• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Produksi Kacang Panjang 'Merah' (Vigna sinensis L.) Antara Metode Budidaya Sistem Hidroponik, Organik, dan Konvensional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Produksi Kacang Panjang 'Merah' (Vigna sinensis L.) Antara Metode Budidaya Sistem Hidroponik, Organik, dan Konvensional"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERBANDINGAN PRODUKSI KACANG PANJANG ‘MERAH’ (Vigna sinensisL) ANTARA METODE BUDIDAYA SISTEM

HIDROPONIK, ORGANIK, DAN KONVENSIONAL

Oleh

ANGGITA CHERIANY

Sistem budidaya menjadi salah satu cara untuk meningkatkan produksi tanaman.

Contoh perkembangan budidaya tanaman adalah teknologi budidaya hidroponik

dan teknologi budidaya organik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

perbandingan produksi kacang panjang ‘merah’ dengan metode hidroponik,

organik, dan konvensial mengetahui metode yang tepat untuk menghasilkan

produksi lebih tinggi.

Penelitian ini dilakukan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

Universitas Lampung Bandar Lampung mulai bulan Desember 2013 sampai

Februari 2014. Rancangan lingkungan menggunakan rancangan kelompok

teracak sempurna (RKTS) dengan tiga perlakuan yaitu metode budidaya sistem

(2)

konvensional dengan 10 kali ulangan. Data dianalisis ragam dan dilanjutkan

dengan uji BNT pada taraf= 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwatanaman kacang panjang ‘merah’ yang

dibudidayakan secara hidroponik menghasilkan produksi yang lebih tinggi

dibandingkan dengan cara organik dan cara konvensional. Tanaman dengan

perlakuan organik menghasilkan produksi lebih tinggi dibandingkan dengan

tanaman yang ditanam dengan metode konvensional. Selisih bobot kering

berangkasan, produksi jumlah polong, dan bobot polong per tanaman antara

metode hidroponik dengan metode konvesional masing-masing adalah 12,04 g

(87,12%), 7,55 polong (64,53%), dan 44,83 g (65,37%), sedangkan selisih bobot

kering berangkasan, produksi jumlah polong, dan bobot polong per tanaman

antara metode organik dengan metode konvesional masing-masing adalah 5,87 g

(42,47%), 4,25 polong (36,32%), dan 26,17 g (38,16%).

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 15 Februari 1992. Penulis

adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Mhd. Bakri

Tanjung dan Ibu Melia Martini.

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Kartika Jaya II-26

Bandar Lampung pada tahun 1996–1997. Pada tahun yang sama penulis

melanjutkan ke sekolah dasar di SD Kartika Jaya II-5 Bandar Lampung dan lulus

pada tahun 2003, kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di SMPN 9

Bandar Lampung pada tahun 2003 dan lulus pada tahun 2006. Penulis

menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMAN 1 Bandar Lampung

pada tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan

Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi

Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Penulis melaksanakan Praktik Umum di Balai Penelitian Tanaman Sayuran,

Cikole, Lembang, Jawa Barat pada bulan Januari–Februari 2012. Penulis

melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pekon Sidokaton,

(8)

Selama menjadi mahasiswa, penulis mengikuti kegiatan keorganisasian, Pada

tahun 2009–2010, penulis aktif di Persatuan Mahasiswa Agroteknologi (PERMA

AGT) Fakultas Pertanian sebagai kader. Penulis juga mengikuti beberapa

kegiatan seperti Kemah Bakti Sosial Mahasiswa (KBSM) di Persatuan

Mahasiswa Agroteknologi (PERMA AGT). Pada tahun 2011–2012, penulis

terdaftar sebagai kepala bidang dana dan usaha di Persatuan Mahasiswa

Agroteknologi (PERMA AGT) Fakultas Pertanian. Pada tahun 2012–2013

penulis tercatat sebagai Bendahara Umum Persatuan Mahasiswa Agroteknologi

(PERMA AGT). Selama menjadi mahasiswa penulis aktif menjadi asisten dosen

pada praktikum Produksi Tanaman Sayuran 2011/2012–2012/2013, Produksi

Tanaman Buah 2011/2012–2013/2014, Dasar–Dasar Budidaya Tanaman

(9)
(10)

And seek help in patience and prayer.

(Q.S. Al Baqarah : 45)

You were born to win, but to be winner, you must

plan to win, prepare to win and expect to win.

