang sosial.

(35)

24

fokus percakapan yang tidak menyenangkan dari teman-teman sebaya. Hal ini membuat remaja sangat sensitif terhadap penampilan fisik dan juga terhadap persepsi dari teman-teman mereka, sehingga mereka sangat memperhatikan daya tarik mereka dan secara kritis menilai tubuh mereka.

Evaluasi negatif mengenai penampilan dapat membuat mereka mengalami kesulitan dalam hubungan interpersonal karena yang dinilai menariklah yang akan mendapat penerimaan dalam interaksi sosial (Davison & McCabe, 2006). Mereka menyadari bahwa daya tarik fisik berperan penting dalam hubungan sosial dan bahwa mereka yang menarik biasanya diperlakukan dengan lebih baik daripada mereka yang kurang menarik (Hurlock, 1999). Mereka akan sangat menderita manakala suatu saat tidak diterima atau bahkan diasingkan oleh kelompok teman sebayanya (Ali & Asrori, 2004). Teman sebaya lebih besar pengaruhnya dalam lingkungan sekolah. Hal ini disebabkan karena para remaja lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah daripada di tempat lain di luar rumah (Yusuf, 2004). Dalam pergaulan di sekolah, terdapat kelompok tertentu yang dipandang populer dan terdapat banyak kegiatan seperti dalam organisasi dan olahraga. Respon negatif dari orang lain juga dapat merusak pembentukan diri, tidak kompeten, dan perasaan inferior (Breakey, 1997). Keadaan ini mengarah pada terjadinya depresi.

Penolakan dari teman-teman sebaya juga dapat memicu skema negatif yang menurut teori Beck berperan penting dalam depresi (Davison, 2002). Pendapat ini didukung oleh Nolen-Hoeksema dan Girgus (dalam Krenke & Stemmler, 2002) yang mengatakan bahwa perubahan hormonal dan hal-hal yang

(36)

berkaitan dengan kensekuensi psikologis seperti ketidakpuasan pada bentuk tubuh dan faktor sosial pada remaja awal, seperti negative life event dapat menyebabkan depresi. Ali dan Asrori (2004) juga menyatakan bahwa tidak setiap remaja dapat menerima perubahan kondisi tubuhnya, sehingga tidak jarang menyebabkan remaja cenderung menyendiri, merasa terasing, kurang perhatian dari orang lain, atau bahkan merasa tidak ada yang mau mempedulikannya. Hal ini terlihat sebagai munculnya gejala depresi, yaitu depressed/negative affect atau perasaan-perasaan negatif. Beberapa penelitian seperti penelitian yang dilakukan oleh Konstanski & Gullone pada tahun 1998 (dalam Davison & McCabe, 2006) juga mengindikasikan bahwa terdapat hubungan antara gambaran tubuh dengan depresi pada remaja. Menurut Monks (2001), pada remaja yang mengerti bahwa badannya memenuhi persyaratan, maka hal ini berakibat positif terhadap penilaian dirinya. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Hurlock (1999) bahwa bagi remaja yg menerima perubahan fisik yg terjadi pada dirinya, menganggap hal tersebut merupakan suatu hal yang wajar karena memang akan dialami oleh semua orang yang melalui masa pubertas

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa gambaran tubuh memiliki pengaruh terhadap depresi pada remaja awal. Gambaran tubuh yang negatif akan berdampak terjadinya depresi pada remaja awal.

E. Hipotesa

(37)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan unsur penting dalam sebuah penelitian

ilmiah sehingga metode yang digunakan dalam penelitian dapat menentukan

apakah hasil penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan (Hadi, 2000).

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan pendekatan

korelasional yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

gambaran tubuh terhadap depresi pada remaja awal.

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Bebas : Gambaran tubuh

2. Variabel Tergantung : Depresi

.

