• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Lama Menopause dengan Kejadian Disfungsi Seksual pada Wanita Menopause di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Panjang Bandar Lampung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Lama Menopause dengan Kejadian Disfungsi Seksual pada Wanita Menopause di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Panjang Bandar Lampung"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

THE ASSOCIATION BETWEEN DURATION OF MENOPAUSE WITH THE INCIDENCE OF SEXUAL DYSFUNCTION AMONG

MENOPAUSAL WOMEN IN POSYANDU LANSIA OF PUSKESMAS PANJANG BANDAR LAMPUNG

By

DIAH ANDINI

Menopause defined as the time when there is no menstrual periods for the last 12 months due to inactivity follicular cycles, when ovaries stop producing estrogen, it cause the changing of urogenital organ which encourage sexual function decline, causing the incidence of sexual dysfunction. This study aimed to determine the association between duration of menopause with the incidence of sexual dysfunction in menopausal women.

This analytical cross sectional study with proportional random sampling method using 110 menopausal women in posyandu lansia of puskesmas Panjang Bandar Lampung as a sampel. Data was analyzed using Chi-square test and Spearman correlation.

The result shows that the incidence of sexual dysfunction in menopausal women is 70,9%. There is significant association between duration of menopause with the incidence of sexual dysfunction (p<0,05). The incidence mostly happen to the group with duration of menopause more than 10 years with positive correlation which the longer menopause increases the incidence of sexual dysfunction.

(2)

ABSTRAK

HUBUNGAN LAMA MENOPAUSE DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA WANITA MENOPAUSE DI POSYANDU LANSIA WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANJANG BANDAR LAMPUNG

Oleh

DIAH ANDINI

Menopause merupakan berhentinya periode menstruasi selama 12 bulan akibat tidak aktifnya folikel sel telur. Berhentinya produksi estrogen mengakibatkan perubahan pada organ genitalia yang mendorong menurunnya fungsi seksual sehingga menimbulkan kejadian disfungsi seksual. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lama menopause dengan kejadian disfungsi seksual pada wanita menopause.

Penelitian ini bersifat analitik dengan metode cross sectional. Sampel berjumlah 110 orang wanita menopause di posyandu lansia wilayah kerja puskesmas Panjang Bandar Lampung yang dipilih dengan metode proportional random sampling. Data dianalisis dengan uji statistik Chi-square dan korelasi Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka kejadian disfungsi seksual pada wanita menopause sebesar 70,9% dan terdapat hubungan yang signifikan (p<0,05) antara lama menopause dengan kejadian disfungsi seksual pada wanita menopause. Angka kejadian disfungsi seksual paling tinggi terjadi pada kelompok dengan lama menopause >10 tahun dengan korelasi positif searah yaitu semakin lama menopause maka kejadian disfungsi seksual meningkat.

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara lama menopause dengan kejadian disfungsi seksual pada wanita menopause dengan semakin lama menopause maka kejadian disfungsi seksual meningkat.

(3)

HUBUNGAN LAMA MENOPAUSE DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA WANITA MENOPAUSE DI POSYANDU LANSIA WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANJANG BANDAR LAMPUNG

Oleh

DIAH ANDINI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Muba, Sumatera Selatan pada tanggal 12 November 1993, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, dari Bapak Sudiono dan Ibu Suciati.

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) diselesaikan di TK Kartini, Muba pada tahun 1999, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 1 Sumber Harum, Muba pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMPN 3 Palembang pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA Plus Negeri 17 Palembang pada tahun 2011.

Tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung (Unila) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi asisten laboratorium Patologi Klinik tahun 2013–2014 dan aktif pada organisasi DPM FK Unila sebagai ketua

(8)

Persembahan untuk

AyahandadanIbunda,

Tersayang...

(9)

SANWACANA

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi ini berjudul “Hubungan Lama Menopause dengan Kejadian Disfungsi

Seksual pada Wanita Menopause di Posyandu Lansia Wilayah Kerja

Puskesmas Panjang Bandar Lampungadalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung;

2. Dr. Sutyarso, M.Biomed., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung sekaligus Pembimbing Utama atas waktu dan kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

(10)

4. Dr. Dyah Wulan SRW, SKM., M.Kes selaku Penguji Utama pada ujian skripsi atas masukan, ilmu, dan saran-saran yang telah diberikan;

5. dr. Reni Zuraida., selaku Pembimbing Akademik atas waktu dan bimbingannya;

6. Bapak Sudiono, ayah yang selalu meletakkan harapan, mendoakan, mendukung, dan memberikan yang terbaik kepada saya;

7. Ibu Suciati, bunda yang selalu perhatian, menyebutkan saya di setiap doanya, membimbing serta mendukung setiap langkah saya;

8. Kakak saya (Edo Sudibyo) dan adik saya (Ega Liguna) yang selalu mendoakan, memberikan semangat, perhatian, serta keceriaan;

9. Keluarga terdekat sayadan seluruh keluarga besar dari ayah maupun bunda atas perhatian, dukungan dan doa yang telah diberikan;

10. Seluruh Staf Dosen FK Unila atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis untuk menambah wawasan yang menjadi landasan untuk mencapai cita-cita;

11. Seluruh Staf TU, Administrasi,dan Akademik FK Unila serta pegawai; 12. Ibu-ibu di posyandu lansia wilayah kerja puskesmas Panjang yang telah

bersedia menjadi responden dalam penelitian ini;

