• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan cabutan cinnamomum iners dan sandoricum koetjape dengan perlakuan pemotongan akar dan perangsang akar dan daun di pt antam tbk, banten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertumbuhan cabutan cinnamomum iners dan sandoricum koetjape dengan perlakuan pemotongan akar dan perangsang akar dan daun di pt antam tbk, banten"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN CABUTAN

Cinnamomum iners

DAN

Sandoricum

koetjape

DENGAN PERLAKUAN PEMOTONGAN AKAR DAN

PERANGSANG AKAR DAN DAUN DI PT ANTAM Tbk, BANTEN

DWI WAHYUNI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pertumbuhan Cabutan Cinnamomum iners dan Sandoricum koetjape dengan Perlakuan Pemotongan Akar dan Perangsang Akar dan Daun di PT Antam Tbk, Bantenadalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

DWI WAHYUNI. Pertumbuhan Cabutan Cinnamomum iners dan Sandoricum koetjape dengan Perlakuan Pemotongan Akar dan Perangsang Akar dan Daun di PT Antam Tbk, Banten. Dibimbing oleh IWAN HILWAN.

Pengadaan bibit dari cabutan alam seringkali mengalami hambatan karena persentase hidupnya yang rendah akibat kerusakan akar. Penelitian ini dilakukan untuk melihat daya hidup cabutan Cinnamomum iners dan Sandoricum koetjape serta melihat pengaruh penggunaan perangsang akar dan daun terhadap pertumbuhan cabutan alam. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial. Dua faktor perlakuan yang diujicobakan adalah faktor pemotongan akar (P) dan perangsang akar dan daun (B). Faktor P meliputi : P0 = tanpa pemotongan akar dan P1 = dengan pemotongan akar; sedangkan faktor

B meliputi B0 = tanpa perangsang akar dan daun B1 = konsentrasi 2.50% B2 =

konsentrasi 1.25% B3 = konsentrasi 0.83%. Pemberian perangsang akar dan daun

pada Cinnamomum iners dan Sandoricum koetjape dapat meningkatkan jumlah daun dan panjang akar. Perlakuan pemotongan akar dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi pada Sandoricum koetjape. Perlakuan yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan Cinnamomum iners dan Sandoricum koetjape adalah perlakuan tanpa pemotongan akar dan pemberian perangsang akar dan daun dengan konsentrasi 0.83%.

Kata kunci: cabutan alam, Cinnamomum iners, perangsang akar dan daun, Sandoricum koetjape

ABSTRACT

DWI WAHYUNI. The Growth of Wilding Cinnamomum iners and Sandoricum koetjape by Root Cutting Treatment and Root and Leaf’s Stimulant Applications. Supervised by IWAN HILWAN.

Stock of the wilding often had problem because of the lower growth rate due to root damage. The objectives of this research were to consider the live rate of Cinnamomum iners and Sandoricum koetjape’s wilding and to consider the effect of root and leaf’s stimulant to the wilding’s growth. Factorial in completely randomized block design was used in this experimnent. The first factor was root and leaf’s cutting (P0 = no cutting, P1 = with cutting) and the second one was root

and leaf’s stimulant application in concentration B0 = without stimulant, B1 = 2.5%,

B2 = 1.25% and B3 = 0.83%. The used of root and leaf’s stimulant on Cinnamomum

iners and Sandoricum koetjape’s wilding can stimulate the growth of leaves and

root. The root’s cutting stimulated Sandoricum koetjape’s height. The combination treatment of root and leaf’s stimulant 0.83% and without root’s cutting showed the best effect to stimulate the growth of Cinnamomum iners and Sandoricum koetjape’s wildings.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Silvikultur

PERTUMBUHAN CABUTAN

Cinnamomum iners

dan

Sandoricum

koetjape

DENGAN PERLAKUAN PEMOTONGAN AKAR DAN

PERANGSANG AKAR DAN DAUN DI PT ANTAM Tbk, BANTEN

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penelitian ini berhasil diselesaikan. Penulis berterima kasih kepada:

1. Bapak Dr Ir Iwan Hilwan, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan, motivasi, solusi, dan seluruh bantuannya dalam penyelesaian skripsi.

2. Bapak Zulkifli Dt Malintang Bumi, Ibu Anita Lestari Parinding, Beny Hidayatullah, dan Alex Candra yang selalu memberikan do’a, kasih sayang dan dukungan dalam penyusunan skripsi.

3. Bapak Dr Supriyanto sebagai ketua sidang dan Ibu Dr Yeni Aryati Mulyani MSc sebagai dosen penguji sidang komprehensif yang telah memberikan masukan dalam penyusunan skripsi.

4. Bapak Dr Ir Yadi Setiadi, MSc yang telah memberikan bantuan dan memfasilitasi terlaksananya penelitian ini.

5. Staff Departemen Environmental PT Antam, Banten yaitu Bpk Dodi Rahadian, Pak Narja, Pak Jari, Sapria, Teh Mimin, Bu Esih, Pak Redi, Teh Anah, Teh Menah, Pak Ahmad, Silvi atas semua bantuan, keceriaan, dan pengalaman yang telah diberikan selama penelitian.

