• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis & Perbandingan Aggregatable Global Unicast Address IPv6 Dengan Global Unicast Address IPv4 Terhadap Efisiensi Rute Aggregasi Border Gateway Protokol

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis & Perbandingan Aggregatable Global Unicast Address IPv6 Dengan Global Unicast Address IPv4 Terhadap Efisiensi Rute Aggregasi Border Gateway Protokol"

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS & PERBANDINGAN

AGGREGATABLE GLOBAL

UNICAST ADDRESS

IPv6 DENGAN

GLOBAL UNICAST ADDRESS

IPv4 TERHADAP EFISIENSI RUTE AGGREGASI BORDER

GATEWAY PROTOKOL

DRAFT SKRIPSI

ANGGIAT HORAS SIHOMBING

041401072

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERSETUJUAN

Judul : ANALISIS & PERBANDINGAN

AGGREGATABLE GLOBAL UNICAST

ADDRESS IPv6 DENGAN GLOBAL UNICAST ADDRESS IPv4 TERHADAP EFISIENSI RUTE AGGREGASI BORDER GATEWAY

PROTOKOL

Kategori : SKRIPSI

Nama : ANGGIAT HORAS SIHOMBING

Nomor Induk Mahasiswa : 041401072

Program Studi : SARJANA (S1) ILMU KOMPUTER

Departemen : ILMU KOMPUTER

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan,

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Dian Rachmawati, Ssi, Kom. Drs. Marihat Situmorang, M.Kom.

NIP. 198307232009122004 NIP. 196312141989031001

Diketahui/Disetujui oleh Program Studi S1 Ilmu Komputer

Ketua,

(3)

PERNYATAAN

ANALISIS & PERBANDINGAN AGGREGATABLE GLOBAL UNICAST

ADDRESS IPv6 DENGAN GLOBAL UNICAST ADDRESS IPv4 TERHADAP EFISIENSI RUTE AGGREGASI BORDER GATEWAY PROTOKOL

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan,17 Maret 2012

(4)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat karunia-Nya, kertas kajian ini berhasil diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Marihat Situmorang, M.Kom. dan Ibu Dian Rachmawati, Ssi, Kom. selaku pembimbing pada penyelesaian skripsi ini yang telah memberikan panduan dan penuh kepercayaan kepada penulis untuk menyempurnakan kajian ini. Panduan ringkas, padat, dan profesional telah diberikan kepada penulis agar dapat menyelesaikan tugas ini. Selanjutnya kepada para Dosen Penguji Bapak Ir.T. Ahri Bahriun, Msc dan Bapak M. Umar T, ST atas saran dan kritikan yang sangat berguna bagi penulis. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Ketua dan Sekretaris Departemen Ilmu Komputer, Bapak Dr. Poltak Sihombing, M.Kom dan Ibu Maya Silvi Lydia, B.Sc.,M.Sc, Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, semua dosen pada Departemen Ilmu Komputer FMIPA USU, pegawai di Ilmu Komputer FMIPA USU, dan rekan-rekan kuliah.

Tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada Pdt S.P Sihombing, E Simajuntak, Leo Ester Sihombing yang selalu memberikan kepercayaan, dukungan, doa, dan semangat tanpa henti. Terakhir, kepada Kakanda Tioria Sihombing, yang memberi dukungan serta inspirasi, kepada pak Syurahbill atas kritik-kritik pencerahannya dan motivasi yang diberikan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan limpahan karunia kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, perhatian, serta dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan hanyalah milik Tuhan Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun dan menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Medan,17 Maret 2012

(5)

ABSTRAK

Komunikasi yang terjadi dalam internet merupakan komunikasi antara alamat IP dengan IP lainnya yang bersifat unik. Sejak awal terciptanya jaringan komputer dan internet hingga sekarang, alamat IP yang digunakan adalah IPv4. Pertumbuhan kebutuhan alamat IPv4 untuk internet hampir mencapai batas akhir kesanggupan IPv4 dalam mengalokasikan alamat IP sehingga diciptakan IPv6 sebagai pengganti IPv4. Dalam implementasi IPv6 di internet dalam komunikasi antar Autonomous System (AS) belumlah seutuhnya mampu menggantikan IPv4 sebagai alamat infrastruktur pembangun jaringan internet, seperti penerapan dalam mekanisme Route Aggregation. Hal ini disebabkan beberapa kendala baik dari segi perangkat lunak maupun perangkat keras.

Pada tugas akhir ini akan dilakukan analisis antara kedua protokol internet yakni IPv4 dan Ipv6 dalam penggunaan untuk rute aggregasi kemudian diperbandingkan untuk mendapatkan rute aggregasi yang lebih efisien. Adapun data IPv4 dan IPv6 yang dianalisis adalah rute prefix IP TELKOMNET-AS2-AP PT Telekomunikasi Indonesia dan rute Prefix IP PT Delta-Telecom Indonesia diperoleh dari CIDR-Report. Routing protokol yang dipakai adalah BGP yang secara de facto sebagai routing protokol eksternal. Data akan dimasukkan pada simulator GNS3 dan kemudian akan dilakukan konfigurasi terhadap alamat IP prefix kepada router-router setelah itu menyisipkan mekanisme aggregasi. Hasilnya berupa rute-rute yang diiklankan dalam routing tabel router akhir menjadi lebih sedikit.

(6)

ANALYSIS & COMPARISON AGGREGATABLE GLOBAL UNICAST

ADDRESS IPv6 WITH GLOBAL UNICAST ADDRESS IPv4 TROUGHT

EFFICIENCY AGGREGATION ROUTE OF BORDER GATEWAY

PROTOCOL

ABSTRACT

Communication that occurs in the internet is a communication between an IPaddress with another IP that is unique. Since the beginning of the creation ofcomputer networks and the Internet until now, the IP address used is IPv4. Growing needs of IPv4 addresses to internet almost reached the end of the ability to allocate IPv4 IP address so that IPv6 was created as a replacement for IPv4. In the implementation of IPv6 on the internet in the communication between the Autonomous System (AS) is not yet fully able to replace IPv4 as the Internet address of the network infrastructure builders, such as the application of The mechanism of Route Aggregation. This is due to some constraints in terms of both software and hardware.

(7)

DAFTAR ISI

2.2.3 Notasi ‘Dotted-decimal’ ... 11

2.2.4 Jenis-Jenis Alamat IPv4 ... 12

2.3.1.a Identitas Interface Berdasarkan Alamat EUI-64 ... 15

2.3.1.b Alamat IEEE 802 ... 15

2.3.1.c Alamat IEEE EUI-64 ... 16

2.3.1.d Pemetaan Alamat IEEE 802 ke Alamat EUI-64 ... 16

(8)

2.3.2 Jenis-Jenis Alamat IPv6 ... 17

2.5. Protokol Routing BGP (Border Gateway Protocol) ... 22

2.5.1 Operasi BGP ... 23

3.4.1.a Identitas Top Level-Aggregator (TLA-ID) ... 46

3.4.1.b Identitas Sub-TLA Aggregator (Sub-TLA) ... 47

3.4.2 Subnetting Alamat IPv6 ... 48

3.5. Analisis Sistem ... 51

3.5.1 Analisis Alamat ... 51

3.5.1.a Pengalamatan Tidak Fleksibel ... 52

3.5.1.b Rendahnya Granularitas ... 53

3.5.1.c Subnetting Dan Supernetting Mekanisme Tambahan 54

3.5.2 Analisis Alamat IPv6 ... 56

3.5.2.a Struktur Hirarki Pengalamatan IPv6 ... 56

3.5.2.b Prefix IP (Format Prefix) Alamat Global IPv6 ... 57

(9)

3.7. Rute Aggregasi ... 60

BAB 4 PERANCANGAN, PENGUJIAN DAN PERBANDINGAN ... 63

4.1 Perancangan ... 63

4.2.1.a Pengujian Round-trip Paket Alamat IPv4 ... 74

4.2.1.b Pengujian Rute Aggregasi IPv4 ... 76

4.2.2.a Pengujian Round-trip Paket Alamat IPv6 ... 84

4.2.2.b Pengujian Rute Aggregasi IPv6 ... 86

4.3.2 Perbandingan Entri Tabel Routing IPv4 dan IPv6 ... 96

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.18 Topologi Amsterdam Internet Exchange tahun 2007 ... 29

Gambar 2.19 Tampilan Simulator GNS3 ….. ... 30

Gambar 3.7 Rendahnya Granulasi Sistem Class IPv4 ... 54

Gambar 3.8 Hirarki Mekanisme Subnetting IPv4 ... 56

Gambar 3.9 Hirarki Mekanisme Alamat Global IPv6 ... 57

Gambar 3.10 Alamat Prefix Global IPv6 ... 58

Gambar 3.11 Topologi Alamat IPv6 ... 58

Gambar 3.12 Proses Tabel Informasi BGP ... 59

Gambar 3.13 Rute Aggregasi Network Prefix IPv4 ... 61

Gambar 3.13 Rute Aggregasi Network Prefix IPv6 ... 62

(11)

Gambar 4.9 Informasi Tabel RIB router #R2 ... 73

Gambar 4.10 Tabel Rute Aggregasi #R2 (Router TELKOM) ... 76

Gambar 4.11 Informasi RIB Hasil Aggregasi #R5 ... 77

Gambar 4.12 Informasi RIB #R5 Dengan 16 Network Prefix ... 79

Gambar 4.13 Informasi RIB #R5 Dengan Aggregasi ... 80

Gambar 4.14 Informasi Proses CPU #R5 Hasil Rute Aggregasi ... 82

Gambar 4.15 Informasi RIB Hasil Aggregasi #R6 ... 86

Gambar 4.16 Informasi RIB #R5 dengan Alamat IPv6 ... 88

Gambar 4.17 Informasi RIB #R5 Dengan Network PrefixAggregasi ... 89

Gambar 4.18 Informasi Proses Memory #R5 ... 92

Gambar 4.14 Informasi Proses CPU #R5 Hasil Rute Aggregasi ... 82

Gambar 4.15 Informasi RIB Hasil Aggregasi #R6 ... 86

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Contoh Alamat IPv4 ... 10

Tabel 3.1 Alokasi Alamat IPv4 oleh IANA ... 36

Tabel 3.2 Alamat Prefix PT Telekomunikasi Indonesia ... 37

Tabel 3.3 Range Class IPv4 ... 39

Tabel 3.4 Contoh Blok Alamat IPv4 ... 40

Tabel 3.5 Alokasi Alamat IPv6 Oleh IANA ... 43

Tabel 3.6 Alamat Prefix IP PT Delta-Telecom Indonesia ... 44

Tabel 3.7 Alokasi Blok Alamat IPv6 ... 48

Tabel 3.8 Sub-Network IPv6 3FFE:FFFF:0:C000::/51 ... 51

Tabel 4.1 Kebutuhan Perangkat Keras ... 59

Tabel 4.2 Round-trip Paket Datagram Ukuran 50 bit Dengan IPv4 ... 74

Tabel 4.3 Round-trip Paket Datagram Ukuran 500 bit Dengan IPv4 ... 74

Tabel 4.4 Round-trip Paket Datagram Ukuran 5000 bit Dengan IPv4 ... 75

Tabel 4.5 Round-trip Paket Datagram Ukuran 15000 bit Dengan IPv4 ... 75

Tabel 4.6 Daftar Percobaan Alamat IPv4 ... 78

Tabel 4.7 Informasi Routing Table Entries Tanpa Aggregasi ... 79

Tabel 4.8 Daftar Percobaan Alamat IPv6 ... 80

Tabel 4.9 Proses CPU IPv4 ... 81

Tabel 4.10 Proses CPU IPv4 Dengan Menggunakan Rute Aggregasi ... 82

Tabel 4.11 Proses Memory IPv4 ... 83

Tabel 4.12 Proses Memory IPv4 Dengan Menggunakan Rute Aggregasi ... 83

Tabel 4.13 Round-trip Paket Datagram Ukuran 50 bit Dengan IPv6 ... 84

Tabel 4.14 Round-trip Paket Datagram Ukuran 500 bit Dengan IPv6 ... 85

Tabel 4.15 Round-trip Paket Datagram Ukuran 5000 bit Dengan IPv6 ... 85

Tabel 4.16 Round-trip Paket Datagram Ukuran 15000 bit Dengan IPv6 .... 85

Tabel 4.17 Percobaan Alamat IPv6 ... 87

Tabel 4.18 Informasi RIB Tanpa Mekanisme Aggregasi ... 89

Tabel 4.19 Informasi RIB Menggunakan Mekanisme Aggregasi ... 90

Tabel 4.20 Proses CPU IPv6 ... 90

Tabel 4.21 Proses CPU IPv6 Dengan Menggunakan Rute Aggregasi ... 91

Tabel 4.22 Proses Memory IPv6 ... 91

Tabel 4.23 Proses Memory IPv6 Dengan Menggunakan Rute Aggregasi .... 91

Tabel 4.24 Proses CPU IPv4 Tanpa Rute Aggregasi ... 100

Tabel 4.25 Proses CPU IPv4 Menggunakan Rute Aggregasi ... 100

Tabel 4.26 Proses Memory IPv4 Tanpa Rute Aggregasi ... 101

Tabel 4.27 Proses Memory IPv4 Menggunakan Rute Aggregasi ... 101

Tabel 4.28 Proses CPU IPv6 Tanpa Rute Aggregasi ... 101

Tabel 4.29 Proses CPU IPv6 Menggunakan Rute Aggregasi ... 102

Tabel 4.30 Proses Memoory IPv6 Tanpa Rute Aggregasi ... 102

(13)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Round-trip Packet Datagram IPv4 & IPv6 Ukuran 50 bits ... 94

Grafik 4.2 Round-trip Packet Datagram IPv4 & IPv6 Ukuran 500 bits ... 94

Grafik 4.3 Round-trip Packet Datagram IPv4 & IPv6 Ukuran 5000 bits .... 95

Grafik 4.4 Round-trip Packet Datagram IPv4 & IPv6 Ukuran 15000 bits .. 95

Grafik 4.5 Entri Tabel Routing IPv4 Tanpa Rute Aggregasi ... 97

Grafik 4.6 Entri Tabel Routing IPv6 Menggunakan Rute Aggregasi ... 97

Grafik 4.7 Entri Tabel Routing IPv6 Tanpa Rute Aggregasi ... 98

(14)

ABSTRAK

Komunikasi yang terjadi dalam internet merupakan komunikasi antara alamat IP dengan IP lainnya yang bersifat unik. Sejak awal terciptanya jaringan komputer dan internet hingga sekarang, alamat IP yang digunakan adalah IPv4. Pertumbuhan kebutuhan alamat IPv4 untuk internet hampir mencapai batas akhir kesanggupan IPv4 dalam mengalokasikan alamat IP sehingga diciptakan IPv6 sebagai pengganti IPv4. Dalam implementasi IPv6 di internet dalam komunikasi antar Autonomous System (AS) belumlah seutuhnya mampu menggantikan IPv4 sebagai alamat infrastruktur pembangun jaringan internet, seperti penerapan dalam mekanisme Route Aggregation. Hal ini disebabkan beberapa kendala baik dari segi perangkat lunak maupun perangkat keras.

Pada tugas akhir ini akan dilakukan analisis antara kedua protokol internet yakni IPv4 dan Ipv6 dalam penggunaan untuk rute aggregasi kemudian diperbandingkan untuk mendapatkan rute aggregasi yang lebih efisien. Adapun data IPv4 dan IPv6 yang dianalisis adalah rute prefix IP TELKOMNET-AS2-AP PT Telekomunikasi Indonesia dan rute Prefix IP PT Delta-Telecom Indonesia diperoleh dari CIDR-Report. Routing protokol yang dipakai adalah BGP yang secara de facto sebagai routing protokol eksternal. Data akan dimasukkan pada simulator GNS3 dan kemudian akan dilakukan konfigurasi terhadap alamat IP prefix kepada router-router setelah itu menyisipkan mekanisme aggregasi. Hasilnya berupa rute-rute yang diiklankan dalam routing tabel router akhir menjadi lebih sedikit.

(15)

ANALYSIS & COMPARISON AGGREGATABLE GLOBAL UNICAST

ADDRESS IPv6 WITH GLOBAL UNICAST ADDRESS IPv4 TROUGHT

EFFICIENCY AGGREGATION ROUTE OF BORDER GATEWAY

PROTOCOL

ABSTRACT

Communication that occurs in the internet is a communication between an IPaddress with another IP that is unique. Since the beginning of the creation ofcomputer networks and the Internet until now, the IP address used is IPv4. Growing needs of IPv4 addresses to internet almost reached the end of the ability to allocate IPv4 IP address so that IPv6 was created as a replacement for IPv4. In the implementation of IPv6 on the internet in the communication between the Autonomous System (AS) is not yet fully able to replace IPv4 as the Internet address of the network infrastructure builders, such as the application of The mechanism of Route Aggregation. This is due to some constraints in terms of both software and hardware.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada awalnya, internet adalah suatu eksperimen suatu jaringan komputer untuk penelitian. Dalam perkembangan, internet menjadi jaringan komputer terdistribusi dan mendunia. Internet membawa trafik informasi yang dibawa dan diterima oleh orang atau mesin yang berada di dua tempat yang berbeda, selama mereka terkoneksi kepada jaringan internet. Secara umum internet merupakan kumpulan perangkat-perangkat jaringan komputer yang saling terhubung.

(17)

Infrastruktur sistem routing internet dibangun berdasarkan identitas alamat IPv4 (Internet Protocol version 4) yang telah menjadi tulang punggung jaringan internet dunia selama puluhan tahun. IPv4 memiliki beberapa kelemahan, disamping kekurangan alokasi alamat IP (saat ini) tidak memiliki sistem routing global, juga model pengalokasian blok-blok alamat IP yang publik masih terpusat pada Internet Assigned Number Authority (IANA). Artinya alamat IP publik hanya boleh didapatkan melalui IANA. Hal ini menjadi salah satu alasan diciptakan dan dikembangkan protokol internet terbaru yakni Internet Protocol version 6 (IPv6) atau disebut Internet Protocol next generation (IPng) untuk menggantikan IPv4 yang akan memasuki batas limit alokasi blok alamat IP.

IPv6 memiliki sistem pengalamatan IP lebih terstruktur dan sistem routing internet yang hirarkis. Format pengalamatan IPv6 berdasarkan aturan tertentu yang memungkinkan terbentuk struktur routing internet global bertingkat. Format pengalamatan global IPv6 disebut aggregatable global unicast address, digunakan dalam hubungan intradomain maupun interdomain internet.

(18)

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang muncul dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana mendefenisikan alamat aggregatable global unicast IPv6 dalam membangun struktur hirarki pengalokasian blok alamat IP.

2. Bagaimana membangun hubungan antar domain internet berdasarkan alamat aggregatable global unicast IPv6 yang menunjukkan jalur rute aggregasi BGP suatu autonomous system (AS) dengan simulator jaringan GNS3 dan BGPlay Routeview.

