AND LIQUIDITY TO PROFITABILITY (CASE STUDY AT PT MAYORA INDAH Tbk.)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh
NAJMA M. RULIANA UTAMI 21107065
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
i
Food and beverage industry companies are still interesting for stakeholders. To see the ability to compete of companies, we can see use it profitability. Companies profitability can be increase with the efficient use of working capital and liquidity. Related to the use of working capital, company must use it efficiently. The sufficiency of liquidity will show that companies able to fulfill it short terms liabilities. This Research has the objective to find out the efficient use of working capital and liquidity it will affect the level of profitability at PT Mayora Indah Tbk.
This research uses descriptive verificative and statistical analysis methods. To determine the efficient working capital, liquidity and profitability, purposive sampling technique used. Data were taken from companies balance sheet and income statement. Then the efficient level of working capital, liquidity and profitability were analyzed with quantitative approach the multiple linear regression to determine the influence either simultaneously or partially.
Based on the results of descriptive statistical analysis, partially the efficient use of working capital have a significant effect on profitability. Liquidity while no significant effect on profitability. Because there are other factors that further affect the profitability. But simultaneously the efficiency of working capital and liquidity have a significant effect on profitability.
ii
Perusahaan industry food and beverage masih diminati bagi para stakeholder. Profitabilitas dapat digunakan untuk melihat kemampuan bersaing. Peningkatkan profitabilitas perusahaan dapat dilakukan dengan efisiensi penggunaan modal kerja dan likuiditasnya. Sehubungan dengan penggunaan modal kerja, perusahaan harus menggunakannya secara efisien. Serta likuiditas yang cukup akan menandakan perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui bahwa dengan adanya efisiensi penggunaan modal kerja dan likuiditas maka akan mempengaruhi tingkat profitabilitas pada PT Mayora Indah Tbk.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif verifikatif dan metode analisisi statistik. Untuk mengetahui tingkat modal kerja yang efisien dan likuiditas serta profitabilitas menggunakan teknik sampling purposive yaitu data dari laporan perhitungan neraca dan laba rugi perusahaan. Kemudian tingkat modal kerja yang efisien, likuiditas dan profitabilitas dianalisis dengan pendekatan kuantitatif yaitu regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruhnya baik secara simultan maupun secara parsial.
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif diketahui modal kerja yang efisien berpengaruh terhadap profitabilitas. Sedangkan likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Karena terdapat faktor lain yang lebih mempengaruhi profitabilitas. Namun secara simultan efisiensi modal kerja dan likuiditas berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
iii
Syukur alhamdulilah Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta senantiasa memberikan kesehatan,
kemampuan, dan kekuatan kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi
ini dengan judul “Dampak Efisiensi Modal Kerja dan Likuiditas terhadap
Profitabilitas (Studi Kasus pada PT Mayora Indah Tbk)”
Penulisan Skripsi ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan
pengetahuan Penulis khususnya mengenai masalah yang diangkat dalam
penelitian ini. Selama penyusunan Skripsi ini, Peneliti telah banyak mendapat
bimbingan, pengarahan, bantuan dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan
hati yang tulus penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang
telah memberikan bantuan, terutama:
1. Dr. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer
Indonesia.
2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., S.E.,M.Si selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
3. Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si. Selaku Ketua Program Studi Akuntansi
dan Dosen Wali Kelas Akuntansi-2.
4. Surtikanti, SE., M.Si. Selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu guna membimbing, mengarahkan, dan memberikan
iv
dengan pengetahuan.
7. Kedua orangtuaku yang selalu memberikan doa dengan penuh kasih
sayang, keikhlasan dan kesabaran serta pengorbanan yang tiada henti
mendorong dan selalu memberi semangat Penulis untuk menyelesaikan
Skripsi ini.
8. Adik (Rizkiana Nurutami) dan Kakak (M. Iqbal Zakaria) yang telah
memberikan doa, dorongan, semangat untuk menyelesaikan Skripsi ini.
9. Untuk Erwin Kurniawan terimakasih yang tiada henti memberi semangat,
masukan, dan kasih sayang kepada Penulis dalam pembuatan Skripsi ini.
10.Seluruh keluarga besarku-ku terimakasih atas dukungan dan doanya serta
kasih sayang yang begitu tulus kepada Penulis sehingga dapat
menyelesaikan Skripsi ini.
11.Sahabat-sahabatku Tyras, Yuyun, Dwi,Andri,Angky,Pazar dan yang
lainnya terima kasih atas support dan bantuannya.
12.Teman – teman seperjuanganku dalam menyusun Skripsi ini, Legi, Indri,
Nopy, Agus,Bustanul terimakasih atas support dan bantuannya.
13.Semua teman-teman kelas Akuntansi-2 terima kasih atas dukungan dan
bantuannya.
14.Seluruh pihak-pihak yang telah membantu penyusunan Skripsi ini yang
v
berharap agar Skripsi ini bermanfaat dan sumbangan pemikiran bagi Pembaca.
Semoga Allah SWT membalas jasa semua pihak yang telah membantu
Penulis dalam penyusunan Skripsi ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandung, Juli 2011
Penulis,
1
1.1Latar Belakang Penelitian
Seiring dengan perkembangan teknologi dan semakin jauhnya spesialisasi
dalam perusahaan serta juga semakin banyaknya perusahaan-perusahaan kecil
yang berkembang menjadi perusahaan besar, dan berhasil memasuki pasar
internasional. Maka faktor produksi, modal mempunyai arti yang sangat penting
dalam proses produksi tersebut. Perputaran dalam perusahaan tidak akan terjadi
tanpa adanya modal. (Anang Supriyadi, 2008)
Modal kerja akan menguntungkan perusahaan dan memungkinkan
perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan efektif, sehingga perusahaan
tidak mengalami kesulitan-kesulitan dalam menjalankan usahanya. Salah satu
tujuan didirikan perusahaan adalah untuk mencapai penjualan yang tinggi dengan
tingkat keuntungan yang semakin meningkat sehingga perusahaan dapat menjaga
dan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Jumlah keuntungan yang diperoleh
secara teratur merupakan faktor penting dalam menilai profitabilitas, dimana
profitabilitas itu sendiri merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba selama periode tertentu. Profitabilitas sebagai kemampuan perusahaan untuk
memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan,total aktiva maupun
modal sendiri sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal
dalam perusahaan dengan membandingkan antara laba dengan modal yang
Salah satu masalah kebijaksanaan keuangan yang dihadapi perusahaan
adalah masalah efisiensi modal kerja. Manajemen modal kerja yang baik sangat
penting dalam bidang keuangan karena kesalahan dan kekeliruan dalam
mengelola modal kerja dapat mengakibatkan kegiatan usaha menjadi terhambat
atau terhenti sama sekali. Sehingga, adanya analisis atas modal kerja perusahaan
sangat penting untuk dilakukan untuk mengetahui situasi modal kerja pada saat
ini, kemudian hal itu dihubungkan dengan situasi keuangan yang akan dihadapi
pada masa yang akan datang. Dari informasi ini dapat ditentukan program apa
yang harus dibuat atau langkah apa yang harus diambil untuk mengatasinya.
