• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Fungsi Legislasi Badan Hippun Pemekonan dalam Pembuatan Peraturan Desa (studi Desa Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Fungsi Legislasi Badan Hippun Pemekonan dalam Pembuatan Peraturan Desa (studi Desa Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu)"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN FUNGSI LEGISLASI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PEMBUATAN PERATURAN DESA (Studi Desa Banyumas, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Pringsewu)

Oleh

MAULANA RENDRA YUDA

Pelaksanaan demokrasi desa di Indonesia didukung oleh Undang-Undang Nomor 32 tahun 2014 tentang Pemerintahan Desa. Pemerintah Desa sebagai lembaga eksekutif dan BPD sebagai lembaga legislatif. Sesuai dengan fungsinya, BPD sebagai lembaga yang menjalankan fungsi legislasi yaitu menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Pembuatan peraturan desa merupakan salah satu kegiatan pemerintahan yang didasarkan persetujuan Kepala Desa, BPD dan masyarakat desa. Untuk itu diharapkan efektifitas penerapan fungsi tersebut dapat mewujudkan keseimbangan kekuatan antara masyarakat yang diwakili oleh BPD dengan Pemerintah Desa.

(2)

yang digunakan adalah tahap editing, kategorisasi dan interpretasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan fungsi legislasi Badan Permusyawaratan Desa dalam pembuatan peraturan desa belum berjalan dengan baik. Indikator penerapan fungsi legislasi dalam pembuatan peraturan desa dilihat dari dua tahap yaitu proses menyerap dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Proses penyerapan aspirasi dan penyaluran aspirasi dapat dilihat dalam proses pembuatan peraturan desa yaitu pada tahap perancangan, pembahasan dan penetapan peraturan desa.

(3)

ABSTRACT

IMPLEMENTATION OF LEGISLATION FUNCTION VILLAGE CONSULTATIVE BODY (BPD) IN THE MANUFACTURE OF

VILLAGE REGULATION

(Study case at Banyumas Village,Banyumas Sub-district,Pringsewu Regency)

By

MAULANA RENDRA YUDA

The implementation of the village democracy in Indonesia is supported by law No. 32 of 2014 on Village Government. The Village Government as the executive agency and BPD as legislative body. Compatible with that, BPD as an institution which carries on the function of legislation that determination the village regulation with the Village Chief, accommodate and distribute public aspirations. The manufacture of village regulation is one of Government activity which is based on the approval of the Village Chief, BPD and villagers. It is expected the effectiveness of these function can realize a power balance of villagers who represented by BPD and the Village Government.

(4)

legislation function Village Consultative Body (BPD) in the manufacture of village regulation has not run well . The indicator of the implementation of legislation function in the manufacture of village regulation can be seen from two steps: accommodate and distribute public aspirations. The process of accommodate and distribute of public aspirations can be seen in the manufacture of village regulation is on stage design, discussion and determination of village regulation.

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan di Kota Metro pada tanggal 06 Juni 1992 dan merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Darmisi dan Ibu Sakdiah. Penulis mengawali pendidikan formal di Taman Kanak-kanak (TK) Bakti Ibu Tahun 1997- 1998, melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Labuhan Ratu Tahun 1998-2004, kemudian dilanjutkan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 8 Bandar Lampung Tahun 2004-2007 dan dilanjutkan kembali di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 9 Bandar Lampung Tahun 2007-2010.

(10)
(11)

MOTO

“Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan

bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh."

(Andrew Jackson)

Ketika kita hari ini menjadi penonton, bersabar dan berjuanglah menjadi

pemain di esok hari. Karena punggung pisaupun bila diasah akan menjadi tajam juga.” .

“Yakin Usaha Sampai”

(12)

PERSEMBAHAN

Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih saying-Mu telah memberiku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta

memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan.

Serta tak lupa shalawat serta salam selalu tercurah pada Rasullah Muhammad SAW.

Ku persembahkan karya kecil ini kepada:

Ayahanda tercinta Darmisi, Ibunda wanita terhebat yang aku sayangi Sakdiah, yang telah memberikan kasih sayang, segala dukungan, dan cinta

kasih serta do’a yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta

dan persembahan.

Untuk kembaranku Maulana Rendri Yuda, S.T serta adik kecilku Nanda

Briliana Yuda yang selalu memotivasi dan mendo’akanku.

(13)

SANWACANA

Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi yang berjudul “Penerapan Fungsi Legislasi Badan Hippun Pemekonan dalam Pembuatan Peraturan Desa (studi Desa Banyumas Kecamatan

Banyumas Kabupaten Pringsewu)” dapat diselesaikan. Skripsi ini dibuat sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Penulis menyadari banyak kesulitan yang dihadapi dari awal pengerjaan hingga penyelesaian skripsi ini, karena bantuan, bimbingan, dorongan dan saran dari berbagai pihak terutama dosen pembimbing yang sudah memberi banyak masukan, kritik dan saran. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT atas segala yang Engkau berikan pada hamba, baik rezeki, kesehatan, kekuatan, kesabaran dan semangat yang tiada henti hingga hamba dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

(14)

4. Kanda Arizka Warganegara, S.IP, M.A selaku Pembimbing Akademik. Terima kasih telah menjadi abang sekaligus pembimbing akademik saya. 5. Bapak Drs. Aman Toto Dwijono, M.H selaku Pembimbing Utama yang telah

banyak membantu, membimbing, mengarahkan, memberikan masukan, saran, dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Suwondo, M.A selaku penguji dan pembahas yang telah memberikan kritik dan saran kepada Penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

7.

Seluruh dosen Ilmu Pemerintahan Fisip Unila, terimakasih atas ilmu yang

diberikan kepada penulis selama menuntut ilmu di Jurusan Ilmu Pemerintahan.

8. Staf Akademik, Staf Kemahasiswaan yang telah membantu kelancaran administrasi dan skripsi.

9. Teristimewa kepada orang tuaku, Ayahanda Darmisi dan Ibunda Sakdiah terimakasih telah menjadi orang tua yang Hebat, yang selalu memberikan motivasi, mendo’akan dan selalu bekerja keras mendidik untuk menjadikan Penulis menjadi manusia yang berguna dan bermanfaat bagi orang lain, semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan nikmat-Nya untuk kalian.

(15)

11.Terima kasih kepada para informan (segenap Pemerintahan Desa Banyumas beserta Masyarakat Desa Banyumas) , yang telah bersedia meluangkan waktu dan ketersediaannya untuk memberikan wawasan serta informasi yang penulis butuhkan. Terima kasih terkhususkan kepada Kepala Pekon Banyumas Bapak Wasino yang telah mengayomi dan memberikan informasi yang penulis butuhkan.

12.Teman-teman seperjuangan Jurusan Ilmu Pemerintahan 2010, Aditia Arief, Aditya Darmawan, Angga Ferdiansyah,Angga Jevi Surya, Alam Patria, Ali Wirawan, Antarizki, Anugerah Robbian Tori, Ardi Yuzka, Dicky Rinaldi, Dimas Santoso, Dita Purnama, Ekky Julian Ds, Gandi Afriandi, Harizon, Herowandi, Iin Tajudin, Ikhwan Efrizal, Indra Jaya Negara, Kevin Aditya Pratama, Komang Jaka F, Mirzan Triandana, Monicha Angraini, Novrico Pradinan, Novandra Yudha, Okta Purnama, Putra Ramadhan, Pangky Saputra, Pebri Dwi Firnando, Prananda Genta, Raditiya Febrian C, Reddyah Renata Suharno, Resti Agustina, Ricky Ardhian, Ridho Jupanter, Riendi F, Robby Ruyudha, Siska Fitria, Syinthia Dwi Utami, Tano Gupala, Tiffany Anandini P, Violanda Y AZ, Yoan Yunita, Yosita Manara, Yusi Alvita, Pokoknya semua 2010, Semangat ya sahabat-sahabat semua, semoga Allah SWT memberikan nikmat sehat, rejeki yang berlimpah, rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, Aamiin.

