• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Pencegahan Infeksi pada Saat Pertolongan Persalinan di Bidan Praktek Swasta Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pelaksanaan Pencegahan Infeksi pada Saat Pertolongan Persalinan di Bidan Praktek Swasta Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2012"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN PENCEGAHAN INFEKSI PADA SAAT PERTOLONGAN PERSALINAN DI BIDAN PRAKTEK

SWASTA WILAYAH KOTA BANDA ACEH

HENNY HASTUTY 115102008

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

Persalinan Di Bidan Praktek Swasta Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2012

Nama : Henny Hastuty

Jurusan : Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Tahun : 2012

Abstrak

Latar belakang : Pencegahan infeksi merupakan aspek ketiga dari Lima Benang Merah yang terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman dan juga merupakan salah satu usaha untuk melindungi ibu dan bayi baru lahir. Tindakan pencegahan infeksi adalah bagian esensial dari asuhan lengkap yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksanakan secara rutin pada saat menolong persalinan dan kelahiran bayi yang meliputi prosedur cuci tangan, pemakaian sarung tangan dan perlengkapan pelindung lainnya, penggunaan teknik asepsis atau aseptik, pemprosesan alat bekas pakai, penanganan peralatan tajam, dan pengelolaan sampah medik, menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan.

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pencegahan infeksi pada saat pertolongan persalinan di Bidan Praktek Swasta wilayah Kota Banda Aceh.

Metodologi penelitian : Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan instrumen penelitian berupa lembar observasi yang berisi pelaksanaan pencegahan infeksi pada saat pertolongan persalinan. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh bidan praktek swasta dalam wilayah Kota Banda Aceh yang berjumlah 40 orang yang diambil secara total sampling.

Hasil penelitian : Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia 40-49 tahun yaitu sebanyak 18 orang (45%), mayoritas responden berpendidikan D-III yaitu sebanyak 18 orang (45%), mayoritas responden bekerja sebagai PNS yaitu sebanyak 37 orang (92,5%), mayoritas lamanya bekerja responden >10 tahun yaitu sebanyak 34 orang (85%). Pelaksanaan pencegahan infeksi pada saat pertolongan persalinan di Bidan Praktek Swasta wilayah Kota Banda Aceh yaitu sebanyak 30 orang (75%) dengan kategori cukup baik, sebanyak 8 orang (20%) dengan kategori sangat baik dan sebanyak 2 orang (5%) dengan kategori kurang baik.

(4)

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat

rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang

berjudul “Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Pada Saat Pertolongan Persalinan di

Bidan Praktek Swasta Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2012”. Adapun tujuan

penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat

menyelesaikan pendidikan pada Program D-IV Bidan Pendidik di Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis mendapatkan bimbingan,

masukan dan arahan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat membuat

proposal penelitian ini tepat pada waktunya. Sehingga dalam kesempatan ini

penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen pembimbing karya tulis

ilmiah ini yang dengan penuh keihklasan dan kesabaran telah memberikan

arahan, bimbingan, serta ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan

proposal ini.

2. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program D-IV

Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Zulkifli, M.Si, sebagai Penguji I dan dr. M. Fidel Ganis Siregar, SpOG

sebagai Penguji II.

4. dr. Media Yulizar, MPH selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Banda

(5)

Kesehatan Kota Banda Aceh.

5. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program studi D-IV Bidan

Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

6. Suami (Afril Herri P, SKM, M.Kes) dan kedua orang tua (Drs. Bakhtiar

dan Almh. Hadlima, SE) yang telah memberikan dukungan moril maupun

materil serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis hingga

membuat semangat penulis terus terpacu dalam menyelesaikan karya tulis

ilmiah ini. Serta anak-anak tercinta (Zalfa, Kamil dan Nayla) yang selalu

mendoakan dan memotivasi penulis.

7. Kepada seluruh teman – teman di Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara, yang tak dapat disebutkan satu

persatu yang telah memberi banyak bantuan dan semangat.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan karya tulis

ilmiah ini masih memerlukan perbaikan untuk kesempurnaan, untuk itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi sempurnanya

karya tulis ilmiah ini.

Akhir kata penulis doakan segala bentuk bantuan yang telah di berikan

mendapat imbalan dari Allah SWT.

Medan, Juni 2012

Penulis

(6)

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR SKEMA ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

1. Tujuan Umum ... 4

2. Tujuan Khusus ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencegahan Infeksi ... 7

B. Prinsip-prinsip Pencegahan Infeksi ... 7

C. Penatalaksanaan Pencegahan Infeksi ... 8

D. Bidan Praktek Swasta ... 28

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN A. Kerangka Konsep ... 30

B. Defenisi Operasional ... 31

BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 32

B. Populasi dan Sampel ... 32

C. Tempat Penelitian ... 32

(7)

F. Alat Pengumpulan Data ... 33

G. Prosedur Pengumpulan Data ... 34

H. Rencana Analisa Data ... 35

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 36

B. Pembahasan ... 46

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 53

B. Saran ... 54

(8)

Skema 1. Langkah – langkah Pemprosesan Alat Bekas Pakai... 24

(9)

Tabel 1 Distribusi Tindakan Yang Memerlukan Sarung Tangan ... 12

Tabel 2 Distribusi Efektivitas Tindakan Dalam Pemprosesan

Alat Bekas Pakai ... 24

Tabel 3 Defenisi Operasional ... 31

Tabel 5.1 Distribusi Frekwensi Karakteristik Responden di BPS

Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2012 ... 37

Tabel 5.2. Distribusi Frekwensi Pelatihan APN Responden di BPS

Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2012 ... 38

Tabel 5.3. Distribusi Frekwensi Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Pada Saat Pertolongan Persalinan Tentang Prosedur Cuci Tangan di BPS

Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2012 ... 39

Tabel 5.4. Distribusi Frekwensi Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Pada Saat Pertolongan Persalinan Tentang Pemakaian

Sarung Tangan dan Perlengkapan Pelindung Lainnya di BPS

Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2012. ... 40

Tabel 5.5. Distribusi Frekwensi Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Pada Saat Pertolongan Persalinan Tentang Penggunaan

Teknik Asepsis atau Aseptic di BPS Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2012. ... 41

Tabel 5.6. Distribusi Frekwensi Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Pada Saat Pertolongan Persalinan Tentang Pemprosesan Alat Bekas Pakai di BPS Wilayah Kota Banda Aceh

Tahun 2012. ... 42

Tabel 5.7. Distribusi Frekwensi Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Pada Saat Pertolongan Persalinan Tentang Penanganan Peralatan

Tajam di BPS Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2012 ... 43

Tabel 5.8. Distribusi Frekwensi Pelaksanaan Pencegahan Infeksi

Pada Saat Pertolongan Persalinan Tentang Pengelolaan Sampah Medis, Menjaga Kebersihan dan Sanitasi Lingkungan di BPS

Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2012. ... 45

Tabel 5.9. Distribusi Frekwensi Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Pada Saat Pertolongan Persalinan di BPS Wilayah Kota Banda Aceh

(10)

Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Lembar Observasi

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan

Lampiran 3 : Lembar Observasi

Lampiran 4 : Surat Izin Pengambilan Data Penelitian

Lampiran 5 : Surat Balasan Selesai Pengambilan Data Penelitian

(11)

Persalinan Di Bidan Praktek Swasta Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2012

Nama : Henny Hastuty

Jurusan : Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Tahun : 2012

Abstrak

Latar belakang : Pencegahan infeksi merupakan aspek ketiga dari Lima Benang Merah yang terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman dan juga merupakan salah satu usaha untuk melindungi ibu dan bayi baru lahir. Tindakan pencegahan infeksi adalah bagian esensial dari asuhan lengkap yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksanakan secara rutin pada saat menolong persalinan dan kelahiran bayi yang meliputi prosedur cuci tangan, pemakaian sarung tangan dan perlengkapan pelindung lainnya, penggunaan teknik asepsis atau aseptik, pemprosesan alat bekas pakai, penanganan peralatan tajam, dan pengelolaan sampah medik, menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan.

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pencegahan infeksi pada saat pertolongan persalinan di Bidan Praktek Swasta wilayah Kota Banda Aceh.

Metodologi penelitian : Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan instrumen penelitian berupa lembar observasi yang berisi pelaksanaan pencegahan infeksi pada saat pertolongan persalinan. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh bidan praktek swasta dalam wilayah Kota Banda Aceh yang berjumlah 40 orang yang diambil secara total sampling.

