• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Motivasi Kerja dan Kemampuan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Universitas Methodist Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Motivasi Kerja dan Kemampuan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Universitas Methodist Indonesia"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

S

E K O L

A H

P A

S C

A S A R JA N

A

ANALISIS PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN KEMAMPUAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA

TESIS

Oleh

KRISTANTY MARINA NATALIA NADAPDAP 077019013/IM

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN KEMAMPUAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister Sain dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

KRISTANTY MARINA NATALIA NADAPDAP 077019013/IM

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN KEMAMPUAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA

Nama Mahasiswa : Kristanty Marina Natalia Nadapdap

Nomor Pokok : 077019013

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Sitti Raha Agoes Salim, M.Sc)

Ketua Anggota

(Dra. Nisrul Irawati, MBA)

Ketua Program Studi Direktur Sekolah Pascasarjana

(Prof. Dr. Paham Ginting, MS) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 19 Januari 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Sitti Raha Agoes Salim, M.Sc Anggota : 1. Dra. Nisrul Irawati, MBA

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis saya yang berjudul:

”ANALISIS PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN KEMAMPUAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA”

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun juga sebelumnya. Sumber-sumber data yang diperoleh dan digunakan telah dinyatakan secara jelas dan benar

Medan, Januari 2012 Yang membuat pernyataan,

(6)

ABSTRAK

Universitas Methodist Indonesia (UMI) merupakan perguruan tinggi swasta yang tugasnya menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran kebudayaan bangsa Indonesia dengan cara ilmiah yang meliputi pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Masalah yang dihadapi selama ini adalah rendahnya kemampuan kerja pegawai dalam menyelesaikan tugas-tugasnya, sehingga terlambat dalam menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, pada saat jam kerja ada beberapa pegawai yang tidak memanfaatkan waktunya untuk menyelesaikan pekerjaannya, pegawai yang datang terlambat, dan pulang kerja lebih awal dari waktu yang telah ditentukan. Permasalahan ini menjadi sumber penurunan kinerja pegawai. Rumusan masalah adalah bagaimana pengaruh motivasi kerja dan kemampuan kerja terhadap kinerja pegawai Universitas Methodist Indonesia.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori motivasi kerja, kemampuan kerja dan kinerja.

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan survei dan jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dan sifat dari penelitian ini adalah penjelasan. Jumlah sampel yang digunakan terdiri dari 62 orang pegawai Biro Rektorat Universitas Methodist Indonesia. Model analisis data yang digunakan untuk menjawab hipotesis adalah Analisis Regresi Berganda, menggunakan taraf kepercayaan sebesar 95 persen.

Hasil penelitian uji hipotesis menunjukkan bahwa motivasi kerja dan kemampuan kerja secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Universitas Methodist Indonesia, dan secara parsial kemampuan kerja lebih dominan dari pada motivasi kerja.

(7)

ABSTRACT

Universitas Methodist Indonesia (UMI) is a private university whose tasks is to provide education and teaching of Indonesian national culture in a scientific way including education and teaching, research and community service in a accordance with the existing regulations of legislation. The problems which have been long faced are the low job ability or skills of the employees in completing their jobs that they finish the job under their responsibility late; during working hours; a few of the employees do not utilize their time to finish their jobs; and the employees come late and leave their work earlier than the time set. These problems are the sources of the degradation of employees’ performance. Therefore, the research question is how work motivation and ability to work influence the performance of the employees of Universitas Methodist Indonesia.

The theory used in this study was the theory of work motivation, ability to work and performance.

The samples for this descriptive quantitative survey study were 62 employees working in the Administration Office of Universitas Methodist Indonesia. The data obtained were analyzed through multiple regression analysis with level of confidence of 95%.

The result of the hypothesis testing showed that simultaneously work motivation and ability work had significant influence on the performance of the employees of Universitas Methodist Indonesia, and partially, ability to work was more dominant than work motivation.

(8)

KATA PENGANTAR

Salam sejahtera,

Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan berkatNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

Tesis ini.

Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Studi Magister Ilmu

Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Judul Penelitian yang

dilakukan penulis adalah: ” Analisis Pengaruh Motivasi Kerja dan Kemampuan Kerja

Terhadap Kinerja Pegawai Universitas Methodist Indonesia”

Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak memperoleh

bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, MSC (CTM). Sp. A (K), selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu

Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

4. Ibu Dr. Arlina Nurbaity Lubis, SE, MBA selaku Sekretaris Program Studi Magister

Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dr. Sitti Raha Agoes Salim, M.Sc, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang

dengan sepenuh hati telah meluangkan waktu untuk telah membimbing dan

mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penulisan Tesis ini.

6. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang dengan

sepenuh hati telah meluangkan waktu untuk telah membimbing dan mengarahkan

(9)

7. Ibu Dr. Prihatin Lumbanraja, M.Si, Ibu Dr. Khaira Amalia F, MBA, Ak dan Ibu

Yenny Absah, M.Si, selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan saran yang

baik demi penyempurnaan Tesis ini

8. Dosen dan pegawai Pascasarjana Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara

9. Bapak Rektor Universitas Methodist Indonesia

10. Kepala Unit Kepegawaian Universitas Methodist Indonesia

11. Kedua orang tua penulis dan adik-adikku yang senantiasa memberikan dukungan

dan doa

12. Suamiku dan anakku tercinta untuk semangat yang diberikan kepada penulis

13. Seluruh rekan-rekan Mahasiswa Angkatan XII di Program Studi Magister Ilmu

Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari tesis ini masih belum sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan

kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan Tesis ini. Semoga Tesis ini

bermanfaat untuk semua pihak.

Medan, Januari 2012

Penulis

(10)

RIWAYAT HIDUP

Kristanty Marina Natalia Nadapdap, lahir di Medan pada tanggal

25 Desember 1982, anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan

ayahanda dr. Thomson P Nadapdap, MS dan Ibunda Etty Simatupang.

Menikah pada tanggal 9 Januari 2010 dengan Edward Rajagukguk, S.Kom, M.Kom dan

dikarunai satu orang anak laki-laki Moses Josua Rajagukguk.

Pendidikan dimulai dari Sekolah Dasar di SD PKMI-1 Medan, lulus tahun 1993,

Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Medan, lulus tahun 1997, Sekolah

Menengah Atas di SMU Immanuel lulus tahun 2000, selanjutnya meneruskan pendidikan

ke Politeknik Negeri Medan lulus tahun 2003. Melanjutkan pendidikan ke

Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Sumatera Utara lulus tahun 2006. Dan

melanjutkan studi ke Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara, lulus tahun 2012.

Sejak tahun 2007 sampai dengan saat ini bekerja sebagai Dosen di Fakultas

(11)

DAFTAR ISI

2.2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 9

2.2.1.3. Pengukuran Kinerja ... 12

2.2.2. Teori Tentang Kemampuan Kerja ... 16

(12)

2.2.2.2. Pengukuran Kemampuan Kerja ... 16

2.2.2.3. Hubungan Kemampuan Kerja dengan Kinerja ... 20

2.2.3. Teori Tentang Motivasi Kerja ... 22

2.2.3.1. Pengertian Motivasi Kerja ... 22

2.2.3.2. Teori-teori Motivasi Kerja ... 24

2.2.3.3. Hubungan Motivasi Kerja dengan Kinerja ... 28

3.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ... 36

3.6.1. Identifikasi Variabel ... 36

3.6.2. Definisi Operasional Variabel ... 37

3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 40

3.8.2.3.Analisis Regresi Berganda ... 47

(13)

3.9. Uji Asumsi Klasik ... 48

3.9.1. Uji Normalitas ... 48

3.9.2. Uji Multikolinearitas ... 48

3.9.3 Uji Heteroskedastisitas ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

4.1. Hasil Penelitian ... 50

4.1.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 50

4.1.1.1. Gambaran Umum Universitas Methodist Indonesia ... 50

4.1.1.2. Struktur Organisasi Universitas Methodist Indonesia ... 53

4.1.1.3. Visi, Misi dan Tujuan Universitas Methodist Indonesia ... 55

4.1.2. Karakteristik Responden ... 56

4.1.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Unit Kerja ... 56

4.1.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 57

4.1.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 58

4.1.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 58

4.1.2.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 59

4.1.3. Analisis Statistik Deskripsi ... 60

4.1.3.1. Penjelasan Responden Mengenai Motivasi ... 60

4.1.3.2. Penjelasan Responden Mengenai Kemampuan Kerja ... 64

4.1.3.3 Penjelasan Responden Mengenai Kinerja Pegawai ... 68

(14)

