POLA ASUH IBU DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KECAMATAN
POLLUNG KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
TAHUN 2011
Oleh :
ROMAIDA PANJAITAN
NIM 081000293
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2011
POLA ASUH IBU DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KECAMATAN
POLLUNG KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
TAHUN 2011
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
ROMAIDA PANJAITAN
NIM 081000293
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Masa anak usia 1-5 tahun (balita) adalah masa dimana anak sangat membutuhkan makanan dan gizi dalam jumlah yang cukup dan memadai. Kekurangan gizi pada masa ini dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang. Pada masa ini juga, anak masih benar-benar tergantung pada perawatan dan pengasuhan oleh ibunya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola asuh ibu dengan status gizi anak balita di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak balita yang berumur 12-59 bulan yaitu sebanyak 2020, sampel sebanyak 96 anak balita. Data diperoleh dengan melakukan wawancara langsung menggunakan kuisioner pada responden, yaitu ibu yang mempunyai anak balita.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar anak balita mempunyai status gizi normal yaitu sebanyak 71,9%, pola asuh berdasarkan praktek pemberian makan terbanyak pada kategori baik yaitu 81,2%, rangsangan psikososial pada kategori sedang sebanyak 51,2%, praktek kebersihan/higiene dan sanitasi lingkungan pada kategori baik sebesar 55,2% dan berdasarkan praktek kesehatan pada kategori baik sebanyak 86,5%. Terdapat hubungan yang signifikan antara praktek pemberian makan, rangsangan psikososial dan praktek kesehatan dengan status gizi. Sedangkan praktek kebersihan/higiene dan sanitasi lingkungan dengan status gizi tidak berhubungan.
Diharapkan kepada ibu-ibu yang sudah menerapkan pola asuh yang baik tetap mempertahankannya. Kepada ibu-ibu yang mempunyai anak balita yang berstatus gizi kurus, perlu diberikan penyuluhan oleh petugas kesehatan tentang praktek pemberian makan, rangsangan psikososial dan praktek kesehatan agar dapat memperbaiki status gizi anak balita.
ABSTRACT
Period of children aged 1-5 years (toddlers) is the period in which the child is in desperate need of food and nutrition in sufficient quantities and adequate. Malnutrition during this period may cause disruption growth and development. At this time also, children are still completely dependent on the care and upbringing by his mother.
The purpose of this study was to determine the mother's parenting style with the nutritional status of children under five in Sub District Pollung Humbang Hasundutan this research is analytical descriptive with cross-sectional design. The population in this study were all children under the age of 12-59 months as many as 2020, a sample of 96 children under five. Data obtained by direct interviews using a questionnaire on the respondents, ie mothers who have children under five.
Results showed the majority of children under five had normal nutritional status of as many as 71.9%, parenting based feeding practices are the most in either category of 81.2%, psychosocial stimulation on the category of being as much as 51.2%, the practice of cleanliness / hygiene and environmental sanitation in both categories at 55.2% and based on the category of good health practices as much as 86.5%. There is a significant relationship between feeding practices, psychosocial stimulation and health practices with nutritional status. While the practice of cleanliness / hygiene and environmental sanitation are not associated with nutritional status.
Expected to mothers who have applied good parenting still defend it. To mothers who have children under five are underweight nutritional status, should be given counseling by health professionals about feeding practices, psychosocial stimulation and health practices in order to improve the nutritional status of children under five.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Romaida Panjaitan
Tempat / Tanggal Lahir : Doloksanggul, 14 April 1986 Agama : Kristen Protestan
Satus Perkawinan : Belum kawin
Alamat : Jln.siliwangi No.11 Kelurahan Doloksanggul Kabupaten Humbang hasundutan
Riwayat Pendidikan : 1. SD RK Santa Maria : Tahun 1991 – 1997 2. SLTA RK Santa Lusia : Tahun 1997 – 2000
3. SLTA Negeri 1 Doloksanggul : Tahun 2000 – 2003 4. DIII Keperawatan Pem.Kab Dairi: Tahun 2003 – 2006
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan pada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang karena kasih dan penyertaan-NYA senantiasa dalam hidup penulis, sehingga saya dapat menyelesaikam skripsi dengan judul “ Pola Asuh Ibu dan Status Gizi Anak Balita di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Dalam penyusunan skripsi ini, saya menyadari bahwa skripsi ini masih belum senpurna. Oleh karena itu, saya dengan senang hati mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis dengan rasa hormat menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,
2. Ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, MKes, selaku dosen penasehat akademik yang telah banyak membantu dan memberikan masukan bagi saya selama menjalani pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,
3. Ibu Prof. Ir. Albiner Siagian, MSi, selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, MSi, selaku dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan masukan yang membangun bagi saya dalam menyelesaikan skripsi ini,
6. Seluruh dosen dan pegawai administrasi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, khususnya dosen pada Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan Bapak Marihot Samosir, ST. yang telah banyak memberikan masukan dan motivasi serta membantu dalam segala urusan administrasi,
7. Ibu Tiurasi Banjarnahor, selaku Kepala Puskesmas Hutapaung yang telah memberi izin kepada saya untuk melakukan penelitian, dan buat semua rekan sejawat rekan sekerja yang memberi pengertian dan memotivasi saya dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Orang tua yang saya cintai, Papa Elistar Panjaitan dan Mama Tiabur banjarnahor yang telah merawatku sedari kecil dengan penuh cinta dan mencurahkan kasih sayang serta selalu memberikan doa dan semangat yang tiada henti demi keberhasilan saya serta dukungan baik berupa materi maupun moril,
9. Kakak tercinta Nurlina Panjaitan,Amd, Adik-adikku tersayang, Daniel, SE, Irawaty, Magdalena, Agnes, Virgil dan Yosua yang telah banyak memberikan semangat dan motivasi bagi saya. Every single day, I love you and how much I thank God for giving me the best family.
10.Teman temanku, Baptis Zebua,Spd, Saprin Silaban,Spd, Ev.Kristina Pasaribu, Novel Darto Pandiangan,SE, Erli Manullang,SE atas kontak doa, waktu, semangat, omelan,
ceramah dan semangat yang diberikan bagi saya dan kesediannya menjadi tempat untuk berbagi baik dikala suka maupun duka,
Akhirnya pada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan semangat. Semoga berkat Tuhan senantiasa memenuhi kehidupan Bapak, Ibu, dan teman-teman sekalian. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian.
Medan, Juni 2010 Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
Daftar Riwayat Hidup ... iii
Kata Pengantar ... iv
Daftar Isi ... ... vii
Daftar Tabel ... ix
Daftar Gambar ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.3.1. Tujuan Umum ... 5
1.3.2. Tujuan Khusus ... 5
1.4.Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1. Pola Pengasuhan ... 7
2.1.1. Praktek Pemberian Makan ... 7
2.1.2. Rangsangan Psikosial ... 10
2.1.3. Praktek Kebersihan/Higiene dan Sanitasi Lingkungan .... 11
2.1.4. Praktek Kesehatan ... 12
2.2. Status Gizi ... 13
2.2.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi ... 14
2.2.2. Penilaian Status Gizi ... 15
2.3. Kerangka Konsep Penelitian ... 18
2.4. Hipotesa Penelitian ... 18
BAB III METODE PENELITIAN ... 20
3.1. Jenis Penelitian ... 20
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20
3.2.1. Lokasi Penelitian ... 20
3.2.2. Waktu Penelitian ... 20
3.3. Populasi dan Sampel ... 20
3.3.1. Populasi ... 20
3.3.2. Sampel ... 21
3.4. Instrumen Penelitian ... 22
3.5. Metode Pengumpulan Data ... 22
3.5.1. Data Primer ... 22
3.5.2. Data Sekunder ... 23
3.6. Defenisi Operasional ... 23
3.7. Aspek Pengukuran ... 24
3.8.1. Pengolahan Data ... 28
3.8.2. Analisa Data... 28
3.8.2.1. Analisa Univariat ... 28
3.8.2.2. Analisa Bivariat ... 28
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 29
4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 29
4.1.1. Geografi ... 29
4.1.2. Demografi ... 29
4.1.3. Sarana Kesehatan ... 30
4.2. Karakteristik Responden ... 31
4.3. Karakteristik Anak ... 32
4.4. Status Gizi ... 33
4.5. Pola Asuh ... 35
BAB V PEMBAHASAN ... 42
5.1. Pola Asuh ... 42
5.1.1. Praktek Pemberian Makan ... 42
5.1.2. Rangsangan Psikososial ... 43
5.1.3. Praktek Kebersihan/Higiene dan Sanitasi Lingkungan .... 45
5.1.4. Praktek Kesehatan ... 45
5.2. Status Gizi Anak Balita ... 47
5.3. Hubungan Pola Asuh dengan Status Gizi Anak Balita ... 48
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 52
6.1. Kesimpulan ... 52
6.2. Saran ... 53 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Nama Desa dan Jumlah Sampel yang Diambil ... 21 Tabel 4.1. Distribusi Penduduk berdasarkan Desa di Kecamatan Pollung
Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011 ... 30 Tabel 4.2. Distribusi Sarana Kesehatan di Kecamatan Pollung
Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011 ... 30 Tabel 4.3. Distribusi Responden berdasarkan Umur, Pekerjaan dan
Tingkat Pendidikan di Kecamatan Pollung Kabupaten
Humbang Hasundutan Tahun 2011 ... 31 Tabel 4.4. Distribusi Anak berdasarkan Kelompok Umur dan
Jenis Kelamin di Kecamatan Pollung Kabupaten
Humbang Hasundutan Tahun 2011 ... 32 Tabel 4.5. Status Gizi Anak Berdasarkan BB/U, TB/U dan BB/TB di
Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan
Tahun 2011 ... 33 Tabel 4.6. Distribusi Pola Asuh Responden menurut Praktek
Pemberian Makan di Kecamatan Pollung Kabupaten
Humbang Hasundutan Tahun 2011 ... 34 Tabel 4.7. Distribusi Pola Asuh Responden menurut Praktek Pemberian
Makanan dan Hubungannya dengan Status Gizi menurut
BB/TB di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011 ... 35 Tabel 4.8. Distribusi Pola Asuh Responden menurut Praktek Pemberian
Makan dan Hubungannya dengan Status Gizi menurut
BB/TB di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011 ... 36 Tabel 4.9. Distribusi Pola Asuh Responden menurut Rangsangan
Psikososial di Kecamatan Pollung Kabupaten
Humbang Hasundutan Tahun 2011 ... 37 Tabel 4.10. Distribusi Pola Asuh Responden menurut Rangsangan
Tabel 4.11. Distribusi Pola Asuh Responden menurut Praktek Kebersihan/Higiene dan Sanitasi Lingkungan di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan
Tahun 2011 ... 38 Tabel 4.12. Distribusi Pola Asuh Responden menurut Praktek
Kebersihan/Higiene dan Sanitasi Lingkungan serta Hubungannya dengan Status Gizi menurut BB/TB di Kecamatan Pollung
Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011 ... 38 Tabel 4.13. Distribusi Pola Asuh Responden menurut Praktek
Kesehatan di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang
Hasundutan Tahun 2011 ... 40 Tabel 4.14. Distribusi Pola Asuh Responden menurut Praktek Kesehatan
serta Hubungannya dengan Status Gizi menurut BB/TB di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan
Tahun 2011 ... 40
Gambar 1.Kerangka Konsep Faktor Masalah Gizi menurut
ABSTRAK
Masa anak usia 1-5 tahun (balita) adalah masa dimana anak sangat membutuhkan makanan dan gizi dalam jumlah yang cukup dan memadai. Kekurangan gizi pada masa ini dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang. Pada masa ini juga, anak masih benar-benar tergantung pada perawatan dan pengasuhan oleh ibunya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola asuh ibu dengan status gizi anak balita di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak balita yang berumur 12-59 bulan yaitu sebanyak 2020, sampel sebanyak 96 anak balita. Data diperoleh dengan melakukan wawancara langsung menggunakan kuisioner pada responden, yaitu ibu yang mempunyai anak balita.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar anak balita mempunyai status gizi normal yaitu sebanyak 71,9%, pola asuh berdasarkan praktek pemberian makan terbanyak pada kategori baik yaitu 81,2%, rangsangan psikososial pada kategori sedang sebanyak 51,2%, praktek kebersihan/higiene dan sanitasi lingkungan pada kategori baik sebesar 55,2% dan berdasarkan praktek kesehatan pada kategori baik sebanyak 86,5%. Terdapat hubungan yang signifikan antara praktek pemberian makan, rangsangan psikososial dan praktek kesehatan dengan status gizi. Sedangkan praktek kebersihan/higiene dan sanitasi lingkungan dengan status gizi tidak berhubungan.
Diharapkan kepada ibu-ibu yang sudah menerapkan pola asuh yang baik tetap mempertahankannya. Kepada ibu-ibu yang mempunyai anak balita yang berstatus gizi kurus, perlu diberikan penyuluhan oleh petugas kesehatan tentang praktek pemberian makan, rangsangan psikososial dan praktek kesehatan agar dapat memperbaiki status gizi anak balita.
ABSTRACT
Period of children aged 1-5 years (toddlers) is the period in which the child is in desperate need of food and nutrition in sufficient quantities and adequate. Malnutrition during this period may cause disruption growth and development. At this time also, children are still completely dependent on the care and upbringing by his mother.
The purpose of this study was to determine the mother's parenting style with the nutritional status of children under five in Sub District Pollung Humbang Hasundutan this research is analytical descriptive with cross-sectional design. The population in this study were all children under the age of 12-59 months as many as 2020, a sample of 96 children under five. Data obtained by direct interviews using a questionnaire on the respondents, ie mothers who have children under five.
Results showed the majority of children under five had normal nutritional status of as many as 71.9%, parenting based feeding practices are the most in either category of 81.2%, psychosocial stimulation on the category of being as much as 51.2%, the practice of cleanliness / hygiene and environmental sanitation in both categories at 55.2% and based on the category of good health practices as much as 86.5%. There is a significant relationship between feeding practices, psychosocial stimulation and health practices with nutritional status. While the practice of cleanliness / hygiene and environmental sanitation are not associated with nutritional status.
Expected to mothers who have applied good parenting still defend it. To mothers who have children under five are underweight nutritional status, should be given counseling by health professionals about feeding practices, psychosocial stimulation and health practices in order to improve the nutritional status of children under five.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber
daya manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Dalam menciptakan
sumber daya manusia yang baik dan berkualitas tidak lepas dari peran gizi. Gizi
yang baik sangat diperlukan dalam hal perkembangan otak yang dapat
menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Sumber daya yang berkualitas perlu ditata sejak usia dini yaitu mulai dari
dalam kandungan sampai masa pertumbuhan dan perkembangan terutama pada
masa
golden period
dengan memperhatikan keseimbangan gizi dan kebutuhan
yang diperlukan. Ini akan mempengaruhi status gizi balita apakah baik atau tidak.
berujung ke masalah gizi, dalam gambar juga diterangkan masalah gizi atau status
gizi dipengaruhi secara tidak langsung ketersedian pangan, pola asuh, sanitasi
lingkungan dan pelayanan kesehatan. Ketersediaan pangan, sanitasi lingkungan
dan pelayanan kesehatan mempengaruhi asupan gizi dan infeksi penyakit berbeda
dengan pola asuh yang langsung mempengaruhi status gizi. Sehingga pola asuh itu
lebih diperhatikan dan tidak bisa diabaikan untuk menaikkan status gizi yang
terutama bagi balita.
Pola asuh yang tidak baik merupakan salah satu penyebab timbulnya
masalah gizi. Menurut Engle et al (1997), pola asuh adalah kemampuan keluarga
untuk menyediakan waktu, perhatian dan dukungan dalam memenuhi kebutuhan
fisik, mental,dan sosial dari anak yang sedang tumbuh dalam anggota keluarga
lainnya. Lebih lanjut pola asuh dimanifestasikan dalam beberapa hal yaitu
perhatian atau dukungan untuk wanita seperti pemberian waktu istirahat yang tepat
atau peningkatan asuhan makanan selama hamil, pemberian ASI dan makanan
pendamping anak, rangsangan psikososial terhadap anak dan dukungan untuk
perkembangan mereka, persiapan dan penyimpanan makanan, praktek
kebersihan/higiene dan sanitasi lingkungan, perawatan anak dalam keadaan sakit
meliputi praktek kesehatan di rumah dan pola pencarian pelayanan kesehatan.
adalah masa dimana anak masih sangat membutuhkan suplai makanan dan gizi
dalam jumlah yang cukup memadai. Kekurangan gizi pada masa ini dapat
mengakibatkan gangguan tumbuh kembang secara fisik, mental, sosial daan
intelektual yang sifatnya menetap dan terus dibawa sampai anak menjadi dewasa.
Secara lebih spesifik, kekurangan gizi dapat mengakibatkan keterlambatan
pertumbuhan badan, lebih penting lagi keterlambatan perkembangan otak, dan
dapat pula terjadinya penurunan atau rendahnya daya tahan tubuh terhadap
penyakit infeksi (Santoso, 2005). Pada masa ini juga, anak masih benar-benar
tergantung pada perawatan dan pengasuhan oleh ibunya.
Masalah gizi kurang di Indonesia menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional
tahun 2005 berjumlah 76.178, tahun 2006 berjumlah 50.106 kasus dan tahun 2007
berjumlah 39.080 kasus (Depkes RI, 2008).
Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, Sumatera Utara 13,5 %
mengalami kasus gizi kurang dan 7,8 % gizi buruk dan menjadi peringkat ke-8 dari
33 provinsi di Indonesia dengan status gizi buruk (Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan 2010).
Dari data di atas menunjukkan bahwa masalah gizi kurang di Indonesia
masih tinggi dan belum dapat diatasi dengan baik. Masalah gizi kurang ini sudah
diatasi setiap tahunnya tetapi tidak menunjukkan penurunan yang drastis.
Survei pendahuluan yang dilakukan juga di Kantor Camat Pollumg (2010)
menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Kecamatan Pollung memiliki jenis
pekerjaan sebagai petani. Pada umumnya ibu-ibu di Kecamatan Pollung ikut
membantu suami bekerja di ladang. Hasil wawancara ditemukan juga kebiasaan
ibu-ibu menitipkan anak mereka diasuh orang lain (nenek) ketika bekerja, dan ada
sebahagian yang membawa ke tempat kerja (ladang). Wawancara yang dilakukan
kepada ibu yang membawa anaknya ke tempat kerja menceritakan bahwa anaknya
diberi makan bersama dengan ayah dan ibu, jenis makanan anak sama dengan jenis
makanan ayah dan ibu, tidak ada makanan tambahan lainnya, anak makan sendiri
(tidak disuap oleh ibunya), apabila anak belum selesai makan, maka ibu akan
meninggalkan anak makan sendiri dan ibu kembali bekerja. Ibu juga
menambahkan bahwa anaknya jarang menghabiskan porsi yang disediakan. Hal
ini memungkinkan cara pemberian makanan seperti pemilihan menu dan porsi
makanan tidak sesuai dengan kebutuhan anak, rangsangan psikososial antara ibu
dan anak kurang baik karena ibu lebih banyak menggunakan waktu untuk bekerja
daripada mengasuh anaknya, demikian juga sanitasi lingkungan anak seperti
tempat bermain dan tempat istirahat/tidur kurang baik.
1.2.
Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang
menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pola asuh ibu dan
status gizi anak balita di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan.
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui pola asuh ibu dan status gizi anak balita di Kecamatan
Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui pola asuh ibu dalam hal praktek pemberian makan, ransangan
psikososial, praktek kebersihan/higiene dan sanitasi lingkungan dan
praktek kesehatan di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang
Hasundutan.
tinggi badan (BB/TB) di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang
Hasundutan.
3. Mengetahui hubungan pola asuh ibu dengan status gizi anak balita di
Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011
1.4. Manfaat Penelitian
1.
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi petugas kesehatan (Puskesmas)
mengenai pola asuh ibu dan status gizi anak balita di Kecamatan Pollung
dalam melaksanakan upaya peningkatan kesehatan.
2.
Menambah pengetahuan masyarakat khususnya ibu yang mempunyai
balita usia 12-59 bulan tentang pola asuh yang baik pada kelompok umur
tersebut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pola Pengasuhan
membimbing menuju pertumbuhan ke arah kedewasaan dengan memberikan
pendidikan, makanan, dan sebagainya terhadap mereka yang diasuh.
Pola asuh adalah kemampuan keluarga dan masyarakat untuk menyediakan
waktu, perhatian dan dukungan dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan
sosial dari anak yang sedang tumbuh dan anggota keluarga lainnya (Enggle, et al,
1997).
Sesuai hasil penelitian yang dilakukan oleh Ritayani Lubis (2008) di wilayah
kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat,
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh ibu yang
meliputi praktek pemberian makan dan praktek kesehatan dengan status gizi.
Sedangkan rangsangan psikososial dengan status gizi tidak berhubungan.
Hasil penelitian Masdiarti (2000) di Hamparan Perak juga memperlihatkan
hasil anak yang berstatus gizi baik banyak ditemukan pada ibu bukan pekerja
(43,24%) dibandingkan dengan anak pada kelompok ibu pekerja (40,54%) dan ibu
bukan pekerja mempunyai kuantitas waktu yang lebih banyak dalam hal mengasuh
anaknya seperti memandikan, bermain, menidurkan, memberi makan, dan
menyusui.
Engle et al (1997) mengemukakan bahwa pola asuh dimanifestasikan dalam
6 hal, yaitu (1) perhatian/dukungan untuk wanita seperti pemberian waktu istirahat
yang tepat atau peningkatan asupan makanan selama hamil, (2) pemberian ASI dan
makanan pendamping pada anak, (3) rangsangan psikososial terhadap anak dan
dukungan untuk perkembangan mereka, (4) persiapan dan penyimpanan makanan,
(5) praktek kebersihan/higiene dan sanitasi lingkungan, dan (6) perawatan balita
dalam keadaan sakit meliputi praktek kesehatan di rumah dan pola pencarian
pelayanan kesehatan. Pemberian ASI dan makanan pendamping pada anak serta
persiapan dan penyimpanan makanan tercakup dalam praktek pemberian makanan.
Penelitian yang dilakukan oleh Hafrida (2004) di Kelurahan Belawan Bahari
Kecamatan Medan Belawan, menunjukkan bahwa ada kecenderungan dengan
semakin baiknya pola asuh anak, maka proporsi gizi baik pada anak semakin besar.
Tetapi sebaliknya di negara Timur seperti di Indonesia, keluarga besar masih
lazim dianut dan peran ibu seringkali dipengang oleh beberapa orang lainnya
seperti nenek, keluarga dekat lain dan bukan pembantu. Tetapi ternyata anak yang
dididik dalam keluarga besar tersebut dapat tumbuh dengan kepribadian yang baik.
Jadi yang lebih penting nilainya adalah suasana damai dan kasih sayang dalam
keluarga (Nadesul,1995)
2.1.1. Praktek Pemberian Makan
1. Memberikan zat gizi yang cukup bagi kebutuhan hidup, yaitu untuk
pemeliharaan dan atau pemulihan serta peningkatan kesehatan, pertumbuhan,
perkembangan fisik dan psikomotor, serta melakukan aktivitas fisik.
2. Untuk mendidik kebiasaan makan yang baik.
Makanan untuk bayi dan anak balita yang baik harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
1. Memenuhi kecukupan energi dan semua zat gizi yang sesuai dengan umur.
2. Susunan hidangan disesuaikan dengan pola menu seimbang, bahan makanan
yang tersedia setempat, kebiasaan makanan, dan selera terhadap makan.
3. Bentuk dan porsi makanan disesuaikan dengan daya terima, toleransi, dan
keadaan faal bayi/anak.
4. Memperhatikan kebersihan perorangan dan lingkungan.
Bedasarkan hasil penelitian Sarasani (2005) menyatakan bahwa anak yang
mempunyai praktek pemberian makan yang baik lebih banyak ditemukan anak
dengan status gizi baik.
Berdasarkan penelitian Perangin-angin (2006), bahwa terdapat hubungan
antara praktek pemberian makan dengan status gizi anak. Dimana dari 36 orang
yang mempunyai status gizi baik terdapat 26 orang (83,87%) dengan praktek
pemberian makan yang baik dan 10 orang (58,82%) dengan praktek pemberian
makan yang tidak baik. Sedangkan dari 8 orang responden yang mempunyai status
gizi kurang terdapat 2 orang (6,45%) dengan praktek pemberian makan yang baik
dan 6 orang (35,29%) dengan praktek pemberian makan yang tidak baik.
Pada anak usia 1-3 tahun anak bersifat konsumen pasif. Makanannya
tergantung pada apa yang disediakan ibu. Gigi geligi susu telah tumbuh, tetapi
belum dapat digunakan untuk mengunyah makanan yang terlalu keras. Namun
anak hendaknya sudah diarahkan untuk mengikuti pola makanan orang dewasa
(As’ad, 2002)
makanan dan peralatan yang dipakai seperti sendok, mangkok, gelas, piring dan
sebagainya sangat menetukan bersih tidaknya makanan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
a. Simpan makanan dalam keadaan bersih, hindari pencemaran dari debu dan
binatang.
b. Alat makan dan memasak harus bersih.
c. Ibu atau anggota keluarga yang memberikan makanan harus mencuci tangan
dengan sabun sebelum memberikan makan.
d. Makanan selingan sebaiknya dibuat sendiri.
2.1.2. Rangsangan Psikososial
menjelaskan mengapa anak-anak tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik.
Diperkirakan kondisi psikososial yang buruk dapat berpengaruh negatif
terhadap penggunaan zat gizi di dalam tubuh, sebaliknya kondisi psikososial yang
baik akan merangsang hormon pertumbuhan sekaligus merangsang anak untuk
melatih organ-organ perkembangannya. Selain itu, asuhan psikososial yang baik
berkaitan erat dengan asuhan gizi dan kesehatan yang baik pula, sehingga secara
tidak langsung berpengaruh positif terhadap status gizi, pertumbuhan dan
perkembangan. Ada beberapa faktor sosial, antara lain stimulasi, motivasi belajar,
ganjaran ataupun hukuman yang wajar, kelompok sebaya, stress, cinta dan kasih
sayang dan kualitas interaksi anak dan orang tua (Soetjiningsih, 1995).
2.1.3. Praktek Kebersihan/Higiene dan Sanitasi Lingkungan
penting bagi tumbuh kembang anak. Keadaan perumahan yang layak dengan
konstruksi bangunan yang tidak membahayakan penghuninya akan menjamin
keselamatan dan kesehatan penghuninya, yaitu ventilasi dan pencahayaan yang
cukup, tidak penuh sesak, cukup leluasa bagi anak untuk bermain, dan bebas polusi
(Soetjiningsih, 1995).
Sulistijani (2001) mengatakan bahwa lingkungan yang sehat perlu
diupayakan dan dibiasakan, tetapi tidak dilakukan sekaligus, harus perlahan-lahan
dan terus menerus. Lingkungan yang sehat terkait dengan keadaan bersih, rapi dan
teratur. Oleh karena itu, anak perlu dilatih untuk mengembangkan sifat-sifat sehat
seperti berikut :
1. Mandi 2 kali sehari
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah makan
3. Makan teratur, 3 kali sehari
4. Menyikat gigi sebelum tidur
5. Membuang sampah pada tempatnya
6. Buang air kecil pada tempatnya
Praktek kesehatan adalah hal-hal yang dilakukan untuk menunjang
peningkatan dan menjaga status gizi anak. Dalam hal ini praktik kesehatan
dilakukan untuk menjauhkan dan menghindari penyakit dan yang dapat
menyebabkan turunnya keadaan kesehatan anak (Zeitlin, 1990).
Praktik kesehatan ini meliputi hal pengobatan penyakit pada anak apabila si
anak menderita sakit dan tindakan pencegahan terhadap penyakit sehingga anak
tidak sampai terkena suatu penyakit. Praktik kesehatan anak yang baik dapat
ditempuh dengan cara memperhatikan keadaaan gizi anak, kelengkapan
imunisasinya, kebersihan diri anak dan lingkungan dimana anak berada, serta
upaya ibu dalam hal mencarikan pengobatan terhadap anak apabila anak sakit.
Adalah hal yang baik apabila ketika anak sakit, ibu membawanya ke
tempat-tempat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, klinik, puskesmas, dan lain-lain
(Zeitlin dkk, 1990)
2.2. Status Gizi
Kehandalan anak dari dimensi pertumbuhan dapat ditunjukkan diantaranya
adalah status gizi dan kesehatannya. Status gizi merupakan tanda-tanda atau
penampilan seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat
gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi (sunarti, 2004).
Menurut penelitian Hafrida (2004), terdapat kecendrungan pola asuh dengan
status gizi. Semakin baik pola asuh anak maka proporsi gizi baik pada anak juga
akan semakin besar. Dengan kata lain, jika pola asuh anak di dalam keluarga
semakin baik tentunya tingkat konsumsi pangan anak juga akan semakin baik dan
akhirnya akan mempengaruhi keadaan gizi anak. Dari hasil penelitiannya dapat
diketahui bahwa 40 responden terdapat 30 orang (75%) dengan pola asuh baik
mempunyai status gizi yang baik pula. Dan 10 orang (25%) dengan pola asuh
buruk mempunyai status gizi yang kurang.
2.2.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa akar permasalahan gizi adalah krisis
ekonomi, politik dan sosial dalam masyarakat, sehingga menyebabkan terjadinya
permasalahan kekurangan pangan, kemiskinan dan tingginya angka inflasi dan
pengangguran. Sedangkan pokok masalahnya di masyarakat adalah kurangnya
pemberdayaan wanita sumber daya manusia, rendahnya tingkat pendidikan,
pengetahuan dan keterampilan. Adapun faktor tidak langsung menyebabkan
kurang gizi adalah tidak cukup persediaan pangan akibat krisis ekonomi dan
rendahnya daya beli masyarakat, pola asuh anak yang tidak memadai akibat dari
rendahnya pengetahuan, pendidikan orang tua dan buruknya sanitasi lingkungan
dan akses kepelayanan kesehatan dasar masih sulit sehingga berdampak terhadap
pola konsumsi dan terjadi penyakit infeksi yang secara langsung menyebabkan gizi
kurang.
2.2.2. Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan :
1) Antropometri
Indeks antropometri dengan BB/U mempunyai kelebihan diantaranya lebih
mudah dan lebih cepat dimengerti masyarakat umum, baik untuk mengukur status
gizi akut atau kronis, berat badan dapat berfluktuasi, sangat sensitif terhadap
perubahan kecil dan dapat mendeteksi kegemukan (Supariasa, 2001). Untuk
pengkategorian status gizi berdasarkan BB/U dapat dilihat di bawah ini.
1.
Gizi Normal
: jika skor simpangan baku -2,0
≤ Z < 2,0
2.
Gizi Kurang
: jika skor simpangan baku -3,0
≤ Z <
-2,0
3.
Gizi Sangat Kurang : jika nilai Z-Skor < -3,0
b. TB/U (Tinggi Badan menurut Umur)
Tinggi badan merupakan antropometri yang mengambarkan keadaan
pertumbuhan skletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan
pertambahan umur. Keuntungan indeks TB/U diantaranya adalah baik untuk
menilai status gizi masa lampau, pengukur panjang badan dapat dibuat sendiri,
murah dan mudah dibawa (Supariasa, 2001). Untuk pengkategorian status gizi
berdasarkan TB/U dapat dilihat di bawah ini.
c. BB/TB (Berat Badan menurut Tinggi Badan)
Dalam keadaan normal berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi
badan dengan kecepatan tertentu, keuntungan dari indeks BB/TB adalah tidak
memerlukan data umur dan dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal
dan kurus) Supariasa, 2001). Untuk pengkategorian status gizi berdasarkan
BB/TB dapat dilihat di bawah ini.
1. Sangat Gemuk : jika skor simpangan baku > 3,0 SD
2. Gemuk
: jika skor simpangan baku 2,0 < Z
≤ 3,0
3. Risiko Gemuk : jika skor simpangan baku 1,0
≤ Z < 2,0
4. Normal
: jika skor simpangan baku -2,0
≤ Z < 1,0
5. Kurus
: jika skor simpangan baku -3,0
≤ Z <
-2,0
6. Sangat Kurus : jika nilai Z-Skor < -3,0 SD
2) Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang didasarkan atas
perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini
dapat dilihat pada jaringna epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata,
rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan
tubuh seperti kelenjar tiroid (Supariasa, 2001)
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang
diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.
Jaringan tubuh yang digunakan anatara lain: darah, urin, tinja, dan juga beberapa
jaringan tubuh seperti hati dan otot. Digunakan untuk suatu peringatan bahwa
kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi (Supariasa,
2001).
4) Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan
struktur dari jaringan (Supariasa, 2001).
Berdasarkan pada masalah dan tujuan yang dicapai dalam penelitian ini,
maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2. Kerangka konsep pola asuh ibu dan status gizi anak balita
Keterangan:
Kerangka konsep penelitian menggambarkan bahwasanya yang akan diteliti
mencakup variabel pola asuh ibu yang meliputi: praktek pemberian makan
,rangsangan psikososial, praktek kebersihan/higiene & sanitasi lingkungan,
praktek kesehatan yang menentukan baik tidaknya status gizi anak balita.
Masing-masing variabel penelitian dianalisa dan akan dilihat apakah saling berhubungan
2.8
Hipotesa Penelitian
Pola Asuh Ibu Meliputi:1. Praktek pemberian makan 2. Rangsangan psikososial 3. Praktek kebersihan/higiene &
sanitasi lingkungan 4. Praktek kesehatan
Status Gizi Anak Balita:
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian
sebagai berikut :
•
Ada hubungan praktek pemberian makan dengan status gizi
•
Ada hubungan rangsangan psikososial dengan status gizi
•
Ada hubungan praktek kebersihan/higiene & sanitasi lingkungan dengan
status gizi
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain
cross sectional study
yaitu untuk mengetahui hubungan pola asuh ibu dan status gizi anak balita di
Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan.
3.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1.
Lokasi Penelitian
peningkatan
Infant Mortality Rate
atau angka kematian bayi yaitu dari 15 bayi di
tahun 2008 menjadi 22 bayi di tahun 2009.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari sampai dengan Juli
2011.
3.3.
Populasi dan Sampel
3.3.1.
Populasi
Populasi penelitian ini adalah anak balita usia 12-59 bulan
yang berada di
Kecamatan Pollung. Jumlah populasi adalah 2020 balita.
3.3.2.
Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah bagian dari populasi yang diambil dari 13
desa yang ada di Kecamatan Pollung. Penarikan sampel dari masing-masing desa
dilakukan secara acak sederhana
(Simple Random Sampling)
yaitu dengan tehnik
undian.
Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
n = N
1 + N (d)
2Dimana :
N = ukuran populasi
n = ukuran sampel
d = tingkat kepercayaan /ketetapan yang diinginkan sebesar 0,1.
[image:42.612.69.498.462.720.2](Notoadmodjo, 2002). Sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 96 orang.
Adapun kriteria sampel yang diambil adalah anak yang umur 12-59 bulan beserta
ibunya yang tinggal di kecamatan Pollung. Berikut uraian desa dan jumlah sampel
yang diambil.
Tabel 3.1 Nama Desa dan Jumlah Sampel yang Diambil
No Nama Desa
Populasi
Balita
Jumlah
Sampel
1
Pollung
180
8
2
Hutapaung
94
4
3
Ria-ria
179
8
4
Aek nauli I
162
8
5
Parsingguran I
123
6
6
Parsingguran II
230
11
8
Pansur Batu
151
7
9
Aek nauli II
140
7
10
Sipituhuta
186
9
11
Pandumaan
156
8
12
Pardomuan
75
4
13
Hutapaung Utara
130
6
TOTAL
2020
96
Responden dalam penelitian ini adalah orang yang mengasuh anak yang
masuk dalam sampel penelitian.
3.4. Instrumen Penelitian
1.
Kuesioner
2.
Timbangan pijak bermerek
one med
dengan kapasitas berat 150 kg
3.
Microtoise pengukur tinggi badan dengan ketelitian 0,1 cm
4.
Baku rujukan WHO 2005
5.
Tenaga pengumpul data
3.5. Metode Pengumpulan Data
Data primer yang terdiri dari:
1.
Karakteristik responden (nama dan umur, pendidikan, pekerjaan, agama),
karakteristik anak (nama, tanggal lahir, jenis kelamin, berat badan, tinggi
badan, lama pemberian ASI). Diperoleh dengan wawancara menggunakan
kuesioner.
2.
Data berat badan anak diperoleh melalui pengukuran dengan menggunakan
timbangan pijak yang bermerek
one med
berkapasitas 150 kg
3.
Data tinggi badan anak diperoleh melalui pengukuran dengan menggunakan
microtoise
dengan ketelitian 0,1 cm
4.
Data Pola Asuh meliputi praktek pemberian makan, rangsangan, praktek
kebersihan/higiene dan sanitasi lingkungan dan praktek kesehatan diperoleh
dengan wawancara menggunakan kuesioner, dan rangsangan psikososial
diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner serta diobservasi.
3.5.2. Data Sekunder
3.6. Defenisi Operasional
1.
Status gizi adalah keadaan fisik anak balita yang ditentukan dengan
melakukan pengukuran antropometri berat badan menurut umur(BB/U),
tinggi badan menurut umur (TB/U), berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB) kemudian diintrepetasikan dengan standart WHO 2005
2.
Berat badan adalah ukuran massa tubuh anak yang ditentukan dengan cara
penimbangan menggunakan alat timbangan pijak.
3.
Tinggi badan adalah ukuran tinggi tubuh anak yang ditentukan dengan cara
pengukuran menggunakan alat mikrotoise dalam satuan centimeter (cm)
4.
Pola asuh adalah suatu tindakan memberikan perhatian yang penuh serta
kasih sayang pada anak balita mencakup :
a.
Praktek pemberian makan adalah gambaran mengenai sikap ibu dalam
memilih jenis makanan, frekuensi pemberian makanan, waktu pemberian
makan, cara pengolahan makanan, cara memberikan makanan dan
penyimpanan makanan.
c.
Praktek kebersihan/higiene dan sanitasi lingkungan anak adalah
gambaran mengenai apa yang dilakukan oleh ibu untuk menjaga
kebersihan anak dan lingkungan anak
d.
Praktek kesehatan adalah tindakan apa yang dilakukan ibu untuk
menjaga kesehatan anak dalam kebersihan dan lingkungan anak meliputi
keadaan rumah dan perawatan balita dalam keadaan sakit meliputi
pencarian pelayanan kesehatan (membawa anak berobat jika sakit,
mempunyai persediaan obat di rumah, mendampingi anak selama sakit,
anak ditimbang setiap bulan, immunisasi lengkap.
3.7. Aspek Pengukuran
1. Status Gizi
Status gizi balita diperoleh melalui pengukuran antropometri berat badan
menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), berat badan menurut
tinggi badan (BB/TB) dengan menggunakan baku
World Health Organization
(WHO) tahun 2005. Kategorinya sesuai dengan klasifikasi status gizi berdasarkan
indeks BB/U, TB/U, dan BB/TB yaitu:
1. Gizi Normal
: jika skor simpangan baku -2,0
≤ Z < 2,0
2. Gizi Kurang
: jika skor simpangan baku -3,0
≤ Z <
-2,0
3. Gizi Sangat Kurang
: jika nilai Z-Skor < -3,0
b. Tinggi badan menurut umur (TB/U)
1. Tinggi
: jika skor simpangan baku > 3,0 SD
2. Normal
: jika skor simpangan baku -2,0
≤ Z ≤ 3,0
3. Pendek
: jika skor simpangan baku -3,0
≤ Z <
-2,0
4. Sangat Pendek
: jika nilai Z-Skor < -3,0 SD
c. Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
1. Sangat Gemuk
: jika skor simpangan baku > 3,0 SD
2. Gemuk
: jika skor simpangan baku 2,0 < Z
≤ 3,0
3. Risiko Gemuk
: jika skor simpangan baku 1,0
≤ Z < 2,0
4. Normal
: jika skor simpangan baku -2,0
≤ Z < 1,0
5. Kurus
: jika skor simpangan baku -3,0
≤ Z <
-2,0
6. Sangat Kurus
: jika nilai Z-Skor < -3,0 SD
Cara menghitung nilai skor adalah :
Nilai Individu Subyek – Nilai Median Baku Rujukan
Z- Skor =
2. Pola asuh ibu
a. Praktek pemberian makan
Diukur berdasarkan jawaban dari kuesioner yang terdiri dari 22 pertanyaan.
Skor untuk option a = 3, b = 2, c= 1 sehingga skor menjadi 66. Dikategorikan
berdasarkan pendapat Pratomo (1986) yaitu :
1. Baik
: apabila responden mempunyai nilai >75% dari nilai
maksimum ( > 50)
2. Sedang
: apabila responden mempunyai nilai 40-75% dari nilai
maksimum (26-50)
3. Kurang
: apabila responden mempunyai nilai <40% dari nilai
maksimum (< 26)
b. Rangsangan psikososial
1. Baik
: apabila responden mempunyai nilai >75% dari nilai
maksimum (> 22)
2.Sedang
: apabila responden mempunyai nilai 40-75% dari nilai
maksimum (12-22)
3.Kurang
: apabila responden mempunyai nilai <40% dari nilai
maksimum (< 12)
c. Praktek kebersihan/higiene dan sanitasi lingkungan
Diukur berdasarkan jawaban dari kuesioner yang terdiri dari 10 pertanyaan.
Skor untuk pilihan a = 3, b = 2, c = 1 sehingga skor menjadi 30. Dikategorikan
berdasarkan pendapat Pratomo (1986) yaitu :
1.Baik
: apabila responden mempunyai nilai >75% dari nilai
maksimum (> 22)
2.Sedang
: apabila responden mempunyai nilai 40-75% dari nilai
maksimum (12-22)
3.Kurang
: apabila responden mempunyai nilai <40% dari nilai
maksimum (< 12)
Diukur berdasarkan jawaban dari kuesioner yang terdiri dari 10 pertanyaan.
Skor untuk pilihan a = 3, b = 2, c = 1 sehingga skor menjadi 30. Dikategorikan
menjadi :
1. Baik
: apabila responden mempunyai nilai>75% dari nilai maksimum
( > 22)
2. Sedang
: apabila responden mempunyai nilai 40-75% dari nilai
maksimum (12-22)
3. Kurang
: apabila responden mempunyai nilai <40% dari nilai
maksimum (< 12)
3.8.
Pengolahan dan Analisa Data
3.8.1 Pengolahan Data
kelengkapan jawaban atas pertanyaan. (ii)
Coding
(pemeriksaan kode) yaitu data
yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian
diberi kode oleh peneliti, (iii)
Tabulating
untuk memudahkan pengolahan dan
analisa data maka data ditabulasikan dalam bentuk distribusi frekuensi.
3.8.2 Analisa Data
3.8.2.1. Analisa Univariat
Analisa data dengan mendistribusikan variabel pola asuh ibu dan status gizi
anak balita yang disajikan dalam bentuk tabel dan distribusi frekuensi.
3.8.2.2. Analisa Bivariat
Variabel penelitian pola asuh ibu dan status gizi anak balita akan dianalisa
dengan analisa bivariat menggunakan uji
chi square
pada taraf kepercayaan 90%
(p<0,1) dengan bantuan SPSS sehingga diketahui hubungan antar variabel
penelitian.
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1.Geografi
Kecamatan Pollung merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Humbang Hasundutan. Terdiri dari 13 Desa dengan luas wilayah 32.736,46 Ha.
Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Pollung adalah sebagai berikut:
- Sebelah Utara : Kecamatan Palipi
- Sebelah Selatan : Kecamatan Doloksanggul
- Sebelah Barat : Kecamatan Parlilitan
-Sebelah Timur : Kecamatan Baktiraja 4.1.2. Demografi
a. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk di Kecamatan Pollung mencapai 20.218 jiwa terdiri atas 9.937 orang laki-laki dan 10.281 orang perempuan serta jumlah kepala keluarga sebanyak 4.136 KK.
b. Jumlah Penduduk Berdasarkan Desa
Dari penelitian diperoleh data jumlah penduduk berdasarkan desa seperti pada Tabel berikut :
Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Desa di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011
No Nama Desa Jumlah
Penduduk
1 Pollung 1573 305
2 Hutapaung 1494 315
3 Ria-ria 1986 484
4 Aek nauli I 1123 267
5 Parsingguran I 1126 223
6 Parsingguran II 2141 397
7 Hutajulu 2415 418
8 Pansur Batu 1185 268
9 Aek nauli II 1298 265
10 Sipituhuta 2077 426
11 Pandumaan 1583 292
12 Pardomuan 1101 237
13 Hutapaung Utara 1116 239
Total 20218 4136
Sumber : Data Demografi Kecamatan Pollung Tahun 2011
4.1.3. Sarana Kesehatan
[image:53.612.67.498.69.270.2]Sarana kesehatan yang ada di Kecamatan Pollung dapat dilihat pada Tabel 4.2. berikut ini Tabel 4.2. Distribusi Sarana Kesehatan di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang
Hasundutan Tahun 2011
Sarana Kesehatan Jumlah
Puskesmas 1
Poskesdes 15
Posyandu 25
Jumlah 41
Sumber : Data Profil Kecamatan Pollung Tahun 2011
4.2. Karakteristik Responden
Dari hasil penelitian diperoleh data karakteristik responden yaitu umur, pekerjaan, tingkat pendidikan. Distribusinya dapat dilihat dalam Tabel 4.3. berikut.
[image:53.612.76.490.419.501.2]Karakteristik Responden n % Umur Responden - 21-25 - 26-29 - 30-33 - 34-37 - 38-41 - 42-46
7 7.3
17 17.7
26 27.1
26 27.1
16 16.7
4 4.2
Jumlah 96 100.0 Pekerjaan Responden
- Ibu rumah tangga
- Petani
- PNS
- Wiraswasta
5 5.2
76 79.2
11 11.5
4 4.2
Jumlah 96 100.0
Tingkat Pendidikan
- Tidak sekolah
- Tidak tamat SD
- SD
- SLTP
- SLTA
- Akademi/PT
1 1.0
2 2.1
6 6.2
12 12.5
67 69.8
8 8.3
Jumlah 96 100.0
Dari Tabel 4.3. di atas dapat diketahui bahwa umur responden terbanyak berada pada umur 30-33 tahun dan 34-37 yaitu masing-masing sebanyak 26 orang (27,1%). Umur minimal responden yang terdapat di Kecamatan Pollung adalah umur 42-46 tahun yaitu sebanyak 4 orang (4,2%), responden memiliki jenis pekerjaan lebih banyak sebagai petani yaitu sejumlah 76 orang (79,2%) dan lebih sedikit jenis pekerjaan wiraswasta yaitu sejumlah 4 orang (4,2%), responden berdasarkan tingkat pendidikan yang paling banyak adalah tingkat pendidikan SLTA yaitu sebanyak 67 orang (69,8%) dan yang paling sedikit dengan adalah tidak sekolah yaitu sebanyak 1 orang (1,0%)
Dari hasil penelitian diperoleh data karakteristik anak balita yaitu umur dan jenis kelamin. Distribusinya dapat dilihat dalam Tabel 4.4. berikut.
Tabel 4.4.Distribusi Anak berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011
Karakteristik Anak n %
Umur (Bulan)
- 12-23 53 55.2
- 24-35 27 28.1
- 36-47 10 10.4
- 48-59 6 6.2
Jumlah 96 100.0
Jenis Kelamin
- Laki-laki 44 45.8
- Perempuan 52 54.2
Jumlah 96 100.0
Dari Tabel 4.4. di atas dapat diketahui bahwa di Kecamatan Pollung anak balita terbanyak berumur di antara umur 12-23 bulan yaitu sebanyak 53 orang (55,2%) dan paling sedikit berumur 48-59 bulan yaitu sebanyak 6 orang (6,2%). Jenis kelamin anak, perempuan lebih banyak yaitu sebanyak 52 orang (54,2%). sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 44 orang (45,8%).
4.4. Status Gizi Anak
Dari hasil penelitian diperoleh data status gizi anak balita yang dinilai berdasarkan 3 indikator pengukuran yakni berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB),` dapat dilihat pada Tabel 4.5. berikut. Tabel 4.5. Status Gizi Anak Balita Berdasarkan BB/U, TB/U dan BB/TB di Kecamatan
Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011
Indikator BB/U
- Gemuk 1 1.0
- Normal 80 15.6
- Kurang 15 83.3
Jumlah 96 100.0
Indikator TB/U
- Normal 66 68.8
- Pendek 30 31.2
Jumlah 96 100.0
Indikator BB/TB
- Gemuk 1 1.0
- Resiko gemuk 1 1.0
- Normal 69 71.9
- Kurus 15 15.6
- Sangat kurus 10 10.4
Jumlah 96 100.0
[image:56.612.67.488.73.331.2]Dari Tabel 4.5. dapat dilihat bahwa berdasarkan indikator BB/U paling banyak anak memiliki status gizi normal yaitu sebanyak 80 orang (15,6%) dan paling sedikit anak memiliki status gizi gemuk yaitu sebanyak 1 orang (1,0%). Berdasarkan indikator TB/U anak lebih banyak memiliki status gizi normal yaitu sebanyak 66 orang (68,8%), sedangkan anak yang berstatus gizi pendek sebanyak 30 orang (31,2%), dan berdasarkan indikator BB/TB, anak lebih banyak memiliki status gizi normal yaitu sebanyak 69 orang (71,9%) dan paling sedikit anak memiliki status gizi gemuk dan beresiko gemuk yaitu masing-masing sebanyak 1 orang (1,0%).
Tabel 4.6. Distribui Status Gizi Anak Berdasarkan Karakteristik Responden di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011
Variabel
Status Gizi
Gemuk Resiko
Gemuk Normal Kurus
Sangat
Kurus Jumlah
n % n % n % n % n % n %
Pendidikan Terakhir Ibu
- Tidak Sekolah
- Tidak Tamat SD
- Akademi/PT Pekerjaan Ibu
- Ibu Rumah Tangga
- Petani - PNS - Wiraswata 0 0 1 0 0 0 9 0 1 0 1 0 20 0 9 0 3 54 9 3 60 71 82 75 0 13 0 1 0 17 0 25 1 9 0 0 20 12 0 0 5 76 11 4 100 100 100 100
Dari Tabel 4.6. dapat diketahui bahwa terdapat 1 orang ibu yang tidak pernah sekolah mempunyai anak dengan status gizi kurus, 2 ibu yang berpendidkan terakhir tidak tamat SD mempunyai anak dengan status gizi kurus. Dari 6 ibu yang berpendidikan SD mempunyai 4 anak dengan status gizi normal (66,6%), 1 anak status gizi kurus (16,7%), 1 anak status gizi sangat kurus (16,7%), dari 12 ibu yang berpendidikan SLTA mempunyai anak 10 orang dengan status gizi normal (83.3%), 2 anak dengan status gizi kurang (16.7%). Dari 67 ibu yang berpendidikan SLTA mempunyai 1anak dengan satus gizi resiko gemuk ( 1,5%), 46 anak dengan status gizi normal (68,7%), 11 anak dengan status gizi kurus (16,4%), 9 anak dengan status gizi sangat kurus (13,4%). Dari 8 ibu yang berpendidikan Akademi/PT mempunyai 1 anak dengan status gizi gemuk (12,5%), 7 anak dengan status gizi normal (87,5%).
Dari 5 orang ibu yang memiliki pekerjaan sebaagai ibu rumah tangga mempunyai anak 1 orang dengan status gizi resiko gemuk (20%), 3 anak dengan status gizi normal (60%), 1 anak dengan status gizi sangat kurus (20%). Dari 76 ibu yang bekerja sebagai petani mempunyai 54 anak dengan status gizi normal (71%), 13 anak sangat kurus (17%), 9 anak sangat kurus (12%). Dari 11 ibu yang bekerja sebagai PNS mempunyai anak 1 orang gemuk (9%), 1 orang resiko gemuk (9%), dari 4 ibu yang bekerja sebaqgai wiraswasta mempunyai anak 3 orang normal (75%), 1 anak sangat kurus (25%).
a. Praktek pemberian makan
Pola asuh responden berdasarkan praktek pemberian makan dan hubungannya dengan status gizi anak yang berada di Kecamatan Pollung dapat dilihat dari Tabel 4.7. berikut.
Tabel 4.7. Distribusi Pola Asuh Ibu menurut Praktek Pemberian Makan di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011
Da ri Tabel
4.7. dapat diketahui bahwa pola asuh ibu menurut praktek pemberian makan lebih banyak pada kategori baik yaitu sebanyak 78 orang(81,2%), sedangkan pada kategori kurang sebanyak 1 orang (1%)
Tabel 4.8. Distribusi Pola Asuh Ibu menurut Praktek Pemberian Makanan dan Hubungannya dengan Status Gizi menurut BB/TB di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011
Dari Tabel 4.8. dapat diketahui bahwa dari 78 orang dengan praktek pemberian makan baik terdapat 1 orang (1,3%) yang gemuk, 1 orang (1,3%) yang beresiko gemuk, 59 orang ( 75,6%) yang berstatus gizi normal, 10 orang (12,9%) berstatus gizi sangat kurus dan 7 orang (8,9%) berstatus gizi kurang. Dari 17 orang dengan praktek pemberian makanan sedang terdapat 10 orang (59,8%) berstatus gizi normal dan 7 orang (41,1%) berstatus gizi kurus, dan dari praktek pemberian makan kurang terdapat 1 orang (100%) yang berstatus gizi kurus dan tidak terdapat gemuk, resiko gemuk, normal, sangat kurus.
No Praktek Pemberian Makan n %
1. Baik 78 81.2
2. Sedang 17 17.7
3. Kurang 1 1.0
Jumlah 96 100.0
No Praktek Pemberian
Makanan
Status Gizi (BB/TB) P
Gemuk
Resiko
gemuk Normal
Sangat
kurus Kurus
Jumlah
n % n % n % n % n % n %
1. Baik 1 1,3 1 1,3 59 75,6 10 12,9 7 8,9 78 100 0,022 2. Sedang 0 0 0 0 10 58,9 1 0 7 41,1 17 100
[image:58.612.68.548.180.379.2]Berdasarkan tabulasi silang diatas dan analisa chi-square di dapat nilai p<0,1 (0,096) artinya terdapat hubungan status gizi dengan pola asuh menurut pratek pemberian makan.
b. Rangsangan Psikososial
Pola asuh ibu berdasarkan rangsangan psikososial dan hubungannya dengan status gizi anak yang berada di Kecamatan Pollung dapat dilihat dari Tabel 4.9. berikut.
Tabel 4.9. Distribusi Pola Asuh Ibu menurut Rangsangan Psikososial di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011
D ari Tabel 4.9. dapat diketahui bahwa pola asuh ibu menurut rangsangan psikososial lebih banyak pada kategori sedang yaitu sebanyak 50 orang (52,1%), dan tidak terdapat rangsangan psikososial kategori kurang.
Tabel 4.10.Distribusi Pola Asuh Responden menurut Rangsangan Psikososial dan Hubungannya dengan Status Gizi menurut BB/TB di Kecamatan Pollung
Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011
No Rangsangan Psikososial n %
1. Baik 46 47.9
2. Sedang 50 52.1
3. Kurang 0 0
Jumlah 96 100.0
No Rangsangan Psikososial
Status Gizi (BB/TB) P
Gemuk
Resiko
gemuk Normal
Sangat
kurus Kurus
Jumlah
n % n % n % n % n % n %
Dari Tabel 4.10. dapat diketahui bahwa dari 46 orang dengan rangsangan psikososial yang baik terdapat 1 orang (2,2%) yang gemuk, 38 orang ( 82,6%) yang berstatus gizi normal, 4 orang (8,6%) berstatus gizi sangat kurus dan 3 orang (6,6%) berstatus gizi kurang. Dari 50 orang dengan rangsangan psikososial sedang terdapat 1 orang (2%) beresiko gemuk dan 31 orang (62%) berstatus gizi normal, 6 orang (12%) berstatus gizi sangat kurus, 12 orang (24%) berstatus gizi kurus, dan tidak dijumpai rangsangan psikososial kategori kurang.
Berdasarkan tabulasi silang diatas dan analisa chi-square di dapat nilai p<0,1 (0,079) artinya terdapat hubungan status gizi dengan pola asuh menurut rangsangan psikososial.
c. Praktek Kebersihan/Higiene dan Sanitasi Lingkungan
[image:60.612.69.544.565.653.2]Pola asuh ibu berdasarkan praktek kebersihan/higiene dan sanitasi lingkungan serta hubungannya dengan status gizi anak yang berada di Kecamatan Pollung dapat dilihat dari Tabel 4.11. berikut.