(16)

15.Kanda Yunda yang luar biasa, Dhesthoni (bang AL), Goestyari Kurnia A, Hafiz Muhammad, Riyan Stevi, Esha, Natasya, Ghani Aulia, Pun Junian, Miza, A. Erlangga, Mijwad, Nurcholis, dan lain-lain nya. Terima kasih atas bimbingannya. Saya bangga berjumpa kaliandan menjadi adik kalian di kampus.

16.Almamaterku tercinta, UNIVERSITAS LAMPUNG.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan kita semua dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung, 13 Januari 2015 Penulis

(17)

xi A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Kegunaan Penelitian ... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perwakilan Politik (Legislasi) ... 11

1. Demokrasi Substantif ... 11

2. Pengertian Perwakilan Politik ... 13

3. Pengertian Aspirasi ... 15

B. Tinjauan Tentang Pemerintahan Desa.. ... 17

1. Pengertian Pemerintahan Desa ... 17

2. Tinjauan Tentang Kepala Desa ... 18

3. Tinjauan Tentang Perangkat Desa ... 21

4. Tinjauan Tentang Badan Permusyawaratan Desa ... 27

C. Tinjauan Tentang Peraturan Desa.. ... 29

(18)

BAB IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Berdirinya Desa Banyumas ... 47

B. Kondisi Umum Desa Banyumas ... 48

C. Struktur Organisasi Pemerintah Desa Banyumas ... 50

D. Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi, Hak dan Kewajiban BPD Banyumas ... 52

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 56

1. Deskripsi Peraturan Desa ... 56

2. Manfaat Peraturan Desa ... 58

B. Pembahasan ... 61

1. Perancangan Peraturan Desa ... 61

2. Penetapan Peraturan Desa ... 70

3. Menggali, Menampung, Menghimpun Aspirasi Masyarakat...……….. 75

4. Menyalurkan Aspirasi Masyarakat....………...……….. 80

5. Faktor Pendukung dan Penghambat....………...……..……….. 83

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 89

B. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA

(19)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

(20)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(21)

BAB I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pelaksanaan demokrasi di Indonesia nertujuan untuk kepentingan bangsa dan Negara Indonesia yaitu mewujudkan tujuan nasional. Dalam perjalanan sejarah bangsa, sejak kemerdekaan hingga sekarang, banyak pengalaman dan pelajaran yang bisa diambil. Ada tiga macam demokrasi yang pernah diterapkan dalam kehidupan ketatanegaraan Indonesia, yaitu demokrasi liberal, demokrasi terpimpin, dan demokrasi Pancasila. Demokrasi berkembang begitu pesat di Indonesia, dan proses pendemokrasian itu biasa disebut dengan proses Demokratisasi.

(22)

Peraturan-peraturan mengenai tata kelola Pemerintahan Daerah tersebut merujuk pada pembentukan suatu tata kelola pemerintahan yang baik yang biasa disebut dengan Good Governance. Tidak hanya Pemerintahan Pusat, Pemerintahan Daerah pun dituntut untuk menjalankan roda pemerintahan dengan good governance sebagai landasannya. Prinsip good governance itu sendiri terdiri dari

akuntabilitas, efisiensi dan efektifitas, transparansi, pengawasan, rule of game, daya tangkap, kesetaraan, profesionalisme, wawasan kedepan, partisipasi dan penegakan hukum.

Berdasarkan penjelasan di atas, tata kelola pemerintahan yang baik atau good governance merupakan sebuah landasan dalam menjalankan roda pemerintahan khususnya desa. Berkaitan dengan itu, H.A.W. Widjaja (1993:19) mengungkapkan bahwa otonomi desa merupakan otonomi asli karena otonomi telah ada sejak desa tersebut terbentuk (tumbuh dalam masyarakat) dan bersumber pada hokum adat yang mencakup kehidupan lahir dan batin penduduk desa. Melalui otonomi desa, desa memiliki, kesempatan dan kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Otonomi daerah memberikan keringanan pada Pemerintah Pusat dengan memberikan otonomi kepada daerah.

(23)

3

ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat.Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa bekerja sama dalam membangun desa.

Adanya perangkat hukum tersebut telah membuka peluang bagi terwujudnya demokratisasi sampai pada tingkat pedesaan melalui perubahan formasi pemerintahan desa dengan menampilkan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai institusi perwakilan rakyat di desa yang kedudukannya sejajar dengan Pemerintah Desa dan bekerja menjadi mitra kerja Pemerintah Desa. Kehadiran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Pemerintahan Desa dengan berbagai fungsi dan wewenangnya diharapkan mampu mewujudkan sistem check and balance dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Hal ini mengandung makna

Pemerintah Desa sebagai eksekutif dan BPD sebagai legislatif di desa. Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.

(24)

Kehadiran otonomi desa bertujuan untuk mengurangi mata rantai ketergantungan

pada birokrasi pusat . Adanya otonomi desa maenciptakan sebuah miniatur Republik

Indonesia dengan hadirnya Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai wadah bagi

masyarakat untuk ikut serta dalam pembangunan desa. Berdasarkan penjelasan tersebut telihat bahwa Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa merupakan dua lembaga desa yang berkedudukan sejajar sebagai mitra kerja yang diamanahkan untuk mengatur mengelola dan menyelenggaarakan pemerintahan desa sebesar–besarnya untuk kesejahteraan masyarakat.

Fungsi Badan Permusyawaratan Desa menurut Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 pasal 209 yaitu menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Sedangkan tugas Kepala Desa menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 yaitu memimpin penyelenggarakan urusan pemerintahan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD, mengajukan rancangan peraturan desa dan menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD.

(25)

5

Badan Permusyawaratan Desa berhak menegur Kepala Desa, karena Badan Permusyawaratan Desa dan Kepala desa merupakan mitra kerja yang memiliki tujuan yang sama.

Berdasarkan penjelasan tersebut, terlihat bahwa Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa merupakan sebuah mitra kerja dimana mereka saling berkaitan satu sama lainnya. Pemerintah Desa merupakan pemegang kekuasaan yang bersifat eksekutif, sedangkan Badan Permusyawaran Desa merupakan pemegang kekuasaan yangm erupakan penjelmaan dari segenap masyarakat yang ada di desa.

Mengenai peraturan desa, hubungan antara Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam hal ini adalah mengenai penetapan peraturan desa dimana peraturan desa akan sah secara hukum apabila peraturan desa telah mendapat persetujuan dari Badan Permusyawaratan Desa. Hal ini menggambarkan bahwa Kepala Desa tidak bisa sewenang-wenang dalam menetapkan atau mengambil keputusan.

Dalam proses pengambilan keputusan di desa dilakukan dengan dua macam keputusan. Pertama, keputusan yang beraspek sosial, yang mengikat secara sukarela tanpa sanksi yang jelas. Kedua, keputusan yang dibuat oleh lembaga formal desa yang dibentuk untuk melakukan fungsi pengambil keputusan.

(26)

tersebut dilakukan oleh pihak-pihak secara hukum yang memang diberi kewenangan untuk itu, seperti Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dan kemudian hasilnya disebut dengan Peraturan Desa (Perdes). Dalam hal ini, Pemerintah Desa berperan sebagai lembaga eksekutif desa dan Badan Permusyawaratan Desa berperan sebagai lembaga legislatif desa yang merupakan lembaga perwakilan untuk masyarakat desa. Peraturan Desa merupakan sebuah output yang telah diciptakan oleh Kepala Desa bersama Badan Permusyawaratan Desa. Peraturan Desa dirancang dan ditetapkan berdasarkan kondisi sosial budaya masyarakat desa setempat.

