Prosiding Seminar Nasional
Kristalisasi Paradigma Agribisnis
dalam Pembangunan Ekonomi
dan Pendidikan Tinggi
Prosiding Seminar Nasional
Kristalisasi Paradigma Agribisnis
dalam Pembangunan Ekonomi
dan Pendidikan Tinggi
IPB International Convention Center – Bogor 18 April 2015
EDITOR : Nunung Kusnadi
Amzul Rifin Anna Fariyanti Netti Tinaprilla
Prosiding Seminar Nasional
Kristalisasi Paradigma Agribisnis dalam Pembangunan Ekonomi dan Pendidikan Tinggi
IPB International Convention Center – Bogor 18 April 2015
Tim Penyusun Editor :
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, M.S
Dr. Amzul Rifin, S.P, M.A
Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si
Dr. Ir. Netti Tinaprilla, M.M
Dr. Ir. Burhanuddin, M.M
Maryono, S.P, M.Si
Desain Sampul :
Hamid Jamaludin Muhrim, SE
Tata Letak Isi :
Hamid Jamaludin Muhrim, S.E
Triana Gita Dewi, S.E, M.Si
Tursina Andita Putri, S.E, M.Si
Administrasi Umum : Tita Nursiah, S.E
Tursina Andita Putri, S.E, M.Si
Diterbitkan oleh Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen - IPB
Bekerjasama dengan Asosiasi Agribisnis Indonesia (AAI)
Copyright © 2015
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen - IPB Jl. Kamper Wing 4 Level 5 Kampus IPB Dramaga Bogor 16680 Telp/Fax : 0251-8629654
e-mail : depagribisnis@yahoo.com, dep-agribisnis@apps.ipb.ac.id Website : http://agribisnis.ipb.ac.id
Prosiding Seminar Nasional
Kristalisasi Paradigma Agribisnis dalam Pembangunan Ekonomi dan Pendidikan Tinggi v
KATA PENGANTAR
Seminar Nasional Agribisnis diselenggarakan dalam rangka Tujuh Puluh Tahun Prof. Bungaran Saragih yang diselenggarakan pada Sabtu 18 April 2015 dengan tema “Kristalisasi Paradigma Agribisnis dalam Pembangunan dan Pendidikan Tinggi”. Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB bekerjasama dengan Asosiasi Agribisnis Indonesia (AAI), Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI), Pusat Pangan Agribisnis (PPA), PROFITA Unggul Konsultama, Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) serta AGRINA.
Prof. Bungaran Saragih pada awal tahun 90-an memperkenalkan istilah Agribisnis yang merupakan cara baru dalam melihat pertanian. Hal ini berarti pertanian bukan hanya pada kegiatan usahatani (on farm activities) tetapi juga kegiatan di luar usahatani (off farm activities). Dengan kata lain, pertanian tidak hanya berorientasi produksi (production oriented) tetapi juga berorientasi pasar (market oriented), tidak hanya dilihat dari sisi permintaan (demand side) tetapi juga dari sisi penawaran (supply side).
Prosiding ini merupakan kompilasi artikel-artikel yang dipresentasikan dalam Seminar Nasional Agribisnis tersebut. Latar belakang bidang keilmuan serta daerah penulis yang beragam menghasilkan berbagai perspektif dalam pembangunan agribisnis di Indonesia. Artikel dalam prosiding ini penuh dengan gagasan dan ide-ide baru yang melihat pertanian dalam arti luas yang dikelompokkan ke dalam subtema: Sistem Agribisnis, Pengadaan Input, Usahatani, Pengolahan, Pemasaran, dan Penunjang. Artikel-artikel dalam prosiding ini diharapkan dapat memperkaya khasanah keilmuan di bidang agribisnis serta dapat pula dijadikan rekomendasi kebijakan bagi pengambil keputusan.
Pada kesempatan kali ini, ijinkanlah kami untuk mengucapkan terima kasih kepada Dr Rachmat Pambudy, MS; Dr Nunung Kusnadi, MS; Dr Andriyono K Adhi; Dr Suharno, MADev; Dr Anna Fariyanti, MS; Dr Burhanuddin, MM; Dr Netti Tinaprila, MM; Dr Amzul Rifin, MA; Siti Jahroh, PhD, serta Etriya, MM yang telah bekerja keras untuk menilai artikel yang dipresentasikan sehingga layak untuk ditampilkan dalam prosiding ini. Penghargaan juga disampaikan kepada Hamid Jamaludin M, Tursina Andita Putri, Triana Gita Dewi, dan Tita Nursiah yang telah membantu dalam penyusunan prosiding ini. Semoga prosiding ini dapat berkontribusi dalam pengembangan agribisnis dan peningkatan kesejahteraan petani.
Terimakasih
Bogor, September 2015
Ketua Departemen Agribisnis FEM IPB
Prosiding Seminar Nasional
Kristalisasi Paradigma Agribisnis dalam Pembangunan Ekonomi dan Pendidikan Tinggi vii
DAFTAR ISI
Sistem Agribisnis
Model Pengembangan Agribisnis Kelapa Terpadu di Kabupaten Indragiri Hilir
Djaimi Bakce, dan Syaiful Hadi 1
Perubahan Sistem Agribisnis Petani Hortikultura dalam Menghadapi Era Pasar Modern (Studi Kasus Petani Hortikultura di Kecamatan Ciwidey
Kabupaten Bandung)
Gema Wibawa Mukti, Dini Rochdiani, dan Rani Andriani Budi Kusumo 23
Sistem Insentif untuk Mendukung Daya Saing Agribisnis Kopi Rakyat di Jawa Timur
Luh Putu Suciati, dan Rokhani 41
Pengadaan Input
Peran Industri Benih Jagung dalam Peningkatan Produksi Tanaman Pangan (Kasus di Kabupaten Grobogan Jawa Tengah)
Kurnia Suci Indraningsih 57
Analisis Aksesibilitas Petani Perkotaan terhadap Agroinput dan Implikasinya terhadap Pengembangan Urban Farming
Harniati, dan Reni Suryanti 73
Kajian Karakteristik Produsen dan Penangkar Benih Padi di Daerah Istimewa Yogyakarta
Wahyuning K. Sejati, dan M. Suryadi 83
Sistem “Jabalsim” Sebagai Solusi untuk Penyediaan Benih Kedelai (Kasus di Kabupaten Wonogiri)
Tri Bastuti Purwantini 97
Implementasi Kebijakan Pemerintah tentang Pupuk Bersubsidi sebagai Supporting System Agribusiness terhadap Agribisnis Perberasan
Surya Abadi Sembiring 109
Usahatani
Pemahaman dan Partisipasi Petani dalam Adopsi Teknologi Biochar di Lahan Kering Blitar Selatan
Asnah, Masyhuri, Jangkung Handoyo Mulyo, dan Slamet Hartono 127
Diterminan Pengelolaan Satuan Usaha Perhutanan Kerakyatan (SUPK) di Kawasan Perhutanan Kerakyatan-Tanggamus, Lampung
Prosiding Seminar Nasional
viii Kristalisasi Paradigma Agribisnis dalam Pembangunan Ekonomi dan Pendidikan Tinggi
Emisi Gas Rumah Kaca Aktivitas On-Farm Sektor Pertanian di Provinsi Jawa Timur: Studi Empiris The Environmental Kuznets Curve
Gilang Wirakusuma, Irham, dan Slamet Hartono 151
Ketahanan Pangan di Sumatera Selatan Ditinjau dari Tren Produksi Beras dan Stok Beras Pedagang
Desi Aryani 167
Produksi dan Pendapatan Petani Kelapa Dalam (Cocos Nucifera Linn) di Kabupaten Indragiri Hilir Propinsi Riau
Sisca Vaulina, dan Saiful Bahri 183
Keunggulan Kompetitif Kedelai: Pendekatan Policy Analysis Matrix (PAM) (Kasus di Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur)
Syahrul Ganda Sukmaya, dan Dwi Rachmina 199
Percepatan Adopsi Tanaman Manggis melalui Sekolah Lapang di Kecamatan Mandalawangi Provinsi Banten
Asih Mulyaningsih, Imas Rohmawati, dan Suherna 207
Dampak Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu Terhadap Efisiensi Teknis Usahatani Kedelai di Kabupaten Jember
Indah Ibanah, Andriyono Kilat Adhi, dan Dwi Rachmina 219
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Lobster Laut
Sitti Aida Adha Taridala , Asriya, dan Yusnaini 233
Prospek Pengembangan Usahatani Bawang Merah Lokal Palu di Tinjau
dari Tingkat Pendapatan di Desa Boluponto Jaya Kecamatan Sigi Kabupaten Sigi
Lien Damayanti, Yulianti Kalaba, dan Erny 245
Analisis Kesiapan dan Strategi Pengembangan Bisnis Koperasi Produsen Kopi “Margamulya” (Studi Kasus Koperasi Produsen Kopi Margamulya Pangalengan Kabupaten Bandung)
Ima Marlina, dan Endah Djuwendah 257
Dampak Ekonomi Karakteristik Peternak terhadap Pola Usaha Kemitraan Ayam Broiler di Daerah Jember, Situbondo, Bondowoso Lumajang dan Banyuwangi
Hariadi Subagja, dan Wahjoe Widhijanto Basuki 267
Dampak Konsentrasi Industri terhadap Performans di Industri Broiler Indonesia
Anna Fitriani, Heny K. Daryanto, Rita Nurmalina, dan Sri Hery Susilowati 279
Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Kelapa Sawit di Desa Indra Sakti Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar
Elinur, dan Asrol 297
Introduksi Potensi Integrasi Sapi-Sawit dalam Mendukung Akselerasi Peningkatan Produksi Daging Sapi Nasional
Priyono 311
Perilaku Harga Bawang Putih Jawa Timur dan Cina
Prosiding Seminar Nasional
Kristalisasi Paradigma Agribisnis dalam Pembangunan Ekonomi dan Pendidikan Tinggi ix
Performansi Pembagian Kerja antara Laki-Laki dan Perempuan pada Usahatani Kentang
Ana Arifatus S, dan Dyanasari 339
Pengolahan
Potensi Sumberdaya Pertanian Lokal dalam Pemenuhan Kebutuhan Bahan Pangan Sumber Karbohidrat di Provinsi Bengkulu
Putri Suci Asriani, dan Bonodikun 357
Perbandingan Analisis Nilai Tambah Kopi Arabika dengan Metode Proses Pengolahan Kering dan Basah (Studi Kasus pada Malabar Mountain Coffee PT. Sinar Mayang Lestari, Kabupaten Bandung)
Resty Tyagita Aprilia, dan Tuti Karyani 371
Analisis Penerapan Manajemen Mutu Susu Pasteurisasi (Studi Kasus Unit Susu Pasteurisasi Pondok Modern Darul Ma’rifat Gontor 3 Desa Sumbercangkring Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri)
Akhadiyah Afrila, dan Asnah 385
Studi Komparasi Nilai Tambah Produk Olahan Kentang Granola di Wilayah Pangalengan (Jawa Barat) dengan Banjarnegara (Jawa Tengah)
Vela Rostwentivaivi Sinaga, dan Doni Sahat Tua Manalu 397
Pengembangan Agroindustri Teh Rakyat dengan Pendekatan Soft System Methodology (Studi Kasus di Kabupaten Bandung)
Sulistyodewi NW 409
Karakteristik Pengusahaan Usaha Penggilingan Padi di Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat
Tursina Andita Putri 421
Pemasaran
Pengaruh Konsep Produk, Budaya Konsumsi, Keluarga terhadap Perilaku Konsumen Mengkonsumsi Produk Kebab (Studi Kasus: Kebab Turki XXX)
Adhi Tejo Dwicahyo, Nunuk Adiarni, dan Mudatsir Najamuddin 441
The Demand and Competition Among Supply Source in Indonesia Meat Import Market
Resti Prastika Destiarni, Ahmad Syariful Jamil, dan Netti Tinaprilla 455
Kinerja Rantai Pasok Komoditas Bawang Daun (Allium fistulosum L.) di Koperasi untuk Memenuhi Permintaan Pasar Terstruktur (Studi Kasus di Koperasi Pondok Pesantren Al-Ittifaq, Desa Alam Endah, Kecamatan Rancabali, Ciwidey,
Kabupaten Bandung, Jawa Barat)
Nurul Risti Mutiarasari, Eddy Renaldi, dan Ery Supriyadi Rustidja 469
Analisis Determinan Permintaan Kopi Arabika di Provinsi Sumatera Utara
Prosiding Seminar Nasional
x Kristalisasi Paradigma Agribisnis dalam Pembangunan Ekonomi dan Pendidikan Tinggi
Analisis Permintaan dan Penawaran Tembakau Besuki Na Oogst di Kabupaten Jember Jawa Timur
Novi Haryati, Soetriono, dan Anik Suwandari 503
Analisis Permintaan Impor Garam Indonesia dengan Pendekatan Almost Ideal Demand System
Ahmad Syariful Jamil, Netti Tinaprilla, dan Suharno 517
Analisis Tataniaga Pisang sebagai Daya Ungkit Revitalisasi Pengembangan Produksi Hortikultura di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah
Endang Siti Rahayu, dan Joko Sutrisno 531
Sistem Pemasaran Karet dengan Pendekatan Food Supply Chain Network (FSCN) di Kabupaten Tebo, Jambi
Rikky Herdiyansyah, Rita Nurmalina, dan Ratna Winandi A 545
Penunjang
Potensi Pengembangan Agrowisata dan Konservasi Ex-Situ Tumbuhan Kantong Semar (Nepenthes sp.) di Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau
Ryan Budi Setiawan, dan Eksa Rusdiyana 565
Analisis Perbedaan Pendapatan Petani Budidaya Ikan Patin Penerima dan Non Penerima Program Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi “PUKK”
PT Perkebunan Nusantara V
Rika Amelia Jas, Amzul Rifin, dan Netti Tinaprilla 575
Efektivitas Perilaku Komunikasi di Dalam Sekolah Lapang – Pengelolaan Tanaman Terpadu di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor
Ali Alamsyah Kusumadinata 585
Karakteristik Perempuan Wirausaha di Lingkar Kampus Institut Pertanian Bogor, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor
Iqbal Reza Fazlurrahman, Anna Fariyanti, dan Suharno 603
Biaya Transaksi pada Pembiayaan Usahatani Kedelai di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur
Hardiyanti Sultan, Dwi Rachmina, dan Anna Fariyanti 615
Proses Penumbuhan dan Efektivitas Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) (Kasus di LKMA Sejahtera, Kabupaten Lamongan)
Ratih Apri Utami, Lukman M. Baga, dan Suharno 631
Faktor atas Pengambilan Keputusan Mahasiswa dalam Memilih Program Studi Agribisnis
Dampak Konsentrasi Industri …
279
DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP
PERFORMANS DI INDUSTRI BROILER INDONESIA
Anna Fitriani1), Heny K. Daryanto2), Rita Nurmalina2), dan Sri Hery Susilowati3)
1)Mahasiswa Program Doktor Ilmu Ekonomi Pertanian, FEM, Institut Pertanian Bogor
2)Staf Pengajar Departemen Agribisnis, FEM, Institut Pertanian Bogor 3)Peneliti Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor
E-mail: 1)annafitri92@yahoo.com
ABSTRACT
One of the concentrated sectors in the agricultural industry is broiler industry. High concentration in the industry can have an impact on the high market powers so that social welfare will be reduced, or high concentration can increase cost efficiency, which will increase social welfare. This study aims to analyze the impact of industry concentration on the industry performance, including efficiency, productivity, profit rate and market power in the industry, using analysis of Structure, Conduct and Performance (SCP). Panel data in company and industry levels obtained from the Central Bureau of Statistics (2009-2011) were analyzed using an econometric approach and estimated by using Two Stages Least Square ( 2SLS ). The results showed that there is a simultaneous relationship in the SCP of Indonesianbroiler industry, where the concentration has a negative impact on productivity, but a positive impact on the profit rates and market power. The results also indicate that there is an increase in concentration and inefficiency during the study period .
