DAFTAR PUSTAKA
1. McCabe JF. Anderson’s Applied Dental Materials. 6th ed. Oxford: Blackwell Scientific Publications, 1985: 126-33.
2. Ferrancane JL. Materials in Dentistry. 2nd ed. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins, 2001: 120-35.
3. Manappallil JJ. Basic Dental Materials. New Delhi: Jaypee brothers, 1998: 164-85. 4. Craig RG, Powers JW, Wataha JC. Denal Materials Property and Manipulation. 7th
ed. Missouri: Mosby, 2000: 79-93.
5. Combe EC. Notes on Dental Material. 5th ed. Edinburgh: Churchill Livingstone, 1986: 179-91.
6. Anusavice JK. Phillips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Terj. Budiman JA, Purwoko S. Jakarta: EGC, 2004: 301-40.
7. Smith BGN, Wright PS, Brown D. The Clinical Handling of Dental Materials.
Bristol: Wright, 1986:57-9, 150-55.
8. Simon WJ. Clinical Operative Dentistry. Philadelphia & London: W.B. Saunders
Company, 1961: 52-64.
9. Wilson HJ, Mansfield MA, Heath JR, Spence D. Dental Mechanics for Student. 8th ed. Edinburgh: Blackwell Scientific Publications, 1987: 561-70.
10.Phillips RW. Skinner’s Science of Dental Materials. 8th ed. Philadelphia: Saunders Company, 1982: 302-52.
12.Baum, Phillips, Lund. Buku Ajar Ilmu Bahan Konservasi Gigi. 3th ed. Terj. Rasinta T. Jakarta: EGC, 1997: 414-28.
13.Noort RV. Introduction to Dental Material. 3th ed. Toronto: Mosby, 2007:86-7. 14.Powers JM, Sakaguchi RL. Craig’s Restorative Dental Materials. 12th ed. Portland:
Mosby, 2006: 236-52.
15.Carter LM, Yaman Peter. Dental Instrument. Missouri: Mosby, 1981: 51-6.
16.Lussi AS, Buergin WB. A New Method to Measure the Condensation Pressure of Amalgam Under in vivo Condition. J Dent Res, 1987; 66(3): 737-9.
17.Jorgensen RB, Hero H. Hardening, Formation of Cracks and Adaptation of
Amalgam During Condensation. Dent Mater, 1988; 4(6): 360-6.
18.Mahler DB, Bryant RW. Microleakage of Amalgam Alloys: an Update. J Am Dent
Assoc: 1996; 127; 1351-56.
19.Calheiros FC, Ballester RY, Braga RR, Reis RM. Influence of Condensation
Method and Allot Type on Mercury Vapor Release and Residual Porosity of Dental Amalgam. Cient Odontol Brass, 2004; 7(4): 20-6.
20.Gjerdet NR, Hegdahl T. Porosity, Strength, and Mercury Content of Amalgam
BAB 3
KONDENSASI PADA DENTAL AMALGAM
3.1 Pengertian Kondensasi Amalgam
Kondensasi merupakan penekanan amalgam setelah triturasi pada kavitas gigi
yang sudah dipreparasi dengan menggunakan alat yang disebut condenser.1,4 Kondensasi amalgam bertujuan untuk mengadaptasikan amalgam ke dinding kavitas,
mengurangi jumlah merkuri yang berlebih, dan menghilangkan rongga pada amalgam
(voids).3,4,6
Kondensasi amalgam harus segera dilakukan setelah triturasi. Jika dilakukan
dalam tenggang waktu yang lama akan menyebabkan adaptasi yang tidak baik antara
amalgam dengan dinding kavitas, dan pengurangan jumlah merkuri yang berlebih
akan menjadi sulit. 5,6,8
3.2 Teknik Kondensasi Amalgam
Kondensasi amalgam dapat dilakukan secara manual atau dengan alat
mekanis, maupun dengan ultrasonic condenser.3,4,6,7 1. Kondensasi Manual
Setelah triturasi, amalgam dimasukkan kedalam kavitas yang sudah di
preparasi dengan menggunakan amalgam carrier. Setelah itu, segera dilakukan
kondensasi manual dengan menggunakan condenser dengan tekanan yang cukup (3-4
juga memiliki ujung bergerigi atau tidak bergerigi dan bentuk serta ukurannya
berbeda, seperti yang terlihat pada gambar 3.3,8 Bentuknya dapat berupa oval, bulan sabit, segi empat, segitiga, bulat, dan bujur sangkar.3 Pemilihan bentuk ujung condenser disesuaikan dengan daerah yang akan dikondensasi.6
Kondensasi ini dimulai dari bagian tengah yang kemudian digerak – gerakkan
