• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seleksi Bakteri Probiotik dari Saluran Pencernaan Untuk Meningkatkan Kinerja Pertumbuhan Ikan Jelawat Leptobarbus hoevent Blkr

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Seleksi Bakteri Probiotik dari Saluran Pencernaan Untuk Meningkatkan Kinerja Pertumbuhan Ikan Jelawat Leptobarbus hoevent Blkr"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

KINERJA PERTUMBUHAN IKAN JELAWAT

Leptobarbus hoeveni

Blkr

SABARIAH

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

SELEKSI BAKTERI PROBIOTIK

DARI SALURAN PENCERNAAN UNTUK MENINGKATKAN

KINERJA PERTUMBUHAN IKAN JELAWAT

Leptobarbus hoeveni

Blkr

SABARIAH

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Akuakultur

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

Nama : Sabariah

NIM : C151070151

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Dedi Jusadi Dr. Widanarni

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Ilmu Akuakuktur

Prof. Dr. Enang Harris Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS.

(4)
(5)

Jelawat FishLeptobarbus hoeveni Blkr. Under supervision of DEDI JUSADI and WIDANARNI.

The effect of probiotics isolated from jelawat fish gut Leptobarbus hoeveni supplemented into the diet on enzym activities, growth performance of jelawat fish and digestibility was investigated. A triplicate experiment was conducted using 6-7 g jelawat fish. Each fish was fed on the diet supplemented with either probiotics produce amylase (U4), produce lypase (S1), produce protease (U12), produce protease, lypase and amylase (U7) or control (no supplementation of probiotics). Regardless of the strain, the application of probiotics significantly increased the bacteria population in the fish gut, thereby digestibility and protein retention, food conversion ratio and growth of fish significantly improved. On the other hand, fish fed on the diet supplemented with U4 probiotics had the best growth performance. Therefore, U4 is the best probiotics isolated from the jelawat fish gut to use as a supplementary diet for jelawat fish.

(6)

RINGKASAN

SABARIAH. Seleksi Bakteri Probiotik dari Saluran Pencernaan untuk Meningkatkan Kecernaan Pakan dan Pertumbuhan Ikan Jelawat Leptobarbus hoeveni Blkr. Dibimbing oleh DEDI JUSADI dan WIDANARNI.

Kualitas pakan sangat menentukan laju pertumbuhan ikan. Pakan yang dikonsumsi oleh ikan tidak semuanya dapat dicerna namun ada yang dikeluarkan dalam bentuk limbah berupa feses dan sisa metabolisme lain seperti urin dan amoniak. Besarnya pakan yang dikeluarkan menjadi feses tergantung dari kesesuaian komponen pakan dengan kemampuan enzimatik di saluran pencernaan ikan atau daya cerna. Pakan yang berkualitas selain dihasilkan dari sumber bahan pakan juga dapat dihasilkan dengan penambahan enzim dalam pakan. Peningkatan enzim pencernaan dengan memanfaatkan bakteri saluran pencernaan pada ikan telah banyak dilaporkan. Adanya informasi tentang peranan bakteri dalam saluran pencernaan yang memiliki kemampuan enzimatis atau mampu menyumbangkan enzim kecernaan sehingga membantu proses penyerapan makanan. Berdasarkan informasi tersebut dibuat suatu rancangan penelitian untuk menyeleksi bakteri dari saluran pencernaan ikan jelawat sebagai probiotik untuk meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan jelawat.

Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap secara in vitro dan in vivo. Penelitian in vitro meliputi isolasi bakteri kandidat probiotik, seleksi bakteri kandidat probiotik yang terdiri dari 1) uji aktivitas proteolitik, lipolitik dan amilolitik, 2) uji pertumbuhan bakteri, 3) uji ketahanan terhadap asam lambung dan garam empedu, 4) uji penempelan, 5) uji aktivitas antagonistik terhadap bakteri patogen. Uji in vivo meliputi: 1) Uji patogenitas bakteri kandidat probiotik serta 2) uji pakan percobaan pada kinerja pertmbuhan. 3) Uji daya cerna pakan dan uji aktivitas enzim saluran pencernaan. Penelitian kinerja pertumbuhan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Pakan yang diujikan terdiri dari A) pakan komersial yang tidak ditambahkan probiotik, B) pakan komersial yang ditambah isolat terbaik penghasil protease (isolat U12), C) pakan komersial yang ditambah isolat terbaik penghasil lipase (isolat S1), dan D) pakan komersial yang ditambah isolat terbaik penghasil amilase (isolat U4), E) pakan komersial yang ditambah isolat terbaik penghasil protease, lipase dan amilase (U7).

(7)

oleh perlakuan U4 yaitu pemberian pakan yang ditambah isolat yang memiliki aktivitas enzim amilase tertinggi. Kecernaan yang tinggi menyebabkan protein dan energi nutrien pakan yang dapat diserap ikan akan lebih tinggi sehingga energi akan lebih banyak tersimpan untuk pertumbuhan. Perlakuan U4 juga menunjukkan hasil konversi pakan yang paling baik dibandingkan lainnya. Enzim amilase lebih efektif pada ikan jelawat untuk mencerna pakan. Penambahan probiotik pada pakan komersial terhadap ikan uji juga memberikan pengaruh yang nyata pada populasi bakteri di saluran pencernaan ikan uji dibandingkan kontrol. Hal ini memacu peningkatan aktivitas enzim endogenous yang diproduksi oleh bakteri dalam saluran pencernaan. Enzim amilase yang disekresikan oleh isolat U4 mampu meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan jelawat.

Kelangsungan hidup ikan uji memberikan hasil yang tidak berbeda nyata antar perlakuan. Hal ini mungkin diakibatkan oleh kuantitas serta kualitas pakan yang diberikan cukup untuk mempertahankan kebutuhan pokok ikan serta lingkungan yang terjaga dengan baik selama pemeliharaan.

(8)

© Hak Cipta Milik IPB, tahun 2010

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(9)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis

Seleksi Bakteri Probiotik dari

Saluran Pencernaan untuk Meningkatkan Kecernaan Pakan dan Pertumbuhan

Ikan Jelawat

Leptobarbus hoeveni

Blkr.

adalah karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana

pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun

tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Maret 2010

(10)

PRAKATA

Puji yukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga

karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah

probiotik dengan judul Seleksi Bakteri Probiotik dari Saluran Pencernaan untuk

Meningkatkan Kecernaan Pakan dan Pertumbuhan Ikan Jelawat

Leptobarbus hoeveni

Blkr.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Dedi Jusadi dan Dr. Widanarni selaku

pembimbing, serta Dr. Bambang Priyo Utomo selaku dosen penguji yang telah banyak

membantu serta memberikan saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan

kepada Bapak Ranta. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada orang tua, suami

dan putra tersayang Dimas Sakti Maulana, Dino Prasetyo dan Darnas Seto Mulyo serta

kakak dan abang atas doa, cinta dan kasih sayang, pengertian serta dorongan yang selalu

diberikan. Terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman AKU (Mulyati, Suryati,

Mulyasari, Suryansyah, Dominggas, Ratnawati, Dian Retnosari, Denny S, Tita N,

Swastika Dita, Indra L, Alias R, Deisi H, Didik A, Limin S, Ellen S, Ujang D, Darmi,

Mirna F, Dasu R, Afrizal H, Adang S, Purnamawati, ibu Yulintin, ibu Indira, ibu Ayu,

mbak Hesti, Pak Otik, pak Gufron, Pak Andi dan teman-teman AKU lainnya (S2 dan S3

angkatan 2007, 2008 dan 2009). Terima kasih kepada teman-teman di SUPM Negeri

Pontianak. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah

membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran

dan kritik yang bermanfaat akan penulis terima dengan lapang dada. Semoga karya

ilmiah ini bermanfaat. Amin.

 

 

 

 

 

 

 

 

Bogor, Maret 

 

Sabariah 

 

(11)

 

Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai (Kalimantan Barat) pada tanggal

10 Juni 1975 dari Ayah H. Ambo' Dallek (Almarhum) dan Ibu Hj.

Rahmah. Penulis merupakan putra ke lima dari tujuh bersaudara.

Pada tahun 1994 penulis lulus dari SUPM Negeri Pontianak dan

diterima sebagai tenaga honorer pada SUPM Negeri Bone Sulawesi

Selatan. Pada tahun 1999 melanjutkan studi S1 di Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan Univ. Muhammadiyah Pontianak dan lulus pada

tahun 2003. Tahun 2003 diterima menjadi PNS menjadi guru di

SUPM Negeri Pontianak. Pada tahu

7  penulis  melanjutkan 

studi pada Ilmu Akuakultur, Sekolah Pascasarjana IPB.   