Badan Permusyawaratan Desa berfungsi sebagai lembaga legislasi untuk masyarakat, oleh karena itu BPD sebagai badan permusyawaratan dibentuk berasal dari masyarakat desa, disamping menjalankan fungsinya sebagai jembatan penghubung antara kepala desa dengan masyarakat desa, juga harus menjalankan fungsi utamanya yakni fungsi legislasi. Dalam menjalankan fungsi legislasinya Badan Permusyawaratan Desa dapat melakukan beberapa tahapan salah satunya adalah menyerap dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

(27)

7

Persoalan yang muncul di berbagai wilayah Indonesia termasuk di Desa Banyumas yaitu penerapan fungsi legislasi oleh Badan Permusyawaratan Desa yang memiliki beberapa kendala dalam penerapannya. Baik kendala dari Pemerintah Desa, Badan Permusyawarata Desa, maupun kendala yang terdapat pada masyarakat Desa Banyumasnya.

Desa Banyumas merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu. Desa Banyumas dipimpin oleh seorang Kepala Desa yaitu Wasino dengan Sekertaris Desanya yaitu Teguh Yuwono. Desa Banyumas terbagi menjadi 4 dusun. Badan Permusyawaratan Desa atau sebutannya di Desa Banyumas yaitu Badan Hippun Pemekonan terdiri dari 7 orang dan dipimpin oleh Ahmad Romli Mahbub S.E dengan wakilnya Ismungin S.Pd . Desa Banyumas merupakan salah satu contoh desa yang telah menerapkan sistim pemerintahan desa sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 72 tahun 2005. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis di Desa Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu terdapat masalah yang dapat diangkat dalam penelitian penulis yaitu :

(28)

Kuatnya bargaining position aktor dalam proses pengambilan keputusan yang tujuannya untuk khalayak banyak dapat menentukan arah dari sebuah kebijakan yang akan dibuat akan lebih dapat mensejahterakan masyarakat. Namun akan menjadi sebuah masalah jika keputusan yang diambil bersebrangan dengan kepentingan masyarakat.

Pendidikan masyarakat Banyumas yang rendah menyebabkan pendidikan politik masyarakat juga rendah. Hal ini berakibat terhadap tingkat partisipasi politik masyarakat Desa Banyumas yang rendah. Tidak menutup kemungkinan terdapat sebagian masyarakat yang bersifat apatis terhadap kegiatan politis yang ada. Hal ini juga menjadi salah satu faktor penghambat berjalannya fungsi legislasi BHP Banyumas.

Kurangnya anggaran untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi aparatur desa juga menjadi salah satu problem yang masuk dalam perhatian khusus. Pasalnya, dalam penerapan sistim demokrasi modal atau pendanaan merupakan pilar terpenting bagi berjalannya proses demokratisasi.

Selain masalah tersebut, yang juga menjadi sorotan adalah kurangnya ketersediaan BHP dalam jam kerja., misalnya anggota BHP jarang hadir ke kantor desa akibatnya tatap muka dengan Kepala Desa juga kurang. Hal ini mengakibatkan

koordinasi serta tukar pikiran antara anggota BHP dengan Kepala Desa jarang terjadi.

Ternyata selain menjadi anggota BHP, anggota BHP juga mempunyai pekerjaan

diluar seperti menjadi Pegawai Negeri Sipil, guru, buruh tani, sehingga kurangnya

waktu anggota BPD untuk memikirkan kepentingan masyarakat desa dan

(29)

9

Berdasarkan permasalahan di atas penulis tertarik untuk meneliti penerapan fungsi legiaslasi Badan Permusyawaratan Desa dalam pembuatan peraturan desa yang ada di Desa Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan fungsi legislasi Badan Permusyawaratan Desa dalam pembuatan peraturan desa yang ada di Desa Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan fungsi legislasi Badan Permusyawaratan Desa dalam pembuatan peraturan desa yang ada di Desa Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu.

D.Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah. 1. Kegunaan teoritis

(30)

2. Kegunaan praktis

(31)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Tentang Perwakilan Politik (Legislasi)

1. Demokrasi Substantif

Secara etimologi, demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata demos (rakyat) dan kratos (pemerintah). Jadi, demokrasi berarti pemerintahan rakyat. Secara umum, demokrasi adalah system pemerintahan yang melibatkan rakyat dalam berlangsungnya pemerintahan. Menurut Abraham Lincoln, demokrasi yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. (www.wikipedia.org)

(32)

Seiring berjalannya demokrasi, Jeff Haynes (2000:137) membagi demokrasi kedalam 3 model berdasarkan penerapannya yaitu:

1. Demokrasi formal, yaitu kesempatan untuk memilih pemerintahannya dengan teratur dimana ada aturan yang mengatur pemilu dalam hal ini pemerintahlah yang mengatur pemilu dengan memperhatikan proses hukumnya. Dengan kata lain ada aturan dan ketentuan yang bermakna untuk menentukan perilaku dari pemilihan umum.

2. Demokrasi permukaan (façade), yaitu demokrasi yang dimana dari luarnya memang demokrasi, tetapi sama sekali tidak memiliki substansi demokrasi. Sebagai gambaran, Pemilu diadakan supaya dilihat oleh orang dunia namun hasilnya adalah demokrasi dengan intensitas rendah yang dalam banyak hal tidak jauh dari sekadar polesan pernis demokrasi yang melapisi struktur politik.

(33)

13

Melihat dari kondisi pemerintahan yang ada di Indonesia, Demokrasi substantiflah yang paling cocok untuk dijalankan. Karena secara substansial sebenarnya demokrasi merupakan sebuah cara hidup yang harus dibagi bersama oleh siapa pun dalam suatu komunitas politik. Pembagian bersama tersebut harus bersifat jujur dan adil. Demokrasi juga berarti perluasan sekaligus konkretisasi kebebasan. Perluasan berarti menjamin kebebasan bagi semua (tidak hanya mereka yang berkecukupan) sedang konkretisasi berarti menjamin kemampuan riil mengakses kebebasan. Kemampuan riil mengakses kebebasan guna meraih fungsi hidup dinamakan dengan kebebasan positif. Demi tercapainya semua ini prinsip kesetaraan perlu dipatenkan pada struktur dasar masyarakat, mulai dari komponen terkecil Negara Indonesia yaitu Desa.

2. Pengertian Pewakilan Politik

Perwakilan politik sebagai hubungan timbal balik antara wakil dan terwakil dapat dikatakan berfungsi apabila kepentingan, kebutuhan dan aspirasi masyarakat terlayani oleh wakil, sehingga masyarakat merasakan keterwakilannya oleh wakil yang dipercayainya. Kondisi tersebut mampu mendorong terwujudnya perwakilan politik yang demokratis.

Menurut Pitkin dalam Napitupulu (2007:11) menyatakan bahwa “Proses

keterwakilan menyangkut dua hal, yakni keterwakilan dari sisi kepentingan

dan keterwakilan dari sisi opini”, yaitu :

“Perwakilan kepentingan berarti wakil rakyat terikat pada kelompok

(34)

psikologis keseluruhan masyarakat. Yang diwakili dalam kepentingan perwakilan adalah individu dan kelompok serta golongan kepentingan yang ada dalam masyarakat sehingga selalu terjadi atau hubungan yang terus menerus antara wakil dan yang diwakili sedangkan perwakilan opini atau simbolik, tidak terbangun hubungan kontak yang kukuh antara

keduanya”

Selain dari pada yang diungkapkan di atas, Pitkin dalam Napitupulu (2007:183) menyatakan bahwa: “Keterwakilan politik atau political representativeness adalah terwakilinya kepentingan anggota masyarakat oleh

wakil-wakil mereka didalam lembaga-lembaga dan proses politik”.

Uraian di atas menjelaskan bahwa dalam keterwakilan politik menggambarkan adanya kepentingan masyarakat yang terwakili oleh wakilnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa perwakilan politik mencakup kepuasan pihak terwakili dalam arti kepentingan dan kebutuhan terlayani atau dapat diwujudkan oleh wakilnya melalui tanggapan yang diberikan oleh sang wakil lewat sikap, tindakannya dalam membuat keputusan atau kebijakan terhadap masalah yang dihadapi oleh masyarakat.

Napitupulu (2007:154) memberikan defenisi perwakilan politik sebagai berikut: “perwakilan politik berarti bahwa satu atau sejumlah orang yang

berwenang membuat keputusan atas nama seseorang, sekelompok orang ataupun keseluruhan anngota masyarakat”.