sedikit demi sedikit ke arah dinding – dinding kavitas lapis demi lapis.3,6,8 Setelah lapisan pertama terlihat mengkilat, ini menunjukkan permukaan tersebut mengandung
mercury dalam jumlah yang cukup untuk menyerap lapisan berikutnya. Prosedur ini
dilanjutkan sampai bahan sedikit melebihi kavitas dimana bahan yang mengandung
kaya air raksa akan terdapat pada permukaan lapisan terakhir. Kelebihan ini akan
dibuang pada proses carving.6
Macrocut alloy dan lathe-cut alloy di indikasikan untuk dikondensasikan
secara manual. Selama kondensasi dilakukan, maka alloy ini akan tertekan menuju ke
bagian paling bawah kavitas.4
Gambar 3. Pemampat yang halus dan bergerigi. Pemampat bergerigi ”menggigit” bahan dengan lebih baik, sedangkan pemampat yang
(a) (b)
2. Kondensasi Mekanis
Prosedur dan prinsip dari kondensasi mekanis sama dengan kondensasi
manual, namun perbedaannya adalah kondensasi mekanis dilakukan dengan
menggunakan alat otomatis.6 Alat otomatis ini akan memberikan getaran pada amalgam.3-5,8 Salah satu contoh condenser mekanis adalah Hollenback Pneumatic, seperti yang terlihat pada gambar 4a. Hollenback Pneumatic ini diaplikasikan dengan
menggunakan point seperti yang terlihat pada gambar 4b. 8
Alloy spherical lebih diutamakan untuk menggunakan kondensasi mekanis.
Alloy spherical memiliki bentuk yang plastis dan membutuhkan condenser yang
besar atau tekanan yang lebih rendah daripada alloy lathe-cut.4,5,7 Karena alloy spherical bergerak ketika dikenakan condenser sehingga akan lebih efisien untuk
menggunakan point berukuran besar yang akan mendorong alloy ke segala arah.2,3 Ketika condenser dengan tekanan yang kuat pada alloy spherical ini, partikelnya akan
berpindah satu sama lain, point condenser akan menembus bahan amalgam sehingga
menyebabkan amalgam tidak beradaptasi baik pada dinding kavitas.2,14
Mekanikal kondensasi lebih mudah digunakan dan mempercepat proses
manipulasi amalgam.15 Kerugian mekanikal kondensasi ini adalah beresiko mengalami kerusakan tepi enamel dan menimbulkan perasaan tidak nyaman pada
pasien oleh karena getaran yang dihasilkan mekanikal kondenser.13
3. Ultrasonic Condenser
Ultrasonic condenser pada awalnya dipergunakan oleh Karlstrom pada tahun
1957 untuk mengurangi rasa ketidaknyamanan terhadap getaran yang dihasilkan alat
mekanikal kondensasi, dimana getaran yang dihasilkan ultrasonic condenser hampir
tidak dirasakan oleh pasien.11 Namun pemakaian ultrasonic condenser sebaiknya dihindarkan karena dapat menyebabkan peningkatan temperatur dan penguapan
3.3 Tekanan Kondensasi Amalgam
Tekanan yang dianjurkan selama kondensasi adalah 1 – 50 N atau 3 – 4 pon.9 Besar atau luas ujung condenser dan tekanan yang diberikan oleh operator akan
mempengaruhi besarnya tekanan yang terjadi pada kondensasi.1,6,9,11 Semakin kecil condenser akan semakin besar tekanan yang diberikan kepada amalgam.6 Setiap pengurangan diameter luas permukaan kondenser maka tekanan yang diberikan juga
harus berkurang, untuk menghindari penetrasi amalgam. Menurut Basker, Spence,
dan Wilson sebaiknya diameter permukaan point untuk alloy lathe-cut berkisar 1-2
mm.11 Sedangkan pada alloy spherical menggunakan point dengan diameter yang lebih besar.2,3 Menurut Mahler dan Mitchem, pada mekanikal kondensasi point dengan ukuran sedang diberikan tekanan 7 kg. 11
Selain itu, tekanan yang diberikan pada saat kondensasi tergantung pada
bentuk dan ukuran alloy.10 Sedangkan menurut Basker, Spence, dan Wilson tekanan kondensasi manual pada alloy lathe-cut mendekati 2 kg dan 1 kg untuk alloy
BAB 4
PENGARUH KONDENSASI PADA TAMBALAN AMALGAM
Kondensasi pada amalgam dapat mempengaruhi beberapa sifat amalgam,
seperti creep, kekuatan dan kekerasan.6 Selain itu kondensasi amalgam juga dapat mempengaruhi terjadinya microleakage, perubahan dimensi,dan terjadinya porositas
