• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Penugasan Membuat Bank Soal Fisika SMA Menggunakan Teknik Problem Posing

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Penugasan Membuat Bank Soal Fisika SMA Menggunakan Teknik Problem Posing"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PENUGASAN MEMBUAT BANK SOAL FISIKA SMA MENGGUNAKAN TEKNIK PROBLEM POSING

(Skripsi)

Oleh:

EKA NURHAYANTI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

Eka Nurhayanti

ABSTRAK

PENGEMBANGAN PENUGASAN MEMBUAT BANK SOAL FISIKA SMA MENGGUNAKAN TEKNIK PROBLEM POSING

Oleh Eka Nurhayanti

Berdasarkan data hasil observasi di SMAN 1 Punduh Pedada, diketahui bahwa peserta didik kesulitan dalam memperoleh soal-soal sebagai bentuk latihan dasar atau sebagai sumber belajar khususnya dalam pembelajaran fisika. Hal ini juga dapat dilihat bahwa sekolah belum memiliki fasilitas yang memadai, sehingga dengan adanya pengembangan bank soal fisika SMA pendidik dapat

menyelesaikan permasalahan tersebut. Kegiatan pengembangan penugasan membuat bank soal menggunakan teknik problem posing dimulai dengan mempersiapkan soal-soal sebagai master soal, kemudian master soal tersebut diberikan kepada siswa dimana siswa dituntun untuk merumuskan ulang soal dengan cara mengubah bilangan, variabel, atau operasi hitungan hingga terbentuk menjadi beberapa soal baru dan siswa tersebut yang menyelesaikannya.

Pengembangan penugasan membuat bank soal ini mengadaptasi model

(3)

Eka Nurhayanti analisis kebutuhan, identifikasi sumber daya, identifikasi spesifikasi produk, pengembangan produk, uji internal, uji eksternal dan produksi. Berdasarkan beberapa tahap pengembangan tersebut diperoleh produk akhir (bank soal) berupa prototipe III. Prototipe III berawal dari prototipe I yang telah lulus uji internal.

Hasil uji internal menunjukkan bank soal yang dikembangkan telah sesuai dengan teori dan layak digunakan sebagai media pembelajaran. Setelah dilakukan uji internal maka dilanjutkan uji eksternal yaitu uji satu lawan satu dan uji lapangan. Hasil uji satu lawan satu memperlihatkan bahwa aspek keterbacaan memperoleh nilai 3,22 dengan klasifikasi baik, kemenarikan memperoleh nilai 3,27 dengan klasifikasi sangat baik, dan kemanfaatan memperoleh nilai 3,85 dengan klasifikasi sangat baik. Setelah uji satu lawan satu selesai maka dilanjutkan uji lapangan. Hasil uji lapangan untuk aspek keterbacaan memperoleh nilai 3,27 dengan klasifikasi sangat baik, aspek kemenarikan memperoleh nilai 3,15 dengan

klasifikasi baik, dan aspek kemanfaatan memperoleh nilai 3,31 dengan klasifikasi sangat baik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa bank soal fisika SMA dengan

menggunakan teknik problem posing telah teruji sesuai teori dengan kualitas: mudah dibaca, sangat menarik dan sangat bermanfaat.

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Citerep, Desa Merak Batin, Kecamatan Natar, Lampung Selatan, pada tanggal 14 Oktober 1990. Penulis adalah anak pertama dari pasangan Bapak Suherwadi dan Ibu Nuraini.

Pendidikan formal yang diselesaikan penulis yaitu:

1. TK Aulia Natar yang diselesaikan pada tahun 2007

2. SD Negeri 1 Natar yang diselesaikan pada tahun 2003

3. SMP Negeri 1 Natar yang diselesaikan pada tahun 2006

4. SMA Negeri 1 Natar yang diselesaikan pada tahun 2009

(9)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi robbilalamin.

Dengan izin Allah SWT yang memberi anugrah tak ternilai dalam segala

keterbatasanku, yang selalu memberi rahmat dan karunia sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasullullah Muhammad

SAW atas penunjuk jalan kebenaran bagi umat manis di muka bumi ini.

Kupersembahkan karya kecilku ini untuk:

Ayah dan Mama Tersayang

Orang tua terhebat yang begitu mencintaiku dan menyayangiku. Cahaya hidup yang senantiasa ada saat suka maupun duka, selalu setia mendampingi saat ku lemah tak

berdaya, yang selalu memanjatkan doa untuk ku dalam setiap sujudnya untuk kebahagian dan kesuksesanku.

Adikku

yang selalu memberi semangat dan doa setiap langkahku

Keluarga besarku

yang begitu menyayangi dan memahamiku serta memberikan dukungan dan doa untuk keberhasilanku.

My Husband to be

Laki-laki pilihan ALLAH SWT untukku, insan yang akan berjodoh denganku, yang akan menemani perjalanan hidupku hingga akhir hayat, menjadi imam yang baik serta

calon ayah untuk keturunanku.

Para Pendidik

Bapak/Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada ku, yang selalu membimbing dan mengarahkan ku untuk menjadi orang yang lebih baik, serta

nasihat-nasihat yang berguna untukku.

(10)

Sahabat yang selalu ada disampingku, memberikan motivasi, semangat, keceriaan,dan kebahagiaan yang tak kan pernah terlupakan.

Teman-teman Pendidikan Fisika 2009

(11)

MOTO

“Pandanglah orang yang lebih rendah dari padamu, jangan memandang orang yang lebih tinggi dari padamu, karena … yang demikian itu lebih baik agar kamu jangan memperkecil

nikmat karunia Allah yang telah dianugerahkan kepadamu”

(H.R. Bukhari dan Muslim)

“Allah selalu memberi apa yang kita inginkan, dan selalu mengganti setiap yang hilang dengan lebih baik”

“Berdoa, berusaha, ikhlas, sabar, dan Husnuzon. Selalu Semangat!”

(Eka Nurhayanti)

(12)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Penugasan Membuat Bank Soal Fisika SMA Menggunakan Teknik Problem Posing di SMAN 1 Punduh Pedada”. Penulis menyadari bahwa terdapat banyak bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Bapak Drs. Eko Suyanto, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika sekaligus selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Dosen

Pembimbing I yang telah memotivasi, membimbing, dan mengarahkan penulis selama penulisan skripsi.

4. Bapak Drs. Feriansyah Sesunan, M.Pd., selaku Pembimbing II, atas kesabarannya dalam memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.

(13)

6. Drs. I Dewa Putu Nyeneng M.Sc.; Drs. Nengah Maharta M.Si.; serta bapak dan ibu dosen Pendidikan Fisika Universitas Lampung yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membimbing penulis dalam pembelajaran di Universitas Lampung.

7. Ayah, mama, dwi beserta keluarga besar penulis, terimakasih atas dukungan dan do’a yang diberikan selama ini

8. Bapak Sofvan, S.Pd., dan Ibu Dewi Setiawati, S.Pd selaku evaluator uji ahli, terimakasih atas waktu dan masukannya.

9. Bapak Abdul Roni, S.Pd selaku Kepala SMAN 1 Punduh Pedada yang telah memberi izin dan arahan selama penelitian.

10.Bapak dan Ibu dewan guru SMAN 1 Punduh Pedada beserta staf tata usaha yang membantu penulis dalam melakukan penelitian.

11.Siswa-siswi kelas X dan XI IPA SMAN 1 Punduh Pedada atas bantuan dan kerjasamanya.

12.Bapak dan Ibu dewan guru SMAN 2 Punduh Pedada yang telah menerima, membimbing, dan mengayomi dalam mengenal dunia pendidikan di sekolah. 13.Siswa-siswi SMAN 2 Punduh Pedada yang telah memberikan kepercayaan,

semangat dan do’a.

14.Aa Rizal Efendi, terimakasih atas bantuannya yang selalu setia menemani perjalananku baik suka maupun duka dan sabar mendengarkan seluruh keluh kesahku

(14)

16.Ciku Imam Ghozali yang selalu memberikan kebahagiaan dari canda tawa, memberikan semangat dan doa untuk setiap langkah ku.

17.Keluarga kecil PPL KKN yang tak akan pernah terlupa, Agus Eka Setiabudi, Edo Saputra, Tommy Hastomo, Meirindi, Indah Erisa, Allen Nurs Atanacio Khoirunnisa, Weny Atika, Eva Agustina, Amelia Kenny Soraya, Meilia Anggraini, Cicilia Maligia, Aqsha Ramadhanisa, dan Gintari Berliana yang telah memberi banyak pengalaman dan mengajariku kedewasaan.

18.Sahabat-sahabat fisika angkatan 2009 : Mitha, Daning, Nurul, Dian, Trisia, Lisa, Abang Eza, Citra, Lenny, Pendi, dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas kebersamaannya.

19.Kakak tingkat angkatan 2008, 2007, 2006, atas bimbingannya. 20.Adik-adik tingkat dan keluarga besar fisika 2010, 2011 dan 2012. 21.Kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

Semoga segala bantuan, bimbingan, dorongan dan doa yang diberikan kepada penulis mendapat ridho dari Allah SWT. Semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.

Bandar Lampung, Desember 2014 Penulis,

(15)

DAFTAR ISI

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi ... 7

B. Bank Soal ... 11

C. Problem Posing ... 15

D. Teknik Problem Posing ... 19

E. Bank Soal Teknik Problem Posing ... 20

F. Besaran dan Satuan ... 21

1. Besaran Pokok ... 21

2. Besaran Turunan ... 22

G. Vektor dan Skalar ... 22

III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 27

(16)

C. Prosedur Pengembangan ... 28

1. Tahap I: Analisis Kebutuhan Pengembangan ... 30

2. Tahap II: Identifikasi Sumber Daya ... 30

3. Tahap III: Identifikasi Spesifikasi Produk ... 31

4. Tahap IV: Pengembangan Produk ... 31

5. Tahap V: Uji Internal ... 32

6. Tahap VI: Uji Eksternal ... 32

7. Tahap VII: Produksi ... 33

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengembangan ... 34

1. Tahap I: Kebutuhan Pengembangan ... 34

2. Tahap II: Sumber Daya ... 35

3. Tahap III: Spesifikasi Produk ... 36

4. Tahap IV: Bentuk Produk ... 38

5. Tahap V: Hasil Uji Internal ... 39

6. Tahap VI: Hasil Uji Eksternal ... 41

7. Tahap VII: Produk Bank Soal ... 46

B. Pembahasan... 46

1. Kesesuaian Produk yang dihasilkan dengan tujuan pengembangan ... 46

2. Kelebihan dan kelemahan produk hasil pengembangan ... 50

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 51

B. Saran ... 52 DAFTAR PUSTAKA

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Besaran pokok dan satuannya ... 21

4.1. Hasil observasi ... 35

4.2. Analisis kompetensi ... 36

4.3. Identifikasi kurikulum ... 37

4.4. Hasil validasi ahli ... 39

4.5. Skor penilaian uji coba terhadap pilihan jawaban ... 42

4.6. Konversi skor penilaian ... 43

4.7. Hasil uji coba satu lawan satu ... 43

4.8. Hasil uji coba lapangan ... 44

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Hierarki ranah kognitif ... 14

2.2. Vektor ... 23

2.3. Perpindahan vektor ... 24

2.4. Vektor cara segitiga ... 24

2.5. Penjumlahan dan pengurangan vektor cara segitiga ... 24

2.6. Vektor jajaran genjang ... 25

2.7. Resultan dua vektor ... 25

2.8. Vektor sumbu siku-siku ... 25

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil wawancara analisis kebutuhan 2. Hasil observasi sumber daya sekolah 3. Format bank soal

4. Instrumen validasi keterbacaan 5. Instrumen validasi konstruksi

6. Instrumen validasi kesesuaian isi materi 7. Hasil validasi keterbacaan

8. Skor validasi keterbacaan 9. Hasil validasi konstruksi 10. Skor validasi konstruksi

11. Hasil validasi kesesuaian isi materi 12. Skor validasi kesesuaian isi materi 13. Instrumen uji keterbacaan siswa 14. Instrumen uji kemenarikan siswa 15. Instrumen uji kemanfaatan

16. Skor hasil uji keterbacaan siswa (uji satu lawan satu) 17. Skor hasil uji kemenarikan siswa (uji satu lawan satu) 18. Skor hasil uji kemanfaatan siswa (uji satu lawan satu) 19. Skor hasil uji keterbacaan siswa (uji lapangan)

(20)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan yang berkualitas merupakan pendidikan yang dapat menghasilkan lulusan yang memiliki prestasi akademik dan non-akademik yang mampu menjadi pelopor pembaruan dan perubahan sehingga mampu menjawab berbagai

tantangan dan permasalahan yang dihadapinya, baik di masa sekarang atau di masa yang akan datang. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan, yaitu proses pembelajaran, sarana- prasarana, pendidik serta prosedur evaluasi yang mencakup penilaian dan pengukuran.

Kualitas pendidikan tidak dapat dilepaskan dari prosedur evaluasi berupa

(21)

2 Selain itu dalam Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 tentang Standar

Pendidikan Nasional disebutkan juga bahwa hasil Ujian Nasional (UN) digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk (1) Pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan; (2) Dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya; (3) Penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan pendidikan; (4) Pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut serta dalam rangka perbaikan kualitas pendidikan Indonesia secara keseluruhan, maka menurut pemerintah dilaksanakannya Ujian Nasional (UN) ini sangat penting sebagai kendali mutu (quality control) atas pendidikan di

Indonesia.

