Peran Serta Masyarakat dalam Upaya Pencegahan
dan Pemberantasan DBD di Kecamatan Bies
Kecamatan Aceh Tengah
Fitri Anita
101121112
Skripsi
Judul : Peran Serta Mayrakat dalam Upaya Pencegahan dan Pemberantasan DBD di Kecamatan Bies Kabupaten Aceh Tengah.
Nama Mahasiswa : Fitri Anita
NIM : 101121112
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2010
Abstrak
Peran serta masyarakat sangat penting dilakukan untuk meningkatkan status kesehatan di masyarakat yaitu dengan cara ikut sertanya seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan permasalahan-permasalahan masyarakat tersebut. Partisipasi masyarakat di bidang kesehatan berarti keikut sertaan seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan setiap permasalahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan DBD. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan tujuan untuk menggambarkan bagaimana peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan DBD. Teknik pengambilan sampel menggunakan random sampling dengan sampel 50 kepala keluarga, pengumpulan data dilakukan pada bulan pada tanggal 5 sampai 20 oktober 2012. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner data demografi. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan jumlah responden mayoritas peran serta masyarakat berdasarkan motivasi dalam kategori baik sebanyak 38 responden (76%), berdasarkan komunikasi berkategori cukup sebanyak 26 responden (52%). Pada aspek ini peran serta masyarakat sudah cukup baik, timbulnya kesadaran diri pada masyarakat menjadi modal utama sehingga menciptakan suatu komunikasi antar setiap anggota masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit DBD. berdasarkan koordinasi mayoritas yang berkategori kurang sebanyak 39 responden (78%), sedangkan berdasarkan mobilisasi yang berkategori cukup sebanyak 37 responden (74%), Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya partisipasi dan kerjasama antara anggota masyarakat menjadi faktor utamanya, sehingga tidak terjadi team work yang baik antar setiap anggota masyarakat maupun tim pelayanan kesehatan. Diharapkan kepada tenaga kesehatan untuk meningkatkan dukungannya untuk melaksanakan peran serta dalam upaya pencegahan dan pemberantasan DBD untuk masa yang akan datang untuk lebih baik lagi, dan untuk peneliti berikutnya diharapkan untuk meneliti pengetahuan masyarakat dalam upayan pencegahan dan pemberantasan Demam Berdarah Dengue.
Prakata
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan berjudul “Peran
Serta Masyarakat dalam Upaya Pencegahan dan Pemberantasan DBD di
Kecamatan Bies Kabupaten Aceh Tengah”, yang merupakan salah satu syarat
untuk menyelesakan pendidikan Program Sarjana Keperawatan Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah
memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi
ini, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak dr. Dedi Ardinata,
M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan.
Ibu Erniyati, S.Kp, MNS, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatra Utara Medan. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS, selaku
pembantu dekan II Fakultas Keperawatan Sumatra Utara Medan. Bapak
Ikhsanudin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS, selaku pembantu dekan III Fakultas
Keperatan Universitas Sumatra Utara Medan.
Terima kasih juga saya ucapkan kepada Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS,
selaku pembantu dekan II Fakultas Keperawatan Sumatra Utara Medan dan
sekaligus sebagai dosen pembimbing yang telah memberi bimbingan dan
masukan dengan penuh kesabaran dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih
saya ucapkan kepada Ibu Siti Zahara SKp, MNS selaku dosen penguji I, dan Ibu
Lutfiani, S.kep, Ns selaku dosen penguji II yang telah memberi masukan kepada
kepada seluruh staf dan dosen pengajar di Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatra Utara Medan.
Terimakasih kepada Bapak M. Yusuf, S.Pd, selaku Camat Bies yang telah
memberi izin penelitian tentang Peran Serta Masyarakat dalam Pencegahan dan
Pemberantasn DBD di Kecamatan Bies Kabupaten Aceh Tengah, dan terima kasih
juga saya ucapkan kepada seluruh staf pegawai kantor camat Bies Kabupaten
Aceh Tengah yang telah membantu dalam proses penelitian. Ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya penulis persembahkan kepada kedua orang tua yang
sangat penulis sayangi dan hormati, kakak, abang dan orang terdekat yang telah
memberi penulis dorongan dan masukan selama menjalani perkuliahan di Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan. Terima kasih juga penulis
ucapkan kepada teman-teman sejawat Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra
Utara Medan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi lebih baik bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan pelayanan serta untuk masukan penelitian
selanjutnya.
Medan,…Januari 2012 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Halaman Pengesahan ... ii
Abstrak ... iii
Prakarta ... iv
Daftar Isi ... vii
Daftar Tabel ... viii
Skema ... ix
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1. Latar Belakang ... 1
2. Rumusan Masalah ... 3
3. Tujuan Penelitian ... 3
4. Manfaat Penelitian ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5
1. Peran Serta Masyarakat ... 5
2. Masyarakat ... 30
3. Demam Berdarah Dengue ... 43
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 46
1. Kerangka Penelitian ... 46
2. Defenisi Operasional Peran Serta Masyarakat ... 47
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 48
1. Desain Penelitian ... 48
3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 49
4. Pertimbangan Etik ... 49
5. Instrumen Penelitian ... 50
6. Validitas Instrumen Penelitian ... 51
7. Realibitas Instrumen Penelitian ... 51
8. Rencana Pengumpulan Data ... 52
9. Analisa Data ... 52
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54
1. Hasil Penelitian ... 54
2. Pembahasan ... 59
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 63
1. Kesimpulan ... 63
2. Saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran – lampiran 1. Inform Consent 2. Kuesioner Penelitian 3. Instrument Penelitian 4. Surat Izin Penelitian 5. Taksasi Dana
6. Jadwal Tentatif Penelitian 7. Lembar Bukti Pembimbing Curriculum Vitae
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Distribusi frekuensi dan presentase karakteristik responden (n=50)
... 54 Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase kategori peran serta masyarakat (n=50)
... 56
Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan DBD berdasarkan motivasi (n=50) ... 56
Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan DBD berdasarkan komunikasi (n=50)
... 57
Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan DBD berdasarkan koordinasi (n=50) 58
SKEMA
Judul : Peran Serta Mayrakat dalam Upaya Pencegahan dan Pemberantasan DBD di Kecamatan Bies Kabupaten Aceh Tengah.
Nama Mahasiswa : Fitri Anita
NIM : 101121112
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2010
Abstrak
Peran serta masyarakat sangat penting dilakukan untuk meningkatkan status kesehatan di masyarakat yaitu dengan cara ikut sertanya seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan permasalahan-permasalahan masyarakat tersebut. Partisipasi masyarakat di bidang kesehatan berarti keikut sertaan seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan setiap permasalahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan DBD. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan tujuan untuk menggambarkan bagaimana peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan DBD. Teknik pengambilan sampel menggunakan random sampling dengan sampel 50 kepala keluarga, pengumpulan data dilakukan pada bulan pada tanggal 5 sampai 20 oktober 2012. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner data demografi. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan jumlah responden mayoritas peran serta masyarakat berdasarkan motivasi dalam kategori baik sebanyak 38 responden (76%), berdasarkan komunikasi berkategori cukup sebanyak 26 responden (52%). Pada aspek ini peran serta masyarakat sudah cukup baik, timbulnya kesadaran diri pada masyarakat menjadi modal utama sehingga menciptakan suatu komunikasi antar setiap anggota masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit DBD. berdasarkan koordinasi mayoritas yang berkategori kurang sebanyak 39 responden (78%), sedangkan berdasarkan mobilisasi yang berkategori cukup sebanyak 37 responden (74%), Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya partisipasi dan kerjasama antara anggota masyarakat menjadi faktor utamanya, sehingga tidak terjadi team work yang baik antar setiap anggota masyarakat maupun tim pelayanan kesehatan. Diharapkan kepada tenaga kesehatan untuk meningkatkan dukungannya untuk melaksanakan peran serta dalam upaya pencegahan dan pemberantasan DBD untuk masa yang akan datang untuk lebih baik lagi, dan untuk peneliti berikutnya diharapkan untuk meneliti pengetahuan masyarakat dalam upayan pencegahan dan pemberantasan Demam Berdarah Dengue.
