Frida Octavia Purnomo
ABSTRAK
EFEKTIVITAS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT-NONELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN
KETERAMPILAN BERPIKIR LANCAR
Oleh
DEBIE MAULIDA YANTI
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam meningkatkan keterampilan berpikir lancar pada materi larutan elektrolit-nonelektrolit. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 2 Metro Tahun Pelajaran 2013-2014. Pengambilan sampel di-lakukan dengan teknikpurposive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah ke-las X1dan X2. Metode pada penelitian ini adalah kuasi eksperimen denganNon
Equivalent Control Group Design. Efektivitas model pembelajaran inkuiri
terbim-bing ditunjukkan oleh perbedaann-Gainyang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-ratan-Gain keteram-pilan berpikir lancar pada kelas kontrol dan kelas eksperimen sebesar 0,36 dan 0,54. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbim-bing pada materi larutan elektrolit-nonelektrolit efektif dalam meningkatkan kete-rampilan berpikir lancar.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Natar, pada tanggal 29 Agustus 1992 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, buah kasih pasangan Bapak Sriyanto dan Ibu Nuridah.
Pendidikan formal diawali pada tahun 1996 di TK Almardiyyah diselesaikan ta-hun 1998, kemudian jenjang SD diselesaikan di SDN 5 Merak Batin Natar pada tahun 2004, setelah itu melanjutkan jenjang sekolah di SMP Negeri 1 Natar dan selesai pada tahun 2007, serta meneruskan pendidikkan di SMA Negeri 13 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2010.
MOTO
Betapapun musibah datang bertubi-tubi
Pastilah ada solusi dikemudian hari, karena selalu ada
harapan dalam setiap rintangan
(Dr. A idh Al-Qarni)
Yakinlah bahwa segala sesuatu yang diberikan Allah SWT
kepada kita adalah yang terbaik
SANWACANA
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat diselesaikan skripsi yang berjudul“Efektivitas Inkuiri terbim-bing pada Materi Larutan Elektrolit-Nonelektrolit untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Lancar”sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi besar Muhammad SAW, yang menjadi suri tauladan bagi umat manusia.
Pada kesempatan ini disampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia sekaligus pembahas atas kesediannya untuk memberikan motivasi, bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian kuliah dan penyusunan skripsi. 4. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., selaku Pembimbing I atas kesediaan, keikhlasan,
dan kesabarannya memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses perbaikan skripsi ini.
6. Ibu Siti Munaroh, S.Pd selaku guru mitra atas waktu yang telah diberikan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
7. Bapak dan ibu dewan guru, staf TU SMA Negeri 2 Metro yang sudi menerima keberadaan penulis selama penelitian.
8. Ibu dan Bapak. Terima kasih atas ridho, doa dan semangat yang selalu meng-iringi langkah anaknya meraih cita-cita.
9. Kakak dan adikku, terimakasih atas semangat dan doa yang telah diberikan. 10. Rekan seperjuanganku Oktia Wulandari, Kenia Mahargiyani, dan Ali Rifai.
Terima kasih atas kerja sama dan dukungannya selama penyusunan skripsi ini. 11. Keluarga “Wink”Nisa, Fuah, Wanti, Eva, Revi, Arif, dan Yuda . Terima kasih
atas dukungan, doa, dan semangat yang telah diberikan. You are best friend forever.
12. Teman-temanku, Kakak tingkat dan Adik tingkatku di Pendidikan Kimia. Terima kasih atas dukungan, doa, dan semangat yang telah diberikan
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan berupa rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.
Bandar Lampung, 2014 Penulis,
i DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... vi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Ruang Lingkup ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme ... 7
B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing... 11
C. Keterampilan Berpikir Kreatif ... 14
D. Analisis Konsep Materi Larutan Elektrolit-Nonelektrolit ... 18
E. Kerangka Pemikiran ... 21
F. Anggapan Dasar ... 22
G. Hipotesis ... 22
III. METODELOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 23
ii
C. Metode dan Desain Penelitian ... 24
D. Variabel Penelitian ... 24
E. Instrumen Penelitian dan Validitas Instrumen ... 25
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 26
G. Teknik Analisis Data ... 28
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 34
B. Pembahasan... 39
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 48
B. Saran ... 48
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Analisis SKL-KI-KD ... 51
2. Silabus Kelas Eksperimen... 61
3. RPP Kelas Eksperimen ... 74
4. LKS ... 91
5. Kisi-kisi Soal Pretes dan Postes ... 120
6. Soal Pretes... 127
7. Soal Postes ... 132
8. Rubrik Penilaian Soal Pretes dan Postes ... 137
9. Rubrik Penilaian Afektif Siswa ... 148
10. Data Penilaian Afektif Siswa Kelas Eksperimen... 151
iii
12. Data Penilaian Psikomotor Siswa Kelas Eksperimen ... 159
13. Lembar Observasi Kinerja Guru ... 161
14. Data Pemeriksaan Jawaban Pretes dan Postes ... 167
15. Data Nilai Pretes, Postes dan n-Gain ... 179
16. Perhitungan ... 180
iv DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing... 13
2. Perilaku siswa dalam keterampilan kognitif kreatif... 16
3. Indikator kemampuan berpikir kreatif ... 16
4. Analisis konsep materi larutan elektrolit-nonelektrolit... 19
5. Desain penelitian... 24
6. Hasil Uji normalitas nilai pretes siswa... 35
7. Hasil Uji homogenitas nilai pretes siswa ... 36
8. Hasil Uji kesamaan dua rata-rata nilai pretes siswa... 36
9. Hasil Uji normalitasn-Gainsiswa ... 37
10. Hasil Uji homogenitasn-Gainsiswa ... 38
11. Hasil Uji perbedaan dua rata-ratan-Gainsiswa ... 38
12. Data nilai pretes dan postes siswa... 180
13. Daftar distribusi frekuensi nilai pretes siswa pada kelas kontrol... 182
14. Uji normalitas pretes kelas kontrol ... 184
15. Daftar distribusi frekuensi nilai pretes siswa pada kelas eksperimen ... 186
16. Uji normalitas pretes kelas eksperimen ... 188
17. Data nilai n-Gain siswa ... 191
vi DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Prosedur pelaksanaan penelitian ... 27 2. Rata-rata nilai pretes dan postes keterampilan berpikir lancar siswa kelas
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu cabang ilmu sains dipelajari pada jenjang SMA adalah ilmu kimia. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat; meliputi struktur, komposisi, dan sifat; dinamika, kinetika, dan energetika; yang melibat-kan keterampilan dan penalaran (Tim Penyusun, 2006). Konten ilmu kimia yang berupa konsep, hukum, dan teori, pada dasarnya merupakan produk dari rang-kaian proses menggunakan sikap ilmiah. Oleh sebab itu, pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik kimia sebagai proses, produk dan sikap (Fadiawati, 2011).