(Zig Ziglar)

I m stronger because I had to be, I m smarter because

of mistakes, happier because the sadness I ve known,

(11)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allahsubhanahuwata’alaatas rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang

berjudulPerbandingan Produksi Kacang Panjang ‘Merah’ (Vigna sinensis L)

antara Metode Budidaya Sistem Hidroponik, Organik, dan Konvensional.

Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad

shallallahu’alaihiwasallam.

Ucapan terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada pihak yang telah

membimbing dan membantu kelancaran akan terselesaikannya skripsi ini, yaitu

1. Ibu Ir. Azlina Heryati Bakrie, M.S., selaku Pembimbing Utama yang telah

mendidik, memberikan banyak arahan dan saran, motivasi, serta bimbingan ;

2. Bapak Ir. Yohannes Cahya Ginting, M.P.,selaku anggota Komisi Pembimbing

atas saran, nasihat, motivasi, dan bimbingan selama penelitian dan penulisan

skripsi ini;

3. Bapak Ir. Setyo Widagdo, M.Si.,selaku Penguji atas saran, arahan, motivasi

dan bimbingan yang telah diberikan;

4. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan

(12)

xii

5. Bapak Prof. Dr. Ir.Wan Abbas Zakaria, M.S.,selaku Dekan Fakultas Pertanian,

Universitas Lampung;

6. Ibu Ir. Niar Nurmauli, M.S., selaku Pembimbing Akademik atas bimbingan,

motivasi dan saran selama penulis menempuh masa studi;

7. Seluruh dosen Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, khususnya Program

Studi Agroteknologi yang telah banyak memberikan bekal ilmu pengetahuan.

8. Ayah Mhd. Bakri Tanjung, Ibu Melia Martini dan Adik Ricky Rahmat Maliki

Tanjung atas doa, bantuan, kasih sayang, motivasi, serta dukungan dalam

segala hal kepada penulis;

9. Sahabat-sahabat penulis Tika Leoni Putri, S.P dan Tri Kartika Sari, S.H atas

motivasi dan dukungan yang diberikan.

10. Mustika Adzania Lestari, S.P. dan Indah Pratiwi atas dukungan semangat

yang diberikan.

11. Teman- teman seperjuangan Abang Rachmat Tyas Pardi Aji S.P. , Saede

Nerotama, S.P., Dharma Mahardika S.P., Ahmad Fajar Apriyaldi, S.P.,Angga

Sukowardana, S.P., Reza Utama Saputra, S.P.,I Gusti Putu Setiawan, S.P.,

Panji Perwira, S.P., dan Seluruh Mahasiswa Agroteknologi Angkatan 2009

serta teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, atas bantuan,

dukungan, persahabatan, dan kebersamaan selama ini.

Semoga keberkahan dan rahmat Allahsubhanahu wa ta’alaselalu dilimpahkan

atas keikhlasan bantuan yang telah diberikan kepada Penulis dan semoga hasil

penelitian ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung,

Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL. ... xiii

DAFTAR GAMBAR... xvi

I. PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 3

1.3 Landasan Teori ... 4

1.4 Kerangka Pemikiran ... 5

1.5 Hipotesis ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Hidroponik... 7

2.2 Sistem Pertanian Organik ... 9

2.3 Sistem Pertanian Konvensional ... 10

2.4 Kacang Panjang (Vigna sinensisL)... 11

2.4.1Syarat Tumbuh Kacang Panjang... 11

2.4.1.1Iklim... 11

2.4.1.2Tanah... 12

III. BAHAN DAN METODE... 13

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian... 13

3.2 Bahan dan Alat ... 13

3.3 Metode Penelitian ... 13

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 14

3.4.1 Metode Budidaya Hidroponik... 14

(14)

xii

3.4.3 Metode Budidaya Konvensional... 15

3.4.4 Penanaman... 16

3.4.5 Pemasangan tali atau turus... 16

3.4.6 Pengamatan... 17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19

4.1 Hasil Penelitian ... 19

4.1.1Variabel Pertumbuhan Vegetatif... 20

4.1.2Waktu Muncul Bunga dan Lama Umur Panen... 20

4.1.3Jumlah Polong per Tanaman... 21

4.1.4Bobot Polong, Panjang Polong, dan Jumlah Biji per Polong 21 4.1.5Korelasi Antarvariabel... 22

4.2 Pembahasan... 24

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 27

5.1 Kesimpulan ... 27

5.2 Saran... 28

PUSTAKA ACUAN ... 29

LAMPIRAN... 32 Tabel (10–40). ... 33–53

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Produksi beberapa komoditas sayuran 2007–2011. ... 10

