• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan Tablet Parasetamol Secara Granulasi Basah Dengan Pati Kentang Merah (Solanum tuberosum L.) Sebagai Pelicin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pembuatan Tablet Parasetamol Secara Granulasi Basah Dengan Pati Kentang Merah (Solanum tuberosum L.) Sebagai Pelicin"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBUATAN TABLET PARASETAMOL SECARA

GRANULASI BASAH DENGAN PATI KENTANG

MERAH (

Solanum tuberosum

L.)

SEBAGAI PELICIN

SKRIPSI

OLEH:

MAYLISA FITRI

NIM 081524035

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PEMBUATAN TABLET PARASETAMOL SECARA

GRANULASI BASAH DENGAN PATI KENTANG

MERAH (

Solanum tuberosum

L.)

SEBAGAI PELICIN

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

MAYLISA FITRI

NIM 081524035

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PEMBUATAN TABLET PARASETAMOL SECARA

GRANULASI BASAH DENGAN PATI KENTANG MERAH

(

Solanum tuberosum

L.) SEBAGAI PELICIN

OLEH: MAYLISA FITRI

NIM 081524035

Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal : Desember 2011

Pembimbing I Panitia Penguji

Drs. Agusmal Dalimunthe, MS., Apt. Dra. Saodah, M.Sc., Apt. NIP 195406081983031005 NIP 194901131976032001

Pembimbing II Drs. Agusmal Dalimunthe, MS., Apt.

NIP 195406081983031005

Dra. Juanita Tanuwijaya, Msi., Apt. Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt. NIP 19511102197102001 NIP 195011171980022001

Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt. NIP. 195404121987012001

Disahkan Oleh : Dekan

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.

(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis haturkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan kemudahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Efek analgetik Paracetamol dapat menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Efek samping terjadi reaksi hipersensitivitas dan pada penggunaan kronis dapat terjadi kerusakan hati.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. Agusmal Dalimunthe, M.S, Apt. dan Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, Msi., Apt. selaku pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan, dan nasehat selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Dra. Saodah, M.Sc., Apt., Ibu Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt. dan Ibu Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik, saran, dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(5)

5. Ibu kepala Laboratorium Teknologi Formulasi Sediaan Tablet yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama penulis melakukan penelitian.

6. Sahabat-sahabatku Nanda, Maria, k’Lel, k ’Marhamah, Ade, Rika, Ika, Teti, dan Safrina yang selalu memberi bantuan, dukungan, dan motivasi. Rekan-rekan farmasi stambuk 2008 dan junior mahasiswa fakultas farmasi, para asisten laboratorium serta kawan-kawan yang tidak dapat disebutkan satu persatu. memberikan saran, arahan, kritik dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis mempersembahkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahandaku H. Muhammad dan Ibundaku Hj. Hafsah yang telah memberikan semangat, cinta yang tulus dan atas doa-doany dan untuk abang, kakak dan adiku dan terima kasih atas doa, kasih sayang, semangat dan pengorbanan baik moril maupun materil.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda dan pahala yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini dan semoga kita tetap dalam lindunganNya.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang Farmasi.

Medan, Desember 2011 Penulis,

(6)

Pembuatan Tablet Parasetamol Secara Granulasi Basah Dengan Pati Kentang Merah (Solanum tuberosum L.) Sebagai Pelicin

ABSTRAK

Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Efek analgetik Paracetamol dapat menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Efek samping terjadi reaksi hipersensitivitas dan pada penggunaan kronis dapat terjadi kerusakan hati.

Telah dilakukan pembuatan tablet parasetamol dengan menggunakan amilum solani sebagai pelicin dengan konsentrasi 1%, 3%, 6%, 8%, 10%, lalu dibandingkan dengan talkum dan magnesium stearat dengan konsentrasi masing-masing 1% dan amilum manihot dengan konsentrasi 1%, dibuat dengan metode granulasi basah. Tablet yang dihasilkan dievaluasi dengan menggunakan parameter antara lain: keseragaman bobot, kekerasan, friabilitas dan waktu hancur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tablet parasetamol yang dibuat dengan metode granulasi basah menggunakan amilum solani sebagai pelicin memenuhi persyaratan keseragaman bobot, kekerasan, friabilitas dan waktu hancur. Dengan kata lain amilum solani dapat digunakan sebagai pelicin pada pembuatan tablet parasetamol.

(7)

Tablets Preparation Of Paracetamol With Wet Granulation Method Using Red Potato (Solanum tuberosum L.) Starch As Lubricant Agent

ABSTRACT

Paracetamol is a metabolite fenasetin with antipyretic effects caused by group aminobenzen. Paracetamol analgesic effect can eliminate or reduce mild to moderate pain. Side effects and hypersensitivity reactions occurred in the use of chronic liver damage can occur.

The research have been of paracetamol tablets have been carried out using starch solani lubricant with a concentration of 1%, 3%, 6%, 8%, 10%, and compared with talc and magnesium stearate with a concentration of 1% and Manihot a concentration of 10% starch, prepared by the method wet granulation. The resulting tablets were evaluated using parameters such as: weight uniformity, hardness, friabilitas and disintegration time.

The results showed that paracetamol tablets prepared by wet granulation method using starch as lubricant solani eligible friabilitas weight uniformity, hardness, and when destroyed. In other words solani starch can be used as a lubricant in the manufacture of paracetamol tablets.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Parasetamol ... 4

2.1.1 Tinjauan umum ... 4

2.1.2 Farmakologi ... 4

2.2 Uraian Tablet ... 5

2.2.1 Pengertian tablet ... 5

2.2.2 Metode pembuatan tablet ... 5

(9)