(35)

15

Pito dkk (2006:102-103) mengemukakan perwakilan lainnya dari beberapa ahli dalam Andrianus(102-103), yang pada intinya mengemukakan bahwa:

“Perwakilan diartikan sebagai proses hubungan diantara dua pihak,

yaitu wakil dengan terwakili dimana wakil memegang kewenangan untuk bertindak sesuai dengan kesepakatan yang dibuatnya dengan terwakili, selain itu wakil harus mampu membuat kebijakan yang menyangkut kepentingan umum sesuai dengan kepentingan pihak terwakil”

Miriam Budiardjo (2009:317) mengartikan perwakilan politik yaitu “merupakan bentuk perwakilan yang merupakan salah satu pilar demokrasi

modern yang melalui prosedur partai politik.”

Pengertian perwakilan yang diuraikan di atas mempertegas bahwa perwakilan menunjukkan suatu hubungan antara pihak wakil dan pihak terwakili yang terwujud dalam hubungan antara lembaga perwakilan dan masyarakat.

3. Pengertian Aspirasi

Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan Aspirasi sebagai harapan dan tujuan untuk keberhasilan yang akan datang. Adapun beraspirasi diartikan bercita-cita, berkeinginan, berhasrat. Pengertian rakyat adalah segenap penduduk suatu negara–sebagai imbangan pemerintah (KBBI). Untuk itu aspirasi rakyat menurut KBBI diartikan sebagai harapan dan tujuan segenap penduduk suatu negara untuk keberhasilan yang akan datang.

(36)

mudah. Teori klasik dari Aristoteles menyatakan politik sebagai usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama sehingga lahirnya lembaga apolitik dapat menjadi acuan dalam menentukan langkah yang sejalan dengan harapan rakyat.

Aspirasi masyarakat dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu:

a. Tuntutan

yaitu keinginan masyarakat yang pemenuhannya harus diperjuangkan melalui cara cara dan menggunakan sarana politik.

b. Dukungan

yaitu setiap perbuatan, sikap, dan pemikiran warga masyarakat yang mendorong pencapaian tujuan, kepentngan dan tindakan pemerintah dalam system politik.

Contoh dukungan sebagai intpu sistem politik adalah memberikan suara dalam pemilu, membayar pajak, mentaati hokum dan peraturan yang ada, dan lain-lain.

c. Sikap Apatis

(37)

17

B.Tinjauan Tentang Pemerintahan Desa

1. Pengertian Pemerintahan Desa

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Pemerintahan Desa adalah:

“penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.”

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. Sedangkan Perangkat Desa terdiri dari Sekertaris Desa dan Perangkat lainnya yaitu pelaksana teknis lapangan dan unsur kewilayahan yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi social budaya setempat. Susunan Organisasi dan tata kerja pemerintah desa ditetapkan berdasarkan peraturan desa.

Tugas pokok dan fungsi pemerintah desa , yaitu:

1. Penyelenggara urusan rumah tangga desa

2. Pelaksanaan tuugas di bidang pembangunan dan pembinaan kmasyarakatan yang menjadi tanggung jawabnya

3. Pelaksanaan pembinaan perkonomian desa

4. Pelaksanaan peningkatan partisipasi dan swadaya gotong royong masyarakat desa

(38)

6. Pelaksanaan pembinaan ketentraman dan ketertiban masyarakat

7. Penyusunan, pengajuan peraturan desa dan menetapkan sebagai peraturan desa bersama BPD

8. Pelaksanaan tugas yang dilimpahkan kepada pemerintah desa.

Dalam Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 2005 Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut nama lain, selanjutanya disingkat BPD, adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai insur penyelenggara pemerintahan desa. Anggota Badan Permusyawaratan Desa terdiri dari Ketua Rukun Warga (RW), Ketua Rukun Tetangga (RT), Pemangku adat, Pemuka Agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya.

2. Tinjauan Tentang Kepala Desa

Kepala desa berkedudukan sebagai alat pemerintahan desa yang memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa. Dengan kedudukan tersebut, kepala desa memiliki posisi yang sangat strategis dalam organisasi pemerintahan desa. Kepala desa merupakan warga asli desa yang dipilih berdasarkan suara warga desanya. Hal ini sesuai dengan isi Undang-Undang No. 32 tahun 2014 pasal 203 yaitu : kepala desa dipilih langsung oleh dan dari penduduk desa warga negara Republik Indonesia yang syarat selanjutnya dan tatacara pemilihannya diatur dengan Perda dan pedoman kepada Peraturan Pemerintah.

Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Desa mempunyai wewenang :

(39)

19

b. mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa;

c. memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan Aset Desa; d. menetapkan Peraturan Desa;

e. menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; f. membina kehidupan masyarakat Desa;

g. membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa;

h. membina dan meningkatkan perekonomian Desa serta mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala produktif untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat Desa;

i. mengembangkan sumber pendapatan Desa;

j. mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa;

k. mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa; l. memanfaatkan teknologi tepat guna;

m. mengoordinasikan Pembangunan Desa secara partisipatif;

n. mewakili Desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

o. melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sedangkan kewajiban seorang Kepala Desa yaitu:

(40)

mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika;

b. meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa;

c. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa; d. menaati dan menegakkan peraturan perundang-undangan; e. melaksanakan kehidupan demokrasi dan berkeadilan gender;

f. melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Desa yang akuntabel, transparan, profesional, efektif dan efisien, bersih, serta bebas dari kolusi, korupsi, dan nepotisme;

g. menjalin kerja sama dan koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan di Desa;

h. menyelenggarakan administrasi Pemerintahan Desa yang baik; i. mengelola Keuangan dan Aset Desa;

j. melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Desa; k. menyelesaikan perselisihan masyarakat di Desa;

l. mengembangkan perekonomian masyarakat Desa;

m. membina dan melestarikan nilai sosial budaya masyarakat Desa; n. memberdayakan masyarakat dan lembaga kemasyarakatan di Desa;

o. mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup; dan

p. memberikan informasi kepada masyarakat Desa.

(41)

21

bertanggung jawab kepada masyarakat melalui Badan Permusyawaratan Desa dan menyampaikan laporan mengenai pelaksanaan tugasnya kepada Bupati dengan tembusan kepada Camat. Pertanggungjawaban dan laporan pelaksanaan tugas Kepala Desa disampaikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun pada setiap akhir tahun anggaran.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Kepala Desa mempunyai tugas pokok memimpin, mengkordinasikan dan mengendalikan Pemerintah Desa dalam melaksanakan sebagian urusan rumah tangga desa, urusan pemerintahan umum, pembangunan dan pembinaan masyarakat serta menjalankan tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

3. Tinjauan Tentang Perangkat Desa

Perangkat Desa merupakan unsur pembantu Kepala Desa dalam menjalankan tugas, wewenang dan kewajiban dalam memimpin Pemerintahan Desa. Hal ini sesuai dengan isi pasal 24 Peraturan Pemerintah nomor 72 tahun 2005 yang menyatakan bahwa Perangkat Desa bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 pasal 12 menyebutkan bahwa Perangkat Desa sebagaimana dimaksud terdiri dari Sekertaris Desa dan Perangkat Desa lainnya. Perangkat Desa lainnya terdiri atas:

a. Sekertariat desa

(42)

Denden Kurnia Drajat (2008) menyebutkan fungsi Sekertariat Desa yaitu:

1. Pemberi saran dan pendapat kepada Kepala Desa

2. Pelaksanaan koordinasi terhadap kegiatan yang dilakukan oleh perangkat desa

3. Pelaksanaan urusan surat menyurat kearsipan dan laporan

4. Pengumpulan bahan, pengevaluasian data dan perumusan program serta petunjuk untuk keperluan pembinaan penyelenggaraan tugas umum Pemerintah Desa, pembangunan dan pembinaan

5. Pengadaan dan pelaksanaan persiapan rapat dan pencatatan hasil-hasil rapat 6. Pengadaan kegiatan inventarisasi (mencatat, mengawasi, memelihara)

kekayaan desa

7. Pelaksanaan pemantauan terhadap kegiatan penyelenggaraan tugas umum emerintahan,pembangunan dan pembinaan masyarakat

8. Pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat dibidang pemerintahan,perekonomian dan kesejahteraan

9. Pengadaan kegiatan pencatatan mutasi tanah dan administrasi pertanahan 10.Pelaksanaan administrasi kepegawaian aparat desa

11.Penyusunan rancangan anggaran penerimaan dan belanja desa

12.Pelaksanaan administrasi kependudukan, pembangunan dan kemasyarakatan

13.Penyusunan program kerja tahunan desa 14.Penyusunan laporan pemerintahan desa

(43)

23

Urusan Pemerintahan mempunyai tugas dalam membantu Sekertaris Desa :

1. Mengumpulkan, mengolah dan mengevaluasi data dibidang pemerintahan, ketentraman dan ketertiban

2. Mengumpulkan bahan dalam rangka pembinaan wilayah dan masyarakat 3. Melaksanakan dan memberikan pelayanan terhadap masyarakat dalam

pembuatan KTP

4. Memberikan pelayanan kepada masyarakat dibidang pemerintahan, ketentraman dan ketertiban

5. Membantu tugas-tugas dibidang pemungutan pajak, retribusi dan pendapatan lain

6. Membantu pelaksanaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemilihan umum berdasarkan ketentuan yang berlaku

7. Melaksanakan, mengawasi serta membina eks tapol C (G30 S/PKI) dan kegiatan sosial politik lainnya

8. Membantu tugas-tugas dibidang pertanahan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku

9. Membantu tugas-tugas dibidang administrasi kependudukan dan catatan sipil

10.Mengumpulkan bahan dan menyusun laporan dibidang pemerintahan 11.Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa.

Unsur Pembangunan mempunyai tugas dalam membantu Sekertaris Desa :

(44)

3. Melaksanakan pencatatan hasil swadaya masyarakat dalam pembangunan desa

4. Menghimpun data potensi desa serta menganalisis dan memeliharanya untuk dikembangkan

5. Melaksanakan pencatatan dan mempersiapkan bahan guna pembuatan daftar usulan rencana proyek usulan kegiatan serta mencatat daftar usulan proyek/usulan kegiatan

6. Membantu koordinasi pelaksanaan pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana disik di lingkungan desa

7. Melakukan administrasi perekonomian dan pembangunan di desa 8. Mengumpulkan bahan dan menyusun laporan di bidang pembangunan 9. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa

Urusan Keuangan mempunyai tugas dalam membantu Sekertaris Desa :

1. Melakukan kegiatan pencatatan mengenai pengjasilan Kepala Desa dan Perangkat Desa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

2. Mengumpulkan dan menganalisis data sumber penghasilan desa untuk dikembangkan

3. Melakukan kegiatan administrasi pajak dan retribusi yang dikelola oleh desa

4. Melakukan kegiatan administrasi keuangan desa

(45)

25

Urusan Umum mempunyai tugas dalam membantu Sekertaris Desa :

1. Melaksanakan, menerima dan mengendalikan surat-surat masuk dan keluar serta melakukan tata kearsipan dan ekspedisi

2. Pelaksanakan pengetikan surat surat hasil persidangan dan rapat-rapat atau naskah lainnya

3. Melaksanakan penyediaan, penyimpanan, dan pendistribusian alat-alat tulis kantor serta pemeliharaan dan perbaikan peralatan kantor

4. Menyusun jadwal serta mengikuti perkembangan pelaksanaan piket

5. Melaksanakan dan mengusahakan ketertiban, kebersihan kantor, dan bangunan lain milik desa

6. Menyelenggarakan pengelolaan administrasi kepegawaian aparat desa 7. Melaksanakan pengelolaan administrasi umum

8. Mencatat inventarisasi kekayaan desa

9. Melaksanakan persiapan penyelenggaraan rapat dan penerimaan tamu dinas serta kegiatan kerumahtanggaan pada umumnya

10.Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa.

Urusan Kesejahteraan Masyarakat mempunyai tugas dalam membatu Sekertaris Desa :

1. Mengumpulkan, mengolah dan mengevaluasi data dibidang kesejahteraan masyarakat

(46)

3. Memberikan pelayanan kepada masyarakat dibidang kesejahteraan masyarakat

4. Membantu melaksanakan bimbingan organisasi kemasyarakatan seperti PKK, karang taruna, pramuka dan lainnya

5. Membina kegiatan pengumpulan zakat, infak dan shdaqah

6. Membantu pelaksanaan pemungutan dana Palang Merah Indonesia

7. Mengumpulkan bahan dan menyusunan laporan dibidang perekonomian pembangunan dan kesejahteraan masyarakat

8. Menyelenggarakan incer\tarisasi penduduk tuna karya, tuna wisma, tuna susila, para penyandang cacat baik mental maupun fisik, yatim piatu, jompo, panti asuhan dan pencatatan dalam rangka memasyarakatkan kembali bekas narapidana

9. Mengikuti perkembangan serta melaporkan tentang keadaan kesehatan masyarakat dan kegiatan lainnya di desa

10.Mengikuti perkembangan serta mencatat kegiatan program kependudukan 11.Melaksanakan kegiatan pencatatan bagi para jemaah haji di desa

12.Melaksanakan kegiatan pencatatan dan perkembangan keagamaan, kegiatan badan amil zakat dan melaksanakan pengurusan administrasi kematian

(47)

27

4. Tinjauan Tentang Badan Permusyawaran Desa

Badan Perwakilan Desa (BPD) yang ada selama ini berubah namanya menjadi Badan Permusyawaratan Desa. BPD merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Desa berperan sebagai pembahas peraturan desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, serta melakukan pengawasan terhadap kinerja kepala desa. Hal ini sesuai isi kandungan dalam pasal 29 Peraturan Pemerintah nomor 72 tahun 2005 Badan Permusyawaratan Desa berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa, serta dalam pasal 34 Peraturan Pemerintah nomor 72 tahun 2005 disebutkan bahwa fungsi dari Badan Permusyawaratan Desa ialah menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Oleh karenanya BPD sebagai Badan Permusyawaratan yang berasal dari masyarakat desa, disamping menjalankan fungsinya sebagai jembatan penghubung antara kepala desa dengan masyarakat desa, juga harus menjalankan fungsi utamanya, yakni fungsi legislasi.

Perubahan ini didasarkan pada kondisi faktual bahwa budaya politik lokal yang berbasis pada filosofi “musyawarah untuk mufakat”. Musyawarah

(48)

Keanggotaan BPD seperti yang disebutkan dalam pasal 210 Undang-Undang No. 32 tahun 2004 adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan yang ditetapkan dengan cara musyawarah mufakat. Anggota BPD terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Masa jabatan anggota BPD adalah 6 (enam) tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. Pimpinan dan Anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa. BPD berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

Dalam PP No.72 tahun 2005 disebutkan bahwa jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 11 (sebelas) orang, dengan memperhatikan luas wilayah, jumlah penduduk dan kemampuan keuangan Desa.

Dalam pasal 37 Peraturan Pemerintah nomor 72 tahun 2005, Anggota BPD mempunyai hak:

a. mengajukan rancangan Peraturan Desa; b. mengajukan pertanyaan;

c. menyampaikan usul dan pendapat; d. memilih dan dipilih; dan

(49)

29

C.Tinjauan Tentang Peraturan Desa

Dalam rangka pengaturan kepentingan masyarakat, maka guna meningkatkan kelancaran dalam penyelenggaraan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan perkembangan dan tuntutan reformasi serta dalam rangka mengimplementasikan pelaksanaan UU No. 32 Th. 2004, ditetapkanlah Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang Desa.