13. Ibu Loren selaku koordinator posyandu lansia puskesmas Panjang yang telah banyak membantu dalam penelitian ini;

(11)

15. Marizka Putri Aftria atas persahabatan mulai dari awal perkuliahan hingga sekarang, serta menjadi partner penelitian yang setia di kala susah maupun senang;

16. Sahabat Jubel (Rike Lestari dan Maylinna Hapsari) atas semangat dan motivasi serta perjuangan bersama di tempat yang berbeda;

17. Keluarga BG (Adlia Ulfa, Anugerah, Claudia, Fadel, Fauziah Lubis, Indriasari, Maharani, Marco, Marizka, Meti Destriana, Radita Dewi, Sayyidatun Nisa, Tarrini Inastyarikusuma, Tiffany Alamanda, Sutria Syati, Widya Pebryanti) atas kekeluargaan, keceriaan, canda tawa dan bantuannya selama penelitian;

18. Annisa Yulida Syani atas semangat, hiburan, dan bantuannya selama penelitian;

19. Kak Ricky Pebriansyah atas saran dan bantuannya dalam memulai penelitian ini;

20. Teman-teman kelompok tutorial 9 (Marizka, Desta Eko, Resty Ramdhani, Danar Fahmi, Pratiwi Aminah, Stevan, Miranda Rades, Sugma, Indah Prambono) atas canda tawa, semangat, motivasi, bantuan dan kebersamaannya;

21. Tim Patologi Klinik (dr. Agustyas Tjiptaningrum, dr. Putu Rystia, mbak Novi, Gusti Indra, Gusti Ayu, Gita Dewita, Bela Riski, Sakinah, Nurul, Novita, Ario) atas kerja sama, motivasi dan kekompakannya;

22. Teman-teman angkatan 2011 yang tidak bisa disebutkan satu per satu; 23. Kakak-kakak dan adik-adik tingkat saya (2002–2014) yang sudah

(12)

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Akan tetapi, semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Aamiiin.

Bandar Lampung, 31 Desember 2014 Penulis

(13)

DAFTAR ISI

2.1.5 Perubahan Fisik pada Menopause ... 19

2.5Siklus Respon Seksual Normal ... 21

2.6Disfungsi Seksual ... 22

2.3.1 Definisi Disfungsi Seksual ... 22

2.3.2 Kategori Disfungsi Seksual ... 22

2.7Pengukuran FSFI ... 24

2.8Perubahan Fungsi Seksual pada Menopause... 25

III. METODE PENELITIAN 3.1Desain Penelitian ... 27

(14)

3.2.1 Waktu Penelitian ... 27

3.2.2 Tempat Penelitian... 27

3.3Populasi dan Sampel Penelitian ... 28

3.3.1 Populasi Penelitian ... 28

3.3.2 Sampel Penelitian ... 28

3.4Identifikasi Variabel ... 30

3.4.1 Variabel Independen ... 30

3.4.2 Variabel Dependen ... 30

3.5Definisi Operasional... 30

3.6Alat dan Cara Penelitian... 32

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 37

4.1.1 Analisis Univariat 4.1.1.1 Distribusi responden berdasarkan usia ... 38

4.1.1.2 Distribusi responden berdasarkan latar belakang pendidikan 39 4.1.1.3 Distribusi responden berdasarkan usia lama menopause .. 39

4.1.1.4 Distribusi responden berdasarkan kejadian disfungsi seksual 40 4.1.2 Analisis Bivariat... 41

(15)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Definisi Operasional Variabel ... 31

2. Skor Penilaian FSFI ... 31

3. Distribusi Responden berdasarkan Latar Belakang Pendidikan ... 39

4. Distribusi Responden berdasarkan Lama Menopause ... 40

5. Karakteristik Responden berdasarkan Kejadian Disfungsi Seksual ... 40

6. Hubungan Lama Menopause dengan Kejadian Disfungsi Seksual ... 41

(16)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka teori kejadian disfungsi seksual pada wanita menopause... 10

2. Kerangka konsep hubungan lama menopause dengan kejadian disfungsi seksual menurut skoring FSFI ... 10

3. Perubahan hormon pada fase klimakterium ... 12

4. Hubungan kadar hormon estrogen dengan usia ... 15

5. Alur penelitian ... 33

(17)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Keterangan Lolos Kaji Etik ... 51

2. Surat Izin Penelitian ... 52

3. Informed Consent ... 53

4. Kuesioner FSFI ... 54

5. Uji Statistik Univariat ... 62

6. Uji Statistik Bivariat ... 66

(18)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menoupase didefinisikan oleh WHO sebagai penghentian menstruasi secara permanen akibat hilangnya aktivitas folikular ovarium. Setelah 12 bulan amenorea berturut-turut, periode menstruasi terakhir secara retrospektif ditetapkan sebagai saat menopause (Kuncara, 2008).

Menurut Manuaba (2009), fase menopause pada wanita merupakan waktu terhentinya menstruasi dengan perubahan dan keluhan psikologis dan fisik makin menonjol yang berlangsung sekitar 3-4 tahun pada usia antara 56-60 tahun. Wanita mengalami perubahan-perubahan hormon utama yang berasosiasi dengan menopause, satu diantaranya adalah penurunan nyata dalam estrogen. Untuk fungsi seksual, dampak besar pengurangan estrogen adalah keringnya vagina yang membuat aktivitas seksual tidak nyaman. Banyak wanita juga melaporkan berkurangnya dorongan seksual yang mengiringi menopause (McKhann, 2010).

