SURAT PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Pembimbing
Tanda Tangan
1. Dr. Eng. Estiko Rijanto
Judul Naskah Tesis
Perancangan Model Knowledge Management System Keahlian Pegawai pada Direktorat Umum dan Operasional di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung
PERANCANGAN MODEL
KNOWLEDGE MANAGEMENT
SYSTEM
KEAHLIAN PEGAWAI PADA DIREKTORAT UMUM DAN
OPERASIONAL DI RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG
Oleh YALES KURNIA
57.101.10.041
TESIS
Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna memperoleh gelar Magister Sistem Informasi
Telah disetujui Pembimbing pada tanggal seperti tertera di bawah ini
Bandung, Agustus 2012
Dr. Eng. Estiko Rijanto Pembimbing
PERNYATAAN
Saya, yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : YALES KURNIA
NPM : 57.101.10.041
Judul Tesis : Perancangan Model Knowledge ManagementSystem
Keahlian Pegawai pada Direktorat Umum dan Operasional di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung.
Dengan ini menyatakan bahwa tesis yang diserahkan kepada program studi Magister Sistem Informasi Universitas Komputer Indonesia, merupakan gagasan, rumusan dan penelitian sendiri yang tidak dibuat melanggar ketentuan plagiarism dan otoplagiarisme. Saya memahami tentang adanya larangan tersebut dan jika dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh serta sanksi lainnya yang berlaku di Universitas Komputer Indonesia.
Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun.
Bandung, 8 Agustus 2012 Yang membuat pernyataan,
SURAT PERMOHONAN PEMUATAN ARTIKEL
Saya, yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : YALES KURNIA
NPM/Program Studi : 57.101.10.041 / Magister Sistem Informasi
Alamat Korespondensi : Komp. Sapta Taruna PU, Jl. Rana Blok B-202
RT 03/08 Kujangsari Bandung Kidul 40287
Email : yales_veva@yahoo.com
Judul Naskah Artikel : Perancangan Model Knowledge ManagementSystem
Keahlian Pegawai pada Direktorat Umum dan
Operasional di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung.
Mengajukan permohonan pemuatan artikel dengan judul seperti tersebut di atas dan bersedia memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh dewan redaksi Majalah Ilmiah Universitas Komputer Indonesia.
Bandung, 8 Agustus 2012 Pemohon,
PERANCANGAN MODEL
KNOWLEDGE MANAGEMENT
SYSTEM
KEAHLIAN PEGAWAI PADA DIREKTORAT UMUM DAN
OPERASIONAL DI RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG
Oleh YALES KURNIA
57.101.10.041
TESIS
Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna memperoleh gelar Magister Sistem Informasi
FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah wa syukurillah, atas karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini dengan baik. Penulisan tesis ini dilaksanakan untuk
memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan program Magister Sistem
Informasi di Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung. Penulisan
tesis ini tidak akan selesai jika tidak disertai bantuan berbagai pihak kepada
penulis.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Seluruh keluarga besar yang telah mencurahkan kasih sayangnya kepada
penulis dan juga atas segala doa tulus untuk penulis.
2. Bapak Dr. Eng. Estiko Rijanto selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu dan tenaganya untuk membimbing dan mengarahkan
penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
3. Istri tercinta, Yanti Setiawati serta Anak-anak tersayang, Raika dan
Ranisha, yang selalu menemani hari-hari penulis sehingga bisa
menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
4. Segenap Dosen Magister Sistem Informasi UNIKOM yang telah membagi
pengetahuan kepada penulis.
5. Ibu Diana, Teh Santy dan rekan-rekan di sekretariat pasca sarjana
UNIKOM, yang juga telah banyak membantu penulis selama masa
ix
6. Teman-teman kuliah angkatan kedua Magister Sistem Informasi
UNIKOM, yang telah sama-sama turut berjuang dan saling menyemangati
selama masa perkuliahan sampai penyusunan penelitian ini.
7. Rekan-rekan di Instalasi Sistem Informasi RSHS, atas bantuan dan
dukungannya selama ini.
8. Dan seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang
telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini,
Jazakumullah Khairan Katsiran.
Meskipun jauh dari sempurna, semoga penelitian ini, dapat bermanfaat
bagi semua pembaca dan berbagai pihak yang membutuhkan.
Bandung, 8 Agustus 2012
x
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ………. i
LEMBAR PENGESAHAN ………... ii
LEMBAR PERNYATAAN …...……… iii
SURAT PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING ….………... iv
SURAT PERMOHONAN PEMUATAN ARTIKEL ……… v
ABSTRAK ………. vi
KATA PENGANTAR ………...………… viii
DAFTAR ISI ……….. x
DAFTAR TABEL ……….. xiv
DAFTAR GAMBAR ………. xv
BAB I PENDAHULUAN ………. 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ………... 1
1.2 Identifikasi Masalah ……… 2
1.3 Tujuan Penelitian ……… 3
1.4 Manfaat Penelitian ……….. 3
1.5 Pembatasan Masalah dan Asumsi ………... 4
1.6 Metodologi Penelitian ………. 4
1.7 Sistematika Penulisan ………. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……… 8
2.1 Pemahaman Organisasi ………... 8
2.1.1 Visi dan Misi Perusahaan ………. 9
2.1.2 Struktur Organisasi RSHS………. 10
xi
2.1.4 Dukungan Teknologi Informasi yang Ada Saat Ini .………..…….
23
2.2 Kajian Pustaka ……….……….……….. 27
2.2.1 Data ……….……….……… 28
2.2.2 Informasi ……….……….……… 29
2.2.3 Knowledge ……….……….………….. 30
2.2.4 Wisdom ……….……….………... 32
2.2.5 Connectedness ……….……….……… 33
2.2.6 Management ……….……….……….. 34
2.2.7 Knowledge Management (KM) ……… 34
2.2.8 Penelitian Lain yang Pernah Dilakukan ………... 38
2.3 Kerangka Pemikiran ……….……….. 39
2.4 Hipotesis Penulisan ……….……….……….. 41
BAB III ROADMAP DAN AUDIT KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM (KMS) ……….……….……….. 42 3.1 Roadmap Implementasi Knowledge Management …….. 42
3.1.1 Analisis Infrastuktur yang Ada ...………. 44
3.1.2 Kesesuaian KM dan Strategi Bisnis ………. 45
3.1.3 Perancangan dan Arsitektur KM ..…………..….. 48
3.1.4 Audit dan Analisis Knowledge ………. 49
3.1.5 Perancangan tim KM ……….…….. 51
3.1.6 Membuat cetak biru (blueprint) KMS …………. 52
xii
3.2.2 Proses Pengetahuan dan Teknologi Pendorong .. 59 3.2.3 Diagnosis terhadap Strategi Awal ………... 60 3.2.4 Membuat Peta Pengetahuan terhadap Mitra ..…. 61 3.2.5 Penilaian Awal tentang Hubungan KM dengan
Bisnis Perusahaan ……….………...
63
3.2.6 Diagnosis Pengetahuan dalam Konteks
Organisasi ……….……….…………..
67
3.2.7 Diagnosis Ketergantungan KM dengan Proses, Budaya dan Infrastruktur yang Ada Dalam Organisasi ……….……….………….
68
3.2.8 Diagnosis Pendekatan KM yang Dibutuhkan oleh Perusahaan ……….……….
70
3.2.9 Identifikasi Sumber Daya yang Ada Pada Perusahaan dan Hubungannya dengan KM …...
72
3.2.10 Analisis Sumber Daya Pengetahuan ……..…… 73 3.2.11 Posisi Perusahaan dalam Sumber Daya Pengetahuan 74 3.2.12 Karakteristik Peringkat Pengetahuan Proses Kerja
dan Dampaknya Pada Tiap Tahapan ……….
77
3.2.13 Atribut dan Penanda untuk Konten Pengetahuan pada KMS ……….……….……….….
77
BAB IV PERANCANGAN SOLUSI MODEL KNOWLEDGE
MANAGEMENT SYSTEM ……….……….……...
84
4.1 Hasil Analisis Infrastruktur yang Telah Ada …………. 84 4.2 Penyesuaian Knowledge Management dengan Strategi
Bisnis ……….……….……….………..
86
xiii
4.4 Analisis Peta Pengetahuan Perusahaan Terhadap Para Mitra ……….……….……….………
92
4.5 Tingkat Kematangan Perusahaan dalam Knowledge
Management ……….……….………..
