• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Asuh Ibu dan Status Gizi Anak Balita di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pola Asuh Ibu dan Status Gizi Anak Balita di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

POLA ASUH IBU DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KECAMATAN

POLLUNG KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

TAHUN 2011

Oleh :

ROMAIDA PANJAITAN

NIM 081000293

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

2011

POLA ASUH IBU DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KECAMATAN

POLLUNG KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

ROMAIDA PANJAITAN

NIM 081000293

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

ABSTRAK

Masa anak usia 1-5 tahun (balita) adalah masa dimana anak sangat membutuhkan makanan dan gizi dalam jumlah yang cukup dan memadai. Kekurangan gizi pada masa ini dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang. Pada masa ini juga, anak masih benar-benar tergantung pada perawatan dan pengasuhan oleh ibunya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola asuh ibu dengan status gizi anak balita di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak balita yang berumur 12-59 bulan yaitu sebanyak 2020, sampel sebanyak 96 anak balita. Data diperoleh dengan melakukan wawancara langsung menggunakan kuisioner pada responden, yaitu ibu yang mempunyai anak balita.

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar anak balita mempunyai status gizi normal yaitu sebanyak 71,9%, pola asuh berdasarkan praktek pemberian makan terbanyak pada kategori baik yaitu 81,2%, rangsangan psikososial pada kategori sedang sebanyak 51,2%, praktek kebersihan/higiene dan sanitasi lingkungan pada kategori baik sebesar 55,2% dan berdasarkan praktek kesehatan pada kategori baik sebanyak 86,5%. Terdapat hubungan yang signifikan antara praktek pemberian makan, rangsangan psikososial dan praktek kesehatan dengan status gizi. Sedangkan praktek kebersihan/higiene dan sanitasi lingkungan dengan status gizi tidak berhubungan.

Diharapkan kepada ibu-ibu yang sudah menerapkan pola asuh yang baik tetap mempertahankannya. Kepada ibu-ibu yang mempunyai anak balita yang berstatus gizi kurus, perlu diberikan penyuluhan oleh petugas kesehatan tentang praktek pemberian makan, rangsangan psikososial dan praktek kesehatan agar dapat memperbaiki status gizi anak balita.

(4)

ABSTRACT

Period of children aged 1-5 years (toddlers) is the period in which the child is in desperate need of food and nutrition in sufficient quantities and adequate. Malnutrition during this period may cause disruption growth and development. At this time also, children are still completely dependent on the care and upbringing by his mother.

The purpose of this study was to determine the mother's parenting style with the nutritional status of children under five in Sub District Pollung Humbang Hasundutan this research is analytical descriptive with cross-sectional design. The population in this study were all children under the age of 12-59 months as many as 2020, a sample of 96 children under five. Data obtained by direct interviews using a questionnaire on the respondents, ie mothers who have children under five.

Results showed the majority of children under five had normal nutritional status of as many as 71.9%, parenting based feeding practices are the most in either category of 81.2%, psychosocial stimulation on the category of being as much as 51.2%, the practice of cleanliness / hygiene and environmental sanitation in both categories at 55.2% and based on the category of good health practices as much as 86.5%. There is a significant relationship between feeding practices, psychosocial stimulation and health practices with nutritional status. While the practice of cleanliness / hygiene and environmental sanitation are not associated with nutritional status.

Expected to mothers who have applied good parenting still defend it. To mothers who have children under five are underweight nutritional status, should be given counseling by health professionals about feeding practices, psychosocial stimulation and health practices in order to improve the nutritional status of children under five.

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Romaida Panjaitan

Tempat / Tanggal Lahir : Doloksanggul, 14 April 1986 Agama : Kristen Protestan

Satus Perkawinan : Belum kawin

Alamat : Jln.siliwangi No.11 Kelurahan Doloksanggul Kabupaten Humbang hasundutan

Riwayat Pendidikan : 1. SD RK Santa Maria : Tahun 1991 – 1997 2. SLTA RK Santa Lusia : Tahun 1997 – 2000

3. SLTA Negeri 1 Doloksanggul : Tahun 2000 – 2003 4. DIII Keperawatan Pem.Kab Dairi: Tahun 2003 – 2006

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan pada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang karena kasih dan penyertaan-NYA senantiasa dalam hidup penulis, sehingga saya dapat menyelesaikam skripsi dengan judul “ Pola Asuh Ibu dan Status Gizi Anak Balita di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Dalam penyusunan skripsi ini, saya menyadari bahwa skripsi ini masih belum senpurna. Oleh karena itu, saya dengan senang hati mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis dengan rasa hormat menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,

2. Ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, MKes, selaku dosen penasehat akademik yang telah banyak membantu dan memberikan masukan bagi saya selama menjalani pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,

3. Ibu Prof. Ir. Albiner Siagian, MSi, selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, MSi, selaku dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan masukan yang membangun bagi saya dalam menyelesaikan skripsi ini,

(7)

6. Seluruh dosen dan pegawai administrasi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, khususnya dosen pada Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan Bapak Marihot Samosir, ST. yang telah banyak memberikan masukan dan motivasi serta membantu dalam segala urusan administrasi,

7. Ibu Tiurasi Banjarnahor, selaku Kepala Puskesmas Hutapaung yang telah memberi izin kepada saya untuk melakukan penelitian, dan buat semua rekan sejawat rekan sekerja yang memberi pengertian dan memotivasi saya dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Orang tua yang saya cintai, Papa Elistar Panjaitan dan Mama Tiabur banjarnahor yang telah merawatku sedari kecil dengan penuh cinta dan mencurahkan kasih sayang serta selalu memberikan doa dan semangat yang tiada henti demi keberhasilan saya serta dukungan baik berupa materi maupun moril,

9. Kakak tercinta Nurlina Panjaitan,Amd, Adik-adikku tersayang, Daniel, SE, Irawaty, Magdalena, Agnes, Virgil dan Yosua yang telah banyak memberikan semangat dan motivasi bagi saya. Every single day, I love you and how much I thank God for giving me the best family.

10.Teman temanku, Baptis Zebua,Spd, Saprin Silaban,Spd, Ev.Kristina Pasaribu, Novel Darto Pandiangan,SE, Erli Manullang,SE atas kontak doa, waktu, semangat, omelan,

ceramah dan semangat yang diberikan bagi saya dan kesediannya menjadi tempat untuk berbagi baik dikala suka maupun duka,

(8)

Akhirnya pada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan semangat. Semoga berkat Tuhan senantiasa memenuhi kehidupan Bapak, Ibu, dan teman-teman sekalian. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian.

Medan, Juni 2010 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

Daftar Riwayat Hidup ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... ... vii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4.Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Pola Pengasuhan ... 7

2.1.1. Praktek Pemberian Makan ... 7

2.1.2. Rangsangan Psikosial ... 10

2.1.3. Praktek Kebersihan/Higiene dan Sanitasi Lingkungan .... 11

2.1.4. Praktek Kesehatan ... 12

2.2. Status Gizi ... 13

2.2.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi ... 14

2.2.2. Penilaian Status Gizi ... 15

2.3. Kerangka Konsep Penelitian ... 18

2.4. Hipotesa Penelitian ... 18

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

3.1. Jenis Penelitian ... 20

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 20

3.2.2. Waktu Penelitian ... 20

3.3. Populasi dan Sampel ... 20

3.3.1. Populasi ... 20

3.3.2. Sampel ... 21

3.4. Instrumen Penelitian ... 22

3.5. Metode Pengumpulan Data ... 22

3.5.1. Data Primer ... 22

3.5.2. Data Sekunder ... 23

3.6. Defenisi Operasional ... 23

3.7. Aspek Pengukuran ... 24

(10)

3.8.1. Pengolahan Data ... 28

3.8.2. Analisa Data... 28

3.8.2.1. Analisa Univariat ... 28

3.8.2.2. Analisa Bivariat ... 28

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 29

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 29

4.1.1. Geografi ... 29

4.1.2. Demografi ... 29

4.1.3. Sarana Kesehatan ... 30

4.2. Karakteristik Responden ... 31

4.3. Karakteristik Anak ... 32

4.4. Status Gizi ... 33

4.5. Pola Asuh ... 35

BAB V PEMBAHASAN ... 42

5.1. Pola Asuh ... 42

5.1.1. Praktek Pemberian Makan ... 42

5.1.2. Rangsangan Psikososial ... 43

5.1.3. Praktek Kebersihan/Higiene dan Sanitasi Lingkungan .... 45

5.1.4. Praktek Kesehatan ... 45

5.2. Status Gizi Anak Balita ... 47

5.3. Hubungan Pola Asuh dengan Status Gizi Anak Balita ... 48

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

6.1. Kesimpulan ... 52

6.2. Saran ... 53 DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Nama Desa dan Jumlah Sampel yang Diambil ... 21 Tabel 4.1. Distribusi Penduduk berdasarkan Desa di Kecamatan Pollung

Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011 ... 30 Tabel 4.2. Distribusi Sarana Kesehatan di Kecamatan Pollung

Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011 ... 30 Tabel 4.3. Distribusi Responden berdasarkan Umur, Pekerjaan dan

Tingkat Pendidikan di Kecamatan Pollung Kabupaten

Humbang Hasundutan Tahun 2011 ... 31 Tabel 4.4. Distribusi Anak berdasarkan Kelompok Umur dan

Jenis Kelamin di Kecamatan Pollung Kabupaten

Humbang Hasundutan Tahun 2011 ... 32 Tabel 4.5. Status Gizi Anak Berdasarkan BB/U, TB/U dan BB/TB di

Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan

Tahun 2011 ... 33 Tabel 4.6. Distribusi Pola Asuh Responden menurut Praktek

Pemberian Makan di Kecamatan Pollung Kabupaten

Humbang Hasundutan Tahun 2011 ... 34 Tabel 4.7. Distribusi Pola Asuh Responden menurut Praktek Pemberian

Makanan dan Hubungannya dengan Status Gizi menurut

BB/TB di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011 ... 35 Tabel 4.8. Distribusi Pola Asuh Responden menurut Praktek Pemberian

Makan dan Hubungannya dengan Status Gizi menurut

BB/TB di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011 ... 36 Tabel 4.9. Distribusi Pola Asuh Responden menurut Rangsangan

Psikososial di Kecamatan Pollung Kabupaten

Humbang Hasundutan Tahun 2011 ... 37 Tabel 4.10. Distribusi Pola Asuh Responden menurut Rangsangan

(12)

Tabel 4.11. Distribusi Pola Asuh Responden menurut Praktek Kebersihan/Higiene dan Sanitasi Lingkungan di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan

Tahun 2011 ... 38 Tabel 4.12. Distribusi Pola Asuh Responden menurut Praktek

Kebersihan/Higiene dan Sanitasi Lingkungan serta Hubungannya dengan Status Gizi menurut BB/TB di Kecamatan Pollung

Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011 ... 38 Tabel 4.13. Distribusi Pola Asuh Responden menurut Praktek

Kesehatan di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang

Hasundutan Tahun 2011 ... 40 Tabel 4.14. Distribusi Pola Asuh Responden menurut Praktek Kesehatan

serta Hubungannya dengan Status Gizi menurut BB/TB di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan

Tahun 2011 ... 40

(13)

Gambar 1.Kerangka Konsep Faktor Masalah Gizi menurut

(14)

ABSTRAK

Masa anak usia 1-5 tahun (balita) adalah masa dimana anak sangat membutuhkan makanan dan gizi dalam jumlah yang cukup dan memadai. Kekurangan gizi pada masa ini dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang. Pada masa ini juga, anak masih benar-benar tergantung pada perawatan dan pengasuhan oleh ibunya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola asuh ibu dengan status gizi anak balita di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak balita yang berumur 12-59 bulan yaitu sebanyak 2020, sampel sebanyak 96 anak balita. Data diperoleh dengan melakukan wawancara langsung menggunakan kuisioner pada responden, yaitu ibu yang mempunyai anak balita.

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar anak balita mempunyai status gizi normal yaitu sebanyak 71,9%, pola asuh berdasarkan praktek pemberian makan terbanyak pada kategori baik yaitu 81,2%, rangsangan psikososial pada kategori sedang sebanyak 51,2%, praktek kebersihan/higiene dan sanitasi lingkungan pada kategori baik sebesar 55,2% dan berdasarkan praktek kesehatan pada kategori baik sebanyak 86,5%. Terdapat hubungan yang signifikan antara praktek pemberian makan, rangsangan psikososial dan praktek kesehatan dengan status gizi. Sedangkan praktek kebersihan/higiene dan sanitasi lingkungan dengan status gizi tidak berhubungan.

Diharapkan kepada ibu-ibu yang sudah menerapkan pola asuh yang baik tetap mempertahankannya. Kepada ibu-ibu yang mempunyai anak balita yang berstatus gizi kurus, perlu diberikan penyuluhan oleh petugas kesehatan tentang praktek pemberian makan, rangsangan psikososial dan praktek kesehatan agar dapat memperbaiki status gizi anak balita.

(15)

ABSTRACT

Period of children aged 1-5 years (toddlers) is the period in which the child is in desperate need of food and nutrition in sufficient quantities and adequate. Malnutrition during this period may cause disruption growth and development. At this time also, children are still completely dependent on the care and upbringing by his mother.

The purpose of this study was to determine the mother's parenting style with the nutritional status of children under five in Sub District Pollung Humbang Hasundutan this research is analytical descriptive with cross-sectional design. The population in this study were all children under the age of 12-59 months as many as 2020, a sample of 96 children under five. Data obtained by direct interviews using a questionnaire on the respondents, ie mothers who have children under five.

Results showed the majority of children under five had normal nutritional status of as many as 71.9%, parenting based feeding practices are the most in either category of 81.2%, psychosocial stimulation on the category of being as much as 51.2%, the practice of cleanliness / hygiene and environmental sanitation in both categories at 55.2% and based on the category of good health practices as much as 86.5%. There is a significant relationship between feeding practices, psychosocial stimulation and health practices with nutritional status. While the practice of cleanliness / hygiene and environmental sanitation are not associated with nutritional status.

Expected to mothers who have applied good parenting still defend it. To mothers who have children under five are underweight nutritional status, should be given counseling by health professionals about feeding practices, psychosocial stimulation and health practices in order to improve the nutritional status of children under five.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber

daya manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Dalam menciptakan

sumber daya manusia yang baik dan berkualitas tidak lepas dari peran gizi. Gizi

yang baik sangat diperlukan dalam hal perkembangan otak yang dapat

menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Sumber daya yang berkualitas perlu ditata sejak usia dini yaitu mulai dari

dalam kandungan sampai masa pertumbuhan dan perkembangan terutama pada

masa

golden period

dengan memperhatikan keseimbangan gizi dan kebutuhan

yang diperlukan. Ini akan mempengaruhi status gizi balita apakah baik atau tidak.

(17)

berujung ke masalah gizi, dalam gambar juga diterangkan masalah gizi atau status

gizi dipengaruhi secara tidak langsung ketersedian pangan, pola asuh, sanitasi

lingkungan dan pelayanan kesehatan. Ketersediaan pangan, sanitasi lingkungan

dan pelayanan kesehatan mempengaruhi asupan gizi dan infeksi penyakit berbeda

dengan pola asuh yang langsung mempengaruhi status gizi. Sehingga pola asuh itu

lebih diperhatikan dan tidak bisa diabaikan untuk menaikkan status gizi yang

terutama bagi balita.

Pola asuh yang tidak baik merupakan salah satu penyebab timbulnya

masalah gizi. Menurut Engle et al (1997), pola asuh adalah kemampuan keluarga

untuk menyediakan waktu, perhatian dan dukungan dalam memenuhi kebutuhan

fisik, mental,dan sosial dari anak yang sedang tumbuh dalam anggota keluarga

lainnya. Lebih lanjut pola asuh dimanifestasikan dalam beberapa hal yaitu

perhatian atau dukungan untuk wanita seperti pemberian waktu istirahat yang tepat

atau peningkatan asuhan makanan selama hamil, pemberian ASI dan makanan

pendamping anak, rangsangan psikososial terhadap anak dan dukungan untuk

perkembangan mereka, persiapan dan penyimpanan makanan, praktek

kebersihan/higiene dan sanitasi lingkungan, perawatan anak dalam keadaan sakit

meliputi praktek kesehatan di rumah dan pola pencarian pelayanan kesehatan.

(18)

adalah masa dimana anak masih sangat membutuhkan suplai makanan dan gizi

dalam jumlah yang cukup memadai. Kekurangan gizi pada masa ini dapat

mengakibatkan gangguan tumbuh kembang secara fisik, mental, sosial daan

intelektual yang sifatnya menetap dan terus dibawa sampai anak menjadi dewasa.

Secara lebih spesifik, kekurangan gizi dapat mengakibatkan keterlambatan

pertumbuhan badan, lebih penting lagi keterlambatan perkembangan otak, dan

dapat pula terjadinya penurunan atau rendahnya daya tahan tubuh terhadap

penyakit infeksi (Santoso, 2005). Pada masa ini juga, anak masih benar-benar

tergantung pada perawatan dan pengasuhan oleh ibunya.

