TUGAS AKHIR
SIMULASI PENGUKURAN PENGARUH PERISAIAN KONDUKTOR TERHADAP
KESESUAIAN ELEKTROMAGNETIK
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro
O
L
E
H
060402065
SUKESIH
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
Kesesuaian elektromagnetik adalah suatu keadaan lingkungan elektromagnetik yang
tidak saling mempengaruhi antara satu sistem dengan sistem yang lain. Ketidaksesuaian
elektromagnetik dapat menimbulkan tegangan gangguan yang dapat mempengaruhi kinerja
sistem. Apabila hal ini berlangsung lama dapat menimbulkan kerusakan pada sistem tersebut.
Oleh sebab itu untuk menghasilkan kesesuaian elektromagnetik diperlukan desain peralatan
yang baik. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan membuat perisai pada
peralatan.
Perisaian adalah teknik pencegahan dan pengurangan interferensi elektromagnetik
dengan cara melapisi alat atau sistem agar tidak terpengaruh atau mempengaruhi lingkungan
disekitarnya. Salah satu contoh sederhana yang dapat dilakukan untuk melihat adanya tegangan
gangguan ( noise ) yang mempengaruhi peralatan adalah dengan membuat simulasi pengukuran
tegangan gangguan pada konduktor yang diperisai.
Dua konduktor yang membentuk gandengan kapasitif, dimana pada salah satu
konduktor dipasang perisai. Pada saat konduktor yang lain diberi tegangan, maka dapat diukur
besar tegangan gangguan pada konduktor yang diperisai.
Dalam tugas akhir ini, saya akan membahas tentang teori dasar kesesuaian
elektromagnetik yang dapat menimbulkan noise dan interferensi, teori dasar perisaian sebagai
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah dan segala puji bagi Allah Yang Maha Kuasa, karena dengan
ijin-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Studi Pendahuluan
Percobaan Kesesuaian Elektromagnetik Di Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara”.
Penulisan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan
memperoleh gelar Sarjana Teknik di Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara. Penulis juga menyadari betapa berartinya bantuan material, moral dan spiritual
dari berbagai pihak yang selama ini di terima penulis selama menjalani kuliah dan selama
penulisan Tugas Akhir ini. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sangat dalam
kepada :
1. Yang tersayang orang tua penulis, ayahanda Suparjo dan ibunda Siti Naimah,
saudara-saudara penulis Suparti, Spdi dan Sugiarto, ST.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Usman Baafai, selaku ketua Departemen Teknik Elektro,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Rachmad Fauzi, ST, MT, selaku Sekretaris Departemen Teknik Elektro,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Ir. Syahrawardi, selaku dosen pembimbing. Terimakasih atas segala
bimbingan bapak, arahan dan motivasi yang bapak berikan kepada penulis sehingga
Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.
5. Bapak Ir. Hendra Zulkarnain, selaku dosen wali yang selalu membantu dan
membimbing penulis selama kuliah.
6. Seluruh staf pengajar Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara yang telah mendidik penulis menuju jenjang Sarjana.
7. Seluruh staf pegawai Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara yang selalu membantu penulis dalam urusan administrasi.
8. Teman istimewa penulis ( Fahmi Hidayat, ST), terimakasih karena sabar memberi
semangat dan membantu penulis.
9. Seluruh teman-teman asisten dan pegawai Laboratorium Pengukuran Listrik,
Fakultas Teknik USU (Supenson, mudin, B’Megi, B’Cuib dan B’Dian), terimakasih
10.Sahabat – sahabat sejati stambuk 2006 ( Ina Koenenk, Liza Kocik, Sanita Canted,
Muti, Pingkan, Teguh, Bale, Folda, Taufik, Nasir, Randi, Frans, Jaitun, Jhon C,
Martua, Denny, Ibenk, Helmi, Roji, Salman, Topan, Royen, Roiden, Reinhat,
Budiman, Angga, Iqbal, Fauji, Alfi, Jemi, azhari, Agung dan yang lain yang tidak
dapat disebutkan satu per satu oleh penulis) terimakasih untuk semua persahabatan
yang kita buat, dukungan, semangat dan semua yang telah kalian berikan sangat
berarti bagi penulis.
11.Para senior dan junior yang turut ambil andil membantu penulis, dan semua pihak
yang tak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan banyak terimakasih.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam Tugas Akhir
ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para
pembaca untuk kesempurnaan Tugas Akhir ini.
Penulis berharap Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua, dan akhir kata
penulis ucapkan terimakasih.
Medan, 15 Oktober 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Hal.
Abstrak ... i
Kata Pengantar ... ii
Daftar Isi ... iv
Daftar Gambar ... vii
Daftar Tabel ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
I.1 Latar Belakang ... 1
I.2 Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 1
I.3 Batasan Masalah ... 1
I.4 Metode Penulisan ... 2
I.5 Sistematika Penulisan ... 2
BAB II TEORI DASAR KESESUAIAN ELEKTROMAGNETIK II.1 Umum ……… 3
II.2 Gelombang Elektromagnetik... 4
II.3 Kesesuaian Elektromagnetik (Electromagnetic Compatibility / EMC)……… 8
II.4 Interferensi Elektromagnetik... 14
II.5 Ruangan Anechoic Untuk Pengukuran Interferensi Radiasi Elektromagnetik dan Radiasi Suseptibilitas Elektromagnetik... 19
II.5.1 Ruangan Anechoic………. 19
II.5.2 Pengukuran Menggunakan Ruangan Anechoic…….…. 21
a. Pengukuran Radiasi Elektromagnetik………. 21
b. Pengukuran Radiasi Suseptibilitas... 22
II.6.1 Teori Perisaian (shielding)……… 24
II.6.2 Perisaian Material... 32
II.6.3 Perisaian Kabel... 33
II.6.4 Perisaian Konduktor... 37
BAB III PERCOBAAN PENGUKURAN TEGANGAN GANGGUAN III.1 Simulasi Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Pada Konduktor Dengan Perisai Tembaga Padat……….... 43
III.1.1 Pengukuran Pada Jarak Konduktor – Konduktor dan Jarak Konduktor Tanah = 30 cm ………. 43
III.1.1a. Panjang Perisai = 10 m...………..…….. 43
III.1.1b. Panjang Perisai = 9 m ... ... 45
III.1.1c. Panjang Perisai = 8 m………...… 47
III.1.1d. Panjang Perisai = 7 m…………..……… 49
III.1.1e. Panjang Perisai = 6 ………. 51
III.1.1f. Panjang Perisai = 5 ………. 54
III.1.2. Pengukuran Pada Jarak Konduktor – Konduktor dan Jarak Konduktor Tanah = 60 cm... 56
III.1.2a Panjang Perisai = 10 m ………... 56
III.1.2b. Panjang Perisai = 9 m ……….….. 58
III.2.2c. Panjang Perisai = 8 m ………... 60
III.2.2d. Panjang Perisai = 7 m ……….….. 62
III.2.2e. Panjang Perisai = 6 m ……… 64
III.2.2f. Panjang Perisai = 5 m ………. 66
III.2.1 Pengukuran Pada Jarak Konduktor – Konduktor dan Jarak Konduktor
Tanah = 30 cm ………... . 68
III.2.1a. Panjang Perisai = 10 m ……….. 68
III.2.1b Panjang Perisai = 9 m ………. 70
III.2.1c Panjang Perisai = 8 m ……….. 72
III.2.1d Panjang Perisai = 7 m ………. 75
III.2.1e Panjang Perisai = 6 m ……….. 77
III.2.1f Panjang Perisai = 5 m ……….. 79
III.2.2 Pengukuran Pada Jarak Konduktor – Konduktor dan Jarak Konduktor Tanah = 60 cm ………... . 81
III.2.2a. Panjang Perisai = 10 m ……….. 81
III.2.2b Panjang Perisai = 9 m ………. 83
III.2.2c Panjang Perisai = 8 m ……….. 85
III.2.2d Panjang Perisai = 7 m ………. 88
III.2.2e Panjang Perisai = 6 m ……….. 90
III.2.2f Panjang Perisai = 5 m ……….. 92
III.3. Simulasi Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Pada Konduktor Dengan Perisai Kayu……… 94
III.2.1 Pengukuran Pada Jarak Konduktor – Konduktor dan Jarak Konduktor Tanah = 60 cm ………... . 94
BAB IV ANALISA, KESIMPULAN DAN SARAN IV.1. Data Hasil Pengukuran….………..…….. 97
IV.3. Kesimpulan……… 99
IV.4. Saran……….. 99
DAFTAR PUSTAKA ... … 100
DAFTAR GAMBAR
2.1.(a). Rangkaian Fisik Gandengan Kapasitif.
(b). Rangkaian Ekivalen Gandengan Kapasitif... 4
2.2.(a). Rangkaian Fisik Gandengan Induktif. (b). Rangkaian Ekivalen Gandengan Induktif…... 5
2.3. Diagram Blok Kesesuaian Elektromagnetik………. 9
2.4. Aspek Dasar Kesesuaian Elektromagnet……….. 9
2.5. Subsistem Dasar Kesesuaian Elektromagnetik………. 10
2.6. Transfer Energi Elektromagnet………. 12
2.7. Diagram Interferensi Elektromagnetik……….. 15
2.8. Sumber Interferensi Elektromagnetik……… 16
2.9. Interferensi Intra Peralatan………. 17
2.10. Interferensi Satu Alat dari Gangguan Beberapa Sumber Noise………… 17
2.11. Interferensi Beberapa Alat dari Gangguan Satu Sumber Noise………... 18
2.12. Ruangan Gelombang Mikro Anechoic... 19
2.13. Karbon Dilapisi Busa Piramid... 20
2.14. Ruangan Anechoic dengan Lantai Kayu Platform………... 21
2.15. Skema Pengukuran Radiasi Emisi ... 21
2.16. Skematik Pengukuran Radiasi Suseptibilitas... 22
2.17. Grafik Penyimpangan Karakteristik Daya dan Jarak... 24
2.18. Perisaian Untuk Mencegah Emisi Sistem Keluar Dari Batas Perisai... 26
2.19. Pencegahan Emisi Radiasi Dari Luar Sistem... 26
2.21. Variasi Gelombang Impedansi Pada Fungsi Jarak... 28
2.22. Perisai Laminasi Multimedia... 29
2.23. Perisai Isolasi Ganda... 31
2.24. Kabel Twinax... 34
2.25. Kabel Quadrax... 34
2.26. Kabel Triax... 34
2.27. Model Kopling Transfer Impedansi pada Kabel Koaksial... 35
2.28. Perisai Berbentuk Pipa... 36
2.29. (a) Gandengan Kapasitif Antara Dua Konduktor. (b)Rangkaian Ekivalen Gandengan Kapasitif Antara Dua Konduktor... 37
2.30. (a). Perisaian Kopling Kapasitif. (b). Rangkaian Ekivalen Perisaian Kopling Kapasitif……….. . 39
2.31. (a). Perisaian Gandengan Kapasitif dengan Perisai Ditanahkan. (b). Rangkaian Ekivalen Perisaian Gandengan Kapasitif dengan Perisai Ditanahkan... 40
2.32. (a). Perisaian Gandengan Kapasitif dengan Resistansi Terbatas. (b). Rangkaian Ekivalen Perisaian Gandengan Kapasitif dengan Resistansi Terbatas... 41
3.1. Rangkaian Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai Tembaga 10 m Pada Jarak 30 cm………... 44
3.2. Simulasi Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai Tembaga 10 m Pada Jarak 30 cm.……… 44
3.4. Simulasi Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
Tembaga 9 m Pada Jarak 30 cm ………. 46
3.5. Rangkaian Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
Tembaga 8 m Pada Jarak 30 cm ……….. . 48
3.6. Simulasi Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
Tembaga 8 m Pada Jarak 30 cm ………. 49
3.7. Rangkaian Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
Tembaga 7 m Pada Jarak 30 cm ……….. . 50
3.8. Simulasi Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
Tembaga 7 m Pada Jarak 30 cm ………. 51
3.9. Rangkaian Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
Tembaga 6 m Pada Jarak 30 cm ……….. . 52
3.10. Simulasi Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
Tembaga 6 m Pada Jarak 30 cm ………. 53
3.11. Rangkaian Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
Tembaga 5 m Pada Jarak 30 cm ……….. . 55
3.12. Simulasi Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
Tembaga 5 m Pada Jarak 30 cm ………. 55
3.13. Rangkaian Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
Tembaga 10 m Pada Jarak 60 cm ……….. . 57
3.14. Simulasi Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
Tembaga 10 m Pada Jarak 60 cm ………. 57
3.15. Rangkaian Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
Tembaga 9 m Pada Jarak 60 cm ……….. . 59
3.16. Simulasi Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
3.17. Rangkaian Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
Tembaga 8 m Pada Jarak 60 cm ……….. . 61
3.18. Simulasi Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
Tembaga 8 m Pada Jarak 60 cm ………. 61
3.19. Rangkaian Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
Tembaga 7 m Pada Jarak 60 cm ……….. . 63
3.20. Simulasi Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
Tembaga 7 m Pada Jarak 60 cm ………. 63
3.21. Rangkaian Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
Tembaga 6 m Pada Jarak 60 cm ……….. . 65
3.22. Simulasi Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
Tembaga 6 m Pada Jarak 60 cm ………. 65
3.23. Rangkaian Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
Tembaga 5 m Pada Jarak 60 cm ……….. . 67
3.24. Simulasi Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
Tembaga 5 m Pada Jarak 30 cm ………. 67
3.25. Rangkaian Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
Kawat Mesh 10 m Pada Jarak 30 cm ……….. . 69
3.26. Simulasi Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
Kawat Mesh 10 m Pada Jarak 30 cm ………. 70
3.27. Rangkaian Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
Kawat Mesh 9 m Pada Jarak 30 cm ………..……….. . 71
3.28. Simulasi Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
Kawat Mesh 9 m Pada Jarak 30 cm ………. 72
3.29. Rangkaian Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
3.30. Simulasi Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
Kawat Mesh 8 m Pada Jarak 30 cm ……… 74
3.31. Rangkaian Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
Kawat Mesh 7 m Pada Jarak 30 cm ……… . 76
3.32. Simulasi Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
Kawat Mesh 7 m Pada Jarak 30 cm ……… 76
3.33. Rangkaian Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
Kawat Mesh 6 m Pada Jarak 30 cm ……… . 78
3.34. Simulasi Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
Kawat Mesh 6 m Pada Jarak 30 cm ……… 78
3.35. Rangkaian Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
Kawat Mesh 5 m Pada Jarak 30 cm ……… . 80
3.36. Simulasi Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
Kawat Mesh 5 m Pada Jarak 30 cm ……… 80
3.37. Rangkaian Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
Kawat Mesh 10 m Pada Jarak 60 cm ……… . 82
3.38. Simulasi Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
Kawat Mesh 10 m Pada Jarak 60 cm ……… 83
3.39. Rangkaian Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
Kawat Mesh 9 m Pada Jarak 60 cm ……… . 84
3.40. Simulasi Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
Kawat Mesh 9 m Pada Jarak 60 cm ……… 85
3.41. Rangkaian Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
Kawat Mesh 8 m Pada Jarak 60 cm ……… . 86
3.42. Simulasi Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
3.43. Rangkaian Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
Kawat Mesh 7 m Pada Jarak 60 cm ……… . 89
3.44. Simulasi Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
Kawat Mesh 7 m Pada Jarak 60 cm ……… 89
3.45. Rangkaian Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
Kawat Mesh 6 m Pada Jarak 60 cm ……… . 91
3.46. Simulasi Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
Kawat Mesh 6 m Pada Jarak 60 cm ……… 91
3.47. Rangkaian Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
Kawat Mesh 5 m Pada Jarak 60 cm ……… . 93
3.48. Simulasi Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
Kawat Mesh 5 m Pada Jarak 60 cm ……… 93
3.49. Rangkaian Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
Kayu Pada Jarak 60 cm ……… . 95
3.50. Simulasi Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (Noise Voltage) Untuk Perisai
DAFTAR TABEL
2.1. Spektrum Elektromagnetik……… 6
2.2. Material yang Dapat Menghasilkan Muatan Elektrostatis……… 13
2.3. Material Perisai... 33
3.1. Ukuran Kapasitor untuk perisai 10 m……… 43
3.2. Hasil Simulasi Tegangan Noise untuk Perisai Tembaga 10 m Pada Jarak 30 cm.……….……. 45
3.3. Ukuran Kapasitor untuk Perisai Tembaga 9 m Pada Jarak 30 cm……... 45
3.4. Hasil Simulasi Tegangan Noise untuk Perisai Tembaga 9 m Pada Jarak 30 cm ………... 47
3.5. Ukuran Kapasitor untuk Perisai Tembaga 8 m Pada Jarak 30 ..………... 47
3.6. Hasil Simulasi Tegangan Noise untuk Perisai Tembaga 8 m Pada Jarak 30 cm ………... 49
3.7. Ukuran Kapasitor untuk Perisai Tembaga 7 m Pada Jarak 30 ..………... 50
3.8. Hasil Simulasi Tegangan Noise untuk Perisai Tembaga 7 m Pada Jarak 30 cm ………... 51
3.9. Ukuran Kapasitor untuk Perisai Tembaga 7 m Pada Jarak 30 ..………... 52
3.10. Hasil Simulasi Tegangan Noise untuk Perisai Tembaga 6 m Pada Jarak 30 cm ………... 53
3.11. Ukuran Kapasitor untuk Perisai Tembaga 5 m Pada Jarak 30 ..………... 54
3.12. Hasil Simulasi Tegangan Noise untuk Perisai Tembaga 5 m Pada Jarak 30 cm ………... 55
3.14. Hasil Simulasi Tegangan Noise untuk Perisai Tembaga 10 m Pada Jarak 60
cm ………... 57
3.15. Ukuran Kapasitor untuk Perisai Tembaga 9 m Pada Jarak 60 ..………... 58
3.16. Hasil Simulasi Tegangan Noise untuk Perisai Tembaga 9 m Pada Jarak 60
cm ………... 60
3.17. Ukuran Kapasitor untuk Perisai Tembaga 8 m Pada Jarak 60 ..………... 60
3.18. Hasil Simulasi Tegangan Noise untuk Perisai Tembaga 8 m Pada Jarak 60
cm ………... 62
3.19. Ukuran Kapasitor untuk Perisai Tembaga 7 m Pada Jarak 60 ..………... 62
3.20. Hasil Simulasi Tegangan Noise untuk Perisai Tembaga 7 m Pada Jarak 60
cm ………... 64
3.21. Ukuran Kapasitor untuk Perisai Tembaga 6 m Pada Jarak 60 ..………... 64
3.22. Hasil Simulasi Tegangan Noise untuk Perisai Tembaga 6 m Pada Jarak 60
cm ………... 66
3.23. Ukuran Kapasitor untuk Perisai Tembaga 5 m Pada Jarak 60 ..………... 66
3.24. Hasil Simulasi Tegangan Noise untuk Perisai Tembaga 5 m Pada Jarak 60
cm ………... 68
3.25. Ukuran Kapasitor untuk Perisai Kawat Mesh 10 m Pada Jarak 30 ..…… 69
3.26. Hasil Simulasi Tegangan Noise untuk Perisai Kawat Mesh 10 m Pada Jarak 30
cm ………... 70
3.27. Ukuran Kapasitor untuk Perisai Kawat Mesh 9 m Pada Jarak 30 ..……. 71
3.28. Hasil Simulasi Tegangan Noise untuk Perisai Kawat Mesh 9 m Pada Jarak 30
3.29. Ukuran Kapasitor untuk Perisai Kawat Mesh 8 m Pada Jarak 30 ..……. 73
3.30. Hasil Simulasi Tegangan Noise untuk Perisai Kawat Mesh 8 m Pada Jarak 30
cm ………... 74
3.31. Ukuran Kapasitor untuk Perisai Kawat Mesh 7 m Pada Jarak 30 ..……. 75
3.32. Hasil Simulasi Tegangan Noise untuk Perisai Kawat Mesh 7 m Pada Jarak 30
cm ………... 77
3.33. Ukuran Kapasitor untuk Perisai Kawat Mesh 6 m Pada Jarak 30 ..……. 77
3.34. Hasil Simulasi Tegangan Noise untuk Perisai Kawat Mesh 6 m Pada Jarak 30
cm ………... 79
3.35. Ukuran Kapasitor untuk Perisai Kawat Mesh 5 m Pada Jarak 30 ..……. 79
3.36. Hasil Simulasi Tegangan Noise untuk Perisai Kawat Mesh 5 m Pada Jarak 30
cm ………... 80
3.37. Ukuran Kapasitor untuk Perisai Kawat Mesh 10 m Pada Jarak 60 .…… 81
3.38. Hasil Simulasi Tegangan Noise untuk Perisai Kawat Mesh 10 m Pada Jarak 60
cm ………... 83
3.39. Ukuran Kapasitor untuk Perisai Kawat Mesh 9 m Pada Jarak 60 ..………... 84
3.40. Hasil Simulasi Tegangan Noise untuk Perisai Kawat Mesh 9 m Pada Jarak 60
cm ………... 85
3.41. Ukuran Kapasitor untuk Perisai Kawat Mesh 8 m Pada Jarak 60 ..………... 86
3.42. Hasil Simulasi Tegangan Noise untuk Perisai Kawat Mesh 8 m Pada Jarak 60
cm ………... 87
3.44. Hasil Simulasi Tegangan Noise untuk Perisai Kawat Mesh 7 m Pada Jarak 60
cm ………... 90
3.45. Ukuran Kapasitor untuk Perisai Kawat Mesh 6 m Pada Jarak 60 ..……. 90
3.46. Hasil Simulasi Tegangan Noise untuk Perisai Kawat Mesh 6 m Pada Jarak 60
cm ………... 92
3.47. Ukuran Kapasitor untuk Perisai Kawat Mesh 5 m Pada Jarak 60 ..……. 92
3.48. Hasil Simulasi Tegangan Noise untuk Perisai Kawat Mesh 5 m Pada Jarak 60
cm ………... 94
3.49. Ukuran Kapasitor untuk Perisai Kayu..………... 94
3.50. Hasil Simulasi Tegangan Noise untuk Perisai Kayu……….. 96
4.1. Data analisis simulasi tegangan noise untuk perisai tembaga padat pada jarak antar
konduktor dan konduktor – tanah = 30……….. 97
4.2. Data analisis simulasi tegangan noise untuk perisai tembaga padat pada jarak antar
konduktor dan konduktor – tanah = 60 cm,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,..……. 97
4.3. Data analisis simulasi tegangan noise untuk perisai kawat mesh pada jarak antar konduktor
dan konduktor – tanah = 30 cm ………..……… 98
4.4. Data analisis simulasi tegangan noise untuk perisai tembaga padat pada jarak antar
konduktor dan konduktor – tanah = 60 cm,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,..……. 98
4.5. Data analisis simulasi tegangan noise untuk perisai kayu pada jarak antar konduktor dan
ABSTRAK
Kesesuaian elektromagnetik adalah suatu keadaan lingkungan elektromagnetik yang
tidak saling mempengaruhi antara satu sistem dengan sistem yang lain. Ketidaksesuaian
elektromagnetik dapat menimbulkan tegangan gangguan yang dapat mempengaruhi kinerja
sistem. Apabila hal ini berlangsung lama dapat menimbulkan kerusakan pada sistem tersebut.
Oleh sebab itu untuk menghasilkan kesesuaian elektromagnetik diperlukan desain peralatan
yang baik. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan membuat perisai pada
peralatan.
Perisaian adalah teknik pencegahan dan pengurangan interferensi elektromagnetik
dengan cara melapisi alat atau sistem agar tidak terpengaruh atau mempengaruhi lingkungan
disekitarnya. Salah satu contoh sederhana yang dapat dilakukan untuk melihat adanya tegangan
gangguan ( noise ) yang mempengaruhi peralatan adalah dengan membuat simulasi pengukuran
tegangan gangguan pada konduktor yang diperisai.
Dua konduktor yang membentuk gandengan kapasitif, dimana pada salah satu
konduktor dipasang perisai. Pada saat konduktor yang lain diberi tegangan, maka dapat diukur
besar tegangan gangguan pada konduktor yang diperisai.
Dalam tugas akhir ini, saya akan membahas tentang teori dasar kesesuaian
elektromagnetik yang dapat menimbulkan noise dan interferensi, teori dasar perisaian sebagai
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Ketidaksesuaian elektromagnetik merupakan masalah yang sering terjadi dalam dunia
listrik dan elektronik. Munculnya tegangan noise dan interferensi dapat mengganggu kinerja
sistem yang sedang beroperasi. Hal tersebut dapat mengakibatkan kerusakan pada peralatan.
Interferensi terjadi karena dalam suatu sistem / peralatan / piranti mengalir arus sehingga menimbulkan medan elektromagnetik. Medan elektromagnetik yang timbul disekitar sistem / peralatan / piranti tersebut mencapai dan mengkonduksi elektron pada sistem / peralatan / piranti disekitarnya, sehingga muncul arus dan tegangan yang tidak diinginkan yang mengakibatkan timbulnya gangguan.
Peralatan / piranti listrik dan elektronik harus didesain untuk mampu bekerja dilingkungan yang mengandung medan elektromagnetik. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan perisaian. Perisaian dapat dilakukan pada sumber, pada penerima maupun pada keduanya. Namun pada simulasi tugas akhir ini perisaian hanya dilakukan pada konduktor penerima. Dalam simulasi, perisai dibuat dalam beberapa ukuran sehingga dapat dianalisa perisai yang baik digunakan.
1.2 TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN
Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui pengaruh bentuk dan ukuran
perisaian pada konduktor.
Manfaat penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui bentuk dan ukuran perisai
yang baik digunakan pada sistem.
1.3 BATASAN MASALAH
1. Perisaian hanya pada knduktor penerima.
2. Bentuk perisai yang digunakan dalam simulasi hanya berbentuk perisai tabung.
3. Perisai yang digunakan hanya tembaga, kawat mesh tembaga dan kayu.
1.4 METODE PENULISAN
Metode yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah :
1. Studi literatur
Yaitu dengan mempelajari buku referensi, buku manual, artikel dari media cetak
dan internet, dan bahan kuliah yang mendukung tugas akhir ini.
2. Studi Bimbingan
Berupa tanya jawab dengan dosen pembimbing yang telah ditunjuk oleh pihak
Jurusan Teknik Elektro USU mengenai masalah-masalah yang timbul selama
penulisan Tugas Akhir berlangsung.
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
Tugas Akhir ini disusun berdasarkan sistematika pembahasan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bagian ini berisikan latar belakang, tujuan dan manfaat penulisan,
batasan masalah, metodologi penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II TEORI DASAR
Bagian ini menjelaskan tentang medan listrik, medan magnet, kesesuaian
medan elektromagnet, masalah interferensi dan teori dasar perisaian.
BAB III ANALISA PERCOBAAN
Bagian ini menguraikan tentang percobaan yang akan dilakukan,
rangkaian percobaan, prosedur percobaan dan analisa percobaan untuk
percobaan yang pernah dilakukan sebelumnya.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
Bagian ini berisikan beberapa tulisan hal – hal yang dianggap penting
BAB II
TEORI DASAR KESESUAIAN ELEKTROMAGNETIK
II.1 UMUM
Penggunaan peralatan listrik, elektronik dan elektromekanik semakin meningkat seiring
perkembangan jaman dan kebutuhan manusia, terutama peralatan – peralatan yang
menggunakan sistem digital modern seperti terrestrial trunket radio, global system formobile
communication (GSM), komputer, digital pager, radio genggam, hand phone dan peralatan
wireless, peralatan kedokteran, peralatan rumah tangga dan lain sebagainya. Semua peralatan –
peralatan tersebut membangkitkan gelombang elektromagnetik. Dengan demikian,
perkembangan sistem peralatan di bidang listrik, elektronik dan industri secara tidak langsung
akan disertai beberapa masalah yang disebabkan gangguan dari fenomena elektromagnetik.
Level tegangan yang rendah pada pengoperasian peralatan elektronik, ketidak seragaman
sistem transmisi, lingkungan pengoperasian peralatan yang berdampingan dengan peralatan
lain, arus kuat dan arus lemah didalam suatu sistem dan kepadatan instalasi yang semuanya
dapat berpengaruh pada lingkungan elektromagnetik disekitarnya.
Pada saat sekarang ini diharapkan adanya peralatan elektronik yang dapat beroperasi
dalam lingkungan medan elektromagnetis yang tidak mendatangkan kerugian dari fungsi –
fungsi peralatan yang sudah direncanakan sistem pengoperasiannya dan tidak memberikan
dampak buruk terhadap pengoperasian peralatan disekitarnya dan kesehatan manusia.
Gangguan elektromagnetik terjadi bila noise pancaran spektrum elektromagnetik yang
dihasilkan dari peralatan elektronik dan peralatan listrik mengganggu sinyal spektrum yang
ditimbulkan oleh peralatan lain. Beberapa peralatan atau sistem dapat berada dalam satu
lingkungan yang mengandung medan elektromagnet, hal itu dapat mempermudah timbulnya
gangguan. Oleh karena itu disamping pengujian produk atau sistem, juga diperlukan pengujian
keandalan lingkungan yang bisa menjamin keandalan performa sistem dalam lingkungan
alaminya. Selama perkembangan kehidupan yang selalu berfikir praktis, maka kebutuhan
pemakaian peralatan yang menggunakan teknologi spektrum elektromagnetik dipandang besar
canggih, hubungan bisnis dan industri modern, peralatan – peralatan tersebut juga harus
diperhatikan dampak yang terjadi dalam lingkungan lain.
II.2 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK
Gangguan elektromagnetik adalah sinyal pancaran yang tidak diinginkan dari energi
konduksi atau energi radiasi sebagai medan elektromagnetik. Pancaran konduksi berupa
tegangan dan arus. Sedangkan pancaran radiasi terdiri dari medan listrik atau medan magnet.
Interaksi medan listrik antara dua rangkaian terbentuk dalam gandengan kapasitif. Jika dua
rangkaian digandeng oleh medan listrik, maka gandengan listrik tersebut dapat digantikan
dengan kapasitor. Dalam bentuk rangkaian dapat dilihat pada Gambar 2.1.
1 2 1 2
E medan listrik
V
Z Impedansi
ke tanah
V
Z C
(a) (b)
Gambar 2.1. (a). Rangkaian Fisik Gandengan Kapasitif
(b). Rangkaian Ekivalen Gandengan Kapasitif
Interaksi medan magnet antara dua rangkaian terjadi dalam gandengan induktif. Medan
magnet yang terkurung diantara dua konduktor dapat digantikan dengan induktansi
bersama.Suatu konduktor yang dialiri arus listrik dapat menghasilkan medan magnet yang
mempengaruhi konduktor disekitarnya. Bentuk fisik dan rangkaian ekivalen dari rangkaian ini
I
Konduktor 1 dengan arus I
Konduktor 2
M12 1
2
V = jwM12I
(a) (b)
Gambar 2.2. (a). Rangkaian Fisik Gandengan Induktif
(b). Rangkaian Ekivalen Gandengan Induktif
Spektrum sinyal gangguan didefenisikan dalam bentuk amplitudo yang merupakan
kebalikan dengan frekuensi pancaran sinyal dari suatu sumber gangguan. Amplitudo spektrum
pancaran dapat berupa pancaran konduksi atau radiasi, narrow band atau broad band, yang
dapat didefenisikan sebagai berikut :
• Pancaran konduksi dapat didefenisikan sebagai energi elektromagnetik yang diinginkan
sepanjang propagasi suatu penghantar (konduktor). Konduktor dapat berupa kabel
aliran daya, lapisan metal subsistem, atau sistem interkoneksi kabel – kabel.
• Pancaran radiasi didefenisikan sebagai energi elektromagnetik yang diinginkan atau
energi elektromagnetik yang tidak diinginkan yang merupakan propagasi kedalam
ruang bebas, sebagai suatu gelombang transfer elektromagnetik oleh gandengan
kapasitif atau gandengan induktif.
• Pancaran narrow band yaitu suatu pancaran yang mempunyai energi spektrum yang
utama terletak didalam bandpass dari pengukuran peralatan penerima yang digunakan.
Pancaran narrow band yang dimaksud yaitu bandwidth pancarannya 3dB lebih sempit
dari pengukuran bandwidth penerima gangguan.
• Pancaran broad band yaitu suatu pancaran yang mempunyai distribusi energi spektrum
yang lebih besar dibandingkan dengan bandwidth dari pengukuran penerima yang
digunakan.
Spektrum sinyal yang ada dalam sistem elektronik sebagian besar merupakan aspek
yang penting dari kemampuan suatu sistem, bukan hanya untuk mendapatkan batas yang
dari sistem elektronik. Kuantitas yang harus diperhatikan dalam kesesuaian elektromagnetik
adalah :
• Pancaran konduksi, berupa tegangan atau arus.
• Pancaran radiasi, berupa medan listrik dan medan magnet.
Spektrum elektromagnetik dapat digolongkan seperti dalam Tabel 2.1
Tabel 2.1. Spektrum Elektromagnetik
URAIAN FREKUENSI PANJANG GELOMBANG
High Frequency (HF) 3 – 30 MHz (100 – 10) m
Very High Fequency (VHF) 50 – 100 MHz (6 – 3) m
Ultra High Fequency (UHF) 400 – 1000 MHz (75 – 30) m
Microwave 3.109 -1011 Hz 10 cm – 3 mm
Millimetre Wave 1011 -1012 Hz 3 mm – 0,3 mm
Infrared 1012(6.1014) Hz 0,3 mm – 0,5 μm
Light (6.1014) - (8.1014) Hz 0,5 μm - 0,4 μm
Ultra-Violet (8.1014) - 1017 Hz 0,4 μm – 10-9 m
X-Rays (1017 - 1019)Hz 10-9 m - 10-3 m
Gamma Rays > 1019 Hz < 10-3 m
Gelombang elektromagnetik dapat berjalan dalam ruang hampa. Gelombang
elektromagnetik menghasilkan komponen listrik dan magnet. Gelombang elektromagnetik
memindahkan energinya melalui ruang hampa dan juga melalui medium material. Perbedaan
material menyebabkan jumlah perbedaan yang disebabkan untuk penyerapan (absorbsi) dan
proses pemantulan. Sifat alami dari gelombang elektromagnetik yang berjalan, yaitu kecepatan
dari gelombang elektromagnet tergantung dari material yang dilalui gelombang tersebut.
Menurut frekuensi propagasi gelombang elektromagnetik dibedakan menjadi :
• Propagasi frekuensi tinggi (high frequency / HF)
• Propagasi frekuensi sangat tinggi (very high frequency / VHF) dan frekuensi ultra tinggi
(ultra high frequency / UHF)
Propagasi gelombang elektromagnetik frekuensi radio melalui 3 metode yaitu radiasi,
konduksi dan induksi. Metode tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Medan Elektromagnetik Radiasi
Pancaran radiasi memancarkan energi elektromagnetik dari peralatan dan propagasi
melalui ruangan atau suatu medium. Radiasi elektromagnetik yang biasa ada dalam
lingkungan kita adalah pemancar radio dan televisi. Pemancar akan memancarkan
sinyal radiasi kearah alat penerima dan alat penerima akan menerima sinyal tersebut
dan bereaksi terhadap sinyal yang diterima
2. Medan Elektromagnetik Konduksi
Propagasi energi elektromagnetik frekuensi radio melalui konduksi terjadi sebagai hasil
hubungan fisik antara peralatan yang berdekatan. Hubungan tidak diperlukan langsung,
dapat melalui saluran perantara. Konduksi tidak disengaja dan tidak diinginkan melalui
saluran perantara terkadang terhubung sebagai loop atau ground loop.