6. Staff Departemen Silvikultur yaitu Ibu Aliyah, Pak Ismail, Pak Dedi, Pak Zainal yang telah bersedia membantu dalam penyediaan beberapa alat dan bahan dalam penelitian.

7. Sahabat kesayangan Yahdiyani Silmi, Try Yessi Sipayung, Novita Yanti Sidabutar dan Anisah Fitriana atas dukungan dan semangatnya

8. Seluruh angkatan Silvikultur 47 terima kasih buat kebersamaannya,

9. Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

TINJAUAN PUSTAKA 2

Akar dan Perangsang akar dan daun 2

Kecapi (Sandoricum koetjape) 2

Kiteja (Cinnamomum iners) 2

METODE 3

Waktu dan Tempat Penelitian 3

Alat dan Bahan 3

Prosedur Penelitian 3

Rancangan Percobaan 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Persentase hidup (%) 6

Pertumbuhan Tinggi 7

Pertambahan Daun 9

Panjang akar 12

SIMPULAN DAN SARAN 13

Simpulan 13

Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 14

(10)

DAFTAR TABEL

1 Kombinasi Perlakuan 5

2 Persentase hidup C.iners dan S.koetjape 6

3 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh perlakuan pemotongan akar, perlakuan perangsang akar dan daun, dan interaksi pemotongan akar dan perangsang akar dan daun terhadap pertumbuhan C. iners dan S. koetjape

7 4 Rekapitulasi hasil uji lanjut Duncan pengaruh pemotongan akar dan

pemberian perangsang akar dan daun terhadap pertumbuhan tinggi C.

iners dan S. koetjape 8

5 Rekapitulasi hasil uji lanjut Duncan pengaruh pemotongan akar dan pemberian perangsang akar dan daun terhadap pertumbuhan daun C.

iners dan S. koetjape 10

6 Rekapitulasi hasil uji lanjut Duncan pengaruh pemotongan akar dan perangsang akar dan daun terhadap panjang akar C.iners dan S. koetjape

12

DAFTAR GAMBAR

1 Rata-rata pertumbuhan tinggi per-3 minggu C. iners dan S. koetjape pada

berbagai perlakuan 9

2 Rata-rata pertumbuhan daun per-3 minggu C. iners dan S. koetjape pada

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kegiatan pembukaan lahan pada pertambangan dapat menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati sehingga perlu dilakukan upaya pemulihan lingkungan melalui revegetasi. Revegetasi berpengaruh besar untuk keberlangsungan fungsi ekologi, sehingga dibutuhkan perencanaan yang sangat matang dalam pemilihan jenis tumbuhan yang tepat. Ginoga dan Masripatin (2009), diacu dalam Adman et al. (2012) menyatakan bahwa revegetasi dengan tumbuhan bukan dari jenis pohon lokal akan merubah ekosistem dari kondisinya semula sehingga dikhawatirkan akan menyebabkan hilangnya sebagian jenis tumbuhan maupun hewan. Sementara revegetasi dengan jenis lokal dapat mendukung masuknya jenis-jenis lain dan cenderung dapat memulihkan lingkungan ekosistem mendekati kondisi aslinya. Di sisi lain, pengembangan tumbuhan lokal masih memiliki kekurangan disebabkan oleh beberapa alasan yaitu benih yang sulit diperoleh serta kurangnya informasi mengenai cara mengembangkan tumbuhan lokal. Teknik cabutan merupakan solusi untuk memperoleh anakan alam serta membantu upaya penyelamatan jenis tumbuhan lokal potensial dan jenis tumbuhan langka dari pembukaan lahan pada kegiatan pertambangan.

Herdiana et al. (2008) menyatakan bahwa pemanfaatan cabutan alam untuk tujuan produksi bibit mempunyai kelemahan, karena pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan dengan bibit yang berasal dari benih yang dikecambahkan langsung. Pengadaan bibit dari permudaan alam juga seringkali mengalami hambatan karena persentase hidupnya yang rendah disebabkan kematian yang tinggi. Kematian tersebut disebabkan oleh kerusakan akar. Adanya kendala ini maka perlu dilakukan upaya untuk mengurangi terjadinya kematian cabutan dengan pemberian perangsang akar. Perangsang akar dan daun digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengkaji pengaruh pemotongan akar dan pemberian perangsang akar dan daun terhadap pertumbuhan anakan hasil cabutan jenis Cinnamomum iners dan Sandoricum koetjape.

Manfaat Penelitian

(12)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Akar dan Perangsang Akar dan Daun

Akar merupakan bagian yang penting pada tanaman. Tjondronegoro et al. (1989) menyatakan bahwa akar selain berguna untuk menyerap dan melekat, juga berfungsi sebagai cadangan dan penyaluran makanan. Akar pertama pada tumbuhan berasal dari embrio dan disebut akar primer. Akar primer dan cabang-cabangnya atau akar lateral membentuk sistem perakaran.

