BAB II
TINJAUAN UMUM TERHADAP MEDIA MASSA
A. Sejarah Perkembangan Media Massa
Media massa yang pertama lahir adalah media cetak.34 Dari segi perkembangannya para pakar sejarah mencatat bahwa kegiatan jurnalistik tampak dimulai pada zaman jayanya kerajaan Romawi Kuno saat di bawah kekuasaan Raja Julius Caisar.35 Sejak abad pertengahan di Eropa dikenal praktik pemberitaan berupa kirim-mengirim surat, antar biara, istana, dan antar para pangeran melalui perantaraan kurir.36 Setelah tumbuh perkembangan surat-menyurat antara kaum politisi, para cendekiawan, dan para pedagang, baik dengan rekan-rekannya di dalam negeri maupun di luar negeri, mulai timbul perbaikan terhadap ritme (keteraturan dan kepastian), kecepatan, dan keaktualan berita-beritanya.37 Selanjutnya surat-surat berita pedagang semacam itu menjadi surat perkabaran sekalipun masih dalam bentuk sederhana.38 Surat kabar merupakan media massa yang paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Sejarah telah mencatat keberadaan surat kabar dimulai sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johann Gutenberg di Jerman.39
34
Hari Wiryawan, Dasar-Dasar Hukum Media, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2007, hal 84
35
Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk, dan Kode Etik, Penerbit Nuansa, Bandung, 2010, hal 19
36
Ibid., hal 28
37
Ibid., hal 29
38
Ibid.,
39
Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2004, hal 99
tersebut juga bisa digunakan untuk mencetak surat kabar, namun surat kabar yang sederhana baru ditemukan di London tahun 1960.40
Era jurnalisme cetak berlangsung lama, dimulai dengan ditemukannya mesin cetak. Sebelumnya, peredaran naskah tertulis sangat terbatas sehingga penemuan mesin cetak benar-benar mengakhiri monopoli pengetahuan oleh kalangan tertentu saja.41 Selama berabad-abad media cetak menjadi satu-satunya alat pertukaran dan penyebaran informasi, gagasan dan hiburan, yang sekarang ini dilayani oleh aneka media komunikasi.42 Lalu terjadilah revolusi komunikasi di abad 19 dan 20 yang mendatangkan gambar bergerak (film) , radio dan televisi, yang bersama dengan media cetak menyebarkan informasi, gagasan, dan hiburan.43
Sebelum ditemukannya teknologi telekomunikasi, surat kabar adalah satu-satunya media yang disebut sebagai pers (press). Teknologi telekomunikasi pertama lahir tahun 1844 ketika Samuel Morse mengirimkan pesan melalui alat telegraph yang pertama dari Washington DC ke Baltimore, 24 Maret 1844.44 Penemuan ini kemudian disusul oleh Alexander Graham Bell, yang pada tahun 1876 untuk pertama kalinya mengirim pesan melalui pesawat telepon dengan kabel.45 Tidak lama kemudian ahli fisika Jerman Heinrich Rudolp Hertz menemukan bahwa energi dapat dikirim tanpa melalui kabel. Nama Hertz kemudian diabadikan dalam satuan gelombang radio.46
40
Hari Wiryawan, Op. Cit., hal 84
41
William L. Rivers, Jay W. Jensen, dan Theodore Peterson, Media Massa dan Masyarakat Modern, Edisi Kedua, Kencana, Jakarta, 2003, hal 17
42
Ibid.,
43
Ibid.,
44
Hari Wiryawan, Op. Cit., hal 85
45
Ibid., hal 86
46
Ibid.,
Marconi menemukan pula teknologi radio.47 Sedangkan sejarah pers di nusantara dimulai sejak abad ke-8 ketika Gubernur Jenderal Van Imhoff mendirikan
Bataviasche Nouvells tahun 1744, tiga abad setelah mesin cetak ditemukan oleh Gutenberg.48 Sekitar 90 tahun pertama, pers di nusantara disebut pers putih, karena pers yang ada diterbitkan dan dikelola oleh orang Belanda.49 Menginjak abad 19, terbit berbagai surat kabar lainnya yang kesemuanya masih dikelola oleh orang-orang Belanda untuk para pembaca orang-orang Belanda atau bangsa pribumi yang mengerti bahasa Belanda, yang pada umumnya merupakan kelompok kecil saja.50 Sekitar dua tahun kemudian, gubernur jenderal terpaksa membredelnya atas perintah para direktur VOC (Verenigde Oost-Indische Compagnie, Perserikatan Dagang Hindia Timur) dari Nederland yang menganggapnya “merugikan dan membayakan”.51 Surat kabar kedua setelah Bataviasche Nouvelles yaitu Het Vendu-Nieuws (Berita Lelang), yang pernah hidup pada 1776-1809 disensor ketat dan tidak boleh memuat “keterangan dalam negeri’.52
47
Ibid., hal 90
48
Ibid.,
49
Ibid.,
50
Haris AS Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature, Panduan Praktis Jurnalis Profesional, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2006, hal 19
51
Atmakusumah, Tuntutan Zaman Kebebasan Pers dan Ekspresi, Spasi & VHR Book, Jakarta, 2009, hal 6
52
B. Pengertian dan Pengaturan Hukum Media Massa
Media massa merupakan tempat untuk mempublikasikan berita.53 Media massa dapat diartikan sebagai segala bentuk media atau sarana komunikasi untuk menyalurkan dan mempublikasikan berita kepada publik atau masyarakat.54 Kata media massa terdiri dari dua kata yaitu “media” dan “massa”. Kata media dekat dengan pengertian “medium” yang berarti penengah atau penghubung. Sedangkan kata massa berarti sesuatu yang berhubungan dengan orang banyak.55 Sehingga dapat diartikan media massa adalah suatu lembaga netral yang berhubungan dengan orang banyak atau lembaga yang netral bagi semua kalangan atau masyarakat banyak.56 Dalam ilmu jurnalistik, media massa yang menyiarkan berita atau informasi disebut juga dengan istilah pers.57 Istilah pers, atau press berasal dari istilah latin pressus yang artinya adalah tekanan, tertekan, terhimpit, atau padat. Pers dalam kosakata Indonesia berasal dari bahasa Belanda yang mempunyai arti sama dengan bahasa Inggris “press” sebagai sebutan untuk alat cetak. Keberadaan pers dari terjemahan istilah ini pada umumnya adalah sebagai media penghimpit atau penekan dalam masyarakat.58 Jadi secara harafiah, kata pers atau press mengacu pada pengertian komunikasi yang dilakukan dengan perantaraan barang cetakan.59
1. Usaha percetakan dan penerbitan;
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pers diartikan sebagai:
53
Syarifudin Yunus, Op. Cit., hal 26
54
Ibid., hal 27
55
Hari Wiryawan, Op. Cit., hal 56
56
Ibid.,
57
Paryati Sudarman, Op. Cit., hal 6
58
Samsul Wahidin, Op. Cit., hal 35
59
2. Usaha pengumpulan dan penyiaran berita;
3. Penyiaran berita melalui surat kabar, majalah, dan radio; 4. Orang yang bergerak dalam penyiaran berita;
5. Medium penyiaran berita seperti surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film.60
Sedangkan dalam UU Pers Pasal 1 Angka 1 dinyatakan bahwa pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik yang meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.61 Berdasarkan uraian di atas, ada dua pengertian mengenai pers yaitu pers dalam arti kata sempit dan pers dalam arti kata luas. Pers dalam arti kata sempit yaitu yang menyangkut kegiatan komunikasi yang hanya dilakukan dengan perantaraan barang cetakan. Sedangkan pers dalam arti kata luas adalah yang menyangkut kegiatan komunikasi baik yang dilakukan dengan media cetak maupun dengan media elektronik, seperti radio, televisi, maupun internet.62
Pers tidak dapat dihindarkan dengan jurnalistik. Jurnalistik atau
journalisme berasal dari kata journal, yang artinya catatan harian, atau catatan mengenai kejadian sehari-hari. Journal berasal dari bahasa Latin diurnalis, yang artinya harian atau setiap hari. Dari perkataan itulah lahir kata jurnalist, yaitu
60
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1990, hal 675
61
Paryati Sudarman, Loc. Cit.,
62
orang yang melakukan pekerjaan jurnalistik.63 Dengan kata lain, pers sangat erat hubungannya dengan jurnalistik. Pers sebagai media komunikasi massa tidak akan berguna apabila semua sajiannya jauh dari prinsip-prinsip jurnalistik.64 Secara sempit pers merupakan suatu wadah atau baki penyajian karya jurnalistik yang berupa informasi, hiburan, ataupun keterangan dan penerangan. Sedangkan jurnalistiknya adalah merupakan kejuruan atau keahlian dalam mewujudkan informasi, hiburan, keterangan, atau penerangan itu dalam bentuk berita, tajuk, kritik, ulasan, ataupun artikel lainnya.65
Perbedaan antara jurnalistik dengan pers dapat dibedakan berdasarkan substansi aktivitasnya, yaitu jurnalistik lebih mengacu pada bentuk komunikasi yang mengarah pada aktivitas pencarian dan penulisan berita, sedangkan pers adalah media atau tempat berita dipublikasikan.66 Dengan demikian, jurnalistik pers berarti proses kegiatan mencari, menggali, mengumpulkan, mengolah, memuat, dan menyebarkan berita melalui media berskala pers yakni surat kabar, tabloid, atau majalah kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya. 67
