• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PLASTIK RAMAH LINGKUNGAN DARI CAMPURAN PATI TAPIOKA - POLI ASAM LAKTAT (PLA) PREPARATION AND CHARACTERIZATION OF MIXED ENVIRONMENT FRIENDLY PLASTIC TAPIOCA STARCH - POLY LACTIC ACID (PLA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PLASTIK RAMAH LINGKUNGAN DARI CAMPURAN PATI TAPIOKA - POLI ASAM LAKTAT (PLA) PREPARATION AND CHARACTERIZATION OF MIXED ENVIRONMENT FRIENDLY PLASTIC TAPIOCA STARCH - POLY LACTIC ACID (PLA)"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PLASTIK RAMAH LINGKUNGAN DARI PATI TAPIOKA-POLI ASAM LAKTAT(PLA)

(Skripsi)

Oleh

Nyayu Putri Handayani

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PLASTIK RAMAH LINGKUNGAN DARI PATI TAPIOKA-POLI ASAM LAKTAT(PLA)

Oleh

Nyayu Putri Handayani

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA SAINS

Pada Jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

ABSTRAK

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PLASTIK RAMAH LINGKUNGAN DARI CAMPURAN PATI TAPIOKA - POLI ASAM

LAKTAT (PLA)

Oleh

Nyayu Putri Handayani

Telah dilakukan penelitian pembuatan plastik ramah lingkungan dari starch/pati poly lactid acid dengan menggunakan metode solution casting. Untuk mendapatkan film plastik campuran starch/pati dan poly lactic acid (PLA) yang optimum akan dilakukan dengan memvariasikan komposisi pati dan PLA sebagai berikut 1:0 ; 1:3; 3:1; 0:1 dan 1:1 dengan dan tanpa penambahan gliserol dalam pelarut aqudes dan asetonitril. Plastik yang sudah dihasilkan kemudian dikarakterisasi dengan FT-IR untuk melihat perubahan campuran Pati-PLA dengan mengidentifikasi gugus fungsi. Dari produk plastik yang dihasilkan, hasil terbaik diperoleh pada perbandingan 1:1 tanpa dan dengan penambahan gliserol. Hasil FTIR menunjukkan bahwa daerah 1757.84 cm-1 yang merupakan serapan dari gugus karbonil dari PLA, sedangkan 3379.48 cm-1 merupakan ikatan (-OH) dari pati. Puncak tajam intensitas yang tinggi untuk ikatan C-H alkil (-CH2) pada daerah 2945.79 cm-1 dan 2996.11 cm-1 dari pati. Penambahan gliserol pada pati-PLA mengakibatkan bertambahnya serapan (-OH) pada 3341.61 - 3389.22 cm-1. Selanjutnya untuk mengetahui morfologi plastik campuran pati-PLA tanpa dan dengan penambahan gliserol dilakukan analisis dengan menggunakan SEM. Untuk mengetahui sifat termal plastik dilakukan analisis dengan menggunakan DSC. Hasil analisis dengan menggunakan DSC diperoleh dua puncak pelelehan yang saling berimpit yaitu 155.3 ºC dan 162.9 ºC (tanpa gliserol) dan 153,0 ºC dan 157.7 ºC (dengan penambahan gliserol).

(4)

ABSTRAK

PREPARATION AND CHARACTERIZATION OF MIXED ENVIRONMENT FRIENDLY PLASTIC TAPIOCA STARCH - POLY

LACTIC ACID (PLA)

Oleh

Nyayu Putri Handayani

A study of environmentally friendly plastics manufacturing starch and poly lactid acid by solution casting method. To get the plastic film mixed starch, and poly lactic acid (PLA), which will be done by varying the optimum composition of the starch and PLA as follows 1:0; 1:3; 3:1; 0:1 and 1:1 with and without the addition of glycerol in a solvent aqudes and acetonitrile. The plastic is then characterized by FT-IR to see a mixture of starch-PLA changes by identifying functional groups. Of plastic products are produced, the best results obtained in 1:1 ratio without and with the addition of glycerol. FTIR results showed that the area of 1757.84 cm-1 which is the absorption of the carbonyl group of the PLA, while the 3379.48 cm-1 is a bond (-OH) of starch. High intensity sharp peaks for alkyl CH bonds (-CH2) at 2945.79 cm-1 region and 2996.11 cm-1 of starch. The addition of glycerol on starch-PLA resulted in increased uptake (-OH) at 3341.61 - 3389.22 cm-1. Furthermore, to determine the morphology of starch-PLA plastic mixture without and with the addition of glycerol performed analyzes using SEM. To determine the thermal properties of plastic analysis using DSC. The results of the analysis using the DSC melting peak obtained two mutually overlaps the 155.3 º C and 162.9 º C (without glycerol) and 153.0 º C and 157.7 º C (with the addition of glycerol).

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Struktur Polimer ... 7

2. Struktur Poli Asam Laktat ... 12

3. Struktur Amilosa ... 15

4. Struktur Amilopektin ... 16

5. Diagram Alir Ektraksi Pati dari Mulai Akar ... 18

6. Granula Pati Singkong ... 18

7. Spektra IR sampel plastik (A) Pati, (B) PLA, (C) pati:PLA (1:1), (D) pati:PLA (1:1) dengan penambahan gliserol dan (E) pati:PLA (1:3) serta (F) pati:PLA (3:1) tanpa penambahan gliserol.. ... 34

8. Morfologi film plastik : (A) Pati tapioka (C) Pati:PLA(1:1) tanpa gliserol (D) Pati:PLA(1:1) dengan gliserol. ... 40

(6)

DAFTAR ISI

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Manfaat Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Polimer ... 5

1. Klasifikasi Polimer ... 5

2. Polimerisasi ... 9

a. Polimerisasi Adisi ... 9

b. Polimerisasi Kondensasi ... 10

B. Plastik ... 11

C. Poli Asam Laktat (PLA) ... 12

D. Gliserol ... 14

E. Starch/Pati ... 15

F. Campuran Polimer Alam – Polimer Sintetik ... 19

G. Plasticizer Polimer ... 20

H. Karakterisasi ... 22

1. Spectrofotometry Fourier Transform Infared (FTIR) ... 22

2. Scanning Electron Microscopy(SEM) ... 24

3. Difference Scanning Calorimetry (DSC) ... 25

III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat... 27

B. Alat dan Bahan ... 27

C. Prosedur penelitian ... 28

1. Pembuatan Film Plastik ... 28

a. Tanpa Plasticizer (Gliserol) ... 28

(7)

ii

2. Karakterisasi Film Plastik dengan FTIR ... 29

3. Karakterisasi Film Plastik dengan SEM ... 29

4. Karakterisasi Film Plastik dengan DSC ... 29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Film Plastik ... 31

Karakterisasi Film Plastik dengan FT-IR ... 33

Karakterisasi Film Plastik dengan SEM ... 38

Karakterisasi Film Plastik dengan DSC ... 40

V. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ... 44

Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA... 46

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Sifat Fisik dan Mekanik PLA ...13

2. Hasil Pemeriksaan Spektrum FTIR Plastik pati tapioka ...53

3. Hasil Pemeriksaan Spektrum FTIR Plastik PLA ...53

4. Hasil Pemeriksaan Spektrum FTIR Plastik pati/PLA (1:1) ...53

5. Hasil Pemeriksaan Spektrum FTIR Plastik pati/PLA (1:3) ...54

6. Hasil Pemeriksaan Spektrum FTIR Plastik pati/PLA (3:1) ...54

7. Hasil Pemeriksaan Spektrum FTIR Plastik pati/PLA (1:1) gliserol 3 % ...54

(9)

Judul Usul Penelitian : Pembuatan dan Karakterisasi Plastik Ramah Lingkungan dari Campuran Pati (Tapioka) - Poli Asam Laktat (PLA).

