DENGAN MENGGUNAKAN INFRAMERAH
TUGAS AKHIR
SUPARMAN L HUTAHAEAN
042408029
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DENGAN MENGGUNAKAN INFRAMERAH
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar ahli madya
Fisika instrumentasi
SUPARMAN L HUTAHAEAN
042408029
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
JuduI : PERANCANGAN ALAT PENGERING TANGAN
OTOMATIS DENGAN MENGGUNAKAN INFRAMERAH
Kategori : TUGAS AKHIR
Nama : SUPARMAN L HUTAHAEAN
Nomor Induk Mahasiswa : 042408029
Program Studi : D3 FISIKA INSTRUMENTASI
Departemen : FISIKA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Diluluskan di
Medan, Agustus 2007
Diketahui/Disetujui oleh
Departemen Fisika FMIPA USU
Ketua Pembimbing
(DR.Marhaposan Situmorang) (Drs.Luhut Sihombing,MS.)
PERNYATAAN
PERANCANGAN ALAT PENGERING TANGAN OTOMATIS DENGAN MENGGUNAKAN INFRAMERAH
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa laporan tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri,kecuali beberapa kutipan dan
ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Agustus 2007
SUPARMAN L HUTAHAEAN
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini.
DAFTAR ISI
1.5 Sistematika Penulisan 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penguat Operasional 4
2.1.1 Karakteristik Ideal Penguat Operasional 5
2.1.2 Tegangan Offset Keluaran 6
2.1.3 Hambatan Masukan 6
2.3.2 Variable Resistor 12
2.4 Kapasitor 14
2.4.1 Electrytic Capasitor 15
2.4.3 Nilai Kapasitor 16
2.5 Transistor 17
2.6 Relay 22
2.7 Penguatan Sinyal 23
2.8 LED 25
BAB 3 PERANCANGAN ALAT
3.1 Diagram Blok Rangkaian 27
3.2 Prinsip Kerja Alat 28
3.3 Perancangan Rangkaian PSA 28
3.4 Perancangan Rangkaian Sensor Kedekatan 29
3.5 Perancangan Rangkaian Relay 32
BAB 4 PENGUJIAN ALAT
4.1 Pengujian Rangkaian PSA 34
4.2 Pengujian Rangkaian Sensor Kedekatan 34
4.3 Pengujian Rangkaian Relay 35
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 36
5.2 Saran 36
DAFTAR PUSTAKA 37
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Gelang Resistor 11
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Penguat Operasional 4
Gambar 2.2 Fotodioda 9
Gambar 2.3. Resitor Karbon 10
Gambar 2.4 Potensiometer 12
Gambar 2.5 Grafik Perubahan Nilai Potensiometer 13
Gambar 2.6 Skema Kapasitor 14
Gambar 2.7 Electrolytic Capasitor 15
Gambar 2.8 Ceramic Capasitor 16
Gambar 2.9 Simbol Tipe Transistor 18
Gambar 2.10 Transistor sebagai saklar ON 19
Gambar 2.11 Karakteristik daerah saturasi pada
Transistor 20
Gambar 2.12 Transistor sebagai Saklar OFF 21
Gambar 2.13 Simbol Relay dan Rangkaian Driver 23
Gambar 3.1 Diagram Blok Rangkaian 27
Gambar 3.2 Rangkaian Power Supply 28
Gambar 3.3 Rangkaian Pemancar Inframerah 29
Gambar 3.4 Rangakain Penerima Inframerah 30
Gambar 3.5 Gambar Rangkaian Relay 32
EKSPEDISI PERBAIKAN LAPORAN TUGAS AKHIR
Nama : Suparman L Hutahaean
Nim : 042408029
Program studi : D3 Fisika Instrumentasi
Judul Tugas Akhir : PERANCANGAN ALAT PENGERING TANGAN
OTOMATIS DENGAN MENGGUNAKAN INFRAMERAH
Laporan Tugas akhir dengan judul diatas dinyatakan telah diperbaiki sesuai dengan anjuran Dosen penguji.
No Nama Pembimbing/Penguji Tanggal Tandatangan
1 Drs.Luhut Sihombing,MS
EKSPEDISI PENYERAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR
Nama : Suparman L Hutahaean
Nim : 042408029
Program studi : D3 Fisika Instrumentasi
Judul Tugas Akhir : PERANCANGAN ALAT PENGERING TANGAN
OTOMATIS DENGAN MENGGUNAKAN INFRAMERAH
No Nama Pembimbing/Penguji Tanggal Tandatangan
1 Drs.Luhut Sihombing,MS
2 Drs.Oloan Harahap,MS
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam kurun waktu singkat perkembangan teknologi melaju dengan sangat
pesat. Perkembangan teknologi ini merupakan hasil kerja keras dari rasa ingin tahu
manusia terhadap suatu hal yang pada akhirnya diharapkan akan mempermudah
manusia. Dengan pesatnya laju perkembangan teknologi tersebut banyak bermunculan
alat-alat yang canggih yang dapat bekerja secara otomatis. Salah satu alat yang dapat
bekerja secara otomatis tersebut adalah alat pengering tangan.
Pada restoran-restoran tertentu, khususnya yang menyediakan makanan cepat
saji, seperti KFC biasanya disediakan alat pengering tangan. Alat pengering tangan ini
secara otomatis akan menghembuskan udara/angin hangat jika tangan kita diletakkan
di bawahnya.
Sangat menarik cara kerja dari alat ini. Bangaimana alat tersebut dapat
mengetahui ketika ada tangan yang diletakkan dibawahnya. Tentunya ada sensor yang
diletakkan pada alat tersebut yang dapat mengetahui jika ada tangan yang diletakkan
di dekatnya. Sensor ini akan mengirimkan sinyal tertentu ke alat agar alat dapat
mengeluarkan angin hangat ke luar.
Berdasarkan pemikiran-pemikiran diatas, maka penulis tertarik untuk
merancang alat pengering tangan otomatis tersebut dan mengangkatnya sebagai
1.2 Rumusan Masalah
Mengacu pada hal diatas, pada tugas akhir ini saya akan merancang alat
pengering tangan otomatis dengan menggunakan inframerah yang dibuat dalam suatu
bentuk sensor. Jika ada benda yang mendekati sensor tersebut, maka sensor akan
mengirimkan sinyal tertentu ke penguat sinyal.
Pada sensor kedekatan ini juga terdapat beberapa inframerah yang digunakan
untuk memancarkan cahaya dan fotodioda sebagai penerimanya.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dilakukannya penulisan Tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program Diploma III Fisika
Instrumentasi.
2. Memanfaatkan LED infra merah dan potodioda sebagai sensor kedekatan
(proximity sensor).
3. Membuat alat pengering tangan otomatis.
1.4 Batasan Masalah
Mengacu pada hal diatas, perancangan alat pengering tangan otomatis
menggunakan inframerah ini mempunyai batasan-batasan sebagai berikut :
1. Heater (pemanas) yang digunakan adalah hand dryer
2. Sensor kedekatan yang digunakan adalah LED infra merah dan potodioda.
3. Sensor hanya mengetahui bahwa ada benda atau tangan di depannya, tidak
mengetahui jarak tangan atau benda.
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman maka penulis membuat
otomatis dengan menggunakan inframerah, maka penulis menulis laporan ini sebagai
berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisikan mengenai latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penulisan, batasan masalah,metode pengumpulan data, serta
sistematika penulisan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Landasan teori, dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung yang
digunakan untuk perancangan dan pembuatan alat, dan karekteristik
dari komponen-komponen pendukung.
BAB 3 PERANCANGAN ALAT
Pada bagian ini akan dibahas perancangan dari alat, yaitu diagram blok
dari rangkaian, skematik dari masing-masing rangkaian,serta prinsip
kerja alat yang dirancang.
BAB 4 PENGUJIAN ALAT
Pada bab ini akan dibahas hasil analisa atau pengujian dari rangkaian
yang telah dirancang.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan penutup yang meliputi tentang kesimpulan dari
pembahasan yang dilakukan dari tugas akhir ini serta saran, apakah
rangkaian ini dapat dibuat lebih efisien dan dikembangkan
perakitannya pada suatu metode lain dan mempunyai sistem kerja yang
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penguat Operasional(Op-Amp)
Penguat operasional (Op Amp) adalah suatu rangkaian terintegrasi yang berisi
beberapa tingkat dan konfigurasi penguat diferensial yang telah dijelaskan di atas.