Mengenai media massa maka dirasakan sangat perlu untuk dibuat peraturan hukum ataupun perangkat undang-undang agar media massa dapat bekerja sesuai dengan fungsinya. Hukum media adalah hukum yang mengatur tentang ketentuan-ketentuan media massa, sebagai alat komunikasi massa.68
63
Ibid., hal 15
64
Kustadi Suhandang, Op. Cit., hal 40
65
Ibid.,
66
Syarifudin Yunus, Op. Cit., hal 17
67
Haris AS Sumadiria, Op. Cit., hal 1
68
Hari Wiryawan, hal 132
manakala hak pribadi seseorang dirugikan maka terdapat mekanisme yang mengatur secara hukum untuk memulihkannya.69 Adapun peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai media massa adalah hukum penyiaran, hukum internet, dan hukum pers.70
Hukum penyiaran adalah hukum yang membahas aspek hukum yang berkaitan dengan media penyiaran yang meliputi radio, televisi, dan film.71
Kemudian mengenai internet sebagai salah satu bentuk media massa maka peraturannya dapat dilihat dalam hukum internet. Hukum internet adalah hukum yang berkaitan dengan ketentuan media internet, dan di beberapa negara hukum
cyber telah masuk ke dalam bagian hukum penyiaran.
Hukum penyiaran diatur dalam Undang-Undang No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran (yang untuk selanjutnya akan disebut dengan UU Penyiaran) dimana UU ini mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan penyiaran, baik fungsi dan tujuan penyiaran, lembaga penyiaran, peran masyarakat, serta sanksi-sanksi bagi pihak yang melanggar ketentuan yang diatur dalam UU tersebut.
72
Sedangkan mengenai hukum pers maka diasumsikan sebagai hukum pers cetak.73
Sumber-sumber hukum media agak berbeda jika dibandingkan dengan beberapa lapangan hukum lainnya yang keseluruhan pengaturannya terangkum dalam satu peraturan perundang-undangan tertentu. Dalam peraturan hukum bidang media tidak semuanya terkumpul dalam suatu undang-undang tertentu.74
69
Ibid., hal 152
70
Ibid., hal 131
71
Ibid.,
72
Ibid., hal 133
73
Ibid., hal 132
74
Karena lingkup hukum media yang luas maka dipandang perlu diklasifikasikan sumber hukum media dalam beberapa kelompok berdasarkan isi atau substansi permasalahan yang diatur yaitu sebagai berikut:
a. Sumber hukum media fundamental
Yaitu ketentuan-ketentuan hukum yang memuat suatu materi tentang aspek-aspek mendasar dari suatu media yang bermuatan ideologis-politis. Dalam hal ini sumber hukum fundamental adalah: 1). Undang-Undang Dasar 1945 (Perubahan)
2). TAP MPR RI No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia
3). Undang-Undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
4). Undang-Undang No. 9 tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum
5). Deklarasi Umum tentang Hak Asasi Manusia (General Declaration on Human Rights)
b. Hukum media fungsional
Yaitu sumber-sumber hukum media yang berisi peraturan perundang-undangan yang mengatur atau menjabarkan penggunaan atau fungsi dari hukum media fundamental. Sumber hukum fungsional di Indonesia adalah sebagai berikut:
3). Undang-Undang No. 8 tahun 1992 tentang Perfilman
4). Peraturan Pemerintah No. 53 tahun 2000 tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit 5). Peraturan Pemerintah No. 11 tahun 2005 tentang
Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Publik 6). Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 2005 tentang Lembaga
Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia
7). Peraturan Pemerintah No. 13 tahun 2005 tentang Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia
8). Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 15 tahun 2003 tentang Rencana Induk (Master Plan) Frekuensi Radio Penyelenggaraan Telekomunikasi Khusus untuk Keperluan Radio Siaran FM (Frekuensi Modulation) jo Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 15 tahun 2004
9). Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 27 tahun 2004 tentang Penetapan dan Tata Cara Pengalihan Kanal Frekuensi Radio bagi Penyelenggara Radio Siaran FM (Frekuensi Modulation)
10). Keputusan Menteri No. KM. 76 tahun 2003 tentang Master Plan Televisi Siaran Analog pada Pita Ultra High Frekuensi 11). Keputusan Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi No.