Nama Mahasiswa : Nyayu Putri Handayani

Nomor Pokok Mahasiswa : 0817011047

Jurusan/Program Studi : Kimia/S1

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing Pembimbing I, Pembimbing II,

Sonny Widiarto, M.Sc. Dr.Eng Suripto Dwi Yuwono, M.T NIP.132174494 NIP. 1971080620000322001

2. Ketua Jurusan Kimia

(10)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Sonny Widiarto, M.Sc. ………

Sekretaris/Anggota : Dr.Eng Suripto Dwi Yuwono, M.T

………

Penguji Utama : Prof. Dr. John Hendri, M.S ………

2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Prof. Suharso, Ph.D. NIP. 196905301995121001

(11)

MOTTO

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan

sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi

orang-orang yang khusyu‟ yaitu orang-orang-orang-orang yang meyakini bahwa mereka

akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali

pada-Nya.

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka

apabila kamu telah selesai (dai suatu urusan) kerjakan dengan

sungguh-sungguh urusan yang lain (QS Alam Nasrah 6-7)

“Inna ma‟al „usrinyusroo”

(12)

Hasil karyaku yang sederhana ini kupersembahkan

untuk orang-orang yang amat kucintai :

Ayah, dan Ibuku

Kakak-Kakaku

(Kak candara dan mb tia serta zahra, Kak ipul dan

mb dewi serta sho_zay, Kak sarip dan ayuk nina, Kak

zul pikri dan yunda sustri, serta cek ku tersayang

Nuryani Oktaria)

Keluarga besarku

Seseorang yang selalu memberiku semangat

(Fariz Almuttaqin)

Semua Keluarga Besar dan Almamaterku tercinta

Serta untuk rekan-rekan yang selalu

(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pagar Alam, pada tanggal 10 Februari 1990 sebagai anak keenam dari enam bersaudara dan merupakan buah hati dari pasangan Bapak Kiagus Muhammad Yamin dan Ibunda Ningsih.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) di TK Istiqlal Bandar Jaya pada tahun , Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 2 Yukum Jaya, Terbanggi Besar Lampung Tengah pada tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Poncowati, Terbanggi Besar, Lampung Tengah pada tahun 2005, dan penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di Madrasah Aliyah, Poncowati, Terbanggi Besar, Lampung Tengah pada tahun 2008. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung melalui seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SMPTN).

(14)

SANWACANA

Alhamdulilah,segala puji dan syukur pada Allah SWT yang telah memberikan nikmat,karunia serta perlindungan-Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul :

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PLASTIK RAMAH LINGKUNGAN DARI CAMPURAN PATI TAPIOKA-POLI ASAM

LAKTAT (PLA)

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,sehingga penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Sonny Widiarto,M.Sc.Selaku Dosen Pembimbing I atas kesediaan dan kesabarannya meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, dukungan, saran, dan kritik dalam penyelesaian skripsi ini. 2. Bapak Dr. Suripto Dwi Yuwono, M.T. selaku Dosen Pembimbing II atas

kesediaan dan kesabarannya meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan kritik dalam penyelesaian skripsi ini.

(15)

4. Ibu Dra. Fifi Martasih, M.S. selaku Dosen Pembimbing Akademik (PA) atas segala bimbingan, arahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis.

5. Bapak Andi Setiawan, Ph.D. selaku Ketua Jurusan Kimia FMIPA Unila dan Kelapa Laboratorium Biomassa.

6. Bapak Prof. Suharso, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unila.

7. Seluruh Dosen dan karyawan di Jurusan Kimia khususnya dan lingkungan FMIPA Unila umumnya.

8. Ayah dan Ibu tersayang, yang selalu sabar dan memberi dukungan, motivasi dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 9. Kakak-kakakku tersayang, Kak Candra dan Mb Tia serta Zahra, Kak

Syaipul dan Mb Dewi serta Shoppy dan Zayyan, kak Sarip dan Ayuk Nina, Kak Zul Fikri dan Yunda Sustri, serta Cekku tersayang Nuryani Oktaria dan Kak fikri yang selalu memberi dukungan, hiburan, motivasi dan doa.

10.My Special Man : Abi Fariz Almuttaqin yang selalu menghibur,

mendukung, memotivasi, mendengar keluh kesah ku dan selalu bersedia memberikan tenaga serta waktunya dalam membantu menyelesaikan skripsi ini.

11.Teman satu kamarku Putri Febriani yang senantiasa mendengar, menghibur, dan memotivasi.

(16)

13.Teman seperjuangan satu bimbingan Ayu Aditya, Suparno, Putri Sari Dewi, Juni Zulhijjah atas bantuan, kepedulian dan kerjasamanya. 14.Pak Muttaqin, Kak Aprian, Kak Dwi Saputro, Raffel, Riki dan TB.Didi

Supriadi atas arahan, bantuan, dan sarannya selama melakukan penelitian. 15.Teman-teman Biomassa Terpadu Universitas Lampung : Mb Reni, Mb

Diah, Mb tri, Mas Idam atas segala bantuannya selama penulis melakukan penelitian.

16.Warga chem_08 : Chandra, Putri, Eko, Kiki, Puji, Siti, Idrus, Mifta, Nuro, Adek, Vivi, Leni, Evi, Wanti, Eni, Arif, Raffel, Shoffa, Nita, Ayu, Retno, Mychell, Ricardo, Novi, Rudi, Dewa, Ani, Eli, Dewi, Putu, Sri, TB, Ruzky, Subari, Albert, Ramli, Robby, Ria, Amin, Ramdan, Majid, Margareth, Mutiara, Arif RH, Dipa, Eldes, Via, Diana, Aan, Rheina atas persahabatan, pertemanan, kebersamaan, dan kekeluargaan yang terjalin selama ini.

17.Keluarga Besar Desa Kedaton, Kabupaten Way Kanan dan Tim KKN khususnya Kesehatan Lingkungan: Nia, Novi, Melan, Santika, Arif, Febri, Tomi, Ardiyansyah atas kekeluargaan selama menjadi keluarga 40 hari. 18.Keluarga Besar Kimia 2007, 2009, 2010, 2011, dan 2012atas kebersamaan

dan persaudaraan yang terjalin selama ini.

19.Semua pihak yang belum dapat penulis sebutkan satu persatu yang secara tulus memberikan bantuan moril dan materil kepada penulis.

