• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji coba rumpon tali rafia sebagai alat pengumpul ikan di Pulau Karang Beras, Kepulauan Seribu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji coba rumpon tali rafia sebagai alat pengumpul ikan di Pulau Karang Beras, Kepulauan Seribu"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

P R O G R A M M IT R A B A H A R I

onmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

(Sea Partnership Program)

(2)

M IT R A

B A H A R I

onmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

~ '. ' 1;:'- '.

XWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

- : ,Y - ; - _ ~ _

LKJIHGFEDCBA

= , . _/=~-=-,-"~-i--:ljT-8;Y:::.;'_"fOI.·,-~t v ;rSl:\:j'/:j:)J:''':.T t " S - - : : ~

- ~ ---~ ~ -~ --~ ~ ~ ---~ --- - ~ ~ ~ ~ ~ ~ --- --- - .

----I S S N . 0 2 1 6 - 4 8 4 1

V O L .7 No.2, M e i - A g u s t u s 2 0 1 3

D E W A N P E N A S I H A T P E M I M P I N R E D A K S I

Direktur lenderal KP3K Kepala Bagian Program

Sesditjen KP3K

Direktur Pesisir dan Lautan D E W A N R E D A K S I

Prof. Dr. Abimanyu T. Alamsyah, M S.

Prof. Dr. Ari Purbayanto, M .Sc. Dr. Fedi A. Sondita, M .Sc. Dr. Semeul Littik, M .Sc

Hasyim Zaini, M ,Ec

Direktur Pemberdayaan M asyarakat Pesisir

dan Pengembangan Usaha

Direktur Tata Ruang Laut, Pesisir dan

Pulau-pulau Kecil

Direktur Pemberdayaan Pulau-pulau Kecil

Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan

S E K R E T A R I A T R E D A K S I

R. Tomi Supratomo, M .Si Rini W idayanti, SP. Bustamin, S. St.Pi

M ochammad Danyalin. A. M d

AriefFajar Fitriani, A. M d

Teddy Septiansa, S. Si

S u m b e r F o t o S a m p u l D e p a n :

1. M itra Bahari Pusat

(M anggrove di Pesisir Demak)

2. Teluk M ayalibit

A L A M A T R E D A K S I

J1. M edan M erdeka TimurNo.16 Lantai 7 Jakarta 10110 Telp.lFax: 021-3522560

(3)

J u r n a l M i t r a B a h a r i V o l . 7 N o . 2 , M e i - - A 9 L l s t u s 2 0 1 3

onmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

Daftar Isi

Contents

Roza Yusfiandayani

-- -,

Ujl Coba Rumpon

Tali Rafia sebagai Alat Pengumpul

Ikan di Pulau Karang

Beras, Kepulauan

Seribu

1

.•

-

".

Sarah Usman

Analisis M argin Profit Usaha Produk Olahan Ikan M asyarakat

Pesisir

Kampung

Lopintol Teluk M ayalibit Kabupaten

Raja Ampat

12

M arjan Bato, Fredinan Yulianda, Achmad Fahruddin

Kajian M anfaat Kawasan Konservasi

Perairan

Bagi Pengembangan

Ekowisata

Bahari (Studi Kasus Di Kawasan Konservasi Perairan

Nusa Penida, Bali

31

Dewi Purnama

Penanaman

M angrove Berbasis M asyarakat

untuk M engatasi Degradasi

Kawasan Danau Padang Betuah

43

Sidiq Pranoto, Achmad Fahrudin, Rahmat Kurnia

Pengelolaan

Ekosistem M angrove yang Berkelanjutan

di M uara

Sungai

W ulan Demak

47

Deddy Bakhtiar dan Zamdial Ta'alidin

Keanekaragaman

Jenis dan Distribusi Zooplankton

di Perairan

Pulau Enggano

56

Gladys Peuru

Pengembangan

Ekowitasa

di Pulau Terluar

Berbasis Kesesuaian

Lahan

dan

Daya Dukung (Studi Kasus Pulau Lingayan sebagai Pulau Terluar di

Kabupaten

Tolitoli, Provinsi Sulawesi Tengah)

66

Endratno, Domu Simbolon, Budy W iryawan, Roza Yusfiandayani

Pol a Pemanfaatan

Perikanan

Tangkap di Kawasan Konsevasi Perairan

Kabupaten

Ciamis

75

I S S S N . 0 2 1 6 - 4 8 4 1

(4)

J u rn a l M itra B a h a ri 1 5 5 N . 0 2 1 6 - 4 8 4 1

ZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

U J I C O B A R U M P O N T A L I R A F I A S E B A G A I A L A T P E N G U M P U L I K A N D I

P U L A U K A R A N G B E R A S , K E P U L A U A N S E R I B U

R o z a Y u s f i a n d a y a n i

onmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

12*

LKJIHGFEDCBA

IStafPengajar di Bagian TelcnologiPenangkapanIkan, DepartemenPemanfaatanSumber Daya Perikanan,Fakultas

Perikanan dan llmu Kelautan,Institut PertanianBogor

2KonsorsiumM itra Bahari Jawa Barat

A B S T R A K

Tingginya aktivitas penangkapan ikan di perairan laut yang kedalamannya lebih kecil 200 meter berdampak terhadap produksi dan produktivitas hasil tangkapan nelayan. Untuk meningkatkan produksi, berbagai cara dilakukan yaitu dengan cara menggunakan bahan peledak dan bahan-bahan kimia. Penangkapan dengan cara demikian tentu saja merusak habitat ikan

XWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

( d e s t r u c t i v e j i s h i n g ) . Salah satu cara untuk mengurangi kegiatan

d e s t r u c t i v e j i s h i n g , yaitu perlu dilakukan upaya penanggulangan dengan memberikan informasi kepada nelayan

mengenai usaha perikanan altematif dengan teknologi yang sederhana, murah dan dapat meningkatkan produksi

nelayan. Salah satunya upaya tersebut adalah usaha perikanan dengan menggunakan rumpon. Pembuatan

rurnpon ikan sebenamya adalah salah satu cara untuk mengumpulkan ikan, dengan membentuk kondisi dasar laut menjadi mirip dengan kondisi habitat ikan. Usaha pembuatan rurnpon merupakan solusi terbaik untuk meningkatkan hasil perikanan di laut. Fungsi rurnpon sebagai alat bantu dalam penangkapan ikan antara lain: sebagai tempat berkumpulnya ikan; sebagai tempat daerah penangkapan ikan dan sebagai tempat berlin dung jenis ikan tertentu dari serangan ikan predator. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah memberikan

suatu strategi untuk mengurangi aktivitas penangkapan ikan yang merusak lingkungan ( d e s t r u c t i v e f i s h i n g ) ,

dengan suatu pengembangan perikanan rurnpon yang berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan dengan metode

e x p e r i m e n t a l f i s h i n g dengan melakukan operasi penangkapan ikan yang terkumpuJ menggunakan rumpon tali

rafia. Kegiatan operasionaJ menggunakan rumpon adalah kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan

menggunakan alat bantu rumpon sebagai pemikat ikan dalam proses penangkapan ikan. Selama ini nelayan di Kepulauan Seribu tidak pernah menggunakan alat bantu dalam proses penangkapan ikan, hanya menggunakan alat tangkap seadanya yang mereka miliki. Untuk mengetahui keberadaan ikan, nelayan hanya mengandalkan pengalaman mereka dalam melaut tanpa mengetahui apakah daerah penangkapan ikan yang mereka tuju ada atau tidak ikan yang akan menjadi sasaran tangkap. Hal ini mengakibatkan pemborosan bahan bakar, serta

hanya membuang waktu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah hasil tangkapan ikan menggunakan

rumpon tali rafia lebih banyak yaitu 67 ekor dibandingkan penangkapan ikan yang tidak menggunakan rump on hanya 17 ekor, sehingga rumpon tali rafia layak untuk dikembangkan.

K a t a k u n c i : r u m p o n , t a l i r a f i a , K e p u l a u a n S e r i b u

P E N D A H U L U A N sp.), baronang ( S i g a n u s sp.), ekor kuning

( C a e s i o sp.) dan lain-lain. Salah satu daerah

yang memiliki potensi sumber daya ikan

karang yang cukup baik di Pulau lawa

adalah Perairan Kepulauan Seribu.

Kondisi terumbu karang di perairan

laut di berbagai lokasi di nusantara

dilaporkan sudah mengalami kerusakan

akibat pencarian ikan yang ilegal dan

melanggar hukum seperti bom ikan dan

penggunaan pukat. Cara pencarian ikan ini

sangat merusak terumbu karang sebagai

habitat ikan karang. lenis ikan konsumsi

Latar B e l a k a n g

Potensi sumber daya ikan karang di

Indonesia terhitung , cukup besar, nilainya

diduga mencapai 75. 875 ton per tahun

(Djamali dan M ubarak 1998). Ikan karang

mempunyai nilai ekonomis tinggi, baik

sebagai ikan hias maupun ikan konsumsi.

lenis-jenis ikan karang yang memiliki nilai

ekonomis penting antara lain adalah ikan

kerapu ( E p i n e p h e l u s sp.), kakap ( L u t j a n u s

Surel Korespondensi: o c h a i p b @ g m a i l . c a m

(5)

J u rn a l M itra B a h a ri V o l. 7 N o .2 , M e i--A g u s tu s 2 0 1 3

onmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

yang memiliki habitat di karang yakni ikan

kakap dan kerapu menjadi berkurang

jumlahnya secara signifikan, Pembuatan rumpon sebagai rumah tinggal buatan dapat

dijadikan salah satu usaha untuk

mengembalikan kelestarian hayati di dasar laut.

Tingginya aktivitas penangkapan ikan di perairan laut yang kedalamannya lebih kecil 200 meter berdampak terhadap produksi dan produktivitas hasil tangkapan nelayan. Sehingga, untuk meningkatkan produksi, nelayan cenderung melakukan

kegiatan penangkapan yang merusak habitat ikanXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA( d e s t r u c t i v e f i s h i n g ) yaitu dengan cara menggunakan bahan peledak dan bahan-bahan kimia. Penggunaan bahan-bahan peledak dan bahan-bahan kimia oleh nelayan dalam

aktivitas penangkapan menyebabkan

kerusakan habitat ikan terutama daerah-daerah terumbu karang. Salah satu cara

untuk mengurangi kegiatan d e s t r u c t i v e

f i s h i n g , yaitu perlu dilakukan upaya

penanggulangan dengan memberikan

informasi kepada nelayan mengenai usaha perikanan alternatif dengan teknologi yang sederhana, murah dan dapat meningkatkan produksi nelayan. Salah satunya upaya tersebut adalah usaha perikanan dengan menggunakan rumpon (Jamal 2003).

Rumpon dalam bahasa kelautan

adalah karang buatan yang dibuat oleh manusia dengan tujuan sebagai tempat tinggal ikan. Rumpon merupakan rumah buatan bagi ikan di dasar laut yang dibuat secara sengaja dengan menaruh berbagai jenis barang di dasar laut secara kontinyu. Pembuatan rumpon ikan sebenarnya adalah salah satu cara untuk mengumpulkan ikan, dengan membentuk kondisi dasar laut menjadi mirip dengan kondisi karang-karang alami, rumpon membuat ikan merasa seperti mendapatkan rumah baru. U saha pembuatan

rumpon merupakan solusi terbaik untuk

LKJIHGFEDCBA

2

meningkatkan hasil perikanan di laut. Fungsi

rumpon sebagai alat bantu dalam

penangkapan ikan adalah sebagai berikut : sebagai tempat berkumpulnya ikan; sebagai tempat daerah penangkapan ikan dan sebagai tempat berlindung jenis ikan tertentu dari

serangan ikan predator.

ZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

P e r u m u s a n M a s a l a h

Permasalahan yang terjadi di

Kepulauan Seribu adalah terumbu karang yang rusak akibat dari penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan. Sehingga dibutuhkan inovasi baru dalam pencarian teknologi alternatif yang sederhana, murah dan dapat meningkatkan produksi nelayan.

T u j u a n

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah memberikan suatu strategi untuk mengurangi aktivitas

penangkapan nelayan yang merusak

lingkungan ( d e s t r u c t i v e f i s h i n g ) dengan suatu pengembangan perikanan rumpon yang berkelanjutan.

L u a r a n y a n g D i h a r a p k a n

Luaran yang diharapkan dari

penelitian ini yaitu adanya sebuah artikel paten yang diharapkan mampu memberikan informasi dan usulan kepada pihak terkait mengenai upaya melestarikan terumbu

karang dari sudut pandang metode

penangkapan ikan yang ramah lingkungan di Kepulauan Seribu.

K e g u n a a n

Kegunaan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut :

(6)

di

HGFEDCBA

J u rn a l M itra B a h a ri V o l. 7 N o .2 , M e i--A g u s tu s 2 0 1 3

2) M encegah terjadinya

XWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

d e s t r u c t i v e f i s h i n g ,

akibat penggunaan bahan peledak dan

bahan kimialberacun;

3) M eningkatkan produksi dan produktifitas

nelayan.

Lethrinidae, Priacanthidae, Labridae,

Lutjanidae dan Haemulidae. Beberapa

jenis ikan karang konsumsi yang banyak

terdapat di pasaran adalah kerapu

(Serranidae), kakap (Lutjanidae), kakatua

(Scaridae), napoleon (Labridae)

(Tarwiyah,2001).

Nybakken (1986) menyatakan bahwa

terumbu karang adalah endapan-endapan

masif dari kalsium karbonat, terutama

dihasilkan oleh karang dari ordo Scleractinia

dengan sedikit tambahan dari alga berkapur

dan orgaisme lain yang mengeluarkan

kalsium karbonat. W ilayah terumbu karang

terdiri atas karang, daerah berpasir dan

daerah alga.

Daerah perairan khatulistiwa

merupakan temp at spesifik tumbuhnya

terumbu karang. Terumbu karang hanya

dapat tumbuh di perairan dengan kedalaman

kurang dari 50m, memiliki suhu di atas

18°C, salinitas berkisar antara 30-50 psu, laju

pencemaran rendah, cukup peredaran air

be bas pencemaran dan tersedianya substrat

keras (Rornimohtarto dan Juwana 2000).

M enurut Rornimoharto dan Juwana

(2000), terumbu karang umumnya

dikelompokkan menjadi tiga bentuk, yaitu

atol, terumbu penghalang ( b a r r i e r ) dan

terumbu tepi ( f r i n g i n g ) . Di antara ketiga

bentuk terumbu karang tersebut, terumbu

tepi merupakan terumbu karang yang paling

sering dijumpai di kawasan Asia Tenggara,

di mana sebagian besar pulau-pulau

dikelilingi oleh pertumbuhan karang.

ZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

T I N J A U A N P U S T A K A

S u m b e r D a y a I k a n K a r a n g

Sumber daya ikan karang meliputi ikan

hias dan ikan konsumsi. Sebagian besar ikan

karang bertulang keras ( t e l e o s t e i ) dan

merupakan ordo P e r c i f o r m e s . M enurut

Hutomo (1995) d i a c u d a l a m Nasution

(2001), kelompok ikan karang yang erat

kaitannya dengan lingkungan terumbu

karang adalah :

(1) Tiga farnili dalam sub ordo Labridae,

yaitu farnili Labridae (napoleon),

Scaridae (kakatua) dan Pomacentridae

(betok laut). Farnili Labridae merupakan

farnili diurnal yang aktif mencari makan

di siang hari. M angsanya berupa

moluska, cacing, c r u s t a c e a , dan ikan

kecil (Katrunada, 2001).

(2) Tiga famili dari sub ordo Acanthuridae,

yaitu famili Acanthuridae (butana),

Siganidae (baronang) dan Zanclidae

(bendera atau m o o r i s h i d o l ) .

(3) Lethrinidae (lencam) dan Holocentridae

(swanggi). Famili Serranidae memiliki

ciri bentuk tubuh agak rendah, moncong

mulut panjang mernipih dan memanjang

dan mudah dikenali dari corak bintik

pada kepala badan dan sirip (Tarwiyah,

2001).

(4) Di Indonesia terdapat sepuluh famili

utama yang merupakan penyumbang

terbesar dalam produksi ikan karang

konsumsi, yaitu Caesiodidae,

Holocentridae, Serranidae, Scaridae,

Djamali dan M ubarak (1998)

menyatakan bahwa sebaran karang di

Indonesia banyak terdapat di sekitar Pulau

Sulawesi, Laut Flores dan Laut Banda.

Selain itu terdapat pula di Kepulauan Seribu,

bagian barat Sumatera hingga ke Pulau W eh,

Kepulauan Riau, Pulau Bangka-Belitung,

(7)

J u rn a l M itra B a h a ri V o l. 7

LKJIHGFEDCBA

N o . 2 , M e i--A g u s tu s 2 0 1 3

onmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

Kepulauan Karimunjawa, Teluk Lampung,

Bali, Lombok, Nusa Tenggara Timur, Teluk

Cenderawasih dan M aluku.

Terumbu karang merupakan

ekosistem yang subur dan kaya akan

makanan. Selain itu juga terumbu karang

berperan sebagai temp at mencari makan

XWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

( f e e d i n g g r o u n d ) , daerah asuhan ( n u r s e r y

g r o u n d ) , dan tempat memijah ( s p a w n i g

g r o u n d ) ikan karang (M urdianto 2003).

Tingkah laku ikan merupakan salah

satu faktor yang penting untuk diketahui

dalam kegiatan penangkapan ikan

menggunakan bubu. Pengetahuan mengenai

berbagai tingkah laku ikan karang seperti

kebiasaan makan ikan, pola rnigrasi dan pola

interaksi dengan terumbu karang dapat

digunakan sebagai pendekatan dalam

menentukan metode penangkapan ikan yang

tepat (M urdianto 2003).

Kebiasaan makan ikan dan waktu

pencarian makan ikan erat hubungannya

dengan waktu pengoperasian alat tangkap

bubu dan jenis umpan yang digunakan. Bubu

akan dioperasikan sesuai dengan waktu

ketika ikan mulai mencari makan. Lebih

lanjut Gunarso (1985) menjelaskan bahwa

pengetahuan tentang berbagai jenis makanan

yang biasa dimakan ikan sangat berguna

untuk usaha penangkapan ikan. Hal ini

terkait dengan penggunaan jenis makanan

yang dapat digunakan sebagai umpan bagi

ikan yang menjadi target penangkapan.

M enurut struktur trofik, ikan terumbu karang

dapat dibedakan menjadi enam grup trofik,

yaitu herbivora, ornnivora, p l a n k t o n f e e d e r s ,

pemakan crustacea, ikan piscivora dan

pemakan lain-lain. Komposisi ikan pada

terumbu karang berdasarkan tingkatan

trofiknya dapat dilihat pada Tabell.

Tabell Komposisi ikan terumbu karang berdasarkan tingkatan trofik

Grup trofik

ZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

Ju m l a h famili Nama famili

Herbivora 5 Scaridae, Acanthuridae, Pomacentridae, Blennidae,

Kyphosidae

Omnivora 1 3 Labridae, Acanthuridae, Pomacentridae, M ullidae,

Ostraciontidae, Chaetodontidae, M onacanthidae,

Gobiidae, Diodontidae, Sparidae, Carangidae,

Gerridae, Pempheridae

P l a n k t o n f e e d e r s 7 Apogonidae,Pomacentridae,Holocantridae,

Grammidae,Pricanthidae, Sciaenidae, Pempheridae

Pemakan krustacea 9 Serranidae, Holocenrridae, Lutjanidae, Scorpaenidae,

danikan Sciaenidae, Acanthuridae, M uraenidae,Ophichthidae,

Gramministidae

Piscivora 9 Serranidae, Lutjanidae, Carangidae, Sphyrenidae,

M uraenidae, Synodontidae, Fistulariidae,

Aulostomidae, Bothidae

Pemakan lain - lain 4 Pomacentridae, Balistidae, Acanthuridae, Gobiidae

Sumber : Lowe dan M cConnel (1987)

Arami (2006) menyatakan bahwa ada tiga

bentuk umum interaksi antara ikan karang

dengan terumbu karang, yaitu : (1 )

interaksi langsung, sebagai tempat

berlindung dari predator atau pemangsa

terutama bagi ikan muda; (2) interaksi

4

dalam mencari makan, meliputi hubungan

antara ikan karang dengan biota yang

hidup pada karang termasuk alga, (3)

interaksi tak langsung akibat struktur

(8)

J u rn a l M itra B a h a ri V o l. 7 N o .2 , M e i--A g u s tu s 2 0 1 3

onmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

Berdasarkan distribusi harian, ikan

karang dapat dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu ikan diurnal dan

nokturnal. Kelompok ikan diurnal adalah

kelompok ikan yang aktif berinteraksi dan

mencari makan pada siang hari, seperti

famili Pomacentridae, Labridae,

Acanthuridae, Chaetodontidae, Serranidae,

Lutjanidae, Balistidae, Cirhitidae,

Tetraodontidae, Bleenidae dan Gobiide.

Ikan nokturnal adalah kelompok ikan yang

aktif berinteraksi dan mencari makan pada

malam hari. Pada siang hari, kelompok

yang kedua menetap di gua dan

celah-celah karang, antara lain famili

Holocentridae, Apogonidae, Haemulidae,

Scorpaenidae, Serranidae dan Labridae

(Arami 2006).

buatan seperti bahan sintetis, plat besi, ban

bekas, tali baja, tali rafia serta semen.

Rumpon di Indonesia merupakan

FAD skala kecil dan sederhana yang

umumnya dibuat dari bahan tradisional.

Rumpon tersebut ditempatkan pada

kedalaman perairan yang dangkal dengan

jarak 5 - 10 mil (9 - 18 km) dari pantai

dan umumnya tidak lebih dari 10 - 20 mil

laut (35 km) dari pangkalan terdekat

(M athews, M onintja dan Naamin, 1996).

Selanjutnya Subani (1972) menyatakan

bahwa cara pengumpulan ikan dengan

pikatan berupa benda terapung merupakan

salah satu bentuk dari FAD, yaitu metode,

benda atau bangunan yang dipakai sebagai

sarana untuk penangkapan ikan dengan

cara memikat dan mengumpulkan ikan-kan

tersebut. Rumpon merupakan alat bantu

penangkapan ikan yang fungsinya sebagai

pembantu untuk menarik perhatian ikan

agar berkumpul disuatu tempat yang

selanjutnya diadakan penangkapan. Prinsip

lain penangkapan dengan alat bantu

rumpon dis amp ing berfungsi sebagai

pengumpul kawanan ikan, pada

hakekatnya adalah agar kawanan ikan

mudah ditangkap sesuai dengan alat

tangkap yang dikehendaki. Selain itu

dengan adanya rump on, kapal penangkap

dapat menghemat waktu dan bahan bakar,

karena tidak perlu lagi mencari dan

mengejar gerombolan ikan dari dan

menuju ke lokasi penangkapan.

Direktorat Jenderal Perikanan

(1995) melaporkan beberapa keuntungan

dalam penggunaan rumpon yakni

memudahkan pencarian gerombolan ikan,

biaya eksploitasi dapat dikurangi dan dapat

dirnanfaatkan oleh nelayan kecil. Desain

rumpon, baik rumpon laut dalam maupun

rumpon laut dangkal secara garis besar

terdiri atas empat komponen utama yaitu:

(1) pelampung

XWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

- ( t 7 o a t ) , (2) tali ( r o p e ) , ( 3 )

ZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

R u m p o n

Rumpon atau F i s h A g g r e g a t i n g

D e v i c e adalah alat bantu penangkapan ikan

yang dipasang dan ditempatkan pada

perairan laut. Rumpon telah digunakan di

Indonesia sejak lama sekali dan telah

diketahui digunakan lebih dari 30 tahun

dibanyak daerah sekitar wilayah Sulawesi,

khususnya Sulawesi Utara (M onintja,

1993). Berdasarkan pemasangan dan

pemanfaatan rumpon dibagi atas 3 jenis :

(a) rumpon perairan dasar, (b) rumpon

perairan dangkal dan (c) rumpon perairan

dalam. M enurut Barus e t a l . ( 1 9 9 2 )

menjelaskan bahwa metode pemasangan

dari rumpon laut dangkal dan dalam

hampir sarna, perbedaannya hanya pada

desain rumpon, lokasi daerah pemasangan

serta bahan yang digunakan . Rumpon laut

dangkal menggunakan bahan dari alam

seperti bambu, rotan, daun kelapa dan batu

kali. Sebaliknya pada rumpon laut dalam

sebagian besar bahan yang digunakan

bukan dari alam melainkan berasal dari

LKJIHGFEDCBA

(9)

J u rn a l M itra B a h a ri V o l. 7 N o .2 , M e i--A g u s tu s 2 0 1 3

onmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

pemikat

XWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

( a t r a c t o r ) dan (4) pemberat

( s i n k e r ) .

Tali yang menghubungkan

pemberat dan pelampung pada jarak

tertentu disisipkan daun nyiur yang masih

melekat pada pelepabnya setelah dibelah

menjadi dua. Panjang tali bervariasi, tetapi

pada umumnya adalah l,5 kali kedalaman

laut temp at rumpon tersebut ditanam

(Subani 1986).

Persyaratan umum

komponen-komponen dari konstruksi rumpon adalah

sebagai berikut :

(1) Pelampung: M empunyai kemanpuan

mengapung yang cukup baik (bagian

yang mengapung diatas air 1/3

bagian), Konstruksi cukup kuat, Tahan

terhadap gelombang dan air, M udah

dikenali dari jarak jauh dan Bahan

pembuatnya mudah didapat;

(2) Pemikat: M empunyai daya pikat yang

baik terhadap ikan, Tahan lama,

M empunyai bentuk seperti posisi

potongan vertical dengan arab ke

bawah, M elindungi ikan-ikan kecildan

Terbuat dari bahan yang kuat, tahan

lama dan murah;

(3) Tali temali: Terbuat dari bahan yang

kuat dan tidak mudah busuk,

Harganya relatif murah, M empunyai

daya apung yang cukup untuk

mencegah gesekan terhadap

benda-benda lainnya dan terhadap arus,

Tidak bersimpul ( l e s s k n o t ) ;

(4) Pemberat: Bahannya murah, kuat dan

mudah diperoleh, M assa jenisnya

besar, permukaannya tidak liein dan

dapat mencengkeram.

ZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

M e k a n i s m e B e r k u m p u 1 n y a I k a n

Samples dan Sproul (1985) d i a c u

d a l a m Yusfiandayani . (2004),

mengemukakan teori tertariknya ikan yang

6

berada di sekitar rumpon disebabkan

karena:

1) Rumpon sebagai tempat berteduh

( s h a d i n g p l a c e ) bagi beberapa jenis

ikan tertentu.

2) Rumpon sebagai tempat mencari makan

( f e e d i n g g r o u n d ) bagi ikan-ikan

tertentu.

3) Rumpon sebagai

meletakkan telurnya

tertentu.

4) Rumpon sebagai tempat berlindung dari

predator bagi ikan-ikan tertentu.

5) Rumpon sebagai tempat titik acuan

navigasi ( m e e t i n g p o i n t ) bagi ikan-ikan

tertentu yang beruaya.

sustrat untuk

bagi ikan-ikan

Gooding dan M agnuson (1967)

d i a c u d a l a m Yusfiandayani (2004)

me1aporkan bahwa rumpon merupakan

tempat stasiun pembersih ( c l e a n i n g p l a c e )

bagi ikan-ikan tertentu. Dolphin dewasa

umumnya akan mendekati bagian bawah

f l o a t i n g o b j e c t s dan menggesekkan

badannya. Tingkah laku ikan ini sesuai

dengan tingkah 1aku dari famili

c o r y p h a e n i d s yang memindahkan parasit

atau menghilangkan iritasi kulit dengan

eara menggesekkannya. Freon dan Dagorn

(2000), menambahkan teori tentang

rumpon sebagai tempat berasosiasi

( a s s o c i a t i o n p l a c e ) bagi jenis-jenis ikan

tertentu. Ikan berkumpu1 disekitar rumpon

untuk mencari makan.

M enurut Soemarto (1962) dalam

area rumpon terdapat plankton yang

merupakan makanan ikan yang lebih

banyak dibandingkan diluar rumpon.

Selanjutnya dijelaskan bahwa perairan

yang banyak planktonnya akan menarik

ikan untuk mendekat dan memakannya.

Soedharma (1994) mengemukakan bahwa

organisme yang pertama ada di pelepah

(10)

J u rn a l M itra B a h a ri V o l. 7 N o .2 , M e i--A g u s tu s 2 0 1 3

onmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

penelitian Yusfiandayani (2004)

menemukan bahwa ada sekitar 26 genus

perifiton alga yang teramati disekitar

atraktor rumpon dan 9 genus untuk

perifiton avertebrata. Perifiton alga yang

ditemukan antara lain

XWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

N i t z c h i a ,

R h i z o s o l e n i a , N a v i c u l a , P e r i d i n u m ,

A m p h i p r o r a dan C h a e t o c e r o s sedangkan

perifiton avertebrata yang ditemukan

antara lain C a l a n u s , B a l a n u s ,

T h y s a n o p o d a , M i c r o s e t e l l a dan

T y p h l o s c o l e x . Selanjutnya dijelaskan

bahwa perifiton mempengaruhi laju

perkembangan proses kolonisasi

organisme pemangsa lainnya termasuk

juvenil ikan. Selanjutnya dikemukakan

bahwa selain perifiton ditemukan pula 23

jenis fitoplankton dan 6 genus

zooplankton. Jenis fitoplankton antara lain

C h a e t o c e r o s , R h i z o s o l e n i a dan T h y s a n e s s a

sedangkan jenis zooplankton antara lain

E u t i n t i n u s , E u c a l a n u s , S y n c h a e t a dan

S t o l o m o p h o r u s .

Kelimpahan fitoplankton dan

perifiton di suatu perairan sangat

dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan

yang meliputi fisika, kirnia dan biologi.

Faktor-faktor tersebut antara lain adalah

suhu, kekeruhan, kecerahan, pH, gas-gas

terlarut, unsur hara dan adanya interaksi

dengan organisme lain (Odum 1971).

M enurut Jamal (2003) menyatakan bahwa

parameter fisikaJkimia perairan disekitar

rumpon berada pada kisaran normal, yaitu

kecepatan arus berkisar antara 0,001- 0,30

m/det, suhu 29,33-3~),330C, salinitas

30-31 ppt, kecerahan 77,33-84,67 % serta

oksigen terlarut 4-4,57 ppm. Subani (1986)

mengemukakan bahwa ikan-ikan yang

berkumpul disekitar rump on menggunakan

rumpon sebagai temp at berlindung juga

untuk mencari makan dalam arti luas tetapi

tidak memakan daun-daun rumpon

tersebut. Selanjutnya dijelaskan bahwa

adanya ikan di sekitar rumpon berkaitan

dengan pola jaringan makanan dimana

rumpon menciptakan suatu arena makan

dan dirnulai dengan tumbuhnya bakteri

dan mikroalga ketika rumpon dipasang.

Kemudian mahluk renik ini bersama

dengan hewan-hewan kecil lainnya,

menarik perhatian ikan-ikan pelagis

ukuran kecil. Ikan-ikan pelagis ini akan

memikat ikan yang berukuran lebih besar

untk memakannya. Sebagai tempat

berlindung (Subani 1986), menyatakan

bahwa ikan- ikan tertentu yang berada

disekitar rump on berenang pada sisi depan

atau belakang atraktor di lihat dari arah

arus. Kadang kadang mereka bergerak ke

kiri dan ke kanan tetapi selalu kembali

ketempat semula demikian juga terhadap

arus (sifat ikan umurnnya berenang

menentang arus). Sedangkan dari arah

lapisan yang lebih dalam terdapat ikan

pemangsa yang berenang ke pertengahan

atau permukaan perairan untuk memangsa

ikan yang berukuran lebih kecil. Perilaku

bergerombol dari ikan dengan adanya

rumpon maka pemangsa akan mengalami

kesulitan dalam menyambar mangsanya

karena ikan yang lemah terlindungi oleh

adanya ikan lain dan atraktor.

ZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

W A K T U D A N TEM P AT P E N E L I T I A N

Penelitian di lapang akan

dilaksanakan pada bulan ke-J sampai

bulan ke-4 dan dilakukan setiap akhir

pekan di Perairan Pulau Karang Beras,

Kepulauan Seribu (Lamp iran 1).

A l a t d a n B a h a n

Peralatan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah :

1) Bambu ukuran 10 meter sebanyak 10

buah;

(11)

J u rn a l M itra B a h a ri V o l. 7 N o .2 , M e i--A g u s tu s 2 0 1 3

onmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

2) Tali tambang;

3) Alat dasar selam berupa

XWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

m a s k e r ,

s n o r k e l dan f i n ;

4) Batu sebagai pemberat;

5) Alat pengukur berat berupa timbangan

dengan skala terkecil 1 gram;

6) Alat dokumentasi.

Bahan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah tali rafia dan kawat

sebagai a t t r a c t o r pengumpul ikan.

ZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

M e t o d e p e n e l i t i a n

Penelitian ini dilakukan dengan

metode e x p e r i m e n t a l f i s h i n g yaitu dengan

melakukan operasi penangkapan ikan yang

terkumpul menggunakan rump on di laut

selama 9 hari. Rumpon yang digunakan

dalam penelitian ini berjumlah 3 buah

(Lamp iran 2). Rumpon tersebut dipasang

secara berselang-seling sehingga ikan

memiliki peluang yang sarna untuk

terkumpul pada rumpon. Jarak

pemasangan antar rumpon berkisar 5 -I 0

meter dengan peletakan secara acak.

Untuk mengetahui banyaknya ikan yang

terkumpul pada rumpon maka,

masing-masing rumpon dipasang dengan

menggunakan alat bantu untuk menangkap

ikan yaitu bubu tambun dan pancing ulur

(Lamp iran 2).

H A S I L D A N P E M B A H A S A N

Salah satu altematif adalah membuat

atraktor pengumpul ikan yang dapat

mengumpulkan ikan agar dapat

mengefisienkan waktu penangkapan dan

tidak terjadi pemborosan bahan bakar,

yaitu dengan membuat rumpon di

lingkungan Kepulauan Seribu. Rumpon

yang dipakai menggunakan bahan tali

rafia. Rafia dipilih karena tergolong

memiliki daya tahan yang cukup tinggi

sehingga dapat digunakan dalam jangka

waktu yang lama. Bahan tali rafia relatif

mudah didapatkan di lingkungan

Kepulauan Seribu hal mi sangat

memudahkan nelayan untuk membuat

rumpon tali rafia dalam membantu

penangkapan ikan.

50

o +--.-,~r-T-~~~r-T-~~~r-~~~~~~~~

LKJIHGFEDCBA

• P a n j a n g ( e m )

250

200

Hasil Tangkapan Tanpa Rumpon

1 2

Trip

ke-Gambar 1 Hasil tangkapan tanpa menggunakan rumpon.

Kegiatan operasional menggunakan

rumpon adalah kegiatan penangkapan ikan

8

yang dilakukan menggunakan alat bantu

(12)

2 0 1 3 J u rn a l M itra B a h a ri

T r ip k e -

LKJIHGFEDCBA

V o l . 7 N o .2 , M e i--A g u s tu s 2 0 1 3

onmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

penangkapan ikan. Selama ini nelayan di

Kepulauan Seribu tidak pernah

menggunakan alat bantu dalam proses

penangkapan ikan, hanya menggunakan

alat tangkap seadanya yang mereka miliki.

Untuk mengetahui keberadaan ikan,

nelayan hanya mengandalkan pengalaman

mereka dalam melaut tanpa mengetahui

[image:12.617.10.436.19.618.2]

H a s l lT a n g k a p a n D e n g a n R u m p o n

Gambar 2 Hasil tangkapan menggunakan rumpon.

Hasil tangkapan ikan dengan

menggunakan rumpon lebih bervariasi dan

beragam dibandingkan dengan tidak

menggunakan rumpon (Gambar I dan 2).

Dokumentasi ikan-ikan hasil tangkapan

dapat dilihat pada Lampiran 4. Hal ini

disebabkan karena rumpon merupakan

tempat untuk

XWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

A s s o c i a t i o n P l a c e , F e e d i n g

G r o u n d , R e f e r e n c e / M e e t i n g P o i n t ,

P r o t e c t i o n F r o m P r e d a t o r , S h a d i n g P l a c e ,

C l e a n i n g P l a c e (Yusfiandayani 2004).

Dari segi harga dan ketahanan rumpon tali

rafia juga memiliki keunggulan, yaitu

harga lebih murah dibandingkan dengan

rumpon menggunakan daun kelapa yaitu

Rp 224.000 untuk 1 unit rumpon.

Ketahanan rumpon tali rafia juga lebih

unggul dibandingkan dengan rumpon daun

kelapa, rumpon daun kelapa (penelitian

sebelurnnya) hanya mampu bertahan

hingga 28 hari dan cepat busuk

(Yusfiandayani 2004), sedangkan rumpon

apakah daerah penangkapan ikan yang

mereka tuju ada atau tidak ikan yang akan

menjadi sasaran tangkap. Hal ini

mengakibatkan pemborosan bahan bakar

yang digunakan, serta hanya membuang

waktu sehingga, perlu diupayakan

altematif so lusinya.

ZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

P a n l.a n p ,I C ( M •B c r .: n ( e r .lm )

tali rafia memiliki daya tahan yang cukup

lama hingga enam bulan. Oleh karena itu

rumpon menggunakan tali rafia ini layak

untuk dipakai dan dimanfaatkan oleh

nelayan di Kepulauan Seribu.

K E S I M P U L A N D A N S A R A N

K e s i m p u l a n

Kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1) Jumlah hasil tangkapan ikan

menggunakan rumpon tali rafia lebih

banyak yaitu 67 ekor dibandingkan

penangkapan ikan yang tidak

menggunakan rumpon hanya 17 ekor.

2) Daya tahan atraktor tali rafia memiliki

jangka waktu yang lama yaitu sampai

enam bulan, sedangkan rumpon yang

menggunakan atraktor daun kelapa

yang memiliki daya tahan selama 28

(13)

J u rn a l M itra B a h a ri V o l. 7 N o .2 , M e i--A g u s tu s 2 0 1 3

onmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

hari seperti penelitian sebelumnya oleh

Yusfiandayani (2004).

3) Rumpon menggunakan tali rafia ini

layak untuk dipakai dan dimanfaatkan

oleh nelayan di Kepulauan Seribu

karena sang at efektif dan efisien.

ZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

S a r a n

Saran dari penelitian ini adalah :

Penelitian lanjut komprehensif perlu

dilakukan dalam meningkatkan

pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi perikanan rumpon dengan

atraktor non alami yang berwawasan

lingkungan.

D A F T A R PUS TAKA

AramI,.. H 2006. Seleksi Tekonologi

Penangkapan Ikan Karang Dalam

Rangka Pengembangan

Perikanan Tangkap Berwawasan

Lingkungan di Kepulauan

W akatobi, Sulawesi Tenggara.

[Tesis). Bogor: Sekolah

Pascasarjana. Institut Pertanian

Bogor. Hal 10-14.

Direktorat Jenderal Perikanan, 1995.

Penggunaan Payaos/rumpon di

Indonesia. Jakarta 11 hal.

Freon, P and L. Dagom. 2000. Review of

Fish Associate Behaviour: Toward

a Generalisation of the M eeting

Point Hypothesis. Fish Biology and

Fisheries, 10 : 183-207

Gooding, RM and

LKJIHGFEDCBA

I I M agnuson. 1967.

Ecological Significance of a

Drifting Object to Pelagic Fishes.

Pasific Science, 21: 486-497

Gunarso, W . 1985. Tingkah Laku Ikan

Dalam Hubungannya Dengan Alat,

M etoda, dan Teknik Penangkapan

10

Ikan. Diktat kuliah. Program Studi

Pemanfaatan Sumber daya

Perikanan. Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan. Institut Pertanian

Bogor.

Jamal, M ., 2003. Studi Pengguaan

Rumpon untuk M eningkatkan

Produksi Hasil Tangkapan Gillnet

dan Bubu Dasar yang dioperasikan

di Perairan Kabupaten Sinjai

Sulawesi Selatan. Lutjanus. Jumal

Teknologi Perikanan dan Kelautan.

Vol 8 No.2, Juli 2003, ha1223-231

Katrunada, M . 2001. Uji Coba Alat

Tangkap Bubu di Pulau Pramuka,

Kepulauan Seribu. [Skripsi).

Bogor: Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan. Institut Pertanian

Bogor.

Lowe, RH and M cConnel. 1987.

Ecological Studiesa in Tropical

Fish Communities. London

Cambridge University Press. 235

hal.

M athews, C.P., D.R M onintja and N.

Naamin, 1996. Studies of

Indonesian Tuna Fisheries: Part 2.

Changes in Yellow fin Abundance

in the Gulf of Tomini and North

Sulawesi. In: Shomura, RS.,

lM ajkowski and R.F. Horman

(Eds.). Scientific Papers from the

Second FAa Expert Consultation

on Interactions of Pasific Tuna

Fisheries, 23 31 January 1995,

Shimizu, Japan. P 298-305

M onintja, D.R. 1993. Study on the

Development of Rumpon as a Fisf

Aggregating Devices (FADs).

M aritek Buletin ITK, FPIK-IPB,

3(2) : 137 p

M urdianto, B.

XWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

M e m e l i h a r a

2003.

d a n

M e n g e n a l ,

(14)

Ju rn a l M itra B a h a ri V o l. 7 N o .2 , M e i--A g u s tu s 2 0 1 3

XWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

E k o s i s t e m T e r u m b u K a r a n g .

onmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

Jakarta: COFISH Project. 53 hal.

Soemarto, 1962. The Rumpon Fishing

M ethod. Fisheries Department

Faculty of Agriculture The

University of Tokyo. ~ ybakken, JW . 1986. B i o l o g i L a u t S u a t u

P e n d e k a t a n E k o l o g i s . Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama. Subani, W . 1986. Telaah Penggunaan

Rumpon dan Payaos dalam

Perikanan Indonesia. Jurnal

Penelitian Perikanan Laut, BPPL,

Jakarta, 35: 35-45

Odum, E.P. 1971. Fundamentals of

Ecology. Third Edition. W .B.

Sounder co. Philadelphia.

Soedharma, D. 1994. Suatu Struktur

Komunitas Ikan pada Kombinasi

Rumpon Permukaan dan Rumpon

Dasar di Teluk Lampung. Laporan

Penelitian Fakultas Perikanan,

Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hal 9-26.

Yusfiandayani, R. 2004. Studi Tentang

M ekanisme Berkumpulnya Ikan

Pelagis Kecil di Sekitar Rumpon

dan Pengembangan Perikanan di

Perairan Pasauran, Propinsi Banten.

Disertasi. Sekolah Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor, Bogor.

LKJIHGFEDCBA

Gambar

Gambar 2Hasil tangkapan

Referensi

Dokumen terkait

Isolat bakteri nitrifikasi Pandoraea pnomenusa strain 1318 (NP1); Pseudomonas aeruginosa strain PSE12 (NP2); Pseudomonas aeruginosa strain PSE12 (NP3); Burkholderia

Kemudian setelah didapatkan data tahun- tahun El Nino dan La Nina, dilakukan prediksi elevasi pasut pada empat titik di perairan Indonesia yang membentang dari Barat ke

Pemberian kombinasi perlakuan dengan intensitas cahaya 25% dan takaran pupuk kandang 300 g/polybag pada pertanaman temu putih menghasilkan tinggi tanaman, berat

Perilaku konsumen diukur dengan preferensi konsumen yaitu pilihan konsumen dalam membeli buah jeruk keprok yang diukur dengan faktor-faktor yang mempengaruhi

Pengendalian kualitas penting untuk dilakukan bagi perusahaan agar pada nantinya produk yang dihasilkan dapat sesuai dengan spesifikasi yang telah di tetapkan dan dapat

Hasil penelitian menunjukan kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran IPS dengan menggunakan metode jigsaw pada siklus I diperoleh skor 3,32 dengan NDWHJRUL ³EDLN´ GDQ

Faktor intrinsik adalah faktor-faktor dari dalam yang berhubungan dengan kepuasan, antara lain keberhasilan mencapai sesuatu dalam karir, pengakuan yang diperoleh dari

tidaknya pengaruh kompetensi pedagogik terhadap kemampuan guru mengelola pembelajaran IPS di SMPN Kota Singaraja Uji t perhitungan dibantu dengan IBM SPSS 16 for