• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Intensitas Cahaya Terhadap Performa Pertumbuhan Dan Sintasan Benih Ikan Sepat Siam Trichopodus Pectoralis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan Intensitas Cahaya Terhadap Performa Pertumbuhan Dan Sintasan Benih Ikan Sepat Siam Trichopodus Pectoralis"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN INTENSITAS CAHAYA TERHADAP PERFORMA

PERTUMBUHAN DAN SINTASAN BENIH IKAN

SEPAT SIAM

Trichopodus pectoralis

BIANINGRUM

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perbedaan Intensitas Cahaya Terhadap Performa Pertumbuhan dan Sintasan Benih Ikan Sepat Siam

Trichopodus pectoralis adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2015

(4)

ABSTRAK

BIANINGRUM. Perbedaan Intensitas Cahaya Terhadap Performa Pertumbuhan dan Sintasan Benih Ikan Sepat Siam Trichopodus pectoralis. Dibimbing oleh EDDY SUPRIYONO dan LIES SETIJANINGSIH.

Ikan sepat siam Trichopodus pectoralis memiliki keunggulan mampu beradaptasi dengan perairan yang kurang layak bagi sebagian ikan lain, seperti pH rendah dan rendah oksigen. Ikan ini dibudidayakan sebagai ikan hias dan konsumsi. Permasalahan dalam budidaya sepat siam adalah pertumbuhan dan sintasan ikan pada masa pembenihan yang masih rendah. Teknik manipulasi lingkungan dapat dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan serta sintasan ikan, salah satunya dengan manipulasi intensitas cahaya. Penelitian bertujuan untuk menentukan intensitas cahaya optimal yang berpengaruh terhadap performa pertumbuhan dan sintasan benih ikan sepat siam Trichopodus pectoralis.

Rancangan penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan perbedaan intensitas cahaya yang berbeda; 0, 350, 500, dan 650 lux dengan padat tebar 50 ekor/19 liter. Setiap perlakuan memiliki 3 ulangan. Ikan uji berasal dari Cijeruk-Bogor, dengan bobot awal 1,75±0,11 g dan panjang total 4,2±0,63 cm Sumber cahaya yang digunakan adalah lampu TL warna putih dengan daya 3 watt. Ikan dipelihara selama 21 hari dengan periode penerangan pada setiap perlakuan selama 24 jam/hari. Perlakuan terbaik ditunjukkan pada perlakuan 500 lux dengan nilai sintasan, laju pertumbuhan spesifik, pertambahan panjang total, pertumbuhan bobot mutlak tertinggi dan nilai konversi pakan terendah.

Kata kunci: ikan sepat, intensitas cahaya, pertumbuhan, sintasan.

ABSTRACT

BIANINGRUM. The Difference Light Intensity on the Performance of the Growth and Survival fry Snakeskin Gourami (Trichopodus pectoralis). Supervised by EDDY SUPRIYONO and LIES SETIJANINGSIH.

Snakeskin Gourami (Trichopodus pectoralis) able to adapt the poor aquatic environment for most of fish, such as low pH and low oxygen. This fish cultivated as ornamental fish and consumption. Problems in the cultivation of this fish are the growth and survival during the seeding still low. Environment manipulation technique can be done to improve the growth and survival of the fish, one of the technique is light-intensity manipulation. The research aims to determine the optimal light intensity affect the performance of the growth and survival of fish seed Snakeskin Gourami (Trichopodus pectoralis). Design of this research is complete randomized design using different light intensity as treatments: 0, 350, 500, and 650 lux with rearing density 50 fish/19 liters, 3 replications for each treatment. Fish used in this research was from Cijeruk-Bogor with initial weight 1.75±0.11 g and 4.2±0.63 cm in total lenght. Light source was form 3 watt-white colored TL-lights. Fish reared for 21 days and each treament illuminated 24 hours/day. Result shows that the best treatment was 500 lux with survival rate, specific growth rate, total lenght growth, absolute weight growth the highest, and the lowest feed conversion.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

BIANINGRUM

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2015

PERBEDAAN INTENSITAS CAHAYA TERHADAP PERFORMA

PERTUMBUHAN DAN SINTASAN BENIH IKAN

(6)
(7)

Judul Skripsi :iPerbedaan Intensitas Cahaya Terhadap Performa

vvvvvvvvvvvviiPertumbuhan dan Sintasan Benih Ikan Sepat Siam

vvvvvvvvvvvvvviTrichopodus pectoralis

Nama :iBianingrum NIM :iC14110040

Program Studi :iTeknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya

Disetujui oleh

Dr Ir Eddy Supriyono, MSc Pembimbing I

Ir Lies Setijaningsih, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Sukenda, MSc Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian

dilaksanakan pada bulan Januari hingga Februari 2015 dengan judul “Perbedaan

Intensitas Cahaya Terhadap Performa Pertumbuhan dan Sintasan Benih Ikan Sepat Siam Trichopodus pectoralis”.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr Ir Eddy Supriyono MSc dan Ibu Ir Lies Setijaningsih, MSi selaku pembimbing yang telah memberikan banyak saran dan dukungan dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan tugas akhir ini.

2. Ibu Dr Ir Dinar Tri Soelistyowati, DEA selaku dosen penguji tamu dan Ir Dadang Shafruddin, MS komisi pendidikan S1 Departemen Budidaya Perairan yang telah banyak memberikan kritik dan saran-sarannya.

3. Keluargaku tercinta, Bapak (Bijono), Ibu (Nuning Ngatmiatin), Kakak dan Adik (Bianingtyas dan Biamusa) serta keluarga besar atas segala doa dan motivasi kepada penulis.

4. Laboran dan staf Laboratorium Lingkungan (Pak Jajang dan Kang Abe) yang telah memberikan kesempatan untuk menggunakan fasilitas Laboratorium selama penelitian.

5. Teknisi bapak Karmawan dan kepala balai Cibalagung Bapak Imam atas kelancaran selama berlangsungnya penelitian.

6. Teman- teman Budidaya Perairan Winy, Sulistyo, Anna, Hesti, Restya, Faaza, Kak Shella, Kak Zia, Hasan dan seluruh teman-teman BDP 48 terimakasih atas motivasi, dukungan, dan bantuannya selama penelitian. 7. Teman- teman Mahasiswa Lingkungan 48, 47 dan S2 : Alit, Iyen, Nurul,

Vero, Heri, Al-Khafi, Rini, Angga, Udin, Idris, Torong, Sukri, Zul, Kak Mila, Kak Nita, Bang Alex banyak memberi pengalaman yang tidak terlupakan serta segala dukungan dan motivasi.

8. Teman-teman Oryza-Baseball Softball IPB : Adya, Aji, Henny, Jamet, Nisa, Furqon, Iman, Ridwan, dll.

9. Rekan bisnis COKTEM (Coklat Tempe) : Asep dan Azka yang selalu memberikan semangat atas penyelesaian skripsi.

10. Sahabat-sahabat di kostan : Restu, Gamma, Prita, Ajeng, Fia, Naura, dan Adya atas bantuan dan saran-sarannya.

11. Serta seluruh keluarga besar BDP angkatan 47, 48, 49, dan 50 atas segala dukungan dan doanya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

METODE ... 2

Waktu dan Tempat Penelitian ... 2

Rancangan Penelitian ... 2

Materi Penelitian ... 2

Prosedur Penelitian ... 2

Parameter Uji ... 3

Analisis Data ... 5

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 5

Hasil ... 5

Pembahasan ... 12

KESIMPULAN DAN SARAN ... 15

Kesimpulan ... 15

Saran ... 15

DAFTAR PUSTAKA ... 16

LAMPIRAN ... 18

(10)

DAFTAR TABEL

1. Parameter dan alat pengukuran kualitas air ... 5

2. Kisaran nilai kualitas air selama pemeliharaan benih ikan sepat siam dengan intensitas cahaya berbeda ... 9

DAFTAR GAMBAR

1. Pertumbuhan bobot benih ikan sepat setelah dipelihara dengan intensitas cahaya yang berbeda ... 5

2. Pertambahan panjang benih ikan sepat setelah dipelihara dengan intensitas cahaya yang berbeda ... 6

3. Sintasan benih ikan sepat setelah dipelihara dengan intensitas cahaya yang berbeda ... 6

4. Laju pertumbuhan spesifik benih ikan sepat setelah dipelihara dengan intensitas cahaya yang berbeda ... 7

5. Pertumbahan panjang total benih ikan sepat setelah dipelihara dengan intensitas cahaya yang berbeda ... 7

6. Pertumbuhan bobot mutlak benih ikan sepat setelah dipelihara dengan intensitas cahaya yang berbeda ... 8

7. Konversi pakan benih ikan sepat setelah dipelihara dengan intensitas cahaya yang berbeda... 8

8. Parameter suhu selama pemeliharaan benih ikan sepat siam dengan intensitas cahaya berbeda ... 9

9. Parameter pH selama pemeliharaan benih ikan sepat siam dengan intensitas cahaya berbeda ... 10

10. Parameter DO selama pemeliharaan benih ikan sepat siam dengan intensitas cahaya berbeda ... 10

11. Parameter amonia selama pemeliharaan benih ikan sepat siam dengan intensitas cahaya berbeda ... 11

12. Parameter alkalinitas selama pemeliharaan benih ikan sepat siam dengan intensitas cahaya berbeda ... 11

13. Parameter kesadahan selama pemeliharaan benih ikan sepat siam dengan intensitas cahaya berbeda ... 12

DAFTAR LAMPIRAN

1. Desain wadah pemeliharaan benih ikan sepat selama pemeliharaan ... 18

2. Skema tata letak akuarium ... 18

3. Hasil Uji ANOVA ... 19

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan sepat siam Trichopodus pectoralis merupakan salah satu ikan endemik yang tersebar di daerah Kalimantan Selatan, Jambi dan Riau. Ikan ini termasuk jenis ikan tangkapan yang digemari masyarakat. Hasil survei dan analisis komoditas yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan Perikanan terdapat beberapa ikan yang memiliki nilai potensial untuk dibudidayakan, termasuk ikan sepat siam (Sukadi 2008). Menurut Diniya (2013), ikan sepat siam memiliki kandungan protein yang tinggi. Harga dipasaran mencapai Rp. 25.000 sampai Rp. 35.000/kg.

Jumlah produksi ikan sepat siam pada tahun 2010 mencapai 42 ton, tingginya produksi tersebut sebagian berasal dari tangkapan alam (Nasution 2012). Hasil produksi dari kegiatan budidaya pada kurun waktu dari 2008 sampai 2011 berkisar 2,82–12,36% dari total produksi setiap tahunnya (DITJEN PB 2013). Menurut Nasution (2012) ikan sepat siam juga mengalami penurunan jumlah populasi alami di perairan umum. Hal tersebut dibuktikan dengan menurunnya volume produksi antara tahun 2010–2011 dari 512.700 ton menjadi 110.000 ton (DITJEN PB 2013). Oleh karena itu perlu dilakukan langkah-langkah untuk mengantisipasi masalah tersebut, seperti pengembangan budidaya ikan sepat siam.