(19)

Masalah gizi kurang di Indonesia menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional

tahun 2005 berjumlah 76.178, tahun 2006 berjumlah 50.106 kasus dan tahun 2007

berjumlah 39.080 kasus (Depkes RI, 2008).

Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, Sumatera Utara 13,5 %

mengalami kasus gizi kurang dan 7,8 % gizi buruk dan menjadi peringkat ke-8 dari

33 provinsi di Indonesia dengan status gizi buruk (Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan 2010).

Dari data di atas menunjukkan bahwa masalah gizi kurang di Indonesia

masih tinggi dan belum dapat diatasi dengan baik. Masalah gizi kurang ini sudah

diatasi setiap tahunnya tetapi tidak menunjukkan penurunan yang drastis.

(20)

Survei pendahuluan yang dilakukan juga di Kantor Camat Pollumg (2010)

menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Kecamatan Pollung memiliki jenis

pekerjaan sebagai petani. Pada umumnya ibu-ibu di Kecamatan Pollung ikut

membantu suami bekerja di ladang. Hasil wawancara ditemukan juga kebiasaan

ibu-ibu menitipkan anak mereka diasuh orang lain (nenek) ketika bekerja, dan ada

sebahagian yang membawa ke tempat kerja (ladang). Wawancara yang dilakukan

kepada ibu yang membawa anaknya ke tempat kerja menceritakan bahwa anaknya

diberi makan bersama dengan ayah dan ibu, jenis makanan anak sama dengan jenis

makanan ayah dan ibu, tidak ada makanan tambahan lainnya, anak makan sendiri

(tidak disuap oleh ibunya), apabila anak belum selesai makan, maka ibu akan

meninggalkan anak makan sendiri dan ibu kembali bekerja. Ibu juga

menambahkan bahwa anaknya jarang menghabiskan porsi yang disediakan. Hal

ini memungkinkan cara pemberian makanan seperti pemilihan menu dan porsi

makanan tidak sesuai dengan kebutuhan anak, rangsangan psikososial antara ibu

dan anak kurang baik karena ibu lebih banyak menggunakan waktu untuk bekerja

daripada mengasuh anaknya, demikian juga sanitasi lingkungan anak seperti

tempat bermain dan tempat istirahat/tidur kurang baik.

(21)

1.2.

Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang

menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pola asuh ibu dan

status gizi anak balita di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan.

1.3.

Tujuan Penelitian

1.3.1.

Tujuan Umum

Untuk mengetahui pola asuh ibu dan status gizi anak balita di Kecamatan

Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui pola asuh ibu dalam hal praktek pemberian makan, ransangan

psikososial, praktek kebersihan/higiene dan sanitasi lingkungan dan

praktek kesehatan di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang

Hasundutan.

(22)

tinggi badan (BB/TB) di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang

Hasundutan.

3. Mengetahui hubungan pola asuh ibu dengan status gizi anak balita di

Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011

1.4. Manfaat Penelitian

1.

Sebagai bahan masukan dan informasi bagi petugas kesehatan (Puskesmas)

mengenai pola asuh ibu dan status gizi anak balita di Kecamatan Pollung

dalam melaksanakan upaya peningkatan kesehatan.

2.

Menambah pengetahuan masyarakat khususnya ibu yang mempunyai

balita usia 12-59 bulan tentang pola asuh yang baik pada kelompok umur

tersebut

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pola Pengasuhan

(24)

membimbing menuju pertumbuhan ke arah kedewasaan dengan memberikan

pendidikan, makanan, dan sebagainya terhadap mereka yang diasuh.

Pola asuh adalah kemampuan keluarga dan masyarakat untuk menyediakan

waktu, perhatian dan dukungan dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan

sosial dari anak yang sedang tumbuh dan anggota keluarga lainnya (Enggle, et al,

1997).

Sesuai hasil penelitian yang dilakukan oleh Ritayani Lubis (2008) di wilayah

kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat,

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh ibu yang

meliputi praktek pemberian makan dan praktek kesehatan dengan status gizi.

Sedangkan rangsangan psikososial dengan status gizi tidak berhubungan.

Hasil penelitian Masdiarti (2000) di Hamparan Perak juga memperlihatkan

hasil anak yang berstatus gizi baik banyak ditemukan pada ibu bukan pekerja

(43,24%) dibandingkan dengan anak pada kelompok ibu pekerja (40,54%) dan ibu

bukan pekerja mempunyai kuantitas waktu yang lebih banyak dalam hal mengasuh

anaknya seperti memandikan, bermain, menidurkan, memberi makan, dan

menyusui.

Engle et al (1997) mengemukakan bahwa pola asuh dimanifestasikan dalam

6 hal, yaitu (1) perhatian/dukungan untuk wanita seperti pemberian waktu istirahat

(25)

yang tepat atau peningkatan asupan makanan selama hamil, (2) pemberian ASI dan

makanan pendamping pada anak, (3) rangsangan psikososial terhadap anak dan

dukungan untuk perkembangan mereka, (4) persiapan dan penyimpanan makanan,

(5) praktek kebersihan/higiene dan sanitasi lingkungan, dan (6) perawatan balita

dalam keadaan sakit meliputi praktek kesehatan di rumah dan pola pencarian

pelayanan kesehatan. Pemberian ASI dan makanan pendamping pada anak serta

persiapan dan penyimpanan makanan tercakup dalam praktek pemberian makanan.

Penelitian yang dilakukan oleh Hafrida (2004) di Kelurahan Belawan Bahari

Kecamatan Medan Belawan, menunjukkan bahwa ada kecenderungan dengan

semakin baiknya pola asuh anak, maka proporsi gizi baik pada anak semakin besar.

Tetapi sebaliknya di negara Timur seperti di Indonesia, keluarga besar masih

lazim dianut dan peran ibu seringkali dipengang oleh beberapa orang lainnya

seperti nenek, keluarga dekat lain dan bukan pembantu. Tetapi ternyata anak yang

dididik dalam keluarga besar tersebut dapat tumbuh dengan kepribadian yang baik.

Jadi yang lebih penting nilainya adalah suasana damai dan kasih sayang dalam

keluarga (Nadesul,1995)

2.1.1. Praktek Pemberian Makan

(26)

1. Memberikan zat gizi yang cukup bagi kebutuhan hidup, yaitu untuk

pemeliharaan dan atau pemulihan serta peningkatan kesehatan, pertumbuhan,

perkembangan fisik dan psikomotor, serta melakukan aktivitas fisik.

2. Untuk mendidik kebiasaan makan yang baik.

Makanan untuk bayi dan anak balita yang baik harus memenuhi

syarat-syarat sebagai berikut :

1. Memenuhi kecukupan energi dan semua zat gizi yang sesuai dengan umur.

2. Susunan hidangan disesuaikan dengan pola menu seimbang, bahan makanan

yang tersedia setempat, kebiasaan makanan, dan selera terhadap makan.

3. Bentuk dan porsi makanan disesuaikan dengan daya terima, toleransi, dan

keadaan faal bayi/anak.

4. Memperhatikan kebersihan perorangan dan lingkungan.

(27)

Bedasarkan hasil penelitian Sarasani (2005) menyatakan bahwa anak yang

mempunyai praktek pemberian makan yang baik lebih banyak ditemukan anak

dengan status gizi baik.

Berdasarkan penelitian Perangin-angin (2006), bahwa terdapat hubungan

antara praktek pemberian makan dengan status gizi anak. Dimana dari 36 orang

yang mempunyai status gizi baik terdapat 26 orang (83,87%) dengan praktek

pemberian makan yang baik dan 10 orang (58,82%) dengan praktek pemberian

makan yang tidak baik. Sedangkan dari 8 orang responden yang mempunyai status

gizi kurang terdapat 2 orang (6,45%) dengan praktek pemberian makan yang baik

dan 6 orang (35,29%) dengan praktek pemberian makan yang tidak baik.

Pada anak usia 1-3 tahun anak bersifat konsumen pasif. Makanannya

tergantung pada apa yang disediakan ibu. Gigi geligi susu telah tumbuh, tetapi

belum dapat digunakan untuk mengunyah makanan yang terlalu keras. Namun

anak hendaknya sudah diarahkan untuk mengikuti pola makanan orang dewasa

(As’ad, 2002)

(28)

makanan dan peralatan yang dipakai seperti sendok, mangkok, gelas, piring dan

sebagainya sangat menetukan bersih tidaknya makanan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

a. Simpan makanan dalam keadaan bersih, hindari pencemaran dari debu dan

binatang.

b. Alat makan dan memasak harus bersih.

c. Ibu atau anggota keluarga yang memberikan makanan harus mencuci tangan

dengan sabun sebelum memberikan makan.

d. Makanan selingan sebaiknya dibuat sendiri.