4.1.4.1. Hasil Uji Regresi ... 71

4.1.4.1.1. Hasil Uji F (Simultan) ... 71

4.1.4.1.2. Hasil Uji T (Parsial) ... 72

4.1.4.1.3. Hasil Persamaan Regresi Berganda ... 74

4.1.4.1.4. Hasil Koefisien Determinasi ... 75

4.1.4.2. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 76

4.1.4.2.1. Hasil Uji Normalitas ... 76

4.1.4.2.2. Hasil Uji Multikolinieritas . 78 4.1.4.2.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 79

4.2. Pembahasan ... 80

4.2.1. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai UMI Medan ... 80

4.2.2. Pengaruh Kemampuan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai UMI Medan ... 82

4.2.3. Pengaruh Motivasi Kerja dan Kemampuan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai UMI Medan ... 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 85

5.1. Kesimpulan ... 85

5.2. Saran ... 86

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Jumlah mahasiswa UMI 3 tahun terakhir ... 1

1.2 Kinerja pegawai Biro Rektorat UMI 3 tahun terakhir ... 3

1.3 Tingkat pendidikan terakhir pegawai Biro Rektorat UMI ... 3

1.4 Kehadiran pegawai Biro Rektorat UMI 3 tahun terakhir ... 4

3.1. Definisi Operasional Variabel Penelitian, Variabel, Definisi Operasional, Dimensi, Indikator dan Skala Pengukuran Variabel ... 39

3.2 Hasil Uji Validitas Motivasi Kerja ... 41

3.3 Hasil Uji Validitas Kemampuan Kerja ... 42

3.4 Hasil Uji Validitas Kinerja Pegawai ... 43

3.5 Hasil Uji Reliabilitas ... 44

4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Unit Kerja ... 56

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 57

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 58

4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 58

4.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 59

4.6. Penjelasan Responden Mengenai Motivasi ... 60

4.7. Penjelasan Responden Mengenai Kemampuan Kerja ... 64

4.8. Penjelasan Responden Mengenai Kinerja Pegawai ... 68

4.9 Hasil Uji F (Simultan) ... 71

4.10 Hasil Uji t (Parsial) ... 73

4.11 Hasil Regresi Berganda ... 74

4.12 Nilai Koefisien Determinasi ... 76

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Dimensi Kinerja (Robbin, 2001:218 ... 30

2.2 Kerangka Konseptual Penelitian (Robbins, 2001 ... 32

4.1. Struktur Organisasi Universitas Methodist Indonesia ... 54

4.2. Grafik Normalitas ... 77

4.3. Grafik Histogram ... 78

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Angket ... 90

2 Hasil Penelitian Untuk Uji Validitas 30 Responden ... 93

3 Hasil Reliability ... 95

4. Hasil Penelitian Untuk 62 Responden ... 99

5 Tabel Frekuensi ... 102

(18)

ABSTRAK

Universitas Methodist Indonesia (UMI) merupakan perguruan tinggi swasta yang tugasnya menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran kebudayaan bangsa Indonesia dengan cara ilmiah yang meliputi pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Masalah yang dihadapi selama ini adalah rendahnya kemampuan kerja pegawai dalam menyelesaikan tugas-tugasnya, sehingga terlambat dalam menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, pada saat jam kerja ada beberapa pegawai yang tidak memanfaatkan waktunya untuk menyelesaikan pekerjaannya, pegawai yang datang terlambat, dan pulang kerja lebih awal dari waktu yang telah ditentukan. Permasalahan ini menjadi sumber penurunan kinerja pegawai. Rumusan masalah adalah bagaimana pengaruh motivasi kerja dan kemampuan kerja terhadap kinerja pegawai Universitas Methodist Indonesia.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori motivasi kerja, kemampuan kerja dan kinerja.

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan survei dan jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dan sifat dari penelitian ini adalah penjelasan. Jumlah sampel yang digunakan terdiri dari 62 orang pegawai Biro Rektorat Universitas Methodist Indonesia. Model analisis data yang digunakan untuk menjawab hipotesis adalah Analisis Regresi Berganda, menggunakan taraf kepercayaan sebesar 95 persen.

Hasil penelitian uji hipotesis menunjukkan bahwa motivasi kerja dan kemampuan kerja secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Universitas Methodist Indonesia, dan secara parsial kemampuan kerja lebih dominan dari pada motivasi kerja.

(19)

ABSTRACT

Universitas Methodist Indonesia (UMI) is a private university whose tasks is to provide education and teaching of Indonesian national culture in a scientific way including education and teaching, research and community service in a accordance with the existing regulations of legislation. The problems which have been long faced are the low job ability or skills of the employees in completing their jobs that they finish the job under their responsibility late; during working hours; a few of the employees do not utilize their time to finish their jobs; and the employees come late and leave their work earlier than the time set. These problems are the sources of the degradation of employees’ performance. Therefore, the research question is how work motivation and ability to work influence the performance of the employees of Universitas Methodist Indonesia.

The theory used in this study was the theory of work motivation, ability to work and performance.

The samples for this descriptive quantitative survey study were 62 employees working in the Administration Office of Universitas Methodist Indonesia. The data obtained were analyzed through multiple regression analysis with level of confidence of 95%.

The result of the hypothesis testing showed that simultaneously work motivation and ability work had significant influence on the performance of the employees of Universitas Methodist Indonesia, and partially, ability to work was more dominant than work motivation.

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Universitas Methodist Indonesia (UMI) merupakan perguruan tinggi swasta

yang tugasnya menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran kebudayaan bangsa

Indonesia dengan cara ilmiah yang meliputi pendidikan dan pengajaran, penelitian dan

pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku. UMI dalam pelayanannya mengalami peningkatan jumlah mahasiswa setiap

tahunnya.

Jumlah mahasiswa yang semakin meningkat setiap tahunnya, mengharuskan

para pegawai memberikan pelayanan bermutu tinggi. Jumlah mahasiswa terlihat pada

Tabel 1.1

Tabel 1.1. Jumlah Mahasiswa Universitas Methodist Indonesia 3 Tahun Terakhir

No Program Studi

Jumlah Mahasiswa per Tahun

(21)

1 Sastra Inggris 105 79 102

2 Kedokteran Umum 223 245 313

3 Agrotekhnologi 52 43 87

4 Agribisnis 39 64 59

5 Akuntansi 170 278 311

6 Manajemen 361 154 180

7 Manajemen Informatika 17 30 24

8 Komputerisasi Akuntansi 22 25 25

9 Sistem Informasi 69 48 74

10 Tekhnik Informatika 57 106 106

Jumlah 1115 1172 1281

Sumber: Biro Administrasi Akademik UMI, 2011

Pada Tabel 1.1 menunjukkan bahwa jumlah mahasiswa baru per tahun

mengalami peningkatan. Seiring dengan meningkatnya jumlah mahasiswa, maka akan

diikuti oleh meningkatnya volume pekerjaan pegawai di fakultas dan volume pekerjaan di

biro rektorat juga mengalami peningkatan. Untuk menyelesaikan pekerjaan ini, maka

perlu motivasi kerja dan kemampuan kerja untuk meningkatkan kinerja pegawai. Jika

kinerja pegawai meningkat dengan baik, maka mutu pelayanan administrasi dan akademik

yang diberikan kepada mahasiswa juga akan baik.

Kinerja adalah hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk

pekerjaan yang bersangkutan (Robins, 2001). Kinerja dipengaruhi oleh dua faktor yaitu

(22)

menunjukkan potensi orang untuk melaksanakan tugas atau pekerjannya (Gibson, 2000).

Motivasi kerja adalah suatu kehendak atau keinginan yang muncul dalam diri karyawan

yang menimbulkan semangat atau dorongan untuk bekerja secara optimal guna mencapai

tujuan (Soehartono, 2004) .

Menurunnya kinerja pegawai UMI dalam menyelesaikan tugas-tugasnya, yang

menjadi tanggung jawabnya, menunjukkan bahwa kemampuan pegawai tersebut juga

menurun, contohnya: pengumpulan data atau pengerjaan surat yang tidak tepat waktu

(lewat dari tanggal yang ditentukan). Kurangnya motivasi kerja dan semangat bekerja

pada pegawai sehingga pada saat jam kerja ada beberapa pegawai yang tidak

memanfaatkan waktunya untuk menyelesaikan pekerjaannya, contohnya: tidak ada

diruangan, pada saat jam kantor, mengerjakan hal-hal lain yang tidak ada hubungannnya

dengan pekerjaan kantor.