 

(12)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

PENDAHULUAN Latar Belakang ………... 1

Perumusan Masalah ………... 2

Tujuan dan Manfaat Penelitian ………... 3

TINJAUAN PUSTAKA Lingkungan Hidup dan Kebiasaan Makan Ikan Jelawat ... 4

Pencernaan Ikan Jelawat....………... 5

Jenis-jenis Probiotik ... 7

Mekanisme Kerja Bakteri Probiotik ... 9

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 11

Tahapan Penelitian... 11

Isolasi dan Pemurnian Bakteri Kandidat Probiotik ... 11

Seleksi Bakteri ... 12

Pengujian Aktivitas Proteolitik, Lipolitik dan Amilolitik.... 12

Penentuan Fase Pertumbuhan Bakteri ... 12

Uji Ketahanan terhadap Asam Lambung dan Garam Empedu ... 13

Uji Penempelan ... 13

Uji Aktivitas Antagonistik terhadap Bakteri Patogen ... 14

Uji Patogenisitas Bakteri Kandidat Probiotik pada Ikan Jelawat.. 14

Pakan Percobaan pada Ikan Jelawat... 15

Uji Pertumbuhan pada Ikan Jelawat... 16

Uji Daya Cerna Pakan... 18

(13)

Analisis Data ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 20

Isolasi dan Pemurnian Bakteri Kandidat Probiotik ... 20

Seleksi Bakteri ... 20

Aktivitas Proteolitik, Lipolitik dan Amilolitik... 20

Fase Pertumbuhan Bakteri ... 21

Ketahanan terhadap Asam Lambung dan Garam Empedu ... 23

Penempelan Bakteri ... 24

Aktivitas Antagonistik terhadap Bakteri Patogen ... 24

Patogenisitas Bakteri Kandidat Probiotik pada Ikan Jelawat .. 25

Pertumbuhan Ikan Jelawat... 26

Aktivitas Enzim Saluran Pencernaan ... 27

Pembahasan ………... 28

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 32

Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

(14)

iii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Hasil analisa proksimat pakan komersil yang digunakan... 15

2. Laju pertumbuhan harian (LPH ), jumlah konsumsi pakan (JKP), ekonversi pakan (FCR), retensi protein (RP), kecernaan pakan (KP) dan kelangsungan hidup (SR) pada ikan jelawa... 26

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Skema tata letak akuarium ... 16

2. Hasil aktivitas proteolitik, lipolitik dan amilolitik ... 20

3. Diameter hidrolisis enzim oleh isolat proteolitik, lipolitik dan amilolitik. 21 4. Kurva nilai kerapatan optik (Optical Density) ... 22

5. Selisih log (cfu/ml) jumlahbakteri pada pH 2.5 dengan pH normal ... 23

6. Selisih log (cfu/ml) jumlahbakteri pada pH 7.5 dengan pH normal ... 23

7. Hasil uji penempelan isolat bakteri pada lempeng baja ... 24

8. Aktivitas antagonistik isolat kandidat probiotik terhadap A. hydrophila.. 25

9. Perubahan bobot rata-rata individu ikan jelawat (g) perlakuan kontrol (tanpa probiotik), U12 (protease), S1 (lipase), U4 (amilase) dan U7 (protease, lipase dan amilase) ... 26

(16)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Uji hidrolisis kasein, lemak dan pati ... 38

2. Prosedur penambahan bakteri kandidat probiotik pada pakan komersil yang digunakan………... 39

3. Hasil analisa proksimat pakan penelitian (% bobot kering) ... 39

4. Prosedur analisis nilai kecernaan pakan (Takeuchi. 1988)... 40

5. Prosedur memperoleh ekstrak enzim usus ikan jelawat ... 41

6. Uji aktivitas enzim amilase, protease dan lipase ……….. 42

7. Nilai kerapatan Optik (Optical density) ….. 44

8. Hasil pengujian ketahanan isolat mikrab amilolitik, proteolitik dan lipolitik terhadap asam lambung dan garam empedu ... 45

9. Hasil uji penempelan isolat bakteri amilolitik, proteolitik dan lipolitik pada lempeng baja ... 46

10. Aktivitas antagonistik terhadap bakteri patogen ……….. 46

11. Perhitungan laju konsumsi pakan, laju pertumbuhan harian, efisiensi pakan, kelangsungan hidup dan kecernaan pakan ikan jelawat... 47

12. Perhitungan retensi protein ... 48

13. Analisis ragam laju konsumsi harian ikan jelawat selama pemeliharaan ... 49

14. Analisis ragam dan uji Duncan laju pertumbuhan harian ikan jelawat selama pemeliharaan ... 49

15. Analisis ragam dan uji Duncan retensi protein (%) ikan jelawat selama pemeliharaan ... 50

16. Analisis ragam dan uji Duncan konversi pakan (%) ikan jelawat selama pemeliharaan ... 50

17. Analisis ragam dan uji Duncan kecernaan protein (%) ikan jelawat selama pemeliharaan ... 51

18. Analisis ragam dan uji Duncan kecernaan total (%) ikan jelawat selama pemeliharaan ... 51

(17)

20. Analisis ragam dan uji Duncan populasi bakteri probioik pada

ikan jelawat diakhir pemeliharaan ... 53

21. Analisis ragam dan uji Duncan aktivitas enzim protease ikan jelawat selama pemeliharaan ... 53

22. Analisis ragam dan uji Duncan aktivitas enzim lipase ikan jelawat

selama pemeliharaan ... 54

(18)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan jelawat Leptobarbus hoeveni Blkr adalah jenis ikan air tawar lokal

yang digemari oleh masyarakat Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan

Tengah dan Kalimantan Barat (Said 1999). Namun kemungkinan diduga

karena kecernaan pakan ikan jelawat rendah, sehingga pertumbuhan ikan

jelawat menjadi lambat. Hasil penelitian Truong et al. (2003) dengan lama

pemeliharan 60 hari pada fase fingerling dari berat 1,39 g dan panjang 5,10 cm

menghasilkan berat 2,54 g dan panjang rata-rata 6,26 cm.

Salah satu yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan

adalah dengan meningkatkan kecernaan pakan melalui penambahan bakteri

probiotik. Macey dan Coyne (2005) mengemukakan bahwa probiotik yang

mempunyai pengaruh positif bagi inangnya mempunyai beberapa kriteria,

antara lain tidak bersifat patogen; sebaiknya merupakan mikroflora normal

usus agar lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan usus; toleran

terhadap asam lambung dan garam empedu; memiliki kemampuan untuk

menempel dan mengkoloni sel usus; dan memiliki pengaruh yang

menguntungkan terhadap kesehatan. Produk probiotik diharapkan mempunyai

sel hidup yang besar yakni berkisar antara 107 sampai 109 cfu/ml. Berdasarkan

hasil penelitian Murni (2004) penambahan bakteri probiotik Bacillus sp. dalam

pakan buatan mampu meningkatkan laju pertumbuhan ikan gurami, karena

aktivitas enzim pencernaan meningkat, yaitu aktivitas enzim protease

meningkat dari 0,55 menjadi 0,86 unit/menit/ml dan aktivitas enzim amilase

meningkat dari 663,7 menjadi 851,8 unit/menit/ml. Menurut Fardiaz (1992)

sebagian dari Bacillus sp. mempunyai sifat proteolitik yang dapat

mensekresikan enzim protease, sebagian mempunyai sifat lipolitik yang dapat

mensekresikan enzim lipase dan bersifat amilolitik yang dapat mensekresikan

enzim amilase. Keberadaan enzim-enzim ini dapat membantu meningkatkan

(19)

Beberapa jenis bakteri yang terdapat dalam saluran pencernaan hewan

memiliki peran penting dalam rangka meningkatkan pemanfaatan pakan,

kesehatan ikan, dan perbaikan mutu lingkungan dan mikroorganisme

(Kesarcodi-Watson et al. 2008). Selain itu, beberapa bakteri flora pada saluran

pencernaan memainkan peran yang cukup penting dan menghasilkan beberapa

jenis enzim dalam saluran pencernaan yang kemungkinan turut berperan

dalam metabolisme inang. Karena itu perlu pengkajian bakteri yang terdapat

dalam saluran pencernaan ikan jelawat untuk mengetahui potensi enzimnya

dalam memacu pertumbuhan ikan jelawat.

Perumusan Masalah

Ikan jelawat dikelompokkan dalam ikan pemakan tumbuhan

(herbivora). Hasil identifikasi pakan di dalam saluran pencernaannya, pakan

yang ditemukan adalah biji-bijian, buah-buahan dan tumbuhan air (Balitkanwar

1996). Jenis pakan ini mempunyai kandungan serat yang tinggi, sehingga sulit

dicerna dan menyebabkan pertumbuhan ikan jelawat lambat.

Penambahan bakteri probiotik dalam pakan buatan akan mempengaruhi

kinerja atau aktivitas enzim pencernaan, sehingga proses pencernaan dan

penyerapan nutrien pakan oleh tubuh ikan akan lebih baik, yang pada akhirnya

pertumbuhan ikan jelawat menjadi lebih cepat. Namun tidak setiap probiotik

sesuai untuk semua spesies ikan, hal ini berhubungan dengan aktivitas enzim

yang bervariasi.

Secara alami aktivitas enzim pencernaan pada ikan berhubungan

dengan jenis ikannya. Helver (2002) dan Krogdahl et al. (2005) menyatakan

bahwa pada ikan herbivora aktivitas enzim amilase lebih tinggi daripada

aktivitas enzim protease dan lipase. Demikian juga aktivitas enzim protease

dan lipase ikan omnivora dan karnivora lebih tinggi daripada enzim amilase.

Pada ikan jelawat diharapkan probiotik yang diberikan dapat meningkatkan

aktivitas enzim sesuai dengan kebutuhannya. Oleh karena itu perlu penelitian

bakteri probiotik yang sesuai dan dapat meningkatkan aktivitas enzim

percernaan untuk dicampur dalam pakan buatan ikan jelawat, sehingga dapat

(20)

3

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bakteri dari saluran

pencernaan ikan jelawat yang dapat meningkatkan aktivitas enzim pencernaan

yang menghasilkan kecernaan pakan tinggi sehingga dapat meningkatkan

pertumbuhan ikan jelawat.

Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi jenis-jenis bakteri probiotik dari saluran pencernaan yang mampu

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Lingkungan Hidup dan Kebiasaan Makan Ikan Jelawat

Menurut Said (1999) ikan jelawat merupakan ikan asli perairan umum

yang penyebarannya hampir di seluruh Sumatera, Kalimantan, sebagian Jawa

dan Sulawesi Utara. Sunarno (1989), mengatakan bahwa ikan jelawat tersebar

di perairan-perairan sungai dan daerah genangan atau rawa di Kalimantan dan

Sumatera serta kawasan Asia Tenggara dan lainnya seperti Malaysia, Thailand,

Vietnam, dan Kamboja. Selanjutnya Asyari dan Gaffar (1993) menyatakan

bahwa ikan jelawat banyak di temui di sungai-sungai dan daerah genangan

kawasan tengah hingga hilir, bahkan di bagian muara sungai, dan pada saat air

menyusut benih ikan jelawat beruaya ke arah bagian hulu sungai. Said (1999)

menambahkan bahwa habitat yang di sukai ikan jelawat adalah anak-anak

sungai yang berlubuk dan berhutan di bagian pinggirnya.

Ikan jelawat memerlukan kondisi fisika dan kimia air yang optimal.

Pada umumnya ikan jelawat hidup di perairan yang bersuhu 25–27oC, oksigen

terlarut 4–9 ppm dan pH air 6,3–7,5 (Arifin et al. 1992). Namun untuk hidup

normal dan tumbuh baik, ikan ini memerlukan suhu 26–28,5oC (Ondara dan

Sunarno 1987a), oksigen terlarut 5–7 ppm (Arifin et al. 1992) dan pH air 7,0–

7,5 (Ondara dan Sunarno 1987b). Walaupun diperlukan pH air yang relatif

normal untuk hidup dan tumbuh baik, ikan jelawat juga ditemukan hidup pada

perairan yang sedikit asam (Arifin et al. 1992).

Ikan jelawat yang berukuran besar bersifat omnivora yang cenderung

herbivora (Sunarno 1991). Hasil pemeriksaan usus ikan jelawat pada beberapa

perairan yang dilakukan oleh Said (1999), menunjukkan bahwa makanan ikan

jelawat terdiri dari biji-bijian, buah-buahan dan tumbuhan air. Ikan jelawat

yang di pelihara dalam kolam dapat memakan singkong, daun singkong, daun

pepaya, ampas dan bungkil kelapa, cincangan daging ikan, ikan rucah, usus

ayam dan pakan buatan berbentuk pelet (Sunarno dan Reksalegora 1982).

Berdasarkan bentuk mulutnya, ikan jelawat lebih menyukai makanan

yang melayang dengan cara menyambar makanan, tetapi ikan jelawat dapat

(22)

5

dan Reksolegora (1982) menyatakan bahwa ikan jelawat yang diberi pakan

berbentuk pelet cenderung tumbuh lebih cepat dari pada yang diberi pakan

berbentuk gumpalan. Ikan jelawat yang berukuran fingerling dapat mencapai

berat 0,6-0,9 kg/ekor selama delapan bulan, lama pemeliharaan ikan konsumsi

4-6 bulan dengan ukuran benih pada saat penebaran antara 12-15 cm.

Sedangkan lama pemeliharaan untuk mencapai induk ± 12 bulan (Sunarno

1989).

Pencernaan Ikan Jelawat

Pencernaan merupakan suatu proses yang berlangsung terus-menerus.

Pada umumnya pencernaan makanan adalah proses hidrolisa protein menjadi

asam amino atau polipeptida sederhana dan karbohidrat menjadi gula

sederhana serta dari lipid menjadi gliserol dan asam lemak (Mohanta et al.

2007).

Produksi sari makanan dan hidrolisa nutrien makro pada sistem

pencernaan ikan dimungkinkan dengan adanya enzim pencernaan, seperti

protease, amilase, karbohidrase dan lipase serta asam lambung.

Kesarcodi-Watson et al. (2008) menyatakan bahwa dalam saluran pencernaan ikan,

makanan dicerna dan kemudian diserap melalui dinding usus dan masuk ke

dalam sistem peredaran darah.

Enzim merupakan katalisator biologis yang dihasilkan oleh sel

makhluk hidup untuk membantu proses biokimia. Fungsi katalisator menurut

Winarno (1991) adalah untuk mempercepat reaksi kimia dengan membebaskan

energi pengaktifan. Aktivitas enzim dipengaruhi oleh suhu dan pH. Aslamyah

(2006) mengatakan bahwa enzim pencernaan yang dihasilkan oleh lambung

ikan aktif pada pH 2–4. Kehadiran enzim dalam saluran pencernaan sangat

mempengaruhi daya cerna ikan terhadap makanan.

Selain enzim dalam saluran pencernaan, kecernaan pakan juga dapat

dibantu oleh adanya bakteri dalam usus. Bakteri penghasil enzim akan

membantu ikan mencerna pakan dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh

bakteri tersebut yaitu protease, lipase dan amilase. Pakan dicerna secara

(23)

sehingga energi yang dihasilkan dapat digunakan untuk memacu pertumbuhan

ikan (Wirawati 2002).

Daya cerna ikan terhadap suatu jenis makanan bergantung kepada

faktor fisik dan kimia makanan, jenis makanan, umur ikan, sifat fisik dan kimia

air serta jumlah enzim pencernaan pada sistem gastrointestinal (Aslamyah

2006).

Enzim protease, lipase dan amilase mempengaruhi pencernaan

makanan di usus (Murni 2004). Proteolitik merupakan enzim yang berperan

dalam hidrolisis protein. Menurut Mohanta et al. (2007) enzim yang paling

banyak berperan dalam hidrolisis karbohidrat yaitu amilase seperti yang

ditunjukkan oleh ikan mas.

Proses kerja enzim dalam pencernaan ikan hampir semuanya sama.

Enzim amilase dan lipase tidak hanya terdapat pada ikan herbivora saja, tetapi

juga pada ikan karnivora. Keberadaan enzim-enzim pencernaan berhubungan

dengan makanan. Helver (2002) menyatakan bahwa pada ikan herbivora

aktivitas enzim amilase lebih tinggi daripada protease dan lipase, demikian

halnya ikan omnivora dan karnivora aktivitas enzim protease dan lipase lebih

tinggi daripada enzim amilase. Daya cerna ikan terhadap suatu makanan

bervariasi dari spesies satu ke spesies yang lain. Secara umum daya cerna

untuk protein berkisar antara 70 – 90 % dan untuk karbohidrat bervariasi dari

5–15 % untuk tepung selulosa dan glukosa 1 %. Menurut Mohanta et al.

(2007) daya cerna ikan terhadap karbohidrat sangat rendah dan tergantung pada

spesies ikannya.

Keberadaan enzim dalam makanan akan meningkatkan daya cerna ikan

terhadap bahan makanan. Helver (2002) menyatakan bahwa enzim eksogenik

(berasal dari makanan) sangat berarti bagi pertumbuhan larva atau benih ikan

yang mekanisme sekresinya belum berkembang. Menurut Gatesoupe (1999) di

dalam saluran pencernaan ikan terdapat bakteri yang menghasilkan enzim

pencernaan yang dapat merombak nutrien makro yang masuk melalui pakan

untuk kebutuhan bakteri itu sendiri dan memudahkan makanan diserap oleh

(24)

7

Menurut Murni (2004) enzim berperan dalam mengubah laju reaksi,

sehingga kecepatan reaksi yang diperlihatkan dapat dijadikan ukuran keaktifan

enzim. Affandi et al. (1992) menyatakan bahwa aktivitas enzim dapat

dinyatakan antara lain dalam bentuk unit enzim. Aktivitas enzim bergantung

pada konsentrasi enzim dan substrat, suhu, pH dan inhibitor. Enzim

pencernaan yang disekresikan ke dalam rongga saluran pencernaan berasal dari

mukosa lambung, pankreas dan mukosa usus. Enzim-enzim ini berperan

sebagai katalisator dalam hidrolis protein, lemak dan karbohidrat menjadi

bahan-bahan yang sederhana. Mukosa lambung menghasilkan enzim protease

dengan suatu aktivitas proteolitik optimalnya pada pH rendah. Cairan

pankreatik kaya akan tripsin, yaitu suatu protease yang aktivitas optimalnya

sedikit di bawah pH biasa, disamping itu juga mengandung amilase, maltase

dan lipase (Murni 2004).

Penelitian Truong et al. (2003) menunjukkan bahwa kecernaan bahan

kering, protein, lemak, karbohidrat dan energi pada ikan jelawat 48 g

masing-masing sebesar 70,15%; 85,79%; 95,18%; 58,59% dan 76,21%. Law (1986)

yang melakukan pengamatan kecernaan pakan ikan jelawat pada berbagai

faktor memberikan informasi bahwa kecernaan nutrien, terutama karbohidrat,

mempunyai korelasi positif dengan ukuran ikan. Selanjutnya dikatakan bahwa

sebagian besar nutrien tepung ikan dapat dicerna oleh ikan jelawat, dan bungkil

kelapa lebih mudah dicerna daripada kacang kedele dan jagung.

Materi pakan yang telah dicerna selanjutnya akan diserap oleh tubuh.

Adanya penyerapan materi ini akan merubah komposisi tubuh ikan yang dapat

menunjukkan adanya pertumbuhan. Menurut Gatesoupe (1999) bahwa faktor

yang mempengaruhi komposisi tubuh ikan adalah ukuran, umur, jenis pakan

dan tingkat kehidupan tertentu.

Jenis-jenis Probiotik

Kesarcodi-Watson et al. (2008) menyatakan bahwa probiotik

merupakan makanan tambahan dalam bentuk mikrob hidup, yang memberi

pengaruh menguntungkan bagi inang dengan meningkatkan keseimbangan

(25)

Menurut Gatesoupe (1999) pada hewan akuatik, tidak hanya saluran

pencernaan yang penting, tetapi juga air yang menjadi habitatnya. Pendapat di

atas didukung oleh Kesarcodi-Watson et al. (2008) bahwa pada hewan akuatik

selain saluran pencernaan, air disekeliling organisme tersebut juga memegang

peranan penting. Oleh karena itu probiotik untuk hewan akuatik adalah agen

mikrob hidup yang memberikan pengaruh menguntungkan pada inang dengan

memodifikasi komunitas mikrob atau berasosiasi dengan inang, menjamin

perbaikan dalam penggunaan pakan atau memperbaiki nilai nutrisinya,

memperbaiki respon inang terhadap penyakit atau memperbaiki kualitas

lingkungannya.

Pemanfaatan beberapa bakteri yang berada dalam wadah budidaya dan

tubuh organisme akuatik seperti ikan dan udang sebagai probiotik telah

dilakukan dan mampu menunjukkan pengaruh positif terhadap pertumbuhan

dan kesehatan melalui peningkatan keseimbangan bakteri dalam tubuh

(Nikoskelainen et al. 2003; Villamil et al. 2003; Vine et al. 2004). Beberapa

jenis bakteri yang mampu berperan sebagai probiotik pada organisme akuatik

yaitu V. alginolyticus, V. harveyi, Pseudomonas sp. Nitrobacter sp. untuk

udang, Nitrosomonas sp. dan Bacillus sp. untuk kepiting, V. pelagis, Bacillus

toyoi,. Lactobacillus plantarum, L. helveticus dan Streptococcus lactis untuk

ikan turbot, Alteromonas sp. untuk Oyster, Rodobacter sp. Vibrio sp. untuk

scalop (Gatesoupe 1999)). Bakteri yang dominan terdapat pada air tawar

antara lain Aeromonas sp. Plesiomonas, Clostridium sp. Penelitian dengan

kultur Lactobacillus sp. 0,2% dan Bacillus subtilis 0,1% yang masing-masing

ditambahkan ke dalam pakan menunjukkan adanya peningkatan bobot dan

efisiensi pakan pada ikan Rainbow trout. Kultur Bacillus subtilis dalam pakan

ayam membantu meningkatkan jumlah Lactobacillus sp. di dinding usus yang

pada gilirannya dapat menekan mikroorganisme yang tidak diinginkan seperti

E. coli (

Balca´zar

et al

. 2006

).

Nur dan Fatah (2000) melaporkan bahwa pengkayaan rotifer dengan

bakteri probiotik Bacillus sp. pada pakan larva udang menunjukkan tidak ada

perbedaan nyata terhadap penambahan panjang larva udang yang diberi

(26)

9

(2003) mengemukakan bahwa penambahan probiotik Bacillus sp. melalui

naupli Artemia memberikan pengaruh nyata dan signifikan terhadap

perkembangan larva udang windu. Percobaan serupa telah dibuktikan oleh

Hariyati et al. (1998) dengan mengaplikasikan bakteri probiotik melalui media

pemeliharaan, yang menunjukkan bahwa penggunaan jasad renik (probion)

dapat difungsikan langsung sebagai makanan. Gatesoupe (1999) melaporkan

bahwa probiotik merupakan sumber vitamin dan asam amino esensial bagi

larva. Selanjutnya Gullian et al. (2004) menyatakan bahwa manfaat probiotik

adalah meningkatkan resistensi terhadap infeksi penyakit, meningkatkan laju

pertumbuhan, memperbaiki konversi pakan, memperbaiki sistem pencernaan,

penyerapan makanan yang lebih baik dan melengkapi nutrien esensial.

Mekanisme Kerja Bakteri Probiotik

Menurut Verschuere et al. (2000) mekanisme kerja bakteri probiotik

dapat dibagi menjadi beberapa cara, yaitu (1) produksi senyawa inhibitor; (2)

kompetisi terhadap senyawa kimia atau sumber energi (nutrisi); (3) kompetisi

terhadap tempat pelekatan; (4) peningkatan respon imun (kekebalan); (5)

perbaikan kualitas air; (6) interaksi dengan fitoplankton.

Substansi antibakterial telah dihasilkan oleh beberapa bakteri yang

diisolasi dari saluran pencernaan ikan budidaya air tawar terhadap beberapa

strain patogen antara lain A. hydrophila (Sugita et al. 1996).

Probiotik untuk akuakultur umumnya hanya diseleksi berdasarkan

kemampuannya menghasilkan senyawa antibakteri, walaupun demikian

pelekatan pada mukosa usus juga penting agar mereka tetap berada pada usus

inang. Kompetisi terhadap tempat pelekatan terjadi antara kandidat probiotik

(API-AP5) yang diisolasi dari ikan badut (Amphiprion percula L) terhadap

bakteri patogen A. hydrophila dan V. Alginolyticus. Kandidat probiotik

tersebut mempunyai kemampuan untuk melekat pada mukosa usus ikan dan

berkompetisi dengan bakteri patogen, sehingga dengan penambahan bakteri

probiotik akan mengurangi pelekatan bakteri patogen (Vine et al. 2004).

Perbaikan kualitas air dengan penggunaan bakteri probiotik seperti

(27)

dengan meningkatnya perombakan bahan organik dalam wadah pemeliharaan

ikan.

Interaksi bakteri probiotik-fitoplankton secara tidak langsung dapat

meningkatan pertumbuhan dan kelangsungan hidup organisme budidaya. Hasil

penelitian Douillet dan Langdon (1994) menunjukkan bahwa penambahan

bakteri galur CA2 (belum diketahui spesiesnya) ke dalam kultur alga dapat

meningkatkan nilai nutrisi dari alga tersebut dan selanjutnya dapat

(28)

11

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dimulai dengan tahap isolasi dan seleksi bakteri kandidat

probiotik yang dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen

Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, dengan

menggunakan ikan jelawat yang berasal dari Unit Pembenihan Ikan Sentral

Anjongan Kalimantan Barat. Tahap isolasi dan seleksi bakteri kandidat

probiotik ini dilakukan mulai bulan Desember 2008 sampai Februari 2009.

Tahap selanjutnya yaitu percobaan pemeliharaan ikan jelawat yang dilakukan

di Laboratorium Lapangan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB dari

bulan April sampai Juni 2009.

Tahapan Penelitian

Isolasi dan Pemurnian Bakteri Kandidat Probiotik

Bakteri diisolasi dari saluran pencernaan (usus) 10 ekor ikan jelawat

berukuran 15 g/ekor yang dipelihara di Laboratorium Lapangan, Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Usus ditimbang dan diukur panjangnya,

kemudian digerus dan setiap 1 g diencerkan dengan 9 ml larutan fisiologis

(NaCl 0,85%) steril. Pengenceran berseri dilakukan dari 10-2 sampai 10-10

dengan cara mengambil 0,1 ml dari tempat penggerusan dan dimasukkan pada

eppendorf sebagai pengenceran pertama, selanjutnya dari eppendorf pertama

diambil sebanyak 0,1 ml untuk pengenceran kedua dan seterusnya hingga

pengenceran terakhir yaitu pengenceran ke sepuluh. Inokulum yang dikultur

dengan metode cawan sebar pada media TSA adalah pengenceran ke sembilan

dan ke sepuluh. Kultur ini kemudian diinkubasi pada suhu 29oC selama 24 jam

agar bakteri tumbuh.

Isolat yang digunakan adalah isolat yang tumbuh secara terpisah. Isolat

diambil dengan jarum ose yang digoreskan di media TSA pada cawan petri,

kemudian diinkubasi pada suhu 29oC selama 24 jam. Dari media TSA pada

(29)

tabung reaksi. Metode purifikasi dilakukan berulang-ulang dengan teknik dan

media yang sama sampai didapatkan koloni bakteri tunggal dan seragam.

Seleksi Bakteri

Percobaan ini bertujuan untuk menemukan bakteri yang berpotensi

tinggi untuk dipilih sebagai probiotik. Seleksi bakteri dilakukan melalui

tahapan 1) pengujian aktivitas amilolitik, proteolitik, dan lipolitik; 2) fase

pertumbuhan bakteri; 3) ketahanan terhadap asam lambung dan garam empedu;

4) uji penempelan dan 5) pengujian aktivitas antagonistik dengan bakteri

patogen.

Pengujian Aktivitas Proteolitik, Lipolitik dan Amilolitik

Pengujian ini bertujuan untuk mengukur besarnya kemampuan aktivitas

proteolitik, lipolitik dan amilolitik dari masing masing isolat yang diuji melalui

uji hidrolisis kasein, lemak dan pati (Lampiran 1). Hidrolisis protein ditandai

dengan adanya zona bening di sekeliling isolat yang ditumbuhkan pada media

agar dengan penambahan kasein. Hasil hidrolisis lemak ditandai dengan

adanya warna kehijauan pada isolat yang ditumbuhkan pada media agar dengan

penambahan lemak (minyak zaitun) dan hidrolisis pati (amilum) ditandai

dengan perubahan warna zona isolat menjadi kuning cerah pada media agar

dengan penambahan pati.

Penentuan Fase Pertumbuhan Bakteri

Pencapaian fase ekponensial bakteri dapat ditentukan dengan fase

pertumbuhan bakteri. Persiapan kultur dilakukan dengan cara

menginokulasikan 0,1 ml isolat bakteri ke dalam 10 ml media kultur cair dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 29°C. Sediaan ini disebut kultur segar

yang kemudian diambil 1 ml dan diinokulasikan ke dalam media kultur steril

100 ml dan diinkubasi kembali pada suhu 29°C. Pertumbuhan bakteri diamati

setiap 2 jam dengan mengukur nilai kerapatan atau optical density (OD)

dengan menggunakan alat spektrofotometer, dengan panjang gelombang 620

(30)

13

Uji Ketahanan terhadap Asam Lambung dan Garam Empedu

Untuk bertahan dalam lambung dan saluran pencernaan yang ber-pH

rendah diuji dengan ketahanan asam lambung dan garam empedu. Metode ini

mengacu pada Ngatirah et al. (2000) yaitu dengan menginokulasikan 1 ml

isolat bakteri ke dalam satu seri tabung yang berisi 9 ml larutan media steril

dengan pH 2,5 (diatur dengan penambahan HCL) dan pH 7,5 (diatur dengan

penambahan NaOH) dan selanjutnya diinkubasi pada suhu 29°C. Selanjutnya

sel bakteri yang tumbuh dihitung dengan metode hitungan cawan setiap 2, 4, 6

dan 8 jam. Ketahanan terhadap asam lambung dan garam empedu ditentukan

oleh selisih jumlah koloni antara kontrol (pH 7,0) dan perlakuan (pH 2,5 dan

pH 7,5). Semakin kecil selisihnya maka semakin tahan terhadap asam

larnbung dan garam empedu.

Uji Penempelan

Uji ini mengacu pada metode berdasarkan Dewanti dan Wong (1993)

yang menggunakan lempeng baja. Terlebih dahulu lempeng baja disterilkan

dengan cara direndam dalam larutan deterjen yang dipanaskan sampai

mencapai suhu 40-45°C selama 24 jam, kemudian lempeng baja dibilas dengan

air panas 40-50°C sampai bersih lalu dikeringanginkan, selanjutnya diautoklaf

pada suhu 1210C selama 20 menit.

Pengujian dilakukan dengan cara meletakkan lempeng baja di dalam

erlenmeyer 1 L dengan posisi berdiri. Erlenmeyer sebelumnya telah diisi

dengan 250 ml TSB steril dan telah diinokulasi 1 ml kultur segar bakteri.

Erlenmeyer ditutup dengan alumunium foil dan ditempatkan dalam shaker

selama 24 jam pada suhu 29°C. Setelah 24 jam lempeng baja dibilas dengan

larutan buffer fosfat (BF). Kemudian permukaan lempeng diseka secara merata

dengan menggunakan swab. Swab dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang

berisi 10 ml BF dan divortex selama 1 menit. Selanjutnya dilakukan

pengenceran serial dan dihitung populasi bakteri dengan metode hitungan

cawan.

Jumlah bakteri yang tumbuh pada media dalam erlenmeyer juga

(31)

diencerkan dengan 9 ml buffer fosfat. Selanjutnya dilakukan penghitungan

populasi bakteri yang tumbuh dengan metode hitung cawan. Bakteri yang

mampu membentuk biofilm dengan baik akan mampu menempel pada substrat

yaitu usus.

Uji Aktivitas Antagonistik terhadap Bakteri Patogen

Bakteri hasil isolasi diuji kemampuannya dalam menghambat

pertumbuhan bakteri Aeromonas hydrophila dengan metode Kirby-Bauer (Lay,

1994). Biakan cair bakteri kandidat probiotik dan bakteri A. hydrophila yang

diinkubasi pada suhu 29OC dan berumur 24 jam diencerkan hingga memiliki

konsentrasi yang sama (107 cfu/ml).

Bakteri A. hydrophila dalam media cair diambil sebanyak 0,1 ml, lalu

disebarkan dengan batang penyebar pada media TSA pada cawan petri.

Selanjutnya masing-masing bakteri kandidatprobiotik diambil dan dimasukkan

dalam eppendorf dan kertas cakram (diameter 6 mm) direndam dalam

eppendorf berisi suspensi bakteri kandidat probiotik tersebut selama beberapa

saat. Kertas cakram kemudian diambil dengan menggunakan pinset steril dan

ditempatkan pada cawan petri yang telah disebari bakteri A. hydrophila. Setiap

cawan petri ditempatkan 3 kertas cakram yang berasal dari satu bakteri

kandidat probiotik dan ditambah dengan satu kertas cakram yang telah

direndam dengan larutan fisiologis sebagai kontrol. Masing-masing isolat

bakteri kandidat probiotik diuji daya hambatnya dengan bakteri A. hydrophila

yang digunakan dengan tiga kali ulangan. Isolat yang menghasilkan zona

bening berarti menunjukkan kemampuan menghambat bakteri A. hydrophila.

Uji Patogenisitas Bakteri Kandidat Probiotik pada Ikan Jelawat

Uji patogenisitas dilakukan untuk melihat apakah bakteri yang

diberikan bersifat patogen atau tidak terhadap ikan jelawat. Uji ini dilakukan

dengan cara menyuntikkan bakteri kandidat probiotik secara intramuskular

dengan konsentrasi 107 cfu/ml. Ikan dipelihara selama 7 hari dan diamati setiap

hari. Pada akhir pemeliharaan tingkat kelangsungan hidup ikan jelawat

(32)

15

larutan fisiologis. Kandidat probiotik yang akan digunakan adalah bakteri yang

tidak bersifat patogen yakni bakteri yang tidak menyebabkan ikan jelawat sakit

dan mati pada saat uji patogenisitas ini.

Pakan Percobaan pada Ikan Jelawat

Pakan yang digunakan yaitu pakan komersial (Tabel 1) dan

ditambahkan kandidat probiotik. Sebelum dicampurkan ke dalam pakan

dilakukan kultur cair yang ditempatkan dalam shaker dengan suhu 29°C

dengan kecepatan 180 rpm dan dilakukan pemanenan sesuai waktu pencapaian

fase eksponensial. Hasil kultur bakteri yang didapat dipindahkan ke dalam

tabung ulir dan disentrifuse selama 15 menit dengan kecepatan 4000 rpm. Hasil

endapan bakteri probiotik inilah yang dicampurkan ke dalam pakan (Lampiran

2). Probiotik sebanyak 10 g/kg (Wang 2007) ditambahkan ke dalam pakan

dengan cara disemprotkan secara merata menggunakan spuit dengan

menambahkan 2% kuning telur. Kemudian pakan dianalisa proksimat kembali

[image:32.612.145.530.421.508.2]

dengan hasil seperti terlihat pada Lampiran 3.

Tabel 1 Hasil analisa proksimat pakan komersil yang digunakan

Komposisi Kandungan (%)

Protein 36,96 Lemak 3,50

Serat kasar 1,37

Kadar Abu 11,67

Kadar Air 7,80

Pakan yang diberikan pada percobaan ini terdiri dari

1. Pakan komersial yang tidak ditambahkan probiotik.

2. Pakan komersial yang ditambah isolat terbaik penghasil protease (isolat

U12).

3. Pakan komersial yang ditambah isolat terbaik penghasil lipase (isolat S1).

4. Pakan komersial yang ditambah isolat terbaik penghasil amilase (isolat

U4).

5. Pakan komersial yang ditambah isolat terbaik penghasil protease, lipase

(33)

Selanjutnya pakan ini diberikan pada ikan jelawat selama percobaan

pemeliharaan untuk selanjutnya dilakukan uji pertumbuhan, uji daya cerna dan

uji aktivitas enzim saluran pencernaan.

Uji Pertumbuhan pada Ikan Jelawat

Pemeliharaan ikan dilakukan pada wadah akuarium yang berukuran 50

x 50 x 40 cm sebanyak 15 buah. Sisi bagian luar akuarium ditutup dengan

plastik hitam untuk memberikan rasa aman ikan dari gangguan luar. Sebelum

digunakan, semua peralatan diberi desinfektan dengan kaporit. Akuarium diisi

air yang berasal dari tandon dengan ketinggian 70%. Air dari tandon disaring

terlebih dahulu dan diaerasi tinggi. Air disterilkan selama 3 hari dan pada hari

ke empat ikan dimasukkan ke dalam akuarium.

Keterangan : A : Kontrol D : Amilase

[image:33.612.159.471.304.498.2]

B : Protease E : Gabungan (Protease, lipase dan amilase) C : Lipase

Gambar 1 Skema tata letak akuarium.

Ikan jelawat dengan bobot rata-rata 5,69 ± 0,04 g ditebar dengan

kepadatan 10 ekor per wadah. Pemeliharaan ikan dilakukan selama 60 hari dan

diberi pakan satiation sebanyak tiga kali sehari, yaitu pukul 07.00, 12.00 dan

17.00. Penggantian air dilakukan setiap hari sebanyak 10% dan penyiponan

dilakukan setiap pagi hari untuk membersihkan sisa pakan dan feses. Jumlah

pakan yang diberikan selama pemeliharaan ditimbang dan dicatat untuk

menghitung konversi pakan dan Untuk mengetahui laju pertumbuhan ikan

dilakukan sampling setiap 10 hari sekali. Untuk menghitung retensi protein,

(34)

17

kualitas air dilakukan pada awal, tengah dan akhir pemeliharaan meliputi pH

(6,94-7,42), suhu (29-310C), dissolve oksigen (DO) (4,1-5,65 mg/l) dan

amoniak (0,017-0,107 mg/l). Pada uji pertumbuhan ini dianalisis beberapa

parameter yaitu :

1. Laju Pertumbuhan Harian

Laju pertumbuhan harian dihitung dengan menggunakan rumus yang

dikemukakan oleh Huisman (1976) :

% 100

1 ×

⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − = t Wo Wt α

Keterangan: α = Laju pertumbuhan harian (%) Wt = Bobot akhir (g)

W0 = Bobot awal (g)

t = Waktu

2. Jumlah Konsumsi Pakan

Jumlah konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dikonsumsi oleh

ikan selama pemeliharaan. Jumlah konsumsi pakan dapat dihitung dengan

cara menimbang jumlah pakan yang dikonsumsi ikan setiap harinya selama

masa pemeliharaan.

3. Konversi Pakan

Konversi pakan dihitung menggunakan rumus yang dikemukakan NRC

(1983)

) ) ((Wt D Wo

F FCR

− + =

Keterangan : FCR = Konversi pakan

F = Bobot pakan yang diberikan selama percobaan (g) Wt = Bobot ikan pada akhir penelitian (g)

Wo = Bobot ikan pada awal penelitian (g)

D = Jumlah bobot ikan yang mati selama penelitian (g) 4. Retensi Protein

Retensi protein dihitung dengan rumus yang dikemukakan oleh Takeuchi

(1988):

=

×

100

%

Pe

Pu

RP

Keterangan : RP = Retensi protein

(35)

5. Kelangsungan Hidup

Perhitungan kelangsungan hidup berdasarkan rumus (Effendi, 2002).

% 100 × =

No Nt SR

Keterangan : SR = Kelangsungan hidup ikan (%)

Nt = Jumlah ikan yang hidup pada akhir penelitian (ekor)

No = Jumlah ikan yang hidup pada awal penelitian

(ekor)

6. Populasi Bakteri Probiotik

Pengamatan populasi bakteri dalam saluran pencernaan ikan dilakukan

pada akhir penelitian. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan kontrol

secara deskriptif.

Uji Daya Cerna Pakan

Pengujian daya cerna pakan dilakukan secara terpisah dari uji

pertumbuhan. Pakan yang akan digunakan dihaluskan menjadi serbuk dan

ditambahkan 0,6 % Cr2O3 sebagai indikator kecernaan dan CMC sebesar 20

g/kg pakan sebagai perekat (Watanabe 1988). Selanjutnya pakan serbuk dibuat

pelet lagi dan dikeringkan. Pakan diberikan pada ikan selama seminggu dan

pada hari ketujuh dilakukan pengumpulan feses ikan dengan cara menyipon

akuarium dengan selang kecil dan ditampung dalam ember. Selanjutnya

disaring dan feses yang terkumpul ditempatkan pada botol film untuk

selanjutnya dianalisa. Feses yang terkumpul dikeringkan dalam oven bersuhu

110°C selama 4-6 jam. Selanjutnya dilakukan analisa kandungan Cr2O3

terhadap feses yang sudah dikeringkan (Lampiran 4).

Nilai kecernaan dihitung berdasarkan Takeuchi (1988) :

Kecernaan protein (%) = 1-(a'/a )/(b'/b) x 100

Kecernaan Total (%) = 1-(a'/a ) x 100

Keterangan :

a = % Cr2O3 dalam pakan

a" = % Cr2O3 dalam feses

b' = % protein dalam feses

(36)

19

Uji Aktivitas Enzim Saluran Pencernaan

Uji aktivitas enzim dilakukan pada saluran pencernaan ikan di akhir

penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dari

penambahan probiotik pada pakan yang diberikan dibandingkan kontrol. Ikan

diambil sebanyak 2 ekor dari setiap akuarium kemudian dibedah untuk diambil

saluran pencernaannya. Preparasi ekstrak enzim saluran pencernaan ikan ini

dilakukan pada suhu 4°C (Lampiran 5). Saluran pencernaan ikan kemudian

dicuci dengan akuades dan dikeringkan dengan kertas penghisap. Selanjutnya

usus ditimbang dan dihomogenkan dengan menambahkan larutan buffer 10 ml.

Setelah homogen lalu disentrifuse selama 20 menit pada 1200 rpm untuk

mendapatkan supernatan yang akan digunakan pada pengujian selanjutnya

yaitu aktivitas enzim (Lampiran 6).

Analisis Data

Penelitian ini dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL)

yang terdiri dari empat perlakuan dan tiga ulangan. Data yang diperoleh

dianalisa dengan menggunakan analisis sidik ragam pada tingkat kepercayaan

95% dan dilanjutkan dengan uji Duncan untuk melihat pengaruh antar

perlakuan terhadap masing-masing peubah yang diamati (Mattjik dan

(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Isolasi dan Pemurnian Bakteri Kandidat Probiotik

Bakteri yang berhasil diisolasi dari saluran pencernaan ikan jelawat

sebanyak 40 isolat. Morfologi koloni isolat tersebut pada media TSA berwarna

putih, krem, transparan, kuning dan kuning krem dengan bentuk bundar, tak

beraturan, menyebar, membulat dan menyebar tidak rata.

Seleksi Bakteri

Aktivitas Proteolitik, Lipolitik dan Amilolitik

Hasil uji aktivitas proteolitik, lipolitik dan amilolitik terhadap bakteri

kandidat probiotik disajikan pada Gambar 2. Hasil uji aktivitas proteolitik

ditandai dengan adanya zona bening di sekeliling koloni isolat, aktivitas

lipolitik ditunjukkan dengan adanya warna hijau di sekeliling koloni isolat dan

aktivitas amilolitik ditandai zona kuning bening di daerah isolat yang

ditumbuhkan.

[image:37.612.191.522.432.537.2]

aktivitas proteolitik aktivitas lipolitik aktivitas amilolitik

Gambar 2 Hasil aktivitas proteolitik, lipolitik dan amilolitik.

Hasil uji aktivitas proteolitik, lipolitik dan amilolitik memperlihatkan

bahwa hampir semua isolat positif menghidrolisis sumber karbonnya, yang

ditandai dengan adanya zona bening dan warna hijau di sekitar koloni. Hal

tersebut menunjukkan bahwa makromolekul yang menjadi sumber karbon

sudah dimanfaatkan sebagai sumber energi oleh bakteri. Aktivitas proteolitik

terbesar diperlihatkan oleh isolat U12 dengan diameter 18 mm, aktivitas

(38)

21

koloni yang berwarna hijau terang, aktivitas amilolitik terbesar diperlihatkan

oleh isolat U4 dengan diameter 22 mm, sedangkan isolat yang mampu

menghasilkan gabungan protease, lipase dan amilase terbesar diperlihatkan

oleh isolat U7 (Gambar 3). Isolat-isolat tersebut selanjutnya diuji lanjut

berdasarkan tahapan seleksi bakteri probiotik. Adanya kemampuan

menghidrolisi protein, lemak dan pati ini menunjukkan bahwa isolat-isolat

tersebut mampu memanfaatkan sumber energi yaitu kasein, lemak dan pati

yang ditambahkan pada media menjadi sumber karbon.

Aktivitas Enzim 0 5 10 15 20 25

Protease Lipase Amilase

[image:38.612.149.505.235.414.2]

D iam et er h id ro li s is ( m m ) U12 U8 U16 M9 S1 S6 U5 U4 P10 U7 U6 U9

Gambar 3 Diameter hidrolisis enzim oleh isolat proteolitik, lipolitik dan amilolitik.

Fase Pertumbuhan Bakteri

Pengamatan fase pertumbuhan bakteri dilakukan dengan mengamati

perubahan populasi dan nilai kerapatan optik (Optical Density = OD)

(Lampiran 7). Hal ini berhubungan dengan panen sel yang tepat untuk

memproduksi suatu produk atau senyawa metabolit, antara lain enzim,

antibakterial, vitamin, asam organik, asam lemak, asam amino dan peptida.

Menurut Irianto (2003) fase exsponensial tercepat merupakan bakteri yang

cukup baik digunakan sebagai probiotik. Hasil pengamatan menunjukkan

bahwa isolat U4, U12, S1 dan U7 memiliki fase pertumbuhan tercepat yakni

masing-masing mencapai akhir fase eksponensial pada jam ke-12 dan mulai

(39)

U12 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0

0 4 8 12 16 20 24

P e riode pe ng a m a ta n (ja m )

Op ti ca l   de n s it y U8 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0

0 4 8 12 16 20 24

P e riode pe ng a m a ta n (ja m )

Op ti c a l   de n s it y U16 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0

0 4 8 12 16 20 24

P e riode pe ng a m a ta n (ja m )

Op ti ca l   de ns it y M9 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0

0 4 8 12 16 20 24

P e riode pe ng a m a ta n (ja m )

Op ti c a l   de n s it y S 1 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0

0 4 8 12 16 20 24

P e riode pe ng a m a ta n (ja m )

Op ti c a l   de ns it y S 6 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0

0 4 8 12 16 20 24

P e riode pe ng a m a ta n (ja m )

Op ti ca l   de ns it y U5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0

0 4 8 12 16 20 24

P e riode pe ng a m a ta n (ja m )

Op ti c a l   de n s it y U4 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0

0 4 8 12 16 20 24

P e riode pe ng a m a ta n (ja m )

Op ti c a l   de ns it y P 10 0 0.5 1 1.5 2

0 4 8 12 16 20 24 P e riode pe ng a m a ta n (ja m )

Op ti c a l   de n s it y U7 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0

0 4 8 12 16 20 24 P e riode pe ng a m a ta n (ja m )

Op ti c a l   de ns it y U6 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0

0 4 8 12 16 20 24

P e riode pe ng a m a ta n (ja m )

Op ti c a l   de ns it y U9 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0

0 4 8 12 16 20 24

P e riode pe ng a m a ta n (ja m )

[image:39.612.124.524.79.682.2]

Op ti c a l   de ns it y

(40)

23

Ketahanan terhadap Asam Lambung dan Garam Empedu

Toleransi terhadap asam merupakan salah satu syarat penting suatu

isolat untuk dijadikan kandidat probiotik. Hasil dari pengujian ketahanan asam

lambung dan garam empedu masing-masing disajikan pada Gambar 5, Gambar

[image:40.612.139.518.170.571.2]

6 dan Lampiran 8.

[image:40.612.144.516.174.346.2]

Gambar 5 Selisih log (cfu/ml) jumlahbakteri pada pH 2.5 dengan pH normal.

Gambar 6 Selisih log (cfu/ml) jumlah bakteri pada pH 7,5 dengan pH normal.

Hasil pengujian terhadap asam lambung menunjukkan bahwa isolat

U12, S1, U4 dan U7 memiliki selisih terkecil yang berarti lebih tahan terhadap

pH asam lambung dibandingkan isolat lainnya. Isolat harus tahan terhadap pH

asam lambung untuk mampu bertahan hidup dalam saluran pencernaan.

Apabila sel bakteri terpapar pada kondisi yang sangat asam maka membran sel

dapat mengalami kerusakan dan berakibat pada hilangnya

komponen-0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 1,4

U12 U8 U16 M9 S1 S6 U5 U4 P10 U7 U6 U9

Isolat P o pu lasi b a k ter i ( L o g cf u/ m l)

2 jam 4 jam 6 jam 8 jam

pH 2.5 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 1,4

U12 U8 U16 M9 S1 S6 U5 U4 P10 U7 U6 U9

Isolat P o p u la si b a kt er i (L o g c fu /m l)

2 jam 4 jam 6 jam 8 jam

(41)

2.78 1.16 1.27 1.57 2.49 1.69 1.10 2.87 2.16 2.64 2.21 2.32 0 1 1 2 2 3 3 4

U12 U8 U16 M9 S1 S6 U5 U4 P10 U7 U6 U9

Isolat Bakteri J um lah popul as i bak ter i/m m

2 (x

1

0

8 )

komponen intraseluler seperti Mg, K dan lemak dari sel tersebut, dan pada

akhirnya kerusakan ini dapat mengakibatkan kematian sel. Hasil pengujian

terhadap garam empedu menunjukkan bahwa isolat U4 merupakan isolat yang

paling mampu beradaptasi karena selisih log populasinya paling kecil diantara

semua isolat.

Penempelan Bakteri

Faktor penempelan atau adherence factor merupakan faktor yang

dimiliki oleh bakteri untuk menempel dan membentuk biofilm pada permukaan

padat. Ha1 yang mempengaruhi sifat penempelan bakteri pada permukaan

padat adalah sifat hidrofobisitas antar sel bakteri, jarak antar sel dan adanya

reseptor pada sel inang. Uji penempelan terhadap kandidat probiotik

memberikan hasil yang berbeda pada setiap kandidat probiotik seperti

ditunjukkan pada Gambar 7 dan Lampiran 9. Untuk kandidat probiotik terpilih

(U12, S1, U4 dan U7) menunjukkan adanya kemampuan menempel pada

substrat. Isolat U4 memiliki jumlah koloni 2,9 x 108 koloni /mm2 yang artinya

[image:41.612.151.531.406.589.2]

isolat ini mampu menempel dengan baik.

Gambar 7 Hasil uji penempelan isolat bakteri pada lempeng baja.

Aktivitas Antagonistik terhadap Bakteri Patogen

Hasil uji aktivitas antagonistik membuktikan bahwa isolat bakteri

(42)

25 11 7 6 7 12 6 7 12 7 10 8 9 0 2 4 6 8 10 12 14

U12 U8 U16 M9 S1 S6 U5 U4 P10 U7 U6 U9

Isolat Bakteri D iam ete r z o n a ham bat (m m )

yaitu A. hydrophila dimana aktivitas ini ditandai dengan adanya zona hambat

di sekeliling isolat yang ditanam.

Hasil pengukuran zona hambat isolat kandidat probiotik disajikan

pada Gambar 8 dan Lampiran 10. Zona hambat terbaik dihasilkan oleh isolat

bakteri proteolitik yaitu U12 dengan diameter 11 mm, isolat bakteri lipolitik

yaitu S1 dengan diameter 12 mm dan isolat amilolitik yaitu isolat U4 dengan

diameter 12 mm serta isolat bakteri gabungan proteolitik, lipolitik dan

amilolitik yaitu isolat U7 dengan diameter 10 mm. Kandidat probiotik

diharapkan mampu menekan atau memiliki aktivitas antagonistik terhadap

bakteri patogen dalam saluran pencernaan. Aktivitas antagonistik tersebut

dapat terjadi karena kandidat probiotik mampu menghasilkan senyawa

antibakteri. Pada penelitian ini aktivitas antagonistik bakteri kandidat probiotik

[image:42.612.149.505.335.503.2]

ditujukan untuk bakteri patogen ikan jelawat yaitu A. hydrophila.

Gambar 8 Aktivitas antagonistik isolat kandidat probiotik terhadap A. hydrophila.

Patogenisitas Bakteri Kandidat Probiotik pada Ikan Jelawat

Hasil yang didapat dari uji patogenisitas membuktikan bahwa kandidat

probiotik yang terpilih (U12, S1, U4 dan U7) tidak bersifat patogen. Hal ini

dibuktikan dari hasil kelangsungan hidup ikan jelawat 100 %. Ikan jelawat

yang disuntik dengan isolat bakteri kandidat probiotik mampu bertahan hidup

selama masa uji dan kondisi tubuhnya tidak ada perbedaan dengan ikan kontrol

atau yang disuntik dengan larutan fisiologis. Dengan hasil ini maka kandidat

probiotik dapat diaplikasikan sebagai probiotik melalui penambahan pada

(43)

Kinerja Pertumbuhan Ikan Jelawat

Hasil penelitian menunjukkan adanya pertumbuhan pada ikan jelawat.

Perubahan bobot biomassa ikan jelawat setelah 60 hari terlihat pada Gambar 9.

5,66 5,68 5,69 5,69 5,69 26,66 27,75 27,00 27,43 25,50 0 5 10 15 20 25 30 35

Kontrol U12 S1 U4 U7

[image:43.612.154.503.161.301.2]

Perlakuan P er ub ahan b obot r a ta-rat a indi v id u ik an ( g ) Awal Akhir

Gambar 9 Perubahan bobot rata-rata individu ikan jelawat (g) perlakuan kontrol (tanpa probiotik), U12 (protease), S1 (lipase), U4 (amilase) dan U7 (protease, lipase dan amilase).

Hasil uji kinerja pertumbuhan disajikan pada Tabel 2, Lampiran 11

dan 12 yang meliputi beberapa parameter yang dianalisis. Pemberian pakan

yang ditambah bakteri kandidat probiotik yang memiliki aktivitas enzim

memberikan pengaruh yang nyata (P≤0.05) terhadap pertumbuhan ikan jelawat

dibandingkan dengan pertumbuhan ikan jelawat yang diberikan pakan kontrol

atau tanpa penambahan probiotik.

Tabel 2 Laju pertumbuhan harian (LPH), jumlah konsumsi pakan (JKP), konversi pakan (FCR), retensi protein (RP), kecernaan protein (KP), kecernaan total (KT) dan kelangsungan hidup (SR) pada ikan jelawat

Parameter Perlakuan

kontrol U12 S1 U4 U7

LPH (%) 2,53 ± 0,02a 2,66 ± 0,02c 2,63 ± 0,01b 2,68 ± 0,01c 2,60 ± 0,03b

JKP (%) 419,13 ± 3,57a 420,7 ± 21,16a 413,18 ± 3,66a 419,14 ± 4,68a 418,71 ± 24,55a

FCR (%) 2,12 ± 0,03a 1,94 ± 0,09b 1,94 ± 0,02b 1,90 ±0,04b 2,00 ± 0,07b

RP (%) 18,62± 0,04a 18,42 ± 0,76a 18,86 ± 0,59a 22,30±1,18b 20,99 ± 1,24c

KP (%) 88,62±0,84a 91,31±0,56b 90,40±0,88b 92,70±0,35c 91,44±0,63b

KT (%) 77,97±0,91a 81,42±1,24b 81,13±0,71b 82,57±0,83c 82,14±0,45bc

SR (%) 100 100 100 100 100

(44)

27

Hasil terbaik laju pertumbuhan ikan jelawat ditunjukkan oleh perlakuan

U4 yaitu pemberian pakan yang ditambah isolat yang memiliki aktivitas enzim

amilase dan perlakuan U12 yaitu pemberian pakan yang ditambah isolat yang

memiliki aktivitas enzim protease. Laju pertumbuhan ikan jelawat pada kedua

perlakuan ini relatif sama dan lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya. Hal

ini juga didukung dengan nilai kecernaan protein yang lebih tinggi

(92,70±0,35). Semua perlakuan dengan penambahan probiotik juga

menunjukkan hasil konversi pakan yang lebih baik dibandingkan kontrol.

Kelangsungan hidup selama pemeliharaan ikan jelawat menunjukkan tidak ada

perbedaan yang nyata antara perlakuan dengan kontrol (Lampiran 13, 14, 15,

16, 17 dan 18).

Aktivitas Enzim Saluran Pencernaan

Berdasarkan hasil analisis aktivitas enzim pada saluran pencernaan ikan

jelawat menunjukkan bahwa aktivitas enzim protease, lipase dan amilase

(Lampiran 19) bakteri mampu menghidrolisis protein, lemak dan karbohidrot

pada uji in vitro. Sehingga pada saat uji in vivo dengan ditambahkan dalam

pakan mampu meningkatkan kecernaan pakan pada ikan jelawat.

Tabel 3 menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antar

perlakuan jumlah populasi bakteri pada saluran pencernaan ikan jelawat, yaitu

aktivitas enzim protease, aktivitas enzim lipase dan aktivitas enzim amilase.

Populasi bakteri disaluran pencernaan ikan jelawat pada akhir penelitian

menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara perlakuan penambahan

probiotik dengan kontrol (Lampiran 20, 21, 22 dan 23). Hal ini memicu

peningkatan aktivitas enzim endogenous yang diproduksi oleh bakteri dalam

saluran pencernaan. Ini membuktikan bahwa populasi bakteri yang lebih tinggi

pada saluran pencernaan ikan uji pada perlakuan U12, S1, U4 dan U7 dapat

meningkatkan aktivitas enzim protease, lipase dan amilase pada saluran

(45)

Tabel 3 Log populasi bakteri (PB), aktivitas enzim protease (AEP), aktivitas enzim lipase (AEL) dan aktivitas enzim amilase (AEA) pada ikan jelawat

Parameter Perlakuan

kontrol U12 S1 U4 U7

PB (Log cfu/g) 7,1133 ± 0,43a 8,8664 ± 0,01b 8,8594 ±0 ,01b 8,8753 ± 0,01b 8,8647 ± 0,01b

AEP (U/menit) 0,2615 ±

0,0006a 0,27370.0014 ± b 0,26790.0003 ± a 0,28790.0036 ± c 0,27550.0015 ± b

AEL (µmol AL/menit)

0,7300 ± 0,01a 0,7800 ± 0.02a 0,7500± 0.05a 1,5533 ± 0.04b 0,9533 ± 0.03c

AEA (U/menit) 0,2669 ±

0,001a

0,2854 ±

0.002b

0,2867 ±

0.001b

0,2918 ±

0.002c

0,2763 ±

0.001d

Keterangan : Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan antar perlakuan (p≤0,05).

Pembahasan

Seleksi bakteri probiotik dari saluran pencernaan ikan jelawat

menghasilkan bakteri kandidat probiotik yang mampu menghasilkan enzim

sebagai katalisator dalam hidrolisis nutrien pakan ikan yaitu enzim protease

(U12), enzim lipase (S1) dan enzim amilase (U4) ataupun ketiga enzim baik

protease, lipase dan amilase (U7). Isolat U12 adalah bakteri yang mampu

mensekresikan enzim protease yang akan merombak protein menjadi asam

amino. Isolat S1 yaitu bakteri yang mampu mensekresikan enzim lipase yang

akan mencerna trigliserida dan menghasilkan asam lemak rantai panjang dan

gliserol. Sedangkan isolat U4 adalah bakteri yang mampu mensekresikan

enzim amilase yang akan mendegradasi pati menjadi maltosa dan glukosa yang

kemudian diangkut ke dalam sitoplasma sel dan digunakan sebagai sumber

karbon dan energi (Atlas et al. 1984).

Syarat lain suatu bakteri dapat dijadikan kandidat probiotik adalah

mampu bertahan pada paparan pH asam dan basa dengan selisih populasi yang

kecil antara pH normal dengan pH asam dan pH basa. Hal ini sangat penting

karena bakteri probiotik harus mampu bertahan pada pH asam lambung dan

setelah itu probiotik akan berhadapan dengan garam empedu yang ber pH basa.

Bakteri yang mampu bertahan pada pH rendah atau asam dinyatakan bersifat

asam atau resisten terhadap asam lambung dan yang berhasil bertahan pada pH

[image:45.612.145.522.91.265.2]
(46)

29

Jacobsen et al. 1999). Keempat bakteri kandidat probiotik yang terpilih

rata-rata memiliki ketahanan terhadap pH asam dan basa dan tetap hidup sampai

akhir pengamatan 8 jam. Hal ini diduga karena isolat diseleksi dari saluran

pencernaan yang sudah beradaptasi dengan kondisi asam lambung dan garam

empedu pada saluran pencernaan.

Peran lainnya yang harus dimiliki suatu bakteri untuk dapat dijadikan

kandidat bakteri probiotik yaitu mampu menghasilkan senyawa antibakteri

sehingga dapat menghambat perkembangan bakteri patogen pada ikan jelawat

dan mampu menjaga keseimbangan bakteri dalam saluran pencernaan.

Selain itu, supaya mampu hidup dan bertahan dengan baik pada

saluran pencernaan maka kandidat probiotik harus mempunyai kemampuan

menempel sehingga mampu mengkolonisasi substrat dengan baik. Apabila

tidak mampu mengkolonisasi maka akan terlepas oleh konstraksi usus

(Havenaar et al. 1992). Kandidat probiotik yang terpilih memiliki jumlah

koloni yang relatif tinggi menempel pada substrat.

Penambahan probiotik pada pakan komersial terhadap ikan uji juga

memberikan pengaruh yang nyata pada populasi bakteri di saluran pencernaan

ikan uji. Hal ini memicu peningkatan aktivitas enzim endogenous yang

diproduksi oleh bakteri dalam saluran pencernaan (Ziaei-Nejad et al. 2006). Ini

dibuktikan dengan populasi bakteri yang lebih tinggi pada saluran pencernaan

ikan uji pada perlakuan U12, S1, U4 dan U7 dibandingkan kontrol.

Peningkatan populasi bakteri sejalan dengan aktivitas enzim protease, lipase

dan amilase pada saluran pencernaan ikan jelawat.

Isolat U4 memiliki nilai laju pertumbuhan, Konsumsi pakan dan FCR

yang tidak berbeda nyata dengan isolat U12. Namun nilai kecernaan protein,

kecernaan total dan retensi protein pada isolat U4 lebih tinggi dibandingkan

dengan isolat U12. Nilai kecernaan total yang tinggi pada isolat U4

menunjukkan bahwa isolat ini mampu menghasilkan enzim-enzim yang dapat

membantu ikan untuk mencerna pakan. Pakan yang telah dicerna akan dengan

mudah diserap dan digunakan oleh ikan untuk sumber energi dan

pertumbuhannya sehingga hanya sedikit sisa pakan yang terbuang dalam

(47)

mengotori lingkungan perairan sebagai media budidaya ikan, sehingga semakin

sedikit feces yang dihasilkan akan mempertahankan kualitas lingkungan

budidaya ikan yang tetap baik. Oleh karena itu penggunaan probiotik ini selain

dapat meningkatkan kecernaan ikan juga dapat menjaga kondisi lingkungan

perairan yang lebih baik sehingga dapat menjaga kesehatan ikan dan

menyebabkan pertumbuhan ikan yang lebih optimal.

Menurut Handayani et al. (2000) bahwa bakteri pengurai yang ikut

termakan akan membantu proses pencernaan dalam saluran pencernaan udang

karena bakteri ini mampu memproduksi enzim protease, amilase serta lipase

dan meningkatkan keseimbangan bakteri dalam saluran pencernaan. Kecernaan

pakan meningkat dengan adanya penambahan probiotik dalam pakan

dibandingkan dengan pakan tanpa penambahan probiotik. Enzim-enzim khusus

yang dimiliki oleh bakteri ini sangat membantu dalam pemecahan molekul

kompleks menjadi molekul sederhana sehingga akan mempermudah

pencernaan lanjutan dan penyerapan oleh saluran pencernaan ikan. Perlakuan

U4 memiliki aktivitas enzim protease, lipase dan amilase lebih tinggi

dibandingkan perlakuan lainnya, namun pada aktivitas enzim protease hasil

yang diperoleh tidak menunjukkan berbedaan yang signifikan dengan

perlakuan U12. Hal ini membuktikan bahwa ikan jelawat selain dapat

mencerna karbohidrat dengan baik, sesuai sifat ikan pada umumnya juga dapat

mencerna protein, karena ikan membutuhkan protein untuk pertumbuhannya.

Ikan jelawat termasuk ikan yang bersifat pemakan tumbuhan

(herbivora). Menurut Krogdahl et al. (2005) ikan herbivora cenderung

memiliki aktivitas enzim amilase lebih tinggi daripada aktivitas enzim protease

dan lipase. Pada perlakuan U4 dimana aktivitas enzim protease, lipase dan

amilase pada saluran pencernaan yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan

lainnya menunjukkan bahwa aktivitas amilase yang tinggi sesuai dengan sifat

ikan jelawat yang herbivora sedangkan aktivitas protease tidak dipengaruhi

oleh pola makan ikan jelawat tersebut. Tingginya aktivitas enzim amilase pada

saluran pencernaan ikan jelawat didukung oleh tingginya enzim amilase yang

disekresikan oleh isolat U4 pada saat uji in vitro. Oleh karena itu enzim

(48)

31

lipase. Tingginya aktivitas enzim amilase ini dipengaruhi oleh jumlah enzim

yang dihasilkan oleh bakteri amilase dan substrat yang sesuai, sehingga

populasi bakteri tumbuh lebih tinggi dibanding bakteri pada perlakuan yang

lain.

Dari hasil penelitian ini kelangsungan hidup ikan uji memberikan hasil

yang tidak berbeda nyata antar perlakuan. Hal ini mungkin diakibatkan oleh

kuantitas serta kualitas pakan yang diberikan cukup untuk mempertahankan

kebutuhan pokok ikan serta lingkungan yang terjaga dengan baik selama

(49)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari saluran pencernaan ikan jelawat diperoleh bakteri kandidat

probiotik yang mampu mensekresikan enzim protease (U12), lipase (S1),

amilase (U4) dan ketiganya (U7). Penambahan probiotik U4 pada pakan

mampu meningkatkan kecernaan total, kecernaan protein dan retensi pr

Gambar

Tabel 1 Hasil analisa proksimat pakan komersil yang digunakan
Gambar 1  Skema tata letak akuarium.
Gambar 2  Hasil aktivitas proteolitik, lipolitik dan amilolitik.
Gambar 3 Diameter hidrolisis enzim oleh isolat proteolitik, lipolitik dan amilolitik.
+7

Referensi

Dokumen terkait

fitur mode error yang berada pada level 1 (initial ad hoc: sudah mulai ada penyusunan sistem komputerisasi yang lebih terarah, tetapi pengelolaan tidak

Penemuan-penemuan sains yang terus berkembang rupanya menjadi paradoks bagi masyarakat dunia. Pada satu sisi sains membawa kemajuan dan kesejahteraan manusia, namun pada posisi yang

Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah (1) mengetahui kecenderungan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP N 9

Dari kawasan Eropa, pertumbuhan ekonomi Inggris tercatat sebesar 1,3 persen secara kuartalan pada Q4-2020 dalam rilis yang dikeluarkan pada 31 Maret 2021 lalu.. Angka

bersifat proporsional dengan kelas/rombongan belajar (rombel), sehingga termasuk.. aktivitas di level batch. Berdasarkan data realisasi anggaran APBS diketahui total

Tingkat keragaman fenotipe (TKF) yang diduga berdasarkan persentase fenotipe rekombinan (PFR) pada karakter warna daun pucuk, warna permukaan atas dan bawah tangkai daun

Berdasarkan hasil analisa rasio aktivitas ketidakefisienan dalam penggunaan aktiva karena kecil tingkat perputaran aktiva dan modal kerja dalam satu tahun, serta lamanya umur

Tools lain yang digunakan dalam perencanaan jalur evakuasi tsunami yaitu Service Area Analysis yang difungsikan untuk proses analisis luas jangkauan tiap shelter [3]..