Hasil penelitian : Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia 40-49 tahun yaitu sebanyak 18 orang (45%), mayoritas responden berpendidikan D-III yaitu sebanyak 18 orang (45%), mayoritas responden bekerja sebagai PNS yaitu sebanyak 37 orang (92,5%), mayoritas lamanya bekerja responden >10 tahun yaitu sebanyak 34 orang (85%). Pelaksanaan pencegahan infeksi pada saat pertolongan persalinan di Bidan Praktek Swasta wilayah Kota Banda Aceh yaitu sebanyak 30 orang (75%) dengan kategori cukup baik, sebanyak 8 orang (20%) dengan kategori sangat baik dan sebanyak 2 orang (5%) dengan kategori kurang baik.

(12)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penurunan angka kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup masih

terlalu lamban untuk mencapai target Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium

Development Goals/ MDGs) dalam rangka mengurangi tiga per empat jumlah ibu

yang meninggal selama hamil dan melahirkan pada tahun 2015. Untuk mencapai

target MDGs penurunan angka kematian ibu antara tahun 1990 dan tahun 2015

seharusnya 5,5 % per tahun. Namun data WHO, UNICEF, UNFPA dan Bank

Dunia menunjukkan penurunan angka kematian ibu hingga saat ini masih kurang

dari 1 % per tahun.

Menurut data WHO, sebanyak 99 % kematian ibu akibat masalah persalinan

atau kelahiran terjadi di Negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di

Negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu

per 100 ribu kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di

Sembilan Negara maju dan 51 negara persemakmuran. (antaranews.com, 12

November 2011)

Angka kematian ibu (AKI) melahirkan di Indonesia saat ini tergolong masih

cukup tinggi yaitu mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup (KH). Walaupun

sebelumnya Indonesia telah mampu melakukan penurunan dari angka 300 per

100.000 KH pada tahun 2004. Padahal berdasarkan Sasaran Pembangunan

Milenium atau Millenium Development Goal (MDG), kematian ibu melahirkan

ditetapkan pada angka 102 per 100.000 KH. Di Indonesia AKI menurun dari 307

(13)

satu cara yang paling efektif untuk menurunkan angka kematian ibu adalah

dengan meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di

fasilitas kesehatan. (SDKI tahun 2007).

Angka kematian ibu melahirkan di Aceh pada tahun 2008 sebesar 238 per

100.000 kelahiran hidup, angka ini lebih tinggi dari Angka Kematian Ibu

Nasional yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan secara absolut,

jumlah kematian ibu mengalami penurunan dari 181 pada tahun 2008 menjadi 136

pada tahun 2009. Penyebab kematian ibu melahirkan adalah pendarahan (28%),

eklamsia (24%), infeksi (11%), komplikasi masa peurperium (8%), abortus (5%),

persalinan macet (5%), emboli obsetri (3%), dan penyebab lain (11%). (Renstra

Kesehatan Aceh 2011-2015).

Tingginya angka kematian ibu melahirkan ini bukan karena terbatasnya

akses pelayanan antenatal yang diukur dengan cakupan kunjungan pertama dan

kunjungan ke empat masa kehamilan tetapi kemungkinan besar karena kwalitas

pelayanan kesehatan dan kurang berfungsinya sistem deteksi dini ibu hamil yang

beresiko tinggi dan sistem rujukan persalinan. Rata-rata untuk Aceh, 86%

persalinan di Aceh ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih. Presentasi kelahiran

yang ditolong oleh tenaga kesehatan bervariasi dari yang terendah 40%

( Kabupaten Gayo Lues) dan mendekati 100 % untuk Kota Banda Aceh, Kota

Langsa ,Kota Sabang dan Kabupaten Aceh Besar.

Persalinan yang bersih dan aman sebagai pilar ketiga Safe Motherhood yang

di kategorikan sebagai pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, pada tahun

1997 baru mencapai 60 % (Saifuddin, 2006 : 7). Pencegahan infeksi merupakan

(14)

bersih dan aman dan juga merupakan salah satu usaha untuk melindungi ibu dan

bayi baru lahir (Wiknjosastro, G, 2008).

Tindakan pencegahan infeksi adalah bagian esensial dari asuhan lengkap

yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksanakan secara rutin

pada saat menolong persalinan dan kelahiran bayi, saat memberikan asuhan dasar

selama kunjungan antenatal atau pasca persalinan/bayi baru lahir atau saat

menatalaksana penyulit. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan

untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga

kesehatan lainnya. Juga upaya-upaya menurunkan resiko terjangkit atau terinfeksi

mikroorganisme yang menimbulkan penyakit-penyakit berbahaya (Wiknjosastro,

G, 2008). Mengingat bahwa infeksi dapat ditularkan melalui darah, sekret vagina,

air mani, cairan amnion dan cairan tubuh lainnya,maka setiap petugas yang

bekerja di lingkungan yang mungkin terpapar hal-hal tersebut mempunyai resiko

untuk tertular bila tidak mengindahkan prosedur pencegahan infeksi (Saifuddin,

2006:15).

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang penulis lakukan sebanyak dua

kali di Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh, diperoleh jumlah ibu bersalin pada 40

Bidan Praktek Swasta (BPS) dalam wilayah Kota Banda Aceh periode Januari –

September 2011 adalah 2.959 orang, dengan 5 jumlah kematian ibu yang

disebabkan oleh beberapa sebab kematian diantaranya pendarahan, hipertensi

dalam kehamilan, dan infeksi serta 20 kematian neonatal yang diakibatkan oleh

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), asfiksia dan infeksi. (Laporan Bulanan

Periode Januari – September 2011 Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh)

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa jumlah angka kematian ibu

(15)

tinggi, dengan adanya hal tersebut penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana

pelaksanaan pencegahan infeksi oleh bidan untuk meminimalkan resiko terjadinya

infeksi pada ibu bersalin dan neonatal di BPS yang meliputi : Prosedur cuci

tangan, pemakaian sarung tangan dan perlengkapan pelindung lainnya,

penggunaan teknik asepsis atau aseptik, pemprosesan alat bekas pakai,

penanganan peralatan tajam,dan pengelolaan sampah medik, menjaga kebersihan

dan sanitasi lingkungan yang belum sepenuhnya dilakukan sesuai dengan

pedoman pencegahan infeksi.

Dari hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang “Pelaksanaan

Pencegahan Infeksi Pada Saat Pertolongan Persalinan di Bidan Praktek Swasta

wilayah Kota Banda Aceh tahun 2012”

B. Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan

adalah “Bagaimana pelaksanaan pencegahan infeksi pada saat pertolongan

persalinan di Bidan Praktek Swasta wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2012.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pelaksanaan pencegahan infeksi pada saat pertolongan

persalinan di Bidan Praktek Swasta dalam wilayah Kota Banda Aceh.

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui pelaksanaan pencegahan infeksi pada saat pertolongan

(16)

b. pemakaian sarung tangan dan perlengkapan pelindung lainnya

c. penggunaan teknik asepsis atau aseptik

d. pemprosesan alat bekas pakai

e. penanganan peralatan tajam

f. pengelolaan sampah medik, menjaga kebersihan dan sanitasi

lingkungan oleh Bidan.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan peneliti tentang pencegahan infeksi dan penerapan ilmu yang

didapat selama ini.

2. Bagi Lokasi Penelitian

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan khususnya

tentang penatalaksanaan pencegahan infeksi pada saat pertolongan

persalinan di Bidan Praktek Swasta wilayah Kota Banda Aceh.

b. Untuk menerapkan prosedur pencegahan infeksi pada saat pertolongan

persalinan di Bidan Praktek Swasta wilayah Kota Banda Aceh.

3. Bagi Instansi Pendidikan

Sebagai bahan kegiatan terhadap teori yang telah diperoleh mahasiswi

selama mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di Program Studi

D-IV Kebidanan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara sekaligus

(17)

4. Bagi Peneliti Lain

Dapat dijadikan bahan perbandingan untuk melakukan

penelitian-penelitian lain atau yang serupa berkaitan dengan pencegahan infeksi pada

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pencegahan Infeksi

Pencegahan infeksi adalah bagian esensial dari asuhan lengkap yang

diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksakan secara rutin pada

saat menolong persalinan dan kelahiran bayi,saat memberikan asuhan dasar

selama kunjungan antenatal atau pasca persalinan/bayi baru lahir atau saat

menatalaksana penyulit. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan

untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga

kesehatan lainnya. Juga upaya-upaya menurunkan resiko terjangkit atau terinfeksi

mikroorganisme yang menimbulkan penyakit-penyakit berbahaya (Wiknjosastro,

G, 2008).

B. Prinsip-Prinsip Pencegahan Infeksi

Pencegahan infeksi yang efektif didasarkan pada prinsip-prinsip berikut :

1. Setiap orang (ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan) harus dianggap

dapat menularkan penyakit karena infeksi yang terjadi bersifat

asimptomatik (tanpa gejala)

2. Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi

3. Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan benda-benda lain yang

akan dan telah bersentuhan dengan kulit tak utuh/selaput mukosa atau

darah, harus diangap terkontaminasi sehingga setelah selesai digunakan

(19)

4. Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah

diproses dengan benar, maka semua itu harus dianggap masih

terkontaminasi.

5. Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tapi dapat dikurangi

hingga sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan

pencegahan infeksi yang benar dan konsisten. (Wiknjosastro, G, 2008)

C. Penatalaksanaan Pencegahan Infeksi

Ada berbagai praktek pencegahan infeksi yang membantu mencegah

mikroorganisme berpindah dari satu individu ke individu lainnya (ibu, bayi baru

lahir, dan para penolong persalinan) sehingga dapat memutus rantai penyebar

infeksi, penatalaksanaan pencegahan infeksi antara lain sebagai berikut :

1. Cuci tangan

2. Memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung lainnya

3. Menggunakan tekhnik asepsis atau aseptik

4. Memproses alat bekas pakai

5. Menangani peralatan tajam dengan aman

6. Mengelola sampah medik,menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan.

Secara detil dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Cuci tangan

Cuci tangan adalah prosedur yang paling penting dari pencegahan

penyebaran infeksi yang menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan

bayi baru lahir. Cuci tangan harus dilakukan :

a. Segera setelah tiba ditempat kerja

(20)

c. Setelah kontak fisik langsung dengan ibu atau bayi baru lahir

d. Sebelum memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril

e. Setelah melepaskan sarung tangan (kontaminasi melalui lubang atau

robekan sarung tangan)

f. Setelah menyentuh benda yang mungkin terkontaminasi oleh darah

atau cairan tubuh lainnya atau setelah menyentuh selaput mukosa (

misalnya hidung, mulut, mata, vagina) meskipun saat itu sedang

menggunakan sarung tangan

g. Setelah kekamar mandi

h. Sebelum pulang kerja

Prosedur cuci tangan :

a. Lepaskan perhiasan di tangan dan pergelangan.

b. Basahi tangan dengan air bersih dan mengalir

c. Gosok dengan kuat kedua tangan, gunakan sabun biasa atau yang

mengandung anti mikroba selama 15 sampai 30 detik (pastikan

menggosok sela – sela jari). Tangan yang terlihat kotor harus dicuci

lebih lama.

d. Bilas tangan dengan air bersih yang mengalir.

e. Biarkan tangan kering dengan cara diangin – anginkan atau keringkan

dengan kertas tisu yang bersih dan kering atau handuk pribadi yang

bersih dan kering.

f. Bila menggunakan sabun padat (misalnya sabun batangan), gunakan

dalam potongan-potongan kecil dan tempatkan sabun dalam wadah

yang berlubang-lubang untuk mencegah air menggenangi sabun

(21)

g. Jangan mencuci tangan dengan jalan mencelupkannya ke dalam

wadah berisi air meskipun air tersebut sudah ditambah larutan

antiseptik. Mikroorganisme dapat bertahan hidup dan berkembang

biak dalam larutan tersebut.

h. Bila tidak tersedia air mengalir :

1) Gunakan ember tertutup dengan keran yang bisa ditutup pada saat

mencuci tangan dan dibuka kembali jika akan membilas.

2) Gunakan botol yang sudah diberi lubang agar air bisa mengalir.

3) Minta orang lain menyiramkan air ke tangan.

4) Gunakan pencuci tangan yang mengandung anti mikroba

berbahan dasar alkohol (campurkan 100 mL 60-90% alkohol

dengan 2 mL gliserin. Gunakan kurang lebih 2 mL dan gosok

kedua tangan hingga kering, ulangi tiga kali).

i. Keringkan tangan anda dengan handuk bersih dan kering. Jangan

menggunakan handuk yang juga digunakan oleh orang lain. Handuk

basah/ lembab adalah tempat yang baik untuk mikroorganisme

berkembang biak.

j. Bila tidak ada saluran air untuk membuang air yang sudah digunakan,

kumpulkan air di baskom dan buang ke saluran limbah atau jamban di

kamar mandi. (Wiknjosastro, G, 2008).

2. Memakai Sarung Tangan dan perlengkapan pelindung lainnya

Pakai sarung tangan sebelum menyentuh sesuatu yang basah (kulit tak

utuh, selaput mukosa, darah atau cairan tubuh lainnya) atau peralatan,

(22)

Jika sarung tangan diperlukan, ganti sarung tangan untuk menangani setiap

ibu atau bayi baru lahir setelah terjadi kontak langsung untuk menghindari

kontaminasi silang atau gunakan sarung tangan yang berbeda untuk situasi

yang berbeda pula.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian sarung tangan :

a. Gunakan sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi untuk

prosedur apapun yang akan mengakibatkan kontak dengan jaringan

dibawah kulit seperti persalinan, penjahitan vagina atau pengambilan

darah

b. Gunakan sarung tangan periksa yang bersih untuk menangani darah

atau cairan tubuh

c. Gunakan sarung tangan rumah tangga atau tebal untuk mencuci

peralatan, menangani sampah, juga membersihkan darah atau cairan

tubuh.

Sarung tangan sekali pakai lebih dianjurkan, tapi jika sarananya sangat

terbatas, sarung tangan bisa digunakan berulang kali jika dilakukan

dekontaminasi, cuci dan bilas, desinfeksi tingkat tinggi atau sterilisasi. Jika

sarung tangan sekali pakai digunakan berulang kali, jangan diproses lebih

dari tiga kali karena mungkin telah terjadi robekan / lubang yang tidak

(23)

Tabel 1. Distribusi Tindakan Yang Memerlukan Sarung Tangan

Prosedur / Tindakan

Sarung darah atau suhu, menyuntik

Tidak Tidak Tidak

Mengambil contoh darah / pemasangan IV

Ya Tidak Tidak

Menghisap lendir dari jalan napas bayi baru lahir yang terkontaminasi

Ya Tidak Tidak

Membersihkan percikan darah atau cairan tubuh

Ya Tidak Tidak

Sumber : Wiknjosastro, G, 2008

3. Menggunakan teknik aseptik dan asepsis

Teknik aseptik membuat prosedur menjadi lebih aman bagi ibu, bayi baru

lahir, dan petugas penolong persalinan.

Teknik aseptik meliputi beberapa aspek :

a. Penggunaan perlengkapan pelindung pribadi

Perlengkapan pelindung pribadi mencegah petugas terpapar

mikroorganisme penyebab infeksi dengan cara menghalangi atau

membatasi (kaca mata pelindung, masker wajah, sepatu boot atau

sepatu tertutup, celemek) petugas dari cairan tubuh, darah atau cedera

selama melaksanakan prosedur klinik. Masker wajah dan celemek

(24)

daya yang tersedia di masing-masing daerah jika alat atau

perlengkapan sekali pakai tidak tersedia.

b. Antisepsis

Antisepsis adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah infeksi

dengan cara membunuh atau mengurangi mikroorganisme pada

jaringan tubuh atau kulit. Karena kulit dan selaput mukosa tidak dapat

disterilkan maka penggunaan antiseptik akan sangat mengurangi

jumlah mikroorganisme yang akan mengkontaminasi luka terbuka dan

menyebabkan infeksi. Cuci tangan secara teratur diantara kontak

dengan setiap ibu atau bayi baru lahir, juga membantu untuk

menghilangkan sebagian besar mikroorganisme pada kulit.

c. Menjaga tingkat sterilitas atau disinfeksi tingkat tinggi

1) Gunakan kain steril

2) Berhati-hati jika membuka bungkusan atau memindahkan

benda-benda ke daerah yang steril/ disinfeksi tingkat tinggi

3) Hanya benda-benda steril disinfeksi tingkat tinggi atau petugas

dengan atribut yang sesuai yang diperkenankan untuk memasuki

daerah steril/ disinfeksi tingkat tinggi

4) Anggap benda apapun basah, terpotong atau robek sebagai benda

yang terkontaminasi

5) Tempatkan daerah steril/disinfeksi tingkat tinggi jauh dari pintu

atau jendela

6) Cegah orang-orang yang tidak memakai sarung tangan disinfeksi

tingkat tinggi atau steril menyentuh peralatan yang ada di daerah

(25)

Antiseptik

Larutan antiseptik digunakan pada kulit atau jaringan yang tidak mampu

menahan konsentrasi bahan aktif yang terlarut dalam larutan disinfektan.

Larutan antiseptik memerlukan waktu beberapa menit setelah dioleskan

pada permukaan tubuh agar dapat mencapai manfaat yang optimal. Karena

itu, penggunaan antiseptik tidak diperlukan untuk tindakan kecil dan

segera (misalnya penyuntikan oksitosin secara intra muskular pada

penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga, memotong tali pusat) asalkan

peralatan yang digunakan sudah didisinfeksi tingkat tinggi atau steril.

Pengelolaan Cairan Antiseptik

Cara pencegahan kontaminasi larutan antiseptik dan desinfektan :

a. Hanya menggunakan air matang untuk mengencerkan (jika

pengenceran diperlukan).

b. Jika yang tersedia kemasan antiseptik besar, untuk pemakaian sehari –

hari tuangkan ke dalam wadah lebih kecil (untuk mencegah

penguapan dan kontaminasi).

c. Buat jadwal rutin yang tetap (misalnya tiap minggu) untuk

menyiapkan larutan dan membersihkan wadah pemakaian sehari –

hari (resiko kontaminasi pada cairan yang disimpan lebih dari satu

minggu).

d. Berhati – hati untuk tidak mengkontaminasi pinggiran wadah pada

saat menuangkan larutan ke wadah yang lebih kecil (pinggiran wadah

larutan utama tidak boleh bersentuhan dengan wadah yang lebih

(26)

e. Mengosongkan dan mencuci wadah dengan sabun dan air serta

membiarkannya kering dengan cara diangin – anginkan setidaknya

sekali seminggu (tempelkan label bertuliskan tanggal pengisian

ulang).

f. Menuangkan larutan antiseptik ke gulungan kapas atau kasa (jangan

merendam gulungan kapas atau kasa di dalam wadah ataupun

mencelupkannya ke dalam larutan antiseptik).

g. Menyimpan larutan di tempat yang dingin dan gelap. (Wiknjosastro,

G, 2008)

4. Pemprosesan Alat Bekas Pakai

Pemprosesan peralatan (terbuat dari logam, plastik, dan karet) serta benda

– benda lainnya dengan upaya pencegahan infeksi, direkomendasikan

untuk melalui tiga langkah pokok yaitu :

a. Dekontaminasi

Dekontaminasi adalah langkah pertama yang penting dalam

menangani peralatan, perlengkapan, sarung tangan, dan benda – benda

lainnya yang terkontaminasi. Untuk perlindungan lebih jauh, pakai

sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga dari

lateks, jika menangani peralatan yang sudah digunakan atau kotor.

Segera setelah digunakan, masukkan benda-benda yang

terkontaminasi ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Daya

kerja larutan klorin akan cepat mengalami penurunan sehingga harus

diganti paling sedikit setiap 24 jam, atau lebih cepat jika terlihat telah

(27)

Dimasak

Sumber : Wiknjosastro, G, 2008

Gambar 1: Rumus Untuk Membuat Larutan Klorin 0,5% dari LarutanKonsentrat Berbentuk Cair

b. Pencucian dan pembilasan.

Pencucian adalah cara paling efektif mikroorganisme pada peralatan /

perlengkapan yang kotor atau sudah digunakan. Baik sterilisasi

maupun disinfeksi tingkat tinggi menjadi kurang efektif tanpa proses

pencucian sebelumnya jika benda-benda yang terkontaminasi tidak

dapat dicuci segera setelah dikontaminasi, bilas peralatan dengan air

untuk mencegah korosi dan menghilangkan bahan-bahan organik, lalu

cuci tangan dengan seksama secepat mungkin.

Perlengkapan / bahan – bahan untuk mencuci peralatan :

1) Sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga

dari lateks.

2) Sikat halus (boleh menggunakan sikat gigi).

3) Tabung suntik (minimal ukuran 10 ml, untuk membilas bagian

dalam kateter, termasuk kateter penghisap lendir).

(28)

6) Sabun atau deterjen.

Tahap – tahap pencucian dan pembilasan :

a) Pakai sarung tangan karet yang tebal pada kedua tangan.

b) Ambil peralatan bekas pakai yang sudah didekontaminasi.

c) Agar tidak merusak benda – benda yang terbuat dari plastik

atau karet, jangan dicuci segera bersamaan dengan peralatan

yang terbuat dari logam.

d) Cuci setiap benda tajam secara terpisah dan hati – hati :

(1) Gunakan sikat dengan air dan sabun untuk

menghilangkan sisa darah dan kotoran.

(2) Buka engsel gunting dan klem.

(3) Sikat dengan seksama terutama di bagian sambungan dan

pojok peralatan.

(4) Pastikan tidak ada sisa darah dan kotoran yang tertinggal

pada peralatan.

(5) Cuci setiap benda sedikitnya tiga kali (atau lebih jika

perlu) dengan air dan sabun atau deterjen.

(6) Bilas benda – benda tersebut dengan air bersih.

e) Ulangi prosedur tersebut pada benda – benda lain.

f) Jika peralatan akan didesinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi

tempatkan peralatan dalam wadah yang bersih dan biarkan

kering sebelum memulai proses DTT.

g) Peralatan yang akan didesinfeksi tingkat tinggi dengan cara

(29)

oven panas kering, tidak usah dikeringkan sebelum proses

DTT atau sterilisasi dimulai.

h) Selagi masih memakai sarung tangan, cuci sarung tangan

dengan air dan sabun dan kemudian bilas secara seksama

dengan menggunakan air bersih.

i) Gantungkan sarung tangan dan biarkan kering dengan cara

diangin – anginkan.

Untuk mencuci kateter (termasuk kateter penghisap lendir),

lakukan tahap- tahap berikut ini :

1) Pakai sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah

tangga dari lateks pada kedua tangan.

2) Lepaskan penutup wadah penampung lendir (untuk kateter

penghisap lendir).

3) Gunakan tabung suntik besar untuk mencuci bagian dalam

kateter sedikitnya tiga kali (atau lebih jika perlu) dengan air

dan sabun atau deterjen.

4) Bilas kateter menggunakan tabung suntik dan air bersih.

5) Letakkan kateter dalam wadah yang bersih dan biarkan kering

sebelum dilakukan proses DTT.

c. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) dan Sterilisasi

Disinfeksi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan

hampir semua mikroorganisme penyebab penyakit pada

(30)

Disinfeksi Tingkat Tinggi adalah tindakan yang dilakukan untuk

menghilangkan semua mikroorganisme kecuali endospora bakteri

dengan cara merebus atau secara kimiawi.

Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan

semua mikroorganisme (Bakteri, jamur, parasit dan virus)

termasuk endospora bakteri pada benda-benda mati atau instrumen.

(Wiknjosastro, G, 2008)

DTT dapat dilakukan dengan cara merebus, mengukur / secara

kimiawi (Wiknjosastro, G, 2008)

DTT dengan cara merebus :

1) Gunakan panci dengan penutup yang rapat.

2) Gunakan air setiap kali mendesinfeksi peralatan.

3) Rendam peralatan sehingga semuanya terendam di dalam air.

4) Mulai panaskan air.

5) Mulai hitung waktu saat air mulai mendidih.

6) Jangan tambahkan benda apapun ke dalam air mendidih setelah

penghitungan waktu dimulai.

a) Rebus selama 20 menit.

b) Catat lama waktu perebusan peralatan di dalam buku

khusus.

c) Biarkan peralatan kering dengan cara diangin-anginkan

sebelum digunakan atau disimpan (jika peralatan dalam

keadaan lembab maka tingkat pencapaian desinfeksi tingkat

(31)

d) Setelah peralatan kering, gunakan segera atau simpan

dalam wadah desinfeksi tingkat tinggi dan berpenutup.

Peralatan bisa disimpan sampai satu minggu asalkan

penutupnya tidak dibuka. (Wiknjosastro, G, 2008)

DTT dengan uap panas :

1) Setelah sarung tangan didekontaminasi dan dicuci, maka

sarung tangan ini siap DTT dengan uap tanpa diberi talek.

2) Gunakan panci perebus yang memiliki tiga susun nampan

pengukus.

3) Gunakan bagian atas sarung tangan sehingga setelah DTT

selesai, sarung tangan dapat dipakai tanpa membuat

kontaminasi baru.

4) Letakkan sarung tangan pada baki atau nampan pengukus yang

berlubang di bawahnya. Agar mudah dikeluarkan dari bagian

atas panci pengukus, letakkan sarung tangan dengan bagian

jarinya ke arah tengah panci. Jangan menumpuk sarung tangan

(lima sampai sepuluh pasang sarung tangan bisa diletakkan di

panci pengukus, tergantung dari diameter panci).

5) Ulangi proses tersebut hingga semua nampan pengukus terisi

sarung tangan. Susun tiga nampan pengukus di atas panci

perebus yang berisi air. Letakkan sebuah panci perebus kosong

di sebelah kompor.

6) Letakkan penutup di atas panci pengukus paling atas dan

(32)

tidak cukup tinggi untuk membunuh mikroorganisme. Jika air

mendidih terlalu cepat, air akan menguap dengan cepat dan

bahan bakar akan terbuang.

7) Jika uap mulai keluar dari celah-celah di antara panci

pengukus, mulailah penghitungan waktu. Catat lamanya

pengukusan sarung tangan dalam buku khusus.

8) Kukus sarung tangan selama 20 menit.

9) Angkat nampan pengukus paling atas yang berisi sarung tangan

dan goyangkan perlahan-lahan agar air yang tersisa pada

sarung tangan dapat menetes keluar.

10)Letakkan nampan pengukus di atas panci perebus yang kosong

di sebelah kompor.

11)Ulangi langkah tersebut hingga semua nampan pengukus yang

berisi sarung tangan tersusun di atas panci perebus yang

kosong. Letakkan penutup di atasnya hingga sarung tangan

menjadi dingin dan kering tanpa terkontaminasi.

12)Biarkan sarung tangan kering dengan diangin-anginkan sampai

kering di dalam panci selama 4-6 jam. Jika diperlukan segera,

biarkan sarung tangan menjadi dingin selama 5-10 menit dan

kemudian gunakan dalam waktu 30 menit pada saat masih

basah atau lembab (setelah 30 menit bagian jari sarung tangan

akan menjadi lengket dan membuat sarung tangan sulit dipakai

atau digunakan). (Wiknjosastro, G, 2008)

13)Jika sarung tangan tidak akan dipakai segera, setelah kering,

(33)

untuk memindahkan sarung tangan. Letakkan sarung tangan

tersebut dalam wadah desinfeksi tingkat tinggi lalu tutup rapat

(sarung tangan bisa disimpan di dalam panci pengukus yang

berpenutup rapat). Sarung tangan tersebut bisa disimpan

sampai satu minggu.

DTT Kimiawi :

1) Letakkan peralatan yang kering, sudah didekontaminasi dan

dicuci ke dalam wadah. Kemudian isi wadah tersebut dengan

larutan kimia. Ingat : jika peralatan masih dalam kondisi basah

sebelum direndam dalam larutan kimia maka dapat terjadi

pengeceran tambahan terhadap larutan tersebut dan

membuatnya menjadi kurang efektif.

2) Pastikan bahwa peralatan terendam seluruhnya dalam larutan

kimia.

3) Rendam peralatan selama 20 menit.

4) Catat lama waktu peralatan direndam dalam larutan kimia di

buku khusus.

5) Bilas peralatan dengan air matang dan angin-anginkan sampai

kering di wadah desinfeksi tingkat tinggi yang berpenutup.

6) Setelah kering peralatan dapat digunakan dengan segera atau

disimpan dalam wadah desinfeksi tingkat tinggi yang

berpenutup rapat. (Wiknjosastro, G, 2008)

DTT kateter secara kimiawi :

(34)

2) Pakai sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah

tangga dari lateks pada kedua tangan.

3) Letakkan kateter yang sudah dicuci dan kering di dalam larutan

klorin. Gunakan tabung suntik steril atau desinfeksi tingkat

tinggi yang besar untuk membilas bagian dalam kateter dengan

larutan klorin. Ulangi pembilasan tiga kali. Pastikan kateter

terendam dalam larutan.

4) Biarkan kateter terendam selama 20 menit.

5) Gunakan tabung suntik desinfeksi tingkat tinggi atau steril yang

besar dan air yang direbus sedikitnya 20 menit untuk membilas

kateter.

6) Biarkan kateter kering dengan cara diangin-anginkan dan

kemudian segera digunakan atau disimpan dalam wadah

desinfeksi tingkat tinggi yang bersih. (Wiknjosastro, G, 2008)

Selain DTT, petugas dapat menggunakan metode sterilisasi pada

instrumen logam dan sarung tangan, yaitu :

1) Sterilisasi dengan otoklaf 106 kPa pada temperatur 1210C

selama 30 menit jika instrumen terbungkus dan 20 menit jika

tidak terbungkus.

2) Panas kering pada temperatur 1700C selama 60 menit.

(35)

Langkah – langkah pemprosesan alat bekas pakai tersebut dapat dilihat

pada gambar 2 sebagai berikut :

Rendam dalam larutan klorin 0,5 %

DEKONTAMINASI

Selama 10 menit

Gunakan deterjen dan sikat

CUCI DAN BILAS

Pakai sarung tangan tebal untuk menjaga agar tidak terluka oleh benda-benda tajam

Otoklaf Panas Kering Rebus / Kukus Kimiawi

DINGINKAN DAN KEMUDIAN SIAP DIGUNAKAN

(Peralatan yang sudah diproses biasa disimpan dalam wadah tertutup yang didesinfeksi tingkat tinggi sampai satu minggu jika wadahnya tidak dibuka)

Sumber : Wiknjosastro, G, 2008

Metode alternatif

DESINFEKSI TINGKAT TINGGI

Metode yang dipilih

(36)

Tabel 2 : Distribusi Efektivitas Tindakan Dalam Pemrosesan Alat Bekas dan Hepatitis

Hingga 50 Sumber : Wiknjosastro, G, 2008

5. Penggunaan Peralatan tajam secara aman.

Luka tusuk benda tajam(misalnya jarum)merupakan salah satu alur utama

infeksi HIV dan Hepatitis B di antara para penolong persalinan.Oleh

karena itu,perhatikan pedoman sebagai berikut;

a. Letakkan benda-benda tajam diatas baki steril atau disinfeksi tingkat

tinggi atau dengan menggunakan”daerah aman”yang sudah

ditentukan(daerah khusus untuk meletakkan dan mengambil peralatan

tajam).

b. Hati- hati saat melakukan penjahitan agar terhindar dari luka tusuk

secara tidak sengaja.

c. Jangan menutup kembali,melengkungkan,mematahkan atau

(37)

d. Buang benda-benda tajam dalam wadah tahan bocor dan segel dengan

perekat jika sudah dua pertiga penuh.Jangan memindahkan

benda-benda tajam tersebut ke wadah lain.Wadah benda-benda tajam yang sudah

disegel tadi harus dibakar didalam insinerator.

e. Jika benda-benda tajam tidak bisa dibuang secara aman dengan cara

insinerasi,bilas tiga kali dengan larutan klorin

0,5%(dekontaminasi),tutup kembali menggunakan teknik satu tangan

dan kemudian kuburkan.

Cara menggunakan teknik satu tangan:

a. Letakkan penutup jarum pada permukaan yang keras dan rata.

b. Pegang tabung suntik dengan satu tangan dan gunakan ujung jarum

untuk mengait penutup jarum.Jangan memegang penutup jarum

dengan tangan lainnya.

c. Jika jarum sudah tertutup seluruhnya,pegang bagian bawah jarum dan

gunakan tangan yang lain untuk merapatkan penutupnya.

6. Pengelolaan Sampah Medik,menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan.

Sampah terdiri dari yang terkontaminasi dan tidak terkontaminasi. Sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai maka penelitian ini difokuskan kepada

sampah terkontaminasi (darah, nanah, urin, kotoran manusia, dan

benda-benda yang tercemar oleh cairan tubuh) yang berpotensi untuk

menginfeksi siapapun yang melakukan kontak atau menangani sampah

tersebut, termasuk anggota masyarakat.

Pengelolaan sampah terkontaminasi meliputi :

(38)

perban, dan lain – lain) ke dalam tempat sampah kedap air / kantong

plastik sebelum dibuang.

b. Hindarkan terjadinya kontak sampah terkontaminasi dengan

permukaan luar kantong.

c. Pembuangan benda – benda tajam yang terkontaminasi dengan

menempatkannya dalam wadah tahan bocor (misalnya botol air

mineral dari plastik atau botol infus), kotak karton yang tebal atau

wadah yang terbuat dari logam.

d. Singkirkan sampah terkontaminasi dengan cara dibakar. Jika hal ini

tidak memungkinkan, kubur bersama wadahnya.

e. Bersihkan percikan darah dengan larutan klorin 0,5% kemudian seka

dengan kain atau pel.

f. Bungkus atau tutupi linen bersih dan simpan dalam kereta dorong

atau lemari tertutup untuk mencegah kontaminasi debu.

g. Bersihkan tempat tidur, meja, dan troli dengan kain yang dibasahi

klorin 0,5% dan deterjen.

h. Seka celemek dengan klorin 0,5%.

i. Bersihkan lantai dengan lap kering, jangan disapu. Seka lantai dengan

campuran klorin 0,5% dan deterjen.

j. Gunakan sarung tangan karet tebal atau sarung tangan rumah tangga

dari lateks.

k. Bersihkan dinding, gorden, dan tirai sesering mungkin untuk

mencegah terkumpulnya debu. Bila terpecik darah segera bersihkan

(39)

D. Bidan Praktek Swasta

Bidan Praktik Swasta (BPS) adalah suatu institusi pelayanan kesehatan

secara mandiri yang memberi asuhan dalam lingkup praktik kebidanan.BPS

merupakan satu wahana pelaksanaan praktik bidan di masyarakat.Praktik

pelayanan bidan perorangan(swasta),merupakan penyedia layanan kesehatan,yang

memiliki kontribusi cukup besar dalam memberikan pelayanan,khususnya dalam

meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.Setelah bidan melaksanakan pelayanan

di lapangan,untuk menjaga kualitas dan keamanan dari layanan bidan,dalam

memberikan pelayanan harus sesuai dengan kewenangannya.Pihak Pemerintah

dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Organisasi Ikatan Bidan

Indonesia memiliki kewenangan untuk pengawasan dan pembinaan kepada bidan

yang melaksanakan praktik perlu melaksanakan tugasnya dengan baik.

Penyebaran dan Pendistribusian bidan yang melaksanakan praktik perlu

pengaturan agar terdapat pemerataan akses pelayanan yang sedekat mungkin

dengan masyarakat yang membutuhkannya.Tarif dari pelayanan bidan praktik

akan lebih baik apabila ada pengaturan yang jelas dan transparan,sehingga

masyarakat tidak ragu untuk datang ke pelayanan bidan praktik

perorangan(swasta).Informasi dari jasa pelayanan bidan untuk masyarakat perlu

pengaturan yang jelas,agar masyarakat mendapatkan informasi yang

jelas,sehingga konsumen bidan praktik swasta mendapatkan kepuasan akan

layanan yang diterimanya.

Dari tahun ke tahun permintaan masyarakat terhadap peran aktif bidan

dalam memberikan pelayanan terus meningkat.Ini merupakan bukti bahwa

(40)

untuk selalu berusaha meningkatkan kemampuan sekaligus mempertahankan dan

meningkatkan kualitas pelayanannya termasuk pelayanan Keluarga Berencana dan

Kesehatan Reproduksi.Karena hanya melalui pelayanan yang berkualitas

Pelayanan yang baik dan terjangkau yang diberikan oleh bidan,kepuasan

pelanggan baik kepada individu,keluarga dan masyarakat dapat tercapai.(Karwati

(41)

BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Menurut Notoatmodjo (2005 : 69) bahwa “kerangka konsep penelitian

pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin

diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan.”

Adapun kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 3 : Kerangka Konsep Pelaksanaan Pencegahan Infeksi pada Saat Pertolongan Persalinan

Pelaksanaan pencegahan infeksi pada saat pertolongan

persalinan :

- Prosedur cuci tangan

- Pemakaian sarung tangan dan perlengkapan pelindung lainnya - Penggunaan teknik asepsis atau

aseptik

- Pemprosesan alat bekas pakai - Penanganan peralatan tajam - Pengelolaan sampah medik,

(42)

B. Defenisi Operasional

Adapun defenisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel Defenisi Operasional Alat ukur Cara ukur

infeksi pada saat

persalinan yang

meliputi :

- Prosedur cuci

tangan

- Pemakaian sarung

tangan dan

perlengkapan

pelindung lainnya

- Menggunakan

teknik asepsis dan

aseptic

- Pemprosesan alat

bekas pakai

- Penanganan

peralatan tajam

- Pengelolaan

sampah, menjaga

kebersihan dan

sanitasi lingkungan

(43)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2005) metode penelitian deskriptif adalah suatu

metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran

atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, dimana

penelitian hanya untuk mengetahui gambaran tentang pelaksanaan pencegahan

infeksi pada saat pertolongan persalinan.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2005). Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah

bidan yang terlibat dalam proses pertolongan persalinan di BPS dalam

wilayah Kota Banda Aceh, yaitu sejumlah 40 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti. Jika subjeknya

kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan

penelitian populasi. Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah seluruh

jumlah populasi yaitu 40 orang. Teknik penentuan sampel yang digunakan

adalah total sampling.

(44)

D. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan Mei

tahun 2012.

E. Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapatkan persetujuan dari

institusi pendidikan Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara dan izin dari Kepala Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh.

Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik,

yaitu memberikan penjelasan kepada calon responden tentang maksud, tujuan,

manfaat, dan prosedur penelitian.

Apabila calon responden bersedia maka calon responden dipersilahkan untuk

menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka

calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri. Responden juga

berhak mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung.

Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara inisial. Data yang

diperoleh dan responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

F. Alat Pengumpulan Data

Untuk dapat mengukur variabel penelitian ini, penulis menggunakan

instrumen yang berupa lembar observasi yang berisi pelaksanaan pencegahan infeksi

(45)

G. Prosedur Pengumpulan Data

Adapun prosedur pengumpulan data berdasarkan variabel penelitian sebagai

berikut :

1. Prosedur cuci tangan

Prosedur cuci tangan terdapat 5 item pengamatan. Pada setiap item bila cara kerja

dilakukan diberi score 1 dan bila tidak dilakukan diberi score 0. bila semua cara

kerja dilakukan diberi score 5.

2. Pemakaian sarung tangan dan pelindung lainnya

Pemakaian sarung tangan dan pelindung lainnya terdapat 4 item pengamatan.

Pada setiap item bila cara kerja dilakukan diberi score 1 dan bila tidak dilakukan

diberi score 0. bila semua cara kerja dilakukan diberi score 4.

3. Penggunaan teknik asepsis atau aseptik

Penggunaan teknik asepsis atau aseptik terdapat 1 item pengamatan. Pada setiap

item bila cara kerja dilakukan diberi score 1 dan bila tidak dilakukan diberi score

0. bila semua cara kerja dilakukan diberi score 1.

4. Pemprosesan alat bekas pakai

Pemprosesan alat bekas pakai terdapat 14 item pengamatan. Pada setiap item bila

cara kerja dilakukan diberi score 1 dan bila tidak dilakukan diberi score 0. bila

semua cara kerja dilakukan diberi score 14.

5. Penanganan peralatan tajam

Penanganan peralatan tajam terdapat 2 item pengamatan. Pada setiap item bila

cara kerja dilakukan diberi score 1 dan bila tidak dilakukan diberi score 0. bila

semua cara kerja dilakukan diberi score 2.

(46)

Pengelolaan sampah medik, menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan terdapat

6 item pengamatan. Pada setiap item bila cara kerja dilakukan diberi score 1 dan

bila tidak dilakukan diberi score 0 bila semua cara kerja dilakukan diberi score 6.

H. Analisa Data

Teknik analisa data yang dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan

perhitungan statistik deskriptif. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisa

menggunakan distribusi frekuensi relatif yang dirumuskan sebagai berikut :

100%

x

n

F

P

=

Keterangan :

P : Persentase.

F : Total pelaksanaan yang dilakukan responden

n : Jumlah seluruh responden

(Budiarto, 2002)

Hasil perhitungan dari distribusi frekuensi relatif, secara kontinum dibuat

menjadi kategori sebagai berikut :

(Sugiyono, 2006) Sangat

tidak baik

Kurang baik

Cukup baik

Sangat baik

(47)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mulai dari bulan Februari

sampai dengan bulan Mei tahun 2012 terhadap 40 responden dengan cara

observasi menggunakan tabel checklist tentang Pelaksanaan Pencegahan Infeksi

Pada Saat Pertolongan Persalinan di BPS Wilayah Kota Banda Aceh, maka

didapatkan hasil sebagai berikut :

a. Distribusi Frekwensi Karakteristik Responden

Berdasarkan penelitian data karakteristik responden terdiri dari umur,

pendidikan, pekerjaan dan lama bekerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

dari 40 orang responden dalam penelitian ini, berdasarkan umur sebahagian

besar responden berumur 40 – 49 tahun yaitu sebanyak 18 orang (45 %).

Berdasarkan pendidikan terbanyak responden berpendidikan D-III yaitu

sebanyak 18 orang (45 %) dan tidak ada responden yang berpendidikan D-I.

Berdasarkan pekerjaan sebanyak 37 orang (92,5 %) bekerja sebagai PNS dan 3

orang (7,5 %) bekerja sebagai non PNS. Berdasarkan lamanya bekerja sebanyak

34 orang (85 %) dengan lama bekerja > 10 tahun dan tidak ada yang lamanya

bekerja < 2 tahun. Lebih jelasnya dapat dilihat rincian pada tabel 5.1 sebagai

(48)

Tabel 5.1

Distribusi Frekwensi Karakteristik Responden di BPS Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2012

Karakteristik Frekwensi %

Umur

30-39 tahun 11 27,5

40-49 tahun 18 45

> 50 tahun 11 27,5

Total 40 100

Pendidikan

DI 0 0

DIII 18 45

DIV 14 35

S1 5 12,5

S2 3 7,5

Total 40 100

Pekerjaan

PNS 37 92,5

Non PNS 3 7,5

Total 40 100

Lamanya Bekerja

< 2 Tahun 0 0

2 - 10 Tahun 6 15

> 10 Tahun 34 85

Total 40 100

b. Distribusi Frekwensi Pelatihan APN

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data pelatihan APN responden di

BPS Wilayah Kota Banda Aceh, diketahui bahwa, 40 orang (100 %) bidan yang

menjadi responden pada penelitian ini sudah pernah mengikuti pelatihan APN.

(49)

Tabel 5.2

Distribusi Frekwensi Pelatihan APN Responden di BPS Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2012

No Pelatihan APN Frekwensi Persentase (%)

1 Ya 40 100

2 Tidak 0 0

Total 40 100

c. Distribusi Frekwensi Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Pada Saat Pertolongan Persalinan Tentang Prosedur cuci Tangan di BPS Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2012.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa responden yang paling

banyak melakukan pelaksanaan pencegahan infeksi pada saat pertolongan

persalinan tentang mencuci tangan adalah pada pernyataan petugas membasahi

tangan dengan air bersih dan mengalir, petugas menggosok kedua tangan dengan

kuat dan menggunakan sabun selama 10-15 detik (termasuk sela-sela jari),

petugas membilas tangan dengan air bersih, masing-masing sebanyak 40 orang

(100 %), dan paling sedikit yang melakukannya adalah pada pernyataan petugas

melepaskan perhiasan ditangan & pergelangan yaitu sebanyak 16 orang (40 %).

(50)

Tabel 5.3

Distribusi Frekwensi Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Pada Saat Pertolongan Persalinan Tentang Prosedur Cuci Tangan di BPS Wilayah

Kota Banda Aceh Tahun 2012.

No Prosedur Mencuci Tangan Dilakukan Tidak Dilakukan

F % F %

1 Petugas melepaskan perhiasan ditangan & pergelangan

16 40 24 60

2 Petugas membasahi tangan dengan air

bersih dan mengalir 40 100 0 0

3

Petugas menggosok kedua tangan dengan kuat dan menggunakan sabun selama 10-15 detik (termasuk sela-sela jari)

40 100 0 0

4 Petugas membilas tangan dengan air

bersih 40 100 0 0

5

Petugas mengeringkan tangan dengan cara :

28 70 12 30

a. Diangin-anginkan b. Dilap dengan tisu

c. Dilap dengan handuk pribadi

d. Distribusi Frekwensi Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Pada Saat Pertolongan Persalinan Tentang Pemakaian Sarung Tangan dan Perlengkapan Pelindung Lainnya di BPS Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2012.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa responden yang paling banyak

melakukan pelaksanaan pencegahan infeksi pada saat pertolongan persalinan

tentang pemakaian sarung tangan dan perlengkapan pelindung lainnya adalah

pada pernyataan Petugas menggunakan sarung tangan yang steril pada saat

melakukan pemeriksaan dalam (vagina tuse) masing-masing sebanyak 40 orang

(51)

menggunakan sarung tangan yang steril pada saat menolong persalinan yaitu

sebanyak 27 orang (67,5 %). Untuk lebih jelasnya hal ini dapat dilihat pada tabel

5.4 sebagai berikut :

Tabel 5.4

Distribusi Frekwensi Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Pada Saat Pertolongan Persalinan Tentang Pemakaian Sarung Tangan dan Perlengkapan Pelindung

Lainnya di BPS Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2012.

No Pemakaian sarung tangan dan perlengkapan pelindung lainnya

Dilakukan Tidak Dilakukan

F % F %

1 Petugas menggunakan celemek dan

perlengkapan pelindung lainnya 28 70 12 30

2

Petugas menggunakan sarung tangan yang steril pada saat melakukan pemeriksaan dalam (vagina tuse)

40 100 0 0

3

Petugas menggunakan sarung tangan yang steril pada saat menolong persalinan

27 67.5 13 32.5

4

Petugas menggunakan sarung tangan pada saat membersihkan percikan darah/ cairan tubuh

40 100 0 0

e. Distribusi Frekwensi Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Pada Saat Pertolongan Persalinan Tentang Penggunaan Teknik Asepsis atau Aseptic di BPS Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2012.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa hanya 10 orang (25 %)

responden yang melakukan pelaksanaan pencegahan infeksi pada saat

pertolongan persalinan tentang penggunaan teknik asepsis atau aseptik.

Sedangkan 30 orang (75 %) responden tidak melakukan penggunaan teknik

asepsis atau aseptik. Untuk lebih jelasnya hal ini dapat dilihat pada tabel 5.5

(52)

Tabel 5.5

Distribusi Frekwensi Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Pada Saat Pertolongan Persalinan Tentang Penggunaan Teknik Asepsis atau Aseptic di BPS Wilayah

Kota Banda Aceh Tahun 2012.

No Penggunaan teknik asepsis atau aseptic

Dilakukan Tidak Dilakukan

F % F %

1

Petugas menggunakan tindakan anti sepsis dengan menggunakan larutan antiseptic

10 25 30 75

f. Distribusi Frekwensi Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Pada Saat Pertolongan Persalinan Tentang Pemprosesan Alat Bekas Pakai di BPS Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2012.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa responden yang paling banyak

melakukan pelaksanaan pencegahan infeksi pada saat pertolongan persalinan

tentang pemprosesan alat bekas pakai adalah pada pernyataan petugas

menggunakan sarung tangan karet yang tebal/sarung tangan rumah tangga dari

latek, petugas menggunakan sikat dengan air dan sabun untuk menghilangkan

sisa darah dan kotoran dari instrument, petugas mencuci setiap benda sedikitnya

3 kali dengan air dan sabun, petugas membilas benda yang telah dicuci dengan

bersih, selagi masih memakai sarung tangan,petugas mencuci sarung tangan

dengan air dan sabun kemudian dibilas secara seksama dengan menggunakan air

bersih, petugas menyimpan instrumen dalam wadah steril bertutup rapat

masing-masing sebanyak 40 orang (100 %), dan paling sedikit yang melakukannya

adalah pada pernyataan benda-benda yang terbuat dari plastik/karet dicuci

terpisah dengan peralatan dari logam yaitu sebanyak 4 orang (10 %). Untuk lebih

(53)

Tabel 5.6

Distribusi Frekwensi Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Pada Saat Pertolongan Persalinan Tentang Pemprosesan Alat Bekas Pakai di BPS

Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2012.

No Pemprosesan alat bekas pakai Dilakukan Tidak Dilakukan

F % F %

Dekontaminasi :

1

Petugas menggunakan sarung tangan karet yang tebal/sarung tangan rumah tangga dari latek

40 100 0 0

2

Petugas segera memasukkan benda-benda yang terkontaminasi kedalam larutan klorin 0,5 %

26 65 14 35

3 Petugas merendam instrument selama 10

menit. 26 65 14 35

Pencucian dan Pembilasan :

4

Petugas menggunakan sarung tangan karet yang tebal/sarung tangan rumah tangga dari lateks

40 100 0 0

5 Benda -benda yang akan dicuci sudah

dikontaminasi terlebih dahulu. 26 65 14 35

6 Benda-benda yang terbuat dari plastik/karet

dicuci terpisah dengan peralatan dari logam. 4 10 36 90

7 Petugas membuka engsel gunting dan klem. 37 92.5 3 7.5

8

Petugas menggunakan sikat dengan air dan sabun untuk menghilangkan sisa darah dan kotoran dari instrument

40 100 0 0

9 Petugas mencuci setiap benda sedikitnya 3

kali dengan air dan sabun. 40 100 0 0

10 Petugas membilas benda yang telah dicuci

dengan bersih. 40 100 0 0

11

Selagi masih memakai sarung

tangan,petugas mencuci sarung tangan dengan air dan sabun kemudian dibilas secara seksama dengan menggunakan air bersih.

40 100 0 0

Sterilisasi :

12 Petugas menggunakan oven panas kering

pada temperature 170 °C 37 92.5 3 7.5

13 Petugas melakukan sterilisasi selama 20

menit jika instrumen tidak terbungkus 37 92.5 3 7.5

14 Petugas menyimpan instrumen dalam

(54)

g. Distribusi Frekwensi Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Pada Saat Pertolongan Persalinan Tentang Penanganan Peralatan Tajam di BPS di Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2012.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa responden yang paling

banyak melakukan pelaksanaan pencegahan infeksi pada saat pertolongan

persalinan tentang penanganan peralatan tajam adalah pada pernyataan, petugas

membuang benda-benda tajam dalam wadah tahan bocor dan segel dengan

perekat jika sudah dua pertiga penuh, lalu dibakar didalam insinerator adalah

sebanyak 24 orang (60 %), dan paling sedikit yang melakukannya adalah pada

pernyataan jika benda-benda tajam tidak bisa dibuang secara aman dengan cara

insinerasi, bilas tiga kali dengan larutan klorin 0,5 % (Dekontaminasi), tutup

kembali menggunakan teknik satu tangan dan kemudian dikuburkan yaitu

sebanyak 9 orang (22,5 %). Untuk lebih jelasnya hal ini dapat dilihat pada tabel

5.7 sebagai berikut :

Tabel 5.7

Distribusi Frekwensi Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Pada Saat Pertolongan Persalinan Tentang Penanganan Peralatan Tajam di BPS

Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2012.

No Penanganan Peralatan Tajam Dilakukan Tidak Dilakukan

F % F %

1

Petugas membuang benda-benda tajam dalam wadah tahan bocor dan segel dengan perekat jika sudah dua pertiga penuh,lalu dibakar didalam insinerator.

24 60 16 40

2

Jika benda-benda tajam tidak bisa dibuang secara aman dengan cara insinerasi,bilas tiga kali dengan larutan klorin 0,5 % (Dekontaminasi),tutup kembali menggunakan teknik satu tangan dan kemudian dikuburkan.

(55)

h. Distribusi Frekwensi Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Pada Saat Pertolongan Persalinan Tentang Pengelolaan Sampah Medis, Menjaga Kebersihan dan Sanitasi Lingkungan di BPS Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2012.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa responden yang paling banyak

melakukan pelaksanaan pencegahan infeksi pada saat pertolongan persalinan

tentang pengelolaan sampah medis, menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan

adalah pada pernyataan sampah terkontaminasi dimasukkan ke tempat sampah

kedap air/kantong plastik sebelum dibuang. Petugas membersihkan tempat tidur

,meja dan troli dengan kain yang dibasahi klorin 0,5 % dan deterjen,

masing-masing sebanyak 40 orang (100 %), dan paling sedikit yang melakukannya adalah

pada pernyataan petugas menyediakan tempat sampah medis dan tempat sampah

kering yang kedap air, petugas memisahkan antara sampah medis dengan sampah

kering, yaitu masing-masing sebanyak 18 orang (45 %). Untuk lebih jelasnya hal

(56)

Tabel 5.8

Distribusi Frekwensi Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Pada Saat Pertolongan Persalinan Tentang Pengelolaan Sampah Medis, Menjaga Kebersihan dan

Sanitasi Lingkungan di BPS Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2012.

No Pengelolaan sampah medis, menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan

Dilakukan Tidak Dilakukan

F % F %

1

Petugas menyediakan tempat sampah medis dan tempat sampah kering yang kedap air.

18 45 22 55

2 Petugas memisahkan antara sampah

medis dengan sampah kering. 18 45 22 55

3

Petugas membersihkan tempat tidur ,meja dan troli dengan kain yang dibasahi klorin 0,5 % dan deterjen

40 100 0 0

4 Petugas menyeka celemek dengan

klorin 0,5 % 20 50 20 50

5

Petugas membersihkan lantai dengan lap kering kemudian diseka dengan campuran klorin 0,5 % dan deterjen.

40 100 0 0

6

Sampah terkontaminasi dimasukkan ke tempat sampah kedap air/kantong plastik sebelum dibuang.

40 100 0 0

i. Distribusi Frekwensi Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Pada Saat Pertolongan Persalinan di BPS Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2012.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 40 responden yang diteliti

terdapat 30 orang ( 75 %) dengan katagori cukup baik, sebanyak 8 orang (20 %)

dengan katagori sangat baik dan sebanyak 2 orang (5%) dengan katagori kurang

(57)

Tabel 5.9

Distribusi Frekwensi Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Pada Saat Pertolongan Persalinan di BPS Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2012.

No Kategori F %

1 Sangat Baik 8 20

2 Cukup Baik 30 75

3 Kurang Baik 2 5

4 Sangat Tidak Baik 0 0

Total 40 100

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian pelaksanaan pencegahan infeksi pada saat

pertolongan persalinan di BPS wilayah kota Banda Aceh tahun 2012

menunjukkan bahwa sebagian besar pelaksanaan pencegahan infeksi sudah

cukup baik, bahkan sebagian pelaksanaan pencegahan infeksinya sudah sangat

baik. Bila dilihat pada karakteristik pendidikan sebagian besar responden

berpendidikan D-III dan D-IV kebidanan. Pelaksanaan pencegahan infeksi pada

saat pertolongan persalinan di BPS wilayah Kota Banda Aceh sudah cukup baik

mungkin dikarenakan sudah tingginya pendidikan bidan sehingga bidan lebih

cepat mendapatkan informasi tentang pelaksanaan pencegahan infeksi dan

dampak yang ditimbulkan jika pelaksanaan pencegahan infeksi pada saat

pertolongan persalinan tidak dilakukan. Tingkat pendidikan juga menentukan

mudah tidaknya seseorang memahami pengetahuan yang diperolehnya dan akan

mempengaruhi sikap dalam menerapkan tindakan berdasarkan pengetahuan yang

Gambar

Gambar 1:  Rumus Untuk Membuat Larutan Klorin 0,5% dari LarutanKonsentrat Berbentuk Cair
Gambar 2. Pemprosesan Peralatan Bekas Pakai
Tabel 2 :   Distribusi Efektivitas Tindakan Dalam Pemrosesan Alat Bekas Pakai
Gambar  3 : Kerangka Konsep Pelaksanaan Pencegahan Infeksi
+7

Referensi

Dokumen terkait

The inhibitor preparation-pre- treated Vero cells were resistant to subsequent infections by Sindbis and vaccinia viruses, indicat- ing that the crab inhibitor preparation also

This OGC ® document introduces a set of conventions and mechanisms that extend and qualify the netCDF3 data model and format to model uncertain information: the NetCDF

lembar dilegalisir kepala madrasah dan surat keterangan siswa masih aktif dari kepala madrasah, persyaratan dikirim Ke Seksi Pendidikan Madrasah (Pendma) paling

If a class is absent, perhaps in the context of being the data type of an optional element, then its subclasses, aggregation components, and their elements should not be present

Approval and Ratification of the Annual Report of the Company for the year ended December 31, 2016, including the Activity Report of the Company, the Report of

[r]

Selain sedikit pengenalan tentang Microsoft Visual Basic dan Undang â Undang Pajak Penghasilan, di dalam penulisan ini juga di lampirkan kode program dari aplikasi ini dan

Dengan penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam merancang sistem database yang berinteraksi terhadap pemakai, dengan pengertian bahwa rancangan yang akan dilakukan