• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunitas Semut Pada Bunga Jantan Kelapa Sawit di Kebun Cimulang PTPN VIII Bogor, Jawa Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komunitas Semut Pada Bunga Jantan Kelapa Sawit di Kebun Cimulang PTPN VIII Bogor, Jawa Barat."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNITAS SEMUT PADA BUNGA JANTAN KELAPA

SAWIT DI KEBUN CIMULANG DI PTPN VIII

BOGOR, JAWA BARAT

NURUL FITRIA

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

NURUL FITRIA. Komunitas Semut pada Bunga Jantan kelapa Sawit di Kebun Cimulang PTPN VIII Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh TRI ATMOWIDI dan TARUNI SRI PRAWASTI.

Semut merupakan serangga eusosial yang sukses di bumi karena memiliki adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan. Penelitian ini bertujuan mempelajari komunitas semut pada bunga jantan kelapa sawit. Pengamatan semut dilakukan dengan fix sample method selama 10 menit dalam 3 periode waktu, yaitu pagi (08.00-10.00), siang (10.00-12.00), dan sore (13.00-15.00). Pengamatan semut dilakukan selama 4 hari setiap bulannya, yaitu April, Mei, Juni 2012. Selama pengamatan komunitas semut, dilakukan pengambilan sampel semut untuk keperluan identifikasi. Pengukuran unsur cuaca meliputi suhu udara, kelembapan nisbi, dan intensitas cahaya dilakukan selama pengamatan semut. Sembilan genus semut didapatkan dalam penelitian ini, yaitu Leptanilla (subfamili Leptanillinae), Oecophylla, Polyrhachis, Plagiolepis, Camponotus (subfamili Formicinae), Odontoponera, Platyhyrea, Pachycondyla (subfamili Ponerinae), dan Myrmica (subfamili Myrmicinae). Leptanilla ditemukan dominan pada bunga jantan kelapa sawit. Komunitas semut pada bunga jantan kelapa sawit yang diamati memiliki keragaman yang rendah

(H’=0,99) dengan kemerataan sedang (E=0,45).

Kata kunci : Komunitas semut, bunga jantan, kelapa sawit, keragaman

ABSTRACT

NURUL FITRIA. Ant Community on Male Flowers of Oil Palm in Cimulang Plantation Bogor, West Java. Supervised by TRI ATMOWIDI and TARUNI SRI PRAWASTI.

Ants are the most successful eusocial insect in the world, since highly adapted to the environment. The objective of this research was to study ants community on male flower of oil palm. Observation of ants were done by using fix sample method during 10 minutes in 3 time periods, which is in the morning (08. 00 - 10.00 am), noon (10. 00 - 12. 00 am), and evening (13. 00 - 15. 00 pm). The observations of ants were conducted during four days in each month, i.e. April, May, June 2012. During observation we collected ant samples to identification process. Weather elements, i.e. air temperature, humidity, and light intensity were measured. Results showed that ant community on male flower of oil palm consist of nine genera belong to four subfamilies, i.e. Leptanilla (subfamily Leptanillinae), Oecophylla, Polyrhachis, Plagiolepis, Camponotus (subfamily Formicinae), Odontoponera, Platyhyrea, Pachycondyla (subfamily Ponerinae), and Myrmica (subfamily Myrmicinae). Leptanilla was a dominant ant species on male flower of oils palm. Diversity of ant community on male flower of oils palm was lower (H ’=0,99) and medium evennes (E=0,45).

(3)

KOMUNITAS SEMUT PADA BUNGA JANTAN KELAPA

SAWIT DI KEBUN CIMULANG PTPN VIII

BOGOR, JAWA BARAT

NURUL FITRIA

skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Judul Skripsi : Komunitas Semut Pada Bunga Jantan Kelapa Sawit di Kebun

Cimulang PTPN VIII Bogor, Jawa Barat.

Nama

: Nurul Fitria

NIM

: G34080066

Disetujui,

Dr. Ir. Tri Atmowidi, M.Si

Dra. Taruni Sri Prawasti, M.Si

Pembimbing I

Pembimbing II

Diketahui,

Dr. Ir.Ence Darmo Jaya Supena, M.Si

Ketua Departemen Biologi

(5)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya, sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Penelitian dengan judul “Komunitas Semut pada Bunga Jantan Kelapa Sawit di Kebun Cimulang PTPN VIII Bogor, Jawa Barat” ini dilaksanakan mulai April 2012 sampai Juli 2012. Penelitian ini atas izin dari perkebunan kelapa sawit perseroan terbatas perkebunan nusantara (PTPN) VIII.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Tri Atmowidi, M.Si dan Dra. Taruni Sri Prawasti, M.Si atas bimbingan dan arahan yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Muhadiono, M.sc selaku dosan penguji wakil komisi pendidikan yang telah bersedia menguji dan memberikan saran saat ujian dan penulisan karya ilmiah. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Agus, Bapak Uwis, serta seluruh pegawai PTPN VIII, AFD II Toge, kebun Cimulang Bogor atas bantuannya selama pengamatan di lapang, Ibu Wara atas bantuannya selama verifikasi sampel, Ibu Tini, Ibu Ani atas bantuan dan saran selama penulis melakukan penelitian di laboratorium, Ayang Eka Y dan Dini Anggraini F atas bantuan selama penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga yang selalu memberi doa dan dukungan dan teman-teman Departemen Biologi khususnya angkatan 45, teman-teman KCB, wisma firas, dan wisma bintang yang telah memberi doa, bantuan dan semangat.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2012

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di DKI Jakarta pada tanggal 6 Mei 1990 dari pasangan H. Nadjib Badjeber dan Trisnawati. Penulis merupakan anak pertama dari satu bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah di SDN Kramat 08 pagi pada tahun 2002, SMPN 216 Jakarta pada tahun 2005, dan SMAN 27 Jakarta pada tahun 2008. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan tinggi pada Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 1

BAHAN DAN METODE

... 1

Waktu dan Tempat ... 1

Alat dan Bahan ... 1

Metode ... 2

HASIL

... 2

KomunitasSemut Pada Bunga Jantan Kelapa Sawit ... 2

Hubungan Komunitas Semut dengan Unsur Cuaca ... 5

PEMBAHASAN ... 6

SIMPULAN ... 7

DAFTAR PUSTAKA ... 8

LAMPIRAN ... 10

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Jumlah individu semut dan indeks keragaman yang ditemukan pada bunga jantan kelapa sawit per periode waktu pada bulan April, Mei, dan Juni. ... 3

2. Kesamaan Semut pada bunga jantan kelapa sawit berdasarkan indeks similaritas Sorenson kuantitatif ... 3

3. Jumlah individu dan keragaman semut yang ditemukan pada bunga jantan kelapa sawit berdasarkan waktu pengamatan. ... 4

4. Data unsur cuaca di lokasi pengamatan pada bulan April, Mei, Juni 2012 ... 5

(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Semut yang ditemukan pada bunga jantan kelapa sawit: Leptanilla (a), Oecophylla (b), Odontoponera (c), Myrmica (d), Polyrhachis (e), Plagiolepis (f), Pachycondyla (g), Camponotus (h), Platyhyrea (i) ... 4 2. Scatter plot rata –rata individu semut dalam kaitannya dengan suhu udara (a), kelembapan

nisbi (b), dan intensitas cahaya (c) ... 5

DAFTAR LAMPIRAN

(9)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Semut merupakan serangga eusosial yang paling sukses diantara serangga lain (Borror et al. 1992). Semut memiliki adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan, sehingga dapat dijumpai di berbagai habitat (Holldobler & Wilson 1990) dan memiliki struktur sosial yang efektif (Ananthakrishnan 2009). Semut memiliki banyak spesies dan tersebar di seluruh dunia (Triplehorn & Johnson 2005). Semut termasuk ke dalam kingdom Animalia, kelas Insekta, ordo Hymenoptera, dan famili Formicidae. Tubuh semut terbagi menjadi kepala, mesosoma (toraks dan ruas abdomen pertama propodium), penduncule (ruas abdomen ke-2 dan atau ke-3 yang menyempit), dan gaster (Bolton 1994).

Semut dapat bertahan pada kondisi lingkungan yang beragam (Newman & Dalton 1967). Habitat semut sangat bervariasi, diantaranya arboreal, yaitu bersarang di dalam rongga-rongga tanaman, di dalam kayu, dan terestrial, yaitu bersarang di dalam tanah (Boror et al. 1992). Semut berperan penting dalam ekosistem terestrial, yaitu sebagai predator, scavenger, herbivor, dan detritivor. Semut juga memiliki peranan yang unik dalam interaksinya dengan organisme lain, seperti tumbuhan atau serangga lain (Holldobler & Wilson 1990).

Pfeiffer et al. (2008) melaporkan semut merupakan serangga dominan (53 spesies) di perkebunan kelapa sawit di Peninsular Malaysia dan Kalimantan. Spesies semut yang paling banyak ditemukan di kedua perkebunan tersebut ialah Anoplolepis gracilipes, Oecophylla smaragdina, dan Technomyrmex albipes. Di PTPN VIII AFD IV Bogor ditemukan 5 genus semut, yaitu Camponotus, Dolichoderus, Cerapachys, Crematogaster dan Heteroponera. Camponotus merupakan semut yang berperan sebagai predator dari Elaeidobius kamerunicus Faust sebagai serangga penyerbuk kelapa sawit (Kusumawardhani 2011).

Saat ini, perkebunan kelapa sawit berkembang sangat pesat dan meluas ke daerah tropik seperti di Indonesia dan Malaysia (Fayle et al. 2010). Kelapa sawit merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat. Selain minyak kelapa sawit yang dihasilkan oleh daging buah (mesocarp) yang dikenal dengan Crude Palm Oil (CPO), kelapa sawit juga menghasilkan minyak yang dihasilkan dari inti sawit. Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika.

Tanaman ini bersifat monoecious, yaitu bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon, tetapi tidak pada tandan yang sama. Bunga kelapa sawit merupakan bunga majemuk yang terdiri dari kumpulan spikelet dan tersusun dalam infloresen yang berbentuk spiral. Jumlah spikelet dalam satu infloresen bunga betina dapat mencapai 200 spikelet, sedangkan pada bunga jantan ditemukan lebih 700-1200 spikelet. Bunga jantan menyediakan serbuk sari dan nektar, sedangkan bunga betina hanya menyediakan nektar sebagai sumber pakan. Penelitian tentang komunitas semut pada bunga jantan kelapa sawit di perkebunan Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII, Afdeling (AFD) II Toge, Kebun Cimulang Bogor, Jawa Barat belum pernah dilaporkan.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan mempelajari komunitas semut pada bunga jantan kelapa sawit di perkebunan Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII, Afdeling (AFD) II Toge, Kebun Cimulang Bogor, Jawa Barat.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan dari bulan April 2012 sampai bulan Juli 2012. Penelitian ini dilakukan di perkebunan kelapa sawit Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII, Afdeling (AFD) II Toge, Kebun Cimulang Bogor. Identifikasi semut dilakukan di Laboratorium Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, Fakultas MIPA, IPB.

Alat dan Bahan

(10)

Metode

Pengamatan Komunitas Semut.

Pengamatan komunitas semut pada bunga jantan kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan fix sample method selama 10 menit (Dafni 1992) dalam 3 periode waktu, yaitu pagi (pukul 08.00-10.00), siang (pukul 10.00-12.00), dan sore hari (pukul 13.00-15.00). Pengamatan dilakukan selama 4 hari setiap bulannya, yaitu April, Mei, dan Juni 2012. Komunitas semut diamati pada bunga jantan kelapa sawit yang sedang antesis. Pengamatan komunitas semut pada hari yang sama dilakukan pada satu tandan bunga. Pengamatan pada hari berikutnya dilakukan pada bunga dari pohon berbeda. Selama pengamatan komunitas semut, dilakukan juga pengukuran unsur cuaca, yang meliputi suhu udara, kelembapan nisbi, dan intensitas cahaya. Selama pengamatan, dilakukan pengambilan sampel semut untuk keperluan identifikasi.

Identifikasi Spesies Semut. Identifikasi semut dilakukan di Laboratorium Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, Fakultas MIPA, IPB berdasarkan Bolton (1994). Verifikasi sampel dilakukan di Laboratorium Entomologi, LIPI, Cibinong, Jawa Barat.

Analisis Data. Data komunitas semut pengunjung bunga jantan kelapa sawit dihitung rata-rata individu dan persentasenya per periode waktu. Indeks keanekaragaman semut dihitung dengan indeks keragaman dan kemerataan Shannon (H’ dan E) (Krebs 1999). Kesamaan semut antar periode pengamatan (April, Mei, dan Juni) dihitung dengan indeks Sorenson kuantitatif (Magurran 1978). Rumus yang digunakan ialah :

H’= -Ʃ Pi ln Pi CN = Pi = ni/N

E’=H’/lnS

Keterangan :

H’ = indeks keragaman Shannon-Wiener Pi = proporsi genus ke-i terhadap total

individu seluruh genus

ni = jumlah individu dalam genus ke – i N = jumlah total individu seluruh genus CN = indeks Sorenson

jN = total individu terkecil yang ditemukan di ke-2 lokasi

aN = jumlah individu dilokasi A bN= jumlah individu dilokasi B E = indeks kemerataan

S = jumlah genus yang ditemukan

Hubungan antara rata-rata individu semut dengan faktor lingkungan, yaitu suhu, kelembapan, dan intensitas cahaya digambarkan dalam scatter plot, regresi linier, dan uji korelasi Pearson menggunakan program SPSS 16.0.

HASIL

Komunitas Semut Pada Bunga Jantan Kelapa Sawit.

Selama pengamatan, berhasil ditemukan 9 genus semut yaitu, Leptanilla (subfamili Leptanillinae), Oecophylla, Polyrhachis, Plagiolepis, Camponotus (subfamili Formicinae), Odontoponera, Pachycondyla, Platyhyrea (subfamili Ponerinae), dan Myrmica (subfamili Myrmicinae) (Gambar 1). Leptanilla memiliki ciri-ciri: panjang tubuh kurang dari 2,5 mm; mandibula berbentuk segitiga dengan 3-5 gigi. Genus dari subfamili Formicinae yang ditemukan pada pengamatan yaitu Oecophylla, Polyrhachis, Plagiolepis dan Camponotus. Oecophylla memiliki ciri-ciri: antena terdiri dari 12 segmen; mandibula terdiri dari 10 gigi; tungkai belakang terdapat lubang tetapi tidak terbuka. Polyrhachis mempunyai ciri-ciri: antena terdiri 12 segmen; ujung segmen dari antena tidak membentuk club; mandibula biasanya terdiri dari 5-7 gigi; tidak terdapat lubang kelenjar metapleura; terdapat duri atau gigi pada petiol; segmen pertama dari gaster sangat panjang, yaitu kurang lebih setengah dari total panjang gaster jika dilihat dari bagian dorsal. Plagiolepis memiliki ciri-ciri: antena terdiri 9-11; scape pada antena melebihi batas belakang kepala; propedium tanpa gigi atau duri; permukaan atas dari petiol membulat dan tidak memiliki gigi atau duri. Camponotus memiliki ciri-ciri: antena terdiri 12 segmen; mandibula terdapat lebih dari 5-7 gigi; lubang kelenjar metapleural terlihat dari sisi metepleuron di atas koksa kaki belakang dan di bawah spirakel propodeum; petiol tanpa duri atau gigi; segmen pertama dari gaster pendek, yaitu kurang dari total panjang gaster.

(11)

dibelakang garis clypeus. Genus dari subfamili Ponerinae lain yang ditemukan adalah Pachycondyla. Genus ini mempunyai ciri-ciri: bagian basal dari mandibula berbentuk segitiga; bagian basal dari mandibula terdapat lubang tepi dorsal; permukaan di tengah tibia dan basitarsus tanpa seta; pada metatibia terdapat hanya 1 spur. Genus berikutnya yang ditemukan ialah Platyhyrea. Genus ini memiliki mata, mandibula berbentuk segitiga, pronotum dan mesonotum terlihat jelas dibatasi oleh sutura, dan metatibia terdapat 2 spur.

Subfamili Myrmicinae memiliki ciri-ciri: memiliki mata; tidak terdapat lubang frontal; tidak terdapat sutura promesonotum; tibia pada tungkai belakang tanpa spur. Genus yang teramati ialah Myrmica yang memiliki ciri-ciri: antena terdiri dari 12 segmen; spur pada posterior tibia selalu pectinate.

Jumlah individu semut tertinggi yang ditemukan berkunjung pada bunga jantan kelapa sawit terjadi pada bulan Mei (1.461 individu), diikuti bulan April (986 individu), dan Juni (434 individu). Keragaman dan kemerataan semut pengunjung paling tinggi terjadi pada bulan April ( H’= 1,47 , E = 0,67), diikuti bulan Mei (H’= 0,80, E = 0,37), dan Juni (H’= 0,69, E = 0,31) (Tabel 1). Kesamaan spesies semut pengunjung pada bulan April-Mei (CN= 0,81) lebih tinggi dibandingkan dengan bulan April-Juni (CN= 0,61) dan Mei-Juni (CN= 0,46) (Tabel 2). Berdasarkan waktu pengamatan, keragaman dan kemerataan semut paling tinggi terjadi

pada pagi hari (H’= 1,63, E=0,74), diikuti

pada siang hari (H’=1,35, E=0,61), dan sore

hari (H’=1,26, E=0,57) (Tabel 2).

Tabel 1 Jumlah individu semut dan indeks keragaman yang ditemukan pada bunga jantan kelapa sawit per periode waktu pada bulan April, Mei, dan Juni

Subfamili Jumlah individu

Genus April Mei Juni Total Persentase (%)

Leptanillinae

Leptanilla 17,42 96,92 28,67 143,01 59,57%

Formicinae

Oecophylla 7,83 0,08 0 7,91 3,30%

Polyrhachis 3,17 4,33 0 7,50 3,12%

Plagiolepis Camponotus Ponerinae Odontoponera Pachycondyla Platyhyrea Myrmicinae Myrmica 32,75 0 1,42 0 0 19,92 3,83 0,66 0,66 0 11,42 0 0,33 3,50 0 3,67 0 0 36,92 4,16 2,08 3,67 11,42 19,92 15,37% 1,73% 0,86% 1,53% 4,76% 8,30% Jumlah individu 82,17 121,74 36,17 240,09 100%

Jumlah spesies 6 7 4 9 -

H’ 1,47 0,80 0,69 0,99 -

E 0,67 0,37 0,31 0,45 -

Tabel 2 Kesamaan semut pada bunga jantan kelapa sawit berdasarkan indeks similaritas Sorenson kuantitatif

April Mei Juni

April 1

Mei 0,81 1

(12)

Tabel 3 Jumlah individu dan keragaman semut yang ditemukan pada bunga jantan kelapa sawit berdasarkan waktu pengamatan

Subfamili Genus

Jumlah individu Pagi

(08.00-10.00)

Siang (10.00-12.00)

Sore

(13.00-15.00) Total Leptanillinae

Leptanilla 288 686 742 1716

Formicinae

Oecophylla 23 41 31 95

Polyrachis 32 37 21 90

Plagiolepis 89 125 229 443

Camponotus 25 13 12 50

Ponerinae

Odontoponera 1 29 37 67

Pachycondyla 18 15 11 44

Plathyrea 54 58 25 137

Myrmicinae

Myrmica 68 95 76 239

Jumlah individu 598 1099 996 2881

H’ 1,63 1,35 1,26 1,06

E 0,74 0,61 0,57 0,48

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

(g) (h) (i)

Gambar 1 Semut yang ditemukan pada bunga jantan kelapa sawit Leptanilla (a), Oecophylla (b), Odontoponera (c), Myrmica (d), Polyrhachis (e), Plagiolepis (f), Pachycondyla (g), Camponotus (h), dan Platyhyrea (i).

1 mm 1mm 1mm

1mm 1mm 1mm

(13)

Hubungan Komunitas Semut dengan Unsur Cuaca

Berdasarkan hasil pengukuran, suhu udara dilokasi penelitian berkisar 27-34 oC, kelembapan udara berkisar 56%-87%, dan intensitas cahaya berkisar 653-19060 lux (Tabel 3). Rata-rata individu semut paling banyak ditemukan pada kisaran suhu 28-32 oC, kelembapan nisbi 60-90%, kisaran intensitas

cahaya 818-5000 lux (Gambar 2). Berdasarkan hasil korelasi Pearson, suhu lingkungan, intensitas cahaya, dan kelembapan tidak berkorelasi dengan jumlah rata-rata semut yang mengunjungi bunga jantan kelapa sawit (r = 0,157, p = 0,188; r = 0,0706, p = 0,56; r= -0,181, p=0,127). (Tabel 4).

Tabel 4 Data unsur cuaca di lokasi pengamatan pada bulan April, Mei, Juni 2012

Unsur Cuaca Bulan

April Mei Juni Suhu Udara (⁰C) 30,04 (27-33) 30,12 (27-33) 30,96 (28-34) Kelembapan Nisbi (%) 73,08 (61-87) 74,00 (61-88) 69,38 (56-83) Intensitas Cahaya (Lux) 5390,21(818-18570) 2874,83(652-10580) 5193,38(903-19060) Keterangan : Nilai di dalam tabel merupakan nilai rata-rata setiap unsur cuaca dan angka di dalam kurung merupakan nilai minimum dan maksimum

(a)

Gambar 2 Scatter plot rata –rata individu semut dalam kaitannya dengan suhu udara (a), kelembapan nisbi (b), dan intensitas cahaya (c).

Suhu Udara Kelembapan Nisbi

Intensitas Cahaya

R

at

a-rata

In

d

iv

id

u

R

ata

-r

ata

In

d

iv

id

u

(a)

(b)

(c)

R

ata

-r

ata

In

d

iv

id

(14)

Tabel 5 Korelasi Pearson antara rata-rata individu semut dengan unsur cuaca

Unsur cuaca Korelasi Pearson (r) Signifikasi (p)

Suhu 0,157 0,188

Kelembapan Nisbi Intensitas Cahaya -0,181 0,0706 0,127 0,526

PEMBAHASAN

Identifikasi dan determinasi semut berdasarkan Bolton (1990) ditemukan 9 genus yang termasuk dalam 4 subfamili, yaitu Leptanilla (subfamili Leptanillinae), Oecophylla, Polyrhachis, Plagiolepis, Camponotus (subfamili Formicinae), Odontoponera, Platyhyrea, Pachycondyla (subfamili Ponerinae), Myrmica (subfamili Myrmicinae).

Subfamili Leptanillinae dapat ditemukan di wilayah Indo-Australian, Palaeartic, dan Oriental (Bolton 1994). Subfamili ini dikenal sebagai semut yang memiliki prajurit berukuran kecil. Leptanillinae memiliki sengat yang berfungsi dan berkembang dengan baik (Bolton 1994). Genus dari subfamili Leptanillinae yang ditemukan dalam penelitian ini adalah Leptanilla. Leptanilla ialah genus yang dominan ditemukan selama pengamatan. Genus ini paling banyak ditemukan pada sore hari. Semut ini juga ditemukan di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat dengan jumlah pekerja mencapai 300 individu (Billen et al. 1998). Genus ini memiliki kelenjar eksokrin di kepala dengan ukuran terbesar diantara genus semut yang lain. Kelenjar ini berfungsi sebagai sarana komunikasi kimiawi antar koloni (Billen et al. 1998).

Subfamili Formicinae adalah subfamili kedua terbesar dan tersebar di dunia (Boror et al. 1992). Genus dari subfamili Formicinae yang ditemukan dalam pengamatan ini ialah Oechophylla, Polyrhachis, Plagiolepis, dan Camponotus. Di PTPN VIII kebun Cimulang, Plagiolepis paling banyak ditemukan dibandingkan keempat genus lain. Plagiolepis termasuk genus polygynous (banyak ratu dalam 1 koloni) yang menyebabkan genus ini mempunyai banyak sarang (Thurin & Aron 2007). Genus lain yang ditemukan ialah Oecophylla. Oecophylla dilaporkan dapat melindungi tanaman kelapa dan cokelat dari serangan kepik, mengendalikan sebagian besar hama pada tanaman jeruk dan mete, dan dapat menahan serangan tikus (Mele 2004). Pfeiffer et al. (2008) melaporkan bahwa O. Smaragdina termasuk spesies yang dominan

di perkebunan kelapa sawit di Penisular, Malaysia. Hasil pengamatan menunjukkan aktivitas Oecophylla terjadi sepanjang hari. Hal ini sesuai dengan Harlan (2006) yang melaporkan bahwa aktivitas O. smaragdina terjadi sepanjang hari, tetapi aktivitas diurnal lebih dominan dibandingkan nokturnal. O. smaragdina mulai mencari makan saat suhu udara 23-30 oC (Harlan 2006). Genus lain yang ditemukan adalah Polyrhachis. Genus ini dikenal sebagai genus Indo-Autralia, karena penyebarannya yang umum diwilayah tersebut (Morley 1953). Noor (2008) melaporkan bahwa Polyrhachis merupakan genus yang umum di cagar alam Telaga Warna, Jawa Barat dan di perkebunan teh. Polyrhachis umumnya memakan nektar dan serangga lain (Morley 1953). Genus ini juga dikenal sebagai pemangsa ulat bulu pada tanaman jeruk (Morley 1953). Genus lain yang ditemukan dari subfamili Fomicinae ialah Camponotus. Dalam penelitian ini berhasil diamati 25 individu Camponotus pada pagi hari. Hasil ini berbeda dengan hasil yang didapatkan oleh Kusumawardhani (2011), yaitu 66 individu di kebun Cikasungka pada pagi hari. Habitat Camponotus terdapat pada vegetasi dan tanah atau serasah (Rizali 2006). Selain mencari makan berupa nektar pada berbagai tanaman, Camponotus juga memangsa beberapa Homoptera pada bunga pada tanaman anggrek (Ananthakrishnan 2009). Menurut Kusumawardhani (2011) Camponotus berperan sebagai predator dari E. kamerunicus yang merupakan penyerbuk kelapa sawit.

(15)

& Eltz 2010). Berdasarkan hasil pengamatan, Odontoponera merupakan genus dengan jumlah individu paling sedikit yang ditemukan pada bunga jantan kelapa sawit dibandingkan dengan genus yang lain. Hal ini diduga karena habitat Odontoponera umumnya terestrial.

Genus lain yang ditemukan adalah Pachycondyla. Pachycondyla merupakan salah satu genus yang ditemukan di perkebunan kelapa sawit di Sabah, Malaysia (Brühl & Eltz 2010). Pachycondyla juga ditemukan di kepulauan Seribu, Indonesia yaitu di pulau Rambut, pulau Bira, dan pulau Nyamplung. Genus ini ditemukan di dua habitat yaitu didalam tanah atau serasah dan diatas permukaan tanah (Rizali 2006). Platyhyrea adalah genus yang ditemukan dari subfamili Ponerinae. Genus ini umumnya bersarang di dahan kering dan di bawah bebebatuan (Villet 1991). Platyhyrea umumnya dikenal sebagai pemangsa serangga lain dan habitatnya di arboreal (Lordon et al. 2001).

Myrmicinae merupakan subfamili terbesar diantara subfamili semut. Anggota dari subfamili ini memiliki variasi dalam kebiasaan makan. Kebanyakan genus dari subfamili Myrmicinae memakan biji-bijian dan jamur. Myrmicinae berperan sebagai hama-hama penting di dunia, diantaranya adalah genus Solenopsis dan Srichteri (Boror et al. 1992). Subfamili ini umumnya memiliki kasta pekerja monomorfik (Clark 1951). Genus yang teramati dalam penelitian ini adalah Myrmica. Myrmica biasanya memangsa arthopoda kecil dan memanfaatkan larutan gula (Biseau & Pasteels 2000).

Keragaman dan kemerataan semut pada bunga jantan kelapa sawit tertinggi pada bulan April, diikuti bulan Mei, dan bulan Juni. Secara umum, keragaman semut tergolong rendah dengan kemerataan sedang. Keragaman semut yang rendah kemungkinan berkaitan dengan kondisi lingkungan di perkebunan kelapa sawit umumnya panas dan kering (Brühl & Eltz 2010) dan adanya ganguan manusia disekitar perkebunan kelapa sawit. Mclntyre dan Hostetler (2001) melaporkan bahwa ganguan manusia dapat mempengaruhi keragaman serangga, seperti lebah.

Kesamaan spesies semut pengunjung pada bulan April-Mei lebih tinggi dibandingkan dengan bulan April-Juni dan Mei-Juni. Hal ini menunjukkan bahwa spesies yang ditemukan pada bulan April dan Mei memiliki tingkat kesamaan sebesar 81%. Hal

ini diduga karena letak pengamatan lokasi pada bulan April dan Mei yang berdekatan.

Keragaman semut pada bunga jantan kelapa sawit pada pagi hari lebih tinggi dibandingkan dengan pada siang hari dan sore hari. Keragaman serangga yang tinggi di pagi hari juga dilaporkan oleh Atmowidi et al. (2007) pada tanaman caisin (Brassica rapa) dan Fajarwati et al. (2009) pada bunga tomat (Lycopersicon esculentum Mill). Harlan (2006) juga melaporkan aktivitas O. smaragdina tertinggi terjadi pada pagi hari dan sore hari.

Keragaman spesies antara lain dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, yaitu suhu, kelembapan nisbi, dan intensitas cahaya (Krebs 1978). Suhu merupakan salah satu parameter yang sering diukur karena kegunaannya dalam mempelajari proses-proses fisika, kimia dan biologi (Sidjabat 1983). Suhu merupakan faktor pembatas ukuran populasi. Perubahan suhu terjadi seiring dengan perubahan intensitas penyinaran matahari. Secara tidak langsung, perubahan suhu di alam mempercepat kehilangan lalu lintas air yang dapat menyebabkan organisme mati (Odum 1993). Menurut Riyanto (2007), suhu optimal dan toleran bagi aktivitas semut di daerah tropis ialah berkisar 25-30 oC. Suhu udara di lokasi pengamatan masih dalam kisaran suhu toleran tersebut.

Kelembapan adalah bagian yang penting dari kondisi cuaca dan ikim (Kramadibrata 1995). Menurut Odum (1993) pertumbuhan suatu organisme dipengaruhi oleh keadaan kelembapan. Kelembapan memberikan efek lebih kritis terhadap organisme pada suhu yang ekstrim tinggi atau rendah. Unsur cuaca yang berpengaruh lainnya adalah intensitas cahaya. Aktivitas serangga untuk mendapatkan makanan dan menentukan tempat hidup dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Pengaruh intensitas cahaya terhadap spesies serangga dalam melakukan aktivitasnya berbeda. Statistik menunjukkan unsur cuaca, seperti suhu udara, kelembapan nisbi dan intensitas cahaya tidak berpengaruh secara signifikan terhadap komunitas semut. Faktor lain, seperti hari antesis bunga jantan kemungkinan menentukan komunitas semutnya.

SIMPULAN

(16)

Platyhyrea, dan Myrmica. Semut yang paling dominan di perkebunan tersebut ialah Leptanilla. Keragaman semut pada bunga jantan kelapa sawit tergolong rendah dengan kemerataan sedang. Keragaman semut tertinggi terjadi ditemukan di pagi hari.

DAFTAR PUSTAKA

Ananthakrishnan TN. 2009. Ecodynamics of Insect Communities. India:Scientific Publishers.

Atmowidi T, Buchori D, Manuworoto S, Suryobroto B, Hidayat P. 2007. Diversity of insect pollinators and seed set of mustard (Brassica rapa: Brassicaceae). Hayati 14:155-161. Billen J, Ito F, Maile R, Morgan ED. 1998.

The mandibular gland, probably the source of the alarm substance in Leptanilla sp. (Hymenoptera, Formicidae) Naturwissenschafte 85:596-597.

Biseau JC, Pasteels JM. 2000. Response thresholds to recuitment signals and the regulation of foraging intensity in the ant Myrmica sabuleti (Hymenoptera, Formicidae). Behav proc 48:137-148. Bolton B. 1994. The Identification Guide to

the Ant Genera of The World. Massachusetts: Harvard Univ.Pr. Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson NF. 1992.

Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi Keenam. Terjemah oleh Soetiyono Partosoedjono.Yogyakarta: GadjahMada University Pr.

Brown WL. 2000. Diversity of Ants. Washington: Smithsonian Institution Press.

Brühl CA, Eltz T. 2010. Fuelling the biodiversity crisis: spesies loss of ground-dwelling forest ants in oil palm plantations in Sabah, Malaysia (Borneo). Biodivers Conserv 19:519-529.

Clark J. 1951. The Formicidae of Australia. Australia: Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization. Dafni A. 1992. Pollination Ecology: A

Pratical Approach. Oxford: Univ Pr. Fajarwati MR, Atmowidi T, Dorly. 2009.

Keanekaragaman serangga pada bunga tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) di lahan pertanian organik. J Entomol Indones 6:77-85.

Fayle et al. 2010. Oil palm expansion into rain forest greatly reduces ant biodiversity in canopy, epiphytes and leaf-litter. Bas Appl Ecol 11: 337-345.

Harlan I. 2006. Aktivitas pencarian makan dan pemindahan larva semut rangrang Oecophylla smaragdina (Formicidae: Hymenoptera) [skripsi]. Bogor: Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Holldobler B, Wilson E. 1990. The Ants. Cambridge Massachusetts: The Belknap Pr of Harvard Univ Pr.

Kramadibrata I. 1995. Entomologi Hewan. Bandung: ITB.

Krebs, J.C. 1978. Ecology The Experimental Analisis Of Distribution AndAbundance. New York: Harper and Row.

Krebs. 1999. Pollinator as bioindicators of the state the environment: species, activity and diversity. Agric Ecosyt Environ 74:373-393.

Kusumawardhani G. 2011. Keragaman serangga pengunjung bunga jantan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) [skripsi]. Bogor: Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Lordon CD, Orivel J, Dejean A. 2001. Consuming large prey on the spot: the case of the arboreal foraging ponerinae ant Platyhyrea modesta (Hymenoptera, Formicidae). Insect Soc 48:234-326. Magurran AE. 1987. Ecological Diversity and

Its Measurement. New Jersey: Princeton Univ Pr.

Mclntyre NE, Hostetler ME. 2001. Effect of urban land use on pollinator (Hymenoptera: Apoidea) communities in a desert metropolis. Bas Appl Ecol 2:209-218.

Mele PV. 2004. Semut Sahabat Petani;Meningkatkan Hasil Buah-Buahan. Jakarta: World Agroforestry Centre.

Morley DW. 1953. The Ant World. London: Riverside Books Pty Ltd.

Newman H, Dalton S. 1967. Ants from Close Up. New York: USA L.C card.

Noor MF. Diversitas semut (Hymenoptera, formicidae) di beberapa vertikal ketinggian dikawasan cagar alam telaga warna Jawa Barat [tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Odum E. 1993. Dasar-Dasar Ekologi.

Yogyakarta: UGM Press.

(17)

guineensis in Borneo and Peninsular Malaysia. Ecography 31:21-32.

Rizali A. 2006. Keanekaragaman semut di Kepulauan Seribu, Indonesia [tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Riyanto. 2007. Kepadatan, pola distiribusi dan peranan semut pada tanaman di sekitar lingkungan tempat tinggal. J Penelitian Sains 10: 241-253.

Sidjabat. 1993. Pengantar Oceanografi. Malang: Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya.

Thurin N, Aron S. 2007. Seasonal nestmate recognition in the polydomous ant Plagiolepis pygmaea. Anim Behav 75:1023-1030.

Triplehorn CA, Johnson NF. 2005. Borror and Delong’s Introduction to the Study of Insects. 7th ed. Pasific Grove: Thomson Brook/Cole.

(18)
(19)

Lampiran 1 Kunci determinasi famili Formicidae

1. Pinggang terdiri dari 1 segmen ... 2 Pinggang terdiri dari 2 segmen ... 3

2. Memiliki sengat ... Ponerinae Tidak memiliki sengat ... Formicinae 3. Memiliki mata ... Myrmicinae

Tidak memiki mata ... Leptanillinae Lampiran 2 kunci determinasi subfamili Formicinae

1. Antena terdiri dari 9-11 segmen ... Plagiolepis Antena terdiri dari 12 segmen ... 2

2. Mandibula terdiri 5-7 gigi ... 3

Mandibula terdiri 10 gigi atau lebih ... Oecophylla 3. Terdapat lubang kelenjar metapleural ... Camponotus

Tidak terdapat lubang kelenjar metapleural ... Polyrhachis Lampiran 3 kunci determinasi subfamili Ponerinae

1. Metatibia terdiri dari 1 spur ... 2

Metatibia terdiri dari 2 spur ... Platyhyrea 2. Bagian basal dari mandibula terdapat lubang dorsolaterally... Pachycondyla

(20)

KOMUNITAS SEMUT PADA BUNGA JANTAN KELAPA

SAWIT DI KEBUN CIMULANG DI PTPN VIII

BOGOR, JAWA BARAT

NURUL FITRIA

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(21)

ABSTRAK

NURUL FITRIA. Komunitas Semut pada Bunga Jantan kelapa Sawit di Kebun Cimulang PTPN VIII Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh TRI ATMOWIDI dan TARUNI SRI PRAWASTI.

Semut merupakan serangga eusosial yang sukses di bumi karena memiliki adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan. Penelitian ini bertujuan mempelajari komunitas semut pada bunga jantan kelapa sawit. Pengamatan semut dilakukan dengan fix sample method selama 10 menit dalam 3 periode waktu, yaitu pagi (08.00-10.00), siang (10.00-12.00), dan sore (13.00-15.00). Pengamatan semut dilakukan selama 4 hari setiap bulannya, yaitu April, Mei, Juni 2012. Selama pengamatan komunitas semut, dilakukan pengambilan sampel semut untuk keperluan identifikasi. Pengukuran unsur cuaca meliputi suhu udara, kelembapan nisbi, dan intensitas cahaya dilakukan selama pengamatan semut. Sembilan genus semut didapatkan dalam penelitian ini, yaitu Leptanilla (subfamili Leptanillinae), Oecophylla, Polyrhachis, Plagiolepis, Camponotus (subfamili Formicinae), Odontoponera, Platyhyrea, Pachycondyla (subfamili Ponerinae), dan Myrmica (subfamili Myrmicinae). Leptanilla ditemukan dominan pada bunga jantan kelapa sawit. Komunitas semut pada bunga jantan kelapa sawit yang diamati memiliki keragaman yang rendah

(H’=0,99) dengan kemerataan sedang (E=0,45).

Kata kunci : Komunitas semut, bunga jantan, kelapa sawit, keragaman

ABSTRACT

NURUL FITRIA. Ant Community on Male Flowers of Oil Palm in Cimulang Plantation Bogor, West Java. Supervised by TRI ATMOWIDI and TARUNI SRI PRAWASTI.

Ants are the most successful eusocial insect in the world, since highly adapted to the environment. The objective of this research was to study ants community on male flower of oil palm. Observation of ants were done by using fix sample method during 10 minutes in 3 time periods, which is in the morning (08. 00 - 10.00 am), noon (10. 00 - 12. 00 am), and evening (13. 00 - 15. 00 pm). The observations of ants were conducted during four days in each month, i.e. April, May, June 2012. During observation we collected ant samples to identification process. Weather elements, i.e. air temperature, humidity, and light intensity were measured. Results showed that ant community on male flower of oil palm consist of nine genera belong to four subfamilies, i.e. Leptanilla (subfamily Leptanillinae), Oecophylla, Polyrhachis, Plagiolepis, Camponotus (subfamily Formicinae), Odontoponera, Platyhyrea, Pachycondyla (subfamily Ponerinae), and Myrmica (subfamily Myrmicinae). Leptanilla was a dominant ant species on male flower of oils palm. Diversity of ant community on male flower of oils palm was lower (H ’=0,99) and medium evennes (E=0,45).

(22)

KOMUNITAS SEMUT PADA BUNGA JANTAN KELAPA

SAWIT DI KEBUN CIMULANG PTPN VIII

BOGOR, JAWA BARAT

NURUL FITRIA

skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(23)

Judul Skripsi : Komunitas Semut Pada Bunga Jantan Kelapa Sawit di Kebun

Cimulang PTPN VIII Bogor, Jawa Barat.

Nama

: Nurul Fitria

NIM

: G34080066

Disetujui,

Dr. Ir. Tri Atmowidi, M.Si

Dra. Taruni Sri Prawasti, M.Si

Pembimbing I

Pembimbing II

Diketahui,

Dr. Ir.Ence Darmo Jaya Supena, M.Si

Ketua Departemen Biologi

(24)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya, sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Penelitian dengan judul “Komunitas Semut pada Bunga Jantan Kelapa Sawit di Kebun Cimulang PTPN VIII Bogor, Jawa Barat” ini dilaksanakan mulai April 2012 sampai Juli 2012. Penelitian ini atas izin dari perkebunan kelapa sawit perseroan terbatas perkebunan nusantara (PTPN) VIII.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Tri Atmowidi, M.Si dan Dra. Taruni Sri Prawasti, M.Si atas bimbingan dan arahan yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Muhadiono, M.sc selaku dosan penguji wakil komisi pendidikan yang telah bersedia menguji dan memberikan saran saat ujian dan penulisan karya ilmiah. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Agus, Bapak Uwis, serta seluruh pegawai PTPN VIII, AFD II Toge, kebun Cimulang Bogor atas bantuannya selama pengamatan di lapang, Ibu Wara atas bantuannya selama verifikasi sampel, Ibu Tini, Ibu Ani atas bantuan dan saran selama penulis melakukan penelitian di laboratorium, Ayang Eka Y dan Dini Anggraini F atas bantuan selama penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga yang selalu memberi doa dan dukungan dan teman-teman Departemen Biologi khususnya angkatan 45, teman-teman KCB, wisma firas, dan wisma bintang yang telah memberi doa, bantuan dan semangat.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2012

(25)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di DKI Jakarta pada tanggal 6 Mei 1990 dari pasangan H. Nadjib Badjeber dan Trisnawati. Penulis merupakan anak pertama dari satu bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah di SDN Kramat 08 pagi pada tahun 2002, SMPN 216 Jakarta pada tahun 2005, dan SMAN 27 Jakarta pada tahun 2008. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan tinggi pada Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB.

(26)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 1

BAHAN DAN METODE

... 1

Waktu dan Tempat ... 1

Alat dan Bahan ... 1

Metode ... 2

HASIL

... 2

KomunitasSemut Pada Bunga Jantan Kelapa Sawit ... 2

Hubungan Komunitas Semut dengan Unsur Cuaca ... 5

PEMBAHASAN ... 6

SIMPULAN ... 7

DAFTAR PUSTAKA ... 8

LAMPIRAN ... 10

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Jumlah individu semut dan indeks keragaman yang ditemukan pada bunga jantan kelapa sawit per periode waktu pada bulan April, Mei, dan Juni. ... 3

2. Kesamaan Semut pada bunga jantan kelapa sawit berdasarkan indeks similaritas Sorenson kuantitatif ... 3

3. Jumlah individu dan keragaman semut yang ditemukan pada bunga jantan kelapa sawit berdasarkan waktu pengamatan. ... 4

4. Data unsur cuaca di lokasi pengamatan pada bulan April, Mei, Juni 2012 ... 5

(27)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Semut yang ditemukan pada bunga jantan kelapa sawit: Leptanilla (a), Oecophylla (b), Odontoponera (c), Myrmica (d), Polyrhachis (e), Plagiolepis (f), Pachycondyla (g), Camponotus (h), Platyhyrea (i) ... 4 2. Scatter plot rata –rata individu semut dalam kaitannya dengan suhu udara (a), kelembapan

nisbi (b), dan intensitas cahaya (c) ... 5

DAFTAR LAMPIRAN

(28)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Semut merupakan serangga eusosial yang paling sukses diantara serangga lain (Borror et al. 1992). Semut memiliki adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan, sehingga dapat dijumpai di berbagai habitat (Holldobler & Wilson 1990) dan memiliki struktur sosial yang efektif (Ananthakrishnan 2009). Semut memiliki banyak spesies dan tersebar di seluruh dunia (Triplehorn & Johnson 2005). Semut termasuk ke dalam kingdom Animalia, kelas Insekta, ordo Hymenoptera, dan famili Formicidae. Tubuh semut terbagi menjadi kepala, mesosoma (toraks dan ruas abdomen pertama propodium), penduncule (ruas abdomen ke-2 dan atau ke-3 yang menyempit), dan gaster (Bolton 1994).

Semut dapat bertahan pada kondisi lingkungan yang beragam (Newman & Dalton 1967). Habitat semut sangat bervariasi, diantaranya arboreal, yaitu bersarang di dalam rongga-rongga tanaman, di dalam kayu, dan terestrial, yaitu bersarang di dalam tanah (Boror et al. 1992). Semut berperan penting dalam ekosistem terestrial, yaitu sebagai predator, scavenger, herbivor, dan detritivor. Semut juga memiliki peranan yang unik dalam interaksinya dengan organisme lain, seperti tumbuhan atau serangga lain (Holldobler & Wilson 1990).

Pfeiffer et al. (2008) melaporkan semut merupakan serangga dominan (53 spesies) di perkebunan kelapa sawit di Peninsular Malaysia dan Kalimantan. Spesies semut yang paling banyak ditemukan di kedua perkebunan tersebut ialah Anoplolepis gracilipes, Oecophylla smaragdina, dan Technomyrmex albipes. Di PTPN VIII AFD IV Bogor ditemukan 5 genus semut, yaitu Camponotus, Dolichoderus, Cerapachys, Crematogaster dan Heteroponera. Camponotus merupakan semut yang berperan sebagai predator dari Elaeidobius kamerunicus Faust sebagai serangga penyerbuk kelapa sawit (Kusumawardhani 2011).

Saat ini, perkebunan kelapa sawit berkembang sangat pesat dan meluas ke daerah tropik seperti di Indonesia dan Malaysia (Fayle et al. 2010). Kelapa sawit merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat. Selain minyak kelapa sawit yang dihasilkan oleh daging buah (mesocarp) yang dikenal dengan Crude Palm Oil (CPO), kelapa sawit juga menghasilkan minyak yang dihasilkan dari inti sawit. Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika.

Tanaman ini bersifat monoecious, yaitu bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon, tetapi tidak pada tandan yang sama. Bunga kelapa sawit merupakan bunga majemuk yang terdiri dari kumpulan spikelet dan tersusun dalam infloresen yang berbentuk spiral. Jumlah spikelet dalam satu infloresen bunga betina dapat mencapai 200 spikelet, sedangkan pada bunga jantan ditemukan lebih 700-1200 spikelet. Bunga jantan menyediakan serbuk sari dan nektar, sedangkan bunga betina hanya menyediakan nektar sebagai sumber pakan. Penelitian tentang komunitas semut pada bunga jantan kelapa sawit di perkebunan Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII, Afdeling (AFD) II Toge, Kebun Cimulang Bogor, Jawa Barat belum pernah dilaporkan.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan mempelajari komunitas semut pada bunga jantan kelapa sawit di perkebunan Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII, Afdeling (AFD) II Toge, Kebun Cimulang Bogor, Jawa Barat.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan dari bulan April 2012 sampai bulan Juli 2012. Penelitian ini dilakukan di perkebunan kelapa sawit Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII, Afdeling (AFD) II Toge, Kebun Cimulang Bogor. Identifikasi semut dilakukan di Laboratorium Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, Fakultas MIPA, IPB.

Alat dan Bahan

(29)

Metode

Pengamatan Komunitas Semut.

Pengamatan komunitas semut pada bunga jantan kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan fix sample method selama 10 menit (Dafni 1992) dalam 3 periode waktu, yaitu pagi (pukul 08.00-10.00), siang (pukul 10.00-12.00), dan sore hari (pukul 13.00-15.00). Pengamatan dilakukan selama 4 hari setiap bulannya, yaitu April, Mei, dan Juni 2012. Komunitas semut diamati pada bunga jantan kelapa sawit yang sedang antesis. Pengamatan komunitas semut pada hari yang sama dilakukan pada satu tandan bunga. Pengamatan pada hari berikutnya dilakukan pada bunga dari pohon berbeda. Selama pengamatan komunitas semut, dilakukan juga pengukuran unsur cuaca, yang meliputi suhu udara, kelembapan nisbi, dan intensitas cahaya. Selama pengamatan, dilakukan pengambilan sampel semut untuk keperluan identifikasi.

Identifikasi Spesies Semut. Identifikasi semut dilakukan di Laboratorium Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, Fakultas MIPA, IPB berdasarkan Bolton (1994). Verifikasi sampel dilakukan di Laboratorium Entomologi, LIPI, Cibinong, Jawa Barat.

Analisis Data. Data komunitas semut pengunjung bunga jantan kelapa sawit dihitung rata-rata individu dan persentasenya per periode waktu. Indeks keanekaragaman semut dihitung dengan indeks keragaman dan kemerataan Shannon (H’ dan E) (Krebs 1999). Kesamaan semut antar periode pengamatan (April, Mei, dan Juni) dihitung dengan indeks Sorenson kuantitatif (Magurran 1978). Rumus yang digunakan ialah :

H’= -Ʃ Pi ln Pi CN = Pi = ni/N

E’=H’/lnS

Keterangan :

H’ = indeks keragaman Shannon-Wiener Pi = proporsi genus ke-i terhadap total

individu seluruh genus

ni = jumlah individu dalam genus ke – i N = jumlah total individu seluruh genus CN = indeks Sorenson

jN = total individu terkecil yang ditemukan di ke-2 lokasi

aN = jumlah individu dilokasi A bN= jumlah individu dilokasi B E = indeks kemerataan

S = jumlah genus yang ditemukan

Hubungan antara rata-rata individu semut dengan faktor lingkungan, yaitu suhu, kelembapan, dan intensitas cahaya digambarkan dalam scatter plot, regresi linier, dan uji korelasi Pearson menggunakan program SPSS 16.0.

HASIL

Komunitas Semut Pada Bunga Jantan Kelapa Sawit.

Selama pengamatan, berhasil ditemukan 9 genus semut yaitu, Leptanilla (subfamili Leptanillinae), Oecophylla, Polyrhachis, Plagiolepis, Camponotus (subfamili Formicinae), Odontoponera, Pachycondyla, Platyhyrea (subfamili Ponerinae), dan Myrmica (subfamili Myrmicinae) (Gambar 1). Leptanilla memiliki ciri-ciri: panjang tubuh kurang dari 2,5 mm; mandibula berbentuk segitiga dengan 3-5 gigi. Genus dari subfamili Formicinae yang ditemukan pada pengamatan yaitu Oecophylla, Polyrhachis, Plagiolepis dan Camponotus. Oecophylla memiliki ciri-ciri: antena terdiri dari 12 segmen; mandibula terdiri dari 10 gigi; tungkai belakang terdapat lubang tetapi tidak terbuka. Polyrhachis mempunyai ciri-ciri: antena terdiri 12 segmen; ujung segmen dari antena tidak membentuk club; mandibula biasanya terdiri dari 5-7 gigi; tidak terdapat lubang kelenjar metapleura; terdapat duri atau gigi pada petiol; segmen pertama dari gaster sangat panjang, yaitu kurang lebih setengah dari total panjang gaster jika dilihat dari bagian dorsal. Plagiolepis memiliki ciri-ciri: antena terdiri 9-11; scape pada antena melebihi batas belakang kepala; propedium tanpa gigi atau duri; permukaan atas dari petiol membulat dan tidak memiliki gigi atau duri. Camponotus memiliki ciri-ciri: antena terdiri 12 segmen; mandibula terdapat lebih dari 5-7 gigi; lubang kelenjar metapleural terlihat dari sisi metepleuron di atas koksa kaki belakang dan di bawah spirakel propodeum; petiol tanpa duri atau gigi; segmen pertama dari gaster pendek, yaitu kurang dari total panjang gaster.

(30)

dibelakang garis clypeus. Genus dari subfamili Ponerinae lain yang ditemukan adalah Pachycondyla. Genus ini mempunyai ciri-ciri: bagian basal dari mandibula berbentuk segitiga; bagian basal dari mandibula terdapat lubang tepi dorsal; permukaan di tengah tibia dan basitarsus tanpa seta; pada metatibia terdapat hanya 1 spur. Genus berikutnya yang ditemukan ialah Platyhyrea. Genus ini memiliki mata, mandibula berbentuk segitiga, pronotum dan mesonotum terlihat jelas dibatasi oleh sutura, dan metatibia terdapat 2 spur.

Subfamili Myrmicinae memiliki ciri-ciri: memiliki mata; tidak terdapat lubang frontal; tidak terdapat sutura promesonotum; tibia pada tungkai belakang tanpa spur. Genus yang teramati ialah Myrmica yang memiliki ciri-ciri: antena terdiri dari 12 segmen; spur pada posterior tibia selalu pectinate.

Jumlah individu semut tertinggi yang ditemukan berkunjung pada bunga jantan kelapa sawit terjadi pada bulan Mei (1.461 individu), diikuti bulan April (986 individu), dan Juni (434 individu). Keragaman dan kemerataan semut pengunjung paling tinggi terjadi pada bulan April ( H’= 1,47 , E = 0,67), diikuti bulan Mei (H’= 0,80, E = 0,37), dan Juni (H’= 0,69, E = 0,31) (Tabel 1). Kesamaan spesies semut pengunjung pada bulan April-Mei (CN= 0,81) lebih tinggi dibandingkan dengan bulan April-Juni (CN= 0,61) dan Mei-Juni (CN= 0,46) (Tabel 2). Berdasarkan waktu pengamatan, keragaman dan kemerataan semut paling tinggi terjadi

pada pagi hari (H’= 1,63, E=0,74), diikuti

pada siang hari (H’=1,35, E=0,61), dan sore

[image:30.595.115.513.356.591.2]

hari (H’=1,26, E=0,57) (Tabel 2).

Tabel 1 Jumlah individu semut dan indeks keragaman yang ditemukan pada bunga jantan kelapa sawit per periode waktu pada bulan April, Mei, dan Juni

Subfamili Jumlah individu

Genus April Mei Juni Total Persentase (%)

Leptanillinae

Leptanilla 17,42 96,92 28,67 143,01 59,57%

Formicinae

Oecophylla 7,83 0,08 0 7,91 3,30%

Polyrhachis 3,17 4,33 0 7,50 3,12%

Plagiolepis Camponotus Ponerinae Odontoponera Pachycondyla Platyhyrea Myrmicinae Myrmica 32,75 0 1,42 0 0 19,92 3,83 0,66 0,66 0 11,42 0 0,33 3,50 0 3,67 0 0 36,92 4,16 2,08 3,67 11,42 19,92 15,37% 1,73% 0,86% 1,53% 4,76% 8,30% Jumlah individu 82,17 121,74 36,17 240,09 100%

Jumlah spesies 6 7 4 9 -

H’ 1,47 0,80 0,69 0,99 -

E 0,67 0,37 0,31 0,45 -

Tabel 2 Kesamaan semut pada bunga jantan kelapa sawit berdasarkan indeks similaritas Sorenson kuantitatif

April Mei Juni

April 1

Mei 0,81 1

(31)
[image:31.595.105.520.104.707.2]

Tabel 3 Jumlah individu dan keragaman semut yang ditemukan pada bunga jantan kelapa sawit berdasarkan waktu pengamatan

Subfamili Genus

Jumlah individu Pagi

(08.00-10.00)

Siang (10.00-12.00)

Sore

(13.00-15.00) Total Leptanillinae

Leptanilla 288 686 742 1716

Formicinae

Oecophylla 23 41 31 95

Polyrachis 32 37 21 90

Plagiolepis 89 125 229 443

Camponotus 25 13 12 50

Ponerinae

Odontoponera 1 29 37 67

Pachycondyla 18 15 11 44

Plathyrea 54 58 25 137

Myrmicinae

Myrmica 68 95 76 239

Jumlah individu 598 1099 996 2881

H’ 1,63 1,35 1,26 1,06

E 0,74 0,61 0,57 0,48

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

[image:31.595.102.518.111.677.2]

(g) (h) (i)

Gambar 1 Semut yang ditemukan pada bunga jantan kelapa sawit Leptanilla (a), Oecophylla (b), Odontoponera (c), Myrmica (d), Polyrhachis (e), Plagiolepis (f), Pachycondyla (g), Camponotus (h), dan Platyhyrea (i).

1 mm 1mm 1mm

1mm 1mm 1mm

(32)

Hubungan Komunitas Semut dengan Unsur Cuaca

Berdasarkan hasil pengukuran, suhu udara dilokasi penelitian berkisar 27-34 oC, kelembapan udara berkisar 56%-87%, dan intensitas cahaya berkisar 653-19060 lux (Tabel 3). Rata-rata individu semut paling banyak ditemukan pada kisaran suhu 28-32 oC, kelembapan nisbi 60-90%, kisaran intensitas

cahaya 818-5000 lux (Gambar 2). Berdasarkan hasil korelasi Pearson, suhu lingkungan, intensitas cahaya, dan kelembapan tidak berkorelasi dengan jumlah rata-rata semut yang mengunjungi bunga jantan kelapa sawit (r = 0,157, p = 0,188; r = 0,0706, p = 0,56; r= -0,181, p=0,127). (Tabel 4).

Tabel 4 Data unsur cuaca di lokasi pengamatan pada bulan April, Mei, Juni 2012

Unsur Cuaca Bulan

April Mei Juni Suhu Udara (⁰C) 30,04 (27-33) 30,12 (27-33) 30,96 (28-34) Kelembapan Nisbi (%) 73,08 (61-87) 74,00 (61-88) 69,38 (56-83) Intensitas Cahaya (Lux) 5390,21(818-18570) 2874,83(652-10580) 5193,38(903-19060) Keterangan : Nilai di dalam tabel merupakan nilai rata-rata setiap unsur cuaca dan angka di dalam kurung merupakan nilai minimum dan maksimum

[image:32.595.93.526.261.764.2]

(a)

Gambar 2 Scatter plot rata –rata individu semut dalam kaitannya dengan suhu udara (a), kelembapan nisbi (b), dan intensitas cahaya (c).

Suhu Udara Kelembapan Nisbi

Intensitas Cahaya

R

at

a-rata

In

d

iv

id

u

R

ata

-r

ata

In

d

iv

id

u

(a)

(b)

(c)

R

ata

-r

ata

In

d

iv

id

(33)
[image:33.595.127.510.103.154.2]

Tabel 5 Korelasi Pearson antara rata-rata individu semut dengan unsur cuaca

Unsur cuaca Korelasi Pearson (r) Signifikasi (p)

Suhu 0,157 0,188

Kelembapan Nisbi Intensitas Cahaya -0,181 0,0706 0,127 0,526

PEMBAHASAN

Identifikasi dan determinasi semut berdasarkan Bolton (1990) ditemukan 9 genus yang termasuk dalam 4 subfamili, yaitu Leptanilla (subfamili Leptanillinae), Oecophylla, Polyrhachis, Plagiolepis, Camponotus (subfamili Formicinae), Odontoponera, Platyhyrea, Pachycondyla (subfamili Ponerinae), Myrmica (subfamili Myrmicinae).

Subfamili Leptanillinae dapat ditemukan di wilayah Indo-Australian, Palaeartic, dan Oriental (Bolton 1994). Subfamili ini dikenal sebagai semut yang memiliki prajurit berukuran kecil. Leptanillinae memiliki sengat yang berfungsi dan berkembang dengan baik (Bolton 1994). Genus dari subfamili Leptanillinae yang ditemukan dalam penelitian ini adalah Leptanilla. Leptanilla ialah genus yang dominan ditemukan selama pengamatan. Genus ini paling banyak ditemukan pada sore hari. Semut ini juga ditemukan di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat dengan jumlah pekerja mencapai 300 individu (Billen et al. 1998). Genus ini memiliki kelenjar eksokrin di kepala dengan ukuran terbesar diantara genus semut yang lain. Kelenjar ini berfungsi sebagai sarana komunikasi kimiawi antar koloni (Billen et al. 1998).

Subfamili Formicinae adalah subfamili kedua terbesar dan tersebar di dunia (Boror et al. 1992). Genus dari subfamili Formicinae yang ditemukan dalam pengamatan ini ialah Oechophylla, Polyrhachis, Plagiolepis, dan Camponotus. Di PTPN VIII kebun Cimulang, Plagiolepis paling banyak ditemukan dibandingkan keempat genus lain. Plagiolepis termasuk genus polygynous (banyak ratu dalam 1 koloni) yang menyebabkan genus ini mempunyai banyak sarang (Thurin & Aron 2007). Genus lain yang ditemukan ialah Oecophylla. Oecophylla dilaporkan dapat melindungi tanaman kelapa dan cokelat dari serangan kepik, mengendalikan sebagian besar hama pada tanaman jeruk dan mete, dan dapat menahan serangan tikus (Mele 2004). Pfeiffer et al. (2008) melaporkan bahwa O. Smaragdina termasuk spesies yang dominan

di perkebunan kelapa sawit di Penisular, Malaysia. Hasil pengamatan menunjukkan aktivitas Oecophylla terjadi sepanjang hari. Hal ini sesuai dengan Harlan (2006) yang melaporkan bahwa aktivitas O. smaragdina terjadi sepanjang hari, tetapi aktivitas diurnal lebih dominan dibandingkan nokturnal. O. smaragdina mulai mencari makan saat suhu udara 23-30 oC (Harlan 2006). Genus lain yang ditemukan adalah Polyrhachis. Genus ini dikenal sebagai genus Indo-Autralia, karena penyebarannya yang umum diwilayah tersebut (Morley 1953). Noor (2008) melaporkan bahwa Polyrhachis merupakan genus yang umum di cagar alam Telaga Warna, Jawa Barat dan di perkebunan teh. Polyrhachis umumnya memakan nektar dan serangga lain (Morley 1953). Genus ini juga dikenal sebagai pemangsa ulat bulu pada tanaman jeruk (Morley 1953). Genus lain yang ditemukan dari subfamili Fomicinae ialah Camponotus. Dalam penelitian ini berhasil diamati 25 individu Camponotus pada pagi hari. Hasil ini berbeda dengan hasil yang didapatkan oleh Kusumawardhani (2011), yaitu 66 individu di kebun Cikasungka pada pagi hari. Habitat Camponotus terdapat pada vegetasi dan tanah atau serasah (Rizali 2006). Selain mencari makan berupa nektar pada berbagai tanaman, Camponotus juga memangsa beberapa Homoptera pada bunga pada tanaman anggrek (Ananthakrishnan 2009). Menurut Kusumawardhani (2011) Camponotus berperan sebagai predator dari E. kamerunicus yang merupakan penyerbuk kelapa sawit.

(34)

& Eltz 2010). Berdasarkan hasil pengamatan, Odontoponera merupakan genus dengan jumlah individu paling sedikit yang ditemukan pada bunga jantan kelapa sawit dibandingkan dengan genus yang lain. Hal ini diduga karena habitat Odontoponera umumnya terestrial.

Genus lain yang ditemukan adalah Pachycondyla. Pachycondyla merupakan salah satu genus yang ditemukan di perkebunan kelapa sawit di Sabah, Malaysia (Brühl & Eltz 2010). Pachycondyla juga ditemukan di kepulauan Seribu, Indonesia yaitu di pulau Rambut, pulau Bira, dan pulau Nyamplung. Genus ini ditemukan di dua habitat yaitu didalam tanah atau serasah dan diatas permukaan tanah (Rizali 2006). Platyhyrea adalah genus yang ditemukan dari subfamili Ponerinae. Genus ini umumnya bersarang di dahan kering dan di bawah bebebatuan (Villet 1991). Platyhyrea umumnya dikenal sebagai pemangsa serangga lain dan habitatnya di arboreal (Lordon et al. 2001).

Myrmicinae merupakan subfamili terbesar diantara subfamili semut. Anggota dari subfamili ini memiliki variasi dalam kebiasaan makan. Kebanyakan genus dari subfamili Myrmicinae memakan biji-bijian dan jamur. Myrmicinae berperan sebagai hama-hama penting di dunia, diantaranya adalah genus Solenopsis dan Srichteri (Boror et al. 1992). Subfamili ini umumnya memiliki kasta pekerja monomorfik (Clark 1951). Genus yang teramati dalam penelitian ini adalah Myrmica. Myrmica biasanya memangsa arthopoda kecil dan memanfaatkan larutan gula (Biseau & Pasteels 2000).

Keragaman dan kemerataan semut pada bunga jantan kelapa sawit tertinggi pada bulan April, diikuti bulan Mei, dan bulan Juni. Secara umum, keragaman semut tergolong rendah dengan kemerataan sedang. Keragaman semut yang rendah kemungkinan berkaitan dengan kondisi lingkungan di perkebunan kelapa sawit umumnya panas dan kering (Brühl & Eltz 2010) dan adanya ganguan manusia disekitar perkebunan kelapa sawit. Mclntyre dan Hostetler (2001) melaporkan bahwa ganguan manusia dapat mempengaruhi keragaman serangga, seperti lebah.

Kesamaan spesies semut pengunjung pada bulan April-Mei lebih tinggi dibandingkan dengan bulan April-Juni dan Mei-Juni. Hal ini menunjukkan bahwa spesies yang ditemukan pada bulan April dan Mei memiliki tingkat kesamaan sebesar 81%. Hal

ini diduga karena letak pengamatan lokasi pada bulan April dan Mei yang berdekatan.

Keragaman semut pada bunga jantan kelapa sawit pada pagi hari lebih tinggi dibandingkan dengan pada siang hari dan sore hari. Keragaman serangga yang tinggi di pagi hari juga dilaporkan oleh Atmowidi et al. (2007) pada tanaman caisin (Brassica rapa) dan Fajarwati et al. (2009) pada bunga tomat (Lycopersicon esculentum Mill). Harlan (2006) juga melaporkan aktivitas O. smaragdina tertinggi terjadi pada pagi hari dan sore hari.

Keragaman spesies antara lain dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, yaitu suhu, kelembapan nisbi, dan intensitas cahaya (Krebs 1978). Suhu merupakan salah satu parameter yang sering diukur karena kegunaannya dalam mempelajari proses-proses fisika, kimia dan biologi (Sidjabat 1983). Suhu merupakan faktor pembatas ukuran populasi. Perubahan suhu terjadi seiring dengan perubahan intensitas penyinaran matahari. Secara tidak langsung, perubahan suhu di alam mempercepat kehilangan lalu lintas air yang dapat menyebabkan organisme mati (Odum 1993). Menurut Riyanto (2007), suhu optimal dan toleran bagi aktivitas semut di daerah tropis ialah berkisar 25-30 oC. Suhu udara di lokasi pengamatan masih dalam kisaran suhu toleran tersebut.

Kelembapan adalah bagian yang penting dari kondisi cuaca dan ikim (Kramadibrata 1995). Menurut Odum (1993) pertumbuhan suatu organisme dipengaruhi oleh keadaan kelembapan. Kelembapan memberikan efek lebih kritis terhadap organisme pada suhu yang ekstrim tinggi atau rendah. Unsur cuaca yang berpengaruh lainnya adalah intensitas cahaya. Aktivitas serangga untuk mendapatkan makanan dan menentukan tempat hidup dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Pengaruh intensitas cahaya terhadap spesies serangga dalam melakukan aktivitasnya berbeda. Statistik menunjukkan unsur cuaca, seperti suhu udara, kelembapan nisbi dan intensitas cahaya tidak berpengaruh secara signifikan terhadap komunitas semut. Faktor lain, seperti hari antesis bunga jantan kemungkinan menentukan komunitas semutnya.

SIMPULAN

(35)

Platyhyrea, dan Myrmica. Semut yang paling dominan di perkebunan tersebut ialah Leptanilla. Keragaman semut pada bunga jantan kelapa sawit tergolong rendah dengan kemerataan sedang. Keragaman semut tertinggi terjadi ditemukan di pagi hari.

DAFTAR PUSTAKA

Ananthakrishnan TN. 2009. Ecodynamics of Insect Communities. India:Scientific Publishers.

Atmowidi T, Buchori D, Manuworoto S, Suryobroto B, Hidayat P. 2007. Diversity of insect pollinators and seed set of mustard (Brassica rapa: Brassicaceae). Hayati 14:155-161. Billen J, Ito F, Maile R, Morgan ED. 1998.

The mandibular gland, probably the source of the alarm substance in Leptanilla sp. (Hymenoptera, Formicidae) Naturwissenschafte 85:596-597.

Biseau JC, Pasteels JM. 2000. Response thresholds to recuitment signals and the regulation of foraging intensity in the ant Myrmica sabuleti (Hymenoptera, Formicidae). Behav proc 48:137-148. Bolton B. 1994. The Identification Guide to

the Ant Genera of The World. Massachusetts: Harvard Univ.Pr. Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson NF. 1992.

Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi Keenam. Terjemah oleh Soetiyono Partosoedjono.Yogyakarta: GadjahMada University Pr.

Brown WL. 2000. Diversity of Ants. Washington: Smithsonian Institution Press.

Brühl CA, Eltz T. 2010. Fuelling the biodiversity crisis: spesies loss of ground-dwelling forest ants in oil palm plantations in Sabah, Malaysia (Borneo). Biodivers Conserv 19:519-529.

Clark J. 1951. The Formicidae of Australia. Australia: Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization. Dafni A. 1992. Pollination Ecology: A

Pratical Approach. Oxford: Univ Pr. Fajarwati MR, Atmowidi T, Dorly. 2009.

Keanekaragaman serangga pada bunga tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) di lahan pertanian organik. J Entomol Indones 6:77-85.

Fayle et al. 2010. Oil palm expansion into rain forest greatly reduces ant biodiversity in canopy, epiphytes and leaf-litter. Bas Appl Ecol 11: 337-345.

Harlan I. 2006. Aktivitas pencarian makan dan pemindahan larva semut rangrang Oecophylla smaragdina (Formicidae: Hymenoptera) [skripsi]. Bogor: Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Holldobler B, Wilson E. 1990. The Ants. Cambridge Massachusetts: The Belknap Pr of Harvard Univ Pr.

Kramadibrata I. 1995. Entomologi Hewan. Bandung: ITB.

Krebs, J.C. 1978. Ecology The Experimental Analisis Of Distribution AndAbundance. New York: Harper and Row.

Krebs. 1999. Pollinator as bioindicators of the state the environment: species, activity and diversity. Agric Ecosyt Environ 74:373-393.

Kusumawardhani G. 2011. Keragaman serangga pengunjung bunga jantan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) [skripsi]. Bogor: Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Lordon CD, Orivel J, Dejean A. 2001. Consuming large prey on the spot: the case of the arboreal foraging ponerinae ant Platyhyrea modesta (Hymenoptera, Formicidae). Insect Soc 48:234-326. Magurran AE. 1987. Ecological Diversity and

Its Measurement. New Jersey: Princeton Univ Pr.

Mclntyre NE, Hostetler ME. 2001. Effect of urban land use on pollinator (Hymenoptera: Apoidea) communities in a desert metropolis. Bas Appl Ecol 2:209-218.

Mele PV. 2004. Semut Sahabat Petani;Meningkatkan Hasil Buah-Buahan. Jakarta: World Agroforestry Centre.

Morley DW. 1953. The Ant World. London: Riverside Books Pty Ltd.

Newman H, Dalton S. 1967. Ants from Close Up. New York: USA L.C card.

Noor MF. Diversitas semut (Hymenoptera, formicidae) di beberapa vertikal ketinggian dikawasan cagar alam telaga warna Jawa Barat [tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Odum E. 1993. Dasar-Dasar Ekologi.

Yogyakarta: UGM Press.

(36)

guineensis in Borneo and Peninsular Malaysia. Ecography 31:21-32.

Rizali A. 2006. Keanekaragaman semut di Kepulauan Seribu, Indonesia [tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Riyanto. 2007. Kepadatan, pola distiribusi dan peranan semut pada tanaman di sekitar lingkungan tempat tinggal. J Penelitian Sains 10: 241-253.

Sidjabat. 1993. Pengantar Oceanografi.

Gambar

Tabel 1 Jumlah individu semut dan indeks keragaman yang ditemukan pada bunga jantan kelapa sawit per periode waktu pada bulan April, Mei, dan Juni
Tabel 3 Jumlah  individu dan keragaman semut  yang ditemukan pada bunga jantan kelapa sawit berdasarkan waktu pengamatan
Gambar 2 Scatter plot rata –rata individu  semut dalam kaitannya dengan suhu udara (a),
Tabel 5 Korelasi Pearson antara rata-rata individu semut dengan unsur cuaca
+5

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun kompensasi finansial bukan merupakan satu-satunya faktor yang mempengaruhi kinerja akan tetapi diakui bahwa sebagai salah satu faktor penentu yang

Sedangkan dal am pel aksanaannya mul ai dar i pengumpul an dat a, pengol ahan dat a, anal i si s hasi l / masal ah sampai dengan penyusunan l apor an ber pedoman pada

As Asuh uhan an un untu tuk s k se eti tiap ap pa pasi sie en n  direncanakan  direncanakan oleh Dr penanggung jawab oleh Dr penanggung jawab pelayanan (DPJP), perawat dan pemberi

Diperoleh 14 kom- binasi padi hibrida yang menunjukkan keragaan yang lebih baik dan memiliki standar heterosis lebih tinggi dari varietas kontrol Ciherang dan

Pupuk organik yang diberikan pada percobaan ini memberikan pengaruh kuadratik terhadap bobot buah per petak, estimasi bobot buah per hektar dan hasil panen relatif,

maka pada siklus II ini peneliti telah giat memperbaiki perencanaan yang ada agar dalam pelaksanaannya di kelas nanti dapat berjalan lancar dan sesuai harapan. Yang

Molekul karbohidrat terdiri atas atom-atom karbon, hydrogen dan oksigen. Jumlahatom hydrogen dan oksigen merupakan perbandingan 2:1 seperti pada molekul air.

Dikarenakan hal tersebut, maka diperlukannya suatu penelitian yang dapat melihat tingat kesadaran dan pemahaman para pengguna teknologi khususnya kalangan Mahasiswa FTK UIN