Memperbaiki kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan membuat sistem pengukuran yang baik. Mengukur kemampuan peserta didik dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan memberikan tes. Tes merupakan salah satu cara untuk menafsirkan besarnya tingkat kemampuan manusia secara tidak langsung, yaitu melalui respon seseorang terhadap sejumlah stimulus atau pertanyaan. Oleh karena itu kegitan pengukuran harus sistematis dan pelaksanaannya memiliki akuntabilitas tinggi, serta hasilnya diharapkan dapat menjelaskan kemampuan peserta didik yang sebenarnya. Dengan dilakukannya pengukuran, peserta didik akan mudah menilai sejauh mana tingkat pemahaman dan penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran, bahkan dengan mudah dapat dihimpun informasi sampai sejauh mana peserta didik mampu

(22)

3 Fisika merupakan salah satu bidang studi yang diujikan pada Ujian Nasional selain Bahasa Indonesia, matematika, Bahasa Inggris, Biologi dan Kimia. Banyak siswa yang menganggap mata pelajaran fisika merupakan salah satu bidang IPA yang sangat sulit dipahami. Dalam pembelajaran fisika kebanyakan siswa dituntut untuk lebih banyak mempelajari konsep dan prinsip-prinsip sains secara verbalis namun demikian mata pelajaran fisika merupakan salah satu pelajaran eksakta yang menuntut adanya pemahaman secara nyata. Bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, atau prinsip tetapi merupakan suatu proses penemuan. Fisika merupakan tempat untuk menumbuhkan kemampuan berpikir terhadap pemecahan masalah, bekerja dan bersikap ilmiah serta

berkomunikasi sebagai salah satu aspek kecakapan hidup. Hal ini juga membuat beban pendidik yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan peserta didik, oleh karena itu tes yang bermutu dan berkualitas pada mata pelajaran fisika sangat dibutuhkan untuk peserta didik.

Banyak cara yang telah dilakukan oleh pendidik, salah satunya adalah dengan membiasakan peserta didik sejak dini untuk terampil dalam mengerjakan soal atau dengan memberikan tes kepada peserta didik sehingga pendidik benar-benar mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki masing-masing peserta didik.

Dengan mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki peserta didik, pendidik akan mendapatkan informasi apakah peserta didik tersebut layak atau tidak untuk melanjutkan ketingkat selanjutnya. Begitupun terhadap peserta didik untuk rajin dalam belajar serta terbiasa mengerjakan soal-soal secara mandiri atau kelompok.

(23)

4 latihan dasar atau sebagai sumber belajar khususnya dalam pembelajaran fisika. Sehingga dengan adanya pengembangan penugasan membuat bank soal fisika SMA pendidik dapat menyelesaikan permasalahan tersebut. Kegiatan

pengembangan penugasan membuat bank soal menggunakan teknik problem posing dimulai dengan mempersiapkan soal-soal sebagai master soal, kemudian

master soal tersebut diberikan kepada siswa dimana siswa dituntun untuk merumuskan ulang soal dengan cara mengubah bilangan, variabel, atau operasi hitungan hingga terbentuk menjadi beberapa soal baru dan siswa tersebut yang menyelesaikannya.

Mempertimbangkan kebermanfaatan dan masalah-masalah yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti mengembangkan penugasan membuat bank soal fisika SMA menggunakan teknik problem posing.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah diperlukan pengembangan penugasan membuat bank soal fisika SMA menggunakan teknik problem posing sebagai penguasaan konsep materi yang berisi latihan soal beserta kunci jawabannya.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan penugasan membuat bank soal fisika SMA menggunakan teknik problem posing sebagai penguasaan konsep materi yang berisi latihan soal beserta

(24)

5 D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dibuat untuk memberikan manfaat mengembangkan gagasan

evaluasi hasil belajar dengan dasar pengembangan penugasan membuat bank soal. Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Dimanfaatkan dalam perangkat soal ulangan mata pelajaran fisika yang terdapat di sekolah khususnya pada pembelajaran materi besaran dan satuan. 2. Tersedianya sumber belajar sebagai bentuk latihan bagi peserta didik dalam

proses pembelajaran untuk mencapai penguasaan kompetensi.

3. Memberikan motivasi bagi pendidik untuk mengembangkan perangkat tes yang lebih baik.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini mencapai sasaran sebagaimana yang dirumuskan penulis, maka diberikan batasan sebagai berikut:

1. Pengembangan adalah proses menerjemahkan spesifikasi desain ke dalam suatu wujud fisik tertentu.

2. Penelitian ini difokuskan pada pengembangan penugasan membuat bank soal fisika SMA menggunakan teknik problem posing khususnya pada materi besaran dan satuan.

3. Model pengembangan yang digunakan diadaptasi dari Suyanto dan Sartinem (2009) sampai pada tahap akhir

(25)

6 5. Uji coba produk penelitian pengembangan dilakukan pada siswa SMAN 1

Punduh Pedada kelas X.

(26)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi

Dalam evaluasi pendidikan, terdapat empat komponen yang saling terkait dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan yaitu pengukuran, penilaian, evaluasi serta tes dan non tes. Artinya kegiatan evaluasi melibatkan ketiga kegiatan lainnya.

1) Pengukuran

Pengukuran merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Seperti yang diungkapkan oleh Miller dalam Megawati (2012: 11), pengukuran adalah deskripsi kuantitatif prestasi individu dari peserta didik pada tes tunggal atau beberapa tes penilaian. Sedangkan menurut Azwar (2010: 3), pengukuran adalah suatu prosedur pemberian angka terhadap atribut atau variabel suatu kontinum. Sementara itu Sudijono (2011: 4), pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mengukur sesuatu.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pengukuran merupakan suatu proses atau kegiatan menentukan kuantitas yang bersifat numerik terhadap atribut atau variabel yang dilakukan dengan

(27)

8 Menurut Azwar (2010: 4-6) karakteristik dari pengukuran yaitu:

a. Perbandingan antara atribut yang di ukur dengan alat ukurnya, maksudnya apa yang di ukur adalah atribut atau dimensi dari sesuatu, bukan sesuatu itu sendiri. b. Hasilnya dinyatakan secara kuantitatif artinya, hasilnya pengukuran berwujud

angka.

c. Hasilnya bersifat deskriptif, maksudnya hanya sebatas memberikan angka yang tidak diinterpretasikan lebih jauh.

Menurut Miller dalam Megawati (2012: 12), informasi dari pengukuran dapat digunakan untuk :

a. Memantau kemajuan peserta didik

b. Membantu peserta didik dengan rencana massa depannya (karir)

c. Mengklasifikasikan dan menempatkan peserta didik berdasarkan kepentingan, bakat, dan kesiapan

d. Menilai program pendidikan e. Memperbaiki kurikulum, dan

f. Menentukan pengajaran yang efisien

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya karakteristik pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar ukuran tertentu yang hasilnya berwujud angka dan bersifat deskriptif. Informsi dari pengukuran tersebut dapat digunakan untuk memantau kemajuan peserta didik dalam merencanakan massa depannya, serta menempatkan berdasarkan kepentingan, bakat, dan kesiapan, dapat menilai program pendidikan,

(28)

9 2) Penilaian

Menurut Sudijono (2011: 4-5) penilaian berarti menilai sesuatu. Sedangkan menilai mengandung arti mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan atau berpatokan pada ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh dan lain sebagainya. Menurut Mardapi (2008: 5) penilaian mencakup semua cara yang digunakan untuk menilai kerja individu, yaitu prestasi belajar yang dicapai peserta didik. Proses penilaian melalui bukti-bukti tentang pencapaian belajar peserta didik. Dari beberapa definisi tersebut dapat

disimpulkan bahwa penilaian merupakan semua cara yang digunakan untuk menilai suatu kerja individu, yaitu prestasi belajar yang dicapai peserta didik.