Kinerja pegawai tampak pada Tabel 1.2

Tabel 1.2. Kinerja Pegawai Biro Rektorat UMI 3 Tahun Terakhir

No Unit Rata-rata Kinerja Per Tahun (%)

2009 2010 2011

1 Biro Administrasi Umum 84 86 85

2 Biro Administrasi Akademik 88 88 87

3 Biro Administrasi Keuangan 89 88 86

4 Biro Perpustakaan 87 85 82

(23)

Pada Tabel 1.2 menunjukkan bahwa kinerja masing-masing biro rektorat,

mengalami penurunan, walaupun pada tahun 2010, Biro Administrasi Umum mengalami

peningkatan sebanyak 2% dari tahun sebelumnya, namun kembali mengalami penurunan

kinerja sebanyak 1% untuk tahun berikutnya.

Selain itu, kurangnya pemahaman pegawai akan tugas yang menjadi tanggung

jawabnya, contohnya: pegawai yang tidak dapat mengoperasikan komputer, menghambat

lancarnya pekerjaan administrasi. Hal ini terjadi karena pendidikan dan kemampuan kerja

pegawai berbeda-beda sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilan masing-masing.

Jenjang pendidikan di tingkat pegawai seperti dapat dilihat pada Tabel 1.3

Tabel 1.3. Tingkat Pendidikan Terakhir Pegawai Biro Rektorat UMI

Pendidikan Terakhir Jumlah (orang)

S1 10

D3 5

SMA 33

< SMA 14

Jumlah 62

Sumber: Biro Kepegawaian UMI, 2011 per Oktober 2011

Berdasarkan Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan terakhir pegawai

didominasi oleh tamatan SMA sebanyak 33 orang atau 53%. Hal ini mengidentifikasikan

(24)

melanjutkan pendidikan ke jenjang S1, guna meningkatkan kemampuan kerja pegawai

tersebut juga. Hal ini disebabkan karena pekerjaan yang dilakukan membutuhkan tenaga

kerja, yang bukan saja terampil tetapi juga memiliki tingkat pengetahuan tertentu.

Pegawai yang datang terlambat, dan pulang kerja lebih awal dari waktu yang

telah ditentukan, contohnya: pegawai yang tidak hadir tanpa alasan yang jelas atau tidak

ada surat permisi, kehadiran pegawai yang tidak memenuhi jam kantor (08.00 – 16.00

wib). Hal ini terjadi karena motivasi dan kemampuan kerja yang rendah di dalam diri

pegawai tersebut.

Tingkat kehadiran pegawai terlihat pada Tabel 1.4

Tabel 1.4. Kehadiran Pegawai Biro Rektorat UMI 3 tahun terakhir

No Unit Rata-rata Kehadiran Per Tahun (%)

2009 2010 2011

1 Biro Administrasi Umum 80 87 83

2 Biro Administrasi Akademik 94 96 89

3 Biro Administrasi Keuangan 98 97 95

4 Biro Perpustakaan 86 84 80

Sumber: Biro Kepegawaian UMI, 2011

Berdasarkan fenomena yang terjadi di UMI, mendorong penulis untuk mengkaji

lebih lanjut dalam sebuah penelitian tentang “Analisis Pengaruh Motivasi Kerja dan

(25)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian, maka rumusan masalah

sebagai berikut bagaimana pengaruh motivasi kerja dan kemampuan kerja terhadap

kinerja pegawai Universitas Methodist Indonesia?

1.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui

pengaruh motivasi kerja dan kemampuan kerja terhadap kinerja pegawai Universitas

Methodist Indonesia.

1.3. Manfaat Penelitian

Manfaat hasil penelitian diharapkan :

1. Bagi Universitas Methodist Indonesia, penelitian ini diharapkan menjadi bahan

masukan untuk kinerja pegawai dalam melaksanakan tugas.

2. Bagi program studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera

Utara, penelitian ini merupakan tambahan pemahaman dan pengetahuan tentang

analisis motivasi kerja dan kemampuan kerja terhadap kinerja pegawai serta

tambahan kekayaan penelitian untuk dapat dipergunakan atau dikembangkan di

(26)

3. Bagi peneliti dapat menambah wawasan secara ilmiah dalam bidang Ilmu

Manajemen khususnya yang berkaitan dengan ilmu yang didapat selama mengikuti

perkuliahan dan mengaplikasikannya dalam tugas sehari-hari.

4. Bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Soehartono (2004) dengan penelitian yang berjudul Pengaruh Gaya

Kepemimpinan, Motivasi dan Kemampuan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Sekretariat

Daerah Kabupaten Rembang. Metode penelitian ini adalah metode korelasi Rank atau T

(Tau Kendall). Dari hasil analisis tersebut membuktikan bahwa interaksi antara gaya

kepemimpinan, motivasi dan kemampuan kerja pegawai sangat meyakinkan dalam

mempengaruhi kinerja pegawai.

Eka Yuliana (2006) dengan judul penelitian adalah Pengaruh Kemampuan

dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Mata Diklat Produktif Penjualan di SMK

Bisnis dan Manajemen Se Kabupaten Kebumen. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

gambaran kemampuan intelektual, motivasi kerja dan kinerja guru, dan untuk mengetahui

besar pengaruh antara kemampuan dan motivasi kerja terhadap kinerja guru. Metode

pengumpulan data dengan cara tes, angket dan observasi. Data yang telah terkumpul

kemudian dianalisis dengan analisis diskriptif persentase dan analisis regresi baik parsial

dan simultan. Hasil penelitian disimpulkan bahwa, kemampuan intelektual dan motivasi

(28)

Khairul Akhir Lubis (2008) dengan judul penelitian Pengaruh Pelatihan dan

Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)

Medan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pelatihan

dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)

Medan, baik secara parsial maupun secara simultan. Teknik pengambilan sampel adalah

purpose sampling. Metode pengumpulan data dilakukan dengan angket dan studi

dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan dan motivasi kerja

berpengaruh terhadap kinerja karyawan baik secara parsial maupun simultan.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Teori Tentang Kinerja

2.2.1.1. Pengertian Kinerja

Kinerja adalah hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku

untuk pekerjaan yang bersangkutan (Robins, 2001)

Pengertian kinerja diberi batasan oleh Maier dalam Munandar (2001) sebagai

kesuksesan seseorang di dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Lebih tegas lagi Lawler and

Poter menyatakan bahwa kinerja adalah "succesfull role achievement" yang diperoleh

seseorang dari perbuatan perbuatannya (Munandar, 2001). Dari batasan tersebut Munandar

menyimpulkan bahwa kinerja adalah hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang

(29)

Suprihanto (2000) mengatakan bahwa kinerja atau prestasi kerja seorang

pegawai pada dasarnya adalah hasil kerja seseorang pegawai selama periode tertentu

dibandingkan dengan kemungkinan, misalnya standar, target atau sasaran atau kinerja yang

telah ditentukan terlebih dahulu dan telah di sepakati bersama

2.2.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Menurut Robbins (2001), tingkat kinerja pegawai sangat tergantung kepada

faktor-faktor yaitu: kemampuan pegawai itu sendiri seperti tingkat pendidikan,

pengetahuan, pengalaman dimana dengan tingkat kemampuan yang semakin tinggi akan

mempunyai kinerja yang semakin tinggi pula. Faktor lain adalah motivasi kerja pegawai

yaitu dorongan dari dalam seorang pegawai untuk melakukan suatu pekerjaan. Dengan

motivasi kerja yang tinggi akan mempunyai kinerja tinggi demikian juga sebaliknya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua faktor yaitu motivasi dan

kemampuan mempunyai hubungan positif terhadap kinerja. Indikator kinerja adalah:

1. Kualitas

2. Kuantitas

3. Tanggun jawab

4. Waktu yang dibutuhkan

5. Kerjasama

(30)

Sutemeister dalam Suprihanto (2000) mengemukakan pendapatnya, bahwa

kinerja dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:

1. Faktor Kemampuan :

a. Pengetahuan : pendidikan, pengalaman, latihan dan minat,

b. Ketrampilan : kecakapan dan kepribadian.

2. Faktor Motivasi :

a. Kondisi sosial : organisasi formal dan informal, kepemimpinan

b. Serikat kerja kebutuhan individu : fisiologis, sosial dan egoistik

c. Kondisi fisik : lingkungan kerja.

Menurut Vroom dalam Munandar (2001), tingkat sejauh mana keberhasilan

seseorang dalam menyelesaikan pekerjaannya disebut "level of performance". Biasanya

orang yang level of performance-nya tinggi disebut sebagai orang yang produktif, dan

sebaliknya orang yang levelnya tidak mencapai standar dikatakan sebagai tidak produktif

atau berperformance rendah. Pengukuran kinerja adalah salah satu tugas penting untuk

dilakukan oleh seorang manajer atau pimpinan. Walaupun demikian, pelaksanaan kinerja

yang obyektif bukanlah tugas yang sederhana, Pengukuran harus dihindarkan adanya "like

(31)

Para pimpinan organisasi sangat menyadari adanya perbedaan kinerja antara

satu pegawai dengan pegawai, lainnya yang berada di bawah pengawasannya. Walaupun

pegawai-pegawai bekerja pada tempat yang sama namun produktifitas pegawai tidaklah

sama. Secara garis besar perbedaan kinerja ini disebabkan oleh dua faktor (Munandar,

2001), yaitu : faktor individu dan situasi kerja.

Menurut Ivancevich (2002), ada tiga perangkat variabel yang mempengaruhi

perilaku dan prestasi kerja atau kinerja, yaitu:

1. Variabel individual, terdiri dari:

a. Kemampuan dan ketrampilan: mental dan fisik.

b. Latar belakang: keluarga, tingkat sosial, penggajian.

c. Demografis: umur, asal-usul, jenis kelamin.

2. Variabel organisasional, terdiri dari: sumberdaya, kepemimpinan, imbalan, struktur,

desain pekerjaan.

3. Variabel psikologis, terdiri dari: persepsi, sikap, kepribadian, belajar, motivasi.

Menurut Tiffin dan Me. Cormick dalam Suprihanto (2000) ada dua variabel

yang dapat mempengaruhi kinerja, yaitu:

1. Variabel individual, meliputi: sikap, karakteristik, sifat-sifat fisik, minat dan

motivasi, pengalaman, umur, jenis kelamin, pcndidikan, serta faktor individual

lainnya.

(32)

a.Faktor fisik dan pekerjaan, terdiri dari; metode kerja, kondisi dan desain

perlengkapan kerja, penataan ruang dan lingkungan fisik (penyinaran, temperatur,

dan fentilasi)

b.Faktor sosial dan organisasi, meliputi: peraturan-peraturan organisasi, sifat

organisasi, jenis latihan dan pengawasan, sistem upah dan lingkungan sosial.

2.2.1.3. Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja merupakan suatu alat manajemen untuk meningkatkan

kualitas pengambilan keputusan oleh para pimpinan, antara lain:

a. Untuk memperoleh dasar untuk pengambilan keputusan promosi, transfer, demosi

atau penurunan pangkat, dan pemutusan hubungan kerja.

b. Sebagai kriteria bagi kebenaran sarana-sarana seleksi dan program-program

pelatihan.

c. Untuk mengalokasikan imbalan-imbalan bagi para pegawai.

d. Untuk meyakinkan umpan balik bagi perorangan yang dapat menunjang

pengembangan diri dan kariernya dan dengan demikian menjamin efektivitas

organisasi.

Suprihanto (2000) menyatakan bahwa penilaian kinerja pegawai tidak hanya

hasil secara fisik tetapi juga pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan yang menyangkut

berbagai bidang seperti kemampuan kerja, kerajinan, disiplin, atau hal-hal khusus sesuai

(33)

a. Checklist, yang dimaksudkan dengan metode ini adalah untuk mengurangi beban

penilai. Penilai tinggal memilih kalimat-kalimat atau kata-kata yang

menggambarkan kinerja pegawai. Penilai biasanya atasan langsung. Pemberian

bobot sehingga dapat di skor. Metode ini bisa memberikan suatu gambaran prestasi

kerja secara akurat, bila daftar pengukuran berisi item-item yang memadai.

b. Metode peristiwa kritis (critical incident method), pengukuran yang berdasarkan

catatan-catatan penilai yang menggambarkan perilaku pegawai sangat baik atau

jelek dalam kaitannya dengan pelaksanaan kerja. Catatan-catatan ini disebut

peristiwa kritis. Metode ini sangat berguna dalam memberikan umpan balik kepada

pegawai, dan mengurangi kesalahan.

c. Metode peninjauan lapangan (field review method), seseorang ahli departemen

membantu para penyelia dalam pengukuran pegawai. Personalia mendapatkan

informasi khusus dari atasan langsung tentang kinerja pegawai. Kemudian ahli itu

mempersiapkan evaluasi atas dasar informasi tersebut. Evaluasi dikirim kepada

penyelia untuk di review, perubahan, persetujuan dengan pegawai yang dinilai.

Spesialis personalia bisa mencatat pengukuran pada tipe formulir pengukuran

apapun yang digunakan organisasi.

d. Tes dan observasi prestasi kerja, bila jumlah pegawai terbatas, pengukuran prestasi

kerja bisa didasarkan pada tes pengetahuan dan keterampilan. Tes mungkin tertulis

atau peragaan keterampilan. Agar berguna tes harus reliable dan valid.

(34)

Kelemahan metode ini adalah kesulitan untuk menentukan faktor-faktor

pembanding, subyek kesalahan kesan terakhir dan halo effect, kebaikannya

menyangkut kemudahan administrasi dan penjelasannya. Grading, metode

pengukuran ini memisah-misahkan atau mensortir para pegawai dalam berbagai

klasifikasi yang berbeda, biasanya suatu proposi tertentu harus diletakkan pada

setiap kategori. Point location, merupakan bentuk lain dari grading penilai

dibenkan sejumlah nilai total dialokasikan di antara para pegawai dalam kelompok.

Para pegawai diberi nilai lebih besar dan pada para pegawai dengan kinerja lebih

jelek. Kebaikan dari metode ini, penilai dapat mengevaluasi perbedaan relatif di

antara para pegawai, meskipun kelemahan-kelemahan efek halo (halo effect) dan

bias kesan terakhir masih ada.

Mengenai manfaat pengukuran kinerja, Sunarto (2005) mengemukakan:

a. Perbaikan prestasi kerja atau kinerja.

Umpan balik pelaksanaan kerja memungkinkan pegawai, manajer dan

departemen personalia dapat memperbaiki kegiatan-kegiatan pegawai untuk

meningkatkan prestasi.

b. Penyesuaian-penyesuaian kompensasi.

Evaluasi prestasi kerja membantu para pengambil keputusan dalam menentukan

kenaikan upah, pemberian bonus dan bentuk kompensasi lainnya.

(35)

Promosi dan transfer biasanya didasarkan atas prestasi kerja atau kinerja masa

lalu atau antisipasinya.

d. Perencanaan kebutuhan latihan dan pengembangan.

Prestasi kerja atau kinerja yang jelek mungkin menunjukkan perlunya latihan.

Demikian pula sebaliknya, kinerja yang baik mungkin mencerminkan potensi

yang harus dikembangkan.

e. Perencanaan dan pengembangan karir.

Umpan balik prestasi mengarahkan keputusan-keputusan karir, yaitu tentang

jalur karir tertentu yang harus diteliti.

f. Mendeteksi penyimpangan proses staffing.

Prestasi kerja yang baik atau buruk adalah mencerminkan kekuatan atau

kelemahan prosedur staffing departemen personalia.

g. Melihat ketidakakuratan informasional.

Prestasi kerja yanng jelek mungkin menunjukkan kesalahan-kesalahan dalam

informasi analisis jabatan, rencana sumber daya manusia, atau

komponen-komponen lain system informasi manajemen personalia. Menggantungkan pada

informasi yang tidak akurat dapat menyebabkan keputusan-kepulusan personalia

tidak tepat.

(36)

Prestasi kerja yang jelek mungkin merupakan tanda kesalahan dalam desain

pekerjaan. Pengukuran prestasi membantu diagnosa kesalahan-kesalahan

tersebut.

i. Menjamin kesempatan kerja yang adil.

Pengukuran prestasi kerja yang akurat akan menjamin keputusan-keputusan

penempatan internal diambil tanpa diskriminasi.

j. Melihat tantangan-tantangan eksternal.

Kadang-kadang prestasi seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar

lingkungan kerja, seperti keluarga, kesehatan, dan masalah-masalah pribadi

lainnya.

2.2.2. Teori Tentang Kemampuan Kerja

2.2.2.1. Pengertian Kemampuan Kerja

Kemampuan kerja adalah kondisi potensi yang dimiliki seseorang pegawai

dalam melaksanakan pekerjaan yang dibebankan kepada seseorang secara penuh

kesungguhan, berdaya guna dan berhasil guna dalam melaksanakan pekerjaannya (Gibson

2000)

Thoha (2002: 154) bahwa "kemampuan adalah suatu kondisi yang

menunjukkan unsur kematangan yang berkaitan pula dengan pengetahuan dan ketrampilan

(37)

2.2.2.2. Pengukuran Kemampuan Kerja

Dalam susunan organisasi kemampuan seseorang perlu diidentikkan dengan

peranan dan kedudukan pegawai, sehingga dalam proses pengembangan organisasi dan

pengembangan sumber daya manusia dalam tahap seleksi, pembinaan, dan pengawasan

karier dapat dicapai dengan prinsip "menempatkan pegawai sesuai dengan kemampuan

yang dimiliki".

Kemampuan pegawai menurut Gibson (2000) meliputi :

1. Kemampuan berhubungan antar manusia (berinteraksi)

2. Kemampuan konseptual

3. Kemampuan teknis

Gibson (2000: 55) menjelaskan ada beberapa kemampuan yang harus dimiliki

oleh aparat untuk mencapai efektivitas dan efisiensi kerja :

1). Kemampuan berinteraksi yang meliputi indikator :

a). Kemampuan pegawai untuk menciptakan dan menjaga hubungan pribadi

b). Kemampuan pegawai untuk berkomunikasi dengan rekannya secara efektif

c). Kemampuan pegawai untuk menangani konflik dengan konflik baik dengan orang

lain maupun teman sekerja

d). Kemampuan untuk meningkatkan atau mempertahankan rasa keadilan dan

persamaan kedudukan dalam suatu sistem imbalan.

(38)

a). Kemampuan pegawai untuk membina dan menganalisis informasi baik dari dalam

maupun dari luar lingkungan organisasi.

b). Kemampuan untuk merefleksikan arti perubahan tersebut dalam tugas.

c). Kemampuan untuk menentukan keputusan yang berkaitan dengan bidang tugasnya

d). Kemampuan untuk melakukan perubahan dalam pekerjaannya terutama yang

perlu dalam organisasi.

3). Kemampuan Teknis

a). Kemampuan pegawai untuk mengembangkan dan mengikuti rencana-rencana

kebijakan dan prosedur yang efektif

b). Kemampuan untuk memproses tata warkat atau kertas kerja dengan baik, teratur,

dan tepat waktu.

c). Kemampuan untuk mengelola pengeluaran atas suatu anggaran

d). Kemampuan untuk menggunakan pengetahuannya, peralatan-peralatan (tools),

pengalaman (experience), dan teknis-teknis dari berbagai disiplin ilmu untuk

memecahkan masalah.

Soehartono, (2004) menyimpulkan bahwa ada tiga kemampuan yang

penerapannya dapat digunakan untuk menentukan seberapa besar kemampuan yang harus

dimiliki berkaitan dengan kedudukan seseorang dalam organisasi. Tiga kemampuan yang

dapat diaplikasikan dalam organisasi yaitu :

(39)

Yaitu ketrampilan yang berkaitan dengan pengetahuan dan keahlian dalam berbagai

kegiatan kerja yang memerlukan keahlian dalam mempergunakan berbagai sarana dan

teknik-teknik yang bersifat khusus.

2). Kemampuan Ketrampilan (Human Skill)

Yaitu kemampuan yang didalamnya mencerminkan berbagai ketrampilan seperti:

a). Ketrampilan bekerja sama dengan orang lain

b). Kemampuan menciptakan kesadaran dan rasa kebersamaan.

c). Kemampuan menciptakan suasana kerja yang menyebabkan seluruh pegawai

merasa aman, tidak dipaksa, tidak dicurigai, suasana kerja yang penuh

kekeluargaan, toleransi kerja, dan saling mempercayai.

3). Kemampuan Konseptual (Conseptual and Design Skill)

Yaitu kemampuan pengolahan seseorang tidak hanya difokuskan untuk melihat,

mengidentifikasi, dan merumuskan permasalahan yang timbul, tetapi juga sekaligus

mampu merumuskan berbagai alternatif pemecahan permasalahan itu sendiri.

Ketiga kemampuan tersebut dapat dimiliki oleh semua pegawai disemua

tingkatan, meskipun dalam kadar yang berbeda-berbeda. Seorang pegawai tingkat rendah

lebih efektif jika memiliki kemampuan teknik yang lebih besar dibandingkan kemampuan

lainnya. Seorang manajer puncak mutlak harus memiliki kemampuan konseptual dan

desain pekerjaan di samping kemampuan lainnya dan untuk itu diperlukan suatu tingkat

(40)

pengembangan organisasi dapat dipahami bahwa manusia merupakan sumber daya penting

dalam organisasi.

Berkaitan dengan pendapat Gibson tentang kemampuan berinteraksi yang

tidak boleh dilupakan adalah kemampuan berkomunikasi, karena melalui komunikasi

segala permasalahan dalam suatu organisasi mampu dicarikan jalan keluarnya. Handoko

(2004: 272) komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau

informasi dari seorang ke orang lain. Dalam proses komunikasi ini diperlukan

keterampilan-keterampilan untuk membuat sukses pertukaran informasi. Oleh sebab itu

kemampuan berkomunikasi sangat memegang peranan penting dalam melaksanakan

pekerjaan serta memudahkan tercapainya tujuan organisasi.

Robbins (2001: 8), menyatakan komunikasi vertikal dapat dibagi menjadi

dua yaitu ke bawah dan ke atas :

1). Komunikasi ke bawah, pola ini digunakan oleh pemimpin untuk menetapkan tujuan,

pemberian instruksi pekerjaan, menginformasikan kebijakan dan prosedur kepada

bawahan, menunjukkan masalah yang memerlukan perhatian, dan mengemukakan

umpan balik tentang kinerja.

2). Komunikasi keatas, pola ini digunakan untuk memberikan umpan balik kepada atasan,

dan meneruskan masalah-masalah yang ada. Komunikasi ke atas menyebabkan para

manajer menyadari perasaan para karyawan terhadap pekerjaannya, rekan sekerjanya,

(41)

mendapatkan gagasan-gagasan mengenai urusan yang harus diperbaiki.

2.2.2.3. Hubungan Kemampuan Kerja dengan Kinerja

Kemampuan pegawai adalah suatu keadaan pada seseorang yang secara

penuh kesungguhan, berdaya guna dan berhasil guna melaksanakan pekerjaan sehingga

menghasilkan sesuatu yang optimal. Ketidak sungguhan, ketidak sanggupan, dan ketidak

mampuan kerja akan mengakibatkan kelambanan dalam melaksanakan tugas.

Pengembangan, kemampuan pegawai dengan menggunakan seluruh potensi

pegawai akan dapat mengupayakan prestasi organisasi. Dengan demikian kemampuan

pegawai berpengaruh pada pengembangan organisasi yang muaranya kearah produktifitas

kerja atau kinerja para pegawainya. Seperti yang dikemukakan oleh Payaman S.

Simanjuntak bahwa sumber daya manusia memegang peranan yang sangat penting dalam

meningkatkan produktivitas. Hal ini dikarenakan arah produksi dan teknologi pada

hakekatnya merupakan hasil kerja manusia (Simanjuntak 2005: 143 ). Dari uraian diatas

dapat disimpulkan bahwa dengan adanya pengembangan pegawai akan mendorong

organisasi untuk mempertahankan eksistensinya. Untuk itu pimpinan organisasi harus

dapat memberikan dorongan pada pegawainya untuk mengembangkan kemampuannya

baik melalui pendidikan moral informal maupun non formal serta pelatihan-pelatihan yang

dapat meningkatkan sumber daya manusia. Sehingga akan meningkatkan pengetahuan,

ketrampilan dan kemampuan yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja pegawai.