Perusahaan yang tidak dapat memperhitungkan tingkat modal kerja yang
memuaskan, maka perusahaan kemungkinan mengalami insolvency (tak mampu
memenuhi kewajiban jatuh tempo) dan bahkan mungkin terpaksa harus
dilikuidasi. Aktiva lancar harus cukup besar untuk dapat menutup hutang lancar
sedemikian rupa, sehingga menggambarkan adanya tingkat keamanan (margin
safeti) yang memuaskan. Sementara itu, jika perusahaan menetapkan modal kerja
yang berlebih akan menyebabkan perusahaan overlikuid sehingga menimbulkan
dana menganggur yang akan mengakibatkan inefisiensi perusahaan, dan
membuang kesempatan memperoleh laba. (Ima Hermawati, 2007)
Modal kerja (working capital) adalah jantung perusahaan (working capital
is the heart of the business). Bagaimanapun besarnya aktiva tetap (fixed assets)
yang dimiliki sebuah perusahaan, apabila perusahaan tersebut tidak memiliki
modal kerja, maka perusahaan tersebut dinyatakan sebagai perusahaan yang mati.
mampu mengelola modal kerja dengan baik. Modal kerja harus dikelola secara
efektif dan efisien. Pengelolaan secara efektif, berarti setiap rupiah modal kerja
harus mampu menghasilkan laba dalam tingkat tertentu dan mampu memenuhi
seluruh kewajiban jatuh tempo dari perusahaan. Kedua hal ini, baik
kemampulabaan (profitability) maupun likuiditas (liquidity), berhubungan erat
dengan kontinuitas pertumbuhan serta reputasi atau nama baik perusahaan.
Efisiensi dikaitkan dengan kemampuan modal kerja dalam menghasilkan
penjualan. Bertambah tinggi hasil penjualan yang dapat diwujudkan oleh modal
kerja maka bertambah tinggi perputaran modal kerja dan bertambah efisien
pengelolaan modal kerja. (Hadi Darma Endang, 2005)
Modal kerja adalah selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar.
Dengan demikian modal kerja merupakan investasi dalam kas, suratsurat
berharga, piutang dan persediaan dikurangi hutang lancar yang digunakan untuk
melindungi aktiva lancar. (J. Fred Weston dan Thomas E.Copeland:1997)
Perputaran modal kerja dimulai dari saat kas diinvestasikan dalam
komponen modal kerja sampai saat kembali menjadi kas. Makin pendek periode
perputaran modal kerja, makin cepat perputarannya sehingga perputaran modal
kerja makin tinggi dan perusahaan makin efisien yang pada akhirnya rentabilitas
semakin meningkat. Dalam penentuan kebijakan modal kerja yang efisien,
perusahaan dihadapkan pada masalah adanya pertukaran (trade off) antara faktor
likuiditas dan profitabilitas. (Van Horne:1998)
Likuiditas merupakan suatu kondisi dari perusahaan yang menunjukan
dan dalam waktu yang tidak terlalu lama atau selalu siap jika suatu saat akan
ditagih. (Abdul Rahman, 2009)
Likuiditas yang tinggi merupakan indikator bahwa risiko perusahaan
rendah. Artinya perusahaan aman dari kemungkinan kegagalan membayar
berbagai kewajiban lancar. (Hardono Mardiyanto, 2008)
Laba merupakan salah satu indikator yang digunakan oleh para investor
untuk mengetahui kondisi perusahaan. Laba yang besar menggambarkan
keberhasilan suatu perusahaan untuk menjaga proses produksinya. Secara historis,
kinerja keuangan perusahaan seringkali diukur dari tinggi rendahnya laba yang
dihasilkan. Laba juga menunjukkan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber
daya yang dimiliki perusahaan. Sebagian besar sumber daya yang dimiliki
perusahaan tertanam dalam modal kerja (working capital). Sehingga masalah
modal kerja merupakan suatu hal penting yang memerlukan perhatian besar dan
tindakan hati-hati dalam pengelolaannya, hal ini dikarenakan beberapa alasan
yaitu: pertama, tanpa modal kerja perusahaan tidak dapat melakukan kegiatan
operasional sehari-hari. (Praseska, 2010)
Industri barang konsumsi menjadi industri yang penting bagi
perkembangan perekonomian bangsa. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya
perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri barang konsumsi di
Indonesia. Tidak bisa dipungkiri bahwasanya dalam proses produksi barang
konsumsi dibutuhkan banyak sumber daya termasuk di dalamnya sumber daya
menyerap tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan pada suatu negara. Salah
satu Perusahaan industri di Indonesia yaitu PT Mayora Indah Tbk.
Pada tahun 2008 dan 2009 merupakan tahun dimana laba yang
didapatkan oleh PT Mayora Indah Tbk berkontradiktif dengan Current Ratio. Hal
tersebut dapat dilihat seperti pada tabel 1.1 dibawah ini:
Tabel 1.1
ROI dan Current Ratio
PT. Mayora Indah Tbk. Tahun 2004 – 2010
Tahun ROI Current Ratio
2004 10.02% 510.72%
2005 11.04% 353.011%
2006 11.02% 390.93%
2007 12.61% 293.11%
2008 11.82% 218.87%
2009 18.89% 229.04%
2010 14.7% 238.56%
Sumber : dari data yang diolah
Data diatas menggambarkan persentase Profitabilitas yang diukur dengan
menggunakan ROI (Retrun on Investmen). ROI merupakan pengukuran
kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba dilihat dari modal pemilik. Pada
PT Mayora Indah Tbk terjadi peningkatan dan penurunan persentase ROI dari
tahun ke tahun. ROI yang meningkat dapat disebabkan karena laba perusahaan
besar, sehingga para investor tertarik untuk berinvestasi. Dapat dilihat pada tahun
dikarenakan terjadi penurunan Current Ratio. Dari data diatas Current Ratio
menurun sebesar 353,011%, hal ini disebabkan karena pengoperasian aktiva
lancarnya digunakan untuk pembelian bahan baku.
ROI yang menurun menyebabkan laba perusahan berkurang, sehingga para
investor kurang tertarik untuk berinvestasi. Pada tahun 2006 ROI yang didapat
menurun menjadi 11.02%. Jika ROI menurun dapat menyebabkan Current Ratio
meningkat. Dari data diatas dapat dilihat Current Ratio meningkat menjadi
390,93%. ROI yang menurun dapat disebabkan karena aktiva lancar atau modal
kerja perusahaan digunakan lebih dari tahun sebelumnya, sehingga Current Ratio
yang didapat menjadi meningkat. Hal ini menandakan efisiensi modal kerja
menurun, karena Working Capital digunakan untuk berinvestasi.
Sama halnya dengan tahun 2005, pada tahun 2007 Profitabilitas (ROI)
terjadi peningkatan menjadi 12.61%. ROI yang meningkat dapat dikarenakan
terjadi penurunan Current Ratio. Dari data diatas Current Ratio menurun sebesar
293.11%, hal ini disebabkan karena jika aktiva lancar digunakan untuk opersional
perusahaan.