B. Definisi Operasional 1. Gambaran Tubuh

Gambaran tubuh adalah gambaran mental, pandangan, sikap dan evaluasi

yang dimiliki seseorang mengenai tubuhnya meliputi ukuran tubuh, bentuk tubuh,

dan berat tubuh yang mengarah kepada penampilan fisik yang dapat bersifat

positif maupun negatif atau puas atau tidak puas. Gambaran tubuh individu dapat

diketahui melalui evaluasi penampilan, orientasi penampilan, kepuasan area

(38)

tubuh, kecemasan menjadi gemuk, dan pengkategorian ukuran tubuh yang

dilakukan individu.

a. Evaluasi penampilan, yaitu bagaimana evaluasi seseorang dari penampilan

secara keseluruhan dan perasaan menarik atau tidak menarik.

b. Orientasi penampilan, yaitu derajat kepentingan dan memberi perhatian

terhadap penampilan yang berkaitan dengan perilaku untuk berusaha menjaga

dan memperbaiki penampilan.

c. Kepuasan area tubuh, yaitu kepuasan individu terhadap aspek-aspek tertentu

dari penampilannya. Adapun aspek-aspek tersebut adalah wajah, rambut,

tubuh bagian bawah (pantat, paha, pinggul, kaki), tubuh bagian tengah

(pinggang, perut), tubuh bagian atas (dada, bahu, lengan), tampilan otot, berat,

tinggi, penampilan secara keseluruhan.

d. Kecemasan menjadi gemuk, yaitu kecemasan seseorang terhadap kegemukan,

kewaspadaan akan berat badan, kecenderungan melakukan diet untuk

menurunkan berat badan dan membatasi pola makan.

e. Pengkategorian ukuran tubuh, yaitu bagaimana individu mempersepsi dan

menilai berat badannya, dari sangat kurus sampai sangat gemuk.

Gambaran tubuh diukur dengan menggunakan dimensi-dimensi gambaran

tubuh yang dikemukakan oleh Cash dkk, (dalam Seawell & Danoff-Burg, 2005).

2. Depresi

Depresi adalah gangguan emosional yang ditandai dengan perasaan

bersalah, kesedihan, kehilangan minat, dan menarik diri dari orang lain yang dapat

(39)

28

gejala-gejala seperti afek negatif dan kurangnya afek yang positif, gejala somatis,

dan kesulitan dalam hubungan interpersonal. Depresi dalam penelitian ini

merupakan gejala-gejala yang dialami dalam rentang waktu satu minggu.

- Depressed affect/negative affect (blues, depressed, lonely, cry sad).

- Somatic symptoms (bothered, appetite, effort, sleep, get going).

- Positive affect (good, hopeful, happy, enjoy).

- Interpersonal relations (unfriendly, dislike).

Depresi diukur dengan mengadaptasi dan memodifikasi The Center for

Epidemiological Studies-Depression Scale (CES-D) yang dikembangkan oleh

Radloff (1977) melalui National Institute of Mental Health. Skor yang diperoleh

dari data penelitian akan dibuat menjadi tiga kategorisasi, yaitu rendah, sedang,

dan tinggi.

C. Subjek Penelitian 1. Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh objek yang dimaksud untuk diteliti. Populasi

dibatasi sebagai sejumlah atau individu yang paling sedikit dan memilki satu sifat

yang sama (Hadi, 2000).

Menyadari luasnya keseluruhan populasi dan keterbatasan yang dimiliki

peneliti, maka subjek penelitian yang dipilih adalah sebagian dari keseluruhan

populasi yang dinamakan sampel. Sampel adalah sebagian dari populasi atau

sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi dan harus

mempunyai paling sedikit satu sifat yang sama (Hadi, 2000).

(40)

Karakteristik populasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

1. Remaja awal berusia 12-15 tahun

2. Tidak cacat tubuh/fisik, yaitu anggota tubuh yang lengkap, tidak putus

atau tidak mengalami amputasi.