2
terbagi menjadi lima indikator, yaitu berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir orisinil, berpikir elaboratif dan berpikir evaluatif (Munandar, 2008). Keteram-pilan berpikir kreatif juga menjadi salah satu Standar Kompetensi Lulusan pada kurikulum 2013 untuk dimensi keterampilan, yaitu siswa diharapkan memiliki kemampuan berpikir dan tindakan yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri (Tim Penyusun, 2013a).
3
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing, karena beberapa keterampilan berpikir kreatif seperti keteram-pilan berpikir lancar dapat diterapkan pada tahapan-tahapan model pembelajaran ini. Model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki lima tahapan yaitu pembel-ajaran dimulai dengan memberikan pertanyaan atau permasalahan. Setelah masa-lah diungkapkan, siswa mengembangkan pendapatnya dalam bentuk hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Langkah selanjutnya siswa mengumpulkan data-data dengan melakukan percobaan dan telaah literatur. Siswa kemudian mengana-lisis data untuk meyakinkan bahwa hipotesisnya tersebut benar, tepat dan rasional; langkah terakhir menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan (Gulo dalam Trianto, 2010).
Berdasarkan kurikulum 2013, siswa harus menguasai Kompetensi Inti (KI) pada setiap jenjang pendidikannya dan KI ini dijabarkan dalam bentuk Kompetensi Dasar (KD). KD yang harus dikuasai pada kelas X IPA semester genap adalah KD 3.8 yaitu, menganalisis sifat larutan elektrolit-nonelektrolit berdasarkan daya hantar listriknya serta KD 4.8 yaitu, merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan untuk mengetahui sifat larutan elektrolit-non-elektrolit.
4
siswa dilatih untuk berhipotesis, mengumpulkan data melalui percobaan, meng-analisisnya untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang telah mereka buat dan membuat kesimpulan. Dengan demikian pembelajaran materi larutan elektrolit-nonelektrolit menggunakan model inkuiri terbimbing akan dapat melatih keteram-pilan berpikir kreatif siswa khususnya keteramketeram-pilan berpikir lancar. Keteramketeram-pilan berpikir lancar merupakan salah satu indikator keterampilan berpikir kreatif yang akan diteliti, meliputi mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masa-lah atau jawaban; memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal; selalu memikirkan lebih dari satu jawaban (Munandar, 2008).
Menurut hasil penelitian yang mengkaji penerapan pembelajaran inkuiri terbim-bing yaitu Andalan (2013) yang meneliti model pembelajaran inkuiri terbimterbim-bing untuk meningkatkan keterampilan berpikir lancar siswa SMA Negeri 7
Bandarlampung pada materi koloid. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desainNon Equivalence Control Group Design. Dari analisisn-Gainmenunjukkan bahwa peningkatan keterampilan berpikir lancar dengan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dilakukan penelitian
5
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi larutan elektrolit-nonelektrolit dalam meningkatkan keterampilan berpikir lancar? C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
Untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi larutan elektrolit-nonelektrolit dalam meningkatkan keterampilan berpikir lancar.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa
Dengan diterapkannya model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam kegiatan belajar mengajar akan memberikan pengalaman baru bagi siswa dalam
memecahkan masalah kimia dan meningkatkan keterampilan berpikir kreatif khususnya keterampilan berpikir lancar.
2. Bagi guru
Model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat menjadi salah satu alternatif model pembelajaran yang inovatif dan kreatif.
3. Bagi Sekolah
6
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing dikatakan efektif meningkatkan ke-trampilan berpikir lancar siswa, apabila secara statistik ada perbedaann-Gain yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen (Nuraeni dkk, 2010).
2. Model pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan dalam penelitian ini menurut Gulo (Trianto, 2010) yang terdiri dari 5 fase, yaitu; mengajukan pertanyaan atau permasalahan (fase 1), merumuskan hipotesis (fase 2), mengumpulkan data (fase 3), menganalisis data (fase 4), dan menarik kesimpulan (fase 5).
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Konstruktivisme
Belajar adalah proses perubahan seseorang yang diperoleh dari pengalamannya sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir se-seorang dalam menghadapi suatu keadaan pada waktu sebelum dan sesudah me-ngalami proses belajar (Dahar, 1989). Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi di-proses di dalam pikiran siswa. Berdasarkan suatu teori belajar, diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih meningkatkan perolehan siswa sebagai hasil belajar.
Teori belajar yang berlandaskan kontruktivisme adalah teori belajar menurut Piaget. Menurut Piaget dalam Baharuddin dan Wahyuni (2010):
Manusia memiliki struktur dalam otaknya, seperti sebuah kotak-kotak yang masing-masing mempunyai makna yang berbeda-beda. Pengalaman yang sama bagi seseorang akan dimaknai berbeda oleh masing-masing individu dan disimpan di dalam kotak yang berbeda. Setiap pengalaman baru akan dihubungkan dengan kotak-kotak atau struktur pengetahuan dalam otak manusia. Oleh karena itu, pada saat manusia belajar, menurut Piaget, sebenarnya telah terjadi dua proses dalam dirinya, yaitu proses organisasi informasi dan proses adaptasi.
8
siap untuk diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Para penganut konstruktivisme percaya bahwa pengetahuan itu telah ada pada diri seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak sang guru ke otak siswa. Siswa sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan pada pengalaman-pengalaman me-reka sebelumnya (Lobach dan Tobin dalam Suparno, 2006). Pengalaman ini tidak harus berupa pengalaman fisik semata namun termasuk juga pengalaman kognitif dan pengalaman mental. Banyaknya siswa yang salah menangkap apa yang dia-jarkan oleh gurunya memperlihatkan bahwa pengetahuan memang tidak dapat di-pindahkan begitu saja. Siswa masih harus mengonstruksi atau minimal mengin-terpretasi pengetahuan tersebut dalam dirinya. Dalam teori belajar konstruktivis-me, guru hanya berperan sebagai fasilitator yang memotivasi siswa untuk mem-peroleh pengetahuan sendiri agar siswa dapat terlatih belajar secara aktif. Infor-masi yang telah diperoleh, selanjutnya akan dikonstruksi sendiri oleh siswa men-jadi suatu pengalaman baru baginya (Husamah dan Yanur, 2013).
Slavin (Syamsuri, 2011) mengemukakan, teori-teori baru dalam psikologi pen-didikan dikelompokkan dalam teori pembelajaran konstruktivis (constructivist theories of learning). Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus
9
sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner.
Menurut Piaget dalam Dahar (1989), dasar dari belajar adalah aktivitas yang ter-jadi apabila anak berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya. Pertumbuhan anak merupakan suatu proses sosial. Anak tidak berinteraksi deng-an lingkungdeng-an fisiknya sebagai suatu individu terikat, tetapi sebagai bagideng-an dari kelompok sosial. Akibatnya lingkungan sosialnya berada diantara anak dengan lingkungan fisiknya. Interaksi anak dengan orang lain memainkan peranan pen-ting dalam mengembangkan pandangannya terhadap alam. Melalui pertukaran ide-ide dengan orang lain, anak yang tadinya memiliki pandangan subyektif ter-hadap sesuatu yang diamatinya akan berubah pandangannya menjadi obyektif. Aktivitas mental anak terorganisasi dalam suatu struktur kegiatan mental yang disebut skema atau pola tingkah laku. Dalam perkembangan intelektual ada tiga hal penting yang menjadi perhatian Piaget yaitu struktur, isi dan fungsi.
a. Struktur, memandang ada hubungan fungsional antara tindakan fisik, tindakan mental dan perkembangan logis anak-anak. Tindakan menuju pada operasi-operasi dan operasi-operasi menuju pada perkembangan struktur-struktur.
b. Isi, merupakan pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang
dihadapinya.
c. Fungsi, adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan intelektual.
10
sistem-sistem yang teratur dan berhubungan, sedangkan adaptasi, terhadap lingku-ngan dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi. Lebih lanjut, Piaget mengemukakan bahwa dalam proses asimilasi seseorang menggunakan struktur atau kemampuan yang sudah ada untuk menanggapi masalah yang di-hadapinya dalam lingkungannya sedangkan dalam proses akomodasi seseorang memerlukan modifikasi struktur mental yang ada dalam mengadakan respons ter-hadap tantangan lingkungannya.
Bruner menganggap bahwa belajar itu meliputi tiga proses kognitif, yaitu mempe-roleh informasi baru, transformasi pengetahuan, dan menguji relevansi atau kete-patan pengetahuan. Pandangannya terhadap belajar yang disebutnya sebagai kon-septualisme instrumental itu didasarkan pada dua prinsip, yaitu pengetahuan orang tentang alam yang didasarkan pada model-model mengenai kenyataan yang diba-ngunnya, dan model itu mula-mula diadopsi dari kebudayaan seseorang, kemudi-an model-model itu diadaptasikkemudi-an pada kegunakemudi-an bagi seseorkemudi-ang tersebut (Dahar, 1989).
11
B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiryyang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan pe-nyelidikan terhadap obyek pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan obser-vasi atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah dengan bertanya dan mencari tahu (Roestiyah, 2001).
Menurut Gulo (Trianto, 2010) inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri pene-muannya dengan penuh percaya diri. Pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbim-bing adalah sebagai berikut:
1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan
Kegiatan metode pembelajaran inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.
2. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi per-masalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru membimbing siswa menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.
3. Mengumpulkan data
Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Guru membimbing siswa untuk menentukan langkah-langkah pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel atau grafik.
4. Analisis data
12
5. Membuat kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inquiri adalah membuat kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh siswa.
Model inkuiri terbimbing merupakan salah satu model pembelajaran yang meni-tikberatkan kepada aktifitas siswa dalam proses belajar. Tujuan umum dari pem-belajaran inkuiri terbimbing adalah untuk membantu siswa mengembangkan kete-rampilan berpikir intelektual dan ketekete-rampilan lainnya seperti mengajukan perta-nyaan dan keterampilan menemukan jawaban yang berawal dari keingintahuan mereka. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan siswa secara maksi-mal terlibat langsung dalam proses kegiatan belajar, sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa tersebut dan mengembangkan sikap percaya diri yang dimiliki oleh siswa tersebut. Inkuiri terbimbing adalah sebagai proses pembelajaran dima-na guru menyediakan unsur-unsur asas dalam satu pelajaran dan kemudian me-minta pelajar membuat generalisasi (Andalan, 2013).
Sikap ilmiah sangat dibutuhkan oleh siswa ketika mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan inkuri terbimbing. Seperti dikutip dari Lestari (Marlinda, 2012) sikap ilmiah adalah sikap yang dimiliki seseorang yang sesuai dengan prinsip-prinsip ilmiah seperti:
1. jujur terhadap data,
2. rasa ingin tahu yang tinggi,
3. terbuka atau menerima pendapat orang lain serta mau mengubah pandangannya jika terbukti bahwa pandangannya tidak benar, 4. ulet dan tidak cepat putus asa,
5. kritis terhadap pernyataan ilmiah, yaitu tidak mudah percaya tanpa adanya dukungan hasil observasi empiris, dan
13
Pada penelitian ini tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan me-ngadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang dikemukakan oleh Gulo (Trianto, 2010). Tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing
No Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1. Mengajukan pertanyaan atau perma-salahan
Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah. Guru membagikan LKS kepada siswa
Siswa mengidentifikasi masalah yang terdapat dalam LKS
2. Membuat hipotesis
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah
pendapat dalam membuat hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprio-ritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan
Siswa memberikan pendapat dan
menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan
3. Mengumpul-kan data
Guru membimbing siswa mendapatkan informasi atau data-data melalui percobaan maupun telaah literatur
Siswa melakukan
percobaan maupun telaah literatur untuk
mendapatkan data-data atau informasi
4. Menganalisis data
Guru memberi kesempatan pada tiap siswa untuk menyampaikan hasil peng-olahan data yang terkumpul
Siswa mengumpulkan dan menganalisi data serta menyampaikan hasil peng-olahan data yang
terkumpul 5. Membuat
kesimpulan
Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan
Siswa membuat kesimpulan
Menurut (Roestiyah, 1998), inkuiri memiliki keunggulan yang dapat dikemuka-kan sebagai berikut:
14
2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.
4. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
5. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 6. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
7. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran inkuiri antara lain:
1. Guru harus tepat memilih masalah yang akan dikemukan untuk membantu siswa menemukan konsep.
2. Guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar siswa-siswanya. 3. Guru sebagai fasilitator diharapkan kreatif dalam mengembangkan
pertanyaan-pertanyaan.
Kelemahan model pembelajaran inkuiri tersebut dapat diatasi dengan cara: 1. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing agar siswa
terdorong mengajukan dugaan awal
2. Menggunakan bahan atau permainan yang bervariasi
3. Memberikan kesempatan kepada siswa mengajukan gagasan-gagasan meskipun gagasan tersebut belum tepat.
C. Keterampilan Berpikir Kreatif
15
Menurut Craft dalam (Andalan, 2013) strategi-strategi yang dapat dilakukan guru dalam upaya membantu pengembangan kreativitas siswa secara efektif antara lain:
a. Menggunakan humor.
b. Membujuk individu-individu secara akrab. c. Menyebut individu-individu dengan nama.
d. Secara umum harapan guru yang tinggi mencakup dorongan positif untuk memperoleh jawaban yang benar.
e. Membuat langkah cepat.
Proses kreatif pada diri siswa mengalir dalam lima tahap:
a. Persiapan, mendefinisikan masalah, tujuan atau tantangan.
b. Inkubasi, mencerna faktor-faktor dan mengolahnya dalam pikiran. c. Iluminasi, mendesak ke permukaan, gagasan bermunculan.
d. Verifikasi, memastikan apakah solusi itu benar-benar memecahkan masalah.
e. Aplikasi, mengambil langkah-langkah untuk menindaklanjuti solusi tersebut (Husamah dan Yanur, 2013).
Menurut model struktur intelek oleh Guilford (Munandar, 2008), “Berpikir divergen (disebut juga berpikir kreatif) ialah memberikan macam-macam ke-mungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan padakeragaman jumlah dan kesesuaian”. Slanjutnya, definisi keterampilan ber-pikir secara kreatif (Arifin, 2003) dilakukan dengan menggunakan pemikiran da-lam mendapatkan ide-ide yang baru, kemungkinan yang baru, ciptaan yang baru berdasarkan kepada keaslian dalam penghasilannya.
16
Tabel 2.Perilaku siswa dalam keterampilan kognitif kreatif
Perilaku Arti
1) Berpikir Lancar (fluency)
a. Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan;
b. Arus pemikiran lancar. 2) Berpikir Luwes
(fleksibel)
a. Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam; b. Mampu mengubah cara atau pendekatan; c. Arah pemikiran yang berbeda.
3) Berpikir Orisinil (originality)
a. Memberikan jawaban yang tidak lazim, yang lain dari yang lain, yang jarang diberikan kebanyakan orang.
4) Berpikir Terperinci (elaborasi)
a. Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan;
b. Memperinci detail-detail; c. Memperluas suatu gagasan.
Sedangkan menurut Guilford (Andalan, 2013) menyebutkan lima indikator-indikator berpikir kreatif, yaitu:
1. Kepekaan (problem sensitivity), adalah kemampuan mendeteksi, me-ngenali dan memahami serta menanggapi suatu pernyataan, situasi atau masalah.
2. Kelancaran (fluency), adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan.
3. Keluwesan (flexibility), adalah kemampuan untuk mengemukakan ber-macam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah.
4. Keaslian (originality), adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli, tidak klise dan jarang diberikan kebanyakan orang.
5. Elaborasi (elaboration), adalah kemampuan menambah suatu situasi atau masalah sehingga menjadi lengkap, dan merincinya secara detail, yang di dalamnya terdapat berupa tabel, grafik, gambar model, dan kata-kata. Munandar (2008) memberikan uraian tentang aspek berpikir kreatif sebagai dasar untuk mengukur kreativitas siswa seperti terlihat dalam Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3.Indikator kemampuan berpikir kreatif
Pengertian Perilaku
17
Tabel 3. (Lanjutan)
Pengertian Perilaku
1) Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau jawaban.
2) Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal.
3) Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban
b. Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada.
c. Mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah.
d. Lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya.
e. Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak dari orang lain. f. Dapat dengan cepat melihat
kesalahan dan kelemahan dari suatu objek atau situasi.
Berpikir Luwes (Flexibility)
1) Menghasilkan gagasan, jawab-an, atau pertanyaan yang berva-riasi.
2) Dapat melihat suatu masalah da-ri sudut pandang yang berbeda. 3) Mencari banyak alternatif atau
arah yang berbeda.
4) Mampu mengubah cara pende-katan atau pemikiran.
a. Memberikan bermacam-macam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita atau masalah.
b. Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda. c. Jika diberikan suatu masalah
biasanya memikirkan bermacam-macam cara untuk
menyelesaikannya. Berpikir Orisinil (Originality)
1) Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik.
2) Memikirkan cara-cara yang tak lazim untuk mengungkapkan diri.
3) Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.
a. Memikirkan masalah-masalah atau hal yang tidak terpikirkan orang lain.
b. Mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru.
c. Memilih cara berpikir lain dari pada yang lain.
Berpikir Elaboratif (Elaboration) 1) Mampu memperkaya dan
me-ngembangkan suatu gagasan atau produk.
2) Menambah atau merinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
a. Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan lang-kah-langkah yang terperinci.
b. Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain.
c. Menambah garis-garis, warna-warna, dan detail-detail (bagian-bagian) terhadap gambaranya sendiri atau gambar orang lain. Berpikir Evaluatif (Evaluation)
1) Menentukan kebenaran suatu
a. Memberi pertimbangan atas dasar sudut pandang sendiri.
18
Tabel 3. (Lanjutan)
Pengertian Perilaku
pertanyaan atau kebenaran suatu penyelesaian masalah.
2) Mampu mengambil keputusan terhadap situasi terbuka. 3) Tidak hanya mencetuskan
gagas-an tetapi juga melaksanakannya
mengenai suatu hal.
c. Mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
d. Menentukan pendapat dan bertahan terhadapnya.
Pada penelitian ini yang akan dijadikan tolak ukur kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir lancar (fluency).
D. Analisis Konsep Materi Larutan Elektrolit-Nonelektrolit
Herron, dkk. dalam (Fadiawati, 2011) berpendapat bahwa belum ada definisi tentang konsep yang diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya konsep disamakan dengan ide. Markle dan Tieman mendefinisikan konsep sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh ada (Fadiawati, 2011).
19
Tabel 4. Analisis Konsep Materi Larutan Elektrolit-Nonelektrolit
Label
Atribut Posisi Konsep
Contoh Larutan Campuran homogen
dari dua zat atau lebih, dimana salah satunya bertindak sebagai zat terlarut sedangkan yang lainnya sebagai zat pelarut dan mempunyai sifat dapat
menghantarkan listrik (elektrolit) atau tidak dapat menghantarkan listrik (non elektrolit).
Konsep
• Campuran •Suspensi •Koloid
Larutan yang dapat menghantarkan listrik, yang dapat bersifat elektrolit kuat atau elektrolit lemah.
nonelek-20
Tabel 4 (lanjutan)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 positif dan ion negatif
•Kerapatan ion
• Larutan elektrolit
• Larutan elektrolit lemah
• Larutan NaCl • Larutan HCl
• Alkohol positif dan ion negatif
•Kerapatan ion
• Larutan
21
E. Kerangka Berpikir
Prinsip dasar model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah guru memberikan perma-salahan kemudian siswa diminta untuk memecahkan permaperma-salahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi dan prosedur penelitian. Pada tahap merumuskan masalah, siswa diberikan permasalahan oleh guru kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap permasalahan tersebut di bawah bimbingan guru. Pada tahap ini, siswa akan termotivasi untuk bertanya dan menemukan kemungkinan jawaban atas permasalahan yang diajukan oleh guru. Setelah permasalahan diungkapkan, siswa mengembangkan jawabannya dalam bentuk hipotesis yang akan diuji kebenarannya.
Setelah siswa mengembangkan hipotesis, langkah selanjutnya adalah siswa
me-ngumpulkan data dengan melakukan percobaan dan telaah literatur untuk membuktikan bahwa hipotesis siswa tersebut benar, tepat, dan rasional. Pada tahap ini siswa akan terpacu berpikir, bertanya, dan bereksperimen sehingga keterampilan berpikir kreatif terutama keterampilan berpikirlancarsiswa dapat berkembang, siswa dapat
mengajukan banyak pertanyaan/gagasan/cara dan dapat memikirkan lebih dari satu jawaban berkaitan dengan percobaan yang dilakukan. Kemudian siswa diminta untuk menyajikan data hasil percobaan dalam bentuk tabel hasil pengamatan.
22
tahap ini pula siswa diminta menyampaikan banyak gagasannya dalam membuat kesimpulan dari masalah yang telah diberikan oleh guru pada awal pembelajaran, kemudian siswa dibimbing oleh guru untuk mendapatkan kesimpulan yang relevan. Berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas dengan diterapkannya pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi larutan elektrolit-nonelektrolit akan dapat meningkatkan keterampilan berpikirkreatif terutama pada indikator keterampilan berpikir lancar siswa.
F. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1. Perbedaann-Gainketerampilan berpikir lancar siswa terjadi karena perbeda-an perlakuan dalam proses belajar.
2. Faktor-faktor lain diluar perilaku pada kedua kelas diabaikan.
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
23
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 2 Metro Tahun Pelajaran 2013-2014 yang berjumlah 256 siswa. Siswa tersebut merupakan satu kesatuan populasi karena adanya kesamaan-kesamaan sebagai berikut:
a. Siswa-siswa tersebut berada dalam empat kelas yang sama, yaitu kelas X SMA Negeri 2 Metro.
b. Siswa-siswa tersebut berada dalam semester yang sama, yaitu semester ge-nap.
c. Dalam pelaksanaan pengajarannya, siswa-siswa tersebut diajar dengan kuri-kulum yang sama (Kurikuri-kulum 2013), dan jumlah jam belajar yang sama (tiga jam pelajaran dalam setiap minggu).
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknikpurposive sampling. Purposive samplingmerupakan teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu per-timbangan tertentu yang dibuat berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang su-dah diketahui sebelumnya (Syaodih, 2009).
Berdasarkan pertimbangan kemampuan kognitif siswa yang relatif sama,peneliti dengan bantuan guru mitra menentukan dua kelas sampel, yaitu kelas X1dan X2.
24 kontrol. Kemudian berdasarkan pengundian diperoleh kelas X1sebagai kelas
eks-perimen yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, sedangkan kelas X2sebagai kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional.
B. Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil tes sebelum pembela-jaran (pretes), hasil tes setelah pembelapembela-jaran (postes), serta data pendukung, yaitu kinerja guru dan afektif siswa.
C. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan menggunakanNon Eqiuvalent Pretest-Posttest Control Group Design(Creswell, 1997) yang ditunjukkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Desain penelitian.
Pretes Perlakuan Postes
GroupA O1 X O2
GroupB O1 – O2
Sebelum diterapkan perlakuan, kedua kelompok sampel diberikan pretes (O1)
Kemudian, pada kelas eksperimen diterapkan perlakuan model pembelajaran in-kuiri terbimbing (X) dan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensio-nal. Selanjutnya, kedua kelompok sampel diberikan postes (O2).
D. Variabel Penelitian
25 variabel terikat adalah keterampilan berpikir lancar siswa pada materi larutan elektrolit-nonelektrolit.
E. Instrumen Penelitian dan Validitas Instrumen
Instrumen adalah alat yang berfungsi mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instru-men pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data un-tuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 2004). Instrumen yang digunakan pada penelitian ini antara lain silabus, Rencana Pelaksanaan Pem-belajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) kimia yang menggunakan model in-kuiri terbimbing pada materi larutan elektrolit-nonelektrolit sejumlah tiga LKS, soal pretes dan soal postes yang terdiri dari sepuluh butir soal uraian untuk mengukur keterampilan berpikir lancar.
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen. Se-buah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dalam kon-teks pengujian kevalidan instrumen dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu judgmentatau penilaian dan pengujian empirik.
26 dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan. Oleh karena itu, dalam melakukanjudgment diperlukan ketelitian dan keahlian penilai maka peneliti meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini dilakukan oleh Ibu Dra. Ila Rosilawati, M. Si. dan Ibu Lisa Tania, S.Pd., M.Sc. selaku dosen pembimbing untuk mengujinya.
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Pra penelitian
Pada tahap pra penelitian ini dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Meminta izin kepada Kepala SMA Negeri 2 Metro untuk melaksanakan penelitian.
b. Melakukan wawancara dengan guru kimia kelas X untuk mendapatkan infor-masi mengenai pembelajaran kimia yang diterapkan di sekolah.
2. Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu: a. Menentukan populasi dan sampel penelitian.
b. Menyusun instrumen penelitian yaitu: silabus, RPP, LKS, soal pretes dan postes.
c. Melaksanakan penelitian, adapun prosedur pelaksanaan penelitian adalah: (1) Melakukan pretes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
27 (3) Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada materi elektrolit-nonelektrolit
se-suai dengan pembelajaran yang telah ditetapkan pada masing-masing kelas, pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing diterapkan di kelas eksperimen serta pembelajaran konvensional diterapkan di kelas kontrol.
(4) Melakukan postes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3. Analisis dan pelaporan hasil penelitian
Pada tahap ini, dilakukan pengolahan dan analisis data untuk memperoleh suatu kesimpulan.
Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Prosedur pelaksanaan penelitian 1. Mengajukan permohonan izin kepada pihak sekolah. 2. Melakukan wawancara dengan guru kimia di sekolah.
P
1. Menentukan populasi dan sampel penelitian
2. Menyusun instrumen penelitian
Pretes
Pembahasan dan simpulan
28 G. Teknik Analisis Data
1. Mengubah skor menjadi nilai
Nilai pretes dan postes pada penilaian keterampilan berpikir lancar siswa pada materi larutan elektrolit-nonelektrolit dirumuskan sebagai berikut:
100 x maksimal
skor Jumlah
diperoleh yang
jawaban skor
Jumlah siswa
Nilai
2. Uji kesamaan dua rata-rata nilai pretes
Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah kedua sampel memiliki kemampuan awal yang sama. Prasyarat uji kesamaan dua rata-rata yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
a. Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua sampel berasal dari po-pulasi yang berdistribusi normal atau tidak. Untuk uji normalitas menggunakan uji chi-kuadrat. Menurut Sudjana (2005) uji normalitas sebagai berikut:
Hipotesis: H0: kedua sampel berasal dari populai yang berdistribusi normal.
H1: kedua sampel berasal dari populai yang tidak berdistribusi normal.
Untuk uji normalitas, digunakan rumus sebagai berikut:
keterangan:
Oi= frekuensi pengamatan
29 Kriteria uji:
Terima H0jika2<2(1-α)(k-3)atau2hitung< 2Tabel dengan taraf nyata 0,05.
Dalam hal lainnya H0ditolak.
b. Uji homogenitas
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua sampel penelitian yang diban-dingkan memiliki varians homogen.
Hipotesis untuk uji homogenitas : H0 : 22
2 1 σ
σ = kedua sampel penelitian mempunyai variansi yang homogen. H1 : 22
2 1 σ
σ = kedua sampel penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen.
Untuk uji homogenitas dua peubah terikat digunakan rumus yang terdapat dalam Sudjana (2005) :
terkecil Varians
terbesar Varians
F
Keterangan : F = Kesamaan dua varians
Kriteria uji :
Terima H0hanya jika F < F ½(1,2) atau Fhitung< Ftabeldengan taraf nyata
0,05;. Dalam hal lainnya tolak H0.
c. Uji kesamaan dua rata-rata (uji t)
30 Hipotesis:
H0: µ1x= µ2x: Rata-rata pretes keterampilan berpikir lancar siswa di kelas
eksperimen sama dengan rata-rata pretes keterampilan berpikir lancar siswa di kelas kontrol pada materi larutan elektrolit-nonelektrolit.
H1: µ1x≠µ2x: Rata-rata pretes keterampilan berpikir lancar siswa di kelas
eksperimen tidak sama dengan rata-rata pretes keterampilan ber-pikir lancar siswa di kelas kontrol pada materi larutan elektrolit-nonelektrolit.
Keterangan:
µ1= Rata-rata pretes (x) pada materi larutan elektrolit-nonelektrolit kelas
eksperimen.
µ2= Rata-rata pretes (x) pada materi larutan elektrolit-nonelektrolit kelas kontrol.
X = Keterampilan berpikir lancar.
Menurut Sudjana (2005) untuk uji t, digunakan rumus sebagai berikut:
2
X = Gain rata-rata kelas eksperimen 2
X = Gain rata-rata kelas kontrol s2= Varians
n1= Jumlah siswa kelas eksperimen
n2= Jumlah siswa kelas kontrol
2 1
s = Varians kelas eksperimen 2
2
s = Varians kelas kontrol
Kriteria uji :
Terima H0jika t˂ t(1-½α) atau thitung< ttabeldengan derajat kebebasan d(k) = n1+
31 3. Menghitungn-Gaindari nilai siswa
4. Perhitungann-Gaindigunakan untuk melihat efektivitas model pembela-jaran inkuiri terbimbing pada sampel. n-Gaindirumuskan sebagai berikut:
NilaiMaksimum-NilaiPretes
Pretes Nilai -Postes Nilai Gain
-n
5. Uji hipotesis
Untuk menentukan efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam me-ningkatkan keterampilan berpikir lancar siswa pada materi larutan elektrolit-nonelektrolit berlaku pada keseluruhan populasi, maka dilakukan uji perbedaan dua rata-rata dengan prasyarat normalitas dan uji homogenitas.
a. Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua sampel berasal dari po-pulasi yang berdistribusi normal atau tidak. Untuk uji normalitas menggunakan uji chi-kuadrat. Menurut Sudjana (2005) uji normalitas sebagai berikut:
Hipotesis: H0: kedua sampel berasal dari populai yang berdistribusi normal.
H1: kedua sampel berasal dari populai yang tidak berdistribusi normal.
Untuk uji normalitas, digunakan rumus sebagai berikut:
keterangan:
Oi= frekuensi pengamatan
32 Kriteria uji:
Terima H0jika2<2(1-α)(k-3)atau2hitung< 2Tabel dengan taraf nyata 0,05.
Dalam hal lainnya tolak H0.
b. Uji homogenitas
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua sampel penelitian yang diban-dingkan memiliki varians identik.
Hipotesis untuk uji homogenitas : H0 : 22
2 1 σ
σ = kedua sampel penelitian mempunyai variansi yang homogen. H1 : σ12 σ22= kedua sampel penelitian mempunyai variansi yang tidak
homogen.
Untuk uji homogenitas dua peubah terikat digunakan rumus yang terdapat dalam Sudjana (2005) :
terkecil Varians
terbesar Varians
F
Keterangan : F = Kesamaan dua varians
Kriteria uji :
Terima H0hanya jika F < F ½(1,2) atau Fhitung< Ftabeldengan taraf nyata 0,05.
Dalam hal lainnya tolak H0.
c. Uji perbedaan dua rata-rata (uji t)
Ho : µ1x≤ µ2x : Rata-ratan-Gainketerampilan berpikir lancar siswa pada materi
33 H1: µ1x> µ2x : Rata-ratan-Gainketerampilan berpikir lancar siswa pada materi
larutan elektrolit-nonelektrolit yang diterapkan model pembelajar-an inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada rata-ratan-Gain kete-rampilan berpikir lancar siswa dengan pembelajaran konvensional. Keterangan :
µ1= rata-rata keterampilan berpikir lancar siswa pada materi larutan
elektrolit-nonelektrolit pada kelas eksperimen.
µ2= rata-rata keterampilan berpikir lancar siswa pada materi larutan
elektrolit-nonelektrolit pada kelas kontrol. x = keterampilan berpikir lancar.
Menurut Sudjana (2005) untuk uji t, digunakan rumus sebagai berikut:
2
X = Gain rata-rata kelas eksperimen 2
X = Gain rata-rata kelas kontrol s2= Varians
n1= Jumlah siswa kelas eksperimen
n2= Jumlah siswa kelas kontrol
2 1
s = Varians kelas eksperimen 2
2
s = Varians kelas kontrol
Kriteria uji:
Terima H0jika t < t(1-α)atau thitung< ttabeldengan derajat kebebasan
d(k) = n1+ n2–2 pada taraf nyata 0,05 peluang (1-α). Dalam hal lainnya tolak
47
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa:
1. Rata-ratan-Gainketerampilan berpikir lancar siswa pada materi larutan elek-trolit-nonelektrolit dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing di kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-ratan-Gainketerampilan berpikir lan-car siswa pada materi larutan elektrolit-nonelektrolit dengan pembelajaran konvensional di kelas kontrol di SMA Negeri 2 Metro.
2. Model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi larutan elektrolit-nonelektrolit efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir lancar.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:
1. Model inkuiri terbimbing dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran kimia khususnya pada materi larutan elektrolit-nonelektrolit.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. 1992. Strategi Penelitian Pendidikan. Angkasa. Bandung.
Andalan, M. 2013. Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Materi Koloid dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Lancar. Skripsi FKIP UNILA. Bandarlampung.
Arifin, M. 2003. Strategi Belajar Mengajar Kimia. Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Bandung.
Arikunto, S. 2004. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Baharuddin dan Wahyuni E.N. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran.Ar-Ruzz
Media. Jogjakarta.
Tim Penyusun. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. BSNP. Jakarta. Creswell, John W. 1997. Research design: Qualitative, Quantitative, and Mixed
Methods Approaches second edition. Sage Publication. New Delhi. Dahar, R.W. 1989. Teori-teori belajar. Erlangga. Jakarta
Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran Tentang Struktur Atom Dari SMA Hingga Perguruan Tinggi. Disertasi. SPs-UPI. Bandung. Husamah dan Yanur, S. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Panduan Merancang Pembelajaran untuk Mendukung Implementasi Kurikulum 2013. Prestasi Pustakaraya. Jakarta.
Tim Penyusun. 2013a. Rasional Kurikulum 2013. Kemdikbud. Jakarta. _______. 2013b. Standar Kompetensi Lulusan(SKL),Kompetensi Inti(KI),
Kompetensi Dasar(KD). Kemdikbud. Jakarta.
Marlinda, M. 2012. Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam Meningkatkan Keterampilan Menyebutkan Contoh dan Mengidentifikasi Kesimpulan Pada Materi Laju Reaksi. Skripsi. FKIP UNILA.
Bandarlampung.
Munandar, S.C. U. 2008. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Rineka Cipta. Jakarta.
Purba, M. 2006. KIMIA SMA Kelas X. Erlangga. Jakarta.
Roestiyah. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. ______. 2001.Strategi Belajar Mengajar.Rineka Cipta. Jakarta.
Sudjana, N. 2005. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Suparno, P. 2006. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius.
Jakarta.
Syamsuri, M. M. F. 2011. Pembelajaran Materi Kesetimbangan Kimia melalui representasi makroskopis dan mikroskopis.Skripsi. FKIP Unila.
Bandarlampung.
Syaodih, N. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustakaraya. Jakarta.
______. 2010. Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi dan