2. Komposisi Larutan AB mix. ... 14

3. Perbandingan unsur hara makro dan mikro pada metode budidaya sistem hidroponik, organik, dan konvensional siap aplikasi. ………16

4. Rekapitulasi hasil analisis ragam metode budidaya sistem hidroponik,

organik, dan konvensional. ... 19

5. Perbandingan perlakuan hidroponik, organik, dan konvensional terhadap variabel pertumbuhan vegetatif tanaman. ... 20

6. Perbandingan metode budidaya hidroponik, organik, dan konvensional terhadap rata-rata lama umur panen dan waktu muncul bunga pertama….. 21

7. Perbandingan metode budidaya hidroponik, organik, dan konvensional terhadap rata-rata jumlah polong per tanaman. ... 21

8. Perbandingan metode budidaya hidroponik, organik, dan konvensional terhadap rata-rata bobot polong, panjang polong,

dan jumlah biji per polong. ...…... 22

.

9. Korelasi antarvariabel pengamatan pada perlakuan metode budidaya

hidroponik, organik, dan konvensional. ... 23

10. Hasil pengamatan pengaruh perlakuan hidroponik, organik, dan konvensional terhadap lama umur panen ... 33

11. Uji homogenitas ragam pengaruh perlakuan hidroponik, organik,

konvensional terhadap r lama umur panen. ... 33

12. Analisis ragam pengaruh perlakuan hidroponik, organik, konvensional

(16)

xiv

13. Hasil pengamatan pengaruh perlakuan hidroponik, organik, konvensional terhadap bobot polongkacang panjang ‘merah’. ... 35

14. Uji homogenitas ragam pengaruh perlakuan hidroponik, organik,

konvensional terhadap bobot polong kacang panjang ‘merah’. ... 35

15. Analisis ragam pengaruh perlakuan hidroponik, organik, konvensional

terhadap bobot polong. ... 36

16. Hasil pengamatan pengaruh perlakuan hidroponik, organik, konvensional terhadap panjang polong. ... 37

17. Uji homogenitas ragam pengaruh perlakuan hidroponik, organik,

konvensional terhadap ragam panjang polong. ... 37

18. Analisis ragam pengaruh perlakuan hidroponik, organik, konvensional

terhadap panjang polong. ... 38

19. Hasil pengamatan pengaruh perlakuan hidroponik, organik, konvensional terhadap jumlah polong per tanaman. ... 39

20. Uji homogenitas ragam pengaruh perlakuan hidroponik, organik,

konvensional terhadap jumlah polong per tanaman. ... 39

21. Analisis ragam pengaruh perlakuan hidroponik, organik, konvensional

terhadap jumlah polong per tanaman. ... 40

22. Hasil pengamatan pengaruh perlakuan hidroponik, organik, konvensional terhadap brangkasan kering. ... 41

23. Uji homogenitas ragam pengaruh perlakuan hidroponik, organik,

konvensional terhadap brangkasan kering. ... 41

24. Analisis ragam pengaruh perlakuan hidroponik, organik, konvensional

terhadap brangkasan kering. ... 42

25. Hasil pengamatan pengaruh perlakuan hidroponik, organik, konvensional terhadap jumlah cabang produktif. ... 43

26. Uji homogenitas ragam pengaruh perlakuan hidroponik, organik,

konvensional terhadap jumlah cabang produktif. ... 43

27. Analisis ragam pengaruh perlakuan hidroponik, organik, konvensional

terhadap jumlah cabang produktif. ... 44

(17)

xv

29. Uji homogenitas ragam pengaruh perlakuan hidroponik, organik, dan

konvensional terhadap jumlah biji per polong. ... 45

30. Analisis ragam pengaruh perlakuan hidroponik, organik, konvensional terhadap jumlah biji per polong. ... 46

31. Hasil pengamatan pengaruh perlakuan hidroponik, organik, konvensional terhadap panjang batang tanaman. ... 47

32. Uji homogenitas ragam pengaruh perlakuan hidroponik, organik, dan konvensional terhadap panjang batang tanaman. ... 47

33. Analisis ragam pengaruh perlakuan hidroponik, organik, konvensional terhadap panjang batang tanaman. ... 48

34. Hasil pengamatan pengaruh perlakuan hidroponik, organik, konvensional terhadap waktu muncul bunga pertama. ... 49

35. Uji homogenitas ragam pengaruh perlakuan hidroponik,organik, dan konvensional terhadap waktu muncul bunga. ... 49

36. Analisis ragam pengaruh perlakuan hidroponik, organik, konvensional terhadap waktu muncul bunga. ... 50

37. Korelasi variabel pengamatan pada perlakuan hidroponik ... 51

38. Korelasi variabel pengamatan pada perlakuan organik. ... 52

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hasil panen pada ketiga perlakuan. ... 54

