• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kenaikan Harga Sembako Terhadap Perekonomian Masyarakat Di Kelurahan Napitupulu Kabupaten Toba Samosir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Kenaikan Harga Sembako Terhadap Perekonomian Masyarakat Di Kelurahan Napitupulu Kabupaten Toba Samosir"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KENAIKAN HARGA SEMBAKO TERHADAP

PEREKONOMIAN MASYARAKAT DI KELURAHAN

NAPITUPULU KABUPATEN TOBA SAMOSIR

TUGAS AKHIR

DESI MULYANI

072407048

PROGRAM STUDI DIPLOMA III STATISTIKA

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH KENAIKAN HARGA SEMBAKO TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT DI KELURAHAN NAPITUPULU

KABUPATEN TOBA SAMOSIR

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

DESI MULYANI 072407048

PROGRAM STUDI DIPLOMA III STATISTIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH KENAIKAN HARGA SEMBAKO

TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT DI KELURAHAN NAPITUPULU KABUPATEN TOBA SAMOSIR

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : DESI MULYANI

Nomor Induk Mahasiswa : 072407048

Program Studi : DIPLOMA (D3) STATISTIKA

Departemen : MATEMATIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, Juni 2010

Diketahui/Disetujui oleh :

Departemen Matematika FMIPA USU

Ketua, Pembimbing,

Dr. Saib Suwilo, M.Sc Drs. Marwan Harahap, M.Eng

(4)

PERNYATAAN

PENGARUH KENAIKAN HARGA SEMBAKO TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT DI KELURAHAN NAPITUPULU

KABUPATEN TOBA SAMOSIR

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Mei 2010

(5)

MUKADIMAH

Seribu bintang di cakrawala

Seribu bayangan diangan

Seraut wajah kan hadir

Tuk mengisi hati yang haru biru

..

(Desi, Mei 2010)

Alhamdulillah

Tlah kucapai sebuah keberhasilan

Yang menjadi awal perjuanganku

Atas izin dan ridha-Mu Tuhanku

Allah SWT Pencipta alam semesta

Jadikanlah aku menjadi hambamu

Yang Mensyukuri nikmatmu

Kuhanturkan tulisan ini

Sebagai ucapan terimakasihku

Kepada Ayahanda Wazir Hasan dan Ibunda Asmawarna tercinta

Saudara-saudaraku Bang Men, Kak Ayang, Kak Henni, Bang Suman, Bang Am,

Kak Ii, Bang Dodi, Kak Ati, makasih buat dukungannya

Teman-teman seperjuangan Sitta, Yanti, Rahma, Laila dan Ina

Buat SEBICA : Yosie, Nody, Ugi, May, 59, Bim2, Nove, Ela, B3 thank s buat

supportnya

Kak Tia jalan2 yok

Love u all

Wassalam,

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Ridho-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Adapun judul dari tugas akhir ini adalah PENGARUH KENAIKAN HARGA SEMBAKO TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT DI KELURAHAN NAPITUPULU KABUPATEN TOBA SAMOSIR yang dibuat sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar ahli madya di Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis tidak terlepas dari bantuan dan peranan yang telah diberikan kepada penulis. Untuk itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. Marwan Harahap, M.Eng selaku dosen pembimbing yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

2. Bapak Dr. Saib Suwilo, M.Sc selaku Ketua Departemen Matematika FMIPA Universitas Sumatera Utara dan Bapak Henry Rani Sitepu, M.Si selaku Sekretaris Departemen Matematika FMIPA Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc selaku Dekan Fakultas MIPA

Universitas Sumatera Utara.

4. Dekan dan Pembantu Dekan FMIPA Universitas Sumatera Utara, semua dosen yang terkait pada Departemen Matematika FMIPA Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Hulman Napitupulu, selaku lurah di Kelurahan Napitupulu yang merupakan tempat riset penulis yang telah banyak membantu.

6. Kedua Orang Tua tercinta yang telah banyak membantu penulis baik moril maupun spiritual dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

7. Abang dan kakak penulis yang selalu memberikan semangat.

8. Seluruh teman-teman seperjuangan di Statistik A, B, dan C stambuk 2007 dan semua pihak yang turut membantu menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini tidak luput dari kekurangan karena keterbatasan pengetahuan penulis, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tugas akhir ini.

Akhir kata penulis berharap agar tugas akhir ini berguna bagi semua pihak.

Medan, Mei 2010

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Kata Pengantar v

Daftar Isi vi

Daftar Tabel viii

Daftar Gambar xi

Bab 1 Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 2

1.3 Batasan Masalah 2

1.4 Tinjauan Pustaka 2

1.5 Tujuan Penelitian 4

1.6 Kontribusi Penelitian 5

1.7 Metode Penelitian 5

1.8 Sistematika Penulisan 6

Bab 2 Landasan Teori 7

2.1 Populasi dan Sampel 7

2.2 Analisis Univariate 7

2.3 Analisis Bivariate 8

2.3.1 Chi Square (X2) 8

2.4 Analisis Regresi 9

2.4.1 Regresi Linier Sederhana 10

2.4.2 Regresi Linier Berganda 11

2.5 Analisis Korelasi 12

Bab 3 Metodologi Penelitian 14

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 14

3.1.1 Tempat Penelitian 14

3.1.2 Waktu Penelitian 14

3.2 Populasi dan Sampel 14

3.2.1 Populasi 15

3.2.2 Sampel 15

3.3 Alat Pengumpulan Data 16

3.4 Rancangan Penelitian 16

3.5 Kerangka Konsep 17

3.6 Defenisi Operasional 17

3.7 Keadaan Ekonomi 18

3.8 Pengumpulan Data 18

(8)

Bab 4 Analisa dan Pembahasan 20

4.1 Analisa Univariate 20

4.1.1 Pendapatan Masyarakat 20

4.1.2 Jenis Pekerjaan Masyarakat 21

4.1.3 Jumlah Anggota Keluarga 21

4.1.4 Tingkat Kebutuhan Sembako Masyarakat 22

4.1.5 Jumlah yang Dikonsumsi Masyarakat 28

4.1.6 Bahan-bahan Pokok yang Mengalami Kenaikan Harga 34

4.2 Analisa Bivariate 52

4.2.1 Chi Sguare 52

4.2.1.1 Tingakat Kebutuhan Masyarakat Berdasarkan

Pekerjaan 53

4.2.1.2 Konsumsi Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga 62 4.2.1.3 Tingkat Kewajaran Kenaikan Harga Sembako

Terhadap Pendapatan Masyarakat 71

4.2.1.4 Tingkat Pengaruh Kenaikan Harga Sembako

Berdasarkan Pendapatan 78

4.2.1.5 Pengeluaran Masyarakat Terhadap Sembako 85

4.3 Analisa Regresi 87

4.3.1 Regresi Linier Sederhana 87

4.3.2 Multiple Regresi Pengeluaran Masyarakat 87

Bab 5 Kesimpulan dan Saran 90

5.1 Kesimpulan 90

5.2 Saran 93

Daftar Pustaka 94

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Daftar Frekuensi Pendapatan Masyarakat 21

Tabel 4.2 Daftar Frekuensi Jenis Pekerjaan Masyarakat 22

Tabel 4.3 Daftar Frekuensi Jumlah Anggota Keluarga Masyarakat 22

Tabel 4.4 Daftar Frekuensi Tingkat Kebutuhan Gula 23

Tabel 4.5 Daftar Frekuensi Tingkat Kebutuhan Beras 24

Tabel 4.6 Daftar Frekuensi Tingkat Kebutuhan Minyak Goreng 25 Tabel 4.7 Daftar Frekuensi Tingkat Kebutuhan Minyak Tanah 25

Tabel 4.8 Daftar Frekuensi Tingkat Kebutuhan Susu 26

Tabel 4.9 Daftar Frekuensi Tingkat Kebutuhan Telur 27

Tabel 4.10 Daftar Frekuensi Tingkat Kebutuhan Tepung 27

Tabel 4.11 Daftar Frekuensi Tingkat Kebutuhan Daging/Ikan 28

Tabel 4.12 Daftar Frekuensi Tingkat Kebutuhan Jagung 29

Tabel 4.13 Daftar Frekuensi Masyarakat yang Mengkonsumsi Gula 29 Tabel 4.14 Daftar Frekuensi Masyarakat yang Mengkonsumsi Beras 30 Tabel 4.15 Daftar Frekuensi Masyarakat yang Mengkonsumsi Minyak Goreng 31 Tabel 4.16 Daftar Frekuensi Masyarakat yang Mengkonsumsi Minyak Tanah 31 Tabel 4.17 Daftar Frekuensi Masyarakat yang Mengkonsumsi Susu 32 Tabel 4.18 Daftar Frekuensi Masyarakat yang Mengkonsumsi Telur 33 Tabel 4.19 Daftar Frekuensi Masyarakat yang Mengkonsumsi Tepung 33 Tabel 4.20 Daftar Frekuensi Masyarakat yang Mengkonsumsi Daging/Ikan 34 Tabel 4.21 Daftar Frekuensi Masyarakat yang Mengkonsumsi Jagung 35 Tabel 4.22 Daftar Frekuensi Bahan-bahan Pokok yang Mengalami Kenaikan

Harga 35

Tabel 4.23 Daftar Frekuensi Tingkat Kewajaran Kenaikan Harga Gula 36 Tabel 4.24 Daftar Frekuensi Tingkat Kewajaran Kenaikan Harga Beras 37 Tabel 4.25 Daftar Frekuensi Tingkat Kewajaran Kenaikan Harga Minyak Goreng 38 Tabel 4.26 Daftar Frekuensi Tingkat Kewajaran Kenaikan Harga Telur 38 Tabel 4.27 Daftar Frekuensi Tingkat Kewajaran Kenaikan Harga Tepung 39 Tabel 4.28 Daftar Frekuensi Tingkat Kewajaran Kenaikan Harga Daging/Ikan 40 Tabel 4.29 Daftar Frekuensi Tingkat Kewajaran Kenaikan Harga Jagung 40 Tabel 4.30 Daftar Frekuensi Tindakan Masyarakat Terhadap Kenaikan Harga

Gula 41

Tabel 4.31 Daftar Frekuensi Tindakan Masyarakat Terhadap Kenaikan Harga

Beras 42

Tabel 4.32 Daftar Frekuensi Tindakan Masyarakat Terhadap Kenaikan Harga

Minyak Goreng 43

Tabel 4.33 Daftar Frekuensi Tindakan Masyarakat Terhadap Kenaikan Harga

Telur 44

Tabel 4.34 Daftar Frekuensi Tindakan Masyarakat Terhadap Kenaikan Harga

Tepung 45

Tabel 4.35 Daftar Frekuensi Tindakan Masyarakat Terhadap Kenaikan Harga

Daging/Ikan 46

Tabel 4.36 Daftar Frekuensi Tindakan Masyarakat Terhadap Kenaikan Harga

(10)

Tabel 4.37 Daftar Frekuensi Tingkat Pengaruh Kenaikan Harga Gula 48 Tabel 4.38 Daftar Frekuensi Tingkat Pengaruh Kenaikan Harga Beras 49 Tabel 4.39 Daftar Frekuensi Tingkat Pengaruh Kenaikan Harga Minyak Goreng 50 Tabel 4.40 Daftar Frekuensi Tingkat Pengaruh Kenaikan Harga Telur 50 Tabel 4.41 Daftar Frekuensi Tingkat Pengaruh Kenaikan Harga Tepung 51 Tabel 4.42 Daftar Frekuensi Tingkat Pengaruh Kenaikan Harga Daging/Ikan 52 Tabel 4.43 Daftar Frekuensi Tingkat Pengaruh Kenaikan Harga Jagung 52 Tabel 4.44 Crosstab Tingkat Kebutuhan Terhadap Gula Berdasarkan Pekerjaan 54 Tabel 4.45 Crosstab Tingkat Kebutuhan Terhadap Beras Berdasarkan Pekerjaan 55 Tabel 4.46 Crosstab Tingkat Kebutuhan Terhadap Minyak Goreng Berdasarkan

Pekerjaan 56

Tabel 4.47 Crosstab Tingkat Kebutuhan Terhadap Minyak Tanah Berdasarkan

Pekerjaan 57

Tabel 4.48 Crosstab Tingkat Kebutuhan Terhadap Susu Berdasarkan Pekerjaan 58 Tabel 4.49 Crosstab Tingkat Kebutuhan Terhadap Telur Berdasarkan Pekerjaan 59 Tabel 4.50 Crosstab Tingkat Kebutuhan Terhadap Tepung Berdasarkan Pekerjaan60 Tabel 4.51 Crosstab Tingkat Kebutuhan Terhadap Daging/Ikan Berdasarkan

Pekerjaan 61

Tabel 4.52 Crosstab Tingkat Kebutuhan Terhadap Jagung Berdasarkan Pekerjaan 62 Tabel 4.53 Crosstab Konsumsi Gula Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga 63 Tabel 4.54 Crosstab Konsumsi Beras Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga 64 Tabel 4.55 Crosstab Konsumsi Minyak Goreng Berdasarkan Jumlah Anggota

Keluarga 65

Tabel 4.56 Crosstab Konsumsi Minyak Tanah Berdasarkan Jumlah Anggota

Keluarga 66

Tabel 4.57 Crosstab Konsumsi Susu Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga 67 Tabel 4.58 Crosstab Konsumsi Telur Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga 68 Tabel 4.59 Crosstab Konsumsi Tepung Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga 69 Tabel 4.60 Crosstab Konsumsi Daging/Ikan Berdasarkan Jumlah Anggota

Keluarga 70

Tabel 4.61 Crosstab Konsumsi Jagung Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga 71 Tabel 4.62 Crosstab Tingkat Kewajaran Kenaikan Harga Gula Berdasarkan

Pendapatan 72

Tabel 4.63 Crosstab Tingkat Kewajaran Kenaikan Harga Beras Berdasarkan

Pendapatan 73

Tabel 4.64 Crosstab Tingkat Kewajaran Kenaikan Harga Minyak Goreng

Berdasarkan Pendapatan 74

Tabel 4.65 Crosstab Tingkat Kewajaran Kenaikan Harga Telur Berdasarkan

Pendapatan 75

Tabel 4.66 Crosstab Tingkat Kewajaran Kenaikan Harga Tepung Berdasarkan

Pendapatan 76

Tabel 4.67 Crosstab Tingkat Kewajaran Kenaikan Harga Daging/Ikan Berdasarkan

Pendapatan 77

Tabel 4.68 Crosstab Tingkat Kewajaran Kenaikan Harga Jagung Berdasarkan

Pendapatan 78

(11)

Tabel 4.72 Crosstab Pengaruh Kenaikan Harga Telur Berdasarkan Pendapatan 82 Tabel 4.73 Crosstab Pengaruh Kenaikan Harga Tepung Berdasarkan Pendapatan 83 Tabel 4.74 Crosstab Pengaruh Kenaikan Harga Daging/Ikan Berdasarkan

Pendapatan 84

Tabel 4.75 Crosstab Pengaruh Kenaikan Harga Jagung Berdasarkan Pendapatan 85

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Kerangaka Konsep 18

Gambar 4.1 Pendapatan Masyarakat 21

Gambar 4.2 Jenis Pekerjaan Masyarakat 22

Gambar 4.3 Jumlah Anggota Masyarakat 23

Gambar 4.4 Tingkat Kebutuhan Gula 24

Gambar 4.5 Tingkat Kebutuhan Beras 24

Gambar 4.6 Tingkat Kebutuhan Minyak Goreng 25

Gambar 4.7 Tingkat Kebutuhan Minyak Tanah 26

Gambar 4.8 Tingkat Kebutuhan Susu 26

Gambar 4.9 Tingkat Kebutuhan Telur 27

Gambar 4.10 Tingkat Kebutuhan Tepung 28

Gambar 4.11 Tingkat Kebutuhan Daging/Ikan 28

Gambar 4.12 Tingkat Kebutuhan Jagung 29

Gambar 4.13 Masyarakat yang Mengkonsumsi Gula 30

Gambar 4.14 Masyarakat yang Mengkonsumsi Beras 30

Gambar 4.15 Masyarakat yang Mengkonsumsi Minyak Goreng 31

Gambar 4.16 Masyarakat yang Mengkonsumsi Minyak Tanah 32

Gambar 4.17 Masyarakat yang Mengkonsumsi Susu 32

Gambar 4.18 Masyarakat yang Mengkonsumsi Telur 33

Gambar 4.19 Masyarakat yang Mengkonsumsi Tepung 34

Gambar 4.20 Masyarakat yang Mengkonsumsi Daging/Ikan 34

Gambar 4.21 Masyarakat yang Mengkonsumsi Jagung 35

Gambar 4.22 Tingkat Kewajaran Kenaikan Harga Gula 37

Gambar 4.23 Tingkat Kewajaran Kenaikan Harga Beras 37

Gambar 4.24 Tingkat Kewajaran Kenaikan Harga Minyak Goreng 38

Gambar 4.25 Tingkat Kewajaran Kenaikan Harga Telur 39

Gambar 4.26 Tingkat Kewajaran Kenaikan Harga Tepung 39

Gambar 4.27 Tingkat Kewajaran Kenaikan Harga Daging/Ikan 40

Gambar 4.28 Tingkat Kewajaran Kenaikan Harga Jagung 41

Gambar 4.29 Tindakan Masyarakat Terhadap Kenaikan Harga Gula 42 Gambar 4.30 Tindakan Masyarakat Terhadap Kenaikan Harga Beras 43 Gambar 4.31 Tindakan Masyarakat Terhadap Kenaikan Harga Minyak Goreng 44 Gambar 4.32 Tindakan Masyarakat Terhadap Kenaikan Harga Telur 45 Gambar 4.33 Tindakan Masyarakat Terhadap Kenaikan Harga Tepung 46 Gambar 4.34 Tindakan Masyarakat Terhadap Kenaikan Harga Daging/Ikan 47 Gambar 4.35 Tindakan Masyarakat Terhadap Kenaikan Harga Jagung 48

Gambar 4.36 Tindakan Pengaruh Kenaikan Harga Gula 49

Gambar 4.37 Tindakan Pengaruh Kenaikan Harga Beras 49

Gambar 4.38 Tindakan Pengaruh Kenaikan Harga Minyak Goreng 50

Gambar 4.39 Tindakan Pengaruh Kenaikan Harga Telur 51

Gambar 4.40 Tindakan Pengaruh Kenaikan Harga Tepung 51

Gambar 4.41 Tindakan Pengaruh Kenaikan Harga Daging/Ikan 52

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah besar yang melanda dunia pada saat ini adalah terjadinya krisis global, seperti kenaikan harga BBM dan masalah ketahanan pangan. Jutaan masyarakat miskin seolah nasibnya digantungkan pada krisis global. Hal ini pun menjadi masalah serius negara-negara di dunia, terutama negara sedang berkembang seperti Indonesia.

Dengan terjadinya krisis global saat ini, pemerintah menaikkan tarif bahan bakar minyak, tarif dasar listrik dan air. Dengan naiknya tarif-tarif tersebut maka harga-harga sembilan bahan pokok (sembako) ikut naik dan tidak stabil. Sementara itu, Indonesia memiliki jumlah penduduk yang banyak dengan keadaan ekonomi yang berbeda-beda. Sehingga yang merasakan dampak yang sangat nyata adalah masyarakat kecil.

(14)

Sembako terhadap Perekonomian Masyarakat di Kelurahan Napitupulu Kabupaten Toba Samosir.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah apakah kenaikan harga sembilan bahan pokok berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat di Kelurahan Napitupulu Kabupaten Toba Samosir.

1.3 Batasan Masalah

Pembatasan masalah bertujuan untuk memperjelas arah dan tujuan dari suatu masalah yang akan diteliti, sehingga tidak menimbulkan kekeliruan. Untuk mengarahkan agar penelitian ini tidak menyimpang dari tujuan yang diinginkan, maka penulis membatasi masalah hanya pada pengaruh kenaikan harga sembilan bahan pokok terhadap perekonomian masyarakat di Kelurahan Napitupulu Kabupaten Toba Samosir.

1.4 Tinjauan Pustaka

1. (Sudjana. 1992) Metode Statistika ,edisi 6 Tarsito, Bandung.

Koefisien determinasi ditanyakan dengan R2 untuk pengujian regresi linier

(15)

diterangkan oleh variabel-variabel bebas (X) yang ada di dalam model persamaan regresi linier berganda secara bersama-sama.

2. (Saleh, Samsubar. 1986) Statistik Non Parametrik , edisi I, BPFE, Yogyakarta.

Test Chi Square adalah teknik analisis statistik untuk menguji signifikansi antara proporsi (probabilitas) subjek atau objek penelitian yang datanya telah dikategorikan. Pengujian 2 ini dapat pula digunakan untuk menguji

independensi antara suatu variabel terhadap variabel lainnya. Kegunaan metode 2 ditujukan untuk menguji apakah ada perbedaan yang cukup berarti

antara jumlah pengamatan suatu objek atau respon tertentu pada tiap dasifikasinya terhadap nilai harapannya yang berdasarkan hipotesa nolnya. Adapun rumus Chi Square adalah sebagi berikut:



r

i k

j Eij

Eij Oij

1 1

2 2

Keterangan:

Oij: jumlah observasi untuk kasus-kasus yang dikategorikan dalam

baris ke-i pada kolom ke-j

Eij: banyak kasus yang diharapkan di bawah Ho untuk dikategorikan

dalam baris ke-i pada kolom ke-j

(16)

3. (Ritonga, Abdul Rahman. 1987) Statistik Terapan Untuk Penelitian .

Uji korelasi dilakukan untuk mengetahuai seberapa besarkah hubungan variabel-variabel bebas itu dapat mempengaruhi variabel tak bebas. Untuk hubungan variabel-variabel tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

 

 

2

2 2

2

i i

i i

i i i

i

Y Y

n X X

n

Y X Y

X n r

Untuk mengukur kuat tidaknya antara variabel bebas dan tak bebas, ditinjau dari besar kecilnya nilai koefisien korelasi (r). Jika makin besar nilai r, maka makin kuat hubungannya dan jika r makin kecil, maka makin lemah hubungannya. Nilai r yaitu:

-1,00 r -0,80 berarti korelasi kuat -0,79 r -0,50 berarti korelasi sedang -0,49 r 0,49 berarti korelsi lemah

0,50 r 0,79 berarti korelasi sedang 0,80 r 1,00 berarti korelasi kuat

1.5 Tujuan Penelitian

(17)

1.6 Kontribusi Penelitian

Kontibusi yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. memberi bahan masukan pada pemerintah pada khususnya di Kelurahan Napitupulu tentang pengaruh kenaikan harga sembako terhadap perekonomian masyarakat.

2. sebagai informasi bagi BPS di Kabupaten Toba Samosir

3. sebagai sarana meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis mengenai survei atau menganalisis data.

4. sebagai bahan masukan bagi penelitian lain dan referensi bagi perpustakaan FMIPA

1.7 Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian adalah suatu cara yang terdiri dari langkah-langkah atau urutan kegiatan yang berfungsi sebagi pedoman umum yang digunakan untuk melaksanakan penelitian sehingga apa yang menjadi tujuan dari penelitian itu terwujud.

(18)

1.8 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan adalah sebagai berikut :

BAB 1 : PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tinjauan pustaka, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB 2 : LANDASAN TEORITIS

Bab ini menguraikan tentang teoritis yang berhubungan denga penelitian penulis.

BAB 3 : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang metode-metode yang digunakan dalam penelitian.

BAB 4 : ANALISIS DATA

Bab ini menjelaskan tentang analisi data dengan menggunakan Chi Square, Analisis Regresi, dan Analisis Korelasi.

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN

(19)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang ingin diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, sedangkan suatu nilai yang menggambarkan ciri/karakteristik populasi disebut parameter (Sugiarto,dkk,2001).

Sampel adalah sebagian dari populasi yang ingin diteliti, yang ciri-ciri dan keberadaannya diharapkan mampu mewakili atau menggambarkan ciri-ciri dan keberadaan populasi yang sebenarnya. Suatu sampel yang baik akan dapat memberikan gambaran yang sebenarnya tentang populasi. Pengambilan sampel adalah suatu proses yang dilakukan untuk memilih dan mengambil sampel secara benar dari suatu populasi, sehingga dapat digunakan sebagi wakil yang dapat mewakili populasi tersebut (Sugiarto,dkk,2001).

2.2 Analisa Univariate

(20)

2.3 Analisa Bivariate

Analisa bivariate digunakan untuk mengetahui seberapa besar hubungan beberapa variabel yang independent antara satu variabel dengan variabel lainnya. Pengujian dilakukan dengan Chi Square, Analisa Regresi, dan Analisa Korelasi.

2.3.1 Chi Square ( 2)

Chi Square ( 2) hanya digunakan untuk data diskrit. Pengujian Chi Square ( 2) adalah

pengujian variabel yang independent, dimana suatu variabel tidak dipengaruhi atau tidak ada hubungan dengan variabel lain. Kegunaan metode Chi Square ( 2) ini

ditujukan untuk menguji apakah ada perbedaan yang cukup berarti (signifikan) antara jumlah pengamatan suatu objek atau respon tertentu pada setiap klasifikasi terhadap nilai harapan (expected value) yang berdasarkan hipotesa nolnya. (Djarwanto,2003)

Untuk menerapkan test Chi Square ( 2) pertama-tama susun

frekuensi-frekuensi itu ke dalam table k x r. Hipotesa nolnya adalah k sampel frekuensi-frekuensi atau proporsi berasal dari populasi yang sama atau populasi-populasi yang identik. Adapun rumus Chi Squre adalah sebagai berikut:



r

i k

j Eij

Eij Oij

1 1

2 2

Keterangan:

Oij : jumlah observasi untuk kasus-kasus yang dikategorikan dalam baris

(21)

dalam baris ke-i pada kolom ke-j.



ir1 jk1 : menjumlahkan semua baris (r) dan semua kolom (k).

Rumus derajat kebebasan Chi Square: db= (k-1) (r-1)

Keterangan:

k = banyak kolom r = banyaknya baris

Dengan demikian, kemungkinan yang berkaitan dengan terjadinya harga-harga yang sebesar harga 2 observasi dapat diperoleh dalam tabel. Jika suatu harga

observasi 2 sama atau lebih besar dari X

tabel, maka Ho ditolak pada tingkat

signifikansi itu.

2.4 Analisa Regresi

(22)

2.4.1 Regresi Linier Sederhana

Regresi bermaksud menentukan hubungan fungsional yang diharapkan berlaku untuk populasi berdasarkan data sampel yang diambil dari populasi yang bersangkutan. Hubungan fungsional ini dituliskan dalam persamaan matematika disebut persamaan regresi yang bergantung pada parameter-parameter. Persamaan regresi untuk populasi secara umum dapat dituliskan dalam bentuk:

y, x1, x2, , xk= (X1, X2, , Xk 1, 2, , m)

dengan 1, 2, , mparameter-parameter yang ada dalam regresi itu. Contoh regresi

yang sederhana untuk populasi dengan sebuah variabel bebas ialah yang dikenal dengan regresi linier sederhana dengan model:

y..x= 1+ 2X

Dalam hal ini, parameter adalah 1 dan 2. Jika 1 dan 2 ditaksir oleh a dan b, maka

regresi berdasarkan sampel adalah: = a + bX

Dimana, a dan b di peroleh dengan rumus:

  

    

2 2

i i

i i i

i

n n b

n b n

a

i

i

Keterangan:

(23)

X : variabel bebas a : bilangan konstanta b : koefisien regresi i : 1,2,3, ,n

2.4.2 Regresi Linier Berganda

Regresi linier berganda adalah analisis regresi yang menjelaskan hubungan antara peubah respon (dependent variable) dengan faktor-faktor yang mempengaruhi lebih dari satu predaktor (independent variable).

Regresi linier berganda hampir sama dengan regresi linier sederhana, hanya saja pada regresi linier berganda variabel penduga (variabel bebas) lebih dari satu varibel. Tujuan analisis regresi linier berganda adalah untuk mengukur intensitas hubungan antara dua variabel atau lebih dan memuat prediksi atau perkiraan nilai Y atas nilai X. Bentuk persamaan regresi linier berganda yang mencakup dua atau lebih variabel, yaitu:

Y = 0+ 1X1i+ 2X2i+ + kXki i

Keterangan:

Y : pengamatan ke-i pada variabel tak bebas Xik : pengamatan ke-i pada variabel bebas

0 : parameter intersep

1, 2, , k : parameter koefisien regresi variabel bebas

(24)

Model di atas merupakan model regresi untuk populasi, sedangkan apabila hanya menarik sebagian berupa sampel dari populasi secara acak, dan tidak mengetahui regresi populasi, sehingga model regresi populasi perlu diduga berdasarkan model regresi sampel, sebagai berikut:

ki k i

i

ibb b   b

 0 1 1 2 2 ...

Keterangan:

Y : variabel tak bebas

X : variabel bebas

k

b b

b0, 1,..., : koefisien regresi

2.5 Analisis Korelasi

Analisis korelasi bertujuan untuk mengukur derajat hubungan, meliputi kekuatan hubungan dan bentuk atau arah hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Analisis korelasi dan analisis regresi biasanya dipakai secara bersama-sama. Analisis regresi menjawab bagaimana keeratan hubungan yang diterangkan dalam persamaan regresi.

Indeks atau bilangan untuk menunjukkan keeratan hubungan antar variabel disebut koefisien korelasi (r). Rumusnya adalah:

(25)

Untuk kekuatan hubungan, nilai koefisien korelasi berada di antara -1 dan +1. Untuk bentuk atau arah hubungan, nilai koefisien dinyatakan dalam positif (+) dan negatif (-). Harga r = -1 menunjukkan hubungan negatif yang sempurna dengan arah yang berlawanan antara kedua variabel. Jika nilai variabel yang satu naik, maka variabel yang lain turun. Harga r = +1 menunjukkan hubungan positif yang sempurna dan menunjukkan hubungan yang searah. Jika nilai variabel yang satu naik, maka nilai variabel yang lain naik. Jika harga r = 0, maka nilai antara dua variabel tersebut tidak ada hubungan.

Jika koefisien korelasi dikuadratkan akan menjadi koefisien determinasi, maka penyebab perubahan pada variabel Y yang akan datang dari variabel X, sebesar kuadrat koefisien korelasinya. Koefisien determinasi ini menjelaskan besarnya pengaruh nilai suatu variabel (variabel X) terhadap naik/turunnya (variasi) nilai variabel lainnya (variabel Y).

22

2

i i

y y r

Harga r2 yang terkecil adalah 0 dan yang terbesar 1, 0 r2 1. Jika harga r2 makin

mendekati 1, maka variabel tersebut mempunyai hubungan yang sangat kuat. Sebaliknya jika r2 mendekati 0, maka variabel tersebut tidak mempunyai hubungan

(26)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Napitupulu Kabupaten Toba Samosir Propinsi Sumatera Utara. Kelurahan Napitupulu memiliki luas wilayah 48 Ha yang terdiri dari persawahan, perairan, perkampungan, tanah kosong dan lain-lain. Pembagian wilayah Kelurahan Napitupulu terdiri dari 5 lingkungan dengan jumlah penduduk 3.450 jiwa di mana jumlah laki-laki 1.684 jiwa dan jumlah perempuan 1.766 jiwa.

3.1.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 18 Januari 2010 sampai dengan 30 Januari 2010 di Kelurahan Napitupulu Kabupaten Toba Samosir.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

(27)

3.2.1 Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh rumah tangga yang berdomisili di Kelurahan Napitupulu Kabupaten Toba Samosir.

3.2.2 Sampel

Sampel pada penelitian adalah sebahagian dari seluruh rumah tangga yang ada di Kelurahan Napitupulu Kabupaten Toba Samosir.

Jumlah sample penelitian ini dihitung dengan rumus:

2 2

2

d q p Z

n   

Keterangan:

n : Besarnya sampel

2 2

 

Z : Deviasi standar pada kesalahan type I ( = 0,05 ) = 1,96

p : Proporsi dari jumlah laki-laki di Kelurahan Napitupulu q : 1 p = 1 0,488 = 0,512 (Proporsi dari jumlah perempuan) d : Perbedaan antara keadaan populasi dengan sampel yang akan

diambil = 10%

(28)

ke-5 Lingkungan tersebut pemilihan tempat pengambilan sampel diambil berdasarkan blok-blok yang telah terpilih untuk mencari responden.

3.3 Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan adalah menyebarkan kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai data pribadi anggota rumah tangga, pendapatan keluarga, kebutuhan keluarga terhadap sembako, dan tindakan masyarakat terhadap kenaikan harga sembako serta beberapa informasi lain yang dianggap perlu untuk dianalisis.

3.4 Rancangan Penelitian

(29)

3.5 Kerangka Konsep

Kewajaran kenaikan Pekerjaan

Konsumsi sembako Jumlah anggota keluarga

Pengeluaran keluarga Pendapatan keluarga

Tindakan keluarga Besar kenaikan sembako

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

3.6 Defenisi Operasional

1. Pendapatan keluarga adalah seluruh pendapatan dan penerimaan yang diterima dan diperoleh dari anggota rumah tangga. Pendapatan terbagi dua yaitu pendapatan dari gaji/upah dan pendapatan lainnya.

2. Tingakat kebutuhan sembako adalah ukuran kebutuhan terhadap sembako.

Jawaban responden: sangat butuh, butuh, cukup butuh, kurang butuh, dan tidak butuh.

3. Pengeluaran adalah seluruh pengeluaran anggota keluarga terutama terhadap kebutuhan sembako.

4. Jumlah pemakaian sembako adalah jumlah sembako yang akan dikonsumsi atau digunakan selama seminggu.

5. Kewajaran kenaikan sembako adalah suatu penilaian masyarakat kepada kenaikan harga sembako terhadap pendapatan keluraga.

(30)

6. Tindakan keluarga adalah tindakan yang dilakukan anggota keluarga atau masyarakat ketika harga sembako mengalami kenaikan.

7. Harga-harga sembako adalah melihat harga sembako sebelum dan setelah mengalami kenaikan harga.

3.7 Keadaan Ekonomi

Keadaan ekonomi adalah keadaan ekonomi rumah tangga diukur berdasarkan jumlah pengeluaran rata-rata per individu dalam sebulan di mana pengolahannya adalah :

a. Keadaan ekonomi lemah adalah rumah tangga dengan jumlah pengeluaran perindividu dalam seminggu setara dengan harga < 2 Kg beras.

b. Keadaan ekonomi sedang adalah rumah tangga dengan jumlah pengeluaran perinduvidu dalam seminggu setara dengan harga 3-15 Kg beras (dengan harga standar beras di Kelurahan Napitupulu Rp 7000 /Kg)

c. Keadaan ekonomi baik adalah rumah tangga dengan jumlah pengeluaran perindividu dalam seminggu setara dengan 17 Kg (pengkategorian ini berdasarkan standar kebutuhan gizi perkembangan individu).

3.8 Pengumpulan Data

(31)

3.9 Teknik dan Analisis Data

(32)

BAB 4

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Univariate

Analisa univariate digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi masing-masing variabel.

4.1.1 Pendapatan Masyarakat di Kelurahan Napitupulu Kabupaten Toba Samosir

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Pendapatan Masyarakat

Pendapatan F Proporsi

( %)

Rp 500.000 - Rp 1.500.000 12 25.00

Rp 1.500.000 - Rp 2.500.000 10 20.83

Rp 2.500.000 - Rp 3.500.000 17 35.42

Rp 3.500.000 - Rp 4.500.000 5 10.42

> Rp 4.500.000 4 8.33

(33)

0 5 10 15 20

Rp 500.000 - Rp

1.500.000 Rp 1.500.000 -Rp 2.500.000 Rp 2.500.000 -Rp 3.500.000 Rp 3.500.000 -Rp 4.500.000 > Rp 4.500.000

Kelompok Pendapatan Masyarakat

Fr

ek

ue

ns

i

Gambar 4.1 Pendapatan Masyarakat

[image:33.595.116.516.384.740.2]

4.1.2 Jenis Pekerjaan Masyarakat di Kelurahan Napitupulu Kabupaten Toba Samosir

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jenis Pekerjaan Masyarakat

Pekerjaan F Proporsi

( %)

PNS 8 16.67

Petani 12 25.00

Pegawai Swasta 9 18.75

Wiraswasta 19 39.58

Total 48 100.00

0 5 10 15 20

PNS Petani Pegawai Swasta Wiraswasta

Pekerjaan

Fr

ek

ue

ns

(34)

Gambar 4.2 Jenis Pekerjaan Masyarakat

[image:34.595.118.518.221.525.2]

4.1.3 Jumlah Anggota Keluarga Masyarakat di Kelurahan Napitupulu Kabupaten Toba Samosir

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah Anggota Keluarga F Proporsi ( %)

1 - 3 Orang 8 16.67

4 - 6 Orang 30 62.50

7 - 9 Orang 10 20.83

Total 48 100.00

0 5 10 15 20 25 30 35

1 - 3 Orang 4 - 6 Orang 7 - 9 Orang

Jumlah Anggota Keluarga

Fr

ek

ua

ns

i

Gambar 4.3 Jumlah Anggota Keluarga

4.1.4 Tingkat Kebutuhan Sembilan Bahan Pokok Masyarakat di Kelurahan Napitupulu Kabupaten Toba Samosir

a. Gula

(35)

Tingkat Kebutuhan Masyarakat F Proporsi ( %)

Sangat Butuh 22 45.83

Butuh 14 29.17

Cukup Butuh 10 20.83

Kurang Butuh 2 4.17

Tidak Butuh 0 0.00

Total 48 100.00

0 5 10 15 20 25

Sangat Butuh Butuh Cukup Butuh Kurang Butuh Tidak Butuh

Tingkat Kebutuhan Gula

Fr

ek

ue

ns

i

Gambar 4.4 Tingkat Kebutuhan Gula

[image:35.595.120.521.78.416.2]

b. Beras

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Kebutuhan Beras

Tingkat Kebutuhan Masyarakat F Proporsi ( %)

Sangat Butuh 40 83.33

Butuh 8 16.67

Cukup Butuh 0 0.00

Kurang Butuh 0 0.00

Tidak Butuh 0 0.00

(36)

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

Sangat Butuh Butuh Cukup Butuh Kurang Butuh Tidak Butuh

Tingkat Kebutuhan Beras

Fr

ek

ue

ns

i

Gambar 4.5 Tingkat Kebutuhan Beras

c. Minyak Goreng

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Kebutuhan Minyak Goreng

Tingkat Kebutuhan Masyarakat F Proporsi ( %)

Sangat Butuh 22 45.83

Butuh 18 37.50

Cukup Butuh 8 16.67

Kurang Butuh 0 0.00

Tidak Butuh 0 0.00

(37)

0 5 10 15 20 25

Sangat Butuh Butuh Cukup Butuh Kurang Butuh Tidak Butuh

Tingkat Kebutuhan Minyak Goreng

Fr

ek

ue

ns

i

Gambar 4.6 Tingkat Kebutuhan Minyak Goreng

[image:37.595.143.513.397.726.2]

d. Minyak Tanah

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Kebutuhan Minyak Tanah

Tingkat Kebutuhan Masyarakat F Proporsi ( %)

Sangat Butuh 20 41.67

Butuh 16 33.33

Cukup Butuh 8 16.67

Kurang Butuh 0 0.00

Tidak Butuh 4 8.33

Total 48 100.00

0 5 10 15 20 25

Sangat Butuh Butuh Cukup Butuh Kurang Butuh Tidak Butuh

Tingkat Kebutuhan Minyak Tanah

Fr

ek

ue

ns

i

(38)
[image:38.595.119.516.151.507.2]

e. Susu

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Tingkat Kebutuhan Susu

Tingkat Kebutuhan Masyarakat F Proporsi ( %)

Sangat Butuh 8 16.67

Butuh 20 41.67

Cukup Butuh 6 12.50

Kurang Butuh 8 16.67

Tidak Butuh 6 12.50

Total 48 100.00

0 5 10 15 20 25

Sangat Butuh Butuh Cukup Butuh Kurang Butuh Tidak Butuh

Tingkat Kebutuhan Susu

Fr

ek

ue

ns

i

Gambar 4.8 Tingkat Kebutuhan Susu

f. Telur

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Tingkat Kebutuhan Telur

Tingkat Kebutuhan Masyarakat F Proporsi ( %)

Sangat Butuh 2 4.17

(39)

Kurang Butuh 8 16.67

Tidak Butuh 0 0.00

Total 48 100.00

0 5 10 15 20 25

Sangat Butuh Butuh Cukup Butuh Kurang Butuh Tidak Butuh

Tingkat Kebutuhan Telur

Fr

ek

ue

ns

i

Gambar 4.9 Tingkat Kebutuhan Telur

[image:39.595.120.520.82.321.2]

g. Tepung

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Tingkat Kebutuhan Tepung

Tingkat Kebutuhan Masyarakat F Proporsi ( %)

Sangat Butuh 1 2.08

Butuh 4 8.33

Cukup Butuh 15 31.25

Kurang Butuh 22 45.83

Tidak Butuh 6 12.50

(40)

0 5 10 15 20 25

Sangat Butuh Butuh Cukup Butuh Kurang Butuh Tidak Butuh

Tingkat Kebutuhan Tepung

Fr

ek

ue

ns

i

Gambar 4.10 Tingkat Kebutuhan Tepung

[image:40.595.119.518.393.737.2]

h. Daging/Ikan

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Tingkat Kebutuhan Daging/Ikan

Tingkat Kebutuhan Masyarakat F Proporsi ( %)

Sangat Butuh 6 12.50

Butuh 30 62.50

Cukup Butuh 8 16.67

Kurang Butuh 4 8.33

Tidak Butuh 0 0.00

Total 48 100.00

0 5 10 15 20 25 30 35

Sangat Butuh Butuh Cukup Butuh Kurang Butuh

Tingkat Kebutuhan Daging/Ikan

Fr

ek

ue

ns

(41)
[image:41.595.117.516.170.513.2]

i. Jagung

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Tingkat Kebutuhan Jagung

Tingkat Kebutuhan Masyarakat F Proporsi ( %)

Sangat Butuh 0 0.00

Butuh 2 4.17

Cukup Butuh 1 2.08

Kurang Butuh 22 45.83

Tidak Butuh 23 47.92

Total 48 100.00

0 5 10 15 20 25

Sangat Butuh Butuh Cukup Butuh Kurang Butuh Tidak Butuh

Tingkat Kebutuhan Jagung

Fr

ek

ue

ns

i

Gambar 4.12 Tingkat Kebutuhan Jagung

4.1.5 Jumlah yang Dikonsumsi Masyarakat di Kelurahan Napitupulu Kabupaten Toba Samosir

a. Gula

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Masyarakat yang Mengkonsumsi Gula Perminggu

(42)

( %)

0 - 1.4 Kg 4 8.33

1.4 - 2.4 Kg 14 29.17

2.4 - 3.4 Kg 22 45.83

>3.4 Kg 8 16.67

Total 48 100.00

0 5 10 15 20 25

0 - 1.4 Kg 1.4 - 2.4 Kg 2.4 - 3.4 Kg >3.4 Kg

Kelompok Jumlah Konsumsi Gula

Fr

ek

ue

ns

i

Gambar 4.13 Masyarakat yang Mengkonsumsi Gula Perminggu

[image:42.595.120.519.81.383.2]

b. Beras

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Masyarakat yang Mengkonsumsi Beras Perminggu

Kelompok Jumlah Konsumsi (Kg) F Proporsi ( %)

2 - 7 Kg 20 41.67

7 - 12 Kg 15 31.25

12 - 17 Kg 12 25.00

>17 Kg 1 2.08

(43)

0 5 10 15 20 25

2 - 7 Kg 7 - 12 Kg 12 - 17 Kg >17 Kg

Kelompok Jumlah Konsumsi Beras

Fr

ek

ue

ns

i

Gambar 4.14 Masyarakat yang Mengkonsumsi Beras Perminggu

c. Minyak Goreng

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Masyarakat yang Mengkonsumsi Minyak Goreng Perminggu

Kelompok Jumlah Konsumsi (Kg) F Proporsi ( %)

0 - 1.5 Kg 22 45.83

1.5 - 3 Kg 23 47.92

3 - 5 Kg 2 4.17

>5 Kg 1 2.08

(44)

0 5 10 15 20 25

0 - 1.5 Kg 1.5 - 3 Kg 3 - 5 Kg >5 Kg

Kelompok Jumlah Konsumsi Minyak Goreng

Fr

ek

ue

ns

i

Gambar 4.15 Masyarakat yang Mengkonsumsi Minyak Goreng Perminggu

[image:44.595.121.516.395.730.2]

d. Minyak Tanah

Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Masyarakat yang Mengkonsumsi Minyak Tanah Perminggu

Kelompok Jumlah Konsumsi (Liter) F Proporsi ( %)

0 - 1.5 Liter 10 20.83

1.5 - 3 Liter 26 54.17

3 - 5 Liter 8 16.67

Tidak mengkonsumsi 4 8.33

Total 48 100.00

0 5 10 15 20 25 30

0 - 1.5 Liter 1.5 - 3 Liter 3 - 5 Liter Tidak mengkonsumsi

Kelompok Jumlah Konsumsi Minyak Tanah

Fr

ek

ue

ns

(45)
[image:45.595.118.518.146.511.2]

e. Susu

Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Masyarakat yang Mengkonsumsi Susu Perminggu

Kelompok Jumlah Konsumsi (Kg) F Proporsi ( %)

0 - 1 Kg 22 45.83

1 - 2Kg 12 25.00

2 - 2.5 Kg 8 16.67

Tidak mengkonsumsi 6 12.50

Total 48 100.00

0 5 10 15 20 25

0 - 1 Kg 1 - 2Kg 2 - 2.5 Kg Tidak mengkonsumsi

Kelompok Jumlah Konsumsi Susu

Fr

ek

ue

ns

i

Gambar 4.17 Masyarakat yang Mengkonsumsi Susu Perminggu

f. Telur

Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Masyarakat yang Mengkonsumsi Telur Perminggu

Kelompok Jumlah Konsumsi (Butir) F Proporsi ( %)

0 - 10 Butir 32 66.67

10 - 15 Butir 12 25.00

(46)

Total 48 100.00

0 5 10 15 20 25 30 35

0 - 10 Butir 10 - 15 Butir 15 - 20 Butir

Kelompok Jumlah Konsumsi Telur

Fr

ek

ue

ns

i

Gambar 4.18 Masyarakat yang Mengkonsumsi Telur Perminggu

[image:46.595.118.517.80.282.2]

g. Tepung

Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Masyarakat yang Mengkonsumsi Tepung Perminggu

Kelompok Jumlah Konsumsi (Kg) F Proporsi ( %)

0 - 1 Kg 38 79.17

1 - 2 Kg 2 4.17

2 - 2.5 Kg 2 4.17

Tidak mengkonsumsi 6 12.50

(47)

0 5 10 15 20 25 30 35 40

0 - 1 Kg 1 - 2 Kg 2 - 2.5 Kg Tidak mengkonsumsi

Kelompok Jumlah Konsumsi Tepung

Fr

ek

ue

ns

i

Gambar 4.19 Masyarakat yang Mengkonsumsi Tepung Perminggu

[image:47.595.118.517.375.720.2]

h. Daging/Ikan

Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Masyarakat yang Mengkonsumsi Daging/Ikan Perminggu

Kelompok Jumlah Konsumsi (Kg) F Proporsi ( %)

0 - 2 Kg 17 35.42

2 - 4 Kg 26 54.17

4 - 6 Kg 5 10.42

Total 48 100.00

0 5 10 15 20 25 30

0 - 2 Kg 2 - 4 Kg 4 - 6 Kg

Kelompok Jumlah Konsumsi Daging/Ikan

Fr

ek

ue

ns

i

(48)
[image:48.595.115.519.180.522.2]

i. Jagung

Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi Masyarakat yang Mengkonsumsi Jagung Perminggu

Kelompok Jumlah Konsumsi (Kg) F Proporsi ( %)

0 - 1 Kg 18 37.50

1 - 2 Kg 7 14.58

Tidak mengkonsumsi 23 47.92

Total 48 100.00

0 5 10 15 20 25

0 - 1 Kg 1 - 2 Kg Tidak mengkonsumsi

Kelompok Jumlah Konsumsi Jagung

Fr

ek

ue

ns

i

Gambar 4.21 Masyarakat yang Mengkonsumsi Jagung Perminggu

4.1.6 Bahan-bahan Pokok yang Mengalami Kenaikan Harga di Kelurahan Napitupulu Kabupaten Toba Samosir

Tabel 4.22 Distribusi Frekuensi Bahan-bahan Pokok yang Mengalami Kenaikan Harga

Bahan Pokok

Naik Tidak Naik Tidak Tau Total

(49)

Gula 38 79.17 10 20.83 0 0.00 48 100.00

Beras 32 66.67 16 33.33 0 0.00 48 100.00

Minyak Goreng 36 75.00 12 25.00 0 0.00 48 100.00

Minyak Tanah 8 16.67 36 75.00 4 8.33 48 100.00

Susu 6 12.50 36 75.00 6 12.50 48 100.00

Telur 34 70.83 14 29.17 0 0.00 48 100.00

Tepung 36 75.00 6 12.50 6 12.50 48 100.00

Daging/Ikan 28 58.33 20 41.67 0 0.00 48 100.00

Jagung 15 31.25 10 20.83 23 47.92 48 100.00

Dari tabel hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa masyarakat yang menyatakan tentang bahan-bahan yang mengalami kenaikan harga adalah gula sebayak 38 orang atau 79.17 %, beras 32 orang atau 66.67 %, minyak goreng 36 orang atau 75 %, minyak tanah 8 orang atau 16.67 %, susu 6 orang atau 12.50 %, telur 34 orang atau 70.83 %, tepung 36 orang atau 75 %, daging/ikan 28 orang atau 58.33 %, dan jagung 15 orang atau 31.25 %. Berdasarkan hasil tabel di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tentang bahan-bahan sembako yang mengalami kenaikan harga mengacu pada bahan-bahan:

1. gula 2. beras

3. minyak goreng 4. telur

5. tepung 6. daging/ikan 7. jagung

(50)
[image:50.595.121.517.125.489.2]

a.Gula

Tabel 4.23 Distribusi Frekuensi Tingkat Kewajaran Kenaikan Harga Gula

Tingkat Kewajaran Harga

Gula F

Proporsi ( %)

Sangat Wajar 0 0.00

Wajar 22 45.83

Cukup Wajar 22 45.83

Kurang Wajar 4 8.33

Tidak Wajar 0 0.00

Total 48 100.00

0 5 10 15 20 25

Sangat Wajar Wajar Cukup Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar

Tingkat Kewajaran Harga Gula

Fr

ek

ue

ns

i

Gambar 4.23 Tingkat Kewajaran Harga Gula

b. Beras

Tabel 4.24 Distribusi Frekuensi Tingkat Kewajaran Kenaikan Harga Beras

Tingkat Kewajaran Harga

Beras F

Proporsi ( %)

Sangat Wajar 0 0.00

Wajar 32 66.67

Cukup Wajar 12 25.00

(51)

Total 48 100.00

0 5 10 15 20 25 30 35

Sangat Wajar Wajar Cukup Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar

Tingkat Kewajaran Harga Beras

Fr

ek

ue

ns

[image:51.595.118.518.79.288.2]

i

Gambar 4.24 Tingkat Kewajaran Harga Beras

c. Minyak Goreng

Tabel 4.25 Distribusi Frekuensi Tingkat Kewajaran Kenaikan Harga Minyak Goreng

Tingkat Kewajaran Harga Minyak

Goreng F

Proporsi ( %)

Sangat Wajar 0 0.00

Wajar 30 62.50

Cukup Wajar 10 20.83

Kurang Wajar 8 16.67

Tidak Wajar 0 0.00

(52)

0 5 10 15 20 25 30 35

Sangat Wajar Wajar Cukup Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar

Tingkat Kewajaran Harga Minyak Goreng

Fr

ek

ue

ns

i

Gambar 4.25 Tingkat Kewajaran Harga Minyak Goreng

d.Telur

Tabel 4.26 Distribusi Frekuensi Tingkat Kewajaran Kenaikan Harga Telur

Tingkat Kewajaran Harga

Telur F

Proporsi ( %)

Sangat Wajar 0 0.00

Wajar 25 52.08

Cukup Wajar 14 29.17

Kurang Wajar 9 18.75

Tidak Wajar 0 0.00

(53)

0 5 10 15 20 25 30

Sangat Wajar Wajar Cukup Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar

Tingkat Kewajaran Harga Telur

Fr

ek

ue

ns

i

Gambar 4.26 Tingkat Kewajaran Harga Telur

e.Tepung

Tabel 4.27 Distribusi Frekuensi Tingkat Kewajaran Kenaikan Harga Tepung

Tingkat Kewajaran Harga

Tepung F

Proporsi ( %)

Sangat Wajar 0 0.00

Wajar 23 47.92

Cukup Wajar 13 27.08

Kurang Wajar 12 25.00

Tidak Wajar 0 0.00

(54)

0 5 10 15 20 25

Sangat Wajar Wajar Cukup Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar

Tingkat Kewajaran Harga Tepung

Fr

ek

ue

ns

i

Gambar 4.27 Tingkat Kewajaran Harga Tepung

f. Daging/Ikan

Tabel 4.28 Distribusi Frekuensi Tingkat Kewajaran Kenaikan Harga Daging/Ikan

Tingkat Kewajaran Harga

Daging/Ikan F

Proporsi ( %)

Sangat Wajar 0 0.00

Wajar 8 16.67

Cukup Wajar 15 31.25

Kurang Wajar 16 33.33

Tidak Wajar 9 18.75

(55)

0 5 10 15 20

Sangat Wajar Wajar Cukup Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar

Tingkat Kewajaran Harga Daging/Ikan

Fr

ek

ue

ns

i

Gambar 4.28 Tingkat Kewajaran Harga Daging/Ikan

g. Jagung

Tabel 4.29 Distribusi Frekuensi Tingkat Kewajaran Kenaikan Harga Jagung

Tingkat Kewajaran Harga

Jagung F

Proporsi ( %)

Sangat Wajar 0 0.00

Wajar 4 8.33

Cukup Wajar 6 12.50

Kurang Wajar 21 43.75

Tidak Wajar 17 35.42

(56)

0 5 10 15 20 25

Sangat Wajar Wajar Cukup Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar

Tingkat Kewajaran Harga Jagung

Fr

ek

ue

ns

i

Gambar 4.29 Tingkat Kewajaran Harga Jagung

4.1.6.2 Tindakan Masyarakat terhadap Kenaikan Harga Sembako di Kelurahan Napitupulu Kabupaten Toba Samosir

a.Gula

Tabel 4.30 Distribusi Frekuensi Tindakan Masyarakat terhadap Kenaikan Harga Gula

Tindakan Responden Saat Gula Naik F Proporsi

( %)

Tetap membeli gula seperti biasa 19 39.58

Tetap membeli gula tetapi jarang 15 31.25

Tetap membeli gula dengan mengurangi pembelian kebutuhan lainnya 8 16.67 Tetap membeli gula dengan mengurangi jumlah pembeliannya 6 12.50

Tidak membeli gula 0 0.00

(57)

0 5 10 15 20

Tetap membeli

gula seperti biasagula tetapi jarangTetap membeli Tetap membeligula dengan

mengurangi pembelian kebutuhan lainnya

Tetap membeli gula dengan mengurangi

jumlah pembeliannya

Tidak membeli gula

Tindakan Responden Saat Gula Naik

Fre

ku

en

si

Gambar 4.30 Tindakan Masyarakat terhadap Kenaikan Harga Gula

[image:57.595.123.520.104.349.2]

b. Beras

Tabel 4.31 Distribusi Frekuensi Tindakan Masyarakat terhadap Kenaikan Harga Beras

Tindakan Responden Saat Beras Naik F Proporsi

( %)

Tetap membeli beras seperti biasa 43 89.58

Tetap membeli beras tetapi jarang 0 0.00

Tetap membeli beras dengan mengurangi pembelian kebutuhan lainnya 5 10.42 Tetap membeli beras dengan mengurangi jumlah pembeliannya 0 0.00

Tidak membeli beras 0 0.00

(58)

0 10 20 30 40 50

Tetap membeli beras seperti

biasa

Tetap membeli beras tetapi

jarang

Tetap membeli beras dengan mengurangi

pembelian kebutuhan lainnya

Tetap membeli beras dengan mengurangi

jumlah pembeliannya

Tidak membeli beras

Tindakan Responden Saat Beras Naik

Fr

ek

ue

ns

[image:58.595.116.518.100.367.2]

i

Gambar 4.31 Tindakan Masyarakat terhadap Kenaikan Harga Beras

c. Minyak Goreng

Tabel 4.32 Distribusi Frekuensi Tindakan Masyarakat terhadap Kenaikan Harga Minyak Goreng

Tindakan Responden Saat Minyak Goreng Naik F Proporsi ( %)

Tetap membeli minyak goreng seperti biasa 20 41.67

Tetap membeli minyak goreng tetapi jarang 5 10.42

Tetap membeli minyak goreng dengan mengurangi pembelian kebutuhan lainnya 13 27.08 Tetap membeli minyak goreng dengan mengurangi jumlah pembeliannya 10 20.83

Tidak membeli minyak goreng 0 0.00

(59)

0 10 20 30

Tetap membeli minyak goreng seperti biasa

Tetap membeli minyak goreng tetapi jarang

Tetap membeli minyak goreng

dengan mengurangi

pembelian kebutuhan lainnya

Tetap membeli minyak goreng

dengan mengurangi

jumlah pembeliannya

Tidak membeli minyak goreng

Tindakan Responden Saat Minyak Gireng Naik

Fr

ek

ue

ns

i

Gambar 4.32 Tindakan Masyarakat terhadap Kenaikan Harga Minyak Goreng

[image:59.595.121.518.105.412.2]

d. Telur

Tabel 4.33 Distribusi Frekuensi Tindakan Masyarakat terhadap Kenaikan Harga Telur

Tindakan Responden Saat Telur Naik F Proporsi

( %)

Tetap membeli telur seperti biasa 12 25.00

Tetap membeli telur tetapi jarang 10 20.83

Tetap membeli telur dengan mengurangi pembelian kebutuhan lainnya 8 16.67 Tetap membeli telur dengan mengurangi jumlah pembeliannya 18 37.50

Tidak membeli telur 0 0.00

(60)

0 10 20

Tetap membeli

telur seperti biasatelur tetapi jarangTetap membeli Tetap membelitelur dengan mengurangi

pembelian kebutuhan lainnya

Tetap membeli telur dengan

mengurangi jumlah pembeliannya

Tidak membeli telur

Tindakan Responden Saat Telur Naik

Fr

ek

ue

ns

i

Gambar 4.33 Tindakan Masyarakat terhadap Kenaikan Harga Telur

[image:60.595.120.516.100.344.2]

e. Tepung

Tabel 4.34 Distribusi Frekuensi Tindakan Masyarakat terhadap Kenaikan Harga Tepung

Tindakan Responden Saat Tepung Naik F Proporsi

( %)

Tetap membeli tepung seperti biasa 1 2.08

Tetap membeli tepung tetapi jarang 14 29.17

Tetap membeli tepung dengan mengurangi pembelian kebutuhan lainnya 5 10.42 Tetap membeli tepung dengan mengurangi jumlah pembeliannya 22 45.83

Tidak membeli tepung 6 12.50

(61)

0

10

20

30

Tetap membeli

tepung seperti

biasa

Tetap membeli

tepung tetapi

jarang

Tetap membeli

tepung dengan

mengurangi

pembelian

kebutuhan

lainnya

Tetap membeli

tepung dengan

mengurangi

jumlah

pembeliannya

Tidak membeli

tepung

Tindakan Responden Saat Tepung Naik

Fre

kue

[image:61.595.119.517.105.389.2]

nsi

Gambar 4.34 Tindakan Masyarakat terhadap Kenaikan Harga Tepung

f. Daging/Ikan

Tabel 4.35 Distribusi Frekuensi Tindakan Masyarakat terhadap Kenaikan Harga Daging/Ikan

Tindakan Responden Saat Daging/Ikan Naik F Proporsi ( %)

Tetap membeli daging/ikan seperti biasa 21 43.75

Tetap membeli daging/ikan tetapi jarang 6 12.50

Tetap membeli daging/ikan dengan mengurangi pembelian kebutuhan lainnya 12 25.00 Tetap membeli daging/ikan dengan mengurangi jumlah pembeliannya 9 18.75

Tidak membeli daging/ikan 0 0.00

(62)

0

10

20

30

Tetap membeli

daging/ikan

seperti biasa

Tetap membeli

daging/ikan tetapi

jarang

Tetap membeli

daging/ikan

dengan

mengurangi

pembelian

kebutuhan

lainnya

Tetap membeli

daging/ikan

dengan

mengurangi

jumlah

pembeliannya

Tidak membeli

daging/ikan

Tindakan Responden Saat Daging/Ikan Naik

Fre

ku

en

[image:62.595.120.534.108.388.2]

si

Gambar 4.35 Tindakan Masyarakat terhadap Kenaikan Harga Daging/Ikan

g. Jagung

Tabel 4.36 Distribusi Frekuensi Tindakan Masyarakat terhadap Kenaikan Harga Jagung

Tindakan Responden Saat Jagung Naik F Proporsi

( %)

Tetap membeli jagung seperti biasa 2 4.17

Tetap membeli jagung tetapi jarang 9 18.75

Tetap membeli jagung dengan mengurangi pembelian kebutuhan lainnya 5 10.42 Tetap membeli jagung dengan mengurangi jumlah pembeliannya 4 8.33

Tidak membeli jagung 28 58.33

(63)

0 10 20 30

Tetap membeli jagung seperti

biasa

Tetap membeli jagung tetapi

jarang

Tetap membeli jagung dengan

mengurangi pembelian kebutuhan lainnya

Tetap membeli jagung dengan

mengurangi jumlah pembeliannya

Tidak membeli jagung

Tindakan Responden Saat Jagung Naik

Fre

ku

en

si

Gambar 4.36 Tindakan Masyarakat terhadap Kenaikan Harga Jagung

4.1.6.3 Tingkat Pengaruh Kenaikan Harga Sembako di Kelurahan Napitupulu Kabupaten Toba Samosir

[image:63.595.120.517.104.363.2]

a. Gula

Tabel 4.37 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengaruh Kenaikan Harga Gula

Pengaruh Kenaikan Harga

Gula F

Proporsi ( %)

Sangat Berpengaruh 17 35.42

Berpengaruh 21 43.75

Cukup Berpengaruh 2 4.17

Kurang Berpengaruh 5 10.42

Tidak Berpengaruh 3 6.25

(64)

0 5 10 15 20 25

Sangat

Berpengaruh Berpengaruh BerpengaruhCukup BerpengaruhKurang BerpengaruhTidak

Pengaruh Kenaikan Harga Gula

Fr

ek

ue

ns

i

Gambar 4.37 Tingkat Pengaruh Kenaikan Harga Gula

b. Beras

Tabel 4.38 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengaruh Kenaikan Harga Beras

Pengaruh Kenaikan Harga

Beras F

Proporsi ( %)

Sangat Berpengaruh 31 64.58

Berpengaruh 12 25.00

Cukup Berpengaruh 5 10.42

Kurang Berpengaruh 0 0.00

Tidak Berpengaruh 0 0.00

(65)

0 5 10 15 20 25 30 35

Sangat

Berpengaruh Berpengaruh BerpengaruhCukup BerpengaruhKurang BerpengaruhTidak

Pengaruh Kenaikan Harga Beras

Fr

ek

ue

ns

i

[image:65.595.121.516.375.735.2]

Gambar 4.38 Tingkat Pengaruh Kenaikan Harga Beras c. Minyak Goreng

Tabel 4.39 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengaruh Kenaikan Harga Minyak Goreng

Pengaruh Kenaikan Harga

Minyak Goreng F

Proporsi ( %)

Sangat Berpengaruh 25 52.08

Berpengaruh 12 25.00

Cukup Berpengaruh 3 6.25

Kurang Berpengaruh 6 12.50

Tidak Berpengaruh 2 4.17

Total 48 100.00

0 5 10 15 20 25 30

Sangat

Berpengaruh Berpengaruh BerpengaruhCukup BerpengaruhKurang BerpengaruhTidak

Pengaruh Kenaikan Harga Minyak Goreng

Fr

ek

ue

ns

i

(66)
[image:66.595.117.520.179.540.2]

d. Telur

Tabel 4.40 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengaruh Kenaikan Harga Telur

Pengaruh Kenaikan Harga

Telur F

Proporsi ( %)

Sangat Berpengaruh 16 33.33

Berpengaruh 23 47.92

Cukup Berpengaruh 2 4.17

Kurang Berpengaruh 6 12.50

Tidak Berpengaruh 1 2.08

Total 48 100.00

0 5 10 15 20 25

Sangat

Berpengaruh Berpengaruh BerpengaruhCukup BerpengaruhKurang BerpengaruhTidak

Pengaruh Kenaikan Harga Telur

Fr

ek

ue

ns

i

Gambar 4.40 Tingkat Pengaruh Kenaikan Harga Telur

e. Tepung

Tabel 4.41 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengaruh Kenaikan Harga Tepung

Pengaruh Kenaikan Harga

(67)

Sangat Berpengaruh 11 22.92

Berpengaruh 15 31.25

Cukup Berpengaruh 6 12.50

Kurang Berpengaruh 9 18.75

Tidak Berpengaruh 7 14.58

Total 48 100.00

0 5 10 15 20

Sangat

Berpengaruh Berpengaruh BerpengaruhCukup BerpengaruhKurang BerpengaruhTidak

Pengaruh Kenaikan Harga Tepung

Fr

ek

ue

ns

i

[image:67.595.121.519.84.378.2]

Gambar 4.41 Tingkat Pengaruh Kenaikan Harga Tepung f. Daging/Ikan

Tabel 4.42 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengaruh Kenaikan Harga Daging/Ikan

Pengaruh Kenaikan Harga

Daging/Ikan F

Proporsi ( %)

Sangat Berpengaruh 17 35.42

Berpengaruh 26 54.17

Cukup Berpengaruh 2 4.17

Kurang Berpengaruh 3 6.25

Tidak Berpengaruh 0 0.00

(68)

0 5 10 15 20 25 30

Sangat

Berpengaruh Berpengaruh BerpengaruhCukup BerpengaruhKurang BerpengaruhTidak

Pengaruh Kenaikan Harga Daging/Ikan

Fr

ek

ue

ns

i

Gambar 4.42 Tingkat Pengaruh Kenaikan Harga Daging/Ikan

[image:68.595.119.515.97.273.2]

g Jagung

Tabel 4.43 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengaruh Kenaikan Harga Jagung

Pengaruh Kenaikan Harga

Jagung F

Proporsi ( %)

Sangat Berpengaruh 4 8.33

Berpengaruh 19 39.58

Cukup Berpengaruh 17 35.42

Kurang Berpengaruh 4 8.33

Tidak Berpengaruh 4 8.33

(69)

0 5 10 15 20

Sangat

Berpengaruh Berpengaruh BerpengaruhCukup BerpengaruhKurang BerpengaruhTidak

Pengaruh Kenaikan Harga Jagung

Fr

ek

ue

ns

i

Gambar 4.43 Tingkat Pengaruh Kenaikan Harga Jagung

4.2 Analisa Bivariate

Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui seberapa besar hubungan beberapa variabel yang independen antara satu variabel denga variabel lainnya. Pengujian dilakukan dengan Chi Square, Analisis Regresi, dan Analisis Korelasi.

4.2.1 Chi Square (X2)

Pengujian Chi Squre ( 2) adalah pengujian variabel yang independent, yaitu kita

menguji apakah variabel acak X mempunyai distribusi F(x) yang tertentu atau tidak. Kegunaan metode 2 ini ditujukan untuk menguji apakah ada perbedaan yang cukup

(70)

4.2.1.1 Tingkat Kebutuhan Masyarakat Berdasarkan Pekerjaan Masyarakat di Kelurahan Napitupulu Kabupaten Toba Samosir

1. Gula

Hipotesis:

H0: Tidak ada hubungan tingkat kebutuhan gula terhadap pekerjaan masyarakat.

H1: Ada hubungan tingkat kebutuhan gula terhadap pekerjaan masyarakat.

Tabel 4.44 Crosstab Tingkat Kebutuhan terhadap Gula Berdasarkan Pekerjaan Masyarakat

Pekerjaan

Tingkat Kebutuhan Gula Sangat

Butuh Butuh

Cukup Butuh

Kurang Butuh

Tidak

Butuh Total

PNS F 5 3 0 0 0 8

% 10.4% 6.3% .0% .0% .0% 16.7%

Petani F 2 3 5 2 0 12

% 4.2% 6.3% 10.4% 4.2% .0% 25.0%

Pegawai Swasta F 6 2 1 0 0 9

% 12.5% 4.2% 2.1% .0% .0% 18.8%

Wiraswasta F 9 6 4 0 0 19

% 18.9% 12.5% 8.3% .0% .0% 39.6%

Total F 22 14 10 2 0 48

% 45.8% 29.2% 20.8% 4.2% .0% 100.0%

Dari hasil pengelolaan SPSS dengan = 0.05 di dapat:

2 hit

= 14.598

df = 9

p = 0.103

2 tab

(71)

2 hit < 2

tab

, H0 diterima, berarti tidak ada hubungan antara tingkat kebutuhan gula

dengan jenis pekerjaan masyarakat.

2. Beras

Hipotesis:

H0: Tidak ada hubungan tingkat kebutuhan beras terhadap pekerjaan masyarakat.

H1: Ada hubungan tingkat kebutuhan beras terhadap pekerjaan masyarakat.

Tabel 4.45 Crosstab Tingkat Kebutuhan terhadap Beras Berdasarkan Pekerjaan Masyarakat

Pekerjaan

Tingkat Kebutuhan Beras Sangat

Butuh Butuh

Cukup Butuh

Kurang Butuh

Tidak

Butuh Total

PNS F 8 0 0 0 0 8

% 16.7% .0% .0% .0% .0% 16.7%

Petani F 10 2 0 0 0 12

% 20.8% 4.2% .0% .0% .0% 25.0%

Pegawai Swasta F 7 2 0 0 0 9

% 14.6% 4.2% .0% .0% .0% 18.8%

Wiraswasta F 15 4 0 0 0 19

% 31.35 8.3% .0% .0% .0% 39.6%

Total F 40 8 0 0 0 48

% 83.3% 16.7% .0% .0% .0% 100.0%

Dari hasil pengelolaan SPSS dengan = 0.05 di dapat:

2 hit

= 2.063

df = 3

p = 0.559

2 tab

(72)

2 hit < 2

tab

, H0diterima, berarti tidak ada hubungan antara tingkat kebutuhan beras

dengan jenis pekerjaan masyarakat.

3. Minyak Goreng

Hipotesis:

H0: Tidak ada hubungan tingkat kebutuhan minyak goreng terhadap pekerjaan

masyarakat.

H1: Ada hubungan tingkat kebutuhan minyak goreng terhadap pekerjaan masyarakat.

Tabel 4.46 Crosstab Tingkat Kebutuhan terhadap Minyak Goreng Berdasarkan Pekerjaan Masyarakat

Pekerjaan

Tingkat Kebutuhan Minyak Goreng Sangat

Butuh Butuh

Cukup Butuh

Kurang Butuh

Tidak

Butuh Total

PNS F 6 2 0 0 0 8

% 12.5% 4.2% .0% .0% .0% 16.7%

Petani F 6 2 4 0 0 12

% 12.5% 4.2% 8.3% .0% .0% 25.0%

Pegawai Swasta F 7 1 1 0 0 9

% 14.6% 2.1% 2.1% .0% .0% 18.8%

Wiraswasta F 3 13 3 0 0 19

% 6.3% 27.1% 6.3% .0% .0% 39.6%

Total F 22 18 8 0 0 48

% 458% 37.5% 16.7% .0% .0% 100.0%

Dari hasil pengelolaan SPSS dengan = 0.05 di dapat:

2

(73)

df = 6

p = 0.004

2 tab

= 12.592

2 hit > 2

tab

, H0ditolak, berarti ada hubungan antara tingkat kebutuhan minyak goreng

dengan jenis pekerjaan masyarakat.

4. Minyak Tanah

Hipotesis:

H0: Tidak ada hubungan tingkat kebutuhan minyak tanah terhadap pekerjaan

masyarakat.

H1: Ada hubungan tingkat kebutuhan minyak tanah terhadap pekerjaan masyarakat.

Tabel 4.47 Crosstab Tingkat Kebutuhan terhadap Minyak Tanah Berdasarkan Pekerjaan Masyarakat

Pekerjaan

Tingkat Kebutuhan Minyak Tanah Sangat

Butuh Butuh

Cukup Butuh

Kurang Butuh

Tidak

Butuh Total

PNS F 4 2 1 0 1 8

% 8.3% 4.2% 2.1% .0% 2.1% 16.7%

Petani F 7 2 3 0 0 12

% 14.7% 4.2% 6.3% .0% .0% 25.0%

Pegawai Swasta F 5 1 1 0 2 9

% 10.4% 2.1% 2.1% .0% 4.2% 18.8%

Wiraswasta F 4 11 3 0 1 19

% 8.3% 22.9% 6.3% .0% 2.1% 39.6%

Total F 20 16 8 0 4 48

(74)

Dari hasil pengelolaan SPSS dengan = 0.05 di dapat:

2 hit

= 13.450

df = 9

p = 0.143

2 tab

= 16.919

2 hit < 2

tab

, H0diterima, berarti tidak ada hubungan antara tingkat kebutuhan minyak

tanah dengan jenis pekerjaan masyarakat.

5. Susu

Hipotesis:

H0: Tidak ada hubungan tingkat kebutuhan susu terhadap pekerjaan masyarakat.

H1: Ada hubungan tingkat kebutuhan susu terhadap pekerjaan masyarakat.

Tabel 4.48 Crosstab Tingkat Kebutuhan terhadap Susu Berdasarkan Pekerjaan Masyarakat

Pekerjaan

Tingkat Kebutuhan Susu Sangat

Butuh Butuh

Cukup Butuh

Kurang Butuh

Tidak

Butuh Total

PNS F 3 2 1 1 1 8

% 6.3% 4.2% 2.1% 2.1% 2.1% 16.7%

Petani F 1 3 2 3 3 12

% 2.1% 6.3% 4.2% 6.3% 6.3% 25.0%

Pegawai Swasta F 2 5 1 0 1 9

(75)

% 4.2% 20.8% 4.2% 8.3% 2.1% 39.6%

Total F 8 20 6 8 6 48

% 16.7% 41.7% 12.5% 16.7% 12.5% 100.0%

Dari hasil pengelolaan SPSS dengan = 0.05 di dapat:

2 hit

= 10.330

df = 12

p = 0.587

2 tab

= 21.026

2 hit < 2

tab

, H0 diterima, berarti tidak ada hubungan antara tingkat kebutuhan susu

dengan jenis pekerjaan masyarakat.

6. Telur

Hipotesis:

H0: Tidak ada hubungan tingkat kebutuhan telur terhadap pekerjaan masyarakat.

H1: Ada hubungan tingkat kebutuhan telur terhadap pekerjaan masyarakat.

Tabel 4.49 Crosstab Tingkat Kebutuhan terhadap Telur Berdasarkan Pekerjaan Masyarakat

Pekerjaan

Tingkat Kebutuhan Telur Sangat

Butuh Butuh

Cukup Butuh

Kura

Gambar

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jenis Pekerjaan Masyarakat
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Jumlah Anggota Keluarga
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Kebutuhan Beras
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Kebutuhan Minyak Tanah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh kenaikan harga bahan bakar minyak terhadap harga saham di Bursa Efek Jakarta?.. Objek penelitiannya adalah

Selain melihat dampak panen raya terhadap nilai tukar juga dapat dilihat bagaimana pola konsumsi rumah tangga akan bahan makanan seperti beras, ikan,. telur, minyak goreng, gula,

Hasil otput SPSS uji Beda Rata-Rata Konsumsi (beras, ikan, telur, minyak goreng, buah dan sayur) Non dan Saat panen raya.

Berkat Ridho Nya, peneliti akhirnya mampu menyelesaikan tugas proposal penelitian yang berjudul &#34; Dampak Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (Bbm) Terhadap Sembilan Bahan

Beberapa komponen kebutuhan pokok yang mengalami kenaikan harga antara lain adalah gula, bawang putih, bawang merah, telur, daging dan beberapa bahan pokok lainnya.. Tidak

Jurnal Pendidikan Tambusai 10653 Analisis Wacana Kritis Nourman Fairclough terhadap Jokowi yang Menyentil Menterinya Mengenai Kenaikan Harga Minyak Goreng Ariska Erawati1, Muhammad

1 DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK GORENG TERHADAP KELAYAKAN USAHA KERIPIK SINGKONG DI KECAMATAN BANJARMASIN BARAT Rizkiyah Nurhidayah1, Suslinawati2, Inda Ilma Ifada3 1Agribisnis,

Berdasarkan perhitungan rasio nilai tambah, usaha keripik singkong milik bapak Yusuf sebelum terjadinya kenaikan harga bahan baku dan minyak goreng termasuk kedalam kategori sedang,