BAB I
PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus Dengue dari nyamuk Aedes Aegypti, yang berdampak terhadap gangguan
pembuluh darah kapiler dan sistem pembekuan darah sehingga terjadi perdarahan,
yang dapat menimbulkan kematian. (Misnadiarly, 2009). Di wilayah pengawasan WHO Asia Tenggara, Thailand merupakan negara peringkat pertama yang melaporkan kasus Demam Berdarah Dengue yang dirawat di rumah sakit. Sedangkan Indonesia ternasuk peringkat kedua. Sejak tahun 1980 dengan jumlah kasus yang di laporkan lebih dari 10.000 setiap tahunnya. (Soegeng, 2006)
Di Indonesia, DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta. Namun pada tahun 1994 telah menyebar di 27 propinsi di Indonesia, dan 12 propinsi di antaranya dalam status kejadian luar biasa (Depkes, 2004). Pada tahun 2008 tercatat ada 136.399 kasus Demam Berdarah, sekitar 1.170 korban di antaranya meninggal dunia. Umumnya, kasus ini terjadi pada
anak-anak. Sepanjang tahun 2009 jumlah kasus naik menjadi 154.855 kasus dan 1.384
meninggal dunia. (Depkes, 2010). Sama halnya yang terjadi di Sumatra Utara, Kasus penyakit Demam Berdarah Dengue yang menjangkiti masyarakat dari
berbagai usia di berbagai kabupaten/kota di Sumatera Utara cenderung mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas
Kesehata
tahun 2007 sebesar 34,10 per 100 ribu penduduk, tahun 2008 sekitar 34,30 per
100 ribu penduduk dan tahun 2010 hingga akhir September mencapai 36,52 per
100 ribu penduduk. (Depkes, Sumut)
Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) data dari kabupaten Aceh Tengah
pada periode Januari-Juli 2010 sebanyak 72 orang atau meningkat 67 persen
dibandingkan tahun 2009 yang hanya 43 orang. Menurut Kepala Dinas Kesehatan
Aceh Tengah, bahwa sebelumnya kasus DBD tidak pernah ditemukan di
daerahnya, yang merupakan daerah dataran tinggi, tapi dalam dua tahun terakhir
mulai terjangkit, sehingga perlu kewaspadaan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan
Takengon, bahwa jumlah penderita DBD itu hanya terdata pada saat pasien
berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Datu Beru Takengon dan
puskesmas-puskesmas yang tersebar di 14 Kecamatan di daerah itu. Sementara
pasien-pasien DBD yang berobat di rumah sakit swasta dan tempat praktik dokter
belum terdata secara akurat, sehingga kemungkinan jumlah penderitanya lebih
banyak dari perkiraan. (Dinkes Takengon, 2010)
Seiring dengan kejadian yang terus meningkat, di karenakan belum
optimalnya peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan
DBD. Hal ini di buktikan juga pada setiap kunjungan kerumah-rumah penduduk,
bahwa masih banyak ditemukan jentik nyamuk Aedes Aegypti di tempat-temapat
penampungan air, bekas tempat minuman yang bisa menampung air dan tempat
lainnya. Berdasarkan data di atas dapat kita lihat bahwa kasus DBD di Aceh pada
tahun 2010 mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan belum optimalnya peran
Maka perlu dilakukan trombosan untuk meningkatkan peran serta masyarakat
untuk ikut berpartisipasi dalam setiap program pencegahan dan pemberantasan
DBD. Maka perlu dilakukan penelitian bagaimana peran serta masyarakat dalam
upaya pencegahan dan pemberantasan DBD di Kecamatan Bies Kabupaten Aceh
Tengah.
2 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan dalam rumusan latar belakang di atas maka
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peran serta masyarakat dalam
upaya pencegahan dan pemberantasan DBD di Kecamatan Bies Kabupaten Aceh
Tengah.
3 Tujuan Penelitian
Mengidentifikasi bagaimana peran serta masyarakat dalam upaya
pencegahan dan pemberantasan DBD di Kecamatan Bies Kabupaten Aceh
Tengah.
4 Manfaat Penelitian
4.1Bagi Pelayanan Keperawatan Komunitas
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi
dalam meningkatkan pelayanan Keperawatan Komunitas terutama tentang
peran serta masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan DBD.
Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan masukan bagi
institusi pelayanan kesehatan dengan peran serta masyarakat dalam upaya
pencegahan dan pemberantasan DBD di Kecamatan Bies Kabupaten Aceh
Tengah.
4.3Bagi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi tambahan
tentang peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan Pemberantasan
DBD di Kecamatan Bies Kabupaten Aceh Tengah.
4.4Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil Penelitian ini juga dapat digunakan peneliti selanjutnya sebagai
bahan perbandingan dan referensi tambahan terkait dengan peran serta
masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan DBD di Kecamatan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Peran Serta Masyarakat
1.1Definisi Peran Serta Masyarakat
Peran serta masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota
masyarakat dalam memecahkan permasalahan-permasalahan masyarakat
tersebut. Partisipasi masyarakat di bidang kesehatan berarti keikut sertaan
seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan setiap permasalahan. Di
dalam hal ini masyarakat sendirilah yang aktif memikirkan, merencanakan,
melaksanakan, melaksanakan dan mengevaluasikan program-program
kesehatan masyarakatnya. Lembaga atas wadah yang ada di masyarakat hanya
dapat memotivasi, mendukung dan membimbingnya. (Notoatmodjo, 2007)
1.2Elemen-Elemen Peran Serta Masyarakat
1.2.1 Motivasi
Motivasi adalah persyaratan masyarakat untuk berpartisipasi, tanpa
motivasi masyarakat sulit untuk berpartisipasi di semua program. Timbulnya
motivasi harus dari masyarakat itu sendiri dan pihak luar hanya memberikan
dukungan dan motivasi saja. Untuk itu maka pendidikan kesehatan sangat
diperlukan dalam rangka meningkatkan tumbuhnya motivasi masyarakat.
bertindak, dimana bila orang tersebut yang tidak mau bertindak sering kali
disebut tidak memiliki motivasi. Alasan atau dorongan itu bisa datang dari
luar maupun dari dalamdiri. Sebenarnya pada dasarnya semua motivasi itu
datang dari dalam diri, faktor luar hanyalah pemicu munculnya motivasi
tersebut. Motivasi dari luar adalah motivasi yang pemicunya datang dari luar
diri kita. Sementara meotivasi dari dalam ialah motivasi yang muncul dari diri
kita. Sudrajad (2008)
Sudrajad (2008), mengemukakan beberapa teori motivasi yaitu antara
lain: teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan), teori motivasi yang
dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat
bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu:
kebutuhan fisiologikal seperti rasa lapar, haus, istirahat dan sex; kebutuhan
rasa aman, tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal
dan intelektual; kebutuhan akan kasih saying; kebutuhan akan harga diri
(esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol
status; dan aktualisasi diri, dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang
untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah
menjadi kemampuan nyata.
Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama fisiologis dan kedua
keamanan kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan
menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya
membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat,
jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang
lainnya karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa
kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat
pskologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual. Menarik pula untuk
dicatat bahwa dengan makin banyaknya organisasi yang tumbuh dan
berkembang di masyarakat dan makin mendalamnya pemahaman tentang
unsur manusia dalam kehidupan organisasional, teori “klasik” Maslow
semakin dipergunakan, bahkan dikatakan mengalami “koreksi”.
Penyempurnaan atau “koreksi” tersebut terutama diarahkan pada konsep
“hierarki kebutuhan “ yang dikemukakan oleh Maslow. Istilah “hierarki”
dapat diartikan sebagai tingkatan. Atau secara analogi berarti anak tangga.
Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak
tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika konsep tersebut
diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan
berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua,- dalam hal ini keamanan-
sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan papan
terpenuhi; yang ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang
merasa aman.
Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai
kebutuhan manusia makin mendalam penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan
bukan hanya tepat, akan tetapi juga memang diperlukan karena pengalaman
menunjukkan bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia
seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa
dihargai, memerlukan teman serta ingin berkembang.