pada amalgam.1,2,7,8,9.10
3.1Creep
Creep didefinisikan sebagai geseran plastis yang bergantung waktu dari suatu
bahan dibawah muatan statis atau tekanan konstan.2,6,14 Creep merupakan salah satu standard kualitas amalgam berdasarkan ANSI/ADA Specification No. 1, dimana
tingkat creep amalgan maksimum 1%.14
Faktor – faktor yang menyebabkan creep adalah bentuk alloy dan efek dari
pemanipulasian amalgam. Untuk meningkatkan strength dan menurunkan creep
Hg/alloy rasio harus minimum, tekanan kondensasi maksimum untuk lathe-cut dan
admixed alloy. Kondensasi yang tertunda dapat meningkatkan creep.3 Jika creep alloy terlalu tinggi atau jika manipulasi cenderung mengakibatkan creep, potensi
terjadinya kerusakan tepi bertambah besar.14
Menurut penelitian Lussi dan Buergin, tekanan kondensasi dapat
mempengaruhi sifat amalgam. Sifat creep akan berkurang dan kekuatan akan
kondensasi menyebabkan keluarnya merkuri yang berlebih dari campuran sehingga
fase γ1 dan fase γ2 yang terbentuk berkurang.10 Keberadaan fase γ1 dan fase γ2 yang
rendah akan lebih kecil kemungkinan timbulnya creep.13
3.2Kekerasan
Kekerasan merupakan kemampuan suatu bahan untuk menahan tekanan yang
diberikan kepadanya dalam jangka waktu tertentu.5 Suatu bahan dikatakan semakin keras jika mampu menahan tekanan yang diberikan padanya. Amalgam terbukti
semakin keras jika penekanan kondensasi yang diberikan semakin meningkat.
Penekanan selama kondensasi amalgam akan meningkatkan kekerasan amalgam dan
akan mengadaptasikan amalgam ke dinding kavitas.17
3.3Kekuatan
Amalgam mempunyai kekuatan yang cukup besar sehingga dapat
mengimbangi kekuatan pengunyahan. Ada tiga macam kekuatan pada amalgam yaitu,
compressive strenght, tensile strenght, dan flexural strenght.
Faktor – faktor yang mempengaruhi kekuatan amalgam adalah tekanan
kondensasi, teknik kondensasi, dan bentuk partikel alloy amalgam yang
dipergunakan.6 Tekanan kondensasi yang kuat dapat menghasilkan compressive strength yang tinggi.3 Tekanan kondensasi yang tinggi akan mengurangi porositas dan mengeluarkan merkuri dari amalgam lathe-cut. Sebaliknya, amalgam spherical yang
Peningkatan tekanan kondensasi menyebabkan keluarnya merkuri yang berlebih dari
campuran sehingga fase γ1dan fase γ2 yang terbentuk berkurang.10
Teknik kondensasi yang baik akan mengeluarkan merkuri, dan akan
menghasilkan fase matriks dengan volume yang lebih kecil. Jika digunakan teknik
kondensasi tipikal dan logam campur lathe-cut, makin besar tekanan kondensasi,
makin tinggi kekuatan kompresinya. Teknik kondensasi yang baik akan memeras
merkuri dan menghasilkan fase matrik yang lebih kecil.6
3.4Microleakage
Microleakage digunakan untuk menggambarkan aliran cairan, bakteri, dan
komponen lainnya didalam ruang interfasial antara amalgam dan struktur gigi. Tipe
alloy, teknik dan tekanan kondensasi amalgam dapat mempengaruhi microleakage
yang terjadi pada tambalan amalgam. Alloy spherical merupakan alloy yang dapat
menimbulkan microleakage yang paling tinggi dari pada alloy yang lainnya. Tekanan
kondensasi yang tinggi akan mengurangi mikroleakage dan sebaliknya.18
3.5Perubahan Dimensional
Perubahan dimensi amalgam dapat berupa kontraksi dan ekspansi. Kontraksi
yang berlebihan dapat menyebabkan mikroleakage dan karies sekunder. Dan ekspansi
yang berlebihan dapat menyebabkan penekanan pada pulpa dan menyebabkan
postoperatif sensitifitas, serta menyebabkan protrussion restorasi.3,4,9
Faktor – faktor yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan dimensi
pemanipulasian amalgam seperti tekanan sewaktu kondensasi.1 Tekanan kondensasi yang terlalu kecil dapat menyebabkan terjadinya perubahan dimensi yang lebih besar.
