• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Modul Kinematika Gerak Dengan Analisis Vektor Pada SMA Kelas XI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Modul Kinematika Gerak Dengan Analisis Vektor Pada SMA Kelas XI"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

DEVELOPING THE KINEMATIC MOTION WITH VECTOR ANALYSIS MODULE IN 2th GRADE OF SENIOR HIGH SCHOOL

By ELIYAWATI

This study is aimed at: (1) describing the potential and the initial conditions of physics in kinematic motion with vector analysis, (2) describing the steps in the development of modules, (3) analyzing the effectiveness, (4) analyzing the efficiency, and (5) analyzing the attractiveness of the module.

The methods used were research and development. The research steps used were analysing the requirement, developing module and evaluating. This study was conducted in SMA of Sub Rayon Way Jepara. The data was collected by using questionnaires, observation sheets, and test which analyzed by using t-test. The results of this study concluded that: (1) in the subject of kinematic motion with vector analysis, there has been no subject yet that optimize the learning process. The present teaching materials did not provide the prerequisite material: integral and deferential. (2) The steps in developing the module were: a) analyzing the students, b) determining the standards and the purposes, c) choosing the

strategy, technology, media and material, d) validating the experts, e) testing and revision. (3) The module was more effective for about 75% based on the increase of score in the test, but based on KKM (Standard Minimum Score), it was only effective for SMAIT Baitul Muslim. (4) The module efficient with an average time savings of 25%, the allocation of learning using modules was more little bit than the plan, but the module was not efficient in terms of the finance. (5) Module attracted for about 80% in terms of the ease of the use, clarity of the materials, the ease of material to be understood, and the convenience in self-learning and the growth of the spirit in learning.

(2)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN MODUL KINEMATIKA GERAK DENGAN ANALISIS VEKTOR PADA SMA KELAS XI

Oleh ELIYAWATI

Penelitian ini bertujuan: (1) mendeskripsikan potensi dan kondisi awal pembelajaran fisika materi kinematika gerak dengan analisis vektor, (2)

mendeskripsikan langkah langkah dalam pengembangan modul, (3) menganalisis efektifitas, (4) efesiensi, dan (5) kemenarikan modul.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan. Tahapan penelitian : analisis kebutuhan, pengembangan modul dan evaluasi. Penelitian dilakukan di SMA Sub Rayon Way Jepara. Data dikumpulkan dengan

menggunakan angket, lembar observasi, dan tes. Tes dianalisisis menggunakan Uji t test.

Hasil penelitian menyimpulkan : (1) Pada materi kinematika gerak dengan analisis vektor belum ada bahan ajar yang mengoptimalkan proses belajar. Bahan ajar yang tersedia tidak menyajikan materi prasyarat yaitu integral dan deferensial. (2) Langkah langkah dalam pengembangan modul adalah : a) Analisis siswa, b) menentukan standar dan tujuan, c) memilih strategi, teknologi, media dan materi, d) validasi ahli, e) uji coba dan revisi. (3) Modul lebih efektif 75% berdasarkan peningkatan nilai tes, namun jika berdasarkan pencapaian KKM hanya efektif pada SMAIT Baitul Muslim. (4) Modul efesien dengan penghematan waktu rata rata 25%, alokasi pelaksanaan pembelajaran menggunakan modul lebih sedikit dibandingkan alokasi waktu yang direncanakan, namun modul tidak efesien jika ditinjau dari pembiayaan. (5) Modul menarik 80% ditinjau dari kemudahan penggunaan, kejelasan materi, kemudahan materi untuk dipahami, kemudahan untuk belajar mandiri dan menumbuhkan semangat belajar.

(3)

PENGEMBANGAN MODUL KINEMATIKA GERAK DENGAN ANALISIS VEKTOR PADA SMA KELAS XI

Oleh ELIYAWATI

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Pada

Program Pascasarjana Magister Teknologi Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(4)

PENGEMBANGAN MODUL KINEMATIKA GERAK DENGAN ANALISIS VEKTOR PADA SMA KELAS XI

(Tesis)

Oleh ELIYAWATI

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.3. Alur pembuatarn bahan ajar ... 24

3.1. Prosedur Pengembangan Modul ... 49

3.2 Desain Eksperimen Before-After ... 67

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. Ketuntasan tiap KD mapel Fisika SMA Lab.Ratu Semester Ganjil ... 2

2.2. SK dan KD fisika SMA semester Ganjil ... 19

3.1. Kisi Kisi Instrumen Analisis Kebutuhan ... 61

3.2 Kisi Kisi Instrument Validasi Ahli ... 61

3.3 Kisi-kisi Instrumen Angket Uji coba perorangan ... 63

3.4 Kisi-Kisi Instrumen Angket Uji Coba kelompok kecil ... 63

3.5. Kisi Kisi Penilaian Hasil Belajar Siswa Materi Kinematika Gerak Dengan Analisis Vektor ... 68

3.6 Kisi Kisi Instrumen Uji Efisiensi Waktu ... 69

3.7 Kisi Kisi Instrumen Angket Uji Daya Tarik ... 69

4.1 Tabel Persentase Ketuntasan Mata Pelajaran Fisika Materi Kinematika Gerak Dengan Analisis Vektor. ... 74

4.2 Tabel Indikator Dan Tujuan Pembelajaran ... 79

4.3 Revisi Modul Berdasarkan Tinjauan Ahli ... 83

4.4 Perbandingan Nilai Rata Rata Pada Kelas Uji Coba ... 90

4.5 Uji Beda Nilai Sebelum dan Sesudah Menggunakan Modul ... 90

4.6 Perbandingan Efektifitas Sebelum dan Sesuadah Treatment ... 92

4.7 Perbandingan Efektifitas Sebelum dan Sesudah Treatment berdasarkan pencapaian KKM ... 92

4.8 Efesiensi Sebelum dan Sesudah Menggunakan Bahan Ajar ... 93

(7)
(8)
(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Daftar Tabel ... xvi

Daftar Gambar ... xvii

I . Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi masalah ... 5

1.3 Batasan masalah... 5

1.4 Rumusan masalah ... 6

1.5 Tujuan penelitian ... 6

1.6 Manfaat penelitian ... 7

1.7 Spesifikasi produk yang dihasilkan ... 8

II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar dan Pembelajaran ... 9

2.2 Karakteristik Pembelajaran Fisika di SMA ... 16

2.3 Desain Bahan Ajar ... 20

3.4 Metode Penelitian tahap 1 3.4.1 Populasi dan sampel ... 58

3.4.2 Teknik Pengumpulan data ... 60

3.4.3 Kisi-kisi dan instrumen Penelitian ... 60

3.4.4 Defenisi Konseptual dan operasional ... 64

(10)

3.5 Metode Penelitian tahap II

3.5.1 Model Rancangan Eksperimen ... 66

3.5.2 Populasi dan sampel ... 67

3.5.3 Teknik Pengumpulan data ... 67

3.5.4 Kisi-kisi dan instrumen Penelitian ... 68

3.5.5 Teknik Analisis data ... 70

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENGEMBANGAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Potensi Dan Kondisi Sub Rayon Way Jepara Untuk Pengembangan Bahan Ajar Modul ... 72

4.2.3 Efesiensi pembelajaran ... 102

4.2.4 Kemenarikan bahan ajar ... 104

4.2.5 Keunggulan bahan ajar ... 106

4.2.6 Keterbatasan bahan ajar ... 106

4.2.7 Keterbatasan penelitian dan pengembangan ... 106

V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 108

5.2 Implikasi ... 109

5.3 Saran ... 110

Daftar Pustaka ... 112

Lampiran 1. Kisi kisi instrumen analisis kebutuhan ... 116

2. Analisis Kebutuhan siswa terhadap bahan ajar. ... 118

3. Analisis Kebutuhan Guru terhadap bahan ajar. ... 120

4. Rekapitulasi angket kebutuhan siswa ... 122

5. Rekapitulasi angket kebutuhan guru ... 123

6. Soal pretest ... 124

7. Rekapitulasi nilai pretes ... 127

8. Kisi-Kisi Uji coba perorangan ... 130

9. Lembar Angket Untuk Uji coba perorangan ... 131

(11)

11.Kisi-kisi Uji coba kelompok kecil ... 137

12.Lembar Angket Untuk Uji coba kelompok kecil ... 138

13.Rekapitulasi uji coba kelompok kecil ... 144

14.Instrumen validai ahli pembelajaran ... 146

15.Instrumen validai ahli media ... 152

16.Instrumen validai ahli materi ... 158

17.Kisi kisi Instrumen Angket Uji Daya Tarik ... 165

18.Lembar Angket Uji Daya Tarik ... 166

19.Data Daya Tarik Modul ... 170

20.Data postes ... 174

21.Analisis daya beda ... 178

22.Data efektifitas ... 185

23.Uji homogenitas ... 190

24.Efektifitas modul berdasarkan pencapaian KKM ... 191

25.Rencana pelaksanaan pembelajaran ... 195

26.Garis besar Isi Materi ... 219

(12)

Moto

Tatanan kehidupan ini akan harmoni dengan

penerapan agama

Adalah hal yang terbangun dengan biasa akan membawa

manusia kepada hal hal yang luar biasa

(13)
(14)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya kecilku ini untuk :

1. Bapak, mamakku tercinta. Terima kasih atas segalanya, bagiku engkau adalah penyemangat abadi hidupku, tempat berhibur dalam segala kegundahanku 2. Suamiku, Adi Hermanto. Terima kasih atas segalanya, engkau adalah pemimpin

yang mensejahterakanku. Melengkapi segala kekurangan, memenuhi kebutuhan, bantuan, doa dan dorongan untukku.

3. Adikku dan anakku. Dwi Budianto dan Abdullah Tsaqif, semoga ini menjadi semangat bagi kalian untuk meraih masa depanmu.

(15)

RIWAYAT PENULIS

Penulis bernama lengkap Eliyawati. Lahir dari pasangan Tohir – Satun Efrina pada 10 Juni 1985. Penulis menikah pada Desember 2012 dengan Adi Hermanto dan sekarang baru dikaruniai seorang putra yang bernama Abdullah Tsaqif.

Penulis adalah Ibu rumah tangga yang aktif sebagai pengajar sejak lulus SI

(16)

SANWACANA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan ridho-Nya tesis ini dapat disusun dan diselesaikan. Selama menempuh pendidikan dan penulisan serta penyelesaian tesis ini banyak hal yang penulis rasakan. Perasaan itu terkadang terasa menyenangkan juga kadang terasa sulit dan berat. Dalam proses tersebut penulis banyak memperoleh dukungan baik secara moral maupun material dari berbagai pihak.

Pada kesempatan ini dengan perasaan yang bahagia dan terharu penulis haturkan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada yang kami hormati :

1. Prof. Dr. Sugeng P Hariyanto Selaku Rektor Universitas Lampung 2. Dr Bujang Rahman selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

3. Prof. Dr Sujarwo, M.S selaku direktur program pascasarjana Universitas Lampung.

4. Dr Adelina Hasyim selaku ketua program studi Magister Teknologi Pendidikan dan pembahas I yang mengarahkan serta memberi petunjuk dan saran yang sangat berharga bagi penulis.

5. Dr. Herpratiwi selaku pembimbing I yang di dalam berbagai kesibukan dapat menyempatkan diri membimbing dan mengarahkan serta memberi petunjuk dan saran yang sangat berharga bagi penulisan tesis ini;

6. Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc. selaku pembimbing II yang di dalam berbagai kesibukan dapat menyempatkan diri membimbing dan mengarahkan serta

(17)

7. Dr Undang Rosidin selaku pembahas II yang telah meberikan arahan dalam penulisan tesis ini.

8. Bapak Dr Abdurrahman M.si., Dr Agus Suyatna, M.Si., dan Dr Riswandi, M.Pd., sebagai dosen ahli materi fisika, pembelajaran fisika dan ahli materi yang telah memberikan saran untuk perbaikan dari modul yang dikembangkan.

9. Pengelola, Dosen pengajar dan staf sekretariat Magister Teknologi Pendidikan, yang telah banyak membantu penulis selama mengikuti perkuliahan;

10. Suami dan anak-ku yang telah memberikan semangat kepada penulis.

11. Rekan kerja di SMA Negeri I Labuhan Ratu yang telah membantu dalam proses perizinan pekerjaan.

12. Sahabat Teknologi Pendidikan angkatan 2011 yang telah menjadi teman dalam mencapai gelar magister

13. Guru, Staf dan Siswa dari SMA N I Labuhan Ratu, SMAIT Baitul Muslim Labuhan Ratu dan SMA Teladan Way Jepara yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan berkat dan anugrah-Nya berlimpah bagi beliau-beliau yang tersebut di atas. Sangat disadari dalam tesis ini terdapat banyak kekurangan oleh karena itu semua saran dan kritik penulis terima dengan lapang dada demi kesempurnaan penulisan tesis ini. Akhirnya harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Mei 2015 Penulis

(18)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Menurut Salma (2007 : 4) pembelajaran adalah upaya menciptakan kondisi dengan sengaja agar tujuan pembelajaran dapat dipermudah pencapaiannya. Dalam pelaksanaannya perlu dipilih strategi yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dan dibutuhkan perencanaan strategi pembelajaran supaya tujuan tercapai secara efektif dan efesien. Hal tersebut meliputi penetapan keputusan tentang materi yang disampaikan, strategi pembelajaran yang akan digunakan, media, bahan ajar atau sumber belajar yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Hasil belajar fisika pada SMA N I Labuhan Ratu juga masih rendah. Kompetensi dasar kinematika dengan analisis vektor pada kelas XI semester ganjil memiliki ketuntasan paling rendah. Dari beberapa pertanyaan kepada peserta didik diperoleh kegagalan tersebut dikarenakan membutuhkan pengetahuan tentang konsep turunan dan integral. Materi prasyarat tersebut belum diperoleh siswa pada kelas XI semester ganjil. Materi deferensial diperoleh siswa pada pelajaran

(19)

2 Tabel 1.1. Ketuntasan Tiap Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Fisika SMA

Negeri I Labuhan Ratu Semester Ganjil.

No Kompetensi dasar mata pelajaran fisika kelas XI Ketuntasan 1 Kinematika gerak dengan analisis vektor 20%

2 Grafitasi 35%

3 Elastisitas 70%

4 Gerak harmonic sederhana 60%

5 Energy dan usaha 65%

6 Hukum kekekalan energy mekanik 50%

7 Impuls, momentum dan tumbukan 80%

Berdasarkan analisis terhadap siswa yaitu tentang karakteristik umum siswa, kemampuan awal dan gaya belajar siswa diperoleh bahwa karakteristik umum siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) di Sub Rayon Way Jepara Lampung Timur belum dapat memfasilitasi pembelajaran dengan internet dan komputer baik yang disediakan oleh sekolah maupun siswa secara pribadi, adanya materi prasyarat matematika yaitu konsep integral dan diferensial pada materi kompetensi dasar menganalisis gerak lurus, gerak melingkar dan gerak parabola dengan analisis vektor. Gaya belajar banyak latihan adalah gaya belajar pada siswa kelas jurusan IPA, karena menurut mereka dengan begitu dapat dengan lihai mengerjakan soal.

(20)

3 Proses pembelajaran sangat bergantung pada guru sebagai sumber belajar. Pada era pendidikan sekarang sumber belajar sangat luas dan mudah ditemui siswa namun sumber belajar tersebut belum serta merta dapat memudahkan siswa dalam belajar. Maka sumber belajar tersebut harus sengaja dirancang untuk

memudahkan siswa dalam belajar. Sumber belajar demikian dinamakan bahan ajar. Berdasarkan panduan pengembangan bahan ajar KTSP disebutkan bahwa Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Berbagai jenis bahan ajar cetak, antara lain hand out, buku, modul, poster, brosur, dan leaflet. Bahan ajar yang memadukan konsep matematika untuk pembelajaran fisika pada materi kinematika gerak dengan analisis vektor sangat diperlukan. Menjadi

tanggung jawab guru fisika untuk menyajikan materi matematika yang akan dipergunakan, namun konsep matematika tidak dapat serta merta dikuasai oleh siswa dan dapat dipergunakan dalam pembelajaran. Maka diperlukan pengalaman belajar mandiri bagi siswa yang menyajikan konsep matematika yang

dipergunakan dalam pembelajaran fisika sehingga siswa dapat belajar secara mandiri untuk memahaminya.

Buku teks pelajaran menurut Prastowo (2012 : 168) adalah buku yang berisi ilmu pengetahuan yang diturunkan dari kompetensi dasar yang tertuang dalam

(21)

4 prasyarat, materi prasyarat hanya berupa pertanyaan. Kelemahan yang lain buku teks memiliki contoh soal dan latihan yang terbatas karena buku teks biasanya dicetak dalam satu semester atau satu tahun. Menurut Prastowo (2012 : 106) modul pada dasarnya adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami siswa sesuai tingkat pengetahuan dan usia mereka, agar mereka dapat belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan atau

bimbingan yang minimal dari pendidik. Dengan modul siswa dapat mengukur sendiri tingkat penguasaan mereka terhadap materi yang dibahas pada setiap satuan modul bedasarkan kunci jawaban yang disediakan, sehingga apabila telah menguasainya mereka dapat melanjutkan pada satuan modul tingkat berikutnya. Penulisan judul modul mengacu pada kompetensi dasar atau materi pokok dalam kurikulum. Satu kompetensi dasar dapat dijadikan satu modul jika tidak terlalu besar dan satu modul maksimal 4 materi pokok. Hal tersebut berarti modul disusun secara lengkap dibandingkan buku teks.

(22)

5 1.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang ada masalah masalah yang teridentifikasi adalah sebagai berikut :

1. Terdapat kendala dalam pembelajaran kinematika gerak dengan analisis vektor di SMA Negeri I Labuhan Ratu yaitu siswa belum mendapat konsep integral dan deferensial.

2. Bahan ajar fisika materi kinematika gerak dengan analisis vektor yang tersedia di SMA Negeri I Labuhan Ratu belum dilengkapi dengan konsep matematika yang mendasarinya

3. Bahan Ajar fisika materi kinematika gerak dengan analisis vektor yang tersedia di SMA Negeri I Labuhan Ratu belum memudahkan siswa untuk belajar

4. Modul yang efektif, efesien dan menarik belum tersedia di SMA Negeri I Labuhan Ratu

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan masalah masalah yang teridentifikasi di atas, pada penelitian ini dibatasi pada beberapa masalah diantaranya yaitu:

1. Belum adanya modul yang efektif untuk pembelajaran fisika materi

kinematika gerak dengan analisis vektor di SMA Sub Rayon Way Jepara 2. Belum adanya modul yang efesien untuk pembelajaran fisika materi

(23)

6 3. Belum adanya modul yang menarik untuk pembelajaran fisika materi

kinematika gerak dengan analisis vektor di SMA Sub Rayon Way Jepara

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah pada penelitian ini antara lain :

1. Bagaimana potensi dan kondisi awal pembelajaran fisika materi kinematika gerak dengan analisis vektor tanpa modul yang disertai konsep matematika dasar?

2. Bagaimana proses pengembangan modul kinematika gerak dengan analisis vektor disertai konsep matematika dasar?

3. Bagaimana efektifitas modul kinematika gerak dengan analisis vektor disertai konsep matematika dasar bagi siswa di SMA Sub Rayon Way Jepara 4. Bagaimana efesiensi modul kinematika gerak dengan analisis vektor disertai

konsep matematika dasar bagi siswa SMA di SMA Sub Rayon Way Jepara 5. Bagaimana kemenarikan modul kinematika gerak dengan analisis vektor

disertai konsep matematika dasar bagi siswa di SMA Sub Rayon Way Jepara

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian pengembangan ini antara lain : 1. Mendeskripsikan potensi dan kondisi awal pembelajaran fisika materi

(24)

7 2. Mendeskripsikan langkah langkah dalam pengembangan modul kinematika

gerak dengan analisis vektor disertai konsep matematika dasar.

3. Menganalisis efektifitas modul materi kinematika gerak dengan analisis vektor bagi siswa di SMA Sub Rayon Way Jepara.

4. Menganalisis efesiensi modul kinematika gerak dengan analisis vektor

disertai konsep matematika dasar bagi siswa di SMA Sub Rayon Way Jepara 5. Menganalisis kemenarikan modul kinematika gerak dengan analisis vektor

disertai konsep matematika dasar bagi siswa di SMA Sub Rayon Way Jepara

1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis dapat mengembangkan konsep, penerapan, teori, prinsip dan prosedur teknologi pendidikan dalam kawasan desain dan pemanfaatan.

1.6.2 Manfaat Praktis

a. Bagi lembaga sekolah, sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran fisika

b. Bagi guru guru fisika, hasil penelitian ini dapat dipergunakam sebagai alternatif sumber belajar untuk mengatasi kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran fisika khususnya materi kinematika gerak

(25)

8 d. Bagi peneliti, dapat memberikan pengalaman yang bermanfat untuk berkarya

mengembangkan sumber belajar atau bahan ajar lainnya pada mata pelajaran fisika maupun mata pelajaran lain.

1.7 Spesifikasi produk yang dihasilkan

Dalam penelitian ini dihasilkan modul yang bersifat komplemen atau melengkapi bahan ajar yang ada, terutama penggunaan konsep integral dan deferensial dalam pelajaran fisika. Penambahan konsep itu diharapkan akan mempermudah siswa menggunakan modul untuk belajar mandiri. Modul disusun dengan menyajikan kunci jawaban, perolehan skor dan diberikan contoh soal beserta latihannya setelah pembahasan materi. Modul terdiri dari :

1. Petunjuk penggunaan modul, 2. Peta konsep,

3. Uraian materi, 4. Contoh contoh soal, 5. Rangkuman,

(26)

II. KAJIAN PUSTAKA

2.1Teori Belajar Dan Pembelajaran 2.1.1 Teori Belajar Behavioristik

Belajar adalah suatu aktifitas yang berlangsung antara pebelajar dengan lingkungannya dan menimbulkan perubahan pada berbagai aspek. Dalam pendidikan banyak teori belajar yang disumbangkan oleh beberapa ahli, namun Teori belajar memiliki tujuan utama untuk menjelaskan proses belajar.

Memperhatikan pada hubungan diantara variabel variabel yang menentukan hasil belajar. Berbeda dengan teori pembelajaran yang memperhatikan pada bagaimana pembelajar memepengaruhi siswanya untuk belajar.

(27)

10

stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon).

Ciri belajar Teori behavioristik menurut Riyanto (2009 : 6): 1. Mementingkan faktor lingkungan.

2. Menekankan pada faktor bagian.

3. Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif.

4. Sifatnya mekanis.

5. Mementingkan masa lalu.

Menurut Karwono (2010 : 42) teori behaviorisme menekankan pada tingkah laku manusia dan memandang individu sebagai mahluk reaktif yang memberikan respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan latihan akan membentuk perilaku mereka

Sedangkan prinsip belajar menurut Skinner dalam Karwono (2010 : 46) antara lain :

1. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat.

2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. 3. Materi pelajaran, digunakan sistem modul.

4. Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah, untukmenghindari adanya hukuman.

(28)

11

6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variabel Rasio reinforcement.

7. Dalam pembelajaran digunakan shaping.

Berdasarkan uraian diatas teori belajar behaviorisme bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus untuk merangsang pebelajar dalam berperilaku. Pembelajaran

menggunakan modul yang pada hakikatnya disusun dalam rangka belajar mandiri untuk siswa, sangat banyak menggunakan reinforcement berupa penguatan yang diberikan kepada siswa agar semakin termotivasi mempelajari modul. Prinsip pengulangan latihan, penguatan dan sebab akibat pada teori behaviorisme adalah teknik dalam penyusunan modul sehingga diharapkan pembaca modul diharapkan mencapai hasil belajar yang diinginkan.

2.1.2 Teori Belajar Konstruktivistik

Teori ini memahami belajar sebagai proses pembentukan pengetahuan oleh si belajar itu sendiri. Pengetahuan ada di dalam diri seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak guru kepada orang lain. Menurut Piaget dalam Siregar dkk (2010 : 39) bahwa pengetahuan merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari

(29)

12

Menurut Budiningsih (2005:59) Paradigma konstruktivisme memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebut akan menjadi dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan yang baru.

Berdasarkan uraian di atas, dalam belajar siswa harus membangun sendiri pengetahuannya karena proses belajar itu datang dari dalam individu bukan diri luar individu. Dalam hal sarana belajar, peran utama dalam kegiatan belajar adalah aktivitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan sendiri melalui bahan, media, peralatan, lingkungan dan fasilitas lainnya yang disediakan untuk

membantu pembentukan pengetahuan tersebut. Lingkungan belajar juga sangat berpengaruh terhadap konstruksi pengetahuan oleh siswa.

Peranan guru dalam teori belajar konstruktivisme menurut Siregar dkk ( 2010: 39) guru berperan sebagai fasilitator. Peran tersebut antara lain :

1. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggung jawab

2. Menyediakan atau memberikan kegiatan kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa dalam membantu mereka untuk mengekspresikan gagasannya

3. Memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan apakah pemikiran siswa berjalan atau tidak.

(30)

13

menerapkan pengetahuan, maka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan ide ide.

Dengan demikian maka peran guru dalam pembelajaran konstruktivistik adalah sebagai fasilitator kegiatan belajar siswa, merancang strategi pembelajaran yang tepat, menyediakan sarana belajar untuk siswa dengan kegiatan belajar yang aktif dan mandiri, dan mengawasi dan memandu jalannya kegiatan belajar siswa

sehingga proses pembelajaran berjalan dengan baik. Teori belajar konstruktivisme juga menjelaskan bahwa guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut.

Garis besar pemikiran filsafat konstruktivisme yang diambil manfaatnya untuk proses belajar siswa adalah sebagai berikut.

1. Pengetahuan dibangun oleh peserta didik sendiri, baik secara personal maupun secara sosial;

2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari pendidik ke peserta didik, kecuali hanya dengan keaktifan peserta didik sendiri untuk menalar,

3. Peserta didik aktif mengkontruksi terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah,

4. Pendidik sekadar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi peserta didik berjalan mulus.

(31)

14

yang menciptakan suasana konstruktivistik, karena jika tidak ada perancangang dan pengawasan dalam pembelajaran, tujuan pembelajaran akan sulit untuk dicapai. Pembelajaran menggunakan modul dalam rangka pembelajaran mandiri memberikan ruang yang luas bagi siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri. Modul yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk melanjutkan mempelajari materi jika sudah menyelesaikan tahap selanjutnya memberikan kesempatan bagi siswa untuk terus mengkonstruksi pemahamannya dan pembelajaran mandiri ini memotivasi siswa untuk bertanya kepada guru jika menemui kesulitan. Keaktifan siswa baik itu secara pribadi maupun sosial dalm mempelajari modul ini adalah salah satu ciri pembelajaran yang menganut teori konstruktivisme.

2.1.3 Teori Pembelajaran Reigeluth

Reigeluth dan Merril dalam Miarso (2009 : 529) berpendapat bahwa pembelajaran sebaiknya didasarkan pada teori pembelajaran yang bersifat prekiptif yaitu teori yang memberikan “resep” untuk mengatasi belajar. Strategi pembelajaran adalah spesifikasi untuk menyeleksi serta mengurutkan peristiwa belajar atau kegiatan pembelajaran dalam suatu pelajaran. Strategi pembelajaran meliputi situasi belajar seperti belajar induktif serta komponen proses belajar mengajar seperti motivasi dan elaborasi.

Menurut Reigeluth membagi strategi pembelajaran menjadi 2 variabel strategi: 1. Variabel strategi mikro adalah metode dasar untuk mengorganisasikan

(32)

15

tunggal dan sebagainya). Hal tersebut mencakup komponen strategi seperti definisi, contoh, latihan, dan bentuk sajian lain.

2. Variabel strategi makro adalah metode dasar untuk mengorganisasikan aspek-aspek pembelajaran yang berhubungan dengan gagasan lebih dari satu, seperti mengurutkan, membuat sintesa, dan membuat ringkasan (mempreview dan mereview) gagasan-gagasan yang diajarkan.

Variabel penting dalam pembelajaran menurut yaitu : a. Kondisi pembelajaran

Kondisi Pembelajaran didefenisikan sebagai faktor faktor yang mempengaruhi penggunaan metode tertentu untuk meningkatkan hasil belajar. Yang

dimaksud dalam klasifikasi variabel ini adalah tujuan pembelajaran, karakteristik bidang studi, kendala, dan karakteristik siswa

b. Metode pembelajaran

Metode pembelajaran didefenisikan sebagai cara cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda dibawah kondisi yang berbeda. Klasifikasi variabel ini adalah strategi pengorganisasian, strategi penyampaian dan strategi pengelolaan.

c. Hasil pembelajaran

(33)

16

2.2Karakteristik Mata Pelajaran Fisika di SMA 2.2.1 Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga meliputi proses penemuan dan sikap ilmiah. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat

membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dipicu oleh temuan di bidang fisika material melalui penemuan piranti mikroelektronika yang mampu memuat banyak informasi dengan ukuran sangat kecil. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan serta pengurangan dampak bencana alam tidak akan berjalan secara optimal tanpa pemahaman yang baik tentang fisika.

(34)

17

sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Pembelajaran Fisika dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup.

2.2.2 Tujuan

Berdasarkan peraturan menteri pendidikan nasional nomor 22 tahun 2006 standar isimata pelajaran Fisika di SMA bertujuan agar siswa berkemampuan : 1. Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan

keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa 2. Mengembangkan sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan

dapat bekerjasama dengan orang lain

3. Mengembangkan pengalaman melalui percobaan agar dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis, merancang dan merakit instrumen, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan secara lisan dan tertulis

4. Mengembangkan kemampuan penalaran induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip untuk mendeskripsikan berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif

(35)

18

melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2.2.3 Ruang Lingkup

Mata pelajaran Fisika di SMA merupakan pengkhususan IPA di SMA yang menekankan pada fenomena alam dan pengukurannya dengan perluasan pada konsep abstrak yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

1. Pengukuran berbagai besaran, karakteristik gerak, penerapan hukum Newton, alat-alat optik, kalor, konsep dasar listrik dinamis, dan konsep dasar gelombang elektromagnetik

2. Gerak dengan analisis vektor, hukum Newton tentang gerak dan gravitasi, gerak getaran, energi, usaha, dan daya, impuls dan momentum, momentum sudut dan rotasi benda tegar, fluida, termodinamika

3. Gejala gelombang, gelombang bunyi, gaya listrik, medan listrik, , medan magnet, gaya magnetik, induksi elektromagnetik dan arus bolak-balik, dan gelombang elektromagnetik

2.2.4 Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran

(36)

19

2. Memahami prinsip-prinsip pengukuran dan melakukan pengukuran besaran fisika secara langsung dan tidak langsung secara cermat, teliti, dan obyektif 3. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika

benda titik, kekekalan energi, impuls, dan momentum

4. Mendeskripsikan prinsip dan konsep konservasi kalor sifat gas ideal, fluida dan perubahannya yang menyangkut hukum termodinamika serta

penerapannya dalam mesin kalor

5. Menerapkan konsep dan prinsip optik dan gelombang dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi

6. Menerapkan konsep dan prinsip kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai masalah dan produk teknologi

2.2.5 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Fisika SMA Kelas XI Semester Ganjil

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Fisika SMA Kelas XI Semester Ganjil

Standar Kompetensi Kompetensi dasar Menganalisis gejala alam

dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik

1.1 Menganalisis gerak lurus, gerak melingkar dan gerak parabola dengan menggunakan vektor

1.2 Menganalisis keteraturan gerak planet dalam tatasurya berdasarkan hukum-hukum Newton

1.3 Menganalisis pengaruh gaya pada sifat elastisitas bahan

1.4 Menganalisis hubungan antara gaya dengan gerak getaran

1.5Menganalisis hubungan antara usaha, perubahan energi dengan hukum kekekalan energi mekanik

(37)

20

Standar Kompetensi Kompetensi dasar kehidupan sehari-hari

1.7Menunjukkan hubungan antara konsep impuls dan momentum untuk

menyelesaikan masalah tumbukan

: 2.3Desain Bahan Ajar

Menurut Syaefudin Sa’ud (2011 : 214) Bahan ajar atau learning materials

merupakan bahan pembelajaran yang secara langsung digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Penggunaan bahan ajar berkaitan dengan kegiatan pembelajaran dapat dibagi dalam dua kategori yaitu bahan ajar yang digunakan dalam proses belajar dengan bimbingan langsung dari guru seperti buku teks, kedua bahan ajar yang digunakan siswa untuk belajar mandiri tanpa bantuan guru misalkan modul. Karakteristik bahan pembelajaran cetak aantara lain :

1. Bahan ajar ditujukan untuk kepentingan kurikuler, instruksional, dan pengembangan ilmu.

2. Bahan ajar juga mengakomodasi sumber sumber daya (potensi ) daerah tanpa mengabaikan poin terdahulu

3. Bahan ajar yang mengoptimalkan pembelajaran mandiri khususnya siswa, 4. Bahan ajar dapat memberikan pengayaan khususnya bagi kegiatan belajar

siswa melalui pemberian tugas dan rujukan sumber lain yang disarankan 5. Bahan ajar yang dikembangkan adalah bahan ajar yang pembaca utamanya

siswa.

(38)

21

pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/ instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.

Maka dalam penelitian ini yang dimaksud dengan bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar.

Bahan ajar yang menarik dan inovatif sangat diperlukan dalam pembelajaran. bahan ajar akan memeberikan kontribusi yang besar dalam keberhasilan proses pembelajaran. Menurut Prastowo (2012 : 24) fungsi bahan ajar dapat

diklasifikasikan menjadi dua jika dilihat berdasarkan pihak yang memanfaat nya yaitu :

1. Fungsi bahan ajar bagi pendidik antara lain :

a. Menghemat waktu bagi pendidik dalam mengajar b. Mengubah peran pendidik menjadi seorang fasilitator

c. Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif

d. Sebagai pedoman bagi pendidik yang akan mengarahkan semua aktifitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan

substansi kompetensi yang semestinya diajarakan kepada siswa e. Sebagai alat evaluasi pencapaian atau penugasan hasil

pembelajaran

2. Fungsi Bahan ajar bagi siswa antara laian : a. Siswa dapat belajar tanpa harus ada pendidik

b. Siswa dapat belajar dimana saja, kapan saja ia kehendaki c. Siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan masing masing d. Siswa dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya sendiri e. Membantu potensi siswa untuk belajar mandiri

(39)

22

Agar bahan ajar dapat berfungsi dengan baik dalam proses pembelajaran, maka setiap bahan ajar yang merupakan bahan bahan yang dikumpulan dari berbagai sumber belajar setidaknya terdapat enam komponen, menurut Prastowo (2012:28) komponen tersebut antara lain yaitu:

1. Petunjuk Belajar

2. Kompetensi yang akan dicapai 3. Informasi pendukung

4. Latihan latihan

5. Petunjuk kerja atau lembar kerja 6. Evaluasi

Dalam penelitian ini komponen bahan ajar yang akan ditulis dalam antara lain

• Judul, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator,

• Tujuan yang akan dicapai

• Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)

• Kegiatan belajar

• Informasi pendukung

• Latihan-latihan

• Petunjuk kerja

• Penilaian

2.3.1 Macam Macam Bahan Ajar

(40)

23

a. Bahan cetak, yakni bahan yang disiapkan dalam kertas yang berfungsi untuk keperluan pembelajaran atau penyampaian informasi contohnya handout, modul, buku, LKS, brosur, leaflet, wallchart, foto atau gambar

b. Bahan ajar dengar yakni semua sistem yang menggunakan sinyal radio secara langsung yang dapat dimainkan dan didengar oleh orang atau sekelompk orang, contoh radio, piringan hitam, kaset, dan compact disk audio

c. Bahan ajar interaktif yakni kombinasi dari dua atau lebih media yang oleh penggunanya dimanipulasi atau diberi perlakuan untuk mengendalikan suatu perintah dan atau perilaku alami dari suatu presentasi.

2.3.2 Pengembangan Bahan Ajar

Menurut Syaefudin Sa’ud (2011 : 216) prosedur pengembangan bahan ajar meliputi :

1. Persiapan

Langkah pertama yang harus disiapkan dan dipelajari tatkala akan menyusun bahan ajar adalah kurikulum/GBPP dari suatu bidang studi mata pelajaran yang akan disusun bahan ajarnya. Langkah persiapan yang kedua adalah Mempelajari struktur materi dari bahan ajar yang dikembangkan, yakni terkait scope dan

sequence. Langkah persiapan yang terakhir yaitu mengumpulkan berbagai sumber yang diperlukan

2. Penulisan draft bahan ajar

(41)

24

didiskusikan mendapat berbagai masukan kemudian direvisi denganmasukan yang ada

3. Penyelesaian

Tahap terakhir adalah memperhatikan aspek kebahasaan, kerbacaan ( readability study), kosakata yang digunakan termasuk tingkat kesulitan bahasa dikaitkan dengan pengguna utama (target audience). kemudian kelengkapan bahan penunjang lainnya seperti gambar, tabel dan sebagainya.

Dalam pembuatan bahan ajar, tentu memiliki alur pembuatannya yang diterangkan oleh diagram berikut

Gambar 2.3. Alur pembuatarn bahan ajar sumber http : // akhmadsudrajat .wordpress.com.

(42)

25

2.4Bahan Ajar Modul 2.4.1 Pengertian

Dikemukakan oleh badan pengembang Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam Prastowo (2012 :105) bahwa yang dimaksud modul adalah satu unit program kegiatan belajar mengajar terkecil yang secara terperinci menggariskan hal hal sebagai berikut :

1. Tujuan tujuan instruksional umum yang akan dicapainya; 2. Topik yang akan dijadikan pangkal proses belajar mengajar; 3. Tujuan tujuan instruksional khusus yang akan dicapai siswa; 4. Pokok pokok materi yang akan dipelajari dan diajarkan;

5. Kedudukan dan fungsi satuan (modul) dalam kesatuan program yang lebih luas;

6. Peranan guru dalam proses belajar mengajar; 7. Alat alat dan sumber yang dipakai;

8. Kegiatan belajar yang haris dilakukan dan dihayati murid secara berurutan;

9. Lembar lembar kerja yang harus didisi murid dan;

10. Program evaluasi yang akan dilaksanakan selama proses berjalan.

Modul yang akan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar memiliki sifat-sifat yang khas, diantaranya adalah:

1. Modul itu merupakan unit pengajaran terkecil dan lengkap

2. Modul itu memuat rangkaian kegiatan belajar yang direncakan dan sistematik 3. Modul memuat tujuan belajar yang dirumuskan secara jelas dan spesifik

(khusus)

4. Modul memungkinkan siswa belajar sendiri.

(43)

26

Sedangkan Asyhar (2011 : 155) menyatakan bahwa modul adalah salah satu bentuk bahan ajar berbasis cetakan yang dirancang secara mandiri oleh peserta pembelajaran oleh karena itu modul dilengkapi dengan petunjuk untuk belajar sendiri.

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa modul adalah bahan ajar berbentuk cetakan yang dikemas dalan unit terkecil, disusun secara sitematis dan dirancang oleh pendidik dengan tujuan agar siswa dapat mempelajari bahan yang akan dipelajarinya secara mandiri dengan bimbingan yang minimal dari pendidik. Maka pembelajaran dengan menggunakan modul dapat mengakomodasi siswa untuk belajar sesuai dengan kecepatan belajar mereka masing masing. Karena jika siswa merasa telah mampu menyelesaikan satuan dari modul maka siswa dapat melanjutkan ke satuan modul tingkat selanjutnya.

2.4.2 Fungsi Kegunaan dan Tujuan Pembuatan Modul

Pembelajaran menggunakan modul memungkinkan siswa yang memilki kecepatan yang tinggi dalam belajar akan lebih cepat menyelesaikan satu atau lebih

kompetensi dasar dibandingkan dengan siswa lannya yang tidak menggunakan modul. Maka modul memiliki arti penting dalan kegiatan belajar mengajar. Menurut Prastowo (2012 : 108) Sebagai salah satu bentuk bahan ajar, modul memiliki fungsi sebagai berikut :

1. Bahan ajar mandiri. Maksudnya penggunanaan modul dalam proses pembelajaran berfunsi meningkatkan kemampuan siswa untuk belajar sendiri tanpa tergantung kepada kehadiran pendidik;

(44)

27

3. Sebagai alat evaluasi. Maksudnya, dengan modul, siswa dituntut untuk dapat mengukur dan menilai sendiri tingkat penguasaannya terhadap materi yang telah dipelajari;

4. Sebagai bahan rujukan bagi siswa. Maksudnya karena modul mengandung berbagai materi yang harus dipelajari oleh siswa.

Lebih lanjut lagi Prastowo (2012 : 109) menyatakan modul memiliki kegunaan dalam proses pembelajaran yaitu sebagai penyedia informasi dasar dan bahan instruksi atau petunjuk bagi siswa , sebagai bahan pelengkap dengan ilustrasi dan foto, menjadi petunjuk mengajar yang efektif bagi pendidik serta menjadi bahan berlatih bagi siswa dalam melakukan penilaian sendiri (self assessment).

Adapun tujuan menurut Prastowo (2012 : 108) penyusunan atau pembuatan modul antara lain :

1. Agar siswa dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan pendidik (yang minimal);

2. Agar pendidik tidak terlalu dominan dan otoriter dalam kegiatan pembelajaran;

3. Melatih kejujuran siswa;

4. Mengakomodasi berbagai tingkat dan kecepatan belajar siswa;

5. Agar siswa mampu mengukur sendiri tingkat penguasaan materi yang telah dipelajari.

2.4.3 Macam Macam modul

Sebagai bahan ajar, modul memiliki jenis jenis yang berbeda beda. Menurut Prastowo (2012 : 110) Modul dibedakan menurut dua macam yaitu berdasarkan penggunaannya dan berdasarkan tujuan penyusunannya. Dilihat dari

(45)

28

Berdasarkan tujuan penyusunannya, menurut Vembriarto dalam Prastowo (2012 : 111) dibedakan menjdi dua jenis yaitu modul inti (modul dasar) dan modul pengayaan.

1. Modul inti. Adalah modul yang disusun dari kurikulum dasar, yang merupakan tuntutan dari pendidikan umum yang diperlukan oleh seluruh warga Negara Indonesia. Modul pengajaran ini merupakan hasil penyusunan dari unit unit program yang disusun menurut tingkat (kelas) dan bidang studi (mata pelajaran). Adapun unit unit program itu sendiri diperoleh dari hasil penjabaran kurikulum dasar.

2. Modul pengayaan. Adalah modul hasil penyusunan unit unit program pengayaan yang berasal dari program pengayaan yang bersifat memperluas (dimensi horizontal) dan /atau memperdalam (dimensi vertikal) program pendidikan dasar yang bersifat umum tersebut. Modul ini disusun sebagai bagian dari usaha untuk mengakomodasi siswa yang telah menyelesaikan dengan baik program pendidikan dasarnya mendahului teman temannya.

2.4.4 Unsur Unsur Modul

Modul yang dikembangkan harus mampu meningkatkan motivasi siswa dan efektif dalam mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Untuk menghasilkan modul yang baik penyusunan harus sesuai dengan criteria yang ditetapkan Depdiknas (2008) dalam Asyhar (2012 : 155) antara lain sebagai berikut :

1. Self instructional; yaitu mapu membelajarkan siswa secara mandiri. Untuk itu modul harus :

(46)

29

b. Berisi materi yang dikemas kedalam unit unit kecil/ spesifik; c. Menyediakan contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan

pemaparan materi pembelajaran;

d. Menampilakn soal soal latihan, tugas dan sejenisnya yang

memungkinkan pengguna memberikan respond an mengukur tingkat penguasaannya

e. Kontekstual

f. Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif g. Terdapat rangkuman materi pembelajaran

h. Terdapat instrument penilaian / assessment yang memnungkinkan penggunaan diklat menggunakan self assessment

i. Terdapat instrument yang dapat digunakan penggunaanya mengukur atau mengevaluasi tingkat penguasaan materi; dan

j. Terdapat umpan balik atas penilaian.

2. Self contained yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat dalam satu modul secara utuh ;

3. Stand alone (berdiri sendiri) yaitu modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama sama dengan media lain;

4. Adaptive; modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhapat perkembangan ilmu dan teknologi; dan

5. User friendly; modul hendaknya bersahabat dengan pemakainya. Instruksi dan paparannya informasi yang bersifat membantu dan bersahabat, penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, menggunakan istilah yang umum, penampilan gambar dan format penyajiannya disesuaikan dengan selera pengguna.

Menurut Prastowo (2012 : 112) untuk membuat sebuah modul yang baik, maka kita harus mengenali unsur unsur modul. Modul paling tidak harus berisikan tujuh unsur yaitu judul, petunjuk belajar (petunjuk siswa atau pendidik), kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, latihan latihan, petunjuk kerja atau lembar kerja (LK), dan evaluasi. Selain itu menurut Pratowo (2012 : 111) masih ada struktur modul yang dikemukakan Surahman dan Vembriarto yaitu :

1. Struktur modul menurut Surahman dalam Pratowo (2012 : 111)

Dalam pandangan Surahman, modul disusun dalam stuktur sebagai berikut: a. Judul modul. Bagian ini berisi tentang nama modul dari suatu mata kuliah

(47)

30

b. Petunjuk umum. Memuat penjelasan tentang langkah langkah yang akan ditempuh dalam perkuliahan meliputi kompetensi dasar, pokok bahasan, indicator pencapaian, referensi, strategi pembelajaran, lembar kegiatan pembelajaran, petunjuk bagi mahasiswa untuk memahami langkah langkah dan materi perkuliahan, dan evaluasi;

c. Materi modul; dan d. Evaluasi semester.

2. Struktur modul menurut Vembriarto dalam Pratowo (2012 : 111) Menurut pandangan Vembriarto, unsur unsur modul yamg sedang dikembangkan di Indonesia meliputi tujuh unsure sebagi berikut : a. Rumusan tujuan pengajaran yang eksplisit dan spesifik.

Tujuan pengajaran ini dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa. Tiap tiap rumusan tujuan melukiskan tingkah laku yang diharapkan dari siswa setelah menyelesaikan tugas mereka dalam mepelajari suatu modul. Rumusan tujuan pengejaran ini tercantum dalam dua bagian yaitu : 1. Lembaran kegiatan siswa, untuk memberitahukan kepada siswa

tingkah laku yang diharapkan dari mereka setelah mereka berhasil menyelesaikan modul

2. Petunjuk pendidik, untuk memberitahukan kepada pendidik tentang tingkah laku atau pengetahuan siswa yang seharusnya mereka miliki stelah mereka merampungkan modul yang bersangkutan.

(48)

31

menyelesaikan modul yang bersangkutan, alat alat pelajaran dan sumber yang dipergunakan, prosedur evaluasi, serta jenis alat evaluasi yang digunakan.

c. Lembar kegiatan siswa. Memuat materi yang harus dikuasai siswa. Dapat pula dicantumkan pula kegiatan kegiatan seperti pengamatan dan

percobaan yang dapat dilakukan siswa. Di dalamnya dapat pula dicantumkan buku buku sebadai pelngkap materi di modul.

d. Lembar kerja bagi siswa. Yaitu lembar yang digunakan untuk menjawab pertanyaan dan maslah pada lembar kegiatan siswa.

e. Kunci lembaran kerja. f. Lembaran evaluasi. g. Kunci lembaran evaluasi

Sedangkan menurut Asyhar (2011 : 165), struktur modul terdiri dari 3 bagian yaitu bagian pembuka, inti dan penutup.

1. Bagian pembuka, terdiri dari Judul, daftar isi, peta informasi, daftar tujuan kompetensi, dan tes awal

2. Bagiam inti, terdiri dari pendahuluan / tinjauan umum materi, hubungan dengan materi atau pelajaran lain, uraian materi, penugasan dan rangkuman. 3. Bagian penutup terdiri dari daftar istilah, tes akhir dan indeks.

Berdasarkan uraian di atas, dalam tesis ini akan dikembangkan modul dengan unsur unsur atau komponen komponen sebagai berikut :

1. Judul

(49)

32

3. Daftar isi

4. Pendahuluan meliputi a. Latar Belakang b. Deskripsi Singkat c. Standar Kompetensi d. Peta Konsep

e. Manfaat

f. Tujuan Pembelajaran

g. Petunjuk Penggunaan Modul 5. Kegiatan belajar meliputi

a. Kompetensi Dasar b. Materi Pokok c. Uraian Materi d. Rangkuman e. Latihan/Tugas f. Tes Mandiri g. Kunci Jawaban

6. Evaluasi meliputi Maksud Dan Tujuan Evaluasi, Materi Evaluasi, dan Soal Evaluasi

7. Penutup meliputi Tindak Lanjut dan Harapan 8. Glosarium

(50)

33

2.4.5 Prosedur Pengembangan Modul

Modul merupakan media pembelajaran yang dapat berfungsi sama dengan pengajar / pelatih pada pembelajaran tatap muka. Oleh karena itu, penulisan modul perlu didasarkan pada prinsip prinsip penulisan modul atas dasar prinsip belajar. Belajar merupakan perubahan tingkah laku karena adanya rangsangan dari lingkungan, maka menurut Asyhar (2011 : 156), penulisan modul dilakukan dengan prinsip prinsip sebagai berikut :

1. Perumusan tujuan pencapain yang jelas

2. Adanya tes yang dipadukan dalam modul untuk memeriksa ketercapaian tujuan pembelajaran dan memberika umpan balik yang sesuai

3. Mengurutkan bahan ajar dari mudah ke sulit, dari yang diketahui ke yang tidak diketahui, dari pengetahuan ke penerapan.

4. Disediakan umpan balik sehingga siswa dapat memantau proses belajar dan mendapat perbaikan bilamana diperlukan. Missal dengan memberikan kriteria atas hasil tes yang dilakuka secara mandiri.

Selain mematuhi prinsip prinsip penulisan modul diatas, untuk menghasilkan suatu modul yang baik, maka pembuatan modul harus dilakukan secara sitematis, melalui prosedur yang benar dan sesuai kaedah kaedah yang baik. Widodo dan Jasmadi (2006) dalam Asyhar (2011 : 159) menyebutkan langkah langkah kegiatan dalam proses penyusunan modul sebagai berikut:

1. Analisis kebutuhan modul

(51)

34

pembelajaran. Telaah kompetnsi dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang kebutuhan modul, baik ruang lingkup materi maupun kontennya. Dalam analisis kebutuhan menurut Asyhar (2011 : 159) dapat dilakukan langkah langkah berikut :

a. Menetapkan kompetensi yang ttelah dirumuskan pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) atau silabus,

b. Mengidentifikasikan dan menentukan ruang lingkup unit kompetensi atau bagian dari kompetensi utama.

c. Mengidentifikasi dan menetukan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang dipersyaratkan.

d. Menetukan judul modul yang akan disusun. 2. Penyususnan naskah / draft modul

Tahap ini merupakan kegiatan pemilihan, penyusunan dan pengorganisasian materi pembelajaran, yaitu mencakup judul media, judul bab, sub bab, materi pembelajaran yang mencakup pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang perlu dikuasai oleh pembaca, dan daftar pustaka. Draft disusun secara sistematis dalam satu kesatuan sehingga dihasilkan suatu prototype modul yang siap diujikan.

Dalam petunjuk penulisan bahan ajar KTSP dijelaskan bahwa penulisan modul terdiri dari beberapa langkah yaitu :

1. Perumusan KD yang harus dikuasai

Rumusan KD pada suatu modul merupakan spesifikasi kualitas yang seharusnya telah dimiliki oleh siswa setelah ia berhasil menyelesaikan modul tersebut.

2. Menentukan alat evaluasi/penilaian

(52)

35

dalam bentuk tingkah laku. Karena pendekatan pembelajarannya yang digunakan adalah kompetensi, dimana sistem evaluasinya didasarkan pada penguasaan kompetensi, maka alat evaluasi yang cocok adalah menggunakan pendekatan Panilaian Acuan Patokan (PAP) atau Criterion Referenced Assesment.

Evaluasi dapat segera disusun setelah ditentukan KD yang akan dicapai sebelum menyusun materi dan lembar kerja/tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Hal ini dimaksudkan agar evaluasi yang dikerjakan benar-benar sesuai dengan apa yang dikerjakan oleh siswa. 3. Penyusunan Materi

(53)

36

Gambar-gambar yang sifatnya mendukung isi materi sangat diperlukan, karena di samping memperjelas penjelasan juga dapat menambah daya tarik bagi siswa untuk mempelajarinya.

4. Urutan pembelajaran

Urutan pembelajaran dapat diberikan dalam petunjuk menggunakan modul. Misalnya dibuat petunjuk bagi guru yang akan mengajarkan materi tersebut dan petunjuk bagi siswa. Petunjuk siswa diarahkan kepada hal-hal yang harus dikerjakan dan yang tidak boleh dikerjakan oleh siswa, sehingga siswa tidak perlu banyak bertanya, guru juga tidak perlu terlalu banyak menjelaskan atau dengan kata lain guru berfungsi sebagai fasilitator.

Sebelum proses uji coba lapangan, sebaiknya terlebih dahulu draft modul diserahkan pada tim ahli untuk diminta saran dan komentarnya tentang konten materi, pedagogik dan bahasa modul.

3. Uji coba

Uji coba pertama dilakukan kepada siswa dalam kelompok terbatas, misalnya 5 -10 siswa. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan dan manfaat serta efektivitas pengguna media dalam pembelajaran untuk bahan revisi atau penyempurnaan sebelum produksi.

Uji coba kedua dilakuan pada kelompk siswa yang lebih besar (satu kelas). Tujuannya adalah untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami media dan mengetahui efesiensi waktu belajar menggunakan media

(54)

37

teman sejawat dan tim ahli dan meminta siswa untuk mengetahui persepsi mereka tentang modul yang digunakan. Untuk itu diperlukan instrumen evaluasi berupa lembar observasi untuk teman sejawat, dan lembar angket atau pedoman wawancara bagi siswa. Semua data dikumpulkan dan dijadikan bahan untuk penyempurnaan modul.

4. Validasi

Validasi adalah proses permintaan persetujuan atau pengesahan terhadap kesesuaian modul dengan kebutuhan. Validasi meliputi isi materi atau

substansi modul, penggunaan bahasa, penggunaan metode instruksional serta kemanarikan tampilan modul. Hal ini melibatkan beberapa validator sesuai dengan keahlian masing masing.

Untuk melakukan validasi draft menurut Asyhar (2011 : 161) modul dapat diikuti langkah langkah sebagai berikut :

a. Siapkan dan gandakan draft modul yang akan divalidasi sesuai dengan banyaknya validator yang terlibat;

b. Susun instrumen pendukung validasi

c. Distribusikan draft modul dan instrumen validasi kepada peserta validator. d. Informasikan kepada validator tentang tujuan validasi dan kegiatan yang

harus dilakakuan validator.

e. Kumpulkan kembali draft modul dan instrumen validasi

f. Proses dan simpulkan hasil pengumpulan masukan yang dijaring melalui instrumen.

(55)

38

5. Revisi dan produksi

setelah disempurnakan, modul dapat diproduksi untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran atau didistribusikan kepada pengguna lain.

2.5Strategi Penyajian Bahan Ajar Modul 2.5,1 Metode Pemberian Tugas (penugasan)

Menurut Sagala (2011 : 219) Metode pemberian tugas atau metode resistasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar murid melakukan kegiatan belajar, kemudian harus

dipertanggungjawabkannya.

Sedangkan menurut Fathurrohman (2009 : 64) metode penugasan tidak sama dengan istilah pekerjaan rumah, tapi jauh lebih luas. Tugas dilaksankan di rumah, di sekolah, di perpustakaan dan tempat lainnya. Metode Penugasan untuk merangsang anak belajar baik secara individual atau kelompok. Oleh karena itu, tugas dapat dikerjakan secara indivual maupun kelompok.

Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pemberian tugas adalah suatu penyajian bahan pembelajaran dengan cara guru memberikan tugas tertentu agar diselesaikan siswa sebagai salah satu bentuk kegiatan belajarnya, baik secara individu atau kelompok dan adanya laporan sebagai hasil dari tugas tersebut tanpa terikat dengan tempat.

(56)

39

b. Membuat makalah/paper

c. Menjawab pertanyaan atau menyelesaikan soal-soal tertentu d. Mengadakan observasi atau wawancara

e. Mengadakan latihan

f. Mendemonstrasikan sesuatu g. Menyelesaikan pekerjaan tertentu

Tugas yang akan diberikan oleh guru dalam penelitian ini adalah memperdalam bahan pelajaran dan menyelesaikan latihan soal dalam modul. Tugas dan resistasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individu maupun kelompok. Terdapat beberapa kebaikan dalam metode ini yaitu diantaranya :

1. Pengetahuan yang diperoleh murid , hasil percobaan atau hasil penyelidikan yang banyak berhubungan dengan minat atau bakat yang berguna untuk hidup mereka akan lebih meresap, tahan lama dan lebih otentik.

2. Mereka berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri

3. Tugas dapat lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih memperdalam, memperkaya atau memperluas wawasan tentang apa yang dipelajari.

4. Tugas dapat membina kebiasaaan siswa untuk mencari dan mengolah sendiri informasi dan komunikasi

5. Metode ini dapat membuat siswa bergairah dalam belajar dilakukan dengan berbagai variasi sehingga tidak membosankan.

(57)

40

1. Seringkali siswa melakukan penipuan diri dimana mereka hanya meniru saja hasil pekerjaan orang lain, tanpa mengalami peristiwa belajar.

2. adakalanya tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan

3. Apabila tugas terlalu diberikan atau hanya sekedar melepaskan tanggung jawab bagi guru, apalagi bila tugas tugas itu sukar dilaksanakan ketegangan mental mereka dapat berpengaruh

4. Jika tugas diberikan secara umum mungkin seseorang siswa akan mengalami kesulitan

Berdasarkan kelemahan kelemahan diatas Menurut Sagala (2011 : 219), ada beberapa cara mengatasinya yaitu :

1. Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya jelas

2. Tugas yang diberikan kepada siswa dengan memperlihatkan perbedaan individu masing masing

3. Waktu untuk menyelesaikan tugas harus cukup

4. Ada control atau pengawasan yang sistematis atas tugas yang diberikan 5. Tugas yang diberikan hendaknya mempertimbangkan menarik minat dan

perhatian siswa; mendorong siswa untuk mencari, mengalami dan

menyampaikan; diusahakan tugas itu bersifat praktis dan ilmiah; dan bahan pelajaran yang ditugaskan agar diambil dari hal hal yang dikenal siswa.

2.3.2 Metode Latihan

(58)

41

kebiasaan tertentu. Metode latihan pada umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau ketrampilan dari apa yang dipelajari.

Nana Sudjana (2008 : 87) berpendapat bahwa prinsip dan petunjuk penggunaan metode drill adalah:

1. Peserta didik harus diberi pengertian yang mendalam sebelum diadakan latihan tertentu.

2. Latihan untuk pertama kalinya hendaknya diagnosis, mula-mula kurang berhasil kemudian diadakan perbaikan untuk kemudian bisa lebih sempurna. 3. Latihan tidak perlu lama asalkan sering dilaksanakan.

4. Harus disesuaikan dengan taraf kemampuan peserta didik.

5. Proses latihan hendaknya mendahulukan hal-hal yang esensial dan berguna.

2.3.3 Model Pembelajaran Individual (mandiri)

(59)

42

Menurut Riyanto (2011:355) tugas guru dalam proses belajar mandiri adalah menjadi fasilitator, yaitu orang yang siap memberikan bantuan kepada siswa jika diperlukan. bentuknya terutama bantuan dalam menentukan tujuan belajar, memilih bahan dan media belajar, serta dalam memecahkan kesulitan yang tidak dapat dipecahkan siswa sendiri. Siswa dapat mempelajari pokok materi tertentu dengan membaca modul atau melihat dan mengakes program e-learning tanpa bantuan atau dengan bantuan terbatas dari orang lain. Dalam pembelajaran mandiri, siswa memiliki otonomi dalam belajar, menurut Riyanto (2011: 355) otonomi terwujud dalam beberapa kebebasan sebagai berikut :

1. Siswa mempunyai kesempatan untuk ikut menentukan tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai sesuai dengan kondisi dan kebutuhan belajarnya;

2. peserta didik boleh ikut menentukan bahan belajar yang ingin dipelajarinya dan cara mempelajarinya;

3. peserta didik mempunyai kebebasan untuk belajar sesuai dengan kecepatannya sendiri; dan

4. peserta didik dapat ikut menentukan cara evaluasi yang akan digunakan untuk menilai kemajuan belajarnya.

Berdasarkan uraian diatas pembelajaran individu atau mandiri bukan berarti siswa dilepas secara total dalam proses pembelajaran, tetap ada peran guru dalam proses pembelajaran terutama dalam penyediaan bahan ajar. Maka guru sebagai

(60)

43

Susunan suatu tujuan belajar yang didesain untuk belajar mandiri harus disesuaikan dengan karakteristik individual dan kebutuhan tiap siswa. Bentuk bentuk belajar mandiri antara lain self instruction semacam modul; independen study; individualized prescribed instruction dan self pacet learning. untuk tujuan belajar meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotor lebih banyak

ditempuh dengan belajar mandiri.

Perilaku pembelajaran individual guru memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada masing masing individu unuk dapat belajar sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswanya. Ada kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki siswa. Dalam pembelajaran individual, masing masing siswa menyusun program belajarnya sendiri, siswa memiliki keleluasaan belajar berdasarkan kempuan sendiri, mempunyai kedudukan yang bersifat sentral, yang menjadi pusat pelayanan dalam pembelajaran. Posisi guru dalam model

pembelajaran individual adalah membantu siswa membelajarkan siswa,

membantu merencanakan kegiatan belajar siswa sesuai dengan kemampuan dan daya dukung yang dimiliki siswa.

Guru membicarakan kepada siswa mengenai pelaksanaan belajarnya,

(61)

44

pelayanan belajar secara individual ini menggunakan pendekatan terbuka antara guru dan siswa, yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan bebas dalam belajar sehingga terjadi hubungan yang harmonis antara guru dengan siswa dalam belajar. Ketiga strategi penyajian di atas digunakan dalam penyajian pembelajaran

menggunakan modul dalam tesis ini, dipilh berdasarkan karakteristik modul yang menekankan pada kemandirian siswa dan karakteristik ketiga metode tersebut yang bersifat berpusat pada siswa dengan konsep behavioristik dan

konstruktivistik

2.6Penelitian yang Relevan

Penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Penelitian yang relevan terhadap penelitian ini adalah:

1. Pengembangan modul pembelajaran fisika untuk biologi dengan tema torka (momen gaya), pusat gravitasi, dan keseimbangan pada perkuliahan

mahasiswa biologi / Diaur Rahman. Dengan hasil uji coba lapangan diketahui bahwa penggunaan modul pembelajatan dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa

2. Pengembangan modul pembelajaran mata kuliah bahasa inggris bisnis program studi akuntansi jurusan ekonomi dan bisnis politeknik negeri

Lampung / Anwar Rahman. Dengan hasil uji coba lapangan diketahui bahwa penggunaan modul pembelajatan bahasa inggris bisnis mempunyai efektifitas sedang untuk meningkatkan kemapuan berbahasa inggris mahasiswa.

3. The development of an e-learning modul On the sandy shores ecosystem for

(62)

45

modul e learning pada materi ekosistem pantai efektif dan dapat digunakan

untuk siswa kelas 8 sebagai salah satu media untuk meningkatkan

kemampuna kognitif dan ketrampilan TIK

4. The Development of Computer – Assited Learning Module in physical

Therapy Neurologic Education : A Mixed study Case. / Diana Veveri dengan

kesimpulan bahwa siswa merespon CAL dengan modul lebiah baik daripada

video sendiri.

5. Pengembangan Modul dan Pembelajaran Kompetensi Kejuruan Teknik Permesinan CNC SMK / Bernardus Sentot Wijanarka Dengan kesimpulan modul dan pembelajaran hasil pengembangan fisibel dan efektif dalam meningkatkan kompetensi siswa sesuai dengan tuntutan kurikulum berbasis kompetensi.

2.7Kerangka Berpikir

Modul adalah sumber belajar yang sengaja dirancang untuk merekayasa siswa belajar secara individu. Perancangan modul yang tepat akan sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Pembuatan modul yang baik dengan keterbacaan yang baik, ilustrasi yang baik, penyusunan yang tepat akan menambah motivasi belajar. Dengan demikian pengembangan modul memerlukan analisis pembelajar terlebih dahulu sebelum menentukan tujuan, materi, media dan strategi.

(63)

46

yang sesuai tujuan pembelajaran dan adanya dukungan latihan yang baik akan mengarahkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang efektif dan efesien.

Penggunaan modul dengan metode yang tepat dalam pembelajaran akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Sehingga sesuai dengan teori

pembelajaran Reigeluth bahwa pemilihan strategi penyampaian, pengemasan dan penyajian pembelajaran menggunakan modul untuk menperoleh hasil yang efektif, efesien dan menarik harus memperhatikan kondisi dan karaakteristik siswa dan materi

2.8Hipotesis

Berdasarkan tujuan penelitian, maka hipotesis penelitian ini sebagai berikut:

H0 : μ1≤μ2 : Rata rata hasil belajar pada siswa sesudah menggunakan modul lebih kecil atau sama dengan rata rata hasil belajar pada siswa sebelum menggunakan modul

(64)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penlitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan Research and Development (R&D) pada mata pelajaran fisika atau penelitian yang berfokus pada analisis kebutuhan peserta didik untuk meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran fisika. Prosedur penelitian pengembangan menurut Borg and Gall (1969: 626) adalah:

“research and information collecting, planning, develop preliminary form of

product, preliminary field testing, main product revision, main field testing, operational product revision, operational field testing, final product revision, and dissemination and implementation”.

Metode pengembangan Model Borg and Gall terdiri dari 10 langkah pengembangan, yaitu:

1. Melakukan penelitian pendahuluan dan pengumpulan data awal untuk kaji pustaka, pengamatan kelas, identifikasi permasalahan dan merangkum permasalahan.

2. Melakukan perencanaan yaitu identifikasi dan definisi keterampilan, perumusan tujuan, dan uji ahli atau uji coba pada skala kecil, atau expert judgement.

(65)

48 4. Melakukan uji coba tahap awal, dilakukan terhadap 3 sekolah menggunakan

9 - 27 subjek. Pengumpulan informasi/ data dengan menggunakan observasi, wawancara, dan kuesioner, dan dilanjutkan analisis data.

5. Melakukan revisi terhadap produk utama, berdasarkan input dan saran-saran dari hasil uji lapangan awal.

6. Melakukan uji coba lapangan utama, dilakukan terhadap 3 sekolah, dengan 94 subjek.

7. Melakukan revisi terhadap produk operasional, berdasarkan input dan saran-saran hasil uji lapangan utama.

Tahap kedelapan, yaitu uji coba operasional, tahap kesembilan adalah perbaikan produk akhir, dan tahap terakhir, yaitu diseminasi nasional. Penelitian ini dibatasi pada tahap ketujuh yakni revisi produk operasional dengan pertimbangan keterbatasan waktu dan biaya serta mengacu pada pendapat Borg and Gall bahwa jika merencanakan melaksanakan penelitian R&D untuk tesis dan disertasi lebih baik melaksanakan penelitian berskala kecil dengan membatasi langkah langkah penelitian R & D.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Gambar

Tabel 1.1. Ketuntasan Tiap Kompetensi  Dasar Mata Pelajaran Fisika  SMA
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Fisika SMA Kelas XI Semester Ganjil
Gambar 2.3. Alur pembuatarn bahan ajar sumber http : // akhmadsudrajat .wordpress.com
Gambar 3.1. Prosedur Pengembangan Modul Kinematika Gerak Dengan Analisis Vektor Diserta Konsep Matematika Dasar
+5

Referensi

Dokumen terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME PADA MATERI KINEMATIKA GERAK LURUS UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN MULTI REPRESENTASI SISWA SMA..

Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan modul berbasis multirepresentasi pada materi pokok kinematika untuk siswa kelas X

Skripsi ini dengan judul “ Media Belajar Mandiri Berbasis Komputer Pada Pokok Bahasan Kinematika Gerak Melingkar di SMA ” disusun dengan tujuan untuk memenuhi

menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “ Identifikasi Miskonsepsi Siswa pada Materi Kinematika Gerak Lurus Menggunakan Tes Diagnostik Empat Tahap untuk Siswa SMA Kelas XI

(2) Mengetahui kelayakan modul fisika berbasis multiple representation pada materi kinematika gerak lurus untuk meningkatkan kemampuan multi representasi siswa kelas

peningkatan nilai tes karena Penyajian pembelajaran menggunakan modul dalam tesis ini, menggunakan 3 model yaitu pembelajaran individual, pemberian tugas, dan latihan

PROFIL KONSISTENSI REPRESENTASI DAN KONSISTENSI ILMIAH SISWA SMA NEGERI DI KOTA BANDUNG PADA MATERI KINEMATIKA GERAK LURUS.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Skripsi ini dengan judul “Media Belajar Mandiri Berbasis Komputer Pada Pokok Bahasan Kinematika Gerak Melingkar di SMA” disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah