• Tidak ada hasil yang ditemukan

Positioning Iklan Sabun Lux di Televisi terhadap Perilaku Siswi SMUN 2 Medan Dalam Membeli Sabun Lux

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Positioning Iklan Sabun Lux di Televisi terhadap Perilaku Siswi SMUN 2 Medan Dalam Membeli Sabun Lux"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

“ Positioning Iklan Sabun LUX di Televisi

Terhadap Perilaku Siswi SMUN 2 Medan Dalam Membeli Sabun Lux“

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Diajukan Oleh :

Sunita Nawang Palupi

040904048

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAKSI

Skripsi ini membahas pengaruh kosep Positioning yang diterapkan oleh sebuah iklan terhadap perilaku membeli. Konsep Positioning disini digunakan oleh PT. Unilever dalam salah satu produk sabunnya yaitu Lux yang diiklankan ditelevisi. Subjek penelitian yang dipilih adalah siswi-siswi SMUN 2 Medan khususnya Kelas X dan Kelas XI, dimana kelas X berjumlah 10 kelas dan kelas XI berjumlah 10 kelas IA dan 2 kelas IS. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yaitu “ Sejauhmanakah Positioning dalam iklan sabun Lux di televisi berpengaruh dalam meningkatkan pembelian sabun Lux di kalangan siswi SMUN 2 Medan? “. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara strategi Positioning Sabun Lux dan perilaku siswi dalam membeli sabun Lux, untuk mengetahui sejauhmana penerapan konsep Positioning sabun Lux dapat efektif dalam menumbuhkan perilaku siswi untuk membeli sabun Lux serta untuk mengetahui efektifitas media televisi dalam menayangkan Iklan sabun Lux.

Teori yang digunakan untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian ini yakni komunikasi dan komunikasi massa, periklanan, positioning dan konsep perilaku membeli. Model yang digunakan yaitu model S-O-R (Stimulus-Organism-Response). Sedangkan metode penelitian yang digunakan ialah metode korelasional. Adapun pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Total Sampling dan didapat jumlah sampel 73 responden yang terbagi dalam 2 kelas yaitu kelas X dan kelas XI angkatan 2007-2008 dan 2006-2007 yang terdapat di SMUN 2 Medan. Penarikan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling. Data yang dikumpulkan dengan metode penelitian lapangan berupa penyebaran kuesioner dan melakukan wawancara, dan penelitian kepustakaan. Pengolahan data dalam tiga bentuk yaitu analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan pengujian hipotesa menggunakan rumus Korelasi Rank-Order yang dikemukakan oleh Spearman (Spearman’s Rho Rank-Order Correlations). Untuk menguji tingkat signifikansi korelasi digunakan rumus

t

test pada tingkat signifikansi 0,05

dan kuat lemahnya hubungan diukur dengan koefisien korelasi.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul

dari skripsi ini adalah “Positioning Iklan Sabun Lux di Televisi terhadap Perilaku Siswi

SMUN 2 Medan Dalam Membeli Sabun Lux”.

Pada kesempatan ini, penulis ingin berterima kasih kepada berbagai pihak yang

memiliki peran penting dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih yang tulus

dan penghargaan yang setinggi-tingginya, penulis haturkan kepada :

1. Ayahanda Harry dan Ibunda Kusminiati yang telah membesarkan, mendidik, dan

membimbing penulis dengan tulus juga dengan penuh kasih sayang, serta

menyekolahkan penulis dari mulai Taman Kanak-kanak sampai ke Perguruan

Tinggi.

2. Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan FISIP USU yang telah banyak

membantu penulis selama pembuatan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Amir Purba, MA selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi FISIP

USU yang selama ini telah membantu penulis dalam urusan perkuliahan.

4. Bapak Dr. Iskandar Z, MSi selaku Dosen Pembimbing yang telah mencurahkan

segenap ilmu, waktu, dan perhatiannya dalam penyelesaian skripsi ini. Terima

kasih banyak atas bantuannya.

5. Ibu Dra. Lusiana A. Lubis, MA selaku Dosen Wali penulis selama ini telah

(4)

6. Seluruh staf dosen dan adsministrasi di Departemen Ilmu Komunikasi yang telah

banyak membantu penulis. Kak Icut, Maya, dan Rotua makasih banyak ya.

7. Adik-adikku yang tersayang, Hira dan Rere.

8. Sahabat-sahabatku yang terbaik dan tersayang : Hilda, Nissa, Eka, Tisa, Grace,

Ferina, Anna Safitri, Riri, Titin, Yusi, Nova, Erik, Weni, Herdian, Javier, dan

Meidy terima kasih atas bantuan dan supportnya selama ini. Jaswant, akhirnya

selesai juga ya.. Sahabat-sahabat terbaikku sejak SMP Mira, Dodo, Nila, Erin dan

Iyank.

9. Mas Satria terima kasih atas dukungan dan motivasinya selama ini.

Akhir kata semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunia, berkah dan

rezeki kepada kita semua, dan peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

kita semua, amiiin.

Medan, 25 Agustus 2008

(5)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Masalah . . . 1

BAB II LANDASAN TEORI II. 1. Komunikasi dan Komunikasi Massa. . . 25

II. 2. Periklanan . . . 31

II. 3. Konsep Positioning . . . 36

II. 4. Konsep Perilaku Membeli . . . 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III. 1.Deskripsi Lokasi Penelitian . . . 44

(6)

IV. 3. 3. Minat Beli Siswi .. . . 65

IV. 4. Analisa Tabel Silang. . . 70

IV. 5. Pengujian Hipotesa . .. . . 76

IV. 6. Pembahasan. . . . 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V. 1. Kesimpulan . . . 81

V. 2. Saran. . . . .. . . 83

DAFTAR REFERENSI

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel IV. 23.Crosstabulation Frekuensi Menonton Iklan Sabun Lux Sehari * Menyebutkan Berbagai Versi Iklan .. . . 70

Tabel IV. 24 Crosstabulation Model Iklan Terhadap Ketertarikan Produk Dalam Iklan . . . . . . 72

Tabel IV. 25 Crosstabulation Tagline_Iklan Terhadap Ketidakpercayaan Pesan Dalam Iklan . . . . . . 73

Tabel IV. 26 Crosstabulation Kejelasan Isi Pesan Terhadap Minat Membeli.. . . 74

(8)

ABSTRAKSI

Skripsi ini membahas pengaruh kosep Positioning yang diterapkan oleh sebuah iklan terhadap perilaku membeli. Konsep Positioning disini digunakan oleh PT. Unilever dalam salah satu produk sabunnya yaitu Lux yang diiklankan ditelevisi. Subjek penelitian yang dipilih adalah siswi-siswi SMUN 2 Medan khususnya Kelas X dan Kelas XI, dimana kelas X berjumlah 10 kelas dan kelas XI berjumlah 10 kelas IA dan 2 kelas IS. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yaitu “ Sejauhmanakah Positioning dalam iklan sabun Lux di televisi berpengaruh dalam meningkatkan pembelian sabun Lux di kalangan siswi SMUN 2 Medan? “. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara strategi Positioning Sabun Lux dan perilaku siswi dalam membeli sabun Lux, untuk mengetahui sejauhmana penerapan konsep Positioning sabun Lux dapat efektif dalam menumbuhkan perilaku siswi untuk membeli sabun Lux serta untuk mengetahui efektifitas media televisi dalam menayangkan Iklan sabun Lux.

Teori yang digunakan untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian ini yakni komunikasi dan komunikasi massa, periklanan, positioning dan konsep perilaku membeli. Model yang digunakan yaitu model S-O-R (Stimulus-Organism-Response). Sedangkan metode penelitian yang digunakan ialah metode korelasional. Adapun pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Total Sampling dan didapat jumlah sampel 73 responden yang terbagi dalam 2 kelas yaitu kelas X dan kelas XI angkatan 2007-2008 dan 2006-2007 yang terdapat di SMUN 2 Medan. Penarikan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling. Data yang dikumpulkan dengan metode penelitian lapangan berupa penyebaran kuesioner dan melakukan wawancara, dan penelitian kepustakaan. Pengolahan data dalam tiga bentuk yaitu analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan pengujian hipotesa menggunakan rumus Korelasi Rank-Order yang dikemukakan oleh Spearman (Spearman’s Rho Rank-Order Correlations). Untuk menguji tingkat signifikansi korelasi digunakan rumus

t

test pada tingkat signifikansi 0,05

dan kuat lemahnya hubungan diukur dengan koefisien korelasi.

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

I.

1.

Latar Belakang

Teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang pesat dewasa ini telah

mendorong banga-bangsa di dunia memasuki era globalisasi, di mana tidak ada lagi

pembatas antarbangsa atau antarnegara. Dampak yang ditimbulkan oleh globalisasi

bekerja dengan keterkaitan tiga komponen yaitu informasi, kesadaran atau pengetahuan,

dan aksi. Televisi (TV) sebagai salah satu media elektronik yang mempunyai beberapa

keunggulan dalam hal media penyampai informasi ke khalayak dengan metode gambar

yang menarik tentunya.