(42)

keseluruhan yang menyangkut berbagai bidang seperti kemampuan kerja, kerajinan,

'

Faktor kemampuan kerja mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap

kinerja, sebab kemampuan biasanya menunjukkan potensi orang dalam melaksanakan

tugas dan pekerjaannya. Seperti pendapat Nayono (2000: 4) kemampuan adalah

tersedianya modal kecakapan, ketangkasan, keterampilan atau modal lain yang

memungkinkan anggotanya dapat berbuat banyak untuk organisasinya. Dengan demikian

apabila karyawan memiliki kemampuan pendidikan formal yang ditempuh, pendidikan non

formal, tingkat pengalaman kerja yang dimiliki, tingkat keinginan (kemauan), maka akan

mampu mendorong kinerjanya.

disiplin, hubungan kerja atau hal-hal khusus sesuai dengan bidang dan tingkatan

pekerjaan. Gibson, et al (2001: 54), mengatakan bahwa kemampuan dan keterampilan

memainkan peranan utama dalam perilaku dan prestasi individu. Kemampuan dalam

hubungannya dengan pekerjaan dapat diartikan sebagai berikut " sebagai variabel individu,

kemampuan tidak dapat dipisahkan dengan konsep keterampilan. Keterampilan dalam hal

ini merupakan sifat (bawaan dari lahir atau dipelajari) yang memungkinkan seseorang

melakukan sesuatu yang bersifat mental atau fisik. Keterampilan dinyatakan sebagai

kecakapan yang berhubungan dengan tugas yang dimiliki dan dipergunakan dalam tugas".

Jika setiap karyawan menyadari kemampuan yang dimilikinya, maka akan berpengaruh

besar terhadap kinerjanya.

Kemampuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan seorang

(43)

kemampuan berinteraksi (interaction ability), kemampuan konseptual (Conceptual

ability), dan kemampuan administratif (Administratifability).

2.2.3. Teori Tentang Motivasi Kerja

2.2.3.1. Pengertian Motivasi Kerja

Menurut Soehartono (2004), motivasi adalah suatu kehendak atau keinginan

yang muncul dalam diri karyawan yang menimbulkan semangat atau dorongan untuk

bekerja secara optimal guna mencapai tujuan.

Menurut Hasibuan (2003:95), motivasi berasal dari kata dasar motif, yang

mempunyai arti suatu perangsang, keinginan dan daya penggerak kemauan bekerja

seseorang. Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja

seseorang agar pegawai mau bekerjasama dengan efektif dan terintegrasi dengan segala

daya upayanya untuk mencapai kepuasan.

Sedangkan menurut Robbins (2001:166), motivasi adalah kesediaan untuk

mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi yang dikondisikan oleh

kemampuan upaya itu dalam memenuhi beberapa kebutuhan individual. Kebutuhan terjadi

apabila tidak ada keseimbangan antara apa yang dimiliki dan apa yang diharapkan.

Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan dan

pencapaian tujuan. Dan tujuan adalah sasaran atau hal yang ingin dicapai oleh seseorang

(44)

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud motivasi

kerja adalah sesuatu yang dapat menimbulkan semangat atau dorongan bekerja individu

atau kelompok terhadap pekerjaan guna mencapai tujuan. Motivasi kerja pegawai adalah

kondisi yang membuat pegawai mempunyai kemauan atau kebutuhan untuk mencapai

tujuan tertentu melalui pelaksanaan suatu tugas. Motivasi kerja pegawai akan mensuplai

energi untuk bekerja atau mengarahkan aktivitas selama bekerja, dan menyebabkan

seorang pegawai mengetahui adanya tujuan yang relevan antara tujuan organisasi dengan

tujuan pribadinya.

2.2.3.2. Teori-Teori Motivasi Kerja

Menurut Miftah Toha (2000: 193) menyatakan bahwa Abaraham Maslow

dalam teori Hirarki kebutuhan mengatakan bahwa motivasi didasarkan atas tingkat

kebutuhan yang disusun menurut prioritas kekuatannya seperti dibawah ini:

1. Kebutuhan fisiologis, kebutuhan yang pertama dan utama yang wajib dipenuhi oleh

tiap individu. Kebutuhan utama inilah yang mendorong setiap individu untuk

melakukan pekerjaan apa saja, karena ia akan memperoleh imbalan, baik berupa

uang, ataupun barang yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan utama ini

2. Kebutuhan keamanan atau perlindungan, tiap individu mendambakan keamanan bagi

(45)

3. Kebutuhan kebersamaan atau sosial, tiap individu senantiasa perlu pergaulan dengan

sesamanya.

4. Kebutuhan penghormatan atau penghargaan, tiap individu melakukan pekerjaan atau

kegiatan yang memungkinkan ia mendapatkan penghormatan dan penghargaan

masyarakat.

5. Kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan puncak yang paling tinggi, sehingga seseorang

ingin mempertahankan prestasinya secara optimal.

Dimensi motivasi terdiri dari:

1. Motif

Motif adalah dorongan yang datang dari dalam diri seseorang untuk melakukan atau

sedikitnya adalah suatu kecenderungan yang menimbulkan perbuatan atau tingkah

laku tertentu yang merupakan hasil dari suatu proses pemikiran.

2. Harapan

Misalnya sumber-sumber kepuasan kerja, motivator dalam bentuk harapan

(46)

sendiri dan tanggung jawab dan faktor higenis adalah kebijaksanaan dan administrasi

perusahaan, pengawasan, hubungan antar pribadi, gaji dan kondisi kerja.

Teori-teori motivasi kerja banyak lahir dari pendekatan–pendekatan yang

berbeda–beda, hal itu terjadi karena yang dipelajari adalah perilaku manusia yang

komplek. Jadi teori–teori ini perlu bagi organisasi dalam memahami karyawan (pegawai)

dan mengarahkan karyawannya (pegawai) untuk melakukan sesuatu.

a. Teori motivasi dua faktor atau teori iklim sehat oleh Herzberg

Herzberg berpendapat bahwa ada dua faktor ekstrinsik dan instrinsik yang

mempengaruhi seseorang bekerja. Termasuk dalam faktor ekstrinsik (hygienes) adalah

hubungan interpersonal antara atasan dengan bawahan, teknik supervisi, kebijakan

administratif, kondisi kerja dan kehidupan pribadi. Sedangkan faktor instrinsik (motivator)

adalah faktor yang kehadirannya dapat menimbulkan kepuasaan kerja dan meningkatkan

prestasi atau hasil kerja individu. Menurut siswanto (1990:137), motivasi seseorang akan

ditentukan motivatornya, yang meliputi: prestasi (Achievement), penghargaan

(Recognition), tantangan (Challenge), tanggungjawab (Responsibility), pengembangan

(Development), keterlibatan (Involvement), dan kesempatan (Opportunity).

Dalam teori motivasi Herzberg, faktor-faktor motivator meliputi: prestasi,

pengakuan, tanggungjawab, kemajuan, pekerjaan itu sendiri dan kemungkinan

(47)

(a). Prestasi (achievment) adalah kebutuhan untuk memperoleh prestasi di bidang

pekerjaan yang ditangani. Seseorang yang memiliki keinginan berprestasi sebagai

kebutuhan “need” dapat mendorongnya mencapai sasaran.

(b). Pengakuan (recoqnition) adalah kebutuhan untuk memperoleh pengakuan dari

pimpinan atas hasil karya atau hasil kerja yang telah dicapai.

(c). Tanggungjawab (responbility) adalah kebutuhan untuk memperoleh tanggung jawab

dibidang pekerjaan yang ditangani.

d). Kemajuan (advencement) adalah kebutuhan untuk memperoleh peningkatan karier

(jabatan).

(e). Pekerjaan itu sendiri (the work it self) adalah kebutuhan untuk dapat menangani

pekerjaan secara aktif sesuai minat dan bakat.

(f). Kemungkinan berkembang (the possibility of growth) adalah kebutuhan untuk

memperoleh peningkatan karier.

Frederick Herzberg memilah herarki kebutuhan maslow menjadi kebutuhan tingkat

rendah (fisiologis, rasa aman, dan sosial) dan kebutuhan tingkat tinggi (penghargaan dan

aktualisasi diri). Herzberg mengemukakan bahwa cara terbaik untuk memotivasi seseorang

adalah dengan memenuhi kebutuhan tingkat tingginya.

b. Teori motivasi prestasi kerja David Mc Clelland

Teori ini berpendapat bahwa karyawan mempunyai cadangan energi

(48)

dorongan yaitu: (a). Kekuatan motif dan kekuatan dasar yang terlibat; (b). Harapan dan

keberhasilannya; dan (c). Nilai insentif yang terletak pada tujuan.

Menurut Mc Clelland kebutuhan manusia yang dapat memotivasi gairah kerja

dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

(1). Kebutuhan akan prestasi, karyawan akan antusias untuk berprestasi tinggi, asalkan

kemungkinan untuk hal itu diberi kesempatan, seseorang menyadari bahwa dengan

hanya mencapai prestasi kerja yang tinggi akan dapat memperoleh pendapatan yang

besar, dengan pendapatan yang besar ia dapat memenuhi kebutuhan– kebutuhannya.