Perangsang akar dan daun terbuat dari campuran enzim, asam amino, hormon perangsang akar dan diperkaya dengan unsur makro-mikro esensial untuk tanah, tanaman dan ramah lingkungan. Fungsi utama perangsang akar dan daun adalah meningkatkan populasi mikroba dekomposer dan mikroba menguntungkan lainnya dan sebagai perangsang tumbuh akar tanaman karena perangsang akar dan daun juga mengandung hormon alami perangsang tumbuh akar (Iskandar et al. 2013).

Kecapi(Sandoricum koetjape)

Kecapi merupakan tumbuhan lokal dari Brunei, Kamboja, India, Laos, Malaysia, Myanmar, Philiphina, Thailand, dan Vietnam yang tumbuh di tanah Podsolik. Tanaman yang berasal dari famili Meliaceae ini berfungsi sebagai pengontrol erosi tanah, tanaman peneduh karna tajuknya yang lebar, tahan terhadap kekeringan dan merupakan tanaman yang bersimbiosis dengan mikoriza. Pertumbuhan semai kecapi sangat cepat. Kayunya rentan terhadap serangan hama pengebor namun kebal terhadap serangan serangga (Orwa et al. 2009).

Menurut Mandang (2005) tinggi kecapi dapat mencapai 25 - 30 m dengan diameter 70-90 cm. Kecapi dapat ditemukan di Jawa dan tumbuh di bawah 1000 m diatas permukaan laut. Hierarki taksonomi tanaman kecapi adalah sebagai berikut:

Species : Sandoricum koetjape (Burm.F.) Merr

Kiteja(Cinnamomum iners)

Kiteja merupakan pohon yang tingginya dapat mencapai 20 - 30 m. Kiteja merupakan tumbuhan asli Kamboja, India, Indonesia (Jawa), Malaysia, Philiphina, Thailand, Vietnam dan Laos. Kiteja dapat tumbuh di hutan sekunder dan hutan yang terganggu. Kayunya kebal terhadap serangan serangga dan digunakan sebagai bahan bangunan dan lemari (Dung 1996). Kiteja merupakan pohon jenis fast growing species (Corner 1988). Hierarki taksonomi tanaman Kiteja adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

(13)

3 Family : Lauraceae

Genus : Cinnamomum

Species : Cinnamomum iners Reinw. ex Blume

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret - Mei 2014. Lokasi penelitian adalah di persemaian PT Antam Tbk, Banten.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Termohygrometer, polybag dengan ukuran 20x10 cm, plastik bening, gelas ukur 100 ml, kamera, koran, penggaris, gunting stek, software SAS 9.1 dan software Microsoft Excel 2013. Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah perangsang akar dan daun, alkohol 70%, serta dengan C. iners dan S. koetjape dengan tinggi berkisar antara 10-40 cm sebagai objek penelitian.

Prosedur Penelitian

a. Pengadaan bibit, Persiapan media dan Pembuatan Larutan Perangsang Akar dan Daun

Bibit yang digunakan merupakan hasil dari cabutan dengan penggemburan tanah yang memiliki tinggi berkisar antara 10-40 cm. Teknik cabutan dengan penggemburan tanah artinya tanah dari anakan digemburkan sebelum dicabut. Media tanam merupakan tanah yang berasal dari tanah yang dicampur dengan kompos dengan perbandingan 1:2. Plastik bening digunakan sebagai sungkup pada awal penanaman. Pembuatan larutan perangsang akar dan daun dilakukan dengan cara melarutkan perangsang akar dan daun dengan air. Konsentrasi larutan perangsang akar dan daun yang digunakan adalah 2.50%, 1.25%, 0.83% dan 0%.

b.Pengangkutan

Pengangkutan dilakukan setelah semua tumbuhan selesai dikumpulkan, kemudian bibit dibawa ke persemaian. Bibit dikumpulkan di dalam ember yang berisi koran yang telah dibasahi dengan air agar melindungi akar dari sengatan cahaya matahari (Dahlan 1992). Proses pengangkutan dilakukan dengan menghindari guncangan yang berlebihan dan sinar matahari secara langsung.

c. Penyapihan

(14)

4

dalam perangsang akar dan daun dengan konsentrasi 2.50%, 1.25%, 0.83% dan 0% selama 15 jam. Setelah itu bibit siap untuk ditanam pada media tanam. Bibit yang telah disapih di tempatkan di bawah sungkup untuk menjaga kelembaban.

d.Pemeliharaan

Penyiraman anakan dilakukan pagi dan sore hari. Penyiraman tidak dilakukan jika tanah di polybag masih lembab. Penyiangan dari gulma dilakukan tiga minggu sekali.

e. Pengukuran dan Pengamatan

Pengukuran data dilakukan dengan cara mengamati dan mengukur lamngsung parameter setiap satu minggu sekali. Parameter yang diukur dan diamati adalah sebagai berikut:

1. Persentase hidup (%)

Persentase hidup tumbuhan dimaksudkan untuk menunjukkan tingkat keberhasilan dari pertumbuhan tumbuhan setelah diberikan perlakuan.