Sebagai media komunikasi komersial, iklan merupakan wahana bagi produsen

untuk menggugah kesadaran dan memperlakukan calon konsumen agar bertindak sesuai

pesan yang disampaikan. Iklan dirancang untuk menarik kesadaran, menanamkan

informasi, mengembangkan sikap, serta mengharapkan adanya suatu tindakan dari calon

konsumennya yang menguntungkan produsen (pengiklan). Dalam perkembangannya

terdapat berbagai macam bentuk iklan di berbagai media massa, baik iklan visual, audio

maupun iklan audio visual yang kesemuannya itu bertujuan maximing profit bagi pemilik

faktor produksi. Dalam tampilan iklan yang muncul di berbagai media tersebut terdapat

berbagai macam tanda yang dibuat oleh pengiklan dalam usahanya untuk menarik minat

(10)

Konsumen maupun calon konsumen dipaksa untuk menerima informasi diluar

batas kemampuannya untuk menyimpan jutaan nama perusahaan, produk, merek, tempat,

nama orang, konsep satuan dan sebagainya. Begitu jenuhnya kepala manusia sehingga

tidak lagi dapat melakukan seleksi secara rasional. Akhirnya di kepala manusia,

nama-nama itu disusun menurut tangga-tangga. Dewasa ini muncul anggapan bahwa konsumen

lebih mementingkan merek ketimbang kualitas dari produk itu sendiri

(www.troutandpartner.com). Misalnya produk sabun, masing-masing produk sabun yang

beredar sekarang menawarkan formula-formula baru yang menurut produsennya tidak

memiliki sabun sebelumnya. Namun dari sekian banyak produk sabun yang beredar

hanya beberapa merek tertentu yang menguasai pasar.

Perilaku konsumen terhadap suatu produk dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain keyakinan konsumen terhadap produk yang bersangkutan, keyakinan terhadap

referensi serta pengalaman masa lalu konsumen. Berkaitan dengan keinginan konsumen

untuk membeli dikenal istilah minat beli. Minat beli merupakan bagian dari proses

menuju ke arah tindakan pembelian yang dilakukan oleh seorang konsumen. Hal ini

merupakan bagian dari kajian perilaku konsumen. Perilaku konsumen dalam pandangan

Winardi (1991: 141) dapat dirumuskan sebagai perilaku yang ditunjukkan oleh

orang-orang dalam hal merencanakan, membeli dan menggunakan barang-barang ekonomi dan

jasa-jasa. Dengan demikian perilaku konsumen terdiri dari aktivitas-aktivitas yang

melibatkan orang-orang sewaktu sedang menyeleksi, membeli dan menggunakan

produk-produk dan jasa-jasa, sedemikian rupa sehingga hal tersebut memenuhi

(11)

Sabun Lux pertama kali diperkenalkan di dunia pada tahun 1925 oleh Lever

bersaudara. Sedangkan untuk di Indonesia sendiri Lux diperkenalkan pada tahun 1986

dengan mengontrak bintang-bintang terkenal Indonesia sebagai bintang iklan produk in

(www.playwithbeauty-id.com). Sebut saja Okky Asokawati, Ida Iasha, Marissa Haque,

Nadya Hutagalung, Desy Ratnasari, Febby Febiola, Tamara Blezynski, Dian Sastro,

Mariana Renata, dan Luna Maya.

Tingginya tingkat polusi, iklim tropis khas Asia, teriknya sengatan matahari,

udara kering, pengaruh pendingin ruangan (Air Conditioner), dan air berklorin adalah

faktor utama perusak kelembaban tubuh. Selain faktor tersebut rutinitas yang telah kita

jalani setiap harinya juga dapat mengakibatkan tubuh terasa letih dan lelah sehingga

tubuh perlu mendapatkan kesegaran, ketenangan, dan kelembaban. Semua kebutuhan

tubuh kita tersebut dapat diperoleh dari sabun Lux, karena Lux dengan wewangian yang

khas aromatherapi yang dapat membuat tubuh terasa lebih relaks dan Lux juga

mengandung moisturizer yang melembutkan kulit.

Seiring dengan peluncuran produk sabun Lux yang dari tahun ke tahun terus

mengeluarkan varian dan wangi yang baru. Iklan sabun Lux juga disajikan berbeda dari

iklan sabun kebanyakan. Pada iklan umumnya model yang digunakan adalah model lokal

saja, sedangkan Lux selalu menggunakan model-model yang lebih global misalnya saja

duta sabun Lux sekarang adalah Aishwara Rai. Lux menampilkan produk lewat tagline

“Lux, Sabunnya Para Bintang” atau “Play With Your Beauty

Sabun Lux pemenang EXEM (experiential marketing and emotional branding)

Oktober lalu kini memimpin pasar sabun kecantikan di Indonesia, misalnya dari sisi

(12)

dari belasan merek sabun kecantikan yang beredar di pasaran. Kalau proses produksi

sabun Lux sudah terstandar dan juga mendapatkan akreditasi standar mutu, pabrik-pabrik

sabun lain juga telah meraihnya. Lebih-lebih kini teknologi produksi amat mudah disadap

dan dipelajari.. Namun, Lux unggul karena Unilever cerdik, dengan lebih dulu memulai

melakukan branding Lux secara emosional. Unilever secara konsisten menonjolkan

posisi sebagai sabun kecantikan bintang. Mulanya digunakan model

bintang-bintang internasional. Berikutnya, memanfaatkan bintang-bintang-bintang-bintang lokal pilihan. Dari

konsistensi pencitraan ini, Lux berhasil menggarap emosi konsumennya hingga tingkat

yang terdalam. Dan demi menjaga pencitraan itu, karena menyadari konsumen kini lebih

cerdas dan well-informed, Lux memulai slogan barunya dengan lebih masuk akal,

"Memahami Wanita Apa Adanya". Sungguh, suatu terobosan yang sangat meyakinkan.

Dengan tetap konsisten menggunakan bintang-bintang wanita tercantik di Indonesia

sebagai endorser iklan, ekuitas Lux tetap terpupuk baik, dan hubungan dengan

konsumennya masih terjalin erat. Sampai sekarang Lux berhasil bertahan sebagai

pemimpin pasar di segmen sabun kecantikan, dengan menguasai 23,5% dari total pasar

sabun nasional (www.geocities.com) .

Formula yang unik serta sajian iklan yang berusaha membujuk penonton untuk

membeli sabun ini dengan menggunakan model-model terkenal menjadikan iklan ini

menarik dan mudah diingat. Kedekatan siswi SMUN 2 Medan dengan produk ini ditandai

dengan hampir sebagian besar siswi mengenal iklan dan produk sabun Lux serta

mengetahui kata-kata dalam iklan tersebut yaitu “Play with Your Beauty”. Bahkan tidak

sedikit yang menggunakan produk sabun dengan merek Lux ini. Untuk itu peneliti

(13)

wanita tidak terlepas dari produk sabun dan cenderung lebih setia menggunakan suatu

produk secara konsisten serta memiliki ketertarikan dan pertimbangan khusus dalam

memilih produk.

Berdasarkan gambaran-gambaran tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti hal-hal

apa saja yang menjadi daya tarik dari suatu produk sabun yaitu merek Lux. Apakah

penggunaan positioning dalam berbagai versi iklan tersebut dapat mempengaruhi siswi

SMUN 2 Medan untuk membeli sabun Lux.

I. 2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : “ Sejauhmanakah Positioning dalam iklan sabun Lux di televisi

berpengaruh dalam meningkatkan pembelian sabun Lux di kalangan siswi SMUN 2

Medan? “

I. 3. Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas penelitian ini maka peneliti membuat pembatasan masalah

sebagai berikut :

a. Penelitian ini terbatas pada Iklan Sabun Lux di televisi swasta yang ada di

Indonesia (RCTI, SCTV, INDOSIAR, ANTEVE, GLOBAL TV, TRANS TV,

TV ONE dan TRANS 7).

b. Penelitian ini terbatas pada konsep Positioning yang digunakan oleh Sabun Lux.

c. Perilaku membeli yang dimaksudkan adalah tindakan untuk membeli suatu

(14)

d. Populasi dalam penelitian ini adalah siswi SMUN 2 Medan stambuk 2007-2008

dan 2006-2007 (kelas X dan kelas XI).

e. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei, Juni dan Juli.

I. 4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

I. 4. 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mencari hubungan antara strategi Positioning Sabun Lux dan perilaku

siswi dalam membeli sabun Lux.

b. Untuk mengetahui sejauhmana penerapan konsep Positioning Sabun Lux dapat

efektif dalam menumbuhkan perilaku siswi untuk membeli sabun Lux.

c. Untuk mengetahui efektifitas media televisi dalam menayangkan Iklan Sabun

Lux.