Peraturan Desa dibentuk dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa, dengan demikian maka Peraturan Desa harus merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, serta harus memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakat desa setempat, dalam upaya mencapai tujuan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat jangka panjang, menengah dan jangka pendek. Peraturan Desa dibentuk berdasarkan pada asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik (Pasal 2 Permendagri No. 29 Tahun 2006), meliputi:

a. kejelasan tujuan;

b. kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat; c. kesesuaian antara jenis dan materi muatan; d. dapat dilaksanakan;

e. kedayagunaan dan kehasilgunaan; f. kejelasan rumusan, dan

(50)

A. Materi Muatan Peraturan Desa

1) Materi muatan Peraturan Desa adalah seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pembangunan desa, dan pemberdayaan masyarakat;

2) Materi muatan Peraturan Kepala Desa adalah penjabaran pelaksanaan Peraturan Desa yang bersifat pengaturan;

3) Materi muatan Keputusan Kepala Desa adalah penjabaran pelaksanaan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa yang bersifat penetapan.

4) Materi muatan Peraturan Desa dapat memuat masalah-masalah yang berkembang di desa, antara lain:

a. menetapkan ketentuan-ketentuan yang bersifat mengatur penyelenggaraan pemerintahan desa, pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat Desa;

b. menetapkan segala sesuatu yang menyangkut kepentingan masyarakat desa;

c. menetapkan segala sesuatu yang membebani keuangan desa dan masyarakat desa;

d. menetapkan segala sesuatu yang memuat larangan, kewajiban dan membatasi serta membebani hak-hak masyarakat;

(51)

31

f. Ketentuan-ketentuan yang memberikan suatu kewajiban atau beban kepada masyarakat;

B. Jenis Peraturan Desa

Peraturan Desa merupakan penjabaran lebih lanjut dalam rangka pelaksanaan UU No. 32 Th. 2004 dan PP No. 72 Th. 2005, Peraturan Desa yang wajib dibentuk berdasarkan PP No. 72 Th. 2005 adalah sebagai berikut: 1. Peraturan Desa tentang Pembentukan Dusun (atau sebutan lain) (Pasal3); 2. Peraturan Desa tentang susunan organisasi dan tata kerja pemerintahan

desa (Pasal 12 ayat (5));

3. Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (Pasal 73 ayat (3));

4. Peraturan Desa tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMD) (Pasal 64 ayat (2));

5. Peraturan Desa tentang Pengelolaan Keuangan Desa (Pasal 76);

6. Peraturan Desa tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (Pasal 78 ayat (2)), apabila Pemerintah Desa membentuk BUMD;

7. Peraturan Desa tentang Pembentukan Badan Kerja Sama (Pasa182 ayat (2));

8. Peraturan Desa tentang Pembentukan Lembaga Kemasyaralcatan (Pasal 89 ayat (2)).

(52)

perundang-undangan lainnya yang disesuaikan dengan kondisi sosial budaya setempat, antara lain:

1. Peraturan Desa tentang Pembentukan panitia pencalonan, dan pemilihan Kepala Desa;

2. Peraturan Desa tentang Penetapan yang berhak menggunakan hak pilih dalam pemilihan Kepala Desa;

3. Peraturan Desa tentang Penentuan tanda gambar calon, pelaksanaan kampanye, cara pemilihan dan biaya pelaksanaan pemilihan Kepala Desa;

4. Peraturan Desa tentang Pemberian penghargaan kepada mantan kepala desa dan perangkat desa;

5. Peraturan Desa tentang pPenetapan pengelolaan dan pengaturan pelimpahan/pengalihan fungsi sumber-sumber pendapatan dan kekayaan desa;

6. Peraturan Desa tentang Pungutan desa;

C. Mekanisme Persiapan, Pembahasan, Pengesahan dan penetapan Peraturan Desa

1. Rancangan Peraturan Desa diprakarsai oleh Pemerintah Desa dan dapat berasal dari usul BPD;

(53)

33

3. Rancangan Peraturan Desa dibahas secara bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD;

4. Rancangan Peraturan Desa yang bersal dari Pemerintah Desa, dapat ditarik kembali sebelum dibahas bersama BPD;

5. Rancangan Peraturan Desa yang telah disetujui bersama oleh Kepala Desa dan BPD selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejah tanggal persetujuan bersama, disampaikan oleh Pimpinan BPD kepada Kepala Desa untuk ditetapkan menjadi Peraturan Desa, paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya Rancangan Peraturan Desa tersebut;

6. Peraturan Desa wajib mencantumkan batas waktu penetapan pelaksanaan; 7. Peraturan Desa sejak ditetapkan, dinyatakan mulai berlaku dan

mem-punyai kekuatan hukum yang mengikat, kecuali ditentukan lain di dalam Peraturan Desa tersebut, dan t.idak boleh berlaku surut;

8. Peraturan Desa yang telah ditetapkan, disampaikan oleh Kepala Desa kepada Camat sebagai bahan pembinaan dan pengawasan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan;

9. Khusus Rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, pungutan, dan penataan ruang, yang telah disetujui bersama dengan BPD

D. Sidang/Rapat Pembahasan Dan Penetapan Peraturan Desa

(54)

b. Naskah Rancangan Peraturan Desa yang berasal dari BPD, disampaikan kepada Pemerintah Desa selambat-lambatnya 3 (tiga) hari atau tiga kali 24 jam sebelum Rapat Pembahasan;

c. Pemerintah Desa dan BPD mengadakan rapat pembahasan yang harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota BPD dan rapat dianggap tidalz sah apabila jumlah anggota BPD yang hadir kurang dari ketentuan tersebut;

d. Apabila rapat BPD dinyatakan tidak sah , Kepala Desa dan Ketua BPD menentukan waktu untuk mengadakan rapat berikutnya dengan meminta persetujuan Camat selambat-lambatnya 3 hari setelah rapat pertama; e. Rapat pembahasan Rancangan Peraturan Desa dapat dihadiri oleh lembaga

kemasyarakatan dan pihak-pihak terkait sebagai peninjau;

f. Pengambilan keputusan dalam persetujuan Rancangan Peraturan Desa dilaksanakan melalui musyawarah mufakat;

g. Apabila dalam musyawarah mufakat tidak mendapatlzan kesepakatan yang bulat, dapat diambil voting berdasarkan suara terbanyak;

h. Persetujuan terhadap Rancangan Peraturan Desa menjadi Peraturan Desa dituangkan dalam Berita Acara Rapat Pembahasan Rancangan Peraturan Desa;

(55)

35

tanda tangan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya Rancangan Peraturan Desa tersebut;

j. Peraturan Desa dimuat dalam Berita Daerah oleh Sekretaris Daerah dan disebarluaskan oleh Pemerintah Desa (Pasa160 PP No. 72 Th. 2005);

E. Teknik Penyusunan

Kerangka struktur Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa terdiri dari:

1. Penamaan/Judul 2. Pembukaan 3. Batang Tubuh 4. Penutup

(56)

D.Kerangka Pikir

Proses pembuatan Peraturan Desa oleh BPD dapat dilakukan melalui proses penyerapan aspirasi dari warga. Proses tersebut dilakukan jika berkaitan dengan masyarakat atau yang akan melibatkan masyarakat. Pada pelaksanaannya, pembuatan Peraturan Desa usul dan inisiatif dapat muncul bergantian antara Pemerintah Desa dan BPD. Dalam pembuatan kebijakan desa, bargaining position aktor yang terlibat di dalamnya sangat menentukan terhadap hasil

(57)

37

diemban oleh BPD, sehingga masyarakat tidak bias memaksimalkan haknya. Dengan demikian, tidak akan ada check and balance anara keduanya.

Untuk menganalisis lebih lanjut mengenai masalah dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori perwakilan politik untuk menganalisis masalah yang ada. Napitupulu (2007:154) memberikan defenisi perwakilan politik sebagai berikut: “perwakilan politik berarti bahwa satu atau sejumlah orang yang berwenang

membuat keputusan atas nama seseorang, sekelompok orang ataupun keseluruhan anngota masyarakat”.

