• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Potensi Jalur Wisata Birdwatching di Cluster Northridge Sentul City, Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identifikasi Potensi Jalur Wisata Birdwatching di Cluster Northridge Sentul City, Bogor"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI POTENSI JALUR WISATA

BIRDWATCHING

DI

CLUSTER

PERUMAHAN NORTHRIDGE

SENTUL CITY, BOGOR

GAYUH BUMI HARSIJI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi Potensi Jalur Wisata Birdwatching di Cluster Perumahan Northridge Sentul City Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang ditebitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis dan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

GAYUH BUMI HARSIJI, Identifikasi Potensi Jalur Wisata Birdwatching di Cluster PerumahanNorthridge Sentul City, Bogor. Dibimbing oleh ANI MARDIASTUTI dan YENI A MULYANI.

Wisata birdwatching adalah wisata ramah lingkungan yang bisa diterapkan untuk mendukung konsep Eco-City yang diterapkan oleh Sentul City. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis burung di 5 jalur, mengidentifikasi jalur yang potensial untuk wisata birdwatching dan membuat rekomendasi jalur wisata birdwatching. Identifikasi potensi jalur wisata telah dilaksanakan di Cluster Northridge pada bulan Mei hingga Juli 2013. Pengumpulan data dilakukan melalui studi literatur dan observasi lapang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekayaan jenis burung sebesar 36 jenis dari 21 suku dimana Jalan Telaga Indah memiliki jumlah jenis burung terbanyak dan Jalan Bukit Permata 1 memiliki jenis burung paling sedikit. Jalur yang potensial untuk kegiatan pengamatan burung adalah jalur 4 karena memiliki keanekaragaman burung tertinggi dan burung unik atau khas seperti cekakak sungai (Halcyon chloris), cekakak jawa (Halcyon cyanoventris), sepah kecil (Pericrocotus cinnamomeus) dan kowak-malam abu (Nycticorax nycticorax). Pengunjung bisa melakukan kegiatan wisata pengamatan burung dengan berjalan kaki dan berkuda.

Kata kunci: burung, eco-city, jalur wisata, kegiatan ramah lingkungan.

ABSTRACT

GAYUH BUMI HARSIJI, Identification of Birdwatching Trails in the Northridge Residence Cluster, Sentul City Bogor. Supervised by ANI MARDIASTUTI and YENI A MULYANI .

Birdwatching tourism is an environment friendly activity that can be implemented for supporting eco-city concept in Sentul City. The goal of this research is to identify birds species in five observation trails, identify the trails that potential for birdwatching tourism and make recommendation for birwatching tourism trail. Identificationof birdwatching trails had been conducted in Cluster Northridge Residence, from May until July 2013. Collecting data from literature review and field observation. The results showed that the richness of bird was 36 species from 21 family. The fourth trail which was Telaga Indah street had the highest number of birds whereas the first trail which was Bukit Permata 1 had the lowest number of birds. The potential trail for birdwatching tourism was fourth trail because it had highest biodiversity of birds and the unique birds, such as collared kingfisher (Halcyon chloris), javan kingfisher (Halcyon cyanoventris), small minivet (Pericrocotus cinnamomeus) and black-crowned night-heron (Nycticorax nycticorax). Visitors can do the birdwatching tourism with walking and riding on horseback.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

IDENTIFIKASI POTENSI JALUR WISATA

BIRDWATCHING

DI

CLUSTER

PERUMAHAN NORTHRIDGE

SENTUL CITY, BOGOR

GAYUH BUMI HARSIJI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Identifikasi Potensi Jalur Wisata Birdwatching di Cluster Northridge Sentul City, Bogor

Nama : Gayuh Bumi Harsiji NIM : E34090046

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Ani Mardiastuti, MSc Pembimbing I

Dr Ir Yeni A Mulyani, MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, serta doa restu dan dukungan yang tulus dari orangtua sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Penelitian yang berjudul Identifikasi Potensi Jalur Wisata Birdwatching di Cluster Perumahan Northridge Sentul City, Bogor dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juli 2013.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof Dr Ir Ani Mardiastuti, MSc dan Dr Ir Yeni Aryati Mulyani, MSc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bantuan dan arahannya dalam penyelesaian karya ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Hartan Gunadi, Sihar dan H A Hakim selaku Direktur Pemasaran, Manager Pemasaran dan Kepala HRD Sentul City yang telah membantu dalam pengambilan data sekunder dan semua pihak yang telah membantu dalam pengumpulan data dan perbaikan karya ilmiah ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman KSHE 46 „Anggrek

Hitam‟ (khususnya sahri, yuka, alya, devi damayanti dan devi aristiyanti) atas dukungan, semangat, kebersamaan dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat kepada pihak terkait.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat 2

METODE 2

Lokasi dan Waktu 2

Obyek dan Alat 2

Metode Pengumpulan Data 3

Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Hasil 5

Pembahasan 14

SIMPULAN DAN SARAN 18

Simpulan 18

Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 19

(11)

DAFTAR TABEL

1 Pembagian strata burung secara vertikal (van Balen 1984) 3 2 Penggunaan tingkat pertemuan untuk memperlihatkan skala urutan

kelimpahan sederhana (Bibby et al. 2000 yang telah dimodifikasi) 4 3 Kekayaan jenis burung pada 5 jalur di Cluster Northridge 5 4 Tingkat pertemuan jenis burung-burung di Jalur 4 (Jalan Telaga Indah) pada

pengamatan dari pagi hari hingga sore hari 9

DAFTAR GAMBAR

1 Peta Cluster Northridge di Sentul City 2

2 Dendrogram indeks kesamaan komunitas burung 6

3 Keanekaragaman jenis burung di Jalan Telaga Indah 7 4 Frekuensi pertemuan cekakak sungai di Jalan Telaga Indah 8 5 Frekuensi pertemuan cekakak jawa di Jalan Telaga Indah 8 6 Frekuensi pertemuan sepah kecil di Jalan Telaga Indah 9 7 Peta pertemuan jenis burung di Jalan Telaga Indah 10 8 Jalur wisata birdwatching pendek di Jalan Bukit Permata I, Jalan Bukit

Permata 2 dan Jalan Bukit Hambalang 12

9 Jalur wisata birdwatching panjang di Ja lan Bukit Permata I, Jalan Bukit

Permata 2 dan Jalan Telaga Indah 13

10 Burung unik (a) cekakak sungai, (b) cekakak jawa, (c) sepah kecil, (d)

kowak-malam abu 16

DAFTAR LAMPIRAN

1 Tingkat pertemuan jenis burung-burung di Jalur 4 (Jalan Telaga Indah) pada

pengamatan dari pagi hari hingga sore hari 21

2 Tingkat pertemuan jenis dan peluang melihat/jam burung-burung di Jalan

Telaga Indah pada pengamatan pagi hari 22

3 Tingkat pertemuan jenis dan peluang melihat/jam burung-burung di Jalan

Telaga Indah pada pengamatan siang hari 22

4 Tingkat pertemuan jenis dan peluang melihat/jam burung-burung di Jalan

Telaga Indah pada pengamatan sore hari 23

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sentul City merupakan sebuah kawasan permukiman di Bogor, Jawa Barat yang memiliki beberapa misi yaitu menyediakan fasilitas terbaik dan layanan kesehatan bertaraf internasional, memperkaya pertumbuhan Sentul City dengan fasilitas seni dan budaya, mengembangkan Sentul City dengan perumahan bermutu dan inovatif yang selaras dengan lingkungan alam serta memadukan perencanaan dan pembangunan fasilitas komersial, hiburan dan wisata (Sentul City 2008). Pada dasarnya Sentul City telah berkembang menjadi kota baru dengan konsep Eco-City. Konsep Eco-city (Green City) merupakan konsep kota yang ramah lingkungan dan berkelanjutan dalam segala aspek kehidupan sehingga mampu menunjang warga maupun unsur lainnya baik tumbuhan, hewan dan satwa liar, hingga tanah, air dan udara (Arifin et al. 2008).