I. 4. 2. Manfaat Penelitian

a. Secara Teoritis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi khusunya mengenai

penayangan iklan tehadap minat beli siswi.

b. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan

penelitian di bidang Ilmu Komunikasi khususnya tentang Komunikasi Massa dan

Periklanan.

c. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

bagi produsen maupun perusahaan iklan serta bagi mahasiswa yang ingin

(15)

I. 5. Kerangka Teori

Kerangka teori disusun sebagai landasan berfikir yang menunjukkan dari sudut

mana masalah yang telah dipilih akan disoroti (Nawawi, 1995:40).

Kerlinger menyebutkan teori merupakan himpunan konstruk (konsep), definisi

dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan

menjabarkan relasi antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut

(Rakhmat, 2002:6). Dalam penelitian ini model teori yang dianggap relevan adalah teori

S-O-R.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan model S-O-R

(Stimulus-Organism-Respons). Model ini beranjak pada anggapan bahwa organisme menghasilkan perilaku

tertentu apabila ada kondisi stimulus/rangsangan informasi yang diterima pula. (Effendy,

1993 : 254).

S-O-R adalah singkatan dari Stimuls – Organism – Respons. Teori ini pada

dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, dimana efek merupakan reaksi

terhadap stimulus tertentu. Dengan demikian, seseorang dapat menjelaskan suatu kaitan

erat antara pesan-pesan media dan reaksi audience. Teori ini bermula dari ilmu psikologi

yang kemudian hari diadopsi oleh ilmu komunikasi, yaitu manusia yang jiwanya meliputi

komponen-komponen sikap, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi.

Adapun teori ini mengemukakan bahwa tingkah laku sosial dapat dimengerti

melalui suatu analisis dari suatu stimulus yang diberikan dan dapat mempengaruhi reaksi

yang spesifik dan didukung oleh hukuman maupun penghargaan sesuai dengan reaksi

yang terjadi. Dengan kata lain menurut Effendy efek yang ditimbulkan sesuai dengan

(16)

pula. Sehingga seseorang dapat mengaharapkan dan menyesuaikan anatara pesan dan

reaksi komunikan.

McQuail (1994 : 234) menjelaskan elemen-elemen utama dari teori ini adalah :

Stimuls (pesan), Organism (penerima pesan), dan Respon (efek). Model ini adalah dasar

Teori Jarum Suntik (Hipodermik) yang menjelaskan mengenai proses terjadinya efek

media massa yang sangat berpengaruh.

Dalam masyarakat, prinsip stimulus respon ini mengasumsikan bahwa pesan

informasi dipersiapkan oleh media dan didistribusikan secara sistematis dan dalam skala

yang luas. Sehingga secara serempak pesan tersebut dapat diterima oleh sejumlah besar

individu bukan ditujukan pada per orang. Kemudian sejumlah besar individu ini akan

merespon pesan informasi itu.

Berdasarkan uraian di atas, maka proses komunikasi dalam model S-O-R dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Stimulus Organism :

- Perhatian - Pengertian - Penerimaan

Respons

(Perilaku Membeli)

Gambar I.1

(17)

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa respon atau perubahan sikap tergantung

pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada

komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi dapat berlangsung jika

komunikan memberikan perhatian terhadap stimulus yang disampaikan kepadanya.

Sampai pada proses komunikan tersebut memikirkannya sehingga timbul pengertian dan

penerimaan atau mungkin sebaliknya. Setelah komunikan mengolah dan menerimanya,

maka akan terbentuk sikap.

Perilaku membeli merupakan tindakan untuk membeli suatu produk yang

dilakukan oleh seorang konsumen. Hal ini merupakan bagian dari kajian perilaku

konsumen. Dengan demikian perilaku konsumen terdiri dari aktivitas-aktivitas yang

melibatkan orang-orang sewaktu sedang menyeleksi, membeli dan menggunakan

produk-produk dan jasa-jasa, sedemikian rupa sehingga hal tersebut memenuhi

kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan mereka. Perilaku membeli dapat ditingkatkan dengan

memperhatikan pemasaran yang terdiri dari produk, harga, promosi dan juga distribusi

sehingga konsumen merasa tertarik untuk membeli produk tersebut.

Perubahan sikap yang terjadi dapat berupa perubahan kognitif, afektif, atau

behavioral. Dalam penelitian ini adalah iklan sabun Lux di televisi terhadap perilaku

siswi SMUN 2 Medan dalam membeli sabun Lux.

Model ini bilamana dikaitkan dengan penelitian yang dilakukan, yakni tentang

Positioning Iklan Sabun Lux di Televisi Terhadap Perilaku Siswi SMUN 2 Medan Dalam

(18)

Gambar I.2

Model S-O-R

(Positioning Iklan Sabun Lux di Televisi

Terhadap Perilaku Siswi SMUN 2 Medan dalam Membeli Sabun Lux)

Gambar di atas menerangkan bahwa Stimulus yang dimaksud adalah iklan sabun

Lux di Televisi. Organism atau sasaran dalam penelitian ini adalah siswi SMUN 2 Medan

yang telah diberikan rangsangan akan menarik perhatian dan memperoleh pengertian

hingga terjadi suatu penerimaan. Dan Respons yang dimaksud adalah perubahan yang

terjadi dalam perilaku siswi SMUN 2 Medan dalam membeli sabun Lux

Stimulus

Iklan sabun ”Lux”

di televisi

Respons

Perilaku membeli yang terjadi setelah adanya

iklan Sabun “Lux” di Televisi.

Organism

Muncul tanggapan dari penerima stimulus

(19)

Untuk memantapkan penjelasan di atas, peneliti mengemukakan model Harold D

Lasswell dengan formula sebagai berikut :

Who (siapa), Says What (pesan), In Which Channel (saluran apa), To Whom (kepada

siapa), With What Effect (pengaruhnya apa).

Berdasarkan formula ini, dalam proses komunikasi terdapat komponen-komponen

sebagai jawaban yang diajukan (komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek).

- Who (komunikator) ataupun yang menyampaikan pesan adalah PT. Unilever

yang memproduksi sabun Lux dan mengiklankannya.

- Says What (pesan) dalam penelitian ini adalah iklan sabun Lux yang dibintangi

oleh model-model papan atas yang sedang naik daun yang juga menggunakan

produk sabun mandi Lux .

- In Which Channel, yaitu menyangkut semua peralatan mekanik yang digunakan

untuk menyebarluaskan pesan-pesan komunikasi massa, yang dalam hal ini

adalah televisi.

- To Whom, yaitu sebagai sasaran dari penayangan iklan sabun Lux, terutama

mereka yang menonton televisi, yaitu para remaja khususnya siswi di SMUN 2

Medan.

- With What Effect, yaitu minat beli yang timbul dalam diri audience sebagai

terpaan dari adanya pesan-pesan media.

David Berlo mengklasifikasikan efek atau perubahan ke dalam tiga kelompok,

yaitu perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku nyata. Dalam penelitian ini, yang

menjadi efek adalah perilaku siswi SMUN 2 Medan dalam membeli. Hal itu pula lah

(20)

SMUN 2 Medan mempunyai perilaku untuk membeli sabun Lux setelah melihat iklan

sabun Lux di televisi atau tidak.

Teori yang juga mendukung adalah Teori Spiral (Spiral of Silence Theory) yang

telah dipopulerkan oleh Elizabeth Noelle Neuman yang menitikberatkan pesan yang

disampaikan secara terus-menerus dapat membuat khalayak yakin dan menerima apa

yang disampaikan, hal ini dikarenakan kejenuhan dari komunikan sebagai penerima

informasi terhadap informasi yang terus-menerus disampaikan itu atau dikarenakan

tingkat pendidikan masyarakat Indonesia yang tidak merata sehingga pemirsa

menampung apa saja yang diinformasikan tanpa terlebih dahulu menyaring kebenaran

informasi tersebut. Tayangan iklan sabun Lux di televisi dengan penggunaan

model-model terkenal, menunujukkan bahwa sabun Lux ini bukan sekedar sabun biasa, selain

wanginya yang khas, model yang dipakai adalah artis-artis terkenal. Karena saat

membicarakan sabun Lux tentu banyak orang akan mengingat slogan yang sering

digunakannya yaitu ‘Sabunnya Para Bintang’. Memang sudah bukan rahasia lagi bahwa

dalam setiap iklannya sejak dahulu sampai sekarang Lux memang menggunakan

bintang-bintang wanita papan atas yang terkenal akan kecantikannya sehingga kesan tentang

sabun bintang itu melekat kuat. Ada dua faktor penting yang dipertimbangkan ketika

orang memutuskan beriklan, yakni citra yang berbeda dan motif. Yang membedakan

sabun Lux dengan sabun-sabun lain dipasaran yaitu, citra sabun Lux sebagai sabun

kecantikan para bintang merupakan salah faktor yang membuat orang membeli produk

tersebut. Dengan kata lain, mereka menggunakan iklan global.

(21)

I. 6. Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat

kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dapat mengantar

penelitian pada rumusan hipotesa (Nawawi, 1995 : 33). Konsep adalah penggambaran

secara tepat fenomena yang hendak diteliti, yakni istilah dan definisi yang digunakan

untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang

menjadi perhatian ilmu sosial.

Jadi, kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan

rumusan hipotesis yang sebenarnya jawaban sementara dari masalah yang diuji

kebenarannya. Dalam penelitian ini, konsep-konsep yang dianggap relevan adalah

Komunikasi dan Komunikasi Massa, Periklanan, Positioning dan Minat Beli.

I. 6. 1. Komunikasi dan Komunikasi Massa

Menurut Book dalam Stuart, istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin

Communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua

orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa latin Communico

yang berarti membagi. Selanjutnya komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik

yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungan dengan membangun hubungan

antar sesama manusia melalui pertukaran informasi untuk menguatkan sikap dan tingkah

laku orang lain serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu (Cangara, 2004 : 18).

Menurut Harold Laswell (Mulyana, 2002 : 62) cara yang baik untuk

(22)

berikut : Who (siapa), Says What (mengatakan apa), In Which Channel (melaui saluran

apa), To Whom (kepada siapa), With What Effect (dengan pengaruh bagaimana).

Dari definisi diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa komunikasi

merupakan suatu bidang ilmu untuk menyampaikan pesan dan informasi dari komunikan

kepada komunikator yang dapat mengubah sikap dan tingkah laku seseorang.

Komunikasi dapat berlangsung dengan atau tanpa media. Komunikasi dengan

menggunakan media yang ditujukan kepada khalayak disebut komunikasi massa (mass

communication.). Menurut Devito pertama komunikasi massa adalah komunikasi yang

ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Kedua, komunikasi

massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar audio atau visual (Effendy,

2004 : 21).

Dari berbagai definisi diatas maka dapat diketahui ciri-ciri komunikasi massa

yaitu :

1. Komunikasi massa berlangsung satu arah

2. Komunikator melembaga

3. Pesan bersifat umum

4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan

5. Komunikan bersifat heterogen.

Televisi diartikan sebagai siaran yang dapat dilakukan melalui transmisi atau

pancaran dan dapat juga disalurkan melalui kabel (televisi kabel). Dalam data sistem

transmisi atau pancaran, gambar dan suara yang dihasilkan oleh kamera elektronik diubah

(23)

Dipesawat televisi gelombang elektromagnetik diubah kembali menjadi gambar dan

suara yang dapat dinikmati di layar kaca (Wahyudi, 1986 : 43).

Rhenald Kasali (1993 : 121 ) berpendapat bahwa televisi sebagai media massa

mempunyai kekuatan antara lain :

1. Efisiensi Biaya, salah satu keunggulan adalah menjangkau khalayak sasaran

yang sangat luas. Televisi menjangkau khalayak sasaran yang dapat dijangkau

oleh media cetak. Jangkauan massal ini menimbulkan efisiensi biaya untuk

menjangkau setiap kepala.

2. Dampak yang Kuat, keunggulan lainnya adalah kemampuannya menimbulkan

dampak yang kuat terhadap khalayak, dengan tekanan sekaligus pada dua indera

yaitu penglihatan dan pendengaran. Televisi juga menciptakan kelenturan bagi

pekerjaan-pekerjaan kreatif dengan mengkombinasikan gerakan, kecantikan,

suara, drama dan humor.

3. Pengaruh yang Kuat, televisi juga mempunyai kemampuan untuk

mempengaruhi persepsi khalayak sasaran. Kebanyakan masyarakat meluangkan

waktunya didepan televisi sebagai sumber berita hiburan dan sarana pendidikan.

I. 6. 2. Periklanan

Klepper menyatakan bahwa iklan atau advertising berasal dari bahasa Latin,

advere berarti mengoperasikan pikiran dan gagasan kepada pihak lain (Liweri, 1997 :

17). Definisi lain dari American Marketing Association (AMA) menyatakan iklan adalah

setiap bentuk penyajian dan promosi mengenai gagasan, barang atau jasa kepada

(24)

Dari beberapa pengertian iklan diatas maka dapat disimpulkan bahwa iklan

merupakan segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan lewat media,

ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyrakat.

Dari definisi tersebut terdapat empat unsur penting yang membedakan iklan

dengan bentuk komunikasi lain, yaitu :

1. Gagasan, barang dan jasa

Iklan sangat terkait dengan barang dan jasa telah jelas, namun iklan bisa juga

merupakan presentasi dari gagasan misalnya iklan layanan masyarakat yang

mengangkat masalah lingkungan, kesehatan, korupsi dan masalah sosial lainnya.

2. Khalayak atau non personal

Mengingat iklan yang ditayangkan melalui media massa, tentu calon konsumen

atau khalayak yang tertepa iklan adalah khalayak non personal atau heterogen

(tidak saling mengenal dan berbeda dalam berbagai karakteristiknya).

3. Sponsor yang jelas

Tertera sponsor secara nyata menjadikan iklan berbeda dengan propaganda karena

apa yang termuat dalam pesan iklan dapat dipertanggungjawabkan oleh sponsor.

4. Pembayaran

Iklan yang dipasang di media, maka dikenai biaya pembayaran kepada lembaga

sponsor yang memasang iklan, namun untuk terakhir ini ada pengecualian untuk

(25)

I. 6. 3. Positioning

Menurut Al Ries dan Jack Trout positioning adalah menempatkan produk dan

merek kita di benak pelanggan. Beda halnya dengan para ahli di MarkPlus&Co

mendefinisikan positioning sebagai “the strategy for leading your customers credibility”

atau positioning adalah menyangkut bagaimana kita membangun kepercayaan,

keyakinan, dan kepercayaan kepada pelanggan. (Kartajaya, 2004 : 56-57)

Dari berbagai definisi diatas menurut MarkPlus&Co maka terdapat empat faktor

untuk menentukan positioning, yaitu :

1. Customer (pelanggan)

Positioning harus dipersepsi secara positif oleh para pelanggan dan menjadi

alasan mereka untuk membeli. Ini akan terjadi bila positioning suatu produk

mendeskripsikan nilai yang diberikan kepada para pelanggan, dan bila nilai ini

benar-benar merupakan suatu aset bagi pelanggan. Karena positioning

mendeskripsikan nilai yang unggul, positioning menjadi penentu penting bagi

pelanggan pada saat memutuskan untuk membeli.

2. Company (perusahaan)

Positioning seharusnya mencerminkan kekuatan dan keunggulan perusahaan.

Jangan sekali-kali merumuskan positioning namun kita tidak mampu

melakukannya. Karena bisa over promise under deliver, dan kalau sudah begini

pelanggan akan mencap kita telah berbohong. Kalau pelanggan sudah mencap

(26)

3. Competitor (pesaing)

Positioning harus bersifat unik sehingga dapat dengan mudah mendiferensiasikan

diri dari para pesaing. Karena keuntungannya adalah bahwa positioning kita tidak

mudah ditiru oleh pesaing. Apabila positioning kita tidak mudah ditiru maka

konsekuensinya adalah positioning tersebut akan bisa sustainable (selalu diingat)

dalam jangka panjang.

4. Change (perubahan)

Positioning harus berkelanjutan dan selalu relevan dengan berbagai perubahan

dalam lingkungan bisnis, baik itu perubahan persaingan, perilaku pelanggan, perubahan

sosial budaya, dan sebagainya. Artinya begitu positioning kita sudah tidak relevan

dengan kondisi lingkungan bisnis maka dengan cepat kita harus merubahnya, yaitu

dengan melakukan repositioning.

I. 6. 4. Perilaku Membeli

Perilaku adalah suatu tindakan yang dilakukan seseorang karena adanya stimuli

yang timbul dari dalam maupun dari luar diri individu. Menurut Lewin, perilaku manusia

bukan sekedar respon stimuli, tetapi produk berbagai gaya psikologis yang

mempengaruhi manusia sebagai ruang hayat.

1. Konsepsi manusia dalam Psikoanalisis menurut Freud, perilaku manusia

merupakan hasil interaksi tiga subsitem dalam kepribadian manusia Id, Ego, dan

Superego.

2. Konsepsi manusia dalam Behaviorisme yaitu menganalisa hanya perilaku

(27)

3. Konsepsi manusia dalam konsepsi psikologi Humanistik keunikan manusia,

pentingnya nilai dan makna, serta kemampuan manusia untuk mengembangkan

dirinya.

Perilaku membeli itu sendiri adalah merupakan tindakan untuk membeli suatu

produk yang dilakukan oleh seorang konsumen. Hal ini merupakan bagian dari kajian

perilaku konsumen.

Adapun kerangka konsep yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah dalam

bentuk variabel-variabel sebagai berikut :

1. Variabel Bebas / Independent Variable (X)

Variabel bebas merupakan variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu

dari variabel yang lain (Rakhmat, 2004 : 12). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

strategi positioning yang diwakili oleh notasi X.

2. Variabel Terikat / Dependent Variable (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang merupakan akibat atau dipengaruhi oleh

variabel yang mendahului (Rakhmat, 2004 : 12). Variabel terikat dalam penelitian ini

adalah perilaku siswi dalam membeli yang diwakili oleh notasi Y.

3. Variabel Antara / Intervenig Variable (Z)

Variabel antara adalah gejala yang tidak dapat dikontrol akan tetapi dapat

diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel bebas (X). Variabel antara dalam

penelitian ini adalah karakteristik responden (usia, pendidikan, frekuensi penonton, uang

(28)

I. 7. Model Teoritis

Berdasarkan variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep

akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut :

Independent Variabel (X) Dependent Variabel (Y)

(Iklan Sabun Lux di Televisi) (Perilaku Siswi Untuk Membeli)

Intervening Variebel (Z)

(Karakteristik Responden)

Gambar I.3

Model Teoritis

I. 8. Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka konsep diatas yang telah dikelompokkan dalam variabel,

maka perlu dilakukan pengkuran dengan jalan mengoperasionalisasikan variabel-variabel

(29)

Tabel I.1

Operasional Variabel

Variabel Teoritis Variabel Operasional

1. Faktor Fisik : - Warna

- Penggunaan Model - Durasi

1. Variabel Bebas (X) 2. Faktor Isi : Iklan Sabun Lux - Kejelasan Pesan

3. Faktor Letak : - Waktu Penayangan - Frekuensi Penayangan

1. Perhatian terhadap iklan dan produk 2. Variabel Terikat (Y) 2. Ketertarikan

Perilaku Siswi 3. Hasrat

SMUN 2 Medan 4. Tindakan membeli : Dalam Membeli Sabun Lux - Harga Produk

- Tempat Memperoleh Produk

1. Usia 3. Variabel Antara (Z) 2. Pendidikan

Karakteristik responden 3. Frekuensi Menonton

(30)

I. 9. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah penjabaran lebih lanjut dari konsep-konsep yang telah

dikelompokkan menjadi variabel. Batasan konsep dari variabel-variabel tersebut antara

lain :

1. Variabel Bebas (X)

Variabel Bebas (Strategi Positioning Iklan Sabun Lux di Televisi), terdiri dari :

a. Faktor Fisik

- Warna : suatu unsur yang membuat iklan menjadi kontras dan kelihatan hidup.

- Penggunaan Model : figur yang dipakai dalam iklan untuk mewakili produk.

- Durasi : lamanya iklan yang ditayangankan.

b. Faktor Isi

- Kejelasan Pesan : kejelasan makna pesan dalam iklan yang ditayangkan.

c. Faktor Letak :

- Waktu Penayangan : waktu iklan tersebut ditayangkan (pagi, siang, sore, malam

hari).

- Frekuensi Penayangan : seringnya suatu iklan muncul di televisi.

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel Terikat (Perilaku Siswi Dalam Membeli Sabun Lux), terdiri dari :

a. Perhatian tehadap Iklan dan Produk : rangsangan dari dalam diri komunikan

terhadap gejala yang dirasakan menarik untuk dilihat, didengar dan dinikmati baik

(31)

b. Ketertarikan : adanya perhatian terhadap iklan yang akan menimbulkan

ketertarikan terhadap produk.

c. Hasrat : suatu dorongan dalam diri individu untuk bertindak sesuai dengan yang

disukainya.

d. Tindakan Membeli: dorongan untuk membeli suatu produk.

- Harga Produk : nilai tukar dari sebuah barang atau jasa.

- Tempat memperoleh produk : kemudahan akses untuk mendapatkan produk atau

dimana produk dijual.

3. Variabel Antara (Z)

Variabel Antara (Karakteristik Responden), terdiri dari :

a. Usia : merupakan tingkat umur responden.

b. Pendidikan : merupakan tingkat pendidikan terakhir dari responden.

c. Frekuensi Menonton : merupakan seberapa sering responden melihat iklan yang

ditayangkan di televisi.

d. Uang Saku Per Bulan : merupakan uang saku yang diberikan oleh orang tua atau

jumlah pendapatan responden per bulannya.

I. 10. Hipotesa

Secara etimologis hipotesis dibentuk dari dua kata, yaitu hypo dan thesis. Hypo

berarti kurang dan thesis berarti pendapat. Jadi, hipotesis merupakan kesimpulan yang

belum sempurna sehingga perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenaran

hipotesis itu dengan menguji hipotesis dengan data di lapangan (Burhan Bungin, 2001 :

(32)

Hipotesis adalah suatu pernyataan sementara mengenai sesuatu, yang

keandalannya biasanya tidak diketahui. Dengan hipotesis, penelitian menjadi tidak

mengambang, karena dibimbing oleh hipotesis tersebut.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho = Tidak terdapat hubungan antara positioning iklan sabun Lux di televisi

terhadap perilaku siswi SMUN 2 Medan dalam membeli sabun Lux.

Ha = Terdapat hubungan antara positioning iklan sabun Lux di televisi terhadap

(33)

BAB II

LANDASAN TEORI

II. 1. Komunikasi dan Komunikasi Massa

Salah satu persoalan di dalam memberi pengertian komunikasi, yakni banyaknya

definisi yang telah dibuat oleh para pakar menurut bidang ilmunya. Hal ini disebabkan

karena banyaknya disiplin ilmu yang telah memberi masukan terhadap perkembangan

ilmu komunikasi, misalnya psikologi, sosiologi, antropologi, ilmu politik, dan lain

sebagainya.

Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang

mengkhususkan diri pada studi komunikasi antarmanusia (human communication) bahwa

komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang

mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antarsesesama manusia melalui

pertukaran informasi untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain serta berusaha

mengubah sikap dan tingkah laku itu.

Everett M. Rogers memberikan definisi komunikasi khususnya dalam hal

penyebaran inovasi. Rogers mengatakan komunikasi adalah proses dimana suatu ide

dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah

tingkah laku mereka.

Sedangkan Shannon dan Weaver mengemukakan bahwa komunikasi adalah

bentuk interaksi manusia saling mempengaruhhi satu sama lainnya sengaja atau tidak

(34)

Berdasarkan definisi-definisi diatas, secara umum komunikasi dapat diartikan

sebagai proses pertukaran informasi antara satu orang dan lebih untuk mengubah tingkah

laku orang lain baik secara sengaja maupun tidak.

Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan diatas, maka jelas bahwa

komunikasi dapat terjadi apabila ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang

lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh

adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek.

Sumber Pesan Media Penerima Efek

Umpan Balik

Lingkungan

Gambar II. 1

(Ruang Lingkup, Pengertian, dan Unsur Komunikasi)

1. Sumber, semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai

pembuat atau pengirim informasi.

2. Pesan, adalah suatu informasi yang disampaikan pengirim kepada si penerima.

3. Media, adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber

kepada penerima.

4. Penerima, adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh

sumber.

5. Efek, adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan

(35)

6. Umpan Balik, adalah respon terhadap pesan yang dikirimkan kepada pengirim

pesan.

7. Lingkungan, adalah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya

komunikasi.

Pada dasarnya komunikasi dapat dilihat dari berbagai dimensi, yakni komunikasi

sebagai proses, komunikasi sebagai sistem, komunikasi sebagai proses interaksi dan

transaksi, dan komunikasi yang terjadi secara sengaja maupun tidak disengaja.

1. Komunikasi adalah suatu proses karena merupakan suatu kegiatan yang terus

menerus dimana tidak mempunyai permulaan atau akhir dan selalu

berubah-ubah.

2. Komunikasi adalah sistem dimana antara satu komponen dengan konponen

yang saling berkaitan dan bila terdapat gangguan pada satu komponen akan

berpengaruh pada proses komunikasi secara keseluruhan.

3. Komunikasi bersifat interaksi dan transaksi yakni saling bertukar komunikasi

serta menginterpretasi pesan yang diterima.

4. Komunikasi dapat terjadi baik secara disengaja maupun tidak disengaja, hal

ini tergantung pada maksud dengan kondisi terjadinya proses komunikasi.

Pada umunya komunikasi mempunyai beberapa tujuan, antara lain:

1. Agar pesan yang kita sampaikan dapat dimengerti, sebagai komunikator kita

harus menjelaskan kepada komunikan dengan sebaik-baiknya dan tuntas

(36)

2. Memahami orang lain.

3. Agar gagasan dapat diterima oleh orang lain.

4. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu.

Komunikasi masssa menurut Gerbner adalah produksi dan distribusi yang

berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang continue serta paling luas

dimiliki orang dalam masyarakat industri (Elvinaro, 2004 : 4).

Dari definisi Gerbner tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan

suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan,

didistribusikan kepada khalayak secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap

misalnya harian, migguan atau bulanan. Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan

oleh perorangan melainkan harus melembaga dan membutuhkan suatu teknologi tertentu

sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri.

Komunikasi massa ditujukan kepada massa dengan menggunakan media massa, salah

satunya adalah televisi.

Hafied Cangara (2004 : 36) juga menyebutkan bahwa dibandingkan dengan

bentuk-bentuk komunikasi yang lain, komunikasi massa memiliki ciri tersendiri yaitu :

1. Sumber dan penerima dihubungkan oleh saluran yang telah diproses secara

mekanik. Sumber juga merupakan suatu lembaga atau institusi yang terdiri dari

banyak orang, misalnya reporter, penyiar, editor, teknisi dan sebagainya. Karena

itu proses penyampaian pesannya lebih formal, terencana dan lebih rumit.

2. Pesan komunikasi massa berlangsung satu arah dan tanggapan baliknya

(37)

yang begitu cepat khususnya media massa elektronik seperti radio dan televisi

umpan balik dari khalayak bisa dilakukan dengan cepat kepada penyiar.

3. Sifat penyebaran pesan melalui media massa berlangsung begitu cepat,

serempak dan luas. Ia mampu mengatasi jarak dan waktu, serta tahan lama bila

didokumentasikan.

4. Dari segi ekonomi, biaya komunikasi massa cukup mahal dan memerlukan

dukungan tenaga kerja relatif banyak untuk mengelolanya.

Istilah television atau televisi baru dicetuskan pada tanggal 25 Agustus 1900 di

kota Paris, pada saat itu di kota Paris sedang berlangsung pertemuan para ahli bidang

elektronika dari berbagai negara. Televisi sebagai pesawat transmisi dimulai pada tahun

1925 dengan menggunakan metode mekanikal dari Jenkins. Pada tahun 1928 General

Electronic Company mulai menyelenggarakan acara siaran televisi secara regular.

Sedangkan kegiatan penyiaran televisi di Indonesia sendiri dimulai pada tanggal

24 Agustus 1952, bertepatan dengan dilangsungkkannya pembukaan peserta olahraga

Asean Games di Senayan. Sejak itu, Televisi Republik Indonesia yang disingkat dengan

TVRI digunakan sebagai stasiun penyiaran yang berlangsung sampai sekarang.

Akantetapi sejak tahun 1989 stasiun-stasiun televisi baru yang bersifat komersial

bermunculan, seperti Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), Surya Citra Televisi

(SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Andalas Televisi (ANTeve), Indosiar,

(38)

Karakteristik televisi antara lain sebagai berikut :

1. Audiovisual

2. Berpikir dalam gambar

3. Pengoperasian lebih kompleks.

Karena media massa memiliki ideologi yang berorientasi kepada massa, maka

media dalam abad ini merupakan lembaga sosial yang paling berpengaruh. Beberapa

fungsi media massa dalam Wiryawan (2007 : 60) antara lain :

1. Fungsi Informasi, sebagai sarana untuk mencari informasi bagi masyarakat.

2. Fungsi Agenda, melalui media kegiatan masyrakatsedikit banyak akan

terpegaruh.

3. Fungsi Penghubung, sebagai sarana penghubung antara antara manusia yang

satu dengan yang lain.

4. Fungsi Pendidikan, sedikit banyak media massa akan memberikan pesan

tentang pendidikan.

5. Fungsi Membujuk, media mempunyai kekuatan untuk membujuk atau merayu

penonton.

6. Fungsi Menghibur, dengan menyuguhkan acara musik, sinetron, iklan, komedi

dan olahraga televisi memberikan hiburan kepada para penontonnya.

Sebagai salah satu bentuk komunikasi massa , televisi mempunyai daya tarik yang

sangat kuat, disebabkan unsur audionya seperti kata-kata, musik, dan sound effect yang

juga memiliki keunggulan dalam unsur visual berupa gambar hidup yang dapat

(39)

membuka pikiran pemirsa, juga kemampuan televisi dalam memainkan peran warna

sangat efektif dalam penyampaian pesan kepada khalayak.

II. 2. Periklanan

Iklan adalah sarana komunikasi penting yang tidak bisa dihindarkan dalam

Negara yang menganut sistem ekonomi yang berorientasi pasar. Dengan iklan produsen

barang dan jasa menyampaikan sekaligus menwarkan manfaat produknya kepada

konsumen. Melalui iklan konsumen akan tahu manfaat barang atau jasa yang ditawarkan

sekaligus tahu kapan dan dimana mereka bisa memperolehnya. Secara sederhana

Rhenald Kasali mendefinisikan iklan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang

ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media (Kurniawati, 2006 : 2).

Sedangkan yang dimaksud dengan periklanan adalah seluruh proses yang meliputi

persiapan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan iklan. Fungsi iklan menurut Alo

Liliweri (1998) dijelaskan sebagai berikut :

1. Fungsi Pemasaran

Fungsi pemasaran adalah fungsi untuk menjual informasi tentang barang, jasa

maupun gagasan melalui media sebagai upaya:

• Mengidentifikasi produk dan menjelaskan perbedaannya dengan produk

lain

• Menganjurkan penggunaan produk baru secara bertahap

• Menunjang penyebaran untuk peningkatan penggunaan produk

• Membangun rasa cinta dan dekat pada produk untuk mengikat konsumen

(40)

2. Fungsi Komunikasi

Fungsi komunikasi adalah upaya memberi penerangan dan informasi tentang

produk, memberi pesan yang berbau pendidikan, meciptakan pesan yang

bersifat menghibur dan mempengaruhi khalayak untuk dekat dan selalu

membeli dan memakai produk secara tetap.

3. Fungsi Pendidikan

Melalui iklan orang dapat belajar sesuatu dari yang dibacanya, ditonton

maupun didengar. Khalayak dapat mengkonsumsi produk yang sesuai untuk

merek dan merek dapat memperbaiki gaya hidup menjadi lebih baik.

4. Fungsi Ekonomi

Keuntungan ekonomis yang diperoleh khalayak melalui iklan adalah mereka

lebih mudah mengakses produk yang dibutuhkan yang bisa menjadikan

khalayak efisien dari segi biaya.

5. Fungsi Sosial

Dalam fungsi sosial iklan membantu menggerakkan perilaku khalayak untuk

lebih baik.

Iklan dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai aspek, diantaranya dari aspek

isi pesan, tujuan, dan pemilik iklan :

1. Aspek Isi Pesan

Terdiri atas Product Advertising yaitu iklan yang berisi informasi produk

suatu perusahaan dan Institutional Advertising yaitu iklan yang didesain untuk

memberi informasi tentang usaha bisnis pemilik iklan dan membangun image

(41)

2. Aspek Tujuan

Terdiri dari Pioneering Advertising yaitu iklan yang berupaya menciptakan

permintaan awal, Competitive Advertising yaitu iklan yang berupaya

mengembangkan pilihan pada merek tertentu dan Reminder Advertising yaitu

iklan yang berupaya melekatkan nama atau merek produk tertentu dibenak

khalayak.

3. Aspek Pemilik Iklan

Terdiri dari Vertical Advertising yaitu iklan bersama para anggota saluran

distribusi misalnya diantara produsen, pedagang grosir, agen dan pengecer

serta Horizontal Cooperative Advertising yaitu iklan bersama beberapa

perusahaan sejenis.

Secara garis besar terdapat 2 jenis iklan, yaitu iklan komersil dan iklan layanan

masyarakat. Iklan komersil komersil adalah iklan yang ditata secara khusus untuk

memperkenalkan barang maupun jasa untuk konsumen melalui media. Tujuan iklan ini

adalah merangsang minat dan motif para pembeli/ mencari keuntungan . Sedangkan iklan

layanan masyarakat adalah jenis iklan yang bersifat non profit. Umumnya iklan layanan

masyarakat bertujuan memberikan informasi atau penerangan serta pendidikan kepada

masyarakat dalam rangka pelayanan dengan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi

serta bersikap positif terhadap iklan yang ditayangkan.

Salah satu media periklanan adalah televisi. Sebagai media periklanan, televisi

(42)

a. Kelebihan

1) Efisiensi Biaya dimana televisi dipandang sebagai media yang paling efektif

untuk menyampaikan pesan komersialnya dibanding media lain seperti radio

dan media cetak.

2) Memiliki keunggulan kemampuan dilihat dan didengar (audiovisual).

3) Televisi sebagai media yang paling kuat dirumah selesai dari kesibukan dan

kepenatan meluangkan waktu.

b. Kekurangan

1) Biaya besar mulai pre-produksi sampai produksi

2) Khalayak tidak selektif karena segmentasinya tidak setajam radio atau media

cetak.

3) Kesulitan teknis dimana iklan-iklan tidak bisa secara leluasa dipindah jam

tayang karena kepadatan program televisi.

Tingkat spekulasi penggunaan media televisi sebagai sarana iklan tetap tinggi,

hal ini dapat dilihat dari efek tayangan iklan di televisi terhadap sikap dan perilaku

konsumen belum diketahui secara mendalam. Tetapi pada kenyataannya, media televisi

tidak pernah sepi dari iklan. Salah satu khalayak pengguna televisi adalah remaja.

Dengan potensi khalayak sebesar ini, tidak heran bila banyak sekali pengiklan yang

memasang iklan di televisi dengan pertimbangan jangkauan khalayak luas serta meiliki

latar belakang dan karakteristik yang beragam. Adapun bentuk-bentuk iklan di televisi,

(43)

1. Block Time, sebuah produk membeli acara pada jam tertentu dimana otomatis

iklan-iklan dominasi produk tertentu.

2. Sponsorship, sebuah produk mensponsori acara tertentu yang karakter

produknya sama.

3. Partisipasi, iklan masuk dalam program acara dengan durasi 5, 15, 30, 45, dan

60 detik.

4. PSA (Public Service Announcement), iklan layanan masyarakat.

5. Spot, iklan saat acara berlangsung, sebelum dan sesudahnya.

6. Superimpose, iklan 10 detik seperti running teks atau animasi produk.

7. Break Bumper, iklan sebelum acara dimulai dan sesudah acara.

Dalam iklan di televisi, ada beberapa teknik visual yang dapat digunakan untuk

membuat naskah iklan yang dramatis dan mempunyai kemampuan menjual yang kuat,

yaitu:

1. Spokeperson, seseorang di depan kamera langsung membawakan iklan.

2. Testimonial, seseorang yang dikenal/ public figure memberi kesaksian atau

jaminan atas suatu produk.

3. Demonstration, manfaat produk dijelaskan secara detail.

4. Close Up, produk ditampilkan secara utuh.

5. Strory Line, sama dengan teknik membuat film pendek, kronologis sebuah

produk dengan gaya tutur iklan sepenggal film.

6. Direct Product Comparison, perbandingan dua produk langsung.

(44)

8. Slice Of Life, penggalan dari adegan sehari-hari bisa dikantor, rumah, mall

dan sebagainya.

9. Customer Interview, gaya reporter dating di lokasi wawancara tentang produk.

10.Vigteness and Situation, iklan dengan sejumlah orang sedang menikmati

produk dengan tambahan sesuatu yang mendukung.

11.Animation, menggunakan animasi kartun dalam iklan.

12.Stop motion, iklan muncul tiba-tiba berhenti lalu bergerak lagi.

13.Rotoscope, gabungan animasi dengan gambar nyata.

14.Combination, gabungan dua atau tiga teknik diatas.

II. 3. Positioning

Philip Kotler mengatakan positioning adalah upaya untuk mendesain produk dan

merek kita agar dapat menempati sebuah posisi yang unik di benak pelanggan. Menurut

David A. Aaker dan J. Gary Shansby dalam bukunya “ Positioning Your Product” (1982)

strategi positioning dapat diterapkan melalui :

1. Penonjolan Karakteristik Produk

Dimana pengiklan memilih satu diantara sekian unsur produk yang dapat

ditonjolkan. Konsep ini menegaskan bahwa terlalu banyak atribut yang ingin

ditonjolkan berakibat fatal karena calon pembeli dibuat kacau sehingga akhirnya

tidak menimbulkan simpati. Karakteristik suatu produk dapat dibagi menurut

(45)

a. Karakteristik Fisik

Penonjolan karakter ini meliputi sifat-sifat fisik suatu produk, seperti suhu,

warna, ketebalan, kehalusan, jarak dan sejenisnya.

b. Karakteristik Fisik Semu

Karakter ini meliputi sifat-sifat yang bertalian dengan rasa, selera,

simbol-simbol dan sebagainya.

c. Keuntungan Konsumen

Keuntungan ini mengacu pada keuntungan yang dapat dinikmati oleh

calon pembeli, misalnya tidak berbahaya bagi kulit, aman bagi anak-anak, dan

lain sebagainya.

2. Penonjolan Harga dan Mutu

Konsumen sering kali mempersepsikan harga sama dengan mutu. Harga yang

tinggi diimbangi dengan mutu yang baik pula. Sementara itu barang-barang yang

harganya rendah seringkali dipersepsikan tidak bermutu. Tentunya tidak

selamanya benar, sebab seringkali produk yang murah memiliki kualitas yang

tidak kalah dengan produk yang tinggi harganya. Dalam konsep positioning,

produk yang harganya tinggi perlu diimbangi dengan adanya bagian riset dan

pengembangan untuk meningkatkan mutu produk. Tanpa itu, posisi yang telah

dicapai akan mudah digeser oleh pesaing.

3. Penonjolan Penggunaannya

Yaitu dengan cara mengaitkan dengan penggunaan produk. Bisa saja suatu

(46)

penggunaan yang berbeda dapat meningkatkan keunggulan produk tersebut

dengan pesaingnya.

4. Positioning menurut Pemakaiannya

Strategi yang digunakan yaitu dengan penguunaan model, terutama artis

terkenal sebagai bintang iklan ataupun perwakilan produknya. Artis ini,

diharapkan dapat meningkatkan produk tersebut dibandingkan produk sejenisnya,

sekaligus untuk memudahkan daya ingat konsumen pada produk tersebut.

5. Positioning menurut Kelas Produk

Biasanya strategi ini digunakan produk tertentu yang “terjepit” dengan strategi

mengaitkan produk tersebut dengan kelas produk yang bersangkutan. Cara yang

umum dilakukan dengan menempatkan produknya sebagai alternatif dari produk

saingannya.

6. Positioning dengan Menggunakan Simbol-simbol Budaya

Pengunaan simbol-simbol budaya dimaksudkan untuk menciptakan citra yang

berbeda di mata pembeli terhadap produk para pesaing. Strategi ini

mengupayakan identifikasi atas sejumlah simbol yang memiliki arti penting bagi

calon pembeli, namun tidak digunakan oleh para pesaing.

7. Positioning Langsung terhadap Pesaing

Pengunaan pesaing sebagai acuan positioning sering juga disebut sebagai

periklanan kreatif. Cara ini tidak selamanya berjalan mulus, dikarenakan

orang-orang kreatif dalam dunia periklanan sering terjebak untuk saling menyerang dan

membalik badannya menumpang pada pesaing yang tengah memposisikan

(47)

Positioning disebut juga penempatan model baru dalam dunia periklanan. Kalau

kita sudah menentukan positioning maka kita bisa memakai landasan untuk menyusun

positioning, yaitu :

1. Identifikasi target segmen yang relevan

Identifikasi dengan baik perilaku target market sehingga positioning kita

benar-benar cocok dengan apa yang dipersepsikan pelanggan.

2. Menentukan “frame of reference” pelanggan

Setelah menidentifikasi target pasar, maka langkah selanjutnya aadalah

menentukan frame of reference yang jelas. Kita boleh mengetahui dengan baik

target pasar, tetapi positioning yang kita tampilkan harus dengan jelas

menunjukkan siapa kita sebenarnya.

3. Merumuskan “point of differentiation”

Setelah menentukan siapa yang akan membeli, kemudian tahap selanjutnya adalah

mengapa konsumen harus memilih produk kita dibandingkan dengan produk lain.

Positioning yang disusun harus dengan jelas menunjukkan perbedaan kita produk

dibandingkan yang lain.

4. Menetapkan keunggulan kompetitif produk.

Menurut Jack Trout dalam bukunya Trout on Strategy, salah satu inti dari strategi

positioning adalah persepsi. Keunggulan bersaing perusahaan, sesungguhnya adalah

(48)

Stategi Positioning sesungguhnya adalah strategi komunikasi. Periklanan

merupakan bentuk komunikasi yang dari sudut pandang penerima dibangun dalam

penghargaan yang rendah. Jika berhasil dalam periklanan, kemungkinan akan berhasil

dalam bisnis yang membutuhkan media massa.

Positioning merupakan konsep yang mengubah keaslian iklan, konsep yang

sederhana yang membuat orang menghadapi kesulitan dalam memahami kekuatannya.

Positioning dimulai dengan sebuah produk, barang, jasa, perusahaan atau orang.

Tetapi positioning bukanlah sesuatu yang dilakukan terhadap produk. Positioning

adalah sesuatu yang dilakukan terhadap pikiran calon konsumen yaitu menempatkan

produk itu pada pikiran calon konsumen. Positioning melibatkan perubahan tetapi

perubahan terhadap nama, tagline, harga dan kemasan bukan terhadap produk itu secara

produk itu secara keseluruhan (Trout, 1998 : 3).

Positioning menjadi penentu eksistensi merek, produk dan perusahaan dibenak

pelanggan. Michele Porter mengatakan bahwa positioning adalah core-nya strategi.

Positioning menjadi acuan bagi penyusunan diferensiasi sehingga menjadi landasan

dalam membangun ekuitas merek (Kartajaya, 2004 : 12).

Keterkaitan konsep ini dengan penelitian yaitu melihat konsep positioning seperti

apa yang diterapkan oleh iklan sabun Lux. Konsep ini akan membantu peneliti untuk

menemukan positioning dari iklan sabun Lux dan untuk mencari ada tidaknya pengaruh

strategi positioning dalam sebuah iklan terhadap perilaku konsumen akan produk yang

(49)

Positioning pada intinya bagaimana membangun sebuah eksistensi mengenai

produk dalam pikiran khalayak agar produk tidak mudah dilupakan serta bagaimana

mewujudkan diferensiasi terhadap produk pesaing yang sejenis dalam rangka

meningkatkan angka penjualan produk.

II. 4. Perilaku Membeli

Komunikasi yang defensif memerlukan pemahaman tentang faktor-faktor apa

yang ada pada diri komunikator dan pesan yang menimbulkan efek pada komunikan,

salah satunya adalah komunikator berusaha untuk membujuk atau merubah sikap

komunikan.

Konsepsi manusia dalam Psikoanalisis menurut Freud, perilaku manusia

merupakan hasil interaksi tiga subsitem dalam kepribadian manusia Id, Ego, dan

Superego. Id adalah bagian kepribadian yang menuyimpan dorongan-dorongan biologis

manusia (pusat insting). Ada dua insting dominan:

1. Libido-insting reproduktif yang menyediakan energi dasar untuk

kegiatan-kegiatan manusia yang konstruktif.

2. Thanatos-insting destruktif dan agresif. Yang pertama disebut juga insting

kehibupan (eros), yang dalam konsep Freud bukan hanya meliputi dorongan

seksual, tetapi juga segala hal yang mendatangkan kenikmatan termasuk kasih

ibu, pemujaan terhadap Tuhan, dan cinta diri (narcissism). Bila yang pertama

adalah insting kehidupan yang kedua merupakan insting kematian. Semua motif

manusia adalah gabungan antara eros dan thanatos. Id bergerak bedasarkan

(50)

bersifat egoitis, tidak bermoral dan tidak mau tahu denaan kenyataan. Id adalah

naluri hewani manusia. Walaupun Id mampu melahirkan keinginan, ia tidak

mampu memuaskan keinginannya.

Subsistem yang kedua adalah ego yang berfungsi menjembatani tuntutan Id

dengan realitas di dunia luar. Ego adalah mediator antara hasrat-hasrat hewani dengan

tuntutan rasional dan realistik. Ego lah yang meyebabkan menusia menundukkan hasrat

hewaninya dan hidup sebagai wujud yang rasional (pada pribadi yang normal). Ia

bergerak berdasarkan prinsip realitas (reality principle) Ketika Id mendesak supaya anda

membalas ejekan dengan ejekan lagi, ego memperingatkan anda. Kalau anda mengikuti

desakan Id, anda konyol.

Sedangkan subsistem yang terakhir adalah superego. Superego adalah polisi

kepribadian, mewakili yang ideal. Superego adalah hati nurani (conscience) yang

merupakan internalisasi dari norma-norma sosial dan kultural masyarakatnya. Ia

memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang tidak berlainan ke dalam bawah dasar.

Baik Id maupun superego berada dalam bawah sadar manusia. Ego berada di tengah,

antara memenuhi desakan Id dan dan peraturan superego. Untuk mengatasi ketegangan,

ia dapat menyerah pada tuntutan Id, tetapi berarti di hukum superego dengan perasaan

bersalah . Untuk menghindari ketegangan, konflik, atau frustasi ego secara tak sadar lalu

menggunakan mekanisme pertahanan ego, dengan mendistorsi realitas. Secara singkat,

dalam Psikoanalisis prilaku manusia merupakan interaksi antara komponen biologis (Id),

komponen psikologis (ego), dan komponen sosial (superego) atau unsur animal, rasional

(51)

Konsepsi manusia dalam Behaviorisme yaitu menganalisa hanya perilaku yang

nampak saja, dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Behaviorisme tidak mau

mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional behaviorisme

hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor

lingkungan.

Konsepsi manusia dalam konsepsi psikologi Humanistik keunikan manusia,

pentingnya nilai dan makna, serta kemampuan manusia untuk mengembangkan dirinya.

Perilaku membeli merupakan tindakan untuk membeli suatu produk yang

dilakukan oleh seorang konsumen. Hal ini merupakan bagian dari kajian perilaku

konsumen. Dengan demikian perilaku konsumen terdiri dari aktivitas-aktivitas yang

melibatkan orang-orang sewaktu sedang menyeleksi, membeli dan menggunakan

produk-produk dan jasa-jasa, sedemikian rupa sehingga hal tersebut memenuhi

kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan mereka. Perilaku membeli dapat ditingkatkan dengan

memperhatikan pemasaran yang terdiri dari produk, harga, promosi dan juga distribusi

(52)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III. 1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Pemaparan lokasi penelitian bersumber pada data yang diperoleh peneliti dari

bagian Tata Usaha SMUN 2 Medan 6 Juni 2008.

III. 1. 1. Sejarah Singkat SMUN 2 Medan

Pada tahun 1950 berdirilah SMA Tentara Pelajar, dengan Kepala Sekolah Bpk.

Idris M.T. Hutapea. Adapun murid-muridnya adalah para Tentara yang belum memiliki

Ijazah SMA. Keadaan ini berjalan sampai tahun 1957.

Pada tahun 1957 SMA Tentara Pelajar diresmikan menjadi SMA Negeri 2 Medan

yang beralamat di Jalan Prof. H.M. Yamin No. 41 B.

• Tahun 1957 – 1960 : Kepala Sekolahnya adalah Bpk. C.M. Simorangkir • Tahun 1960 – 1974 : Kepala Sekolah Bpk. Manasi Manurung

• Tahun 1974 – 1982 : Kepala Sekolah Bpk. Drs. Amir Hamzah Rambe

Tahun 1980 SMA Negeri 2 Medan pindah ke Jln. Karangsari No. 435 Medan

Polonia.

Tahun 1978 terbitlah SK Pemutahiran No. 0371 / 0 / 1978 tanggal 22 Desember 1978.

• Tahun 1982 – 1986 : Kepala Sekolah Bpk. Drs. Hamid Abdul Gani • Tahun 1986 – 1993 : Kepala Sekolah Bpk. Drs. P.W. Simareme

• Tahun 1993 – 1997 : Kepala Sekolah ibu Dra. Srimiati

• Tahun 1997 (2 Bulan) : Kepala Sekolah Bpk. Drs. Nolong Samura (Plt)

(53)

• Tahun 2000 – 2005 : Kepala Sekolah bpk. Drs. Syarifudin Siregar, M Pd.

• Tahun 2005 – Sekarang : Kepala Sekolah Bpk. Drs. Muhammad Daud, MM.

III. 1. 2. Profil Singkat PT. Unilever Indonesia

Sabun Lux pertama kali diperkenalkan di dunia pada tahun 1925 oleh Lever

bersaudara. Walaupun kata Lux adalah nama keluarga yang popular di Jerman, dan juga

berarti “terang” dalam bahasa Latin, nama lux yang terpilih berasal dari kata “Luxury”.

Unilever terbentuk berkat bergabungnya dua buah perusahaan besar, yaitu perusahaan

Margarine Unie dan perusahaan sabun Inggris Lever Brothers. Padahal sebelumnya,

kedua perusahaan tersebut saling bersaing ketat dalam dunia bisnis.

Margarine Unie dan Lever Brothers bersaing dalam core bisnis yang sama.

Keduanya terlibat persaingan produk-produk rumah tangga dalam skala yang sangat

besar. Dua perusahaan ini juga memiliki jalur perdagangan distribusi yang banyak

jumlahnya. Margarine Unie dan Lever Brothers sama-sama menguasai wilayah operasi di

lebih dari 40 negara.

Dua buah perusahaan besar tersebut memiliki sejarah yang berbeda. Margarine

Unie tumbuh besar lewat proses merger dengan perusahaan-perusahaan margarin lainnya

pada tahun 1920-an. Sementara itu Lever Brothers dibentuk oleh pengusaha bernama

William Hesketh Lever pada tahun 1885. Lever mengembangkan bisnis produk

sabunnya dengan cara mendirikan perusahaan sabun di seluruh penjuru dunia. Pada tahun

1917 Lever mulai merambah ke diversifikasi produk makanan, es krim, ikan serta

Gambar

Gambar II. 1 (Ruang Lingkup, Pengertian, dan Unsur Komunikasi)
Tabel IV.1 usia_responden
Tabel IV.2 Kelas Responden
Tabel IV.4 uang_saku
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan batasan masalah pada penelitian yang akan dilakukan adalah. sebagai

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa,atas berkat dan karuniaNya sehingga penulisan laporan tugas akhir ini dengan judul “PEMBUATAN PROTOTYPE MONITORING

The researcher is going to analyze Michael Henchard as one of the major characters in novel The Mayor of Casterbridge written by Thomas Hardy based on psychoanalytic

Fiehhn bdais nhjad kriFr 6 ldd k

Data tes yang akan dikumpulkan berupa hasil tes pemahaman konsep dan tes kemampuan spasial matematis siswa (pretes dan postes). Instrumen tes dibuat untuk mengumpulkan data

[r]

Telah berhasil direncanakan dan dibuat suatu aplikasi yang mampu menghitung kekuatan sambungan dengan alat sambung baut berdasarkan peraturan SNI 7973-2013,

4.5.2 Hubungan Berat Badan Responden dengan Perubahan Pola Menstruasi pada Pengguna KB Suntik DMPA di Desa Mawea Tobelo Timur. Berdasarkan perubahan berat badan