Penguat operasional memilki dua masukan dan satu keluaran serta memiliki
penguatan DC yang tinggi. Untuk dapat bekerja dengan baik, penguat operasional
memerlukan tegangan catu yang simetris yaitu tegangan yang berharga positif (+V)
dan tegangan yang berharga negatif (-V) terhadap tanah (ground). Berikut ini adalah
simbol dari penguat operasional:
2.1.1 Karakteristik Ideal Penguat Operasional
Penguat operasional banyak digunakan dalam berbagai aplikasi karena
beberapa keunggulan yang dimilikinya, seperti penguatan yang tinggi, impedansi
masukan yang tinggi, impedansi keluaran yang rendah dan lain sebagainya. Berikut
ini adalah karakteristik dari Op Amp ideal:
a. Penguatan tegangan lingkar terbuka (open-loop voltage gain) AVOL =
b. Tegangan ofset keluaran (output offset voltage) VOO = 0
c. Hambatan masukan (input resistance) RI =
d. Hambatan keluaran (output resistance) RO = 0
e. Lebar pita (band width) BW =
f. Waktu tanggapan (respon time) = 0 detik
g. Karakteristik tidak berubah dengan suhu
Kondisi ideal tersebut hanya merupakan kondisi teoritis tidak mungkin dapat
dicapai dalam kondisi praktis. Tetapi para pembuat Op Amp berusaha untuk membuat
Op Amp yang memiliki karakteristik mendekati kondisi-kondisi di atas. Karena itu
sebuah Op Amp yang baik harus memiliki karakteristik yang mendekati kondisi ideal.
2.1.2 Tegangan Offset Keluaran
Tegangan offset keluaran (output offset voltage) VOO adalah harga tegangan
keluaran dari Op Amp terhadap tanah (ground) pada kondisi tegangan masukan Vid =
0. Secara ideal, harga VOO = 0 V. Tetapi dalam kondisi praktis, akibat adanya
ketidakseimbangan dan ketidakidentikan dalam penguat diferensial dalam Op Amp
tersebut, maka tegangan ofset VOO biasanya berharga sedikit di atas 0 V. Apalagi
apabila tidak digunakan umpan balik maka harga VOO akan menjadi cukup besar
untuk menimbulkan saturasi pada keluaran. Untuk mengatasi hal ini, maka perlu
diterapakan tegangan koreksi pada Op Amp. Hal ini dilakukan agar pada saat
tegangan masukan Vid = 0, tegangan keluaran VO juga = 0. Apabila hal ini tercapai,
2.1.3 Hambatan masukan
Hambatan masukan (input resistance) Ri dari Op Amp adalah besar hambatan
di antara kedua masukan Op Amp. Secara ideal hambatan masukan Op Amp adalah
tak berhingga. Tetapi dalam kondisi praktis, harga hambatan masukan Op Amp adalah
antara 5 k hingga 20 M, tergantung pada tipe Op Amp. Harga ini biasanya diukur
pada kondisi Op Amp tanpa umpan balik. Apabila suatu umpan balik negatif (negative
feedback) diterapkan pada Op Amp, maka hambatan masukan Op Amp akan
meningkat.
Dalam suatu penguat, hambatan masukan yang besar adalah suatu hal yang
diharapkan. Semakin besar hambatan masukan suatu penguat, semakin baik penguat
tersebut dalam menguatkan sinyal yang amplitudonya sangat kecil. Dengan hambatan
2.1.4 Hambatan keluaran
Hambatan Keluaran (output resistance) RO dari Op Amp adalah besarnya
hambatan dalam yang timbul pada saat Op Amp bekerja sebagai pembangkit sinyal.
Secara ideal harga hambatan keluaran RO Op Amp adalah = 0. Apabula hal ini
tercapai, maka seluruh tegangan keluaran Op Amp akan timbul pada beban keluaran
(RL), sehingga dalam suatu penguat, hambatan keluaran yang kecil sangat diharapkan.
Dalam kondisi praktis harga hambatan keluaran Op Amp adalah antara
beberapa ohm hingga ratusan ohm pada kondisi tanpa umpan balik. Dengan
diterapkannya umpan balik, maka harga hambatan keluaran akan menurun hingga
mendekati kondisi ideal.
2.1.5 Lebar Pita
Lebar pita (band width) BW dari Op Amp adalah lebar frekuensi tertentu
dimana tegangan keluaran tidak jatuh lebih dari 0,707 dari harga tegangan maksimum
pada saat amplitudo tegangan masukan konstan. Secara ideal, Op Amp memiliki lebar
pita yang tak terhingga. Tetapi dalam penerapannya, hal ini jauh dari kenyataan.
Sebagian besar Op Amp serba guan memiliki lebar pita hingga 1 MHz dan
biasanya diterapkan pada sinyal dengan frekuensi beberapa kiloHertz. Tetapi ada juga
Op Amp yang khusus dirancang untuk bekerja pada frekuensi beberapa MegaHertz.
Op Amp jenis ini juga harus didukung komponen eksternal yang dapat
2.2 Fotodioda
Fotodioda merupakan suatu piranti semikonduktor dengan struktur p-n atau
p-i-n up-i-ntuk mep-i-ndeteksi cahaya.Fotodioda biasap-i-nya digup-i-nakap-i-n up-i-ntuk mep-i-ndeteksi cahaya.
Fotodioda adalah piranti semikonduktor yang mengandung sambungan p-n, dan
biasanya terdapat lapisan intrinsik antara lapisan n dan p. Piranti yang memiliki
lapisan intrinsik disebut p-i-n atau PIN fotodioda. Cahaya diserap di daerah
penggambungan atau daerah intrinsik menimbulkan pasangan elektron-hole,
kebanyakan pasangan tersebut menghasilkan arus yang berasal dari cahaya.
Fotodioda dapat dioperasikan dalam 2 mode yang berbeda:
1. Mode fotovoltaik: seperti solar sel, penyerapan pada fotodioda menghasilkan
tegangan yang dapat diukur. Bagaimanapun, tegangan yang dihasilkan dari
tenaga cahaya ini sedikit tidak linier, dan range perubahannya sangat kecil.
2. mode fotokonduktivitas : disini, fotodioda diaplikasikan sebagai tegangan
revers (tegangan balik) dari sebuah dioda (yaitu tegangan pada arah tersebut
pada dioda tidak akan menhantarkan tanpa terkena cahaya) dan pengukuran
menghasilkan arus foto. ( hal ini juga bagus untuk mengaplikasikan tegangan
mendekati nol). Ketergantungan arus foto pada kekuatan cahaya dapat sangat
linier .
Karakteristik bahan fotodioda:
1. silikon (Si) : arus lemah saat gelap, kecepatan tinggi, sensitivitas yang bagus
antara 400 nm sampai 1000 nm ( terbaik antara 800 sampai 900 nm).
2. Germanium (Ge): arus tinggi saat gelap, kecepatan lambat, sensitivitas baik
3. Indium Gallium Arsenida (InGaAs): mahal, arus kecil saat gelap, kecepatan
tinggi sensitivitas baik pada jarak 800 sampai 1700nm (terbaik antara 1300
sampai 1600nm).
Gambar fotodioda ditunjukkan sebagai berikut:
Gambar 2.2 Fotodioda
2.3 Resistor
Resistor komponen pasif elektronika yang berfungsi untuk membatasi arus
listrik yang mengalir. Berdasarkan kelasnya resistor dibagi menjadi 2 yaitu : Fixed
Resistor dan Variable R esistor Dan umumnya terbuat dari carbon film atau metal
film, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk dibuat dari material yang lain.
Pada dasarnya semua bahan memiliki sifat resistif namun beberapa bahan
tembaga perak emas dan bahan metal umumnya memiliki resistansi yang sangat kecil.
Bahan–bahan tersebut menghantar arus listrik dengan baik, sehingga dinamakan
konduktor. Kebalikan dari bahan yang konduktif, bahan material seperti karet, gelas,
karbon memiliki resistansi yang lebih besar menahan aliran elektron dan disebut
2.3.1 Fixed Resistor
Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk membatasi
jumlah arus yang mengalir dalam satu rangkaian. Sesuai dengan namanya resistor
bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon. Tipe resistor yang umum
berbentuk tabung porselen kecil dengan dua kaki tembaga dikiri dan kanan. Pada
badannya terdapat lingkaran membentuk gelang kode warna untuk memudahkan
pemakai mengenali besar resistansi tanpa mengukur besarnya dengan ohm meter.
Kode warna tersebut adalah standar menufaktur yang dikeluarkan oleh ELA
(Electronic Industries Association).
Tabel 2.1 Gelang Resistor
pemakai sudah langsung mengetahui berapa toleransi dari resitor tersebut. Kalau anda
telah bisa menentukan mana gelang pertama selanjutnya adalah membaca nilai
resistansinya.
2.3.2 Variabel Resistor
Untuk kelas resistor yang kedua ini terdapat 2 tipe. Untuk tipe pertama
dinamakan variable resistor dan nilainya dapat diubah sesuai keinginan dengan mudah
dan sering digunakan untuk pengaturan volume, bass, balance, dll. Sedangkan yang
kedua adalah semi-fixed resistor. Nilai dari resistor ini biasanya hanya diubah pada
kondisi tertentu saja. Contoh penggunaan dari semi-fixed resistor adalah tegangan
referensi yang digunakan untuk ADC, fine tune circuit, dll. Ada beberapa model
pengaturan nilai Variable resistor, yang sering digunakan adalah dengan cara nya
terbatas sampai 300 derajat putaran. Ada beberapa model variable resistor yang harus
diputar berkali – kali untuk mendapatkan semua nilai resistor. Model ini dinamakan
“Potentiometers” atau “Trimmer Potentiometers”.
Pada gambar di atas untuk bentuk 3 biasanya digunakan untuk volume kontrol.
Bentuk yang ke 2 merupakan semi fixed resistor dan biasanya di pasang pada PCB
(Printed Circuit Board). Sedangkan bentuk 1 dpotentiometers. Ada 3 tipe didalam
perubahan nilai dari resistor variabel, perubahan tersebut dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:
Gambar 2.5 Grafik Perubahan nilai pada potensiometer
Pada saat tipe A diputar searah jarum jam, awalnya perubahan nilai resistansi
lambat tetapi ketika putarannya mencapai setengah atau lebih nilai perubahannya
menjadi sangat cepat. Tipe ini sangat cocok dengan karakteristik telinga manusia.
Karena telinga sangat peka ketika membedakan suara dengan volume yang lemah,
tetapi tidak terlalu sensitif untuk membedakan perubahan suara yang keras. Biasanya
tipe A ini juga disebut sebagai “Audio Taper” potensiometer. Untuk tipe B perubahan
resistansinya adalah linier dan cocok digunakan untuk Aplikasi Balance Control,
resistance value adjustment in circuit, dll. Sedangkan untuk tipe C perubahan
2.4 Kapasitor
Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan muatan listrik.
Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan oleh suatu
bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya udara vakum,
keramik, gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi tegangan listrik, maka
muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu kaki elektroda metalnya dan
pada saat yang sama muatan-muatan negatif terkumpul pada ujung metal yang satu
lagi. Muatan positif tidak dapat mengalir menuju ujung kutup negatif dan sebaliknya
muatan negatif tidak bisa menuju ke ujung kutup positif karena terpisah oleh bahan
elektrik yang non-konduktif. Muatan elektrik ini “tersimpan” selama tidak ada
konduktif pada ujung- ujung kakinya. Di alam bebas phenomena kapasitor terjadi
pada saat terkumpulnya muatan-muatan positif dan negatif diawan.
dielektrik
Elektroda Elektroda
Gambar 2.6 Skema kapasitor.
Kapasitor merupakan komponen pasif elektronika yang sering dipakai didalam
merancang suatu sistem yang berfungsi untuk mengeblok arus DC, Filter, dan
penyimpan energi listrik. Didalamnya 2 buah pelat elektroda yang saling berhadapan
dan dipisahkan oleh sebuah insulator. Sedangkan bahan yang digunakan sebagai
insulator dinamakan dielektrik. Ketika kapasitor diberikan tegangan DC maka energi
mengalir. Aliran arus tersebut akan berhenti bila kapasitor telah penuh. Yang
membedakan tiap - tiap kapasitor adalah dielektriknya. Berikut ini adalah jenis– jenis
kapasitor yang dipergunakan dalam perancangan ini.
2.4.1 Electrolytic Capacitor (ELCO)
Elektroda dari kapasitor ini terbuat dari alumunium yang menggunakan
membrane oksidasi yang tipis. Karakteristik utama dari Electrolytic Capacitor adalah
perbedaan polaritas pada kedua kakinya. Dari karakteristik tersebut kita harus berhati–
hati di dalam pemasangannya pada rangkaian, jangan sampai terbalik. Bila
polaritasnya terbalik maka akan menjadi rusak bahkan “MELEDAK”. Biasanya jenis
kapasitor ini digunakan pada rangkaian power supply. Kapasitor ini tidak bisa
digunakan pada rangkaian frekuensi tinggi. Biasanya tegangan kerja dari kapasitor
dihitung dengan cara mengalikan tegangan catu daya dengan 2.
Misalnya kapasitor akan diberikan catu dayadengan tegangan 5 Volt, berarti
kapasitor yang dipilih harus memiliki tegangan kerja minimum 2 x 5 = 10 Volt.
2.4.2 Ceramic Capacitor
Kapasitor menggunakan bahan titanium acid barium untuk dielektriknya.
Karena tidak dikonstruksi seperti koil maka komponen ini dapat digunakan pada
rangkaian frekuensi tinggi. Biasanya digunakan untuk melewatkan sinyal frekuensi
tinggi menuju ke ground. Kapasitor ini tidak baik digunakan untuk rangkaian analog,
karena dapat mengubah bentuk sinyal. Jenis ini tidak mempunyai polaritas dan hanya
tersedia dengan nilai kapasitor yang sangat kecil dibandingkan dengan kedua
kapasitor diatas.
Gambar 2.8 Ceramic Capacitor
2.4.3 Nilai Kapasitor
Untuk mencari nilai dari kapasitor biasanya dilakukan dengan melihat
angka/kode yang tertera pada badan kapasitor tersebut. Untuk kapasitor jenis elektrolit
memang mudah, karena nilai kapasitansinya telah tertera dengan jelas pada tubuhnya.
Sedangkan untuk kapasitor keramik dan beberapa jenis yang lain nilainya dikodekan.
Biasanya kode tersebut terdiri dari 4 digit, dimana 3 digit pertama merupakan angka
dan digit terakhir berupa huruf yang menyatakan toleransinya. Untuk 3 digit pertama
angka yang terakhir berfungsi untuk menentukan 10n, nilai n dapat dilihat pada tabel
Tabel 2.2 Nilai Kapasitor
Misalnya suatu kapasitor pada badannya tertulis kode 474J, berarti nilai
kapasitansinya adalah 47 + 104 = 470.000 pF = 0.47µF sedangkan toleransinya 5%.
Yang harus diingat didalam mencari nilai kapasitor adalah satuannya dalam pF (Pico
Farad).
2.5 Transistor
Transistor adalah komponen elektronika yang mempunyai tiga buah terminal.
Terminal itu disebut emitor, basis, dan kolektor. Transistor seakan-akan dibentuk dari
penggabungan dua buah dioda. Dioda satu dengan yang lain saling digabungkan
dengan cara menyambungkan salah satu sisi dioda yang senama. Dengan cara
penggabungan seperti dapat diperoleh dua buah dioda sehingga menghasilkan
transistor NPN.
Bahan mentah yang digunakan untuk menghasilkan bahan N dan bahan P adalah
silikon dan germanium. Oleh karena itu, dikatakan :
1. Transistor germanium PNP
2. Transistor silikon NPN
4. Transistor germanium NPN
Semua komponen di dalam rangkaian transistor dengan simbol. Anak panah
yang terdapat di dalam simbol menunjukkan arah yang melalui transistor.
Gambar 2.9 Simbol tipe transistor
Keterangan :
C = kolektor
E = emiter
B = basis
Didalam pemakaiannya transistor dipakai sebagai komponen saklar
(switching) dengan memanfaatkan daerah penjenuhan (saturasi) dan daerah
penyumbatan (cut off) yang ada pada karakteristik transistor.
Pada daerah penjenuhan nilai resistansi persambungan kolektor emiter secara
ideal sama dengan nol atau kolektor dan emiter terhubung langsung (short). Keadaan
ini menyebabkan tegangan kolektor emiter (VCE) = 0 Volt pada keadaan ideal, tetapi
pada kenyataannya VCE bernilai 0 sampai 0,3 Volt. Dengan menganalogikan transistor
Gambar 2.10 Transistor sebagai Saklar ON
Saturasi pada transistor terjadi apabila arus pada kolektor menjadi maksimum
dan untuk mencari besar arus basis agar transistor saturi adalah :
Rc
Hubungan antara tegangan basis (VB) dan arus basis (IB) adalah :
B
saturasi, dengan Ic mencapai maksimum.
Gambar dibawah ini menunjukkan apa yang dimaksud dengan VCE (sat) adalah
harga VCE pada beberapa titik dibawah knee dengan posisi tepatnya ditentukan pada
lembar data. Biasanya VCE (sat) hanya beberapa perpuluhan volt, walaupun pada arus
kolektor sangat besar bisa melebihi 1 volt. Bagian dibawah knee pada gambar
dibawah ini dikenal sebagai daerah saturasi.
Gambar 2.11 Karakteristik daerah saturasi pada transistor
Pada daerah penyumbatan,nilai resistansi persambungan kolektor emiter secara
ideal sama dengan tak terhitung atau terminal kolektor dan emiter terbuka (open).
Keadaan ini menyebabkan tegangan (VCB) sama dengan tegangan sumber (Vcc).
Tetapi pada kenyataannya Vcc pada saat ini kurang dari Vcc karena terdapat arus
bocor dari kolektor ke emiter. Dengan menganalogikan transistor sebagai saklar,
transistor tersebut dalam keadaan off seperti gambar dibawah ini.
Gambar 2.12 Transistor Sebagai Saklar OFF
Keadaan penyumbatan terjadi apabila besar tegangan habis (VB) sama dengan
Hal ini menyebabkan VCE sama dengan Vcc dapat dibuktikan dengan rumus :
2.6 Relay
Relay adalah suatu rangkaian switch magnetik yang bekerja bila mendapat
catu dan suatu rangkaian trigger. Relay memiliki tegangan dan arus nominal yang
harus dipenuhi output rangkaian pendriver atau pengemudinya. Arus yang digunakan
pada rangkaian adalah arus DC.
Konstruksi dalam suatu relay terdiri dari lilitan kawat (coil) yang dililitkan pada
inti besi lunak. Jika lilitan kawat mendapatkan aliran arus, inti besi lunak kontak
menghasilkan medan magnet dan menarik switch kontak. Switch kontak mengalami
gaya listrik magnet sehingga berpidah posisi ke kutub lain atau terlepas dari kutub
asalnya. Keadaan ini akan bertahan selama arus mengalir pada kumparan relay. Dan
relay akan kembali keposisi semula yaitu normaly ON atau Normaly OFF, bila tidak
ada lagi arus yang mengalir padanya, posisi normal relay tergantung pada jenis relay
yang digunakan. Dan pemakaian jenis relay tergantung pada kadaan yang diinginkan
dalam suatu rangkaian.
Menurut kerjanya relay dapat dibedakan menjadi :
a. Normaly Open (NO), saklar akan tertutup bila dialiri arus
b. Normaly Close (OFF), saklar akan tertutup bila dialiri arus
c. Change Over (CO), relay ini mempunyai saklar tunggal yang nomalnya tertutup
yang lama, bila kumparan 1 dialiri arus maka saklar akan terhubung ke terminal A,
sebaliknya bula kumparan 2 dialiri arus maka saklar akan terhubung ke terminal
B.
Analogi rangkaian relay yang digunakan pada tugas akhir ini adalah saat basis
transistor ini dialiri arus, maka transistor dalam keadaan tertutup yang dapat
Sedangkan fungsi dioda disini adalah untuk melindungi transistor dari tegangan
induksi berlebih, dimana tegangan ini dapat merusak transistor.
Jika transistor pada basis tidak ada arus maju, transistor terbuka sehingga arus
tidak mengalir dari kolektor ke emiter, relay tidak bekerja karena tidak ada arus yang
mengalir pada gulungaBentuk relay yang digunakan dan bentuk relay dengan
rangkaian driver dapat dilihat pada gambar:
Gambar 2.13 Simbol Relay dan Rangkaian Driver
2.7 Penguatan Sinyal
Sebuah komparator nemiliki kinerja pensaklaran yang mirip dengan rangkaian
saklar transistor. Dalam semua aplikasi semacam ini, transistor yang bersangkutan
digunakan dengan cara “semua atau tidak semua-sama-sekali”. Transistor hanya akan
berada dalam keadaan tidak-aktif (off 0 atau saturasi (jenuh), dan tidak dalam keadaan
lainnya. Semua rangkaian semacam ini memiliki fungsi sebagai rangkaian penguat,
karena suatu perubahan kecil pada input akan menghasilkan perubahan yang relatif
besar pada output.
Vcc
Tr VB
Dioda
Rangkaian-rangkaian penguat seperti di atas tidak dapat digunakan dalam
aplikasi-aplikasi di mana kita hendak menguatkan sebuah sinyal audio. Bentuk
gelombang audio terlalu kompleks. Ketika kita menguatkan sinyal-sinyal audio, kita
harus mempertahankan bentuknya semirip mungkin dengan aslinya. Dengan
demikian, salah satu sasaran dari rangkaian penguat audio adalah menghasilkan sinyal
tegangan output yang merupakan salinan persis dan sinyal tegangan inputnya, kecuali
bahwa amplitudo output jauh lebih besar dari amplitudo input. Kita mengubah sinyal
V
In menjadi sinyal Vout.
Terdapat sinyal-sinyal lain yang juga membutuhkan teknik pemrosesan
semacam ini. Ketika seorang dokter melakukan pencatatan electroencephalogram
(EEP), sinyal-sinyal listrik yang ditangkap dari otot-otot jantung sang pasien
dikuatkan sebelum kemudian diumpankan ke alat pencatat. Seorang seismolog harus
mampu menguatkan secara akurat sinyal-sinyal yang ditangkap dari kulit bumi, untuk
dapat menganalisis getaran yang ditimbulkan oleh sebuah gempa. Pada tataran
frekuensi tinggi, kita harus dapat menguatkan sinyal-sinyal berfrekuensi ultra-tinggi
yang digunakan di dalam system pemancar gelombang mikro.
Gain tegangan sebuah rangkaian penguat dirumuskan sebagai :
GV = Vout /V In
Dimana GV = VOut danV
Inadalah nilai-nilai tegangan output dan tegangan input pada
satu titik waktu tertentu. Sebuah rangkaian penguatt juga dapat memiliki gain arus,
yang didefenisikan dengan cara yang sama. Menggabungkan kedua gain ini, dan
merujuk ke persamaan P = IV, kita dapat mengetahui bahwa sebuah rangkaian
penguat akan meningkatkan daya dari sebuah sinyal. Gain tegangan tidak bersifat
tetap. Besaran ini bergantung pada frekuensi sinyal yang bersangkutan. Hal ini
2.8 Ligt Emitting Diode
Light emitting diode (dioda pemancar cahaya), yang lebih dikenal dengan
kependekannya yaitu Led, menghasilkan cahaya ketika arus mengalir melewatinya.
Pada awalnya Led-led hanya dibuat dengan warna merah, namun sekarang
warna-warna jingga, kuning, hijau, biru dan putih juga tersedia di pasaran. Terdapat pula
Led-led inframerah, yang menghasilkan cahaya inframerah, alih-alih cahaya tampak.
Sebuah Led yang tipikal memiliki kemasan berbentuk kubah yang terbuat dari bahan
plastik, dengan pinggiran yang menonjol (rim) pada bagian bawah kubah, terdapat dua
kubah kaki terminal dibagian bawah kubah. Biasanya, meskipun tidak selalu
demikian, kaki katoda lebih pendek dari kaki anoda. Cara lain untuk membedakan
kaki katoda dengan kaki anoda adalah dengan memperhatikan bagian rim (apabila Led
yang bersangkutan memang memilikinya). Rim dibuat berbentuk datar pada sisi yang
berdekatan dengan kaki katoda.
Sebuah Led membutuhkan arus sekitar 20 mA untuk memancarkan cahaya
dengan kecerahan maksimum, meskipun arus sekecil 5 mA pun masih dapat
menghasilkan cahaya yang jelas tampak. Jatuh tegangan maju. Sebuah Led rata-rata
adalah 1,5 V, sehingga pasokan tegangan 2 V dapat menyalakan sebagian besar Led
dengan kecerahan maksimum. Dengan level-level tegangan yang lebih tinggi, Led
dapat terbakar apabila tegangan maju yang diberikan melebihi 2 V. Kita harus penting
untuk menyambungkan resistor pembatas arus secara seri kesebuah Led.
Led digunakan sebagai lampu-lampu indicator, misalnya, untuk
mengindikasikan bahwa daya listrik ke sebuah perangkat berada dalam keadaan
tersambung. Led juga digunakan untuk tampilan-tampilan informative dan dekoratif.
Led dibuat dalam beragam bentuk, beberapa di antaranya bulat, persegi, dan segitiga.
Bentuk susunan yang paling umum adalah tampilan tujuh segmen, yang digunakan
untuk menampilkan angka-angka dan huruf-huruf secara digital.Satu atau beberapa
baris susunan semacam ini dapat digunakan untuk menampilkan sebuah pesan
lengkap. Led dibuat dengan beberapa ukuran tertentu. Led terkecil memiliki ukuran
diameter sekitar 1 mm, digunakan sebagai lampu-lampu indicator pada panel-panel
dengan ruang yang relatif sempit. Sebaiknya Led-led terbesar (jumbo) memiliki
ukuran diameter 10 mm dan digunakan dalam aplikasi-aplikasi yang membutuhkan
lampu-lampu peringatan yang harus mudah terlihat.
Led sangat ideal untuk digunakan sebagai lampu indicator karena hanya
membutuhkan arus listrik yang relatif sangat kecil dibandingkan dengan lampu-lampu
filamen. Hal ini menjadikan Led sangat cocok untuk digunakan pada
perangkat-perangkat yang digerakkan oleh baterai, dimana penggunaan lampu filamen akan
segera menghabiskan daya yang tersedia. Juga terdapat fakta bahwa lampu-lampu
filamen memiliki usia pemakaian yang terbatas. Cepat atau lambat, kawat filamen di
dalam lampu akan terbakar. Di sisi lain, Led dapat bertahan untuk tetap digunakan
BAB 3
PERANCANGAN ALAT
3.1 Diagram Blok Rangkaian
Secara garis besar, perancangan alat pengering tangan terdiri dari: power
supply, sensor kedekatan, penguat sinyal, Relay dan hand dryer . Diagram blok dari
pembuatan alat pengering tangan otomatis ditunjukkan pada gambar berikut :
Gambar 3.1 Diagram Blok Rangkaian
Sensor kedekatan berfungsi untuk mengetahui ketika ada benda, dalam hal ini
tangan yang mendekat ke alat.
Hand dryer berfungsi untuk menghembuskan udara hangat untuk
mengeringkan tangan.
Relay berfungsi untuk memutuskan/menghubungkan tegangan ke pengering
tangan.
Penguat sinyal berfungsi untuk untuk menguatkan tegangan agar tegangan
Vreg
Sensor terdiri dari fotodioda dan inframerah,hambatan fotodioda akan berubah
jika mendapat sinyal dari inframerah,hasil keluaran dari sensor dikuatkan beberapa
kali oleh penguat sinyal untuk mendapatkan tegangan yang cukup (cocok) supaya
dapat mengaktifkan relay.Dengan aktifnya relay,maka arus akan mengalir ke Hand
dryer dan menghidupkan hand dryer. Alat ini akan berhenti bekerja apabila inframerah
tidak terhalang oleh sesuatu benda atau tangan.
3.3 Perancangan Power Supplay (PSA)
Rangkaian ini berfungsi untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian yang
ada. Rangkaian PSA yang dibuat terdiri dari dua keluaran, yaitu 5 volt dan 12 volt,
keluaran 5 volt digunakan untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian,
sedangkan keluaran 12 volt digunakan untuk mensuplay tegangan ke relay. Rangkaian
power supplay ditunjukkan pada gambar 3.2 berikut ini :
Gambar 3.2 Rangkaian Power Supplay (PSA)
Trafo CT merupakan trafo stepdown yang berfungsi untuk menurunkan
tegangan dari 220 volt AC menjadi 12 volt AC. Kemudian 12 volt AC akan
diratakan oleh kapasitor 2200 µF. Regulator tegangan 5 volt (LM7805CT) digunakan
agar keluaran yang dihasilkan tetap 5 volt walaupun terjadi perubahan pada tegangan
masukannya. LED hanya sebagai indikator apabila PSA dinyalakan. Transistor PNP
TIP 32 disini berfungsi untuk mensupplay arus apabila terjadi kekurangan arus pada
rangkaian, sehingga regulatortegangan (LM7805CT) tidak akan panas ketika
rangkaian butuh arus yang cukup besar. Tegangan 12 volt DC langsung diambil dari
keluaran 2 buah dioda penyearah.
3.4 Perancangan Rangkaian Sensor Kedekatan
Ada dua jenis kedekatan(dinding) yang sering digunakan, yaitu sensor dinding
jarak dekat dan sensor dinding jarak jauh. Sensor dinding jarak dekat menggunakan 3
buah atau 4 buah pemancar infra merah dan sebuah fotodioda yang diletakkan di
tengah sebagai penerimanya. Sedangkan sensor dinding jarak jauh menggunakan 6
buah pemancar infra merah dan 3 buah fotodioda yang disusun secara paralel dan
diletakkan di tengah sebagai penerimanya. Sensor ini memanfaatkan pantulan dari
pemancar infra merah yang diterima oleh fotodioda. Digunakan 3 buah pemancar infra
merah pada masing-masing sensor bertujuan agar jarak pantulan semakin jauh,
sehingga posisi sensor tidak terlalu dekat dengan dinding. Rangkaian pemancar
dengan 3 buah infra merah ditunjukkan pada gambar berikut ini:
Pada rangkaian di atas digunakan 3 buah LED infra merah yang diparalelkan,
dengan demikian maka intensitas yang dipancarkan oleh infra merah semakin kuat,
karena merupakan gabungan dari 3 buah LED infra merah. Resistor yang digunakan
adalah 22ohm sehingga arus yang mengalir pada masing-masing LED infra merah
adalah sebesar:
i = Vcc – Vjatuh tegangan/R =5 – 1,7/22=0,15 A = 150 mA
Dengan besarnya arus yang mengalir ke LED infra merah, maka intensitas pancaran
infra merah akan semakin kuat, yang menyebabkan jarak pantulannya akan semakin
jauh.
Pantulan dari sinar infra merah akan diterima oleh fotodioda, kemudian akan
diolah oleh rangkaian penerima agar menghasilkan sinyal tertentu, dimana jika
fotodioda menerima pantulan sinar infra merah maka output dari rangkaian penerima
ini akan mengeluarkan logika low, namun jika fotodioda tidak menerima pantulan
sinar infra merah, maka output dari rangkaian penerima akan mengeluarkan logika
high. Rangkaian penerima infra merah seperti gambar di bawah ini:
Gambar 3.4 Rangkaian penerima inframerah
Fotodioda dioperasikan pada bias balik, dimana fotodioda ini akan memiliki
hambatannya akan berubah menjadi sekitar 80 s/d 300 Kohm jika terkena sinar infra
merah tergantung dari besarnya intensitas yang mengenainya. Semakin besar
intensitasnya, maka hambatannya semakin kecil.Pada rangkaian di atas, output dari
fotodioda diumpankan ke basis transistor tipe NPN C945, ini berari untuk membuat
transistor tersebut saturasi maka tegangan yang keluar dari fotodioda harus lebih besar
dari 0,7 volt. Syarat ini akan terpenuhi jika fotodioda mendapatkan sinar infra merah.
Analisanya sebagai berikut:
Jika tidak ada sinar infra merah yang mengenai fotodioda, maka hambatan pada
fotodioda 15 Mohm, sehingga:
2 330.000
Vout akan diumpankan ke basis dari transistor C945, karena tegangannya hanya 0,107
Volt maka transistor tidak saturasi.
Jika ada sinar infra merah yang mengenai fotodioda, maka hambatan pada fotodioda
300 Kohm, sehingga:
2 330.000
Vout akan diumpankan ke basis transistor C945, karena tegangannya lebih besar dari
0,7 volt yaitu 2,619 Volt maka transistor akan saturasi.
Emiter transistor C945 diinputkan ke Op Amp LM 358 untuk diperkuat. Pada Op
Amp ini tegangan input akan diperkuat sampai maksimal 100 kali penguatan, dimana:
3.4 Perancangan Rangkaian Relay.
Rangkaian relay ini berfungsi untuk menghubungkan/ memutuskan hubungan
antara hand dryer ke sumber tegangan. Rangkaian relay ini ditunjukkan pada gambar
berikut ini:
Gambar 3.5 Rangkaian relay
Komponen utama dari rangkaian ini adalah relay. Relay ini memutuskan atau
menghubungkan tegangan tinggi ke elemen pemanas(hand dryer) yang dihubungkan
dengan sumber tegangan 220 volt PLN.
Relay merupakan salah satu komponen elektronik yang terdiri dari lempengan
logam sebagai saklar dan kumparan yang berfungsi untuk menghasilkan medan
magnet. Pada rangkaian ini digunakan relay 12 volt, ini berarti jika positip relay (kaki
1) dihubungkan ke sumber tegangan 12 volt dan negatip relay (kaki 2) dihubungkan
ke ground, maka kumparan akan menghasilkan medan magnet, dimana medan magnet
ini akan menarik logam yang mengakibatkan saklar terhubung.
Pada rangkaian ini untuk mengaktipkan atau menon-aktipkan relay digunakan
transistor tipe NPN. Dari gambar dapat dilihat bahwa negatip relay dihubungkan ke
kolektor dari transistor NPN (2SC945), ini berarti jika transistor dalam keadaan aktip
ground yang menyebabkan tegangan di kolektor menjadi 0 volt, keadaan ini akan
mengakibatkan relay aktip. Sebaliknya jika transistor tidak aktip, maka kolektor tidak
terhubung ke emitor, sehingga tegangan pada kolektor menjadi 12 volt, keadaan ini
menyebabkan tidak aktip.
Kumparan pada relay akan menghasilkan tegangan singkat yang besar ketika
relay dinon-aktipkan dan ini dapat merusak transistor yang ada pada rangkaian ini.
Untuk mencegah kerusakan pada transistor tersebut sebuah dioda harus dihubungkan
ke relay tersebut. Dioda dihubungkan secara terbalik sehingga secara normal dioda ini
tidak menghantarkan. Penghantaran hanya terjadi ketika relay dinonaktipkan, pada
saat ini arus akan terus mengalir melalui kumparan dan arus ini akan dialirkan ke
dioda. Tanpa adanya dioda arus sesaat yang besar itu akan mengalir ke transistor,
yang mengakibatkan kerusakan pada transistor. Input dari rangkaian ini dihubungkan
ke penguat sinyal, sehingga hubungan antara hand dryer dengan sumber tegangan
BAB 4
PENGUJIAN ALAT
4.1 Pengujian Rangkaian Power Supplay (PSA)
Pengujian pada bagian rangkaian power supplay ini dapat dilakukan dengan
mengukur tegangan keluaran dari rangkaian ini dengan menggunakan volt meter
digital. Pada power supplay ini terdapat dua keluaran. Dari hasil pengujian diperoleh
tegangan keluaran pertama sebesar + 4,85 volt. Tegangan ini dipergunakan untuk
mensupplay tegangan ke penguat sinyal. Penguat sinyal dapat bekerja pada tegangan
4,0 sampai dengan 5,5 volt, sehingga tegangan 4,85 volt ini cukup untuk mensupplay
tegangan ke penguat sinyal. Sedangkan tegangan keluaran kedua sebesar 12,3 volt.
Tegangan ini digunakan untuk mensupplay tegangan ke relay, dimana relay dapat
aktip pada tegangan 11 sampai 15 volt, sehingga tegangan ini sudah memenuhi syarat
untuk mengaktipkan relay.
4.2 Pengujian Rangkaian Sensor kedekatan
Pengujian pada rangkaian sensor kedekatan ini dapat dilakukan dengan cara
menghubungkan rangkaian ini dengan sumber tegangan 5 volt, kemudian meletakkan
potodioda dan infra merah secara bersebelahan. Ketika ada benda yang mendekat,
maka, maka pantulan sinar infra merah akan mengenai potodioda, sehingga
menyebabkan Led indikator pada rangkaian penerima akan menyala, dan tegangan
output rangkaian sebesar 0,2 volt. Namun ketika tidak ada benda/objek yang
Led indikator pada rangkaian penerima tidak menyala dan tegangan output dari
rangkaian ini sebesar 4,8 volt.
4.3 Pengujian Rangkaian Relay
Pengujian rangkaian relay dapat dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt
dan 0 volt pada basis transistor C945. Transistor C945 merupakan transistor jenis
NPN, transistor jenis ini akan aktip jika pada basis diberi tegangan > 0,7 volt dan tidak
aktip jika pada basis diberi tegangan < 0,7 volt. Aktipnya transistor akan
mengaktipkan relay. Pada alat ini relay digunakan untuk memutuskan hubungan
tegangan dengan hand drayer, dimana hubungan yang digunakan adalah normally
open (NO), dengan demikian jika relay tidak aktip maka hubungan tegangan ke hand
drayer akan terputus, sebaliknya jika relay aktip, maka tegangan dengan hand drayer
akan terhubung.
Pengujian dilakukan dengan memberikan tegangan 12 volt pada basis
transistor, jika relay aktip maka tegangan terhubung ke hand drayer maka rangkaian
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pelaksanaan perancangan alat hingga pengujian dan pembahasan
sistem maka penulis dapat menarik kesimpulan, antara lain:
a. Sensor kedekatan yang digunakan dalam perancangan alat ini peka terhadap
sinar matahari, hal itu disebabkan karena potodioda sensitif terhadap sinar
matahari.
b. Penambahan Led infra merah dan potodioda pada sensor kedekatan akan
menambah jarak pantul dari sensor.
5.2 Saran
Setelah melakukan perancangan alat ini diperoleh beberapa hal yang dapat
dijadikan saran untuk dapat melakukan perancangan lebih lanjut, yaitu:
a. Agar sistem atau rangkaian yang digunakan tidak terganggu, sebaiknya alat ini
dikemas dalam bentuk yang lebih aman dan terlindungi, sehingga penggunaannya
lebih efektif.
b. Untuk di masa yang akan datang, agar alat ini dapat lebih ditingkatkan dan
dikembangkan, seperti dilengkapinya dengan penggunaan Mikrokontroller.
c. Alangkah baiknya jika alat ini dimanfaatkan dan disosialisasikan kegunaannya
dikalangan mahasiswa, guna mengembangkan inovasi dan teknologi di kalangan
DAFTAR PUSTAKA
Andi. 2003. Panduan Praktis Teknik Antarmuka dan Pemrograman Mikrokontroler
AT89C51. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Malvino,Albert paul. 2003. Prinsip-prinsip Elektronika. Jilid 1 & 2. Edisi Pertama.
Jakarta: Salemba Teknika.
Owen,Bishop. 2002. Dasar-dasar Elektronika. Jakarta: Erlangga.
Robert,Caughlin. Penguat Operasional Dan Rangkaian Terpadu Linear. Edisi Kedua.
Jakarta: Erlangga.
Robert,Shrader. 1991. Komunikasi Elektronika. Jilid 1. Edisi Kelima. Jakarta:
Erlangga.
http://www.google.com
Features
• Output Current up to 1A • Output Voltages of 5, 6, 8, 9, 10, 12, 15, 18, 24V • Thermal Overload Protection • Short Circuit Protection
• Output Transistor Safe Operating Area Protection
Description
The MC78XX/LM78XX/MC78XXA series of three terminal positive regulators are available in the TO-220/D-PAK package and with several fixed output voltages, making them useful in a wide range of
applications. Each type employs internal current limiting, thermal shut down and safe operating area protection, making it essentially indestructible. If adequate heat sinking is provided, they can deliver over 1A output current. Although designed primarily as fixed voltage regulators, these devices can be used with external components to obtain adjustable voltages and currents.
Absolute Maximum Ratings
Electrical Characteristics (MC7805/LM7805)
(Refer to test circuit ,0°C < TJ < 125°C, IO = 500mA, VI = 10V, CI= 0.33µF, CO= 0.1µF, unless otherwise specified)
Note:
1. Load and line regulation are specified at constant junction temperature. Changes in Vo due to heating effects must be taken
into account separately. Pulse testing with low duty is used.
Parameter Symbol Value Unit
Input Voltage (for VO = 5V to 18V) (for VO = 24V)
Thermal Resistance Junction-Cases (TO-220) RθJC 5 oC/W
Thermal Resistance Junction-Air (TO-220) RθJA 65 oC/W
Operating Temperature Range TOPR 0 ~ +125 oC
Storage Temperature Range TSTG -65 ~ +150 oC
Parameter Symbol Conditions MC7805/LM7805 Unit
Min. Typ. Max.
Load Regulation (Note1) Regload TJ=+25 oC
IO = 5.0mA to1.5A - 9 100
Ripple Rejection RR f = 120Hz
VO = 8V to 18V 62 73 - dB
Dropout Voltage VDrop IO = 1A, TJ =+25 oC - 2 - V
Output Resistance rO f = 1KHz - 15 - mΩ
Short Circuit Current ISC VI = 35V, TA =+25 oC - 230 - mA
Electrical Characteristics (MC7806)
(Refer to test circuit ,0°C < TJ < 125°C, IO = 500mA, VI =11V, CI= 0.33µF, CO= 0.1µF, unless otherwise specified)
Note:
1. Load and line regulation are specified at constant junction temperature. Changes in VO due to heating effects must be taken
into account separately. Pulse testing with low duty is used.
Parameter Symbol Conditions MC7806 Unit
Min. Typ. Max.
Ripple Rejection RR f = 120Hz
VI = 9V to 19V 59 75 - dB
Dropout Voltage VDrop IO = 1A, TJ =+25 oC - 2 - V
Output Resistance rO f = 1KHz - 19 - mΩ
Short Circuit Current ISC VI= 35V, TA=+25 oC - 250 - mA
Electrical Characteristics (MC7808)
(Refer to test circuit ,0°C < TJ < 125°C, IO = 500mA, VI =14V, CI= 0.33µF, CO= 0.1µF, unless otherwise specified)
Note:
1. Load and line regulation are specified at constant junction temperature. Changes in VO due to heating effects must be taken
into account separately. Pulse testing with low duty is used.