3. Apakah dengan alamat aggregatable global unicast IPv6 dapat memberikan efisiensi untuk rute aggregasi BGP dibandingkan rute aggregasi dengan alamat global unicast IPv4.

1.3 Batasan Masalah

Agar pembahasan masalah dalam tugas akhir ini tidak menyimpang dari apa yang telah dirumuskan serta untuk menyederhanakan masalah yang dihadapi, maka diperlukan batasan masalah yang akan dipecahkan. Adapun batasan-batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(19)

3. Protokol routing yang dipergunakan adalah Border Gateway Protocol (BGP).

4. Melakukan analisis terhadap rute aggregasi BGP antar alamat global IPv6 dan alamat global IPv4.

5. Hasil analisis rute aggregasi yang diperoleh berdasarkan jumlah rute prefix dalam Routing Information Base (RIB) yang disebar kepada router akhir.

1.4 Tujuan Penelitian/Analisis

Dalam memberikan pemahaman lebih mendalam pada tugas akhir ini, diberikan beberapa tujuan penelitian antar lain:

1. Mengidentifikasi alamat aggregatable global unicast IPv6 terhadap hirarki topologi routing internet.

2. Menganalisis rute aggregasi BGP yang menerapkan alamat aggregatable global unicast IPv6 dan yang menerapkan alamat global unicast IPv4. 3. Membandingkan hasil analisis rute aggregasi BGP antara alamat global

IPv6 dengan alamat global IPv4.

1.5 Manfaat Penelitian/Analisis

(20)

1. Membantu mempercepat penerapan IPv6 sebagai alamat identitas IP baru untuk menggantikan IPv4.

2. Membantu pengembangan sekaligus penyebaran alamat aggregatable global unicast IPv6 dalam lingkup area jaringan luas yaitu internet global. 3. Membantu administrator jaringan internet suatu organisasi (seperti ISP,

NAP, RIR dll) untuk merancang struktur jaringan organisasi secara hirarkis.

4. Memperkaya informasi tentang IPv6 serta penggunaan alamat

aggregatable global unicast IPv6 dalam lingkup jaringan internet dan intranet.

1.6 Metode Penelitian/Analisis

Dalam melaksakan skripsi ini penulis melakukan beberapa metode untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan agar memperoleh hasil maksimal. Adapun metode digunakan antara lain sebagai berikut:

1. Studi Literatur

Pengumpulan bahan-bahan pendukung yang berkenaan dengan Internet Protocol version 4 (IPv4), Internet Protocol version 6 (IPv6), Protokol Routing BGP, simulator jaringan Generic Network Simulator 3 (GNS3) dan BGPlay @ Routeviews, serta refrensi lainnya.

2. Analisis

Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap rute aggregasi BGP yang menerapkan alamat aggregatable global unicast IPv6 dan alamat global unicast IPv4 dengan simulator GNS3 dan BGPlay @ Routeview.

(21)

Pada tahap ini dilakukan perancangan dan pembangunan hubungan antar domain internet (antar AS-AS), pembentukan komunikasi antar perangkat, penentuan perangkat yang digunakan.

4. Konfigurasi dan Setting

Tahap konfigurasi dilakukan untuk membangun hubungan antar perangkat jaringan sehingga dapat saling berkomunikasi. Setingan terhadap perangkat jaringan agar memperoleh konfigurasi yang sesuai untuk perangkat jaringan yang digunakan.

5. Pengujian & Analisa Perbandingan

Pada tahap ini dilakukan beberapa pengujian untuk menunjukkan apakah sistem yang dibangun sesuai dengan analisis yang dilakukan. Pengujian ini sangat dibutuhkan untuk melihat perbandingan penerapan antara alamat global unicast IPv6 dengan alamat global unicast IPv4 terhadap rute aggregasi BGP.

6. Penyusunan Laporan

Menyusun laporan hasil analisis dalam format penulisan skripsi.

1.7 Sistematika Penulisan

(22)

Pada bab 1 berisikan mengenai latar belakang penulis dalam menentukan judul, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian/analisis, manfaat penelitian/analisis, metode penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB 2 : LANDASAN TEORI

Bab landasan teori membahas tentang teori-teori yang mendukung pembahasan bab-bab selanjutnya. Teori-teori tentang alamat IPv4, alamat IPv6, Aggregatable Global Unicast Address IPv6, global unicast IPv4, cakupan area jaringan Wide Area Network (WAN), rute aggregasi, Border Gateway Protocol (BGP), Autonomous System (AS).

BAB 3 : DATA DAN ANALISIS ALAMAT IP

Pada bab ini dilakukan analisis terhadap kedua sistem pengalamatan IP yakni alamat global IPv4 dan alamat global IPv6 untuk memperoleh perbandingan effisiensi rute aggregasi.

BAB 4 : PERANCANGAN, PENGUJIAN DAN PERBANDINGAN SISTEM

(23)

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN

(24)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Internet Protokol (IP)

Internet Protocol (IP) merupakan protokol paling penting yang berada di layer internet dalam protokol Transmission Control Protocol/Internet Protocol atau lebih dikenal TCP/IP. Semua protokol TCP/IP yang berasal dari layer atasnya mengirimkan data melalui protokol IP ini. Seluruh data harus dilewatkan, diolah oleh protokol IP kemudian dikirimkan sebagai datagram untuk sampai ke sisi penerima. IP berfungsi menyampaikan datagram dari satu komputer ke komputer lainnya tanpa tergantung pada media komunikasi yang digunakan. Data transport layer dipotong menjadi datagram-datagram yang dapat dibawa oleh IP. Tiap datagram dilepas dalam otomatis rute yang harus ditempuh ke komputer tujuan. Dalam melakukan pengiriman data, protokol IP bersifat unreliable, connectionless dan datagram delivery service.

Unreliable atau tidak handal berarti tidak ada jaminan sampainya data di tempat tujuan. Connectionless berarti dalam mengirim paket dari tempat asal sampai ke tujuan, tidak diawali dengan perjanjian (handshake) antara pengirim & penerima. Sedangkan datagram delivery service berarti setiap paket data yang dikirim adalah independen terhadap paket data yang lain. Jalur yang ditempuh antara satu data dengan data lainnya bisa berbeda-beda. Sehingga kedatangannya pun bisa tidak terurut seperti urutan pengiriman.

(25)

diterapkan disemua host yang ada. Seringkali metode identifikasi host menggunakan name, addresses atau routes. Dimana name mengidentifikasikan apa nama objek tersebut, addresses mengidentifikasikan dimana objek tersebut berada dan routes mengidentifikasikan bagaimana untuk bisa sampai di objek tersebut.

2.2 Internet Protokol versi 4 – IPv4

Internet Protokol versi 4 atau sering dikenal sebagai IPv4 merupakan internet protokol yang saat ini dipergunakan sebagai protokol komunikasi jaringan komputer. Alamat IPv4 terdiri dari 32 bit bilangan biner dibagi kedalam 4 oktet yang masing-masing oktet berisikan 8 bit bilangan desimal serta dipisahkan tanda titik “.”. Format notasi IPv4 juga disebut sebagai IP “dotted-decimal” karena dibentuk oleh bilangan desimal dan dipisahkan tanda titik “.”.

Gambar 2.1 : Header IPv4

Header IP terdiri atas beberapa field, seperti dijelaskan sebagai berikut:

a) Version. Digunakan untuk mengindikasikan versi dari header IP yang digunakan

b) Internet Header Length. Digunakan untuk mengindikasikan ukuran header IP.

(26)

d) Total Length. Merupakan panjang total dari datagram IP, yang mencakup header IP dan muatannya.

e) Identification. Digunakan untuk mengidentifikasikan sebuah paket IP tertentu yang akan difragmentasi..

f) Flags. Berisi dua buah flag yang berisi apakah sebuah datagram IP mengalami fragmentasi atau tidak.

• Bit 0 = reserved, diisi 0.

• Bit 1 = bila 0 bisa difragmentasi, bila 1 tidak dapat difragmentasi. • Bit 1 = bila 0 fragmentasi berakhir, bila 1 ada fragmentasi lagi. g) Fragment Offset. Digunakan untuk mengidentifikasikan offset di mana

fragmen yang bersangkutan dimulai, dihitung dari permulaan muatan IP yang belum dipecah.

h) Time to Live. Digunakan untuk mengidentifikasikan berapa banyak saluran jaringan di mana sebuah datagram IP dapat berjalan-jalan sebelum sebuah router mengabaikan datagram tersebut.

i) Protocol. Digunakan untuk mengidentifikasikan jenis protokol lapisan yang lebih tinggi yang dikandung oleh muatan IP.

j) Header Checksum. Field ini berguna hanya untuk melakukan pengecekanintegritas terhadap header IP.

k) Source IP Address. Mengandung alamat IP dari sumber host yang mengirimkan datagram IP tersebut.

l) Destination IP Address. Mengandung alamat IP tujuan ke mana datagram IP tersebut akan disampaikan,

2.2.1 Format Alamat IPv4

Alamat IPv4 mempunyai range notasi IP 0000.0000.0000.0000 hingga 1111.1111.1111.1111. Notasi IP address dengan bilangan biner seperti ini susah untuk digunakan, sehingga sering ditulis dalam 4 bilangan desimal yang masing-masing dipisahkan oleh 4 buah titik yang lebih dikenal dengan “notasi desimal bertitik”. Setiap bilangan desimal merupakan nilai dari satu oktet IP address. Contoh hubungan suatu IP address dalam format biner dan desimal :

Table 2.1 : Contoh Alamat IPv4

Decimal 167 205 206 100

(27)

2.2.2 Notasi Bilangan Biner

Alamat IP merupakan bilangan biner 32 bit yang dipisahkan oleh tanda pemisah berupa tanda titik setiap 8 bitnya. Tiap 8 bit ini disebut sebagai oktet. Bentuk alamat IP adalah sebagai berikut:

xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx

setiap simbol “x” dapat digantikan oleh angka 0 dan 1, misalnya sebagai berikut :

11100011.00111001.11110001.00000001

2.2.3 Notasi “dotted-decimal

Notasi alamat IP dengan bilangan biner seperti diatas tidak efisien untuk dibaca maupun dihafalkan. Untuk membuatnya lebih mudah dibaca dan ditulis, alamat IP sering ditulis sebagai 4 bilangan desimal dimana pada masing-masing bilangan decimal dipisahkan oleh sebuah titik “.”. Format penulisan seperti ini disebut “dotted-decimal notation” (notasi desimal bertitik). Setiap bilangan desimal tersebut merupakan nilai dari satu oktet (yang berisikan delapan bit) alamat IP. Gambar berikut memperlihatkan bagaimana sebuah alamat IP yang ditulis dengan notasi dotted-desimal:

11100011.00111001.11110001.00000001

(28)

Gambar 2.2 : Notasi “dotted-decimal”

Alamat yang dialokasikan oleh IPv4 ini sebanyak 232

Kurang fleksibel untuk alamat internal: Organisasi besar yang menugaskan blok alamat dalam jumlah besar tidak memperhitungkan dengan baik struktur alamat jaringan internal mereka.

alamat dan dibagi menjadi beberapa kelas alamat yakni kelas A, kelas B, kelas C, kelas D,dan kelas E. Dengan sistem kelas yang diterapkan IPv4 diharapkan memberikan sistem pengalamatan IP menjadi fleksibel untuk membangun routing internet secara tersturktur. Akan tetapi tidak demikian dalam pengimplementasian pada jaringan internet global. Dimana terdapat beberapa hal yang menjadi permasalahan IPv4 untuk pengembangan kedepannya diantaranya:

Ketidakefisiensian pemakaian ruang alamat: sebagian besar pemakaian blok alamat IPv4 yaitu pada kelas A, B, dan C sehingga terdapat pembatasan pemakaian blok alamat.

Proliferasi entri tabel router: seperti pertumbuhan internet saat ini, begitu banyak tambahan/entry dibutuhkan untuk menangani routing datagram IP ini menyebabkan performansi router bermasalah. Usaha untuk mengurangi ketidakefisiensian pemakaian alokasi ruang alamat terus-menerus ini bahkan akan menambah beban tabel routing.

2.2.4 Jenis-jenis Alamat IPv4

Pembagian jenis alamat untuk IPv4 dipergunakan lebih mempermudah dalam menentukan tipe hubungan antar sesama perangkat jaringan. Adapun jenis-jenis alamat IPv4 antara lain:

(29)

2.2.4.1 Alamat Unicast

Setiap antarmuka jaringan yang menggunakan protokol TCP/IP harus diidentifikasi menggunakan sebuah alamat logis yang unik disebut dengan alamat unicast (unicast address). Alamat unicast dapat ditetapkan ke sebuah host melalui antarmuka jaringan dengan teknologi Ethernet, yang memiliki alamat MAC sepanjang 48-bit. Alamat unicast inilah yang harus digunakan oleh semua host TCP/IP agar dapat saling terhubung. Komponen alamat ini terbagi menjadi dua jenis, yakni alamat host (host identifier) dan alamat jaringan (network identifier).

a) Alamat Publik

Alamat unicast IPv4 terbagi dalam beberapa jenis, yakni:

Alamat publik adalah alamat-alamat yang telah ditetapkan oleh InterNIC dan berisi beberapa buah network identifier yang telah dijamin unik (artinya, tidak ada dua host yang menggunakan alamat yang sama) jika intranet tersebut telah terhubung ke Internet. Ketika beberapa alamat publik telah ditetapkan, maka beberapa rute dapat diprogram ke dalam sebuah router sehingga lalu lintas data yang menuju alamat publik tersebut dapat mencapai lokasinya. Di internet, lalu lintas ke sebuah alamat publik tujuan dapat dicapai, selama masih terkoneksi dengan internet.

b) Alamat Ilegal

c) Alamat Privat

Intranet-intranet pribadi yang tidak memiliki kemauan untuk mengoneksikan intranetnya ke internet dapat memilih alamat apapun yang mereka mau, meskipun menggunakan alamat publik yang telah ditetapkan oleh InterNIC.

(30)

2.2.4.2 Alamat Multicast

Alamat IP Multicast adalah alamat yang digunakan untuk menyampaikan satu paket kepada banyak penerima. Dalam sebuah intranet yang memiliki alamat multicast IPv4, sebuah paket yang ditujukan ke sebuah alamat multicast akan diteruskan oleh router ke subjaringan di mana terdapat host-host yang sedang berada dalam kondisi mendengarkan (listening) terhadap lalu lintas jaringan yang dikirimkan ke alamat multicast. Dengan cara ini, alamat multicast pun menjadi cara yang efisien untuk mengirimkan paket data dari satu sumber ke beberapa tujuan untuk beberapa jenis komunikasi. Alamat multicast didefinisikan dalam RFC 1112.

2.2.4.2 Alamat Broadcast

Alamat broadcast untuk IPv4 digunakan untuk menyampaikan paket-paket data "satu-untuk-semua". Jika sebuah host pengirim yang hendak mengirimkan paket data dengan tujuan alamat broadcast, maka semua node yang terdapat di dalam segmen jaringan tersebut akan menerima paket tersebut dan memprosesnya. Berbeda dengan alamat IP unicast atau alamat IP multicast, alamat IP broadcast hanya dapat digunakan sebagai alamat tujuan saja, sehingga tidak dapat digunakan sebagai alamat sumber.

2.3 Internet Protokol versi 6 – IPv6

(31)

ruang alamat yang tidak akan habis (hingga beberapa masa ke depan), serta membentuk infrastruktur routing hirarkis untuk mengurangi kompleksitas pada proses routing dan tabel routing. Dalam IPv6, alamat 128-bit akan dibagi ke dalam 8 blok berukuran 16-bit, yang dapat dikonversikan ke dalam bilangan heksadesimal berukuran 4-digit. Setiap blok bilangan heksadesimal tersebut dipisahkan dengan tanda titik dua (:). Karenanya, format notasi yang digunakan oleh IPv6 juga sering disebut dengan colon-hexadecimal format, berbeda dengan IPv4 yang menggunakan dotted-decimal format. Allied Telesis 2007

Gambar 2.3 : Format Header IPv6

a)

Header IPv6 berisikan field-field seperti keterangan dibawah ini:

VersionField

b)

4 bit yang menunjukkan versi Internet Protokol, yaitu 6. Prior Field 4 bit yang menunjukkan nilai prioritas. Field

c)

ini memungkinkan pengirim paket mengidentifikasi prioritas yang diinginkan untuk paket yang dikirimkan, relatif terhadap paket-paket lain dari pengirim yang sama.

Flow Label Field 24 bit yang digunakan oleh pengirim untuk memberi label pada paket-paket yang membutuhkan penanganan khusus dari router IPv6, seperti quality of service yang bukan default, misalnya service-service yang bersifat

d)

real-time.

Payload Length Field berisi 16 bit yang menunjukkan panjang payload

e)

, yaitu sisa paket yang mengikuti header IPng, dalam oktet.

(32)

f) Hop Limit Field berisi 8 bit unsigned integer. Menunjukkan jumlah link maksimum yang akan dilewati paket sebelum dibuang. Paket akan dibuang bila Hop Limit

g)

berharga nol. Source Address Field

h)

128 bit, menunjukkan alamat pengirim paket. Destination Address Field 128 bit, menunjukkan alamat penerima paket.

Dalam IPv6, tidak mengenal subnet mask, yang ada hanyalah format prefix. Terdapat beberapa kelas pada IPv6 yang tidak ditentukan oleh subnet mask, tetapi kelas ditentukan berdasarkan format prefix suatu alamat. Ini menjadikan pengalamatan IPv6 memiliki lebih banyak kelas dibandingkan IPv4 dan memungkinan dalam satu interface terdapat lebih dari satu alamat jaringan yang berbeda.

2.3.1 Identitas Interface IPv6

2.3.1.a Identitas Interface Berdasarkan Alamat EUI-64

Ketetapan RFC 3515 bahwa seluruh alamat unicast yang menggunakan prefix 001 hingga 111 harus memakai identitas interface 64-bit dari alamat EUI-64. Alamat EUI-64 mempunyai 64 bit dan ditetapkan oleh Institute of Electrical and Electronic Engineers (IEEE). Alamat EUI-64 merupakan alamat yang berasal dari IEEE 802.

2.3.1.b Alamat IEEE 802

(33)

media access control (MAC). Alamat 48-bit IEEE 802 seperti ditunjukkan sebagai berikut:

Gambar 2.4: Alamat IEEE 802

Alamat IEEE 802 termaksut dalam dua ketentuan, sebagai berikut ini:

a) Universal/Local (U/L) b) Individual/Global (I/G)

2.3.1.c Alamat IEEE EUI-64

Alamat IEEE Extended Unique Identifier (EUI)-64 menghadirkan standart baru untuk pengalamatan interface jaringan. ID company masih 24 bit, tetapi ID extension 40 bit, membuat lebih banyak ruang alamat untuk tiap-tiap manufaktur adapter jaringan.

Gambar 2.5 : Alamat IEEE EUI-64

(34)

Untuk membentuk alamat EUI-64 dari alamat IEEE 802, 16 bit dari 11111111 11111110 (0xFFFE) disisipkan kedalam alamat IEEE 802 diantara ID company dan ID Extension.

2.3.1.e Pemetaan Alamat EUI-64 ke Identitas Interface IPv6

Untuk mendapatkan identitas interface 64-bit alamat unicast IPv6, bit U/L pada alamat EUI-64 dikomplemenkan. Artinya apabila nilainya diset 1 harus diubah menjadi 0, dan apabila 0 harus diubah menjadi 1. Gambar dan contoh berikut ini akan menunjukkan konfersi yang dipakai secara universal pada alamat EUI-64.

Gambar 2.6: Pemetaan alamat EUI-64 ke IPv6

Contoh

(35)

(0x02). Hasil dari 02-AA-00-FF-FE-3F-2A-1C ketika dikonversi kepada notasi colon-hexadecimal menjadi 2AA:FF:FE3F:2A1C. Alamat link-local yang berhubungan ke adapter jaringan dengan MAC-address 00-AA-00-2A-1C adalah FE80::2AA:FF:FE3F:2A1C

2.3.2 Jenis-jenis Alamat IPv6

Seperti alamat IPv4, alamat IPv6 juga terdiri dari beberapa jenis alamat dengan fungsi dan kegunaan masing-masing alamat tersebut seperti dibawah ini:

1. Alamat Unicast 2. Alamat Multicast 3. Alamat Anycast

2.3.2.1 Alamat Unicast (One-to-one)

Alamat unicast mengidentikasi single interface kedalam tipe skup alamat unicast. Dengan topologi routing unicast yang sesuai, alamat-alamat paket ke sebuah alamat unicast diterima single interface tersebut. Untuk menampung sistem load-balancing, RFC 3513 mengijinkan banyak interface menggunakan alamat-alamat

yang sama selagi alamat tersebut masih single interface untuk

(36)

Gambar 2.7: Alamat unicast IPv6

1. Alamat Global Unicast

Alamat global unicast IPv6 disebut juga alamat aggregatable global unicast digunakan untuk menghubungkan internet publik serta memungkinkan untuk rute secara global dan unik. Alamat ini merupakan bagian dari alamat unicast IPv6. Alamat global unicast IPv6 mempunyai format alamat yang dipergunakan untuk keperluan sistem routing internet publik/global. Alamat global unicast IPv6 terbagi tiga tingkatan topologi yaitu topologi publik, topologi site, dan topologi interface ID dimana masing-masing topologi ini dapat membentuk sistem topologi jaringan secara hirarki. Untuk tingkatan/level paling atas pada topologi publik membuat default-free zone (DFZ), router internet yang tidak memiliki entri default-route pada table routing.

(37)

Gambar 2.7 memberikan gambaran pembagian nilai bit untuk public topology sebesar 48 bits, site topology 16 bits dan interface identifier 64 bits. Nilai 001 menandakan suatu alamat IPv6 bersifat global, artinya dapat dirouting secara global dalam internet.

2. Alamat Link-Local

Link-local addresses selalu dimulai dengan FE80. Dengan 64-bit interface identifier, prefix untuk link-local addresses selalu FE80::/64. Sebuah router IPv6 tidak pernah melanjutkkan trafik link-local diluar link itu.

Gambar 2.9: Alamat Link-Local

3. Alamat Site-Local

Tidak seperti link-local addresses, alamat site-local tidak secara automatis dikonfigurasi dan harus ditetapkan baik melalui konfigurasi alamat stateless maupun stateful. 10 bit pertama selalu ditetapkan untuk alamat site-local, dimulai dengan FEC0::/10. Setelah 10 bit ditetap 54 bit identitas subnet (subnet IDfield) dengan menyediakan 54 bit yang dapat membuat sebuah infrakstruktur routing yang hirarki dan dapat disummarisasikan pada site tersebut. Setelah field subnet ID 64 bit field interface ID menunjuk sebuah interface tertentu dalam subnet.

(38)

4. Alamat Spesial IPv6

a) Unspecified Address

Unspecified address (0:0:0:0:0:0:0:0 atau “::”) menunjukkan ketiadaan suatu alamat. Hal tersebut sama dengan alamat unspecified pada IPv4 0.0.0.0. Unspecified address biasanya digunakan sebagai alamat sumber paket yang mencoba memverifikasikan suatu alamat sementara.

b) Loopback Address

Alamat loopback (0:0:0:0:0:0:0:1 atau ::1) digunakan untuk menunjukkan sebuah interface loopback, mengenabelkan node agar mengirim paket kepada dirinya sendiri. Sama halnya dengan alamat loopback IPv4 127.0.0.1. Alamat paket kepada alamat loopback harus tidak pernah dikirimkan pada link tersebut atau diteruskan oleh router.

5. Address Compatibility

Untuk membantu migrasi dari IPv4 ke IPv6 dan koeksistensi diantara kedua tipe host tersebut, alamat didefinisikan sebagai berikut:

a) IPv4-compatible Address b) IPv4-mapped Address c) 6to4 Address

d) ISATAP Address e) Teredo Address

2.3.2.b Alamat Multicast (One-to-many)

(39)

dimulai dengan “FF.” alamat multicast tidak dapat digunakan sebagai alamat sumber atau sebagai tujuan selanjutnya pada header routing. Node IPv6 dapat mendengar kepada beberapa alamat multicast pada waktu yang sama. Node tersebut dapat bergabung atau meninggalkan grup multicast suatu saat. Kemudian blockcast address pada IPv4 yang alamat bagian hostnya didefinisikan sebagai "1", pada IPv6 sudah termasuk di dalam multicast address ini. Blockcast address untuk komunikasi dalam segmen yang sama yang dipisahkan oleh gateway, sama halnya dengan multicast address dipilih berdasarkan range tujuan.

Gambar 2.11: Alamat Multicast IPv6

2.3.2.c Alamat Anycast

Alamat anycast dipergunakan pada banyak interface (multiple interface). Infrastruktur routing melanjutkan paket yang dialamatkan kepada sebuah alamat anycast. Alamat anycast mengidentifikasi banyak alamat. Suatu alamat anycast digunakan untuk komunikasi one-to-one-of-many, dengan pengiriman ke singel interface.

(40)

Rute aggregasi merupakan suatu metode untuk mengganti dan meminimalkan sejumlah rute menjadi satu rute yang lebih sederhana dan umum. Metode ini merupakan metode universal digunakan dalam menentukan atau menambahkan rute-rute protokol routing.

Gambar 2.12 : Rute Aggregasi

Pada gambar diatas dijelaskan rute aggregasi yang diterapkan antara kedua table routing. Table routing Z yang tidak menerapkan mekanisme rute aggregasi memiliki rute tujuan lebih banyak. Ini akan membuat rute pada table routing BGP semakin banyak sehingga menurunkan performansi router serta penanganan lebih terhadap router. Table routing Z yang menerapkan rute aggregasi menunjukkan hanya satu/single rute tujuan yang akan disebarkan. Dengan mekanisme ini akan membuat rute table routing BGP lebih minimalis yang akan meningkatkan performa router dalam penanganan rute alamat. Franck Lee 2010

2.5 Protokol Routing BGP (Border Gateway Protocol)

(41)

Ketika suatu program aplikasi dalam suatu host akan berkomunikasi, protokol TCP/IP akan membangkitkannya dalam bentuk banyak datagram. Host harus membuat keputusan perutean untuk memilih jalur pengiriman. Protokol routing adalah suatu protocol yang telah dijadikan sebagai standart routing untuk merutekan serta meneruskan packet data ke tujuan oleh perangkat router. Protokol routing mempunyai aturan dan kebijakan sendiri dalam hal komunikasi serta transportasi data untuk menjaga interkoneksi antara router satu dengan lainnya. Pembagian protokol routing didasarkan pada area rute (routes) packet data yaitu internal atau external. Protokol routing yang dipergunakan pada area rute internal yaitu IGP (Internal Gateway Protocol), sedangkan untuk area rute eksternal dikenal sebagai EGP (External Gateway Protocol).

Untuk protokol routing IGP seperti RIP (Routing Information Protocol), OSPF (Open Shortest Path First), Interior Gateway Routing Protocol (IGRP, EIGRP), IS-IS (Intermediate-Intermediate), dan sebagainya. Protokol routing IGP akan merutekan paket data dalam area internal AS. Protokol routing eksternal akan membangun hubungan antar AS-AS pada jaringan luas seperti Internet maupun global. Contoh protokol routing EGP adalah EGPv1. Saat ini jaringan internet lebih mengandalkan BGP (Border Gateway Protocol) sebagai routing eksternal. BGP sendiri memberikan kehandalan, sekuritas, scalable pada jaringan internet saat ini. BGP disebut sebagai tulang punggung jaringan (Backbone) internet modern.

BGP merupakan protokol routing digunakan sebagai untuk koneksi antara jaringan eksternal misal menghubungkan jaringan antara AS. Protokol BGP kemungkinan dipergunakan untuk jaringan yang berada pada top-level sistem hirarki routing internet publik/global. Hal ini dikarenakan BGP salah satu protokol routing eksternal.

(42)

Fungsi utama BGP adalah untuk pertukaran network reachability information BGP router dengan BGP router lainnya. Informasi routing ini dipertukarkan dengan membangun sebuah sesi yang berlandaskan pada koneksi TCP antar BGP router satu dengan BGP router yang lain. Setelah semua sesi terbangun, semua rute terbaik diumumkan oleh BGP router tetangga. Ada dua jenis hubungan BGP, yaitu iBGP (internal BGP) yang berfungsi agar router-router internal mengetahui suatu rute untuk mencapai suatu tujuan dan eBGP (external BGP) yang bertujuan berfungsi untuk mengumumkan reachable prefixes dengan router tentangganya. iBGP beroperasi di dalam AS, sedangkan eBGP beroperasi antar AS. Perbedaan antar iBGP dan eBGP bahwa iBGP tidak melakukan perubahan attribute AS path. Untuk menghindari routing loop, dalam satu AS koneksi antar BGP router dengan iBGP diterapkan topologi full mesh.

Setelah semua rute terbaik diumumkan oleh BGP router kepada tetangganya, BGP router kemudian menjaga kestabilan tabel routingnya. Apabila ada perubahan tabel routing, hanya informasi update yang diberikan kepada router peernya. BGP tidak mensyaratkan refresh table routing secara periodic oleh karena itu agar policy local dapat langsung diterapkan dengan baik tanpa perlu mereset sesi BGP, diperlukan kemampuan router refresh dari router tersebut.

2.5.2 BGP Message

Ada empat message yang dapat dipertukarkan antar router BGP:

1. OPEN, digunakan untuk membangun sesi antar router BGP

2. UPDATE : berisi reachability information. UPDATE dapat berisi informasi prefix yang diumumkan atau menarik kembali (withdraw) informasi prefix yang telah diumumkan. Beberapa pengumuman atau withdrawl ini dapat dikirimkan dengan sebuah paket BGP UPDATE.

3. NOTIFICATION, digunakan untuk mengakhiri sesi BGP yang

(43)

4. KEEPALIVES, digunakan sebagai penanda bahwa sesi BGP masih tetap berlangsung meskipun pesan UPDATE atau NOTIFICATIONS tidak diterima dalam periode waktu tertentu.

Gambar 2.13 : Operasi Dasar BGP

Ketika suatu router mengumumkan suatu prefix ke tetangganya, hal ini berarti bahwa router penerima dapat mencapai prefix tersebut dengan cara meneruskan trafik menuju ke pengirim yang meng-advertise prefix tersebut. Apabila router pengirim informasi tidak dapat mencapai prefix itu lagi atau tidak ingin membawa trafik menuju prefix tadi, router ini akan mengirim UPDATE ke router tetangganya, bahwa rute menuju prefix tadi dihapus.

2.6 Cakupan Area Jaringan

1. Jaringan Lokal (LAN)

(44)

umumnya menggunakan media transmisi berupa kabel, seperti kabel UTP (Unshielded Twisted Pair) pada jarak maksimum 100 meter, kabel Coaxial hingga 500 meter, bahkan Serat Optik (Fiber Optic) dalam jarak lingkar 3 kilometer, tetapi banyak LAN yang tidak pakai kabel (Wireless LAN atau WaveLAN) tetapi menggunakan frekuensi radio sebagai media transmisi.

Gambar 2.14 : Jaringan Local (LAN)

2. Jaringan Kampus (CAN)

(45)

Gambar 2.15 : Jaringan Kampus (CAN)

3. Jaringan Kota (MAN)

(46)

Gambar 2.16 : Jaringan Kota (MAN)

4. Jaringan Luas (WAN)

(47)

Gambar 2.17 : Jaringan Luas (WAN)

2.7 Autonomous System – AS (Sistem Otonom)

Jaringan-jaringan komputer yang membentuk internet saat ini, dioperasikan oleh banyak institusi yang independen satu dengan yang lainnya. Secara umum, internet dibagi menjadi dua tingkatan yaitu intradomain dan interdomain.

Sebuah domain terdiri atas kumpulan jaringan-jaringan komputer yang berada pada otoritas yang sama. Router dalam domain bertanggung jawab mengantarkan paket agar dapat mencapai setiap penjuru dalam domain tersebut. Router-router ini biasanya saling terhubung baik dengan jalur Synchronous Optical Networking (SDH/SONET) atau Ethernet. Router utama yang berada dalam satu domain sering disebut sebagai core router, sedangkan router sebagai penghubung antar domain disebut border router.

(48)

internet domain dikenal sebagai Autonomous System (AS). Setiap AS memiliki pengenal yang disebut Autonomous System Numners (ASN). ASN dapat diperoleh dari Internet Registry yang bertanggung jawab pada suatu daerah/regional, misal APNIC (Asia Pasicific Network Information Center) yang bertanggung jawab untuk wilayah Asia Pasifik. Setiap ASN yang didelegasikan pada suatu disebut sebagai ASN public. ASN inilah yang dipergunakan sebagai identitas dan juga informasi yang saling dipertukarkan antara sesame interdomain. Suatu domain dapat tidak memiliki ASN public, karena hanya memiliki satu koneksi ke internet melalui satu ISP, misalnya perusahaan atau universitas. Pada kenyataan di internet, suatu domain tidak memiliki tingkatan yang sama. Ada dua jenis interkoneksi antar domain, yaitu hubungan costumers-provider dan peer-to-peer.

(49)

Berdasarkan klasifikasi domain berdasarkan hubungannya membagi domain menjadi dua bagian besar Transit AS dan Stub AS. Transit AS merupakan AS yang tugas utama meneruskan paket dari domain tetangganya menuju domain tetangga lainnya. Transit internet ini yang membentuk inti dari internet. Sedangkan Stub AS adalah AS yang tidak menyediakan transit paket.

2.7 Simulator Jaringan GNS3

2.7.1 GNS3 (Generic Network Simulator 3)

(50)

Gambar 2.19 : Tampilan Simulator GNS3

2.6.1 BGPlay @ Route Views

Diambil sample data trafik rute AS yang saling terhubung untuk menunjukkan jalur sumber AS yang membawa rute aggregasi sehingga sampai kepada AS tujuan. Tools yang digunakan adalah BGPlay @ Route Views. Tools ini merupakan proyek route views Universitas Oregon yang digunakan oleh operator internet untuk mendapatkan informasi secara real-time tentang system routing global dari perspektif yang berbeda pada jaringan backbone di internet. Proyek route views awalnya dimotivasi oleh kepentingan dari bagian operator jaringan dalam menentukan bagaimana system routing global dilihat melalui prefix (/) atau ruang AS (autonomous system), saat ini route views juga dilakukan untuk kalangan riset dan penelitian tentang struktur sistem jaringan internet. Tools ini

diperoleh dari situs

(51)

Adapun cara kerja tools ini yakni dengan memasukkan salah satu alamat prefix jaringan, tujuannya untuk memperhatikan dan menganalisis jalur antara AS yang dimiliki oleh prefix alamat jaringan tersebut. Tampilah awalnya seperti gambar dibawah ini:

(52)

Setelah form query tempat dimana kita akan menganalisis jalur yang dilalui prefix alamat jaringan yang kita masukkan muncul, kemudian akan muncul hasil query diatas dalam bentuk tampilan rute AS yang dilalui oleh prefix tersebut.

(53)

BAB 3

DATA DAN ANALISIS ALAMAT IP

3.1 Masalah Umum

Internet merupakan kumpulan ribuan bahkan jutaan informasi rute prefix untuk membawa data dari satu tempat ke tempat lainnya yang tergabung dalam kesatuan sistem jaringan internet. Masing-masing rute prefix akan disebarkan sehingga mencapai tujuan melalui proses routing. Hal ini memungkinkan terjadi hubungan komunikasi timbal balik (terjadi interkoneksi) antara jaringan-jaringan kecil (Local). Rute yang dipertukan adalah rute-rute antar AS yakni suatu sistem otonom yang memiliki sistem managemen jaringan dalam lingkup tersendiri. Karena begitu banyak rute yang disebarkan dalam jaringan internet (global routing system) akan memungkinkan peningkatan informasi dalam suatu table routing serta kurang tepat dalam perancangan jaringan luas. Melalui mekanisme rute aggregasi rute-rute dapat digeneralkan (lebih umum) digunakan. Rute aggregasi disebut juga sebagai salah satu mekanisme supernetting atau summarization tujuannya mengganti beberapa kumpulan/set rute menjadi lebih umum (general).

(54)

dirutekan secara global dengan kata lain dapat dijangkau secara global. IPv4 dan IPv6 masing-masing memiliki alamat global yang bertujuan untuk membangun infrastruktur jaringan internet. Akan tetapi antara IPv4 dan IPv6 memiliki format pengalamatan global tidak sama. Hal ini membuat sistem routing global memiliki perbedaan baik pada rute-rute global maupun perancangan jaringan secara global.

Sistem pengalamatan IPv4 pada dasarnya adalah pengalamatan classfull yakni berdasarkan class, seperti class A, B, C, D, dan E. Awalnya IPv4 belum mengenal mekanisme supernetting dan route summarization, masih memakai sistem class-class. Saat ini IPv4 telah mendukung pengalamatan classless yaitu pengalamatan tidak berdasarkan sistem class. Ini juga merupakan salah satu mekanisme yang diterapkan pada supernetting seperti CIDR (classless interdomain routing) dan VLSM (variable length subnet mask).

Format alamat IPv4 tidak memiliki sistem pengelompokan alamat (scope) yang akan menjelaskan suatu alamat bersifat global atau tidak. Alamat global IPv4 hanya dapat ditentukan berdasarkan pengalokasian alamat dari koordinasi pusat alamat IP dunia yaitu IANA (Internet Assigned Number Authority) sebagai badan dunia yang mengalokasikan alamat IP baik alamat IPv4 maupun alamat IPv6. IANA akan membagikan alamat-alamat IP global kepada seluruh dunia. Berbeda dengan alamat IPv6 yang telah mengenal pengelompokan alamat IP yang disebut scope. Scope ini menentukan suatu alamat bersifat global atau tidak. Scope global IPv6 aggregatable global unicast IPv6 yakni alamat global IPv6. Jadi alamat IP global tidak hanya ditentukan berdasarkan alokasi alamat yang ditentukan IANA, tetapi ditentukan berdasarkan scope alamat IP global dari IPv6.

(55)

Lingkup penelitian ini, akan dilakukan analisis pada rute-rute alamat global IPv4 dan IPv6 melalui format alamat IP masing-masing protokol. Dalam penelitian ini juga akan dilakukan perbandingan rute global IPv4 dan IPv6 terhadap efisiensi rute aggregasi dalam topologi jarignan antar AS-AS. Sistem ini dirancang menggunakan simulator jaringan GNS3 yang berfungsi untuk membangun topologi jaringan antar AS dan menyebarkan beberapa rute-rute jaringan global sehingga dapat lebih diperjelas dan ditentukan perbandingan rute-rute aggregasi lebih efisien antara rute alamat global IPv4 dengan rute alamat global IPv6. Spesifikasi umum ini menjelaskan dasar analisis dalam melakukan penelitian perbandingan rute global kedua format Internet Protocol (IP).

3.3 Data Alamat Global Unicast IPv4

Alamat global IPv4 atau disebut sebagai alamat IP publik merupakan alamat IP yang dapat diakses secara public. IPv4 memilki prefix alamat global IP yang dapat dirutekan secara global. Ini menjadi dasar pembangunan jaringan internet dunia. Alokasi prefix alamat IP tersebut dilakukan oleh IANA sebagai badan dunia yang menyebarkan tiap-tiap prefix alamat IPv4 keseluruh dunia. Untuk ruang prefix alamat global IPv4 berdasarkan data IANA 2008-05-27 (ringkas) seperti dalam tabel dibawah ini:

Table 3.1: Alokasi Alamat IPv4 oleh IANA

(56)

003/8 General

Prefix address TELKOMNET-AS2-AP PT Telekomunikasi Indonesia dari hasil analisis cidr-report.org

Table 3.2: Alamat Prefix IP PT Telekomunikasi Indonesia

Prefix AS Path Aggregations Suggestion

23.50.224.0/19 4777 2516 7473 7713 17974

aggregate of 23.50.224.0/20 23.50.224.0/22 4777 2516 7473

7713 17974

aggregated with 23.50.228.0/22 (4777 2516 7473 7713 17974) 23.50.228.0/22 4777 2516 7473

7713 17974

(57)

2516 7473 7713 17974) 23.50.232.0/22 4777 2516 7473

7713 17974

aggregated with 23.50.236.0/22 (4777 2516 7473 7713 17974) 23.50.236.0/22 4777 2516 7473

7713 17974

aggregated with 23.50.232.0/22 (4777 2516 7473 7713 17974) 23.50.240.0/22 4777 2516 7473

7713 17974

aggregated with 23.50.244.0/22 (4777 2516 7473 7713 17974) 23.50.244.0/22 4777 2516 7473

7713 17974

aggregated with 23.50.240.0/22 (4777 2516 7473 7713 17974) 23.50.248.0/22 4777 2516 7473

7713 17974

aggregated with 23.50.252.0/22 (4777 2516 7473 7713 17974) 23.50.252.0/22 4777 2516 7473

7713 17974

aggregated with 23.50.248.0/22 (4777 2516 7473 7713 17974) 23.51.0.0/20 4777 2516 7473

7713 17974

aggregate of

23.51.0.0/21 (4777 2516 7473 7713 17974)

23.51.0.0/22 4777 2516 7473 7713 17974

aggregated with

23.51.4.0/22 (4777 2516 7473 7713 17974)

23.51.4.0/22 4777 2516 7473 7713 17974

aggregated with

23.51.0.0/22 (4777 2516 7473 7713 17974)

23.51.8.0/22 4777 2516 7473 7713 17974

aggregated with

23.51.12.0/22 (4777 2516 7473 7713 17974)

23.51.12.0/22 aggregated with

23.51.8.0/22 (4777 2516 7473 7713 17974)

Dalam jaringan internet global, prefix alamat IP diatas membangun stuktur komunikasi antara alamat-alamat IP. Prefix alamat IPv4 diatas merupakan alokasi alamat IP global yang berarti prefix alamat organisasi dan service provider diseluruh Dunia. Hal ini akan menjadi dasar komunikasi IP backbone berada pada level global. IANA

(58)

dapat dirutekan secara global. Organisasi maupun perusahaan yang mendapat alokasi alamat IP diatas dapat membagi-bagi menjadi struktur alamat IP lebih kecil dengan tehnik subnetting. Subnetting akan mengurangi pemborosan pemakaian alamat dalam satu alamat jaringan (network-id). Setiap organisasi, perusahaan, penyedia layanan internet (ISP), dan institusi pendidikan yang ingin berhubugan ke jaringan internet harus mendapatkan alokasi alamat diatas.

3.3.1 Struktur Alamat Global Unicast IPv4

Alamat IPv4 terdiri dari dua bagian alamat IP yaitu alamat jaringan (network-id) dan alamat host (host-id). Alamat network-id digunakan dalam menentukan alamat jaringan untuk alokasi alamat IP tertentu. Alamat IPv4 terbagi menjadi 3 jenis alamat unicast IPv4 berdasarkan pemakaian alamat IP yakni alamat global, alamat illegal, dan alamat private.

Struktur alamat global, illegal, dan private sesungguhnya tidak berbeda karena tiap-tiap IP dibangun berdasarkan identitas network-id sebagai alamat jaringan dan identitas host-id sebagai alamat host. IPv4 memiliki sistem class untuk mengurangi pemakaian alokasi alamat IP menjadi lebih besar atau luas. Dengan sistem class alamat network-id dibagi menjadi beberapa bagian sesuai jumlah alamat IP yang dibuat oleh pembuatnya berdasarkan subnet mask network-id masing-masing bagian.

3.3.2. Pengalamatan alamat IPv4

(59)

Alokasi alamat IPv4 dilakukan berdasarkan pengalamatan classfull yang berarti masing-masing class IPv4 akan memberikan alamat IP sesuai dengan range class IP tersebut.

Gambar 3.1 : Porsi Net-ID dan Host-ID class A

Gambar diatas menunjukkan struktur class A memiliki dengan jumlah 8 bit untuk network-id. Network-id menyediakan 8 bit untuk menentukan alokasi alamat network berdasarkan alamat yang disediakan untuk class A dengan range IP antara 0 – 127, alamat prefix /8. Maka, jumlah alamat IP (host-id) dapat disediakan oleh class A sekitar 224 = 16.777.214 alamat IP. Dengan membedakan suatu alamat IP dalam network-id dan host-id, maka dapat dibuat alokasi alamat yang terstruktur. Tabel class IPv4:

Tabel 3.3: Range Class IPv4

Class Network-id Host-id Prefix

A 128 (range 0.0.0.0 - 127.255.255.255) 16.777.214 /8

B 65.532 (128.0.0.0 - 191.255.255.255) 65.532 /16

C 2.097.152 (192.0.0.0 - 223.255.255.255) 254 /24

D Multicast address (224.0.0.0 - 239.255.255.255)

- -

E Riset dan penelitian (240.0.0.0 - 255.255.255.255)

- -

(60)

Alamat IPv4 menentukan suatu jaringan berdasarkan subnet-mask jaringan itu sendiri. Salah satu perbedaan IPv4 dengan IPv6 terletak pada sistem subnet-mask, karena IPv6 tidak menggunakan subnet-mask. Subnet-mask akan membagi-bagi alamat jaringan (network-id) dan alamat IP (host-id) berdasarkan class IPv4. Dengan sistem classfull menimbulkan ketidakefisiensian pada saat membagi alamat jaringan dalam sturktur yang lebih kecil. Misalnya suatu organisasi membuat beberapa jaringan-jaringan lokal yang berbeda departemen, seperti divisi marketing, distribusi, masyarakat dan lain-lain yang bertujuan untuk membatasi akses kepada tiap-tiap departemen. Akan tetapi dengan sistem classfull pembagian jaringan-jaringan local tersebut sulit dilakukan ini diakibatkan alamat IPv4 menggunakan kelas dalam pengorganisasian alamat IP.

Tabel 3.4: Contoh Blok Alamat IPv4

Departemen Network id Host id

Marketing 192.168.1.0 192.168.1.1 -

192.168.1.255

Distribusi 192.168.2.0 192.168.2.1 -

192.168.2.255

Masyarakat 192.168.3.0 192.168.3.1 -

192.168.3.255

Pada tabel diatas memberikan jumlah alamat host-id yang banyak yakni 255 IP. Ini menjadi tidak efisien apabila organisasi tersebut hanya membutuhkan beberapa alamat IP saja untuk satu departemen. Hasilnya organisasi tersebut mendapatkan alamat IP (host-id) yang banyak sehingga terjadi pemborosan alamat IP itu sendiri.

(61)

hirarki karena dibatasi oleh sistem classfull. Dalam hal ini jaringan internet luas terdiri dari jaringan-jaringan kecil dan besar sehingga kebutuhan alokasi alamat IP berbeda-beda. Untuk membentuk arsitektur jaringan internet secara bertingkat akan sulit direalisasikan.

3.3.2.b Subnetting Alamat IPv4

Untuk beberapa alasan yang menyangkut efisiensi IP address, mengatasi masalah pembagian blok-blok jaringan, administrator jaringan biasanya melakukan subnetting. Esensi dari subnetting adalah memindahkan garis pemisah antara bagian network dan bagian host dari suatu IP address. Beberapa bit dari bagian host dialokasikan menjadi bit tambahan pada bagian network. Alamat jaringan menurut struktur baku dipecah menjadi beberapa subnetwork. Cara ini menciptakan sejumlah network tambahan, tetapi mengurangi jumlah maksimum host yang ada dalam tiap network tersebut.

(62)

Suatu subnet didefinisikan dengan mengimplementasikan masking bit (subnet mask) kepada IP Address. Struktur subnet-mask sama dengan struktur IP Address, yakni terdiri dari 32 bit yang dibagi atas 4 segmen. Bit-bit dari IP Address yang ditutupi (masking) oleh bit-bit subnet-mask yang aktif dan bersesuaian akan diinterpretasikan sebagai network bit. Bit 1 pada subnet mask berarti mengaktifkan masking (on), sedangkan bit 0 tidak aktif (off). Sebagai contoh kasus, mari kita ambil satu IP Address kelas C dengan nomor 203.130.206.52. Ilustrasinya dapat dilihat Tabel berikut :

Gambar 3.2: Penentuan IP, Subnet Mask, Network dan Broadcast

Dengan aturan standart, nomor network IP address diatas adalah 203.130.206 dan nomor host IP address adalah 52. Network tersebut dapat menampung sekitar 255 host yang terhubung.

203 130 206 52

11001011 10000010 11001110 00110100

255 255 255 0

11111111 11111111 11111111 00000000

203 130 206 0

11001011 10000010 11001110 00000000

IP Address

Subnet Mask

Network Address

203 130 206 255

11001011 10000010 11001110 11111111

(63)

Subnetting dilakukan pada saat konfigurasi interface. Penerapan subnet mask pada IP Address akan mendefinisikan 2 buah address baru, yakni Network Address dan Broadcast Address. Network address didefinisikan dengan mensetting seluruh bit host berharga 0, sedangkan broadcast address dengan menset bit host berharga 1. Seperti yang telah dijelasakan pada bagian sebelumnya, network address adalah alamat network yang berguna pada informasi routing. Suatu host yang tidak perlu mengetahui address seluruh host yang ada pada network yang lain. Informasi yang dibutuhkannya hanyalah address dari network yang akan dihubungi serta gateway untuk mencapai network tersebut. Ilustrasi mengenai subnetting, network address dan broadcast address dapat dilihat pada Tabel di bawah. Dari tabel dapat disimpulkan bagaimana nomor network standard dari suatu IP Address diubah menjadi nomor subnet melalui subnetting.

3.4 Data Alamat Global Unicast IPv6

Alamat global unicast IPv6 sama dengan alamat IPv4 publik. Mereka mampu merutekan dengan global untuk mencapai internet IPv6. Tidak seperti internet IPv4 saat ini, yana mana gabungan antara kedua routing datar dan routing beringkat. Internet IPv6 didesign untuk mendukung efisiensi, pengalamatan hirarki, dan routing. Scope (yaitu, area dari internetwork IPv6 dengan alamat yang unik) dari alamat unicast global adalah bagian dari internet IPv6. Untuk ruang prefix alamat global IPv6 berdasarkan data IANA 2008-05-27 seperti dalam tabel dibawah ini:

Tabel 3.5: Alokasi Alamat IPv6 oleh IANA

Prefix Designat

(64)

2001:0000::/

23

IANA 1999-07-01 whois.iana.org ALLOCATED [1]

2001:0200::/

23

APNIC 1999-07-01 whois.apnic.net ALLOCATED

2001:0400::/

23

ARIN 1999-07-01 whois.arin.net ALLOCATED

2001:0600::/

23

RIPE NCC 1999-07-01 whois.ripe.net ALLOCATED

2001:0800::/

23

RIPE NCC 2002-05-02 whois.ripe.net ALLOCATED

2001:02A0::/

23

RIPE NCC 2002-11-02 whois.ripe.net ALLOCATED

2001:0C00::/

23

APNIC 2002-05-02 whois.apnic.net ALLOCATED [2]

2001:0E00::/

23

APNIC 2003-01-01 whois.apnic.net ALLOCATED

2001:1200::/

23

LACNIC 2002-11-01 whois.lacnic.ne

t

ALLOCATED

2001:1400::/

23

RIPE NCC 2003-02-01 whois.ripe.net ALLOCATED

2001:1600::/

23

RIPE NCC 2003-07-01 whois.ripe.net ALLOCATED

2001:1800::/

23

ARIN 2003-04-01 whois.arin.net ALLOCATED

2001:1A00::/

23

RIPE NCC 2004-01-01 whois.ripe.net ALLOCATED

… … … … …

3000:0000::/

4

IANA 1999-07-01 whois.iana.org RESERVED [9]

(65)

Table 3.6: Alamat Prefix IP PT Delta-Telecom Indonesia

Prefix AS Path Aggregations

Suggestion 2A01:6480:20::/44 5539 12389 29049 aggregate

2a01:6480::/32

2a01:6480:21::/48 5539 12389 29049 aggregate

2a01:6480::/32

2a01:6480:22::/48 5539 12389 29049 aggregate

2a01:6480::/32

2a01:6480:23::/48 5539 12389 29049 aggregate

2a01:6480::/32

2a01:6480:24::/48 5539 12389 29049 aggregate

2a01:6480::/32

2a01:6480:25::/48 5539 12389 29049 aggregate

2a01:6480::/32

2a01:6480:26::/48 5539 12389 29049 aggregate

2a01:6480::/32

2a01:6480:27::/48 5539 12389 29049 aggregate

2a01:6480::/32

2a01:6480:28::/48 5539 12389 29049 aggregate

2a01:6480::/32

2a01:6480:29::/48 5539 12389 29049 aggregate

2a01:6480::/32

2a01:6480:2a::/48 5539 12389 29049 aggregate

2a01:6480::/32

2a01:6480:2b::/48 5539 12389 29049 aggregate

2a01:6480::/32

2a01:6480:2c::/48 5539 12389 29049 aggregate

2a01:6480::/32

2a01:6480:2d::/48 5539 12389 29049 aggregate

(66)

2a01:6480:2e::/48 5539 12389 29049 aggregate

2a01:6480::/32

2a01:6480:2f::/48 5539 12389 29049 aggregate

2a01:6480::/32

3.4.1 Struktur Alamat Global IPv6

Alamat global IPv4 atau sering disebut sebagai aggregatable global unicast address terbagi dalam tiga level hirarki yakni: public, site, dan interface. Topologi public terdiri dari provider yang menyediakan layanan transit internet dan exchange internet. Level paling tinggi/top untuk topologi public membuat suatu zona yang disebut sebagai default-free zone (DFZ) yakni router internet yang tidak memiliki rute default pada tabel routingnya.

(67)

ISP1, ISP2, ISP3, dan ISP4 mewakili bagian publik dan X1 dan X2 mewakili bagian exchange. S1 hingga S5 sebagai pelanggan layanan internet, P1 dan P2 akan membentuk struktur hirarki pada X1 dan ISP4.

Gambar 3.4 : Format Global Unicast IPv6

Bagian yang membentuk level atau topologi publik adalah FP, TLA ID, RES, dan NLA ID. Bagian topologi site merujuk kepada SLA ID, sementara identitas interface adalah interface ID.

3.4.1.a Identitas Top-Level Aggregator (TLA ID)

Identitas Top-Level Aggregations pada alamat global IPv6 unicast berada di tingkat tertinggi dalam struktur hirarki routing IPv6. Router dalam Default-Route Zone (DFZ) harus mempunyai masing-masing satu entri routing untuk setiap TLA ID yang memungkinkan menggambarkan topologi routing tiap-tiap TLA ID tersebut. RFC 2928

| 3 | 13 | 13 | 19 | +----+---+---+---+ | FP | TLA | Sub-TLA | NLA | | | ID | | ID | +----+---+---+---+

Gambar 3.5 : TLA ID Global IPv6

Gambar

Gambar 2.3 : Format Header IPv6
Gambar 2.6: Pemetaan alamat EUI-64 ke IPv6
Gambar 2.11: Alamat Multicast IPv6
Gambar 2.13 : Operasi Dasar BGP
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Optimalisasi kinerja merupakan suatu pertanda bahwa karyawan atau pegawai memiliki komitmen yang tinggi terhadap organisasi dalam lembaga pendidikan... Menurut Goldman

Publikasi Kecamat an Oba 2014 merupakan salah sat u publikasi t ahunan yang dit erbit kan Badan Pusat St atist ik (BPS) Kot a Tidore Kepulauan yang memuat berbagai jenis dat a

She hadn’t come down in the last shower, she said; if there was one thing she knew it was that governments and men in fancy suits couldn’t be trusted, that once the

Terdapat perluasan makna mengenai restoran sebagai wajib pajak, ini meliputi pengenaan pajak atas jasa boga/katering yang sebelumnya dikecualikan dalam pengenaan

Selain itu, larutan buffer juga mengontrol pH menjadi kisaran netral, karena pada range enelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perlakuan kombinasi

Nicholas Vidya (2010), Sistem Help Desk Troubleshooting Hardware dan Software pada PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk Lampung. Penelitian tersebut menggunakan Macromedia

Pada dasarya kegiatan refleksi merupkan kegiatan analisis, sintesis, interpretasi terhadap semua informasi yang diperoleh saat kegiatan.. Dalam kegiatan ini peneliti