3. Bersekolah

4. Kecamatan Medan Area Kota Medan

Adapun alasan salah satu karakteristik populasi adalah tidak cacat

tubuh/fisik karena beberapa penelitian telah menemukan bahwa individu

penyandang cacat mengalami masalah psikologis khususnya depresi serta masalah

perilaku dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang normal (Nixdorf,

dalam Saragih & Sutatmiingsih, 2007).

2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian dari siswa

yang bersekolah di Kecamatan Medan Area. Penentuan sampel dalam penelitian

ini dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai hal, baik yang bersifat teoritis

dimaksudkan untuk memperoleh derajat kecermatan statistik yang maksimal,

maupun yang bersifat praktis didasarkan pada keterbatasan peneliti, antara lain

keterbatasan waktu dan dana.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pengambilan sampel acak klaster (cluster random sampling). Dalam teknik

pengambilan sampel ini, sampel diambil secara acak terhadap kelompok, bukan

(41)

30

secara acak terhadap cluster bukan terhadap individu, melainkan dari

kelompok-kelompok individu. Sampling ini dipandang ekonomis, lebih mudah dan lebih

murah.

Prosedur random pertama sekali dilakukan terhadap 21 buah sekolah yang

ada di Kecamatan Medan Area dengan mengambil dua buah sekolah. Selanjutnya

dilakukan prosedur random terhadap kelas-kelas yang ada pada sekolah-sekolah

yang telah terpilih.

D. Instrumen/Alat Ukur yang digunakan

Dalam usaha mengumpulkan data penelitian diperlukan suatu metode.

Prosedur yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan skala.

Skala adalah suatu prosedur pengambilan data yang merupakan suatu alat

ukur aspek afektif yang merupakan konstruk atau konsep psikologis yang

menggambarkanaspek kepribadian individu (Azwar, 2001). Terdapat dua skala

yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu dan skala gambaran tubuh dan skala

depresi.

1. Skala Gambaran Tubuh

Skala gambaran tubuh disusun dengan menggunakan dimensi-dimensi

gambaran tubuh yang dikemukakan oleh Cash dkk, (Seawell & Danoff-Burg,

2005), yaitu evaluasi penampilan, orientasi penampilan, kepuasan area tubuh,

kecemasan menjadi gemuk, dan pengkategorian ukuran tubuh.

(42)

Semakin tinggi skor yang diperoleh oleh subjek penelitian, maka semakin

positif gambaran tubuh yang dimiliki. Sebaliknya semakin rendah skor yang

diperoleh subjek penelitian, maka semakin negatif gambaran tubuh yang dimiliki.

Skala gambaran tubuh ini menggunakan skala Likert. Skala terdiri dari

pernyataan dengan menggunakan empat pilihan jawaban, yaitu: Sangat Sesuai

(SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Untuk

pernyataan mengenai dimensi ”kepuasan area tubuh”, pilihan jawaban yang

digunakan adalah: Sangat Puas (SP), Puas (P), Tdak Puas (TP), dan Sangat Tidak

Puas (STP). Skala disajikan dalam bentuk pernyataan favorable (pernyataan yang

mendukung dimensi yang ingin diukur) dan unfavorable (pernyataan yang tidak

mendukung dimensi yang ingin diukur).

Respon subjek untuk setiap pernyataan akan diberi skor yang bergerak dari

1 sampai 4. Untuk lebih jelasnya, cara penilaian skala gambaran tubuh yang

digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1, 2, 3, dan 4.

Berikut adalah cara penilaian skala gambaran tubuh dimensi ”evaluasi

penampilan” yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 1. Cara penilaian skala gambaran tubuh dimensi ”evaluasi penampilan” Bentuk Pernyataan

Favorable Unfavorable

Respon Skor Respon Skor

STS 1 SS 1

TS 2 S 2

(43)

32

Berikut adalah cara penilaian skala gambaran tubuh dimensi ”kepuasan area

tubuh” yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 2. Cara penilaian skala gambaran tubuh dimensi “kepuasan area tubuh” Bentuk Pernyataan

Favorable Unfavorable

Respon Skor Respon Skor

STP 1 SP 1

TP 2 P 2

P 3 TP 3 SP 4 STP 4

Berikut adalah cara penilaian skala gambaran tubuh dimensi ”orientasi

penampilan” dan ”kecemasan menjadi gemuk” yang digunakan dalam penelitian

ini.