Parameter Symbol Conditions MC7808 Unit
Electrical Characteristics (MC7809)
(Refer to test circuit ,0°C < TJ < 125°C, IO = 500mA, VI =15V, CI= 0.33µF, CO= 0.1µF, unless otherwise specified)
Note:
1. Load and line regulation are specified at constant junction temperature. Changes in VO due to heating effects must be taken
into account separately. Pulse testing with low duty is used.
Parameter Symbol Conditions MC7809 Unit
Min. Typ. Max.
Output Voltage VO
TJ =+25°C 8.65 9 9.35
5.0mA≤ IO ≤1.0A, PO ≤15W
VI= 11.5V to 24V 8.6 9 9.4 V
Line Regulation (Note1) Regline TJ=+25°C VI = 11.5V to 25V - 6 180 mV
VI = 12V to 17V - 2 90
Load Regulation (Note1) Regload TJ=+25°C IO = 5mA to 1.5A - 12 180 mV
Electrical Characteristics (MC7810)
(Refer to test circuit ,0°C< TJ < 125°C, IO = 500mA, VI =16V, CI= 0.33µF, CO=0.1µF, unless otherwise specified)
Note:
1. Load and line regulation are specified at constant junction temperature. Changes in VO due to heating effects must be taken
into account separately. Pulse testing with low duty is used.
Parameter Symbol Conditions MC7810 Unit
Min. Typ. Max.
Ripple Rejection RR f = 120Hz
VI = 13V to 23V 56 71 - dB
Dropout Voltage VDrop IO = 1A, TJ=+25 °C - 2 - V
Output Resistance rO f = 1KHz - 17 - mΩ
Short Circuit Current ISC VI = 35V, TA=+25°C - 250 - mA
Electrical Characteristics (MC7812)
(Refer to test circuit ,0°C < TJ < 125°C, IO = 500mA, VI =19V, CI= 0.33µF, CO=0.1µF, unless otherwise specified)
Note:
1. Load and line regulation are specified at constant junction temperature. Changes in VO due to heating effects must be taken
into account separately. Pulse testing with low duty is used.
Parameter Symbol Conditions MC7812 Unit
Min. Typ. Max.
Ripple Rejection RR f = 120Hz
VI = 15V to 25V 55 71 - dB
Dropout Voltage VDrop IO = 1A, TJ=+25 oC - 2 - V
Output Resistance rO f = 1KHz - 18 - mΩ
Short Circuit Current ISC VI = 35V, TA=+25 oC - 230 - mA
Electrical Characteristics (MC7815)
(Refer to test circuit ,0°C < TJ < 125°C, IO = 500mA, VI =23V, CI= 0.33µF, CO=0.1µF, unless otherwise specified)
Note:
1. Load and line regulation are specified at constant junction temperature. Changes in VO due to heating effects must be taken
into account separately. Pulse testing with low duty is used.
Parameter Symbol Conditions MC7815 Unit
Min. Typ. Max.
Load Regulation (Note1) Regload TJ =+25 oC
IO = 5mA to 1.5A - 12 300
Ripple Rejection RR f = 120Hz
VI = 18.5V to 28.5V 54 70 - dB
Dropout Voltage VDrop IO = 1A, TJ=+25 oC - 2 - V
Output Resistance rO f = 1KHz - 19 - mΩ
Short Circuit Current ISC VI = 35V, TA=+25 oC - 250 - mA
Electrical Characteristics (MC7818)
(Refer to test circuit ,0°C < TJ < 125°C, IO = 500mA, VI =27V, CI= 0.33µF, CO=0.1µF, unless otherwise specified)
Note:
1. Load and line regulation are specified at constant junction temperature. Changes in VO due to heating effects must be taken
into account separately. Pulse testing with low duty is used.
Parameter Symbol Conditions MC7818 Unit
Min. Typ. Max.
Ripple Rejection RR f = 120Hz
VI = 22V to 32V 53 69 - dB
Dropout Voltage VDrop IO = 1A, TJ=+25 oC - 2 - V
Output Resistance rO f = 1KHz - 22 - mΩ
Short Circuit Current ISC VI = 35V, TA=+25 oC - 250 - mA
Electrical Characteristics (MC7824)
(Refer to test circuit ,0°C < TJ < 125°C, IO = 500mA, VI =33V, CI= 0.33µF, CO=0.1µF, unless otherwise specified)
Note:
1. Load and line regulation are specified at constant junction temperature. Changes in VO due to heating effects must be taken
into account separately. Pulse testing with low duty is used.
Parameter Symbol Conditions MC7824 Unit
Min. Typ. Max.
Ripple Rejection RR f = 120Hz
VI = 28V to 38V 50 67 - dB
Dropout Voltage VDrop IO = 1A, TJ=+25 oC - 2 - V
Output Resistance rO f = 1KHz - 28 - mΩ
Short Circuit Current ISC VI = 35V, TA=+25 oC - 230 - mA
Electrical Characteristics (MC7805A)
(Refer to the test circuits. 0°C < TJ < 125°C, Io =1A, V I = 10V, C I=0.33µF, C O=0.1µF, unless otherwise specified)
Note:
1. Load and line regulation are specified at constant junction temperature. Change in VO due to heating effects must be taken
into account separately. Pulse testing with low duty is used.
Parameter Symbol Conditions Min. Typ. Max. Unit
Output Voltage VO
Output Noise Voltage VN f = 10Hz to 100KHz
TA =+25 oC - 10 - µV/Vo
Ripple Rejection RR f = 120Hz, IO = 500mA
VI = 8V to 18V - 68 - dB
Dropout Voltage VDrop IO = 1A, TJ =+25 oC - 2 - V
Output Resistance rO f = 1KHz - 17 - mΩ
Short Circuit Current ISC VI= 35V, TA =+25 oC - 250 - mA
Electrical Characteristics (MC7806A)
(Refer to the test circuits. 0°C < TJ < 125°C, Io =1A, V I =11V, C I=0.33µF, C O=0.1µF, unless otherwise specified)
Note:
1. Load and line regulation are specified at constant junction temperature. Change in VO due to heating effects must be taken
into account separately. Pulse testing with low duty is used.
Parameter Symbol Conditions Min. Typ. Max. Unit
Output Voltage VO
Quiescent Current Change ∆IQ
IO = 5mA to 1A - - 0.5
mA
VI = 9V to 25V, IO = 500mA - - 0.8
VI= 8.5V to 21V, TJ =+25 oC - - 0.8
Output Voltage Drift ∆V/∆T IO = 5mA - -0.8 - mV/ oC
Output Noise Voltage VN f = 10Hz to 100KHz
TA =+25 oC - 10 - µV/Vo
Ripple Rejection RR f = 120Hz, IO = 500mA
VI = 9V to 19V - 65 - dB
Dropout Voltage VDrop IO = 1A, TJ =+25 oC - 2 - V
Output Resistance rO f = 1KHz - 17 - mΩ
Short Circuit Current ISC VI= 35V, TA =+25 oC - 250 - mA
Electrical Characteristics (MC7808A)
(Refer to the test circuits. 0°C < TJ < 125°C, Io =1A, V I = 14V, C I=0.33µF, C O=0.1µF, unless otherwise specified)
Note:
1. Load and line regulation are specified at constant junction temperature. Change in VO due to heating effects must be taken
into account separately. Pulse testing with low duty is used.
Parameter Symbol Conditions Min. Typ. Max. Unit
Output Voltage VO
Quiescent Current Change ∆IQ
IO = 5mA to 1A - - 0.5
mA
VI = 11V to 25V, IO = 500mA - - 0.8
VI= 10.6V to 23V, TJ =+25 oC - - 0.8
Output Voltage Drift ∆V/∆T IO = 5mA - -0.8 - mV/ oC
Output Noise Voltage VN f = 10Hz to 100KHz
TA =+25 oC - 10 - µV/Vo
Ripple Rejection RR f = 120Hz, IO = 500mA
VI = 11.5V to 21.5V - 62 - dB
Dropout Voltage VDrop IO = 1A, TJ =+25 oC - 2 - V
Output Resistance rO f = 1KHz - 18 - mΩ
Short Circuit Current ISC VI= 35V, TA =+25 oC - 250 - mA
Electrical Characteristics (MC7809A)
(Refer to the test circuits. 0°C < TJ < 125°C, Io =1A, V I = 15V, C I=0.33µF, C O=0.1µF, unless otherwise specified)
Note:
1. Load and line regulation are specified at constant, junction temperature. Change in VO due to heating effects must be taken
into account separately. Pulse testing with low duty is used.
Parameter Symbol Conditions Min. Typ. Max. Unit
Output Voltage VO
Quiescent Current Change ∆IQ
VI = 11.7V to 25V, TJ=+25°C - - 0.8
mA
VI = 12V to 25V, IO = 500mA - - 0.8
IO = 5mA to 1.0A - - 0.5
Output Voltage Drift ∆V/∆T IO = 5mA - -1.0 - mV/°C
Output Noise Voltage VN f = 10Hz to 100KHz
TA =+25°C - 10 - µV/Vo
Ripple Rejection RR f = 120Hz, IO = 500mA
VI = 12V to 22V - 62 - dB
Dropout Voltage VDrop IO = 1A, TJ =+25°C - 2.0 - V
Output Resistance rO f = 1KHz - 17 - mΩ
Short Circuit Current ISC VI= 35V, TA =+25°C - 250 - mA
Electrical Characteristics (MC7810A)
(Refer to the test circuits. 0°C < TJ < 125°C, Io =1A, V I = 16V, C I=0.33µF, C O=0.1µF, unless otherwise specified)
Note:
1. Load and line regulation are specified at constant junction temperature. Change in VO due to heating effects must be taken
into account separately. Pulse testing with low duty is used.
Parameter Symbol Conditions Min. Typ. Max. Unit
Output Voltage VO
Quiescent Current Change ∆IQ
VI = 13V to 26V, TJ=+25°C - - 0.5
mA
VI = 12.8V to 25V, IO = 500mA - - 0.8
IO = 5mA to 1.0A - - 0.5
Output Voltage Drift ∆V/∆T IO = 5mA - -1.0 - mV/°C
Output Noise Voltage VN f = 10Hz to 100KHz
TA =+25°C - 10
-µV/Vo
Ripple Rejection RR f = 120Hz, IO = 500mA
VI = 14V to 24V - 62 - dB
Dropout Voltage VDrop IO = 1A, TJ =+25°C - 2.0 - V
Output Resistance rO f = 1KHz - 17 - mΩ
Short Circuit Current ISC VI= 35V, TA =+25°C - 250 - mA
Electrical Characteristics (MC7812A)
(Refer to the test circuits. 0°C < TJ < 125°C, Io =1A, V I = 19V, C I=0.33µF, C O=0.1µF, unless otherwise specified)
Note:
1. Load and line regulation are specified at constant junction temperature. Change in VO due to heating effects must be taken
into account separately. Pulse testing with low duty is used.
Parameter Symbol Conditions Min. Typ. Max. Unit
Output Voltage VO
Quiescent Current Change ∆IQ
VI = 15V to 30V, TJ=+25°C - 0.8
mA
VI = 14V to 27V, IO = 500mA - 0.8
IO = 5mA to 1.0A - 0.5
Output Voltage Drift ∆V/∆T IO = 5mA - -1.0 - mV/°C
Output Noise Voltage VN f = 10Hz to 100KHz
TA =+25°C - 10 - µV/Vo
Ripple Rejection RR f = 120Hz, IO = 500mA
VI = 14V to 24V - 60 - dB
Dropout Voltage VDrop IO = 1A, TJ =+25°C - 2.0 - V
Output Resistance rO f = 1KHz - 18 - mΩ
Short Circuit Current ISC VI= 35V, TA =+25°C - 250 - mA
Electrical Characteristics (MC7815A)
(Refer to the test circuits. 0°C < TJ < 125°C, Io =1A, V I =23V, C I=0.33µF, C O=0.1µF, unless otherwise specified)
Note:
1. Load and line regulation are specified at constant junction temperature. Change in VO due to heating effects must be taken
into account separately. Pulse testing with low duty is used.
Parameter Symbol Conditions Min. Typ. Max. Unit
Output Voltage VO
Quiescent Current Change ∆IQ
VI = 17.5V to 30V, TJ =+25°C - - 0.8
mA
VI = 17.5V to 30V, IO = 500mA - - 0.8
IO = 5mA to 1.0A - - 0.5
Output Voltage Drift ∆V/∆T IO = 5mA - -1.0 - mV/°C
Output Noise Voltage VN f = 10Hz to 100KHz
TA =+25°C - 10 - µV/Vo
Ripple Rejection RR f = 120Hz, IO = 500mA
VI = 18.5V to 28.5V - 58 - dB
Dropout Voltage VDrop IO = 1A, TJ =+25°C - 2.0 - V
Output Resistance rO f = 1KHz - 19 - mΩ
Short Circuit Current ISC VI= 35V, TA =+25°C - 250 - mA
Electrical Characteristics (MC7818A)
(Refer to the test circuits. 0°C < TJ < 125°C, Io =1A, V I = 27V, C I=0.33µF, C O=0.1µF, unless otherwise specified)
Note:
1. Load and line regulation are specified at constant junction temperature. Change in VO due to heating effects must be taken
into account separately. Pulse testing with low duty is used.
Parameter Symbol Conditions Min. Typ. Max. Unit
Output Voltage VO
Quiescent Current Change ∆IQ
VI = 21V to 33V, TJ=+25°C - - 0.8
mA
VI = 21V to 33V, IO = 500mA - - 0.8
IO = 5mA to 1.0A - - 0.5
Output Voltage Drift ∆V/∆T IO = 5mA - -1.0 - mV/°C
Output Noise Voltage VN f = 10Hz to 100KHz
TA =+25°C - 10
-µV/Vo
Ripple Rejection RR f = 120Hz, IO = 500mA
VI = 22V to 32V - 57 - dB
Dropout Voltage VDrop IO = 1A, TJ =+25°C - 2.0 - V
Output Resistance rO f = 1KHz - 19 - mΩ
Short Circuit Current ISC VI= 35V, TA =+25°C - 250 - mA
Electrical Characteristics (MC7824A)
(Refer to the test circuits. 0°C < TJ < 125°C, Io =1A, V I = 33V, C I=0.33µF, C O=0.1µF, unless otherwise specified)
Note:
1. Load and line regulation are specified at constant junction temperature. Change in VO due to heating effects must be taken into account separately. Pulse testing with low duty is used.
Parameter Symbol Conditions Min. Typ. Max. Unit
Output Voltage VO
Quiescent Current Change ∆IQ
VI = 27.3V to 38V, TJ =+25°C - - 0.8
mA
VI = 27.3V to 38V, IO = 500mA - - 0.8
IO = 5mA to 1.0A - - 0.5
Output Voltage Drift ∆V/∆T IO = 5mA - -1.5 - mV/°C
Output Noise Voltage VN f = 10Hz to 100KHz
TA = 25°C - 10 - µV/Vo
Ripple Rejection RR f = 120Hz, IO = 500mA
VI = 28V to 38V - 54 - dB
Dropout Voltage VDrop IO = 1A, TJ =+25°C - 2.0 - V
Output Resistance rO f = 1KHz - 20 - mΩ
Short Circuit Current ISC VI= 35V, TA =+25°C - 250 - mA
Typical Perfomance Characteristics
Figure 1. Quiescent Current
Figure 3. Output Voltage
Figure 2. Peak Output Current
Figure 4. Quiescent Current
Typical Applications
Figure 5. DC Parameters
Figure 6. Load Regulation
Figure 7. Ripple Rejection
Figure 8. Fixed Output Regulator
Input Output
MC78XX/LM78XX
Input MC78XX/LM78XX Output
Input Output
MC78XX/LM78XX
Figure 9. Constant Current Regulator
Notes:
(1) To specify an output voltage. substitute voltage value for "XX." A common ground is required between the input and the Output voltage. The input voltage must remain typically 2.0V above the output voltage even during the low point on the input ripple voltage.
(2) CI is required if regulator is located an appreciable distance from power Supply filter.
(3) CO improves stability and transient response.
VO = VXX(1+R2/R1)+IQR2
Figure 10. Circuit for Increasing Output Voltage
IRI ≥5 IQ
VO = VXX(1+R2/R1)+IQR2
Figure 11. Adjustable Output Regulator (7 to 30V)
Figure 12. High Current Voltage Regulator
Figure 13. High Output Current with Short Circuit Protection
Figure 14. Tracking Voltage Regulator
Input
Output
MC78XX/LM78XX
Input
Output
MC78XX/LM78XX
MC78XX/LM78XX
Figure 15. Split Power Supply ( ±15V-1A)
Figure 16. Negative Output Voltage Circuit
Figure 17. Switching Regulator
MC7815
MC7915
Input
Output
MC78XX/LM78XX
Input Output
Ordering Information
Product Number Output Voltage Tolerance Package Operating Temperature
LM7805CT ±4% TO-220 0 ~ + 125°C
Product Number Output Voltage Tolerance Package Operating Temperature