Kehadiran satwa liar khususnya burung dapat dijadikan indikator lingkungan karena apabila terjadi pencemaran lingkungan atau fragmentasi habitat, burung merupakan komponen terdekat yang terkena dampaknya (Imbeau dan Desrochers 2002). Keberadaan burung yang banyak di suatu tempat bisa mengindikasikan bahwa lingkungan tersebut masih baik tutupan lahan hijaunya (Strohbach et al. 2013). Asmoro (2012) menyatakan bahwa Sentul City memiliki keanekaragaman jenis burung yang potensial untuk dikembangkan menjadi wisata di berbagai Cluster perumahannya. Wisata birdwatching ini merupakan kegiatan non konsumtif yang ramah lingkungan dan bisa dikembangkan untuk mendukung konsep Eco-city yang diterapkan oleh Sentul City.

Asmoro (2012) juga menyebutkan bahwa dari beberapa Cluster yang diteliti, Cluster Northridge yang paling potensial untuk dikembangkan menjadi kegiatan wisata birdwatching. Hal ini dikarenakan Cluster ini memiliki keanekaragaman jenis burung yang paling tinggi yaitu 33 jenis. Selain itu menurut tata tertib design dan bangunan, pembangunan rumah di Cluster ini berupa 60% area hijau terbuka dan 40% area terbangun karena konsep yang dibuat berupa rumah perbukitan (Sentul City 2008). Konsep perumahan ini membuat habitat burung masih tetap aman dan terjaga sehingga kegiatan wisata birdwatching diharapkan bisa dilakukan dan berkelanjutan. Maka dari itu, penelitian yang lebih rinci diperlukan untuk mendukung identifikasi potensi jalur wisata birdwatching di Cluster Perumahan Northridge di Sentul City, Bogor Jawa Barat.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk:

1. Mengidentifikasi jenis burung yang ada di setiap jalur pengamatan.

2. Menentukan jalur yang potensial untuk dijadikan kegiatan wisata pengamatan burung (birdwatching).

(13)

Manfaat

Hasil penelitian yang berupa peta pertemuan burung dan peta jalur wisata birdwatching di Cluster Northridge diharapkan dapat menjadi dasar dalam pengembangan wisata birdwatching di Cluster Northridge maupun daerah lainnya di Sentul City. Kegiatan ramah lingkungan ini juga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kepekaan lingkungan masyarakat kota terhadap pentingnya konservasi burung di alam.

METODE

Lokasi dan Waktu

Kegiatan penelitian dilakukan di Cluster Perumahan Northridge Sentul City, Bogor Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2013. Pengamatan burung dilakukan pada saat cuaca cerah dan tidak mendung mulai pukul 06.00-17.30.

Gambar 1 Peta Cluster Northridge di Sentul City

Obyek dan Alat

(14)

arloji, tape recorder, buku lapang: Pengenalan Jenis Burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan oleh MacKinnon et al. (2010).

Metode Pengumpulan Data

Pengambilan data jenis burung denganmembagi wilayah perumahan Northridge menjadi lima jalur berdasarkan jalan setapak atau jalan yang sudah ada dan biasa dilewati orang yaitu Jalan Bukit Permata 1 (Jalur 1), Jalan Bukit Permata 2 (Jalur 2), Jalan Bukit Sentul (Jalur 3), Jalan Telaga Indah (Jalur 4) dan Jalan Bukit Hambalang (Jalur 5). Lima jalur tersebut diobservasi selama dua minggu untuk mengambil data jenis burung pada pukul 06.30 hingga 17.30 WIB dengan metode penjelajahan. Setelah dilakukan observasi terhadap jalur, maka dilakukan pemilihan jalur yang potensial untuk dijadikan jalur wisata birdwatching. Pemilihan jalur ini berdasarkan sebaran spasial jumlah jenis burung yang banyak, keberadaan burung yang unik atau khas, mudah dilalui pengunjung dan tidak membahayakan pengunjung (Berkmuller 1981).

Jika jalur potensial sudah terpilih, maka dilakukan pengamatan lebih detail dengan mengambil data jenis burung, jumlah burung, frekuensi pertemuan jenis setiap jam, sebaran vertikal dan habitat burung dengan metode penjelajahan. Pengamatan ini dilakukan pada pagi hari pukul 06.30 WIB hingga 17.30 WIB.

Sebaran spasial didapatkan dengan cara menjelajah jalur yang sudah terpilih menjadi lokasi wisata birdwatching. Pada saat pengamatan, pengambilan data ini dilakukan dengan mencatat jenis burung yang ditemukan beserta waktu penemuannya. Sebaran spasial burung-burung di sepanjang jalur, didapatkan dengan memplotkan setiap lokasi penemuan jenis burung dengan GPS.

Pengambilan data penyebaran vertikal dilaksanakan dengan melihat penempatan ruang burung untuk beraktivitas dengan pembagian strata tajuk mengacu pada van Balen (1984) (Tabel 1). Peralatan yang digunakan adalah binokuler 8x50, pengukur waktu, buku panduan pengenalan spesies burung (MacKinnon et al. 2010) dan kamera.

Tabel 1 Pembagian strata burung secara vertikal (van Balen 1984)

No. Kriteria Ketinggian (m)

1 Strata E ( lantai hutan/tanah) 0.00-0.15 2 Strata D (semak-semak rendah dan sedang) 0.15–1.80 3 Strata C (semak-semak tinggi) 1.80–4.50 4 Strata B (pohon dibawah tajuk) 4.50–15.00 5 Strata A (pohon diatas tajuk) >15.00

(15)

Analisis Data

Indeks kesamaan komunitas burung (IS)

Kesamaan komunitas burung antar lokasi penelitian dianalisis dengan Indeks Kesamaan Jenis (IS) menurut Jaccard (1901) yang diacu dalam van Balen (1984), dengan rumus:

Selain itu, untuk melihat perbedaan komposisi jenis burung pada lokasi penelitian, Indeks Kesamaan Jenis (IS) digambarkan dalam sebuah dendrogram yang dianalisis menggunakan software Minitab versi 16.

