• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kompetensi Profesional, Motivasi dan Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu, Riau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kompetensi Profesional, Motivasi dan Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu, Riau"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPETENSI PROFESIONAL, MOTIVASI DAN KINERJA

GURU SDN DI KECAMATAN KEPENUHAN

KABUPATEN ROKAN HULU, RIAU

MULTI SUKRAPI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kompetensi Profesional, Motivasi dan Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu, Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

RINGKASAN

MULTI SUKRAPI. Kompetensi Profesional, Motivasi dan Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu, Riau. Dibimbing oleh PUDJI MULJONO dan NINUK PURNANINGSIH.

Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha dewasa manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara dan perbuatan mendidik (Departemen Pendidikan Nasional 2008). Guru sebagai salah satu unsur dalam pendidikan lapangan harus berperan aktif dan menempatkan posisinya sebagai profesional sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang.

Sebagai salah satu upaya untuk menciptakan guru yang profesional, pemerintah telah membuat aturan persyaratan untuk menjadi seorang guru. UU No.14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, Pasal 8 menyatakan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Namun dalam kenyataannya masih sedikit guru yang memenuhi syarat. Selain meningkatkan kompetensi profesional guru, upaya untuk meningkatkan kinerja guru juga bisa melalui peningkatan motivasi kerja guru. Guru mengajar karena ada sesuatu yang memotivasi dia untuk bekerja.

Motivasi kerja ini menyebabkan guru akan bersemangat dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik karena kebutuhan mereka telah terpenuhi. Pemenuhan kebutuhan ini terkait dengan kepuasan kerja, di mana harapan guru terpenuhi oleh fakta yang diberikan organisasi.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis kinerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan, (2) menganalisis hubungan antara kompetensi profesional guru dengan kinerja guru, (2) menganalisis hubungan antara motivasi kerja guru dengan kinerja guru.

Penelitian ini menggunakan metode survei. Populasi dalam penelitian ini adalah setiap guru sekolah dasar negeri yang berada di Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu, dengan jumlah responden 71 orang. Hasil penelitian menunjukkan (1) Kinerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan sudah cukup baik, (2) terdapat hubungan positif yang signifikan antara kompetensi profesional dengan kinerja guru, (3) terdapat hubungan positif yang signifikan antara motivasi dengan kinerja guru.

(5)

SUMMARY

MULTI SUKRAPI. Professional Competence, Motivation and Performance State Primary School Teachers in sub district Kepenuhan Rokan Hulu, Riau. Supervised by PUDJI MULJONO and NINUK PURNANINGSIH.

Education is the process of changing attitudes and behavior of a person or group people in human mature effort through the efforts of teaching and training, processes, ways and deeds educate (Department of Education National 2008). The teacher is one element in the educational field should play an active role and put the his position as professional in accordance with the demands of increasingly a growing community.

As one of the efforts to create a professional teacher, the government has made a rule requirements to become a teacher. Law No.14 of 2005 on teachers and lecturers, Article 8 states that the teacher must have academic qualifications, competence, teaching certificate, physical and spiritual health, as well as having the ability to achieve national education goals. But in reality still a few teachers who are qualified. In addition to enhancing the professional competence of teachers, efforts to improve teacher's performance can also be through increased work motivation of teachers. teachers teach because there is something that motivates him to work.

The motivation of this work cause a teacher to be excited in performing their duties as educators because their needs have been met. The fulfillment of these needs related to job satisfaction, where between the teacher's expectations are met by the fact which given organization.

This study aims to (1) analyze the performance of public elementary school teachers in the District of kepenuhan, (2) analyzing the relationship between the professional competence of teachers with teacher performance, (3) analyzing the relationship between work motivation of teachers with teacher performance.

This research uses the survey method. The population of this study is any teacher who residing in the sub-districts Kepenuhan of Rokan Hulu districts. respondents are 71 people. Results showed (1) Performance of public elementary school teachers in the subDistrict kepenuhan already is good enough, (2) there is a significant positive relationship between the professional competence with of the teacher's performance, (3) there is a significant positive relationship between motivation with performance of teachers.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

KOMPETENSI PROFESIONAL, MOTIVASI DAN KINERJA

GURU SDN DI KECAMATAN KEPENUHAN

KABUPATEN ROKAN HULU, RIAU

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(8)

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Dwi Sadono, MSi

(9)

Judul Tesis : Kompetensi Profesional, Motivasi dan Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu, Riau Nama : Multi Sukrapi

NIM : I351110061

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Pudji Muljono, MSi Ketua

Dr Ir Ninuk Purnaningsih, MSi Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Prof Dr Ir Sumardjo, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(10)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah (tesis) yang berjudul: Kompetensi Profesional, Motivasi dan Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu, Riau. Tesis ini disusun berdasarkan hasil penelitian pada bulan November 2013 sampai Pebruari 2014.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Dr Ir Pudji Muljono, MSi dan Ibu Dr Ir Ninuk Purnaningsih, MSi selaku pembimbing.

2. Dekan Fakultas Ekologi Manusia, Ketua Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan (PPN) IPB, para staf pengajar serta staf sekretariat (Ibu Desi) Program Studi PPN IPB yang telah memberikan ilmu, dukungan dan fasilitas selama penulis mengikuti pendidikan.

3. Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Riau yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengikuti pendidikan S2 PPN IPB.

4. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Rokan Hulu, Kepala UPTD (Unit Pengelola Tehnik Dinas) Pendidikan Kecamatan Kepenuhan, Kepala Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan, serta guru-guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan, yang telah memberikan ijin dan fasilitasi dalam melaksanakan penelitian.

5. Rekan-rekan mahasiswa Pascasarjana Ilmu Penyuluhan Pembangunan atas dukungan dan diskusi-diskusi selama ini.

6. Istri (Ismar Liza) atas dukungan dan doa yang diberikan selama ini.

7. Ibu Rosmaniar orang tua tercinta, atas doa tulus yang tiada henti. Kakak dan adik atas dukungan hingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di IPB.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Zulkifli Nasution atas dorongan yang diberikan hingga penulis jadi lebih bersemangat untuk melanjutkan pendidikan S2 di IPB.

Demikian, semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2014

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 5

2 TINJAUAN PUSTAKA 6

Pengertian Kinerja 6

Pengertian Kinerja Guru 7

Faktor yang Mempengaruhi Kinerja 8

Penilaian Kinerja Guru 9

Manfaat Penilaian Kinerja Guru 10

Kompetensi Guru 11

Kompetensi Profesional Guru 12

Pengertian Motivasi Kerja 14

Teori Motivasi Kerja 15

Pandangan tentang Motivasi Kerja Guru 18

Tujuan Pemberian Motivasi 19

Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja 19

Kerangka Berpikir dan Hipotesis 20

3 METODE 23

Lokasi dan Waktu 23

Rancangan Penelitian 23

Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 23

Teknik Pengumpulan Data 25

Definisi Operasional 25

Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian 28

Analisis Data 29

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 31

Deskripsi Guru 31

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 31

Karakteristik Guru di Kecamatan Kepenuhan 32

Karakteristik Pendidikan Formal Guru 33

Karakteristik Pengalaman Mengajar Guru 34

Pemanfaatan Waktu untuk Kegiatan Pembelajaran 35

Deskripsi Hasil Penelitian 36

Kompetensi Profesional Guru 37

Menguasai Substansi Keilmuan 38

Menguasai Struktur dan Metode Keilmuan 39

Motivasi Kerja Guru 40

Dorongan (Motif) 40

Harapan (Ekspektasi) 41

(12)

Kinerja Guru 43

Perencanaan Pembelajaran 43

Pelaksanaan Pembelajaran 44

Evaluasi Pembelajaran 45

Kinerja Guru Secara Total 46

Hubungan antara Kompetensi Profesional dan Motivasi

dengan Kinerja Guru 47

Hubungan Penguasaan Substansi Keilmuan dengan Kinerja Guru 47 Hubungan Menguasai Struktur dan Metode Keilmuan

dengan Kinerja Guru 48

Hubungan Motif dengan Kinerja Guru 49

Hubungan Ekspektasi dengan Kinerja Guru 52

Hubungan Insentif dengan Kinerja Guru 52

Jenis Perbaikan Kompetensi Profesional serta Motivasi yang dibutuhkan

untuk Meningkatkan Kinerja Guru 54

5 SIMPULAN DAN SARAN 57

Simpulan 57

Saran 58

DAFTAR PUSTAKA 59

LAMPIRAN 62

(13)

DAFTAR TABEL

1 Operasionalisasi variabel penelitian 27

2 Kondisi jalan di Kecamatan Kepenuhan 32

3 Jumlah penduduk Kecamatan Kepenuhan 32

4 Karakteristik guru sekolah dasar negeri di Kecamatan Kepenuhan 33 5 Karakteristik guru berdasarkan pendidikan formal 34 6 Karakteristik guru berdasarkan pengalaman mengajar 35 7 Jadwal kegiatan belajar mengajar Sekolah Dasar Negeri 36

8 Deskripsi data umum variabel penelitian 37

9 Distribusi frekuensi variabel penguasaan substansi keilmuan 38 10 Distribusi frekuensi variabel menguasai struktur dan metode keilmuan 39

11 Distribusi variabel motif atau dorongan 40

12 Distribusi frekuensi variabel ekspektasi atau harapan 41 13 Distribusi frekuensi variabel insentif atau imbalan 42 14 Distribusi frekuensi variabel perencanaan pembelajaran 43 15 Distribusi frekuensi variabel pelaksanaan pembelajaran 44 16 Distribusi frekuensi variabel evaluasi pembelajaran 45 17 Distribusi frekuensi variabel kinerja guru secara total 46 18 Hubungan antara kompetensi profesional dan motivasi dengan kinerja

guru 46

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka operasional penelitian 22

2 Peta lokasi penelitian 67

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner 62

2 Kegiatan belajar mengajar Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan

(14)
(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan pendidikan merupakan suatu usaha untuk mewujudkan visi masyarakat atau bangsa mengenai masa depannya, dalam rangka mewujudkan sekelompok masyarakat yang adil dan makmur. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu proses pemberdayaan untuk mengungkapkan potensi yang ada pada manusia sebagai individu, yang dapat memberikan sumbangan kepada masyarakat lokal sampai kepada masyarakat global. Fungsi pendidikan bukan hanya menggali potensi pendidikan yang ada di dalam diri manusia yang dapat mengontrol potensi yang telah dikembangkannya agar dapat bermanfaat bagi peningkatan kualitas hidup manusia itu sendiri.

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara dan perbuatan mendidik (Departemen Pendidikan Nasional 2008). Melalui tujuan pendidikan nasional yang terdapat dalam undang-undang sistem pendidikan nasional, pemerintah berupaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia yang seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian yang mandiri, bertanggung jawab kepada masyarakat dan bangsa. Untuk mencapai tujuan tersebut, banyak hal yang saling berkaitan selain komponen-komponen yang memang terdapat dalam sistem pendidikan itu sendiri.

Guru merupakan salah satu unsur di dalam bidang kependidikan yang harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam hal ini guru tidak semata-mata sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan transfer nilai-nilai sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. Kelengkapan dari jumlah tenaga pengajar dan kualitas dari guru tersebut akan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar yang berujung pada peningkatan mutu pendidikan. Untuk itu guru dituntut profesional dalam menjalankan tugasnya.

Sebagai salah satu usaha untuk menciptakan guru yang profesional, pemerintah telah membuat aturan persyaratan untuk menjadi guru. Dalam pasal 8 Undang Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyebutkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 28 Ayat 3 menjelaskan bahwa kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, serta pendidikan usia dini meliputi:

(16)

2

3. Kompetensi profesional 4. Kompetensi sosial.

Keempat kompetensi guru yang telah disebutkan sebelumnya tentunya memengaruhi kinerja guru. Namun, ada satu kompetensi yang sangat mempengaruhi kinerja guru yaitu kompetensi profesional. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Permadi dan Arifin (2010) bahwa kompetensi profesional sangat penting, karena langsung berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan.

Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan (Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005). Kompetensi profesional yang dimaksud merupakan kemampuan guru dalam penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam, dalam hal ini termasuk penguasaan kemampuan akademik lainnya yang berperan sebagai pendukung profesionalisme guru.

Kemampuan akademik tersebut antara lain, memiliki kemampuan dalam menguasai ilmu, jenjang dan jenis pendidikan yang sesuai. Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu meng-update, dan menguasai materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri tentang materi diusahakan dengan jalan mencari informasi melalui berbagai sumber seperti membaca buku-buku terbaru, mengakses dari internet, selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan.

Selanjutnya Mulyasa (2009) menyatakan kompetensi profesional secara lebih khusus yaitu sebagai berikut.

1. Memahami Standar Nasional Pendidikan.

2. Mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. 3. Menguasai materi standar.

4. Mengelola program pembelajaran. 5. Mengelola kelas.

6. Menggunakan media dan sumber pembelajaran. 7. Menguasai landasan-landasan kependidikan.

8. Memahami dan melaksanakan pengembangan peserta didik. 9. Memahami dan menyelenggarakan administrasi sekolah. 10.Memahami penelitian dalam pembelajaran.

11.Menampilkan keteladanan dan kepemimpinan dalam pembelajaran. 12.Mengembangkan teori dan konsep dasar kependidikan.

13.Memahami dan melaksanakan konsep pembelajaran individual.

Arikunto (1998) menjelaskan bahwa kompetensi profesional berarti “Guru

harus memiliki pengetahuan yang luas serta dalam tentang bidang studi yang akan diajarkan, serta penguasaan metodologi dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoritik, mampu memilih metode yang tepat, serta mampu menggunakan dalam

proses belajar mengajar”. Oleh karena itu dalam penelitian ini yang dimaksud

(17)

3 Guru berada pada titik sentral dari setiap usaha reformasi pendidikan yang diarahkan pada perubahan-perubahan kualitas. Setiap usaha pendidikan seperti penggantian kurikulum, pengembangan metode mengajar, penyediaan sarana dan prasarana hanya akan berarti jika melibatkan guru. Selain itu guru diposisikan sebagai garda terdepan di dalam pelaksanaan proses belajar mengajar karena guru memegang posisi yang sangat strategis dalam upaya menciptakan lulusan yang kompeten dan berkualitas untuk memenuhi kebutuhan SDM yang profesional. Oleh karena itu, maka kualitas dan kuantitas guru perlu ditingkatkan dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan sekarang dan yang akan datang.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Bab IV pasal 20 (a) tentang guru dan dosen menyatakan bahwa standar prestasi kerja guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru berkewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Tugas pokok guru tersebut yang diwujudkan dalam kegiatan belajar mengajar merupakan bentuk kinerja guru.