Tabel 3. Cara penilaian skala gambaran tubuh dimensi “orientasi penampilan” dan dimensi “kecemasan menjadi gemuk”

Bentuk Pernyataan

Favorable Unfavorable

Respon Skor Respon Skor SS 1 STS 1

S 2 TS 2 TS 3 S 3 STS 4 SS 4

Berikut adalah cara penilaian skala gambaran tubuh dimensi ”evaluasi

penampilan” yang digunakan dalam penelitian ini.

(44)

Tabel 4. Cara penilaian skala gambaran tubuh dimensi “pengkategorian ukuran tubuh”

Dimensi Indikator Respon Skor

Berat Badan

Gemuk

Sangat Gemuk 1

Gemuk 2

Agak Gemuk 3

Normal 4

Kurus

Sangat Kurus 1

Kurus 2

Agak Kurus 3

Normal 4

Tinggi Badan

Tinggi

Sangat Tinggi 1

Tinggi 2

Agak Tinggi 3

Normal 4

Pendek

Sangat Pendek 1

Pendek 2

Agak Pendek 3

Normal 4

Skala gambaran tubuh disusun berdasarkan dimensi-dimensi yang

dikemukakan oleh Cash dkk, (dalam Seawell & Danoff-Burg, 2005) dengan

(45)

34

Tabel 5. Distribusi aitem-aitemuji coba skala gambaran tubuh

No Dimensi Indikator Aitem Jumlah

Favorable Unfavorable 1 Evaluasi

penampilan

- Evaluasi dari oranglain

terhadap penampilan 1, 7, 13, 17 11

10 - Evaluasi dari pribadi

terhadap penampilan 2, 8 12, 18, 26 2 Orientasi

penampilan

- Kepentingan terhadap

penampilan 3 22

13 - Perhatian yang

didasarkan terhadap menjaga penampilan

4, 9, 14, 30 19, 32

- Perilaku memperbaiki penampilan

5, 10, 28,

33 16

3 Kepuasan area tubuh

Kepuasan terhadap

wajah 34 -

9 - Kepuasan terhadap

rambut 35 -

- Kepuasan terhadap

tubuh bagian bawah 36 -

- Kepuasan terhadap

tubuh bagian tengah 37 -

- Kepuasan terhadap

tubuh bagian atas 38 -

- Kepuasan terhadap

tampilan otot 39 -

- Kepuasan terhadap

berat badan 40 -

- Kepuasan terhadap

tinggi badan 41 -

- Kepuasan terhadap keseluruhan - Waspada akan berat

badan 23 29

- Diet 6, 27 31

- Pembatasan pola

(46)

2. Skala Depresi

Skala depresi disusun dengan mengadaptasi dan memodifikasi The Center

for Epidemiological Studies-Depression Scale (CES-D) dikembangkan oleh

Radloff (1977) melalui National Institute of Mental Health. Skala ini terdiri dari

20 aitem dan dimodifikasi menjadi 24 aitem yang disusun atas empat faktor yaitu

depressed affect, somatic symptoms, positive affect, dan interpersonal relations.

Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek penelitian, maka semakin

tinggi depresinya, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek

penelitian maka semakin rendah depresinya.

Skala depresi mengunakan skala model Likert. Skala terdiri dari

pernyataan dengan menggunakan empat pilihan jawaban yaitu : Tidak Pernah

(TP), Kadang-Kadang (KD), Agak Sering (AS), Sering (S). Skala disajikan dalam

bentuk pernyataan favorable (pernyataan yang mendukung faktor yang ingin

diukur). Respon subjek untuk setiap pernyataan akan diberi skor yang bergerak

dari 0 sampai 3. Respon subjek untuk setiap pernyataan, yaitu TP=0, KD=1,

AS=2, S=3.

Untuk lebih jelasnya, cara penilaian skala depresi yang digunakan dalam

penelitian ini dapat dilihat pada tabel 6 sebagai berikut:

Tabel 6. Cara Penilaian Skala Depresi Bentuk Pernyataan

Respon Skor TP 0 KD 1

(47)

36

Untuk aitem-aitem yang termasuk dalam faktor “positive affect”; cara

penilaiannya dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Cara penilaian Skala Depresi faktor positive affect

Bentuk Pernyataan

Respon Skor S 0 AS 1 KD 2 TP 3

Distribusi aitem-aitem skala depresi The Center for Epidemiological

Studies-Depression Scale (CES-D) dilihat pada tabel.

Tabel 8. Distribusi aitem-aitem skala depresi sebelum dimodifikasi

No. Faktor depresi Nomor Aitem Jumlah Persentase

1 Depressive affect 3, 6, 9, 10, 14, 17, 18 7 35

2 Somatic symptoms 1, 2, 5, 7, 11, 13, 20 7 35

3 Positive affect 4, 8, 12, 16 4 20

4 Interpersonal relations 15, 19 2 10

Total 20 100

Selanjutnya dilakukan penambahan aitem yang dilakukan oleh peneliti terhadap

skala depresi. Untuk lebih jelasnya, distribusi aitem-aitem skala depresi The

Center for Epidemiological Studies-Depression Scale (CES-D) dilihat pada tabel

9.

(48)

Tabel 9. Distribusi aitem-aitem skala depresi sebelum uji coba

No. Faktor depresi Nomor Aitem Lama

Nomor

Aitem Baru Jumlah Persentase

1 Depressive affect 3

6

4 Interpersonal

relations

Keterangan: tanda * menunjukkan aitem tambahan oleh peneliti

a. Perkembangan skala CES-D

Skala CES-D merupakan skala self-report yang pendek yang dirancang

untuk mengukur gejala depresi pada populasi umum. Aitem-aitem skala ini berisi

gejala-gejala depresi yang ada sebelumnya pada skala-skala yang lebih lengkanp.

Skala ini diuji dalam penelitian melalui wawancara keseharian dan dalam konteks

(49)

38

Dalam wawancara keseharian dilakukan tiga kali survei. Pada survei

pertama sampel yang digunakan pada komunitas di Kansas City, Missouri dan di

Washington County, Maryland. Pada survei kedua sampel yang digunakan adalah

pada komunitas di Washington County saja. Pada survei ketiga sampel yang

digunakan adalah semua sampel pada survei pertama dan kedua. Survei ketiga

dilakukan setelah tiga sampai dua belas bulan dari wawancara pertama dilakukan.

Diperoleh data jika dalam rentang antara wawancara pertama hingga kedua

dilakukan terjadi peristiwa hidup yang negatif, maka korelasi test retest lebih

rendah daripada subjek yang dalam rentang wawancara pertama hingga kedua

tidak terjadi peristiwa hidup yang negatif.

Dalam konteks psikiatris, sampel yang digunakan adalah pasien rumah

sakit jiwa di Washington County sebanyak 70 subjek. Diperoleh bahwa skor yang

diperoleh pada sampel ini secara signifikan lebih tinggi daripada pada sampel

populasi umum dengan tidak ada skor dibawah 16.

Diperoleh nilai internal consistency dan test retest yang sangat tinggi dan

adekuat. Validitas diperoleh dengan mengkorelasikan alat ukur CES-D dengan

penilaian atau alat ukur depresi yang bersifat klinis dan dengan variabel-variabel

yang mendukung validitas konstruk. Pada sampel populasi umum dengan

karakteristik demografis yang bervariasi diperoleh reliabilitas, validitas, dan

struktur faktor yang serupa.

Skala CES-D dikembangkan untuk digunakan dalam penelitian

epidemiologik dari gejala depresi pada populasi umum. Tujuannya berbeda dari

skala depresi sebelumnya yang telah digunakan untuk diagnosa masalah klinis dan

(50)

evaluasi tingkat keparahan penyakit selama masa penyembuhan. CES-D

dirancang untuk mengukur tingkat gejala depresi, dengan menekankan pada

komponen afektif, depressedmood (Radloff,1977).

Aitem-aitem CES-D dipilih dari sekelompok aitem dari skala depresi

sebelumnya. Komponen utama gejala depresi ditemukan dari literatur klinis dan

penelitian dengan analisis faktor. Komponen-komponen ini termasuk depressed

mood, perasaan bersalah dan tidak berharga (feelings of guilt and worthlessness),

perasaan tidak tertolong dan tidak memiliki harapan (feelings of helplessness and

hopelessness), retardasi psikomotor (psychomotor retardation), kehilangan nafsu

makan (loss of appetite), dan gangguan tidur (sleep disturbance) (Radloff,1977).

Skala CES-D didasarkan pada gejala-gejala depresi yang dilihat dalam

kasus klinis sehingga skala ini dapat dengan kuat membedakan antara kelompok

pasien dengan populasi umum dan sangat sensitif terhadap tingkat keparahan

depresi. Skala CES-D berisi 20 gejala yang terkadang juga dialami oleh

orang-orang yang sehat, namun orang-orang dengan depresi serius akan banyak mengalami

gejala ini. Pada populasi sehat, positif afek & negatif afek memiliki korelasi yang

rendah atau negatif (Radloff,1977). Pada penelitian Radloff (1977) diperoleh

reliabilitas dengan pengukuran internal consistency menggunakan koefisien alpha

spearman brown dan split-half pada populaasi umum sebesar 0,80 dan pada

(51)

40

E. Validitas, Reliabilitas Alat Ukur dan Uji Daya Beda Aitem

Validitas dan reliabilitas alat ukur yang digunakan dalam sebuah

penelitian sangat menetukan keakuratan dan keobjektifan hasil penelitian yang

dilakukan. Suatu alat ukur yang tidak valid dan tidak reliabel akan memberikan

informasi yang tidak akurat mengenai keadaan subjek atau individu yang dikenai

tes ini (Azwar, 2001).

Peneliti akan melakukan uji coba pada kedua skala terhadap sejumlah

responden, dengan tujuan memperoleh alat ukur yang valid dan reliabel. Hadi

(2000) mengemukakan beberapa tujuan dari uji cobaadalah sebagai berikut :

1. Menghindari pernyataan-pernyataan yang kurang jelas maksudnya

2. Menghindari penggunaan kata-kata yang terlalu asing, terlalu akademik,

ataupun kata-kata yang menimbulkan kecurigaan.

3. Memperbaiki pernyataan-pernyataan yang biasa dilewati (dihindari) atau

hanya menimbullkan jawaban-jawaban dangkal.

4. Menambah aitem yang sangat perlu ataupun meniadakan aitem yang

ternyata tidak relevan dengan tujuan penelitian.

1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji coba alat ukur dalam

menjalankan fungsinya. Terdapat dua tujuan dilakukannya uji validitas. Tujuan

pertama adalah untuk mengetahui seberapa jauh alat ukur skala gambaran tubuh

dan skala depresi mengukur atau mengungkap dengan tepat pada remaja. Tujuan

kedua adalah untuk mengetahui seberapa jauh alat ukur menunjukkan kecermatan

(52)

atau ketelitian pengukuran atau dengan kata lain dapat menunjukkan keadaan

yang sebenarnya (Azwar, 2000).

Validitas isi adalah sejauh mana suatu tes yang merupakan seperangkat

soal, dilihat dari isinya benar-benar mengukur apa yang dimaksudkan untuk

diukur (Hadi, 2000). Validitas isi juga merupakan validitas yang diestimasi

melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional dan melalui

professional judgement (Azwar, 2004). Dalam penelitian ini, peneliti meminta

professional judgement dari dosen eksperimen dan dosen pembimbing peneliti di

Fakultas Psikologi USU.

2. Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk melihat reliabilitas alat ukur yang

menunjukkan derajat keajegan atau konsistensi alat ukur yang bersangkutan bila

diterapkan beberapa kali pada kesempatan yang berbeda (Hadi, 2000). Reliabilitas

alat ukur yang dapat dilihat dari koefisien reliabilitas merupakan indikator

konsistensi aitem-aitem tes dalam menjalankan fungsi ukurnya bersama-sama.

Reliabilitas alat ukur ini sebenarnya mengacu pada konsistensi atau kepercayaan

hasil ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 2000).

Uji reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini diperoleh lewat penyajian

skala yang dikenakan atau diberikan hanya sekali saja pada sekelompok individu

sebagai subjek. Pendekatan ini dipandang ekonomis, praktis dan berefisiensi

tinggi (Azwar, 2000). Pengujian reliabilitas dengan metode konsistensi internal

dilakukan dengan menggunakan koefisien Alpha Cronbach yang diperoleh

(53)

42

3. Uji Daya Beda Aitem

Uji daya beda aitem akan dilakukan pada alat ukur dalam penelitian yaitu

skala gambaran tubuh dan skala depresi. Uji daya beda aitem dilakukan untuk

melihat sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok

individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur. Dasar kerja yang

digunakan dalam analisis aitem ini adalah dengan memilih aitem-aitem yang

fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tes. Dengan kata lain,

memilih aitem yang mengukur hal yang sama dengan apa yang diukur oleh tes

secara keseluruhan. (Azwar, 2001).

Pengujian daya beda aitem ini dilakukan dengan komputasi koefisien

korelasi antara distribusi skor pada aitem dengan suatu kriteria yang relevan yaitu

skor aitem dikorelasikan dengan skor total tes. Prosedur pengujian ini akan

menghasilkan koefisien korelasi aitem total yang dikenal dengan indeks

diskriminasi aitem (Azwar, 2004). Pengujian daya beda aitem ini dilakukan

dengan menggunakan SPSS 13.0 for Windows.

4. Hasil Uji Coba Alat Ukur a. Skala gambaran tubuh

Uji coba skala gambaran tubuh dilakukan terhadap 77 orang subjek remaja

awal yang bersekolah yang terdiri dari perempuan dan laki-laki. Adapun distribusi

hasil uji coba skala akan dijelaskan pada tabel 10.

(54)

Tabel 10. Distribusi aitem-aitem skala gambaran tubuh setelah uji coba

No Dimensi Indikator Aitem Jumlah

Favorable Unfavorable 1 Evaluasi

penampilan

- Evaluasi dari oranglain

terhadap penampilan 7, 17 11

4 - Evaluasi dari pribadi

terhadap penampilan 18

2 Orientasi penampilan

- Kepentingan terhadap

penampilan 3

4 - Perhatian yang

didasarkan terhadap menjaga penampilan

4, 9

- Perilaku memperbaiki

penampilan 28

3 Kepuasan area tubuh

Kepuasan terhadap

wajah 34

5 - Kepuasan terhadap

rambut 35

- Kepuasan terhadap tubuh bagian bawah - Kepuasan terhadap

tubuh bagian tengah - Kepuasan terhadap

tubuh bagian atas 38 - Kepuasan terhadap

tampilan otot - Kepuasan terhadap

berat badan 40

- Kepuasan terhadap tinggi badan - Kepuasan terhadap

keseluruhan - Waspada akan berat

badan 29

- Diet 6, 27 31

- Pembatasan pola

(55)

44

Berdasarkan distribusi aitem-aitem di atas, diketahui setelah uji coba dari

46 aitem skala gambaran tubuh dengan 77 orang subjek terdapat 21 aitem yang

memiliki koefisien korelasi yang memenuhi syarat untuk dapat digunakan dalam

penelitian (r 0,275) dengan reliabilitas alpha () sebesar 0,905 dengan

koefisien determinasi aitem-aitem yang berkisar antara 0,275 hingga 0,694.