Peluang melihat dan tingkat pertemuan jenis

Peluang melihat burung setiap jamnya digunakan untuk melihat tingkat kemudahan perjumpaan dengan jenis burung. Peluang melihat suatu jenis dihitung melalui rumus:

Tingkat pertemuan jenis burung setiap jalur dianalisis menurut beberapa kategori kelimpahan yaitu jarang, tidak umum, sering, umum dan melimpah (Tabel 2).

Tabel 2 Penggunaan tingkat pertemuan untuk memperlihatkan skala urutan kelimpahan sederhana (Bibby 2000 et al. yang telah dimodifikasi)

Kategori Kelimpahan

( ∑ individu per 10 jampengamatan) Kelimpahan Nilai Skala urutan

< 0,5 1 Jarang

0,5-2,0 2 Tidak umum

2,1-4,0 3 Sering

4,1-6,0 4 Umum

>6 5 Melimpah

Untuk menentukan kelimpahan relatif dengan menghitung tingkat pertemuan setiap jenis dengan membagi jumlah burung yang tercatat dengan jumlah jam pengamatan, yang memberikan hasil jumlah burung per jam untuk setiap jenis.

IS = c a+b+c

Peluang melihat/jam = ∑ pertemuan setiap jenis

Unit waktu

(16)

Penyebaran spasial burung

Data burung dikelompokkan menurut habitat utamanya yaitu burung hutan (forest birds), burung hutan terbuka (open woodland birds) dan burung lahan budidaya (birds of the cultivated area) (van Balen et al. 1986).

Data mengenai sebaran spasial ditampilkan dalam bentuk peta dengan menggunakan software ArcGIS dan Photoshop CS 7. Hasil penyebaran burung disajikan secara deskriptif, yang meliputi penyebaran baik menurut lokasi maupun menurut waktu. Setelah mengetahui data-data diatas, maka dibuat jalur wisata birdwatching yaitu wisata berjalan kaki dan berkuda.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kekayaan Jenis Burung

Jumlah jenis burung yang tercatat selama penelitian adalah 36 jenis burung yang terdiri dari 21 suku.Setiap jalur pada Cluster perumahan ini memiliki perbedaan jumlah jenisdan keanekaragaman jenis burungnya (Tabel 3).

Jumlah jenis burung terbanyak ditemukan pada jalur 4 yaitu 34 jenis. Jenis burung yang banyak ditemukan pada jalur ini merupakan jenis burung hutan dan jenis burung yang berada di perairan. Burung hutan banyak yang berukuran kecil dan sulit terlihat secara langsung namun dapat dikenali lewat suara khasnya, seperti cipoh kacat (Aegithina tiphia), wiwik uncuing (Cacomantis sepulcralis) dan sepah kecil (Pericrocotus cinnamomeus). Burung perairan yang ada pada jalur ini adalah kowak-malam abu (Nycticorax nycticorax), raja-udang meninting (Alcedo meninting) dan pecuk-ular asia (Anhinga melanogaster). Burung hutan biasanya terlihat di strata atas A pada ketinggian > 15 m dan strata B pada ketingggian 4,50 m - 15 m, yang sebagian besar merupakan burung pemakan serangga. Kelompok ini memilih lokasi habitat berupa hutan dengan vegetasi yang relatif tertutup dengan tajuk pepohonan yang cukup tinggi.

Jumlah jenis burung terendah ditemukan pada jalur 1 yaitu 16 jenis. Jenis burung yang ditemukan pada jalur ini merupakan jenis burung yang biasa terlihat di pekarangan rumah seperti burung-madu sriganti (Nectarinia jugularis) dan burung-gereja erasia (Passer montanus) serta jenis burung yang berada di hutan terbuka seperti wiwik kelabu (Cacomantis merulinus).

Tabel 3 Kekayaan jenis burung pada 5 jalur di Cluster Northridge

Jalur Jumlah Jenis Jumlah Suku

1 16 13

2 21 15

3 23 16

4 34 22

(17)

Penyebaran Jenis Burung pada Tiap Jalur

Sebelas jenis burung yang dapat ditemukan pada semua jalur diantaranya tekukur biasa (Streptopelia chinensis), bubut alang-alang (Centropus bengalensis), wiwik uncuing, walet linchi (Collocalia linchi), cekakak sungai (Halcyon chloris), caladi ulam (Dendrocopos macei), cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), burung-madu sriganti, bondol jawa (Lonchura leucogastroides) dan bondol peking (Lonchura punctulata).

Walet linchi, caladi ulam, cipoh kacat dan cucak kutilang memiliki sebaran yang banyak di semua jalur. Burung walet linchi terlihat terbang mencari pakan serangga di setiap jenis vegetasi sedangkan caladi ulam ditemukan sedang mematuk di batang kayu akasia yang sudah melapuk.

Cucak kutilang dan cipoh kacat juga ditemukan sedang memakan serangga dan ulat di pepohonan. Pepohonan yang tersebar merata di seluruh jalur pengamatan adalah pohon akasia (Acacia mangium), pohon pinus (Pinus merkusii), pohon gmelina (Gmelina sp.), pohon sengon (Falcataria moluccana), pohon kemlandingan (Leucaena glauca), pohon bintaro (Cerbera manghas), kelapa sawit (Elaeis guineensis), palem raja (Roystonea regia) dan pohon bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea).

Tekukur biasa yang memiliki kategori kelimpahan 2,0 dengan skala tidak umum ditemukan sedang berjalan di jalan aspal dan terbang berpasangan. Bubut alang-alang juga yang memiliki kategori kelimpahan 2,1 dengan skala tidak umum ditemukan sedang terbang diantara alang-alang dan terdengar bersuara di dalam alang-alang serta semak belukar.

Burung-madu sriganti yang memiliki kategori kelimpahan 2,3 dengan skala sering ditemukan sedang menghisap bunga dan bersuara berisik di ranting pohon. Bondol jawa dan bondol peking memiliki kategori kelimpahan 1,8 dan 2,0 dengan skala tidak umum, terlihat berkelompok dan tengger di padang alang-alang. Selain itu, cekakak sungai yang memiliki kategori kelimpahan 2,0 dengan skala tidak umum terlihat sedang bertengger di pohon kering dan terbang berpasangan sambil mengeluarkan suara.

Indeks Kesamaan Komunita Burung (IS)

Indeks Kesamaan Komunitas Burung (IS) digunakan untuk melihat tingkat kesamaan komunitas burung pada beberapa jalur di lokasi penelitian. Indeks kesamaan ini juga akan digunakan untuk menunjukkan jalur yang potensial untuk kegiatan wisata birdwatching.

(18)

Lokasi penelitian dengan kesamaan komunitas burung tertinggi adalah jalur 1 dengan jalur 2 (IS= 0,81) sedangkan lokasi penelitian dengan kesamaan komunitas burung terendah adalah jalur 4 dengan jalur 5 (IS= 0,47). Selain dapat dilihat dari nilai IS, tingkat kesamaan komunitas burung juga dapat dilihat dari hubungan tiap jalur yang ditunjukkan dalam dendrogram (Gambar 2). Menurut hasil dendrogram dapat dijelaskan bahwa jenis burung yang terdapat pada jalur 4 memiliki keunikan atau kekhasan dibandingkan jenis burung yang ada pada jalur 1, 2, 3 dan 5.

Jalur Potensial untuk Wisata Birdwatching

Jalur dikatakan potensial jika memiliki atraksi yang menonjol seperti keberadaaan burung unik atau khas dan keanekaragaman burung tertinggi. Jalan Telaga Indah memiliki jumlah jenis burung tertinggi dan beberapa burung yang unik atau khas yaitu cekakak sungai, cekakak jawa (Halcyon cyanoventris), sepah kecil. Jalur yang digunakan untuk kegiatan birdwatching harus disesuaikan dengan waktu, cuaca dan perilaku harian burung. Berikut ini adalah sebaran temporal keanekaragaman burung dan burung unik atau khas:

Sebaran temporal

Waktu pengamatan yang baik untuk melihat jumlah jenis burung paling tinggi pada pukul 09.45-10.45 WIB (Gambar 3).

Gambar 3 Keanekaragaman jenis burung di Jalan Telaga Indah

Jenis-jenis yang bisa didapatkan pada waktu tersebut adalah kareo padi, tekukur biasa, bubut alang-alang, kedasi hitam, wiwik kelabu, wiwik lurik, walet linchi linci, cekakak jawa, raja-udang meninting, caladi ulam, sepah kecil, jingjing batu, cipoh kacat, cucak kutilang, pelanduk semak, cinenen jawa (Gambar 7).

Sebaran temporal burung unik atau khas Cekakak sungai (Halcyon chloris)

Waktu pengamatan burung cekakaksungai pada pukul 07.30-08.30 WIB dan 09.30-10.30 WIB (Gambar 4). Kategori kelimpahan burung cekakak sungai pada pagi hari sebesar 1,2 dengan skala urutan tidak umum ditemui namun peluang melihat/jam sebesar 100%. Cekakak sungai terlihat sedang terbang di sekitar danau dan bertengger di pohon kering pada strata B (4,50 m ke atas).

(19)

Gambar 4 Frekuensi pertemuan cekakak sungai di Jalan Telaga Indah

Cekakak jawa (Halcyon cyanoventris)

Waktu pengamatan burung cekakak jawa pada pukul 09.30-10.30 WIB (Gambar 5). Kategori kelimpahan burung cekakak jawa pada pagi hari sebesar 1,2 dengan skala urutan tidak umum ditemui namum peluang melihat/jam sebesar 100%. Cekakak jawa terlihat sedang terbang di atas danau dan bertengger di pohon gmelina pada strata B (4,50 m ke atas).

Gambar 5 Frekuensi pertemuan cekakak jawa di Jalan Telaga Indah

Sepah kecil (Pericrocotus cinnamomeus)

Waktu pengamatan burung sepah kecil yang baik pada pukul 08.30-09.30 WIB dan 14.30-15.30 WIB (Gambar 6). Kategori kelimpahan burung sepah kecil pada pagi hari sebesar 0,4 dengan skala urutan tidak umum ditemui dan peluang melihat/jam sebesar 50 % sedangkan kategori kelimpahan burung sepah kecil pada sore hari sebesar 0,8 dengan skala urutan tidak umum ditemui dan peluang melihat/jam sebesar 100 %. Sepah kecil terlihat sedang terbang bersama kelompoknya di pohon sengon pada strata A dan B.

(20)

Gambar 6 Frekuensi pertemuan sepah kecil di Jalan Telaga Indah

Tingkat Pertemuan Jenis Burung di Jalan Telaga Indah

Tingkat pertemuan jenis menggambarkan mudah atau tidaknya suatu jenis burung ditemui pada suatu jalur yang akan digunakan untuk wisata birdwatching. Kategori kelimpahan terbesar adalah cucak kutilang sebesar 6,0 sedangkan kelimpahan terkecil adalah cinenen jawa (Orthotomus sepium), cabai jawa (Dicaeum trochileum), dan pecuk-ular asia sebesar 0,1. Jenis lain yang memiliki peluang melihat/jam 100% tetapi tidak dalam kelimpahan yang besar sehingga termasuk kategori tidak umum adalah cekakak sungai, caladi ulam, kowak-malam abu, kekep babi (Artamus leucorhynchus ) dan burung-madu sriganti (Tabel 4). Tabel 4 Tingkat pertemuan jenis burung-burung di Jalur 4 (Jalan Telaga Indah)

pada pengamatan dari pagi hari hingga sore hari No Nama jenis ∑ ind Kategori

Jalur Wisata Birdwatching di Cluster Northridge

Wisata birdwatching dapat terlaksana dengan baik apabila pihak pengelola mampu mempersiapkan kegiatan ini dengan baik. Persiapan yang baik dapat menarik minat pengunjung untuk mengikuti wisata birdwatching. Persiapan awalnya berupa pembuatan jalur wisata birdwatching pendek dan panjang.

(21)

Jalur wisata pendek

Jalur wisata pendek ditawarkan dengan berjalan kaki dan kecepatan berjalannya 0,4 m/s. Waktu pengamatan selama 2 jam dengan panjang jalur pengamatan 2,3 km. Birdwatcher melewati 5 spot pengamatan dan diberikan waktu 4 menit untuk mengamati burung di setiap spot. Spot pengamatan yang akan dilewati terdiri dari burung hutan terbuka, aktivitas berkelompok,burung gedung-perumahan, burung pekarangan, kelompok burung kekep babi, burung perairan dan burung sepah kecil.

Jalur wisata pendek merupakan gabungan Jalan Bukit Permata 1 (Jalur 1), Jalan Bukit Permata 2 (Jalur 2) dan Jalan Bukit Hambalang (Jalur 5) (Gambar 8). Kondisi jalur ini aman dilewati karena jalannya sudah diaspal dan tidak licin. Jalan Bukit Permata 1 merupakan jalur utama kendaraan dan padat perumahan. Vegetasi yang ada pada jalur ini adalah pohon akasia, pohon sengon, pohon pinus dan pohon gmelina. Jenis burung yang mudah ditemui adalah caladi ulam, cipoh kacat, cucak kutilang, burung-gereja asia, tekukur biasa dan walet linchi

Jalan Bukit Permata 2 merupakan jalur yang biasa dilewati kendaraan dan bangunan masih sedikit. Vegetasi yang ada berupa pohon gmelina, pohon pinus, pohon kemlandingan dan padang alang-alang. Jenis burung yang mudah ditemui adalah bubut alang-alang, pelanduk semak (Malacocincla sepiarium), burung-madu sriganti, walet linchi, cekakak sungai, bondol jawa dan bondol peking.

Jalan Bukit Hambalang merupakan jalur yang biasa dilewati kendaraan, banyak rumah dan pembangunan. Vegetasi yang ada berupa pohon akasia, pohon kemlandingan, pohon pinus dan padang alang-alang. Jenis burung yang mudah ditemui adalah burung-gereja erasia, walet linchi, cinenen pisang (Orthotomus sutorius), bentet kelabu (Lanius schach) dan cabai jawa.

Jalur wisata panjang

Jalur wisata panjang ditawarkan dengan berkuda dan kecepatan berkudanya 0,8 m/s. Waktu pengamatan selama 1 jam 30 menit dengan panjang jalur 2,8 km. Birdwatcher melewati 7 spot pengamatan dan diberikan waktu 3 menit untuk mengamati burung di setiap spot. Pemberhentian paling lama di spot danau selama 13 menit. Spot pengamatan tersebut terdiri dari burung hutan terbuka, aktivitas berkelompok, burung gedung-perumahan, burung pekarangan, kelompok burung kekep babi, burung perairan dan burung sepah kecil.

Jalur wisata panjang merupakan gabungan Jalan Bukit Permata 1 (Jalur 1), Jalan Bukit Permata 2 (Jalur 2) dan Jalan Telaga Indah (Jalur 4) (Gambar 9). Jalan Bukit Permata 1 dan 2 memiliki tipe habitat dan jenis vegetasi yang sama.

(22)

Ga

mbar

7 P

eta p

erte

mua

n jenis

burun

g di J

alan T

elaga

I

nd

(23)
(24)

13

(25)

Pembahasan

Kekayaan Jenis Burung

Jumlah jenis burung yang ditemukan selama penelitian ini tidak berbeda jauh dengan jumlah jenis burung yang dilaporkan dari hasil penelitian sebelumnya. Jenis-jenis burung yang tercatat di Cluster ini adalah burung-burung dengan tipikal jenis yang hidup di perkotaan (Darajat 2002).

Asmoro (2012) mencatat terdapat 33 jenis burung dari 21 suku di Cluster perumahan ini. Ada tiga jenis burung yang pernah tercatat dalam penelitian sebelumnya yang tidak dijumpai lagi dalam penelitian ini yaitu tepus gelagah (Timalia pileata), kapasan kemiri (Lalage nigra) dan alap-alap sapi (Falco moluccensis). Hilangnya beberapa jenis burung disebabkan oleh adanya perburuan oleh masyarakat. Primarck et al. (1998) menyatakan bahwa salah satu ancaman utama terhadap keanekaragaman hayati yang disebabkan oleh kegiatan manusia adalah perburuan dan penggunaan spesies yang berlebihan untuk kepentingan manusia.

Penyebaran Spasial dan Temporal Burung

Jenis burung yang paling banyak ditemukan dan terdapat di semua jalur adalah cucak kutilang. Ontario et al. (1990) menyatakan jenis-jenis yang memiliki nilai kelimpahan relatif tinggi dan merata pada penelitiannya di sekitar kawasan permukiman Bogor dan Jakarta antara lain cucak kutilang, walet linchi, cinenen kelabu, perenjak jawa (Prinia familiaris), cabai jawa, kacamata biasa (Zosterops palpebrosus), gereja eurasia dan bondol jawa.

Jumlah jenis burung terbanyak ditemukan pada Jalan Telaga Indah (Jalur 4) karena lahan terbangun yang masih sedikit dan kondisi lahan terbuka yang menyerupai hutan sekunder. Adanya vegetasi yang beragam dan berstrata, akan lebih banyak dijumpai jenis burung, khususnya jika terdapat tanaman yang produktif (berbunga, berbuah dan berbiji). Tipathi dan Singh (2009) menyebutkan bahwa keanekaragaman jenis burung berhubungan dengan struktur vegetasi dan strata vegetasi. Maka dari itu, semakin tinggi kekayaan jenis dan strata vegetasi maka semakin tinggi pula keanekaragaman jenis burungnya.

Jumlah jenis burung paling sedikit terdapat pada Jalan Bukit Permata 1 (Jalur 1). Jalur ini merupakan jalur utama kendaraan, banyak pembangunan di kanan kiri jalan dan homogenitas vegetasinya tinggi yaitu berupa pinus dan sengon. Setiawan et al. (2006) menjelaskan bahwa keanekaragaman jenis burung di hutan kota berkorelasi positif dengan keanekaragaman jenis pohon. Selain itu, Welty (1982) menyebutkan bahwa penurunan keanekaragaman burung-burung disebabkan oleh faktor langsung dan tidak langsung, faktor langsung seperti perburuan liar, perdagangan (dalam maupun luar negeri) dan faktor tidak langsung seperti berkurangnya habitat burung tertutama tempat mencari makan dan bersarang (pembangunan rumah). Maka dari itu, keanekaragaman jenis pohon yang rendah dan gangguan yang tinggi menyebabkan jumlah jenis burung yang ditemukan pada jalur ini tidak terlalu banyak dibandingkan dengan Jalan Telaga Indah (Jalur 4).

(26)

et al. (2000) puncak aktivitas burung terjadi pada pagi hari dan menjelang malam hari, sedangkan menjelang tengah hari banyak gerakan yang berkurang.

Indeks Kesamaan Jenis Burung

Relatif tingginya indeks kesamaan komunitas burung antara Jalan Bukit Permata 1 (Jalur 1) dengan Jalan Bukit Permata 2 (Jalur 2) (ISJ= 0,81) karena keberadaan jalur ini sangat dekat dan memiliki tipe habitat yang sama yaitu tipe pekarangan rumah dan hutan sekunder. Hal tersebut memperbesar kemungkinan lalu lalang burung antara kedua habitat. Jalan Telaga Indah (Jalur 4) dan Jalan Bukit Hambalang (Jalur 5) memiliki IS yang paling rendah (IS= 0,47) karena keberadaan jalur yang berjauhan dan tipe habitatnya berbeda yaitu hutan sekunder dan padang alang-alang.

Potensi Wisata Birdwatching di Cluster Northridge

Cluster Northridge merupakan tipe perumahan yang memiliki luas wilayah terbesar dibandingkan Cluster lainnya yaitu sebesar 138 ha luas. Cluster ini masih banyak terdapat lahan-lahan kosong yang ditumbuhi oleh vegetasi liar dan semak belukar. Vegetasi yang terdapat di Cluster ini seperti pinus merkusi (Pinus merkusii), akasia (Acacia mangium), bintaro (Cerbera manghas) dan sengon (Falcatariamoluccana) dengan ketinggian antara 8-18 meter (Asmoro 2012). Mulyani dan Pakpahan (1993) menyatakan bahwa ruang terbuka hijau selain

berfungsi sebagai “paru-paru kota”, diharapkan mampu memberikan fungsi perlindungan (refuge) dan dapat menggantikan habitat alami burung. Selain itu, Ontario et al. (1990) menyatakan bahwa daerah permukiman di perkotaan dapat menjadi habitat bagi berbagai jenis burung.

Pemandangan yang hijau dengan keberadaan danau didalamnya dapat menarik minat pengunjung untuk berwisata kesini. Selain itu, Cluster ini merupakan salah satu wilayah residence yang sering digunakan untuk kegiatan wisata dan berbagai macam acara, diantaranya wisata berkuda, wisata outbond, acara bersepeda masal, gathering perusahaan, piknik keluarga dan lain-lain.

Cluster Northridge juga memiliki jumlah jenis burung tertinggi dibandingkan Cluster lainnya. Burung liar ini bisa dijadikan objek daya tarik wisata bagi para pengunjung, namun sulit ditemuinya satwa yang khas dan dilindungi bisa membuat minat berkunjung rendah. MacKinnon et al. (2010) menyatakan salah satu alasan yang mendukung bahwa suatu kawasan menarik dikunjungi, yaitu jika kawasan tersebut memiliki atraksi yang menonjol, misalnya satwa liar yang menarik atau khas untuk tempat tertentu.

Kegiatan birdwatching menjadi salah satu teknik pendidikan konservasi yang dikembangkan di Indonesia sejak kira-kira sepuluh tahun terakhir (Ditjen PHKA 2010). Kegiatan birdwatching ini adalah cara terbaik sebagai media penyadartahuan tentang pentingnya konservasi burung di alam.

(27)

kowak malam kelabu dan cekakak sungai. Welty (1982) menjelaskan bahwa fenomena bergabungnya burung dalam formasi atau bisa juga disebut flocks merupakan strategi dalam proses pencarian pakan. Keuntungan dari flocking adalah untuk melindungi kelompok dalam menghadapi predator, kerjasama dalam mencari dan mendapatkan pakan serta untuk berkumpul.

Jalan Telaga Indah (Jalur 4) dipilih sebagai jalur yang paling potensial untuk dijadikan kegiatan wisata birdwatching. Hal ini dikarenakan, semua jenis burung yang berada pada Jalan Bukit Permata 1 (Jalur 1), Jalan Bukit Permata 2 (Jalur 2), Jalan Bukit Sentul (Jalur 3) dan Jalan Bukit Hambalang (Jalur 5) ternyata dapat ditemukan pada Jalan Telaga Indah (Jalur 4). Jalan Telaga Indah memiliki tipe ekosistem yang lengkap dibandingkan jalur lainnya. Tipe ekosistem yang ada yaitu ekosistem perairan berupa danau dan ekosistem hutan sekunder. Keragaman habitat dan kekayaan jenis vegetasi juga turut mempengaruhi komposisi dan kekayaan burung sehingga semakin beragam suatu habitat maka semakin tinggi pula kekayaan burung yang ada di dalamnya (van Helvoort 1981; Fachrul 2007).

Burung Unik dan Khas

Glowinski (2008) mengartikan “birdwatching” sebagai suatu kegiatan pengamatan, identifikasi dan pemotretan burung untuk maksud rekreasi. Wisata birdwatching merupakan salah satu bentuk wisata yang mengandung unsur petualangan, pendidikan dan penelitian. Aktivitas yang dapat dilakukan selama kegiatan wisata birdwatching antara lain mengamati burung serta tingkah lakunya, baik hanya mengamati beberapa kelompok burung tertentu ataupun menikmati berbagai jenis burung yang ditemui (Mulyani dan Pakpahan 1993).

Burung merupakan subyek yang mengesankan dan berada disemua habitat. Banyak diantaranya memiliki warna bulu-bulu penutup tubuh dan suara yang indah, dengan berbagai macam aktivitas yang menarik yang dilakukan seperti membuat sarang ataupun bermigrasi (Mac Kinnon et al. 2010). Berikut adalah jenis burung unik yang dapat ditemukan di Jalan Telaga Indah (Gambar 10).

(a) (b) (c) (d)

Gambar 10 Burung unik (a) cekakak sungai, (b) cekakak jawa, (c) sepah kecil, (d) kowak-malam abu

(28)

sungai sering ditemukan di daerah terbuka dan danau. Burung ini biasa bertengger pada pohon. Suaranya sangat ribut sepanjang hari (MacKinnon et al. 2010).

Cekakak jawa dipilih karena termasuk jenis yang dilindungi oleh Pemerintah Indonesia (Undang-undang No. 5 tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999). Cekakak jawa juga merupakan salah satu jenis endemik di pulau Jawa.Di Jawa, burung ini berada pada ketinggian diatas 1000 mdpl. Nilai estetika cekakak jawa yaitu memiliki bulu dengan warna beragam. Kepala coklat tua sedangkan perut dan punggungnya berwarna biru ungu, penutup sayap hitam dan bulu terbang biru terang.Bercak putih pada sayap terlihat sewaktu terbang, atraksi ini sangat menarik untuk diamati. Cekakak jawa akan terlihat terbang bolak-balik hinggap pada berbagai vegetasi atau ranting mati (MacKinnon et al. 2010). Cekakak jawa sering terlihat menggunakan vegetasi yang tinggi atau ranting pada puncak pohon yang sudah mati. Cekakak jawa dapat ditemui di sekitar danau.

Nilai estetika sepah kecil yaitu memiliki perpaduan warna abu-abu, merah, dan hitam. Perbedaannya dengan burung sepah lain adalah kepala dan mantel jantan abu-abu serta tubuh bagian bawah betina keputih-putihan dan lebih buram. Sepah kecil ini jika terbang sangat menarik untuk dilihat karena warna orange menyala pada tubuhnya terlihat indah. Burung sepah kecil lebih menyukai hutan terbuka, tanah pertanian, dan pedesaan. Burung ini terbang dalam kelompok kecil yang aktif dan ribut, mencari makan di puncak pohon-pohon yang tinggi (MacKinnon et al. 2010)

Pada saat dewasa, burung kowak malam abu memiliki mahkota hitam, leher dan dada putih, dua bulu panjang tipis terjuntai dari tengkuk yang putih, punggung hitam, sayap dan ekor abu-abu. Ukuran burung betina lebih kecil daripada jantan. Pada masa remaja, tubuhnya coklat bercoretan dan berbintik-bintik. Burung ini senang beristirahat di atas pohon pada siang hari dan bersarang di dalam koloni yang ribut di pohon, biasanya di atas air. Kebiasaan burung ini adalah berputar-putar di atas tempat istirahat sambil mengeluarkan suara kuakan parau sebelum keluar mencari makan pada waktu senja. Pada malam hari, burung ini mencari makan di sawah, padang rumput, dan pinggir sungai (MacKinnon et al. 2010).

Rekomendasi Wisata Birdwatching

Sentul City sebagai kawasan permukiman yang terus berkembang sarana dan prasarananya akan memberikan dampak bagi keberadaan satwaliar. Seperti yang diungkapkan Hernowo dan Prasetyo (1989) bahwa pembangunan infrastruktur dapat mempengaruhi jumlah individu serta jenis satwaliar termasuk burung. Sebagai contoh, saat ini luasan areal terbuka yang menjadi habitat burung semakin berkurang.Sebagai kawasan permukiman yang mengusung konsep Eco-City, sudah seharusnya perhatian terhadap ekosistem untuk eksistensi satwa liar khususnya burung menjadi bagian dari pengelolaan Sentul City.

(29)

burung sebagai bagian dari kepedulian terhadap konservasi alam khususnya burung (Wisnubudi 2007).

Berkmuller (1981) menyatakan bahwa cara terbaik untuk menentukan panjang jalur wisata adalah berdasarkan atas waktu berjalan kaki. Hal ini tergantung pada tanah lapang, jarak aktual dan orang yang berjalan di jalur tersebut. Pengunjung biasanya mampu melakukan wisata birdwatching selama 1 dan 2 jam dengan berjalan kaki (Darajat 2002). Jalur wisata birdwatching diperlukan untuk menarik minat pengunjung dengan tipe pengamat burung yang generalis, artinya pengamat burung yang cenderung santai. Pengamat burung tipe ini tidak memiliki minat khusus pada pengamatan burung sehingga mengamati burung bukan tujuan utama, mereka cenderung melakukan perjalanan ke tempat wisata pada hari libur dan biasanya dengan sekelompok tur (Jones dan Buckley 2001).

Pengunjung yang akan mengikuti program wisata birdwatching ini sebaiknya melengkapi diri dengan alat yang akan digunakan untuk mengamati burung yaitu binokuler, buku panduan (MacKinnon et al. 2010), kamera untuk dokumentasi serta alat tulis untuk mencatat jenis burung yang ditemukan. Pakaian yang digunakan jangan berwarna mencolok dan usahakan menggunakan pakaian yang berwarna gelap dan membawa peta penyebaran spasial burung-burung di Cluster ini.

Pelaksanaan wisata birdwatching dilakukan pada waktu pagi hari dan sore hari dengan cuaca cerah. Wisata birdwatching di pagi hari lebih menarik dilaksanakan dibandingkan pada waktu sore hari. Hal ini dikarenakan jumlah jenis yang dapat ditemui di pagi hari lebih banyak dibandingkan pada sore hari. Selain itu, cuaca kota Bogor yang sering hujan pada titik tertentu cukup mengganggu pengamatan di sore hari.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Simpulan dari penelitian ini adalah :

1. Cluster Northridge memiliki kekayaan jenis burung sebesar 36 jenis burung yang terdiri dari 21 suku. Jalan Telaga Indah memiliki jumlah jenis burung terbanyak sebesar 34 jenis sedangkan Jalan Bukit Permata 1 memiliki jumlah jenis terendah sebesar 16 jenis.

2. Jalur yang potensial dikembangkan untuk wisata birdwatching adalah Jalur 4 (Jalan Telaga Indah) karena semua jenis burung yang berada di Jalur 1, 2, 3, 5 dapat ditemukan pada Jalur 4. Selain itu, jalur ini memiliki jumlah jenis burung tertinggi dan memiliki beberapa burung yang unik atau khas yaitu cekakak sungai, cekakak jawa, sepah kecil.

(30)

Saran

Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang perencanaan interpretasi jalur wisata birdwatching di Cluster Northridge untuk pengembangan wisata yang lebih detail. Selain itu, kegiatan ini juga diharapkan membuat pihak pengelola mempertimbangkan pemilihan jenis tanaman yang akan ditanam di perumahan. Jenis tanaman yang mampu memberikan nilai ekologis bagi burung sehingga keberadaan burung tetap terjaga dan wisata birdwatching bisa terselenggara dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin HS, Munandar A, Arifin NHS, Pramukanto Q, Damayanti VD. 2008. Sampoerna Hijau Kotaku Hijau Ed ke-2. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Asmoro AWT. 2012. Keanekaragaman jenis burung pada beberapa Cluster

perumahan di Sentul City, Bogor Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Berkmuller K. 1981. Guidelines and Techniques for Environmental Interpretation. Michigan: University of Michigan.

Bibby C, Martin J, Stuart M. 2000. Teknik-Teknik Lapangan Survei Burung. Sozer R, Nijman V, Shannaz J, penerjemah; Kartikasari SN, Shannaz J, editor. Bogor (ID): Birdlife Indonesia Programe. Terjemahan dari: Expedition Field Techniques: Bird Surveys.

Darajat N. 2002. Pengembangan wisata birdwatchingdi Kebun Raya Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

[Ditjen PHKA] Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. 2010. Pemetaan jalur interpretasi wisata pengamatan burung di Resort Bama, SPTNW I Bekol. Jakarta: Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi.

Fachrul MF. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta (ID): Bumi Aksara. Glowinski. 2008. Bird-watching, ecotourism, and economic development: A

review of the evidence. Applied Research in Economic Development 5: 65-77.

Hernowo JB, Prasetyo LB. 1989. Konsep ruang terbuka hijau di Kota sebagai pendukung pelestarian burung. Media Konservasi 3 (2): 43-65.

Imbeau L, Desrochers A. 2002. Area sensitivity and edge avoidance: the case of the Three-toedWoodpecker (Picoides tridactylus) in a managed forest. Forest Ecology and Management 164: 249–256.

Jones DN, Buckley R. 2001. Birdwatching Tourism in Australia. Wildlife Tourism Research Report No. 10, Status Assessment of Wildlife Tourism in Australia Series. Gold Coast: CRC for Sustainable Tourism.

(31)

Mulyani YA, Pakpahan A. 1993. Pemanfaatan kawasan pesisir untuk ekoturisme

Birdwatching” [makalah]. Bogor: PPLH Center for Environmental Research IPB.

Darajat N. 2002. Pengembangan wisata birdwatching di Kebun Raya Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Ontario J, Hernowo JB, Haryanto, Ekarelawan. 1990. Pola pembinaan habitat burung di kawasan pemukiman terutama di perkotaan. Media Konservasi 3 (1): 15-28.

Primarck RB, Supriatna J, Indrawan M, Kramadibrata P. 1998. Biologi Konservasi. Jakarta (ID): Yayasan Obor Indonesia.

Sentul City. 2008. Masterplan Sentul City. Bogor (ID): Sentul City

Setiawan A, Alikodra HS, Gunawan A dan Darnaedi D. 2006. Keanekaragaman jenis pohon dan burung di Beberapa Areal Hutan Kota Bandar Lampung. Jurnal Manajemen Hutan Tropika 12 (1) : 1-13

Strohbach M W , Lermana S B, WarrenaP S. 2013. Are small greening areas enhancing bird diversity? Insights fromcommunity-driven greening projects in Boston. Landscape and Urban Planning 114 : 69– 79

Tipathi KP, Singh B. 2009. Species diversity and vegetation structure across various strata in natural and plantation forest in Katerniaghat wildlife sanctuary, North India. Tropical Ecology 50 (1): 191-200.

van Balen B. 1984. Birds Counts and Bird Observation in the Neighbourhood of Bogor. The Netherlands : Nature Conservation Dept. Agriculture University Wageningan. Wageningen.

van Balen B, Hernowo JB, Mulyani YA, Putro HR. 1986. The bird of Darmaga. Media Konservasi 1 (2): 1-5.

van Helvoort B. 1981. A Study of Bird Population in the Rural Ecosystem of West Java, Indonesia a Semi Quantitave Approach. The Netherlands : Nature Conservation Dept. Agricultural University Wageningan.

Welty JC. 1982. The Life of Bird. 3rd Edition. Philadelphia: Sounders College Publishing.

(32)

Lampiran 1 Tingkat pertemuan jenis burung-burung di jalur 4 (Jalan Telaga Indah) pada pengamatan dari pagi hari hingga sore hari

(33)

Lampiran 2 Tingkat pertemuan jenis dan peluang melihat/jam burung-burung di Jalan Telaga Indah pada pengamatan pagi hari

No Nama jenis Jumlah

Lampiran 3 Tingkat pertemuan jenis dan peluang melihat/jam burung-burung di Jalan Telaga Indah pada pengamatan siang hari

(34)

Lampiran 3 Tingkat pertemuan jenis dan peluang melihat/jam burung-burung di Jalan Telaga Indah pada pengamatan siang hari (lanjutan)

No Nama jenis Jumlah

Lampiran 4 Tingkat pertemuan jenis dan peluang melihat/jam burung-burung di Jalan Telaga Indah pada pengamatan sore hari

(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)

Lampiran 7 Beberapa jenis burung yang ditemukan di Cluster Northridge

Nama: Centropus bengalensis Nama : Halcyon chloris

Foto oleh Reza Aulia Ahmadi Foto oleh Reza Aulia Ahmadi

Nama : Hirundo tahitica Nama : Hirundo striolata

Foto oleh Reza Aulia Ahmadi Foto oleh Aditya Wahyu TA

Nama : Nectarinia jugularis Nama : Treron vernans

Foto oleh Reza Aulia Ahmadi Foto oleh Aditya Wahyu TA

Nama : Amaurornis phoenicurus Nama : Streptopelia chinensis

Foto oleh Aditya Wahyu TA Foto oleh Aditya Wahyu TA

Nama : Surniculus lugubris Nama : Cacomantis merulinus

(41)

Nama : Cacomantis sonneratii Nama : Cacomantis sepulcralis

Foto oleh Ayuwat Jearwattanakanok Foto oleh Aditya Wahyu TA

Nama : Collocalia linchi Nama : Halcyon cyanoventris

Foto oleh Rahmat Hidayat Foto oleh Adhy Maruly

Nama : Alcedo meninting Nama : Dendrocopus macei

Foto oleh Aditya Wahyu TA Foto oleh Aditya Wahyu TA

Nama : Pericrocotus cinnamomeus Nama : Malacocincla sepiarium

Foto oleh Aditya Wahyu TA Foto oleh Aditya Wahyu TA

Nama : Aegithina tiphia Nama : Pellorneum capistratum

(42)

Nama : Pycnonotus aurigaster Nama : Lanius schach

Foto oleh Aditya Wahyu TA Foto oleh Aditya Wahyu TA

Nama :Orthotomus sepium Nama : Orthotomus sutorius

Foto oleh Swiss Winasis Foto oleh Aditya Wahyu TA

Nama : Arachnothera longirostra Nama : Zosterops palpebrosus

Foto oleh Aditya Wahyu TA Foto oleh Aditya Wahyu TA

Nama : Dicaeum trochileum Nama : Lonchura leucogastroides

Foto oleh Aditya Wahyu TA Foto oleh Aditya Wahyu TA

Nama : Lonchura punctulata Nama : Passer montanus

(43)

Nama : Prinia inornata Nama : Hemipus hirundinaceus

Foto oleh Gayuh Bumi Harsiji Foto oleh Gayuh Bumi Harsiji

Nama : Nycticorax nycticorax Nama : Artamus leucorhynchus

Foto oleh National Geographic Foto oleh Gayuh Bumi Harsiji

Nama : Anhinga melanogaster Nama : Acridotheres javanicus

(44)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 24 Agustus 1991 sebagai anak kesatu dari dua bersaudara pasangan Hari Prasetyo Edi dan Kismil Latifah. Penulis mulai menempuh pendidikan pada tahun 1996 di Taman Kanak-kanak

Al-Qur‟an “IQRO” dan lulus pada tahun 1997. Penulis melanjutkan ke Sekolah Dasar di SDI Al-Ghozali pada tahun 1997-2003, kemudian pada tahun 2001 melanjutkan ke SMPN 4 Purwakarta hingga tahun 2006, setelah itu melanjutkan ke SMAN 1 Purwakarta dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata.

Selama kuliah di IPB penulis aktif mengikuti beberapa kegiatan, diantaranya menjadi dewan gedung asrama TPB IPB (tahun 2009-2010). Penulis juga menjadi bendahara di Purwakarta Student Community (tahun 2009-2010). Selain itu, penulis juga tergabung dalam International Forest Student Association (IFSA) dan menjabat sebagai anggota bagian Human Resources (tahun 2010-2012). Penulis adalah anggota HIMAKOVA (Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata) (tahun 2010) dan kemudian menjabat sebagai sekretaris biro PSDM (tahun 2011-2012) serta anggota Kelompok Pemerhati Ekowisata (KPE).

Pengalaman lapangan penulis meliputi Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Bukit Tiga Puluh, Riau pada tahun 2012. Kemudian menjadi volunteer di Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga di Sukabumi.Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan bertempat di Cagar Alam Leuweung Sancang Timur-Papandayan (2010), Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (2011) dan penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (2012).

Pada tahun 2012 menjadi mahasiswa berprestasi tingkat Departemen dan peringkat 2 mahasiswa berprestasi tingkat Fakultas Kehutanan. Pada tahun 2011

penulis berkesempatan mengikuti “Korea-Indonesia Human Resources Development Training on Tropical Forestry bersama Kangwon National

University” di Bogor dan Korea Selatan.

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan

Gambar

Gambar 1 Peta Cluster Northridge di Sentul City
Gambar 2  Dendrogram indeks kesamaan komunitas burung
Gambar 3  Keanekaragaman jenis burung di Jalan Telaga Indah
Gambar 5  Frekuensi pertemuan cekakak jawa di Jalan Telaga Indah
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tingkat kesamaan jenis burung dan tingkat keanekaragaman jenis burung terdapat perbedaan yang signifikan di antara tipe habitat dalam satu jalur pengamatan

Hasil penilaian jalur hijau jalan untuk fungsi ekologis penjerap partikel yaitu 2 jenis pohon sangat sesuai untuk fungsi ekologis penjerap partikel dengan luas 30,99 %, 10 jenis

Dilihat dari jenis vegetasi yang digunakan, penanaman pada tepi sebagian besar ditujukan untuk memaksimalkan aspek fungsi jalur hijau jalan antara lain sebagai peneduh,

Informasi berkaitan dengan sebaran temporal dari jenis- jenis burung di Desa Ngadas bisa dijadikan pedoman kapan waktu pengamatan yang paling sesuai dan

Informasi berkaitan dengan sebaran temporal dari jenis- jenis burung di Desa Ngadas bisa dijadikan pedoman kapan waktu pengamatan yang paling sesuai dan

diindikasikan dengan ditemukannya lebih dari 20 jenis burung, keberadaan aktivitas yang menarik, atau terdapat beberapa spesies kunci pada jalur tersebut [5].. Aktivitas

Tujuan dari kuisioner ini adalah mendapatkan penilaian para responden mengenai faktor-faktor strategis internal maupun eksternal kegiatan pengelolaan lanskap jalur sepeda dengan

Ket: E endemic; Vu vulnerable; Cr critis; En Endengared,DD Data deficient HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi Daya Tarik Burung Di Hutan Wae Illie Hasil pengamatan di lokasi penelitian