Data pada tahun 2005 hingga 2007 dapat disimpulkan Profitabilitas (ROI)
yang menurun dapat diakibatkan karena Current Ratio dan Working Capital
meningkat. Dan jika Profitabilitas (ROI) yang meningkat dapat diakibatkan
karena Current Ratio menurun dan Working Capital meningkat. Namun pada
tahun berikutnya yaitu tahun 2008 terjadi perubahan. ROI kembali menurun
menjadi 11.82% yang dapat disebabkan karena saldo kas menurun, sedangkan
disebabkan karena aktiva lancarnya tidak digunakan sepenuhnya dan Working
Capital yang dimiliki digunakan untuk berinvestasi. Seharunya ROI yang didapat
harus meningkat karena aktiva lancar yang dikelola oleh perusahaan tidak
dipergunakan sepenuhnya. Hal lain yang menyebabkan ROI menurun
kemungkinan dapat disebabkan karena Working Capital yang didapat tidak cukup
untuk membayar hutang jangka pendeknya.Sedangkan pada tahun 2009
Profitabilitas (ROI) kembali meningkat menjadi 18.89% sehingga para investor
tertarik dalam berinvestasi karena laba yang didapat meningkat,namun Current
Ratio yang didapat juga ikut meningkat menjadi 229.04%, hal ini dapat
disebabkan karena tingginya saldo kas. Hal ini bertentangan dengan teori yang
ada, dimana menurut Musdholifah dan Triambodo (2006) mengungkapkan bahwa
Kemampuan memperoleh laba (profitabilitas) berbanding terbalik dengan
likuiditas. Likuiditas meningkat merupakan profitabilitas yang menurun.
Kemampuan memperoleh laba (profitabilitas) berjalan searah dengan risiko dari
perusahaan juga akan meningkat, perusahaan dituntut untuk berani mengambil
risiko jika ingin mendapatkan laba yang tinggi.
Penelitian ini didukung oleh Ermaidiani (2002) yang telah menemukan
bahwa rasio lancar dan rasio modal kerja terhadap total total aktiva menunjukan
bahwa pengaruhnya terhadap rasio profitabilitas tidak konsisten terkadang
hubungan berbanding lurus, kadang-kadang berbanding terbalik. Rasio likuiditas
terhadap rasio profitabilitas mempunyai hubungan yang signifikan terhadap rasio
profitabilitas. Dan Ni Nyoman Menuh (2008) menemukan bahwa efisiensi modal
. Berdasarkan gambaran tersebut menarik untuk diteliti mengenai
“DAMPAK EFISIENSI MODAL KERJA DAN LIKUIDITAS TERHADAP
PROFITABILITAS” (Studi Kasus Pada PT MAYORA INDAH Tbk).
1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalahan
penelitian adalah Profitabiltas mengalami penurunan akan membuat investor
kurang tertarik dalam berinvestasi namun Current Ratio juga ikut mengalami
penurunan yang kemungkinan dapat disebabkan karena aktiva lancarnya belum
digunakan secara efektif. Efisiensi modal kerjapun mengalami penurunan karena
modal kerja digunakan untuk berinvestasi. Hal ini bertentangan dengan teori
menurut Musdholifah dan Triambodo (2006) mengungkapkan bahwa
Kemampuan memperoleh laba (profitabilitas) berbanding terbalik dengan
likuiditas.
1.2.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan identifikasi masalah yang ditemukakan di atas, maka Penulis
mencoba merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana efisiensi modal kerja dan likuiditas?
2. Bagaimana dampak efisiensi modal kerja dan likuiditas terhadap
3. Bagaimana dampak efisiensi modal kerja dan likuiditas terhadap
profitabilitas secara simultan pada PT Mayora Indah Tbk?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan oleh penulis, adalah untuk mendapatkan bukti
empiris mengenai pengaruh efisiensi modal kerja dan likuiditas pada PT Mayora
Indah Tbk.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan pnelitian ini untuk memperoleh bukti empiris mengenai :
1. Untuk menganalisis efisiensi modal kerja dan likuiditas terhadap
profitabilitas pada PT Mayora Indah Tbk.
2. Untuk menganalisis dampak efisiensi modal kerja dan likuiditas terhadap
profitabilitas secara parsial pada PT Mayora Indah Tbk.
3. Untuk menganalisis dampak efisiensi modal kerja dan likuiditas terhadap
profitabilitas secara simultan pada PT Mayora Indah Tbk.
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis
1. Bagi perusahaan
Diharapkan dapat memberi masukan mengenai Efisiensi Modal Kerja
dan Likuiditas serta dampaknya terhadap Profitabilitas pada PT Mayora
2. Bagi Investor
Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan pada pada PT Mayora Indah Tbk. berdasarkan
Efisiensi Modal kerja dan Likiuiditas.
1.4.2 Kegunaan Akademis
Adapun kegunaan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah
sebagai berikut :
1. Bagi Penulis:
Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pemahaman dalam hal
akuntansi mengenai efisiensi modal kerja, likuiditas dan profitabilitas.
2. Bagi Akademika :
Sebagai bagian pemenuhan dan referensi atau bahan rujukan untuk
menambah ilmu pengetahuan maupun untuk mengadakan penelitian
lebih lanjut mengenai efisiensi modal kerja, likuiditas dan profitabilitas.
1.5 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian
Penulis melakukan penelitian pada PT. Mayora Tbk. yang bertempat di Jl.
Tomang Raya No.21-23 Jakarta Barat 11440. Dengan memperoleh data sekunder
melalui Bursa Efek Indonesia yang berlokasi di Gedung Bursa Efek Indonesia,
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Modal Kerja
2.1.1.1 Pengertian Modal Kerja
Banyak perusahaan mengalami kesulitan karena pimpinan perusahaan
kurang mengetahui pergertian modal kerjadan fungsinya dalam suatu perusahaan,
dimana modal kerja sering sekali digunakan untuk membeli aktiva tetap sehingga
akan menimbulkan kesulitan bagi perusahaan. Untuk menghindari hal yang
demikian, maka perlu diketahui pengertian dari modal kerja.
G. Sugiyarso dan F. Winari (2006:17) memberikan pengertian modal
kerja sebagai berikut :
“Dana yang ditanamkan ke dalam aktiva lancar untuk membiayai operasi
perusahaan sehari-hari disebut modal kerja.”
Sedangkan Jumingan (2006:66) mengungkapkan bahwa :
“Untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari, misalnya untuk
memberi uang muka pada pembelian bahan baku atau barang dagangan,
membayar upah buruh dan gaji pegawai dan biaya-biaya lainnya, setiap
perusahaan perlu menyediakan modal kerja.”
Kesimpulanya adalah modal kerja merupakan aktiva lancar yang
2.1.1.2 Konsep Modal Kerja
Di dalam modal kerja terdapat beberapa konsep modal kerja. Menurut G.
Sugiyarso dan F. Winari (2006:17) mengemukakan bahwa :
“ Modal kerja dapat dibagi menurut konsep sebagai berikut :
1. Modal Kerja Kuantitatif/ modal kerja bruto (Gross Working Capital).
Dari konsep yang dikemukakan tersebut dijelaskan bahwa Modal Kerja
Kuantitatif/ modal kerja bruto (Gross Working Capital) adalah sejumlah
dana yang tertanam dalam seluruh aktiva lancar. Konsep ini mendasarkan
pada jumlah seluruh dana yang ditanamkan pada seluruh unsur-unsur
aktiva lancar. Konsep ini mengabaikan utang lancar yang dalam konsep
kualitatif merupakan unsure yang diperhitungkan dalam modal kerja.
2. Modal Kerja Kualitatif/ modal kerja neto (Net Working Capital).
Modal Kerja Kualitatif/ modal kerja neto (Net Working Capital) adalah
jumlah dana yang ditanamkan ke dalam aktiva lancar dikurangi jumlah
utang lancar. Dengan kata lain modal kerja neto merupakan nilai lebih
aktiva lancar di atas utang lancar, sehingga nilai lebih tersebut betul-betul
dapat dipergunakan untuk operasi dan perisahaan tidak akan terganggu
dengan masalah likuiditasnya.
3. Modal Kerja Fungional.
Modal Kerja Fungional adalah k onsep yang melihat fungsi dana dalam
menghasilkan pendapatan. Sebagian dana akan menghasilkan pendapatan.