Pengalihan Kanal Frekuensi Radio bagi Penyelenggara Radio Siaran FM (Frekuensi Modulation).
12). Surat Keputusan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) No. 009/SK/KPI/8/2004 tentang Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS)
c. Hukum media struktural
Yaitu peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang suatu sektor tertentu yang tidak secara langsung mengatur tentang media, namun peraturan hukum itu secara materiil berdampak bagi kehidupan media massa, secara langsung atau tidak langsung. Yang termasuk dalam kelompok hukum media struktural yaitu:
1). Undang No. 1 tahun 1940 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
2). Undang-Undang No. 25 tahun 1992 tentang Koperasi
3). Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
4). Undang-Undang No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat
5). Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
6). Undang-Undang No. 39 tahun 1999 tentang Telekomunikasi 7). Undang-Undang No. 16 tahun 2001 tentang Yayasan
9). Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah75
Dalam penerapannya, hukum media struktural bila dianggap perlu bisa dibuat ketentuan khusus berkaitan dengan bidang media. Ketentuan tersebut akan menjadi peraturan lex specialis dari ketentuan dalam hukum media struktural. Maka selanjutnya bila muncul peraturan lex specialis baru mengenai media, maka ketentuan tersebut akan masuk dalam penggolongan hukum media fungsional.76
Media massa kini tidak dapat lagi dipisahkan dari kehidupan sehari-hari sebab media massa sudah menjadi kebutuhan hidup, baik media cetak maupun elektronik. Media massa yang kini digunakan oleh masyarakat bentuknya semakin beragam. Dalam dunia jurnalistik, media dikategorikan kedalam tiga jenis
C. Bentuk-Bentuk Media Massa
77
1. Media Cetak
, antara lain:
Jenis media cetak yang beredar di masyarakat sangat beragam. Jenis media cetak dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Surat Kabar
Surat kabar adalah media cetak yang diterbitkan secara berkala yang berupa lembaran-lembaran kertas yang relatif lebar dan tidak dijilid.78
75
Ibid.,
76
Ibid., hal 160
77
Syarifudin Yunus, Op. Cit., hal 27
78
Hari Wiryawan, Op. Cit., hal 62
surat kabar merupakan media massa cetak yang paling tua jika dibandingkan dengan media massa cetak lainnya, seperti majalah atau tabloid.79 Surat kabar adalah media cetak yang berisi berita, informasi, ataupun pendidikan yang terbit setiap hari, kecuali pada hari-hari tertentu seperti libur nasional. Berdasarkan daya edarnya, jenis-jenis surat kabar dapat digolongkan menjadi surat kabar internasional, nasional, dan lokal.80
b. Majalah
Majalah adalah media komunikasi yang menyajikan informasi (fakta dan peristiwa) secara lebih mendalam dan memiliki nilai aktualitas yang lebih lama.81 Majalah disebut juga bentuk lain dari media massa cetak yang memiliki segmentasi pasar tertentu.82
2. Media Elektronik Terbagi menjadi: a. Radio
Radio adalah buah perkembangan teknologi yang memungkinkan suara ditransmisikan secara serempak
79
Paryati Sudarman, Op. Cit., hal 10
80
Ibid., hal 11
81
Syarifudin Yunus, Op. Cit., hal 29
82
melalui gelombang radio di udara.83 Satu-satunya cara yang diandalkan radio untuk menyampaikan pesan adalah bunyi (sound).84 Radio tidak dilengkapi dengan kemampuan untuk menyampaikan pesan lewat gambar sehingga untuk membayangkan kejadian sesungguhnya, orang pada dasarnya menggunakan teater imajinasinya sendiri.85 Musik menjadi unsur yang tidak terpisahkan dari radio, bahkan untuk radio yang bersifat nonmusik.86
b. Televisi