Faktor yang perlu diperhatikan kegiatan budidaya ikan sepat siam antara lain adalah faktor lingkungan. Menurut Boeuf & Le-Bail (1999), dalam upaya menyeimbangkan faktor lingkungan suatu biota perlu adanya teknik manipulasi lingkungan yang mudah dilakukan. Teknik manipulasi lingkungan yang telah terbukti dapat meningkatkan pertumbuhan dan sintasan ikan adalah manipulasi intensitas cahaya. Nurdin (2013), menyatakan bahwa adanya kemampuan ikan untuk tertarik pada suatu sumber cahaya berbeda-beda. Cahaya yang memiliki intensitas dan panjang gelombang tertentu akan mempengaruhi pergerakan atau tingkah laku ikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa ikan adaptif terhadap intensitas cahaya rendah, sebaliknya juga yang adaptif terhadap intensitas cahaya tinggi.

Menurut Satino (2011), bagian kolom perairan dapat mempengaruhi besar intensitas cahaya, adanya 3 lapisan perairan yang dilihat dengan sudut pandang vertikal. Salah satu lapisan tersebut, yaitu lapisan kompensasi yang diartikan bahwa suatu lapisan dengan intensitas cahaya sebesar 1% dari intensitas cahaya permukaan yang masuk, perairan tersebut ditemukan pada perairan tergenang. Menurut penelitian Boeuf & Le-Bail (1999), yang dilakukan pada ikan Gilthead seabream Sparus aurata L, intensitas cahaya tinggi akan lebih mengoptimalkan pertumbuhan. Uji cahaya tersebut juga telah teruji pada beberapa ikan di sebagian penelitian, seperti pada hasil penelitian Nurdin (2013), intensitas cahaya 550 lux dapat meningkatkan nafsu makan, pertumbuhan dan sintasan benih ikan tengadak

(Barbonymus schwanenfeldii).

(12)

2

gabus (Channa striata). Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa teknik manipulasi intensitas cahaya pada lingkungan media pemeliharaan diduga dapat meningkatkan produktivitas ikan budidaya. Namun kajian mengenai pengaruh intensitas cahaya terhadap pertumbuhan dan sintasan belum dilakukan pada pendederan ikan sepat. Oleh sebab itu diperlukan intensitas cahaya optimal yang berpengaruh terhadap performa pertumbuhan dan sintasan benih ikan sepat siam

Trichopodus pectoralis. Hasil penelitian ini dapat menjadikan tolak ukur agar

tingkat produksi ikan sepat siam setiap tahunnya terus meningkat.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menentukan intensitas cahaya optimal yang berpengaruh terhadap performa pertumbuhan dan sintasan benih ikan sepat siam

Trichopodus pectoralis.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga Februari 2015 di Instalasi Penelitian dan Pengembangan Teknologi, Lingkungan dan Toksikologi Perikanan Budidaya Air Tawar, Cibalagung.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini dirancang menggunakan Rancangan Acak lengkap (RAL). Penelitian yang dilakukan merupakan budidaya ikan sepat siam, terdiri dari empat perlakuan dan masing-masing perlakuan dilakukan tiga kali ulangan. Berikut perlakuan dan rancangan yang digunakan:

a. Ikan sepat (50 ekor/19 liter) + intensitas cahaya 0 lux b. Ikan sepat (50 ekor/19 liter) + intensitas cahaya 350 lux c. Ikan sepat (50 ekor/19 liter) + intensitas cahaya 500 lux d. Ikan sepat (50 ekor/19 liter) + intensitas cahaya 650 lux

Materi Penelitian

Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan sepat yang berasal dari Cijeruk dengan bobot awal 1,75±0,11 g dan panjang total 4,2±0,63 cm. Lampu yang digunakan yaitu lampu TL warna putih dengan daya 3 watt.

Prosedur Penelitian

Persiapan Wadah

(13)

3

Seluruh wadah perlakuan diisi air dengan volume 19 liter dan sirkulasi air dengan pemberian aerasi pada setiap wadah. Pengaturan lampu TL dipasang menggantung dengan ketinggian yang berbeda sesuai dengan perlakuan yaitu 350 lux, 500 lux, 650 lux, dan bak kontrol tidak diberi lampu. Adanya penambahan

heater di setiap akuarium. Dinding wadah pada akuarium perlakuan dilapisi

dengan plastik hitam (trashbag), sedangkan pada akuarium kontrol tidak dilapisi plastik hitam (trashbag) (Lampiran 1).

Persiapan Ikan Uji

Padat tebar ikan di setiap wadah diisi ikan sebanyak 50 ekor. Adaptasi ikan dilakukan selama 3 hari dalam wadah bak fiber yang telah disiapkan.

Pemeliharaan Ikan Uji

Ikan sepat dipelihara selama 21 hari. Selama pemeliharaan ikan diberikan pakan berupa cacing sutra. Pakan diberikan sebanyak 3 kali sehari, yaitu pukul 07.00 WIB, 13.00 WIB dan pukul 17.00 WIB. Pemberian pakan dilakukan secara

at satiation atau sekenyangnya. Penyiponan dilakukan setiap pagi hari jam 9-10.

Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan pergantian air sebanyak ±50% setiap hari.

Parameter Uji

Parameter biologi yang diukur meliputi panjang, bobot, sintasan, laju pertumbuhan spesifik, pertumbuhan bobot mutlak, pertambahan panjang total, konversi pakan. Cara penghitungan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Sintasan atau Survival Rate (SR)

Sintasan merupakan persentase jumlah ikan yang hidup pada akhir perlakuan dibandingkan dengan jumlah ikan pada awal perlakuan. Sintasan dapat dihitung dengan rumus berikut (Goddard 1996):

S (%) =

x 100

Keterangan:

S = Sintasan atau Survival Rate (SR) (%) Nt = Jumlah ikan akhir penelitian (ekor) No = Jumlah ikan awal penelitian (ekor)

Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS)

Laju pertumbuhan spesifik merupakan persentase pertambahan bobot setiap harinya selama pemeliharaan. LPS dapat dihitung dengan rumus (Zonneveld et al. 1991) :

LPS (%) =

- 1 x 100

Keterangan:

(14)

4

Wt = Bobot rata-rata ikan pada akhir penelitian (gram) Wo = Bobot rata-rata ikan pada awal penelitian (gram) t = Waktu pengamatan (hari)

Pertumbuhan Bobot Mutlak (PBM)

Pertumbuhan bobot mutlak merupakan pertambahan bobot (selisih bobot akhir dan bobot awal) selama waktu pemeliharaan. Pertumbuhan bobot mutlak dapat dihitung dengan rumus (Zonneveld et al. 1991) :

Wm = Wt – Wo Keterangan :

Wm = Bobot mutlak (gram)

Wt = Bobot rata-rata individu pada akhir penelitian (gram) Wo = Bobot rata-rata individu pada awal penelitian (gram)

Pertambahan Panjang Total (PPT)

Pertambuhan panjang total merupakan pertambahan panjang (selisih panjang akhir dan panjang awal) selama waktu pemeliharaan. Pertumbuhan panjang total dapat dihitung dengan rumus (Goddard 1996) :

L = Lt – Lo Keterangan:

L = Panjang total (cm)

Lt = Panjang rata-rata individu pada akhir penelitian (cm) Lo = Panjang rata-rata individu pada awal penelitian (cm)

Feed Conversion Ratio(FCR) atau Konversi pakan

Feed Conversion Ratio (FCR) adalah jumlah pakan yang diberikan untuk

menghasilkan 1 kg daging. FCR dapat dihitung dengan rumus (Goddard 1996):

FCR =

Keterangan :

FCR = Feed conversion ratio

(15)

5

Tabel 1 Parameter dan alat pengukuran kualitas air

No. Parameter Metode Alat

1. Intensitas cahaya (lux) Insitu Lux meter

2. Suhu (0C) Insitu Termometer

3. pH Insitu pH-meter

4. DO (mg/l) Insitu DO-meter

5. Amonia (mg/l) Spektrofotometri Spektrofotometer 630 nm 6. Alkalinitas (mg/l CaCO3) Titrasi Alat Titrasi

7. Kesadahan (mg/l CaCO3) Titrasi Alat Titrasi

Analisis Data

Data yang diperoleh di analisis secara deskriptif dan statistik. Parameter yang di analisis secara deskriptif berupa kualitas air dilakukan menggunakan Microsoft Excel 2013. Parameter yang di analisis secara statistik berupa sintasan, laju pertumbuhan spesifik, pertumbuhan bobot mutlak, pertambahan panjang total, konversi pakan, dan efisiensi pakan. Analisis statistik dilakukan dengan analisis ragam (ANOVA) menggunakan SPSS versi 22 pada selang kepercayaan 95%. Apabila perlakuan berpengaruh nyata dilakukan uji lanjut Duncan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Bobot

Bobot benih ikan sepat setelah dipelihara selama 21 hari menunjukkan peningkatan nilai setiap harinya pada semua perlakuan tersaji pada Gambar 1.

Gambar 1 Pertumbuhan bobot benih ikan sepat yang dipelihara dengan intensitas cahaya yang berbeda

(16)

6

Panjang

Panjang benih ikan sepat setelah dipelihara selama 21 hari menunjukkan peningkatan nilai setiap harinya pada semua perlakuan tersaji pada Gambar 2.

Gambar 2 Pertambahan panjang benih ikan sepat yang dipelihara dengan intensitas cahaya yang berbeda

Sintasan

Sintasan benih ikan sepat setelah dipelihara selama 21 hari menunjukkan bahwa nilai sintasan tertinggi terdapat pada perlakuan 500 lux sebesar 84%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kontrol, perlakuan 350 lux dan 650 lux tidak berbeda nyata (p>0,05), namun berbeda nyata (p<0,05) dengan perlakuan 500 lux. Berikut hasil sintasan benih ikan yang disajikan pada Gambar 3.

*Keterangan huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) Gambar 3 Sintasan benih ikan sepat setelah dipelihara dengan intensitas cahaya

yang berbeda selama 21 hari

Laju Pertumbuhan Spesifik

Nilai laju pertumbuhan spesifik tertinggi terdapat pada perlakuan 500 lux sebesar 5,29% berbeda nyata (P<0,05). Pada perlakuan kontrol sebesar 2,7%, 350 lux sebesar 3,53% dan 650 lux sebesar 3,55%. Berdasarkan uji statistik, nilai laju pertumbuhan spesifik menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (p>0,05). Laju

0

Kontrol 350 lux 500 lux 650 lux

73±16,28

Kontrol 350 lux 500 lux 650 lux

(17)

7

Pertumbuhan Spesifik benih ikan sepat setelah dipelihara selama 21 hari dapat dilihat pada Gambar 4.

*Keterangan huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) Gambar 4 Laju pertumbuhan spesifik benih ikan sepat setelah dipelihara dengan

intensitas cahaya yang berbeda selama 21 hari

Pertambahan Panjang Total

Nilai pertambahan panjang total tertinggi terdapat pada perlakuan 500 lux dengan nilai sebesar 2,82 cm berbeda nyata (p<0,05) dan perlakuan kontrol sebesar 1,91 cm. Hasil uji statistik pertambahan panjang total menunjukkan hasil berbeda nyata (p<0,05). Berikut grafik pertambahan panjang total (Gambar 5).

*Keterangan huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) Gambar 5 Pertambahan panjang total benih ikan sepat setelah dipelihara dengan

intensitas cahaya yang berbeda selama 21 hari

Pertumbuhan Bobot Mutlak

Nilai pertumbuhan bobot mutlak tertinggi pada perlakuan 500 lux dengan nilai sebesar 3,43 g dan nilai terendah pada perlakuan kontrol sebesar 1,33 g. Hasil uji statistik pertumbuhan bobot mutlak menunjukkan bahwa hasil berbeda nyata (p<0,05). Berikut grafik pertumbuhan bobot mutlak (Gambar 6).

2,7±0,56

Kontrol 350 lux 500 lux 650 lux

L

Kontrol 350 lux 500 lux 650 lux

(18)

8

*Keterangan huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) Gambar 6 Pertumbuhan bobot mutlak benih ikan sepat setelah dipelihara dengan

intensitas cahaya yang berbeda selama 21 hari

Konversi Pakan(FCR)

Nilai konversi pakan tertinggi pada perlakuan kontrol dengan nilai sebesar 4,68 g dan nilai terendah/terbaik pada perlakuan 500 lux sebesar 2,30 g. Hasil uji statistik konversi pakan menunjukkan bahwa hasil berbeda nyata (p<0,05). Berikut grafik pertumbuhan bobot mutlak (Gambar 7).

*Keterangan huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) Gambar 7 Konversi pakan benih ikan sepat setelah dipelihara dengan intensitas

cahaya yang berbeda selama 21 hari 1,33±0,34

Kontrol 350 lux 500 lux 650 lux

P

Kontrol 350 lux 500 lux 650 lux

(19)

9

Parameter Kualitas Air

Hasil pengukuran parameter kualitas air pada media pemeliharaan benih ikan sepat dengan intensitas cahaya kontrol, 350 lux, 500 lux, dan 650 lux selama pemeliharaan 21 hari tersaji pada Tabel 3.

Tabel 2 Kisaran nilai kualitas air selama pemeliharaan benih ikan sepat siam dengan intensitas cahaya berbeda Amonia (mg/L) 0,01-0,018 0,01-0,02 0,00-0,034 0,00-0,004 0,014-0,074

(Murjani 2009)

70,8-112,4 58,3-112,2 65,43-112,1 58,3-112,4 >15 (Azrita 2010)

Berikut merupakan grafik setiap parameter kualitas air selama pemeliharaan benih ikan sepat siam dengan intensitas cahaya berbeda.

Suhu

Suhu pada tiap perlakuan terlihat fluktuatif pada pengamatan hari ke-7 hingga hari ke-21, tampak meningkat pada hari ke-14 kemudian menurun pada hari-21. Hal ini terjadi pada perlakuan kontrol, 350 lux dan 650 lux. Namun, pada 500 lux cenderung stabil (Gambar 8).

Gambar 8 Parameter suhu selama pemeliharaan benih ikan sepat siam dengan intensitas cahaya berbeda

(20)

10

pH

Tiap perlakuan menunjukkan nilai hasil yang fluktuatif terlihat pada pengamatan hari ke-0 hingga hari ke-14 cenderung meningkat, kemudian pada hari ke-21 tiap perlakuan menurun kecuali pada perlakuan 500 lux yang cenderung meningkat (Gambar 9).

Gambar 9 Parameter pH selama pemeliharaan benih ikan sepat siam dengan intensitas cahaya berbeda

DO

Nilai DO di setiap perlakuan terlihat bahwa adanya kenaikan pada pengamatan hari ke-0 sampai hari ke-21, namun pada pengamatan hari ke-21 tampak terlihat pada perlakuan kontrol mengalami penurunan.

Gambar 10 Parameter DO selama pemeliharaan benih ikan sepat siam dengan intensitas cahaya berbeda

Amonia

Hasil analisis kadar amonia menunjukkan bahwa pada perlakuan kontrol, 350 lux dan 500 lux terlihat fluktuatif dari pengamatan hari ke-0 hingga hari ke-

0

KONTROL 350 lux 500 lux 650 lux

0

(21)

11

21 yang memiliki nilai yang terus meningkat pada hari ke-14, kemudian perlakuan 350 lux menurun pada akhir penelitian. Namun, pada perlakuan 650 lux memiliki nilai yang tetap dari pengamatan hari ke-0 hingga hari ke-21.

Gambar 11 Parameter amonia selama pemeliharaan benih ikan sepat siam dengan intensitas cahaya berbeda

Alkalinitas

Hasil analisis Alkalinitas di seluruh perlakuan mengalami nilai yang fluktuatif. Terlihat pada perlakuan kontrol yang cenderung meningkat pada hari ke-7, kemudian menurun hingga hari ke-21 yang diikuti pada perlakuan 500 lux yang mengalami penurunan pada hari ke-7 dan hari ke-21. Namun pada 350 lux dan 650 lux cenderung meningkat setelah pengamatan hari ke-7.

Gambar 12 Parameter alkalinitas selama pemeliharaan benih ikan sepat siam dengan intensitas cahaya berbeda

Kesadahan

Hasil analisis kesadahan pada tiap perlakuan terlihat bahwa adanya kesamaan pada perlakuan kontrol, 350 lux, dan 650 lux dilihat pada pengamatan

0

KONTROL 350 lux 500 lux 650 lux

0

(22)

12

hari ke-0 hingga hari ke-7 cenderung menurun kemudian pada hari ke-14 cenderung meningkat sampai hari ke-21. Namun pada perlakuan 500 lux dapat dilihat bahwa cenderung meningkat pada hari ke-7, selanjutnya menurun hingga hari ke-21.

Gambar 13 Parameter kesadahan selama pemeliharaan benih ikan sepat siam dengan intensitas cahaya berbeda

Pembahasan

Ikan membutuhkan intensitas cahaya yang cukup untuk perkembangan secara normal dan pertumbuhan ikan, namun beberapa spesies dapat berkembang dan tumbuh pada intensitas cahaya yang rendah bahkan tanpa adanya cahaya (Boeuf and Le Bail 1999). Nilai panjang dan bobot tertinggi dapat ditunjukkan pada perlakuan 500 lux, ternyata cahaya optimum dapat mempengaruhi pertumbuhan, metabolisme, merangsang nafsu makan ikan dan jarak pandang benih ikan sepat menjadi luas sehingga memudahkan ikan sepat mencari dan memangsa makanannya. Nilai panjang dan bobot terendah pada perlakuan kontrol (Gambar 1 & Gambar 2). Hal ini diduga penggunaan cahaya sebesar 500 lux memudahkan benih ikan sepat menangkap pakan yang diberikan selama pemeliharaan berlangsung.

Hal ini ditunjukkan pada pertambahan bobot dan panjang benih ikan sepat. Demikian juga hasil laju pertumbuhan spesifik (LPS) benih ikan sepat menunjukkan bahwa pada setiap perlakuan berbeda nyata (p<0,05). Nilai tertinggi pada perlakuan 500 lux dengan nilai sebesar 5,29±0,32% dan nilai terendah pada kontrol sebesar 2,7±0,56%, diikuti dengan perlakuan 350 lux sebesar 3,53±0,59% dan 650 lux sebesar 3,55±0,65% dimana pertumbuhannya relatif lebih lambat dan memperoleh nilai yang tidak berbeda (p>0,05) (Lampiran 4). Menurut Safitri (2014), intensitas cahaya tinggi akan meningkatkan pertumbuhan yang optimal, dengan intensitas 500 lux merupakan intensitas cahaya terbaik untuk kegiatan pendederan benih ikan gabus.

Intensitas cahaya tinggi akan lebih mengoptimalkan pertumbuhan, namun penggunaan intensitas cahaya secara intensif pada ukuran tertentu dapat menyebabkan stres pada ikan bahkan kematian (Boeuf and Le Bail 1999).

(23)

13

Perbedaan sintasan diduga bahwa penggunaan intensitas cahaya terlalu rendah atau tinggi menyebabkan benih ikan sepat tidak dapat mengandalkan penglihatannya dalam menangkap pakan. Benih ikan sepat termasuk jenis ikan yang nokturnal, sehingga penggunaan intensitas cahaya 500 lux sangat membantu penglihatannya dalam mengambil makanannya. Tingginya pertumbuhan dan sintasan pada perlakuan 500 lux sangat membantu dalam upaya budidaya ikan sepat. Menurut Tang 2000 dalam Taufik et al. 2006, intensitas cahaya sangat berperan terhadap sintasan dan pertumbuhan berbagai jenis ikan terutama benih yang bersifat “Vision feeding” yaitu benih yang mengandalkan penglihatan dalam

menangkap pakan. Menurut Safitri (2014), meningkatnya nilai sintasan suatu benih ikan akan sangat mempengaruhi jumlah konsumsi pakan yang dikonsumsi semakin banyak dan mengakibatkan pertumbuhan ikan akan semakin meningkat dan daya tahan tubuh ikan semakin kuat. Hal ini sesuai pada penelitian pada Setiadi et al. (2002), menyatakan intensitas 500 lux merupakan intensitas cahaya terbaik pada ikan kerapu macan merah.

Pengukuran pertambahan panjang total (PPT) diperoleh dari hasil perhitungan selisih panjang akhir dan panjang awal ikan selama waktu pemeliharaan. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai tertinggi terdapat pada perlakuan 500 lux dengan nilai sebesar 2,82±0,45 cm sedangkan nilai terendah diperoleh perlakuan kontrol dengan nilai sebesar 1,91±0,35 cm. Hasil uji statistik menunjukkan nilai PPT berbeda nyata (p<0,05) dari 4 perlakuan (kontrol, 350 lux, 500 lux, dan 650 lux) (Lampiran 4).

Hasil pertumbuhan bobot mutlak (PBM) yang diartikan sebagai pertambahan bobot benih ikan sepat setelah dipelihara selama 21 hari (Gambar 6). Hasil uji statistik nilai pertumbuhan bobot mutlak pada semua perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p<0,05). Nilai tertinggi diperoleh pada perlakuan 500 lux sebesar 3,43±0,32 g sedangkan terendah pada perlakuan kontrol sebesar 1,33±0,34 g.

Pertumbuhan ikan mempengaruhi jumlah pakan dan kandungan pakan yang dikonsumsinya. Pakan yang cukup, ikan akan mengkonsumsi hingga memenuhi kebutuhan energinya, penggunaan energi untuk metabolisme dan pertumbuhan sesuai dengan ukuran ikan (Fujaya 2004). Pertumbuhan yang baik ditujukan pada nilai konversi pakan yang baik. Konversi pakan atau FCR (Feed

Conversion Rate) merupakan jumlah pakan yang diberikan untuk menghasilkan 1

kg daging. Intensitas cahaya menjadikan jumlah konsumsi pakan menjadi meningkat. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai berbeda nyata (p<0,05) pada seluruh perlakuan. Nilai konversi terbaik pada perlakuan 500 lux sebesar 2,30±0,41, sedangkan nilai terburuk pada perlakuan kontrol sebesar 4,68±0,60. Hasil menunjukkan bahwa kesesuaian pada nilai LPS yang dihasilkan. Menurut Khairuman et al. (2008), menyatakan bahwa nilai konversi pakan dengan cacing sutera relatif lebih tinggi dibanding dengan pakan komersil, karena pada cacing sutera memiliki nutrien yang lebih baik dari pada pakan komersial, yakni kandungan kadar air (87,19%), protein (57%), lemak (13,3%), karbohidrat (2,04%), dan kadar abu (3,6%).

(24)

14

suhu 27,1–27,7oC (Gambar 8). Menurut Froese (2014) menyatakan bahwa ikan sepat siam di perairan asalnya memiliki nilai suhu sebesar 23–28oC. Kisaran suhu pada media pemeliharaan selama penelitian masih berada dalam kisaran yang dapat di toleransi untuk budidaya ikan sepat.

Hasil pengukuran keasaman (pH) pada semua perlakuan diperoleh nilai pH sebesar 6,5–7,6. Kisaran terbaik terhadap peningkatan pertumbuhan dan nilai sintasan terdapat pada perlakuan intensitas cahaya 500 lux dengan nilai pH sebesar 6,7–7,6, nilai termasuk dalam kisaran yang baik (Gambar 9). Hal ini sesuai pada pernyataan Froese (2014), kisaran pH ikan sepat siam didalam perairan sebesar 6,5–9. Kisaran toleransi nilai pH tersebut merupakan nilai yang sesuai pada nilai pH yang didapatkan pada media pemeliharaan dengan memberikan pengaruh terbaik pada perlakuan 500 lux.

Ikan sepat siam termasuk dalam kelas Anabantoidei, sejenis dengan ikan tambakan, gurami, betok, dan cupang. Pada kelompok ini adanya bantuan alat pernapasan yaitu labirin (labyrinth) pada ruang insangnya. Berfungsi sebagai memudahkan ikan hidup di perairan yang memiliki sedikit oksigen yang dapat langsung diambil dari udara. Hal ini berpengaruh pada hasil pengukuran DO di media penelitian. Hasil pengukuran DO atau oksigen terlarut mencapai 4,56–4,84 mg/L di setiap media perlakuan intensitas cahaya yang berbeda. Adanya perbedaan perlakuan intensitas cahaya menyebabkan perbedaan tingkat konsumsi oksigen karena intensitas 350, 650, dan kontrol tidak memberikan hasil yang optimal, kisaran oksigen terlarut pada perlakuan 500 lux, yaitu sebesar 4,56–4,84 mg/L memberikan pertumbuhan dan sintasan yang optimal maka dari itu, adanya pengaruh tingkat konsumsi oksigen dengan perlakuan yang diberikan (Gambar 10).

Suhu yang stabil dengan diikuti DO atau tingkat konsumsi yang baik mempengaruhi proses metabolisme pada tubuh ikan. Hal ini mempengaruhi nilai amonia yang didapatkan di media pemeliharaan benih ikan sepat. Nilai amonia pada media pemeliharaan didapatkan kisaran nilai sebesar 0,00–0,02 mg/L (Gambar 11). Sesuai dalam kisaran amonia yang baik dalam budidaya, menurut Murjani (2009) menyatakan bahwa kisaran nilai amonia ikan sepat sebesar 0,014– 0,074 mg/L. Kisaran nilai tersebut sesuai pada nilai yang didapatkan selama pemeliharaan, hal ini juga dapat dilihat pada pertumbuhan dan sintasan yang tertinggi dan terbaik, yaitu pada perlakuan 500 lux, mencapai kisaran sebesar 0,00–0,034 mg/L.

Nilai alkanitas atau suatu gambaran kapasitas air yang berguna untuk menetralkan asam juga mempengaruhi suatu perairan rawa. Kisaran nilai alkalinitas yang ideal untuk perairan sebesar 50,0–200,00 mg/L CaCO3 (Gambar

12). Kisaran tersebut equivalent perairan rawa yang memiliki tingkat produktivitas sedang (Azrita 2010). Nilai yang didapatkan di media pemeliharaan selama penelitian sebesar 56–105 mg/L CaCO3, kisaran nilai tersebut merupakan

(25)

15

sehingga kesadahan dapat digunakan sebagai petunjuk kandungan garam-garam dari kedua kation alkali tanah. Maka dari itu, nilai alkalinitas yang ideal berpengaruh pada nilai kesadahan yang didapatkan. Kisaran nilai kesadahan pada perlakuan perbedaan intensitas cahaya ikan sepat siam sebesar 58,3–112,4 mg/LCaCO3 (Gambar 13). Menurut Azrita (2010), lingkup budidaya perairan

mempunyai nilai kesadahan >15 mg/LCaCO3 tergolong perairan yang memiliki

produktivitas baik dan cocok untuk habitat ikan rawa. Hal ini sesuai pada hasil pertumbuhan dan sintasan yang terbaik dengan menghasilkan nilai alkalinitas dan kesadahan dalam kisaran, yaitu pada perlakuan 500 lux sebesar 60–105 mg/L CaCO3 dan 65,43–112,1 mg/LCaCO3. Nilai kisaran yang baik sesuai dengan

literatur untuk budidaya ikan sepat siam.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil terbaik dari penelitian benih ikan sepat siam menunjukkan bahwa intensitas cahaya 500 lux merupakan intensitas cahaya optimal yang ditunjukkan oleh sintasan tertinggi sebesar 84%, laju pertumbuhan spesifik sebesar 5,29%, pertambahan panjang total sebesar 2,82 cm, pertambahan bobot mutlak 3,43 g dengan FCR (konversi pakan) mencapai 2,30.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui lama penyinaran

(photoperiode) dalam pemeliharaan benih ikan sepat (Trichopodus pectoralis)

(26)

16

Diniya A, Putra R M, Deni E. 2013. Stomach Analyse of Tricoghaster pectoralis

[jurnal]. Riau (ID): Universitas Riau.

[DITJEN PB] Direktorat Jendral Perikanan Budidaya. 2013. Statistik Perikanan Budidaya Sawah. Kementerian Kelautan Perikanan.

Froese R, Pauly D. Editors. 2014. FishBase. World Wide Web electronic publication. www.fishbase.org.

Fujaya Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan. Jakarta (ID): PT. Rineka Cipta.

Goddard S. 1996. Feed Management in Intensive Aquaculture. New York (UK): Chapman and Hall. p 174.

Khairuman, Amri K, Sihombing T. 2008. Peluang Usaha Budidaya Cacing Sutra. Jakarta: PT Agromedia Pustaka.

Murjani A. 2009. Budidaya Beberapa Variets Ikan Sepat Rawa (Trichopodus

trichopterus Pall) Dengan Pemberian Pakan Komersial [jurnal]. Banjar (ID):

Universitas Lambung Mangkurat Kalimantas Selatan.

Nasution Z. 2012. Kelembagaan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan “Lelang Lebak Lebung” dan Kemiskinan Masyarakat Nelayan (studi kasus di Kabupaten Ogan Komering Ilir - Sumatera Selatan) [tesis]. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.

Nurdin M. 2013. Perbedaan Lama Penyinaran dan Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan serta Sintasan Benih Ikan Tengadak (Barbonymus

schwanenfeldii) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Safitri N. 2014. Pengaruh Tingkat Intensitas Cahaya Terhadap Performa Pertumbuhan Larva Ikan Gabus Channa striata [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Setiadi E, Tsumura S, Yamaoka K. 2002. Effect of Water Color and Light Intensity on Water Surface Tension-related Deaths in Larval Stage of the Red Spotted Grouper, Epinephelus akaara. Suisanzoshoku. 51(1): 81-85. Satino. 2011. Materi Kuliah Limnologi. Yogyakarta : FMIPA UNY.

Sukadi MF, Nugroho E, Kristanto HA, Widiyati A, Winarlin, Djajasewaka H. 2008. Pengembangan Komoditas Perikanan Budidaya Air Tawar di Provinsi Kalimantan Barat: Analisis Komoditas Lokal. Analisis Kebijakan

Pembangunan Perikanan Budidaya. Pusat Riset Perikanan Budidaya.

57-70pp.

(27)

17

Taufik I, Azwar ZI, Sutrisno, Yosmaniar. 2006. Pemeliharaan ikan betutu

(Oxyeleotris marmorata Blkr.) dengan periode penyinaran yang berbeda.

Jurnal Riset Akuakultur.1 (3): 431-436.

(28)

18

LAMPIRAN

Lampiran 1 Desain wadah pemeliharaan benih ikan sepat selama pemeliharaan

Gambar 1 Wadah pemeliharaan penelitian benih ikan sepat

Lampiran 2 Skema tata letak akuarium

650 lux

350 lux 650 lux 500 lux

(29)

19

Lampiran 3 Hasil Uji ANOVA

Bobot Jumlah kuadrat df kuadrat F Sig. Diluar kelompok 1173,333 8 146,667

Total 1513,000 11

Lampiran 4 Hasil Uji Duncan

(30)
(31)

21

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bontang, Kalimantan Timur pada tanggal 15 juli 1993 dari pasangan bapak Bijono dan ibu Nuning Ngatmiatin. Penulis adalah putri kedua dari tiga bersaudara. Pendidikan formal yang dilalui di SMA Yayasan Pupuk Kaltim, Bontang Kalimantan Timur dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun yang bersamaan penulis diterima di IPB Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan melalui jalur SNMPTN Undangan.

Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah magang di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung pada tahun 2013 dengan komoditas pembenihan ikan nemo. Bulan Juni–Agustus 2014 penulis melaksanakan Praktik Lapang Akuakultur di PT Arwana Indonesia, Cibubur dengan judul Pembenihan Ikan Arwana. Penulis juga pernah menjadi asisten Manajemen Kualitas Air tahun ajaran 2013/2014 dan Asisten Fisika Kimia Perairan tahun ajaran 2014/2015.

Penulis aktif dalam beberapa organisasi dan kegiatan kepanitiaan kampus, Bendahara 2 UKM Oryza Baseball-Softball 2011, Koordinator Lapangan UKM Oryza Baseball-Softball 2012, Bendahara BIRO BEMC 2013, Kepala Divisi Dana Usaha Ombak BEMC 2013, Kepala Divisi Fundrising GENUS (Gebyar Nusantara) BEMKM 2014, Anggota Kewirausahaan HIMAKUA (himpunan Mahasiswa Akuakultur) 2014.

Tugas akhir penulis dalam menyelesaikan pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan ini berjudul

“PERBEDAAN INTENSITAS CAHAYA TERHADAP PERFORMA

PERTUMBUHAN DAN SINTASAN BENIH IKAN SEPAT SIAM Trichopodus

(32)

Gambar

Gambar 2  Pertambahan panjang benih ikan sepat yang dipelihara dengan
Gambar 4  Laju pertumbuhan spesifik benih ikan sepat setelah dipelihara dengan
Gambar 7  Konversi pakan benih ikan sepat setelah dipelihara dengan intensitas
Tabel 2  Kisaran nilai kualitas air selama pemeliharaan benih ikan sepat siam
+5

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan Pengarusutamaan Gender atau disingkat PUG merupakan strategi yang dilakukan pemerintah secara rasional dan sistematis untuk mencapai dan mewujudkan

Fasilitas yang tersedia untuk mendukung operasional peternak madu di Desa Kuapan Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar sebagian besar telah terpenuhi yang terdiri

Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Laporan Tugas Akhir dengan judul Analisis Upaya Mengatasi Kendala Pencairan Tunggakan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukoharjo

Penelitian dengan tujuan mendeskripsikan kepraktisan, keefektifan, dan ukuran pengaruh pembelajaran discovery learning dalam meningkatkan model mental dan penguasaan

discovery learning yang sangat baik meliputi keterlaksanaan RPP yang sangat tinggi, respon siswa yang sangat tinggi, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kecenderungan Subjective Well Being Guru Bimbingan dan Konseling SMP Negeri di Kota Bandung Secara Umum

Sebagai akibat hukum dari perbuatan nusyuz ini menurut jumhur ulama, mereka sepakat bahwa istri yang tidak taat kepada suaminya tanpa adanya suatu alasan yang dibenarkan

Paduan zirkonium atau zirkaloi merupakan bahan yang digunakan sebagai bahan kelongsong elemen bakar nuklir dari reaktor daya.. Kelongsong elemen bahan bakar nuklir