Teori Mc Clelland (Teori Kebutuhan BerprestasI), dari Mc Clelland
dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi yang menyatakan
bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang
akan prestasi. Kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan
melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai,
memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide
melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin sesuai dengan kondisi yang
berlaku. Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi. Mencapai
performa puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan
pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara
berhasil. Menurut Mc Clelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi
memiliki tiga ciri umum yaitu: sebuah preferensi untuk mengerjakan
tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat; menyukai situasi-situasi di mana
kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena
faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan menginginkan umpan balik
tentang keberhasilan dan kegagalan mereka dibandingkan dengan mereka
yang berprestasi rendah.
Teori Clyton Alderfer (Teori ERG), menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak. Teori
Alderfer menyatakan bahwa makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan
untuk memuaskan kebutuhan yang lebih tinngi semakin besar apabila
kebutuhan yang lebih rendah telah duipuaskan. Sebaliknya, semakin sulit
memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan
untuk memuaskan kebutuhan yang lebih mendasar.
Teori Herzberg (Teori dua faktor), teori ini dikenal dengan teori dua
faktor dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau
pemeliharaan. Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah
hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti
bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor
hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang
berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang
dalam kehidupan seseorang. (Sudrajat, 2008)
Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional antara
lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan
bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan
faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status
seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya,
kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan
sistem imbalan yang berlaku. Salah satu tantangan dalam memahami dan
menerapkan teori Herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana
yang lebih berpengaruh kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat
Teori penetapan tujuan, bahwa dalam penetapan tujuan memiliki
empat macam mekanisme motivasional yaitu tujuan-tujuan mengarahkan
perhatian, tujuan-tujuan mengatur upaya, tujuan-tujuan meningjatkan
persistensi, tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana
kegiatan. (Sudrajat, 2008)
Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan),Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation” mengetengahkan suatu teori
yang disebutnya sebagai “ Teori Harapan”. Menurut teori ini, motivasi
merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan
perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil
yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan
sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang
bersangkutan akan berupaya mendapatkannya. Dinyatakan dengan cara yang
sangat sederhana, teori harapan berkata bahwa jika seseorang menginginkan
sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang
bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang
diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang
diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah.
(Sudrajat, 2008)
Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku, berbagai teori atau model motivasi yang telah dibahas di muka dapat digolongkan sebagai model
kognitif motivasi karena didasarkan pada kebutuhan seseorang berdasarkan
Perilakunya pun ditentukan oleh persepsi tersebut. Padahal dalam kehidupan
organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak seseorang ditentukan pula
oleh berbagai konsekwensi ekstrernal dari perilaku dan tindakannya. Artinya,
dari berbagai faktor di luar diri seseorang turut berperan sebagai penentu dan
pengubah perilaku. Dalam hal ini berlakulah apaya yang dikenal dengan
“hukum pengaruh” yang menyatakan bahwa manusia cenderung untuk
mengulangi perilaku yang mempunyai konsekwensi yang menguntungkan
dirinya dan mengelakkan perilaku yang mengibatkan perilaku yang
mengakibatkan timbulnya konsekwensi yang merugikan. (Sudrajat, 2008)
Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi, bertitik tolak dari pandangan
bahwa tidak ada satu model motivasi yang sempurna, dalam arti
masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, para ilmuwan terus menerus
berusaha mencari dan menemukan sistem motivasi yang terbaik, dalam arti
menggabung berbagai kelebihan model-model tersebut menjadi satu model.
Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada
faktor internal adalah: persepsi seseorang mengenai diri sendiri, harga diri,
harapan pribadi, kebutuhaan, keinginan, kepuasan kerja, prestasi kerja yang
dihasilkan. Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang,
antara lain ialah: jenis dan sifat pekerjaan, kelompok kerja dimana seseorang
bergabung, organisasi tempat bekerja, situasi lingkungan pada umumnya dan
Fungsi motivasi sangat erat kaitannya dengan tujuan, apapun bentuk
kegiatannya akan dengan mudah tercapai jika diawali dengan motivasi yang
jelas. Untuk itu motivasi memiliki beberapa fungsi antara lain: motivasi
sebagai pendorong individu untuk berbuat, fungsi motivasi dipandang sebagai
pendorong seseorang untuk berbuat sesuatu. Dengan motivasi individu
dituntut untuk melepaskan energy dalam kegiatannya; motivasi sebagai
penentu arah perbuatan, motivasi akan menuntun seseorang untuk melakukan
kegiatan yang benar-benar sesuai dengan arah dan tujuan yang ingin
dicapainya; motivasi sebagai proses seleksi perbuatan, motivasi akan
memberikan dasar pemikiran bagi individu untuk memperioritaskan kegiatan
mana yang harus dilakukan; motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi,
prestasi dijadikan motivasi utama bagi seseorang dalam melakukan kegiatan.
(Setiawan, 2008)
Jenis motivasi sendiri dilihat dari dasar pembentukannya yaitu:
motivasi diri adalah sebuah kemampuan kita untuk memotivasi diri kita tanpa
memerlukan bantuan orang lain. Kita memiliki kemampuan untuk
mendapatkan alasan atau dorongan untuk bertindak. Proses mendapatkan
dorongan bertindak ini pada dasarnya sebuah proses penyadaran akan
keinginan diri sendiri yang biasanya terkubur. Setiap orang memiliki
keinginan yang merupakan dorongan untuk bertindak, namun seringkali
dorongan tersebut melemah karena faktor luar. Melemahnya dorongan ini bisa
dilihat dari hilangnya harapan dan ketidakberdayaan. Motivasi yang dipelajari
yaitu motivasi akan ada dan berkembang karena adanya keingintahuan
bermakna bahwa motivasi akan muncul karena danya desakan proses pikir,
sehingga motivasi ini sangat individualistik. Motivasi eskpresi diri, motivasi
individu dalam melakukan aktivitas/kegiatan bukan hanya untuk memuaskan
kebutuhannya saja tetapi ada kaitannya dengan bagaimana individu tersebut
berhasil menampilkan diri dalam kegiatan tersebut, dan motivasi aktualisasi
diri yaitu motivasi bisa dijadikan sebagai bentuk aktualisasi diri. (Setiawati,
2008)
Setiawati (2008), menyebutkan jenis motivasi atas dasar
pembentukannya terdiri atas: motivasi bawaan, motivasi jenis ini ada sebagai
insting manusia sebagai makhluk hidup, motivasi untuk berumah tangga,
motivasi untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan serta
motivasi untuk terhindar dari penyakit. Motivasi ini terus berkembang sebagai
konsekuensi logis manusia; motivasi yang dipelajari, motivasi jenis ini akan
ada dan berkembang karena adanya keingintahuan seseorang dalam proses
pembelajarannya; motivasi kognitif, motivasi kognitif bermakna bahwa
motivasi akan muncul karena adanya desakan proses pikir, sehingga motivasi
ini sangat individualistik; motivasi ekpresi diri, motivasi individu dalam
melakukan aktiftas/kegiatan bukan hanya untuk memuaskan kebutuhan saja
tetapi ada kaitannya dengan bagaimana individu tersebut berhasil
menampilkan diri dengan kegiatan tersebut; motivasi aktualisasi diri, Rowling
dengan Harry Potternya telah berhasil membukt ikan bahwa dengan menulis
dirinya bisa memberikan banyak makna buat pembaca. Tulisannya menjadi
memuaskan hobi saja melainkan bisa dijadikan sebagai bentuk aktualisasi diri.
(Setiawan, 2008)
1.2.2 Komunikasi
Komunikasi adalah Suatu proses penyampaian dan penerimaan pesan
yang dapat menyampaikan ide dan penerimaan informasi kepada masyarakat.
Media masa seperti TV, radio, poster, film, dan sebagainya. Sebagian dari
informasi tersebut adalah sangat efektif untuk menyampaikan pesan yang
akhirnya dapat menimbulkan suatu partisipasi. (Notoatmodjo, 2007). Menurut
Nasir, dkk (2009) bahwa komunikasi merupakan penyampaian informasi
dalam sebuah intraksi tatap muka yang berisi ide, perasaan, perhatian, makna
serta pikiran yang diberikan kepada penerima pesan dengan harapan penerima
pesan menggunakan informasi tersebut untuk mengubah sikap dan prilaku.
Komunikasi adalah suatu proses pengoprasian rangsangan (stimulus)
dalam bentuk lambang atau symbol bahasa atau gerak (non-verbal), untuk
mempengaruhi prilaku orang lain. Stimulus atau rangsangan ini dapat berupa
suara atau bunyi dan juga bisa menggunakan bahasa lisan, maupun berupa
gerakan, tindakan atau simbol-simbol yang diharapkan dapat dimengerti oleh
pihak lain dan pihak lain tersebut merespon atau bereaksi sesuai dengan
maksud dan tujuan dari pihak yang memberikan stimulus tersebut.
Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk
mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan masyarakat, dengan
menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi, baik menggunakan
komunikasi kesehatan adalah perubahan prilaku kesehatan masyarakat, dan
selanjutnya perilaku kesehatan masyarakat tersebut akan berpengaruh kepada
meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. Bentuk komunikasi yang sering
dipergunakan dalam program-program kesehatan masyarakat adalah sebagai
berikut : Komunikasi antar pribadi yaitu komunikasi langsung, tatap muka
antara satu orang dengan orang lain baik perorangan maupun kelompok.
Komunikator langsung bertatap muka dengan komunikan, baik secara
individual ataupun kelompok. Di dalam pelayanan kesehatan atau komunikasi
antarpribadi ini terjadi antara petugas kesehatan health provider dengan
clients, atau kelompok masyarakat atau anggota masyarakat. Komunikasi antar pribadi merupakan pelengkap komunikasi massa. Artinya pesan-pesan
kesehatan yang telah disampaikan lewat media massa dapat ditindaklanjuti
dengan melakukan komunikasi antar pribadi, misalnya: penyuluhan kelompok
dan konseling kesehatan. Metode komunikasi antar pribadi yang paling baik
adalah konseling (councelling), karena didalam cara ini antara komunikator
atau konseler dengan komunikan atau klien terjadi dialog. Klien lebih terbuka
menyampaikan masalah dan keinginan-keinginannya, karena tidak ada pihak
ketiga yang hadir. (Notoatmodjo, 2007)
Komunikasi mempunyai beberapa tujuan. Tujuan utama komunikasi
yaitu sebagai perubahan sikap (attitude change), seorang komunikasi setelah
menerima pesan kemudian sikapnya berubah menjadi positif maupun negatiF.
Dalam berbagai situasi kita berusaha memengaruhi sikap orang lain dan
berusaha agar orang lain bersikap positif sesuai dengan keinginan kita.
komunikasi berusaha menciptakan pemahaman, pemahaman ialah kemampuan
memahami pesan secara cermat sebagaimana dimaksudkan oleh komunikator.
Setelah memahami apa yang dimaksud komunikator, maka akan tercipta
pendapat yang berbeda-beda bagi komunikan. Komunikasi sebagai perubahan
prilaku (behavior change) yaitu komunikasi bertujuan untuk mengubah
prilaku maupun tindakan seseorang, dari prilaku yang destruktif (tidak
mencerminkan prilaku hidup sehat, menuju prilaku hidup sehat). Komunikasi
sebagai perubahan sosial (social change) yaitu untuk membangun dan
memelihara ikatan hubungan dengan orang lain sehigga menjadi hubungan
yang semakin baik.
Komunikasi kesehatan mempunyai tujuan starategis diantaranya yaitu:
sebagai penerus informasi, percepatan pengambilan keputusan,
memperkenalkan priaku sehat, pertukaran informasi kesehatan, pemeliharaan
kesehatan secara mandiri dan pemenuhan permintaan pelayanan kesehatan.
Tujuan komunikasi selanjutnya yaitu tujuan praktis, dimana tujuan umum
komunikasi kesehatan adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia melalui beberapa cara yaitu diantaranya untuk meningkatkan bebagai
pengetahuan terkait dengan komunikasi, meningkatkan kemampuan dan
keterampilan dalam berkomunikasi yang efektif dan untuk membentuk sikap
dan prilaku berkomunikasi yang baik. (Setiawati, 2008)
Fungsi komunikasi antara lain: sebagai informasi yaitu suatu proses
penyampaian pesan atau menjabarluaskan informasi kepada orang lain, artinya
diharapkan dari penyebaran informasi tersebut, para penerima informasi akan
selanjutnya yaitu fungsi pendidikan adalah menyebarkan informasi yang
bersifat mendidik atau sebagai penyampai komunikasi kepada orang lain.
Fungsi instruksi yaitu komunikasi untuk memberikan instruksi atau perintah
kepada penerima untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang
diperintahkan kepada dirinya. Fungsi persuasi yaitu suatu komunikasi
memiliki fungsi mempengaruhi sikap penerima agar menentukan sikap dan
prilaku yang sesuai dengan kehendak pengirim dan fungsi menghibur yaitu
fungsi pengirim untuk mengirimkan pesan-pesan yang menandung hiburan
kepada penerima agar penerima menikmati apa yang di informasikan.
(Setiawati, 2008)
Komunikasi mempunyai beberapa prinsip dasar yaitu antara lain:
komunikasi adalah suatu proses simbolik, kesepakatan menggunakan lambing
atau simbol dalam suatu komunitas merupakan syarat terjadinya komunitas
antarmanusia. Hal tersebut sangat berbeda sekali dengan hewan yang tidak
memerlukan simbol dalam komunikasi. Lambing atau simbol tersebut berupa:
kata-kata (pesan verbal), perilaku nonverbal, dan objek yang maknanya
disepakati bersama. Kemampuan seseorang menggunakan lambing verbal
memungkinkan perkembangan bahasa dan menangani antarmanusia dan objek
(baik nyata maupun tidak nyata) tanpa kehadiran manusia atau objek tersebut.
Namun selain adanya simbol atau lambing, masih ada sarana lain yang dapat
dijadikan komunikasi yaitu ikon dan indeks, akan tetapi untuk
menggunakannya tidak memerlukan kesepakatan.
Kedua setiap prilaku mempunyai potensi komunikasi, komunikasi
sendiri. Penafsiran perilaku seseorang membuat orang tersebut berkomunikasi
pada diri sendiri maupun dengan orang lain. Ketika perawat melihat klien
duduk termenung, dapat ditafsirkan bermacam-macam, mungkin klien tersebut
sedih memikirkan sesuatu atau mungkin ada hal-hal yang lain. Ketigam
komunikasi punya dimensi isi dan hubungan, setiap pesan komunikasi
mempunyai dimensi isi tersebut kita bisa memprediksi dimensi hubungan
yang ada diantara pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi. dalam arti
apa yang di ucapkan harus sama dengan gerakan atau prilaku yang dilakukan
atau yang diperlihatkan. Keempat, komunikasi itu berlangsung dalam berbagai
tingkat kesengajaan, setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh
seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat kesengajaan yang dimulai dari tidak
disengaja atau tidak direncanakan (apa saja yang akan dikatakan atau apa saja
yang akan dilakukan tanpa mengharapkan respons), sampai pada tindakan
komunikasi yang betul-betul disengaja (pihak komunikasi mengharapkan
respons dan berharap tujuannya tercapai). Kesengajaan bukanlah syarat yang
mutlak untuk terjadinya komunikasi.
Kelima, komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu, pesan
komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikan baik secara verbal
maupun nonverbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses komunikasi itu
berlangsung. Kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu
berlangsung. Komunikasi juga mampu menembus factor ruang dan waktu.
Keenam, komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi, tidak dapat
dibayangkan jika orang melakukan atau mengajak komunikasi di luar norma
mengesampingkan aturan dan tata karma. Ketujuh, komunikasi itu bersifat
sistemik, agar pesan yang disampaikan dapat diterima oleh orang lain. Sistem
internal dan sistem eksternal sangat memengaruhi penyerapan pesan yang
disampaikan oleh orang lain. Sistem internal merupakan seluruh sistem nilai
yang dibawa oleh individu ketika ia berpartisipasi dalam komunikasi, yang ia
serap selama sosialisasinya dalam berbagai lingkungan sosial. Kesepuluh,
komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional yaitu komunikasi
merupakan penawaran sebuah ide maupun gagasanm komunikasi
dikembangkan seuai dengan bagaimana seseorang menilai suatu gagasan
tersebut sebagai masukan yang berharga untuk dijadikan acuan untuk berbuat
dalam berprilaku. Keputusan untukl mengunakan gagasan atau ide tersebut
merupakan hak dari komunikasi. Kesebelas, komunikasi bersifat ireversibel
yaitu setiap orang yang melakukan komunikasi tidak dapat mengontrol efek
yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan, komunikasi tidak dapat ditarik
kembali. (Nasir, 2009)
Agar terjadi komunikasi yang efektif antara pihak satu dengan pihak
yang lain, antara kelompok satu dengan yang lain, atau seseorang dengan
orang lain, diperlukan keterlibatan beberapa unsur komunikasi yaitu:
komunikator (source) adalah orang atau sumber yang menyampaikan atau
mengeluarkan stimulus antaralain dalam bentuk informasi-informasi, atau
lebih tepat disebut pesan-pesan (message) yang harus disampaikan kepada
pihak atau orang lain, dan diharapka orang atau pihak tersebut memberikan
respons atau jawaban. Apabila orang lain atau pihak lain tersebut tidak
kedua variabel tersebut. Sumber atau komunikator merupakan pemrakarsa
atau orang yang pertama memulai terjadinya proses komunikasi. Hal ini
disebabkan karena semua peristiwa komunikasi akan melibatkan dan
tergantung dari sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Sumber
inilah penentu keberhasilan sebuah proses komunikasi sehingga diperlukan
kiat-kiat tertentu dalam menyampaikan sebuah informasi. Sumber dapat
berasal dari individu, kelompok maupun organisasi.
Komunikan (receiver) merupakan objek sasaran pesan yang dikirim
oleh pengirim pesan. Dalam proses komunikasi, keberadaan penerima pesan
tergantung adanya sumber berita, mungkin tidak ada penerima pesan jika tidak
ada sumber berita. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam komunikasi adalah
karakteristik, budaya, teknik/cara penyampaian, tingkat pemahaman, waktu,
lingkungan fisik dan psikologis dan tingkat kebutuhan.
Pesan (message) merupakan produk utama komunikasi. Pesan berupa
lambang-lambang yang menjelaskan ide/gagasan, sikap, perasaan, praktik,
atau tindakan.pesan ini dapat berbentuk kata-kata tertulis, lisan,
gambar-gambar, angka-angka, benda, gerak-gerik atau tingkah laku dan berbagai
bentuk tanda-tanda lainnya. Komunikasi dapat terjadi dalam diri seseorang,
antara dua orang, diantara beberapa orang atau beberapa orang. Komunikasi
mempunyai tujuan tertentu, artinya komunikasi dilakukan dengan keinginan
dan kepentingan para pelakunya. Pesan merupakan segala sesuatu yang akan
disampaikan dari pengirim ke penerima pesan. Pesan yang disampaikan
merupakan isi atau inti sari dari hal-hal yang akan disampaikan, bisa berupa
merupakan ide, pendapat, pikiran, maupun saran dari pengirim pesan. Cara
penyampaian pesan tersebut berupa pesan verbal maupun pesan nonverbal.
Kesan nonverbal yang telah disampaikan lebih dipercaya daripada pesan
verbal. Orang yang tampak sedih akan terlihat jelas dalam raut mukanya
malaupun orang tersebut mengatakan tidak sedih. Raut muka yang tampak
mengalami kesedihan akan tergambar sangat jelas daripada pesan verbal yang
disampaikan.
Saluran (media) merupaka sarana yang digunakan oleh komunikator
untuk memindahkan pesan dari pihak satu ke pihak lainnya. Media merupakan
alat atau sarana yang digunakan oleh komunikasi dalam menyampaikan pesan
atau informasi kepada komunikan. Jenis dan bentuk saluran atau media
komunikasi sangat bervariasi, mulai dari yang paling tradisional yaitu melalui
mulut (lisan), bunyi-bunyian (kentongan), tulisan (cetakan) sampai dengan
elektronik yang paling modern, yaitu televisi dan internet. (Tamsuri, 2006)
Dengan melakukan komunikasi kesehatan dengan pihak kesehatan
yang menjadi pesan pokok adalah kesehatan dan problima-problema yang
dihadapi. Agar proses komunikasi kesehatan itu efektif dan terarah, dapat
dilakukan melalui bentuk-bentuk komunikasi antara lain sebagai berikut:
komunikasi dirinya sendiri (Intraversonal Communication) adalah komunikasi didalam diri sendiri terjadi apabila seseorang memikirkan masalah yang
dihadapi. Komunikasi interpersonal juga terjadi apabila seseorang melakukan
pertimbangan-pertimbangan sebelum mengambil suatu keputusan.
Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang dilakukan pada diri
merupakan keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemperosesan
simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus
penerima pesan dan memberikan umpan balik dirinya sendiri dalam proses
internal yang berkelanjutan. Komunikasi interpersonal dapat menjadi pemicu
bentuk komunikasi yang lainnya. Pengetahuan mengenai diri pribadi melalui
proses-proses psikologis seperti persepsi dan kesadaran (awareness) terjadi
saat berlangsungnya komunikasi antar pribadi oleh komunikator. Untuk
memahami apa yang terjadi ketika orang seling berkomunikasi, maka
seseorang perlu untuk mengenal diri mereka sendiri dan orang lain. Karena
pemahaman ini diperoleh dari proses persepsi, maka pada dasarnya letak
persepsi adalah pada orang yang memersepsikan, bukan pada suatu ungkapan
ataupun objek.
Elemen dari kesadaran diri adalah konsep diri, proses menghargai diri
sendiri (self esteem), dan identitas diri kita yang berbeda-beda (multiple
selves). Prilaku seseorang diwakili dengan kesadaran terhadap stimulus yang masuk (sensasi) dan di terjemahkan dalam bentuk persepsi dan disimpan
dalam storage dalam bentuk memori serta diaplikasikan dalam bentuk prilaku.
Dalam komunikasi intrapersonal ada upaya mengembangkan kreativitas
berpikir dan berprilaku melalui pengembangan kreativitas berimajinasi,
mempelajari dan memahami diri sendiri, serta mengendalikan diri sendiri.
Komunikasi intrapersonal terjadi akibat seseorang yang memberi arti terhadap
suatu objek yang diamatinya atau tercetus dalam pikirannya. Objek dalam hal
ini bisa saja dalam bentuk benda, kejadian alam, peristiwa, pengalaman, atau
dalam diri seseorang.oleh karena itu, prilaku kita selalu berbentuk dari proses
mengamati stimulus dari luar diri sendiri. Tanpa adanya stimulus dari luar kita
tidak melakukan sutu tindakan apapun. Stimulus dari luar menggerakkan kita
untuk melakukan suatu perbuatan sehingga terdapat kesan “ada aksi ada
reaksi”. Dengan adanya reaksi akibat dari aksi tersebut, seseorang
mengomunikasikan dengan diri sendiri termasuk apa yang sedang atau akan
diperbuat.
Komunikasi antarpribadi (Interpersonal communication) adalah salah
satu bentuk komunikasi yang paling efektif, karena antara komunikan dan
komunikator dapat langsung tatap muka, sehingga stimulus yakni pesan atau
informasi yang disampaikan oleh komunikan, langsung dapat direspons atau
ditanggapi pada saat itu juga. Apabila terjadi ketidakjelasan pesan atau
informasi yang diterima oleh komunikan, maka pada saat itu juga dapat
diklarifikasi atau dijelaskan oleh komunikator (pembawa pesan).
Komunikasi interpersonal merupakan proses pengiriman dan
penerimaan pesan di antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang
dengan berbagai efek dan umpan balik. Berdasarkan pengertian-pengertian
tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal merupaka proses
pengiriman pesan antara dua orang atau lebih dengan efek dan feedback
langsung. Komunikasi interpersonal juga merupakan suatu pertukaran yaitu
tindakan penyampaian dan penerima pesan secara timbal balik. Makna adalah
suatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut. Selain itu, makna juga
merpakan kesamaan pemahaman diantara orang-orang yang berkomunikasi
interpersonal mempunyai sifat-sifat yaitu sifat dua arah yang berarti melibatka
dua orang dalam situasi intraksi, ada yang unsure dialogis dan ditujukan
kepada sasaran terbatas dan dikenal.
Komunikasi interpersonal bersifat transaksional yaitu tindakan
pihak-pihak yang berkomunikasi secara serempak dalam menyampaikan dan
menerima pesan. Komunikasi interpersonal merupakan rangkaian tindakan,
kejadian dan kegiatan yang terjadi secara terus menerus. Komunikasi
interpersonal bukan sesuatu yang statis tetapi bersifat dinamis. Hal ini berarti
segala yang tercakup dalam komunikasi interpersonal selalu dalam keadaan
berubah baik pelaku komunikasi, pesan, situasi, maupun lingkungannya.