Perubahan ekspansi yang lebih besar dapat menyebabkan protrussion restorasi.1,13 Tekanan kondensasi yang disalurkan pada saat kondensasi akan mengurangi jumlah
merkuri dan akan menyebabkan kontraksi dari amalgam yang pada saat bersamaan
amalgam mengalami ekspansi karena adanya kristal γ1.3,6
Ekspansi yang tertunda (delayed expansion) dapat terjadi selama kondensasi
pada alloy zinc yang terkontaminasi dengan cairan. Zinc dapat bereaksi dengan air
yang akan menghasilkan hidrogen. Hidrogen yang dihasilkan dapat menyebabkan
delayed expansion.1,3,13 Namun kontaminasi cairan setelah kondensasi tidak menyebabkan delayed expansion.3
3.6Porositas
Porositas dapat disebabkan oleh rasio Hg/alloy kurang tepat, triturasi, tekanan
kondensasi yang kurang baik, dan bentuk partikel. Teknik kondensasi dan tipe alloy
dapat mempengaruhi terjadinya porositas.3 Teknik kondensasi yang berbeda menghasilkan tingkat porositas yang berbeda. Ultrasonic condenser merupakan
teknik kondensasi yang dapat menyebabkan tingkat porositas amalgam paling tinggi.
Sementara kondensasi manual menyebabkan porositas amalgam paling kecil.19 Menurut penelitian Gjerdet dan Hegdahl pada tahun 1985 porositas dapat terjadi pada
BAB 5 KESIMPULAN
Dari hasil uraian yang terdapat pada bab terdahulu dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Amalgam merupakan campuran dari dua atau beberapa logam (alloy) yang salah
satunya adalah merkuri melalui suatu proses yang disebut amalgamasi.
2. Pemanipulasian amalgam meliputi triturasi, kondensasi, carving, dan polishing.
3. Kondensasi merupakan penekanan amalgam setelah triturasi pada kavitas gigi yang
sudah dipreparasi dengan menggunakan alat yang disebut condenser.
4. Kondensasi amalgam dapat dilakukan secara manual, dengan alat mekanis, maupun
dengan ultrasonic condenser.
5. Tekanan yang dianjurkan selama kondensasi adalah 1 – 50 N atau 3 – 4 pon.
6. Besar atau luas ujung condenser dan tekanan yang diberikan oleh operator akan
mempengaruhi besarnya tekanan yang terjadi pada kondensasi dimana semakin kecil
luas penampang condenser akan semakin besar tekanan yang diberikan kepada
amalgam .
7. Kondensasi pada amalgam dapat mempengaruhi beberapa sifat amalgam, seperti
creep, kekuatan dan kekerasan. Selain itu kondensasi amalgam juga dapat
mempengaruhi terjadinya microleakage, perubahan dimensi,dan terjadinya porositas
BAB 2
DENTAL AMALGAM
2.1 Pengertian Dental Amalgam
Amalgam merupakan campuran dari dua atau beberapa logam (alloy) yang
salah satunya adalah merkuri. Kata amalgam juga didefenisikan untuk
menggambarkan kombinasi atau campuran dari beberapa bahan seperti merkuri,
perak, timah, tembaga, dan lainnya. Dental amalgam sendiri adalah kombinasi alloy
dengan merkuri melalui suatu proses yang disebut amalgamasi.
Ketika powder alloy dan liquid merkuri dicampur, terjadi suatu reaksi kimia
yang menghasilkan dental amalgam yang berbentuk bahan restorasi keras dengan
warna perak abu – abu. 1-5
2.2 Klasifikasi Dental Amalgam
Amalgam dapat diklasifikasikan atas beberapa jenis yaitu :
1. Berdasarkan jumlah metal alloy, yaitu:3,5 a. Alloy binary, contohnya : silver-tin
b. Alloy tertinary, contohnya : silver-tin-copper
2. Berdasarkan ukuran alloy, yaitu:3,11 a. Microcut, dengan ukuran 10 – 30 µm.
b. Macrocut, dengan ukuran lebih besar dari 30 µ m.