Bandar lampung, 26 April 2013. Penulis

(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan teknologi membuat manusia berharap hidup lebih mudah, cepat, akurat, aman, praktis dan nyaman. Hal ini tidak berlebihan bila kita melihat kondisi kehidupan di negara-negara yang sudah maju. Salah satu kemajuan teknologi adalah penemuan material plastik yang sangat bermanfaat dalam kehidupan kita. Plastik merupakan salah satu material polimer sintetis. Polimer merupakan makromolekul yang tersusun dari unit-unit monomernya (Suharty, 1993). Polimer banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari misalnya pemanfaatan pada pakaian, alat-alat rumah tangga, bantalan mesin, pelumas, pelapis mikro elektronik dan logam, adhesi biomaterial, membran dan berbagai kebutuhan lainnya (Lindeman, 1971). Selain itu manusia juga banyak menaruh harapan besar terhadap polimer, harapan tersebut diiringi dengan upaya manusia untuk mencari polimer yang lain yang bermanfaat dan ekonomis, antara lain dengan sintesis polimer baru, pemodifikasian polimer, dan lain-lain (Chan, 1994).

(18)

2

(packaging). Plastik yang beredar di pasaran saat ini merupakan polimer sintetik yang terbuat dari minyak bumi yang sulit untuk terurai di alam. Plastik sintetik membutuhkan waktu sekitar 50 tahun agar dapat terurai di dalam tanah atau alam (Auras, 2002). Akibatnya terjadi pencemaran lingkungan yang terus meningkat karena waktu degradasi plastik yang relatif lama seperti penurunan kualitas air dan pencemaran tanah (Ranika, 2010).

Untuk mengurangi dampak lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran plastik, maka diperlukan suatu plastik yang bersifat ramah lingkungan (biodegradable). Plastik ramah lingkungan tersebut dapat dibuat dari teknik percampuran antara polimer alam dengan polimer sintetik. Salah satu jenis polimer alam yang dapat digunakan adalah starch/pati, sedangkan polimer sintetik yang dapat digunakan adalah poli asam laktat atau poly Lactic Acid (PLA).

(19)

3

Poli asam laktat (PLA) merupakan polimer yang cukup menjanjikan karena dapat dihasilkan dari polimerisasi asam laktat dari fermentasi ubi kayu (Yuwono and hadi, 2010). Ubi kayu merupakan produk unggulan dari Propinsi Lampung dengan ketersediaan yang melimpah. Disamping itu, salah satu keunggulan PLA adalah sifatnya yang dapat terurai dengan mikroba tanah (polimer biodegradable). Dalam beberapa tahun terakhir PLA telah dipelajari aplikasinya di berbagai

bidang termasuk teknik jaringan tissue dan bahan pembungkus obat (drug release) (Engelberg, I and Kohn, J, 1991; J. Lunt, 1998). PLA juga telah dimanfaatkan sebagai sebuah alternatif untuk menggantikan plastik sintetik berbasis minyak bumi untuk bahan plastik sekali pakai (disposable), seperti kantong sampah dan peralatan makanan. PLA juga memiliki sifat mekanik yang sebanding dengan polietilena, polipropilena, polistirena, dan polietilena tereftalat, seperti kekerasan, kekuatan tarik, dan permeabilitas gas (Naitove, M.H, 1998). Salah satu

kekurangan dari PLA adalah harganya yang lebih mahal daripada minyak bumi sebagai bahan baku plastik konvensional. Namun dengan meningkatnya harga minyak bumi dan semakin berkurangnya ketersediannya maka masa depan polimer sejenis PLA akan semakin baik.

(20)

4

2011). Saputro (2012) telah melaporkan hasil campuran PLA dengan polistirena dengan metode solution casting yang juga diperoleh hasil optimum pada

campuran 50:50 dengan gliserol sebagai plasticizer. Untuk mengetahui karakteristik produk plastik yang dihasilkan tersebut, dilakukan pengukuran menggunakan beberapa alat seperti Scanning Electron Microscopy (SEM) untuk mengetahui permukaan plastik, Spectroscopy Fourier Transform Infared (FTIR) untuk mengetahui perubahan gugus fungsi pada struktur campuran, Difference Scanning Calorimetry (DSC) untuk menganalisa dan mengukur perbedaan kalor.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Membuat plastik biodegradable dari campuran Pati-PLA

2. Mengkarakterisasi plastik campuran Pati-PLA dengan FTIR, SEM, dan DSC.

C. Manfaat Penelitian

(21)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Polimer

Polimer berasal dari bahasa Yunani yaitu Poly, yang berarti banyak, dan mer, yang berarti bagian atau satuan. Ciri utama polimer yakni mempunyai rantai yang sangat panjang dan memiliki massa molekul yang sangat besar. Jika ada beberapa unit monomer yang tergabung bersama, polimer dengan berat molekul rendah disebut dengan oligomer. Oligomer berasal dari bahasa Yunani yaitu oligos, yang berarti beberapa. Polimer dapat ditemukan di alam ataupun dapat juga disintesis di laboratorium (Stevens, 2001).

1. Klasifikasi Polimer

Berdasarkan klasifikasinya, polimer dapat dibedakan berdasarkan asal/sumber, struktur, rantai, sifat termal, komposisi dan fase.

Berdasarkan sumbernya polimer dapat dibagi dalam polimer alam dan polimer sintetik.

(a). Polimer Alam

(22)

6

berasal dari tumbuhan, wol dan sutera berasal dari hewan, serta asbes berasal dari mineral.

(b). Polimer Sintetik

Polimer sintetik adalah polimer yang dibuat melalui reaksi kimia seperti karet fiber, nilon, poliester, plastik polisterena dan polietilen.

Berdasarkan struktur rantainya, polimer dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu: (a) Polimer rantai lurus

Jika pengulangan kesatuan berulang itu lurus (seperti rantai) maka molekul-molekul polimer seringkali digambarkan sebagai molekul rantai atau rantai polimer, seperti diperlihatkan pada Gambar 1(a) .

(b) Polimer bercabang

Beberapa rantai lurus atau bercabang dapat begabung melaui sambungan silang membentuk polimer bersambung silang, seperti diperlihatkan pada Gambar 1(b).

(c) Polimer tiga dimensi atau polimer jaringan

(23)

7

(a) (b)

(c)

Gambar 1. Struktur Polimer (a) rantai lurus, (b) bercabang, (c) tiga dimensi

Berdasarkan sifat termal polimer dibagi menjadi dua jenis yaitu: (a) Polimer termoplastik

Polimer ini mempunyai sifat fleksibel, dapat melunak bila dipanaskan dan kaku (mengeras) bila didinginkan. Contoh: Polietilen (PE), Polipropilen (PP), Polivinilklorida (PVC), nilon dan Poliester.

(b) Polimer termoset

(24)

8

Berdasarkan komposisinya polimer terdiri dari dua jenis yaitu: (a) Homopolimer

Polimer yang disusun oleh satu jenis monomer dan merupakan polimer yang paling sederhana.

(b) Heteropolimer (kopolimer)

Polimer yang dibuat dari dua atau lebih monomer yang berbeda. Terdapat beberapa jenis kopolimer yaitu:

1. Kopolimer acak yaitu sejumlah kesatuan berulang yang berbeda tersusun secara acak dalam rantai polimer.

2. Kopolimer berselang-seling yaitu beberapa kesatuan berulang yang berbeda berselang-seling adanya dalam rantai polimer.

3. Kopolimer cangkuk/graft/tempel yaitu kelompok satu macam kesatuan berulang tercangkuk pada polimer tulang punggung lurus yang

mengandung hanya satu macam kesatuan berulang. Berdasarkan fasenya, polimer terdiri dari dua jenis yaitu: (a) Kristalin

Susunan antara rantai yang satu dengan yang lain adalah teratur dan mempunyai titik leleh (melting point) .

(b) Amorf

(25)

9

2. Polimerisasi

Proses pembentukan polimer (polimerisasi) dibagi menjadi dua golongan, yaitu polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi (Cowd, 1991).

a. Polimerisasi Adisi

Polimerisasi adisi melibatkan reaksi rantai dapat berupa radikal bebas atau ion menghasilkan polimer yang memiliki atom yang sama seperti monomer dalam gugus ulangnya. Polimerisasi ini melibatkan reaksi adisi dari monomer yang memiliki ikatan rangkap. Contoh polimer ini yakni polietilen, polipropilen, polivinil klorida, dan lain-lain.

Tahapan reaksi polimerisasi adisi: (a) Inisiasi

Pembentukan pusat aktif hasil peruraian suatu inisiator. Peruraian suatu inisiator dapat dilakukan menggunakan panas, sinar UV dan sinar gamma (radiasi).

(b) Propagasi (perambatan)

Tahapan dimana pusat aktif bereaksi dengan monomer secara adisi kontinu (berlanjut).

(c) Terminasi (pengakhiran)

Tahapan dimana pusat aktif dinonaktifkan. Penonaktifan ini dapat dilakukan dengan menggandengkan radikal atau kombinasi dan

(26)

10

Oleh karena pembawa rantai dapat berupa radikal bebas atau ion, maka polimerisasi adisi selanjutnya dapat digolongkan kedalam dua golongan, yaitu polimerisasi radikal bebas dan polimerisasi ion (kation dan anion).

b. Polimerisasi Kondensasi

Polimerisasi kondensasi merupakan proses polimerisasi yang berulang secara bertahap, dari reaksi antara dua molekul bergugus fungsi banyak yang

menghasilkan molekul besar disertai pelepasan molekul kecil seperti air melalui reaksi kondensasi.

Ciri-ciri polimerisasi kondensasi:

1. Berlangsung secara bertahap melalui reaksi antara pasangan-pasangan gugus fungsi ujung.

2. Berat molekul polimer bertambah secara bertahap

3. Kereaktifan suatu gugus fungsi dalam bentuk polimernya sama dengan dalam bentuknya sewaktu sebagai monomer.

4. Dapat membentuk struktur cincin, bergantung pada keluwesan gugus yang terlibat dan ukuran cincin yang terbentuk.

5. Dapat membentuk polimer bercabang atau sambung silang apabila gugus fungsi kedua monomer lebih dari dua.

6. Dalam tahap tertentu terbentuknya struktur jaringan, maka terjadi perubahan sifat polimer yang mendadak misalnya campuran reaksi berubah dari cairan menjadi bentuk gel.

(27)

11

8. Penghentian polimerisasi kondensasi dapat dilakukan dengan penambahan penghenti ujung seperti asam etanoat, penambahan salah satu monomer berlebih dan penambahan pada suhu tertentu.

B. Plastik

Plastik merupakan bahan polimer kimia yang berfungsi sebagai kemasaan yang selalu digunakan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau bahan dasar, karena sifatnya yang ringan dan mudah digunakan. Masalah yang timbul dari plastik yang tidak dapat terurai membutuhkan waktu yang lama untuk dapat terdegradasi menjadi H2O dan O2. Plastik yang umum digunakan saat ini merupakan polimer sintetik dari bahan baku minyak yang terbatas jumlahnya dan tidak dapat diperbaharui. Beberapa jenis plastik yang tergolong dalam polimer sintetik sebagai berikut : PP, PE, PVC, polistiren (PS), dan polietilen tereftalat (PET). Sehingga diperlukan usaha lain dalam mengatasi sampah plastik yaitu dengan membuat plastik yang dapat terurai secara biologis (Pranamuda, 2001).

Secara umum, kemasan biodegradable diartikan sebagai film kemasan yang dapat didaur ulang dan dapat dihancurkan secara alami. Bioplastik atau plastik

biodegradable merupakan plastik yang mudah terdegradasi atau terurai, terbuat

(28)

12

penghasil pati. Bioplastik mempunyai keunggulan karena sifatnya yang dapat terurai secara biologis, sehingga tidak menjadi beban lingkungan (Dewi, 2009).

C. Poli Asam Laktat (PLA)

PLA adalah salah satu poliester alifatik yang dapat digunakan sebagai pembawa obat karena sifat biocompatible dan biodegradable yang dimilikinya. PLA dapat mengalami penguraian dengan unit monomer asam laktat sebagai intermediet alam di dalam metabolisme karbohidrat. Struktur PLA dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Struktur Poli Asam Laktat.

(29)

13

Tabel 1. Sifat Fisika dan Mekanik PLA

NO Sifat PLA Keterangan

6 Tegangan permukaan 50 mN.Nm

PLA dianggap sebagai bioplastik paling potensial untuk diaplikasikan, walaupun saat ini jumlahnya belum banyak diproduksi (Suyatna, 2007). Poli asam laktat mempunyai potensi yang sangat besar dikembangkan sebagai pengganti plastik konvensional. PLA bersifat termoplastik, memiliki kekuatan tarik dan modulus polimer yang tinngi, bobot molekul dapat mencapai 100.000 hingga 500.000, dan titik leleh antara 175-200 0C (Oota, 1997 dalam Hartoto dkk, 2005).

Pada umumnya PLA dipergunakan untuk mengganti bahan yang transparan dengan densitas dan harga tinggi. Bahan plastik yang digantikan dari jenis PET (1.4 g/cc, 1.4 U$D/kg), PVC lentur (1.3 g/cc, 1 U$D/kg) dan selofan film. Dibanding PP (0.9 g/cc, 0.7 U$D/kg) dan HIPS (1.05 g/cc, 1 U$D/kg), PLA dapat dikatakan kurang menguntungkan, namun mempunyai kelebihan lain yaitu ramah lingkungan. PP dan HIPS berasal dari minyak bumi dan jika dibakar akan

menimbulkan efek pemanasan global (Batelheo et al., 2004).

Menurut Batelheo et al., (2004), kelebihan PLA dibandingkan dengan plastik yang terbuat dari minyak bumi adalah:

(30)

14

b. Biocompatible, dimana pada kondisi normal, jenis plastik ini dapat diterima oleh sel atau jaringan biologi.

c. Dihasilkan dari bahan yang dapat diperbaharui.

d. Recyclable, melaui hidrolisis asam laktat dapat diperoleh dan digunakan kembali untuk aplikasi yang berbeda atau bisa digabungkan untuk menghasilkan produk lain.

e. Tidak menggunakan pelarut organik/bersifat racun dalam memproduksi PLA.

f. Dapat dibakar sempurna dan menghasilkan gas CO2 dan air.

D. Gliserol

Gliserol adalah salah satu senyawa alkil trihidroksi (Propra -1, 2, 3- triol) CH2OHCHOHCH2OH. Banyak ditemui hampir di semua lemak hewani dan minyak nabati sebagai ester gliserin dari asam palmitat, oleat, stearat dan asam lemak lainnya. Gliserol adalah senyawa yang netral, dengan rasa manis tidak berwarna, cairan kental dengan titik lebur 20 °C dan memiliki titik didih yang tinggi yaitu 290 °C gliserol dapat larut sempurna dalam air dan alkohol, tetapi tidak dalam minyak. Sebaliknya banyak zat dapat lebih mudah larut dalam gliserol dibanding dalam air maupun alkohol. Oleh karena itu gliserol merupakan pelarut yang baik.

(31)

15

kekeringan pada tembakau, pembuatan parfum, tita, kosmetik, makanan dan minuman lainnya (Yusmarlela, 2009).

E. Starch / Pati

Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-glikosidik. Pati terdiri dari

dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak larut disebut amilopektin (Winarno, 1984). Struktur amilosa

merupakan struktur lurus dengan ikatan α-(1,4)-D-glukosa. Amilopektin terdiri

dari struktur bercabang dengan ikatan α-(1,4)-D-glukosa dan titik percabangan

amilopektin merupakan ikatan α-(1,6). Berat molekul amilosa dari beberapa ribu

hingga 500.000, begitu pula dengan amilopektin (Lehninger, 1982). Derajat polimerisasi dari amilosa berkisar antara 500-6000 unit glukosa,

sedangkan dari amilopektin yaitu tergantung dari sumbernya dan molekul dengan rantai cabang yang sangat banyak dengan derajat polimerisasi (DP) berkisar natara 105sampai 3x106unit glukosa (Jacobs and Delcour, 1998).

Gambar 3. Struktur Amilosa.

(32)

16

yang berikatan dengan atom O-2 dan O-6. Rantai lurus amilosa yang membentuk sulur ganda kristal ini tahan terhadap amilase. Ikatan hidrogen inter dan intra sulur mengakibatkan terbentuknya struktur hidrofobik dengan kelarutan yang rendah. Oleh karen itu, sulur tunggal amilosa mirip dengan siklodekstrin yang bersifat hidrofobik pada permukaan dalamnya (Chaplin, 2002).

Pada struktur granula pati, amilosa dan amilopektin ini tersusun dalam suatu cincin-cincin. Jumlah cincin dalam suatu granula kurang lebih berjumlah 16, ada yang merupakan cincin lapisan amorf dan cincin yang merupakan lapisan

semikristal (Hustiany, 2006). Amilosa merupakan fraksi gerak, yang artinya dalam granula pati letaknya tidak pada satu tempat, tergantung dari jenis pati. Secara umum amilosa terletak diantara molekul-molekul amilopektin dan secara acak berada selang-seling diantara daerah amorf dan kristal (Oates, 1997).

Gambar 4. Struktur Amilopektin.

(33)

17

seperti untaian tali. Tidak cenderung terjadi retrogradasi dan tidak membentuk gel, kecuali pada konsentrasi yang tinggi (Belitz and Grosch, 1999). Selain itu didalam pati juga ditemukan komponen lain dalam jumlah yang sedikit, yaitu lipida (sekitar 1%), protein, fosfor dan mineral-mineral (Jacobs and Delcour, 1998). Bagian lipida ada yang berikatan dengan amilosa dan ada yang bebas (Belitz and Grosch, 1999).

Pati dapat diekstrak dengan berbagai cara, berdasarkan bahan baku dan penggunaan dari pati itu sendiri. Untuk pati dari ubi-ubian, proses utama dari ekstraksi terdiri perendaman, disintegrasi, dan sentrifugasi. Perendaman

dilakukan dalam larutan natrium bisulfit pada pH yang diatur untuk menghambat reaksi biokimia seperti perubahan warna dari ubi. Disintegrasi dan sentrifugasi dilakukan untuk memisahkan pati dari komponen lainnya (Liu, 2005 dalam Cui, 2005).

(34)

18

relatif mudah didapat dan harganya yang murah. Bentuk granula pati singkong dapat dilihat pada Gambar 6 (Liu, 2005 dalam Ciu, 2005).

.

Gambar 5. Diagram Alir Ektraksi Pati dari Mulai Akar

Gambar 6. Granula Pati Singkong (Niba, 2006 dalam Hui, 2006)

Umbi

pencucian, pengupasan, disintegrasi

sedimentasi, pencucian

sentrifugasi

(35)

19

F. Campuran Polimer Alam – Polimer Sintetik

Penelitian penggunaan bahan pengisi pati dalam pembuatan film PLA sudah banyak dilakukan, misalnya Sun (2001) melaporkan pembuatan film PLA dengan campuran pati gandum, dan Liu et al., (2005) yang mencampurkan dengan bubur gula bit. Selain itu, sebelumnya juga telah dilakukan penelitian mengenei

campuran polimer alam dan polimer sintetik, diantaranya 1. Campuran Polistirena

Campuran stirena monomer, Etil Benzena, Polibutadiena dan inisiator Benzoil Peroksida dimasukkan ke dalam reaktor (R-01) yang berupa tangki

berpengaduk. Sebagai pendingin digunakan air yang masuk pada suhu 30 oC dan keluar pada suhu 45 oC. Kondisi operasi dalam reaktor dipertahankan pada suhu 137 oC dan tekanan 1 atm selama 7,6 jam untuk mencapai konversi sebesar 85%.

2. Campuran Pati - Poli Vinil Alkohol (Lawton et al., 1996)

Pada penelitian ini diketahui bahwa pada saat pengeringan terjadi pemisaha fasa diantara kedua bahan, sehingga diperlukan suatu materi untuk

memperbaiki kompatibilitas campuran kedua bahan. 3. Campuran Pati – Poli Asam Laktat (Sun et al., 2001)

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kompatibilitas campuran dan menekan harga produksi plastik biodegradabel.

4. Campuran Kitosan – Poli Vinil Alkohol.

(36)

20

5. Campuran Kitosan – Poli Asam Laktat

Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi sensitivitas kitosan terhadap kelembaban dan juga dilakukan uji penyerapan air pada campuran tersebut (Suyatna et al., 2001). Selain itu Damayanti (2010) melaporkan Perbedaan komposisi konsentrasi kitosan terhadap PLA berpengaruh pada kekuatan dan kelenturan film plastik yang dihasilkan.

6. Campuran Poli Asam Laktat dan Polisterena (Mohamed et al., 2006) Penelitian ini untuk mempelajari interaksi antara campuran poli asam laktat dan polisterena. Hasil yang didapat adalah campuran polistirena dan poli asam laktat menghasilkan campuran yang baik dengan kemantapan suhu saat mencapai puncak pelelehan.

7. Campuran Polietolen dengan Poligliserol Asetat (Rafli, 2008)

Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki sifat kerja poligliserol asetat sebagai plastisasi dalam matriks polietilen. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini blm terjadi proses esterifikasi secara maksimum saat proses blending karena metode pelarutan bahan yang kurang tepat.

G. Plasticizer Polimer

(37)

21

juga dengan ekastikator antibeku atau pelembut. Jelaslah bahwa plastisasi akan mempengaruhi semua sifat fisik dan mekanisme film seperti kekuatan tarik, elastisitas kekerasan, sifat listrik, suhu alir, suhu transisi kaca dan sebagainya. Adapun pemplastis yang digunakan adalah gliserol, karena gliserol merupakan bahan yang murah, sumbernya mudah diperoleh, dapat diperbaharui dan juga akrab dengan lingkungan karena mudah terdegradasi dalam alam. Proses plastisasi pada prinsipnya adalah dispersi molekul pemlastis kedalam fase polimer. Jika pemlastis mempunyai gaya interaksi dengan polimer, proses dispersi akan berlangsung dalam skala molekul dan terbentuk larutan polimer pemlastis yang disebut dengan kompatibel.

