• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TINGKAT PEMAHAMAN KONSEP PERTAHANAN DAN KEAMANAN NASIONAL DENGAN SIKAP PATRIOTISME SISWA SMK 2 MEI BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN TINGKAT PEMAHAMAN KONSEP PERTAHANAN DAN KEAMANAN NASIONAL DENGAN SIKAP PATRIOTISME SISWA SMK 2 MEI BANDAR LAMPUNG"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TINGKAT PEMAHAMAN KONSEP PERTAHANAN DAN KEAMANAN NASIONAL DENGAN SIKAP

PATRIOTISME SISWA SMK 2 MEI BANDAR LAMPUNG

Oleh

Devi Sutrisno Putri

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimanakah hubungan tingkat pemahaman konsep pertahanan dan keamanan bangsa Indonesia dengan sikap patriotisme siswa SMK 2 Mei Bandar Lampung.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, sampel berjumlah 60 responden, teknik pokok pengumpulan data dengan menggunakan angket, dan teknik analisis data menggunakan uji Chi Kuadrat.

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil bahwa: (1) Pemahaman konsep pertahanan dan keamanan bangsa Indonesia siswa SMK 2 Mei Bandar Lampung mempunyai kategori paham; (2) Sikap patriotisme siswa SMK 2 Mei Bandar Lampung menunjukan sikap mendukung; (3) Bedasarkan hasil analisis hipotesis yang dilakukan, maka terdapat tingkat keeratan hubungan yang kuat antara pemahaman konsep pertahanan dan keamanan bangsa Indonesia dengan sikap patriotisme siswa SMK 2 Mei Bandar Lampung.

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Devi Sutrisno Putri, dilahirkan di Sritejokencono pada 16 September 1993 yang merupakan putra kedua dari 2 bersaudara dari pasangan Bapak Sutrisno dan Ibu Endang Sari Triningsih.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis antara lain:

1. Taman Kanak-Kanak Pertiwi Sritejokencono diselesaikan pada tahun 2001. 2. Sekolah Dasar Negeri 1 Sritejokencono yang diselesaikan pada tahun 2002. 3. SMP Negeri 1 Kotagajah yang diselesaikan pada tahun 2008.

4. SMA Negeri 1 Kotagajah yang diselesaikan pada tahun 2011.

(7)

Kedua orangtuaku tercinta Ayahanda Sutrisno dan Ibunda Endang Sari Triningsih yang selama ini telah

memberikan cinta, kasih sayang, dukungan

dan yang dengan selalu setia menanti keberhasilanku.

Kakakku Danu yang dengan cinta dan kasih sayangnya selalu mendukung dan

mendoakan keberhasilanku.

Dan seluruh keluarga besarku yang selalu memberikan semangat dan perhatian kepadaku.

(8)

Moto

P

✁ ✂ ✄☎

P

✆ ✝ ✞

f Akan Menolongmu Dalam

Menghadapi Segala Sesuatu Yang Menjadi

Penghalang Langkahmu

(Devi Sutrisno Putri)

Sepandai-pandainya seseorang jika tidak

memiliki live control, maka tidak akan

ada artinya

(Devi Sutrisno Putri)

Everything happen for a reason and the reason is

coming from Allah Swt, it s Allah s will. Keep

(9)

Bismillaahirrahmaanirrahim,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Hidayahnya-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan Tingkat Pemahaman Konsep Pertahanan dan Keamanan Nasional

dengan Sikap Patriotisme Siswa SMK 2 Mei Bandar Lampung. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan yang datang baik dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari bimbingan dan bantuan serta petunjuk dari Bapak Drs. Holilulloh, M.Si., selaku Pembimbing Utama dan Bapak Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing Pembantu sekaligus sebagai Ketua Program Studi PPKn Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, serta berbagai pihak, oleh karena itu penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :

(10)

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si, selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. BapakDrs. Hi. Buchori Asyik, M.Si. selaku Wakil Dekan Bidang Usaha dan Keuangan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum, selaku Wakil Dekan Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Ibu Yunisca Nurmalisa, S.Pd., M.Pd., selaku Pembahas I, terima kasih atas masukan, saran dan kritikannya kepada penulis.

7. Bapak Abdul Halim, S.Pd., M.Pd., selaku Pembahas II, terima kasih atas masukan, saran dan kritikannya kepada penulis.

8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

9. Bapak dan Ibu staf tata usaha dan karyawan Universitas Lampung.

10. Bapak Hi. DJumadi S, S.Pd., selaku Kepala SMK 2 Mei Bandar Lampung yang telah memberi izin penelitian dan atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis.

(11)

13. Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta, Bapak Sutrisno dan Ibu Endang Sari Triningsih terimakasih atas keiklasan, cinta dan kasih sayang, do’a, motivasi, moral serta finansial yang tidak akan pernah terbayarkan.

Dan untuk kakak tersayang, Danu Sutrisno Putra atas do’a, dukungan, bantuan, perhatian dan cinta kasih yang diberikan.

14. Sahabat dan teman-temanku Riki, Septri, Nurhayati (mesmew), Indri, Rima (ebol), Tika, Ajeng, Dwi, Nanda, Mba Sayu, Meiga, Siti, Rini, Dian, Chani, Evi, Linda, Rio, Galant, Agata, Cindy yang telah membantu dan memberikan semangat dan motivasi dalam kebersamaan kita.

15. Teman-teman PPKn angkatan 2011 semuanya tanpa terkecuali untuk kekompakan dalam suka maupun duka selama ini, semoga dengan selesainya kuliah kita bukan akhir dari kebersamaan kita. Terus semangat menuju kesuksesan!

16. Teman-teman seperjuangan PPL di Pesisir Barat tahun 2014 (Berta, Iyam, Mba Sefty, Rima, dan Desta) yang telah memberikan dukungan atas terselesaikannya skripsi ini.

17. Kakak tingkat serta Adik tingkat PPKn 2009-2013 terima kasih atas motivasi dan segala bantuan serta canda tawanya sehingga membuat hari-hari menjadi indah.

(12)

Semoga amal baik yang telah Bapak/Ibu/Saudara/I serta teman-teman berikan akan selalu mendapatkan pahala dan balasan dari Allah SWT. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan baik dari penyampaian maupun kelengkapannya. Segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan sebagai tolak ukur peneliti di masa yang akan datang. Peneliti juga berharap semoga karya sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Maret 2015 Penulis,

(13)

Tabel 1. Data Jumlah Siswa Kelas XI SMK 2 Mei Bandar Lampung... 44

Tabel 2. Jumlah Sampel Penelitian ... 46

Tabel 3. Hasil Uji Coba Angket Kepada Sepuluh Orang Responden di Luar Sampel Untuk Item Ganjil (X) ... 62

Tabel 4. Hasil Uji Coba Angket Kepada Sepuluh Orang Responden di Luar Sampel Untuk Item Ganjil (Y) ... 63

Tabel 5. Distribusi Antara Item Ganjil (X) dan Item Genap (Y) Mengenai Hubungan Tingkat Pemahaman Konsep Pertahanan dan Keamanan Bangsa Indonesia dengan Sikap Patriotisme Siswa SMK 2 Mei Bandar Lampung ... 63

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Indikator Interpretasi ... 73

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Indikator Mencontohkan ... 75

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Indikator Mengklasifikasi... 77

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Indikator Menggeneralisasi ... 79

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Indikator Inferensi ... 81

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Tingkat Pemahaman Konsep Pertahanan dan Keamanan Bangsa Indonesia (X)... 83

Tabel 12. Distribusi Frekuensi Indikator Rela Berkorban ... 85

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Indikator Pemberani ... 87

Tabel 14. Distribusi Frekuensi Indikator Berjiwa Pembaharu dan Pantang Menyerah... 89

Tabel 15. Distribusi Frekuensi Sikap Patriotisme Siswa SMK 2 Mei Bandar Lampung (Y)... 91

Tabel 16. Daftar Tingkat Perbandingan Jumlah Responden Mengenai Hubungan Tingkat Pemahaman Konsep Pertahanan dan Keamanan Bangsa Indonesia dengan Sikap Patriotisme Siswa SMK 2 Mei Bandar Lampung ... 93

(14)

DAFTAR GAMBAR

(15)

1. Rencana Kaji Tindak Judul 7. Lembar Perbaikan Proposal (Pembahas I) 8. Lembar Perbaikan Proposal (Pembahas II) 9. Lembar Pengesahan Seminar Hasil

10. Lembar Perbaikan Hasil (Pembahas) 11. Lembar Konsultasi Skripsi Pembimbing II 12. Lembar Konsultasi Skripsi Pembimbing I 13. Kisi-Kisi Angket

14. Angket Penelitian

15. Distribusi Skor Angket Indikator Interpretasi 16. Distribusi Skor Hasil Angket Indikator Interpretasi 17. Distribusi Skor Angket Indikator Mencontohkan 18. Distribusi Skor Hasil Angket Indikator Mencontohkan 19. Distribusi Skor Angket Indikator Mengklasifikasi 20. Distribusi Skor Hasil Angket Indikator Mengklasifikasi 21. Distribusi Skor Angket Indikator Menggeneralisasi 22. Distribusi Skor Hasil Angket Indikator Menggeneralisasi 23. Distribusi Skor Angket Indikator Inferensi

24. Distribusi Skor Hasil Angket Indikator Inferensi

25. Distribusi Skor Angket Tingkat Pemahaman Konsep Pertahanan dan Keamanan Nasional

(16)

28. Distribusi Skor Angket Indikator Pemberani 29. Distribusi Skor Hasil Angket Indikator Pembernai

30. Distribusi Skor Angket Indikator Berjiwa Pembaharu dan Pantang Menyerah 31. Distribusi Skor Hasil Angket Indikator Berjiwa Pembaharu dan Pantang

Menyerah

32. Distribusi Skor Angket Sikap Patriotisme Siswa SMK 2 Mei Bandar Lampung 33. Perbandingan Jumlah Responden Mengenai Hubungan antara Tingkat

(17)
(18)

2. Tinjauan Tetang Pertahanan dan Keamanan Nasional ... 17

2.1 Pengertian Pertahanan dan Keamanan Nasional ... 17

2.2 Jenis Pertahanan Nasional ... 18

2.3 Asas-asas Pertahanan dan Keamanan Nasional ... 19

2.4 Komponen Pertahanan dan Keamanan Nasional ... 20

2.5 Partisipasi Warganegara Dalam Pertahanan Nasional ... 22

3. Tinjauan Tentang Sikap Patriotisme ... 24

3.1 Pengertian Sikap ... 24

3.2 Pengertian Patriotisme ... 26

3.3 Sikap Patriotisme ... 28

3.4 Pendekatan Terhadap Pemahaman Patriotisme ... 29

3.5 Sikap Patriotisme di Sekolah ... 31

3.6 Faktor yang Mempengaruhi Penurunan Sikap Patriotisme ... 33

3.7 Cara Membentuk Sikap Patriotisme ... 35

3.8 Peran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) di Sekolah Dalam Pembentukan Sikap Patriotisme ... 38

D. Definisi Konsepual dan Definisi Operasional ... 46

1. Definisi Konseptual ... 46

2. Definisi Operasional ... 48

3. Rencana Pengukuran Variabel ... 50

E. Teknik Pengumpulan Data ... 51

VI. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Langkah-langkah Penelitian ... 58

1. Pengajuan Judul ... 58

2. Penelitian Pendahuluan ... 59

3. Pengajuan Rencana Penelitian ... 59

4. Pelaksanaan Penelitian ... 60

(19)

4.2 Penyususnan Alat Pengumpulan Data ... 60

5. Pelaksanaan Uji Coba Soal Angket ... 61

5.1 Analisis Validitas Angket ... 61

5.2 Analisis Uji Reliabilitas Angket ... 61

B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 66

1. Sejarah Singkat SMK 2 Mei Bandar Lampung ... 66

2. Situasi dan Kondisi SMK 2 Mei Bandar Lampung ... 67

3. Situasi Pengolahan Kelas dan Keadaan Siswa ... 68

4. Fasilitas Sekolah yang Mendukung Proses Pembelajaran ... 68

5. Program Keahlian SMK 2 Mei Bandar Lampung ... 70

C. Deskripsi Data ... 71

1. Pengumpulan Data ... 71

2. Penyajian Data ... 72

2.1 Penyajian Data Tingkat Pemahaman Konsep Pertahanan dan Keamanan Nasional di SMK 2 Mei Bandar Lampug ... 72

2.2 Penyajian Data Sikap Patriotisme Siswa SMK 2 Mei Bandar Lampung ... 84

2.2.1 Indikator Rela Berkorban ... 84

2.2.2 Indikator Pemberani ... 86

2.2.3 Indikator Berjiwa Pembaharu dan Pantang Menyerah ... 88

2.2.4 Sikap Patriotisme Siswa SMK 2 Mei Bandar Lampung ... 90

D. Pengujian Hipotesis ... 92

1. Pengujian Pengaruh ... 92

2. Pengujian Tingkat Keeratan Pengaruh ... 95

E. Pembahasan ... 97

1. Variabel Tingkat Pemahaman Konsep Pertahanan dan Keamanan Nasional ... 97

1.1 Indikator Interpretasi... 97

1.2 Indikator Mencontohkan ... 98

1.3 Indikator Mengklasifikasi ... 100

1.4 Indikator Menggeneralisasi... 101

1.5 Indikator Inferensi... 102

2. Sikap Patriotisme Siswa SMK 2 Mei Bandar Lampung ... 103

2.1 Indikator Rela Berkorban... 103

2.2 Indikator Pemberani ... 105

2.3 Indikator Berjiwa Pembaharu dan Pantang Menyerah ... 107

(20)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 110 B. Saran ... 111 DAFTAR PUSTAKA

(21)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia tidaklah mudah karena membutuhkan pengorbanan yang luar biasa kala itu dan merupakan perjuangan yang dilakukan oleh seluruh rakyat Indonesia. Setelah Indonesia merdeka tidak serta merta membuat negera kita aman, bahkan sampai saat ini ancaman dan gangguan datang silih berganti baik dari luar maupun dari dalam. Tidak dapat dipungkiri bahwa wilayah Indonesia yang luas, kaya akan sumber daya alamn dan budayanya yang beraneka ragam menjadi incaran bangsa lain untuk dapat menguasainya. Tentu saja para pejuang kita yang dahulu tidak akan rela apabila wilayah Indonesia dikuasai oleh bangsa lain, mengingat perjuangan yang telah mereka lakukan untuk merebut kemerdekaan. Oleh karena itu, bangsa Indonesia harus memiliki keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional sehingga berhasil mengatasi setiap bentuk tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan dari manapun datangnya.

(22)

Undang-2

undang Dasar 1945 pada pasal 30 ayat (1) yang berisikan tentang “tiap-tiap

warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan

keamanan negara”. Dalam UUD 1945 ini mewajibkan setiap warganegara ikut serta dalam upaya mempertahankan dan mengamankan negara Republik Inonesia dari berbagai bentuk ancaman dan gangguan, baik ancaman dan gangguan dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

Hal tersebut dipertegas dalam ayat berikutnya, yaitu Undang-undang Dasar 1945 pasal 30 ayat (2) menyatakan bahwa “usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat

semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik

Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan

pendukung”. Hal ini berarti, bahwa sistem pertahanan dan keamanan negara kita melibatkan seluruh rakyat Indonesia, tanpa terkecuali. Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia menjadi kekuatan utama karena mereka telah dilatih dan dipersenjatai, sedangkan rakyat berada pada lapisan kedua. Namun dalam praktiknya, semua bahu-membahu, saling menguatkan satu sama lain. Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia di barisan depan, rakyat memberikan dorongan dan dukungan sehingga pertahanan dan keamanan kita kuat. Dengan pertahanan yang kuat, bangsa Indonesia dapat melaksanakan pembangunan dengan sebaik-baiknya demi mencapai kesejahteraan rakyat.

(23)

bahwa usaha pertahanan dan keamanan bangsa ini merupakan kewajiban setiap warga negara tanpa terkecuali. Dalam pertahanan ini ada dua jenis pertahanan, yaitu pertahanan militer dan non militer.

Pertahanan militer merupakan kekuatan utama pertahanan negara yang dibangun dan dipersiapkan untuk menghadapi ancaman militer, tersusun dalam komponen utama serta komponen cadangan dan komponen pendukung. Pendayagunaan lapis pertahanan militer diwujudkan dalam penyelenggaraan operasi militer, baik dalam bentuk Operasi Militer Perang (OMP) maupun Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Sedangkan pertahanan non militer merupakan kekuatan pertahanan negara yang dibangun dalam kerangka pembangunan nasional untuk mencapai kesejahteraan nasional dan dipersiapkan untuk menghadapi ancaman non militer. Lapis pertahanan non militer tersusun dalam fungsi keamanan untuk keselamatan umum yang mencakup penanganan bencana alam dan operasi kemanusiaan lainnya, sosial budaya, ekonomi, psikologi pertahanan, yang pada intinya berkaitan dengan pemikiran kesadaran bela negara, dan pengembangan teknologi. Inti pertahanan non militer adalah pertahanan secara nonfisik yang tidak menggunakan senjata seperti yang dilakukan oleh lapis pertahanan militer, tetapi pemberdayaan faktor-faktor ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan teknologi melalui profesi, pengetahuan dan keahlian, serta kecerdasan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.

(24)

4

kita wajib untuk membimbing, mendidik, dan mencerdaskan anak bangsa yang nantinya akan menjadi penerus dalam mewujudkan cita-cita bangsa.

Salah satu cara untuk membekali rakyat Indonesia dalam hal pertahanan dan keamanan bangsa adalah dengan pendidikan formal. Pemerintah menetapkan adanya materi atau bahasan mengenai pertahanan dan keamanan dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), khususnya pada kelas XI (sebelas) semester pertama dan ini adalah bentuk upaya pemerintah untuk mempersiapkan generasi muda yang merupakan generasi yang nantinya akan menjadi penerus cita-cita bangsa dan memegang peranan penting dalam perjalanan bangsa Indonesia. Generasi muda telah diberi amanat untuk mengemban tugas menjalankan dan memimpin bangsa Indonesia di masa yang akan datang di mana mereka diharapkan memiliki dan mengembangkan potensi diri sebagai generasi muda yang memiliki keinginan, cita-cita yang mengarah ke masa depan dan sebagai generasi yang dinamis, inovatif untuk kepentingan bangsa, yang nantinya akan menjadi seseorang yang mempunyai jiwa dan semangat patriotisme. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kebanggaan akan bangsa negara sendiri dan rasa cinta terhadap tanah air perlu dimiliki oleh setiap individu. Karena hal itu merupakan sumber motivasi yang dapat mendorong setiap warga negara untuk siap berjuang, berkorban dalam menegakkan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam segala bidang.

(25)

mencapai cita-cita bangsa apalagi dalam bidang pendidikan. Salah satu tujuan yang hendak dicapai melalui pendidikan antara lain bahwa pendidikan harus mampu menumbuhkan rasa cinta tanah air, mempertebal semangat kebangsaan, dan rasa kesetiakawanan. Hal ini sejalan dengan karakteristik dari sikap patriotisme sendiri seperti cinta tanah air, rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara, menjungjung tinggi persatuan, kesatuan serta keselamatan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi atau golongan. Pemahaman mengenai hal ini harus ditanamkan pada anak sejak dini. Dengan menanamkan sikap tersebut sejak dini, generasi penerus bangsa akan mampu berperilaku sesuai dengan apa yang telah ia dapatkan selama ini dan mampu membangun bangsa tanpa tergantung pada bangsa lain. Pendidikan yang diberikan pada anak sejak dini dapat memberikan dasar pengetahuan secara spiritual, emosional, dan intelektual dalam mencapai kemampuan yang optimal. Jika pendidikan sudah diberikan dengan tepat sesuai dengan bakat dan lingkungan anak, maka nantinya negara kita akan memiliki aset sumber daya manusia yang berkualitas dan tangguh sehingga dapat bersaing dengan bangsa lain dan memiliki keunggulan.

(26)

6

keutuhan bangsa dengan menumbuhkan sikap patriotisme dalam diri siswa. Dengan pemberian ilustrasi atau contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari mengenai sikap patriotisme maka akan lebih mempermudah siswa untuk memahaminya. Jadi, bukan hanya sekedar teori yang disampaikan oleh guru tetapi juga pemberian teladan dan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Sikap patriotisme tidak dengan sendirinya tumbuh dalam jiwa seseorang, tetapi harus ada pembinaan yang dapat menumbuhkan sikap tersebut. Oleh karena itu, melalui konsep pertahanan dan keamanan dalam mata pelajaran PPKn sikap patriotisme siswa perlu dibina dan ditumbuh kembangkan sebagai bangsa Indonesia yang harus rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negaranya. Dengan demikian persatuan dan kesatuan, dan kepentingan Indonesia serta keselamatan bangsa dan negara akan mendorong bangsa Indonesia untuk menunjukkan bahwa Indonesia mampu menjadi negara yang maju dan mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain.

(27)

siswa. Seperti halnya di SMK 2 Mei Bandar Lampung, penulis mengambil lokasi penelitian di SMK 2 Mei Bandar Lampung, karena berdasarkan wawancara dengan salah satu guru yang ada di SMK 2 Mei Bandar Lampung mengatakan terjadi penurunan sikap patriotisme pada siswa-siswanya. Salah satu contohnya adalah siswa kurang bisa menjaga kebersihan yang ada dilingkungan sekitar sekolah seperti membuang sampah sembarangan, mencoret-coret meja sekolah dan dinding kelas. Selain melakukan wawancara dengan guru yang ada di SMK 2 Mei Bandar Lampung, penulis juga melakukan pengamatan dan wawancara dengan beberapa siswanya terkait dengan sikap patriotisme.

Menurut hasil wawancara yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa wujud sikap patriotisme siswa SMK 2 Mei Bandar Lampung masih cenderung rendah. Dari wawancara dengan beberapa siswa kelas XI SMK 2 Mei Bandar Lampung, menunjukkan kemunculan sikap patriotisme yang dimiliki para siswa masih cenderung rendah dan diperoleh informasi bahwa terdapat beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab rendahnya sikap patriotisme, diantaranya masih kurangnya pemahaman yang dimiliki siswa tentang materi pertahanan dan keamanan bangsa. Hal ini terbukti dari ketidakmampuan siswa dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh penulis mengenai pertahanan dan keamanan bangsa, walaupun sebenarnya materi tersebut telah dipelajari sebelumnya.

(28)

8

dimiliki bersama yang wajib untuk di jaga kelestariannya, namun fakta yang ada siswa kurang menghargai lingkungan maupun sarana dan prasarana sekolah, mereka justru merusak keindahan lingkungan sekolah dengan tidak menjaganya. Mereka tidak memperdulikan jika ada temannya yang dengan sengaja merusak fasilitas sekolah, seperti mencoret-coret meja kelas. Mereka acuh dan menganggap hal itu tidak penting karena itu urusan sekolah jika ada sarana dan prasarana yang rusak. Hal ini menunjukkan kurangnya kesadaran pada diri siswa mengenai pentingnya memiliki sikap patriotisme. Dalam hal ini faktor mental dalam pengungkapan sikap patriotisme juga mempengaruhi terbentuknya sikap patriotisme karena biasanya jika ada siswa yang melakukan hal yang menunjukkan sikap patriotisme seperti berani melarang temannya yang ingin merusak lingkungan sekolah, akan ada siswa lainnya yang menganggap bahwa dia orang yang menyebalkan, sehingga siswa tersebut memilih untuk tidak melakukannya agar tidak dibenci oleh temannya.

(29)

saat pembahasan materi tersebut. Pembelajaran yang mengedepankan teori hanya akan membuat siswa jenuh dan akhirnya materi yang disampaiakan tidak akan terserap secara optimal oleh siswa, dan hal itu yang juga dialami oleh siswa SMK 2 Mei Bandar Lampung.

Melihat kenyataan yang ada, antusiasme siswa dalam menunjukkan sikap patriotisme dalam kehidupan sehari-hari masih rendah. Padahal mereka merupakan generasi muda yang nantinya akan menjadi pemimpin masa depan, generasi penerus cita-cita dan penentu kemajuan bangsa, maka akan sangat mengkhawatirkan apabila mereka tidak dibekali dengan hal-hal positif sehingga kelak dapat menjaga keutuhan bangsa Indonesia.

Oleh karena itu, penelitian ini dianggap perlu sebagai upaya untuk mewujudkan sikap patriotisme dalam diri siswa, untuk diperlukan suatu pengkajian terhadap aspek-aspek yang diduga menjadi penyebab rendahnya sikap patriotisme sehingga akan ditemukan solusinya. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan penelitian “Hubungan Tingkat Pemahaman Konsep Pertahanan dan Keamanan Nasional dengan Sikap Patriotisme Siswa SMK 2 Mei Bandar Lampung”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :

(30)

10

2. Faktor kesadaran diri berhubungan dengan terbentuknya sikap patriotisme.

3. Proses internaliasi nilai dalam pembelajaran berkaitan dengan terbentuknya sikap patriotisme.

4. Faktor mental dalam pengungkapan sikap patriotisme.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka masalah penelitian ini dibatasi

pada kajian “pemahaman konsep pertahanan dan keamanan nasional

dan hubungannya dengan terbentuknya sikap patriotisme siswa”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah, dalam penelitian ini maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

“Bagaimanakah hubungan tingkat pemahaman materi pertahanan dan

keamanan nasional dengan sikap patriotisme siswa SMK 2 Mei Bandar Lampung” ?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

(31)

2. Kegunaan Penelitian 2.1 Kegunaan Teoritis

Kegunaan teoritis dalam penelitian ini adalah menerapkan konsep materi pendidikan kewarganegaraan karena mengkaji materi aspek pertahanan dan keamanan dalam rangka membentuk sikap patriotisme.

2.2 Kegunaan Praktis

Kegunaan secara praktis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat : 1. Bagi guru penelitian ini berguna untuk mengoptimalkan proses

internalisasi nilai dalam pembelajaran di kelas agar tercapainya tujuan pembelajaran dengan maksimal sehingga selain memahami tentang materi yang diajarkan siswa juga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan, begitu halnya dengan sikap patriotisme.

(32)

12

3. Bagi sekolah penelitian ini berguna untuk memaksimalkan proses pendewasaan siswa secara keseluruhan dan menginformasikan kepada sekolah bahwa pembelajaran di sekolah tidak hanya mengedepankan aspek teori tetapi sekolah juga berperan dalam hal pembentukan sikap siswa dan bagaimana siswa dapat mengaplikasikan teori-teori yang dipelajari.

F. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Ilmu

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini mencakup Ilmu Pendidikan Kewarganegaraan dalam wilayah kajian Pendidikan Kewarganegaraan yang berhubungan dengan pendidikan sikap karena membahas tentang pengajaran aspek nilai, moral, sosial dan spiritual.

2. Ruang Lingkup Subjek Penelitian

Ruang lingkup subjek dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI di SMK 2 Mei Bandar Lampung.

3. Ruang Lingkup Objek Penelitian

(33)

4. Ruang Lingkup Wilayah Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK 2 Mei Bandar Lampung semester 1 (ganjil) tahun pelajaran 2014/2015.

5. Ruang Lingkup Waktu Penelitian

(34)

14

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Tinjauan Tentang Pemahaman 1.1 Pengetian Pemahaman

Pemahanan merupakan salah satu bentuk hasil belajar. Pemahaman ini terbentuk akibat dari adanya proses belajar. Pemahaman berasal dari kata dasar paham yang berarti mengerti. Winkel dan Mukhtar (Sudaryono, 2012: 44) mengemukakan bahwa :

Pemahaman yaitu kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat; mencakup kemampuan untuk menangkap makna dari arti dari bahan yang dipelajari, yang dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, atau mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain.

Dalam hal ini, siswa dituntut untuk memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, dan dapat memanfaatkan.

Sementara Benjamin S. Bloom (Anas Sudijono, 2009: 50) mengatakan bahwa:

(35)

dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-kata sendiri. Menurut Taksonomi Bloom (Daryanto, 2008: 106) mengemukakan :

Pemahaman (comprehension) kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar mengajar. Siswa dituntut untuk memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hal lain. Bentuk soal yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan ini adalah pilihan ganda dan uraian.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat, memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hal lain. Dengan kata lain, memahami adalah mengerti tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang siswa dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-kata sendiri.

1.2 Indikator Pemahaman

(36)

16

1. Interpretasi (Interpreting)

Dalam tingkatan ini, pemahaman seseorang diukur dari seberapa yaitu siswa dapat memberikan penjelasan tentang konsep yang dipelajari sesuai dengan bahasa sendiri.

2. Mencontohkan (Exemplifying)

Setelah siswa dapat memberikan penjelasan tentang konsep yang dipelajari sesuai dengan bahasa sendiri, maka selanjutnya siswa dapat memberikan contoh ataupun non contoh dari konsep yang telah dipelajari.

3. Mengklasifikasi (Classifying)

Pada tingkatan ini siswa diharapkan dapat mengelompokkan konsep yang dipelajari berdasar katergori atau definisi yang ada. 4. Menggeneralisasi (Summarizing)

Tingkatan keempat ini siswa diharapkan dapat menentukan konsep yang umum beserta sub konsep atau poin-poin khusus yang ada di dalamnya.

5. Inferensi (Inferring)

(37)

2. Tinjauan Tentang Pertahanan dan Keamanan Nasional 2.1 Pengertian Pertahanan dan Keamanan Nasional

Kondisi dinamik Bangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang berintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan ancaman hambatan dan gangguan baik yang datang dari luar maupun dari dalam. Untuk menjamin identitas, integritas kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan mencapai tujuan nasionalnya.

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, pertahanan negara dimaknai sebagai segala usaha untuk mempertahankan kedudukan negara, keutuhan wilayah negara kesatuan republik Indonesiadan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. Sementara itu, pengertian sistem pertahanan negara menurut UU No. 3 Tahun 2002 adalah sistem pertahanan yang bersifat semesta,yang melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya nasional lainnya, serta dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total, terpadu, terarah, dan berlanjut untuk menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman.

(38)

18

segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa. Pertahanan negara dilakukan oleh pemerintah dan dipersiapkan secara dini dengan sistem pertahanan negara. Pertahanan negara merupakan kekuatan bersama yang diselenggarakan oleh suatu negara untuk menjamin integritas wilayahnya.

Keamanan adalah kemampuan bangsa melindungi nilai-nilai nasionalnya terhadap ancaman dari luar maupun dari dalam. Keamanan dan ketahanan suatu negara akan menimbulkan kesejahteraan bagi negara itu sendiri. Dimana kesejahteraan berarti kemampuan bangsa dalam menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai nasionalnya demi sebesar-besarnya kemakmuran yang adil dan merata rohani dan jasmani.

2.2 Jenis Pertahanan Nasional

Dalam pertahanan ini ada dua jenis pertahanan, yaitu pertahanan militer dan non militer.

1. Pertahanan militer merupakan kekuatan utama pertahanan negara yang dibangun dan dipersiapkan untuk menghadapi ancaman militer, tersusun dalam komponen utama serta komponen cadangan dan komponen pendukung. Pendayagunaan lapis pertahanan militer diwujudkan dalam penyelenggaraan operasi militer.

(39)

menghadapi ancaman non militer. Lapis pertahanan non militer tersusun dalam fungsi keamanan untuk keselamatan umum yang mencakup penanganan bencana alam dan operasi kemanusiaan lainnya, sosial budaya, ekonomi, psikologi pertahanan, yang pada intinya berkaitan dengan pemikiran kesadaran bela negara, dan pengembangan teknologi.Inti pertahanan non militer adalah pertahanan secara nonfisik yang tidak menggunakan senjata seperti yang dilakukan oleh lapis pertahanan militer, tetapi pemberdayaan faktor-faktor ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan teknologi melalui profesi, pengetahuan dan keahlian, serta kecerdasan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.

Dilihat dari dua jenis pertahanan tersebut, maka kita sebagai warga negara yang berlatar belakang non militer melakukan usaha pertahanan bangsa minimal sesuai dengan profisi kita, misal kita sebagai seorang pendidik maka kita wajib untuk membimbing, mendidik, dan mencerdaskan anak bangsa yang nantinya akan menjadi penerus dalam mewujudkan cita-cita bangsa.

2.3 Asas-Asas Pertahanan dan Keamanan Nasional

Asas ketahanan nasional adalah tata laku yang didasari nilai-nilai yang tersusun berlandaskan Pancasil, UUD 1945 dan Wawasan Nusantara. Asas-asas tersebut adalah sebagai berikut (Lemhannas, 2000: 99–11): 1. Asas kesejahtraan dan keamanan.

(40)

20

dipenuhi bagi individu maupun masyarakat atau kelompok. Di dalam kehidupan nasional berbangsa, unsur kesejahteraan dan keamanan ini biasanya menjadi tolak ukur bagi mantap atau tidaknya pertahanan bangsa.

2. Asas komprehensif atau menyeluruh terpadu.

Artinya, pertahanan bangsa mencakup seluruh aspek kehidupan. Aspek-aspek tersebut berkaitan dalam bentuk persatuan dan perpaduan secara selaras, serasi, dan seimbang.

3. Asas kekeluargaan.

Asas ini bersikap keadilan, kebersamaan, kesamaan, gotong royong, tenggang rasa dan tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam hal hidup dengan asas kekeluargaan ini diakui adanya perbedaan, dan kenyataan yang sebenarnya ini dikembangkan secara serasi dalam kehidupan kemitraan dan dijaga dari konflik yang bersifat merusak.

Dari ketiga asas tersebut, terlihat bahwa persatuan dalam usaha pertahanan dan keamana negara merupakan suatu keharusan. Usaha pertahanan dan keamanan bangsa merupakan tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh seluruh komponen negara tanpa terkecuali demi keutuhan sebuah bangsa.

2.4 Komponen Pertahanan dan Keamanan Nasional

(41)

keamanan bangsa Indoneisa adalah Tentara Nasional Indonesia, yang siap digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas pertahanan. Selain itu ada dua komponen lainnya, yaitu sebagai berikut:

1. Komponen cadangan

Komponen cadangan adalah sumber daya nasional yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat kekuatan dan kemampuan komponen utama. 2. Komponen pendukung

Komponen pendukung adalah sumber daya nasional yang dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama dan komponen cadangan. Komponen pendukung tidak membentuk kekuatan nyata untuk perlawanan fisik.

Sumber daya nasional terdiri dari sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya buatan. Sumber daya nasional yang dapat dimobilisasi dan didemobilisasi terdiri dari sumber daya alam, sumber daya buatan, serta sarana dan prasarana nasional yang mencakup berbagai cadangan materiil strategis, faktor geografi dan lingkungan, sarana dan prasarana di darat, di perairan maupun di udara dengan segenap unsur perlengkapannya dengan atau tanpa modifikasi.

Komponen pendukung terdiri dari: 1. Para militer

(42)

22

4. Perlindungan masyarakat(Linmas) lebih dikenal dengan sebutan pertahanan sipil (Hansip)

5. Satuan pengamanan (Satpam) 6. Resimen Mahasiswa (Menwa) 7. Organisasi kepemudaan 8. Organisasi bela diri

Telah dijelaskan dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 30 ayat (2) bahwa sistem pertahanan dan keamanan negara kita melibatkan seluruh rakyat Indonesia, tanpa terkecuali. Semua komponen bahu-membahu, saling menguatkan satu sama lain. Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia di barisan depan, rakyat memberikan dorongan dan dukungan sehingga pertahanan dan keamanan kita kuat. Dengan pertahanan yang kuat, bangsa Indonesia dapat melaksanakan pembangunan dengan sebaik-baiknya demi mencapai kesejahteraan rakyat.

2.5 Partisipasi Warganegara Dalam Pertahanan Nasional

Partisipasi warga negara dalam upaya pembelaan negara berdasarkan UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Bangsa Pasal 9 Ayat (2) dapat dilakukan melalui pendidikan kewarganegaraan, pelatihan daasar kemiliteran secara wajib, pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi.

(43)

Pendidikan kewarganegaraan merupakan bentuk partisipasi warga negara yang memiliki tujuan memupuk jiwa dan semangat patriotik, rasa cinta terhadap tanah air, menumbuhkan semangat kebangsaan, memningkatkan kesetiakawanan social, kesadaran terhadap sejarah perjuangan bangsa serta menghargai jasa para pahlawan. Melalui pendidikan kewarganegaraan, setiap warga negara diharapkan mampu memahami,menganalisis dan menjawab berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa dan negara secara berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita dan searah nasional.

b. Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib

Pelatihan dasar kemiliteran ini memiliki tujuan untuk membentuk sikap patriotisme. Contoh dari pelatihan ini adalah organisasi kemahasiswaan seperti menwa (resimen mahasiswa). Contoh lain adalah pramuka, patrol keamanan sekolah (PKS), palang merah Indonesia (PMI), san pasukan pengibar bendera (Paskibra)

c. Pengabdian sebagai prajurit TNI secara wajib atau sukarela

Pengabdian prajurit TNI secara wajib dan sukarela telah diatur dalam UUD 1945 Pasal30 Ayat (2) yang menyatakan bahwa

“usaha petahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui

system pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh tentara nasional Indonesia dan kepolisian negara republic Indonesia,

sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung.”

(44)

24

POLRI merupakan pelaksana dan kekuatan utama pertahanan dan kemanan negara, namun setiap rakyat sebagai kekuatan pendukung, juga wajib membela negara.

d. Pengabdian sesuai dengan profesi

Upaya membela negara dapat dilakukan oleh siapapun, tidak hanya oleh profesi TNI dan Polri saja, tetapi juga oleh kalangan profesi seperti pelajar. Sebagai pelajar, kita dapat mengabdi kepada negara melalui prestasi yang membanggakan, baik di sekolah maupun masyarakat, serta menjaga keamanan dan ketertiban, baik di sekolah maupun di lingkungan sekitar.

3. Tinjauan Tentang Sikap Patriotisme 3.1 Pengertian Sikap

Sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek yang dihadapinya.Menurut Notoatmodjo (2003 : 18) “

Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan suatu reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus.

LaPierre mendefinisikan “sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi,

atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan”. (dalam Azwar, 2007).

(45)

keajegan dan kekhasan perilaku seseorang dalam hubungannya dengan stimulus manusia atau kejadian-kejadian tertentu”. Menurut Thrustone (Alo Liliweri, 2005: 195) mengemukakan bahwa “sikap merupakan penguatan positif atau negatif terhadap objek yang bersifat

psikologis”.

Second and Bacman membagi sikap menjadi tiga komponen yang dijelaskan sebagai berikut : (1) komponen kognitif, yaitu komponen yang terdiri dari pengetahuan. Pengetahuan inilah yang akan membentuk keyakinan dan pendapat tertentu tentang objek sikap. (2) komponen afektif, yaitu komponen yang berhubungan dengan perasaan senang atau tidak senang, sehingga bersifat evaluatif. Komponen ini erat hubungannya dengan sistem nilai yang dianut pemilik sikap. (3) komponen konatif, yaitu komponen sikpa yang berupakesiapan seseorang untuk berperilaku yang berhubungan dengan objek sikap.

(46)

26

3.2 Pengertian Patriotisme

Patriotisme berasal dari kata patriot, yang artinya pecinta dan pembela tanah air. Yanovsky (2003 : 2) mengemukakan bahwa :

Patriotisme adalah sistem nilai-nilai dari kehidupan moral, menyatakan respek ide-ide dari keadilan sosial, kebebasan dan kehidupan nyata dari orang. Ini adalah perasaan yang ada dalam diri cinta terhadap tanah air, kejujuran melayani keluarga dan negara, cinta terhadap bahasa ibu, kebudayaan, dan menghargai kebudayaan-kebudayaan lain.

Berdasarkan pendapat tersebut, patriotisme merupakan sikap untuk selalu mencintai dan membela tanah air, seorang pejuang sejati, pejuang bangsa yang mempunyai semangat, sikap, dan perilaku cinta tanah air, dimana ia rela mengorbankan segala-galanya termasuk jiwanya demi kemajuan, kejayaan, dan kemakmuran tanah air serta mempunyai penghargaan atau kebanggaan terhadap kebudayaan yang ada.

Menurut Mangunhardjana dalam Ismono (2006 : 33) menyebutkan beberapa ciri patriotisme yang sejati, yaitu:

(47)

2. Berani melihat diri sendiri seperti apa adanya dengan plus-minusnya, unsur positif negatifnya, dan menerimanya dengan lapang hati.

3. Memandang bangsa dalam perspektif historis, masa lampau dan masa kini, dan masa depan. Patriotisme sejati adalah bermodalkan nilai-nilai dan budaya rohani bangsa, berjuang di masa kini, menuju cita-cita yang ditetapkan.

4. Melihat, menerima, dan mengembangkan watak kepribadian bangsa sendiri. Patriotisme sejati adalah rasa memiliki identitas diri 5. Melihat bangsanya dalam konteks hidup dunia, mau terlibat didalamnnya dan bersedia belajar dari bangsa-bangsa lain. Patriotisme bersifta terbuka.

Selain itu, adapun seseorang yang memiliki sikap dan perilaku patriotik ditandai oleh adanya hal-hal sebagai berikut:

1. Rasa cinta pada tanah air

2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa

3. Menempatkan persatuan dan kesatuan serta keselamatan bangsa diatas kepentingan pribadi dan golongan

4. Berjiwa pembaharu 5. Tidak mudah menyerah

Erwin Staub dalam Kurniawan, Benny (2012: 224) membagi patriotisme dalam dua bentuk patriotisme, yaitu:

(48)

28

right or wrong is my country” (benar atau salah, apapun yang

dilakukan bangsa harus di dukung sepenuhnya).

2. Patriotisme konstruktif (constructive patriotism), yaitu keterikatan kepada bangsa dengan tetap menjunjung tinggi toleran terhadap kritik, sehingga dapat membawa perubahan positif bagi kesejahteraan bersama.

Dari beberapa uraian diatas, patriotisme merupakan sikap untuk selalu mencintai atau membela tanah air yang ditunjukkan melalui adanya rasa cinta terhadap tanah air, rela berkorban untuk kepentingan bangsa, menempatkan persatuan dan kesatuan serta keselamatan bangsa diatas kepentingan pribadi dan golongan, berjiwa pembaharu, dan sikap pantang menyerah.

3.3Sikap Patriotisme

Sikap patriotisme adalah perilaku yang ada dalam diri seseorang untuk menunjukkan kerelaan berkorkan segala-galanya termasuk nyawa sekalipun untuk mempertahankan keutuhan bangsa. Sikap patriotisme mengarah pada suatu sikap yang bersifat melindungi, membela, menjaga, dan mempertahankan sesuatu. Sikap patriotisme dapat diwujudkan dalam semangat cinta tanah air dengan beberapa cara sebagai berikut:

1. Sikap Rela Berkorban Mempertahankan Negara.

(49)

yang akan menjajah negara, ancaman dari dalam negeri, kegiatan yang dapat merugikan negara, dan bencana alam yang dapat mengakibatkan kerusakan dan kehancuran negara.

2. Bersikap untuk Mengisi Kelangsungan Hidup Negara.

Sikap untuk mengisi kelangsungan hidup diwujudkan dengan kesediaan bekerja sesuai dengan bidangnya, sehingga dapat meningkatkan harkat dan martabat, tujuan bangsa. Pembentukan jiwa patriotisme harus dilandasi oleh semangat kebangsaan atau nasionalisme. Sebaliknya, jiwa nasionalisme dalam setiap pribadi warga negara perlu dilanjutkan dengan semangat patriotik untuk mencintai dan rela berkorban demi kemajuan bangsa.

3.4 Pendekatan Terhadap Pemahanan Patriotisme

Analisis dari studi kontemporer terhadap masalah-masalah patriotisme menyingkapkan keragaman dari arti dan penggunaan patriotisme yang diklasifikasi dalam lima tema yang disebut dengan pendekatan-pendekatan untuk memahami petriotisme (Marina Kovaleva, 2008): 1. Pendekatan pertama, memandang patriotisme sebagai suatu

(50)

30

2. Pendekatan kedua, menggagas patriotisme sebagai inti perasaan-perasaan nasional. Pendekatan perasaan-perasaan patriotik tidak hanya dipacu oleh cinta mendalam terhadap tanah air, tetapi juga oleh motivasi untuk mengambil bagian dalam pembangunan. Patriotisme dan level dari rumusan itu tergantung pada kontribusi dari setiap orang, warga negara atau kelompok dan kapasitas mereka untuk memecahkan masalah-masalah pembangunan. Partisipasi aktif adalah istilah lain dari pendekatan kedua.

3. Pendekatan ketiga, karakter dari patriotisme, didefinisiskan oleh Krijcir (2006) sebagai loyalitas dan kehormatan dari suatu kebangsaan adalah kondisi yang amat luas dari kepelikan perkembangan sejarah masyarakat, negara, dan politik-politik dari elit penguasa. Pendekatan ini dapat disebut patriotisme negara, negara dianggap objek dan kepala pengembangan patriotisme. 4. Pendekatan keempat, dikenal sebagai patriotisme pribadi, yang

melihat pribadi-pribadi (warga-warga negara) sebagai satuan inti dari pendidikan warga dan patriotis (cinta mendalam terhadap tanah air, karakte moral yang kuat dan kualitas pribadi yang lain). 5. Pendekatan kelima, pendekatan ini berhubungan dengan

(51)

spiritual dan religius dari orang yang mencapai level dari perkembangan yang membolehkan mereka untuk untuk merasakan cinta yang hebat terhadap tanah air mereka atau merasa siap untuk melakukan pengorbanan diri untuk kesejahteraan bersama (Lutovinov, 2001 : 8-21).

Dari lima pendekatan terhadap patriotisme tersebut dapat disimpulkan bahwa perkembangan patriotisme mempunyai ciri yang terbentuk dari nilai-nilai spiritual dan moral, rasa cinta mendalam terhadap tanah air, dan keikutsertaan warga negara dalam pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan ancaman yang mengganggu bangsa.

3.5 Sikap Patriotisme di Sekolah

(52)

32

mengorbankan harta, benda, waktu, pikiran, jiwa, raga, dan nyawa untuk kepentingan bangsa dan negara. Berkat pengorbanan para pahlawan sekarang kita dapat menikmati kemerdekaan.

Tugas dan tanggung jawab pemuda sekarang adalah menjaga tetap utuhnya bangsa dan negara dan mengisi kemerdekaan dengan membangun serta dapat mewarisi sikap-sikap para pahlawan. Walaupun sikap patriotisme merupakan sikap yang menujukkan keberanian untuk menjaga, mempertahankan, melindungi segala sesuatu yang yang bersifat mengancam, tetapi wujud sikap patriotisme pemuda sekarang bukan lagi perang menghadapi para penjajah. Ciri-ciri sikap yang menujukkan patriotisme atau kepahlawanan adalah sebagai berikut:

1. Rela berkorban, artinya berbuat apapun dilandasi rasa ikhlas, tanpa mengharap pujian, imbalan pada orang lain maupun negara

2. Kesatria, artinya berani mengakui kesalahan bila salah, bertanggung jawab segala ucapan dan tindakan yang dilakukan 3. Berjuang tanpa pamrih, artinya selalu berbuat ikhlas

4. Pemberani, artinya pemberani dalam bidang kebenaran

5. Pantang menyerah, artinya tidak mudah putus asa semua usaha pekerjaan harus berhasil, kegagalan merupakan pelajaran diulangi lagi sampai berhasil.

(53)

Wujud patriotisme dapat dilakukakn sesuai dengan profesi masing-masing, salah satunya sebagai siswa di sekolah. Dari beberapa ciri-ciri sikap patriotisme, maka bentuk sikap di sekolah dapat diwujudkan dengan berbagai hal positif, yaitu diantaranya adalah menjaga kelestarian dan kebersihan lingkungan sekolah, memiliki keberanian untuk melarang teman berbuat tidak baik, melindungi dan menjaga fasilitas sekolah, mengikuti kegiatan ekskul yang dapat menumbuhkan sikap rela berkorban, dan mengikuti perlombaan yang dapat mengharumkan dan mempertahankan nama baik sekolah. Dengan melakukan berbagai kegiatan tersebut maka dapat dikatakan bahwa siswa telah menerapkan wujud sikap patriotisme dalam ruang lingkup sekolah.

3.6 Faktor yang Mempengaruhi Penurunan Sikap Patriotisme

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan jiwa patriotisme pada kalangan pemuda atau generasi penerus bangsa Indonesia, diantaranya adalah faktor internal dan eksternal.

1. Faktor internal, terdiri atas:

(54)

34

b. Sikap keluarga dan lingkungan sekitar yang tidak mencerminkan patriotisme, sehingga para pemuda meniru sikap tersebut. Para pemuda merupakan peniru yang baik terhadap lingkungan sekitarnya.

c. Demokratisasi yang melewati batas etika dan sopan santun dan maraknya unjuk rasa telah menimbulkan frustasi di kalangan pemuda dan hilangnya optimisme, sehingga yang ada hanya sifat malas, egois dan, emosional.

d. Tertinggalnya Indonesia dengan negara-negara lain dalam segala aspek kehidupan membuat para pemuda tidak bangga lagi menjadi bangsa Indonesia.

e. Timbulnya etnosentrisme yang menganggap sukunya lebih baik dari suku-suku lainnya, membuat para pemuda lebih mengagungkan daerah atau sukunya daripada persatuan bangsa.

2. Faktor eksternal, terdiri atas:

(55)

bangsa Indonesia.

b. Paham liberalisme yang dianut oleh negara-negara barat yang memberikan dampak pada kehidupan bangsa. Para pemuda meniru paham libelarisme, seperti sikap individualisme yang hanya memikirkan dirinya sendiri tanpa memperhatikan keadaan sekitar dan sikap acuh tak acuh pada pemerintahan.

Sikap patriotisme sangat penting untuk ditanamkan dalam diri setiap

individu karena patriotisme ini adalah wujud kesetiaan terhadap

bangsa dan negara. Patriotisme yang sesungguhnya adalah rela

mengorbankan tenaga, harta benda, dan yang lainnya demi bangsa.

Dengan sikap patriotisme, bangsa Indonesia dapat menjadi negara

yang kuat dan tidak mudah untuk ditaklukan. Namun, dengan

memudarnya rasa patriotisme dapat mengancam dan menghancurkan

bangsa Indonesia. Hal itu terjadi karena ketahanan nasional akan

menjadi lemah dan dapat dengan mudah dikuasai oleh pihak luar.

Apabila terus menerus dibiarkan, maka akan membawa dampak atau

pengaruh yang cukup besar terhadap keutuhan bangsa.

3.7 Cara Membentuk Sikap Patriotisme

(56)

36

Jati diri dan kepercayaan diri sebagai sebuah bangsa ini merupakan modal yang kuat dalam menghadapi berbagai tantangan dan hambatan di masa depan. Penguatan semangat patriotisme dalam konteks globalisasi saat ini harus lebih dititikberatkan pada elemen-elemen strategis dalam peraturan global. Oleh karena itu, strategi yang dapat dilakukan antara lain:

1. Penguatan peran lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan dalam ikut membangun semangat patriotisme, terutama di kalangan generasi muda. Sebagai contoh Gerakan Pramuka. Generasi muda adalah elemen strategis di masa depan. Mereka sepertinya menyadari bahwa dalam era globalisasi, generasi muda dapat berperan sebagai subjek maupun objek.

2. Penguatan patriotisme pada masyarakat yang tinggal di wilayah-wilayah yang dalam perspektif kepentingan nasional dinilai strategis.

3. Penguatan semangat patriotisme pada masyarakat yang hidup di daerah rawan pangan (miskin), rawan konflik, dan rawan bencana alam.

(57)

5. Peningkatan peran pemerintah dan masyarakat RI dalam ikut berperan aktif dalam penyelesaian berbagai persoalan regional dan internasional, seperti penyelesaian konflik, kesehatan, lingkungan hidup, dan lain-lain.

Semua patut prihatin dengan keadaan tanah air yang semakin hari semakin berkurang sikap patriotismenya, yang sebenarnya dapat di atasi dengan langkah atau tindakan yang sifatnya menyuluruh. Dan aspek yang paling utama adalah dari dalam diri sendiri yang mempunyai keinginan untuk merubahnya. Berikut ini adalah beberapa upaya untuk bisa menumbuhkan jiwa patriotisme:

1. Peran keluarga

a. Memberikan pendidikan sejak dini tentang sikap patriotisme terhadap bangsa Indonesia

b. Memberikan contoh atau teladan tentang rasa keberanian, kecintaan dan penghormatan pada bangsa

c. Memberikan pengawasan yang menyeluruh kepada anak terhadap lingkungan sekitar

2. Peran pendidikan

a. Memberikan pelajaran tentang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) dan juga bela negara

b. Menanamkan sikap cinta tanah air dan menghormati jasa pahlawan dengan mengadakan upacara setiap hari senin

(58)

38

ketahanan nasional 3. Peran pemerintah

a. Menggalakan berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan patrotisme, seperti seminar dan pameran kebudayaan

b. Mewajibkan pemakaian batik kepada pegawai negeri sipil setiap hari jumat. Hal ini dilakukan karena batik merupakan sebuah kebudayaan asli Indonesia, yang diharapkan dengan kebijakan tersebut dapat meningkatkan rasa patrotisme bangsa c. Lebih mendengarkan dan menghargai aspirasi pemuda untuk

membangun Indonesia agar lebih baik lagi

3.8 Peran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) di Sekolah Dalam Pembentukan Sikap Patriotisme

(59)

Dalam hal ini Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan mempunyai misi untuk membantu siswa belajar agar menjadi warga negara yang memiliki rasa kebanggaan, mempertahankan, dan cinta tanah air serta bertanggung jawab dan berpartisipasi di masyarakat demokratis yang majemuk dalam suku, bahasa, agama, budaya, maupun adat istiadat. Dari pemaparan misi PPKn tersebut, dapat kita lihat bahwa mempertahankan tanah air merupakan salah satu indikator dari sikap patriotisme. Selain itu dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) nomor 20/2003 menyatakan “bahwa pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk siswa menjadi

manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air”.

(60)

40

orang Indonesia dapat berperan aktif dalam melaksanakan bela negara. Selain itu, siswa juga akan lebih cinta pada tanah air dan rela berkorban demi bangsa.

PPKn dalam mencapai tujuan dan keberhasilannya, sangat ditentukan oleh kemampuan atau kualitas guru karena guru memiliki peranan penting dalam meningkatkan sikap patriotisme siswa. Guru yang baik adalah guru yang mampu memilih metode yang efektif agar materi yang disampaikan dapat benar-benar dipahami oleh siswa dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan. Dalam hal ini guru merupakan faktor sentral dalam upaya membina sikap patriotisme siswa baik di dalam situasi belajar di kelas ataupun di luar kelas.

B. Kerangka Pikir

(61)

Demi terciptanya warganegara yang berjiwa patriotik, PPKn sebagai mata pelajaran pendidikan di sekolah maupun universitas harus berupaya secara optimal dalam memberikan pengetahuan kepada siswanya dan untuk mengetahui tingkat ketercapaian kualitas itu, maka mata pelajaran PPKn harus merujuk kepada pasal 30 ayat (1) UUD 1945 setiap warganegara bertanggung jawab dan berhak ikut serta dalam upaya mempertahankan dan mengamankan negara Republik Inonesia dari berbagai bentuk ancaman dan gangguan, baik ancaman dan gangguan dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Dalam hal ini siswa yang nantiny akan menjadi generasi penerus cita-cita bangsa harus memiliki sikap patriotisme agar dapat menjaga persatuan dan kesatuan serta keutuhan bangsa Indonesia.

(62)

42

Pemahaman materi pertahanan dan keamanan (X):

1. Interpretasi 2. Mencontohkan 3. Mengklasifikasikan 4. Menggeneralisasi 5. Inferensi

Untuk memperjelas kerangka pemikiran dalam penelitian ini, dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir

Sikap patriotisme siswa(Y):

1. Mendukung 2. Kurang

(63)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian sangat diperlukan adanya suatu metode dengan masalah yang diteliti, sehingga memperoleh hasil yang diharapkan. Metode sangat diperlukan untuk menentukan data penelitian, menguji kebenaran, menemukan dan mengembangkan suatu pengetahuan, cara mengkaji kebenaran dan suatu pengetahuan. Penggunaan dari suatu metode itu sendiri harus juga memperhatikan jenis ataupun karakteristik, serta objek yang akan diteliti. Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu di mana suatu metode penelitian yang bertujuan menggambarkan dan memaparkan secara tepat keadaan tertentu dalam masyarakat.

(64)

44

kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata, 2006: 72).

Berdasarkan pendapat diatas, yang dimaksud dengan metode penelitian deskriptif adalah metode yang bertujuan memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang dengan cara mengumpulkan data kemudian menganalisa data yang telah terkumpul dari responden.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

“Populasi adalah keseluruhan subek penelitian”, Menurut Suharsimi

Arikunto, 2010: 173. Populasi harus dibatasi dan ditegaskan sampai pada batas-batas tertentu yang dapat dipergunakan untk menentukan sampel. Penelitian ini yang menjadi polulasi adalah keseluruhan individu yang akan diteliti. Jadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa tingkat 2 SMK 2 Mei Bandar Lampung yang berjumlah 600 siswa.

Tabel 1. Data jumlah siswa tingkat 2 SMK 2 Mei Bandar Lampung

No Kelas Jumlah

5. Teknik Komputer dan Jaringan

117 3

6. Teknik Sepeda Motor 142 4

Jumlah 600 17

(65)

2. Sampel

Banyaknya sampel dalam penelitian ini, penulis berpegang pada pendapat

Suharsimi Arikunto (2010: 174) yang menyatakan bahwa “untuk an

cer-ancer, jika subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitianya merupakan penelitian populasi dan jika subjeknya lebih dari 100 diambil 10-15% atau 20-25% ataupun lebih, tergantung setidak-tidaknya dari:

1. Kemampuan meneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan data.

2. Sempitnya wilayah pengamatan dari setiap subjek karena menyakat hal banyak sedikitnya data.

3. Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti.

Sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah 10% dari jumlah siswa tingkat 2 SMK 2 Mei Bandar Lampung. Jadi, sampel dalam penelitian ini adalah 10% x 600 = 60 responden.

(66)

46

Tabel 2. Jumlah Sampel Penelitian

No Kelas Jumlah Siswa Sampel

5. Teknik Komputer dan Jaringan

Dalam penelitian ini, penulis membedakan dua variabel yaitu variabel bebas sebagai variabel yang mempengaruhi (X) dan variabael terikat sebagai variabel yang dipengaruhi (Y) yaitu:

a. Variabel bebas (X)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pemahaman konsep pertahanan dan keamanan bangsa Indonesia.

b. Variabel terikat (Y)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap patriotisme siswa SMK 2 Mei Bandar Lampung.

D. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional Variabel 1. Definisi Konseptual

(67)

mengamankan negara Republik Inonesia dari berbagai bentuk ancaman dan gangguan, baik ancaman dan gangguan dari dalam negeri maupun dari luar negeri merupakan usaha bersama seluruh warga negara tanpa terkecuali. Seharusnya siswa turut serta dalam usaha pertahanan dan kemanan dengan menunjukkan sikap patriotisme dalam ruang lingkup sekolah dengan cara ikut menjaga, membela, mempertahankan, dan melindungi segala sesuatu yang berdampak buruk bagi sekolah dan dirinya mereka sendiri. Namun pada faktanya, sikap patriotisme siswa masih rendah diilhat dari beberapa aspek yang telah diamati.

(68)

48

diri sendiri juga dari faktor lain, salah satunya adalah keteladanan dari orang-orang sekitar yang dianggap memiliki pengaruh besar, seperti orang tua dan guru. Oleh karena itu, sikap patriotisme ini harus terus menerus diajarkan agar nantinya tidak terdegradasi seiring dengan perkembangan zaman.

2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah definisi yang memberikan gambaran cara mengukur suatu variabel dengan membeikan arti suatu kegiatan. Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Tingkat pemahaman konsep dapat didefinisikan sebagai tingkatan pemahaman yang digunakan untuk mendapatkan hasil yang paham atau tidak paham dengan segala yang mempengaruhinya. Sedangkan pertahanan dan keamanan bangsa Indonesia adalah sebuahusaha untuk menjaga keamanan negara, mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah sebuah negara dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. Dalam penelitian ini untuk mengukur pemahaman materi pertahanan dan keamanan nasional di SMK 2 Mei Bandar Lampung dapat dilihat dari indikator:

(69)

dari siswa SMK 2 Mei Bandar Lampung yang dapat memberikan contoh tentang konsep pertahanan dan keamanan bangsa.

3. Mengklasifikasi (Classifying), indikator pemahaman ini diukur dari tingkatan siswa SMK 2 Mei Bandar Lampung dalam mengelompokkan konsep tentang pertahanan dan keamananbangsa berdasarkan katergori atau definisi yang ada.

4. Menggeneralisasi (Summarizing), indikator pemahaman ini diukur dari tingkatan siswa SMK 2 Mei Bandar Lampung dalam menentukan konsep yang umum beserta sub konsep atau poin-poin khusus yang ada di dalamnya.

5. Inferensi (Inferring), indikator pemahaman ini diukur dari tingkatan siswa SMK 2 Mei Bandar Lampung dalam menggambarkan informasi logis berupa konsep pertahanan dan keamanan bangsa beserta contoh yang sudah dikelompokkan sebagai suatu bagian yang terpisah dari materi pembelajaran yang telah dipelajari sebelumnya.

(70)

50

1. Mendukung

Sikap patriotisme siswa dapat dikatakan mendukung apabila melaksanakan nilai-nilai patriotisme secara utuh, komitmen, dan konsisten.

2. Kurang mendukung

Sikap patriotisme siswa dapat dikatakan kurang mendukung apabila telah melaksanakan nilai-nilai patriotisme namun salah satu dari unsur keterlaksanaannya yaitu utuh, komitmen, dan konsisten ada yang belum nampak.

3. Tidak mendukung

Sikap patriotisme siswa dapat dikatakan tidak mendukung apabila nilai-nilai patriotisme belum dilaksanakan secara utuh, komitmen, dan konsisten.

3. Rencana Pengukuran Variabel

(71)

Menurut Sugiyono (2010:93) “Skala Likert digunakan untuk mengukur

sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang

fenomena sosial.” Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor, maka

responden harus menggambarkan, mendukung pernyataan. Untuk digunakan jawaban yang dipilih. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak ukur menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini maka diterapkan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Tes Pemahaman

Tes disajikan dalam bentuk pertanyaan, tes disusun peneliti sesuai dengan konsep pertahanan dan keamanan bangsa Indonesia yang diberikan kepada siswa untuk melihat pemahaman terkait konsep tersebut.

2. Angket

(72)

52

harus dipilih oleh responden. Dalam perhitungan angket atau kuesioner untuk perspektif tersebut penulis menggunakan skala likert dengan memberikan standar nilai tertentu, yang selanjutnya jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, dimana penyusunan angket ini dalam bentuk checklist yang terdiri dari 3 pilihan jawaban sehingga responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan. Checklist tersebut berupa kata-kata antara lain :

Pernyataan positif Pernyataan negatif a. Setuju diberi skor 3 a. Setuju diberi skor 1 b. Ragu-ragu diberi skor 2 b. Ragu-ragu diberi skor 2 c. Tidak setuju diberi skor 1 c. Tidak setuju diberi skor 3

Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist dan pilihan ganda (Sugiyono, 2009: 134-135).

3. Teknik Penunjang 3.1 Wawancara

(73)

3.2 Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi, yaitu suatu pengambilan data yang diperoleh dari informasi-informasi dan dokumen-dokumen yang digunakan untuk mendukung keterangan-keterangan tentang sesuatu yang diteliti.

Dalam penelitian ini, dokumentasi diperoleh dari arsip guru atau wali kelas mengenai pembelajaran dan hasil belajar siswa kelas XI SMK 2 Mei Bandar Lampung.

F. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas

Untuk memperoleh data yang akurat dalam penelitian ini maka alat ukur yang digunakan harus valid, artinya alat ukur tersebut harus dapat

mengukur secara terpat. “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan

tingkat-tingkat kevalidan atau kesalihan sesuatu instrumen” (Suharsimi Arikunto, 2010:144). Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah logical validity, yaitu dengan mengkonsultasikan dengan dosen pembimbing, berdasarkan konsultasi tersebut dilakukan perbaikan.

2. Uji Reliabilitas

Untuk membuktikan kemantapan alat pengumpul data maka akan

diadakan uji coba Reliabilitas yang menunjukkan bahwa “sesuatu

Gambar

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
Tabel 1. Data jumlah siswa tingkat 2 SMK 2 Mei Bandar Lampung
Tabel 2. Jumlah Sampel Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan kadar NPK (Nitrogen, Kalium, Phosphor) pada kompos kotoran sapi dengan kotoran ayam yang diolah

Hasil dari penelitian ini dapat diketahui bahwa salah satu manajemen dalam pendayagunaan dana zakat yang dilakukan oleh lembaga amil Zakat Center Thoriqotul Jannah yaitu

 Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks untuk semua kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan 0,58 persen;

Kebisingan yang paling utama berasal dari kendaraan yang menggunakan Jalan Setiabudi (di bagian Timur tapak, kendaraan dari arah Selatan) dan Jalan Sukawangi (di bagian Utara

Dari uraian faktor-faktor tersebut di atas dapat dilihat bahwa untuk mengetahui penyebab terjadinya kejahatan terhadap anak maka harus dilihat faktor-faktor yang

Pemilihan pelayan Tuhan yang hanya mengacu pada satu sisi, akan membuat permasalahan yang dihadapi dalam pelayanan tidak terselesaikan dengan baik.. Pemilihan

Pada penelitian ini di harapkan akan menjadi informasi dan masukan bagi masyarakat Kelurahan Tambakaji RW V dan khususnya pada perusahaan Tupperware, dan dapat di

Tahapan terakhir dari pembuatan aplikasi ini adalah tahap pengujian dan evaluasi aplikasi. Pengujian pada aplikasi ini menggunakan metode black box testing dengan menguji