3. Medan Elektromagnetik Induksi
Proses induksi terjadi bila dua rangkaian induktif membentuk gandengan induktif
sehingga terbentuk medan magnet. Bentuk gangguan pada umumnya terjadi bila sinyal
dari bermacam – macam peralatan paralel jalurnya satu dengan yang lain dalam
lingkungan yang biasa, seperti didalam listrik atau didalam saluran masuk listrik.
Induksi dapat juga terjadi dalam kabel multi konduktor yang multipair, jika pasangan
tidak cukup terisolasi satu dengan yang lain. Pasangan kabel yang membelit tidak
terbungkus dapat untuk mentransfer energi elektromagnetik dengan cara induksi, jika
tidak ada perlindungan dalam instalasi kabel.
Lingkungan elektromagnetik yaitu komposisi dari energi radiasi dan energi konduksi
yang dihasilkan suatu produk listrik, elektronik dan elektromekanik. Dapat berupa distribusi
daya dan distribusi waktu dengan jangkauan variasi frekuensi dari level pancaran
elektromagnetik radiasi atau konduksi yang ditemui dalam suatu lingkungan operasional yang
direncanakan. Lingkungan elektromagnetik dapat berupa gangguan elektromagnetik, pulsa
elektromagnetik, radiasi elektromagnetik dari material yang mudah meledak, dan fenomena
alam yang diakibatkan oleh kilat.
Lingkungan elektromagnetik dapat dipandang dalam segi distribusi ruang dan distribusi
temporal dari kuat medan listrik (v/m), pemancaran (irradiance) cahaya (watt/m) dan
secara luas peralatan – peralatan yang peka terhadap gangguan elektromagnetik atau peralatan
peralatan yang merupakan sumber gangguan elektromagnetik.
II.3 KESESUAIAN ELEKTROMAGNETIK
(ELECTROMAGNETIC COMPATIBILITY / EMC)
Kesesuaian elektromagnetik adalah kemampuan suatu peralatan atau sistem
untuk beroperasi secara normal dilingkungan elektromagnetik tanpa terpengaruh maupun
menghasilkan interferensi terhadap lingkungan. Kesesuaian elektromagnetik dibagi menjadi
dua bagian, yaitu interferensi elektromagnetik dan suseptibilitas elektromagnetik.
Menurut International Electrotechnical Commission (IEC) emisi elektromagnetik
adalah ‘suatu peristiwa pemancaran energi elektromagnetik yang berasal dari sumber
gangguan’ (IEC, 1989). Emisi dapat dibagi menjadi sinyal yang diinginkan dan sinyal yang
tidak diinginkan yang diambil dari alur gandenganyang diharapkan dan tidak diharapkan.
Sebagai contoh, suatu sinyal yang diinginkan yang diambil dari alur yang diharapkan
adalah pengiriman sinyal data melalui proses komputer dengan kabel panjang yang
dihubungkan ke kontroler pada suatu proses aktual. Pada proses aktual sistem komputer yang
terhubung pada sistem kontroler ketika terjadi crosstalk internal dikomputer kemudian sinyal
digital diterima dibagian utama, bagian utama ini akan berfungsi sebagai antena pemancar
sinyal digital. Disini kita bisa mendapatkan pengambilan sinyal yang diinginkan yang berasal
dari bagian yang tidak diinginkan di lingkungan elektromagnetik. Antena pemancar mungkin
sekarang terganggu, misalnya dengan stasiun pemancar radio, penerima akan mendapatkan
gangguan sehingga pesan tidak terkirim. IEC mendeskripsikan suseptibilitas adalah ‘ketidak
mampuan suatu piranti, peralatan atau sistem untuk bekerja tanpa penurunan kemampuannya
saat muncul gangguan elektomagnetik’(IEC, 1989). Pada Gambar 2.3 dapat dilihat diagram
(KEM)
Kesesuaian Elektromagnetik (kemampuan berfungsi dengan baik)
Emisi Elektromagnetik (pemancaran energi gangguan)
Suseptibilitas / Peka Elektromagnetik (interferensi)
kesesuaian Intra sistem Dari Sistem
Lain
Gambar 2.3. Diagram Blok Kesesuaian Elektromagnetik
Kesesuaian elektromagnetik berhubungan dengan pembangkit, transmisi dan
penerimaan energi elektromagnetik. Ada 3 aspek masalah kesesuaian elektromagnetik, yaitu
sumber (emisi), gandengan (transfer), dan penerima. Aspek tersebut dapat dilihat pada Gambar
2.4 berikut.
sumber (emisi)
gandengan
(transfer) penerima
Gambar 2.4 Aspek Dasar Kesesuaian Elektromagnet
Emisi sumber dapat menghasilkan noise atau interferensi. Interferensi terjadi apabila
energi yang diterima penerima menyebabkan penerima bekerja dengan tidak semestinya.
Transfer energi terjadi dengan cepat melalui gandengan elektromagnetik yang tidak
diharapkan.
Transfer energi elektromagnetik dapat dikategorikan dalam 4 subsistem, yaitu radiasi
emisi, radiasi suseptibilitas, konduksi emisi dan konduksi suseptibilitas. Subsistem tersebut
Gambar 2.5 Subsistem Dasar Kesesuaian Elektromagnetik
a. Radiasi Emisi
b. Radiasi Suseptibilitas
c. Konduksi Emisi
d. Konduksi Suseptibilitas
Setiap sistem elektronik biasanya terdiri dari satu atau lebih subsistem yang
berhubungan satu dengan yang lain melalui kabel. Untuk penyediaan daya subsistem biasanya
digunakan sumber tegangan AC atau DC. Kabel juga digunakan untuk interkoneksi subsistem
sehingga fungsi sinyal dapat melewati perantara subsistem tersebut. Semua kabel - kabel
tersebut memiliki potensi untuk menaikkan emisi energi elektromagnetik.
Sinyal interferensi dapat juga dengan cepat melewati subsistem melalui konduksi
langsung pada kabel. Jika subsistem ditutup dengan suatu penutup (enclosure) metal, arus akan
menginduksi penutup melalui sinyal internal atau sinyal eksternal. Sinyal induksi dapat
meradiasi lingkungan luar atau dalam penutup metal. Untuk sistem penutup dengan harga yang
lebih murah biasanya menggunakan penutup nonmetal. Umumnya yang digunakan adalah
tidak terlindungi dari emisi elektromagnetik, karena hal itu maka terjadi radiasi langsung yang
mengakibatkan peralatan lebih peka terhadap emisi.
Emisi elektromagnetik dapat terjadi dari sumber tegangan, penutup metal yang
mengandung sebuah subsistem, kabel penghubung subsistem atau dari komponen elektronik
didalam penutup nonmetal, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.5a. Panjang kabel juga
efisien untuk menaikkan radiasi emisi dari satu sistem kesistem lain yang berdekatan, seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 2.5b. Sinyal eksternal menginduksi kabel sehingga seperti
banyak kabel yang terhubung ke subsistem, sinyal induksi tersebut ditransfer ke komponen
internal subsistem, hal tersebut menimbulkan interferensi pada rangkaian. Sinyal yang tidak
diinginkan mungkin teradiasi oleh sumber tegangan, interkoneksi kabel, peralatan metal, atau
rangkaian internal subsistem. Kejadian ini merupakan struktur atau pengkabelan sinyal yang
tidak diinginkan.
Emisi dan suseptibilitas energi elektromagnetik terjadi tidak hanya berupa gelombang
elektromagnetik melalui udara, tetapi juga secara konduksi langsung pada konduktor metal,
seperti Gambar 2.5c dan Gambar 2.5d. Pada umumnya gandengan ini lebih efisien daripada
gandengan melalui udara.
Transfer energi elektromagnetik selain dengan 4 subsistem diatas, juga ada cara lain
yang juga sering terjadi, yaitu :
• Pelepasan muatan elektromagnetik (Electromagnetic discharge/ESD)
• Pulsa elektromagnetik (Electromagnetic pulse/EMP)
• Kilat / petir
Keempat transfer energi elektromagnetik diatas dapat diilustrasikan pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6. Transfer Energi Elektromagnet
a. Pelepasan Muatan elektromagnetik
b. Pulsa Elektromagnetik
c. Kilat / Petir
d. Pengaman Komunikasi dan Proses Data
Pada Gambar 2.6a, seseorang berjalan diatas karpet nilon dengan alas sepatu karet,
peristiwa tersebut akan menimbulkan pengisian muatan statis pada tubuh. Jika sebuah piranti
elektronik disentuh, muatan statis tersebut akan pindah ke piranti elektronik tersebut, dan
terbentuk busur lingkaran antara jari – jari tangan dengan piranti tersebut. Transfer muatan
langsung dapat menyebabkan kerusakan permanen pada komponen elektronik seperti IC
(integrated circuit). Dari gambaran diatas, pelepasan muatan elektromagnetik dapat diartikan
sebagai akumulasi muatan listrik statis menjadi pelepasan muatan. Listrik statis dihasilkan oleh
dua material dielektrik. Misalnya antara karpet nilon dengan alas sepatu karet. Beberapa
Tabel 2.2. Material yang Dapat Menghasilkan Muatan Elektrostatis
Asbestos
Acetate
Gelas / kaca
Rambut manusia
Nilon
Wool
Bulu
Timah hitam
Sutra
Aluminium
Kertas
Polyurethane
Kapas
Kayu
Baja
Lilin
Karet pekat
Mylar
Kaca epoxy
Nikel, tembaga, perak
Kuningan, baja murni
Karet sintetik
Acrylic
Busa polystyrene
Busa polyurethane
Polyester
Saran
Polyethilene
Polypropylene
PVC
Teflon
Penemuan piranti semikonduktor yang digunakan didalam sistem elektronik, terutama
pada monitor dapat menimbulkan efek peledakan yang merusak. Peledakan ini tidak merusak
fisik secara langsung tapi ledakan ini menyebabkan intensitas gelombang elektromagnetik yang
mengisi muatan dan memindahkannya pada lingkungan, seperti ilustrasi pada Gambar 2.6b.
Karena peristiwa ini terjadi kerusakan yang signifikan pada komunikasi dan proses data yang
merupakan efek dari pulsa elektromagnetik. Sambaran petir seperti yang diilustrasikan pada
Gambar 2.6c, merupakan masalah yang dapat memberi efek buruk. Sambaran petir dapat
membawa arus hingga 50.000 A. Medan elektromagnetik dari intensitas arus dapat membuat
gandengan pada sistem elektronik melalui radiasi langsung atau dengan gandengan sistem
daya. Untuk menentukan apa yang diketik pada keyboard dan tampilan pada monitor adalah
dengan emisi elektromagnetik seperti pada Gambar 2.6d. Radiasi emisi juga dapat digunakan
untuk menentukan data atau komunikasi secara instan dan langsung dari satu konten
komunikasi atau data.
II.4. INTERFERENSI ELEKTROMAGNETIK
‘Penurunan kemampuan kerja piranti, peralatan atau sistem karena gangguan
elektromagnetik’(IEC, 1989) disebut interferensi elektromagnetik. Diagram blok interferensi
elektromagnetik pada Gambar 2.7, menunjukkan emisi yang berasal dari sumber dan
suseptibilitas dilingkungan elektromagnet. Piranti emitor sebagai sumber menghasilkan sinyal
yang diinginkan dan juga sinyal yang tidak diinginkan. Sinyal yang tidak diinginkan
merupakan gangguan. Pada sinyal – sinyal tersebut kemudian terbentuk gandengan
elektromagnetik yang diinginkan dan tidak diinginkan hingga terbentuk lingkungan yang
mengandung medan elektromagnetik, kemudian terbentuk lagi alur – alur gandengan hingga
Piranti Emittor
(sumber gangguan) Emisi yang Diinginkan
(sinyal)
Emisi yang Tidak Diinginkan (gangguan)
Alur Gandeng yang Diharapkan
Jauh Dari Daerah Gangguan
Piranti Peka
Alur Gandeng yang Tidak Diharapkan
Alur Gandeng yang Diharapkan
Alur Gandeng yang Tidak Diharapkan
Diluar Daerah Gangguan
Gambar 2.7. Diagram Interferensi Elektromagnetik
Sumber interferensi dibangkitkan dari beberapa peralatan elektronik, elektrik dan
elektromekanik. Karena transmisi, distribusi, proses atau penggunaan peralatan untuk berbagai
tujuan dengan energi listrik, sehingga dalam pengoperasiannya menghasilkan sinyal konduksi
atau radiasi.
Sumber interferensi dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Sumber interferensi alami, yaitu sumber yang tergabung dalam fenomena alami.
Sumber tersebut meliputi :
• Sumber interferrensi natural terrestrial, yaitu fenomena pengisian atau
pelepasan atmosfer, seperti kilat, dan lain sebagainya.
• Sumber interferensi natural extraterrestrial (calessial), yaitu sumber
gangguan yang meliputi radiasi dari sumber matahari, sumber galaksi
dan lain sebaginya.
Sumber – sumber interferensi natural dapat mempunyai sinyal amplitudo yang
interferensi broad band yang diidentifikasikan tidak koheren serta sumber dikategorikan dalam
sinyal radiasi. Sinyal interferensi natural dibangkitkan dengan tidak sengaja.
2. Sumber interferensi buatan manusia yaitu sumber – sumber yang tergabung dalam
peralatan – peralatan buatan manusia seperti jaringan transmisi listrik, sistem
pemanasan otomotif, sistem penerangan, dan sebagainya. Sumber interferensi buatan
manusia dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
• Interferensi broad band, yaitu sinyal elektromagnetik konduksi atau radiasi yang
mana amplitudonya bervariasi sebagai fungsi dari frekuensi yang diperluas pada
jangkauan frekuensi yang lebih besar dari bandwidth penerima. Interferensi
broad band terbagi menjadi sinyal broad band koheren dan tidak koheren.
• Interferensi narrow band yaitu sinyal konduksi atau sinyal radiasi yang mana
perbedaan amplitudo sebagai fungsi dari frekuensi yang lebih sempit dari
bandwidth. Dalam interferensi narrow band hanya ada jenis sinyal interferensi
narrow band koheren.
Untuk lebih jelas tentang sumber interferensi dapat diperhatikan Gambar 2.8 berikut.
Noise Elektromagnetik
Noise Peralatan (interferensi Elektromagnetik
pada rangkaian dan sitem)
Noise Natural
Sistem Rangkaian dan Komponen Terrestrial Celestial
Komunikasi/Radar/Navigasi peralatan
Gambar 2.8. Sumber Interferensi Elektromagnetik
Interferensi dapat terjadi secara intra peralatan maupun antar peralatan. Diagram blok
interferensi intra peralatan dapat ditunjukkan pada Gambar 2.9. Dari Gambar 2.9 dapat dilihat
terjadi interferensi intra peralatan. Dari masing-masing komponen dapat saling mempengaruhi
melalui radiasi noise.
Antena
Osilator
RF
Amplifier Mixer
IF
Amplifier Detektor
Audio Amplifier
Speaker
Power Supply
Kopling medan listrik
Kopling medan magnet Kopling konduktif
Kopling impedansi bersama
Gambar 2.9. Interferensi Intra Peralatan
Untuk interferensi antar peralatan dapat diambil contoh pada Gambar 2.10. Pada
Gambar 2.10 dapat dilihat arus noise yang terhubung pada radio penerima dengan sumber
tegangan, dimana radio penerima diganggu oleh radiasi elektromagnetik dari banyak sumber.
Radio
Motor Listrik Saluran Transmisi
Pemancar TV dan Radio Petir
Sumber AC
Interferensi juga dapat terjadi dimana satu sumber noise mengganggu beberapa
peralatan disekitarnya. Sebagai contoh dapat dilihat pada Gambar 2.11.
Radio
Sumber AC
TV HP
Jaringan Telepon
Gambar 2.11. Interferensi Beberapa Alat dari Gangguan Satu Sumber Noise
Penerima interferensi elektromagnetik disebut juga dengan korban interferensi. Korban
interferensi dapat dibedakan menjadi :
1. Korban interferensi alami, yaitu meliputi manusia, hewan dan tumbuhan.
2. Korban interferensi buatan manusia yang dapat dikategorikan dalam empat kategori,
yaitu :
• Peralatan penerima komunikasi elektronik (navigasi, radar, pemancar)
• Amplifier (video, audio)
• Peralatn industri dan peralatan konsumen : alat – alat biomedis, radio,
telefon, televisi, dll.
• Bahaya radiasi : piranti elektro yang mudah meledak (Electro Explosive
Device / EED) dan bahan – bahan bakar.
Cara dasar untuk mencegah interferensi elektromagnetik antara lain :
1. Menekan emisi sumber
2. Membuat gandengan tidak efisien
Untuk mengatasi masalah – masalah interferensi diatas perlu didesain peralatan yang mampu
bertahan saat bekerja dilingkungan yang mengandung medan listrik dan medan magnet
II.5. RUANGAN ANECHOIC UNTUK PENGUKURAN INTERFERENSI RADIASI
ELEKTROMAGNETIK DAN RADIASI SUSEPTIBILITAS ELEKTROMAGNETIK
II.5.1. Ruangan Anechoic
Dalam laboratorium atau dalam percobaan secara umum pengukuran interferensi adalah
dengan menggunakan ruangan gelombang mikro (microwave) anechoic. Isolasi ruangan ini
mampu menahan gelombang hingga 100 dB dari lingkungan elektromagnetik. Ruangan ini
tepat digunakan untuk pengukuran dengan sensitifitas yang tinggi pada level sinyal yang sangat
rendah. Rungan ini biasanya memiliki ukuran 10,8 x 7,2 x 5,2 meter. Ukuran peralatan yang
diukur dalam ruangan ini tidak lebih dari 0,5 meter. Gambar skematik dari ruangan gelombang
mikro anechoic dapat dilihat pada Gambar 2.12.
Gambar 2.12. Ruangan Gelombang Mikro Anechoic
Keterangan gambar :
1. Dinding metal
2. Pintu
3. Material penyerap gelombang mikro
4. Meja putar untuk rotasi azimuth
5. Meja kayu
6. Peralatan tes
7. Antena
8. Kabel penghubung instrumen
Struktur ruangan gelombang mikro terdiri dari dinding metal sebagai penutup
(enclosure) yang diperisai. Dibagian dalam penutup (lantai, dinding, dan langit-langit) dibuat
material penyerap, biasanya karbon yang dilapisi busa polyurethane yang berbentuk piramid
seperti yang ditunjukkan Gambar 2.13.
Gambar 2.13. Karbon Dilapisi Busa Piramid
Bahan absorbsi yang digunakan ruangan gelombang mikro anechoic sangat baik,
dinding ruangan memiliki kemampuan menyerap daya yang besar pada frekuensi yang tinggi
dan sedikit menyerap pada frekuensi yang rendah. Oleh karena itu pada frekuensi sekitar 200
MHz, dimensi kemampuan zona tes menjadi lebih akurat untuk merespon panjang gelombang
pada frekuensi pengukuran.
Kelemahan dari ruangan gelombang mikro anechoic adalah ruangan pengukuran
interferensi ini terbatas pada frekuensi diatas 200 MHz. Ruang anechoic biasanya memiliki
pintu untuk meletakkan peralatan, pengaturan, pengeluaran peralatan yang di tes (Equipment
Under Test / EUT), antena dan peralatan lain yang digunakan dalam pengukuran. Unit pintu
didesain dengan baik dengan kontak metal pada semua sisi untuk menyediakan isolasi dari
lingkungan elektromagnetik diluar ruangan dan didalam ruangan. Banyak kabel penghubung
atau sumber daya yang diletakkan dalam ruangan gelombang mikro anechoic melalui panel
khusus untuk mengisolasi medan elektromagnetik yang tinggi. Kabel sinyal RF dan aliran
daya terhubung pada panel yang terpisah.
Pada pengukuran yang canggih, lantai ruangan gelombang mikro anechoic mempunyai
rel dari kayu platform yang menjulang. Peralatan yang diukur dapat diletakkan diatas platform.
Platform tersebut dapat dipindah – pindah posisinya melalui rel. Seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.14. Ruangan Anechoic dengan Lantai Kayu Platform
II.5.2. Pengukuran Menggunakan Ruangan Anechoic
a. Pengukuran Radiasi Elektromagnetik
Pengukuran radiasi emisi dapat diukur dengan peralatan tes seperti pada Gambar 2.15.
Pengukuran instrumen dilakukan didalam ruangan yang diperisai yang disebut dengan ruangan
anechoic. Pengukuran ini diperlukan untuk pengukuran sinyal yang lemah.
Gambar 2.15. Skema Pengukuran Radiasi Emisi
Keterangan gambar :
1. Ruangan anechoic diperisai
2. Anteroom untuk instrumen tes
3. Material penyerap energi elektromagnet
4. Meja putar untuk rotasi azimuth
5. Meja kayu
6. Peralatan yang di tes
7. Antena penerima interferensi elektromagnet
8. Kabel RF yang dikalibrasi
10.Amplifier dinamis tinggi
11.Interferensi elektromagnet meter
12.Instrumen kontrol interferensi elektromanet meter dan kontrol peralatan lain
13.Plotter.
Peralatan yang di tes diberi sumber tegangan dari power supply yang terletak di lantai
ruangan anechoic. Jarak pengukuran D biasanya 1 meter, 3 meter atau 10 meter. Antena
penangkap dihubungkan melalui panel penghubung. Sistem tersebut untuk mengukur radiasi
emisi.
b. Pengukuran Radiasi Suseptibilitas
Sistem skematik untuk mengukur radiasi suseptibilitas dari suatu alat atau peralatan dapat
dilihat pada Gambar 2.16.
Gambar 2.16. Skematik Pengukuran Radiasi Suseptibilitas
Keterangan gambar :
1. Ruangan anechoic diperisai
2. Anteroom untuk instrumen tes
3. Material penyerap energi elektromagnet
4. Meja putar untuk rotasi azimuth
5. Peralatan yang di tes
6. Antena pemancar radio frekuensi (RF)
7. Kabel RF yang di kalibrasi
8. Panel penghubung
9. RF power amplifier
Pada pengukuran ini, tidak diperlukan menempatkan transmitter (generator sinyal dan
amplifier) pada penutup (enclosure) yang terperisai. Pada pengukuran secara umum, radiasi
daya dari antena naik dari level yang ditetapkan, dan yang diamati adalah kegagalan kerja
peralatan yang disebabkan oleh radiasi suseptibilitas. Tes ini biasanya diperlukan pengulangan
untuk frekuensi tertentu dan level daya tertentu.
Ruangan anechoic yang ideal memiliki jarak yang bebas antara peralatan yang di tes
dengan antena tansmisi/penerima. Refleksi dinding ruangan menembus medan yang dihasilkan
radiasi dari peralatan yang di tes saat peralatan tes tesebut menjadi subjek tes radiasi emisi.
Kuat medan magnet merupakan vektor penjumlahan semua medan elektromagnetik yang
dihasilkan oleh radiasi peralatan dan semua refleksi dari dinding ruangan. Saat pengetesan
radiasi suseptibilitas peralatan, medan elektromagnetik pada peralatan adalah penjumlahan
semua medan dari antena transmisi dan semua refleksi dari semua dinding ruangan. Pada saat
semua ruangan anechoic bebas dari refleksi, penguatan (gain / G) antena transmisi dimisalkan
GTX, dan daya PTX, daya penerima PRX, penguatan antena penerima GRX, maka dapat dibuat
dalam persamaan :
... 2.1.
Dari persamaan diatas, f merupakan frekuensi pengukuran dalam MHz
D merupakan jarak antara antena transmisi dan antena penerima.
Pasangan untuk pengukuran antena dan frekuensi sesuai persamaan :
...2.2.
Parameter PRX/ PTX untuk fungsi D dapat diukur dalam ruangan anechoic dengan
pasangan antena transmisi dan antena penerima. Masukan dipasangkan pada antena transmisi,
dan antena penerima dipasangkan pada penerima. Berdasarkan pengukuran National Institute
of Standards and Technology (NIST), diperoleh hasil penyimpangan karakteristik dari ideal
1/D2 sesuai dengan persamaan 2.2. Penyimpangan tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.17.
Gambar 2.17. Grafik Penyimpangan Karakteristik Daya dan Jarak
II.6. PERISAIAN UNTUK MENGURANGI INTERFERENSI
II.6.1. Teori Perisaian (shielding)
Perisaian adalah teknik untuk mengurangi atau mencegah gandengan radiasi energi
elektromagnetik yang tidak diinginkan pada suatu peralatan sehingga tidak menimbulkan
lingkungan elektromagnetik. Tujuan dari perisaian elektromagnetik adalah meredam
interferensi elektromagnetik antara sumber noise dengan piranti yang peka dan terpengaruh
sumber. Salah satu cara menjelaskan bagaimana perisaian bekerja adalah, medan interferensi
elektromagnetik mempengaruhi sirkulasi arus didalam perisai, dan medan timbul karena
sirkulai arus yang melawan medan interferensi elektromagnetik, kemudian daerah medan pada
benda yang di perisai menjadi berkurang.
Spesifikasi perisaian adalah sebagai berikut :
Perisaian pelepasan muatan listrik (electrostatic discharge / ESD) adalah proses
pembatasan aliran arus listrik yang berlebih pada saat pengisian muatan listrik. Tipe
material untuk perisai ESD adalah semikonduktor.
Perisaian interferensi elektromagnetik adalah proses mencegah induksi radiasi
elektromagnetik, yang merupakan emisi rangkaian listrik yang dibawa dengan cepat
mengganti sinyal, seperti yang dihasilkan pada operasi normal rangkaian yang
menimbulkan sinyal yang tidak diinginkan. Hal ini dapat dicapai dengan memisahkan
Perisaian interferensi frekuensi radio adalah proses mencegah radiasi elektromagnetik
frekuensi radio dari satu rangkaian ke rangkaian lainnya dengan memisahkan bahan
penghalang dari material konduktif. Hal ini dapat dicapai dengan memisahkan
rangkaian dengan bahan penghalangpada material konduktif.