2.1.2. Rangsangan Psikososial

(29)

menjelaskan mengapa anak-anak tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan

baik.

Diperkirakan kondisi psikososial yang buruk dapat berpengaruh negatif

terhadap penggunaan zat gizi di dalam tubuh, sebaliknya kondisi psikososial yang

baik akan merangsang hormon pertumbuhan sekaligus merangsang anak untuk

melatih organ-organ perkembangannya. Selain itu, asuhan psikososial yang baik

berkaitan erat dengan asuhan gizi dan kesehatan yang baik pula, sehingga secara

tidak langsung berpengaruh positif terhadap status gizi, pertumbuhan dan

perkembangan. Ada beberapa faktor sosial, antara lain stimulasi, motivasi belajar,

ganjaran ataupun hukuman yang wajar, kelompok sebaya, stress, cinta dan kasih

sayang dan kualitas interaksi anak dan orang tua (Soetjiningsih, 1995).

2.1.3. Praktek Kebersihan/Higiene dan Sanitasi Lingkungan

(30)

penting bagi tumbuh kembang anak. Keadaan perumahan yang layak dengan

konstruksi bangunan yang tidak membahayakan penghuninya akan menjamin

keselamatan dan kesehatan penghuninya, yaitu ventilasi dan pencahayaan yang

cukup, tidak penuh sesak, cukup leluasa bagi anak untuk bermain, dan bebas polusi

(Soetjiningsih, 1995).

Sulistijani (2001) mengatakan bahwa lingkungan yang sehat perlu

diupayakan dan dibiasakan, tetapi tidak dilakukan sekaligus, harus perlahan-lahan

dan terus menerus. Lingkungan yang sehat terkait dengan keadaan bersih, rapi dan

teratur. Oleh karena itu, anak perlu dilatih untuk mengembangkan sifat-sifat sehat

seperti berikut :

1. Mandi 2 kali sehari

2. Cuci tangan sebelum dan sesudah makan

3. Makan teratur, 3 kali sehari

4. Menyikat gigi sebelum tidur

5. Membuang sampah pada tempatnya

6. Buang air kecil pada tempatnya

(31)

Praktek kesehatan adalah hal-hal yang dilakukan untuk menunjang

peningkatan dan menjaga status gizi anak. Dalam hal ini praktik kesehatan

dilakukan untuk menjauhkan dan menghindari penyakit dan yang dapat

menyebabkan turunnya keadaan kesehatan anak (Zeitlin, 1990).

Praktik kesehatan ini meliputi hal pengobatan penyakit pada anak apabila si

anak menderita sakit dan tindakan pencegahan terhadap penyakit sehingga anak

tidak sampai terkena suatu penyakit. Praktik kesehatan anak yang baik dapat

ditempuh dengan cara memperhatikan keadaaan gizi anak, kelengkapan

imunisasinya, kebersihan diri anak dan lingkungan dimana anak berada, serta

upaya ibu dalam hal mencarikan pengobatan terhadap anak apabila anak sakit.

Adalah hal yang baik apabila ketika anak sakit, ibu membawanya ke

tempat-tempat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, klinik, puskesmas, dan lain-lain

(Zeitlin dkk, 1990)

2.2. Status Gizi

(32)

Kehandalan anak dari dimensi pertumbuhan dapat ditunjukkan diantaranya

adalah status gizi dan kesehatannya. Status gizi merupakan tanda-tanda atau

penampilan seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat

gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi (sunarti, 2004).

Menurut penelitian Hafrida (2004), terdapat kecendrungan pola asuh dengan

status gizi. Semakin baik pola asuh anak maka proporsi gizi baik pada anak juga

akan semakin besar. Dengan kata lain, jika pola asuh anak di dalam keluarga

semakin baik tentunya tingkat konsumsi pangan anak juga akan semakin baik dan

akhirnya akan mempengaruhi keadaan gizi anak. Dari hasil penelitiannya dapat

diketahui bahwa 40 responden terdapat 30 orang (75%) dengan pola asuh baik

mempunyai status gizi yang baik pula. Dan 10 orang (25%) dengan pola asuh

buruk mempunyai status gizi yang kurang.

2.2.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi

(33)
[image:33.612.130.433.112.563.2]
(34)

Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa akar permasalahan gizi adalah krisis

ekonomi, politik dan sosial dalam masyarakat, sehingga menyebabkan terjadinya

permasalahan kekurangan pangan, kemiskinan dan tingginya angka inflasi dan

pengangguran. Sedangkan pokok masalahnya di masyarakat adalah kurangnya

pemberdayaan wanita sumber daya manusia, rendahnya tingkat pendidikan,

pengetahuan dan keterampilan. Adapun faktor tidak langsung menyebabkan

kurang gizi adalah tidak cukup persediaan pangan akibat krisis ekonomi dan

rendahnya daya beli masyarakat, pola asuh anak yang tidak memadai akibat dari

rendahnya pengetahuan, pendidikan orang tua dan buruknya sanitasi lingkungan

dan akses kepelayanan kesehatan dasar masih sulit sehingga berdampak terhadap

pola konsumsi dan terjadi penyakit infeksi yang secara langsung menyebabkan gizi

kurang.

2.2.2. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan :

1) Antropometri

(35)

Indeks antropometri dengan BB/U mempunyai kelebihan diantaranya lebih

mudah dan lebih cepat dimengerti masyarakat umum, baik untuk mengukur status

gizi akut atau kronis, berat badan dapat berfluktuasi, sangat sensitif terhadap

perubahan kecil dan dapat mendeteksi kegemukan (Supariasa, 2001). Untuk

pengkategorian status gizi berdasarkan BB/U dapat dilihat di bawah ini.

1.

Gizi Normal

: jika skor simpangan baku -2,0

≤ Z < 2,0

2.

Gizi Kurang

: jika skor simpangan baku -3,0

≤ Z <

-2,0

3.

Gizi Sangat Kurang : jika nilai Z-Skor < -3,0

b. TB/U (Tinggi Badan menurut Umur)

Tinggi badan merupakan antropometri yang mengambarkan keadaan

pertumbuhan skletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan

pertambahan umur. Keuntungan indeks TB/U diantaranya adalah baik untuk

menilai status gizi masa lampau, pengukur panjang badan dapat dibuat sendiri,

murah dan mudah dibawa (Supariasa, 2001). Untuk pengkategorian status gizi

berdasarkan TB/U dapat dilihat di bawah ini.

(36)

c. BB/TB (Berat Badan menurut Tinggi Badan)

Dalam keadaan normal berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi

badan dengan kecepatan tertentu, keuntungan dari indeks BB/TB adalah tidak

memerlukan data umur dan dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal

dan kurus) Supariasa, 2001). Untuk pengkategorian status gizi berdasarkan

BB/TB dapat dilihat di bawah ini.

1. Sangat Gemuk : jika skor simpangan baku > 3,0 SD

2. Gemuk

: jika skor simpangan baku 2,0 < Z

≤ 3,0

3. Risiko Gemuk : jika skor simpangan baku 1,0

≤ Z < 2,0

4. Normal

: jika skor simpangan baku -2,0

≤ Z < 1,0

5. Kurus

: jika skor simpangan baku -3,0

≤ Z <

-2,0

6. Sangat Kurus : jika nilai Z-Skor < -3,0 SD

2) Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang didasarkan atas

perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini

dapat dilihat pada jaringna epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata,

rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan

tubuh seperti kelenjar tiroid (Supariasa, 2001)

(37)

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang

diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.

Jaringan tubuh yang digunakan anatara lain: darah, urin, tinja, dan juga beberapa

jaringan tubuh seperti hati dan otot. Digunakan untuk suatu peringatan bahwa

kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi (Supariasa,

2001).

4) Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi

dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan

struktur dari jaringan (Supariasa, 2001).

(38)
[image:38.612.70.495.153.298.2]

Berdasarkan pada masalah dan tujuan yang dicapai dalam penelitian ini,

maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2. Kerangka konsep pola asuh ibu dan status gizi anak balita

Keterangan:

Kerangka konsep penelitian menggambarkan bahwasanya yang akan diteliti

mencakup variabel pola asuh ibu yang meliputi: praktek pemberian makan

,rangsangan psikososial, praktek kebersihan/higiene & sanitasi lingkungan,

praktek kesehatan yang menentukan baik tidaknya status gizi anak balita.

Masing-masing variabel penelitian dianalisa dan akan dilihat apakah saling berhubungan

2.8

Hipotesa Penelitian

Pola Asuh Ibu Meliputi:

1. Praktek pemberian makan 2. Rangsangan psikososial 3. Praktek kebersihan/higiene &

sanitasi lingkungan 4. Praktek kesehatan

Status Gizi Anak Balita:

(39)

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian

sebagai berikut :

Ada hubungan praktek pemberian makan dengan status gizi

Ada hubungan rangsangan psikososial dengan status gizi

Ada hubungan praktek kebersihan/higiene & sanitasi lingkungan dengan

status gizi

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.

Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain

cross sectional study

yaitu untuk mengetahui hubungan pola asuh ibu dan status gizi anak balita di

Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan.

3.2.

Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1.

Lokasi Penelitian

(41)

peningkatan

Infant Mortality Rate

atau angka kematian bayi yaitu dari 15 bayi di

tahun 2008 menjadi 22 bayi di tahun 2009.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari sampai dengan Juli

2011.

3.3.

Populasi dan Sampel

3.3.1.

Populasi

Populasi penelitian ini adalah anak balita usia 12-59 bulan

yang berada di

Kecamatan Pollung. Jumlah populasi adalah 2020 balita.

3.3.2.

Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah bagian dari populasi yang diambil dari 13

desa yang ada di Kecamatan Pollung. Penarikan sampel dari masing-masing desa

dilakukan secara acak sederhana

(Simple Random Sampling)

yaitu dengan tehnik

undian.

Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

(42)

n = N

1 + N (d)

2

Dimana :

N = ukuran populasi

n = ukuran sampel

d = tingkat kepercayaan /ketetapan yang diinginkan sebesar 0,1.

[image:42.612.69.498.462.720.2]

(Notoadmodjo, 2002). Sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 96 orang.

Adapun kriteria sampel yang diambil adalah anak yang umur 12-59 bulan beserta

ibunya yang tinggal di kecamatan Pollung. Berikut uraian desa dan jumlah sampel

yang diambil.

Tabel 3.1 Nama Desa dan Jumlah Sampel yang Diambil

No Nama Desa

Populasi

Balita

Jumlah

Sampel

1

Pollung

180

8

2

Hutapaung

94

4

3

Ria-ria

179

8

4

Aek nauli I

162

8

5

Parsingguran I

123

6

6

Parsingguran II

230

11

(43)

8

Pansur Batu

151

7

9

Aek nauli II

140

7

10

Sipituhuta

186

9

11

Pandumaan

156

8

12

Pardomuan

75

4

13

Hutapaung Utara

130

6

TOTAL

2020

96

Responden dalam penelitian ini adalah orang yang mengasuh anak yang

masuk dalam sampel penelitian.

3.4. Instrumen Penelitian

1.

Kuesioner

2.

Timbangan pijak bermerek

one med

dengan kapasitas berat 150 kg

3.

Microtoise pengukur tinggi badan dengan ketelitian 0,1 cm

4.

Baku rujukan WHO 2005

5.

Tenaga pengumpul data

3.5. Metode Pengumpulan Data

(44)

Data primer yang terdiri dari:

1.

Karakteristik responden (nama dan umur, pendidikan, pekerjaan, agama),

karakteristik anak (nama, tanggal lahir, jenis kelamin, berat badan, tinggi

badan, lama pemberian ASI). Diperoleh dengan wawancara menggunakan

kuesioner.

2.

Data berat badan anak diperoleh melalui pengukuran dengan menggunakan

timbangan pijak yang bermerek

one med

berkapasitas 150 kg

3.

Data tinggi badan anak diperoleh melalui pengukuran dengan menggunakan

microtoise

dengan ketelitian 0,1 cm

4.

Data Pola Asuh meliputi praktek pemberian makan, rangsangan, praktek

kebersihan/higiene dan sanitasi lingkungan dan praktek kesehatan diperoleh

dengan wawancara menggunakan kuesioner, dan rangsangan psikososial

diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner serta diobservasi.

3.5.2. Data Sekunder

(45)

3.6. Defenisi Operasional

1.

Status gizi adalah keadaan fisik anak balita yang ditentukan dengan

melakukan pengukuran antropometri berat badan menurut umur(BB/U),

tinggi badan menurut umur (TB/U), berat badan menurut tinggi badan

(BB/TB) kemudian diintrepetasikan dengan standart WHO 2005

2.

Berat badan adalah ukuran massa tubuh anak yang ditentukan dengan cara

penimbangan menggunakan alat timbangan pijak.

3.

Tinggi badan adalah ukuran tinggi tubuh anak yang ditentukan dengan cara

pengukuran menggunakan alat mikrotoise dalam satuan centimeter (cm)

4.

Pola asuh adalah suatu tindakan memberikan perhatian yang penuh serta

kasih sayang pada anak balita mencakup :

a.

Praktek pemberian makan adalah gambaran mengenai sikap ibu dalam

memilih jenis makanan, frekuensi pemberian makanan, waktu pemberian

makan, cara pengolahan makanan, cara memberikan makanan dan

penyimpanan makanan.

(46)

c.

Praktek kebersihan/higiene dan sanitasi lingkungan anak adalah

gambaran mengenai apa yang dilakukan oleh ibu untuk menjaga

kebersihan anak dan lingkungan anak

d.

Praktek kesehatan adalah tindakan apa yang dilakukan ibu untuk

menjaga kesehatan anak dalam kebersihan dan lingkungan anak meliputi

keadaan rumah dan perawatan balita dalam keadaan sakit meliputi

pencarian pelayanan kesehatan (membawa anak berobat jika sakit,

mempunyai persediaan obat di rumah, mendampingi anak selama sakit,

anak ditimbang setiap bulan, immunisasi lengkap.

3.7. Aspek Pengukuran

1. Status Gizi

Status gizi balita diperoleh melalui pengukuran antropometri berat badan

menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), berat badan menurut

tinggi badan (BB/TB) dengan menggunakan baku

World Health Organization

(WHO) tahun 2005. Kategorinya sesuai dengan klasifikasi status gizi berdasarkan

indeks BB/U, TB/U, dan BB/TB yaitu:

(47)

1. Gizi Normal

: jika skor simpangan baku -2,0

≤ Z < 2,0

2. Gizi Kurang

: jika skor simpangan baku -3,0

≤ Z <

-2,0

3. Gizi Sangat Kurang

: jika nilai Z-Skor < -3,0

b. Tinggi badan menurut umur (TB/U)

1. Tinggi

: jika skor simpangan baku > 3,0 SD

2. Normal

: jika skor simpangan baku -2,0

≤ Z ≤ 3,0

3. Pendek

: jika skor simpangan baku -3,0

≤ Z <

-2,0

4. Sangat Pendek

: jika nilai Z-Skor < -3,0 SD

c. Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

1. Sangat Gemuk

: jika skor simpangan baku > 3,0 SD

2. Gemuk

: jika skor simpangan baku 2,0 < Z

≤ 3,0

3. Risiko Gemuk

: jika skor simpangan baku 1,0

≤ Z < 2,0

4. Normal

: jika skor simpangan baku -2,0

≤ Z < 1,0

5. Kurus

: jika skor simpangan baku -3,0

≤ Z <

-2,0

6. Sangat Kurus

: jika nilai Z-Skor < -3,0 SD

Cara menghitung nilai skor adalah :

Nilai Individu Subyek – Nilai Median Baku Rujukan

Z- Skor =

(48)

2. Pola asuh ibu

a. Praktek pemberian makan

Diukur berdasarkan jawaban dari kuesioner yang terdiri dari 22 pertanyaan.

Skor untuk option a = 3, b = 2, c= 1 sehingga skor menjadi 66. Dikategorikan

berdasarkan pendapat Pratomo (1986) yaitu :

1. Baik

: apabila responden mempunyai nilai >75% dari nilai

maksimum ( > 50)

2. Sedang

: apabila responden mempunyai nilai 40-75% dari nilai

maksimum (26-50)

3. Kurang

: apabila responden mempunyai nilai <40% dari nilai

maksimum (< 26)

b. Rangsangan psikososial

(49)

1. Baik

: apabila responden mempunyai nilai >75% dari nilai

maksimum (> 22)

2.Sedang

: apabila responden mempunyai nilai 40-75% dari nilai

maksimum (12-22)

3.Kurang

: apabila responden mempunyai nilai <40% dari nilai

maksimum (< 12)

c. Praktek kebersihan/higiene dan sanitasi lingkungan

Diukur berdasarkan jawaban dari kuesioner yang terdiri dari 10 pertanyaan.

Skor untuk pilihan a = 3, b = 2, c = 1 sehingga skor menjadi 30. Dikategorikan

berdasarkan pendapat Pratomo (1986) yaitu :

1.Baik

: apabila responden mempunyai nilai >75% dari nilai

maksimum (> 22)

2.Sedang

: apabila responden mempunyai nilai 40-75% dari nilai

maksimum (12-22)

3.Kurang

: apabila responden mempunyai nilai <40% dari nilai

maksimum (< 12)

(50)

Diukur berdasarkan jawaban dari kuesioner yang terdiri dari 10 pertanyaan.

Skor untuk pilihan a = 3, b = 2, c = 1 sehingga skor menjadi 30. Dikategorikan

menjadi :

1. Baik

: apabila responden mempunyai nilai>75% dari nilai maksimum

( > 22)

2. Sedang

: apabila responden mempunyai nilai 40-75% dari nilai

maksimum (12-22)

3. Kurang

: apabila responden mempunyai nilai <40% dari nilai

maksimum (< 12)

3.8.

Pengolahan dan Analisa Data

3.8.1 Pengolahan Data

(51)

kelengkapan jawaban atas pertanyaan. (ii)

Coding

(pemeriksaan kode) yaitu data

yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian

diberi kode oleh peneliti, (iii)

Tabulating

untuk memudahkan pengolahan dan

analisa data maka data ditabulasikan dalam bentuk distribusi frekuensi.

3.8.2 Analisa Data

3.8.2.1. Analisa Univariat

Analisa data dengan mendistribusikan variabel pola asuh ibu dan status gizi

anak balita yang disajikan dalam bentuk tabel dan distribusi frekuensi.

3.8.2.2. Analisa Bivariat

Variabel penelitian pola asuh ibu dan status gizi anak balita akan dianalisa

dengan analisa bivariat menggunakan uji

chi square

pada taraf kepercayaan 90%

(p<0,1) dengan bantuan SPSS sehingga diketahui hubungan antar variabel

penelitian.

(52)

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1.Geografi

Kecamatan Pollung merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Humbang Hasundutan. Terdiri dari 13 Desa dengan luas wilayah 32.736,46 Ha.

Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Pollung adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara : Kecamatan Palipi

- Sebelah Selatan : Kecamatan Doloksanggul

- Sebelah Barat : Kecamatan Parlilitan

-Sebelah Timur : Kecamatan Baktiraja 4.1.2. Demografi

a. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk di Kecamatan Pollung mencapai 20.218 jiwa terdiri atas 9.937 orang laki-laki dan 10.281 orang perempuan serta jumlah kepala keluarga sebanyak 4.136 KK.

b. Jumlah Penduduk Berdasarkan Desa

Dari penelitian diperoleh data jumlah penduduk berdasarkan desa seperti pada Tabel berikut :

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Desa di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011

No Nama Desa Jumlah

Penduduk

(53)

1 Pollung 1573 305

2 Hutapaung 1494 315

3 Ria-ria 1986 484

4 Aek nauli I 1123 267

5 Parsingguran I 1126 223

6 Parsingguran II 2141 397

7 Hutajulu 2415 418

8 Pansur Batu 1185 268

9 Aek nauli II 1298 265

10 Sipituhuta 2077 426

11 Pandumaan 1583 292

12 Pardomuan 1101 237

13 Hutapaung Utara 1116 239

Total 20218 4136

Sumber : Data Demografi Kecamatan Pollung Tahun 2011

4.1.3. Sarana Kesehatan

[image:53.612.67.498.69.270.2]

Sarana kesehatan yang ada di Kecamatan Pollung dapat dilihat pada Tabel 4.2. berikut ini Tabel 4.2. Distribusi Sarana Kesehatan di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang

Hasundutan Tahun 2011

Sarana Kesehatan Jumlah

Puskesmas 1

Poskesdes 15

Posyandu 25

Jumlah 41

Sumber : Data Profil Kecamatan Pollung Tahun 2011

4.2. Karakteristik Responden

Dari hasil penelitian diperoleh data karakteristik responden yaitu umur, pekerjaan, tingkat pendidikan. Distribusinya dapat dilihat dalam Tabel 4.3. berikut.

[image:53.612.76.490.419.501.2]
(54)

Karakteristik Responden n % Umur Responden - 21-25 - 26-29 - 30-33 - 34-37 - 38-41 - 42-46

7 7.3

17 17.7

26 27.1

26 27.1

16 16.7

4 4.2

Jumlah 96 100.0 Pekerjaan Responden

- Ibu rumah tangga

- Petani

- PNS

- Wiraswasta

5 5.2

76 79.2

11 11.5

4 4.2

Jumlah 96 100.0

Tingkat Pendidikan

- Tidak sekolah

- Tidak tamat SD

- SD

- SLTP

- SLTA

- Akademi/PT

1 1.0

2 2.1

6 6.2

12 12.5

67 69.8

8 8.3

Jumlah 96 100.0

Dari Tabel 4.3. di atas dapat diketahui bahwa umur responden terbanyak berada pada umur 30-33 tahun dan 34-37 yaitu masing-masing sebanyak 26 orang (27,1%). Umur minimal responden yang terdapat di Kecamatan Pollung adalah umur 42-46 tahun yaitu sebanyak 4 orang (4,2%), responden memiliki jenis pekerjaan lebih banyak sebagai petani yaitu sejumlah 76 orang (79,2%) dan lebih sedikit jenis pekerjaan wiraswasta yaitu sejumlah 4 orang (4,2%), responden berdasarkan tingkat pendidikan yang paling banyak adalah tingkat pendidikan SLTA yaitu sebanyak 67 orang (69,8%) dan yang paling sedikit dengan adalah tidak sekolah yaitu sebanyak 1 orang (1,0%)

(55)
[image:55.612.79.486.168.348.2]

Dari hasil penelitian diperoleh data karakteristik anak balita yaitu umur dan jenis kelamin. Distribusinya dapat dilihat dalam Tabel 4.4. berikut.

Tabel 4.4.Distribusi Anak berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011

Karakteristik Anak n %

Umur (Bulan)

- 12-23 53 55.2

- 24-35 27 28.1

- 36-47 10 10.4

- 48-59 6 6.2

Jumlah 96 100.0

Jenis Kelamin

- Laki-laki 44 45.8

- Perempuan 52 54.2

Jumlah 96 100.0

Dari Tabel 4.4. di atas dapat diketahui bahwa di Kecamatan Pollung anak balita terbanyak berumur di antara umur 12-23 bulan yaitu sebanyak 53 orang (55,2%) dan paling sedikit berumur 48-59 bulan yaitu sebanyak 6 orang (6,2%). Jenis kelamin anak, perempuan lebih banyak yaitu sebanyak 52 orang (54,2%). sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 44 orang (45,8%).

4.4. Status Gizi Anak

Dari hasil penelitian diperoleh data status gizi anak balita yang dinilai berdasarkan 3 indikator pengukuran yakni berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB),` dapat dilihat pada Tabel 4.5. berikut. Tabel 4.5. Status Gizi Anak Balita Berdasarkan BB/U, TB/U dan BB/TB di Kecamatan

Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011

(56)

Indikator BB/U

- Gemuk 1 1.0

- Normal 80 15.6

- Kurang 15 83.3

Jumlah 96 100.0

Indikator TB/U

- Normal 66 68.8

- Pendek 30 31.2

Jumlah 96 100.0

Indikator BB/TB

- Gemuk 1 1.0

- Resiko gemuk 1 1.0

- Normal 69 71.9

- Kurus 15 15.6

- Sangat kurus 10 10.4

Jumlah 96 100.0

[image:56.612.67.488.73.331.2]

Dari Tabel 4.5. dapat dilihat bahwa berdasarkan indikator BB/U paling banyak anak memiliki status gizi normal yaitu sebanyak 80 orang (15,6%) dan paling sedikit anak memiliki status gizi gemuk yaitu sebanyak 1 orang (1,0%). Berdasarkan indikator TB/U anak lebih banyak memiliki status gizi normal yaitu sebanyak 66 orang (68,8%), sedangkan anak yang berstatus gizi pendek sebanyak 30 orang (31,2%), dan berdasarkan indikator BB/TB, anak lebih banyak memiliki status gizi normal yaitu sebanyak 69 orang (71,9%) dan paling sedikit anak memiliki status gizi gemuk dan beresiko gemuk yaitu masing-masing sebanyak 1 orang (1,0%).

Tabel 4.6. Distribui Status Gizi Anak Berdasarkan Karakteristik Responden di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011

Variabel

Status Gizi

Gemuk Resiko

Gemuk Normal Kurus

Sangat

Kurus Jumlah

n % n % n % n % n % n %

Pendidikan Terakhir Ibu

- Tidak Sekolah

- Tidak Tamat SD

(57)

- Akademi/PT Pekerjaan Ibu

- Ibu Rumah Tangga

- Petani - PNS - Wiraswata 0 0 1 0 0 0 9 0 1 0 1 0 20 0 9 0 3 54 9 3 60 71 82 75 0 13 0 1 0 17 0 25 1 9 0 0 20 12 0 0 5 76 11 4 100 100 100 100

Dari Tabel 4.6. dapat diketahui bahwa terdapat 1 orang ibu yang tidak pernah sekolah mempunyai anak dengan status gizi kurus, 2 ibu yang berpendidkan terakhir tidak tamat SD mempunyai anak dengan status gizi kurus. Dari 6 ibu yang berpendidikan SD mempunyai 4 anak dengan status gizi normal (66,6%), 1 anak status gizi kurus (16,7%), 1 anak status gizi sangat kurus (16,7%), dari 12 ibu yang berpendidikan SLTA mempunyai anak 10 orang dengan status gizi normal (83.3%), 2 anak dengan status gizi kurang (16.7%). Dari 67 ibu yang berpendidikan SLTA mempunyai 1anak dengan satus gizi resiko gemuk ( 1,5%), 46 anak dengan status gizi normal (68,7%), 11 anak dengan status gizi kurus (16,4%), 9 anak dengan status gizi sangat kurus (13,4%). Dari 8 ibu yang berpendidikan Akademi/PT mempunyai 1 anak dengan status gizi gemuk (12,5%), 7 anak dengan status gizi normal (87,5%).

Dari 5 orang ibu yang memiliki pekerjaan sebaagai ibu rumah tangga mempunyai anak 1 orang dengan status gizi resiko gemuk (20%), 3 anak dengan status gizi normal (60%), 1 anak dengan status gizi sangat kurus (20%). Dari 76 ibu yang bekerja sebagai petani mempunyai 54 anak dengan status gizi normal (71%), 13 anak sangat kurus (17%), 9 anak sangat kurus (12%). Dari 11 ibu yang bekerja sebagai PNS mempunyai anak 1 orang gemuk (9%), 1 orang resiko gemuk (9%), dari 4 ibu yang bekerja sebaqgai wiraswasta mempunyai anak 3 orang normal (75%), 1 anak sangat kurus (25%).

(58)

a. Praktek pemberian makan

Pola asuh responden berdasarkan praktek pemberian makan dan hubungannya dengan status gizi anak yang berada di Kecamatan Pollung dapat dilihat dari Tabel 4.7. berikut.

Tabel 4.7. Distribusi Pola Asuh Ibu menurut Praktek Pemberian Makan di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011

Da ri Tabel

4.7. dapat diketahui bahwa pola asuh ibu menurut praktek pemberian makan lebih banyak pada kategori baik yaitu sebanyak 78 orang(81,2%), sedangkan pada kategori kurang sebanyak 1 orang (1%)

Tabel 4.8. Distribusi Pola Asuh Ibu menurut Praktek Pemberian Makanan dan Hubungannya dengan Status Gizi menurut BB/TB di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011

Dari Tabel 4.8. dapat diketahui bahwa dari 78 orang dengan praktek pemberian makan baik terdapat 1 orang (1,3%) yang gemuk, 1 orang (1,3%) yang beresiko gemuk, 59 orang ( 75,6%) yang berstatus gizi normal, 10 orang (12,9%) berstatus gizi sangat kurus dan 7 orang (8,9%) berstatus gizi kurang. Dari 17 orang dengan praktek pemberian makanan sedang terdapat 10 orang (59,8%) berstatus gizi normal dan 7 orang (41,1%) berstatus gizi kurus, dan dari praktek pemberian makan kurang terdapat 1 orang (100%) yang berstatus gizi kurus dan tidak terdapat gemuk, resiko gemuk, normal, sangat kurus.

No Praktek Pemberian Makan n %

1. Baik 78 81.2

2. Sedang 17 17.7

3. Kurang 1 1.0

Jumlah 96 100.0

No Praktek Pemberian

Makanan

Status Gizi (BB/TB) P

Gemuk

Resiko

gemuk Normal

Sangat

kurus Kurus

Jumlah

n % n % n % n % n % n %

1. Baik 1 1,3 1 1,3 59 75,6 10 12,9 7 8,9 78 100 0,022 2. Sedang 0 0 0 0 10 58,9 1 0 7 41,1 17 100

[image:58.612.68.548.180.379.2]
(59)

Berdasarkan tabulasi silang diatas dan analisa chi-square di dapat nilai p<0,1 (0,096) artinya terdapat hubungan status gizi dengan pola asuh menurut pratek pemberian makan.

b. Rangsangan Psikososial

Pola asuh ibu berdasarkan rangsangan psikososial dan hubungannya dengan status gizi anak yang berada di Kecamatan Pollung dapat dilihat dari Tabel 4.9. berikut.

Tabel 4.9. Distribusi Pola Asuh Ibu menurut Rangsangan Psikososial di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011

D ari Tabel 4.9. dapat diketahui bahwa pola asuh ibu menurut rangsangan psikososial lebih banyak pada kategori sedang yaitu sebanyak 50 orang (52,1%), dan tidak terdapat rangsangan psikososial kategori kurang.

Tabel 4.10.Distribusi Pola Asuh Responden menurut Rangsangan Psikososial dan Hubungannya dengan Status Gizi menurut BB/TB di Kecamatan Pollung

Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011

No Rangsangan Psikososial n %

1. Baik 46 47.9

2. Sedang 50 52.1

3. Kurang 0 0

Jumlah 96 100.0

No Rangsangan Psikososial

Status Gizi (BB/TB) P

Gemuk

Resiko

gemuk Normal

Sangat

kurus Kurus

Jumlah

n % n % n % n % n % n %

(60)

Dari Tabel 4.10. dapat diketahui bahwa dari 46 orang dengan rangsangan psikososial yang baik terdapat 1 orang (2,2%) yang gemuk, 38 orang ( 82,6%) yang berstatus gizi normal, 4 orang (8,6%) berstatus gizi sangat kurus dan 3 orang (6,6%) berstatus gizi kurang. Dari 50 orang dengan rangsangan psikososial sedang terdapat 1 orang (2%) beresiko gemuk dan 31 orang (62%) berstatus gizi normal, 6 orang (12%) berstatus gizi sangat kurus, 12 orang (24%) berstatus gizi kurus, dan tidak dijumpai rangsangan psikososial kategori kurang.

Berdasarkan tabulasi silang diatas dan analisa chi-square di dapat nilai p<0,1 (0,079) artinya terdapat hubungan status gizi dengan pola asuh menurut rangsangan psikososial.

c. Praktek Kebersihan/Higiene dan Sanitasi Lingkungan

[image:60.612.69.544.565.653.2]

Pola asuh ibu berdasarkan praktek kebersihan/higiene dan sanitasi lingkungan serta hubungannya dengan status gizi anak yang berada di Kecamatan Pollung dapat dilihat dari Tabel 4.11. berikut.

Tabel 4.11. Distribusi Pola Asuh Ibu menurut Praktek Kebersihan/Higiene dan Sanitasi Lingkungan di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011

D ari Tabel

4.11. 2. Sedang 0 0 1 2 31 62 6 12 12 24 50 100 3. Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 100

No Praktek Kebersihan/Higiene dan Sanitasi Lingkungan n %

1. Baik 53 55.2

2. Sedang 43 44.8

3. Kurang 0 0

(61)
[image:61.612.64.564.168.343.2]

dapat diketahui bahwa pola asuh responden menurut praktek kebersihan/higiene dan sanitasi lingkungan lebih banyak pada kategori baik yaitu sebanyak 53 orang (55,2%), dan tidak terdapat praktek kebersihan/higiene dan sanitasi lingkungan kategori kurang.

Tabel 4.12. Distribusi Pola Asuh Ibu menurut Praktek Kebersihan/Higiene dan Sanitasi Lingkungan serta Hubungannya dengan Status Gizi menurut BB/TB di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011

Dari Tabel 4.12. dapat diketahui bahwa dari 53 orang dengan praktek kebersihan/higiene dan sanitasi lingkungan yang baik terdapat 1 orang (1,8%) yang gemuk, 41 orang (77,3%) yang berstatus gizi normal, 4 orang (12,9%) berstatus gizi sangat kurus dan 7 orang (8,9%) berstatus gizi kurang. Dari 43 orang dengan praktek kebersihan/higiene dan sanitasi lingkungan kategori sedang terdapat 1 orang (2,3%) beresiko gemuk dan 28 orang (65%) berstatus gizi normal, 6 orang (13,9%) berstatus gizi sangat kurus, 8 orang (18,6%) berstatus gizi kurus, dan tidak terdapat praktek kebersihan/higiene dan sanitasi lingkungan kategori kurang.

Berdasarkan tabulasi silang diatas dan analisa chi-square di dapat nilai p>0,1 (0,417) artinya tidak terdapat hubungan status gizi dengan pola asuh menurut praktek kebersihan/higiene dan sanitasi lingkungan.

e. Praktek Kesehatan No Praktek

Kebersihan/ Higiene dan

sanitasi Lingkungan

Status Gizi (BB/TB) P

Gemuk Resiko

gemuk Normal

Sangat

kurus Kurus Jumlah

n % n % n % n % n % n %

1. Baik 1 1,8 0 0 41 77,3 4 12,9 7 8,9 53 100 0,417 2. Sedang 0 0 1 2,3 28 65 6 13,9 8 18,6 43 100

(62)

Pola asuh responden berdasarkan praktek kesehatan serta hubungannya dengan status gizi anak yang berada di Kecamatan Pollung dapat dilihat dari Tabel 4.13. berikut.

Tabel 4.13. Distribusi Pola Asuh Ibu menurut Praktek Kesehatan di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011

D ari Tabel

4.13. dapat diketahui bahwa pola asuh ibu menurut praktek kesehatan lebih banyak pada kategori baik yaitu sebanyak 83 orang (86,5%), dan tidak terdapat praktek kesehatan kategori kurang. Tabel 4.14. Distribusi Pola Asuh Responden menurut Praktek Kesehatan serta

Hubungannya dengan Status Gizi menurut BB/TB di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011

Dari Tabel 4.14. dapat diketahui bahwa dari 83 orang yang telah menerapkan praktek kesehatan yang baik terdapat 1 orang (1,2%) yang gemuk, 63 orang (75,9%) yang berstatus gizi

normal, 9 orang (10,8%) berstatus gizi sangat kurus dan 10 orang (12%) berstatus gizi kurang. Dari 13 orang yang telah menerapkan praktek kesehatan kategori sedang terdapat 1 orang (7,7%) beresiko gemuk dan 7 orang (53,8%) berstatus gizi normal, 1 orang (7,7%) berstatus gizi sangat kurus, 4 orang (31%) berstatus gizi kurus dan tidak terdapat praktek kesehatan yang kategori kurang.

No Praktek Kesehatan n %

1. Baik 83 86.5

2. Sedang 13 13.5

3. Kurang 0 0

Jumlah 96 100.0

No Praktek Kesehatan

Status Gizi (BB/TB) P

Gemuk Resiko

gemuk Normal

Sangat kurus

Kurus Jumlah

n % n % n % n % n % n %

1. Baik 1 1,2 0 0 63 75,9 9 10,8 10 12 83 100 0,039 2. Sedang 0 0 1 7,7 7 53,8 1 7,7 4 31 13 100

[image:62.612.73.550.169.247.2] [image:62.612.71.541.455.557.2]
(63)
(64)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Pola Asuh

Menurut Engle (1997), pola asuh adalah kemampuan keluarga dan masyarakat untuk menyediakan waktu, perhatian dan dukungan dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial dari anak yang sedang tumbuh dan anggota keluarga lainnya. Pola asuh responden meliputi praktek pemberian makan, rangsangan psikososial, praktek kebersihan/higiene dan sanitasi lingkungan serta praktek kesehatan anak.

5.1.1. Praktek Pemberian Makan

(65)

makanan, kebersihan makanan dan peralatan yang dipakai harus mendapatkan perhatian khusus. Makanan yang kurang bersih dan sudah tercemar dapat menyebabkan diare atau kecacingan pada anak.

Sesuai dengan yang dikemukakan Marian (2000) yang dikutip oleh Prahesti (2001), faktor utama yang berpengaruh terhadap praktek pemberian makan adalah pengetahuan dan pendidikan ibu. Dengan pendidikan yang cukup ditunjang pengetahuan gizi modern akan praktek pemberian makan kepada anak semakin baik. Hal ini didukung oleh pendapat Soetjiningsih (1995) bahwa pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik/cara mempraktekkan pola aush dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat pendidikan responden mayoritas berada pada tingkat menengah (SLTA) yaitu sebanyak 69,8%. Hal ini memungkinkan ibu mampu memberikan pemberian makan yang baik terhadap anaknya.

5.1.2. Rangsangan Psikososial

(66)

tidak mempunyai waktu yang banyak untuk mendongeng dan mengajak anak untuk berlibur/rekreasi.

Menurut Soetjiningsih (1995), anak memerlukan berbagai variasi permainan untuk kebutuhan fisik, mental dan perkembangan emosinya. Bermain bukan membuang-buang waktu, juga bukan berarti membuat anak menjadi sibuk sementara orangtuanya mengerjakan pekerjaannya sendiri. Untuk bermain anak diperlukan alat permainan yang sesuai dengan umur dan taraf perkembangannya. Ganjaran dan hukuman yang wajar merupakan salah satu faktor psikososial. Ganjaran dan hukuman yang diberikan kepada anak harus diberikan secara objektif disertai pengertian dan maksud dari hukuman tersebut, bukan hukuman untuk melampiaskan kebencian dan kejengkelan terhadap anak. Sehingga anak tahu mana yang baik dan yang tidak baik yang akibatnya akan menimbulkan rasa percaya diri pada anak yang penting untuk perkembangan kepribadian anak kelak kemudian hari.

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Perangin-angin (2006) pada anak umur 0 -24 bulan di Kelurahan Gundaling I Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo menunjukkan juga bahwa 68,75% yang rangsangan psikososialnya baik sedangkan yang tidak baik 31,25%.

5.1.3. Praktek Kebersihan/Higiene dan Sanitasi Lingkungan

(67)

Hanya sebagian kecil saja rumah yang tidak memiliki ventilasi, jamban dan tempat sampah di dalam rumahnya. Dalam hal higiene, ibu jarang memandikan anaknya. Anak mandi hanya 1 kali sehari dan bahkan ada anak yang jarang mandi. Hal ini disebabkan karena suhu lingkungan yang dingin yang dapat membuat anak menggigil saat mandi. Ibu juga jarang memperhatikan kebersihan kuku anak. Namun anak selalu dibiasakan untuk mencuci tangan sebelum makan dan membersihkan giginya.

5.1.4. Praktek Kesehatan

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa pola asuh ibu berdasarkan perawatan kesehatan lebih banyak pada kategori baik yaitu sebesar 86,5%, sedangkan pada kategori kurang sebesar 13,5%. Hal ini disebabkan karena sebagian besar ibu selalu memperhatikan kesehatan dan kebersihan anak serta kebersihan lingkungan. Dari hasil penelitian ditemukan sebagian besar ibu sudah mempunyai tingkat pendidikan menengah ke atas (SLTA) yaitu sebanyak 69,8%, ibu yang sering berkunjung ke posyan

Gambar

Gambar 1.Kerangka Konsep Faktor Masalah Gizi menurut UNICEF 1998.
Gambar 2. Kerangka konsep pola asuh ibu dan status gizi anak balita
Tabel 3.1 Nama Desa dan Jumlah Sampel yang Diambil
Tabel 4.3. Distribusi Responden berdasarkan Umur, Pekerjaan dan Tingkat Pendidikan di
+7

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN UMUR PENYAPIHAN DAN POLA ASUH MAKAN TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA USIA 25-36 BULAN DI DESA PURWOSARI KABUPATEN WONOGIRI.. Pendahuluan : Indonesia masih

pola asuh makan dengan status gizi anak balita usia 25-36 bulan di. Desa Purwosari

Tujuan Penelitian: Menganalisa hubungan pola asuh makan dan kebiasaan keluarga terhadap status gizi balita di Desa Tumiyang Kecamatan Pekuncen.. Metode Penelitian:

Hasil penelitian : Jumlah balita kurus di Desa Tesabela sebanyak 24 balita dan frekuensi makan balita gizi kurus di Desa Tesabela dengan kategori selalu lebih banyak

Status gizi balita di Posyandu Kelurahan Pringgokusuman memang mayoritas baik, tetapi jika dicermati lebih lanjut ada 4 responden yang memiliki pola asuh baik dengan status

Hubungan pola asuh psikososial dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas. Belimbing

GAMBARAN STATUS GIZI PADA BALITA BERDASARKAN POLA ASUH IBU DI DESA TLILIR KECAMATAN.. TLOGOMULYO

menunjukkan bahwa sebagian besar ibu yang mempunyai pola asuh dalam pemberian nutrisi baik, memiliki balita dengan status gizi malnutrisi ringan yaitu sebanyak 33,3%.. Paling