(2). Kebutuhan akan afiliasi seseorang karena kebutuhan afiliasi akan memotivasi dan

mengembangkan diri serta memanfaatkan semua energinya.

(3). Kebutuhan akan kekuasaan, kebutuhan ini merupakan daya penggarak yang

memotivasi semangat kerja seorang karyawan. Ego manusia yang ingin berkuasa

lebih dari manusia lainnya akan menimbulkan persaingan, persaingan ini oleh

manajer ditumbuhkan secara sehat dalam memotivasi bawahannya supaya termotivasi

untuk bekerja giat.

Pada teori yang dicapai dari Mc. Clelland gaji atau upah, penting sebagai

suatu sumber umpan balik kinerja untuk kelompok karyawan yang berprestasi tinggi (High

Achivers) ia dapat bersifat atraktif bagi orang-orang yang memiliki kebutuhan tinggi akan

afiliasi, apabila hal tersebut diberikan sebagai bonus kelompok, dan ia sangat dinilai tinggi

oleh orang-orang yang memiliki kebutuhan tinggi akan kekuasaan, sebagai alat untuk

(49)

Robbins (2001) menyatakan bahwa untuk memaksimalkan motivasi, pegawai

perlu mempersepsikan bahwa upaya yang dikeluarkan mengarah ke evaluasi kinerja yang

diharapkan akan menghasilkan imbalan yang dihargai. Mengikuti model harapan dari

motivasi, jika sasaran yang diharapkan tidak jelas, jika kriteria pengukuran sasaran

samar-samar dan jika pegawai kekurangan keyakinan diri bahwa upaya tersebut akan mengarah

ke penilaian yang memuaskan mengenai kinerja atau meyakini bahwa akan ada

pembayaran yang tidak memuaskan oleh organisasi bila sasaran kinerja tercapai, maka

dapat diperkirakan individu-individu akan berkerja jauh di bawah potensinya.

Motivasi kerja merupakan suatu dorongan untuk melakukan suatu pekerjaan.

Motivasi kerja erat hubungannya dengan kinerja atau performansi seseorang. Pada

dasarnya motivasi kerja seseorang itu berbeda-beda. Ada motivasi kerjanya tinggi dan ada

motivasi kerjanya rendah, bila motivasi kerjanya tinggi maka akan berpengaruh pada

kinerja yang tinggi dan sebaliknya jika motivasinya rendah maka akan menyebabkan

kinerja yang dimiliki seseorang tersebut rendah. Jika pegawai mempunyai motivasi kerja

tinggi maka ia akan bekerja dengan keras, tekun, senang hati, dan dengan dedikasi tinggi

sehingga hasilnya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

2.3. Kerangka Konseptual

Keberhasilan kinerja pegawai dalam suatu instansi dipengaruhi oleh beberapa

faktor, diantaranya adalah motivasi dan kemampuan kerja.

(50)

specified time period. Artinya kinerja adalah catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi

suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama periode waktu tertentu.

Mangkunegara (2002) menyatakan bahwa,” Kinerja adalah hasil kerja

secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan atau pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan padanya”.

Dalam kajian teori Robbins (2001:218), kinerja dapat digambarkan sebagai

berikut :

Gambar 2.1. Dimensi Kinerja (Robbins, 2001:218)

Terlihat pada teori perilaku organisasi diatas bahwa kinerja (performance)

merupakan fungsi dari interaksi antara kemampuan dan motivasi, yaitu kinerja = f (AxM).

Persamaan ini menggambarkan bahwa performance merupakan fungsi dari motivasi dan

kemampuan. Semakin tinggi motivasi dan kemampuan seorang, maka akan semakin tinggi

pula kinerjanya. Namun demikian dalam teori ditambahkan kesempatan untuk berkinerja,

(51)

yang menjadi kendala kinerja. Tingkat-tingkat kinerja yang tinggi sebagian merupakan

fungsi dan tidak adanya rintangan yang menjadi kendala karyawan itu. Dari teori Robbins

tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai adalah

kemampuan, motivasi dan kesempatan. Kemampuan seseorang menurut Robbins

(2001:46), meliputi kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.

Dengan demikian kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang

untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung

jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan.

Motivasi sebagai faktor-faktor yang ada dalam diri seseorang yang

menggerakkan perilakunya untuk memenuhi tujuan tertentu (Gitosudarmo,2000). Motivasi

tampak sebagai kebutuhan sekaligus sebagai pendorong yang dapat menggerakkan semua

potensi, baik karyawan maupun sumber daya lainnya. Di lain pihak dari segi aktif,

motivasi tampak sebagai suatu usaha positif dalam menggerakkan sumber daya dan potensi

pegawai agar secara produktif berhasil mencapai tujuan.

Kemampuan kerja merujuk ke suatu kapasitas individu untuk mengerjakan

berbagai tugas dalam suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam

suatu pekerjaan (Robbins, 2001).

Dalam penelitian ini, dibatasi dengan hanya menggunakan variabel

motivasi, kemampuan dan kinerja. Sedangkan variabel kesempatan tidak diikut sertakan

(52)

Kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.2

Gambar 2.2. Kerangka Konseptual Penelitian (Robbins, 2001)

2.4. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah motivasi kerja dan kemampuan

kerja berpengaruh terhadap kinerja pegawai Universitas Methodist Indonesia.

Motivasi K j

Kemampuan K j

(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sifat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan metode survey, yaitu

kegiatan mengumpulkan data mengenai fakta-fakta yang merupakan pendukung terhadap

penelitian, dengan maksud untuk mengetahui status, gejala, menentukan kesamaan status

dengan cara membandingkan dengan standar yang sudah dipilih dan atau ditentukan

(Arikunto, 2006).

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Nazir (2005) menyatakan

bahwa, penelitian deskriptif adalah metode dalam penelitian suatu sekelompok manusia,

suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang yang bertujuan

untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Sedangkan

Arikunto (2002) menyatakan bahwa, penelitian kuantitatif memiliki kejelasan unsur yang

dirinci sejak awal, langkah penelitian yang sistematis, menggunakan sampel yang hasil

penelitiannya diberlakukan untuk populasi, memiliki hipotesis jika perlu, memiliki desain

jelas dengan langkah-langkah penelitian dan hasil yang diharapkan, memerlukan

(54)

Adapun sifat penelitian ini adalah deskriptif explanatory. Sugiyono (2004)

menyatakan bahwa, penelitian explanatory merupakan penelitian yang bermaksud

menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungannya antara satu

variabel dengan yang lain.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Methodist Indonesia Medan.

Penelitian ini dimulai bulan September 2011 sampai dengan bulan Desember 2011.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002: 108). Populasi

pada penelitian ini adalah seluruh pegawai biro rektorat di Universitas Methodist Indonesia

Medan dengan jumlah keseluruhan adalah 64 orang pegawai (Data Kepegawaian per

Oktober 2011) . Biro Rektorat tersebut terdiri dari Biro Pelaksana Kegiatan Yayasan

(PKY), Biro Adminstrasi Akademik (BAA) , Biro Administrasi Umum (BAU) , Biro

Administrasi Keuangan (BAK) dan Biro Perpustakaan.

(55)

Apabila subjeknya kurang dari 100 orang lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya

merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya terlalu besar, dapat

diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih”

Oleh karena itu, seluruh jumlah pegawai, yakni sebanyak 64 orang yang

diberikan kuesioner. Namun dalam pengembalian kuesioner hanya 62 kuesioner yang sah

dan dijadikan sampel dalam penelitian ini. Sedangkan 2 kuesioner tidak dapat dijadikan

sampel dengan beberapa alasan yaitu kuesioner tidak dikembalikan dan ada beberapa item

kuesioner yang tidak dijawab.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Kuesioner sebagai panduan yang diberikan kepada pegawai rektorat Universitas

Methodist Indonesia yang menjadi responden dalam penelitian, untuk mengetahui

tanggapan mereka mengenai motivasi dan kemampuan kerja di Universitas

Methodist Indonesia.

2. Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan dan mempelajari data yang berkaitan

dengan penelitian misalnya, peraturan-peraturan dalam lingkup pendidikan, adapun

(56)

3.5. Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan untuk mendukung variabel yang diteliti adalah :

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari wawancara, daftar pertanyaan

(kuesioner) dan pengamatan.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari studi dokumentasi.