Income) dan sebagian lagi akan menghasilkan pendapatan untuk periode
yang akan dating (Future Income).”
2.1.1.3 Manfaat Modal Kerja
Manfaat modal kerja menurut Jumingan (2006: 67) adalah sebagai
berikut:
“Manfaat modal kerja adalah sebagai berikut:
1. Melindungi preusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aktiva
lancar turunnya nilai aktiva lancar, seperti adanya kerugian karena
debitur tidak membayar, turunnya nilai persediaan karena harganya
merosot.
2. Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban
jangka pendek tepat pada waktunya.
3. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang dengan tunai
sehingga dapat mendapatkan keuntungan berupa potongan harga.
4. Menjamin perusahaan memiliki Credit Standing dan dapat mengatasi
peristiwa yang tidak dapat diduga seperti kebakaran, pencurian dan
sebagainya.
5. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup
guna melayani permintaan konsumennya.
6. Memungkinkan perusahaan dapat memberikan syarat kredit yang
7. Memungkinkan perusahaan dapat beroperasi dengan lebih efisien
karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa dan
suplai yang duibutuhkan.
8. Memungkinkan perusahaan mampu bertahan dalam periode resesi
atau depresi.”
2.1.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Modal Kerja
Untuk Menentukan jumlah modal kerja yang diperlukan oleh suatu
perusahaan terdapat sejumlah faktor yang perlu dianalisisi.
Menurut Jumingan (2006;69) faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
“Faktor menentukan jumlah modal kerja yang diperlukan oleh suatu
perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Sifat umum atau tipe perusahaan.
Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan jasa (public itulity) relative
rendah karena investasi dalam persediaan dan piutang pencairannya
menjadikan relative lebih cepat. Untuk beberapa perusahaan jasa tertentu
malahan langganan membayar uang dimuka sebelum jasa dinikmati,
misalnya jasa trasnport, kereta api, bus malam, pesawat udara dan kapal
laut. Berbeda dengan perusahaan industry, investasi dalam aktiva lancar
cukup besar dengan tingkat perputaran persediaan dan piutang yang
relative rendah. Perusahaan industry memerlukan modal kerja yang cukup
besar, yakni untuk melakukan investasi dalam bahan baku, barang dalam
perusahaan jasa juga relative kecil bila dibandingkan dengan perusahaan
industry dan perusahaan keuangan.
2. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau mendapatkan barang dan
ongkos produksi per unit atau harga beli per unit barang itu.
Jumlah modal kerja langsung dengan waktu yang dibutuhkan mulai dari
bahan baku atau barang jadi dibeli sampai barang-barang dijual kepada
langganan. Makin panjang waktu yang dipergunakan untuk memproduksi
barang atau untuk memperoleh barang makin besar kebutuhan akan modal
kerja. Modal kerja bervariaso tergantung pada volume pembelian dan
harga beli per unit dari barang yang dijual. Misalnya suatu perusahaan
yang memproduksi lokomotif kereta api, disamping membutuhkan waktu
yang lama dalam proses produksinya juga membutuhkan modal kerja yang
besar (bila dibandingkan dengan perusahaan yang memproduksi mebel
rumah tangga). Juga perusahaan yang membutuhkan proses pengeringan
(tembakau, kayu) akan memerlukan modal kerja yang lebih besar.
3. Syarat pembelian dan penjualan.
Syarat kredit pembelian barang dagangan atau bahan baku akan
mempengaruhi besar kecilnya modal kerja. Syarat kredit pembelian yang
menguntungkan akan memperkecil kebutuhan uang kas yang harus
ditanamkan dalam persediaan, sebaliknya bila pembayaran ahrus
dilakukan segera setelah barang diterima maka kebutuhan uang kas untuk
membelanjakan volume perdagangan menjadi lebih besar. Di samping itu,
Semakin lunak kredit (jangka kredit lebih panjang) yang diberikan kepada
langganan akan semakin besar kebutuhan modal kerja yang harus
ditanamkan dalam piutang. Untuk mengurangi kebutuhan modal kerja dan
mengurangi risiko kerugian karena adanya piutang yang tidak terbayar,
biasanya perusahaan memberikan rangsangan potongan tunai (Ccash
discount).
4. Tingkat perputaran persediaan.
Semakin sering persediaan diganti (dibeli dan dijual kembali) maka
kebutuhan modal kerja ditanamkan dalam bentuk persediaan (barang) akan
semakin rendah. Untuk mencapai tingkat perputaran persediaan yang
tiinggi diperlukan perencanaan dan pengawasan persediaan yang efisien.
Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan akan mengurangi risiko
kerugian karena penurunan harga, perubahan permintaan atau perubahan
mode juga menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan (carrying
cost) dan persediaan.
5. Tingkat perputaran piutang.
Kebutuhan modal kerja juga tergantung pada periode waktu yang
diperlukan untuk mengubah piutang menjadi uang kas. Apabila piutang
terkumpul dalam waktu pendek berarti kebutuhan aakn modal kerja
semakin rendah dan kecil. Untuk mencapai tingkat perputaran piutang
yang tinggi diperlukan pengangawasan piutang yang efektif dan
kredit penjualan, maksimum kredit bagi langganan, serta penagihan
piutang.
6. Pengaruh konjingtur
Pada periode makmur (prosperity) aktivitas perusahaan meningkat dan
perusahaan cenderung membeli barang lebih banyak memanfaatkan harga
yang masih rendah. Ini berarti perusahaan memperbesar tingkat
persediaan. Peningkatan jumlah persediaan membutuhkan modal kerja
yang lebih banyak. Sebaliknya pada periode depresi volume perdagangan
menurun, perusahaan cepat-cepat berusaha menjual barangnya dan
menarik piutangnya. Uang yang diperoleh digunakan untuk membeli
surat-surat berharga, melunasi utang atau untuk menutup kerugian.
7. Derajat risiko kemungkinan menurunnya harga jual aktiva jangka pendek.
Menurunnya nilai riil dibandingkan dengan harga buku dari surat-surat
berharga, persediaan barang dan piutang akan menurunkan modal kerja.
Apabila risiko kerugian ini semakin membesar berarti diperlukan
tambahan modal kerja untuk membayar bunga atu melunasi utang jangka
pendek yang sudah jatuh tempo. Untuk melindungi diri dari hal yang tidak
terduga dibutuhkan modal kerj ayang relative besar dalam bentuk kas atau
surat-surat berharga.
8. Pengaruh musim
Banyak perusahaan di mana penjualannya hanya terpusat pada beberapa
bulan saja. Perusahaan yang dipengaruhi oleh musim membutuhkan
kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan barang berangsur-angsur
meningkatkan dalam bulan-bulan menjelang puncak penjualan
9. Credit Rating dari perusahaan.
Jumlah modal kerja dalam bentuk kas termasuk surat-surat berharga yang
dibutuhkan perusahaan untuk membiayai operasinya tergantung pada
kebijaksanaan penyediaan uang kas. Penyediaan uang kas ini tergantung
pada; (a) credit rating dari perusahaan (kemampuan meminjam uang
dalam jangka pendek), (b) perputaran persediaan dan piutang, dan (c)
kesempatan mendapatkan potongan harga dalam pembelian.”
2.1.1.5. Sumber Modal Kerja
Sumber modal kerja meliputi hal-hal sebagai berikut (Jumingan
(2006;71)):
“Sumber modal kerja dapat dilihat dari :
1. Pendapatan bersih.
Dari berbagai sumber modal kerja tersebut dapat dijelaskan bahwa
sumber modal kerja dapat di amblin dari Pendapatan bersih. Modal
kerja diperoleh dari hasil penjualan barang dan hasil-hasil lainnya
yang meningkatkan uang kas dan piutang. Akan tetapi, sebagian dari
modal kerja ini harus digunakan untuk menutupi harga pokok
penjualan dan biaya usaha yang telah dikeluarkan untuk memperoleh
revenue, yakni berupa biaya penjualan dan biaya administrasi. Jadi,
bersih dari jumlah modal kerja yang diperoleh dari operasi jangka
pendek, dan ini bisa ditentukan dengan cara menganalisis laporan
laba-rugi perusahaan.
2. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga.
Surat-surat berharga sebagai salah satu pos aktiva lancar dapat dijual
dan dari penjualan ini akan timbul keuntungan. Penjualan surat-surat
berharga menunjukan pergeseran bentuk pos aktiva lancar dari pos
“surat-surat berharga” menjadi pos “kas”. Keuntungan yang
diperoleh merupakan sumber penambahan modal kerja. Sebaliknya,
jika terjadi kerugian maka modal kerja akan berkurang.
3. Penujalan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak
lancar lainnya.
Sumber lain untuk menambah modal kerja adalah hasil penjualan
aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya
yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan aktiva tidak
lancar itu menjadi kas yang akan menambah modal kerja sebanyak
hasil bersih penjualan aktiva tidak lancar tersebut.
4. Penjualan obligasi dan saham serta kontribusi dana dari pemilik.
Utang hipotik, obligasi dan saham dapat dikeluarkan oleh
perusahaan apabila diperlukan sejumlah modal kerja, misalnya untuk
ekspansi perusahaan. Pinjaman jangka panjang berbentuk obligasi
biasanya tidak begitu disukai karena adanya beban bunga di samping
5. Dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya.
Pinjaman jangka pendek (seperti kredit bank) bagi beberapa
perusahaan merupakan sumber penting dari aktiva lancarnya,
terutama tambahan modal kerja yang diperlukan untuk membelanjai
kebutuhan modal kerja musiman, siklis, keadaan darurat atau
kebutuhan jangka pendek lainnya.
6. Kredit dari supplier atau trade creditor.
Salah satu sumber modal kerja yang penting adalah kredit yang
diberikan oleh supplier. Material, barang-barang, supplies, dan
jasa-jasa biasa dibeli secara kredit atau dengan wesel bayar. Apabila
perusahaan kemudian dapat mengusahakan menjual barang dan
menarik pembayaran piutang sebelum waktu utang harus dilunasi,
perusahaan hanya memerlukan sejumlah kecil modal kerja.”
2.1.1.6 Efisiensi Modal Kerja
Manajemen atau pengelolaan modal kerja merupakan hal yang sangat
penting agar kelangsungan usaha sebuah perusahaan dapat dipertahankan (Hanafi,
2005: 125). Kesalahan atau kekeliruan dalam pengelolaan modal kerja akan
menyebabkan buruknya kondisi keuangan perusahaan sehingga kegiatan
perusahaan dapat terhambat atau terhenti sama sekali.
Menurut Husnan dkk (2002:124) Efisiensi modal kerja ditaksir dengan
membandingkan antaa laba operasi dengan aktiva lancar. Adapun rasio yang dapat
diukur untuk mengukur efisiensi yaitu rasio return on working capital ini
2.1.2 Likuiditas
2.1.2.1 Pengertian Likuiditas
Menurut G Sugiyarso dan F. Winarni (2006;114) likuiditas adalah :
“Ratio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban keuangan jangka pendek”
Sedangkan menurut Munawir (2001:31) likuiditas adalah
“likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa likuiditas adalah kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendeknya
yang segera harus dipenuhi”
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa likuiditas adalah kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditor yang
diberikan kepada perusahana untuk mendanai operasi yang harus segera dipenuhi.
2.1.2.2 Rasio Likuiditas
Rasio Likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung
melalui sumberinformasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan
Retrun on Working Capital = Laba Operasi
Rasio Kas atas Aktiva Lancar = Kas AktivaLancar RasioLancar = Aktiva Lancar
Utang Lancar
utang lancar. Beberapa rasio likuiditas menurut Sofyan Syafri Harahap (2009:
301) adalah sebagai berikut :
1. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio ini menunjukan sejauh mana aktiva lancar menutupi
kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang
lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka
pendeknya. Rasio ini dapat dibuat dalam bentuk beberapa kali atau dalam
bentuk persentasi. Apabila rasio lancar ini 1:1 atau 100% ini berarti bahwa
aktiva lancar dapat menutupi semua uatng lancar. Rasio lancar yang lebih
aman adalah jika berada di atas 1 atau dia tas 100%. Artinya aktiva lancar
harus jauh di atas jumlah utang lancar.
2. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio ini menunjukan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid
mampu menutupi utang lancar. Semakin besar raio ini semakin baik. Rasio
ini disebut juga Acid Test Ratio. Angka rasio ini tidak harus 100 % atau
1:1 Rasio ini yang dapat dihitung antara lain :
a. Rasio Kas atas Aktiva Lancar
Rasio ini menunjukan porsi jumlah kas dibandingkan dengan total
Rasio Aktiva Lancar & T. Aktiva= Aktiva Lancar Total Aktiva Rasio Kas atas Utang Lancar = Kas
Utang Lancar b. Rasio Kas atas Utang Lancar
Rasio ini menunjukan porsi kas yang dapat menutupi utang lancar.
c. Rasio Aktiva Lancar dan Total Aktiva
Rasio ini menunjukan porsi Aktiva lancar atas Total Aktiva.
d. Aktiva lancar dan Total Utang
Rasio ini menunjukan porsi aktiva lancar atas total kewajiban
perusahaan.
2.1.3 Profitabilitas
2.1.3.1 Pengertian Profitabilitas
Kemampuan perusahaan untuk tetap bersaing dalam kompetisi dengan
perusahaan-perusahan lainnya, menuntut perusahaan untuk dapat meningkatkan
profitabilitas.Pengertian profitabilitas menurut Sofyan Syafri Harahap (2004:304)
mengemukaan bahwa:
“Rasio rentabilitas atau disebut juga profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal jumlah karyawan, jumlah cadangan dan sebagainya. Rasio ini menggabarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga Operating ratio.”
Profit Margin = Pendapatan Bersih Penjualan
Asset Turnover = Penjualan Bersih Total Aktiva
Sedangkan menurut G. Sugiyarso dam F.Winani (2006:111) :
“Profiabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba selama periode tertentu.”
Dari pengertian-pengertian profitabilitas dapat disimpulkan bahwa,
profitabilitas adalah mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
melalui kegiatan penjualan, kas, modal jumlah karyawan, jumlah cadangan dan
sebagainya.
2.1.3.2 Rasio Profitabilitas
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2009: 304), ada beberapa jenis rasio
profitabilitas, diantaranya sebagai berikut :
1. Margin Laba (Profit Margin)
Angka ini menunjukan berapa besar persentase pendapatan bersih yang
diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik
karena dianggap kemampuan perusahaan dalam emndapatkan laba cukup
tinggi.
2. Asset Turnover (Retrun on Asset)
Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan.
Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat
Earing per Share = Laba saham bersangkutan
Jumlah Saham
Basic Earning Power= Laba sebelum bunga & pajak Total Aktiva
Retrun on Investment = Laba Total Aktiva
Retrun on Total asset= Laba bersih Rata-rata Total Aset
3. Retrun on Investment
Rasio ini menunjukan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari
modal pemilik. Semakin besar semakin bagus.
4. Retrun on Total asset
Rasio ini menunjukan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila
diukur dari nilai aktiva
5. Basic Earning Power
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba diukur
dari jumlah laba sebelum dikurangi bunga dan pajak dibandingkan dengan
total aktiva. Semakin besar rasio semakin baik.
6. Earning per Share
Rasio ini menunjukan berapa besar kemampuan per lembar saham
Contributin Margin= Laba Kotor
Penjualan
7. Contributin Margin
Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan melahirkan laba yang akan
menutupi biaya-biaya tetap atau biaya operasi lainnya. Dengan
pengetahuan atas rasio ini kita dapat mengontrol pengeluaran untuk biaya
tetap atau biaya operasi sehingga perusahaan dapat menikmati laba.
2.1.4 Hubungan antara Efisiensi Modal Kerja, Likuiditas dengan Profitabilitas
2.1.4.1 Hubungan Efisiensi Modal Kerja dengan Likuiditas
Komposisi efisiensi modal kerja akan mempengaruhi risiko yang berkaitan
dengan likuiditas perusahaan maupun likuiditas badan usaha. Menurut G.
Sugiyarso dan F. Winarni (2006: 18):
“Apabila perusahaan tidak memiliki modal kerja yang cukup akan dapat terhambat kegiatan operasional sehari-harinya, bahkan kesempatan untuk memperbesar penjualan dan memperoleh tambahan pendapata dapat tertunda. Di lain pihak kekurangan modal kerja akan mengurangi tingkat likuiditas badan usaha apabila kewajiban membayar utang jangka
pendeknya terhambat”
2.1.4.2 Pengaruh Efisiensi Modal Kerja dengan Profitabilitas
Beberapa literatur menyebutkan bahwa modal kerja akan berpengaruh
terhadap profitabilitas suatu perusahaan. Seperti yang dikemukakan oleh Agus
Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2008; 76) terdapat hubungan antara modal kerja
dengan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba (profitabilitas). Dan
“Mengatakan bahwa modal kerja yang lebih dari cukup akan mengurangi risiko dan menaikkan laba/hasil. Pendapat ini didasarkan atas pandangan bahwa dengan cukup tersedianya modal kerja kegiatan dapat diarahkan pada pencarian hasil yang lebih tinggi dengan ekspansi atau perluasan usaha.”.
Penggunaan rasio profitabilitas ini untuk mengukur rata-rata assets dalam
menghasilkan profit atau laba. Seperti yang dijelaskan menurut Henry Simamora
(2000: 257), adalah:
“Profitabilitas sering sekali dipakai sebagai tes akhir efektivitas operasi
manajemen. Tujuan profitabilitas berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk meraup laba yang memuaskan sehingga pemodal dan pemegang saham akan meneruskan untuk menyediakan modal bagi perusahaan. Karena itulah, maka
pengevaluasian profitabilitas adalah penting bagi pemodal maupun kreditur.”
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa modal kerja merupakan
investasi yang paling penting di dalam suatu perusahaan maka manajer keuangan
dituntut harus dapat memprediksi dana menentukan kebutuhan modal kerja yang
optimal dalam membiayai kegiatan operasi perusahaannya. Dimana modal kerja
harus digunakan secara efisien, artinya semakin cepat masa perputaran modal
kerja akan semakin efisien penggunaan modal kerja dan tentunya investasi pada
modal kerja semakin kecil, sehingga profitabilitas yang diharapkan akan ikut
meningkat.
Dari uruaian di atas dapat disimpulkan bahwa investasi dalam aktiva tetap
dan modal kerja ada hubungannya dengan profitabilitas perusahaan, dimana pada
dasarnya, peningkatan keuntungan harus disertai dengan penambahan investasi
untuk dapat terus meningkatkan keuntungan tentunya perusahaan harus
menjalakan kegiatan operasinya secara efektif dan efisien.
2.1.4.3 Pengaruh Likuiditas dengan Profitabilitas
Likuiditas merupakan suatu kondisi dari perusahaan yang menunjukan
kondisi suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban dalam jangka pendeknya
dan dalam waktu yang tidak terlalu lama atau selalu siap jika suatu saat akan
ditagih. Sehingga jika dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya mana risiko
perusahaan rendah.
Menurut Musdholifah dan Eko Triambodo (2006) mengungkapkan bahwa:
“Kemampuan memperoleh laba (profitabilitas) berbanding terbalik dengan likuiditas. Likuiditas meningkat merupakan profitabilitas yang menurun. Kemampuan memperoleh laba (profitabilitas) berjalan searah dengan risiko dari perusahaan juga akan meningkat, perusahaan dituntut untuk
berani mengambil risiko jika ingin mendapatkan laba yang tinggi.”
Hardono Mardiyanto (2008: 100) mengungkapkan bahwa :
“Likuiditas yang tinggi merupakan indikator bahwa risiko perusahaan rendah. Artinya perusahaan aman dari kemungkinan kegagalan membayar berbagai kewajiban lancar”
2.2 Kerangka Pemikiran
Laporan keuangan sangat dibutuhkan bagi pemakainya dalam suatu
perusahaan, karena dalam laporan keuangan tersebut memuat informasi-informasi
yang dbutuhkan untuk perencanaan kelangsungan perusahaan yang akan datang.
Menurut Bambang Riyanto (1996:327), laporan keuangan adalah:
“Laporan yang memberikan ikhtisar mengenai keadaan finansial suatu
perusahaan, dimana neraca (balance sheet) mencerminkan nilai aktiva,
utang dan modal sendiri pada suatu saat tertentu, dan laporan rugi laba
(income statement) mencerminkan hasil yang dicapaiselama suatu
(Ari Fatmawati, 2010) Modal kerja akan menguntungkan perusahaan dan
memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan efektif,
sehingga perusahaan tidak mengalami kesulitan-kesulitan dalam menjalankan
usahanya. Salah satu tujuan didirikan perusahaan adalah untuk mencapai
penjualan yang tinggi dengan tingkat keuntungan yang semakin meningkat
sehingga perusahaan dapat menjaga dan mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Jumlah keuntungan yang diperoleh secara teratur merupakan faktor
penting dalam menilai profitabilitas, dimana profitabilitas itu sendiri merupakan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
Profitabilitas sebagai kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan,total aktiva maupun modal sendiri sering
digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam perusahaan dengan
membandingkan antara laba dengan modal yang digunakan dalam operasinya.
Menurut Husnan dkk (2002:124) Efisiensi modal kerja ditaksir dengan
membandingkan antaa laba operasi dengan aktiva lancar.
Komposisi modal kerja akan mempengaruhi risiko yang berkaitan dengan
likuiditas perusahaan maupun likuiditas badan usaha. Menurut G. Sugiyarso dan
F. Winarni (2006: 18):
“Apabila perusahaan tidak memiliki modal kerja yang cukup akan dapat terhambat kegiatan operasional sehari-harinya, bahkan kesempatan untuk
memperbesar penjualan dan memperoleh tambahan pendapata dapat
tertunda. Di lain pihak kekurangan modal kerja akan mengurangi tingkat
likuiditas badan usaha apabila kewajiban membayar utang jangka
pendeknya terhambat”
“Ratio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban keuangan jangka pendek”
Makin tinggi perputaran modal kerja berarti makin cepat perputarannya,
makin pendek waktu terikatnya dana ypada modal kerja, makin kecil kebutuhan
modal kerja. Dengan demikian dana yang tersedia dapat digunakan perusahaan
untuk investasi lain yang lebih menguntungkan misalnya untuk meningkatkan
laba perusahaan.
Hardono Mardiyanto (2008: 100) mengungkapkan bahwa :
“Likuiditas yang tinggi merupakan indikator bahwa risiko perusahaan rendah. Artinya perusahaan aman dari kemungkinan kegagalan
membayar berbagai kewajiban lancar.”
Kemampuan perusahaan untuk tetap bersaing dalam kompetisi dengan
perusahaan-perusahan lainnya, menuntut perusahaan untuk dapat meningkatkan
profitabilitas. Sofyan Syafri Harahap (2004:304) mengemukaan bahwa:
“Rasio rentabilitas atau disebut juga profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui kemampuan dan
sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal jumlah karyawan,
jumlah cadangan dan sebagainya. Rasio ini menggabarkan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba disebut juga Operating ratio.”
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
Profitabilitas Pengukuran
Retrun on Ivesment= OI/TA
Kondisi Kinerja Keuangan Perusahaan
Laporan Keuangan :
Neraca
Laporan Laba Rugi
Laporan Perubahan Posisi Keuangan
Efisiensi Modal Kerja Pengukuran :
Return on Working Capital = OI/CA
Analisis Laporan Keuangan
Likuiditas Pengukuran :
2.2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Judul Penelitian Hasil Penelitian Sumber
Emaidiani & R.
ROIC, while positively significnt with TobinQ
ISSN 1833-3850
E-ISSN 1833-9119
2.3 Hipotesis
MenurutSugiyono (2010:64), hipotesis penelitian adalah:
“Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif, tidak dirumuskan hipotesis, tetapi justru diharapkan dapat ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut akan diuji oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif”.
Bedasarkan kerangka pemikiran di atas maka penulis mencoba
merumuskan hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara dari penelitian
sebagai berikut:
Ha1: Ada pengaruh yang signifikan antara Efisiensi Modal Kerja dan Likuiditas
secara parsial terhadap Profitabilitas pada PT. Mayora Indah Tbk.
Ha2: Ada pengaruh yang signifikan antara Efsiensi Modal Kerja dan Likuiditas
35
Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu
penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk
mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi.
Adapun pendapat Husein Umar (2005:303) menjelaskan pengertian objek
penelitian adalah sebagai berikut :
“Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi
objek penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga
ditambah hal-hal lain jika dianggap perlu ”.
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah efisiensi modal kerja,
Likuiditas dan Profitablitas pada PT Mayora Indah Tbk.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian Deskriptif dan metode Verifikatif dengan pendekatan kuantitatif, yaitu
hasil penelitian yang kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil
kesimpulannya, artinya penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang
menekankan analisisnya pada data-data numerik ( angka ) dengan menggunakan
metode penelitian ini akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel
yang diteliti, sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas
Sugiyono (2010:147) mengemukakan metode deskriptif sebagai berikut:
“Metode Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menganalisa
data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan
yang berlaku umum atau generalisasi”.
Masyhuri (2008:45) mengemukakan metode verifikatif sebagai berikut :
“Penelitian verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan
untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan ditempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan
kehidupannya”.
Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan
perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji perubahan variabel
X1, X2 terhadap Y yang diteliti. Verifikatif berarti menguji teori yang dengan
pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak. Dengan menggunakan
metode penelitian akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang
diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran
mengenai objek yang diteliti.
Dalam penelitian ini objek yang akan diuji dan diambil hipotesis apakah
diterima atau ditolak dengan menggunakan motede deskriptif verifikatif yaitu
Efisiensi modal kerja dan Likuiditas serta dampaknya terhadap Profitabilitas.
3.2.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah rancangan penelitian yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi
Desain Penelitian menurut Menurut Moh. Nazir ( 2003:84 ) bahwa :
“Desain Penelitian adalah rancangan semua proses yang diperlukan dalam
perencanaan dan pelaksanaan penelitian.”
Langkah-langkah desain penelitian menurut Umi Narimawati (2010:30)
adalah :
“Proses penelitian meliputi :
1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena.
2. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi.
3. Menetapkan rumusan masalah.
4. Menetapkan tujuan penelitian.
5. Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan dukungan
teori.
6. Menetapkan konsep variabel sekaligus pengukuran variabel penelitian
yang digunakan.
7. Menetapkan suber data, teknik penentuan sampel dan teknik
pengumpulan data.
8. Melakukan analisi data.
9. Melakukan pelaporan hasil penelitian.”
Desain penelitian yang telah lebih lengkap lagi akan dijelaskan dalam
Table 3.1
T-1 Descriptive Descriptive Survey Tahun
Time Series
T-2 Descriptive Descriptive Survey Tahun
Time Series
T-3 Verifikatif Explanatory Survey Tahun
Time Series Sumber : Umi Narimawati dkk 2010
Dari tabel diatas kemudian peneliti meguraikan sebagai berikut :
1. Tujuan penelitian pertama adalah untuk menganalisis efisiensi modal
kerja dan likuiditas terhadap profitabilitas dengan cara mendeskripsikan
atau menggambarkan data yang telah terkumpul, melalaui unit analisis
yaitu perusahaan.
2. Tujuan penelitian kedua adalah untuk menganalisis dampak efisiensi
modal kerja dan likuiditas terhadap profitabilitas secara parsial dengan
cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul,
melalaui unit analisis yaitu perusahaan.
3. Tujuan penelitian ketiga adalah untuk menganalisis dampak efisiensi
modal kerja dan likuiditas terhadap profitabilitas secara simultan dengan
cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul,
3.2.2 Operasionalisasi Variabel
Operasionalisasi variabel merupakan proses penguraian variabel penelitian
kedalam subvariabel, konsep variabel, indikator dan pengukuran. Adapun syarat
penguraian operasionalisasi dilakukan bila dasar konsep dan indikator
masing-masing variabel sudah jelas, apabila belum jelas secara konseptual maka perlu
dilakukan analisis faktor.
Menurut Sugiono ( 2009:2) menjelaskan variabel penelitian yaitu :
“Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”.
Berdasarkan judul usulan penelitian yang telah dikemukakan diatas yaitu
“Dampak efisiensi modal kerja Dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas (Studi
Kasus Pada PT Mayora Indah Tbk) “. Maka variabel-variabel yang diteliti dapat
dibedakan menjadi dua :
a. Variabel Bebas / Independent ( X1)
Menurut Sugiyono ( 2009:4 ) pengertian variabel bebas yaitu :
“Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent ( terikat )”.
Dalam hal ini variabel bebas yang akan berkaitan dengan masalah yang
akan diteliti adalah variabel X1 efisiensi modal kerja adalah dan X2 adalah
likuiditas. Dalam operasionalisasinya variabel ini semua variabel ini semua
variabel di ukur oleh instrument pengukur dalam bentuk rasio.
Menurut Sugiyono ( 2009:4 ) pengertian variabel terikat yaitu :
“Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas”.