94
4.6 Perancangan BlueprintKnowledge Management ……… 95
4.6.1 Arsitektur KMS ……….……… 103
4.6.2 Fungsi-fungsi pada Portal KMS ……… 110
4.6.3 Pilar Manusia dalam KMS …..……….…. 114
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….……….……... 115
5.1 Kesimpulan ……….……….……….. 115
5.2 Saran ……….……….……….………… 117
118
DAFTAR PUSTAKA
[1] Adityo, Firman, Rotasi Rutin Pegawai, 30 Mei 2012, dari =
http://blog.sivitas.lipi.go.id/blog.cgi?isiblog&1221475283&&&103600629
0&&1338365762&firm007&, di akses tanggal 5 Juli 2012.
[2] Santa, Kristofel, Desain Aplikasi Knowledge Management untuk Pelayanan
Pasien Studi Kasus Rumah Sakit Umum Daerah, Tesis, Program Magister
Manajemen Teknologi, Pasca Sarjana, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Surabaya, 2011 dari
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-17901-9109205503-paperpdf.pdf , diakses tanggal 30 Juli 2012.
[3] Tim Penyusun, Kiprah dan Pengabdian RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung
1923 – 2009: Tidak diterbitkan, 2009.
[4] Tim Penyusun, RENSTRA RSUP.Dr. Hasan Sadikin Bandung 2012-2016,
Tidak diterbitkan, 2012.
[5] Kemenkes RI, Permenkes RI Nomor 1673/MENKES/PER/XII/2005
tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan
Sadikin Bandung, 2005.
[6] Artikel rshs.or.id, RSHS-Mandiri Luncurkan Mandiri Bill Payment System,
dari =
http://www.rshs.or.id/2012/07/rshs-mandiri-luncurkan-mandiri-bill-payment-system/, di akses tanggal 20 Juli 2012.
[7] Zack, Michael, An Architecture for Managing Explicated Knowledge,
119
[8] Bellinger, Gene & Castro, Durval & Mills, Anthony, Data, Information,
Knowledge, and Wisdom, dari =
http://www.systems-thinking.org/dikw/dikw.htm, di akses tanggal 5 Juni 2012.
[9] Vercellis, Carlo, Business Intelligence: Data Mining and optimization for
Decision Making. John Wiley & Sons, 2009.
[10] Setiawan, Wawan. dan Munir, Pengantar Teknologi Informasi : Basis
Data. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia, 2006.
[11] Davenport, Thomas & Prusak, Laurence, Working Knowledge: How
Organizations Manage What They Know. Harvard: Harvard Business Press,
1998.
[12] Nonaka, Ikujiro & Takeuchi, Hirotaka, The Knowledge-Creating Company:
How Japanese Companies Create the Dynamics of Innovation. Oxford:
Oxford University Press, 1995.
[13] McInerney, Claire, Knowledge Management and the Dynamic Nature of
Knowledge. Journal of the American Society for Information Science and
Technology 53 (12): 1009–1018, 2002.
[14] Tobing, Paul L, Knowledge management: Konsep, Arsitektur dan
Impelementasi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.
[15] Tiwana, A, The Knowledge Management Toolkit: Orchestrating IT,
Strategy, and Knowledge Platforms (2nd Edition). Upper Saddle River, NJ:
Prentice Hall, 2002.
[16] Sveiby, K. E, The New Organizational Wealth: Managing & Measuring
120
[17] Hadiana, Asep Id, Model Knowledge Management Systems pada perusahaan distributor farmasi dan Consumer Product di PT. Bina San
Prima. Tesis. program studi Magister Sistem Informasi Fakultas Pasca
Sarjana Universitas Komputer Indonesia Bandung : Tidak Diterbitkan,
2011.
[18] http://www.santosa-hospital.com , di akses tanggal 2 Agusus 2012.
[19] http://rsborromeus.com, di akses tanggal 2 Agusus 2012.
[20] http://www.rsalislam.com, di akses tanggal 2 Agusus 2012.
[21] http://www.rsadventbandung.com, di akses tanggal 2 Agusus 2012.
[22] http://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_Sakit_Advent_Bandung
[23] Nawawi, Ismail, Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management) Teori
dan Aplikasi dalam Mewujudkan Daya Saing Organisasi Bisnis dan Publik,
Ghalia Indonesia, 2012.
[24] Minonne, C and Turner, G. Evaluating Knowledge Management
Performance, Electronic Journal of Knowledge Management Volume 7
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Penelitian
Rotasi pegawai berupa mutasi ataupun promosi, pada sebuah instansi
pemerintah, sering dilakukan dalam periode tertentu untuk memenuhi kebutuhan
organisasi. Menurut [1], peranan rotasi pegawai bagi kepentingan pegawai yaitu
untuk menambah pengalaman dan keterampilan, penyegaran psikologis dan
memperbaiki pelayanan. Namun berpindahnya pegawai dari suatu unit kerja ke
unit lain secara tidak langsung dapat pula mengakibatkan penurunan kinerja
perusahaan jika terjadi ketidaksesuaian antara posisi dengan kemampuan pegawai.
Yang juga menjadi masalah, jika pegawai lama tidak bisa berbagi pengetahuannya
dengan pegawai baru yang menggantikan posisinya dikarenakan lokasi yang
berjauhan antara lokasi unit kerja baru dengan unit kerja yang lama atau tidak ada
waktu untuk berbagi pengetahuan karena habisnya jam kerja dalam setiap hari
untuk memahami/mengerjakan pekerjaan barunya. Dengan jumlah pegawai
sebanyak 391 orang, masalah tersebut juga terjadi pada Direktorat Umum dan
Operasional di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung (RSHS).
Peranan teknologi komputer atau teknologi informasi sangat mendukung
peningkatan kinerja organisasi, dalam hal ini rumah sakit, terutama bagi pelaku
atau pengelolanya. RSHS sebagai sebuah organisasi memiliki banyak sumber
2
maupun luar organisasi. Sumber-sumber tersebut diantaranya dokter, perawat, ahli
gizi, radiografer, apoteker, pegawai laboratorium kesehatan, petugas administrasi
perkantoran dan tata usaha. Banyaknya potensi sumber pengetahuan di RSHS,
pengelolaan pengetahuan (Knowledge Management) menjadi sangat penting dan perlu dilakukan untuk menjaga eksistensi pengetahuan dan kemajuan perusahaan.
Dalam mengatasi masalah dalam penempatan pegawai pada Direktorat Umum dan
Operasional di RSHS, diperlukan sebuah pengelolaan pengetahuan tentang
informasi yang tepat mengenai pegawai dalam hal pengalaman pekerjaan,
pendidikan dan keahlian khusus.
Penelitian yang pernah dilakukan mengenai perancangan Knowledge Management di Rumah Sakit yaitu dilakukan oleh Kristofel Santa, mahasiswa Program Magister Manajemen Teknologi, Bidang Keahlian Manajemen
Teknologi Informasi, Program Pasca Sarjana, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Surabaya, dengan judul “Desain Aplikasi Knowledge Management untuk Pelayanan Pasien Studi Kasus Rumah Sakit Umum Daerah”. Studi Kasus
penelitian dilakukan di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Blitar. Pada penelitian
tersebut KM lebih dititik beratkan pada KM pelayanan keperawatan di RSUD
tersebut [2], sedangkan dalam penelitian ini penulis mencoba untuk membuat
model KMS keahlian pegawai pada Direktorat Umum dan Operasional di RSHS.
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, masalah
3
1. Ketidak sesuaian kemampuan pegawai dengan job description pada proses penempatan pegawai juga kebutuhan di unit kerja baru dengan
kemampuan pegawai yang akan ditempatkan tidak sesuai.
2. Sulitnya berbagi pengetahuan antar pegawai.
3. Rancangan Sistem Manajemen Pengetahuan yang bagaimana yang
sesuai dengan kondisi di RSHS khususnya pada Direktorat Umum dan
Operasional?
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk
a. Mengidentifikasi pengetahuan/ knowledge apa saja yang telah ada di RSHS khususnya pada Direktorat Umum dan Operasional.
b. Menganalisis pendekatan KM yang cocok utuk organisasi.
c. Membuat sebuah rancangan model sistem manajemen pengetahuan yang
sesuai untuk RSHS yang memudahkan organisasi untuk mengelola
pengetahuan yang dimiliki, sehingga pengetahuan terdokumentasi dengan
baik untuk menunjang kinerja pegawai di tiap unit kerja di rumah sakit,
khususnya pada Direktorat Umum dan Operasional.
1.4Manfaat Penelitian
4
a. Mempermudah transfer pengetahuan/Knowledge antar pegawai di Rumah Sakit, selain itu diharapkan dapat meningkatkan kinerja pegawai dan
kemajuan bagi Rumah Sakit.
b. Rumah sakit sebagai organisasi bisa mengembangkan Sistem manajemen
pengetahuanberdasarkan model yang dihasilkan pada penelitian ini.
1.5Pembatasan Masalah dan Asumsi
Luasnya lingkup bahasan tentang manajemen pengetahuan di rumah sakit,
maka ruang lingkup penelitian pada tesis hanya akan dibatasi pada Instalasi
Sistem Informasi RS di Direktorat Umum dan Operasional Rumah Sakit Hasan
Sadikin.
Penelitian ini menggunakan metode 10 Step Knowledge Management Roadmap. Namun dari 10 langkah yang terdapat pada metode tersebut, penelitian ini hanya menggunakan langkah pertama sampai langkah keenam yaitu membuat
blueprint KM.
1.6Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini, metodologi KM yang digunakan adalah metodologi
yang ditulis oleh Amrit Tiwana yaitu 10 Step Knowledge Management Roadmap. Metode ini dipilih karena memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan
metode untuk perancangan KM lainnya. Kelebihan dari metode ini diantaranya
5
1. Memiliki tahapan yang jelas dalam perancangan KM, mulai dari
tahapan analisis infrastruktur yang telah ada sampai dengan tahapan
evaluasi KM yang dibangun.
2. Menyediakan Knowledge Management Assessment Kit (KMAK). KMAK ini berisi pertanyaan-pertanyaan kuisioner yang bisa membantu
kita dalam merancang KM yang sesuai untuk kondisi perusahaan atau
organisasi yang kita teliti.
Namun dalam penelitian ini, tidak semua tahapan dalam metodologi tersebut
digunakan. Penelitian ini hanya mencakup sampai langkah keenam dari 10
langkah dalam 10 Step Knowledege Management Roadmap yaitu create the knowledge management blueprint (membuat cetak biru KM).
Secara garis besar, tahapan yang dilakukan dalam metodologi tersebut
adalah :
1. Analisis infrastruktur yang sudah ada pada perusahaan
2. Menyesuaikan KM dengan bisnis strategi perusahaan
3. Desain KM infrastruktur
4. Audit aset pengetahuan dan sistem yang sudah ada pada perusahaan.
5. Menyusun tim KM
6. Merancang blueprint KM
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mendapatkan data primer dan
data sekunder. Data primer didapatkan melalui kuesioner, observasi dan
6
sekunder didapatkan dengan melakukan penelitian kepustakaan dari berbagai
litelatur yang berkaitan dengan Knowledge Management.
Dalam penelitian ini didefinisikan beberapa operasional variabel yaitu :
a. Strategi Pendekatan KM, yaitu strategi kodifikasi dan strategi
personalisasi.
b. Atribut pengetahuan untuk konten KMS yang digunakan untuk
menentukan atribut penanda yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam
pembangunan KMS.
c. Diagnosis infrastruktur yang telah ada pada perusahaan.
d. Pemetaan posisi pengetahuan perusahaan terhadap para pesaing/mitra.
1.7Sistematika Penulisan
Secara garis besar tesis ini terdiri dari lima Bab, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini, ditulis latar belakang penelitian, identifikasi masalah,
batasan masalah, tujuan penelitian, serta manfaat penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada Bab ini menguraikan berbagai teori yang berhubungan
dengan penelitian, yang mencakup tentang teori dasar yang
digunakan untuk acuan dalam pengolahan data dan analisis
7
BAB III ROADMAP DAN AUDIT KNOWLEDGE MANAGEMENT
SYSTEM
Pada bab ini, digambarkan langkah-langkah penelitian ini. Selain
itu juga gambaran tentang metode untuk menyelesaikan
permasalahan dan untuk mencapai tujuan.
BAB IV PERANCANGAN SOLUSI MODEL KNOWLEDGE
MANAGEMENT SYSTEM
Pada bab ini di bahas perancangan model Knowledge Management System yang cocok untuk diterapkan di Rumah Sakit.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari penelitian ini. dan
diharapkan dalam kesimpulan penelitian ini, dapat menjawab
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemahaman Organisasi
Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung dibangun pada tahun 1920 dan
diresmikan pada tanggal 15 Oktober 1923 dengan nama “Het Algemeene
Bandoengsche Ziekenhuijs“. Pada tanggal 30 April 1927 namanya diubah menjadi
“Het Gemeente Ziekenhuijs Juliana” dengan kapasitas 300 tempat tidur. Selama
penjajahan Jepang, rumah sakit ini dijadikan Rumah Sakit Militer. Setelah
Indonesia merdeka, dikelola oleh pemerintah daerah, yang dikenal oleh
masyarakat Jawa Barat dengan nama “Rumah Sakit Ranca Badak“. Pada tahun
1954 Rumah Sakit Ranca Badak ditetapkan menjadi rumah sakit propinsi dan
berada di bawah pengawasan Departemen Kesehatan. Selanjutnya pada tahun
1956 dijadikan rumah sakit umum dengan kapasitas 600 tempat tidur, bersamaan
dengan didirikannya Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Sejak itu pula
Rumah Sakit Ranca Badak digunakan sebagai tempat pendidikan oleh Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran dan merupakan awal kerjasama antara
Rumah Sakit Ranca Badak dengan Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran[3].
Pada tanggal 8 Oktober 1967 nama Rumah Sakit Ranca Badak diubah
menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin (RSHS) yang berfungsi
sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Departemen Kesehatan Republik Indonesia
9
2.1.1 Visi dan Misi Perusahaan
A. Visi [4].
“Menjadi Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia yang unggul dalam
Pelayanan, Pendidikan dan Penelitian.”
Visi tersebut memiliki tiga kata kunci, yaitu RS Indonesia Kelas Dunia,
Unggul dan Pelayanan, Pendidikan dan Penelitian.
Yang dimaksud dengan “RS Indonesia Kelas Dunia”, sebagaimana
ketentuan Kementerian Kesehatan RI, adalah rumah sakit dengan komponen
struktur dan proses yang tersertifikasi lengkap memenuhi standar “Kelas Dunia”
oleh lembaga yang diakui pemerintah dengan outcome yang memberikan
penekanan pada keselamatan pasien, mutu asuhan yang tinggi, serta kepuasan
pasien dan staf.
Yang dimaksud dengan “unggul” adalah lebih baik dari rumah sakit lain
yang ditetapkan Kementerian Kesehatan RI sebagai rumah sakit yang potensial
menjadi Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia (RSI-KD) yaitu, RS Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta, RS Sanglah Denpasar, RS Sardjito Yogyakarta, RS
Soetomo Surabaya, RS Adam Malik Medan, dan RS Wahidin Sudirohusodo
Makasar.
Visi yang ingin dicapai tidak terlepas dari tiga bidang yang harus
dilaksanakan secara terintegrasi dan saling melengkapi, yaitu “Pelayanan,
Pendidikan dan Penelitian Kesehatan” yang merupakan bidang tugas dari RSHS
10
B. Misi[4].
”Melaksanakan pelayanan kesehatan paripurna dan prima yang terintegrasi
dengan pendidikan dan penelitian.”
Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh RSHS adalah pelayanan yang
paripurna, yaitu mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
yang dilaksanakan secara seimbang. Keempat pelayanan tersebut diberikan secara
prima, artinya pelayanan yang diberikan adalah pelayanan yang terbaik (excellent
service) baik dari sudut pandang pemberi pelayanan maupun penerima pelayanan
(pasien).
Selain harus prima, pelayanan yang diberikan juga harus terintegrasi
dengan pendidikan dan penelitian kesehatan, sesuai dengan fungsi RSHS sebagai
RS Pendidikan. Filosofis dari integrasi tersebut adalah: “Proses pendidikan tenaga
kesehatan yang baik akan terjadi di rumah sakit yang pelayanannya baik, dan
pelayanan yang baik adalah pelayanan yang berbasiskan penelitian (
evidence-based service). Dengan filosofis tersebut, pelayanan yang diberikan oleh RSHS
sebagai RS Pendidikan adalah pelayanan yang terbaik (excellent service).
2.1.2 Struktur Organisasi RSHS
Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin
11
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
Gambar 2.1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung [5].
SEKSI PELAYANAN SUMBER DAYA MANUSIA DAN
12
Dari struktur organisasi RSHS di atas dapat dilihat, bisnis utama RSHS
berada di Direktorat Medik dan Keperawatan. Berdasarkan [5] Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 1673/MENKES/PER/XII/2005 tentang Organisasi dan Tata
Kerja RSHS Bandung, Direktorat Medik dan Keperawatan dipimpin oleh seorang
Direktur yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama.
Direktorat Medik dan Keperawatan bertugas melaksanakan pengelolaan
pelayanan medik dan keperawatan serta peningkatan mutu layanan kesehatan
rumah sakit.
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Medik dan Keperawatan
menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan sistem pelayanan medik dan pelayanan keperawatan;
b. koordinasi pelaksanaan pelayanan medik dan pelayanan keperawatan,
utilisasi peralatan medik dan keperawatan serta sarana penunjang;
c. pengendalian, pengawasan dan evaluasi mutu pelayanan medik, pelayanan
keperawatan dan sarana penunjang secara berkesinambungan.
Direktorat Medik dan Keperawatan terdiri dari:
a. Bidang Medik;
b. Bidang Keperawatan;
c. Unit-unit Non Struktural;
13
A.Bidang Medik
Bidang Medik mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan kebutuhan
pelayanan medik, penunjang medik dan rekam medik serta melakukan bimbingan
dan peningkatan mutu pelaksanaan kegiatan di bidang pelayanan medik.
Dalam melaksanakan tugasnya, Bidang Medik menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan rencana kebutuhan pelayanan medik, penunjang medik, dan
rekam medik;
b. koordinasi pelaksanaan, pengendalian dan pemantauan serta evaluasi
kegiatan dan mutu pelayanan medik, penunjang medik dan rekam medik;
c. pengumpulan dan pengolahan data utilisasi serta koordinasi pengusulan
peralatan medik;
Bidang Medik terdiri dari:
a. Seksi Pelayanan Medik, bertugas melakukan penyiapan bahan penyusunan
rencana kebutuhan sumber daya pelayanan medik.
b. Seksi Penunjang Medik, bertugas melakukan penyiapan bahan penyusunan
rencana kebutuhan sumber daya penunjang medik.
c. Seksi Rekam Medik, bertugas melakukan penyiapan bahan penyusunan
rencana kebutuhan sumber daya dan pengelolaan rekam medik.
B.Bidang Keperawatan
Bidang Keperawatan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan
kebutuhan pelayanan keperawatan di rawat jalan dan gawat darurat, rawat inap
14
Dalam melaksanakan tugasnya, Bidang Keperawatan menyelenggarakan
fungsi:
a. penyusunan rencana kebutuhan pelayanan keperawatan di rawat jalan dan
gawat darurat, rawat inap serta rawat khusus;
b. koordinasi pelaksanaan, pengendalian dan pemantauan serta evaluasi
kegiatan dan mutu pelayanan keperawatan di rawat jalan dan gawat
darurat, rawat inap serta rawat khusus;
c. pengumpulan dan pengolahan data utilisasi serta koordinasi pengusulan
peralatan keperawatan.
Bidang Keperawatan terdiri dari:
a. Seksi Pelayanan Keperawatan Rawat Jalan dan Gawat Darurat, ber tugas
penyiapan bahan penyusunan kebutuhan sumber daya pelayanan
keperawatan rawat jalan dan gawat darurat.
b. Seksi Pelayanan Keperawatan Rawat Inap, bertugas menyiapkan bahan
penyusunan kebutuhan sumber daya pelayanan keperawatan rawat inap.
c. Seksi Pelayanan Keperawatan Rawat Khusus, bertugas penyiapan bahan
penyusunan kebutuhan sumber daya pelayanan keperawatan rawat khusus.
C.Unit Non Struktural
Di lingkungan Direktorat Medik dan Keperawatan dibentuk Instalasi
sebagai Unit Non Struktural yang terdiri dari:
a. Instalasi Rawat Jalan adalah unit pelayanan, non struktural yang
15
jalan yang terdiri dari beberapa poliklinik dalam berbagai disiplin ilmu
kedokteran klinis;
b. Instalasi Gawat Darurat adalah unit pelayanan non struktural yang
menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan gawat
darurat;
c. Instalasi Rawat Inap Khusus Paviliun Parahyangan adalah unit pelayanan
non struktural yang menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan
pelayanan rawat inap khusus medikal dan surgikal;
d. Instalasi Rawat Inap Paviliun Anggrek adalah unit pelayanan non
struktural yang menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan
pelayanan rawat inap bagi pasien kelas khusus medikal;
e. Instalasi Pelayanan Jantung adalah unit pelayanan non struktural yang
menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan jantung
secara terpadu;
f. Instalasi Bedah Sentral adalah unit pelayanan non struktural yang
menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan tindakan
bedah;
g. Instalasi Rawat Intensif adalah unit pelayanan non struktural yang
menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan
perawatan intensif;
h. Instalasi Teknologi Reproduksi Berbantu adalah unit pelayanan non
struktural yang menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan
16
i. Instalasi Hemodialisa adalah unit pelayanan non struktural yang
menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan
hemodialisa.
D.Unit Pelaksana Fungsional
Unit Pelaksana Fungsional adalah unit pelayanan non struktural yang
menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan, pendidikan,
pelatihan, penelitian dan pengembangan rumah sakit.
Pembentukan Unit Pelaksana Fungsional ditetapkan oleh Direktur Utama
sesuai kebutuhan rumah sakit. Unit Pelaksana Fungsional berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Direktur Medik dan Keperawatan, yang dipimpin oleh
seorang kepala yang diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama.
Kepala Unit Pelaksana Fungsional dalam melaksanakan tugasnya dibantu
oleh tenaga-tenaga fungsional dan atau non medis. Pembentukan dan perubahan
jumlah dan jenis Unit Pelaksana Fungsional dilaporkan secara tertulis kepada
Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik.
Unit Pelaksana Fungsional, terdiri dari:
a. Unit Pelaksana Fungsional Ilmu Penyakit Dalam;
b. Unit Pelaksana Fungsional Obstetri dan Ginekologi;
c. Unit Pelaksana Fungsional Ilmu Kesehatan Anak;
d. Unit Pelaksana Fungsional Ilmu Bedah;
e. Unit Pelaksana Fungsional Bedah Saraf;
f. Unit Pelaksana Fungsional Orthopaedi dan Traumatologi;
17
h. Unit Pelaksana Fungsional Ilmu Penyakit Saraf;
i. Unit Pelaksana Fungsional Telinga Hidung dan Tenggorokan (THT);
j. Unit Pelaksana Fungsional Anestesiologi dan Reanimasi;
k. Unit Pelaksana Fungsional Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi;
l. Unit Pelaksana Fungsional Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin;
m. Unit Pelaksana Fungsional Kesehatan Gigi dan Mulut;
n. Unit Pelaksana Fungsional Ilmu Kedokteran Jiwa;
o. Unit Pelaksana Fungsional Radiologi;
p. Unit Pelaksana Fungsional Patologi Klinik;
q. Unit Pelaksana Fungsional Patologi Anatomi;
r. Unit Pelaksana Fungsional Kedokteran Nuklir;
s. Unit Pelaksana Fungsional Kedokteran Forensik;
t. Unit Pelaksana Fungsional Farmakologi Klinik.
2.1.3 Direktorat Umum dan Operasional
Berdasarkan [5] Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
1673/MENKES/PER/XII/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja RSHS
Bandung, Direktorat Umum dan Operasional dipimpin oleh seorang Direktur yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama. Direktorat
Umum dan Operasional bertugas melaksanakan pengelolaan layanan umum serta
perencanaan dan evaluasi kegiatan rumah sakit.
Dalam melaksanakan tugasnya Direktorat Umum dan Operasional
18
a. penyusunan program layanan umum, perencanaan dan evaluasi kegiatan
rumah sakit.
b. pelaksanaan kegiatan layanan umum, perencanaan dan evaluasi kegiatan
rumah sakit.
c. koordinasi pelaksanaan kegiatan layanan umum, perencanaan dan evaluasi
kegiatan rumah sakit.
d. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan layanan umum,
perencanaan dan evaluasi kegiatan rumah sakit.
Direktorat Umum dan Operasional terdiri dari:
a. Bagian Umum
b. Bagian Perencanaan dan Evaluasi
c. Unit-unit Non Struktural
19
STRUKTUR ORGANISASI
DIREKTORAT UMUM DAN OPERASIONAL
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
Gambar 2.2. Struktur Organisasi Direktorat Umum dan Operasional RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung[5]. DIREKTUR UTAMA
FARMASI INSTALASI GIZI
20
A. Bagian Umum
Bagian Umum bertugas melaksanakan kegiatan ketatausahaan,
perlengkapan dan kerumahtanggaan.
Dalam melaksanakan tugasnya, Bagian Umum menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan urusan ketatausahaan.
b. pelaksanaan urusan perlengkapan dan kerumahtanggaan.
c. pengelolaan hukum dan kemitraan.
Bagian Umum terdiri dari:
a. Subbagian Tata Usaha, bertugas melakukan urusan tata persuratan,
penggandaan, ekspediai dan kearsipan.
b. Subbagian Rumah Tangga, bertugas melakukan kegiatan
kerumahtanggaan meliputi transportasi, inventaris, ketertiban dan
keamanan serta pengelolaan ruangan.
c. Subbagian Hukum dan Kemitraan, bertugas melakukan pelayanan dan
bantuan hukum serta kemitraan.
B. Bagian Perencanaan dan Evaluasi
Bagian Perencanaan dan Evaluasi bertugas melaksanakan penyusunan
perencanaan, evaluasi dan pelaporan serta hubungan masyarakat dan protokoler.
Dalam melaksanakan tugasnya, Bagian Perencanaan dan evaluasi
menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan perencanaan program.
b. pelaksanaan kegiatan Hubungan Masyarakat dan Protokoler.
21
Bagian Perencanaan dan Evaluasi terdiri dari:
a. Subbagian Perencanaan, bertugas melakukan pengumpulan, pengolahan dan
analisis data untuk kegiatan penyusunan rencana.
b. Subbagian Evaluasi, bertugas melakukan evaluasi dan penyiapan bahan
penyusunan laporan.
c. Subbagian Hubungan Masyarakat dan protokoler, bertugas melakukan
penyiapan bahan publikasi, hubungan masyarakat, protokoler, pemberitaan
dan pendapat umum serta pelayanan informasi dan komunikasi.
C. Unit-unit Non Struktural
Di lingkungan Direktorat Umum dan Operasional dibentuk Instalasi
sebagai Unit Non Struktural yang terdiri dari:
a. Instalasi Farmasi adalah unit pelayanan non struktural yang menyediakan
fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan informasi obat,
perencanaan, kebutuhan, peracikan, penyimpanan, penyediaan dan
penyaluran obat-obatan, bahan kimia, penyimpanan serta penyaluran alat
kedokteran, alat perawatan, alat kesehatan dan evaluasi serta pemantauan
obat.
b. Instalasi Gizi adalah unit pelayanan non struktural yang menyediakan
fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan gizi yang meliputi
penyediaan, pengolahan, penyaluran makanan, terapi gizi dan konsultasi
gizi.
c. Instalasi Binatu adalah unit pelayanan non struktural yang menyediakan
22
meliputi penyiapan, pemeliharaan, penyimpanan, penyaluran dan
pencucian.
d. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit adalah unit pelayanan non
struktural yang menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan
pemeliharaan bangunan, peralatan listrik, elektromedik, air minum, air
panas, listrik, gas medis dan gas teknis.
e. Instalasi Pemeliharaan Gedung Terpadu adalah unit pelayanan non
struktural yang menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan
pemeliharaan bangunan, peralatan, listrik, elektromedik, air minum, air
panas, listrik, gas medis, dan gas teknis di gedung UGD, bedah sentral,
rawat intensif dan rawat inap khusus.
f. Instalasi Kesehatan Lingkungan adalah unit pelayanan non struktural yang
menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan sanitasi
dan pengelolaan kesehatan lingkungan rumah sakit.
g. Instalasi Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) adalah unit pelayanan non
struktural yang menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan
operasionalisasi komputer SIRS, baik perangkat keras dan jaringan,
perangkat lunak dan aplikasi, bank data dan sever maupun tenaga operator.
h. Instalasi Pengadaan adalah unit pelayanan non struktural yang
menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan administrasi proses
pengadaan barang dan jasa baik dari anggaran pemerintah maupun
23
D. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional bertugas melakukan kegiatan sesuai dengan
jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah Tenaga Fungsional
yang terbagi atas berbagai kelompok jabatan fungsional sesuai dengan bidang
keahliannya. Masing-masing Tenaga Fungsional berada di lingkungan unit kerja
rumah sakit sesuai dengan kompetensinya. Jumlah tenaga fungsional ditentukan
berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. Jenis dan jenjang jabatan fungsional
diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.1.4 Dukungan Teknologi Informasi yang Ada Saat Ini
RSHS telah menggunakan teknologi informasi dalam menunjang
kelangsungan operasional organisasi. Penggunaan teknologi informasi dirintis
pada tahun 1996 dengan dibentuknya Tim Sistem Informasi Rumah Sakit (Tim
SIRS) yang mengelola admission Instalasi Rawat Jalan (IRJ). Seiring
perkembangan teknologi informasi, mengharuskan RSHS mengadaptasi
perkembangan tersebut. Pada tahun 1999 dimulai upaya penggabungan sistem
informasi yang terbagi-bagi di beberapa unit di RSHS menjadi sistem informasi
yang terpusat pada satu Sistem Informasi Rumah Sakit. Dalam perkembangannya
Tim SIRS pun mengalami perubahan menjadi Instalasi Sistem Informasi Rumah
Sakit (Instalasi SIRS) sebagai unit pelayanan non struktural yang menyediakan
24
yang meliputi perangkat keras, perangkat lunak, jaringan, aplikasi dan bank data
serta tenaga operator.
Struktur organisasi Instalasi Sistem Informasi Rumah Sakit dapat dilihat
pada gambar 2.3.
Gambar 2.3. Struktur Organisasi Instalasi Sistem Informasi Rumah Sakit
Pemanfaatan Sistem Informasi di RSHS mengakibatkan perubahan, seperti
pada budaya kerja pegawai, kinerja pegawai, pelayanan terhadap masyarakat
pengguna layanan kesehatan yang menjadi lebih cepat dibandingkan sebelum
menggunakan sistem informasi, dan yang tidak kalah penting yaitu pendapatan
dan pengeluaran dana di rumah sakit menjadi lebih terkendali. Dampak yang juga
dirasakan yaitu pengambilan keputusan strategis oleh pihak manajemen rumah
sakit menjadi lebih efektif dan efisien karena berdasarkan data juga informasi
yang tepat dan lebih cepat. Seperti belum lama ini, RSHS meluncurkan program
penerimaan pembayaran pasien RSHS dengan menggunakan Mandiri Bill
25
Payment System, yang disepakati dalam penandatanganan perjanjian kerja sama
antara RSHS dengan Bank Mandiri di Ruang Sidang RSHS, Jumat, 29 Juni 2012.
Inovasi ini dibuat bertujuan untuk meminimalisir kebocoran penerimaan,
memudahkan bendahara penerimaan untuk memverifikasi penerimaan keuangan
RSHS, memudahkan proses monitoring, pelaporan & rekonsiliasi data/rekening,
memudahkan pengawasan kinerja keuangan setiap poli/bendahara, serta efisiensi
SDM/kasir. [6]
Saat ini di RSHS telah digunakan sistem informasi rumah sakit yang
dikembangkan sendiri oleh tim dari Instalasi SIRS dengan memanfaatkan
databaseOracle untuk Aplikasi Sistem Pembayaran/Billing dan Pelayanan Pasien
(Rawat Inap, Rawat Jalan, Rawat Darurat dan Layanan Penunjang seperti
Radiologi, Radioterapi, Patologi Anatomi, Rehabilitasi Medik, Kedokteran Nuklir
dan Bedah Sentral), Aplikasi Sistem Informasi Kepegawaian, Aplikasi Jasa Medik
RSHS. Database SQLServer digunakan untuk Sistem Informasi Farmasi, Lab
Patologi Klinik dan Bank Darah, Selain itu digunakan database MySQL untuk
Web Server dan Mail Server. Saat ini tengah diupayakan untuk penggabungan
platform database dalam satu jenis yaitu Oracle, yang diharapkan akan
mempermudah pengelolaan data seperti backup data dan juga pengembangan
Aplikasi Sistem Informasi Rumah Sakit lebih lanjut.
Pengembangan sendiri sistem informasi oleh tim dari Instalasi SIRS
dikarenakan tim yang merupakan pegawai RSHS lebih mengenal proses bisnis di
rumah sakit. RSHS saat ini memiliki infrastruktur teknologi informasi yang cukup
26
Sistem Informasi RSHS tidak hanya mengelola masukan data dari
pengguna internal di Lingkungan RSHS, dua klinik (Klinik Lansia dan Klinik
Teratai) yang berada di luar lingkungan RSHS turut serta menjadi pengguna
Sistem Informasi dengan menggunakan teknologi jaringan virtual khusus/ Virtual
Private Network (VPN) untuk terhubung dengan sistem informasi RSHS.
Selain itu, RSHS melakukan koneksi ke Sistem di luar lingkungan RSHS
yaitu dengan PT. Askes. Kerja sama dilakukan untuk mempersingkat proses klaim
oleh RSHS terhadap PT Askes atas layanan RSHS terhadap anggota Perusahaan
Asuransi tersebut secara online.
Berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan dan diskusi dengan
beberapa pegawai di Instalasi Sistem informasi RSHS, infrastruktur teknologi
informasi RSHS saat ini bisa dilihat pada gambar 2.4. Pada gambar tersebut
terlihat ciri khas yaitu belum memiliki KMS.
27
Dari gambar 2.4 bisa dijelaskan sebagai berikut:
1. External User dihubungkan dengan internet, untuk user cabang klinik di
luar lingkungan RSHS dihubungkan dengan VPN agar dapat mengakses
data dengan Aplikasi Sistem Informasi RS yang telah dipasangkan di
komputer klinik tersebut, sedangkan pengakses situs rshs.or.id hanya akan
melakukan akses ke http/web server atau mail server RSHS.
2. Internal User dihubungkan dengan Local Area Network (LAN) untuk
dapat mengakses data dengan Aplikasi Sistem Informasi RS.
3. Di ruang server RSHS, memiliki beberapa server sesuai dengan fungsinya
masing-masing, diantaranya file server, email server, web server, OLAP
server, dan backup database server yang menyimpan data semua
transaksi.
2.2 Kajian Pustaka
Ketika membahas tentang knowledge management (KM), maka harus
terlebih dahulu dipahami tentang data, informasi, knowledge dan wisdom
(kebijakan). Ketika sudah dipahami, maka akan lebih mudah dalam memahami
KM. Menurut [7], seorang pakar systems dan guru besar bidang perubahan
organisasi yang bernama Russel Ackoff, menyatakan bahwa isi atau kandungan
dari intelektualitas dan mentalitas manusia dapat diklasifikasikan dalam lima
kategori, yaitu :
28
b. Informasi: data yang diproses agar dapat dimanfaatkan; informasi
menjawab pertanyaan tentang “who”,”what”,”where”, dan “when”.
c. Knowledge: merupakan aplikasi dari data dan informasi dan menjawab
pertanyaan “how”.
d. Understanding: mengapresiasi pertanyaan “why”.
e. Wisdom: evaluasi dari understanding.
Transisi dari data ke wisdom dapat digambarkan dalam bentuk hirarki
seperti gambar 2.5. Hirarki DIKW (Data, Informasi, Knowledge dan Wisdom).
Understanding mendukung transisi tersebut namun tidak merupakan level
tersendiri dalam hirarki DIKW.
Gambar 2.5. Hirarki DIKW: dari Data ke Wisdom [8]
2.2.1 Data
Data merupakan sebuah representasi fakta yang tersusun secara terstruktur,
dengan kata lain bahwa “Generally, data represent a structured codification of
29
entities .” [9] Selain deskripsi di atas, data dapat pula merepresentasikan suatu
objek sebagaimana dikemukakan oleh [10] bahwa “Data adalah nilai yang
merepresentasikan deskripsi dari suatu objek atau kejadian (event) “
Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa data merupakan suatu objek,
kejadian, atau fakta yang terdokumentasikan dengan memiliki kodifikasi
terstruktur untuk suatu atau beberapa entitas.
2.2.2 Informasi
Informasi merupakan suatu hasil dari pemrosesan data menjadi sesuatu
yang bermakna bagi yang menerimanya, sebagaimana dikemukakan oleh [9]
“Information is the outcome of extraction and processing activities carried out on
data, and it appears meaningful for those who receive it in a specific domain .”
Selain merupakan hasil dari pengolahan data, informasi juga menggambarkan
sebuah kejadian, sebagaimana dikemukakan oleh [10] bahwa “Informasi
merupakan hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang menggambarkan
suatu kejadian-kejadian (event) yang nyata (fact) dengan lebih berguna dan lebih
berarti “. Dengan demikian informasi dapat dijelaskan kembali sebagai sesuatu
yang dihasilkan dari pengolahan data menjadi lebih mudah dimengerti dan
bermakna yang menggambarkan suatu kejadian dan fakta yang ada.
Menurut [11], proses perubahan data menjadi informasi dilakukan melalui
beberapa tahapan yang dimulai dengan huruf C, yaitu :
a. Contextualized : memahami manfaat data yang dikumpulkan.
30
c. Calculated : menganalisis data secara sistematik atau secara statistik.
d. Corrected : menghilangkan kesalahan (error) dari data.
e. Condensed : meringkas data dalam bentuk yang lebih singkat dan jelas.
2.2.3 Knowledge
Menurut [12], pengetahuan merupakan justified true believe, dimana
seorang individu membenarkan (justifies) kebenaran atas kepercayaannya
berdasarkan observasinya mengenai dunia. Jadi bila seseorang menciptakan
pengetahuan, ia menciptakan pemahaman atas suatu situasi baru dengan cara
berpegang pada kepercayaan yang telah dibenarkan. Dalam definisi ini,
pengetahuan merupakan konstruksi dari kenyataan, dibandingkan sesuatu yang
benar secara abstrak. Penciptaan pengetahuan tidak hanya merupakan kompilasi
dari fakta-fakta, namun suatu proses yang unik pada manusia yang sulit
disederhanakan atau ditiru. Penciptaaan pengetahuan melibatkan perasaan dan
sistem kepercayaan (belief systems) dimana perasaan atau sistem kepercayaan itu
bisa tidak disadari.
Menurut [11], proses transformasi informasi menjadi knowledge juga
melalui empat tahapan yang dimulai dengan huruf C, yaitu :
a. Comparasion : membandingkan informasi pada situasi tertentu dengan
situasi-situasi yang lain yang telah diketahui.
b. Consequences : menemukan implikasi-implikasi dari informasi yang
31
c. Connections : menemukan hubungan-hubungan bagian-bagian kecil dari
informasi dengan hal-hal lainnya.
d. Conservations : membicarakan pandangan, pendapat serta tindakan orang
lain terkait informasi tersebut.
Pengetahuan merupakan sesuatu yang eksplisit sekaligus terbatinkan
(tacit). Beberapa pengetahuan dapat dituliskan di kertas, diformulasikan dalam
bentuk kalimat-kalimat, atau diekspresikan dalam bentuk gambar. Namun ada
pula pengetahuan yang terkait erat dengan perasaan, keterampilan dan bentuk
bahasa utuh, persepsi pribadi, pengalaman fisik, petunjuk praktis (rule of thumb)
dan institusi. Pengetahuan terbatinkan seperti itu sulit sekali digambarkan kepada
orang lain. Mengenali nilai dari pengetahuan terbatinkan (tacit knowledge) dan
memahami bagaimana menggunakannya merupakan tantangan utama organisasi
yang ingin terus menciptakan pengetahuan.
Pengetahuan dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu pengetahuan inti
(core knowledge), pengetahuan lanjut (advance knowledge) dan pengetahuan
inovatif (innovative knowledge) [7]. Untuk memiliki keunggulan kompetitif
dibandingkan kompetitornya, suatu organisasi harus memiliki dan
mengembangkan pengetahuan maju dan inovatif. Pengetahuan inti adalah
pengetahuan dasar dan minimum yang harus dimiliki suatu organisasi agar
organsasi tersebut bisa memainkan peran pada industri yang digelutinya, misalnya
informasi mengenai obat apa saja yang paling laku di pasaran. Pengetahuan inti
cenderung dimiliki oleh semua organisasi yang berada di industri yang sama.
32
kompetitif berjangka panjang, karena pengetahuan inti hanya dibutuhkan sebagai
penghalang masuk (entry barrier) bagi pendatang baru di industri.
Pengetahuan maju (advance knowledge) mampu memberikan keunggulan
kompetitif bagi organisasi. Meskipun secara umum berbagai organisasi dapat
memiliki pengetahuan dengan tingkatan, cakupan dan kualitas yang sama,
organisasi dapat mengembangkan pengetahuan yang spesifik yang tidak dimiliki
oleh organisasi lain dan tidak mudah ditiru. Pengetahuan lanjut dapat menjadi
enabler bagi organisasi yang mengembangkan strategi diferensiasi berbasis
pengetahuan sehingga organisasi dapat memiliki keunggulan kompetitif
dibandingkan kompetitor di industri yang sama. Hal yang dilakukan ketika
perusahaan memiliki advance knowledge adalah dengan diferensiasi harga,
misalnya dengan menurunkan harga produk, sehingga konsumen lebih tertarik
untuk membeli produk tersebut.
Pengetahuan inovatif adalah pengetahuan yang sama sekali baru.
Organisasi yang memiliki pengetahuan inovatif dapat menjadi pemimpin di
industrinya. Bahkan dengan memanfaatkan pengetahuan inovatif yang
dimilikinya, organisasi dapat lebih jauh mengubah aturan permainan di
industrinya. Pengetahuan dapat merugikan bagi organisasi jika salah atau jika
menghambat, atau jika tidak digunakan untuk pemenuhan misi organisasi [13].
2.2.4 Wisdom
Knowledge sebagian ditarik dari pengalaman, yang akan menghasilkan
sound judgement dan wisdom [11]. Sehingga wisdom merupakan knowledge yang
33
Menurut Ackoff dalam [14] karakteristik dari wisdom adalah :
a. Wisdom merupakan tingkat pemahaman dan kesadaran (consciousness)
yang tertinggi dari manusia.
b. Wisdom merupakan jawaban terhadap permasalahan manusia yang dalam
periode waktu tertentu belum terjawab.
c. Wisdom berada dalam jiwa (soul) dan pikiran (mind), yang hanya dimiliki
oleh manusia. Soul merupakan bagian yang bersifat ilahi/spiritual dari
manusia yang tidak dimiliki oleh ciptaaan yang lain.
d. Wisdom mengandung etika dan moral.
2.2.5. Connectedness
Connectedness yang berada dalam sumbu vertikal dari hirarki DIKW
menggambarkan tingkat integrasi dari unsur-unsur yang membentuk data,
informasi, knowledge dan wisdom [14]. Data yang merupakan elemen DIKW
yang tingkat integrasi atau kohesivitas unsur-unsur pembentuknya paling rendah.
Data merupakan kumpulan berbagai fakta dan rekaman transaksi yang masih
terpisah satu sama lain. Tingkat kohesivitas dari unsur-unsur dari pembentuk
informasi lebih tinggi dari pada data. Pada level informasi sudah ditemukan relasi
antar unsur-unsur pembentuknya. Selanjutnya level kohesivitas meningkat pada
knowledge, pada level knowledge ini, sudah ditemukan formasi dan gambar yang
utuh dari unsur-unsur yang membentuknya. Tingkat kohesivitas yang paling
ditemukan pada wisdom. Pada level wisdom ini, selain gambar utuh yang sudah
diperoleh, unsur-unsur yang membentuknya sudah terikat pada satu kesatuan
34
2.2.6 Management
Manajemen diartikan sebagai proses mengkoordinasi kegiatan-kegiatan
pekerjaan sehingga secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain.
Proses menggambarkan fungsi-fungsi yang sedang berjalan atau kegiatan-kegiatan
utama yang dilakukan oleh manajer. Fungsi tersebut lazim disebut sebagai proses
merencanakan, memimpin, dan mengendalikan. Manajemen juga memasukkan
efisiensi dan efektifitas penyelesaian kegiatan-kegiatan pekerjaan organisasi.
Manajemen merupakan bagian dari hierarki lain yang meliputi supervisi,
manajemen, dan kepemimpinan. Supervisi berurusan dengan tugas individu dan
orang. Superivisi ini diterapkan pada tingkat operasi sebuah organisasi.
Sedangkan manajemen berurusan dengan grup dan diprioritaskan pada tingkat
takstis.
2.2.7 Knowledge Management (KM)
KM merupakan pengelolaan pengetahuan organisasi untuk menciptakan
business value dan menghasilkan keunggulan bersaing. KM memungkinkan
penciptaan, komunikasi dan aplikasi pengetahuan [15]. KM juga diartikan
sebagai eksploitasi dan pengembangan aset pengetahuan dari sebuah organisasi
dengan sebuah pandangan terhadap tujuan organisasi [11].
Secara umum, KM dibagi menjadi dua tipe: tacit knowledge dan explicit
knowledge. Tacit knowledge adalah pengetahuan yang tersimpan dalam kepala
35
dimengerti dan diaplikasikan dalam tindakan. Tanpa sadar kita tahu lebih banyak
daripada yang bisa kita katakan [16]. Menurut [12], Tacit Knowledge adalah
sebuah knowledge yang sangat personal dan susah diformalisasikan serta tertanam
di dalam tindakan-tindakan, prosedur-prosedur, rutinitas, komitmen, ide,
nilai-nilai dan emosi.
Explicit Knowledge merupakan knowledge yang sudah tertulis atau
dikodekan (codified). Explicit knowledge bisa ditemukan misalnya di database,
panduan penggunaan, laporan-laporan, dan kebijakan-kebijakan. Menurut [12],
Explicit knowledge bisa diekspresikan di dalam bahasa yang sudah terbentuk dan
spesifik serta dibagikan dalam bentuk data, formula-formula, spesifikasi, serta
bisa diproses dan dibagikan dan disimpan dengan lebih mudah. Untuk
mengaplikasikan explicit knowledge, knowledge tersebut harus dijadikan tacit.
Misalnya kita harus membaca dan mengerti seluruh panduan pengguna (Explicit
knowledge) untuk memasarkan produk dan jasa agar kita bisa mempresentasikan
dan menjelaskan cara penggunaan dan manfaat dari produk-produk kepada
konsumen-konsumen kita (tacit knowledge).
Perubahan dunia bisnis dari produksi barang ke penjualan jasa merupakan
transisi dari ekonomi industri ke ekonomi pengetahuan (knowledge economy)[16].
Penanganan knowledge management menjadi salah satu permasalahan di
perusahaan-perusahaan. Walaupun ada banyak pendekatan dalam aplikasi
knowledge management, tujuan akhirnya sama yaitu membuat penggunaan yang
36
[12] Menyebutkan bahwa ada empat tipe interaksi antara dan di luar
sebuah organisasi yang didasarkan pada perbedaan yang jelas antara tacit dan
explicit knowledge yaitu sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi, dan internalisasi.
Keempat faktor tersebut menggambarkan sebuah proses yang dinamis dimana
tacit dan explicit knowledge berubah. Keempat hal tersebut adalah:
a. Sosialisasi (dari tacit – tacit).
Sosialisasi mengacu pada proses pembagian tacit knowledge di antara
orang. Perubahan pengetahuan ini dapat terjadi antara orang ke orang,
orang ke banyak orang, atau banyak orang ke banyak orang. Tacit
knowledge ini dapat ditransfer dari satu orang ke yang lain tanpa melalui
proses verbal atau dokumen tertulis. Contohnya adalah bercerita
pengalaman. Tacit knowledge juga dapat diperoleh melalui observasi, on
the job training, mentoring, dan bergabung dengan aktivitas seperti rapat
dan bekerja sama dengan tim dalam sebuah proyek. Hal ini banyak
berkaitan dengan komunikasi dan kolaborasi dengan orang.
b. Eksternalisasi (dari tacit – explicit).
Eksternalisasi mengacu kepada proses artikulasi dan pengkodean dari tacit
knowledge. Hal ini mencoba untuk mengkonversikan tacit knowledge ke
explicit knowledge. Proses eksternalisasi atau pengkodifikasi ini
melibatkan penangkapan dan pendokumentasian dari tacit knowledge.
Eksternalisasi meliputi aktivitas seperti diskusi yang melibatkan teman
kolega atau anggota tim, merespon pertanyaan dan cerita.
37
Kombinasi mengacu pada proses mengkonversi explicit knowledge ke
explicit knowledge yang lebih komplek. Explicit knowledge dapat dibagi
dan ditransfer melalui dokumen dan email. Setelah seseorang
mendapatkan akses dan pengambilan informasi, sebuah proses
rekonfigurasi dapat mulai terjadi dimana informasi tersebut dipisahkan,
dimengerti, dan di re-kontekstualisasi. Secara singkat, ini berhubungan
dengan proses dari sebuah informasi. Contoh kombinasi proses adalah
menempatkan sebuah laporan proyek dalam sebuah gudang bersama.
d. Internalisasi (dari explicit – tacit)
Internalisasi terkait dengan proses penggunaan explicit knowledge. Hal ini
memerlukan proses pengetahuan eksternal seperti informasi, pengertian,
dan kemudian menginternalisasikannya. Sehingga akan mengekresikan
tacit knowledge untuk individual. Sebagai contoh, internalisasi akan terjadi
jika seorang seperti individu mengakses dan membaca sebuah laporan
proyek dari gudang organisasi bersama, mengerti isi laporan, dan
kemudian mengkontekstualisasikannya ke dalam kebutuhan pribadinya
38
Gambar 2.6 Nonaka’s SECI MODEL [12]
2.2.8 Penelitian Lain yang Pernah Dilakukan
Penelitian lain yang pernah dilakukan mengenai perancangan Knowledge
Management dengan menggunakan 10 step knowledge management roadmap
adalah penelitian yang dilakukan oleh Kristofel Santa, mahasiswa Program
Magister Manajemen Teknologi, Bidang Keahlian Manajemen Teknologi
Informasi, Program Pasca Sarjana, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya, dengan judul “Desain Aplikasi Knowledge Management untuk
Pelayanan Pasien Studi Kasus Rumah Sakit Umum Daerah”. Studi Kasus
penelitian dilakukan di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Blitar. Pada penelitian
tersebut dihasilkan sebuah desain aplikasi KM keperawatan yang dapat digunakan
oleh perawat untuk berbagi dan mencari pengetahuan keperawatan di RSUD
39
Dalam penelitian ini penulis akan mencoba membuat perancangan model
KM di RSHS pada Direktorat Umum dan Operasional dengan metodologi yang
digunakan dalam perancangan knowledge management system adalah metodologi
Amrit Tiwana yaitu 10 steps knowledge management roadmap. Namun dari 10
langkah yang terdapat pada metode tersebut, penelitian ini hanya menggunakan
langkah pertama sampai langkah keenam yaitu membuat blueprint KM.
Kemudian pada tahap perancangan menghasilkan portal knowledge management
systems dengan menggunakan paket aplikasi web-base open source ditambah
hardware yang mendukung, serta rencana implementasi, rencana pengelolaan
perubahan, budaya, dan sistem reward, serta rencana evaluasi sistem dengan
memperhatikanaspek manusia dalam KMS [17].
2.3 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan landasan teori dari tinjauan pustaka yang diperoleh dari
40
Gambar 2.7. Kerangka Pemikiran [17].
Kerangka pemikiran yang diadopsi dari [17] dari gambar 2.7 dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Penyusunan model KM harus disesuaikan dengan strategi, visi dan misi
dari perusahaan/organisasi.
2. Tipe dari KM secara umum ada 2, yaitu tacit knowledge dan explicit
knowledge. Penyebaran tacit knowledge bisa menggunakan sarana
pertemuan rutin yang bisa dilakukan oleh perusahaan/organisasi.
Sedangkan penyebaran explicit knowledge bisa menggunakan sarana
teknologi komputer dengan menggunakan intranet yang terdapat di
41
3. Dengan kerangka pemikiran demikian, maka diasumsikan
perusahaan/organisasi bisa meningkatkan inovasi, kinerja dan daya
saingnya jika mereka memanfaatkan KM yang disesuaikan dengan
rencana strategis mereka.
2.4. Hipotesis Penulisan
RSHS telah menerapkan teknologi informasi dalam membantu kegiatan
operasional RSHS. Kondisi ini menjadikan pertimbangan bahwa penerapan
teknologi informasi bisa membantu penerapan KMpada perusahaan tersebut.
Penerapan KM diperlukan untuk mengelola pengetahuan baik tacit
knowledge maupun explicit knowledge yang terdapat di RSHS.
Model KMS yang diusulkan pada tesis ini dapat membantu pengembangan
KMS di RSHS dan bisa mengatasi masalah menurunnya kinerja perusahaan
diakibatkan rotasi pegawai yang tidak sesuai dengan kemampuan dan pengalaman
seseorang tersebut juga bisa terlupakan atau bahkan hilangnya pengetahuan
perusahaan ketika orang yang memiliki pengetahuan menonjol di unit kerja
tertentu dipindahkan ke unit kerja yang baru atau mungkin meninggalkan
42
BAB III
ROADMAP DAN AUDIT KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM (KMS)
3.1. Roadmap Implementasi Knowledge Management
Manajemen pengetahuan atau Knowledge Management (KM) haruslah direncanakan secara tepat agar menghasilkan sesuatu yang baik. Dalam bab ini,
akan diuraikan tentang 10 langkah knowledge management roadmap yang disusun oleh Amrit Tiwana, yang akan digunakan dalam penelitian ini. Dengan roadmap diharapkan menjadi panduan dalam pengembangan dan implementasi KMS di
pada organisasi yang dijadikan sebagai objek penelitian. Pada penelitian ini hanya
dibatasi sampai pada tahap ke enam, yaitu membuat Knowledge Management Blueprint. Roadmap implementasi KM diharapkan dapat membantu perusahaan dalam menerapkan KMS termasuk merencanakan, merancang dan
mengimplementasikan KMS tersebut.
Secara umum, menurut [15] knowledge management system roadmap terdiri dari 10 langkah yang dibagi 4 Fase, yaitu:
Fase 1: Evaluasi infrastruktur
- Langkah 1: Analisis Infrastruktur yang Ada
- Langkah 2: Kesesuaian KM dan Strategi Bisnis
Fase 2: Analisis, Desain dan Pengembangan KMS
- Langkah 3: Arsitektur dan Desain KM
43
- Langkah 5: Merancang Tim KM
- Langkah 6: Menciptakan Cetak Biru (blueprint) KMS - Langkah 7: Mengembangkan KMS
Fase 3: Deployment
- Langkah 8: Pilot Pengujian dan Penyebaran Menggunakan Metodologi RDI
- Langkah 9: CKO, Struktur Reward, Teknologi, dan Manajemen Perubahan
Fase 4: Metrik untuk Evaluasi Kinerja
- Langkah 10: Metrik untuk Pekerjaan Pengetahuan, Mengevaluasi kinerja,
Menghitung ROI (return on investment), Mengembangkan KMS secara berkala
44
Gambar 3.1 The 10-Step Knowledge Management Roadmap [15].
3.1.1. Analisis Infrastruktur yang Ada
Pada langkah pertama, harus dapat memahami berbagai komponen yang
sesuai dengan strategi KM dan kerangka kerja teknologi. Dengan menganalisis
dan menghitung apa saja yang ada di perusahaan, kita dapat mengenali kondisi
minimal infrastruktur yang ada. Dengan demikian kita dapat mulai membangun
45
Secara khusus, sebagai bagian dari langkah pertama ini, kita fokus pada
hal berikut:
1. Memahami keberadaan jaringan, intranet dan ekstranet dalam KM.
Menganalisis dan membangun data mining, data warehouse, manajemen proyek, dan alat sistem pengambilan keputusan (Decision Support System tool).
2. Memahami kerangka kerja teknologi KM dan komponennya.
3. Mempertimbangkan pilihan untuk menggunakan server pengetahuan untuk
integrasi perusahaan, dan melakukan analisis awal kebutuhan bisnis yang
cocok dengan pilihan server yang pengetahuan yang relevan.
4. Mengintegrasikan keberadaan intranet, ekstranet dan GroupWare ke dalam
KMS.
5. Memahami keterbatasan implementasi dan mengidentifikasi kesenjangan yang
ada dalam infrastruktur teknologi pada perusahaan.
6. Mengambil langkah nyata untuk meningkatkan investasi infrastruktur.
3.1.2. Kesesuaian KM dan Strategi Bisnis
Strategi perusahaan merupakan salah satu fondasi yang harus tetap diacu
dalam implementasi setiap inisiatif implementasi KM. Dalam strategi tercakup
visi, misi, objektif dan program-program serta langkah-langkah yang akan
dilakukan oleh suatu organisasi.
Strategi KM merupakan formulasi visi, misi dan objektif strategis dari
46
diimplementasikan untuk mendukung keberhasilan strategi perusahaan, sehingga
suksesnya implementasi KM dapat dilihat dari sejauh mana kontribusi KM dalam
mendukung pencapaian target-target perusahaan, baik jangka pendek maupun
jangka panjang.
Sesudah knowledge yang dibutuhkan dapat dirumuskan dan diinventarisasi, maka bisa dilakukan knowledge gap analysis berdasarkan kerangka indentifikasi knowledge Gap dari Zack, seperti yang bisa dilihat pada gambar 3.2.
Gambar 3.2 High-level Zack framework-based strategic knowledge gap analysis [15].