Untuk menjalankan fungsinya sebagai lembaga legislasi, BPD perlu melakukan beberapa strategi guna mendukung terlaksananya fungsi tersebut. Misalnya melakukan pengajian tingkat desa, Musrenbang dan sebagainya. Adanya forum warga tersebut, besar harapan bagi BPD untuk menerima masukan maupun tuntutan dari masyarakat yang ada.

Pitkin dalam Napitupulu (2007:183) menyatakan bahwa: “Keterwakilan politik

atau political representativeness adalah terwakilinya kepentingan anggota masyarakat oleh wakil-wakil mereka didalam lembaga-lembaga dan proses politik”.

(58)

Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam hal penerapan fungsi legislasi BPD dalam pembuatan peraturan desa memiliki relevansi dengan teori perwakilan politik oleh Paimin Napitupulu.

Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:

Gambar1. Bagan Kerangka Pikir Penerapan Fungsi Legislasi Badan

Permusyawaratan Desa dalam Pembuatan Peraturan Desa

Sesuai dengan fungsi Badan Permusyawaratan Desa

Fungsi BPD dalam pembuatan Peraturan Desa :

Fungsi Legislasi :

a. merancang dan menetapkan rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa;

b. menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

(59)

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Data-data serta argumentasi yang dibangun dalam penelitian ini, menggunakan tipe penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif. Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu memperoleh gambaran tentang penerapan fungsi legislasi Badan Permusyawaratan Desa dalam pembuatan peraturan desa di Desa Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.

(60)

(1999:171) menurutnya jenis penelitian ini bersifat atau memiliki karakteristik bahwa data dinyatakan dalam keadaan yang sewajarnya atau sebagaimana adanya (natural setting) dengan tidak mengubah ke dalam bentuk simbol-simbol atau bilangan. Penelitian kualitatif sebagai suatu konsep keseluruhan untuk dapat mendapatkan jawaban-jawaban tertentu dilakukan dengan menghimpun data dalam keadaan sewajarnya dan mempergunakan cara kerja yang sistematik, terarah dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga tidak kehilangan sifat alamiahnya.

Pertimbangan lain dalam penelitian yang bersifat kualitatif ini adalah bahwa dalam penelitian kualitatif ini tidak hanya mengungkapkan peristiwa riil yang bisa dikuantifikasikan, tetapi lebih dari itu hasilnya diharapkan dapat mengungkapkan nilai-nilai tersembunyi. Selain itu penelitian ini akan lebih peka terhadap informasi yang bersifat kualitatif deskiriptif dengan secara relatif berusaha mempertahankan keutuhan dari objek yang diteliti.

Peneliti tertarik melakukan penelitian dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dikarenakan sependapat dengan Bogdan dan Taylor dalam Hadari Nawawi (1994:49) bahwa pandekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dengan orang-orang yang prilakunya dapat diamati. Berkaitan dengan penelitian yang peneliti lakukan, peneliti mencoba menggambarkan bagaimanakah Penerapan Fungsi Legislasi Badan Permusyawaratan Desa dalam Pembuatan

(61)

41

B. Fokus Penelitian

Pada penelitian ini berfokus pada penerapan fungsi legislasi Badan Permusyawaratan Desa dalam pembuatan peraturan desa di desa Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu. Penulis memfokuskan dan membatasi pengumpulan data dapat dipandang kemanfaatanya sebagai reduksi data yang sudah diantisipasi sebelumnya merupakan pra analisis yang mengesampingkan variabel-variabel dan berkaitan untuk menghindari pengumpulan data yang berlimpah. Penerapan fungsi legislasi Badan Permusyawaratan Desa dalam teori perwakilan politik dapat digambarkan melalui beberapa indikator fungsi legislasi BPD, sebagai berikut :

a) Merancang dan menetapkan rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa.

b) Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

C. Jenis Data Penelitian

1. Data Primer

(62)

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang digunakan untuk mendukung dan mencari fakta yang sebenarnya hasil dari wawancara mendalam yang telah dilakukan maupun mengecek kembali data yang sudah ada sebelumnya. Data tersebut bersumber dari dokumentasi berupa surat kabar, buku, situs internet.

D. Informan

Moleong (2002) kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Hasil wawancara dengan beberapa informan diharapkan dapat terungkap kata-kata dan tindakan yang diharapkan. Informan dalam penelitian ini peneliti khususkan pada :

1. Anggota Badan Permusyawaratan Desa Banyumas 2. Kepala Desa Banyumas

3. Perangkat Desa banyumas 4. Masyarakat Desa Banyumas

E. Pengumpulan Data

a. Wawancara mendalam (indepth interview)

(63)

43

dan pertanyaan tersebut bisa berkembang sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan dan kedalaman data yang ingin diperoleh.

b.Observasi

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan mengamati terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di lokasi penelitian. Melalui teknik ini diharapkan akan mendapatkan gambaran yang lebih lengkap dan menyeluruh mengenai obyek yang diamati. Observasi dilakukan untuk mengamati penerapan fungsi legislasi Badan Permusyawaratan Desa dalam pembuatan peraturan desa.

c. Dokumentasi

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menelaah dokumen, arsip, maupun referensi yang mempunyai relevansi dengan tema penelitian, seperti Perdes Banyumas dan data lain yang relevan dengan penelitian ini.

F. Teknik Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan teknik sebagai berikut:

(64)

diantaranya kurang atau terlewatkan, tumpang tindih, berlebih bahkan terlupakan.

2. Kategorisasi, yaitu tahap penyusunan data kedalam bentuk kategori tertentu yang telah diproses dan disusun dalam suatu pola tertentu secara berurutan agar sesuai dengan tujuan penelitian, dan

3. Interpretasi data, pada tahap ini peneliti memberi penafsiran atau penjabaran dari tabel atau hasil perhitungan data untuk dicari makna yang lebih luas dengan menghubungkan jawaban yang di perlukan dengan data lain.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan mulai sejak awal sampai sepanjang proses penelitian berlangsung. Penelitian kualitatif ini menggunakan analisis data secara induktif, dengan beberapa alasan. Pertama, proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan sebagaimana yang terdapat dalam realita. Kedua, analisis induktif lebih dapat membuat lingkungan peneliti menjadi eksplisit serta dapat dikembangkan. Ketiga, analisis induktif lebih dapat menguraikan latar secara penuh dan dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat tidaknya pengalihan kepada suatu latar lainnya.

(65)

45

a. Reduksi Data

Reduksi data dimaksudkan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data atau proses transformasi ini berlanjut terus sesudah penelitian lapangan sampai laporan akhir secara lengkap tersusun.

b.Penyajian Data

Penyajian data atau display data dimaksudkan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajian-penyajian data dapat dipahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan bagi peneliti melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian, sehingga dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan. Penyajian data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menggunakan tabel, bagan (chart) dan kumpulan kalimat. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih, dengan demikian peneliti dapat melihat apa yang terjadi dan menarik kesimpulan yang tepat.

c. Menarik Kesimpulan/Verifikasi

(66)

mencatat, atau suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan atau peninjauan kembali serta tukar pikiran di antara teman sejawat untuk mengembangkan ”kesempatan inter subjektif”, dengan kata lain makna yang

(67)

BAB IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A.Sejarah Berdirinya Desa Banyumas

Desa Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu desa yang bertekad untuk mewujudkan program pemerintah yang maju, yang lebih baik, melalui pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan desa merupakan bagian dari pembangunan daerah Nasional. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah memberikan kewenangan yang luas kepada desa untuk melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan yang sifatnya multi sektoral.

Desa Banyumas berdiri mulai tahun 1950-an. Dibuka olah beberapa warga dengan tujuan untuk dijadikan tempat tinggal, perkebunan, dan pertanian dengan tingkat ekonomi masyarakat yang masih berada di tingkat menengah kebawah. Jumlah penduduk Desa Banyumas adalah 817 KK dan 3797 jiwa, dengan kondisi jumlah penduduk yang padat, Desa Banyumas dibagi atau dimekarkan menjadi 4 dusun.

(68)

Saat ini Desa Banyumas dipimpin oleh seorang Kepala Desa yaitu Bapak Wasino dan Bapak Teguh Yuwono sebagai Juru Tulis atau Sekertaris Desa. Dilengkapi dengan perangkat serta lembaga-lembaga pemberdayaan masyarakat lainnya. Badan Permusyawaratan Desa di Desa Banyumas biasa disebut Badan Hippun Pemekonan atau disingkat dengan BHP yng diketuai Bapak A. Romli Mahrub, S.E dan Bapak Ismungin, S.Pd sebagai wakilnya serta 5 anggota lainnya.

B.Kondisi Umum Desa Banyumas

1. Luas Wilayah dan Infrastruktur Desa Banyumas

Desa Banyumas merupakan salah satu desa di Kecamatan Banyumas sekaligus menjadi ibukota Kecamatan Banyumas. Lama perjalanan yang ditempuh untuk sampai ke Desa Banyumas dari Kabupaten Pringsewu adalah 30 menit perjalanan dengan menggunakan sepeda motor. Luas Wilayah Desa Banyumas adalah 370 Ha dengan 50% dari luas wilayah digunakan sebagai lahan pertanian/perkebunan dan perikanan dengan rincian sebagai berikut :

Padi sawah : 60 Ha

Kakao/coklat : 70 Ha

Karet : 25 Ha

Sawit : 11 Ha

(69)

49

Desa Banyumas juga telah dilengkapi bangunan infrastruktur dengan rincian sebagai berikut :

Balai Pekon : 1 Unit Puskesmas : 1 Unit Puskesmas Pembantu : 1 Unit Klinik Praktek : 1 Unit Tempat Praktek Bidan : 1 Unit

PAUD : 1 Unit

TK : 1 Unit

Sekolah Dasar : 1 Unit

SMK : 1 Unit

Jalan Aspal : 6 Km

Jalan Tanah : 5 Km

2. Jumlah dan Kondisi Penduduk

Penduduk merupakan elemen utama dalam sebuah perkembangan dan kegiatan pembangunan suatu desa. Adapun jumlah penduduk Desa Banyumas sebagai berikut :

Jumlah Kepala Keluarga : 817 KK Jumlah Penduduk : 3797 orang

dengan rincian yaitu :

Laki-Laki : 2017 orang

(70)

Penduduk Desa Banyumas terdiri dari beragam agama dan etnis suku dengan rincian sebagai berikut :

Agama:

Agama Islam : 3600 orang Agama Kristen : 17 orang Agama Hindu : 190 orang

Etnis/Suku:

Lampung : 20 orang

Jawa : 3753 orang

Padang : 5 orang

Batak : 4 orang

Sunda/Banten : 15 orang

C.Struktur Organisasi Pemerintah Desa Banyumas

Pemerintahan Desa Banyumas dipimpin oleh seorang Kepala Desa dan dibantu oleh Sekertaris Desa/Juru Tulis, Kepala Urusan Pemerintahan, Kepala Urusan Pembangunan, Kepala Urusan Umum, Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat, Kepala Urusan Keuangan, 4 Kepala Dusun serta 13 Ketua RT.

(71)

51

Bagan struktur organisasi Pemerintahan Desa Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu

Gambar 2. Bagan Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Banyumas (Sumber : Data Pemerintahan Desa Banyumas Tahun 2014)

(72)

D.Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi, Hak dan Kewajiban BHP Banyumas

1. Struktur Organisasi Badan Hippun Pemekonan Banyumas

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 pasal 31 tentang Badan Permusyawaratan Desa disebutkan bahwa jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 11 (sebelas) orang, dengan memperhatikan luas wilayah, jumlah penduduk dan kemampuan keuangan desa. Berdasarkan penjelasan tersebut maka jumlah anggota BHP di Desa Banyumas adalah 7 (tujuh) orang. BPD Banyumas dipimpin oleh bapak Ahmad Romli Mahbub, S.E dengan wakilnya bapak Ismungin A. Ma.Pd. Adapun susunan organisasi BHP Banyumas adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Susunan Organisasi BHP Banyumas

No Nama Jabatan

1 Ahmad Romli Mahbub, S.E Ketua

2 Ismungin A, Ma.Pd Wakil Ketua

3 Sukardi, S.Pd Sekretaris

4 Muhammad Syukur Bendahara

5 Suswono Anggota

6 Warsito Anggota

7 Ratiman Anggota

(73)

53

Bagan struktur organisasi BHP Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu

Gambar 3. Bagan Struktur Organisasi BHP Banyumas (Sumber : Data Pemerintahan Desa Banyumas Tahun 2014)

2. Tugas Pokok dan Fungsi Badan Hippun Pemekonan Banyumas

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 pasal 34 tentang Badan Permusyawaratan Desa disebutkan bahwa BPD berfungsi menetapkan peraturan desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

3. Hak dan Kewajiban Badan Hippun Pemekonan Banyumas

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 pasal 37 tentang Badan Permusyawaratan Desa disebutkan bahwa hak anggota BPD adalah :

a. Mengajukan rancangan peraturan desa,

(74)

b. Mengajukan pertanyaan,

c. Menyampaikan usul dan pendapat, d. Memilih dan dipilih, dan

e. Memperoleh tunjangan.

Anggota BPD mempunyai kewajiban :

a. Mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dan menaati segala peraturan perundang-undangan;

b. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa;

c. Mempertahankan dan memelihara hokum nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

d. Menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat;

e. Memproses pemilihan Kepala Desa;

f. Mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongn;

g. Menghormati nilai-nilai social budaya dan adat istiadat masyarakat setempat; dan

(75)

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Penerapan fungsi legislasi Badan permusyawaratan Desa dalam pembuatan peraturan desa dapat dilihat dari dua indikator, yang pertama yaitu dari proses perancangan dan penetapan rancangan peraturan desa antara BPD sebagai lembaga legislatif bersama Kepala Desa sebagai lembaga eksekutif dan yang kedua adalah dari proses menggali, menampung, menghimpun, merumuskan, menyalurkan aspirasi masyarakat.

Berdasarkan dua indikator di atas maka penulis dapat menyimpulkan hasil dari penelitian ini mengenai penerapan fungsi legislasi Badan Permusyawaratan Desa dalam pembuatan peraturan desa di Desa Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu sebagai berikut :

1. Proses perancangan dan penetapan peraturan desa berjalan kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari tahapan yang dilakukan oleh Badan Hippun Pemekonan Banyumas dalam pembuatan peraturan desa masih terdapat beberapa kekurangan dan hambatan.

Gambar

Gambar1. Bagan Kerangka Pikir
Gambar 2. Bagan Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Banyumas (Sumber : Data Pemerintahan Desa Banyumas Tahun 2014)
Tabel 1. Susunan Organisasi BHP Banyumas
Gambar 3. Bagan Struktur Organisasi BHP Banyumas (Sumber : Data Pemerintahan Desa Banyumas Tahun 2014)

Referensi

Dokumen terkait

maka dapat disimpulkan bahwa di dalam pelaksanaan pembentukan Peraturan Desa, Peran anggota Badan Permusyawaratan Desa di Desa Plosorejo tidak sesuai dengan fungsi, tugas

Hasil penelitian Analisis fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD dalam membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan

Hasil penelitian Analisis fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD dalam membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan

Tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui pelaksanaan fungsi Badan Permusyawaratan Desa di Desa Watubula Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi. Teknik

Untuk memberikan gambaran tentang pelaksanaan Fungsi BPD (Badan Permusyawaratan Desa) di Desa Lasiroku Kecamatan Iwoimendaa Kabupaten Kolaka, sebagai salah satu

Fungsi pengawasan yang dilakukan Badan Permusyawaratan Desa Sinaka, dalam menjalankan pengawasan pelaksanaan peraturan desa, pengawasan terhadap kinerja anggaran

Mengingat telah berjalannya dengan baik (optimal) fungsi pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) di Desa Telaga Sari seperti pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa,

Pelaksanaan fungsi keterwakilan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) di Desa Bolaromang belum bisa menjalankan fungsinya sebagaimana yang diharapkan karena antara Badan