3.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel

3.6.1. Identifikasi Variabel

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang atau objek

yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok itu (Sugiyono,

2006). Berdasarkan telaah pustaka dan perumusan hipotesis, maka variabel-variabel

penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas (Independen)

Menurut Sugiyono (2006) variabel bebas atau independen merupakan variabel yang

mempengaruhi atau menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen

(variabel terikat). Dalam penelitian ini yang merupakan variabel bebasnya adalah

motivasi dan kemampuan kerja. Motivasi kerja adalah suatu kehendak atau

(57)

dorongan untuk bekerja secara optimal guna mencapai tujuan. Kemampuan kerja

adalah kondisi potensi yang dimiliki seseorang pegawai dalam melaksanakan

pekerjaan yang dibebankan kepada seseorang secara penuh kesungguhan, berdaya

guna, dan berhasil guna dalam melaksanakan pekerjaannya.

2. Variabel Terikat (Dependen)

Menurut Sugiyono (20060. Variabel terikat atau dependen merupakan variabel

yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas

(independen). Dalam penelitian ini yang merupakan variabel terikatnya adalah

kinerja pegawai. Kinerja pegawai adalah hasil kerja pegawai selama periode

tertentu dibandingkan dengan berbagai kriteria yang telah ditentukan terlebih

dahulu dan telah disepakati bersama.

3.6.2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah menjelaskan variabel penelitian dan skala

pengukuran variabel. Definisi operasional dari masing-masing variabel adalah:

1. Motivasi (X1)

Suatu kehendak atau keinginan yang muncul dalam diri karyawan yang

menimbulkan semangat atau dorongan untuk bekerja secara optimal guna mencapai

tujuan. Dimensi motivasi terdiri dari motif dengan indikator seperti kebutuhan

fisiologis, kebutuhan sosial, kebutuhan berafliasi. Dimensi harapan dengan

(58)

2. Kemampuan Kerja (X2)

Kondisi potensi yang dimiliki seseorang pegawai dalam melaksanakan pekerjaan

yang dibebankan kepada seseorang secara penuh kesungguhan, berdaya guna, dan

berhasil guna dalam melaksanakan pekerjaannya. Dimensi kemampuan

berhubungan antar manusia, indikatornya terdiri dari komunikasi yang baik,

menjaga hubungan pribadi. Dimensi kemampuan konseptual dan desain,

indikatornya terdiri dari: menangkap instruksi, menganalisa informasi dan membuat

laporan. Dimensi kemampuan teknis, indikatornya terdiri dari: melaksanakan

prosedur kerja dan mengagendakan kegiatan. Untuk mengukur variabel

kemampuan kerja digunakan skala likert.

3. Kinerja Pegawai (Y)

Hasil kerja pegawai selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kriteria

yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Dimensi

kualitas, indikatornya pengetahuan dan ketrampilan. Dimensi

kuantitas indikatornya kegiatan koordinasi dan fasilitas kerja. Dimensi tanggung

jawab, indikatornya hasil pekerjaan dan pencapaian target. Dimensi waktu yang

dibutuhkan indikatornya terdiri dari tingkat kecerdasan dan tingkat ketrampilan.

Dimensi kerjasama indikatornya terdiri dari hubungan atasan dan hubungan antar

rekan kerja. Dimensi ketaatan indikatornya adalah regulasi. Untuk mengukur

(59)

Teknik skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert yang

merupakan bagian dari jenis attitude scales. Skala likert adalah dimana responden

menyatakan tingkat setuju atau tidak setuju mengenai berbagai pernyataan tentang

perilaku, objek, orang atau kejadian (Kuncoro, 2003)

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka definisi operasional variabel seperti yang

ditunjukkan oleh Tabel 3.1

Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel Penelitian Variabel, Definisi

1. Komunikasi yang Baik

(60)

dan berhasil

1. Hubungan Atasan

2. Hubungan dengan rekan

kerja

1. Terhadap Regulasi

Likert

3.7. Uji Validitas dan Reliabilitas

3.7.1. Uji Validitas

Arikunto (2000) mengemukakan tujuan uji coba berhubungan dengan

pengelolaan tujuan lain adalah diperolehnya informasi mengenai kualitas instrumen yang

digunakan yaitu informasi mengenai sudah dan belumnya instrumen yang bersangkutan

memenuhi syarat.

Nazir (2000) menyatakan reliabilitas dan validitas mencakup mutu seluruh

proses pengumpulan data sejak konsep disiapkan sampai kepada data siap untuk dianalisa.

Sebelum kuesioner dibagikan kepada responden, maka perlu diuji dulu kesahihannya,

dengan alat uji validitas. Uji validitas dilakukan pada instansi sejenis yaitu di UNIKA

Santo Thomas Medan sebanyak 30 orang. Menurut Arikunto (2000), bahwa jumlah

responden untuk uji coba adalah antara 15-50 responden. Responden dalam uji coba

(61)

Pengujian validitas instrumen dengan bantuan perangkat lunak SPSS, nilai

validitas dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation. Jika angka korelasi

yang diperoleh lebih besar dari pada angka kritik (r hitung > r tabel) maka instrumen

tersebut dikatakan valid. Angka kritik pada penelitian ini adalah N-2=30-2=28

dengan taraf signifikan 5% maka angka kritik untuk uji validitas pada penelitian adalah

0,361. Berdasarkan pengujian validitas instrumen, nilai corrected item-total correlation

bernilai positif dan di atas nilai r tabel 0,361 yang artinya semua butir pertanyaan dapat

dikatakan valid.

Pada Tabel 3.2 diperoleh hasil pengujian instrumen dari variabel motivasi

memiliki nilai yang lebih besar dari 0,361 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

seluruh instrumen penelitian dari variabel motivasi yang digunakan adalah valid dan dapat

digunakan dalam penelitian.

Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas Motivasi Kerja

Variabe l

No Pernyataan Corrected Item-

Total

Ket

Correlation

Motivas i

1 Penghasilan yang diterima di setiap

bulannya, cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok

0,587

Valid

2 Mendapatkan jaminan kesehatan

dalam bentuk fasilitas asuransi

(62)

kesehatan

3 Mendapatkan kesempatan untuk

menyampaikan saran 0,621

Valid

4 Mendapatkan kesempatan untuk

menyampaikan kritik 0,689

Valid

5 Mendapatkan jaminan hari tua 0,528 Valid

6 Situasi pekerjaan sangat kondusif

diantara sesama pegawai 0,587

Valid

7 Rekan sekerja selalu memberikan

respon yang positif (memberikan ide)

0,763

Valid

8 Pimpinan selalu memberikan pujian,

jika melaksanakan pekerjaan dengan tepat waktu

0,621

Valid

9 Pimpinan selalu memberikan

insentif, jika melaksanakan pekerjaan dengan tepat waktu

0,689

Valid

10 UMI memberikan kesempatan

untuk mengembangkan pengetahuan 0,528

Valid

11 UMI memberikan kesempatan

untuk mengembangkan ketrampilan 0,587

Valid

12 Ada kesempatan untuk mencoba

tugas baru 0,763

Valid

Sumber: Hasil penelitian tahun 2011 (data diolah)

Hasil pengujian validitas variabel motivasi menunjukkan bahwa r hitung diatas r

Gambar

Tabel 1.2. Kinerja Pegawai Biro Rektorat UMI 3 Tahun Terakhir
Tabel 1.3.  Tingkat Pendidikan Terakhir Pegawai Biro Rektorat UMI
Tabel 1.4. Kehadiran Pegawai Biro Rektorat UMI 3 tahun terakhir
Gambar 2.1. Dimensi Kinerja (Robbins, 2001:218)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, Karena atas berkat, rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir ini dengan judul “Aplikasi Pengolahan Data Surat

Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh tingkat signifikansi variabel bagi hasil adalah sebesar 0,058 yang artinya lebih besar dari 0,05 (0,058 &lt; 0,05) dan t hitung

Gedung A Kantor Regional VIII Badan Kepegawaian Negara Banjarmasin Jl.. 1 Banjarbaru, Kalimantan

sebesar 76,33%, mendengarkan penjelasan guru tentang materi secara garis besar diperoleh rata-rata 74%, siswa membentuk kelompok yang diperintah guru diperoleh

[r]

Atas perhatiannya kami ucapkan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran aktif model picture and picture dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar materi konsep ciri-ciri makhluk hidup

Reber (Muhibbin, 2008:151) juga mengemukakan pendapatnya tentang minat yaitu minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak