• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP PERFORMANS DI INDUSTRI BROILER INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP PERFORMANS DI INDUSTRI BROILER INDONESIA"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Prosiding Seminar Nasional

Kristalisasi Paradigma Agribisnis

dalam Pembangunan Ekonomi

dan Pendidikan Tinggi

(3)

Prosiding Seminar Nasional

Kristalisasi Paradigma Agribisnis

dalam Pembangunan Ekonomi

dan Pendidikan Tinggi

IPB International Convention Center – Bogor 18 April 2015

EDITOR : Nunung Kusnadi

Amzul Rifin Anna Fariyanti Netti Tinaprilla

(4)

Prosiding Seminar Nasional

Kristalisasi Paradigma Agribisnis dalam Pembangunan Ekonomi dan Pendidikan Tinggi

IPB International Convention Center – Bogor 18 April 2015

Tim Penyusun Editor :

 Dr. Ir. Nunung Kusnadi, M.S

 Dr. Amzul Rifin, S.P, M.A

 Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si

 Dr. Ir. Netti Tinaprilla, M.M

 Dr. Ir. Burhanuddin, M.M

 Maryono, S.P, M.Si

Desain Sampul :

 Hamid Jamaludin Muhrim, SE

Tata Letak Isi :

 Hamid Jamaludin Muhrim, S.E

 Triana Gita Dewi, S.E, M.Si

 Tursina Andita Putri, S.E, M.Si

Administrasi Umum :  Tita Nursiah, S.E

 Tursina Andita Putri, S.E, M.Si

Diterbitkan oleh Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen - IPB

Bekerjasama dengan Asosiasi Agribisnis Indonesia (AAI)

Copyright © 2015

Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen - IPB Jl. Kamper Wing 4 Level 5 Kampus IPB Dramaga Bogor 16680 Telp/Fax : 0251-8629654

e-mail : depagribisnis@yahoo.com, dep-agribisnis@apps.ipb.ac.id Website : http://agribisnis.ipb.ac.id

(5)

Prosiding Seminar Nasional

Kristalisasi Paradigma Agribisnis dalam Pembangunan Ekonomi dan Pendidikan Tinggi v

KATA PENGANTAR

Seminar Nasional Agribisnis diselenggarakan dalam rangka Tujuh Puluh Tahun Prof. Bungaran Saragih yang diselenggarakan pada Sabtu 18 April 2015 dengan tema “Kristalisasi Paradigma Agribisnis dalam Pembangunan dan Pendidikan Tinggi”. Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB bekerjasama dengan Asosiasi Agribisnis Indonesia (AAI), Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI), Pusat Pangan Agribisnis (PPA), PROFITA Unggul Konsultama, Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) serta AGRINA.

Prof. Bungaran Saragih pada awal tahun 90-an memperkenalkan istilah Agribisnis yang merupakan cara baru dalam melihat pertanian. Hal ini berarti pertanian bukan hanya pada kegiatan usahatani (on farm activities) tetapi juga kegiatan di luar usahatani (off farm activities). Dengan kata lain, pertanian tidak hanya berorientasi produksi (production oriented) tetapi juga berorientasi pasar (market oriented), tidak hanya dilihat dari sisi permintaan (demand side) tetapi juga dari sisi penawaran (supply side).

Prosiding ini merupakan kompilasi artikel-artikel yang dipresentasikan dalam Seminar Nasional Agribisnis tersebut. Latar belakang bidang keilmuan serta daerah penulis yang beragam menghasilkan berbagai perspektif dalam pembangunan agribisnis di Indonesia. Artikel dalam prosiding ini penuh dengan gagasan dan ide-ide baru yang melihat pertanian dalam arti luas yang dikelompokkan ke dalam subtema: Sistem Agribisnis, Pengadaan Input, Usahatani, Pengolahan, Pemasaran, dan Penunjang. Artikel-artikel dalam prosiding ini diharapkan dapat memperkaya khasanah keilmuan di bidang agribisnis serta dapat pula dijadikan rekomendasi kebijakan bagi pengambil keputusan.

Pada kesempatan kali ini, ijinkanlah kami untuk mengucapkan terima kasih kepada Dr Rachmat Pambudy, MS; Dr Nunung Kusnadi, MS; Dr Andriyono K Adhi; Dr Suharno, MADev; Dr Anna Fariyanti, MS; Dr Burhanuddin, MM; Dr Netti Tinaprila, MM; Dr Amzul Rifin, MA; Siti Jahroh, PhD, serta Etriya, MM yang telah bekerja keras untuk menilai artikel yang dipresentasikan sehingga layak untuk ditampilkan dalam prosiding ini. Penghargaan juga disampaikan kepada Hamid Jamaludin M, Tursina Andita Putri, Triana Gita Dewi, dan Tita Nursiah yang telah membantu dalam penyusunan prosiding ini. Semoga prosiding ini dapat berkontribusi dalam pengembangan agribisnis dan peningkatan kesejahteraan petani.

Terimakasih

Bogor, September 2015

Ketua Departemen Agribisnis FEM IPB

(6)

Prosiding Seminar Nasional

Kristalisasi Paradigma Agribisnis dalam Pembangunan Ekonomi dan Pendidikan Tinggi vii

DAFTAR ISI

Sistem Agribisnis

Model Pengembangan Agribisnis Kelapa Terpadu di Kabupaten Indragiri Hilir

Djaimi Bakce, dan Syaiful Hadi 1

Perubahan Sistem Agribisnis Petani Hortikultura dalam Menghadapi Era Pasar Modern (Studi Kasus Petani Hortikultura di Kecamatan Ciwidey

Kabupaten Bandung)

Gema Wibawa Mukti, Dini Rochdiani, dan Rani Andriani Budi Kusumo 23

Sistem Insentif untuk Mendukung Daya Saing Agribisnis Kopi Rakyat di Jawa Timur

Luh Putu Suciati, dan Rokhani 41

Pengadaan Input

Peran Industri Benih Jagung dalam Peningkatan Produksi Tanaman Pangan (Kasus di Kabupaten Grobogan Jawa Tengah)

Kurnia Suci Indraningsih 57

Analisis Aksesibilitas Petani Perkotaan terhadap Agroinput dan Implikasinya terhadap Pengembangan Urban Farming

Harniati, dan Reni Suryanti 73

Kajian Karakteristik Produsen dan Penangkar Benih Padi di Daerah Istimewa Yogyakarta

Wahyuning K. Sejati, dan M. Suryadi 83

Sistem “Jabalsim” Sebagai Solusi untuk Penyediaan Benih Kedelai (Kasus di Kabupaten Wonogiri)

Tri Bastuti Purwantini 97

Implementasi Kebijakan Pemerintah tentang Pupuk Bersubsidi sebagai Supporting System Agribusiness terhadap Agribisnis Perberasan

Surya Abadi Sembiring 109

Usahatani

Pemahaman dan Partisipasi Petani dalam Adopsi Teknologi Biochar di Lahan Kering Blitar Selatan

Asnah, Masyhuri, Jangkung Handoyo Mulyo, dan Slamet Hartono 127

Diterminan Pengelolaan Satuan Usaha Perhutanan Kerakyatan (SUPK) di Kawasan Perhutanan Kerakyatan-Tanggamus, Lampung

(7)

Prosiding Seminar Nasional

viii Kristalisasi Paradigma Agribisnis dalam Pembangunan Ekonomi dan Pendidikan Tinggi

Emisi Gas Rumah Kaca Aktivitas On-Farm Sektor Pertanian di Provinsi Jawa Timur: Studi Empiris The Environmental Kuznets Curve

Gilang Wirakusuma, Irham, dan Slamet Hartono 151

Ketahanan Pangan di Sumatera Selatan Ditinjau dari Tren Produksi Beras dan Stok Beras Pedagang

Desi Aryani 167

Produksi dan Pendapatan Petani Kelapa Dalam (Cocos Nucifera Linn) di Kabupaten Indragiri Hilir Propinsi Riau

Sisca Vaulina, dan Saiful Bahri 183

Keunggulan Kompetitif Kedelai: Pendekatan Policy Analysis Matrix (PAM) (Kasus di Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur)

Syahrul Ganda Sukmaya, dan Dwi Rachmina 199

Percepatan Adopsi Tanaman Manggis melalui Sekolah Lapang di Kecamatan Mandalawangi Provinsi Banten

Asih Mulyaningsih, Imas Rohmawati, dan Suherna 207

Dampak Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu Terhadap Efisiensi Teknis Usahatani Kedelai di Kabupaten Jember

Indah Ibanah, Andriyono Kilat Adhi, dan Dwi Rachmina 219

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Lobster Laut

Sitti Aida Adha Taridala , Asriya, dan Yusnaini 233

Prospek Pengembangan Usahatani Bawang Merah Lokal Palu di Tinjau

dari Tingkat Pendapatan di Desa Boluponto Jaya Kecamatan Sigi Kabupaten Sigi

Lien Damayanti, Yulianti Kalaba, dan Erny 245

Analisis Kesiapan dan Strategi Pengembangan Bisnis Koperasi Produsen Kopi “Margamulya” (Studi Kasus Koperasi Produsen Kopi Margamulya Pangalengan Kabupaten Bandung)

Ima Marlina, dan Endah Djuwendah 257

Dampak Ekonomi Karakteristik Peternak terhadap Pola Usaha Kemitraan Ayam Broiler di Daerah Jember, Situbondo, Bondowoso Lumajang dan Banyuwangi

Hariadi Subagja, dan Wahjoe Widhijanto Basuki 267

Dampak Konsentrasi Industri terhadap Performans di Industri Broiler Indonesia

Anna Fitriani, Heny K. Daryanto, Rita Nurmalina, dan Sri Hery Susilowati 279

Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Kelapa Sawit di Desa Indra Sakti Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar

Elinur, dan Asrol 297

Introduksi Potensi Integrasi Sapi-Sawit dalam Mendukung Akselerasi Peningkatan Produksi Daging Sapi Nasional

Priyono 311

Perilaku Harga Bawang Putih Jawa Timur dan Cina

(8)

Prosiding Seminar Nasional

Kristalisasi Paradigma Agribisnis dalam Pembangunan Ekonomi dan Pendidikan Tinggi ix

Performansi Pembagian Kerja antara Laki-Laki dan Perempuan pada Usahatani Kentang

Ana Arifatus S, dan Dyanasari 339

Pengolahan

Potensi Sumberdaya Pertanian Lokal dalam Pemenuhan Kebutuhan Bahan Pangan Sumber Karbohidrat di Provinsi Bengkulu

Putri Suci Asriani, dan Bonodikun 357

Perbandingan Analisis Nilai Tambah Kopi Arabika dengan Metode Proses Pengolahan Kering dan Basah (Studi Kasus pada Malabar Mountain Coffee PT. Sinar Mayang Lestari, Kabupaten Bandung)

Resty Tyagita Aprilia, dan Tuti Karyani 371

Analisis Penerapan Manajemen Mutu Susu Pasteurisasi (Studi Kasus Unit Susu Pasteurisasi Pondok Modern Darul Ma’rifat Gontor 3 Desa Sumbercangkring Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri)

Akhadiyah Afrila, dan Asnah 385

Studi Komparasi Nilai Tambah Produk Olahan Kentang Granola di Wilayah Pangalengan (Jawa Barat) dengan Banjarnegara (Jawa Tengah)

Vela Rostwentivaivi Sinaga, dan Doni Sahat Tua Manalu 397

Pengembangan Agroindustri Teh Rakyat dengan Pendekatan Soft System Methodology (Studi Kasus di Kabupaten Bandung)

Sulistyodewi NW 409

Karakteristik Pengusahaan Usaha Penggilingan Padi di Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat

Tursina Andita Putri 421

Pemasaran

Pengaruh Konsep Produk, Budaya Konsumsi, Keluarga terhadap Perilaku Konsumen Mengkonsumsi Produk Kebab (Studi Kasus: Kebab Turki XXX)

Adhi Tejo Dwicahyo, Nunuk Adiarni, dan Mudatsir Najamuddin 441

The Demand and Competition Among Supply Source in Indonesia Meat Import Market

Resti Prastika Destiarni, Ahmad Syariful Jamil, dan Netti Tinaprilla 455

Kinerja Rantai Pasok Komoditas Bawang Daun (Allium fistulosum L.) di Koperasi untuk Memenuhi Permintaan Pasar Terstruktur (Studi Kasus di Koperasi Pondok Pesantren Al-Ittifaq, Desa Alam Endah, Kecamatan Rancabali, Ciwidey,

Kabupaten Bandung, Jawa Barat)

Nurul Risti Mutiarasari, Eddy Renaldi, dan Ery Supriyadi Rustidja 469

Analisis Determinan Permintaan Kopi Arabika di Provinsi Sumatera Utara

(9)

Prosiding Seminar Nasional

x Kristalisasi Paradigma Agribisnis dalam Pembangunan Ekonomi dan Pendidikan Tinggi

Analisis Permintaan dan Penawaran Tembakau Besuki Na Oogst di Kabupaten Jember Jawa Timur

Novi Haryati, Soetriono, dan Anik Suwandari 503

Analisis Permintaan Impor Garam Indonesia dengan Pendekatan Almost Ideal Demand System

Ahmad Syariful Jamil, Netti Tinaprilla, dan Suharno 517

Analisis Tataniaga Pisang sebagai Daya Ungkit Revitalisasi Pengembangan Produksi Hortikultura di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah

Endang Siti Rahayu, dan Joko Sutrisno 531

Sistem Pemasaran Karet dengan Pendekatan Food Supply Chain Network (FSCN) di Kabupaten Tebo, Jambi

Rikky Herdiyansyah, Rita Nurmalina, dan Ratna Winandi A 545

Penunjang

Potensi Pengembangan Agrowisata dan Konservasi Ex-Situ Tumbuhan Kantong Semar (Nepenthes sp.) di Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau

Ryan Budi Setiawan, dan Eksa Rusdiyana 565

Analisis Perbedaan Pendapatan Petani Budidaya Ikan Patin Penerima dan Non Penerima Program Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi “PUKK”

PT Perkebunan Nusantara V

Rika Amelia Jas, Amzul Rifin, dan Netti Tinaprilla 575

Efektivitas Perilaku Komunikasi di Dalam Sekolah Lapang – Pengelolaan Tanaman Terpadu di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor

Ali Alamsyah Kusumadinata 585

Karakteristik Perempuan Wirausaha di Lingkar Kampus Institut Pertanian Bogor, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor

Iqbal Reza Fazlurrahman, Anna Fariyanti, dan Suharno 603

Biaya Transaksi pada Pembiayaan Usahatani Kedelai di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur

Hardiyanti Sultan, Dwi Rachmina, dan Anna Fariyanti 615

Proses Penumbuhan dan Efektivitas Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) (Kasus di LKMA Sejahtera, Kabupaten Lamongan)

Ratih Apri Utami, Lukman M. Baga, dan Suharno 631

Faktor atas Pengambilan Keputusan Mahasiswa dalam Memilih Program Studi Agribisnis

(10)

Dampak Konsentrasi Industri … 

279

DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP

PERFORMANS DI INDUSTRI BROILER INDONESIA

Anna Fitriani1), Heny K. Daryanto2), Rita Nurmalina2), dan Sri Hery Susilowati3)

1)Mahasiswa Program Doktor Ilmu Ekonomi Pertanian, FEM, Institut Pertanian Bogor

2)Staf Pengajar Departemen Agribisnis, FEM, Institut Pertanian Bogor 3)Peneliti Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor

E-mail: 1)annafitri92@yahoo.com

ABSTRACT

One of the concentrated sectors in the agricultural industry is broiler industry. High concentration in the industry can have an impact on the high market powers so that social welfare will be reduced, or high concentration can increase cost efficiency, which will increase social welfare. This study aims to analyze the impact of industry concentration on the industry performance, including efficiency, productivity, profit rate and market power in the industry, using analysis of Structure, Conduct and Performance (SCP). Panel data in company and industry levels obtained from the Central Bureau of Statistics (2009-2011) were analyzed using an econometric approach and estimated by using Two Stages Least Square ( 2SLS ). The results showed that there is a simultaneous relationship in the SCP of Indonesianbroiler industry, where the concentration has a negative impact on productivity, but a positive impact on the profit rates and market power. The results also indicate that there is an increase in concentration and inefficiency during the study period .

Keyword(s): industry concentration , market power , Structure Conduct Performance

ABSTRAK

Salah satu sektor di industri pertanian yang terkonsentrasi adalah industri broiler. Konsentrasi tinggi di industri dapat berdampak pada tingginya kekuatan pasar sehingga kesejahteraan sosial menurun, atau konsentrasi tinggi dapat meningkatkan efisiensi biaya yang dapat meningkatkan kesejahteraan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak konsentrasi industri terhadap performans industri dan menghitung tingkat responsivitas jangka pendek terhadap perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi Struktur, Perilaku dan Kinerja (SCP) industri broiler. Data panel di tingkat perusahaan dan industri diperoleh dari Badan Pusat Statistik

(2009-2011) dianalisis menggunakan pendekatan ekonometrika dan diestimasi menggunakan Two

Stages Least Square (2SLS). Hasil menunjukkan bahwa ada hubungan simultan di SCP industri

broiler Indonesia, dimana konsentrasi berdampak negatif terhadap produktivitas, namun berdampak positif pada tingkat keuntungan dan kekuatan pasar. Hasil juga mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan konsentrasi dan inefisiensi selama periode penelitian ini.

Kata Kunci: konsentrasi industri, kekuatan pasar, Struktur-Perilaku-Kinerja

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pertumbuhan yang pesat dalam bis-nis peternakan sejauh ini lebih banyak dinikmati oleh perusahaan-perusahaan

(11)

Anna Fitriani, Heny K. Daryanto, Rita Nurmalina, dan Sri Hery Susilowati 

280

di seluruh rantai nilai, dari hulu sampai hilir. Hal ini telah meninggalkan pasar-pasar tradisional dimana para petani atau peternak skala kecil menjual ke pasar dan pedagang lokal (Daryanto, 2009).

Secara umum, industri perunggasan, khususnya industri broiler, sering diang-gap sebagai panutan bagi industrialisasi pertanian. Industri ini telah mendominasi area persaingan di dalam pasar daging selama 30 tahun terakhir, memperluas pangsa pasar secara dramatis karena meningkatnya efisiensi, mempertahankan harga yang lebih rendah dibandingkan pesaingnya dan meningkatkan penawaran produk serta variasinya (Tsolouhas dan Vukina, 2001). Industri broiler di Indonesia sepenuhnya terintegrasi secara vertikal, mulai dari pembibitan dan penetasan, mesin pembuatan pakan, divisi transportasi dan pabrik pengolahan. Tahap finishing produksi diatur hampir seluruhnya melalui kontrak dengan peternak. Sebagian besar nilai tambah dalam pengolahan adalah alasan utama mengapa prosesor menjadi koordinator dari industri.

Menurut Yusdja et al. (2004),

kegiatan pada usaha broiler ini patut diduga telah terjadi praktek monopoli dalam bentuk kartel, atau paling tidak peternak rakyat menghadapi masalah ganda yaitu struktur pasar yang oligo-polistik pada pasar input dan struktur yang oligopsonistik pada pasar output. Disamping itu isu adanya integrasi vertikal yang disertai integrasi horisontal telah menyebabkan peternak rakyat berada pada posisi rebut tawar yang lemah.

Perhatian utama sehubungan dengan konsentrasi adalah, hal ini bisa mengu-rangi tingkat persaingan di pasar hasil pertanian dan produk pangan dan menghasilkan kekuatan pasar (sebagai contoh, kemampuan perusahaan mem-pengaruhi harga-harga), menempatkan pada posisi yang kurang menguntungkan pada beberapa segmen penduduk, misal-nya produsen atau konsumen. Namun, konsentrasi bisa juga menghasilkan efi-siensi, dimana terjadi penghematan biaya yang diteruskan kepada konsumen melalui harga eceran yang rendah, yang pada gilirannya dapat menghasilkan permintaan tambahan untuk komoditas dan menguntungkan petani (Shields, 2010). Menurut Lopez dan Lirón-España (2005), konsentrasi dapat menyebabkan efisiensi biaya atau inefisiensi biaya atau biaya netral. Ada atau tiadanya efek efisiensi yang mampu mengimbangi atau memperkuat efek kekuatan pasar sangat penting untuk kinerja sistem pangan.

(12)

Dampak Konsentrasi Industri … 

281

Tujuan Penelitian

1. Menganalisis dampak konsentrasi

industri terhadap performans industri yaituefisiensi, profitabilitas, produk-tivitas tenaga kerja dan kekuatan pasar

2. Menghitung tingkat responsivitas

jangka pendek terhadap perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi SCP industri broiler

KERANGKA PEMIKIRAN

Structure-Conduct-Performance (SCP)

Perkembangan Teori Organisasi per-tama kali dilakukan oleh Bain dan Mason

(1959), yang terkenal dengan "Harvard

Tradition"nya telah mengembangkan paradigma yang terkenal dengan (Structure-Conduct- Performance-SCP).

Selanjutnya pendekatan model SCP

New-Harvard Tradition, dimana

masing-masing komponen saling berinteraktif, misalnya kinerja pasar tergantung pada perilaku pasar, perilaku tergantung pada struktur pasar yaitu faktor yang me-nentukan persaingan, selanjutnya struktur pasar tergantung pada kondisi dasar yaitu permintaan dan produksi. Sebaliknya kondisi dasar mempengaruhi struktur pasar, struktur mempengaruhi perilaku dan perilaku mempengaruhi kinerja, ketiga komponen ini dan kondisi dasar dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah (Carlton dan Perloff, 2000).

Konsentrasi merupakan jumlah dan ukuran distribusi perusahaan. Kecil dan besarnya perusahaan mempengaruhi pe-ningkatan konsentrasi penjual. Terdapat dua alasan pembenaran yang sering digunakan dalam menjelaskan hubungan positif antara konsentrasi penjual dan kekuatan pasar (Church dan Ware, 2000),

yaitu: 1) Meningkatnya derajat konsen-trasi akan meningkatkan kemampuan penjual untuk mengatasi persaingan dan mengkoordinasikan perilaku harga; 2) Teori oligopoli pun mengatakan adanya hubungan positif antara kekuatan pasar dan konsentrasi penjual. Tingkat konsen-trasi dapat dihitung dengan berbagai cara, dua diantaranya adalah dengan rasio

konsentrasi atau concentration ratio (CR)

dan Herfindhal-Hirschman Index (HHI).

Hubungan antara Tingkat Konsentrasi dengan Efisiensi

Konsentrasi industri dapat memiliki efek positif terhadap efisiensi yaitu industri ditandai dengan skala ekonomi, dimana biaya rata-rata produksi turun sejalan dengan peningkatan kuantitas. Namun ketika konsolidasi industri mengurangi jumlah penjual sejauh yang tersisa dari pasar yang terkonsentrasi, penjual yang tersisa ini dapat mengambil keuntungan dari kekuatan pasar. Penjual dapat menggunakan kekuatan pasar ini untuk membatasi perdagangan pada beberapa pertukaran yang saling meng-untungkan, mendistorsi harga yang menguntungkan mereka.

Hubungan antara Konsentrasi dengan Tingkat Keuntungan

Encau dan Jacquemin (1980),

mene-mukan hubungan antara price-cost

margin (PCM) dengan perhitungan

(13)

Anna Fitriani, Heny K. Daryanto, Rita Nurmalina, dan Sri Hery Susilowati 

282

berhubungan negatif dengan elastisitas permintaan. Studi lainnya yang dilakukan oleh Waterson (1984) menunjukkan hubungan antara PCM dengan tingkat konsentrasi. Waterson menunjukkan bah-wa adanya hubungan yang positif antara tingkat konsentrasi dengan PCM. Semakin tinggi tingkat konsentrasi maka akan semakin tinggi kekuatan pasar yang akhirnya akan membuat semakin tinggi-nya tingkat keuntungan suatu perusahaan.

Hubungan antara Tingkat

Konsentrasi dengan Produktivitas

Hubungan konsentrasi dan produk-tivitas adalah positif dan menunjukkan signifikan dari meningkatnya konsen-trasi. Perusahaan besar di pasar yang terkonsentrasi adalah sumber jangka panjang dari ekspansi output. Yaitu, keuntungan tambahan dari menaikkan harga di atas biaya marjinal sebagai sumber daya untuk inovasi sehingga

produktivitas meningkat (Gopinath et al,

2002).

Sedangkan menurut Jayantha-kumaran (2002), konsentrasi industri diduga memiliki hubungan negatif dengan produktivitas. Hal ini dikarenakan apabila semakin rendah rasio konsentrasi suatu industri maka semakin besar persaingan yang terjadi pada industri tersebut. Dengan meningkatnya per-saingan maka perusahaan akan cenderung terdorong untuk bertindak efisiensi dengan berupaya menurunkan biaya produksi dan meningkatkan teknologi. Perluasan output akan menciptakan skala ekonomis, dimana skala ekonomis merupakan salah satu keuntungan utama dalam suatu usaha. Hal ini dikarenakan

skala ekonomis akan menciptakan kesempatan yang lebih baik untuk berspesialisasi, berproduksi dengan skala besar dan meningkatkan efisiensi. Oleh karena itu, pertumbuhan output akan berdampak positif pada produktivitas tenaga kerja.

Hubungan antara Tingkat Konsentrasi dan Kekuatan Pasar

Semakin besar penguasaan pasar (market share), semakin kecil tekanan bersaing perusahaan tersebut. Ini berarti

bahwa kekuatan pasar (market power)

yang dimiliki perusahaan untuk me-nentukan harga dan output semakin besar. Dengan meningkatnya kemampuan per-usahaan untuk menentukan harga dan output akan berdampak pada mening-katnya tingkat keuntungan yang diterima perusahaan. Oleh karena itu rasio konsentrasi akan berhubungan positif

dengan price-cost margin (Teguh, 2010).

METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data

(14)

Dampak Konsentrasi Industri … 

283

umum, data yang digunakan pada penelitian ini dapat mewakili dengan cukup baik industri broiler Indonesia. Data mencakup informasi jumlah pekerja, upah dan pendapatan, bahan baku yang digunakan, struktur biaya input dan output serta konsumsi energi.

Spesifikasi Model

Model ekonometrika dalam peneliti-an ini dikembpeneliti-angkpeneliti-an untuk membpeneliti-angun model persaingan oligopolistik di industri broiler dan dengan memadukan kenya-taan yang ada yang menggambarkan bah-wa ada keterkaitan diantara komponen-komponen dalam model persaingan oligopolistik, seperti ditunjukkan oleh peubah endogenous pada suatu

kom-ponen relevan sebagai peubah

expla-natory pada komponen lainnya, sehingga model keterkaitan ini merupakan sebuah sistem persamaan simultan. Model yang dibangun terdiri dari 10 persamaan struktural yaitu Produksi Daging Broiler Domestik, Konsumsi Daging Broiler Domestik, Jumlah Perusahaan Broiler, Konsentrasi Industri, Integrasi Vertikal, Pangsa Biaya Pakan, Biaya per Unit, Produktivitas Tenaga Kerja, Tingkat Keuntungan dan Kekuatan Pasar. Hipotesis dibangun berdasarkan teori yang relevan dan hasil penelitian

sebelumnya. Berdasarkan kriteria order

condition maka setiap persamaan

struktural yang ada dalam model adalah

over identified, dengan demikian estimasi parameter dapat menggunakan metode

Two Stages Least Square (2SLS)

(Koutsoyiannis, 1977).

Elastisitas

Konsep elastisitas digunakan untuk mendapatkan ukuran kuantitatif respon suatu fungsi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dikarenakan model persamaan dalam penelitian ini bukan model yang dinamis (tidak melibatkan

peubah tenggang waktu/lagged variable

sebagai peubah penjelas/explanatory

variable), elastisitas yang dapat diukur hanya elastisitas jangka pendek, sehingga hanya mampu menginformasikan respon dalam jangka pendek.

Elastisitas jangka pendek

(E-SR)

dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Gujarati, 1995) :

E-SR= δYt/ δXt* Xt/Yt

dimana :

X = rata-rata peubah eksogen Y = rata-rata peubah endogen

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengolahan data analisis struktur, perilaku dan kinerja industri broiler selengkapnya seperti dibawah ini.

Kondisi Dasar Industri Broiler di Indonesia

(15)

Anna Fitriani, Heny K. Daryanto, Rita Nurmalina, dan Sri Hery Susilowati 

284

harga input pakan naik misalnya, perusahaan tetap melanjutkan produksi mengingat produk ayam broiler

merupakan komoditi hidup (live bird)

yang harus terus dilanjutkan proses produksinya. Kandang yang sudah terisi DOC sesuai kapasitas produksinya tetap membutuhkan asupan makanan (pakan) yang didalam proses produksi ayam broiler, pakan merupakan komponen pengeluaran terbesar yaitu berkisar antara 70-80 persen.

Produksi daging ayam domestik dalam jangka pendek sangat respon terhadap perubahan peubah-peubah penjelasnya terutama harga input dan outputnya. Artinya, kebijakan perbaikan harga output maupun harga input produksi ayam broiler domestik sangat efektif dalam mendorong produksi daging ayam broiler domestik.

Konsumsi daging ayam broiler akan mengalami peningkatan yang signifikan

apabila terjadi peningkatan harga daging ikan dan tingkat pendapatan domestik. Sebaliknya semakin tinggi harga daging ayam broiler dan harga telur akan menurunkan secara signifikan konsumsi daging ayam broiler. Harga daging sapi yang meningkat juga akan meningkatkan konsumsi ayam broiler, meskipun tidak signifikan. Hal ini menunjukkan hubung-an substitusi hubung-antara daging sapi dhubung-an daging ikan dengan daging ayam, dan hubungan yang komplementer antara telur dan daging ayam. Sementara trend menunjukkan konsumsi daging ayam broiler meningkat signifikan selama periode 2009-2011 di kawasan ini. Hal ini terbukti bahwa konsumsi daging ayam broiler cepat pulih setelah berlalunya krisis di tahun 2008 dan dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya protein hewani demi menunjang kualitas sumber daya manusia.

Tabel 1. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kondisi Dasar

No Variabel Lambang Koefisien Pr > | t | Elastisitas

Produksi Daging Ayam Broiler Domestik (PDAB)

1. Konstanta Intercept -330317 0.0620 -

2. Harga eceran broiler HDABR 8.509662 0.0833 1.3584

3. Jumlah perusahaan broiler JPAB 7355.853 <.0001 0.7909

4. Harga input pakan HPKNR 28.88879 0.1414 1.2143

5. Produksi broiler perusahaan PRODF 0.274686 0.0001 0.6276

6. Trend YEAR 8665.535 0.2872 -

R2 0.9650 DW 0.8380

Konsumsi Daging Ayam Broiler Domestik (DEMB)

1. Konstanta Intercept -191177 0.0189 -

2. Harga eceran broiler HDABR -2.83943 0.1002 -0.3447

3. Harga eceran d.sapi HDSPR 2.706981 0.1674 0.9105

4. Harga eceran ikan HDIKR 20.7128 <.0001 2.4249

5. Harga eceran telur ayam HTARR -22.2648 0.0013 -1.6883

6. P. Domestik Reg. Bruto PDRB 0.667227 <.0001 0.7806

7. Trend YEAR 22782.38 0.0006 -

(16)

Dampak Konsentrasi Industri … 

285

Sejalan dengan temuan Priyanti et

al. (1998) dan Ilham et al (2002) bahwa

daging sapi dan ikan merupakan barang substitusi bagi daging ayam, sementara telur merupakan barang komplementer.

Tingkat pendapatan berhubungan positif dengan konsumsi broiler dan signifikan. Dengan meningkatnya pen-dapatan maka terjadi trend diversifikasi konsumsi pangan menuju produksi

komoditas bernilai tinggi (high-value

production), pola pengeluaran makanan bergeser dari biji-bijian dan makanan pokok ke sayur-mayur, buah, daging (sapi dan unggas), susu, telur dan ikan.

Permintaan makanan yang ready-to-cook

dan ready-to-eat yang terbuat dari daging ayam dan telur juga semakin meningkat, terutama di daerah perkotaan (Daryanto, 2014). Hal ini didukung hasil perhitungan elastisitas permintaan terhadap harga pada penelitian ini didapatkan angka

-0.3447 yang artinya permintaan daging ayam broiler kurang respon (inelastis) terhadap perubahan harga. Hal ini menunjukkan kalau daging ayam broiler sudah menjadi kebutuhan pokok masya-rakat perkotaan saat ini.

Selanjutnya, permintaan daging ayam baik dalam jangka pendek sangat respon terhadap perubahan harga ikan dan telur, namun kurang respon terhadap perubahan harga daging sapi dan PDRB. Hal ini mengingat sudah semakin ting-ginya kesadaran masyarakat akan pen-tingnya mengkonsumsi protein hewani dalam rangka mencerdaskan bangsa.

Struktur industri broiler di Indonesia

Komponen struktur industri broiler adalah jumlah perusahaan di industri dan konsentrasi industri, seperti yang terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Industri Broiler

No Variabel Lambang Koefisien Pr > | t | Elastisitas

Jumlah Perusahaan Ayam Broiler (JPAB)

1. Konstanta Intercept -27.7055 0.0059 -

2. Rasio harga broiler/pakan RHDAB 3.540493 0.0351 1.7012

3. Konsumsi broiler domestik DEMB 0.000124 <.0001 1.4863

4. Tingkat keuntungan PROF 0.020373 0.1117 0.3968

5. Penambahan investasi DINV -0.42565 0.2254 -0.1241

R2 0.6929 DW 1.0176

Konsentrasi industri (RCON)

1. Konstanta Intercept 46.04805 <.0001 -

2. Produksi broiler domestik PDAB 0.000031 0.1711 0.0513

3. Konsumsi broiler domestik DEMB -0.0001 0.0031 -0.2134

4. Integrasi vertikal INTG 1.959208 0.0057 0.2889

5. Hambatan masuk MESH 0.716522 0.1414 0.1922

6. Produktivitas tenker PDTK -0.0143 0.0894 -0.0519

(17)

Anna Fitriani, Heny K. Daryanto, Rita Nurmalina, dan Sri Hery Susilowati 

286

Meningkatnya rasio harga daging ayam broiler terhadap harga pakan akan meningkatkan secara signifikan jumlah perusahaan di industri. Hal ini meng-indikasikan adanya kemudahan dalam

”entry and exit” suatu perusahaan dalam industri broiler dimana adanya tingkat keuntungan yang normal dikarenakan naiknya harga dan permintaan yang meningkat akan menarik investasi baru dalam industri. Namun peubah penam-bahan investasi tidak memberikan dam-pak yang signifikan, meskipun tandanya sesuai harapan. Investasi di usaha ayam ras pedaging (broiler) masih lebih kecil jika dibandingkan dengan usaha ayam ras petelur. Selain itu umur pemeliharaan yang singkat (36 – 45 hari) pada ayam pedaging menyebabkan modal cepat kembali.

Jika dilihat dari nilai elastisitas, dalam jangka pendek, peubah-peubah endogen yang merupakan komponen struktur, cukup respon terhadap per-ubahan peubah-peubah penjelasnya. Hal ini terlihat pada peubah jumlah per-usahaan di industri yang sangat responsif terhadap perubahan peubah harga output dan permintaan daging broiler. Hal ini mengingat bahwa usaha broiler merupa-kan usaha yang memiliki prospek sangat baik kedepannya, merupakan usaha yang cukup mudah dan bisa diusahakan oleh siapa saja dengan tingkat pengembalian modal yang cukup cepat jika dibanding-kan dengan usaha unggas lainnya.

Sementara itu, hasil pendugaan pada persamaan konsentrasi industri menun-jukkan bahwa semua peubah penjelas memberikan arah dan besaran nilai parameter dugaan sesuai harapan dan

mampu menerangkan secara baik (84.49 persen) keragaman nilai peubah endo-gennya. Konsentrasi industri memiliki hubungan positif dengan peubah integrasi vertikal dan hambatan masuk. Artinya semakin meningkat integrasi vertikal di perusahaan maka konsentrasi industri semakin meningkat pula. Hal ini ber-hubungan dengan makin tingginya efi-siensi usaha terkait dengan adanya integrasi ini sehingga perusahaan besar yang berintegrasi dapat dengan mudah meningkatkan pangsa pasarnya akibat menurunnya tingkat persaingan sehingga tingkat konsentrasi akan meningkat.

Selanjutnya, konsentrasi industri berhubungan negatif dengan tingkat konsumsi broiler dan produktivitas tenaga kerja. Meningkatnya permintaan daging ayam broiler akan direspon oleh usaha broiler baik itu usaha rakyat utamanya lagi perusahaan besar. Semakin sedikit jumlah perusahaan dan/atau lebih yang berbeda ukuran mereka, maka lebih terkonsentrasi (dan kurang bersaing) pasar tersebut. Semakin banyak jumlah perusahaan dalam industri maka penye-baran produksi akan semakin luas sehing-ga dapat menurunkan rasio konsentrasi. Peningkatan jumlah perusahaan dalam industri disebabkan oleh meningkatnya permintaan sehingga peningkatan per-mintaan akan signifikan menurunkan rasio konsentrasi.

(18)

Dampak Konsentrasi Industri … 

287

berinovasi karena akan lebih baik dalam menangkap proses hasil (Schumpeter, 1947 dalam Baldwin dan Scott, 1987). Dari sudut pandang ini, konsentrasi dapat berkontribusi lebih besar pada inovasi, produktivitas dan tingkat pertumbuhan yang cepat. Di sisi lain, konsentrasi industri bisa juga (meski tidak harus) menghasilkan penyalahgunaan kekuatan pasar, melemahkan motivasi untuk inovasi (karena kurangnya kompetisi dari saingan), mencegah pendatang baru dan melanggengkan keuntungan monopoli (Baumol, 1982; Scherer, 1999). Selanjut-nya, perusahaan yang lebih besar belum tentu lebih inovatif dari pada yang lebih kecil dan kurangnya kompetisi juga bisa mencegah inovasi dan ekspansi setelah skala tertentu tercapai. Kondisi ini dikombinasikan dengan hambatan masuk untuk perusahaan baru pada akhirnya bisa mengurangi kesejahteraan bersih meski-pun manfaat awalnya ada di skala industri.

Perilaku industri broiler di Indonesia

Komponen perilaku industri broiler adalah integrasi vertikal danpangsa biaya pakan seperti yang terlihat pada Tabel 3. Integrasi vertikal didefinisikan sebagai orang atau bisnis yang memiliki dua tahap yang berdekatan dalam sistem produksi dan pemasaran. Sebagai contoh, seorang prosesor yang memiliki tanaman dan lahan akan terintegrasi secara vertikal. Demikian pula, koperasi produsen memiliki dan mengoperasikan

pabrik pengolahan dikatakan terintegrasi

secara vertikal (Hayenga et al. 2000).

Strategi integrasi vertikal banyak dilaku-kan oleh perusahaan untuk memenangdilaku-kan persaingan. Di sisi lain integrasi vertikal juga dapat menghilangkan persaingan. Hasil pendugaan pada persamaan inte-grasi vertikal menunjukkan bahwa semua peubah penjelas memberikan arah dan besaran nilai parameter dugaan sesuai harapan dan mampu menerangkan secara baik (77.16 persen) keragaman nilai peubah endogennya. Pada persamaan integrasi vertikal ini, peubah konsentrasi industri dan produktivitas tenaga kerja menunjukkan hubungan positif yang signifikan sampai pada taraf 5 persen. Artinya, peningkatan konsentrasi industri dan produktivitas tenaga kerja akan meningkatkan integrasi vertikal. Hal ini mudah dilakukan oleh industri yang terkonsentasi tinggi untuk mengurangi tingkat persaingan di industri melalui integrasi vertikal. Strategi integrasi vertikal banyak dilakukan oleh per-usahaan untuk memenangkan persaingan

(Hayenga et al. 2000). Dengan integrasi

(19)

Anna Fitriani, Heny K. Daryanto, Rita Nurmalina, dan Sri Hery Susilowati 

288

Tabel 3. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Industri Broiler

No Variabel Lambang Koefisien Pr > | t | Elastisitas

Integrasi Vertikal (INTG)

1. Konstanta Intercept -3.22855 0.3599 -

2. Jumlah perusahaan pakan JPIK -0.23841 0.4153 -0.0554

3. Produksi broiler domestik PDAB 4.026E-6 0.3870 0.0452

4. Produktivitas tenaga kerja PDTK 0.006182 0.0102 0.1522

5. Konsentrasi industri RCON 0.177627 0.0015 1.2045

R2 0.7716 DW 1.1089

Pangsa Biaya Penggunaan Pakan (SCPK)

1. Konstanta Intercept 50.37712 0.0031 -

2. Harga riil pakan HPKNR 0.008418 0.0174 0.4676

3. Integrasi vertikal INTG -0.93963 0.0147 -0.1106

4. Pangsa biaya lainnya SCOT -1.18332 0.0311 -0.0550

5. Konsumsi broiler domestik DEMB 0.00003 0.1846 0.0511

6. Jumlah perusahaan broiler JPAB 0.074885 0.6459 0.0106

R2 0.6550 DW 2.2484

Komponen berikutnya dari peri-laku adalah pangsa biaya pakan. Pada usaha budidaya ayam broiler, biaya pakan menempati porsi terbesar atau mencapai 70-80 persen dari total biaya produksi. Perilaku produksi seperti ini jelas akan berpengaruh terhadap alokasi sumber daya finansial terutama berkaitan dengan biaya produksi. Pangsa biaya pakan lebih dipengaruhi oleh harga pakan, pangsa biaya lainnya dan integrasi vertikal dibanding perubahan jumlah perusahaan dan permintaan ayam broiler. Pening-katan harga pakan akan meningkatkan secara signifikan pangsa biaya pakan dan sebaliknya jika pangsa biaya lainnya meningkat maka pangsa biaya pakan akan mengalami penurunan secara signifikan. Harga pakan yang meningkat akan me-ningkatkan pangsa biaya pakan, hal ini dikarenakan input pakan merupakan input utama dalam produksi ayam broiler. Sementara integrasi vertikal berhubungan

negatif dengan pangsa biaya pakan. Integrasi vertikal dapat mendorong biaya produksi menjadi rendah dikarenakan perusahaan broiler memiliki hubungan dengan perusahaan di sektor hulu yaitu pabrik pakan, sehingga pangsa biaya pakan menjadi lebih rendah.

Jika dilihat dari nilai elastisitas, dalam jangka pendek, peubah-peubah endogen yang merupakan komponen perilaku, kurang respon terhadap perubahan peubah-peubah penjelasnya. Hanya peubah integrasi vertikal yang sangat respon terhadap perubahan peubah biaya per unit. Hal ini tentunya apabila terjadi gejolak harga bahan baku pakan di pasaran, yang akan diuntungkan adalah perusahaan yang terintegrasi dari hulu ke hilir.

Kinerja industri broiler di Indonesia

(20)

Dampak Konsentrasi Industri … 

289

adalah biaya per unit, produktivitas tenaga kerja, tingkat keuntungan dan kekuatan pasar (Tabel 4). Biaya per unit menunjukkan efisiensi dari segi biaya dan sangat signifikan dipengaruhi oleh integrasi vertikal. Integrasi vertikal dapat mengurangi marjin pemasaran sehingga biaya di luar produksi daging ayam broiler dapat ditekan. Williamson (1974)

dalam Bhuyan (2005), berpendapat

bahwa integrasi vertikal menciptakan efisiensi dengan mengurangi biaya transaksi terkait dengan pertukaran (market exchange). Ditambahkan oleh

Klein et al. (1978), perusahaan

ter-integrasi akan mampu mengurangi inefi-siensi alokatif dengan melakukan diver-sifikasi resiko, memastikan penawaran atau pasar, menangkap peluang atau skala ekonomis, menginternalkan eksternalitas di produksi, penentuan harga dan keputusan pasar.

Selanjutnya peubah yang signifikan mempengaruhi biaya per unit pada taraf 15 persen adalah produksi broiler perusahaan. Produksi broiler perusahaan berhubungan positif dengan biaya per unit, yang artinya produksi perusahaan meningkat maka biaya per unit ikut meningkat. Struktur industri broiler yang

dicirikan dengan mudahnya entry and exit

sehubungan dengan tingkat permintaan yang tinggi dan tingkat keuntungan normal akan menarik minat investor untuk masuk industri menyebabkan meningkatnya jumlah perusahaan, yang selanjutnya meningkatkan permintaan input, harga-harga input juga naik sehingga biaya produksi ikut naik. Hal ini

seperti yang disampaikan Gopinath et al.

(2002) bahwasanya suatu industri dengan kondisi keseimbangan simetris dengan bebas masuk dan keluar adalah bahwa tingkat rata-rata pertumbuhan dalam pengurangan biaya dalam industri ber-banding terbalik dengan jumlah per-usahaan. Jumlah produksi perusahaan terkait dengan jumlah perusahaan. Sementara tingkat rata-rata pertumbuhan dalam pengurangan biaya berhubungan secara langsung dengan aktivitas inovasi (penciptaan) dan pengetahuan. Inovasi dapat diwakilkan oleh peubah produk-tivitas tenaga kerja dalam jangka pendek, sehingga secara langsung produktivitas tenaga kerja akan mempengaruhi biaya per unit.

Produktivitas digunakan untuk mengukur efisiensi pada penggunaan input. Produktivitas tenaga kerja tersebut pada dasarnya menandakan perubahan pada teknologi, efisiensi teknis dan alokatif, serta utilisasi kapasitas produksi. Perhitungan produktivitas tenaga kerja pada penelitian ini dilakukan dengan berdasarkan pada perhitungan yang dilakukan Jayanthakumaran (1999) yaitu membagi nilai tambah pada harga konstan dengan jumlah tenaga kerja pada sektor industri. Produktivitas tenaga kerja dapat mewakili tingkat inovasi, baik jenis produk maupun prosesnya.

(21)

Anna Fitriani, Heny K. Daryanto, Rita Nurmalina, dan Sri Hery Susilowati 

290

Tabel 4. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Industri Broiler

No Variabel Lambang Koefisien Pr > | t | Elastisitas

Biaya per Unit (COSU)

1. Konstanta Intercept 0.683887 0.0001 -

2. Jumlah perusahaan pesaing JPES -0.00106 0.5233 -0.0196

3. Prod. Broiler perusahaan PRODF 3.123E-7 0.1261 0.1346

4. Integrasi vertikal INTG -0.0256 0.0061 -0.4302

5. Produktivitas tenker PDTK -0.00009 0.3485 -0.0372

6. Konsentrasi industri RCON 0.001048 0.6672 0.1194

R2 0.8485 DW 1.9982

Produktivitas Tenaga Kerja (PDTK)

1. Konstanta Intercept -1740.2 0.0582 -

2. Upah riil WAGR 0.002445 0.0984 7.9585

3. Rasio harga broiler/pakan RHDAB 64.66432 0.1098 1.5239

4. Konsentrasi industri RCON -1.39919 0.7757 -0.3855

5. Integrasi vertikal INTG 46.50949 0.0136 1.8896

6. Trend YEAR -275.275 0.0683 -

R2 0.6244 DW 1.9173

Tingkat Keuntungan (PROF)

1. Konstanta Intercept -71.3947 0.7237 -

2. Pangsa biaya operasional SCOP -26.1857 0.0190 -0.9502

3. Jumlah perusahaan pesaing JPES -0.32166 0.9100 -0.0151

4. Konsentrasi industri RCON 1.655753 0.6672 0.4776

5. Produktivitas tenker PDTK 0.912869 0.0030 0.9557

6. Ketimpangan produksi GAP 83.70797 0.0585 0.8577

R2 0.7569 DW 2.9150

Kekuatan Pasar (MPWR)

1. Konstanta Intercept 0.900537 <.0001 -

2. Harga riil broiler HDABR 8.844E-6 0.0136 0.3040

3. Konsentrasi industri RCON 0.000379 0.5105 0.0493

4. Produktivitas tenker PDTK -0.00008 0.0253 -0.0378

5. Biaya per unit COSU -1.02181 <.0001 -1.1700

6. Jumlah perusahaan pesaing JPES -0.00008 0.8443 -0.0017

R2 0.9767 DW 2.4484

Upah yang meningkat, harga output yang meningkat dan integrasi vertikal yang meningkat, akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja secara signifi-kan sampai pada taraf 15 persen. Integrasi vertikal menciptakan efisiensi yang selanjutnya akan meningkatkan keun-tungan usaha. Keunkeun-tungan usaha dapat

menjadi sumber pertumbuhan untuk ber-inovasi.

(22)

Dampak Konsentrasi Industri … 

291

hubungan negatif dengan produktivitas. Hal ini dikarenakan apabila semakin rendah rasio konsentrasi suatu industri maka semakin besar persaingan yang terjadi pada industri tersebut. Dengan meningkatnya persaingan maka per-usahaan akan cenderung terdorong untuk bertindak efisiensi dengan berupaya menurunkan biaya produksi dan mening-katkan teknologi.

Kemudian jika dilihat dari nilai elastisitas, dalam jangka pendek, produk-tivitas tenaga kerja sangat respon ter-hadap perubahan peubah upah, harga eceran broiler dan integrasi vertikal. Sementara itu sejalan dengan tingkat harga broiler, tingkat produktivitas tenaga kerja makin menurun selama rentang waktu penelitian ini.

Profitabilitas menunjukkan tingkat keuntungan per unit dan merupakan persentase selisih harga dan biaya per unit produksi terhadap biaya. Tingkat ke-untungan akan meningkat signifikan jika produktivitas tenaga kerja semakin besar. Sementara itu, peningkatan pangsa biaya operasional usaha, akan menurunkan tingkat keuntungan. Artinya perusahaan yang dapat menekan biaya operasional sekecil mungkin akan memperoleh ke-untungan yang lebih besar dikarenakan selisih antara harga broiler dan biaya menjadi lebih besar sehingga tingkat keuntungan makin besar (Riordan dan Salop, 1995). Angka keuntungan yang tinggi dapat mencerminkan tingginya efisiensi perusahaan. Dapat juga disebab-kan oleh adanya daya inovasi produk yang lebih baik. Efisiensi dan inovasi bersama-sama dengan kekuatan pasar adalah kombinasi yang solid bagi

per-usahaan untuk mendapatkan tingkat ke-untungan yang tinggi (Jaya, 2004).

Ternyata pada penelitian ini, kon-sentrasi berhubungan positif dengan pro-fitabilitas namun tidak signifikan. Ber-dasarkan hasil penelitian Resende (2005) dan Sheperd (1997) terdapat hubungan positif antara konsentrasi dan profita-bilitas. Semakin besar penguasaan pasar (market share), semakin kecil tekanan bersaing perusahaan tersebut. Ini berarti bahwa kekuatan pasar yang dimiliki per-usahaan untuk menentukan harga dan output semakin bertambah. Dengan bertambahnya kemampuan perusahaan untuk menentukan harga dan output akan berdampak pada meningkatnya tingkat keuntungan yang diterima perusahaan.

Kinerja selanjutnya dari perusahaan dalam industri broiler dapat dilihat dari

kekuatan pasar (market power) dengan

menghitung Lerner Index. Kekuatan

(23)

Anna Fitriani, Heny K. Daryanto, Rita Nurmalina, dan Sri Hery Susilowati 

292

Hasil pendugaan pada persamaan kekuatan pasar menunjukkan terdapat hubungan positif antara kekuatan pasar dan harga eceran broiler. Kondisi ini menyiratkan terdapat kekuatan monopoli pada pasar ayam broiler dimana per-usahaan memiliki kekuatan dalam mene-tapkan harga diatas harga pasar

per-saingan (price setter). Pada kondisi pasar

seperti ini akan sangat menguntungkan perusahaan (produsen) namun merugikan konsumen (Carlton dan Perloff, 2000).

Kekuatan pasar suatu industri akan meningkat signifikan dengan menurun-nya biaya per unit output. Ini artimenurun-nya perusahaan yang mampu meminimalisasi biaya produksi akan mampu mengalah-kan pesaing-pesaingnya dan meningkat-kan penguasaan pasar. Perusahaan yang mampu berproduksi dengan biaya lebih rendah akan memiliki daya saing lebih tinggi sehingga kemampuan penguasaan pasar akan lebih besar (Sheperd, 1997). Berdasarkan hasil penelitian Lopez dan Lirón-España (2005) didapatkan bahwa peningkatan konsentrasi industri me-nyebabkan efisiensi biaya sebagai dam-pak economies of size dalam industri pengolahan makanan di Amerika Serikat. Namun pada saat yang sama, mereka juga mengarah pada peningkatan kekuatan pasar, sehingga secara tidak langsung kekuatan pasar yang meningkat akan meningkatkan efisiensi biaya.

Produktivitas tenaga kerja ber-hubungan negatif dengan kekuatan pasar, yang artinya bahwa peningkatan pro-duktivitas dapat menurunkan kekuatan pasar. Produktivitas tenaga kerja tersebut pada dasarnya menandakan perubahan pada teknologi, efisiensi teknis dan

alokatif, serta utilisasi kapasitas produksi. Produktivitas yang tinggi akan mening-katkan persaingan sehingga kekuatan pasar akan menurun. Hal ini dibuktikan

oleh Gopinath et al. (2002) dalam

penelitiannya yang mengidentifikasi tingkat kritis konsentrasi atau kekuatan pasar dan hubungannya dengan per-tumbuhan produktivitas menjadi negatif.

Teori "Creative Destruction" oleh

Schumpeter yang menunjukkan bahwa pasar yang kompetitif adalah sangat cocok untuk alokasi sumber daya statis, tetapi perusahaan besar di pasar yang terkonsentrasi adalah sumber ekspansi jangka panjang dari output. Artinya, keuntungan tambahan dari meningkatnya harga atas biaya marjinal menyediakan sumber daya untuk inovasi teknologi.

Inovasi ini dapat menjadi trade-off bagi

kekuatan pasar. Gopinath et al.

melakukan analisis estimasi simultan untuk pertumbuhan produktivitas dan konsentrasi. Mereka menemukan bahwa hubungan konsentrasi-produktivitas in-dustri memiliki bentuk U-terbalik. Ter-dapat titik kritis di mana hubungan antara pertumbuhan produktivitas dan konsen-trasi atau kekuatan pasar ternyata negatif, pada saat konsentrasi meningkat menjadi 62.3, meningkat 24 persen dari level awal.

Selanjutnya sehubungan dengan dampak konsentrasi pasar di industri pangan terhadap kekuatan pasar mem-perlihatkan bahwa kekuatan pasar akan meningkat jika industri semakin ter-konsentrasi, meskipun tidak signifikan.

Temuan ini mendukung a priori dari

(24)

Dampak Konsentrasi Industri … 

293

konsentrasi tinggi akan meningkatkan kekuatan pasar.

Jumlah perusahaan pesaing ber-hubungan negatif dengan kekuatan pasar, begitu pula hubungannya dengan biaya per unit, meskipun tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa efisiensi pasar tergantung dari level (tingkat) persaingan pasar, bukan dari jumlah pesaingnya. Konsentrasi pasar tidak selalu me-nyiratkan kekuatan pasar. Kehadiran hanya beberapa penjual dan pembeli di dalam pasar tidak berarti bahwa perilaku peserta pasar tersebut tidak kompetitif. Di sisi lain, keberadaan banyak perusahaan tidak selalu menyiratkan kompetisi yang memadai. Jika pasar sangat tersegmentasi (misalnya, secara geografis), banyak perusahaan masing-masing mampu me-miliki banyak sekali kekuatan pasar di tiap segmen yang mereka kuasai. Dan sementara efisiensi pasar dan keadilan mungkin terabaikan ketika konsolidasi industri menjadikan industri ter-konsentrasi.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Struktur industri berupa konsentrasi industri akan mempengaruhi strategi diantaranya integrasi dan strategi peng-gunaan kapital (pangsa biaya pakan) perusahaan ayam broiler dan selanjutnya mempengaruhi efisiensi biaya dan tingkat keuntungan yang diterima perusahaan. Perusahaan yang mampu berproduksi secara efisien akan bertahan di industri dan yang tidak mampu akan tersingkir. Strategi perusahaan dengan melakukan integrasi vertikal juga akan memperkuat posisi perusahaan baik di pasar input

maupun di pasar output. Selanjutnya integrasi vertikal berdampak terhadap berkurangnya biaya per unit (komponen kinerja) yang artinya terjadi peningkatan efisiensi di industri. Efisiensi ber-hubungan positif dengan kekuatan pasar (komponen kinerja) dimana semakin efisien perusahaan maka pangsa pasarnya makin besar sehingga kekuatan pasarnya semakin besar. Namun integrasi vertikal berhubungan positif dengan harga dan harga yang meningkat akan mening-katkan keuntungan. Tingkat keuntungan dan harga yang meningkat akan semakin meningkatkan kekuatan pasar. Kekuatan pasar yang meningkat akan berdampak terhadap berkurangnya persaingan se-hingga akan menguntungkan perusahaan yang terintegrasi melalui harga broiler dan tingkat keuntungan yang meningkat. Sehingga secara tidak langsung pe-ningkatan konsentrasi akibat meningkat-nya integrasi berdampak terhadap pe-ningkatan kekuatan pasar.

Perusahaan terintegrasi dapat

ber-tindak sebagai price maker dan

menen-tukan tingkat keuntungan yang diingin-kan. Hal inilah yang dikhawatirkan di dalam perkembangan industri broiler tanah air, dimana strategi integrasi selain dapat meningkatkan efisiensi namun dapat menciptakan suatu hambatan masuk bagi perusahaan-perusahaan baru sehingga kondisi pasar semakin men-dekati monopoli. Oleh karena itu, manfaat dan kerugian bagi kinerja ekonomi dapat berjalan secara simultan dan peneliti tidak dapat menganalisanya secara terpisah-pisah.

(25)

Anna Fitriani, Heny K. Daryanto, Rita Nurmalina, dan Sri Hery Susilowati 

294

Sekarang ini, jika dilihat dari jumlah baik itu perusahaan yang non-integrasi dan peternak kecil, bisnis ayam broiler di Indonesia terdiri dari jumlah pemain yang sangat besar. Namun, perusahaan yang beroperasi secara integrasi hanya sedikit dan semakin mendominasi dan merupa-kan perusahaan asing. Perusahaan ini selain memproduksi dan mendistri-busikan sarana produksi, mereka juga sekaligus menampung hasil produksi peternak. Perusahaan terintegrasi juga

memiliki slaughtering house dan

peternakan ayam sendiri (ranch) serta

memiliki hubungan kuat dengan pemakai daging ayam seperti restoran ayam goreng, termasuk industri retail seperti supermarket dan hypermarket.

Saran

Terkait perkembangan usaha broiler agar dapat memberikan manfaat bagi masyarakat keseluruhan, pemerintah perlu menyusun kebijakan industri ayam broiler untuk jangka panjang yang tepat sasaran. Hal ini tentunya dengan memperhatikan perubahan lingkungan baik eksternal maupun internal yang nantinya akan mempengaruhistruktur, perilaku dan kinerja industri.

DAFTAR PUSTAKA

Baldwin W L and J T Scott. 1987. Market Structure and Technological Change. New York: Harwood Academic Publishers

Baumol W J, J C Panzar and R D Willig (1982). Contestable Markets and the Theory of Industry Structure.

New York: Hartcourt Brace Jovanovich

BPS [Badan Pusat Statistik]. 2009-2011. Survei Tahunan Perusahaan Peternakan Unggas. Sub Direktorat Statistik Peternakan. Badan Pusat Statistik, Jakarta

Bhuyan, S. 2005. Does Vertical Integration Effect Market Power? Evidence from U.S. Food Manufacturing Industries. Journal of Agricultural and Applied Economics, 37, 1 (April 2005):263-276

Carlton, D.W. and J.M. Perloff. 2000. Modern Industrial Organization. Third Edition. Addison Wesley Longman, Inc. New York.

Church J R and R Ware. 2000. Industrial Organization: A Strategic Approach. New York: McGraw-Hill

Daryanto, A. 2009. Dinamika Daya Saing Industri Peternakan. Penerbit IPB Press. Kampus Institut Pertanian Bogor Taman Kencana, Bogor.

Daryanto A. 2014. Nilai Tambah dan

Logistik Perunggasan. http://www.trobos.com/show_artic

le.php?rid=22&aid=4329

Demsetz, H. 1974. Industrial Concentration : The New Learning. Little Brown, Boston.

Gopinath, M., D. Pick, and Y. Li. 2002. Does Industrial Concentration Raise Productivity in Food Industries?. Presented at 2002 Annual Meeting of the Western

(26)

Dampak Konsentrasi Industri … 

295

Gujarati, D. 1995. Ekonometrika Dasar. Terjemahan. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Hayenga M, T Schroeder, J Lawrence, D Hayes, T Vukina, C Ward and W Purcell. 2000. Meat Packer Vertical IntegrationAnd Contract Linkages in theBeef and Pork Industries: An Economic Perspective.

www.prairieswine.com/pdf/39374. pdf

Ilham N, S Hastutidan K Kariyasa. 2002. Pendugaan Parameter da Elastisitas Penawaran dan Permintaan Beberapa Jenis Daging di Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi, 20 (2):1-23

Jaya W K. 2000. Ekonomi Industri. Edisi kedua. Jogyakarta. BPFE

Jayanthakumaran, K. 1999. Trade Reforms and Manufacturing Performance Performance : Australia 1989-1997. Working Paper Series 1999. Univeersity of Wollongong, Australia.

Jayanthakumaran K. 2002. The Impact of Trade Liberalisation on Manufacturing Sector Performance in Developing Countries: A Survey of the Literature. University of Wollongong, Australia. Working Paper 02-07

Klein B, R G Crawford and A A Alchian. 1978. Vertical Integration, Appropriable Rents, and the Competitive Contracting Process. Journal of Law and Economics 21 (2): 297-326

Koutsoyiannis, A. 1977. Modern Microeconomics. Second Edition. The Macmillan Press Ltd, London.

Lopez, R.A and C. Lirón-España. 2005. Price and Cost Impacts of Concentration in Food Manufacturing Revisited. Journal of Agribusiness 23,1:41S55.

Agricultural Economics Association of Georgia

Priyanti A, TD Soedjana, R Matondang dan P Sitepu. 1998. Estimasi Sistem Permintaan dan Penawaran Daging Sapi di Lampung. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner, 3(2):71-77

Resende, M. 2005. Structure, Conduct and Performance : a Simultaneous Equations Investigation for the Brazilian Manufacturing Industry. Instituto de Economia, Universida de Federal do Rio de Janeiro, Rio de Janeiro.

Riordan M, and`S Salop. 1995. Evaluating Vertical Mergers: A Post-Chicago Approach. Antitrust Law Journal 63: 513 - 68

Scherer, F.M. 1999. New Prespectives on Economic Growth and Technological Innovation. Brookings Institution Press, Washington DC.

Sheperd, W.G. 1997. The Economics of Industrial Organization : Analysis, Markets and Policies. Fourth Edition.Prentice Hall Intl, Inc. New Jersey.

Shields, D.A. 2010. Consolidation and Concentration in the U.S. Dairy Industry. CRS Report for Congress.

Teguh M. 2010. Ekonomi Industri. Jakarta. Rajawali Press.

(27)

Anna Fitriani, Heny K. Daryanto, Rita Nurmalina, dan Sri Hery Susilowati 

296

Tournaments versus Fixed Performance Standards." American Journal of Agricultural

Economics83: 1062–1073

Gambar

Tabel 1. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kondisi Dasar
Tabel 2. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur  Industri
Tabel 3. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Industri
Tabel 4. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Industri

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan dari beberapa fenomena di atas, dalam pelaksanaan PNPM-MP ekonomi bergulir kelompok yang belum optimal, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

jodoh, sudah ditakdirkan oleh Gusti. Pendek kata, gadis-gadis itu harus berterima kasih kepada Tuhan kelau kelak mendapat pasangan hidup yang utuh, tidak cacat, dan

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya aktivitas antibakteri ekstrak metanol dan ekstrak etanol daun kersen dalam bentuk sediaan gel terhadap Staphylococcus

Terbukti dari hasil observasi awal yang dilakukan peneliti dengan memberi instrumenangket dan wawancara terhadap siswa diperoleh data dari 32 orang siwa, 81,2%

Sistem ini merupakan monitoring ketinggian air sungai yang memberikan informasi kepada pengawas sungai dan masyarakat berupa tinggi beserta status sungai secara real time melalui

dan pembimbing II Ibu Nurbaity, M.Kom. Bank Syariah merupakan salah satu bank Islam yang fokus utama kegiatan usahanya adalah penyaluran dana berdasarkan prisip

Analisa gelombang kejut dilakukan dengan menggunakan hasil kalibrasi yang diperoleh dari model Greenshield karena memiliki nilai r 2 &gt;0,5 yaitu, r 2 = 0,899

Pernyataan yang sama juga dikemukakan oleh Schermerhorn Jr et al (2010), cara yang lain selain diferensiasi kontekstual adalah mengandalkan manajer menengah untuk