(19)

2

mencapai angka 70,61 tahun pada tahun 2012. Peningkatan angka harapan hidup menunjukkan adanya peningkatan kehidupan dan kesejahteraan bangsa Indonesia serta menunjukkan adanya peningkatan pasangan usia lanjut, sehingga kesejahteraan dan kesehatannya menjadi penting. Adanya peningkatan usia harapan hidup meningkatkan jumlah wanita menopause di Indonesia dengan berbagai masalah kesehatan yang dihadapinya. Pada tahun 2000 jumlah wanita dengan usia diatas 50 tahun yang diperkirakan telah menopause mencapai 7,6% dari total penduduk (Baziad, 2003).

(20)

3

Fungsi seksual merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam kehidupan perkawinan. Berfungsi secara optimal atau tidaknya hubungan seksual dalam perkawinan dapat mempengaruhi fungsi-fungsi lain yang kemudian dapat mempengaruhi pula kualitas hidup pasangan suami-istri (Elvira, 2006). Kebutuhan seksual merupakan kebutuhan manusia dalam hidupnya, begitu juga pada lanjut usia. Walaupun pada lanjut usia sudah memasuki masa menopause, namun kebutuhan seksual masih ada. Kehidupan seksual merupakan bagian dari kehidupan manusia, sehingga kualitas kehidupan seksual ikut menentukan kualitas hidup seseorang.

Female Sexual Function Index (FSFI) merupakan alat ukur yang valid dan akurat terhadap disfungsi seksual wanita. FSFI telah dirangkai sebagai instrumen penilaian uji klinik terhadap disfungsi seksual wanita yang terdiri dari 19 pertanyaan dan terbagi dalam enam domain fungsi seksual yaitu minat, birahi, orgasme, lubrikasi, kepuasan, dan rasa nyeri (Rosen, 2000).

(21)

4

angka kejadian disfungsi seksual yang signifikan pada usia lebih dari 40 tahun dan frekuensi hubungan seksual kurang dari tiga kali seminggu.

Setelah melewati masa menopause, wanita akan terus hidup tanpa estrogen dari ovarium. Meskipun estrogen dapat diperoleh dari konversi estron yang diperoleh dari konversi perifer androstenedion, kadar estrogen hasil konversi tidak dapat mencapai kadar estrogen sebelum menopause, ditambah lagi produksi androstenedion dan kontribusi adrenal akan menurun seiring dengan penuaan (Fritz, 2010). Menopause akan terus berlangsung seiring dengan waktu, sehingga lama menopause akan dipengaruhi oleh penurunan kadar estrogen yang terus berlangsung.

(22)

5

Berdasarkan fenomena tersebut, terlihat bahwa prevalensi kejadian disfungsi seksual pada wanita menopause meningkat sehingga menurunkan aktivitas seksual dalam hidupnya. Berbagai studi pada wanita menopause maupun usia lanjut telah dilakukan untuk mengidentifikasi kejadian disfungsi seksual wanita, namun belum ada penelitian yang menghubungkan lama waktu seorang wanita telah menopause dengan kejadian disfungsi seksual, padahal fungsi seksual merupakan hal penting dalam kehidupan seksual wanita yang telah melewati masa menopause. Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian antara hubungan lama menopause dengan kejadian disfungsi seksual pada wanita menopause.

(23)

6

puskesmas Panjang dipilih sebagai objek penelitian hubungan lama menopause dengan kejadian disfungsi seksual pada wanita menopause.

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan sebuah masalah yaitu bagaimana hubungan antara lama menopause dengan kejadian disfungsi seksual pada wanita menopause di posyandu lansia wilayah kerja puskesmas Panjang kota Bandar Lampung?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan lama menopause dengan kejadian disfungsi seksual pada wanita menopuase di posyandu lansia wilayah kerja puskesmas Panjang kota Bandar Lampung.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui karakteristik lama menopause pada wanita yang telah mengalami menopause di posyandu lansia wilayah kerja puskesmas Panjang kota Bandar Lampung.

(24)

7

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, untuk meningkatkan kemampuan peneliti tentang kejadian disfungsi seksual pada wanita menopause.

2. Bagi institusi pendidikan, untuk menambah pengetahuan dan menambah bahan kepustakaan dalam lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

3. Bagi masyarakat, untuk menambah pengetahuan khususnya wanita menopause dan pihak terkait untuk meningkatkan kesehatan dalam bidang seksual pada masa menopause.

4. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang penting bagi ilmu pengetahuan mengenai kejadian disfungsi seksual pada wanita menopause dan berguna sebagai referensi penelitian selanjutnya.

1.5 Kerangka Teori

(25)

8

bermakna terutama karena konversi ekstraglandular dari testosteron menjadi estrogen (Prawirohardjo, 2008).

Gejala-gejala dari menopause disebabkan oleh perubahan kadar estrogen dan progesteron. Berkurangnya kadar estrogen secara bertahap menyebabkan perubahan fisik pada fungsi reproduksi seorang wanita. Gejala pada vagina muncul akibat dari perubahan yang terjadi pada lapisan dinding vagina. Vagina menjadi kering dan kurang elastis. Selain itu muncul rasa gatal pada vagina dan rasa sakit saat berhubungan seksual akibat dari penurunan lubrikasi pada vagina (Wijayanti, 2009). Gejala-gejala ini merupakan Gejala-gejala klinis disfungsi seksual yang terbagi menjadi gangguan gairah, gangguan perangsangan, gangguan lubrikasi, gangguan orgasme dan nyeri seksual (Elvira, 2006).

(26)

9

Menurut Pangkahila (2006) disfungsi seksual yang dialami wanita dapat disebabkan oleh :

1. Faktor fisik

Gangguan organik atau fisik dapat terjadi pada organ, bagian-bagian badan tertentu atau fisik secara umum. Bagian tubuh yang sedang terganggu dapat menyebabkan disfungsi seksual dalam berbagai tingkat (Tobing, 2006). Faktor fisik yang sering mengganggu seks pada usia tua sebagian karena penyakit-penyakit kronis yang tidak jelas gejalanya. Levitra (2003) mengungkapkan bahwa gangguan fisik yang dapat menimbulkan disfungsi seksual :

i. Penyakit sistemik seperti diabetes melitus. ii. Gangguan neurologis seperti penyakit stroke.

iii. Gangguan hormonal, menurunnya hormon estrogen seperti yang terjadi saat menopause.

iv. Obat-obatan dan kontrasepsi hormonal, serta alkohol. 2. Faktor psikologi

(27)

10

Gambar 1. Kerangka teori kejadian disfungsi seksual pada wanita menopause.

1.6 Kerangka Konsep

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN Gambar 2. Kerangka konsep hubungan lama menopause dengan kejadian

disfungsi seksual menurut skoring FSFI.

LAMA MENOPAUSE DISFUNGSI SEKSUAL GANGGUAN HORMONAL : MENOPAUSE

FAKTOR PSIKOLOGIS FAKTOR FISIK

GANGGUAN NEUROLOGIS PENYAKIT SISTEMIK

OBAT-OBATAN DAN KONTRASEPSI

↓ PRODUKSI HORMON ESTROGEN

VAGINA

KERING

LUBRIKASI ↓ ELASTISITAS

NYERI

SEKSUAL

(28)

11

1.7 Hipotesis

(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Menopause

2.1.1 Definisi Menopause

Menoupase didefinisikan oleh WHO sebagai penghentian menstruasi secara permanen akibat hilangnya aktivitas folikular ovarium. Setelah 12 bulan amenorea berturut-turut, periode menstruasi terakhir secara retrospektif ditetapkan sebagai saat menopause (Kuncara, 2007).

Menopause adalah berhentinya secara fisiologis siklus menstruasi yang berkaitan dengan tingkat lanjut usia perempuan. Seorang wanita yang mengalami menopause alamiah sama sekali tidak dapat mengetahui apakah saat menstruasi tertentu benar-benar merupakan menstruasinya yang terakhir sampai satu tahun berlalu (Wijayanti, 2009).

(30)

13

namun seorang wanita dikatakan telah mengalami menopause setelah dia tidak mengalami menstruasi minimal selama 12 bulan. Semakin sedikit folikel berkembang, semakin kurang pembentukan hormon di ovarium, yaitu hormon progesteron dan estrogen. Haid akan menjadi tidak teratur hingga akhirnya endometrium akan kehilangan rangsangan hormon estrogen. Lambat laun haid pun berhenti yang disebut proses menopause (Kasdu, 2002).

Menurut Prawirohardjo (2008), menopause merupakan suatu akhir proses biologis dari siklus menstruasi yang terjadi karena penurunan hormon estrogen yang dihasilkan ovarium. Menopause mulai pada umur yang berbeda umumnya adalah sekitar umur 50 tahun.

Menopause adalah haid terakhir, atau saat terjadinya haid terakhir. Diagnosis menopause dibuat setelah terdapat amenorea sekurang-kurangnya satu tahun. Berhentinya haid dapat didahului oleh siklus haid yang lebih panjang, dengan perdarahan yang berkurang (Sastrawinata, 2004).

(31)

14

2.1.2 Batasan Usia Menopause

Ratna (2014) menemukan bahwa usia wanita menopause terbanyak adalah umur 45-54 tahun (73,1%) dengan usia rata-rata yaitu 50 tahun. Menurut Prawirohardjo (2008), menopause mulai pada umur 50-51 tahun dengan usia menopause yang relatif sama antara di Indonesia maupun negara-negara Barat dan Asia yaitu sekitar 50 tahun. Perempuan biasanya mengalami menopause pada usia 40-58 tahun, dengan usia rata-rata menjadi 51 tahun (Kasdu, 2002). Sehingga dapat disimpulkan bahwa usia rata-rata menopause adalah 50 tahun.

2.1.3 Fase Klimakterium

Menurut Sastrawinata (2004), klimakterium merupakan masa peralihan antara masa reproduksi dan masa senium. Bagian klimakterium sebelum menopause disebut pramenopause dan bagian sesudah menopause disebut pascamenopause. Klimakterium bukan suatu keadaan patologik, melainkan suatu masa peralihan yang normal. Fase Klimakterium terbagi dalam beberapa fase: i. Pramenopause

(32)

15

nyeri. Pada wanita tertentu telah muncul keluhan vasomotorik atau keluhan sindroma prahaid. Dari hasil analisis hormonal dapat ditemukan kadar FSH dan estrogen yang tinggi atau normal. Kadar FSH yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya stimulasi ovarium yang berlebihan sehingga kadang-kadang dijumpai kadar estrogen yang sangat tinggi. Keluhan yang muncul pada fase pramenopause ini ternyata dapat terjadi baik pada keadaan sistem hormon yang normal maupun tinggi. ii. Menopause

Setelah memasuki usia menopause selalu ditemukan kadar FSH yang tinggi (>35 mIU/ml). Pada awal menopause kadang-kadang kadar estrogen rendah. Pada wanita gemuk, kadar estrogen biasanya tinggi. Bila seorang wanita tidak haid selama 12 bulan dan dijumpai kadar FSH >35 mIU/ml dan kadar estradiol <30 pg/ml, maka wanita tersebut dapat dikatakan telah mengalami menopause.

iii. Pascamenopause

(33)

16

pasca menopause umumnya telah mengalami berbagai macam keluhan yang diakibatkan oleh rendahnya kadar estrogen. iv. Senium

Yaitu masa sesudah pascamenopause, ketika telah tercapai keseimbangan baru dalam kehidupan wanita, sehingga tidak ada lagi gangguan vegetatif maupun psikis.

Gambar 1. Perubahan hormon pada fase klimakterium (Sastrawinata, 2004).

2.1.4 Fisiologi Menopause

Pada usia 40-50 tahun, siklus seksual biasanya menjadi tidak teratur, dan ovulasi sering tidak terjadi. Sesudah beberapa bulan sampai beberapa tahun, siklus terhenti sama sekali. Periode ketika siklus terhenti dan hormon-hormon kelamin wanita menghilang dengan cepat sampai hampir tidak ada disebut sebagai menopause.

Penyebab menopause adalah “matinya” (burning out) ovarium.

(34)

17

primordial tumbuh menjadi folikel matang dan berovulasi, dan beratus-ratus dari ribuan ovum berdegenerasi. Pada usia sekitar 45 tahun, hanya tinggal beberapa folikel-folikel primordial yang akan dirangsang oleh FSH dan LH, dan produksi estrogen dari ovarium berkurang sewaktu jumlah folikel primordial mencapai nol. Ketika produksi estrogen turun di bawah nilai kritis, estrogen tidak lagi menghambat produksi gonadotropin FSH dan LH. Sebaliknya, gonadotropin FSH dan LH (terutama FSH) diproduksi sesudah menopause dalam jumlah besar dan kontinu, tetapi ketika folikel primordial yang tersisa menjadi atretik, produksi estrogen oleh ovarium turun secara nyata menjadi nol (Guyton, 2011).

(35)

18

lebih banyak daripada indung telur pramenopause. (Wijayanti, 2009).

(36)

19

Gambar 2. Hubungan kadar hormon estrogen dengan usia (Fritz, 2010).

2.1.5 Perubahan Fisik pada Menopause

Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu:

i. Ketidakteraturan Siklus Haid

Setiap wanita akan mulai mengalami siklus haid yang tidak teratur, dapat menjadi lebih panjang atau lebih pendek sampai akhirnya berhenti. Terdapat perdarahan yang datangnya tidak teratur dalam rentang beberapa bulan kemudian berhenti sama sekali.

UNIT FOLIKEL KADAR HORMON ESTROGEN

(37)

20

ii. Gejolak Rasa Panas (hot flushes)

Terdapat sekitar 40% wanita mengeluh bahwa siklus haidnya tidak teratur. Keadaan ini meningkat sampai 60% pada waktu 1-2 tahun menjelang haid berhenti total atau menopause. Rasa panas ini sering disertai dengan warna kemerahan pada kulit dan berkeringat.

iii. Kekeringan Vagina

Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali mensekresikan lendir. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering dan kurang elastis. Alat kelamin mulai mengerut, liang senggama kering sehingga menimbulkan nyeri pada saat senggama, menahan kencing terutama pada saat batuk, bersin, tertawa dan orgasme.

iv. Menurunnya gairah seks

(38)

21

2.2 Siklus Respon Seksual Normal

Siklus respon seksual yang normal, merupakan suatu rangkaian proses yang dialami oleh setiap orang, baik perempuan maupun laki-laki pada saat melakukan hubungan seksual dengan pasangannya. Hal ini terjadi secara alamiah dan terdiri atas 4 tahap atau fase, yaitu :

i. Fase gairah atau minat, yaitu timbulnya keinginan atau minat atau gairah untuk melakukan atau ikut serta dalam aktivitas seksual. Keinginan atau gairah tersebut dapat timbul dari dalam diri atau hasil rangsangan dari luar atau orang lain. Yang berasal dari diri sendiri adalah karena peran hormon (androgen dan estrogen), adanya motivasi serta harapan.

ii. Fase terangsang (arousal), yaitu terdapatnya perasaan khas berupa ingin atau berhasrat melakukan hubungan seksual atau bersenggama, yang ditengarai oleh timbulnya cairan pada vagina (disebut sebagai lubrikasi).

(39)

22

iv. Fase resolusi, yaitu kembalinya secara alamiah semua organ dan bagian tubuh yang tadi berperan dalam siklus respon seksual kepada keadaan semula. (Elvira, 2006)

2.3 Disfungsi Seksual

2.3.1 Definisi Disfungsi Seksual

Menurut Manan (2013), disfungsi seksual merupakan penurunan libido atau hasrat seksual pada seseorang atau lawan jenisnya, baik pria maupun wanita. Gangguan ini dapat terjadi karena berbagai hal, baik secara medis maupun psikologis, serta memberikan efek yang kurang baik terhadap keharmonisan hubungan suami istri. Sedangkan menurut Elvira (2006), disfungsi seksual secara luas merupakan ketidakmampuan untuk menikmati secara penuh hubungan seks dan secara khusus merupakan gangguan yang terjadi pada salah satu atau lebih dari keseluruhan siklus respon seksual yang normal.

2.3.2 Kategori Disfungsi Seksual

(40)

23

menyebabkan tekanan berat dan kesulitan hubungan antar manusia. Disfungsi seksual ini dapat terjadi pada satu atau lebih dari empat fase siklus tanggapan yaitu hasrat atau libido, bangkitan, orgasme atau pelepasan, dan pengembalian. Meskipun hampir sepertiga dari pasien yang mengalami disfungsi seksual terjadi tanpa pengaruh dari penggunaan obat, beberapa petunjuk mengarahkan bahwa antidepresan dapat mencetuskan atau membangkitkan disfungsi seksual. Gangguan organik atau fisik dapat terjadi pada organ, bagian-bagian badan tertentu atau fisik secara umum. Bagian tubuh yang sedang terganggu dapat menyebabkan terjadinya disfungsi seksual dalam berbagai tingkat (Tobing, 2006).

Disfungsi seksual wanita secara tradisional terbagi menjadi gangguan minat/keinginan seksual atau libido, gangguan birahi, nyeri atau rasa tidak nyaman dan hambatan untuk mencapai puncak atau orgasme. Pada DSM IV dari American Phychiatric Association, dan ICD-10 dari WHO, disfungsi seksual wanita ini dibagi menjadi empat kategori yaitu :

i. Gangguan minat/ keinginan seksual (desire disorders)

(41)

24

ii. Gangguan birahi/perangsangan (arousal disorder)

Yaitu ketidakmampuan mencapai atau mempertahankan keterangsangan dan kenikmatan seksual secara subjektif, yang ditandai dengan berkurangnya cairan atau lendir pada vagina (lubrikasi).

iii. Gangguan orgasme (orgasmic disorder)

Yaitu sulit atau tidak dapat mencapai orgasme, walaupun telah ada rangsang seksual yang cukup dan telah mencapai fase arousal.

iv. Gangguan nyeri seksual (sexual pain disorder)

Gangguan nyeri seksual termasuk dispareunia, yaitu merasakan nyeri saat melakukan senggama dan dapat terjadi saat masuknya penis ke dalam vagina (penetrasi) atau selama berlangsungnya hubungan seks, dan vaginismus yaitu terjadinya kontraksi atau kejang otot-otot vagina sepertiga bawah sebelum atau selama senggama sehingga penis sulit masuk ke dalam vagina. (Elvira, 2006).

2.4 Pengukuran FSFI

(42)

25

FSFI digunakan untuk mengukur fungsi seksual termasuk hasrat seksual dan respon seksual dalam empat minggu terakhir. Aktivitas seksual termasuk cumbuan, pemanasan, masturbasi, dan rangsangan pada vagina (vaginal intercourse). Hubungan seksual didefinisikan sebagai penetrasi (masuknya penis ke dalam vagina). Rangsangan seksual termasuk keadaan seperti pemanasan dengan pasangan, rangsangan oleh diri sendiri (masturbasi) atau fantasi (bayangan) seksual.

Skor domain individu dan skor keseluruhan dapat diperoleh dari tabel yang sudah ditetapkan pada FSFI. Untuk skor domain individual diperoleh dari penambahan skor masing-masing pertanyaan, sedangkan untuk skor keseluruhan diperoleh dari penjumlahan pada skor masing-masing domain. Skor yang tinggi pada tiap domain menunjukkan level fungsi seksual yang lebih baik. Wanita dengan skor FSFI ≤26,5 dinyatakan mengalami disfungsi seksual (Rosen, 2010).

2.5 Perubahan Fungsi Seksual pada Menopause

(43)

26

(44)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan pendekatan cross-sectional.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober tahun 2014.

3.2.2 Tempat Penelitian

(45)

28

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah semua wanita bersuami yang telah mengalami menopause dalam batasan usia 45-60 tahun di posyandu lansia wilayah kerja puskesmas Panjang Bandar Lampung yang berjumlah 134 orang dan terbagi kedalam 6 posyandu, yang masing-masing berjumlah:

Posyandu Panjang Selatan : 33 orang Posyandu Way Lunik : 14 orang Posyandu Pidada : 29 orang Posyandu Ketapang : 19 orang Posyandu Karang Maritim : 23 orang Posyandu Srengsem : 16 orang

3.3.2 Sampel Penelitian

(46)

29

Besar sampel dihitung dengan dengan rumus Slovin :

n =

n =

n = 100 responden, ditambah 10% menjadi 110 responden

Keterangan :

N = jumlah populasi d = tingkat signifikansi

Kriteria inklusi :

a. Wanita bersuami dalam batasan usia 45-60 tahun

b. Tidak mengalami menstruasi dalam satu tahun (menopause) c. Kondisi fisik sehat

d. Bersedia menjadi subjek penelitian

Kriteria eksklusi :

a. Menderita diabetes melitus b. Menggunakan terapi hormon

Besar sampel dalam setiap posyandu ditentukan berdasarkan rumus proporsi, yaitu :

(47)

30

Variabel independen adalah lama menopause yang dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu <5 tahun, 5-10 tahun, dan >10 tahun.

3.4.2 Variabel Dependen

Variabel dependen adalah disfungsi seksual yang dikategorikan menjadi dua kelompok, yaitu tidak disfungsi seksual bila skor FSFI >26,5 dan disfungsi seksual bila skor FSFI ≤26,5.

3.5 Definisi Operasional Variabel

(48)

31

Tabel 1. Definisi Operasional Variabel

No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Skala 1 Lama

Wawancara 1. <5 tahun 2. 5-10 tahun

Tabel 2. Skor Penilaian FSFI

No Domain Pertanyaan Rentang

(49)

32

3.6 Alat dan Cara Penelitian

3.6.1 Alat Penelitian

Pada penelitian ini digunakan alat – alat sebagai berikut :

i. Kuesioner FSFI ii. Alat tulis

iii. Lembar persetujuan

3.6.2 Cara pengambilan data

Dalam penelitian ini, seluruh data diambil secara langsung dari responden (data primer), yang meliputi :

i. Penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian ii. Pengisian informed consent

iii. Wawancara lama menopause, yaitu lama waktu yang dihitung dalam tahun dimulai dari tahun terakhir responden mendapat menstruasi yang terakhir dan tetap tidak mendapat menstruasi sampai tahun penelitian

(50)

33

3.7 Alur Penelitian

Gambar 5. Alur Penelitian.

Mendapatkan izin penelitian di posyandu lansia wilayah kerja puskesmas Panjang, Bandar Lampung dari kepala puskesmas Panjang, Bandar Lampung

Membuat surat izin penelitian dari Fakultas Kedokteran Unila untuk melakukan penelitian di puskesmas Panjang, Bandar Lampung

Menyebarkan kertas informed concent dan kuesioner FSFI kepada calon responden di posyandu lansia wilayah kerja puskesmas Panjang, Bandar Lampung

Setelah pasien bersedia menjadi responden dalam penelitian, pengisian kuesioner dilakukan setelah diberikan penjelasan oleh peneliti

Didapatkan jawaban responden berdasarkan kuesioner

Pengolahan data

Analisis data

(51)

34

3.8 Pengolahan dan Analisis Data

3.8.1. Pengolahan data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan diubah kedalam bentuk tabel - tabel, kemudian data diolah menggunakan program statistik. Kemudian, proses pengolahan data menggunakan program komputer, terdiri dari beberapa langkah : i. Coding, untuk mengkonversikan (menerjemahkan) data yang

dikumpulkan selama penelitian kedalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis.

ii. Data entry, memasukkan data kedalam komputer.

iii. Verifikasi, memasukkan data pemeriksaan secara visual terhadap data yang telah dimasukkan kedalam komputer. iv. Output komputer, hasil yang telah dianalisis oleh komputer

kemudian dicetak.

3.8.2. Analisis Statistika

Analisis statistika untuk mengolah data yang diperoleh akan menggunakan program statistik dimana akan dilakukan 2 macam analisa data, yaitu analisa univariat dan analisa bivariat.

(52)

35

Analisa ini digunakan untuk menentukan nilai rata-rata dan standar deviasi variabel independen, serta distribusi frekuensi dan persentase variabel dependen.

ii. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dengan menggunakan uji statististik:

a. Uji Chi-square

Uji chi-square merupakan uji hipotesis komparatif variabel kategorik tidak berpasangan. Syarat uji Chi-square adalah jumlah sel yang mempunyai nilai expected kurang dari 5, maksimal 20% dari jumlah sel yang ada.

b. Uji Fisher

Uji fisher merupakan uji hipotesis komparatif variabel kategorik yang tidak memenuhi syarat uji Chi-square (uji alternatif). Uji ini digunakan pada variabel kategorik 2x2. Penelitian ini menggunakan uji hipotesis komparatif variabel kategorik tidak berpasangan jenis tabel 3x2. Bila tidak memenuhi syarat uji chi-square maka akan dilakukan penggabungan sel menjadi 2x2, kemudian kembali diuji dengan uji chi-square. Bila sudah dilakukan penggabungan sel dan syarat uji chi-square masih tidak terpenuhi maka uji hipotesis alternatif yang digunakan adalah uji Fisher.

(53)

36

Uji Spearman dilakukan untuk mengetahui arah hubungan dan kuatnya hubungan antara lama menopause dengan kejadian disfungsi seksual.

3.9 Etika Penelitian

(54)

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan lama menopause dengan kejadian disfungsi seksual pada wanita menopause di posyandu lansia wilayah kerja puskesmas Panjang Bandar Lampung yang dilakukan pada bulan Oktober 2014 maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa :

1. Terdapat hubungan antara lama menopause dengan kejadian disfungsi seksual pada wanita menopause di posyandu lansia wilayah kerja puskesmas Panjang Bandar Lampung, semakin lama menopause maka kejadian disfungsi seksual semakin meningkat.

2. Responden dengan lama menopause kurang dari 5 tahun sebanyak 38 orang (34,5%), 5-10 tahun sebanyak 20 orang (18,2%), dan lebih dari 10 tahun sebanyak 52 orang (47,3%).

3. Angka kejadian disfungsi seksual pada wanita menopause di posyandu lansia wilayah kerja puskesmas Panjang kota Bandar

Lampung sebesar 70,9%.

(55)

48

5.2 Saran

1. Bagi peneliti untuk memberikan edukasi kepada wanita menopause mengenai disfungsi seksual wanita.

2. Bagi masyarakat untuk memperhatikan pengaruh menopause terhadap kejadian disfungsi seksual.

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Ambler DR, Bieber EJ, Diamond MP. 2012. Sexual Function in Elderly Women: A Review of Current Literature. Reviews in Obstetrics & Gynecology, 5 : 16-27.

Baziad A. 2003. Menopause dan Andropause. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Cabral PUL, Canario ACG, Spyrides MHC, Uchoa SADC, Junior JE, Giraldo PC, Goncalves AK. 2014. Physical Activity and Sexual Function in Middle-Aged Woman. Rev Assoc Med Bras, 60 : 47-52.

Dahlan MS. 2012. Langkah – Langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Sagung Seto.

Dahlan MS. 2013. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika.

Daud MW, Bajuri Y. 2014. Sexual Dysfunction among Postmenopausal Women. Clin Ter, 165 : 83-89.

Elvira D. 2006. Disfungsi Seksual pada Perempuan. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Fritz MA, Speroff L. 2010. Clinical Gynecologic Endrocinology and Infertility. Lippincott Williams & Wilkins.

Goldstein I, Alexander JL. 2005. Practical aspects in the management of vaginal atrophy and sexual dsyfunction in perimenopausal and postmenopausal women. J Sex Med. 2 : 154-165.

Hastuti L, Hakimi M, Dasuki D. 2008. Hubungan antara Kecemasan dengan Aktivitas dan Fungsi Seksual pada Wanita Usia Lanjut di Kabupaten Purworejo. Berita Kedokteran Masyarakat, 24 : 176-190.

(57)

49

Kasdu D. 2002. Kiat Sehat dan Bahagia di Usia Menopause. Jakarta : Puspa Swara.

Kuncara HY. 2008. Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan & Manajemen Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Manan E. 2013. Bebas dari Ancaman Disfungsi Seksual Khusus Wanita. Jakarta : Buku Biru.

Manuaba IAC, Manuaba IBGF, Manuaba IBG. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. McKhann G, Marylin. 2010. Keep Your Brain Young. Yogyakarta : Media

Pressindo.

Miller HB, Hunt JS. 2003. Female Sexual Dysfunction: A Review of the Disorder and Evidence for Available Treatment Alternatives. Journal of Pharmacy Practice, 16 : 201-208.

Napes MM, Sidi H, Ahmad S, et al. 2013. Prevalence and Associated Factors of Sexual Dysfunction in Malaysian Menopausal Women. Sains Malaysian, 42 : 1011-1017.

Northrup C. 2006. Bijak di Saat Menopause. Bandung : Penerbit Q-Press. Notoatmodjo S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Prawirohardjo S. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.

Phillips NA. 2000. Female Sexual Dysfunction: Evaluation and Treatment. American Academy of Family Physicians.

Ratna A, Tendean HMM, Suparman E. 2013. Hubungan Menarche terhadap Menopause di Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng Sulawesi Selatan. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.

Rosen R, Brown C, Heiman J, Leiblum S, Meston C, Shabsigh R, Ferguson D, Agostino R. 2000. The Female Sexual Function Index (FSFI) : A Multidimensional Self-Report Instrument for the Assessment of Female Sexual Function. Journal of Sex & Marital Therapy, 26 : 191-208.

(58)

50 Sastrawinata S. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi. Jakarta :

EGC.

Tobing L. 2006. Seks Tuntunan bagi Pria. Jakarta : EMK.

Wahdi. 2003. Kadar Estradiol Serum pada Wanita Menopause Dengan Dan Tanpa Syndroma Vasomotor. [Thesis]. Universitas Diponegoro.

Gambar

Gambar 2. Kerangka konsep hubungan lama menopause dengan kejadian disfungsi seksual menurut skoring FSFI
Gambar 1. Perubahan hormon pada fase klimakterium (Sastrawinata, 2004).
Gambar 2. Hubungan kadar hormon estrogen dengan usia (Fritz, 2010).
Tabel 2. Skor Penilaian FSFI
+2

Referensi

Dokumen terkait

Campuran interaktif dengan granul pembawa yang menggunakan amilum kulit pisang agung sebagai pengikat dan SSG sebagai penghancur dapat menghasilkan mutu fisik

2) Bahwa dengan demikian meskipun perkawinan tergugat/pembanding dengan almarhum melalui caratan siupil, tapi almarhum tersebut tetap mempunyai bagian terhadap harta bersama

Pada parameter substrat, 3 titik kepadatan bivalvia terbanyak pada T6 mempunyai tipe substrat pasir berbatu dengan kandungan organik sebesar 5%, pada T17 mempunyai tipe

Daya dukung lahan dihitung dari total nilai produksi biohayati aktual yang ada pada lahan di wilayah tertentu, dibandingkan dengan kebutuhan lahan per hektar yang

Hakikat darurat: adalah kondisi terpaksa untuk melakukan perbuatan yang dilarang atau meninggalkan tuntutan/kewajiban, jika tidak melakukan yang dilarang ia akan celaka/binasa,

Buruh gendong adalah sesosok perempuan yang biasanya menggunakan jarit (selendang) untuk membawakan barang dagangan pengunjung di pasar-pasar tradisional, dan untuk sasaran

Langkah awal yaitu mencari yang lebih unggul antara casted screw supplier (sistem berjalan) dengan membuat lokal (sistem usulan) dari segi kualitas material, harga dan lead

Cara pengayakan dalam metode ini, sampel terlempar ke atas secara vertikal dengan sedikit gerakan melingkar sehingga menyebabkan penyebaran pada sampel dan terjadi