Dalam melakukan penelitian ada dua macam tes yang digunakan, yaitu acuan norma dan acuan kriteria (Mardapi, 2008: 7). Kedua acuan tersebut menggunakan asumsi yang berbeda tentang kemampuan seseorang. Tes acuan norma berasumsi bahwa kemampuan orang berbeda dan dapat digambarkan menurut distribusi normal, perbedaan ini ditunjukkan oleh hasil pengukuran, hasil tes seseorang dibandingkan dengan kelompoknya sehingga dapat diketahui posisi seseorang. Acuan ini di gunakan untuk tes seleksi. Tes acuan kriteria berasumsi hampir semua orang bisa belajar apa saja namun waktunya berbeda. Penafsiran tes selalu dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan, dengan hasil tes dinilai lulus dan tidak lulus.

3) Evaluasi

(29)

10 dalam melaksanakan suatu program. Menurut Miller dalam Megawati (2012: 14) evaluasi adalah penilaian kualitatif yang menggunakan hasil pengukuran dari tes dan informasi penilaian untuk menentukan penilaian. Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi pendidikan dapat diartikan kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan yang dapat diketahui mutu dan hasilnya. Hasil dari evaluasi dapat dijadikan acuan untuk perbaikan suatu program saat dievaluasi. Oleh karena itu evaluasi memberikan informasi bagi kelas dan pendidik sehingga diharapkan hasil evaluasi dapat mendorong pendidik untuk mengajar lebih baik dan mendorong peserta didik untuk belajar lebih baik.

Menurut Rasyid dan Mansur (2008: 4-5), evaluasi pengajaran dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu formatif dan sumatif. Evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilaksanakan ditengah- tengah atau pada saat berlangsungnya proses

(30)

11 B. Bank soal

Pada umumnya bank soal dapat dikatakan sebagai kumpulan item atau butir-butir soal saja,akan tetapi sebenarnya bank soal tidak sesederhana itu. Seperti yang di ungkapkan oleh Marlina (2011), bahwa bank soal bukan hanya bank pertanyaan, pool soal, kumpulan soal, gudang soal, atau perpustakaan soal; melainkan bank yang butir-butir soal terkalibrasi Wright dan Bell dalam Marlina (2011) dan disusun secara sistematis agar memudahkan penggunaan kembali dan manfaat soalnya. Butir- butir soal yang ada di dalam bank soal harus tersedia untuk setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar pada setiap mata pelajaran, tingkat kesukaran butir soal, dan jenjang pendidikan. Hal ini diperlukan untuk memiliki suatu tujuan yang jelas sebagai panduan dan pengembangan bank soal.

Selanjutnya dalam Shuputu (2012), menyatakan bahwa bank soal adalah

kumpulan besar soal-soal tes yang mengukur bidang pengajaran tertentu, tujuan khusus bahan pengajaran yang diijinkan adalah untuk memasukkan hanya butir-butir soal yang bermutu tinggi kedalam bank soal, dan bank soal ialah sumber soal-soal yang siap digunakan untuk tes yang akan menghemat waktu dalam mempersiapkan tes, karena soal-soal baru tidak perlu dibuat.

Menurut Wood dan Skurnik dalam Megawati (2012: 49) item bank merupakan kumpulan pertanyaan-pertanyaan terkoordinasi yang dikembangkan,

(31)

12 maupun empiris serta memuat informasi penting sehingga dapat dengan mudah dipergunakan dalam penyusunan sebuah instrumen penilaian.

Secara implisit, tujuan pengembangan bank soal juga diperlukan sebagai penilaian mutu bank soal itu sendiri. Apakah bank soal dapat berisi butir-butir soal yang sesuai dengan tujuan yang terkandung di dalamnya atau tidak, karena bank soal sangat berguna bagi guru, psychometrik, kurikulum, dan peserta didik Wright dan Bell dalam Marlina (2011). Selanjutnya Hambleton and Swaminathan dalam Marlina (2011) tujuan utama bank soal adalah untuk merakit/mengonstruksi tes dan pengadaan kesesuaian ujian baik untuk tujuan penilaian ulangan harian maupun untuk tujuan penilaian pada ulangan akhir semester, sehingga soalnya terjamin.

Menurut Wood dan Skurnik dalam Megawati (2012), tujuan pembuatan bank soal, yaitu agar a) memberikan informasi yang objektif tentang karakteristik

pemeriksaan atau penskoran yang digunakan, b) digunakan dalam ujian berbasis sekolah, c) membiasakan pendidik membuat perangkat tes, terutama pandangan bahwa perangkat tes harus dibuat berdasarkan blueprint, d) mengklasifikasikan prestasi yang berlaku secara universal sehingga pendidik menjadi lebih sadar dalam pembuatan tes, menguji apa, mengapa dan untuk apa tes tersebut dibuat, e) mendeteksi dan melatih bakat menulis butir soal sehingga bank soal akan berisi butir- butir soal yang berkualitas baik.

(32)

13 disimpulkan bahwa tujuan dari bank soal adalah membantu mempersiapkan

instrumen tes untuk mengukur keberhasilan belajar siswa sekaligus sebagai umpan balik perbaikan proses pembelajaran.

Dalam pengembangan bank soal ini digunakan tipe soal pilihan ganda. Menurut Kurniawan dan Mutaqimah (2009: 22), soal pilihan ganda merupakan bentuk soal yang jawabannya dapat dipilih dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Sedangkan menurut Azwar (2010: 80-81), butir pilihan ganda umumnya terdiri atas satu kalimat petanyaan yang disebut stem dan beberapa pilihan jawaban yang disebut alternatif atau opstion. Salah satu diantara alternatif tersebut merupakan jawaban yang benar atau yang terbaik dan disebut key atau kunci jawaban, sedangkan alternatif lainnya adalah jawaban yang disebut distraktor. Balitbang – Depdiknas (2003) menyatakan bahwa jumlah pilihan jawaban untuk soal Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah empat pilihan dan jumlah pilihan jawaban untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat adalah lima pilihan jawaban. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tipe soal pilihan ganda merupakan bentuk soal yang pilihan jawabannya terdiri dari kunci dan pengecoh.

(33)

14

Gambar 2.1 Hierarki ranah kognitif menurut Revisi Taksonomi Bloom Kemampuan kognitif menurut revisi Taksonomi Bloom dibedakan atas enam jenjang yaitu 1) Mengingat (remembering), mencakup dua macam proses kognitif yaitu mengenali (recognizing) dan mengingat. 2) Memahami (understanding), pertanyaan pemahaman menuntut siswa menunjukkan bahwa mereka telah mempunyai pengertian yang memadai untk mengorganisasikan dan menyusun materi-materi yang telah diketahui. 3) Menerapkan (applying), mencakup dua macam proses kognitif yaitu menjalankan dan mengimplementasikan. 4)

Menganalisis (analyzing), pertanyaan analisis menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsur-unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana saling

keterkaitan antar unsur-unsur tersebut. 5) Mengevaluasi (evaluating). membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada, serta mencakup dua macam proses kognitif yaitu memeriksa dan mengkritik. 6)

(34)

15 kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini yaitu membuat, merencanakan, dan memproduksi (Miftahuddin : 2011).

Setiap butir soal yang dibuat dimasukkan berdasarkan : tingkat sekolah, tipe sekolah, jurusan, standar kompetensi dan kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, perilaku yang diukur/taxonomi, format soal, tingkat kesulitan butir soal, tingkat kemampuan peserta didik, semester, statistik, tahun. Keberadaan bank soal sangat bermanfaat untuk mengatasi masalah pendidik ketika ingin melakukan penilaian. Setiap kali akan mengkonstruksi tes untuk penilaian, para pendidik tinggal mengambil butir-butir soal yang telah ada di bank soal. Selain mempermudah dalam penyusunan instrumen tes, juga menjamin kualitas instrumen yang akan dipakai.

C. Pengertian Problem Posing

Problem Posing berasal dari bahasa Inggris yaitu dari kata “Problem” yang

diartikan sebagai soal, masalah atau persoalan. Sedangkan “Pose” dapat diartikan sebagai mengajukan. Pengajuan soal (problem posing) memiliki beberapa arti, diantaranya yang sepadan dalam bahasa Indonesia yaitu mengajukan pertanyaan, merumuskan masalah atau membuat masalah. Sementara itu, As’ari dan Suryanto dalam Hajar (2009) menggunakan kata pembentukan soal sebagai arti kata

problem posing.

Problem posing memiliki beberapa istilah ada beberapa istilah yang

(35)

16 mengajukan pertanyaan dari situasi yang telah mereka pahami. Menurut Silver (1994), “problem posing refers to both the generation of new problems and the

reformulation, of given problem”. Problem posing merupakann aktivitas

pembelajaran yang melibatkan pembentukan masalah baru dan meformulasikan masalah yang diberikan. Menurut Leung dalam Sutame (2011) problem posing adalah pembentukan masalah baru dari permasalahan yang diberikan. Abu- Elwan (2000) mendefinisikan problem posing merupakan sebuah proses pembelajaran yang meliputi aktivitas membuat masalah dari masalah yang diberikan, membuat strategi untuk menyelesaikan masalah baru dan mengaitkan informasi berdasarkan permasalahan yang telah diberikan.

Menurut Sutiarso (1999: 16) Problem Posing merupakan istilah dalam bahasa inggris yaitu merumuskan masalah atau membuat masalah. Pendapat lain di kemukakan oleh Webster Dictionary dalam Sutiarso (1999: 17), masalah adalah “sesuatu pekerjaan yang perlu dilakukan atau segala sesuatu yang memerlukan

pekerjaan”, dan Polya dalam Sutiarso (1999:17) juga berpendapat bahwa “sebuah soal dikatakan sebagai sebuah masalah jika soal tersebut merupakan soal yang sulit dan penuh tantangan”. Menggunakan pendapat beberapa ahli dapat

(36)

17 Terkait dengan situasi soal yang diberikan, Stoyanofa (1996) menjelaskan bahwa problem posing diklasifikasikan menjadi tiga tipe yaitu:

a. Free problem posing situation (situasi problem posing bebas) yaitu siswa tidak diberikan masalah. Siswa diminta untuk mengajukan masalah secara bebas berupa masalah yang sederhana berdasarkan situasi kehidupan sehari-hari baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Tipe ini dapat digunakan untuk mengembangkan tingkat berpikir siswa.

b. Semi-sructured problem posing situation, (situasi problem posing semi-terstuktur), yaitu siswa diberikan suatu situasi soal terbuka dan siswa diajak untuk mengeksplorasinya dengan menggunakan pengetahuan, keterampilan, konsep yang mereka miliki serta pengalaman mereka sebelumnya. Bentuk soal yang dapat diberikan adalah soal terbuka (open-ended problem), masalah berdasarkan teorema yang spesifik, masalah berdasarkan gambar, serta soal cerita.

c. Structured problem posing (situasi problem posing terstuktur), yaitu siswa di-beri masalah khusus (soal) atau selesaian dari soal. Kemudian berdasarkan hal tersebut, siswa diminta untuk membentuk masalah/soal baru.

(37)

18 Menurut Suryosubroto (2009: 206), problem posing dapat memotivasi peserta didik untuk berpikir kritis serta mampu memperkaya pengalaman-pengalaman belajar, sehingga pada akhirnya meningkatkan hasil belajar peserta didik. Problem posing juga menghendaki peserta didik untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

Dalam pembelajaran matematika, problem posing (pengajuan soal) menempati posisi yang strategis. Siswa harus menguasai materi dan urutan penyelesaian soal secara mendetil. Hal tersebut dicapai jika siswa memperkaya pengetahuannya tak hanya dari guru melainkan perlu belajar secara mandiri. Silver, dkk (1996) menulis bahwa ”problem posing is central important in the disicipline of

mathematics and in the nature of mathematical thinking”. Yang berarti problem

posing dikatakan sebagai inti terpenting dalam disiplin matematika.

Silver dan Cai (1996) mengemukakan bahwa respons siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru bisa dikategorikan menjadi tiga kemungkinan, yaitu :

1. Pertanyaan matematika

Respons siswa dalam bentuk pertanyaan matematika yang diajukan mengan-dung masalah matematik yang berkaitan dengan situasi yang diberikan. Perta-nyaan yang muncul mungkin dapat diselesaikan, tetapi bisa juga tidak dapat diselesaikan.

2. Pertanyaan non-matematika

(38)

19 3. Pernyataan

Jika respons yang diberikan berbentuk pernyataan, artinya respons tersebut ti-dak mengandung masalah matematik maupun persoalan non-matematik.

D. Teknik Problem Posing

Silver dalam suyitno (2004:15) menjelaskan bahwa teknik problem posing dapat diaplikasikan dalam 3 bentuk:

(1) pre solution posing, yaitu jika seorang siswa membuat soal dari situasi yang diadakan. Jadi guru diharapkan mampu membuat pertanyaan yang berkaitan dengan pernyataan yang dibuat sebelumnya. (2) within solution posing, yaitu jika seseorang siswa mampu merumuskan ulang pertanyaan soal tersebut menjadi sub-sub pertanyaan baru yang urutan

penyelesaiannya seperti yang telah diselesaikan sebelumnya. Jadi diharapkan siswa mampu membuat sub-sub pertanyaan baru dari sebuah pertanyaan yang ada pada soal yang bersangkutan. (3) post solution posing, yaitu jika seorang siswa memodifikasi kondisi soal yang sudah diselesaikan untuk membuat soal baru yang sejenis.

Berdasarkan teknik Problem Posing, peneliti menggunakannya dalam

mengembangkan bank soal sebagai produk media pembelajaran yang aktif dan kreatif. Kegiatan pengajuan soal (problem posing) ini juga dapat meningkatkan kreatifitas siswa dan mengajak siswa untuk berpikir kritis. Pada prinsipnya teknik problem posing ini mewajibkan siswa memahami pertanyaan berdasarkan

(39)

20 E. Bank Soal Teknik Problem Posing

Bank soal adalah sekumpulan butir soal yang terkalibrasi (teruji) baik secara teoritis maupun empiris sehingga dapat digunakan bagi siswa sebagai panduan untuk mempermudah proses belajar dan melatih kemandirian dalam upaya mencapai kompetensi dasar. Bank soal juga tidak dapat berdiri sendiri sebagai sumber belajar, harus ada buku teks atau sumber lain terkait materi yang ada. Media ini juga dapat membantu kegiatan guru melakukan evaluasi.

Problem posing merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menyusun

pertanyaan sendiri atau memecahkan suatu masalah/soal menjadi pertanyaan yang lebih sederhana, yang mengacu pada penyelesaian soal tersebut yang sudah dipahami sebelumnya. Disini siswa dituntut untuk memahami/menguasai materi dan menyelesaikan soal dan siswa diberi kesempatan merumuskan soal dari hal yang diketahui dan menciptakan soal baru dengan memodifikasi kondisi dari masalah yang diberikan. Problem posing ini dapat juga dikembangkan dengan memberikan suatu masalah yang belum terpecahkan dan meminta siswa untuk menyelesaikannya.

Penerapan problem posing dalam pengembangan bank soal fisika ini adalah didahului dengan suatu penyajian soal beserta urutan penyelesaiannya dan siswa dituntut untuk memahami soal dan penyelesaiannya sebagai dasar untuk

(40)

21 pertanyaan yang tidak mengandung masalah matematika tetapi masih berkaitan dengan materi, dan yang terakhir adalah suatu pernyataan yaitu bentuk kalimat yang bersifat ungkapan/berita yang tidak memuat pertanyaan.

F. Besaran dan Satuan

Besaran dalam fisika dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat diukur, serta memiliki nilai besaran dan satuan. Sedangan satuan adalah sesuatu yang dapat digunakan sebagai pembanding dalam pengukuran. Satuan Internasional (SI) merupakan satuan hasil konferensi yang membahas tentang berat dan ukuran. Berdasarkan satuannya besaran dibedakan menjadi dua, yaitu besaran pokok dan besaran turunan. Besaran juga dikelompokkan menjadi dua, yaitu besaran pokok dan besaran turunan. Berdasarkan ada tidaknya arah, besaran jga dikelompokkan menjadi dua, yaitu besaran skalar dan besaran vektor.

1) Besaran Pokok

Besaran pokok adalah besaran yang digunakan sebagai dasar untuk menetapkan besaran yang lain. Besaran pokok terdiri dari panjang, massa, waktu, kuat arus listrik, suhu, intensitas cahaya, dan jumlah zat

Tabel 2.1 Besaran pokok dan satuannya

NO Besaran Pokok Satuan SI

Lambang Satuan

1 Panjang Meter M

(41)

22 NO Besaran Pokok Satuan

SI

Lambang Satuan

3 Waktu Sekon S

4 Kuat arus listik Ampere A

5 Suhu Kelvin K

6 Intensitas cahaya Candela Cd

7 Jumlah zat Mol Mol

2) Besaran Turunan

Besaran turunan adalah besaran yang dapat diturunkan dari besaran pokok. Besaran turunan terdiri dari luas, kecepatan, percepatan, gaya, tekanan, usaha.

G. Vektor dan Skalar

Selain besaran pokok dan turunan, besaran fisika dapat dibagi dua kelompok yaitu besaran skalar dan besaran vektor. Besaran vektor adalah besaran yang memiliki nilai, arah dan titik tangkap. Contoh besaran vektor adalah perpindahan,

(42)

23 1. Penulisan Vektor

Besaran vektor dapat ditulis dalam dua huruf atau dapat juga ditulis dalam satu huruf. Vektor yang ditulis dalam dua huruf, huruf pertama menunjukkan titik tangkap vektor, sedangkan huruf kedua merupakan arah vektor.

Misalnya vektor

Titik O : menyatakan titik tangkap vektor Titik B : menyatakan arah vektor

Panjang OB : menyatakan nilai vektor

Besaran vektor ditulis dengan huruf yang berisi tanda di atasnya. Tetapi dalam fisika pemberian tanda di atas huruf yang menyatakan besaran vektor kadang-kadang tidak ditulis. Panjang dari sebuah vektor merupakan nilai dari vektor tersebut. Menyatakan nilai dari sebuah vektor dapat ditulis dengan memberikan tanda mutlak dari vektor tersebut . Sifat-sifat vektor yaitu: a) vektor dapat dipindahkan; b) vektor dapat dijumlahkan; dan c) vektor dapat dikurangkan.

a. Perpindahan Vektor

Suatu vektor dapat dipindahkan dengan cara menggeser secara sejajar vektor semula. Vektor yang sudah dipindahkan itu hendaknnya arah masih tetap seperti semula, dan nilainya sama seperti semula. Misalnya: Anda akan memindahkan vektor sehingga titik tangkapnya bergeser ke titik O’

B

O

(43)

24

b. Penjumlahan dan pengurangan vektor

1. Penjumlahan dan pengurangan vektor cara segitiga. Diketahui dua vektor

Besar resultan vektor dirumuskan dengan aturan sinus

A B

Keterangan: 1, 2, dan 3 adalah urutan langkah-langkah melukiskan vektor Gambar 2.3 Perpindahan vektor

(44)

25 2. Penjumlahan dan pengurangan vektor cara jajaran genjang.

Diketahui dua vektor berikut ini

Resultan vektor dari A+B Resultan vektor dari A-B

3. Penjumlahan dan pengurangan vektor secara analitis (sumbu siku-siku)

Menjumlahkan vektor secara analitis dapat dilakukan setelah vektor yang akan dijumlahkan diuraikan terlebih dahulu. Menguraikan vektor pada hakekatnya adalah kebalikan dari menjumlahkan vektor.