Radio dan televisi termasuk media elektronik, sedangkan surat kabar termasuk media cetak karena menggunakan alat cetak (press).87 Radio dan televisi menggunakan media yang menguasai ruang tetapi tidak menguasai waktu, sedangkan media cetak menguasai waktu tetapi tidak menguasai ruang.88
Perkembangan internet di Indonesia memang seperti tidak terduga sebelumnya. Beberapa tahun yang lalu internet hanya dikenal oleh sebagian kecil orang yang mempunyai minat di bidang komputer. 3. Media online
83
Santi Indra Astuti, Jurnalisme Radio, Teori dan Praktik, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2008, hal 39
84
Ibid., hal 40
85
Ibid.,
86
Ibid., hal 46
87
Helena Olii, Berita dan Informasi, Jurnalistik Radio, Indeks, Jakarta, 2007, hal 178
88
Namun, dalam tahun-tahun terakhir ini penggunaan jasa internet meningkat secara sangat pesat, meski ada pendapat yang mengatakan bahwa kebanyakan pengguna internet di Indonesia baru sebatas untuk hiburan dan percobaan.89
Jaringan internet terdiri dari LAN (local area network atau jaringan wilayah lokal), menghubungkan dua atau lebih komputer, biasanya berada dalam suatu gedung yang sama, dan WAN (wide area
network), menghubungkan beberapa LAN pada lokasi yang
berbeda.90
Berbagai informasi bisa didapatkan di internet, mulai dari informasi ekonomi, bisnis, pendidikan, hiburan, dan lain-lain.91
Bagi media cetak, sebagian besar fungsi-fungsi yang dijalankan oleh media cetak dijalankan oleh pers, karena bagian terbesar media cetak adalah hasil karya pers yang disebut dengan karya jurnalistik.
D. Fungsi dan Peranan Media Massa dalam Masyarakat
92
Berdasarkan Pasal 3 UU Pers, dikatakan bahwa fungsi pers adalah sebagai media informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial, serta memperjuangkan keadilan dan kebenaran.93
89
Asril Sitompul, Hukum Internet (Pengenalan Mengenai Masalah Hukum di Cyberspace), Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hal 1
90
Stanley J. Baran, Pengantar Komunikasi Massa Melek Media dan Budaya, Gelora Aksara Pratama, Jakarta, 2012, hal 394
91
Asril Sitompul, Op. Cit., hal 7
92
Hari Wiryawan, Op. Cit., hal 62
93
Prija Djatmika, Op. Cit., hal 11
Dalam konteks komunikasi, pers merupakan media massa yang berfungsi menyalurkan dan memperlancar sampainya pesan komunikasi kepada komunikan atau khalayak.94
Apa yang disiarkan oleh pers merupakan bimbingan cara berpikir bagi masyarakat yang belum memiliki kemampuan cara berpikir demikian. Ini berarti pula pers merupakan pelaksanaan mendidik untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat dan bangsanya.
2. Pes sebagai media pendidikan
95
Fungsi hiburan dari komunikasi yang dilaksanakan media massa pada umumnya dapat merangkap sekaligus sebagai sarana pelajaran dalam banyak bidang.
3. Pers sebagai media hiburan dan kontrol sosial
96
Para wartawan menuturkan kisah-kisah dunia dengan hidup dan menarik.97 Mereka juga menceritakan kisah yang lucu untuk diketahui meskipun kisah itu tidak terlalu penting.98
Sedangkan fungsi kontrol pers adalah masuk ke balik panggung kejadian untuk menyelidiki pekerjaan pemerintah atau perusahaan. Pers harus memberitakan apa yang berjalan baik dan tidak berjalan baik.99
94
Kustadi Suhandang, Op. Cit., hal 96
95
Ibid., hal 98
96
Andi Baso Mappatoto, Op. Cit., hal 7
97
Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Op. Cit.,, hal 28
98
Ibid., hal 28
99
Ibid., hal 27
dog). Pers melakukan kritik dan koreksi terhadap segala sesuatu yang menurutnya tidak beres dalam segala bidang persoalan.100
Peran media massa dalam pembangunan nasional merupakan agen pembaharu. Peran yang dapat dilakukannya berupa pembentukan pendapat masyarakat (umum) dalam mempercepat proses peralihan ke arah yang lebih baik. Utamanya, peralihan dari kebiasaan yang dapat menghambat pembangunan ke sikap baru yang tanggap pada pembaharuan.