Komunikasi interpersonal juga menyangkut aspek-aspek isi pesan dan
hubungan antar pribadi, melibatkan dengan siapa kita berkomunikasi dan
bagaimana hubungan dengan patner. Dalam komunikasi interpersonal
dilakukan pemahaman komunikasi dan hubungan interpersonal dari sudut
individu, yang selanjutnya disebut dengan proses psikologis. Seorang
psikologis merupakan bagian penting dalam komunikasi interpersonal
individu mencoba menginterprestasikan makna yang menyangkut diri sendiri,
diri orang lain dan hubungan yang terjadi. Proses psikologis dapat
berpengaruh pada komunikasi dan hubungan interpersonal. Dalam komunikasi
interpersonal, terjadi komunikasi konvergen. Komunikasi konvergen
merupakan proses mencipta dan saling berbagi informasi mengenai realita di
antara dua partisipan komunikasi atau lebih agar dapat dicapai saling
pengertian dan kesepakatan makna (meaning) antara satu dengan yang lain.
sebuah informasi. Masing-masing pihak akan melakukan penerapan
(perceiving), lalu menginterprestasikan informasi tersebut sehingga menjadi
pemahaman (understanding) dan selanjutnya timbul keyakinan (believing)
yang menimbulkan tindakan (action).
Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan saluran (media) massa, atau berkomunikasi melalui media
massa. Komunikasi melalui media massa kurang efektif bila dibandingka n
dengan komunikasi interpersonal, meskipun mungkin lebih efisien. Media
yang paling banyak digunakan dalam komunikasi massa atau lebih popular
disebut media massa ini bermacam-macan antara lain: media cetak (koran,
majalah, jurnal, selebaran/flyer), media elektronik (tadio, televisi, internet),
billboard, spanduk, umbul-umbul dan sebagainya. Ciri-ciri komunikasi massa
adalah sebagai berikut: sifatnya terbuka dengan pesan-pesan umum,
penerimanya variatif dengan hkalayak yang jumlahnya besar, heterogen dan
anonym. Sumber dan penerima dihubungkan oleh saluran yang telah diproses
secara mekanik. Sumbernya dari suatu lembaga atau institusi yang terdiri atas
banyak orang. Pesan komunikasi berlangsung satu arah, tanggapan balik
lambat atau tertunda dan proses penyampaian pesannya lebih formal,
terencana dan lebih rumit. Berdasarkan ciri-ciri di atas dapat disimpulkan
komunikasi massa merupakan pengiriman informasi kepada khalayak untuk
penyebarluasan informasi yang mengandung kaidah-kaidah kearifan dalam
rangka perbaikan perilaku masyarakat yang bersifat informatif sehingga
Dalam penerima informasi, seharusnya khalayak mendapatkan dampak
untuk perbaikan perilaku dan tidak sebaliknya menyebabkan masalah dalam
kehidupan sosial bermasyarakat seperti perilaku masyarakat jadi destruktif dan
anti sosial. Untuk itu dalam memberikan informasi selalu media massa yang
merupakan salah satu bentuk komunikasi massa, sebaiknya mengandung
unsure yang memberikan dorongan/motivasi untuk berubah menjadi lebih
baik, menampilkan isu yang mendorong untuk masyarakat mendiskusikannya,
memberikan pencerahan, dan upaya untuk menampilkan ragam budaya yang
menjangkau seluruh budaya bangsa sebagai tampilan khasanah budaya
nasional yang bermartabat dan otonomi, serta ada upaya untuk menjaga
stabilitas keamanan nasional melalui publikasi dengan menekan perbedaan
antar sesama warga masyarakat.
Pengiriman pesan melalui komunikasi massa seharusnya juga
mempertimbangkan khalayak dengan berbagai jenis, berbagai ragam budaya
dengan perbedaan tingkat pendidikan, agama, ras, suku dan bentuk perbedaan
lainnya sehingga apa yang disampaikan akan bisa diterima sebagai informasi
yang bermanfaat. Perlu diketahui bahwa dengan kemajuan teknologi yang
semakin cepat terciptalah media komunikasi yang sangat canggih sehingga
perlu diantisipasi keberadaannya terutama pengaruh yang negative. Adanya
internet maupun sarana komunikasi yang canggih lainnya menuntut kita untuk
selalu waspada terhadap perkembangan psikologisnya. Dengan adanya media
internet seakan-akan batas dunia semakin lebih tipis dan trasparan. Kita akan
lebih mudah mendapatkan informasi yang kita inginkan dari seluruh dunia
yang lebih baik lagi dengan meninggalkan yang buruk. Karena tujuan
komunikasi massa salah satunya adalah mendidik.
Komunikasi publik (public communication) merupakan suatu proses
komunikasi dimana pesan-pesan yang disampaikan oleh pembicara dalam
situasi tatap muka di depan khalayak yang lebih besan dengan tujuan
menumbuhkan semangat kebersamaan, memberikan informasi, mendidik serta
memengaruhi orang lain dalam upaya menumbuhkan semangat. Pada
komunikasi publik tidak pernah/jarang dijumpai proses feed back, karena
komunikasi bersifat searah. Apa yang didapat dari member pesan mencoba
dimengerti tanpa adanya umpan balik, apabila unsure tidak dipercaya. Jadi apa
yang telah disampaikan oleh komunikator dicerna dengan baik dan dipercayai
sebagai ilmu pengetahuan dan merupakan pembenaran dari ilmu yang telah
ada. Maka seorang pembicara dalam komunikasi publik sudah merencanakan
dengan matang materi yang akan disampaikan dari berbagai sumber yang ada.
Dalam komunikasi publik, pihak yang terlibat berusaha untuk menjadi bagian
dari kelompok tersebut dan menambahkan diri sebagai identitas kelompok.
(Nasrul, dkk, 2009)
Komunikasi mempunyai beberapa bentuk diantaranya: aggressive
communication, komunikasi inidapat mengurangi hak orang lain dan cendrung untuk merendahkan/mengendalikan/ menghukum orang lain. Komunikasi ini
menenggelamkan hak orang lain. Komunikasi agresif memiliki satu buah sub
yaitu komunikasi agresif tidak langsung yang berupaya untuk memeksa orang
lain melakukan hal yang kita dikehendaki tetapi mereka tidak
kemauan dan pendapatnya diikuti, memaksa orang untuk melakukan hal-hal
yang ingin dilakukan, keras dan bermusuhan, menyerang secara fisik atau
verbal, interupsi, intimidasi dan ingin menang dengan segala cara.
Possive communication (submissive), komunikasi ini merupakan
lawan dari komunikasi agresif dimana orang tersebut cendrung untuk
mengalah dan tidak dapat mempertahankan kepentingannya sendiri. Bahkan
hak mereka cendrung dilanggar namun dibiarkan. Mereka cendrung untuk
menolak cecara pasif (dengan mengomel dibelakang). Ciri-ciri komunikasi
pasif ini adalah sebagai berikut: orang yang jarang mengungkapkan keinginan
dan kebutuhan atau perasaan, mengikuti tuntutan dan kemauan orang lain,
ingin menghindari konflik, tidak mampu mempertahankan hak dan pribadinya,
selalu mengedepankan orang lain, minta maaf berlebihan, marah, kecewa dan
frustasi dipendam, tidak tahu apa yang diinginkan, tidak bisa ambil keputusan
dan selalu mencari-cari alasan atas tindakan. Untuk jangka pendek,
komunikasi ini bisa mengakibatkan rasa lega, terhindar dari rasa bersalah,
bangga, dan kasihan pada diri sendiri. Namun untuk jangka dapat kehilangan
percaya diri dan hormat pada diri sendiri.
Komunikasi asertif (assertive communication) adalah komunikasi yang
terbuka, menghargai diri sendiri dan orang lain. Komunikasi asertif tidak
menaruh perhatian hanya pada hasil akhir, tetapi juga hubungan perasaan antar
manusia. Ciri-ciri komunikasi asertif adalah sebagai berikut: terbuka dan jujur
terhadap pendapat diri dan orang lain, mendengarkan pendapat orang lain dan
memahami, menyatakan pendapat prbadi tanpa mengorbankan perasaan orang
lain, mengatasi konflik, menyatakan perasaan pribadi dan jujur tetapi hati-hati,
mempertahankan hak diri. Prilaku asertif memiliki manfaat sebagai berikut:
meingkatkan self esteem dan pecaya diri dalam mengekspresikan diri sendiri,
dapat menegosiasi lebih produktif dengan orang lain, dapat mengubah situasi
kerja yang negatif menjadi positif, meningkatkan hubungan antarmanusia pada
pekerjaan dan mengurangi kesalahpahaman, meningkatkan pengembangan diri
dan kepuasan dari pada pekerjaan/karir sesuai dengan kebutuhan, gaya dan
kemampuan, mampu membuat keputusan dan lebih mempunyai peluang
mendapatkan apa yang cari dalam hidup. Hambatan yang didapat saat
mencoba untuk asertif adalah sebagai berikut: tindakan dan cara berpikir
nefatif yang membatasi peluang anda, takut mengahadapi konflik sehingga
menghindari tanggapan asertif dalam situasi yang menentukan, keterampilan
komunikasi ketidak mampuan menanggapi berbagai situasi sehingga
mengakibatkan emosi, pikiran dan kecemasan yang negatif. (Nasir, 2009)
2.1.3 Koordinasi
Koordinasi adalah Kerjasama dengan intansi-intansi di luar kesehatan
masyarakat dan instansi kesehatan sendiri adalah mutlak diperlukan.
Terjelmanya team work antara mereka ini akan membantu menumbuhkan
partisipasi. Suatu usaha kerjasama antara badan, instansi, unit dalam
pelaksanaan tugas-tugas tertentu, sehingga terdapat saling mengisi, saling
membantu dan saling melengkapi. Koordinasi juga merupakan suatu usaha
yang sinkron / teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat dan
mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam
Syarat-syarat koordinasi yaitu Sense of Cooperation yaitu perasaan
untuk saling bekerja sama, dilihat perbagian. Rivalry yaitu dalam perusahaan
besar sering diadakan persaingan antar bagian, agar saling berlomba untuk
kemajuan. Team Spirit yaitu satu sama lain perbagian harus saling
menghargai. Esprit de Corps yaitu bagian yang saling menghargai akan makin
bersemangat. Cara mengadakan koordinasi yaitu antara lain: memberikan
keterangan langsung dan secara bersahabat, keterangan mengenai pekerjaan
saja tidak cukup, karena tindakan yang tepat harus diambil untuk
menciptakan, menghasilkan koordinasi yang diharapkan. Mensosialisasikan
tujuan kepada para anggota, agar tujuan tersebut berjalan secara bersama,
tidak sendiri-sendiri. Mendorong anggota untuk bertukar pikiran,
mengemukakan ide dan lain-lain. Dan mendorong anggota untuk
berpartisipasi dalam tingkat perumusan dan penciptaan sasaran.
2.1.4 Mobilisasi
Mobilisasi merupakan partisipasi yang bukan hanya terbatas pada
tahap pelaksanaan program. Partisipasi masyarakat dapat dimulai seawal
mungkin sampai seakhir mungkin, dari identifikasi masalah, menentukan
prioritas, perencaaan, program, pelaksanaan sampai dengan monitoring dan
program. Juga hanya terbatas pada bidang kesehatan saja, melainkan bersifat
multidisiplin. (Notoatmodjo, 2007)
1.3 Metode Paran Serta Masyarakat
Partisipasi dengan paksaan (Enforcement Participation) yaitu
perundang-undangan, peraturan-peraturan maupun dengan perintah lisan saja.
Cara ini akan lebih cepat hasilnya dan mudah. Tetapi masyarakat akan takut,
merasa dipaksa dan kaget, karna dasarnya bukan kesadaran (awerenees), tetapi
ketakutan. Akibatnya lagi masyarakat tidak akan mempunyai rasa mememiliki
terhadap program.
Partisipasi dengan persuasi dan edukasi yaitu suatu partisipasi yang
didasari pada kesadaran. Sukar ditumbuhkan dan akan memakan waktu yang
lama. Tetapi bila tercapai hasilnya ini akan memiliki rasa memiliki dan rasa
memelihara. Partisipasi dimulai dengan penerangan, pendidikan dan
sebagainya, baik secara langsung dan tidak langsung. Nilai-nilai peran serta
masyarakat merupakan suatu pendekatan atau jalan yang terbaik untuk
memecahkan masalah-masalah kesehatan, yang dikarenakan hal-hal seperti:
Partisipasi masyarakat adalah cara yang paling mudah. Dengan ikut
berpartisipasinya masyarakat dalam program-program kesehatan, itu berarti
diperolehnya sumber daya dan dana dengan mudah untuk melengkapi fasilitas
kesehatan mereka sendiri. Bila partisipasi itu berhasil, bukan hanya salah satu
bidang saja yang dapat dipecahkan, tetapi dapat menghimpun dana dan daya
untuk memecahkan masalah di bidang yang lain.
Partisipasi masyarakat akan membuat semua orang untuk belajar
bertangguang jawab terhadap kesehatannya sendiri. Apabila masyarakat hanya
menerima saja pelayanan kesehatan yang disediakan oleh pemerintah atau
instansi penyelenggara kesehatan yang lain, masyarakat tidak merasa
mempunyai tanggungjawab atas kesehatan mereka sendiri. Penyembuhan atau
dari luar saja, sehingga mereka tidak belajar apa-apa tentang penyakit dan
pemeliharaan kesehatan.
Partisipasi masyarakat di dalam pelayanan kesehatan adalah sesuatu
yang tumbuh dan berkembang dari bawah dengan rangsangan dan bimbingan
dari atas dan bukan sesuatu yang dipaksa dari atas. Dalam hal ini, suatu
pertumbuhan yang alamiah bukan pertumbuhan yang semu. Partisipasi
masyarakat akan menjamin suatu perkembangan yang langsung, karena
dasarnya adalah kebutuhan dan kesadaran masyarakat sendiri. Melalui
partisipasi setiap anggota masyarakat dirangsang untuk belajar berorganisasi,
dan mengambil peran yang sesuai dengan kemampuan mereka
masing-masing.
Strategi partisipasi masyarakat yaitu diantaranya adalah: lembaga
sosial desa atau tenaga atau tenaga kerja pembangunan masyarakat desa
(LKPMD) adalah suatu wadah kegiatan antardisiplin di tingkat desa, tiap
kelurahan atau desa mempunyai lembaga seperti ini. Tugas utama lembaga ini
adalah merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan
pembangunan di desanya, termasuk juga pembangunan di bidang kesehatan.
Oleh karena itu tenaga kesehatan dari puskesmas dapat memanfaatkan
lembaga ini untuk menjual idenya, dengan memasukkan ide-idenya kedalam
program LKPMD.
Program yang dijual oleh puskesmas ke lembaga ini tidak harus
kesehatan, akan tetapi juga kegiatan-kegiatan non-kesehatan yang akhirnya
pendidikan dan lain-lain. Puskesmas dapat dijadikan suatu pusat kegiatan,
walaupun pusat perencanaannya adalah desa (LKPMD), dan petugas
kesehatan adalah merupakan sebagai motivator dan dinamisatornya. Dokter
puskesmas atau petugas-petugas kesehatan yang lain dapat membentuk suatu
team work atau membentuk suatu kelompok kerjasama yang baik dengan dinas-dinas atau instansi-intansi lain. Dalam pelaksanaan program dapat
dimulai dari desa ke desa tidak seluruh desa di kecamatan tersebut. Hal ini
untuk menjamin agar puskesmas dapat memonitor dan membimbingnya
dengan baik. Bilamana perlu membentuk suatu proyek percontohan sebagai
pusat pengembangan untuk desa yang lain. Bila desa ini masih dianggap
terlalu besar, maka dapat dimulainya dari tingkat RW atau RT yang
populasinya lebih kecil sehingga mudah diorganisasi. (Notoatmodjo. 2007)
2. Masyarakat
2.1Definisi Masyarakat
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau
berintraksi antara satu dengan yang lainnya. Kesatuan hidup manusia yang
berintraksi menurut suatu system adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu
dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Menurut Nasrul (1998)
masyarakat terbagi beberapa jenis yaitu, masyarakat desa, masyarakat madya
dan masyarakat kota. Masing-masing jenis masyarakat memiliki ciri-ciri
sebagai berikut: masyarakat desa yang memiliki ciri-ciri yaitu hubungan
keluarga dan masyarakat sangat kuat, adat istiadat masih di pegang sangat
buta huruf masih tinggi, masih berlaku hukum tak tertulis yang intinya
diketahui dan dipahami oleh setiap orang, jarang bahkan tidak ada lembaga
pendidikan khusus di bidang teknologi dan keterampilan, sistem ekonomi
yang sebagian besar untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan sebagian kecil
dijual, dan gotong royong sangat kuat.