Sifat fisik dan mekanis polimer-terplastisasi yang kompatibel ini akan merupakan fungsi distribusi dari sifat komposisi pemlastis yang masing-masing komponen dalam sistem. Bila antara pemlastis dengan polimer tidak terjadi percampuran koloid yang tak mantap (polimer dan pemlastis tidak kompatibel) dan

menghasilkan sifat fisik polimer yang berkulitas rendah. Karena itu, ramalan karakteristik polimer yang terplastisasi dapat dilakukan dengan variasi komposisi pemlastis (Yusmarlela, 2009).

(38)

22

hal ini molekul pemlastis akan berada diantara rantai polimer dan mempengaruhi mobilitas rantai yang dapat meningkatkan plastisasi sampai batas kompatibilitas rantai yang dapat terdispersi (terlarut) dalam polimer. Jika jumlah pemlastis melebihi batas ini, maka akan terjadi sistem yang heterogen dan plastisasi berlebihan, sehingga plastisasi tidak efisien lagi (Wirjosentono, 1995).

H. Karakterisasi

1. Spectrofotometry Fourier Transform Infrared (FTIR)

Spectrofotometry FTIR merupakan suatu metode yang mengamati interaksi

molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah panjang gelombang 0,75 – 1.000 µm atau pada bilangan gelombang 13.000 – 10 cm-1. Radiasi elektromagnetik dikemukakan pertama kali oleh James Clark Maxwell, yang menyatakan bahwa cahaya secara fisis merupakan gelombang

elektromagnetik, artinya mempunyai vektor listrik dan vektor magnetik yang keduanya saling tegak lurus dengan arah rambatan.

Pada dasarnya Spektrofotometer FTIR (Fourier Trasform Infra Red) adalah sama dengan Spektrofotometer IR dispersi, yang membedakannya adalah

(39)

23

Pada sistim optik FTIR digunakan radiasi LASER (Light Amplification by Stimulated Emmission of Radiation) yang berfungsi sebagai radiasi yang

diinterferensikan dengan radiasi infra merah agar sinyal radiasi infra merah yang diterima oleh detektor secara utuh dan lebih baik.

Detektor yang digunakan dalam Spektrofotometer FTIR adalah TGS (Tetra Glycerine Sulphate) atau MCT (Mercury Cadmium Telluride). Detektor MCT

lebih banyak digunakan karena memiliki beberapa kelebihan dibandingkan detektor TGS, yaitu memberikan respon yang lebih baik pada frekuensi modulasi tinggi, lebih sensitif, lebih cepat, tidak dipengaruhi oleh temperatur, sangat selektif terhadap energi vibrasi yang diterima dari radiasi infra merah.

Vibrasi yang digunakan untuk identifikasi adalah vibrasi tekuk, khususnya vibrasi rocking (goyangan), yaitu yang berada di daerah bilangan gelombang 2000 – 400 cm-1. Karena di daerah antara 4000 – 2000 cm-1 merupakan daerah yang khusus yang berguna untuk identifkasi gugus fungsional. Daerah ini menunjukkan absorbsi yang disebabkan oleh vibrasi regangan. Sedangkan daerah antara 2000

(40)

24

Secara keseluruhan, analisis menggunakan Spektrofotometer FTIR memiliki dua kelebihan utama dibandingkan metoda konvensional lainnya, yaitu :

1. Dapat digunakan pada semua frekuensi dari sumber cahaya secara simultan sehingga analisis dapat dilakukan lebih cepat daripada menggunakan cara sekuensial atau scanning.

2. Sensitifitas dari metode Spektrofotometri FTIR lebih besar daripada cara dispersi, sebab radiasi yang masuk ke sistim detektor lebih banyak karena tanpa harus melalui celah (slitless) (Hsu, 1994).

2. Scanning Electron Microscopy (SEM)

SEM adalah suatu instrumen yang menghasilkan seberkas elektron pada

permukaan spesimen target dan mengumpulkan serta menampilkan sinyal-sinyal yang diberikan oleh material target. Pada prinsipnya SEM terdiri dari kolom elektron (electron coloum), ruang sampel (specimen chamber), sistem vakum (vacum system). Penggunaan alat SEM dalam morfologi kopolimer telah

dikembangkan secara luas. Prinsip analisis menggunakan SEM dengan alat sinyal elektron sekunder.

Berkas elektron diarahkan pada suatu permukaan spesimen yang telah dilapisi oleh suatu film konduktor. Pelapisan ini bertujuan agar polimer yang digunakan dapat menghasilkan arus listrik sehingga dapat berinteraksi dengan berkas

(41)

25

elektron yag dapat memberikan informasi mengenai kristalografi, jenis unsur dan distribusinya, dan morfologi dari permukaan bahan (Wu dalam Annisa, 2007). Teknik SEM pada hakekatnya merupakan pemeriksaan dan analisis permukaan. Data yang diperoleh merupakan data dari permukaan atau lapisan yang tebalnya sekitar 20 µm dari permukaan. Gambar permukaan yang diperoleh merupakan topografi dengan segala tonjolan, lekukan dan lubang pada permukaan. Gambar topografi diperoleh dengan penangkapan elektron sekunder yang dipancarkan oleh specimen.

3. Difference Scanning Calorimetry (DSC)

DSC merupakan teknik yang digunakan untuk menganalisa dan mengukur perbedaan kalor yang masuk ke dalam sampel dan referensi sebagai

pembandingnya. Teknik DSC merupakan ukuran panas dan suhu peralihan dan paling berguna dari segi termodinamika kimia karena semua perubahan kimia atau fisik melibatkan entalpi dan entropi yang merupakan satu fungsi keadaan. Teknik DSC dengan aliran panas dari sampel tertentu adalah ukuran sebagai fungsi suhu atau massa.

Di dalam alat DSC terdapat dua heater, dimana di atasnya diletakkan wadah sampel yang diisi dengan sampel dalam wadah kosong. Wadah tersebut biasanya terbuat dari alumunium. Komputer akan memerintahkan heater untuk

(42)

26

Analisa DSC digunakan untuk mempelajari transisi fase, seperti melting, suhu transisi glass (Tg), atau dekomposisi eksotermik, serta untuk menganalisa

kestabilan terhadap oksidasi dan kapasitas panas suatu bahan. Temperatur transisi glass (Tg) merupakan salah satu sifat fisik penting dari polimer yang

menyebabkan polimer tersebut memiliki daya tahan terhadap panas atau suhu yang berbeda-beda. Dimana pada saat temperatur luar mendekati temperatur transisi glassnya maka suatu polimer mengalami perubahan dari keadaan yang

(43)

27

III. METODOLOGI PERCOBAAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung pada bulan Oktober 2012 sampai Februari 2013. Untuk identifikasi menggunakan SEM, spektrofotometer IR (FT-IR), dan DSC dilakukan di Laboratorium Biomassa Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung..

B. Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini berupa alat-alat gelas yang biasa digunakan di laboratorium, penangas air, magnetik stirer, cawan petri, oven, neraca digital Wiggnet, Spectrofotometry Fourier Transform Infrared (FTIR) Type varian-2000/Scimitar Series, Scanning Electron Microscopy (SEM) Type Sem-Eds Efo 50, Difference Scanning Calorimetry (DSC) Type Exstar X-DSC7000.