A B

Keterangan: 1, 2, dan 3 adalah urutan langkah-langkah melukiskan vektor

B

A R

α

Resultan jumlah dua vektor dirumuskan

Resultan selisih dua vektor dirumuskan

0

0

Y

X

Besar resultan dua vektor secara jajar gemjang dirumuskan dengan

Gambar 2.7 Resultan dua vektor

(45)

26 Caranya:

a. Buat sumbu X dan Y dengan koordinat berimpit dengan titik tangkap vektor.

b. Vektor dan diuraikan menjadi dua komponen vektor. Komponen ke sumbu X :

Komponen ke sumbu Y:

c. Jumlahkan vektor dalam sumbu X dan sumbu Y.

d. Jumlahkan vektor

Maka besar resultan vektor

(46)

III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode research and development atau penelitian pengembangan. Borg dan Gall (1988) dalam Sugiyono (2012 : 9) menyatakan bahwa Research and Development (R & D) merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran. Sedangkan model penelitian pengembangan yang dipilih adalah model penelitian dan pengembangan

pendidikan yang dikembangkan oleh Suyanto dan Sartinem (2009). Pengembang memilih model ini karena langkah revisi selalu diletakkan setelah tindakan uji dilakukan. Uji yang dilakukan pun bertahap sesuai dengan komponen yang diuji secara spesifik sehingga revisi lebih terarah sesuai dengan komponen yang diujikan. Pengembangan yang dilakukan adalah penugasan membuat bank soal fisika SMA pada materi besaran dan satuan dengan menggunakan teknik problem posing. Bank soal yang dikembangkan berisi butir-butir soal beserta kunci

(47)

28 B. Subjek Uji Coba Pengembangan Produk

Pengembangan ini dilaksanakan di SMAN 1 Punduh Pedada. Hal tersebut didasarkan pada hasil observasi awal yang dilakukan, hasil yang didapat menyatakan bahwa SMAN 1 Punduh Pedada membutuhkan pengembangan bank soal yang dikembangkan ini.

Hal utama yang mendasari pemilihan SMA N 1 Punduh Pedada adalah belum tersedianya kumpulan-kumpulan soal sebagai latihan evaluasi. Selain itu, diketahui guru dan siswa membutuhkan bank soal untuk mengatasi masalah kekurangan sumber belajar, dan kesulitan mendapatkan soal-soal. Peneliti bermaksud membuat bank soal yang dikembangkan lebih lanjut untuk mengatasi masalah tersebut.

C. Prosedur Pengembangan

(48)

29

Gambar 3.1. Model Pengembangan Media Instruksional termodifikasi (diadaptasi dari prosedur pengembangan produk dan uji produk menurut Suyanto, 2009;314)

Tahap I. Analisis Kebutuhan Tahap II. Identifikasi Sumber Daya Tahap III. Identifikasi Spesifikasi Produk

Tahap IV. Pengembangan Produk (Prototipe I)

Tahap V. Uji Internal Uji kelayakan Produk

(Prototipe II) Tahap VI. Uji Eksternal

(49)

30 Tahap I: Analisis Kebutuhan

Kebutuhan yang dimaksud dalalam pembelajaran adalah kesenjangan antara kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa yang diinginkan dengan kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa yang dimiliki sekarang. Analisis kebutuhan

dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana diperlukannya bank soal yang dikembangkan. Analisis kebutuhan ini dilakukan menggunakan metode wawancara dan observasi langsung. Wawancara adalah suatu teknik untuk

mendapatkan data dengan mengadakan komunikasi verbal dengan responden atau sumberdata. Wawancara dalam penelitian ini ditujukan kepada guru mata

pelajaran fisika yang bertujuan untuk menggali informasi tentang kebutuhan bank soal yang dikembangkan untuk pembelajaran fisika.

Observasi langsung dilakukan untuk mengetahui rasio kebutuhan bank soal sebagai bahan pembelajaran fisika. Hasil wawancara dan observasi inilah yang menjadi acuan penulisan latar belakang masalah penelitian pengembangan ini.

Tahap II: Identifikasi Sumber Daya

Identifikasi sumber daya untuk memenuhi kebutuhan yang dilakukan dengan menginventarisir segala sumber daya yang dimiliki, baik sumber daya guru maupun sumber daya sekolah di lingkungan sekitar. Atas dasar potensi sumber daya yang dimiliki maka peneliti membuat bank soal fisika SMA menggunakan teknik problem posing pada materi pokok besaran dan satuan.

(50)

31 produk. Identifikasi sumber daya ini dilakukan dengan cara observasi langsung ke sekolah yang dilaksanakan dengan memeriksa kelengkapan buku penunjang mata pelajaran fisika.

Tahap III: Identifikasi Spesifikasi produk

Identifikasi spesifikasi produk dilakukan untuk mengetahui ketersediaan sumber daya yang mendukung pengembangan produk, dengan memperhatikan hasil analisis kebutuhan dan identifikasi sumber daya yang dimiliki oleh sekolah. Pada tahap ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menganalisis bank soal yang dikembangkan berdasarkan Standar Isi Fisika b. Mengidentifikasi kurikulum untuk mendapatkan identifikasi materi pelajaran

dan indikator ketercapaian dalam pembelajaran.

c. Menentukan format pengembangan bank soal serta kunci jawabannya.

Tahap IV: Pengembangan Produk

(51)

32 sehingga mencapai soal-soal yang dibutuhkan. Hasil pengembangan pada tahap ini berupa prototipe I.

Tahap V: Uji Internal

Pada tahap uji internal ini dikenakan pada produk berupa uji kelayakan produk yang telah dikembangkan, soal-soal yang telah dibuat diuji kelayakannya oleh ahli isi atau materi, konstruksi dan uji keterbacaan. Prosedur uji kelayakan produk ahli isi dan ahli bahasa menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menyusun instrumen uji kelayakan butir soal pilihan ganda berdasarkan indikator penilaian yang telah ditentukan.

2. Melaksanakan uji kelayakan produk oleh ahli bahasa dan ahli materi 3. Melakukan analisis terhadap hasil uji untuk mendapatkan perbaikan sesuai

dengan prosedur pengembangan yang sesuai.

4. Merumuskan rekomendasi perbaikan berdasarkan analisis hasil uji kelayakan produk.

Setelah melalui uji kelayakan maka dilakukan perbaikan sesuai dengan saran atau masukan kemudian akan dihasilkan prototipe II

Tahap VI: Uji Eksternal

(52)

33 diperoleh saran atau masukan terkait manfaat produk yang dihasilkan.

Berdasarkan masukan-masukan tersebut oleh pengembang dilakukan

penyempurnaan sehingga dihasilkan prototipe III yang merupakan produk akhir pengembangan.

Tahap VII : Produksi

Setelah dilakukan perbaikan dari hasil uji eksternal maka dihasilkan prototipe III kemudian dilaksanakan tahap ketujuh, yaitu produksi.

(53)

51

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan penelitian pengembangan ini adalah dihasilkan penugasan membuat bank soal fisika SMA menggunakan teknik problem posing pada materi besaran dan satuan. Pengembangan penugasan membuat bank soal ini menggunakan tipe soal pilihan ganda, produk yang dihasilkan masih menggunakan cara manual yaitu menggunakan kertas. Indikator pencapaian produk dengan penggunaan teknik problem posing terdapat pada kompetensi dasar (KD) 1.2 yaitu melakukan

penjumlahan vektor.

Teknik problem posing ini siswa dituntun untuk merumuskan ulang soal dengan cara mengubah bilangan, variabel, atau operasi hitungan hingga terbentuk menjadi beberapa soal baru dan siswa tersebut yang menyelesaikannya. Jumlah master soal yang diberikan adalah 5 soal dengan materi vektor, dan siswa merumuskan ulang soal yang ada dengan mengubah bilangan, variable dan operasi hitungan menjadi 3 bentuk soal yang baru sehingga soal yang didapat adalah 15 soal dalam 1 bank soal.

(54)

52 dinyatakan layak dan dapat digunakan sebagai media pembelajaran fisika.

Keoperasionalan bank soal juga telah terujikan melalui uji eksternal dengan melihat respon dan penilaian siswa terhadap penggunaan produk. Hasil uji eksternal memperlihatkan produk penugasan membuat bank soal dinilai menarik, mudah dibaca dan bermanfaat bagi siswa untuk latihan penguasaan konsep besaran dan satuan. Hasil uji eksternal juga memperlihatkan keefektifan produk dengan melihat ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 95% yang menunjukan bahwa produk efektif untuk digunakan.

B. Saran

Saran penelitian pengembangan ini adalah:

1) Bank soal yang dikembangkan menggunakan teknik problem posing ini hendaknya dapat digunakan oleh guru untuk memberikan latihan, evaluasi dan sebagai media pembelajaran.

2) Melakukan penelitian lanjut berupa mengembangkan penugasan membuat bank soal menggunakan teknik problem posing yang mampu menggunakan media yang lebih canggih.

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Abu-Elwan, Reda. 2000. The development of Mathematical Problem Posing Skills for Prospective Middle School Teachers. [on line]. Tersedia: http://dipmat.math.unipa.it/~grim/EAbu-elwan8.PDF. (20 Januari 2013) Azwar, Saifuddin. 2010. Dasar-dasar psikometri. Yoyakarta: Pustaka Pelajar. Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003,

tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Hajar. 2009. Problem Posing (Belajar dari Masalah Membuat Masalah).[on line].

Tersedia: http://h4j4r.multiply.com/journal/item/7?&show_interstitial

=1&u=/journal/item (21 Januari 2013) Kanginan, Marthen. 2006. Fisika. Jakarta: Erlangga

Klaster. 2010. Pengelolaan Bank Soal. [on line]. Tersedia: http://klastertimur. blogspot.com/2010/08/ pengelolaan-bank-soal.html. (03 Desember 2012) Kurniawan, Endang & Mutaqimah, Endah. 2009. Penilaian. Jakarta: Depdiknas Luwis. 2009. Problem Posing. [on line]. Tersedia: http://pendidikan

matematika.blogspot.com/2009/03/skripsi-problem-posing.html/ (11November 2012)

Mardapi, Djemari. 2008 . Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Yogyakarta: Mitra Cendikia

Marlina. 2011. Mengenal Pengembangan Bank Soal. http://marlina2. wordpress. com/2011/08/07/mengenal-pengembangan-bank-soal/

(29 November 2012)

Megawati, Eka. 2012. Pengembangan Perangkat Tes Kimia Kelas X SMA dalam Rangka Pembentukan Bank Soal di Kabupaen Paser Kalimantan Timur. (Tesis). Universitas Negeri Yogyakarta. [on line]. Tersedia: http://eprints. uny.ac.id/8161/ perangkat tes kimia kelas X SMA dalam rangka

pembentukan bank soal di kabupaten Paser Kalimantan Timur.pdf. (29 November 2012)

(56)

Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Nugroho, Agung. 2013. Macam-Macam Bentuk Soal. [on line]. Tersedia: http://masgug.blogspot-.com/2013/01/a.html (15 Desem-ber 2014). Permana, Achmad Shidiq. 2011. Problem Posing dalam Pembelajaran

Matematika.[on line]. Tersedia: http://achmadblue.blogspot.com/2011/05/ problem-posing-dalam-pembelajaran.html. (1 November 2012)

Rasyid, Harun & Mansur. 2008. Penilaian hasil belajar. Bandung: Wacana Prima

Ruwanto, Bambang. 2007. Asas- Asas Fisika 1A. Yogyakarta: Yudhistira

Shuputu. 2012. Panduan Pengembangan dan Manajemen Sistem Bank Soal. [on line]. Tersedia: http://shuputu.wordpress.com/2012/03/06/panduan-pengembangan-dan-manajemen-sistem-bank-soal/. (03 Desember 2012) Silver, E. A dan J. Cai. 1996. An Analysis of Arithmetic Problem Posing by

Middle School Students. (Jurnal). [on line]. Tersedia: http://www.jstor.org/. (20 Januari 2013)

Stoyanova, E. 1996. A Framework for the Classification of Problem-posing Situations in Mathematics Classrooms. [on line]. Tersedia:

http://compasstech.com.au/ARNOLD/PAGES/stoya2.htm (20 Januari 2013)

Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Surapranata, S. 2005. Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interprestasi Hasil Tes. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta Sutame, Ketut. 2011. Implementasi Pendekatan Problem Posing Untuk

Me-ningkatkan Kemampuan Penyelesaian Masalah, Berpikir Kritis Serta Mengeliminir Kecemasan Matematika. (Prosiding). [on line]. Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/7383/.(20 Januari 2013)

(57)

Suyanto, Eko dan Sartinem. 2009. Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisika Siswa dengan Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka dan Keterampilan Proses Untuk SMA Negeri 3 Bandarlampung. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2009. Lampung: Unila.

Silver, E. A. 1994. On Mathematical Problem Posing. (Jurnal). [on line]. Tersedia: http//www.jstor.org/. (20 Januari 2013)

Winarti, Yayuk. 2011. Pengembangan Peraga Fisika Menggunakan Alat dan Bahan dari Lingkungan Sekitar untuk Pembelajaran Fisika Kelas X Semester Genap SMAN 12 Bandarlampung. (Skripsi). Bandarlampung: Unila.

Gambar

Tabel
Gambar
Gambar 2.1 Hierarki ranah kognitif menurut Revisi Taksonomi Bloom
Tabel 2.1 Besaran pokok dan satuannya
+4

Referensi

Dokumen terkait

002 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur di lingkungan Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang berada dibawahnya. Kualifikasi Pelaksana

alternatif pemecahan masalah, (3) melaksanakan sosialisasi rancangan IPTEK yang akan diterapkan pada kelompok masyarakat terkait, (4) mengadakan pelatihan pembuatan dan modifikasi

Menetapkan : SURAT KEPUTUSAN POKJA-I UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/ JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIMALUNGUN TENTANG PENETAPAN PEMENANG PEMILIHAN

menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh Esther Lourdes mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang bernama, dengan judul “Gambaran

Bilangan bulat memiliki manfaat dalam kehidupan sehari- hari misalnya untuk mengukur suhu,dalam dunia keuangan,pada saat uang ditransfer kedalam rekening bank pastilah dalam

[r]

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi,evaluasi teknis, evaluasi harga dan evaluasi kualifikasi serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran

Konawe Selatan, dengan ini perusahaan tersebut diatas diundang untuk mengikuti tahap pembuktian kualifikasi, Negosiasi dan Klarifikasi yang akan di laksanakan pada :.