2. Pupuk Organik CairMastofol Tristar. ... 54

3. Pupuk NPK Mutiara 16-16-16. ... 55

(19)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Dewasa ini telah berkembang berbagai teknologi budidaya tanaman. Tujuannya

adalah untuk meningkatkan produksi tanaman, agar kebutuhan pangan nasional

dapat tercukupi. Contoh dari perkembangan budidaya tanaman adalah teknologi

budidaya hidroponik dan teknologi budidaya pertanian organik.

Hidroponik adalah suatu teknik budidaya yang tidak menggunakan tanah sebagai

media tanamnya (Jones, 2005). Teknik ini telah berkembang di Indonesia sejak

tahun 1980 di Jakarta (Benyamina, 2009) kemudian berkembang pesat di dataran

tinggi. Namun di dataran rendah teknologi ini baru berkembang di beberapa

tempat tetapi hasilnya belum teruji. Tanaman yang umum dibudidayakan adalah

tanaman hortikultura semusim. Produksi tanaman dengan teknik budidaya

hidroponik sangat tinggi. Penggunaan pestisida pada budidaya hidroponik sangat

minimal.

Budidaya pertanian organik telah berkembang di Indonesia sejak tahun 2010.

Menurut Mutowal (2011), pemerintah Indonesia sudah mulai mengurangi

pemakaian pupuk kimia dan menggalakkan pertanian organik di beberapa daerah

(20)

2

yang digunakan berasal dari bahan organik, termasuk pestisida untuk

pengendalian hama dan penyakit. Tujuan dari budidaya pertanian organik adalah

untuk menghasilkan produk yang bebas dari bahan kimia sintesis yang berbahaya

bagi kesehatan. Permintaan pasar terhadap produk pertanian organik semakin

meningkat, baik di pasar lokal maupun internasional.

Perkembangan budidaya organik di Indonesia masih lambat. Hal ini disebabkan

oleh berbagai faktor, antara lain tingkat kesadaran konsumen yang masih rendah

tentang produk hortikultura yang sehat, daya beli konsumen yang rendah, dan

anggapan petani bahwa biaya produksi dengan budidaya organik relatif tinggi,

serta produksinya rendah. Selain itu, petani menganggap budidaya sistem organik

sangat rumit, produksi rendah, dan biaya tinggi. Pada dasarnya budidaya secara

organik memberikan banyak keuntungan. Selain produk yang dihasilkan sehat

dan berkualitas, sistem budidaya ini menghasilkan produksi yang tinggi,

kesuburan tanah serta kesehatan lingkungan pun terjaga dengan baik.

Mayoritas petani di Indonesia masih menggunakan budidaya konvensional.

Budidaya ini masih menggunakan pupuk dan pestisida kimia sintesis.

Penggunaan pupuk kimia sintesis dalam jangka panjang dapat berpengaruh buruk

terhadap lingkungan. Penggunaan pupuk kimia sintesis secara berlebihan dapat

menurunkan sifat fisik, biologi, dan kimia tanah (Wedaran, 2013). Penggunaan

pestisida kimia sintesis juga tidak dianjurkan dalam jangka panjang. Menurut

Girsang (2009), penggunaan pestisida kimia sintesis memiliki tiga dampak negatif

yaitu mengganggu kesehatan manusia, mencemari lingkungan, dan meningkatkan

(21)

3

Kacang panjang ‘merah’ digunakan sebagai indikator perbandingan produksi

dalam penelitian ini. Kacang panjang (Vigna sinensisL) adalah tanaman

hortikultura semusim yang cukup diminati di Indonesia. Selain murah, komoditas

ini juga mengandung gizi yang cukup lengkap. Kandungan gizi pada kacang

panjang adalah karbohidrat, protein, vitamin A, vitamin B kompleks, vitamin C,

air, dan mineral (Harjana, 2013). Kacang panjang ‘merah’mempunyai

keunggulan dibandingkan kacang panjang ‘hijau’. Polong yang dihasilkan

memiliki warna merah keunguan yang mengandung antosianin yang baik bagi

penderita diabetes.

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan sebagai

berikut :

1. Metode manakah yang mampu menghasilkan produksi lebih tinggi tanaman

kacang panjang ‘merah’ ?