Keyword(s): industry concentration , market power , Structure Conduct Performance
ABSTRAK
Salah satu sektor di industri pertanian yang terkonsentrasi adalah industri broiler. Konsentrasi tinggi di industri dapat berdampak pada tingginya kekuatan pasar sehingga kesejahteraan sosial menurun, atau konsentrasi tinggi dapat meningkatkan efisiensi biaya yang dapat meningkatkan kesejahteraan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak konsentrasi industri terhadap performans industri dan menghitung tingkat responsivitas jangka pendek terhadap perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi Struktur, Perilaku dan Kinerja (SCP) industri broiler. Data panel di tingkat perusahaan dan industri diperoleh dari Badan Pusat Statistik
(2009-2011) dianalisis menggunakan pendekatan ekonometrika dan diestimasi menggunakan Two
Stages Least Square (2SLS). Hasil menunjukkan bahwa ada hubungan simultan di SCP industri
broiler Indonesia, dimana konsentrasi berdampak negatif terhadap produktivitas, namun berdampak positif pada tingkat keuntungan dan kekuatan pasar. Hasil juga mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan konsentrasi dan inefisiensi selama periode penelitian ini.
Kata Kunci: konsentrasi industri, kekuatan pasar, Struktur-Perilaku-Kinerja
PENDAHULUAN Latar Belakang
Pertumbuhan yang pesat dalam bis-nis peternakan sejauh ini lebih banyak dinikmati oleh perusahaan-perusahaan
Anna Fitriani, Heny K. Daryanto, Rita Nurmalina, dan Sri Hery Susilowati
280
di seluruh rantai nilai, dari hulu sampai hilir. Hal ini telah meninggalkan pasar-pasar tradisional dimana para petani atau peternak skala kecil menjual ke pasar dan pedagang lokal (Daryanto, 2009).
Secara umum, industri perunggasan, khususnya industri broiler, sering diang-gap sebagai panutan bagi industrialisasi pertanian. Industri ini telah mendominasi area persaingan di dalam pasar daging selama 30 tahun terakhir, memperluas pangsa pasar secara dramatis karena meningkatnya efisiensi, mempertahankan harga yang lebih rendah dibandingkan pesaingnya dan meningkatkan penawaran produk serta variasinya (Tsolouhas dan Vukina, 2001). Industri broiler di Indonesia sepenuhnya terintegrasi secara vertikal, mulai dari pembibitan dan penetasan, mesin pembuatan pakan, divisi transportasi dan pabrik pengolahan. Tahap finishing produksi diatur hampir seluruhnya melalui kontrak dengan peternak. Sebagian besar nilai tambah dalam pengolahan adalah alasan utama mengapa prosesor menjadi koordinator dari industri.
Menurut Yusdja et al. (2004),
kegiatan pada usaha broiler ini patut diduga telah terjadi praktek monopoli dalam bentuk kartel, atau paling tidak peternak rakyat menghadapi masalah ganda yaitu struktur pasar yang oligo-polistik pada pasar input dan struktur yang oligopsonistik pada pasar output. Disamping itu isu adanya integrasi vertikal yang disertai integrasi horisontal telah menyebabkan peternak rakyat berada pada posisi rebut tawar yang lemah.
Perhatian utama sehubungan dengan konsentrasi adalah, hal ini bisa mengu-rangi tingkat persaingan di pasar hasil pertanian dan produk pangan dan menghasilkan kekuatan pasar (sebagai contoh, kemampuan perusahaan mem-pengaruhi harga-harga), menempatkan pada posisi yang kurang menguntungkan pada beberapa segmen penduduk, misal-nya produsen atau konsumen. Namun, konsentrasi bisa juga menghasilkan efi-siensi, dimana terjadi penghematan biaya yang diteruskan kepada konsumen melalui harga eceran yang rendah, yang pada gilirannya dapat menghasilkan permintaan tambahan untuk komoditas dan menguntungkan petani (Shields, 2010). Menurut Lopez dan Lirón-España (2005), konsentrasi dapat menyebabkan efisiensi biaya atau inefisiensi biaya atau biaya netral. Ada atau tiadanya efek efisiensi yang mampu mengimbangi atau memperkuat efek kekuatan pasar sangat penting untuk kinerja sistem pangan.
Dampak Konsentrasi Industri …
281
Tujuan Penelitian
1. Menganalisis dampak konsentrasi
industri terhadap performans industri yaituefisiensi, profitabilitas, produk-tivitas tenaga kerja dan kekuatan pasar
2. Menghitung tingkat responsivitas
jangka pendek terhadap perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi SCP industri broiler
KERANGKA PEMIKIRAN
Structure-Conduct-Performance (SCP)
Perkembangan Teori Organisasi per-tama kali dilakukan oleh Bain dan Mason
(1959), yang terkenal dengan "Harvard
Tradition"nya telah mengembangkan paradigma yang terkenal dengan (Structure-Conduct- Performance-SCP).
Selanjutnya pendekatan model SCP
New-Harvard Tradition, dimana
masing-masing komponen saling berinteraktif, misalnya kinerja pasar tergantung pada perilaku pasar, perilaku tergantung pada struktur pasar yaitu faktor yang me-nentukan persaingan, selanjutnya struktur pasar tergantung pada kondisi dasar yaitu permintaan dan produksi. Sebaliknya kondisi dasar mempengaruhi struktur pasar, struktur mempengaruhi perilaku dan perilaku mempengaruhi kinerja, ketiga komponen ini dan kondisi dasar dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah (Carlton dan Perloff, 2000).
Konsentrasi merupakan jumlah dan ukuran distribusi perusahaan. Kecil dan besarnya perusahaan mempengaruhi pe-ningkatan konsentrasi penjual. Terdapat dua alasan pembenaran yang sering digunakan dalam menjelaskan hubungan positif antara konsentrasi penjual dan kekuatan pasar (Church dan Ware, 2000),
yaitu: 1) Meningkatnya derajat konsen-trasi akan meningkatkan kemampuan penjual untuk mengatasi persaingan dan mengkoordinasikan perilaku harga; 2) Teori oligopoli pun mengatakan adanya hubungan positif antara kekuatan pasar dan konsentrasi penjual. Tingkat konsen-trasi dapat dihitung dengan berbagai cara, dua diantaranya adalah dengan rasio
konsentrasi atau concentration ratio (CR)
dan Herfindhal-Hirschman Index (HHI).
Hubungan antara Tingkat Konsentrasi dengan Efisiensi
Konsentrasi industri dapat memiliki efek positif terhadap efisiensi yaitu industri ditandai dengan skala ekonomi, dimana biaya rata-rata produksi turun sejalan dengan peningkatan kuantitas. Namun ketika konsolidasi industri mengurangi jumlah penjual sejauh yang tersisa dari pasar yang terkonsentrasi, penjual yang tersisa ini dapat mengambil keuntungan dari kekuatan pasar. Penjual dapat menggunakan kekuatan pasar ini untuk membatasi perdagangan pada beberapa pertukaran yang saling meng-untungkan, mendistorsi harga yang menguntungkan mereka.
Hubungan antara Konsentrasi dengan Tingkat Keuntungan
Encau dan Jacquemin (1980),
mene-mukan hubungan antara price-cost
margin (PCM) dengan perhitungan
Anna Fitriani, Heny K. Daryanto, Rita Nurmalina, dan Sri Hery Susilowati
282
berhubungan negatif dengan elastisitas permintaan. Studi lainnya yang dilakukan oleh Waterson (1984) menunjukkan hubungan antara PCM dengan tingkat konsentrasi. Waterson menunjukkan bah-wa adanya hubungan yang positif antara tingkat konsentrasi dengan PCM. Semakin tinggi tingkat konsentrasi maka akan semakin tinggi kekuatan pasar yang akhirnya akan membuat semakin tinggi-nya tingkat keuntungan suatu perusahaan.
Hubungan antara Tingkat
Konsentrasi dengan Produktivitas
Hubungan konsentrasi dan produk-tivitas adalah positif dan menunjukkan signifikan dari meningkatnya konsen-trasi. Perusahaan besar di pasar yang terkonsentrasi adalah sumber jangka panjang dari ekspansi output. Yaitu, keuntungan tambahan dari menaikkan harga di atas biaya marjinal sebagai sumber daya untuk inovasi sehingga
produktivitas meningkat (Gopinath et al,
2002).
Sedangkan menurut Jayantha-kumaran (2002), konsentrasi industri diduga memiliki hubungan negatif dengan produktivitas. Hal ini dikarenakan apabila semakin rendah rasio konsentrasi suatu industri maka semakin besar persaingan yang terjadi pada industri tersebut. Dengan meningkatnya per-saingan maka perusahaan akan cenderung terdorong untuk bertindak efisiensi dengan berupaya menurunkan biaya produksi dan meningkatkan teknologi. Perluasan output akan menciptakan skala ekonomis, dimana skala ekonomis merupakan salah satu keuntungan utama dalam suatu usaha. Hal ini dikarenakan
skala ekonomis akan menciptakan kesempatan yang lebih baik untuk berspesialisasi, berproduksi dengan skala besar dan meningkatkan efisiensi. Oleh karena itu, pertumbuhan output akan berdampak positif pada produktivitas tenaga kerja.
Hubungan antara Tingkat Konsentrasi dan Kekuatan Pasar
Semakin besar penguasaan pasar (market share), semakin kecil tekanan bersaing perusahaan tersebut. Ini berarti
bahwa kekuatan pasar (market power)
yang dimiliki perusahaan untuk me-nentukan harga dan output semakin besar. Dengan meningkatnya kemampuan per-usahaan untuk menentukan harga dan output akan berdampak pada mening-katnya tingkat keuntungan yang diterima perusahaan. Oleh karena itu rasio konsentrasi akan berhubungan positif
dengan price-cost margin (Teguh, 2010).
METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data
Dampak Konsentrasi Industri …
283
umum, data yang digunakan pada penelitian ini dapat mewakili dengan cukup baik industri broiler Indonesia. Data mencakup informasi jumlah pekerja, upah dan pendapatan, bahan baku yang digunakan, struktur biaya input dan output serta konsumsi energi.
Spesifikasi Model
Model ekonometrika dalam peneliti-an ini dikembpeneliti-angkpeneliti-an untuk membpeneliti-angun model persaingan oligopolistik di industri broiler dan dengan memadukan kenya-taan yang ada yang menggambarkan bah-wa ada keterkaitan diantara komponen-komponen dalam model persaingan oligopolistik, seperti ditunjukkan oleh peubah endogenous pada suatu
kom-ponen relevan sebagai peubah
expla-natory pada komponen lainnya, sehingga model keterkaitan ini merupakan sebuah sistem persamaan simultan. Model yang dibangun terdiri dari 10 persamaan struktural yaitu Produksi Daging Broiler Domestik, Konsumsi Daging Broiler Domestik, Jumlah Perusahaan Broiler, Konsentrasi Industri, Integrasi Vertikal, Pangsa Biaya Pakan, Biaya per Unit, Produktivitas Tenaga Kerja, Tingkat Keuntungan dan Kekuatan Pasar. Hipotesis dibangun berdasarkan teori yang relevan dan hasil penelitian
sebelumnya. Berdasarkan kriteria order
condition maka setiap persamaan
struktural yang ada dalam model adalah
over identified, dengan demikian estimasi parameter dapat menggunakan metode
Two Stages Least Square (2SLS)
(Koutsoyiannis, 1977).
Elastisitas
Konsep elastisitas digunakan untuk mendapatkan ukuran kuantitatif respon suatu fungsi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dikarenakan model persamaan dalam penelitian ini bukan model yang dinamis (tidak melibatkan
peubah tenggang waktu/lagged variable
sebagai peubah penjelas/explanatory
variable), elastisitas yang dapat diukur hanya elastisitas jangka pendek, sehingga hanya mampu menginformasikan respon dalam jangka pendek.
Elastisitas jangka pendek
(E-SR)
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Gujarati, 1995) :
E-SR= δYt/ δXt* Xt/Yt
dimana :
X = rata-rata peubah eksogen Y = rata-rata peubah endogen
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengolahan data analisis struktur, perilaku dan kinerja industri broiler selengkapnya seperti dibawah ini.
Kondisi Dasar Industri Broiler di Indonesia
Anna Fitriani, Heny K. Daryanto, Rita Nurmalina, dan Sri Hery Susilowati
284
harga input pakan naik misalnya, perusahaan tetap melanjutkan produksi mengingat produk ayam broiler
merupakan komoditi hidup (live bird)
yang harus terus dilanjutkan proses produksinya. Kandang yang sudah terisi DOC sesuai kapasitas produksinya tetap membutuhkan asupan makanan (pakan) yang didalam proses produksi ayam broiler, pakan merupakan komponen pengeluaran terbesar yaitu berkisar antara 70-80 persen.
Produksi daging ayam domestik dalam jangka pendek sangat respon terhadap perubahan peubah-peubah penjelasnya terutama harga input dan outputnya. Artinya, kebijakan perbaikan harga output maupun harga input produksi ayam broiler domestik sangat efektif dalam mendorong produksi daging ayam broiler domestik.
Konsumsi daging ayam broiler akan mengalami peningkatan yang signifikan
apabila terjadi peningkatan harga daging ikan dan tingkat pendapatan domestik. Sebaliknya semakin tinggi harga daging ayam broiler dan harga telur akan menurunkan secara signifikan konsumsi daging ayam broiler. Harga daging sapi yang meningkat juga akan meningkatkan konsumsi ayam broiler, meskipun tidak signifikan. Hal ini menunjukkan hubung-an substitusi hubung-antara daging sapi dhubung-an daging ikan dengan daging ayam, dan hubungan yang komplementer antara telur dan daging ayam. Sementara trend menunjukkan konsumsi daging ayam broiler meningkat signifikan selama periode 2009-2011 di kawasan ini. Hal ini terbukti bahwa konsumsi daging ayam broiler cepat pulih setelah berlalunya krisis di tahun 2008 dan dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya protein hewani demi menunjang kualitas sumber daya manusia.
Tabel 1. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kondisi Dasar
No Variabel Lambang Koefisien Pr > | t | Elastisitas
Produksi Daging Ayam Broiler Domestik (PDAB)
1. Konstanta Intercept -330317 0.0620 -
2. Harga eceran broiler HDABR 8.509662 0.0833 1.3584
3. Jumlah perusahaan broiler JPAB 7355.853 <.0001 0.7909
4. Harga input pakan HPKNR 28.88879 0.1414 1.2143
5. Produksi broiler perusahaan PRODF 0.274686 0.0001 0.6276
6. Trend YEAR 8665.535 0.2872 -
R2 0.9650 DW 0.8380
Konsumsi Daging Ayam Broiler Domestik (DEMB)
1. Konstanta Intercept -191177 0.0189 -
2. Harga eceran broiler HDABR -2.83943 0.1002 -0.3447
3. Harga eceran d.sapi HDSPR 2.706981 0.1674 0.9105
4. Harga eceran ikan HDIKR 20.7128 <.0001 2.4249
5. Harga eceran telur ayam HTARR -22.2648 0.0013 -1.6883
6. P. Domestik Reg. Bruto PDRB 0.667227 <.0001 0.7806
7. Trend YEAR 22782.38 0.0006 -
Dampak Konsentrasi Industri …
285
Sejalan dengan temuan Priyanti et
al. (1998) dan Ilham et al (2002) bahwa
daging sapi dan ikan merupakan barang substitusi bagi daging ayam, sementara telur merupakan barang komplementer.
Tingkat pendapatan berhubungan positif dengan konsumsi broiler dan signifikan. Dengan meningkatnya pen-dapatan maka terjadi trend diversifikasi konsumsi pangan menuju produksi
komoditas bernilai tinggi (high-value
production), pola pengeluaran makanan bergeser dari biji-bijian dan makanan pokok ke sayur-mayur, buah, daging (sapi dan unggas), susu, telur dan ikan.
Permintaan makanan yang ready-to-cook
dan ready-to-eat yang terbuat dari daging ayam dan telur juga semakin meningkat, terutama di daerah perkotaan (Daryanto, 2014). Hal ini didukung hasil perhitungan elastisitas permintaan terhadap harga pada penelitian ini didapatkan angka
-0.3447 yang artinya permintaan daging ayam broiler kurang respon (inelastis) terhadap perubahan harga. Hal ini menunjukkan kalau daging ayam broiler sudah menjadi kebutuhan pokok masya-rakat perkotaan saat ini.
Selanjutnya, permintaan daging ayam baik dalam jangka pendek sangat respon terhadap perubahan harga ikan dan telur, namun kurang respon terhadap perubahan harga daging sapi dan PDRB. Hal ini mengingat sudah semakin ting-ginya kesadaran masyarakat akan pen-tingnya mengkonsumsi protein hewani dalam rangka mencerdaskan bangsa.
Struktur industri broiler di Indonesia
Komponen struktur industri broiler adalah jumlah perusahaan di industri dan konsentrasi industri, seperti yang terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Industri Broiler
No Variabel Lambang Koefisien Pr > | t | Elastisitas
Jumlah Perusahaan Ayam Broiler (JPAB)
1. Konstanta Intercept -27.7055 0.0059 -
2. Rasio harga broiler/pakan RHDAB 3.540493 0.0351 1.7012
3. Konsumsi broiler domestik DEMB 0.000124 <.0001 1.4863
4. Tingkat keuntungan PROF 0.020373 0.1117 0.3968
5. Penambahan investasi DINV -0.42565 0.2254 -0.1241
R2 0.6929 DW 1.0176
Konsentrasi industri (RCON)
1. Konstanta Intercept 46.04805 <.0001 -
2. Produksi broiler domestik PDAB 0.000031 0.1711 0.0513
3. Konsumsi broiler domestik DEMB -0.0001 0.0031 -0.2134
4. Integrasi vertikal INTG 1.959208 0.0057 0.2889
5. Hambatan masuk MESH 0.716522 0.1414 0.1922
6. Produktivitas tenker PDTK -0.0143 0.0894 -0.0519
Anna Fitriani, Heny K. Daryanto, Rita Nurmalina, dan Sri Hery Susilowati
286
Meningkatnya rasio harga daging ayam broiler terhadap harga pakan akan meningkatkan secara signifikan jumlah perusahaan di industri. Hal ini meng-indikasikan adanya kemudahan dalam
”entry and exit” suatu perusahaan dalam industri broiler dimana adanya tingkat keuntungan yang normal dikarenakan naiknya harga dan permintaan yang meningkat akan menarik investasi baru dalam industri. Namun peubah penam-bahan investasi tidak memberikan dam-pak yang signifikan, meskipun tandanya sesuai harapan. Investasi di usaha ayam ras pedaging (broiler) masih lebih kecil jika dibandingkan dengan usaha ayam ras petelur. Selain itu umur pemeliharaan yang singkat (36 – 45 hari) pada ayam pedaging menyebabkan modal cepat kembali.
Jika dilihat dari nilai elastisitas, dalam jangka pendek, peubah-peubah endogen yang merupakan komponen struktur, cukup respon terhadap per-ubahan peubah-peubah penjelasnya. Hal ini terlihat pada peubah jumlah per-usahaan di industri yang sangat responsif terhadap perubahan peubah harga output dan permintaan daging broiler. Hal ini mengingat bahwa usaha broiler merupa-kan usaha yang memiliki prospek sangat baik kedepannya, merupakan usaha yang cukup mudah dan bisa diusahakan oleh siapa saja dengan tingkat pengembalian modal yang cukup cepat jika dibanding-kan dengan usaha unggas lainnya.
Sementara itu, hasil pendugaan pada persamaan konsentrasi industri menun-jukkan bahwa semua peubah penjelas memberikan arah dan besaran nilai parameter dugaan sesuai harapan dan
mampu menerangkan secara baik (84.49 persen) keragaman nilai peubah endo-gennya. Konsentrasi industri memiliki hubungan positif dengan peubah integrasi vertikal dan hambatan masuk. Artinya semakin meningkat integrasi vertikal di perusahaan maka konsentrasi industri semakin meningkat pula. Hal ini ber-hubungan dengan makin tingginya efi-siensi usaha terkait dengan adanya integrasi ini sehingga perusahaan besar yang berintegrasi dapat dengan mudah meningkatkan pangsa pasarnya akibat menurunnya tingkat persaingan sehingga tingkat konsentrasi akan meningkat.
Selanjutnya, konsentrasi industri berhubungan negatif dengan tingkat konsumsi broiler dan produktivitas tenaga kerja. Meningkatnya permintaan daging ayam broiler akan direspon oleh usaha broiler baik itu usaha rakyat utamanya lagi perusahaan besar. Semakin sedikit jumlah perusahaan dan/atau lebih yang berbeda ukuran mereka, maka lebih terkonsentrasi (dan kurang bersaing) pasar tersebut. Semakin banyak jumlah perusahaan dalam industri maka penye-baran produksi akan semakin luas sehing-ga dapat menurunkan rasio konsentrasi. Peningkatan jumlah perusahaan dalam industri disebabkan oleh meningkatnya permintaan sehingga peningkatan per-mintaan akan signifikan menurunkan rasio konsentrasi.
Dampak Konsentrasi Industri …
287
berinovasi karena akan lebih baik dalam menangkap proses hasil (Schumpeter, 1947 dalam Baldwin dan Scott, 1987). Dari sudut pandang ini, konsentrasi dapat berkontribusi lebih besar pada inovasi, produktivitas dan tingkat pertumbuhan yang cepat. Di sisi lain, konsentrasi industri bisa juga (meski tidak harus) menghasilkan penyalahgunaan kekuatan pasar, melemahkan motivasi untuk inovasi (karena kurangnya kompetisi dari saingan), mencegah pendatang baru dan melanggengkan keuntungan monopoli (Baumol, 1982; Scherer, 1999). Selanjut-nya, perusahaan yang lebih besar belum tentu lebih inovatif dari pada yang lebih kecil dan kurangnya kompetisi juga bisa mencegah inovasi dan ekspansi setelah skala tertentu tercapai. Kondisi ini dikombinasikan dengan hambatan masuk untuk perusahaan baru pada akhirnya bisa mengurangi kesejahteraan bersih meski-pun manfaat awalnya ada di skala industri.
Perilaku industri broiler di Indonesia
Komponen perilaku industri broiler adalah integrasi vertikal danpangsa biaya pakan seperti yang terlihat pada Tabel 3. Integrasi vertikal didefinisikan sebagai orang atau bisnis yang memiliki dua tahap yang berdekatan dalam sistem produksi dan pemasaran. Sebagai contoh, seorang prosesor yang memiliki tanaman dan lahan akan terintegrasi secara vertikal. Demikian pula, koperasi produsen memiliki dan mengoperasikan
pabrik pengolahan dikatakan terintegrasi
secara vertikal (Hayenga et al. 2000).
Strategi integrasi vertikal banyak dilaku-kan oleh perusahaan untuk memenangdilaku-kan persaingan. Di sisi lain integrasi vertikal juga dapat menghilangkan persaingan. Hasil pendugaan pada persamaan inte-grasi vertikal menunjukkan bahwa semua peubah penjelas memberikan arah dan besaran nilai parameter dugaan sesuai harapan dan mampu menerangkan secara baik (77.16 persen) keragaman nilai peubah endogennya. Pada persamaan integrasi vertikal ini, peubah konsentrasi industri dan produktivitas tenaga kerja menunjukkan hubungan positif yang signifikan sampai pada taraf 5 persen. Artinya, peningkatan konsentrasi industri dan produktivitas tenaga kerja akan meningkatkan integrasi vertikal. Hal ini mudah dilakukan oleh industri yang terkonsentasi tinggi untuk mengurangi tingkat persaingan di industri melalui integrasi vertikal. Strategi integrasi vertikal banyak dilakukan oleh per-usahaan untuk memenangkan persaingan
(Hayenga et al. 2000). Dengan integrasi
Anna Fitriani, Heny K. Daryanto, Rita Nurmalina, dan Sri Hery Susilowati
288
Tabel 3. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Industri Broiler
No Variabel Lambang Koefisien Pr > | t | Elastisitas
Integrasi Vertikal (INTG)
1. Konstanta Intercept -3.22855 0.3599 -
2. Jumlah perusahaan pakan JPIK -0.23841 0.4153 -0.0554
3. Produksi broiler domestik PDAB 4.026E-6 0.3870 0.0452
4. Produktivitas tenaga kerja PDTK 0.006182 0.0102 0.1522
5. Konsentrasi industri RCON 0.177627 0.0015 1.2045
R2 0.7716 DW 1.1089
Pangsa Biaya Penggunaan Pakan (SCPK)
1. Konstanta Intercept 50.37712 0.0031 -
2. Harga riil pakan HPKNR 0.008418 0.0174 0.4676
3. Integrasi vertikal INTG -0.93963 0.0147 -0.1106
4. Pangsa biaya lainnya SCOT -1.18332 0.0311 -0.0550
5. Konsumsi broiler domestik DEMB 0.00003 0.1846 0.0511
6. Jumlah perusahaan broiler JPAB 0.074885 0.6459 0.0106
R2 0.6550 DW 2.2484
Komponen berikutnya dari peri-laku adalah pangsa biaya pakan. Pada usaha budidaya ayam broiler, biaya pakan menempati porsi terbesar atau mencapai 70-80 persen dari total biaya produksi. Perilaku produksi seperti ini jelas akan berpengaruh terhadap alokasi sumber daya finansial terutama berkaitan dengan biaya produksi. Pangsa biaya pakan lebih dipengaruhi oleh harga pakan, pangsa biaya lainnya dan integrasi vertikal dibanding perubahan jumlah perusahaan dan permintaan ayam broiler. Pening-katan harga pakan akan meningkatkan secara signifikan pangsa biaya pakan dan sebaliknya jika pangsa biaya lainnya meningkat maka pangsa biaya pakan akan mengalami penurunan secara signifikan. Harga pakan yang meningkat akan me-ningkatkan pangsa biaya pakan, hal ini dikarenakan input pakan merupakan input utama dalam produksi ayam broiler. Sementara integrasi vertikal berhubungan
negatif dengan pangsa biaya pakan. Integrasi vertikal dapat mendorong biaya produksi menjadi rendah dikarenakan perusahaan broiler memiliki hubungan dengan perusahaan di sektor hulu yaitu pabrik pakan, sehingga pangsa biaya pakan menjadi lebih rendah.
Jika dilihat dari nilai elastisitas, dalam jangka pendek, peubah-peubah endogen yang merupakan komponen perilaku, kurang respon terhadap perubahan peubah-peubah penjelasnya. Hanya peubah integrasi vertikal yang sangat respon terhadap perubahan peubah biaya per unit. Hal ini tentunya apabila terjadi gejolak harga bahan baku pakan di pasaran, yang akan diuntungkan adalah perusahaan yang terintegrasi dari hulu ke hilir.
Kinerja industri broiler di Indonesia
Dampak Konsentrasi Industri …
289
adalah biaya per unit, produktivitas tenaga kerja, tingkat keuntungan dan kekuatan pasar (Tabel 4). Biaya per unit menunjukkan efisiensi dari segi biaya dan sangat signifikan dipengaruhi oleh integrasi vertikal. Integrasi vertikal dapat mengurangi marjin pemasaran sehingga biaya di luar produksi daging ayam broiler dapat ditekan. Williamson (1974)
dalam Bhuyan (2005), berpendapat
bahwa integrasi vertikal menciptakan efisiensi dengan mengurangi biaya transaksi terkait dengan pertukaran (market exchange). Ditambahkan oleh
Klein et al. (1978), perusahaan
ter-integrasi akan mampu mengurangi inefi-siensi alokatif dengan melakukan diver-sifikasi resiko, memastikan penawaran atau pasar, menangkap peluang atau skala ekonomis, menginternalkan eksternalitas di produksi, penentuan harga dan keputusan pasar.
Selanjutnya peubah yang signifikan mempengaruhi biaya per unit pada taraf 15 persen adalah produksi broiler perusahaan. Produksi broiler perusahaan berhubungan positif dengan biaya per unit, yang artinya produksi perusahaan meningkat maka biaya per unit ikut meningkat. Struktur industri broiler yang
dicirikan dengan mudahnya entry and exit
sehubungan dengan tingkat permintaan yang tinggi dan tingkat keuntungan normal akan menarik minat investor untuk masuk industri menyebabkan meningkatnya jumlah perusahaan, yang selanjutnya meningkatkan permintaan input, harga-harga input juga naik sehingga biaya produksi ikut naik. Hal ini
seperti yang disampaikan Gopinath et al.
(2002) bahwasanya suatu industri dengan kondisi keseimbangan simetris dengan bebas masuk dan keluar adalah bahwa tingkat rata-rata pertumbuhan dalam pengurangan biaya dalam industri ber-banding terbalik dengan jumlah per-usahaan. Jumlah produksi perusahaan terkait dengan jumlah perusahaan. Sementara tingkat rata-rata pertumbuhan dalam pengurangan biaya berhubungan secara langsung dengan aktivitas inovasi (penciptaan) dan pengetahuan. Inovasi dapat diwakilkan oleh peubah produk-tivitas tenaga kerja dalam jangka pendek, sehingga secara langsung produktivitas tenaga kerja akan mempengaruhi biaya per unit.
Produktivitas digunakan untuk mengukur efisiensi pada penggunaan input. Produktivitas tenaga kerja tersebut pada dasarnya menandakan perubahan pada teknologi, efisiensi teknis dan alokatif, serta utilisasi kapasitas produksi. Perhitungan produktivitas tenaga kerja pada penelitian ini dilakukan dengan berdasarkan pada perhitungan yang dilakukan Jayanthakumaran (1999) yaitu membagi nilai tambah pada harga konstan dengan jumlah tenaga kerja pada sektor industri. Produktivitas tenaga kerja dapat mewakili tingkat inovasi, baik jenis produk maupun prosesnya.
Anna Fitriani, Heny K. Daryanto, Rita Nurmalina, dan Sri Hery Susilowati
290
Tabel 4. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Industri Broiler
No Variabel Lambang Koefisien Pr > | t | Elastisitas
Biaya per Unit (COSU)
1. Konstanta Intercept 0.683887 0.0001 -
2. Jumlah perusahaan pesaing JPES -0.00106 0.5233 -0.0196
3. Prod. Broiler perusahaan PRODF 3.123E-7 0.1261 0.1346
4. Integrasi vertikal INTG -0.0256 0.0061 -0.4302
5. Produktivitas tenker PDTK -0.00009 0.3485 -0.0372
6. Konsentrasi industri RCON 0.001048 0.6672 0.1194
R2 0.8485 DW 1.9982
Produktivitas Tenaga Kerja (PDTK)
1. Konstanta Intercept -1740.2 0.0582 -
2. Upah riil WAGR 0.002445 0.0984 7.9585
3. Rasio harga broiler/pakan RHDAB 64.66432 0.1098 1.5239
4. Konsentrasi industri RCON -1.39919 0.7757 -0.3855
5. Integrasi vertikal INTG 46.50949 0.0136 1.8896
6. Trend YEAR -275.275 0.0683 -
R2 0.6244 DW 1.9173
Tingkat Keuntungan (PROF)
1. Konstanta Intercept -71.3947 0.7237 -
2. Pangsa biaya operasional SCOP -26.1857 0.0190 -0.9502
3. Jumlah perusahaan pesaing JPES -0.32166 0.9100 -0.0151
4. Konsentrasi industri RCON 1.655753 0.6672 0.4776
5. Produktivitas tenker PDTK 0.912869 0.0030 0.9557
6. Ketimpangan produksi GAP 83.70797 0.0585 0.8577
R2 0.7569 DW 2.9150
Kekuatan Pasar (MPWR)
1. Konstanta Intercept 0.900537 <.0001 -
2. Harga riil broiler HDABR 8.844E-6 0.0136 0.3040
3. Konsentrasi industri RCON 0.000379 0.5105 0.0493
4. Produktivitas tenker PDTK -0.00008 0.0253 -0.0378
5. Biaya per unit COSU -1.02181 <.0001 -1.1700
6. Jumlah perusahaan pesaing JPES -0.00008 0.8443 -0.0017
R2 0.9767 DW 2.4484
Upah yang meningkat, harga output yang meningkat dan integrasi vertikal yang meningkat, akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja secara signifi-kan sampai pada taraf 15 persen. Integrasi vertikal menciptakan efisiensi yang selanjutnya akan meningkatkan keun-tungan usaha. Keunkeun-tungan usaha dapat
menjadi sumber pertumbuhan untuk ber-inovasi.
Dampak Konsentrasi Industri …
291
hubungan negatif dengan produktivitas. Hal ini dikarenakan apabila semakin rendah rasio konsentrasi suatu industri maka semakin besar persaingan yang terjadi pada industri tersebut. Dengan meningkatnya persaingan maka per-usahaan akan cenderung terdorong untuk bertindak efisiensi dengan berupaya menurunkan biaya produksi dan mening-katkan teknologi.
Kemudian jika dilihat dari nilai elastisitas, dalam jangka pendek, produk-tivitas tenaga kerja sangat respon ter-hadap perubahan peubah upah, harga eceran broiler dan integrasi vertikal. Sementara itu sejalan dengan tingkat harga broiler, tingkat produktivitas tenaga kerja makin menurun selama rentang waktu penelitian ini.
Profitabilitas menunjukkan tingkat keuntungan per unit dan merupakan persentase selisih harga dan biaya per unit produksi terhadap biaya. Tingkat ke-untungan akan meningkat signifikan jika produktivitas tenaga kerja semakin besar. Sementara itu, peningkatan pangsa biaya operasional usaha, akan menurunkan tingkat keuntungan. Artinya perusahaan yang dapat menekan biaya operasional sekecil mungkin akan memperoleh ke-untungan yang lebih besar dikarenakan selisih antara harga broiler dan biaya menjadi lebih besar sehingga tingkat keuntungan makin besar (Riordan dan Salop, 1995). Angka keuntungan yang tinggi dapat mencerminkan tingginya efisiensi perusahaan. Dapat juga disebab-kan oleh adanya daya inovasi produk yang lebih baik. Efisiensi dan inovasi bersama-sama dengan kekuatan pasar adalah kombinasi yang solid bagi
per-usahaan untuk mendapatkan tingkat ke-untungan yang tinggi (Jaya, 2004).
Ternyata pada penelitian ini, kon-sentrasi berhubungan positif dengan pro-fitabilitas namun tidak signifikan. Ber-dasarkan hasil penelitian Resende (2005) dan Sheperd (1997) terdapat hubungan positif antara konsentrasi dan profita-bilitas. Semakin besar penguasaan pasar (market share), semakin kecil tekanan bersaing perusahaan tersebut. Ini berarti bahwa kekuatan pasar yang dimiliki per-usahaan untuk menentukan harga dan output semakin bertambah. Dengan bertambahnya kemampuan perusahaan untuk menentukan harga dan output akan berdampak pada meningkatnya tingkat keuntungan yang diterima perusahaan.
Kinerja selanjutnya dari perusahaan dalam industri broiler dapat dilihat dari
kekuatan pasar (market power) dengan
menghitung Lerner Index. Kekuatan
Anna Fitriani, Heny K. Daryanto, Rita Nurmalina, dan Sri Hery Susilowati
292
Hasil pendugaan pada persamaan kekuatan pasar menunjukkan terdapat hubungan positif antara kekuatan pasar dan harga eceran broiler. Kondisi ini menyiratkan terdapat kekuatan monopoli pada pasar ayam broiler dimana per-usahaan memiliki kekuatan dalam mene-tapkan harga diatas harga pasar
per-saingan (price setter). Pada kondisi pasar
seperti ini akan sangat menguntungkan perusahaan (produsen) namun merugikan konsumen (Carlton dan Perloff, 2000).
Kekuatan pasar suatu industri akan meningkat signifikan dengan menurun-nya biaya per unit output. Ini artimenurun-nya perusahaan yang mampu meminimalisasi biaya produksi akan mampu mengalah-kan pesaing-pesaingnya dan meningkat-kan penguasaan pasar. Perusahaan yang mampu berproduksi dengan biaya lebih rendah akan memiliki daya saing lebih tinggi sehingga kemampuan penguasaan pasar akan lebih besar (Sheperd, 1997). Berdasarkan hasil penelitian Lopez dan Lirón-España (2005) didapatkan bahwa peningkatan konsentrasi industri me-nyebabkan efisiensi biaya sebagai dam-pak economies of size dalam industri pengolahan makanan di Amerika Serikat. Namun pada saat yang sama, mereka juga mengarah pada peningkatan kekuatan pasar, sehingga secara tidak langsung kekuatan pasar yang meningkat akan meningkatkan efisiensi biaya.
Produktivitas tenaga kerja ber-hubungan negatif dengan kekuatan pasar, yang artinya bahwa peningkatan pro-duktivitas dapat menurunkan kekuatan pasar. Produktivitas tenaga kerja tersebut pada dasarnya menandakan perubahan pada teknologi, efisiensi teknis dan
alokatif, serta utilisasi kapasitas produksi. Produktivitas yang tinggi akan mening-katkan persaingan sehingga kekuatan pasar akan menurun. Hal ini dibuktikan
oleh Gopinath et al. (2002) dalam
penelitiannya yang mengidentifikasi tingkat kritis konsentrasi atau kekuatan pasar dan hubungannya dengan per-tumbuhan produktivitas menjadi negatif.
Teori "Creative Destruction" oleh
Schumpeter yang menunjukkan bahwa pasar yang kompetitif adalah sangat cocok untuk alokasi sumber daya statis, tetapi perusahaan besar di pasar yang terkonsentrasi adalah sumber ekspansi jangka panjang dari output. Artinya, keuntungan tambahan dari meningkatnya harga atas biaya marjinal menyediakan sumber daya untuk inovasi teknologi.
Inovasi ini dapat menjadi trade-off bagi
kekuatan pasar. Gopinath et al.
melakukan analisis estimasi simultan untuk pertumbuhan produktivitas dan konsentrasi. Mereka menemukan bahwa hubungan konsentrasi-produktivitas in-dustri memiliki bentuk U-terbalik. Ter-dapat titik kritis di mana hubungan antara pertumbuhan produktivitas dan konsen-trasi atau kekuatan pasar ternyata negatif, pada saat konsentrasi meningkat menjadi 62.3, meningkat 24 persen dari level awal.
Selanjutnya sehubungan dengan dampak konsentrasi pasar di industri pangan terhadap kekuatan pasar mem-perlihatkan bahwa kekuatan pasar akan meningkat jika industri semakin ter-konsentrasi, meskipun tidak signifikan.
Temuan ini mendukung a priori dari
Dampak Konsentrasi Industri …
293
konsentrasi tinggi akan meningkatkan kekuatan pasar.
Jumlah perusahaan pesaing ber-hubungan negatif dengan kekuatan pasar, begitu pula hubungannya dengan biaya per unit, meskipun tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa efisiensi pasar tergantung dari level (tingkat) persaingan pasar, bukan dari jumlah pesaingnya. Konsentrasi pasar tidak selalu me-nyiratkan kekuatan pasar. Kehadiran hanya beberapa penjual dan pembeli di dalam pasar tidak berarti bahwa perilaku peserta pasar tersebut tidak kompetitif. Di sisi lain, keberadaan banyak perusahaan tidak selalu menyiratkan kompetisi yang memadai. Jika pasar sangat tersegmentasi (misalnya, secara geografis), banyak perusahaan masing-masing mampu me-miliki banyak sekali kekuatan pasar di tiap segmen yang mereka kuasai. Dan sementara efisiensi pasar dan keadilan mungkin terabaikan ketika konsolidasi industri menjadikan industri ter-konsentrasi.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Struktur industri berupa konsentrasi industri akan mempengaruhi strategi diantaranya integrasi dan strategi peng-gunaan kapital (pangsa biaya pakan) perusahaan ayam broiler dan selanjutnya mempengaruhi efisiensi biaya dan tingkat keuntungan yang diterima perusahaan. Perusahaan yang mampu berproduksi secara efisien akan bertahan di industri dan yang tidak mampu akan tersingkir. Strategi perusahaan dengan melakukan integrasi vertikal juga akan memperkuat posisi perusahaan baik di pasar input
maupun di pasar output. Selanjutnya integrasi vertikal berdampak terhadap berkurangnya biaya per unit (komponen kinerja) yang artinya terjadi peningkatan efisiensi di industri. Efisiensi ber-hubungan positif dengan kekuatan pasar (komponen kinerja) dimana semakin efisien perusahaan maka pangsa pasarnya makin besar sehingga kekuatan pasarnya semakin besar. Namun integrasi vertikal berhubungan positif dengan harga dan harga yang meningkat akan mening-katkan keuntungan. Tingkat keuntungan dan harga yang meningkat akan semakin meningkatkan kekuatan pasar. Kekuatan pasar yang meningkat akan berdampak terhadap berkurangnya persaingan se-hingga akan menguntungkan perusahaan yang terintegrasi melalui harga broiler dan tingkat keuntungan yang meningkat. Sehingga secara tidak langsung pe-ningkatan konsentrasi akibat meningkat-nya integrasi berdampak terhadap pe-ningkatan kekuatan pasar.
Perusahaan terintegrasi dapat
ber-tindak sebagai price maker dan
menen-tukan tingkat keuntungan yang diingin-kan. Hal inilah yang dikhawatirkan di dalam perkembangan industri broiler tanah air, dimana strategi integrasi selain dapat meningkatkan efisiensi namun dapat menciptakan suatu hambatan masuk bagi perusahaan-perusahaan baru sehingga kondisi pasar semakin men-dekati monopoli. Oleh karena itu, manfaat dan kerugian bagi kinerja ekonomi dapat berjalan secara simultan dan peneliti tidak dapat menganalisanya secara terpisah-pisah.
Anna Fitriani, Heny K. Daryanto, Rita Nurmalina, dan Sri Hery Susilowati
294
Sekarang ini, jika dilihat dari jumlah baik itu perusahaan yang non-integrasi dan peternak kecil, bisnis ayam broiler di Indonesia terdiri dari jumlah pemain yang sangat besar. Namun, perusahaan yang beroperasi secara integrasi hanya sedikit dan semakin mendominasi dan merupa-kan perusahaan asing. Perusahaan ini selain memproduksi dan mendistri-busikan sarana produksi, mereka juga sekaligus menampung hasil produksi peternak. Perusahaan terintegrasi juga
memiliki slaughtering house dan
peternakan ayam sendiri (ranch) serta
memiliki hubungan kuat dengan pemakai daging ayam seperti restoran ayam goreng, termasuk industri retail seperti supermarket dan hypermarket.
Saran
Terkait perkembangan usaha broiler agar dapat memberikan manfaat bagi masyarakat keseluruhan, pemerintah perlu menyusun kebijakan industri ayam broiler untuk jangka panjang yang tepat sasaran. Hal ini tentunya dengan memperhatikan perubahan lingkungan baik eksternal maupun internal yang nantinya akan mempengaruhistruktur, perilaku dan kinerja industri.
DAFTAR PUSTAKA
Baldwin W L and J T Scott. 1987. Market Structure and Technological Change. New York: Harwood Academic Publishers
Baumol W J, J C Panzar and R D Willig (1982). Contestable Markets and the Theory of Industry Structure.
New York: Hartcourt Brace Jovanovich
BPS [Badan Pusat Statistik]. 2009-2011. Survei Tahunan Perusahaan Peternakan Unggas. Sub Direktorat Statistik Peternakan. Badan Pusat Statistik, Jakarta
Bhuyan, S. 2005. Does Vertical Integration Effect Market Power? Evidence from U.S. Food Manufacturing Industries. Journal of Agricultural and Applied Economics, 37, 1 (April 2005):263-276
Carlton, D.W. and J.M. Perloff. 2000. Modern Industrial Organization. Third Edition. Addison Wesley Longman, Inc. New York.
Church J R and R Ware. 2000. Industrial Organization: A Strategic Approach. New York: McGraw-Hill
Daryanto, A. 2009. Dinamika Daya Saing Industri Peternakan. Penerbit IPB Press. Kampus Institut Pertanian Bogor Taman Kencana, Bogor.
Daryanto A. 2014. Nilai Tambah dan
Logistik Perunggasan. http://www.trobos.com/show_artic
le.php?rid=22&aid=4329
Demsetz, H. 1974. Industrial Concentration : The New Learning. Little Brown, Boston.
Gopinath, M., D. Pick, and Y. Li. 2002. Does Industrial Concentration Raise Productivity in Food Industries?. Presented at 2002 Annual Meeting of the Western
Dampak Konsentrasi Industri …
295
Gujarati, D. 1995. Ekonometrika Dasar. Terjemahan. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Hayenga M, T Schroeder, J Lawrence, D Hayes, T Vukina, C Ward and W Purcell. 2000. Meat Packer Vertical IntegrationAnd Contract Linkages in theBeef and Pork Industries: An Economic Perspective.
www.prairieswine.com/pdf/39374. pdf
Ilham N, S Hastutidan K Kariyasa. 2002. Pendugaan Parameter da Elastisitas Penawaran dan Permintaan Beberapa Jenis Daging di Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi, 20 (2):1-23
Jaya W K. 2000. Ekonomi Industri. Edisi kedua. Jogyakarta. BPFE
Jayanthakumaran, K. 1999. Trade Reforms and Manufacturing Performance Performance : Australia 1989-1997. Working Paper Series 1999. Univeersity of Wollongong, Australia.
Jayanthakumaran K. 2002. The Impact of Trade Liberalisation on Manufacturing Sector Performance in Developing Countries: A Survey of the Literature. University of Wollongong, Australia. Working Paper 02-07
Klein B, R G Crawford and A A Alchian. 1978. Vertical Integration, Appropriable Rents, and the Competitive Contracting Process. Journal of Law and Economics 21 (2): 297-326
Koutsoyiannis, A. 1977. Modern Microeconomics. Second Edition. The Macmillan Press Ltd, London.
Lopez, R.A and C. Lirón-España. 2005. Price and Cost Impacts of Concentration in Food Manufacturing Revisited. Journal of Agribusiness 23,1:41S55.
Agricultural Economics Association of Georgia
Priyanti A, TD Soedjana, R Matondang dan P Sitepu. 1998. Estimasi Sistem Permintaan dan Penawaran Daging Sapi di Lampung. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner, 3(2):71-77
Resende, M. 2005. Structure, Conduct and Performance : a Simultaneous Equations Investigation for the Brazilian Manufacturing Industry. Instituto de Economia, Universida de Federal do Rio de Janeiro, Rio de Janeiro.
Riordan M, and`S Salop. 1995. Evaluating Vertical Mergers: A Post-Chicago Approach. Antitrust Law Journal 63: 513 - 68
Scherer, F.M. 1999. New Prespectives on Economic Growth and Technological Innovation. Brookings Institution Press, Washington DC.
Sheperd, W.G. 1997. The Economics of Industrial Organization : Analysis, Markets and Policies. Fourth Edition.Prentice Hall Intl, Inc. New Jersey.
Shields, D.A. 2010. Consolidation and Concentration in the U.S. Dairy Industry. CRS Report for Congress.
Teguh M. 2010. Ekonomi Industri. Jakarta. Rajawali Press.
Anna Fitriani, Heny K. Daryanto, Rita Nurmalina, dan Sri Hery Susilowati
296
Tournaments versus Fixed Performance Standards." American Journal of Agricultural
Economics83: 1062–1073