Peningkatan kinerja guru akan berpengaruh pada peningkatan kualitas output SDM yang dihasilkan dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Kualitas pendidikan dan lulusan seringkali dipandang tergantung kepada peran guru dalam pengelolaan komponen-komponen pengajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang menjadi tanggung jawabnya. Untuk dapat mencapai hasil belajar yang optimal tentunya guru harus memiliki dan menampilkan kinerja yang maksimal selama proses belajar mengajar dengan menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Selain dengan meningkatkan kompetensi profesional guru, usaha untuk meningkatkan kinerja guru juga dapat melalui peningkatan motivasi kerja para guru. Guru mengajar karena ada sesuatu yang memotivasi dirinya untuk bekerja. Motivasi kerja ini yang menyebabkan seorang guru untuk bersemangat dalam menjalankan tugas sebagai pendidik karena telah terpenuhi kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan tersebut berkaitan dengan kepuasan kerja, dimana antara harapan guru terpenuhi oleh kenyataan yang diberikan organisasi.

Istilah motivasi berasal dari kata Latin “movere” yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mengarahkan daya dan potensi agar bekerja mencapai tujuan yang ditentukan (Hasibuan 2006). Motivasi kerja merupakan motivasi yang terjadi pada situasi dan lingkungan kerja yang terdapat pada suatu organisasi atau lembaga. Keberhasilan dan kegagalan pendidikan memang sering dikaitkan dengan motivasi kerja guru.

Fakta membuktikan, dari sekitar 2.8 juta guru dari berbagai jenjang pendidikan, banyak yang sebenarnya tidak layak jadi guru profesional. Ketidaklayakan ini antara lain karena tingkat pendidikan guru yang tidak memenuhi syarat dan belum memiliki syarat sertifikat pendidik (Permadi dan Arifin, 2010).

(18)

4

Guru yang profesional perlu memiliki kemampuan untuk menggali informasi kependidikan dan bidang studi dari berbagai sumber, termasuk dari sumber elektronik dan pertemuan ilmiah, serta melakukan kajian atau penelitian untuk menunjang pembelajaran yang mendidik. Jika mengacu pada empat kompetensi yang harus dikuasai guru menurut kebijakan pemerintah, maka salah satu kompetensi yang spesifik dan terkait langsung dengan tugas guru adalah kompetensi profesional.

Program sertifikasi guru bertujuan untuk meningkatkan kinerja guru dengan ditopang oleh tunjangan profesi yang diperoleh guru bersertifikasi. Dalam kenyataan peningkatan kinerja guru yang sudah lolos sertifikasi masih belum memuaskan. Motivasi kerja yang tinggi justru ditunjukkan oleh guru- guru yang belum mengikuti sertifikasi dengan harapan segera dapat disertifikasi. Fakta tersebut merupakan temuan sementara dari hasil survei yang dilakukan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) mengenai dampak sertifikasi profesi guru terhadap kinerja guru. Hasilnya sudah menunjukkan jika kinerja guru yang sudah disertifikasi belum meningkat secara signifikan.

Berdasarkan hasil dari pembicaraan yang pernah kami lakukan dengan beberapa orang guru dan kepala sekolah, menyimpulkan bahwa kinerja dari para guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan diduga masih belum optimal. Hal ini muncul karena ada indikasi-indikasi yang bisa menurunkan kinerja guru, diantaranya masih ada guru yang belum merasa membutuhkan dalam menyusun program semester maupun program tahunan, sebagian besar masih sekadar menyusun program untuk memenuhi kewajiban administrasi dan birokrasi serta tidak sedikit yang cenderung kurang mengerti fungsi dari program yang dibuat.

Apabila diperhatikan lebih jauh akan minimnya guru yang membuat persiapan pembelajaran, tentunya hal ini akan terkait juga dengan kelemahan guru dalam penguasaan peralatan IT, terutama dalam pemakaian laptop/komputer sebab dalam pembuatan persiapan pembelajaran minimal seorang guru harus bisa menggunakan Microsoft Word maupun Microsoft Excel. Selain itu masih minimnya guru yang dapat merealisasikan program tahunan maupun program semester pada kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan data pengawas untuk kelompok Sekolah Dasar pada UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kecamatan Kepenuhan juga baru sebagian guru yang menyusun program dan terealisasi pada kegiatan belajar mengajar, sedangkan sisanya masih sekadar menyusun program dan belum sepenuhnya merealisasikannya dalam kegiatan belajar mengajar. Kemudian ditemukan adanya kecenderungan copy paste program tahunan dari guru lain yang tentunya kondisi dan situasi belajar dari masing-masing peserta didik yang diampu guru tersebut berbeda, sehingga perlu penyesuaian dalam penyusunan program semester maupun tahunan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar.

(19)

5 untuk perluasan materi. Sehingga dirasa perlu untuk dilakukan penelitian ini guna untuk mengetahui bagaimana kinerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan dan sejauh mana hubungan antara kompetensi profesional dan motivasi kerja dengan kinerja guru di Kecamatan Kepenuhan serta perbaikan dalam hal apa saja yang sangat di perlukan untuk meningkatkan kinerja guru-guru tersebut.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kinerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan? 2. Bagaimana hubungan antara kompetensi profesional guru dengan kinerja

guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan?

3. Bagaimana hubungan antara motivasi kerja dengan kinerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan pemaparan rumusan di atas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis kinerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan 2. Menganalisis hubungan antara kompetensi profesional guru dengan kinerja

guru

3. Menganalisis hubungan antara motivasi kerja guru dengan kinerja guru.

Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi bagi pengembangan strategi peningkatan kinerja guru sejalan dengan semangat otonomi pendidikan dan manajemen berbasis sekolah yang menjadi landasan dalam pengelolaan pendidikan di tingkat satuan pendidikan.

2. Secara praktis diharapkan menjadi masukan yang sangat berarti bagi pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, dan pihak sekolah dalam merumuskan strategi peningkatan kompetensi dan motivasi kerja guru dalam rangka peningkatan kinerja guru untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan.

(20)

6

2

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Kinerja

Kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang atau kelompok orang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya serta kemampuan untuk mencapai tujuan dan standar yang telah ditetapkan (Sulistyorini 2001). Kinerja merupakan hasil dari fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu yang di dalamnya terdiri dari tiga aspek yaitu: kejelasan tugas atau pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya; kejelasan hasil yang diharapkan dari suatu pekerjaan atau fungsi; kejelasan waktu yang diperlukan untuk menyelesikan suatu pekerjaan agar hasil yang diharapkan dapat terwujud (Tempe 1992). Pendapat lainnya dikemukakan Fatah (1996), kinerja diartikan sebagai ungkapan kemajuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu pekerjaan. Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Udiyono (2011) bahwa kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu.

Kinerja dikatakan baik dan memuaskan apabila tujuan yang dicapai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Kinerja merupakan suatu konsep yang bersifat universal yang merupakan efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia, maka kinerja sesungguhnya merupakan perilaku manusia dalam menjalankan perannya dalam suatu organisasi untuk memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan agar membuahkan tindakan serta hasil yang diinginkan.

Menurut Prawirosentono (1999):

"Performance adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral ataupun etika".

Dessler (1997) menyatakan pengertian kinerja hampir sama dengan prestasi kerja ialah perbandingan antara hasil kerja aktual dengan standar kerja yang ditetapkan. Dalam hal ini kinerja lebih memfokuskan pada hasil kerja.

(21)

7 Pengertian Kinerja Guru

Kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu sebab guru selain menjadi pengajar ia juga berperan sebagai pendidik serta sebagai pelaksana tugas administrasi sekolah oleh karena itu sering juga dikatakan guru sebagai programmer, administrator, fasilitator, dan evaluator dalam lingkungan sekolah. Kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi atau kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru. Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran.

Dalam dunia pendidikan, maka kinerja guru dapat dilihat dari berbagai tugas yang telah diamanahkan dalam Undang-undang. Pada hakikatnya, kinerja guru bukan hanya sebatas melaksanakan kurikulum sebagai beban kerja, tetapi justeru banyak tugas lain yang harus dilaksanakan dan itu terwujud dalam bentuk kinerja seorang guru. Inilah hakikatnya tuntutan profesionalitas yang telah disematkan kepada beban dan tanggung jawab mereka. Secara implisit, di dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 dan Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 telah memberikan gambaran bahwa kinerja guru berada dalam rumusan melaksanakan tugas utama dan menunaikan beban kerja, serta mewujudkan kompetensi dalam mengemban amanah pendidikan yang ada di pundaknya.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 39 ayat (2), menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Keterangan lain menjelaskan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Bab IV Pasal 20 (a) tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa standar prestasi kerja guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru berkewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Tugas pokok guru tersebut yang diwujudkan dalam kegiatan belajar mengajar merupakan bentuk kinerja guru.

Berdasarkan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah dijabarkan beban kerja guru mencakup kegiatan pokok: (1) merencanakan pembelajaran; (2) melaksanakan pembelajaran; (3) menilai hasil pembelajaran; (4) membimbing dan melatih peserta didik; dan (5) melaksanakan tugas tambahan.

(22)

8

Menurut Dellan et al. (2013), kinerja guru merupakan hasil yang dicapai oleh guru dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta penggunaan waktu, sedangkan Udiyono (2011) mengatakan bahwa kinerja guru adalah hasil kerja guru dalam menjalankan tugas dan kewajiban dengan kemampuan yang dimilikinya.

Karweti (2010) juga mengatakan bahwa kinerja guru dapat diartikan sebagai tampilan prestasi kerja guru yang ditunjukan atau hasil yang dicapai oleh guru atas pelaksanaan tugas profesional dan fungsionalnya dalam pembelajaran yang telah ditentukan pada kurun waktu tertentu.

Dari berbagai pengertian di atas maka dapat didefinisikan konsep kinerja guru merupakan hasil pekerjaan atau prestasi kerja yang dilakukan oleh seorang guru berdasarkan kemampuan mengelola kegiatan belajar mengajar, yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.

Kinerja guru akan baik jika guru telah melaksanakan unsur-unsur yang terdiri atas kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas mengajar, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran, kedisiplinan dalam mengajar dan tugas lainnya, kreatifitas dalam pelaksanaan pengajaran, kerjasama dengan semua warga di sekolah, kepemimpinan yang menjadi panutan siswa, serta tanggung jawab terhadap tugasnya.

Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan dan dianggap sebagai orang yang berperanan penting dalam pencapaian tujuan pendidikan yang merupakan percerminan mutu pendidikan. Keberadaan guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya tidak lepas dari pengaruh faktor internal maupun faktor eksternal yang membawa dampak pada perubahan kinerja guru. Mahmudi (2007) mengatakan bahwa kinerja merupakan suatu konstruk multidemensional yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya, yaitu :

1. Faktor personal/individual, meliputi pengetahuan, ketrampilan (skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu.

2. Faktor kepemimpinan, meliputi : kualitas dalam memberikan dorongan, semangat, arahan dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader 3. Faktor tim, meliputi : kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh

oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim.

4. Faktor sistem, meliputi : sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim.

5. Faktor konstektual (situasional), meliputi : tekanan dan perubahan lingkungan

(23)

9 Penjelasan lain mengenai faktor yang berpengaruh terhadap kinerja dijelaskan oleh Mathis dan Jackson (2001) antara lain:

(1) Kemampuan mereka, (2) Motivasi,

(3) Dukungan yang diterima,

(4) Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan (5) Hubungan mereka dengan organisasi

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Simanjuntak (2005) menyebutkan bahwa kinerja setiap orang dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya sebagai berikut:

a) Kompetensi Individu.

Kompetensi individu merupakan kompetensi kemampuan serta keterampilan individu untuk melakukan kerja.

b) Dukungan organisasi

Kinerja setiap orang juga tergantung pada dukungan organisasi dalam bentuk pengorganisasian seperti terciptanya budaya organisasi yang sehat, dan adanya iklim organisasi yang kondusif seperti penyediaan sarana dan prasarana kerja, pemilihan teknologi, kenyamanan lingkungan kerja, serta kondisi dan syarat kerja, dll.

c) Dukungan manajemen.

Kinerja setiap orang sangat tergantung pada kemampuan manajerial para manajemen atau pimpinan, baik dengan membangun sistem kerja dan hubungan industrial yang aman dan harmonis, maupun dengan mengembangkan kompetensi pekerja, demikian juga dengan menumbuhkan motivasi dan memobilisasi pegawai untuk bekerja secara optimal.

Menurut Mulyasa (2007) sedikitnya terdapat sepuluh faktor yang dapat meningkatkan kinerja guru, baik faktor internal maupun eksternal:

"Kesepuluh faktor tersebut adalah: (1) dorongan untuk bekerja, (2) tanggung jawab terhadap tugas, (3) minat terhadap tugas, (4) penghargaan terhadap tugas, (5) peluang untuk berkembang, (6) perhatian dari kepala sekolah, (7) hubungan interpersonal dengan sesama guru, (8) MGMP dan KKG, (9) kelompok diskusi terbimbing serta (10) layanan perpustakaan".

Penilaian Kinerja Guru

Penilaian kinerja guru merupakan penilaian prestasi kerja profesi guru yang dirancang untuk mengidentifikasi kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya melalui pengukuran penguasaan kompetensi yang ditunjukkan ketika ia melaksankan tugasnya.

(24)

10

pengetahuan dan keterampilan, sebagai kompetensi yang dibutuhkan sesuai amanat Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Handoko (1994) menjelaskan bahwa, "penilaian prestai kerja (performance appraisal) adalah proses melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan" Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada dalam organisasi.

Penguasaan kompetensi dan penerapan pengetahuan serta keterampilan guru, sangat menentukan tercapainya kualitas proses pembelajaran atau pembimbingan peserta didik, dan pelaksanaan tugas tambahan yang relevan bagi sekolah/madrasah, khususnya bagi guru dengan tugas tambahan tersebut. Sistem PK Guru adalah sistem penilaian yang dirancang untuk mengidentifikasi kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya melalui pengukuran penguasaan kompetensi yang ditunjukkan dalam unjuk kerjanya.

Dalam melaksanakan penilaian kinerja guru ada bermacam-macam cara yang bisa digunakan, namun demikian, ada dua model yang paling sesuai dan dapat digunakan sebagai instrumen utama, yaitu skala penilaian dan lembar observasi atau penilaian. Skala penilaian mengukur penampilan atau perilaku orang lain melalui pernyataan perilaku dalam suatu kontinum atau kategori yang memiliki makna atau nilai. Observasi merupakan cara mengumpulkan data yang biasa digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang alami sebenarnya maupun situasi buatan. Tingkah laku guru dalam mengajar, merupakan hal yang paling cocok dinilai dengan observasi.

Menilai kinerja guru adalah suatu proses menentukan tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas-tugas pokok mengajar dengan menggunakan patokan-patokan tertentu. Bagi para guru, penilaian kinerja berperan sebagai umpan balik tentang berbagai hal seperti kemampuan, kelebihan, kekurangan dan potensinya. Bagi sekolah hasil penilaian para guru sangat penting arti dan perannya dalam pengambilan keputusan.

Manfaat Penilaian Kinerja Guru

Penilaian kinerja guru memiliki banyak manfaat baik itu bagi sebuah sekolah karena dengan penilaian ini akan memberikan tingkat pencapaian dari standar, ukuran atau kriteria yang telah ditetapkan sekolah sedangkan bagi tenaga pendidik atau guru dapat dijadikan sebagai sarana untuk pengembangan karir, sehingga kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam seorang guru dapat diatasi serta akan memberikan umpan balik kepada guru tersebut.

(25)

11 informasi; (8) kesalahan rancangan pekerjaan; (9) kesempatan kerja yang sama; (10) tantangan-tantangan eksternal; (11) umpan balik pada SDM.

Depdiknas (2000) menyebutkan beberapa manfaat dari adanya penilaian antara lain: a). Pengembangan staf melalui in-service training, b). Pengembangan karier melalui in-service training, c). Hubungan yang semakin baik antara staf dan pemimpin, d). Pengetahuan lebih mendalam tentang sekolah dan pribadi, e). Hubungan produktif antara penilaian dengan perencanaan dengan pengembangan sekolah, f). Kesempatan belajar yang lebih baik bagi siswa, g). Peningkatan moral dan efisiensi sekolah.

Mulyasa (2007) menjelaskan tentang manfaat penilaian tenaga pendidikan: "Penilaian tenaga pendidikan biasanya difokuskan pada prestasi individu, dan peran sertanya dalam kegiatan sekolah. Penilaian ini tidak hanya penting bagi sekolah, tetapi juga penting bagi tenaga kependidikan yang bersangkutan. Bagi para tenaga kependidikan, penilaian berguna sebagai umpan balik terhadap berbagai hal, kemampuan, ketelitian, kekurangan dan potensi yang pada gilirannya bermanfaat untuk menentukan tujuan, jalur, rencana, dan pengembangan karir. Bagi sekolah, hasil penilaian prestasi tenaga kependidikan sangat penting dalam mengambil keputusan berbagai hal, seperti identifikasi kebutuhan program sekolah, penerimaan, pemilihan, pengenalan, penempatan, promosi, sistem imbalan dan aspek lain dari keseluruhan proses pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan".

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan bahwa penilaian kinerja guru penting dilakukan oleh suatu sekolah untuk perbaikan kinerja guru itu sendiri maupun untuk sekolah dalam hal menyusun kembali rencana atau strategi baru untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Penilaian yang dilakukan dapat menjadi masukan bagi guru dalam memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya. Selain itu penilaian kinerja guru membantu guru dalam mengenal tugas-tugasnya secara lebih baik sehingga guru dapat menjalankan pembelajaran seefektif mungkin untuk kemajuan peserta didik dan kemajuan guru sendiri menuju guru yang profesional.

Penilaian kinerja guru tidak dimaksudkan untuk mengkritik dan mencari kesalahan, melainkan sebagai dorongan bagi guru dalam pengertian konstruktif guna mengembangkan diri menjadi lebih profesional dan pada akhirnya nanti akan meningkatkan kualitas pendidikan peserta didik. Hal ini menuntut perubahan pola pikir serta perilaku dan kesediaan guru untuk merefleksikan diri secara berkelanjutan.

Kompetensi Guru

(26)

12

antara lain: (1) kompetensi guru sebagai alat seleksi penerimaan guru, (2) kompetensi guru penting dalam rangka pembinaan guru, (3) kompetensi guru penting dalam rangka penyusunan kurikulum, (4) kompetensi guru penting dalam hubungannya dengan kegiatan dan hasil belajar siswa.

Kunandar ( 2007 ) mengemukakan bahwa : Kompetensi guru bertolak dari analisis tugas-tugas guru baik sebagai pengajar, pembimbing, maupun administrator di dalam kelas. Kompetensi guru terdiri dari : (1) menguasai bahan pelajaran, (2) mengelola program belajar mengajar, (3) mengelola kelas, (4) menggunakan media atau sumber belajar, (5) menguasai landasan kependidikan, (6) mengelola interaksi belajar mengajar, (7) menilai prestasi belajar, (8) mengenal fungsi dan layanan bimbingan penyuluhan, (9) mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, dan (10) memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna keperluan pengajaran.

Kompetensi merupakan kemampuan seseorang baik kualitatif maupun kuantitatif, Menurut UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, "kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan" , sedangkan Triyanto (2006) mengatakan kompetensi merupakan kemampuan, kecakapan, dan keterampilan yang dimiliki seseorang berkenaaan dengan tugas, jabatan maupun profesinya. Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar dan akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru.

Kompetensi guru adalah kecakapan, kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh seorang yang bertugas mendidik peserta didiknya agar mempunyai kepribadian yang luhur dan keterampilan sebagaimana tujuan dari pendidikan. Oleh karena itu kompetensi guru menjadi tuntutan dasar bagi seorang guru.

Menurut Malawi (2011) mengatakan bahwa unsur kompetensi berupa potensi, pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai belum dapat mewujudkan kompetensi tetapi masih perlu dilengkapi dengan kemampuan mengkoordinasikan unsur-unsur tersebut agar dapat diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kinerja.

Jabatan guru adalah suatu jabatan profesi, dimana harus bekerja secara profesional. Guru profesional adalah guru yang memiliki kompetensi-kompetensi yang dituntut agar mampu melaksanakan tugasnya secara baik dalam melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah. Agar kualifikasi guru terpenuhi sebagai tenaga pendidik yang profesional maka pemerintah membuat peraturan terkait hal tersebut.

Kompetensi Profesional Guru

(27)

13 guru dalam menjalankan profesi keguruannya. Guru yang kompeten dan profesional adalah guru yang piawai dalam melaksanakan profesinya.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik agar memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Pendapat yang sama juga dikatakan Wahyudi (2010) bahwa kompetensi profesional merupakan kemampuan yang berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi kurikulum mata pelajaran disekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut, serta menambah wawasan keilmuan sebagai guru.

Dalam melaksanakan tugasnya guru dituntut untuk memiliki penguasaan kemampuan akademik dan keterampilan lainnya yang berperan sebagai pendukung profesionalisme guru. Kemampuan akademik tersebut antara lain, memiliki kemampuan dalam menguasai ilmu, memiliki kemampuan untuk melakukan penelitian ilmiah yang dapat mendukung profesinya, menguasai wawasan dan landasan pendidikan. Kemampuan keterampilan adalah kemampuan untuk mengembangkan kompetensi untuk mendukung profesinya.

Berdasarkan pengertian di atas tentang kompetensi profesional guru maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam, sehingga memungkinkan guru untuk membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan.

Ditjen PMTK (2008) menguraikan tentang kemampuan yang harus dimiliki guru untuk menunjang kompetensi profesional guru sehingga mampu membimbing peserta didiknya dalam proses pembelajaran untuk mencapai standar kompetensi yang ditetapkan.

"Kemampuan yang harus dimiliki guru dalam proses membimbing peserta didiknya yaitu: (a) menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu; (b) mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif melalui penelitian ilmiah dan membuat karya ilmiah; (c) mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif; (d) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan profesinya sebagai guru; (e) menguasai landasan pendidikan berupa Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu".

Depdiknas (2003) mengemukakan kompetensi profesional guru meliputi penguasaan bahan kajian akademik, melakukan penelitian dan menyusun karya ilmiah, pengembangan profesi, dan pemahaman wawasan pendidikan.

"Penguasaan bahan kajian akademik meliputi: (1) memahami struktur pengetahuan, (2) menguasai substansi materi, (3) menguasai substansi kekuasaan sesuai dengan jenis pelayanan yang dibutuhkan siswa.

(28)

14

informasi perkembangan IPTEK yang mendukung profesi melalui berbagai kegiatan ilmiah, (2) mengembangkan berbagai model pembelajaran, (3) membuat alat peraga atau media, (4) mengikuti pelatihan terakreditasi.

Pemahaman wawasan pendidikan meliputi: (1) memahami visi dan misi, (2) memahami hubungan pendidikan dengan pengajaran; (3) mengidentifikasi permasalahan umum pendidikan dalam hal proses dan hasil belajar, (4) membangun sistem yang menunjukkan keterkaitan pendidikan dan luar sekolah".

Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007 dijelaskan tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru guna menunjang kompetensi profesional guru. "Kompetensi profesional meliputi:

1) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang dampu.

3) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.

4) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.

5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan profesi".

Dari berbagai pengertian di atas terkait kompetensi profesional guru dan aspek-aspek yang terkandung di dalamnya, maka definisi konsep kompetensi profesional guru merupakan kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi kemampuan guru dalam penguasaan bahan kajian akademik. Memungkinkan guru untuk membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan.

Pengertian Motivasi Kerja

Salah satu aspek yang pening dalam dunia pendidikan dalam usahanya untuk meningkatkan meningkatkan atau menjaga etos kerja para guru agar tetap gigih dalam bekerja guna untuk meningkatkan atau menjaga produktivitas kerja yaitu dengan memberikan motivasi (daya perangsang) bagi para guru supaya kegairahan bekerja mereka tidak menurun. Kegairahan para guru tersebut sangat dibutuhkan karena dengan semangat yang tinggi para guru dapat bekerja dengan segala daya dan upaya yang mereka miliki (tidak setengah-setengah) sehingga produktifitasnya maksimal dan memungkinkan terwujutnya tujuan yang ingin dicapai.

Istilah motivasi kerja berasal dari bahasa latin “movere” yang sama dengan

to move” dalam bahasa Inggris yang berarti mendorong atau menggerakkan. Agung. (2009) mendefinisikan bahwa " motivasi adalah dorongan psikologis yang timbul pada diri sendiri untuk berperilaku dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan" Motivasi merupakan kekuatan pendorong yang akan mewujudkan suatu perilaku guna mencapai tujuan peningkatan prestasi kerja dirinya.

(29)

15 secara lebih bersemangat sehingga akan memperoleh prestasi yang lebih baik. Adapun menurut Karweti (2010) bahwa motivasi adalah kekuatan atau dorongan seseorang untuk mencapai tujuan pekerjaan.

Hasibuan (2007), "motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, efektif dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan" Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Oleh sebab itu, motivasi kerja dalam psikologi kerja disebut sebagai pendorong semangat kerja (Anoraga. 1992). Adapun Sejati (2012) mengatakan bahwa motivasi merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang atau menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu atau berbagai kegiatan yang dilakukannya yaitu untuk mencapai suatu tujuan.

Istilah motivasi dalam ilmu perilaku mengandung makna yang komplek karena di dalamnya termuat berbagai aspek yang mendorong manusia untuk bertingkah laku. Motivasi merupakan pemberian atau penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mau bekerja sama, bekerja secara efektif dan terintegrasi dengan segala daya dan upaya untuk mencapai kepuasan.

Dari berbagai pengertian di atas tentang motivasi kerja yang dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa adapun yang dimaksud dengan motivasi adalah sebagai suatu kondisi di dalam diri seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Jadi motivasi kerja merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang melakukan usaha menghasilkan sesuatu sehingga dapat tercapai suatu tujuan.

Teori Motivasi Kerja

Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan, perasaan, pikiran dan motivasi. Setiap manusia dalam melaksanakan suatu kegiatan pada dasarnya di dorong oleh motivasi. Orang mau bekerja keras dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan dari hasil pekerjaannya. Motivasi dapat berupa motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi yang bersifat intinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat seorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain seperti status ataupun uang atau bisa juga dikatakan seorang melakukan hobbinya. Adapun motivasi ekstrinsik adalah manakala elemen elemen di luar pekerjaan yang melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi seperti status ataupun kompensasi.

Banyak teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli yang dimaksudkan untuk memberikan uraian yang menuju pada apa sebenarnya manusia dan manusia akan dapat menjadi seperti apa. Teori-teori ini didasarkan pada hasil-hasil penelitian yang dilakukan selama bertahun-tahun.

Menurut Thoha (1993) terdapat teori-teori motivasi yang digunakan sebagai acuan dalam motivasi kerja, teori tersebut adalah Teori Hirarki Kebutuhan, Teori Dua Faktor, Teori ERG, Teori Tiga Motif Sosial.

(30)

16

Maslow mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Adapun kelima kebutuhan itu disebut dengan Hirarki kebutuhan Maslow yaitu terdiri dari:

a) Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)

b) Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya) c) Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang

lain, diterima, memiliki)

d) Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan)

e) Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya)

Teori hierarki kebutuhan ini menyatakan bahwa manusia dimotivasi untuk memuaskan sejumlah kebutuhan yang melekat dan cendrung untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan sebagai kebutuhan pokok kemudian kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari makan, perlindungan, dan rasa aman.

2) Teori Dua Faktor

Herzberg menyimpulkan bahwa ada dua faktor yang menyebabkan kepuasan dan ketidakpuasan yaitu:

a) Faktor hygiene (ekstrinsik) meliputi balas jasa, kondisi kerja, kepastian pekerjaan, hubungan kerja, kehidupan pribadi.

b) Faktor motivators (intrinsik) antara lain adalah kesempatan pencapaian prestasi, adanya penghargaan, adanya pekerjaan kreatif dan menantang, tanggung jawab serta kesempatan mengembangkan diri.

Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik).

3) Teori ERG Aldefer's

Teori ini merupakan penyempurnaan dari teori hirarki kebutuhan Maslow. Alderfer mengemukakan tiga kebutuhan yang melandasi perilaku manusia, yaitu:

a. Existence, meliputi kebutuhan fisiologis sepeerti lapar, rasa haus, seks, kebutuhan materi, dan lingkungan kerja yang menyenangkan.

(31)

17 c. Growth, meliputi keinginan kita untuk produktif dan kreatif dengan

mengerahkan segenap kesanggupan kita. 4) Teori Tiga Motif Sosial

Mc Clelland mengemukakan tiga jenis motif yang mempengaruhi tingkah laku manusia, yaitu:

(a) Need for Achievement (kebutuhan akan prestasi)

Kebutuhan akan prestasi merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat bekerja seseorang untuk mengungguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, bergulat untuk sukses. Kebutuhan ini pada hirarki Maslow terletak antara kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Ciri-ciri inidividu yang menunjukkan orientasi tinggi antara lain bersedia menerima resiko yang relatif tinggi, keinginan untuk mendapatkan umpan balik tentang hasil kerja mereka, keinginan mendapatkan tanggung jawab pemecahan masalah.

(b) Need for Afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama dengan soscialneed-nya Maslow)

Kebutuhan akan Afiliasi adalah hasrat untuk berhubungan antar pribadi yang yang memerlukan interaksi sosial yang tinggi. Kebutuhan akan afiliasi ramah dan akrab. Individu merefleksikan keinginan untuk mempunyai hubungan yang erat, kooperatif dan penuh sikap persahabatan dengan pihak lain. Individu yang mempunyai kebutuhan afiliasi yang tinggi umumnya berhasil dalam pekerjaan ini mendorong gairah bekerja seseorang karena setiap orang menginginkan:

i. Kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain di lingkungan kerja. ii. Kebutuhan akan perasaan dihormati.

iii. Kebutuhan akan perasaan maju dan tidak gagal. iv. Kebutuhan akan perasaan ikut serta.

(c) Need for Power (kebutuhan akan kekuasaan)

Kebutuhan akan kekuasaan adalah kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dalam suatu cara dimana orang-orang itu tanpa dipaksa tidak akan berperilaku demikian atau suatu bentuk ekspresi dari individu untuk mengendalikan dan mempengaruhi orang lain. Kebutuhan ini pada teori Maslow terletak antara kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri. McClelland menyatakan bahwa kebutuhan akan kekuasaan sangat berhubungan dengan kebutuhan untuk mencapai suatu posisi kepemimpinan.

Dalam proses pemenuhan kebutuhan, perilaku individu akan didominasi dan ditentukan oleh jenis kebutuhan yang belum terpenuhi. Perilaku pada dasarnya dimotivasi oleh suatu keinginan mencapai tujuan. Kebutuhan yang telah terpenuhi akan berkurang dalam kekuatannya dan biasanya tidak memotivasi individu tersebut untuk mencari tujuan guna memenuhinya.

(32)

18

untuk bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan berprestasi, untuk berafiliasi, untuk mendapat penghargaan dan dorongan akan aktualisasi diri.

Pandangan tentang Motivasi Kerja Guru

Menurut Hasibuan (2007) terdapat 2 (dua) metode motivasi, yaitu: 1. Metode Langsung (Direct Motivation)

Motivasi langsung merupakan motivasi yang diberikan secara langsung pada pegawai baik dalam bentuk materiil maupun nonmateriil untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pegawai.

2. Metode Tidak Langsung (Indirect Motivation)

Motivasi tidak langsung merupakan motivasi yang diberikan pada pegawai dalam bentuk fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah kerja atau kelancaran tugas, sehingga pegawai menjadi betah dan semangat dalam bekerja.

Untuk lebih dapat memahami motivasi maka diperlukan suatu pendekatan. Terdapat 3 (tiga) model pendekatan motivasi. Menurut Handoko (1994) ada beberapa model motivasi dengan urutan atas dasar kemunculannya, yaitu:

a. Model Tradisional

Model tradisional ini menyatakan bahwa pimpinan mengisyaratkan pekerjaan harus dilakukan dengan menggunakan sistem pengupahan insentif untuk memotivasi. Pandangan ini menganggap bahwa pekerja pada dasarnya hanya dapat dimotivasi dengan penghargaan berupa uang.

b. Model Hubungan Manusiawi

Menurut Elton Mayo dalam Handoko (1994) menemukan bahwa kontak sosial pekerja dengan pekerjaannya adalah sangat penting dan kebosanan pada tugas yang bersifat pengulangan adalah mengurangi motivasi kerja. Menurut Elton Mayo, pimpinan mampu memotivasi lewat hubungan sosial mereka.

c. Model Sumber Daya Manusia

Menurut Mc Gregor dan Maslow dalam Handoko (1994) menyatakan bahwa para pekerja dimotivasi oleh banyak faktor, tidak hanya uang atau keinginan mencapai kepuasan, tapi juga kebutuhan untuk berprestasi dan memperoleh pekerjaan, yang berarti karyawan lebih menyukai pemenuhan kepuasan dari suatu prestasi kerja yang lebih baik.

(33)

19 Tujuan Pemberian Motivasi

Tujuan adalah sesuatu yang hendak dicapai oleh suatu perbuatan dan jika telah tercapai maka akan memuaskan kebutuhan individual. Adanya tujuan yang jelas dan disadari akan mempengaruhi kebutuhan, yang nantinya akan mendorong timbulnya motivasi dalam diri seseorang. Peranan motivasi ada tiga macam antara lain: (1) mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan, (2) motivasi berfungsi sebagai pengarah, mengarahkan perbuatan pada pencapaian tujuan yang diinginkan, (3) motivasi berfungsi sebagai penggerak (Yamin 1996).

Fungsi motivasi yaitu untuk mendorong timbulnya tingkah laku atau suatu perbuatan dan mempengaruhi serta mengubah tingkah laku. Tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan ataupun tindakan. Motivasi berfungsi sebagai pengarah artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan motivasi sebagai penggerak mempunyai pengertian dengan besar kecilnya motivasi maka akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

Berdasarkan pendapat Hasibuan (2007) pemberian motivasi mempunyai beberapa tujuan.

"Tujuan pemberian motivasi antara lain adalah: (1) mendorong gairah dan semangat kerja karyawan; (2) meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan; (3) meningkatkan produktifitas kerja karyawan; (4) mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan; (5) meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan; (6) mengefektifkan pengadaan karyawan; (7) menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik; (8) meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan; (9) meningkatkan kreativitas dan partisipasi karyawan; (10) mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas- tugasnya".

Berdasarkan penjelasan tersebut, motivasi kerja guru memiliki fungsi untuk mendorong, mengarahkan, meningkatkan, mempertahankan dan menggerakkan suatu perbuatan guru untuk mencapai tujuan.

Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja

Winardi (2002) menjelaskan motivasi untuk bekerja merupakan sebuah istilah yang digunakan dalam bidang perilaku keorganisasian, guna menerangkan kekuatan-kekuatan yang terdapat pada diri seseorang individu, yang menjadi penyebab timbulnya tingkat, arah dan persistensi upaya yang dilakukan dalam hal bekerja.

Menurut Cahyani (2003) motivasi orang bekerja secara umum diklasifikasikan dalam dua faktor, yaitu:

(34)

20

2) Faktor Eksternal, adalah suatu dorongan yang terdapat dalam diri individu yang mudah dipengaruhi oleh pihak luar. Misalnya gaji, promosi, perlakuan rekan kerja, dan kondisi kerja.

Berdasarkan keterangan diatas, faktor yang mempengaruhi motivasi kerja guru terdiri dari faktor internal dan eksternal,termasuk didalamnya adalah keinginan untuk berprestasi, kebebasan dalam melaksanakan tugas, pengakuan, tanggung jawab, gaji, promosi, sikap terhadap pekerjaan, hubungan dengan rekan kerja dan lingkungan kerja.

Kerangka Berpikir dan Hipotesis

Salah satu program yang dapat digunakan untuk merekayasa arah perkembangan masyarakat Indonesia di masa depan adalah pendidikan. Pendidikan dalam konsep community development merupakan dinamisasi dalam pengembangan manusia yang beradab yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan sosial. Pendidikan tidak hanya terbatas berperan pada pengalihan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) saja, namun memiliki fungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Dalam konteks tersebut, pendidikan bermakna sebagai proses pembudayaan berbagai kemampuan, nilai dan sikap masyarakat sebagai warga negara yang merdeka, demokratis, dan berkeadilan sosial.

Tenaga pendidik (guru) dalam proses pendidikan memegang peran yang sangat strategis sebagai agent of change dalam rangka membentuk watak bangsa melalui penanaman nilai-ilai dan kepribadian kepada peserta didik. Guru dalam era globalisasi harus mampu merancang dan memilih bahan pelajaran serta strategi pembelajaran yang sesuai dengan heterogenitas peserta didik, mengelola proses pembelajaran secara taktis dan menyenangkan, mampu memilih media belajar, dan merancang program evaluasi yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang berorientasi pada penguasaan kompetensi. Dalam proses pendidikan, guru memiliki peranan yang sangat penting dan strategis dalam membimbing peserta didik ke arah kedewasaan, kematangan, dan kemandirian. Dalam melaksanakan tugasnya, seorang guru tidak hanya dituntut menguasai bahan ajar dan memiliki kemampuan teknik edukatif, tetapi juga harus memiliki kepribadian dan integritas sehingga dapat menjadi role model bagi peserta didik.

(35)

21 guru, dukungan tim ahli, manajemen sekolah, ketersediaan sarana dan prasarana sekolah, penggunaan secara optimal fasilitas belajar di kelas, laboratorium, perpustakaan, dan tempat belajar lainnya, serta ketersediaan anggaran yang mendukung penyelenggaraan program sekolah.

Untuk melaksanakan proses pendidikan dan pembelajaran yang bermutu dibutuhkan guru-guru sebagai tenaga pendidik yang profesional dan berdedikasi tinggi. Pendidik yang profesional adalah pendidik yang memiliki kompetensi dalam bidang pengajaran (pedagogical content knowledge), penguasaan subtansi materi pelajaran, dan memiliki motivasi dan dorongan yang kuat sebagai satu bentuk tanggung jawab profesi. Tenaga-tenaga guru yang profesional tersebut diharapkan akan menunjukkan kinerja yang unggul dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab profesinya sebagai seorang pendidik. Kinerja merupakan suatu fungsi dari kemampuan dan motivasi. Kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh seseorang sesuai dengan perannya dalam organisasi. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu: kemampuan, motivasi, dukungan yang diterima, keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan hubungan mereka dengan organisasi.

Istilah kinerja berasal dari kata job performance yaitu prestasi kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja diartikan juga sebagai tingkat atau derajat pelaksanaan tugas seseorang atas dasar kompetensi yang dimilikinya. Istilah kinerja tidak dapat dipisahkan dengan bekerja karena kinerja merupakan hasil dari proses bekerja. Dalam konteks tersebut maka kinerja adalah hasil kerja dalam mencapai suatu tujuan atau persyaratan pekerjaan yang telah ditetapkan. Kinerja dapat dimaknai sebagai ekspresi potensi seseorang berupa perilaku atau cara seseorang dalam melaksanakan tugas, sehingga menghasilkan suatu produk (hasil kerja) yang merupakan wujud dari semua tugas serta tanggung jawab pekerjaan yang diberikan kepadanya.

Kinerja guru diduga berhubungan dengan faktor kompetensi atau kemampuan yang ada pada diri seorang guru untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Untuk mencapai kinerja guru yang unggul, selain diperlukan kemampuan (kompetensi) yang mumpuni dalam diri seorang guru untuk bekerja secara unggul juga harus didukung oleh motivasi yang kuat dimiliki oleh guru. Kompetensi yang mutlak dimiliki oleh seorang guru sebagai modal dalam melaksanakan tugas sebagai seorang pendidik, berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah kompetensi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

(36)

22

kompetensi yang diperoleh dan dikembangkan melalui pendidikan formal, pelatihan dsb.

Kompetensi guru dan motivasi guru diduga berhubungan dengan kinerja yang ditunjukkan oleh seorang guru dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang pendidik. Kompetensi profesional (menguasai substansi keilmuan dan menguasai struktur dan metode keilmuan) didukung dengan kapasitas dan motivasi yang dimiliki oleh seorang guru (dorongan, harapan, dan imbalan) diduga merupakan faktor determinan yang dapat meningkatkan kinerja guru (merencanakan pembelajaran, melaksanakan KBM dan penilaian hasil belajar) seorang guru. Atau dengan kata lain, kinerja guru merupakan akumulasi dari faktor usaha dan dukungan.

Berdasarkan uraian di atas, maka hubungan antar peubah sebagai kerangka operasional penelitian disusun seperti dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Operasional Penelitian

Hipotesis Penelitian

1. Kinerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan belum sesuai dengan harapan pemerintah.

2. Terdapat hubungan nyata antara kompetensi guru dengan kinerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan.

3. Terdapat hubungan nyata antara motivasi guru dengan kinerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan.

Kompetensi Profesional Guru (X1)

Menguasai substansi keilmuan Menguasai struktur dan metode keilmuan

Kinerja Guru (Y) Perencanaan Pembelajaran Pelaksanaan Pembelajaran Motivasi Kerja Guru (X2) Evaluasi Pembelajaran Motif (dorongan)

Gambar

Gambar 1. Kerangka Operasional Penelitian
Tabel 1 Operasionalisasi variabel penelitian
Tabel 2 Kondisi jalan di Kecamatan Kepenuhan
Tabel 4  Karakteristik guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan tahun 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Batasan Penelitian Adapun batasan dari penelitian ini diantaranya adalah penelitian yang dilakukan hanya pada Sub Sektor Restoran, Hotel & Pariwisata yang terdaftar di BEI

Didalam mengembangkan pola kemnadirian pada anak usia dini, seperti dikemukakan oleh Havinghurst bahwa salah satu satu aspek kemandirian didalam diri seorang anak

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa sikap, norma subyektif, persepsi kontrol keperilakuan, dan kemudahan sistem dan prosedur berpengaruh positif dan

Dalam suatu proyek konstruksi berskala besar, letak material selalu berpindah-pindah di sekitar lokasi proyek oleh karena itu distribusi material harus diatur agar material yang

Langkah penelitian meliputi Heuristik, Heuristik merupakan langkah mencari dan mengumpulkan sumber yang terkait dengan Perkembangan Kesenian Glipang di Desa

Berdasarkan hasil yang didapatkan dari penelitian, maka dapat disimpulkan pemberian pakan limbah daun kubis yang mengandung cemaran pestisida tidak menimbulkan

Tugas Camat dalam membina melaksanakan pelayanan kepada masyarakat yang melingkupi ruang lingkup tugasnya dan atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan

Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan media power point dapat meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran tematik siswa kelas V SD Negeri Kutasari 05