4. Pers sebagai media yang memperjuangkan keadilan dan kebenaran
101
Dalam UU Pers dijelaskan bahwa media mempunyai peranan untuk melakukan kontrol sosial, pengawasan untuk mencegah terjadinya penyelewengan dan penyalahgunaan.102
100
Prija Djatmika, Op. Cit., hal 13
101
Mondry M., Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, Ghalia Indonesia, Bogor, 2008, hal 84
102
Aidir Amin Daud, Membangun Optimalisasi Kebebasan Pers di Tengah Konservatisme Penegakan Hukum, Jurnal Ilmiah Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan, vol. 2 No. 2, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, Jakarta, 2008, hal 19
Pasal 6 UU Pers dinyatakan pers nasional melaksanakan peranannya sebagai berikut:
a. Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui;
b. Menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum;
c. Menegakkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat, dan benar;
e. Memperjuangkan keadilan dan kebenaran.103
Karena pengaruhnya terhadap massa dalam membentuk opini publik, maka media massa disebut sebagai kekuatan keempat atau the fourth estate disamping kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Kehadiran pers dimaksudkan untuk mengawasi atau mengontrol kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif agar kekuasaan mereka tidak menjadi korup dan absolut.104 Konsep the fourth estate
berpandangan bahwa media massa melakukan pelayanan dan komunikasi dengan publik secara rutin, setiap hari. Sementara politisi berkomunikasi dengan konstituennya hanya secara periodik dengan rentang waktu yang lama. Karena itu, adalah wajar bila media massa dianggap sebagai wakil dari masyarakat yang harus diakui oleh pemerintah.105
1). Institusi pencerahan masyarakat, melalui perannya sebagai media edukasi. Bagi masyarakat, pers adalah watcher, teacher, and forum
(pengamat, guru, dan forum). Pers setiap hari melaporkan berita, memberikan tinjauan atau analisis atas berbagai peristiwa dan kecenderungan yang terjadi, serta ikut berperan dalam mewariskan Media massa harus bertindak sebagai institusi yang berperan sebagai agent
of change yang menjadi lembaga pelopor perubahan masyarakat. Dalam
menjalankan paradigma utama media massa tersebut maka media massa berperan sebagai berikut:
103
Edy Susanto, Mohammad Taufik Makarao, dan Hamid Syamsudin, Hukum Pers di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hal 54
104
Haris AS Sumadiria, Op. Cit., hal 33
105
nilai-nilai luhur universal, nilai-nilai dasar nasional, dan kandungan budaya-budaya lokal dari satu generasi ke generasi berikutnya secara estafet.106
2). Menjadi media informasi kepada masyarakat. Fungsi ini disebut juga sebagai fungsi informatif yaitu merupakan fungsi memberi informasi melalui berita secara teratur kepada khalayak. Pers menghimpun berita yang dianggap berguna dan penting bagi orang banyak dan kemudian menulisnya.107
3). Media massa sebagai media hiburan. Media massa harus mampu menjadi wahana rekreasi yang menyenangkan dan menghibur bagi masyarakat dengan menyajikan hiburan serta juga berperan sebagai institusi budaya dimana dengan adanya media massa diharapkan dapat mengembangkan kebudayaan kepada masyarakat dan mencegah berkembangnya budaya dari luar yang bersifat negatif yang akan merusak moral bangsa.108
Pers sebagai lembaga masyarakat yang bekerja sebagai produsen jurnalistik, juga merupakan media komunikasi massa yang menjembatani kelancaran masyarakat dalam memahami segala peristiwa yang terjadi di alam semesta ini.109
106
Haris AS. Sumadiria, Op. Cit., hal 33
107
Mondry M, Op. Cit., hal 80
108
H.M Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2006, hal 85
109