1.2. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah

mengetahui metode budidaya yang menghasilkan produksi lebih tinggi pada

(22)

4

1.3 Landasan Teori

Hidroponik adalah teknik budidaya tanpa tanah yang berkembang sejak abad

ke-17 dan baru berkembang di Indonesia pada tahun 1980. Keuntungan dengan

sistem hidroponik adalah perawatan lebih praktis serta gangguan hama lebih

terkontrol, kemudian tidak membutuhkan banyak tenaga kasar karena metode

kerja lebih hemat dan memiliki standarisasi serta nutrisi dan air selalu tersedia

(Lingga, 2002). Keunggulan metode ini adalah ramah lingkungan karena lebih

hemat air dan pertumbuhan tanaman lebih cepat dan kualitas hasil tanaman dapat

terjaga (Afrizal, 2012).

Budidaya pertanian organik makin dilirik masyarakat dengan alasan kesehatan.

Selain itu penggunaan bahan organik pada metode ini juga dapat meningkatkan

kapasitas tukar kation (KTK) tanah dan memperbaiki sifat fisik tanah (Hanafiah,

2007). Menurut Mutowal (2011) Indonesia sudah mencanangkan pertanian

organik secara nasional dan mulai dikembangkan sejak tahun 2010.

Budidaya konvensional yang masih menggunakan pupuk dan pestisida kimia

sintesis jangka panjang dapat merusak lingkungan. Menurut Girsang (2009),

penggunaan pestisida dan pupuk kimia sintesis dapat menurunkan kesuburan

tanah dan dapat meningkatkan serangan hama dan penyakit.

Kacang panjang (Vigna sinensisL) tergolong dalam familiPapilionaceae.

Tanaman ini merupakan tanaman perdu semusim yang banyak dimanfaatkan oleh

masyarakat Indonesia, baik sebagai sayuran maupun sebagai lalapan dalam upaya

(23)

5

mineral. Bijinya banyak mengandung protein, lemak, dan karbohidrat. Dengan

demikian komoditas ini merupakan sumber protein nabati yang potensial

(Haryanto, Suhartini, Rahayu, 2007).

1.4 Kerangka Pemikiran

Perkembangan teknologi pertanian sudah semakin pesat. Banyak metode-metode

yang ditemukan dengan tujuan peningkatan produksi dan produksi suatu

komoditas. Hidroponik adalah salah satu teknologi pertanian modern.

Hidroponik adalah sistem budidaya tanaman tanpa media tanah (soiless culture).

Kelebihan dari hidroponik adalah perawatan lebih mudah dan gangguan hama

penyakit lebih terkontrol, pemakaian pupuk lebih efesien, air selalu tersedia, serta

tidak mengenal musim tanam. Produksi tanaman pada metode ini relatif lebih

tinggi jika dibandingkan dengan metode lainnya. Kekurangan metode ini adalah

biaya produksi yang cukup tinggi dan membutuhkan kemampuan khusus

mengenai metode ini.

Sistem pertanian organik sudah mulai dikembangkan di Indonesia sejak tahun

2010. Sistem ini tidak menggunakan bahan kimia sintesis dalam pengerjaannya.

Penggunaan pupuk organik, seperti pupuk kandang dan kompos serta

pengggunaan pestisida nabati menjadi ciri khas dari sistem budidaya ini.

Kelebihan dari sistem ini adalah penggunaan bahan organik yang dapat

memperbaiki struktur tanah dan dapat meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK)

sehingga penyerapan unsur hara dapat maksimal. Penggunaan pestisida nabati

(24)

6

sehingga akan tepat sasaran tanpa membunuh musuh alami dan tidak

menyebabkan resistensi. Metode ini dimungkinkan untuk program jangka

panjang karena fungsi dari bahan organik sendiri adalah untuk memperbaiki

struktur tanah sehingga hasil produksi dapat stabil. Hanya petani di Indonesia

masih berpikir bahwa dengan menggunakan metode ini hasilnya tidak sebanding

dengan biaya produksi dan membutuhkan banyak sekali bahan organik pada satu

periode tanam.

Sampai saat ini budidaya tanaman kacang panjang masih banyak dilakukan

dengan sistem konvensional. Pada sistem konvensional penggunaan pestisida

kimia sintesis menjadi kunci utama dalam pengendalian hama dan penyakit.

Padahal penggunaan pestisida kimia dapat menurunkan keanekaragaman hayati,

membunuh musuh alami, dan menyebabkan resistensi. Sistem ini juga

menggunakan pupuk kimia sintesis sebagai penyedia unsur hara bagi tanaman.