2.2.4 Uji preformulasi ... 10

2.2.5 Evaluasi tablet ... 10

2.3 Uraian Tumbuhan ... 12

2.3.1 Sistematika tumbuhan ... 12

2.3.2 Kandungan kimia ... 13

2.4 Pati dan Sifat – Sifat Pati ... 13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 15

3.1 Alat ... 15

3.2 Bahan ... 15

3.3 Prosedur Kerja ... 15

3.3.1 Isolasi pati kentang merah ... 15

3.3.2 Evaluasi terhadap pati hasil isolasi ... 16

3.3.2.1 Penetapan kadar abu total ... 16

3.3.2.2 Penetapan susut pengeringan ... 16

3.3.3 Pembuatan tablet parasetamol ... 16

3.3.4 Pembuatan granul parasetamol ... 17

3.3.5 Uji preformulasi ... 18

3.3.5.1 Sudut diam massa granul ... 18

3.3.5.2 Waktu alir granul ... 18

3.3.5.3 Indeks tap granul ... 19

3.3.6 Proses pencetakan tablet ... 19

3.4 Evaluasi Tablet ... 19

3.4.1 Uji komprimabilitas ... 19

(10)

3.4.3 Uji kekerasan ablet ... 20

3.4.4 Uji friabilitas ... 20

3.4.5 Uji waktu hancur ... 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

4.1 Isolasi Pati Kentang Merah ... 22

4.2 Hasil Uji Preformulasi Massa Granul ... 22

4.2.1 Uji sudut diam ... 23

4.2.2 Uji waktu alir ... 24

4.2.3 Uji indeks tap ... 25

4.3 Hasil Evaluasi Tablet ... 26

4.3.1 Uji komprimabilitas ... 26

4.3.2 Uji keseragaman bobot tablet ... 27

4.3.3 Uji kekerasan tablet ... 28

4.3.4 Waktu hancur ... 29

4.3.5 Friabilitas ... 30

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 32

5.1 Kesimpulan ... 32

5.2 Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3. Formula Tablet Parasetamol ... 17

Tabel 4.1 Data Uji Preformulasi Massa Granul ... 22

Tabel 4.2 Data Uji Komprimabilitas ... 27

Tabel 4.3 Data Uji Keseragaman Bobot ... 28

Tabel 4.4 Data Uji Kekerasan Tablet Parasetamol ... 28

Tabel 4.5 Data Uji Waktu Hancur Tablet Parasetamol ... 29

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 4.1 Pati Kentang Merah ... 22 Gambar 4.2 Sudut Diam Massa Granul dengan Jenis dan Persentase

Bahan Pelicin yang Berbeda ... 24 Gambar 4.3 Waktu Alir Massa Granul dengan Jenis dan Persentase

Bahan Pelicin yang Berbeda ... 25 Gambar 4.4 Indeks Tap Massa Granul dengan Jenis dan Persentase

Bahan Pelicin yang Berbeda ... 26 Gambar 4.5 Kekerasan Tablet dengan Jenis dan Persentase Bahan

Pelicin yang Berbeda ... 29 Gambar 4.6 Waktu Hancur Tablet dengan Jenis dan Persentase

Bahan Pelicin yang Berbeda ... 30 Gambar 4.7 Friabilitas Tablet dengan Jenis dan Persentase Bahan

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Perhitungan Karakteristik Pati Kentang Merah ... 34 Lampiran 2. Perhitungan Pembuatan Tablet Parasetamol ... 35 Lampiran 3. Perhitungan Friabilitas Tablet Parasetamol ... 37 Lampiran 4. Data Hasil Uji Kekerasan, Uji Friabilitas dan Uji Waktu

(14)

Pembuatan Tablet Parasetamol Secara Granulasi Basah Dengan Pati Kentang Merah (Solanum tuberosum L.) Sebagai Pelicin

ABSTRAK

Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Efek analgetik Paracetamol dapat menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Efek samping terjadi reaksi hipersensitivitas dan pada penggunaan kronis dapat terjadi kerusakan hati.

Telah dilakukan pembuatan tablet parasetamol dengan menggunakan amilum solani sebagai pelicin dengan konsentrasi 1%, 3%, 6%, 8%, 10%, lalu dibandingkan dengan talkum dan magnesium stearat dengan konsentrasi masing-masing 1% dan amilum manihot dengan konsentrasi 1%, dibuat dengan metode granulasi basah. Tablet yang dihasilkan dievaluasi dengan menggunakan parameter antara lain: keseragaman bobot, kekerasan, friabilitas dan waktu hancur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tablet parasetamol yang dibuat dengan metode granulasi basah menggunakan amilum solani sebagai pelicin memenuhi persyaratan keseragaman bobot, kekerasan, friabilitas dan waktu hancur. Dengan kata lain amilum solani dapat digunakan sebagai pelicin pada pembuatan tablet parasetamol.

(15)

Tablets Preparation Of Paracetamol With Wet Granulation Method Using Red Potato (Solanum tuberosum L.) Starch As Lubricant Agent

ABSTRACT

Paracetamol is a metabolite fenasetin with antipyretic effects caused by group aminobenzen. Paracetamol analgesic effect can eliminate or reduce mild to moderate pain. Side effects and hypersensitivity reactions occurred in the use of chronic liver damage can occur.

The research have been of paracetamol tablets have been carried out using starch solani lubricant with a concentration of 1%, 3%, 6%, 8%, 10%, and compared with talc and magnesium stearate with a concentration of 1% and Manihot a concentration of 10% starch, prepared by the method wet granulation. The resulting tablets were evaluated using parameters such as: weight uniformity, hardness, friabilitas and disintegration time.

The results showed that paracetamol tablets prepared by wet granulation method using starch as lubricant solani eligible friabilitas weight uniformity, hardness, and when destroyed. In other words solani starch can be used as a lubricant in the manufacture of paracetamol tablets.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet dapat berbeda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancur, dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat secara oral atau melalui mulut (Ansel, 1989).

Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi dan juga banyak mengalami perkembangan dalam formulasinya. Beberapa keuntungan sediaan tablet adalah sediaan lebih kompak, dosisnya tepat, mudah pengemasannya dan penggunaannya lebih praktis dibanding sediaan yang lain (Lachman dkk., 1994).

(17)

hipersensitivitas dan pada penggunaan kronis dapat terjadi kerusakan hati (Wilmana, 1995).