3. Berdasarkan bentuk partikel alloy, yaitu:1,3,5,7 a. Alloy lathe-cut
Alloy ini memiliki bentuk yang tidak teratur, seperti yang terlihat pada
Gambar 1.1
b. Alloy spherical
Alloy spherical dibentuk melalui proses atomisasi.1,12 Dimana cairan alloy diatomisasi menjadi tetesan logam yang berbentuk bulat kecil,1,6,12 seperti yang
terlihat pada Gambar 2. Alloy ini tidak berbentuk bulat sempurna tetapi dapat juga
berbentuk persegi, tergantung pada teknik atomisasi dan pemadatan yang digunakan.6
c. Alloy spheroidal
Alloy spheroidal juga dibentuk melaui proses atomisasi.1
4. Berdasarkan kandungan tembaga1,2,3
Kandungan tembaga pada amalgam berguna untuk meningkatkan kekuatan
(strength), kekerasan (hardness), dan ekspansi saat pengerasan. Pembagian amalgam
berdasarkan kandungan tembaga yaitu:
a. Alloy rendah copper (low copper alloy)
Low copper alloy ini mengandung silver (68-70%), tin (26-27%), copper
(4-5%), zinc (0-1%).
b. Alloy tinggi copper (high copper alloy)
High copper alloy mengandung silver (40-70%), tin (22-30%), copper
(13-30%), zinc (0-1%). Alloy ini dapat diklasifikasikan sebagai:
a) Admixed/dispersi/blended alloys3,5,9,12
Alloy ini merupakan campuran spherical alloy dengan lathe-cut alloy dengan
komposisi yang berbeda yaitu high copper spherical alloy dengan low copper
lathe-cut alloy. Komposisi seluruhnya terdiri atas silver (69%), tin (17%), copper (13%),
zinc (1%).
b) Single composisition atau unicomposition alloys3
Tiap partikel dari alloy ini memiliki komposisi yang sama. Komposisi
seluruhnya terdiri atas silver (40-60%), tin (22-30%), copper (13-30%), zinc (0-4%).
5. Berdasarkan kandungan zinc1,3,5,6
a. Alloy mengandung seng: mengandung lebih dari 0.01% zinc.
b. Alloy bebas seng: mengandung kurang dari 0.01% zinc.
2.3 Komposisi dan fungsi unsur – unsur dental amalgam
Komposisi bahan restorasi dental amalgam terdiri dari perak, timah, tembaga,
merkuri, platinum, dan seng. Unsur – unsur kandungan bahan restorasi amalgam
tersebut memiliki fungsinya masing – masing, dimana sebagian diantaranya akan
dikombinasikan dengan perbandingan yang tepat. Pada Tabel 1 dapat dilihat
komposisi persentase berat kandungan alloy amalgam.
Tabel 1. KOMPOSISI DARI ALLOY AMALGAM1
Fungsi unsur – unsur kandungan bahan restorasi terdiri atas : 3 1. Silver
a. Memutihkan alloy
b. Menurunkan creep
c. Meningkatkan strength
d. Meningkatkan setting ekspansion
e. Meningkatkan resistensi terhadap tarnis
2. Tin
a. Mengurangi strength dan hardness
b. Menngendalikan reaksi antara perak dan merkuri. Tanpa timah reaksi
akan terlalu cepat terjadi dan setting ekspansi tidak dapat ditoleransi.
d. Mengurangi resistensi terhadap tarnis dan korosi
3. Copper
a. Meningkatkan ekspansi saat pengerasan
b. Meningkatkan strength dan hardness
4. Zinc
a. Zinc dapat menyebabkan terjadinya suatu ekspansi yang tertunda bila
campuran amalgam terkontaminasi oleh cairan selama proses pemanipulasiannya.
b. Dalam jumlah kecil, tidak dapat mempengaruhi reaksi pengerasan dan
sifat – sifat amalgam. Zinc berperan sebagai pembersih ataupun deoxidizer selama
proses pembuatannya, sehingga dapat mencegah oksidasi dari unsur – unsur penting
seperti silver, copper ataupun tin. Alloy yang dibuat tanpa zinc akan menjadi lebih
rapuh, sedangkan amalgam yang dibuat dengan penambahan zinc akan menjadi
kurang palstis.
5. Merkuri
Dalam beberapa merek, sejumlah kecil merkuri (sampai 3%) ditambahkan kedalam
alloy. Campuran yang terbentuk disebut dengan alloy pre-amalgamasi yang dapat
menghasilkan reaksi yang lebih cepat.