Tabel 4.11. Distribusi Pola Asuh Ibu menurut Praktek Kebersihan/Higiene dan Sanitasi Lingkungan di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011
D ari Tabel
4.11. 2. Sedang 0 0 1 2 31 62 6 12 12 24 50 100 3. Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 100
No Praktek Kebersihan/Higiene dan Sanitasi Lingkungan n %
1. Baik 53 55.2
2. Sedang 43 44.8
3. Kurang 0 0
dapat diketahui bahwa pola asuh responden menurut praktek kebersihan/higiene dan sanitasi lingkungan lebih banyak pada kategori baik yaitu sebanyak 53 orang (55,2%), dan tidak terdapat praktek kebersihan/higiene dan sanitasi lingkungan kategori kurang.
Tabel 4.12. Distribusi Pola Asuh Ibu menurut Praktek Kebersihan/Higiene dan Sanitasi Lingkungan serta Hubungannya dengan Status Gizi menurut BB/TB di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011
Dari Tabel 4.12. dapat diketahui bahwa dari 53 orang dengan praktek kebersihan/higiene dan sanitasi lingkungan yang baik terdapat 1 orang (1,8%) yang gemuk, 41 orang (77,3%) yang berstatus gizi normal, 4 orang (12,9%) berstatus gizi sangat kurus dan 7 orang (8,9%) berstatus gizi kurang. Dari 43 orang dengan praktek kebersihan/higiene dan sanitasi lingkungan kategori sedang terdapat 1 orang (2,3%) beresiko gemuk dan 28 orang (65%) berstatus gizi normal, 6 orang (13,9%) berstatus gizi sangat kurus, 8 orang (18,6%) berstatus gizi kurus, dan tidak terdapat praktek kebersihan/higiene dan sanitasi lingkungan kategori kurang.
Berdasarkan tabulasi silang diatas dan analisa chi-square di dapat nilai p>0,1 (0,417) artinya tidak terdapat hubungan status gizi dengan pola asuh menurut praktek kebersihan/higiene dan sanitasi lingkungan.
e. Praktek Kesehatan No Praktek
Kebersihan/ Higiene dan
sanitasi Lingkungan
Status Gizi (BB/TB) P
Gemuk Resiko
gemuk Normal
Sangat
kurus Kurus Jumlah
n % n % n % n % n % n %
1. Baik 1 1,8 0 0 41 77,3 4 12,9 7 8,9 53 100 0,417 2. Sedang 0 0 1 2,3 28 65 6 13,9 8 18,6 43 100
Pola asuh responden berdasarkan praktek kesehatan serta hubungannya dengan status gizi anak yang berada di Kecamatan Pollung dapat dilihat dari Tabel 4.13. berikut.
Tabel 4.13. Distribusi Pola Asuh Ibu menurut Praktek Kesehatan di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011
D ari Tabel
4.13. dapat diketahui bahwa pola asuh ibu menurut praktek kesehatan lebih banyak pada kategori baik yaitu sebanyak 83 orang (86,5%), dan tidak terdapat praktek kesehatan kategori kurang. Tabel 4.14. Distribusi Pola Asuh Responden menurut Praktek Kesehatan serta
Hubungannya dengan Status Gizi menurut BB/TB di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011
Dari Tabel 4.14. dapat diketahui bahwa dari 83 orang yang telah menerapkan praktek kesehatan yang baik terdapat 1 orang (1,2%) yang gemuk, 63 orang (75,9%) yang berstatus gizi
normal, 9 orang (10,8%) berstatus gizi sangat kurus dan 10 orang (12%) berstatus gizi kurang. Dari 13 orang yang telah menerapkan praktek kesehatan kategori sedang terdapat 1 orang (7,7%) beresiko gemuk dan 7 orang (53,8%) berstatus gizi normal, 1 orang (7,7%) berstatus gizi sangat kurus, 4 orang (31%) berstatus gizi kurus dan tidak terdapat praktek kesehatan yang kategori kurang.
No Praktek Kesehatan n %
1. Baik 83 86.5
2. Sedang 13 13.5
3. Kurang 0 0
Jumlah 96 100.0
No Praktek Kesehatan
Status Gizi (BB/TB) P
Gemuk Resiko
gemuk Normal
Sangat kurus
Kurus Jumlah
n % n % n % n % n % n %
1. Baik 1 1,2 0 0 63 75,9 9 10,8 10 12 83 100 0,039 2. Sedang 0 0 1 7,7 7 53,8 1 7,7 4 31 13 100
[image:62.612.73.550.169.247.2] [image:62.612.71.541.455.557.2]BAB V PEMBAHASAN
5.1. Pola Asuh
Menurut Engle (1997), pola asuh adalah kemampuan keluarga dan masyarakat untuk menyediakan waktu, perhatian dan dukungan dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial dari anak yang sedang tumbuh dan anggota keluarga lainnya. Pola asuh responden meliputi praktek pemberian makan, rangsangan psikososial, praktek kebersihan/higiene dan sanitasi lingkungan serta praktek kesehatan anak.
5.1.1. Praktek Pemberian Makan
makanan, kebersihan makanan dan peralatan yang dipakai harus mendapatkan perhatian khusus. Makanan yang kurang bersih dan sudah tercemar dapat menyebabkan diare atau kecacingan pada anak.
Sesuai dengan yang dikemukakan Marian (2000) yang dikutip oleh Prahesti (2001), faktor utama yang berpengaruh terhadap praktek pemberian makan adalah pengetahuan dan pendidikan ibu. Dengan pendidikan yang cukup ditunjang pengetahuan gizi modern akan praktek pemberian makan kepada anak semakin baik. Hal ini didukung oleh pendapat Soetjiningsih (1995) bahwa pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik/cara mempraktekkan pola aush dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat pendidikan responden mayoritas berada pada tingkat menengah (SLTA) yaitu sebanyak 69,8%. Hal ini memungkinkan ibu mampu memberikan pemberian makan yang baik terhadap anaknya.
5.1.2. Rangsangan Psikososial
tidak mempunyai waktu yang banyak untuk mendongeng dan mengajak anak untuk berlibur/rekreasi.
Menurut Soetjiningsih (1995), anak memerlukan berbagai variasi permainan untuk kebutuhan fisik, mental dan perkembangan emosinya. Bermain bukan membuang-buang waktu, juga bukan berarti membuat anak menjadi sibuk sementara orangtuanya mengerjakan pekerjaannya sendiri. Untuk bermain anak diperlukan alat permainan yang sesuai dengan umur dan taraf perkembangannya. Ganjaran dan hukuman yang wajar merupakan salah satu faktor psikososial. Ganjaran dan hukuman yang diberikan kepada anak harus diberikan secara objektif disertai pengertian dan maksud dari hukuman tersebut, bukan hukuman untuk melampiaskan kebencian dan kejengkelan terhadap anak. Sehingga anak tahu mana yang baik dan yang tidak baik yang akibatnya akan menimbulkan rasa percaya diri pada anak yang penting untuk perkembangan kepribadian anak kelak kemudian hari.
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Perangin-angin (2006) pada anak umur 0 -24 bulan di Kelurahan Gundaling I Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo menunjukkan juga bahwa 68,75% yang rangsangan psikososialnya baik sedangkan yang tidak baik 31,25%.
5.1.3. Praktek Kebersihan/Higiene dan Sanitasi Lingkungan
Hanya sebagian kecil saja rumah yang tidak memiliki ventilasi, jamban dan tempat sampah di dalam rumahnya. Dalam hal higiene, ibu jarang memandikan anaknya. Anak mandi hanya 1 kali sehari dan bahkan ada anak yang jarang mandi. Hal ini disebabkan karena suhu lingkungan yang dingin yang dapat membuat anak menggigil saat mandi. Ibu juga jarang memperhatikan kebersihan kuku anak. Namun anak selalu dibiasakan untuk mencuci tangan sebelum makan dan membersihkan giginya.
5.1.4. Praktek Kesehatan
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa pola asuh ibu berdasarkan perawatan kesehatan lebih banyak pada kategori baik yaitu sebesar 86,5%, sedangkan pada kategori kurang sebesar 13,5%. Hal ini disebabkan karena sebagian besar ibu selalu memperhatikan kesehatan dan kebersihan anak serta kebersihan lingkungan. Dari hasil penelitian ditemukan sebagian besar ibu sudah mempunyai tingkat pendidikan menengah ke atas (SLTA) yaitu sebanyak 69,8%, ibu yang sering berkunjung ke posyan