Selain mengandung bahan aktif, tablet biasanya mengandung bahan tambahan yang mempunyai fungsi tertentu. Bahan tambahan yang umum digunakan adalah bahan pengisi, bahan pengikat, bahan pengembang, bahan pelicin atau zat lain yang cocok. Bahan tambahan yang digunakan pada pembuatan tablet harus inert, tidak toksik dan mampu melepaskan obat dalam keadaan relatif konstan pada jangka waktu tertentu (Soekemi, dkk, 1987).

Bahan pelicin adalah bahan untuk meningkatkan daya alir granul pada corong

pengisi, mencegah melekatnya massa pada punch dan die, mengurangi gesekan antara

butir-butir granul dan mempermudah pengeluaran tablet dari die (Voigt, 1995).

Bahan pelicin ditambahkan pada pembuatan tablet yang berfungsi untuk mengurangi gesekan yang terjadi antara dinding ruang kempa dengan tepi tablet selama pentabletan (lubrikan), memperbaiki sifat alir granul (glidant), atau mencegah bahan yang dikempa agar tidak melekat pada dinding ruang kempa dan permukaan punch (anti adherent). Konsentrasi amilum sebagai glidant 1-10% dan sebagai anti adherent 3-10% (Siregar, 2010; Rowe, dkk., 2006).

Granulasi basah merupakan salah satu cara pembuatan tablet metode cetak tidak langsung, yang lebih banyak digunakan dibandingkan dengan cara lain. Granul yang dihasilkan lebih spheris sehingga tablet yang dihasilkan biasanya lebih kompak (Soekemi, dkk., 1987).

1.2 Perumusan Masalah

(18)

1.3 Hipotesis

Pati kentang merah dapat digunakan sebagai pelicin untuk pembuatan tablet parasetamol secara granulasi basah.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk memformulasi tablet parasetamol secara granulasi basah dengan pati kentang merah sebagai pelicin.

1.5 Manfaat Penelitian

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Parasetamol

2.1.1 Tinjauan Umum Rumus bangun :

Rumus molekul : C8H9NO2

Nama kimia : 4-hidroksiasetanilida [103-90-2]

Berat molekul : 151,16

Kandungan : Tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2 dihitung terhadap zat anhidrat.

Pemerian : Serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit.

Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N; mudah larutan dalam etanol.

(Ditjen POM, 1995) 2.1.2 Farmakologi

Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Asetaminofen di Indonesia lebih dikenal dengan nama parasetamol, dan tersedia sebagai obat bebas (Wilmana, 1995).

(20)

hipotalamus sedangkan secara perifer, menghambat pembentukan prostaglandin di tempat inflamasi, mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit terhadap rangsang mekanik atau kimiawi. Efek antipiretik dapat menurunkan suhu demam. Pada keadaan demam, diduga termostat di hipotalamus terganggu sehingga suhu badan lebih tinggi (Zubaidi, 1980).

Senyawa Paracetamol memiliki waktu paruh 1 – 3 jam, dan tidak menyebabkan perdarahan gastrointestinalis atau gangguan asam basa seperti asam asetilsalisilat, tetapi mempunyai bentuk toksisitas hepatik sedang sampai berat. (Andrianto.P., 1985).

2.2 Uraian Tablet 2.2.1 Pengertian Tablet

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja (Ditjen POM, 1995).

Tablet dicetak dari serbuk kering, kristal atau granulat, umumnya dengan penambahan bahan pembantu, pada mesin yang sesuai, dengan menggunakan tekanan tinggi. Tablet dapat memiliki bentuk silinder, kubus, batang, atau cakram, serta bentuk seperti telur atau peluru. Garis tengah tablet pada umumnya 5-17 mm, sedangkan bobot tablet 0,1-1 g (Voigt, 1995).

2.2.2 Metode Pembuatan Tablet

(21)

kering adalah untuk meningkatkan aliran campuran dan atau kemampuan kempa (Ditjen POM, 1995).

Butiran granulat yang diperoleh, partikel-partikelnya mempunyai daya lekat. Daya alirnya menjadi lebih baik sehingga pengisian ruang cetak dapat berlangsung secara kontiniu dan homogen. Keseragaman bentuk granulat menyebabkan keseragaman bentuk tablet (Voigt, 1995).

a. Granulasi basah

Zat berkhasiat, pengisi dan penghancur dicampur homogen, lalu dibasahi dengan larutan pengikat, bila perlu ditambahkan pewarna. Diayak menjadi granul dan dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40-50°C. Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak dengan mesin tablet (Anief, 1994).

b. Granulasi kering

Metode ini digunakan pada keadaan dosis efektif terlalu tinggi untuk pencetakan langsung, obatnya peka terhadap pemanasan, kelembaban, atau keduanya (Lachman, dkk, 1994).

Setelah penimbangan dan pencampuran bahan, serbuk di slugged atau dikompresi menjadi tablet yang lebar dan datar dengan garis tengah sekitar 1 inci. Kempaan harus cukup keras agar ketika dipecahkan tidak menimbulkan serbuk yang berceceran. Tablet kempaan ini dipecahkan dengan tangan atau alat dan diayak dengan lubang yang diinginkan, pelicin ditambahkan dan tablet dikempa (Ansel, 1989).

(22)

Beberapa bahan obat seperti kalium klorida, kalium iodida, amonium klorida, dan metenamin bersifat mudah mengalir, sifat kohesifnya juga memungkinkan untuk langsung dikompresi tanpa memerlukan granulasi (Ansel, 1989).

2.2.3 Komposisi Tablet

Tablet oral umumnya di samping zat aktif mengandung, pengisi, pengikat, penghancur, dan pelincir. Tablet tertentu mungkin memerlukan pemacu aliran, zat warna, zat perasa, dan pemanis (Lachman, dkk, 1994).

Komposisi umum dari tablet adalah zat berkhasiat, bahan pengisi, bahan pengikat atau perekat, bahan pengembang dan bahan pelicin. Kadang-kadang dapat ditambahkan bahan pewangi (flavoring agent), bahan pewarna (coloring

agent) dan bahan-bahan lainnya (Ansel, 1989).

a. Pengisi

Digunakan agar tablet memiliki ukuran dan massa yang dibutuhkan. Sifatnya harus netral secara kimia dan fisiologis, selain itu juga dapat dicernakan dengan baik (Voigt, 1995). Bahan-bahan pengisi yaitu : laktosa, sukrosa, manitol, sorbitol, amilum, bolus alba, kalsium sulfat, natrium sulfat, natrium klorida, magnesium karbonat (Soekemi, dkk, 1987).

b. Pengikat

Untuk memberikan kekompakan dan daya tahan tablet, juga untuk menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam butir granulat (Voigt, 1995). Pengikat yang umum digunakan yaitu: amilum, gelatin, glukosa, gom arab, natrium alginat, cmc, polivinilpirolidon, dan veegum (Soekemi, dkk, 1987).

(23)

Untuk memudahkan pecahnya tablet ketika berkontak dengan cairan saluran pencernaan dan mempermudah absorpsi (Lachman, dkk, 1994). Bahan yang digunakan sebagai pengembang yaitu: amilum, gom, derivat selulosa, alginat, dan clays (Soekemi, dkk, 1987).

d. Pelicin

Ditambahkan untuk meningkatkan daya alir granul-granul pada corong pengisi, mencegah melekatnya massa pada punch dan die, mengurangi pergesekan antara butir-butir granul, dan mempermudah pengeluaran tablet dari die. Bahan pelicin yaitu : metalik stearat, talk, asam stearat, senyawa lilin dengan titik lebur tinggi, amilum maydis (Soekemi, dkk, 1987).

Bahan pelicin mempunyai 3 fungsi, yaitu: 1. Lubricants

Lubrikan adalah bahan yang berfungsi untuk mengurangi friksi antara permukaan dinding/tepi tablet dengan dinding die selama kompresi dan ejeksi. Lubrikan ditambahkan pada pencampuran akhir/final mixing, sebelum proses pengempaan. Lubrikan dapat diklasifikasikan berdasarkan kelarutannya dalam air yaitu larut dalam air dan tidak larut dalam air. Pertimbangan pemilihan lubrikan tergantung pada cara pemakaian, tipe tablet, sifat disintegrasi dan disolusi yang dinginkan, sifat fisika-kimia serbuk/granul dan biaya.

2. Glidants

(24)

konsentrasi sampai 10%. Talk lebih baik sebagai glidan dibandingkan amilum, tetapi dapat menurunkan disintegrasi dan disolusi tablet. Pada tabel terlihat beberapa tipe glidan yang biasa digunakan.

Tabel Tipe dan jumlah lubrikan yang biasanya digunakan

Glidants Konsentrasi (%)

Natrium dan magnesium lauril sulfat PEG 4000 dan 6000

Antiadherents adalah bahan yang dapat mencegah melekatnya (sticking) permukaan tablet pada punch atas dan punch bawah. Talk, magnesium stearat dan amilum jagung merupakan material yang memiliki sifat antiadherent yang sangat baik.

Tabel Daftar antiadherent yang biasa digunakan

Jenis antiadherents Konsentrasi (% b/b)

(25)

2.2.4 Uji Preformulasi

Sebelum dicetak menjadi tablet, massa granul perlu diperiksa apakah memenuhi syarat untuk dapat dicetak. Preformulasi ini menggambarkan sifat massa sewaktu pencetakan tablet, meliputi waktu alir, sudut diam dan indeks tap.

Pengujian waktu alir dilakukan dengan mengalirkan massa granul melalui corong. Waktu yang diperlukan tidak lebih dari 10 detik, jika tidak maka akan dijumpai kesulitan dalam hal keseragaman bobot tablet. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan bahan pelicin (Cartensen, 1977).

Pengukuran sudut diam digunakan metode corong tegak, granul dibiarkan mengalir bebas dari corong ke atas dasar. Serbuk akan membentuk kerucut, kemudian sudut kemiringannya diukur. Semakin datar kerucut yang dihasilkan, semakin kecil sudut diam, semakin baik aliran granul tersebut (Voigt, 1995).

Indeks tap adalah uji yang mengamati penurunan volume sejumlah serbuk atau granul akibat adanya gaya hentakan. Indeks tap dilakukan dengan alat volumenometer yang terdiri dari gelas ukur yang dapat bergerak secara teratur keatas dan kebawah. Serbuk atau granul yang baik mempunyai indeks tap kurang dari 20% (Cartensen, 1977).

2.2.5 Evaluasi Tablet a. Kekerasan tablet

(26)

yang dibutuhkan untuk memecahkan tablet. Kekerasan untuk tablet secara umum yaitu 4-8 kg, tablet hisap 10-20 kg, tablet kunyah 3 kg (Soekemi, dkk, 1987). Kekerasan tablet dipengaruhi oleh perbedaan massa granul yang mengisi die pada saat pencetakan tablet dan tekanan kompressi. Selain itu, berbedanya nilai kekerasan juga dapat diakibatkan oleh variasi jenis dan jumlah bahan tambahan yang digunakan pada formulasi. Bahan pengikat adalah contoh bahan tambahan yang bisa menyebabkan meningkatnya kekerasan tablet bila digunakan terlalu pekat (Lachman, dkk, 1994).

b. Friabilitas

Tablet mengalami capping atau hancur akibat adanya goncangan dan gesekan, selain itu juga dapat menimbulkan variasi pada berat dan keseragaman isi tablet. Pengujian dilakukan pada kecepatan 25 rpm, menjatuhkan tablet sejauh 6 inci pada setiap putaran, dijalankan sebanyak 100 putaran. Kehilangan berat yang dibenarkan yaitu lebih kecil dari 0,5 sampai 1% (Lachman, dkk, 1994). Kerenyahan tablet dapat dipengaruhi oleh kandungan air dari granul dan produk akhir. Granul yang sangat kering dan hanya mengandung sedikit sekali persentase kelembapan, sering sekali menghasilkan tablet yang renyah daripada granul yang kadar kelembapannya 2 sampai 4% (Lachman, dkk, 1994).

c. Waktu hancur

(27)

syarat jika waktu hancur tablet tidak lebih dari 15 menit (Soekemi, dkk, 1987). Kebanyakan bahan pelicin bersifat hidrofob, bahan pelicin yang berlebihan akan memperlambat waktu hancur. Tablet dengan rongga-rongga yang besar akan mudah dimasuki air sehingga hancur lebih cepat daripada tablet yang keras dengan rongga-rongga yang kecil (Soekemi, dkk, 1987).

d. Kadar zat berkhasiat

Untuk mengevaluasi kemanjuran suatu tablet, jumlah obat dalam tablet harus dipantau pada setiap tablet atau batch, begitu juga kemampuan tablet untuk melepaskan zat atau obat yang dibutuhkan harus diketahui (Lachman, dkk, 1994). Persyaratan kadar berbeda-beda, dan tertera pada masing-masing monografi masing-masing bahan obat.

e. Keseragaman sediaan

Dapat ditentukan dengan salah satu dari dua metode :

- Keseragaman bobot dilakukan terhadap tablet yang 50% bahan aktifnya lebih besar atau sama dengan 50 mg.

- Keseragaman kandungan dilakukan terhadap tablet yang 50% bahan aktifnya kurang dari 50 mg (Ditjen POM,1995).

2.3. Uraian Tumbuhan 2.3.1 Sistematika Tumbuhan

Sistematika dari kentang adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Divisi : Magnoliophyta

(28)

Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae

Genus : Solanum

Spesies : Solanum tuberosum L. 2.3.2 Kandungan Kimia

Kandungan kimia dari kentang ( Solanum tuberosum L.) antara lain : karbohidrat 19 g, pati 15 g, serat pangan 2,2 g, lemak 0,1 g, protein 2 g, air 75 g. 2.4 Pati dan Sifat – Sifat Pati

Pati adalah sumber karbohidrat yang dihasilkan tumbuh – tumbuhan untuk persediaan makanan yang dijumpai didalam biji (beras), umbi (kentang, ubi jalar), dan batang (sagu). Pati merupakan butir atau granul yang berwarna putih mengkilat, tidak berbau dan tidak berasa. Butiran pati yang mempunyai bentuk dan ukuran yang beraneka ragam, tetapi pada umumnya berbentuk bola atau elips. Pati kentang mengandung kadar pati sekitar 79,60% , kadar air 19,22% material Nitrogen 0,69% dan 0,33% ( Bailliere, Tindal and Cox, 1952 ).

(29)

Pada dasarnya pati merupakan polimer glukosa dengan ikatan ( 1,4 ) glukosa. Pati terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi yang tidak larut dalam air disebut amilopektin dan fraksi yang dapat larut dalam air disebut amilosa (Leach, 1965).

(30)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunaan metode eksperimental yang meliputi formulasi tablet parasetamol dan evaluasi sediaan.

3.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Disintegration Tester

(Erweka), Dissolution Tester (Erweka DT), Strong Cobb Hardness Tester (Erweka), Roche Friabilator (Erweka), Tapped Density Tester (Erweka),

Stopwatch, Neraca listrik, alat-alat gelas dan alat laboratorium lainnya.

3.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah parasetamol, pati kentang merah, air suling, magnesium stearat, talkum, laktosa, amilum manihot.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Isolasi Pati Kentang Merah

(31)

3.3.2 Evaluasi Terhadap Pati Hasil Isolasi 3.3.2.1 Penetapan Kadar Abu Total

Caranya: sebanyak 2 g serbuk yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus porselin dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, pemijaran dilakukan pada suhu 600oC selama 3 jam kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Ditjen POM, 1979).

3.3.2.2 Penetapan Susut Pengeringan

Caranya: sebanyak 5 g serbuk yang telah ditimbang seksama dimasukkan ke dalam botol timbang bermulut lebar yang sudah konstan, keringkan pada suhu 105oC dan didinginkan dalam eksikator kemudian ditimbang. Hal ini dilakukan sampai didapat berat yang konstan. Kadar air dihitung dalam persen (WHO,1992). 3.3.3 Pembuatan tablet parasetamol

(32)

Adapun formula Tablet parasetamol adalah sebagai berikut: Tabel 2. Formula Tablet Parasetamol

Komposisi F o r m u l a

(Formula untuk 100 tablet) Keterangan :

F1 = Formula tablet parasetamol dengan konsentrasi amilum solani 1% F2 = Formula tablet parasetamol dengan konsentrasi amilum solani 3% F3 = Formula tablet parasetamol dengan konsentrasi amilum solani 6% F4 = Formula tablet parasetamol dengan konsentrasi amilum solani 8% F5 = Formula tablet parasetamol dengan konsentrasi amilum solani 10% F6 = Formula tablet parasetamol dengan konsentrasi talkum 1%, mg stearat 1% F7 = Formula tablet parasetamol dengan konsentrasi amilum manihot 1%

3.3.4 Pembuatan granul parasetamol

(33)

sedikit sambil digerus sampai diperoleh massa yang baik. Massa digranulasi dengan ayakan mesh 12. Granulat basah dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40 – 60oC. Setelah kering granulat diayak kembali dengan ayakan mesh 14 dan ditimbang, kemudian tambahkan amilum solani dalam jumlah tertentu, diaduk hingga homogen, lalu dicetak menjadi tablet dengan bobot 350 mg, diameter 11 mm dan dilakukan uji evaluasi tablet.

3.3.5 Uji Preformulasi

3.3.5.1 Sudut Diam Massa Granul

Penentuan sudut diam dilakukan dengan menggunakan corong yang telah berdiameter atas 12 cm, diameter bawah 1 cm, dan tinggi 10 cm. Granul dimasukkan kedalam corong, lalu dialirkan melalui corong dan ditentukan besar sudut diamnya dengan rumus :

tg Ø = 2h/D Keterangan : Ø = Sudut diam

h = Tinggi tumpukan granul (cm) D = Diameter tumpukan granul (cm) Persyaratan : 200 , < Ø < 400 ,

3.3.5.2 Waktu Alir Granul

(Lachman, 1994)

Sejumlah tertentu granul dimasukkan kedalam corong yang telah dirangkai, sampai memenuhi 2/3 bagian corong, permukaan granul diratakan lalu penutup bawah corong dibuka dan secara serentak stopwatch dihidupkan, dibiarkan granul mengalir sampai habis, stopwatch dimatikan jika granul telah habis melewati corong dan dicatat waktu alirnya.

(34)

3.3.5.3 Indeks Tap Granul

Dimasukkan granul kedalam gelas ukur 50 ml dan dinyatakan sebagai volume awalnya (V1), kemudian gelas ukur dihentakkan sebanyak 20 kali dengan alat yang dimodifikasi. Setelah hentakan, volumenya dinyatakan sebagai volume akhir (V2).

Indeks tap dapat dihitung dengan rumus :

%

V1 = Volume awal sebelum hentakan V2 = Volume akhir sesudah hentakan Syarat: I ≤ 20% (Cartensen, 1977)

3.3.6 Proses Pencetakan Tablet

Massa dicetak dengan berat yang telah ditentukan yaitu 350 mg dengan penampang 11 mm. Dibuat dengan tekanan konstan.

3.4 Evaluasi Tablet

3.4.1 Uji Komprimabilitas

Digunakan mesin tablet alternatif dengan kedalaman ruang kompressi yang diatur 10 mm. Kemudian mesin diatur sedemikian sehingga bila digunakan untuk mentablet serbuk, akan dihasilkan tablet dengan kekerasan Nol Kg, ditandai dengan Harga F. Apabila Harga F > 40%, yaitu 40/100 mm, maka dijumpai kesulitan dalam penabletan.

3.4.2 Uji Keseragaman Bobot Tablet

(35)

Persyaratan : Tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata – rata A dan tidak satu tablet pun yang menyimpang lebih besar dari bobot rata – rata B.

Bobot Rata – rata Penyimpangan Terhadap Bobot Rata – rata

A B

25 mg atau kurang 15% 30%

26 mg sampai 150 mg 10% 20%

151 mg sampai 300 mg 7,5% 15%

Lebih dari 300 mg 5% 10%

(Ditjen POM, 1979) 3.4.3 Uji Kekerasan Tablet

Alat : Strong Cobb Hardness Tester ( Erweka ) Cara :

Sebuah tablet diletakkan tegak horizontal atau vertikal di antara anvil dan punch, tablet dijepit dengan memutar skrup pengatur hingga tanda lampu “stop” menyala, knop ditekan dan dicatat angka yang ditunjukkan jarum penunjuk skala pada saat tablet pecah. Percobaan ini dilakukan untuk 5 tablet.

Ketentuan umum : Kekerasan tablet 4 – 8 kg (Parrot, 1970).

3.4.4 Uji Friabilitas

Alat : Roche Friabilator ( Erweka ) Cara :

(36)

Friabilitas = − ×100% a

b a

F

Ketentuan umum : Kehilangan berat ≤ 1 % (Lachman dkk., 1994).

3.4.5 Uji Waktu Hancur

Alat : Disintegration Tester (Erweka) Cara :

Pengujian dilakukan terhadap 6 tablet. Dimasukkan 1 tablet pada masing-masing tabung dari keranjang, dimasukkan satu cakram pada tiap tabung, kemudian alat dijalankan. Digunakan air dengan suhu 37˚ ± 2˚ C sebagai media. Pada akhir batas waktu seperti yang tertera pada monografi, angkat keranjang dan amati keenam tablet. Semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya, tidak kurang dari 16 tablet dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.

(37)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Isolasi Pati Kentang Merah ( Solanum tuberosum L. )

Dari 10.000 gram kentang merah diperoleh pati sebanyak 550 gram, sehingga rendemen pati kentang merah 5,5%. Pati kentang merah yang diperoleh berwarna putih sampai putih kecoklatan, tidak berbau, tidak berasa. Butir pati kentang merah berbentuk bulat lonjong mempunyai lamella dan hilus yang berada di ujungnya. Kadar abu pada pati kentang merah sebesar 0,6798% dan kadar air sebesar 3,2744%, dimana keduanya masih memenuhi persyaratan Materia Medika yaitu kadar abu tidak lebih dari 0,6% untuk tiap 1 gram sampel dan kadar air tidak lebih dari 20%.

1

2

Gambar 4.1 Pati kentang merah (perbesaran 10 x 40). Keterangan: 1. Hilus 2. Lamella

4.2 Hasil Uji Preformulasi Massa Granul

(38)

terhadap massa granul agar dapat diketahui apakah granul tersebut memenuhi syarat untuk dicetak menjadi tablet.

Tabel 4.1 Data Uji Preformulasi Massa Granul

Formula Uji Preformulasi

Waktu Alir (detik) Sudut Diam ( 0) Indeks Tap (%)

F1 = Formula tablet parasetamol dengan konsentrasi amilum solani 1% F2 = Formula tablet parasetamol dengan konsentrasi amilum solani 3% F3 = Formula tablet parasetamol dengan konsentrasi amilum solani 6% F4 = Formula tablet parasetamol dengan konsentrasi amilum solani 8% F5 = Formula tablet parasetamol dengan konsentrasi amilum solani 10% F6 = Formula tablet parasetamol dengan konsentrasi talkum 1%, mg stearat 1% F7 = Formula tablet parasetamol dengan konsentrasi amilum manihot 1%

4.2.1 Uji Sudut Diam

(39)

Gambar 4.2 Sudut Diam Massa Granul dengan Jenis dan Persentase Bahan Pelicin yang Berbeda

4.2.2 Uji Waktu Alir

Dari tabel 3.1 dapat diketahui bahwa dari formula F1 sampai dengan formula F7 menunjukkan hasil uji preformulasi waktu alir yang masih berada dalam batas persyaratan uji waktu alir, yaitu formula F1 sebesar 4,50 detik, F2 sebesar 3,91 detik, F3 sebesar 3,42 detik, F4 sebesar 3,35 detik, F5 sebesar 3,28 detik, F6 sebesar 3,82 detik, dan F7 sebesar 2,89 detik. Hal ini sesuai dengan persyaratan uji preformulasi waktu alir, yaitu waktu yang diperlukan tidak lebih dari 10 detik. Menurut Cartensen (1977), waktu yang diperlukan dalam uji waktu alir tidak lebih dari 10 detik, karena jika tidak akan dijumpai kesulitan pada keseragaman bobot tablet. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan bahan pelicin.

(40)

Gambar 4.3 Waktu Alir Massa Granul dengan Jenis dan Persentase Bahan Pelicin yang Berbeda

4.2.3 Uji Indeks Tap

Dari tabel 3.1 dapat dilihat hasil uji preformulasi indeks tap dari masing-masing formula. F1 memiliki indeks tap sebesar 10,00%; F2 sebesar 10,00%; F3 sebesar 9,76%; F4 sebesar 8,64%; F5 sebesar 11,11 %; F6 sebesar 8,86%; dan pada F7 sebesar 8,89%. Hasil uji preformulasi indeks tap ini menunjukkan hasil yang beragam dari tiap – tiap formula, namun semuanya masih berada dalam batas persyaratan uji preformulasi indeks tap. Menurut Guyot (1978), granul yang bersifat mengalir bebas adalah partikel yang memiliki indeks tap ≤ 20%. Pengujian indeks tap memiliki peran yang sangat penting dalam hal gambaran awal terhadap kelayakan cetak dari massa granul menjadi tablet. Hal ini menunjukkan daya tahan granul terhadap daya kompressi yang diberikan oleh alat pencetak tablet. Semakin rendah persentase indeks tap menunjukkan kualitas yang

(41)

lebih baik dari sifat fisis massa granul yang akan di formulasikan kedalam bentuk tablet.

Gambar 4.4 Indeks Tap Massa Granul dengan Jenis dan Persentase Bahan Pelicin yang Berbeda

4.3 Hasil Evaluasi Tablet

Evaluasi tablet yang dilakukan terhadap tablet parasetamol yang dibuat meliputi uji komprimabilitas, uji keseragaman bobot tablet, uji kekerasan, uji friabilitas, dan uji waktu hancur.

(42)

Tabel 4.2 Data Uji Komprimabilitas

Formula Kedalaman Ruang Kompressi (mm)

Tablet yang dihasilkan Ketebalan (mm) Kekerasan (kg)

F1

Semua formula mempunyai Nilai F < 40% maka semua sediaan F1-F7 akan mudah dikompressi.

4.3.2 Uji Keseragaman Bobot Tablet

(43)

Tabel 4.3 Data Uji Keseragaman Bobot

4.3.3 Uji Kekerasan Tablet

Uji kekerasan tablet parasetamol dari F1 hingga F7 dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.5

Tabel 4.4 Data Uji Kekerasan Tablet Parasetamol

Formula Kekerasan (kg) F1 4,60 ± 1,95

(44)

tablet. Selain itu, berbedanya nilai kekerasan tablet juga dapat diakibatkan oleh adanya variasi jenis dan jumlah bahan tambahan yang digunakan pada formulasi.

Gambar 4.5 Kekerasan Tablet dengan Jenis dan Persentase Bahan Pelicin yang Berbeda

4.3.4 Waktu Hancur

Uji waktu hancur tablet parasetamol dari F1 hingga F7 dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.5

Tabel 4.5 Data Uji Waktu Hancur Tablet Parasetamol

Formula Waktu Hancur (menit) F1 5,30 ± 2,59

Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa waktu hancur tablet dari formula F1 – F7 memiliki waktu hancur yang sangat cepat, yaitu formula F1 sebesar 5,30 menit;

(45)

F2 sebesar 5,00 menit; F3 sebesar 4,97 menit; F4 sebesar 4,61 menit; F5 sebesar 4,21 menit; F6 sebesar 5,19 menit; dan F7 sebesar 4,36 menit. Hal ini menunjukkan bahwa hasil evaluasi tablet dari F1 hingga F7 memenuhi persyaratan, karena menurut Farmakope Indonesia Edisi III (1979), tablet memenuhi syarat jika waktu hancur tidak lebih dari 15 menit.

Gambar 4.6 Waktu Hancur Tablet dengan Jenis dan Persentase Bahan Pelicin yang Berbeda

4.3.5 Friabilitas

Hasil uji friabilitas tablet parasetamol dari F1 hingga F7 dapat dilihat pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.7

Tabel 4.6 Data Uji Friabilitas Tablet Parasetamol

Formula Friabilitas (%)

(46)

Dari tabel 4.6 dapat dilihat hasil evaluasi friabilitas tablet, yaitu F1 sebesar 0,80%; F2 sebesar 0,79%; F3 sebesar 0,65%; F4 sebesar 0,63%; F5 sebesar 0,48%; F6 sebesar 0,63 dan pada F7 sebesar 0,66%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil evaluasi friabilitas tablet dari formula F1 - F6 memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Menurut Voight, (1995), friabilitas (kehilangan bobot) dari tablet yang diperbolehkan adalah ≤ 0,8%.

(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari data dapat ditarik kesimpulan bahwa tablet parasetamol yang dibuat dengan metode granulasi basah menggunakan amilum solani sebagai pelicin memenuhi persyaratan keseragaman bobot, kekerasan, friabilitas dan waktu hancur. Dengan kata lain amilum solani dapat digunakan sebagai pelicin pada pembuatan tablet parasetamol.

5.2 Saran

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Jakarta: UI Press. Halaman 96

Cartensen, J.T. (1977). Pharmaceutics of Solids and Solid Dosage Forms. New York: John Wiley and Sons. A Wiley Interscience Publication.