6. Palladium
a. Mengeraskan alloy
b. Memutihkan alloy
7. Platinum
b. Meningkatkan resistensi terhadap korosi
2.4. Pemanipulasian Amalgam
Pemanipulasian amalgam dilakukan dengan pencampuran alloy amalgam
dengan merkuri. Rasio powder alloy amalgam dengan merkuri yang biasa digunakan
adalah 1:1.3,6
Proses selanjutnya adalah triturasi yaitu pengadukan powder dengan liquid
yang dapat dilakukan secara manual menggunakan mortar dan pestle maupun secara
mekanis menggunakan amalgamator dan kapsul.1,3-5,8 Hasil dari proses triturasi adalah di dapatnya suatu massa plastis yang disebut amalgam.
Setelah triturasi, amalgam dimasukkan ke dalam kavitas dengan
menggunakan amalgam carrier dan dilanjutkan dengan kondensasi yaitu memberikan
tekanan pada amalgam yang dapat dilakukan secara manual maupun mekanikal.3 Kondensasi dilakukan agar terdapat kontak rapat dengan dinding kavitas dan merkuri
yang berlebih dapat dikeluarkan dari amalgam serta mencegah porositas pada
amalgam.2-5
Prosedur selanjutnya adalah carving yang dilakukan segera setelah
kondensasi. Jika terlambat dilakukan maka akan sulit untuk di carving, dan terjadi
kerusakan tepi.1,3 Carving bertujuan untuk mendapatkan kontur, kontak dan anatomi yang sesuai sehingga dapat mendukung kesehatan gigi dan jaringan lunak di
Setelah itu dilakukan pemolesan (polishing) dengan burnisher untuk
meminimalisir korosi dan mencegah perlekatan plak. Pemolesan dapat dilakukan 24
jam setelah penambalan atau setelah tambalan cukup kuat.3,8
2.5Reaksi Pengerasan Amalgam
Reaksi pengerasan terjadi setelah powder alloy amalgam dan liquid merkuri
tercampur dengan sempurna.1 Awalnya akan terjadi absorbsi merkuri ke dalam partikel, diikuti oleh pengkristalan senyawa Ag2Hg3 yang disebut γ sebagai fase
gamma satu dsn fase Sn8Hg yang disebut sebagai fase gamma 2. Kristal – kristal ini
membentuk pengerasan amalgam.11 Reaksi tersebut sebagai berikut:
1. Reaksi dengan menggunakan alloy binary :12
Perak-timah + Merkuri Perak-timah + Merkuri-perak + Timah merkuri
Ag3Sn Hg Ag3Sn Ag2Hg3 Sn8Hg
γ γ γ1 γ2
2. Reaksi dengan menggunakan alloy tertinary : 13
Ag-Sn-Cu + Hg Ag-Sn-Cu + γ1 + Cu6Sn5
Ketiga fase γ ini memiliki peranan dalam mengatur sifat amalgam. Komponen
yang paling kuat adalah γ, dan yang paling lemah adalah γ2. Oleh karena itu, γ2 lebih
rentan terhadap korosi daripada fase yang lainnya.
Setelah triturasi, kontraksi akan terjadi sampai 20 menit dengan
Pada saat γ1 semakin banyak, Kristal ini akan semakin bergesekan sehingga akan
menghasilkan tekanan ke arah luar yang akan melawan kontraksi. Selama bergesekan
terdapat liquid merkuri yang cukup untuk menyediakan tempat plastis agar kristal
tersusun rapat, ini disebut fase matrix.1,3,10
2.6 Pemakaian Dental Amalgam
Beberapa kegunaan bahan restorasi dental amalgam adalah sebagai berikut :
a. Sebagai bahan restorasi permanen pada kavitas klas I, klas II, dan klas V dimana
faktor estetis bukanlah suatu hal yang penting.
b. Dapat dikombinasikan dengan pin retentif untuk menempatkan mahkota.
c. Dipergunakan dalam pembuatan die.
d. Sebagai bahan pengisian saluran akar retrograde.
e. Dilihat dari segi biokompatibilitasnya, amalgam memiliki adaptasi yang cukup baik
BAB 1 PENDAHULUAN
Amalgam adalah campuran dari dua atau beberapa logam (alloy) yang salah
satunya adalah merkuri. Pada dasarnya dental amalgam terdiri dari merkuri (Hg),
perak (Ag), timah (Sn), tembaga (Cu), dan bahan – bahan lainnya.1-4 Amalgam merupakan pilihan untuk restorasi gigi posterior.5 Karakteristik amalgam yang lain adalah pemakaiannya dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama, mudah di
manipulasikan dan harganya relatif murah.4 Amalgam merupakan bahan restorasi yang paling kuat dalam penggunaannya dibandingkan bahan restorasi lainnya.3,5
Pemanipulasian amalgam meliputi triturasi, kondensasi, carving, dan
polishing.1-5 Kondensasi amalgam bertujuan untuk mengadaptasikan amalgam ke dinding kavitas, mengurangi jumlah merkuri yang berlebih, dan menghilangkan
rongga amalgam (voids) sehingga tercapai kepadatan maksimal.3,4,6 Kondensasi amalgam dapat dilakukan secara manual atau dengan alat mekanis. 3,4,6,7 Kondensasi manual dilakukan dengan menggunakan condenser dimana setiap condenser dipilih
sesuai dengan luas dan bentuk kavitas.3,8 Tekanan yang diberikan oleh operator akan mengatur besarnya tekanan pemadatan.6 Selain itu, luas ujung condenser dan tekanan yang diberikan oleh operator akan mengatur besarnya tekanan kondensasi.1,6,9 Kondensasi mekanis menggunakan alat otomatis yang dapat memberikan getaran
tertentu pada kavitas. 3,4,5,8
Amalgam memiliki sifat seperti fisik, mekanis, khemis, dan biologis yang
dental amalgam.1,6 Sifat fisik amalgam seperti creep, selain itu amalgam juga memiliki sifat mekanis yaitu kekuatan dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh cara –
cara kondensasi.6 Selain itu kondensasi amalgam juga dapat mempengaruhi terjadinya microleakage,1,9 perubahan dimensi,1,2,7-9 dan terjadinya porositas pada amalgam.10 Dalam skripsi ini akan dipaparkan mengenai pengertian kondensasi, teknik
kondensasi, tekanan kondensasi dan pengaruh kondensasi terhadap tambalan
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Material dan Teknologi
Kedokteran Gigi
Tahun 2009
Runi Syahriani Batubara
Kondensasi Pada Dental Amalgam
x + 24 halaman
Amalgam merupakan campuran dari dua atau beberapa logam (alloy) yang
salah satunya adalah merkuri. Kata amalgam juga didefenisikan untuk
menggambarkan kombinasi atau campuran dari beberapa bahan seperti merkuri,
perak, timah, tembaga, dan lainnya. Dental amalgam sendiri adalah kombinasi alloy
dengan merkuri melalui suatu proses yang disebut amalgamasi.
Pemanipulasian amalgam meliputi triturasi, kondensasi, carving, dan
polishing. Kondensasi merupakan penekanan amalgam setelah triturasi pada kavitas
gigi yang sudah dipreparasi dengan menggunakan alat yang disebut condenser.
Kondensasi amalgam bertujuan untuk mengadaptasikan amalgam ke dinding kavitas,
mengurangi jumlah merkuri yang berlebih, dan menghilangkan rongga pada amalgam
(voids). Kondensasi amalgam dapat dilakukan secara manual, dengan alat mekanis,
maupun dengan ultrasonic condenser. Tekanan yang dianjurkan selama kondensasi
adalah 1 – 50 N atau 3 – 4 pon.
Kondensasi pada amalgam dapat mempengaruhi beberapa sifat amalgam,
mempengaruhi terjadinya microleakage, perubahan dimensi,dan terjadinya porositas
pada amalgam.
KONDENSASI PADA DENTAL AMALGAM
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
RUNI SYAHRIANI BATUBARA
NIM : 050600150
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Material dan Teknologi
Kedokteran Gigi
Tahun 2009
Runi Syahriani Batubara
Kondensasi Pada Dental Amalgam
x + 24 halaman
Amalgam merupakan campuran dari dua atau beberapa logam (alloy) yang
salah satunya adalah merkuri. Kata amalgam juga didefenisikan untuk
menggambarkan kombinasi atau campuran dari beberapa bahan seperti merkuri,
perak, timah, tembaga, dan lainnya. Dental amalgam sendiri adalah kombinasi alloy
dengan merkuri melalui suatu proses yang disebut amalgamasi.
Pemanipulasian amalgam meliputi triturasi, kondensasi, carving, dan
polishing. Kondensasi merupakan penekanan amalgam setelah triturasi pada kavitas
gigi yang sudah dipreparasi dengan menggunakan alat yang disebut condenser.
Kondensasi amalgam bertujuan untuk mengadaptasikan amalgam ke dinding kavitas,
mengurangi jumlah merkuri yang berlebih, dan menghilangkan rongga pada amalgam
(voids). Kondensasi amalgam dapat dilakukan secara manual, dengan alat mekanis,
maupun dengan ultrasonic condenser. Tekanan yang dianjurkan selama kondensasi
adalah 1 – 50 N atau 3 – 4 pon.
Kondensasi pada amalgam dapat mempengaruhi beberapa sifat amalgam,
mempengaruhi terjadinya microleakage, perubahan dimensi,dan terjadinya porositas
pada amalgam.
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 25 April 2009
Pembimbing : Tanda tangan
Sumadhi, drg, PhD ( )
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji
pada tanggal 30 April 2009
TIM PENGUJI
KETUA : Lasminda Syafiar, drg, M.Kes
ANGGOTA : 1. Sumadhi S., drg. PhD
2. Sitti Chadidjah AZ, drg
3. Rusfian, drg, M.Kes
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT, atas berkat dan rahmatNya
yang telah mengkaruniakan kesehatan dan kelapangan sehingga skripsi ini telah
selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Kedokteran Gigi.
Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bimbingan dan
pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Ismet Danial Nasution, drg, PhD, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.
2. H. Sumadhi S, drg, PhD, selaku pembimbing yang dengan sabar dan bersedia
meluangkan waktu dan pikiran, serta memberikan pengarahan dan bimbingan
kepada penulis sehingga skripsi dapat selesai.
3. Hj. Lasminda Syafiar, drg, M.Kes, selaku ketua Departemen Ilmu Material dan
Teknologi Kedokteran Gigi. Serta seluruh staf pengajar IMT (Hj. drg. Sitti
Chadidjah Az, drg. Rusfian, M.Kes) dan juga kepada Bang Mulyadi atas waktu
yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi
ini.
4. Cek Dara Manja, drg., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan
5. Ayahanda Drs. H. Syahrun Batubara, Ak, CPA dan Ibunda tercinta Hj. Doria
Hafni Lubis, drg, M.kes atas didikan, perjuangan dan kasih sayang serta doanya
yang selalu menyertai perjalanan hidup penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Abangku Roi Gusriansyah Batubara dan Kak Tukma
atas bantuan, dukungan dan doanya. Adik – adikku tersayang Rini Syahfriani
dan Rio Nurdiansyah atas dukungan, doa, dan kasih sayangnya.
6. Sahabatku, temanku, Dewi FKM, atas dukungan, motivasi, waktu, dan doanya.
Buat teman seperjuangan, sependeritaan, Suci, Lia, Ojha, Anggun, Dina, Linny,
Yulia, Bila, Ulfa, Ofni, Mira, Melisa, Dian, Ayak, Vina, Kak Eva, Kak Leni,
Bang Bima, Kak Vero atas dukungan dan bantuannya, serta teman – teman
stambuk 2005 yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan semoga skripsi
ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas,
pengembangan ilmu dan masyarakat.
Medan, 26 Maret 2009
Penulis,
DAFTAR ISI
2.5 Reaksi Pengerasan Dental Amalgam ... 10
2.6 Pemakaian Dental Amalgam ... 11
BAB 3 KONDENSASI PADA SENTAL AMALGAM... 12
3.1 Pengertian Dental Amalgam ... 12
3.3 Tekanan Kondensasi Amalgam ... 16
BAB 4 PENGARUH KONDENSASI PADA TAMBALAN AMALGAM ... 17
4.1 Creep ... 17
4.2 Kekerasan ... 18
4.3 Kekuatan ... 18
4.4 Mikroleakage ... 19
4.5 Perubahan Dimensi ... 19
4.6 Porositas ... 20
BAB 5 KESIMPULAN ... 21
DAFTAR PUSTAKA ... 22
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 : Partikel alloy amalgam lathe-cut (100x) ... 4
Gambar 2 : Partikel alloy amalgam spherical (500x) ... 5
Gambar 3 : Pemampat yang halus dan bergerigi. Pemampat bergerigi
”menggigit”
bahan dengan lebih baik, sedangkan pemampat yang halus
menggelincir diatas permukaan ... 13
Gambar 4 : a. Hollenback Pneumatic condenser ... 14
b. Hollenback dan Canon point condenser ... 14
LAMPIRAN
Halaman