(44)

28

C. Prosedur Penelitian

1. Pembuatan Film Plastik a. Tanpa Plasticizer (Gliserol)

Konsentrasi pati dibuat 1 % (w/v) dalam aquades 1 % dengan komposisi campuran terhadap PLA 1 : 0 (w/w) dan selanjutnya disebut dengan Pa1. Larutan pati diaduk dengan heating table dengan suhu 70 °C selama 15 – 20 menit sampai homogen kemudian dituang ke dalam cetakan, didinginkan pada suhu 25 °C dan dikeringkan dalam oven pada suhu 50 °C selama 24 jam dalam suhu ruang. Film plastik yang terbentuk dikeluarkan dari cetakan.

PLA dibuat dengan konsentrasi 1 % (w/v) dalam asetonitril dengan komposisi campuran pati terhadap PLA 0 : 1 (w/w) dan selanjutnya disebut dengan P1. Larutan PLA dipanaskan diatas heating table pada suhu 150 °C. Larutan

kemudian dituang ke dalam cetakan dan dikeringkan selama 30menit. Setelah itu film dikeluarkan dari cetakan.

(45)

29

b. Dengan Plasticizer (Gliserol)

Plastik campuran dibuat dengan komposisi campuran pati terhadap PLA 1:1; 1:2 dan 1:3 (v/v)dan selanjutnya disebut dengan PaPG1, PaPG2, PaPG3 dan PaPG4. Pada saat pencampuran ditambahkan gliserol dengan variasi 1% dari volume total campuran. Campuran diaduk dengan magnetic stirer sampai homogen kemudian dituang ke dalam cawan petri dengan dan dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 35 °C selama 24 jam dan setelah kering dikeluarkan dari cetakan (Widiarto, 2005).

2. Karakterisasi Film Plastik dengan FTIR

Sampel plastik yang dihasilkan dihomogenkan dan dibuat pelet dengan KBr, kemudian ditembak dengan sinar Infra Red dan hasil serapan gugus fungsi dari senyawa yang ada dalam sampel akan terekam sampai spektrum IR. Analisis dilakukan di Laboratorium Biomassa Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung.

3. Karakterisasi Film Plastik dengan SEM

Sampel plastik yang terbentuk antara pati dan PLA yang berbentuk film dikarakterisasi permukaannya dengan menggunakan instrumentasi SEM

(Scanning Electron Microscope). Analisis dilakukan di Laboratorium Biomassa Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung.

4. Karakterisasi Film Plastik dengan DSC

(46)

30

(47)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa 1. Pencampuran pati dan PLA menghasilkan campuran yang tidak homogen

(kompatibel) bedasarkan hasil SEM.

2. Analisis dengan FT-IR menunjukkan bahwa tidak adanya gugus fungsi baru yang di hasilkan. Sehingga film plastik memiliki sifat yang sama seperti komponen penyusunnya. Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa film plastik pati-PLA tidak berinteraksi secara kimia, karena yang dihasilkan hanya interaksi secara fisika.

3. Hasil analisis DSC film plastik pati-PLA (1:1) tanpa gliserol diperoleh dua puncak yang tergabung yaitu 155,3 ºC dan 162,9 ºC.

4. Hasil analisis DSC film plastik pati-PLA (1:1) dengan gliserol diperoleh dua puncak yang tergabung yaitu 153,0 ºC dan 157,7 ºC.

(48)

45

B. Saran

Dalam penelitian ini penambahan gliserol dapat memperbaiki kompatibilitas campuran, namun hal ini belum berlangsung dengan baik. Maka dari itu penulis menyarankan untuk membuat cetakan yang sesuai dan mencari teknik casting lain untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Kemudian perlu penambahan

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Annisa. 2007. Pengaruh Konsentrasi Monomer terhadap grafting kitosan pada Film Polietilen dengan Metode Grafting. Skripsi. Universitas Lampung.

Auras, R. 2002. Polylactid Acid as a New Biodegradable Commodity Polymer. hppt://material.eng.usm.my/stafhome/hazizan/EBB%20324/EBB%20324 % 20Lecture%2010%PLA.pdf. Diakses Tanggal 12 Januari 2012. Bastioli, C. 2002. Global Status of the Production of Biobased Packaging

Materials. Novara. Italy.

Batelheo, T., N. Teixira, and F. Aguiar, 2004. Polylactic Acid Prodeuction From Sugar Molasses. International Patent WO.

Belitz, H. D. dan Grosch. 1999. Food Chemistry. Verlag Springer, Berlin. Bijarimi M., Sahrim A, Rozaidi R. 2012. Mechanical, Thermal and

Morphological Properties of PLA/PP Melt Blends. Dubai (UAE). 7 Oktober 2012.

Billmeyer, F.W.Jr. 1994. Text Book of Polymer Science. Third Edition, A Wiley Inter Science Publication.

Bourtoom, T. 2007. Effect of Some Process Parameters on The Properties of Edible Film Prepared From Starch. Department of Material Product Technology, Songkhala. (on line) Avaliable at:

http://vishnu.sut.ac.th/iat/food_innovation/up/rice%20starch%20film.doc Chan, H. T., JR. 1983. Handbook Of Tropical Foods. Marcel Dekker Inc., New

York and Bassel.

Chan, C. M. 1994. Polymer Surface Modification and Characterization. Hanser/Gradner Publications, Inc. Cincinmati.

Chaplin, M. 2002. Starch. http//:www.sbu.ac.uk.(25 Maret 2003).

(50)

47

Cowd, M. A. 1991. Kimia Polimer. Diterjemahkan oleh J. G. Stark. Penerbit ITB. Bandung. 52-53.

Dewi, Mariani. 2009. Producers Responsible’ for Recycling Plastic Waste.

http://www.thejakartapost.com/news/2008/11/11/039producers-responsible039- recycling-plastic-waste.html. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2011, pukul 20.10 WIB

Engelberg, I and Kohn, J. 1991. Physico-mechanical properties of degradable polymers used in medical applications: a comparative study. Journal of Biomaterials. Vol. 12, pp. 292.

Frisch, K. C. 1970. Topologically Interpenetrating Polymer Networks. Polymer Institute. University of Detroit. Detroit. USA. www.google.com. Diakses pada tanggal 14 April 2012

Hartoto, L., A. Suryani, dan E. Hambali. 2005. Rekayasa Proses Produksi Asam Polilaktat (PLA) dari Pati Sagu Sebagai Bahsn Baku Utama Plastik Biodegradable. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Haryani S. 1995. Kajian awal Proses Polimerisasi Pati Ubi Jalar dengan Metil Metakrilat sebagai Bahan Dasar Bioplastik (skripsi). Bogor. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Hodgkinson N, Taylor M. 2000. Thermoplastic Poly (Vinyl Alcohol) (PVOH). Journal of Materials World, vol. 8, pp. 21-25.

Hsu, C. P. S. 1994. Infrared Spectroscopy. Handbook of Instrumental Techniques for analytical Chemistry.

http://www.thejakartapost.com/news/2008/11/11/039producers-

responsible039- recycling-plastic-waste.html. Diakses pada tanggal 28 April 2011 pada pukul 20.10 WIB.

Hui, Y. H. 2006. Handbook of Food Science, Technology, and, Engineering Volume I. CRC Press, USA.

Hustiany, R. 2006. Modifikasi Asilasi dan Suksinilasi Pati Tapioka sebagai Bahan Enkapsulasi Komponen Flavor. Disertasi Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor .

Jacobs, H., and J. A. Delcour. 1998. Hidrotermal Modifications of Granular Starch, with Retention of the Granular Structure: a Review. Journal of Agriculture. Food Chemistry. 46(8), pp. 2895-2905.

Kemala T. 1998. Pengaruh Zat Pemlastis Dibutil Ftalat pada Polyblend

(51)

48

Ke T., Sun X. S. 2003. Starch, poly(lactic acid), and poly(vinyl alcohol) blends. Journal of Polymers and the Environment. Vol. 11, pp. 7-14.

Lawton, JH., Lkiens, GE. 2000. Moleculer Methods in Ecology. Oxford. Blackwell Science.

Lehninger, A., L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Penterjemah: M. Thenawijaya. Erlangga, Jakarta.

Lindeman, M. K. 1971. Encyclopedia of Polymer Science and Technology. 15 Wiley-Interscience, New York.

Liu, C., F. L, Yoa, W. Chen, and K. D. Yoa. 2005. Anti-Toxicity Microsphere Kitosan and Poly Lactat Acid. Journal of Applied Polymer Science. Vol. 89, pp. 38-40.

Lunt, J. 1998. Cradle To Gate Environmental Footprint and Life Cycle Assessment of Poly(Lactic Acid). Journal of Polymers and the Environment. Vol. 59, pp. 145.

Mohamed, Abdellatif; Sherald H. Gordon, Biresaw, Girma. 2006. Poly (lactic acid)/Polystyrene Bioblends Characterized by Thermogravimetric Analysis, Differential Scanning Calorimetry, and Photoacoustic Infrared Spectroscopy. Journal of Applied Polymer Science. Vol. 106, pp. 1689– 1696.

Naitove. H. M. 1998. Synthesis and Properties Of Poly(Lactidde)-Polyether-Poly(L-lactide) triblock copolymers. Journal of Polymers and the Environment. Vol. 44, pp. 13.

Oates, C. G. 1997. Towards an Understanding of Starch Granule Structure and Hydrolysis. Review. Trends in Food Science and Technology. Vol. 8, pp. 375-382.

Pagliaro, M and Rossi, M. 2010. The Future of Glycerol. The Royal Society of Chemistry. DOI: 10.1039/9781849731089/ ISBN: 978-1-84973-108-9. Pranamuda H. 2001. Pengembangan Bahan Plastik Biodegradable Berbahan

Baku Pati Tropis. Disampaikan pada Seminar on-Air Biodegrabable untuk Indonesia Abad 21, 1-14 Februari 2001. Jepang: Sinergy Forum-PPI Tokyo Institute of Technology.

Qoriah, Damayanti Tri. 2011. Pembentukan dan Karakterisasi Plastik Ramah Lingkungan dari Campuran Kitosan - Poli Asam Laktat. (Skripsi).

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung. Rafli, Rusdi. 2008. Karakteristik Matriks Termoplastik Polietilena Terplastisasi

(52)

49

Ranika. 2010. Plastik Biodegradable untuk Lingkungan Kita.

hppt://www.google.com. Diakses Pada Tanggal 18 Agustus 2011. Ristadi, Febrianto Amri. 2011. Studi Mengenai Sifat Mekanis Komposit

Polylactic Acid (PLA) Diperkuat Serat Rami.(Skripsi). Universitas Gajah Mada. Yogyakarta

Santayonan, R., dan J. Wootthikanokkhan. 2003. Modification of Cassava Starch by using Propionic Anhydride and Properties of the Starch Blended Polyester Polyurethane. Carbohydrate Polymers. Vol. 51(1), pp. 17-24.

Saputro, Fitrian Dwi. 20012. Pembuatan dan Karakterisasi Plastik Ramah Lingkungan Dari Campuran Polisterena-Poli Asam Laktat. (Skripsi). Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung. Schonberger H, Maumann A, Keller W. 1997. Study Of Microbial Degradation

of Polivinil Alcohol (PVA) in Wastewater Treatment Plants. Jerman : American Dyestuff Reporter.

Sheftel VO. 2000. Indirect Food Additives and Polymer : Migration and Toxicology. Boca Raton London New York Washington, DC : Lewis Publisher. Hal. 736-737, 1167-1169.

Shriner, R.L., Fuson, R.C., Curtin, D.Y., Morrill, T.C., 1980. The Systematic Identification of Organic Compounds, 6th edn. John Wiey. New York. p. 167.

Stevens, M. P. 2001. Kimia Polimer. Diterjemahkan oleh Iis Sopyan. Pradnya Paramita. Jakarta. 33-35.

Suharty, N. S. 1993. “Reactive Processing of Polyelefins using Antioxidant Systems”, Ph.D. Thesis. Department of Chemical Engineering and Applied Chemistry. Aston University. Birmingham. United Kingdom. Sun, Susan. 2001. Biodegradabel Plastics from Wheat Strarch and Polylactic

Acid (PLA). Journal of Applied Polymer Science. Vol. 85, pp. 162-168. Suyatna, N., A. Copinet., V. Coma, and L. Tighzert. 2007. Mechanical and

Barrier Properties of Biodegradable Films Based on Chitosan and Poly (Lactid Acid) for Food Packaging Aplication. Journal of Applied Polymer Science. Vol. 40, pp. 762-772.

Widiarto, S. 2005. Modifikasi Plastik Ramah Lingkungan dari Campuran Pati Sagu-Polivinil Alkohol dengan Penambahan Gluterldhehida. Laporan Penelitian Pengembangan Dari Proyek HEDS. Lampung.

(53)

50

Yusmarlela. 2009. Studi Pemanfaatan Plastisiser Gliserol dalam Film Pati Ubi dengan Pengisi Serbuk Batang Ubi Kayu. (Tesis). Universitas Sumatra Utara. Medan.

Gambar

Gambar 1.  Struktur Polimer (a) rantai lurus, (b) bercabang, (c) tiga dimensi
Tabel 1.   Sifat Fisika dan Mekanik PLA
Gambar 5.  Diagram Alir Ektraksi Pati dari Mulai Akar

Referensi

Dokumen terkait

Masukkan pipa ET dari sebelah kanan mulut ke faring sampai bagian proksimal dari cuff ET melewati pita suara ± 1 – 2 cm atau pada orang dewasa atau kedalaman pipa ET ±19

satuan Biaya Tiket Perjalanan Dinas pindah Luar Negeri (one wag) Satuan biaya tiket pbrjalanan dinas pindah luar negeri merupakan satuan biaya yang digunakan untuk

Hasil: Penilaian dengan menggunakan tabel penilaian higiene kantin yang terdapat dalam lampiran Peraturan Menteri Kesehatan nomor 1096 Tahun 2011 yang disesuaikan dengan

artinya, bahwa ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel pendidikan (X1), Pelatihan (X2), Kompensasi (X3) yang dilakukan terhadap prestasi kerja (Y) Pegawai Dinas

Contoh blangko Ijazah SMP Tampak

Pertama , orang percaya harus mengikuti kehendak Allah. Mengikuti kehendak Allah berarti tidak mudah terpengaruh dan mengikuti kebiasaan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Kita

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kekuatan otot serta power lengan dan tungkai dengan jarak luncur satu kayuhan renang gaya dada pada siswa kelas XI SMA

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan koleksi jurnal dalam memenuhi kebutuhan informasi pemustaka di perpustakaan Telkom University dilihat dari