Pages 133-135, 209-214, 216-218 and 342

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 6-7

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 5-6, dan 649

Lachman, L., Lieberman, H.A., Kanig, J.L. (1994). Teori dan Praktek Farmasi

Industri. Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press. Halaman 651-654, 657-660, 690

dan 703

Parrot, E.L. (1970). Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics. Firsh Edition. London: Pharmaceutical Press. Pages 731

Rowe, R.C., Sheskey, P. J. dan Owen, S. C. (2006). Handbook of Pharmaceutical

Excipients. Fifth Edition. London: Pharmaceutical Press. Pages 82-83

Soekemi, R.A., Yuanita, T., Fat Aminah, Salim Usman. (1987). Tablet. Medan: PT Mayang Kencana. Halaman 5 dan 54

Siregar, Ch. J. P. (2010). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-Dasar Praktis. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran. Halaman 178-182

Voigt, R., (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman 200, 221 and 222

(49)

Lampiran 1. Perhitungan Karakteristik Pati Kentang Merah Berat kentang merah segar = 10000 gram

Berat pati kentang merah = 550 gram

Rendemen pati kentang merah = berat pati kentang merah

berat kentang merah segar x 100%

Berat pati kentang merah = 3,6925 gram Berat abu = 0,0251 gram

Berat awal pati kentang merah = 4,8650 gram Berat akhir pati kentang merah = 4,7057 gram

(50)

Lampiran 2. Contoh Perhitungan Pembuatan Tablet Parasetamol

Sebagai contoh diambil tablet parasetamol dengan konsentrasi 1% (Formula 1). Dibuat formula untuk 100 tablet, dengan berat pertablet 350 mg dengan penampang tablet 11 mm.

Berat 100 tablet = 100 x 0,350 g = 35 g

Cara Kerja : metode granulasi basah

1. Parasetamol + laktosa + amilum manihot, digerus homogen.

2. Ditambahkan musilago amili sedikit demi sedikit sampai diperoleh massa yang kompak. Musilago amili 10% yang terpakai adalah 10,5 g yang mengandung amilum manihot 1,05 g.

3. Digranulasi dengan ayakan mesh 12. 4. Dikeringkan pada temperatur 40°C - 60°C.

5. Setelah kering, diayak lagi dengan ayakan mesh 14. a. Berat massa secara teoritis :

(51)

c. Massa tablet seluruhnya = 33,56 %

99 % 100 ×

g

= 33,90 g d. Amilum solani = 1% x 33,90 g = 0,34 g

6. Ditambahkan amilum solani lalu diaduk hingga homogen. 7. Dicetak menjadi tablet dengan penampang 11 mm.

FORMULA MA SISA (gr) G.BASAH (gr) G.KERING (gr) FINE (gr)

F1 3550 38,53 33,56 2,10

F2 3400 38,17 33,38 1,91

F3 3150 35,49 30,67 2,35

F4 3000 35,75 30,88 2,39

F5 3100 35,71 31,07 2,63

F6 3000 36,64 31,45 2,59

(52)

Lampiran 3. Contoh Perhitungan Friabilitas Tablet Parasetamol A - B

Rumus : F = x 100% A

Keterangan : F = Friabilitas

A = Bobot tablet sebelum diputar dalam alat friabilator B = Bobot tablet setelah diputar dalam alat friabilator Syarat Friabilator tablet :

Kehilangan bobot tidak boleh lebih dari 1% (F ≤ 1%)

Sebagai contoh diambil tablet parasetamol dengan konsentrasi amilum solani 3% (F2)

Bobot 20 tablet sebelum diputar = 7100 g Bobot 20 tablet setelah diputar = 7050 g

Friabilitas tablet = 100% 7100

7050 7100

× −

g g g

(53)

Lampiran 4. Data Hasil Uji Kekerasan, Uji Friabilitas, dan Uji Waktu Hancur a. Uji Kekerasan Tablet

FORMULA KEKERASAN TABLET (Kg) RATA-RATA

F1 4 6,25 4,25 4,5 4 4,60±1,95

Formula Bobot 20 tablet (gram) Friabilitas (%)

c. Uji Waktu Hancur

FORMULA WAKTU HANCUR (menit) RATA-RATA

(54)

Lampiran 5. Contoh Perhitungan Keseragaman Bobot Tablet Parasetamol

Sebagai contoh diambil tablet parasetamol dengan konsentrasi 1% (Formula 1). Ditimbang 20 tablet dan dibersihkan dari debu, hitung bobot rata-rata kemudian timbang satu persatu dan diambil yang bervariasi tinggi.

Berat 20 tablet = 7.100 gr

Berat rata-rata = 355

Gambar

Tabel Daftar antiadherent yang biasa digunakan
Tabel 2. Formula Tablet Parasetamol
Gambar 4.1 Pati kentang merah (perbesaran 10 x 40).  Keterangan: 1. Hilus  2. Lamella
Tabel 4.1 Data Uji Preformulasi Massa Granul
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa formula tablet ekstrak buah pare dengan bahan pengikat gelain 0,5% yang dibuat dengan metode granulasi basah dapat

PEMBUATAN PATI SITRAT DARI PATI SINGKONG (Manihot utilissima P.) DENGAN METODE KLAUSHFER DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI DISINTEGRAN PADA FORMULASI.. TABLET PARASETAMOL YANG DIBUAT

Ekstrak kemangi dapat dibuat tablet hisap dengan bahan pengikat amilum. manihot dan perbedaan konsentrasi amilum manihot akan berpengaruh

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa formula tablet ekstrak buah pare dengan bahan pengikat gelain 0,5% yang dibuat dengan metode granulasi basah dapat

berjudul Formulasi Tablet Hisap Nanopartikel Daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz &amp; Pav.) Secara Granulasi Basah.. Skripsi ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat

Hasil penelitian yang di dapatkan pada formula I, II dan III menunjukan bahwa pati umbi tire sebagai pengikat tablet memiliki keseragaman ukuran,

Penggunaan bahan pengikat gelatin dalam formula tablet ekstrak daun kemuning mempengaruhi sifat fisik tablet, yaitu keseragaman bobot, kekerasan, dan waktu hancur. Tablet ekstrak

Pembuatan tablet dengan metode granulasi basah ada penambahan air atau cairan dalam proses granulasinya (baik cairan bahan pengikat maupun cairan yang hanya berfungsi sebagai