Masyarakat Madya yang mempunyai ciri-ciri yaitu hubungan keluarga
masih tetap kuat, dan hubungan kemasyarakatan mulai mengendor, adat
istiadat masih dihormati, dan sikap masyarakat mulai terbuka dari pengaruh
luar, timbul rasionalitas pada cara berpikir, sehingga kepercayaan pada
kekuatan gaib mulai berkurang dan akan timbul kembali telah kehabisan akal,
timbul pendidikan pormal dalam masyarakat terutama pendidikan dasar dan
menengah, tingkat buta huruf sudah menurun, hokum tertulis mulai
mendampingi hokum tidak tertulis, ekonomi masyarakat lebih banyak
mengarah kepada produksi pasaran, sehingga menimbulkan deferensiasi
dalam struktur masyarakat karenanya uang semakin meningkat
penggunaannya, dan gotong royong tradisional tinggal untuk keperluan sosial
dikalangan keluarga dan tetangga. Dan kegiatan-kegiatan umum lainnya
didasarnya didasarkan upaya.
Masyarakat kota yaitu memiliki ciri-ciri yaitu hubungan didasarkan
atas kepentingan pribadi, hubungan antara masyarakat dilakukan secara
terbuka dan saling mempengaruhi, kepercayaan masyarakat yang kuat akan
manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi, strata mesyarakat digolongkan
hokum yang berlaku adalah tertulis, ekonomi hamper seluruhnya ekonomi
pasar, dan gotong royong tidak sekuat masyarakat desa.
Namun demikian, cirri-ciri masyarakat tersebut tersebut di atas tidak
semuanya kita dapatkan dalam masyarakat seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sebagai contoh, tidak semua masyarakat desa
memiliki kepercayaan pada hal-hal gaib dan juga saat ini pendidikan
masyarakat desa sudah mulai merata serta masih banyak lagi perubahan yang
terjadi. (Wahit, 2009)
2.2Ciri-ciri Masyarakat
Masyarakat memiliki ciri-ciri yaitu: Intraksi diantara sesama anggota
masyarakat, di dalam masyarakat terjadi intraksi sosial yang merupakan
hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara
perseorangan, antara kelompok-kelompok maupun antara perseorangan
dengan kelompok, untuk terjadinya interaksi sosial harus memiliki dua syarat,
yaitu kontak sosial dan komunikasi.
Wilayah tertentu yaitu suatu kelompok masyarakat menempati suatu
wilayah tertentu menurut suatu keadaan geografis sebagai tempat tinggal
komunitasnya, baik dalam ruang lingkup yang kecil, desa keseluruhan,
kecamatan, kabupaten, profinsi, dan bahan negara. Saling ketergantungan
yaitu setiap anggota masyarakat yang hidup pada suatu wilayah tertentu dan
yang saling ketergantungan antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya
dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya. Tiap-tiap anggota masyarakat
masing-masing. Mereka hidup saling melengkapi, saling memenuhi satu sama
lain agar tetap berhasil dalam kehidupannya.
Adat istiadat dan kebudayaan diciptakan untuk untuk mengatur
tantanan kehidupan bermasyarakat, yang mencakup bidang yang sangat luas
diantara tata cara berintraksi antara kelompok-kolompok yang ada di
masyarakat, apakah itu dalam perkawinan, kesenian, mata pencaharian, sistem
kekerabatan dan sebagainya. Ciri yang terakhir yaitu Identitas, dimana suatu
kelompok masyarakat yang memiliki identitas dapat dikenali oleh anggota
masyarakat yang lainnya, hal ini penting untuk menompang kehidupan dalam
bermasyarakat yang lebih luas.
Menurut WHO ada beberapa indikator untuk masyarakat sehat yaitu
antara lain: keadaan yang berhubungan dengan status kesehatan masyarakat
yang meliputi indikator komprehensif (terdiri dari angka kematian kasar
menurun, rasio angka mortalitas proporsional rendah, dan umur harapan hidup
meningkat) dan Indikator spesifik (meliputi angka kematian ibu dan anak
menurun, angkat kematian karena penyakit menular menurun dan angka
kelahiran menurun). Indikator pelayanan kesehatan meliputi rasio antara
tenaga kesehatan dan jumlah penduduk yang seimbang, distribusi tenaga kerja
merata, informasi lengkap tentang jumlah tempat tidur di rumah sakit, fasilitas
kesehatan lain dan sebagainya, dan informasi tentang jumlah sarana pelayanan
kesehatan diantaranya rumah sakit, puskesmas, rumah bersalin, posyandu dan
sebagainya.
Masyarakat modern memiliki ciri-ciri yaitu hubungan antar manusia
didasarkan atas kepentingan-kepentingan pribadi, hubungan antar masyarakat
dilakukan secara terbuka dalam suasana saling pengaruh mempengaruhi,
kepercayaan masyarakat yang kuat terhadap manfaat ilmu pengetahuan dan
teknologi sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahtraan masyarakat, strata
masyarakat digolongkan menurut profesi dan keahlian yang dapat dipelajari
dan ditingkatkan dalam lembaga-lembaga keterampilan dan kejuruan, tingkat
pendidikan formal tinggi dan merata, hukum yang berlaku adalah hukum
tertulis yang kompleks, dan ekonomi hamper seluruhnya ekonomi pasar yang
didasarkan atas penggunaan uang dan alat pembayaran lainnya.
2.4Ciri-Ciri Masyarakat Sehat
peningkatan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, mengatasi
masalah kesehatan sederhana melalui upaya peningkatan, pencegahan,
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan terutama untuk ibu dan anak,
peningkatan kesehatan lingkungan terutama penyediaan sanitasi dasar yang
dikembangkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan mutu
lingkungan hidup, peningkatan satatus gizi masyarakat berkaitan dengan
peningkatan status ekonomi sosial masyarakat, dan ppenurunan angka
kesakitan dan kematian dari berbagai sebab dan penyakit. (Nasrul Efffendy,
1998)
3. Demam Berdarah Dengue
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue dari nyamuk Aedes aegypti yang berdampak terhadap gangguan
pembuluh darah kapiler dan sistem pembekuan darah sehingga terjadi
perdarahan, yang dapat menimbulkan kematian. (Misnadiarly, 2009).
3.2Penularan DBD
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok arbovirus
B, yaitu arthropod-borne virus atau virus yang disebabkan oleh artropoda.
Virus ini termasuk genus Flavivirus dari family Flaviviridae. Vektor utama
penyakit DBD adalah nyamuk Aedes Aegypti (di daerah perkotaan) dan Aedes
Albopictus (di daerah pedesaan). Nyamuk Aedes Aegypti mempunyai cici-ciri
yaitu : Sayap dan badannya belang-belang atau bergaris-garis putih,
berkembang biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi,
WC, tempayan, drum, dan barang-barang yang menampung air seperti kaleng,
ban bekas, pot tanaman air, tempat minum burung, dan lain-lain, jarak terbang
lebih kurang 100 m, nyamuk betina bersifat “multiple biters” (menggit
beberapa orang karena sebelum byamuk tersebut kenyang sudah berpindah
tempat), dan tanah dengan suhu panas dan kelembaban tinggi. (widoyono,
2008)
Faktor yang mempengaruhi morbilitas dan mortalitas penyakit DBD
antara lain yaitu imunitas penjamu, kepadatan populasi nyamuk, trasmisi virus
dengue, virulensi virus, dan keadaan geografis setempat. Dan faktor
penyebaran kasus DBD antara lain pertumbuhan penduduk, urbanisasi yang