Dalam hal ini variabel yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti
adalah profitabilitas. Selengkapnya mengenai operasionalisasi variabel dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep Variabel Indikator Skala
Independen: ada seperti kegiatan
Rasio Current Ratio = Current Asset
Current Liabilities
ROI = ___Profit____
Total Asset
Retrun on Working Capital = Operating Profit
penjualan, kas,
modal jumlah
karyawan, jumlah
cadangan dan
sebagainya. Rasio ini menggabarkan kemampuan
perusahaan
menghasilkan laba
disebut juga
Operating ratio (Sofyan Syafri Harahap,2004:304)
3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data 3.2.3.1 Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu
dalam bentuk angka-angka yang menunjukkan nilai dari besaran atau variabel
yang mewakilinya. Jenis data yang diperlukan dalam penelitian dibagi dalam dua
jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti, baik
dari objek individual (responden) maupun dari suatu instansi yang dengan
sengaja melakukan pengumpulan data dari instansi-instansi atau badan
lainnya untuk keperluan penelitian dari pengguna (Andi Supangat,
2007:2). Sedangkan menurut Jonathan Sarwono, (2007:8) bahwa data
primer merupakan data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Jadi
yang dikumpulkan dengan cara terjun langsung dengan meneliti keadaan
sebenarnya dengan cara sebagai berikut:
c. Wawancara (Interview)
Yaitu suatu teknik dalam proses pengumpulan data dengan cara
mengadakan wawancara atau tanya jawab secara langsung dengan
pihak yang berhubungan dengan objek yang sedang diteliti.
d. Obsevasi (Obsevation)
Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan
langsung sekaligus aktif dalam proses kegiatan di tempat penelitian
diadakan serta meninjau secara langsung.
e. Dokumentasi (Filing)
Yaitu suatu teknik pencatatan dan pengumpulan data yang
diindentifikasi dari dokumen-dokumen yang ada kaitannya dengan
masalah yang akan dibahas dalam penelitian.
2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung untuk
mendapatkan informasi (keterangan) dari objek yang diteliti, biasanya data
tersebut diperoleh dari tangan kedua baik dari objek secara individual
(responden) maupun dari suatu badan (instansi) yang dengan sengaja
melakukan pengumpulan data dari instansi-instansi atau badan lainnya
untuk keperluan penelitian baru para pengguna (Andi Supangat, 2007:2).
Sedangkan data sekunder menurut Jonathan Sarwono (2007:8) adalah data
yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan.
pengertian dari data sekunder adalah data yang didapat dengan cepat
karena sudah tersedia sebelumnya seperti: Studi Kepustakaan (Library
Research) yaitu studi yang dilakukan untuk menggali teori-teori yang
berhubungan dengan penulisan hasil penelitian agar supaya dapat
dijadikan data sekunder dengan cara membaca dan mempelajari
buku-buku atau laporan yang dapat membantu kelancaran peneliti dalam
penelitian.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka sumber data yang diambil dalam
penelitian ini adalah sumber data sekunder, di mana data yang diperoleh penulis
merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung, artinya data-data tersebut
berupa data kedua yang telah diolah lebih lanjut dan data yang disajikan oleh
pihak lain. Data-data yang digunakan diperoleh dari laporan-laporan yang
berhubungan dan sudah dipublikasikan oleh PT Mayora Indah Tbk melalui Bursa
Efek Indonesia.
3.2.3.2 Teknik Penentuan Data
Adapun Teknik Penentuan data terbagi menjadi dua bagian, yaitu populasi
dan sampel. Pengertian dari populasi dan sampel itu sendiri adalah sebagai
1. Populasi Penelitian
Populasi menurut Sugiyono (2009:61) :
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.”
Populasi yang diambil oleh penulis adalah laporan keuangan perusahaan
PT Mayora Indah Tbk sejak terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun
1990 sampai sekarang sebanyak 21 tahun.
2. Sampel
Berdasarkan penjelasan tersebut data dari populasi yang akan dijadikan
sampel adalah neraca dan laporan laba rugi pada Perusahaan PT Mayora
Indah Tbk periode 2001-2010. Untuk mengambil sampel penelitian
penulis berpedoman pada pendapat yang dikemukakan sebagai berikut :
Menurut Sugiyono (2007:62) mengemukakan bahwa:
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut”.
Penentuan jumlah sample yang akan diolah dari jumlah populasi, maka
harus dilakukan dengan teknik pengambilan sampling yang tepat. Untuk
menentukan sampling teknik yang digunakan sesuai dengan judul penulis yaitu
non probability sampling.
“Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel.”
Jenis nonprobability sampling yang akan digunakan oleh penulis adalah
sampling purposive.
Pengertian sampling purposive menurut Sugiyono (2009:68) yaitu:
“Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu.”
Jumlah sampel yang dianjurkan dalam suatu penelitian menurut Hair et al
(2006: 196) diungkapkan bahwa,
“in addition to its role in determining statistical power, sample size also
affect the generalizability of the result by the ratio of observation to the independent variables. A general rule is that the ratio should be never fall below 1 : 5, meaning that five observations are made for each independent
variable in the variate.”
Berdasarkan teori tersebut, jumlah sampel minimal dalam penelitian ini adalah 5 x 2 variabel bebas yaitu 10 buah sampel.
Dengan demikian sample yang diambil oleh penulis adalah berupa laporan
keuangan tahunan berupa neraca dan laporan laba rugi dari data tahun 2001-2010
sebanyak tujuh tahun dengan pertimbangan bahwa :
1. Data yang diambil merupakan laporan keuangan PT Mayora Indah Tbk
yang merupakan sumber informasi keuangan terbaru.
2. Data yang diambil adalah data yang sudah diaudit.
3. Data yang diambil adalah tujuh tahun dari tahun 2001-2010 yang
dijadikan sample karena pada rentang periode ini terdapat fenomena
4. Sample yang diambil sebanyak tujuh tahun dari periode 2001-2010
karena sudah dianggap respresentatif (mewakili) untuk dilakukan uji
penelitian.
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung diperusahaan yang
menjadi objek penelitian. Data yang diperoleh merupakan data primer
yang diperoleh dengan cara:
a. Observasi (Pengamatan Langsung)
Dengan cara melakukan pengamatan secara langsung ke bagian
staf perpustakaan yang ada di Pojok Bursa Efek Indonesia di YPKP
bandung untuk memperoleh data yang diperlukan.
b. Dokumen-dokumen
Pengumpulan data dengan cara mencatat data yang berhubungan
dengan masalah yang akan diteliti dari dokumen-dokumen yang
berhubungan dengan perusahaan. Berdasarkan penelitian ini
diharapkan akan memperoleh data mengenai besarnya working capital
turover,current ratio dan besarnya profitabilisat yang dimiliki
2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian yang dilakukan dengan cara membaca buku-buku di
perpustakaan dan tulisan-tulisan yang berkaitan dengan masalah-masalah
yang akan diteliti oleh penulis.
3.2.5 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis 3.2.5.1 Rancangan Analisis
Rancangan analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan dokumentasi dengan
cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang lebih penting
dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami
oleh diri sendiri maupun orang lain. Peneliti melakukan analisa terhadap data
yang telah diuraikan dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif.
Analisis kualitatif menurut Sugiyono (2010:14) :
“Metode penelitian kualitatif itu dilakukan secara intensif, peneliti ikut berpartisipasi lama dilapangan, mencatat secara hati-hati apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap berbagai dokumen yang ditemukan dilapangan, dan membuat laporan penelitian secara mendetail”.
Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang lebih lengkap dari
variabel X1 dan X2, peneliti menggunakan metode kualitatif.
Analisis kuantitatif dalam penelitian ini antara lain :
Menurut Menurut Sugiyono (2010:31) analisis kuantitatif adalah sebagai berikut :