Perisai interferensi elektromagnetik dan frekuensi radio terbuat dari karet, metal,
plastik, tekstil, dan campuran material lain. Banyak tipe produk yang dihasilkan seperti lem,
cat, mantel, paking (gasket), perisai magnetik, dan material khusus. Sedangkan bentuk
perisaian yang dilakukan adalah :
Perisai kabel, digunakan untuk melindungi interferensi elektromagnetik yang keluar dan
masuk kabel.
Perisai efektifitas, kemampuan relatif perisai untuk menyaring medan listrik, medan
magnet dan gelombang pesawat yang tidak diinginkan. Pengukuran yang dilakukan
adalah rasio dari sinyal yang diterima tanpa perisai dibagi dengan sinyal yang diterima
dalam perisai.
Perisai gasket, bahan yang mempertahankan perisai efektifitas pada celah di dalam
penutup (enclosure) elektronik. Gasket terbuat dari berbagai bahan, seperti busa yang
terbungkus kain, kawat mesh, logam dan elastomer.
Perisai ruangan, ruangan yang terbuat bebas dari interferensi dengan menerapkan
perisai kelantai, dinding, langit-langit dan dengan menekan interferensi yang masuk
melalui saluran listrik. tipe konstruksi perisai dari 70dB hingga 140dB, dari 10kHz
sampai 10GHz.
Perisai windows yang terperisai, perisaian ini dicapai dengan menggunakan film tipis
dilakukan pada kaca atau kawat halus.
Perisai listrik, suatu proses mencegah radiasi dari kopling masuk atau keluar dari daerah
yang telah ditentukan. Bahan perisai selalu logam, plastik logam (pelapis konduktif)
atau campuran konduktif.
Perisai kain, kain terbuat dari benang logam atau benang, kain dilapisi benang
konduktif.
Perisai kertas perak dan kertas, biasanya digunakan untuk perisai dan landasan. Perekat
Perisaian ini dapat dilakukan pada konduktor, pada rangkaian elektronik maupun
sistem. Ada 2 tujuan perisaian, yaitu :
1. Mencegah emisi suatu sistem atau rangkaian elektronik agar tidak menimbulkan
radiasi yang melewati batas yang telah ditentukan. Seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.18.
Gambar 2.18. Perisaian Untuk Mencegah Emisi Sistem Keluar Dari Batas Perisai
2. Mencegah radiasi emisi diluar sistem agar tidak menimbulkan interferensi pada sistem
yang dilindungi. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.19.
Gambar 2.19. Pencegahan Emisi Radiasi Dari Luar Sistem
Perisai dibuat dengan melatakkan sebuah penghalang metal didalam alur gelombang
elektromagnetik antara emitor (sumber) dan receptor (penerima). Gelombang elektromagnetik,
menembus penghalang metal, dari pengalaman para ahli impedansi dalam dari penghalang
metal tersebut adalah :
...2.3.
Zm = impedansi dalam penghalang metal
μ0 = permitifitas ruang hampa
σ = arus konduksi
Hasil impedansi biasanya rendah untuk konduktor yang baik pada frekuensi dibawah frekuensi
Teori perisaian berdasarkan bentuk transmisi dari refleksi dan absorbsi metal seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 2.20. Gelombang elektromagnetik dari emitor sebagian
direfleksikan dari perisai yang impedansinya rendah karena impedansi tidak sepadan antara
gelombang dengan perisai. Sebagian sisanya ditransmisikan menembus perisai setelah sebagian
diserap oleh perisai. Ada juga multi refleksi pada material perisai saat rugi absorbsi sangat
kecil. Total perisaian effektif SE(dB) pembatas konduktor padat dapat dinyatakan sebagai penjumlahan rugi refleksi αR(dB), rugi absorbsi αA(dB) dan rugi – rugi refleksi internal αIR(dB). Sehingga dapat dituliskan :
...2.4.
Gambar 2.20. Refleksi dan Absorbsi Gelombang Elektromagnetik
Ada perbedaan antara teori perisaian dengan prakteknya. Bentuk praktek perisaian
tergantung pada parameter seperti frekuensi, jarak sumber interferensi dengan dinding perisai,
polarisasi perisai, diskontinuitas didalam perisai, dimana ditemukan rasio komponen tangensial
dari medan listrik E dan medan magnet H yang dapat dituliskan dalam persamaan:
...2.5.
Untuk medan listrik E, gelombang impedansi sangat luas. Sedangkan untuk medan
magnet H, gelombang impedansi sangat kecil. Pada Gambar 2.21 menunjukkan variasi
Gambar 2.21. Variasi Gelombang Impedansi Pada Fungsi Jarak
Perisaian efektif SE pada medan ini dapat ditentukan rasio daya pada penerima tanpa
penghalang dan dengan penghalang :
...2.6.
...2.7.
...2.8.
Dari ketiga pesamaan 2.6, 27, 2.8, indeks 1 adalah untuk penerima tanpa perisai penghalang,
dan indeks 2 adalah untuk penerima dengan perisai penghalang antara emitor dan suseptor.
Bentuk perisai ada 3, yaitu :
1. Perisai tunggal
Perisai tunggal digunakan untuk konduktor yang frekuensinya dibawah frekuensi optik. Arus konduksi normal lebih besar dibandingkan arus jarak dimana σ >> ωε0. Parameter listrik dari metal untuk terjadinya gelombang elektromagnetik pada sudut θi adalah :
Konstanta propagasi didalam metal :
Konstanta peredaman didalam metal :
...2.10.
Dari defenisi yang ada, maka rugi refleksi dapat dirumuskan dengan :
...2.11.
dimana T adalah koefisien net transmisi yang menembus perisai
ν adalah rasio impedansi dari terjadinya gelombang elektromagnetik.
Rugi absorbsi gelombang yang menembus perisai dengan tebal t adalah :
...2.12.
Rugi releksi internal dapat dirumuskan dengan :
...2.13
Rugi refleksi internal dapat diabaikan untuk kasus saat rugi absorbsi αA lebih besar dari 15dB.
2. Perisai laminasi multimedia
Perisai laminasi multimedia dapat dilihat pada Gambar 2.22.
Pada Gambar 2.22 diatas dapat dilihat n jumlah perisai dari impedansi Zm1, Zm2, ...Zmn
termasuk kedua metal dan celah udara. Total rugi refleksi dapat dinyatakan sebagai
penjumlahan rugi – rugi refleksi untuk tiap penghubung. Secara matematis dapat dituliskan :
...2.14.
Rugi peredaman dari tiap laminasi adalah penjumlahan untuk n laminasi :
...2.15.
αn dan tn adalah konstanta peredaman dan tebal ke n laminasi.
Rugi refleksi pada metal - metal merupakan penghubung yang mandiri dari frekuensi.
Fungsi frekuensi untuk hubungan metal – udara. Dapat dilihat bahwa perisaian efektif dari
perisai multimedia dapat ditingkatkan dengan mengontrol impedansi material dan ketebalan.
Internal refleksi dapat diistilahkan dengan persamaan :
...2.16.
Dimana
...2.18.
dimana Zmtn adalah impedansi yang terlihat benar pada bagian ini.
3. Perisai isolasi ganda
Pada perisai enclosure yang besar, perisaian yang sangat tinggi biasanya dibuat dengan
isolasi ganda lembar metal konduksi yang dipisahkan oleh sudut dalam yang terbuat dari kayu
lapis yang kering, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.23.
Gambar 2.23. Perisai Isolasi Ganda
Kayu lapis tidak boleh mengandung air, dan dapat dipertimbangkan seperti rugi dielektrik yang
kecil dengan konduktifitas nol. Absorbsi pada kayu kering dapat dianggap sangat kecil.
Sudutnya dapat dianggap sebagai material isotropis homogen dari permitivitas dielektrik ε2 dan permeabilitas ruang hampa μ0.
Komponen perisai dapat dibuat dalam persamaan :
...2.19.
...2.21.
Rugi – rugi refleksi medan dapat dinyatakan dalam persamaan :
...2.27.
Dan
...2.28.
Dimana μr adalah permeabilitas relatif dengan acuan udara
Σr adalah konduktifitas relatif dengan acuan tembaga
f adalah frekuensi dalam Hz
r adalah jarak antara sumber dengan perisai penghalang dalam meter.
II.6.2. Perisaian Material
Pada semua frekuensi , refleksi medan magnet impedansi rendah dari konduktor listrik
impedansi rendah sangat kecil. Oleh karena itu, medan magnet dicoba untuk memasukkan
konduktor dan eksponensial yang teredam didalam konduktor. Perisaian medan magnet
tergantung pada rugi absorbsi. Pemilihan material feromagnetik (μ) harus sesuai.
Pada medan listrik dengan impedansi tinggi, refleksi dari sebuah dinding metal
impedansi rendah yang semakin naik dengan rugi absorbsi, menyediakan perisai yang lebih
baik untuk medan listrik. Oleh karena itu, untuk medan listrik material harus memiliki
konduktifitas yang tinggi untuk perisaian. Pada Tabel 2.3 dapat dilihat material perisai dengan
konduktifitas, permeabilitas, dan kegunaannya. Dimana diketahui konduktifitas tembaga =