Pada skala ini dilakukan perubahan tata letak urutan nomor aitem-aitem.

Hal ini dilakukan karena aitem yang gugur tidak diikut sertakan lagi dalam skala

penelitian. Distribusi aitem-aitem yang akan digunakan dalam penelitian dapat

dilihat pada tabel 11.

(56)

Tabel 11. Distribusi aitem-aitem skala gambaran tubuh yang digunakan saat penelitian

No Dimensi Indikator Aitem Jumlah

Favorable Unfavorable 1 Evaluasi

penampilan

- Evaluasi dari oranglain

terhadap penampilan 4, 8 6

4 - Evaluasi dari pribadi

terhadap penampilan 9

2 Orientasi penampilan

- Kepentingan terhadap

penampilan 1

4 - Perhatian yang

didasarkan terhadap menjaga penampilan

2, 5

- Perilaku memperbaiki

penampilan 13

3 Kepuasan area tubuh

Kepuasan terhadap

wajah 16

5 - Kepuasan terhadap

rambut 17

- Kepuasan terhadap tubuh bagian bawah - Kepuasan terhadap

tubuh bagian tengah - Kepuasan terhadap

tubuh bagian atas 18

- Kepuasan terhadap tampilan otot - Kepuasan terhadap

berat badan 19

- Kepuasan terhadap tinggi badan - Kepuasan terhadap

keseluruhan - Waspada akan berat

badan 14

- Diet 3, 12 15

- Pembatasan pola

Gambar

Tabel 1. Cara penilaian skala gambaran tubuh dimensi ”evaluasi penampilan” Bentuk Pernyataan
Tabel 2. Cara penilaian skala gambaran tubuh dimensi “kepuasan area tubuh” Bentuk Pernyataan
Tabel 4. Cara penilaian skala gambaran tubuh dimensi “pengkategorian ukuran tubuh”
Tabel 5. Distribusi aitem-aitem uji coba skala gambaran tubuh Aitem
+7

Referensi

Dokumen terkait

Fuadi (2015) Analisis Pengaruh Auditor Industry Specialization, Audit Tenure, Ukuran Perusahaan, dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit Independen: Auditor

Pada gambar chart 4.55 dibawah ini, terlihat pada topologi jaringan yang kedua atau yang menggunakan Honeypot dan topologi yang ke tiga dengan menggunakan Load Balancer,

3 2000 Anggota Penyuluhan Keterampilan Cetak Reproduksi Patung Boneka pada Kelompok Pemuda Dukuh Jatirejo, Sendangadi, Mlati, Sleman. 4 2000 Anggota Patung Boneka pada Kelompok

Walaupun subjek penelitian terbagi menjadi dua tugas yang berbeda dalam pekerjaannya, kurangnya sumber daya dapat membuat beban kerja menjadi meningkat sehingga

Laporan Tugas Akhir dengan judul : “ PENGENDALIAN KECEPATAN MOTOR BRUSHLESS DIRECT CURRENT (MOTOR BLDC ” diajukan untuk memenuhi sebagian dari persyaratan

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan maka dapat di simpulkan bahwa Lapisan I mempunyai kedalaman 0-20 cm dengan batasan lapisan berbaur,

Salah satu permasalahan muncul sebagai akibat dari pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan adalah terhadap petani yang kehilangan tanahnya harus

"Kemarin kita sudah berbicaara mengenai kemampuan yang mbak miliki selama sebelum sakit, nah sekarang sesuai dengan janji kita, bagaimana kalau kita mulai pembicaraan kita