Persentase bibit hidup dihitung dengan rumus :

% bibit hidup= ∑bibit hidup

∑bibit keseluruhan x 100%

2. Tinggi tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan sebelum perlakuan sebagai tinggi awal dan setiap satu minggu setelah diberi perlakuan. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan mistar, mulai dari pangkal batang hingga titik tumbuh daun apikal. 3. Jumlah daun (helai)

Pertambahan jumlah daun didapat dari selisih antara jumlah daun di akhir pengamatan dengan jumlah daun di awal pengamatan.

4. Panjang akar (cm)

Pengukuran panjang akar dimulai dari pangkal akar sampai ujung akar terpanjang.

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial (RAL) dengan 2 faktor. Faktor pertama yaitu perlakuan pemotongan akar terdiri dari 2 taraf, faktor kedua yaitu perangsang akar dan daun yang terdiri dari 4 taraf. Penelitian ini terdiri dari 10 ulangan untuk setiap perlakuan dan digunakan 2 jenis tumbuhan lokal sehingga jumlah bibit tumbuhan untuk seluruh perlakuan (2 x 4 x 2 x 10) menjadi 160 bibit. Pemberian perlakuan dilakukan secara acak. Untuk masing-masing faktor dirinci sebagai berikut:

Faktor 1: Perlakuan pemotongan akar P0 : Perlakuan tanpa pemotongan akar

P1 : Perlakuan pemotongan akar

Faktor 2 : Perlakuan pemberian perangsang akar dan daun

B0 : Perlakuan tanpa perendaman ke dalam perangsang akar dan daun

B1 : Perlakuan perendaman perangsang akar dan daun dengan konsentrasi

2.50%

B2 : Perlakuan perendaman perangsang akar dan daun dengan konsentrasi

(15)

5 B3 : Perlakuan perendaman perangsang akar dan daun dengan konsentrasi

0.83%

Kombinasi perlakuan pemotongan akar dan pemberian perangsang akar dan daun yang diujicobakan dapat dilihat pada Tabel 1.

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran dianalisis dengan menggunakan model linear:

Yijk = μ + αi + βj + (αβ)ij + εijk ; i = 1,2 ; j = 1,2,3,4 ;k = 1,2,...,10

Keterangan :

Yijk = nilai pengamatan pada faktor pemotongan akar (A) taraf ke-i, faktor pemberian Perangsang akar dan daun (B) taraf ke-j dan ulangan ke-k

μ = rata-rata umum

αi = pengaruh utama faktor pemotongan akar

βj = pengaruh utama faktor pemberian perangsang akar dan daun

(αβ)ij = komponen interaksi dari faktor pemotongan akar dan pemberian

perangsang akar dan daun

εijk = pengaruh acak yang menyebar normal

Tabel 1 Kombinasi perlakuan pemotongan akar dan pemberian perangsang akar dan daun

Perlakuan Ulangan Perangsang akar dan daun

B0 B1 B2 B3

B0 menunjukkan konsentrasi perangsang akar dan daun

(16)

6

Data hasil pengukuran penelitian dianalisis dengan menggunakan software SAS 9.1. Analisis sidik ragam dengan uji F terhadap variabel yang diamati untuk mengetahui pengaruh interaksi antar perlakuan yang diberikan, dengan hipotesis sebagai berikut :

H0 = Perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap respon yang diamati.

H1 = Paling sedikit ada satu i taraf perlakuan dimana τi ≠ 0; i = 1,...,24

Jika hasil analisis sidik ragam uji F terdapat pengaruh nyata, maka selanjutnya dilakukan uji lanjut Duncan’s Multiple Range Test dengan taraf kesalahan 5% yang bertujuan untuk mengetahui beda rata-rata antar perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persentase hidup (%)

Persentase hidup ditunjukkan oleh banyaknya tumbuhan yang masih hidup setelah diberi perlakuan.

Berdasarkan Tabel 2 secara umum perlakuan tanpa pemotongan akar pada C. iners dan S. koetjape memiliki persentase hidup lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan pemotongan akar. Hal ini diduga karena C. iners dan S. koetjape yang dipotong akarnya membutuhkan waktu lebih lama untuk pembentukan akar baru yang menyebabkan berkurangnya kemampuan akar menyerap unsur hara, sehingga 3 bulan pengamatan pertumbuhannya terlihat lebih lambat dibandingkan dengan C. iners dan S. koetjape yang tidak dipotong akarnya. Dugaan kedua yaitu kedua jenis tanaman rentan terhadap pemotongan karena lemahnya kemampuan memulihkan akar. Namun pada C. iners perlakuan B1 dengan pemotongan akar memiliki

persentase hidup yang lebih tinggi dibandingkan tanpa pemotongan akar. Hal ini diduga karena konsentrasi perangsang akar dan daun yang lebih tinggi di antara

Tabel 2 Persentase hidup C.iners dan S.koetjape Persentase hidup (%)

Jenis tanaman Pemotongan akar Perangsang akar dan daun

B0 B1 B2 B3

B0 : Perlakuan tanpa perendaman ke dalam perangsang akar dan daun

B1 : Perlakuan perendaman dengan perangsang akar dan daun konsentrasi 2.50%

B2 : Perlakuan perendaman dengan perangsang akar dan daun konsentrasi 1.25%

(17)

7 semua perlakuan, sehingga akar tumbuh dengan cepat sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik.

Secara keseluruhan persentase hidup C. iners terbesar yaitu pada perlakuan B1 dan persentase terkecil yaitu pada B0. Persentase hidup S. koetjape terbesar yaitu

pada perlakuan B3 dan persentase terkecil yaitu pada B0. Hal ini menunjukkan

bahwa persentase hidup kedua jenis tanaman ini lebih tinggi dengan perlakuan pemberian perangsang akar dan daun dibandingkan tanpa pemberian perangsang akar dan daun.

Berdasarkan Tabel 3 rekapitulasi hasil sidik ragam berbagai perlakuan terhadap C.iners dan S. koetjape menyajikan beberapa parameter yang berpengaruh nyata. Pada C.iners perlakuan pemotongan akar berpengaruh nyata pada parameter panjang akar, perlakuan perangsang akar dan daun berpengaruh nyata pada parameter panjang akar dan jumlah daun. Pada S.koetjape perlakuan pemotongan akar berpengaruh nyata pada parameter tinggi dan panjang akar, perlakuan perangsang akar dan daun berpengaruh nyata pada parameter panjang akar dan jumlah daun. Secara keseluruhan perlakuan kombinasi pemotongan akar dan pemberian perangsang akar dan daun pada C.iners dan S. koetjape tidak memberikan pengaruh nyata terhadap semua parameter.

Pertumbuhan Tinggi

Hasil uji Duncan pengaruh berbagai taraf pemotongan akar serta pemberian perangsang akar dan daun terhadap parameter tinggi C.iners dan S. koetjape dapat dilihat pada Tabel 4.

Pada Tabel 4 terlihat bahwa pada C.iners pengaruh perlakuan tanpa pemotongan akar dan pemberian perangsang akar dan daun memiliki pertambahan tinggi lebih baik dan berbeda nyata terhadap kontrol. Selain itu, pengaruh perlakuan dan pemotongan akar P1B3 berbeda nyata terhadap kontrol dengan peningkatan

sebesar 22.68%. Pada perlakuan P0B3 dan P1B3 pemberian perangsang akar dan

daun dengan konsentrasi 0.83% (B3)memberikan pertambahan tinggi yang lebih

baik dibandingkan dengan konsentrasi perangsang akar dan daun lainnya. Hal ini diduga karena konsentrasi ini sesuai untuk jenis tanaman ini sehingga membantu meningkatkan pertambahan tinggi.

Tabel 3 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh perlakuan pemotongan akar, perlakuan perangsang akar dan daun, dan interaksi pemotongan akar dan perangsang akar dan daun terhadap pertumbuhan C. iners dan S. koetjape

Pemotongan akar (P) 0.0770tn 0.1035tn 0.0018* Perangsang akar dan daun (B) 0.0965tn 0.0032* 0.0003*

P*B 0.0599tn 0.2277tn 0.9456tn

S. koetjape Pemotongan akar (P) 0.0061* 0.280

tn

0.0044* Perangsang akar dan daun (B) 0.0508tn <.0001* 0.0090*

P*B 0.9725tn 0.7945tn 0.8232tn

(18)

8

Pengaruh perlakuan tanpa pemotongan akar P0B3 memiliki pertambahan

tinggi terbaik pada S. koetjape dengan peningkatan terhadap kontrol sebesar 85.30%. Hal ini dapat disebabkan oleh penyerapan hara yang lebih cepat oleh akar lama yang tidak dipotong dan adanya pertumbuhan akar baru yang dirangsang oleh pemberian perangsang akar dan daun, sedangkan pada S. koetjape yang dipotong akar membutuhkan waktu untuk pembentukan akar baru yang menyebabkan berkurangnya kemampuan akar menyerap unsur hara, sehingga 3 bulan pengamatan pertumbuhannya terlihat lebih lambat dibandingkan dengan S. koetjape yang tidak dipotong akar.

Pada Gambar 1 terlihat bahwa C. iners dan S. koetjape mulai mengalami peningkatan tinggi pada minggu ke-3 dengan respon yang berbeda-beda untuk setiap perlakuan yang diberikan. Pada C. iners perlakuan P0B3, P1B3, P0B2 dan P0B1

memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan tinggi C. iners dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pada S. koetjape perlakuan P0B3, P0B1,

P0B2 dan P1B3 memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan tinggi

S. koetjape dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Tabel 4 Rekapitulasi hasil uji lanjut Duncan pengaruh pemotongan akar dan pemberian perangsang akar dan daun terhadap pertumbuhan tinggi C. iners dan S. koetjape

Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%

P0 : tanpa pemotongan akar B1 : Perangsang akar dan daun (2.50%)

P1 : pemotongan akar B2 : Perangsang akar dan daun (1.25%)

(19)

9

Kartika (1997) diacu dalam Bunganagara (2011) menyatakan bahwa pemotongan akar pada umumnya dapat merangsang percabangan akar lateral. Akar lateral berfungsi menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah sehingga dapat meningkatkan penyerapan unsur hara. Pemotongan akar tanpa pemberian perangsang akar dan daun akan memberikan respon yang lebih lambat karena tidak adanya perangsang akar sehingga penyerapan hara pun menjadi lambat. Seperti terlihat pada Tabel 4, pertumbuhan tinggi C. iners dan S. koetjape pada perlakuan P1B0 cenderung lebih rendah dibandingkankan P1B3. Perangsang akar dan daun

0.83% merupakan konsentrasi yang sesuai untuk pertumbuhan tinggi pada S. koetjape yang dipotong akarnya sehingga perlakuan P1B3 lebih baik dibandingkan

dengan perlakuan pemotongan akar lainnya.

Secara keseluruhan perlakuan pemotongan akar dan pemberian perangsang akar dan daun serta kombinasi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi C. iners karena pertumbuhan tinggi antara perlakuan tidak terlalu berbeda. Pada S. koetjape perlak uan pemotongan akar memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi namun perlakuan perangsang akar dan daun serta kombinasi antara pemotongan akar dan perangsang akar dan daun tidak berpengaruh nyata (Tabel 3).

Pertambahan Daun

Hasil uji Duncan pengaruh berbagai taraf pemotongan akar serta pemberian perangsang akar dan daun terhadap parameter pertambahan jumlah daun C. iners dan S. koetjape dapat dilihat pada Tabel 5.

Keterangan: P0 : tanpa pemotongan akar B1 : Perangsang akar dan daun (2.50%)

P1 : pemotongan akar B2 : Perangsang akar dan daun (1.25%)

B0 : tanpa perangsang akar daun B3 : Perangsang akar dan daun (0.83%)

(20)

10

Pada Tabel 5 terlihat bahwa pada C.iners perlakuan pemotongan akar dan perangsang akar dan daun dengan konsentrasi 0.83% (P1B3) menghasilkan

peningkatan terhadap kontrol sebesar 400%. Pengaruh perlakuan tanpa pemotongan akar P0B3 berbeda nyata dengan kontrol terhadap parameter daun pada S. koetjape

dengan peningkatan terhadap kontrol sebesar 357.14%. Selain itu, pengaruh perlakuan dengan pemotongan akar P1B3 berbeda nyata terhadap kontrol dengan

peningkatan terhadap kontrol sebesar 200%.

Menurut Kartika (1997) hubungan antara pertumbuhan daun yang akan berkembang menjadi daun dan akar saling mendukung. Daun selain menghasilkan karbohidrat dari hasil fotosintesis, juga menghasilkan auksin yang memacu pembentukan akar. Begitu pula dengan sitokinin yang diproduksi pada ujung akar dapat memacu pertumbuhan daun. Sehingga dapat dikatakan bahwa munculnya daun baru merupakan respon dari adanya pertumbuhan akar baru. Menurut Gardner dan Pearce (2008) pertumbuhan akar yang baik diperlukan untuk pertumbuhan pucuk yang baik pula. Apabila akar mengalami gangguan, pertumbuhan pucuk juga mengalami gangguan.

Tabel 5 Rekapitulasi hasil uji lanjut Duncan pengaruh pemotongan akar dan pemberian perangsang akar dan daun terhadap pertumbuhan daun C. iners dan S. koetjape

Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%

P0 : tanpa pemotongan akar B1 : Perangsang akar dan daun 2.50%

P1 : pemotongan akar B2 : Perangsang akar dan daun 1.25%

(21)

11 Pertumbuhan akar merupakan respon dari hormon perangsang akar dan adanya mikroba yang terdapat pada perangsang akar dan daun. Perangsang akar dan daun berpengaruh positif terhadap pertambahan jumlah daun. Hal ini terlihat dari perlakuan dengan pemberian perangsang akar dan daun (B1, B2 dan B3) pada

C.iners dan S. koetjape lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa perangsang akar dan daun (B0). Namun pada perlakuan P1B2 pertambahan daun S.

koetjape lebih sedikit dibandingkan kontrol. Hal ini diduga karena konsentrasi perangsang akar dan daun yang tinggi menyebabkan perkembangan akar terganggu dan menyebabkan pertumbuhan pucuk terganggu sehingga jumlah daun sedikit.

Pada Gambar 2 terlihat bahwa C. iners dan S. koetjape mulai mengalami peningkatan daun pada minggu ke-3 dan mengalami peningkatan setiap minggunya dengan respon yang berbeda-beda pada tiap perlakuan yang diberikan. Pada C. iners perlakuan P1B3, P1B2, P0B2 dan P0B1 memberikan pengaruh yang lebih baik

terhadap pertumbuhan daun C. iners dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pada S. koetjape perlakuan P0B3, P1B3, P0B1 dan P1B1 memberikan pengaruh yang lebih

baik terhadap pertumbuhan daun S. koetjape dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Secara keseluruhan perlakuan perangsang akar dan daun memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan daun C. iners dan S. oetjape perlakuan pemotongan akar memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan daun namun perlakuan pemotongan akar serta kombinasi antara pemotongan akar dan perangsang akar dan daun tidak berpengaruh nyata (Tabel 3).

Keterangan: P0 : tanpa pemotongan akar B1 : Perangsang akar dan daun (2.50%)

P1 : pemotongan akar B2 : Perangsang akar dan daun (1.25%)

B0 : tanpa perangsang akar daun B3 : Perangsang akar dan daun (0.83%)

(22)

12

Panjang akar

Hasil uji Duncan pengaruh berbagai taraf pemotongan akar serta pemberian Perangsang akar dan daun terhadap parameter panjang akar C. iners dapat dilihat pada Tabel 6.

Pada Tabel 6 terlihat bahwa pada C. iners pengaruh perlakuan tanpa pemotongan akar P0B3 memiliki pertambahan panjang akar terbaik dan berbeda

nyata terhadap kontrol dengan peningkatan sebesar 137.50%. Pengaruh perlakuan tanpa pemotongan akar P0B3 pada S. koetjape berbeda nyata dengan kontrol

terhadap panjang akar dengan peningkatan sebesar 162.15%.

Perangsang akar dan daun mengandung unsur hara dan hormon alami perangsang tumbuh akar (Iskandar 2013). Oleh karena itu perlakuan P0B3 memiliki

panjang akar yang lebih tinggi dibandingkan P1B3. Hal ini disebabkan oleh dosis

larutan perangsang akar dan daun yang tinggi dan diduga dengan dosis yang sama akar lama dari perlakuan tanpa pemotongan akar C. iners (P0B3) menyerap hara

lebih baik.

Pertumbuhan akar merupakan respon dari hormon perangsang akar dan adanya mikroba yang terdapat pada perangsang akar dan daun. Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa pertambahan panjang akar S. koetjape dengan perlakuan pemberian perangsang akar dan daun P1B3, P1B2, P0B3 dan P0B2 lebih tinggi dibandingkan

dengan perlakuan tanpa pemberian perangsang akar dan daun (P0B0 dan P1B0). Hal

ini disebabkan karena perangsang akar dan daun mengandung hormon alami perangsang tumbuh akar dan unsur hara yang dibutuhkan tanaman (Iskandar 2013).

Tabel 6 Rekapitulasi hasil uji lanjut Duncan pengaruh pemotongan akar dan perangsang akar dan daun terhadap panjang akar C.iners dan S. koetjape

Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%

P0 : tanpa pemotongan akar B1 : Perangsang akar dan daun 2.50%

P1 : pemotongan akar B2 : Perangsang akar dan daun 1.25%

(23)

13 Namun pada perlakuan P1B1 dan P0B1 pertambahan panjang akar lebih rendah

dibandingkan dengan kontrol. Hal ini diduga karena konsentrasi perangsang akar dan daun yang terlalu tinggi yang menyebabkan perkembangan akar terganggu.

Secara keseluruhan perlakuan perangsang akar dan daun dan pemotongan akar memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan akar C. iners dan S. koetjape namun perlakuan kombinasi antara pemotongan akar dan perangsang akar dan daun tidak berpengaruh nyata (Tabel 2).

Berdasarkan seluruh parameter yang dikur, pada C. iners perlakuan pemotongan akar berpengaruh nyata pada parameter panjang akar, perlakuan perangsang akar dan daun berpengaruh nyata pada parameter panjang akar dan jumlah daun. PadaS. koetjape perlakuan pemotongan akar berpengaruh nyata pada parameter tinggi dan panjang akar, perlakuan perangsang akar dan daun berpengaruh nyata pada parameter panjang akar dan jumlah daun. Secara keseluruhan perlakuan kombinasi pemotongan akar dan pemberian perangsang akar dan daun pada C.iners dan S. koetjape tidak memberikan pengaruh nyata terhadap semua parameter.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Persen hidup tertinggi C. iners yaitu dengan kombinasi perlakuan tanpa pemotongan akar dan pemberian perangsang akar dan daun dengan konsentrasi 2.50%. Persen hidup tertinggi S. koetjape yaitu dengan kombinasi perlakuan tanpa pemotongan akar dan pemberian perangsang akar dan daun dengan konsentrasi 0.83%. Pada C. iners pemberian perangsang akar dan daun berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dan panjang akar. Perlakuan pemotongan akar berpengaruh terhadap panjang akar. Pada S. koetjape pemberian perangsang akar dan daun berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dan akar. Perlakuan pemotongan akar berpengaruh terhadap tinggi dan panjang akar.

Saran

(24)

14

DAFTAR PUSTAKA

Adman B, Hendrarto B, Sasongko DP. 2012. Pemanfaatan jenis pohon lokal cepat tumbuh untuk pemulihan lahan pasca tambang batu bara. Jurnal Ilmu Lingkungan(1):19-25.

Bunganagara, Belinda. 2011. Perbaikan pertumbuhan tanaman damar dengan teknik LRM (Lateral Root Manipulation) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Corner, E.J.H. 1988. Wayside Trees of Malaya. Third Edition. Volumes 1-2. Kuala Lumpur: Malayan Nature Society.

Dahlan EN. 1992. Hutan Kota untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup. Jakarta (ID): Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia.

Dung, Vu Van. 1996. Vietnam Forest Tree. Hanoi, Vietnam: Agricultural Publishing House.

Gardner FP, Pearce RB. 2008. Fisiologi Tanaman Budidaya. Susili H, penerjemah. Jakarta (ID): UI Pr. Terjemahan dari: Physiology of Crop Plants.

Herdiana N, Siahaan H, Rahman T. 2008. Pengaruh arang kompos dan intensitas cahaya pertumbuhan bibit kayu bawang. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman5(3):139-146.

Iskandar D, Setiadi Y, Ekamawanti HA. 2013. Perbaikan pertumbuhan dan produktivitas tanaman dengan teknik Lateral Root Manipulation (LRM). [catatan pelatihan]. DF-2013-510.

Kartika, N H. 1997. Pengaruh pemotongan akar dan sifat fisik media tanam terhadap pertumbuhan stek Panili (Vanilla planifolia Andrews) [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Mandang Y I, 2005. Kunci Identifikasi Kayu Asia Tenggara Versi 2. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan.

Orwa C, Mutua A, Kindt R, Jamnadass R, Anthony S. 2009. Agroforestree Database: a tree reference and selection guide version 4.0. Kenya: World Agroforestry Centre.

(25)

15

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palangki, Kab Sijunjung Sumbar pada tanggal 25 Oktober 1992 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Zulkifli Dt Malintang Bumi dan Anita Lestari Parinding. Penulis lulus dari SMAN 1 Sijunjung Sumatera Barat (2010) dan melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) (2010) dan masuk Mayor Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan (2011). Selama menuntut studi di IPB penulis aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan yakni sebagai anggota divisi Komunikasi dan Informasi Tree Grower Community (2011-2012), anggota divisi Scientific Improvement Himpunan Profesi Tree Grower Community (2012-2013) dan anggota Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Bogor (2010-(2012-2013).

Gambar

Tabel 1 Kombinasi perlakuan pemotongan akar dan pemberian perangsang akar dan daun
Tabel 3 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh perlakuan pemotongan akar,
Tabel 4 Rekapitulasi hasil uji lanjut Duncan pengaruh pemotongan akar dan pemberian perangsang akar dan daun terhadap pertumbuhan tinggi C
Gambar 1 Rata-rata pertumbuhan tinggi per-3 minggu C. iners dan S. koetjape pada berbagai perlakuan
+4

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pada hari ini Rabu tanggal delapan belas bulan Mei Tahun dua ribu enam belas, kami Kelompok Kerja ULPD Provinsi Aceh Kementerian Keuangan RI telah melakukan

Pada hari ini, Kamis tanggal sembilan belas bulan Mei tahun Dua ribu enam belas, bertempat di Sekretariat Unit Layanan Pengadaan Daerah Kelompok Kerja Provinsi

Dengan demikian dapat dipahami secara sempurna bahwa yang dimaksud teknologi pembelajaran dalam pendidikan Islam ialah usaha sistematis dalam merancang,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Ac-Di-Sol dan PVP K-30 terhadap mutu fisik dan disolusi tablet sublingual propranolol HCl dan juga untuk mengetahui

Misalnya Setiaji tidak mencukupi DP minimal, penghasilan sendiri juga tidak mampu, kondisi mobil kalah dibanding Purba, tetapi Characternya sangat baik, mempunyai tabungan cukup

This pa- per presents an alternative analysis of 6-nitro-1’,3’,3’-trimethylspiro[2H- 1-benzopyran-2, 2’] (6-Nitro BIPS) behavior due to the impact of solvent polarity, durations

F-or irupror,ertrelt high values biocliesel procluct har.e used separation process. \\iith ceramic ttrenrbralle ant'l.. finally have tr,r,o prodrict bioidiesel rvithout