Kelebihan penggunaan pupuk kimia sintesis adalah unsur hara langsung tersedia

dan dapat segera diserap oleh tanaman, tetapi kekurangan dari pupuk ini adalah

dapat memadatkan tanah dan dapat menurunkan pH tanah.

1.5 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang

diajukan adalah metode hidroponik menghasilkan produksi tanaman kacang

(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hidroponik

Hidroponik berarti melakukan budidaya tanaman tanpa media tanah. Dalam

bahas asal yaituYunani, hidroponik berasal dari katahydro(air) danponos(kerja)

yang berarti budidaya tanaman dengan air (Lingga, 2002). Hidroponik adalah

teknik budidaya tanaman yang menggunakan media tumbuh selain tanah, dengan

kata lain dapat juga diartikan sebagai budidaya tanpa tanah (soiless culture)

(Untung, 2000).

Keuntungan dari sistem hidroponik adalah kemudahan sterilisasi media,

penanganan nutrisi tanaman, menghemat luasan lahan, mudah penanganan gulma

dan serangan hama penyakit, kemudahan hal penyiraman, kualitas produk bagus,

menghemat pupuk, dan panen lebih besar (Resh, 1981).

Chadirin (2001) menuliskan, ada dua sistem hidroponik, yaitu hidroponik sistem

Nutrient Film Technique(NFT) dan hidroponik substrat. Hidroponik sistem

Nutrient Film Technique(NFT) adalah sistem hidroponik yang bekerja dengan

cara mengalirkan air kederetan akar tanaman secara dangkal yang mengandung

nutrisi sesuai kebutuhan tanaman. Hidroponik substrat merupakan salah satu dari

(26)

8

Media yang digunakan dapat menyerap atau menyediakan nutrisi, air, dan oksigen

serta mampu mendukung akar tanaman seperti halnya fungsi tanah (Lingga,

2002).

Hidroponik substrat sistem irigasi tetes banyak digunakan karena dianggap lebih

efektif dalam menghemat air dan nutrisi, karena pada sistem ini nutrisi diberikan

tetes demi tetes sesuai dengan kebutuhan tanaman, sehingga kecil sekali

kemungkinan nutrisi terbuang. Oleh karena itu diperlukan beberapa persyaratan

media tanam hidroponik yang steril,porous, ringan, dan mudah di dapat supaya

dapat menahan nutrisi lebih lama (Harthus, 2001).

Pemberian larutan nutrisi pada hidroponik substrat dapat dilakukan secara

siraman, sirkulasi, dan tetesan. Hidroponik substrat dengan menggunakan irigasi

tetes ataudrip irrigationmerupakan sistem irigasi yang lebih efisien penggunaan

nutrisi dan airnya dibanding dengan sistem saluran terbuka, lebih ekonomis dalam

operasionalnya dan perawatan alatnya terutama bila air dan pupuk menjadi barang

yang mahal. Sistem irigasi tetes cukup baik digunakan pada usaha agroindustri

tanaman hortikultura (Meijer, 1989).

Rata-rata hasil produksi tanaman yang dibudidayakan secara hidroponik lebih

tinggi dibandingkan dengan organik dan konvensional. Pada tanaman selada yang

ditanam secara hidroponik menghasilkan rata-rata bobot segar sebesar 137,31 g

per tanaman, sedangkan pada tanaman selada konvensional menghasilkan 51,81 g

(27)

9

2.2 Sistem Pertanian Organik

Menurut Badan Standarisasi Nasional (BSN) (2010), sistem pertanian organik

adalah sistem manajemen produksi yang holistik untuk meningkatkan dan

mengembangkan kesehatan agroekosistem, termasuk keragaman hayati, siklus

biologi, dan aktivitas biologi tanah. Pertanian organik menekankan penerapan

praktek-praktek manajemen yang lebih mengutamakan penggunaan input dari

limbah kegiatan budidaya di lahan dengan mempertimbangkan daya adaptasi

terhadap keadaan atau kondisi setempat.

Pertanian organik saat ini telah berkembang secara luas, baik dari sisi budidaya,

saran produksi, jenis produk, pemasaran, pengetahuan konsumen, dan organisasi

atau lembaga masyarakat yang menaruh minat pada pertanian organik.

Perkembangan ini memang tidak terorganisir dan berkesan jalan sendiri-sendiri.

Namun demikian bila dicermati ada kesamaan tujuan yang ingin dicapai oleh para

pelaku pertanian organik yaitu menyediakan produk yang sehat, aman, dan ramah

lingkungan (Sulaeman, 2005).

Pemberian pupuk hayati yang ramah lingkungan perlu dilakukan untuk

meningkatkan pertumbuhan tanaman. Pupuk hayati yang ramah lingkungan

adalah pupuk organik. Pupuk organik bila digunakan di dalam tanah akan

merangsang mikrobia, meningkatkan aktivitas biologis, memperbaiki struktur

tanah, memperbaiki struktur penyimpan air tanah dengan begitu meningkatkan

(28)

10

2.3 Sistem Pertanian Konvensional

Sistem pertanian konvensional ini memiliki tujuan untuk meningkatkan hasil

produksi tanaman dengan penambahan unsure eksternal (pupuk kimia dan

pestisida) sehingga didapatkan produksi yang tinggi. Selain itu, teknologi yang

digunakan pada sistem ini telah maju dan berkembang. Namun, dampak positif

yang dihasilkan berupa peningkatan produksi tidak bertahan lama. Hal ini karena

terjadi penurunan kualitas tanah dan penumpukan residu dalam tanah yang dapat

meracuni tanaman sehingga sistem ini dianggap tidak arif lagi. Pada

perkembangannya sistem pertanian konvensional ini menerapkan panca usaha tani

sebagai acuan pengembangan program yang di lakukan (Abror, 2013)

Hal ini terbukti dengan terus menurunnya produksi beberapa komoditas dari tahun

ke tahun (Tabel 1).

Tabel 1. Produksi beberapa komoditas sayuran 2007–2011.

Tahun Bawang Putih Kembang Kol Kacang Merah Kacang Panjang ---ton.ha-1

---2007 17.313 124.252 112.272 488.500

2008 12.339 109.497 115.817 455.524

2009 15.419 96.038 110.051 483.793

2010 12.295 101.205 116.397 482.449

2011 12.100 98.525 92.508 458.307

(29)

11

2.4 Kacang Panjang (Vigna sinensisL)

Menurut Haryanto, dkk. (2007), tanaman ini diklasifikasikan sebagai berikut

Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Angiospermae

Ordo : Rosales

Famili : Papilionaceae

Genus : Vigna

Spesies :Vigna sinensis(L.) SaviexHassk

2.4.1. Syarat Tumbuh Kacang Panjang

2.4.1.1 Iklim

Unsur-unsur iklim yang perlu diperhatikan dalam pertumbuhan tanaman antara

lain ketinggian tempat, sinar matahari, dan curah hujan. Kacang panjang dapat

tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah dan dataran tinggi dengan

ketinggian 0–1500 m dari permukaan laut, tetapi yang paling baik di dataran

rendah pada ketinggian kurang dari 600 m dpl.

Penanaman di dataran tinggi, umur panen relatif lebih lama, tingkat produksi

maupun produktivitasnya lebih rendah dibanding dengan dataran rendah.

Ketinggian tempat berkaitan erat dengan suhu, yang merupakan faktor penting

(30)

12

2.4.1.2 Tanah

Hampir semua jenis tanah cocok untuk budidaya kacang panjang, namun yang

paling baik adalah tanah latosol atau lempung berpasir, subur, gembur, banyak

mengandung bahan organik, dan drainasenya baik. Untuk pertumbuhan yang

optimum, diperlukan derajat keasaman (pH) tanah antara 5,5–6,5. Bila pH

dibawah 5,5 dapat menyebabkan tanaman tumbuh kerdil karena teracuni garam

(31)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada Desember 2013 sampai dengan Februari 2014 di

Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu Universitas Lampung, Bandar

Lampung.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan yaitu benih kacang panjang ‘merah’, tanah,polybag, tali,

pupuk cair organik merkMastofol Tristar, pupuk kandang kambing, arang

sekam, larutan AB mix, dan pupuk NPK (16:16:16). Alat yang digunakan pada

penelitian ini yaitu timbangan, ember, meteran, oven, gelas ukur, dan gembor.

3.3 Metode Penelitian

Rancangan lingkungan menggunakan rancangan kelompok teracak sempurna

(RKTS) dengan tiga perlakuan yaitu metode budidaya sistem hidroponik, metode

budidaya sistem organik, dan metode budidaya sistem konvensional dengan 10

(32)

14

analisis ragam, homogenitas ragam uji dengan ujin Bartlet. Aditivitas diuji

dengan uji Tukey. Analisis data dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5%.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1. Metode Budidaya Hidroponik

Media tanam yang digunakan pada metode ini adalah arang sekam. Arang sekam

dipilih karena mudah didapat dan sudah steril. Arang sekam diletakkan pada

polibag bervolume 5 kg. Aplikasi larutan hara dilakukan dengan cara disiram.

Larutan hara digunakan sebagai sarana penyedia unsur hara bagi tanaman.

Larutan hara yang digunakan adalah larutan AB mix dengan komposisi sebagai

berikut

Tabel 2. Komposisi Larutan AB mix.

Nama Senyawa Bobot (g)

Pekatan A

Calcinit (kalsium nitrat) 333,3

Krista K (Kalium nitrat) 150,4

Mikro (BMX) 16,3

Pekatan B

Krista MKP (mono kalium phospat) 127

ZA (amonium sulfat) 35,7

Soluptasse (kalsium sulfat) 79,3

Magnesium sulfat 258

Sumber: Parung Farm (2013)

Setiap pekatan dilarutkan pada 180 L air. Kemudian setelah pekatan siap pakai,

(33)

15

pemberian larutan hara adalah satu kali setiap hari. Rata-rata pemberian larutan

hara per hari adalah 300 ml per tanaman.

3.4.2. Metode Budidaya Sistem Organik

Media tanam yang digunakan adalah campuran tanah, arang sekam, dan pupuk

kandang kambing. Pupuk cair organik yang digunakan adalah pupuk cair organik

Mastofol Tristar. Pupuk cair organik diaplikasikan dengan cara disemprotkan ke

seluruh bagian tanaman Pupuk organik cairMastofol Tristardiambil 20 ml

kemudian dilarutkan dalam 1 L air. Unsur N yang terkandung per liter air adalah

289,20 mg/L (Tabel 3). Aplikasi dilakukan dua hari sekali. Rata-rata volume

semprot per tanaman adalah 200 ml/tanaman.

3.4.3 Metode budidaya sistem konvensional

Media tanam yang digunakan adalah tanah. Berat tanah yang digunakan per

polybagadalah 5 kg. Pupuk yang digunakan adalah NPK (16:16:16). Dosis yang

diberikan 60 g/tanaman dengan dua kali aplikasi masing-masing 30 g per

tanaman. N yang tersedia bagi tanaman adalah sebesar 2,16 g/polibag (Tabel 3).

Pupuk diberikan dengan cara dibenamkan dan interval pemberian pupuk adalah

(34)

16

Tabel 3. Perbandingan unsur hara makro dan mikro pada metode budidaya sistem hidroponik, organik, dan konvensional siap aplikasi.

Unsur hara Hidroponik* Organik** Konvensional ---ppm--- ---mg/l---

---g/polibag---N 100,003 289,20 2,16

P 30,953 49,12 2,29

K 51,148 124,53 3,98

Ca 19,620

Mg 145,22 49,12

Mikro Lengkap Lengkap

-Sumber: *Parung Farm (2013) **Balittan (2012)

3.4.4 Penanaman

Benih ditanam pada lubang tanam sedalam 5 cm dengan jumlah benih satu per

lubang tanam.

3.4.5. Pemasangan tali dan turus

Tali digunakan sebagai media merambat tanaman kacang panjang. Pemasangan

(35)

17

3.4.6. Pengamatan

Variabel yang diamati adalah sebagai berikut

1. Lama umur panen

Perhitungan lama umur panen didasarkan pada waktu dari tanam hingga panen

polong pertama. Polong siap panen berwarna merah keunguan dan merata pada

seluruh bagian kulit polong.

2. Bobot polong segar

Bobot dihitung didasarkan pada rata-rata jumlah bobot polong per tanaman

3. Panjang polong

Panjang polong diukur dari pangkal polong pada tangkai tanaman hingga

ujung polong. Seluruh polong per tanaman diukur kemudian

diratakan-ratakan.

4. Jumlah polong per tanaman

Jumlah polong per tanaman dihitung dari seluruh jumlah polong per tangkai

pada suatu tanaman

5. Bobot kering brangkasan

Bobot kering brangkasan dihitung setelah brangkasn dikeringkan

menggunakan oven sampai diperoleh bobot kering konstan

6. Jumlah cabang produktif

Rata-rata jumlah cabang produktif yang muncul per tanaman.

7. Jumlah biji per polong

(36)

18

8. Panjang batang tanaman

Panjang tanaman diukur dari seminggu setelah tanam hingga waktu muncul

bunga pertama

9. Waktu muncul bunga pertama

Waktu muncul bunga pertama dihitung dari hari pertama tanam sampai

(37)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa bahwa tanaman kacang

panjang ‘merah’ yang dibudidayakan secarahidroponik menghasilkan produksi

yang lebih tinggi dibandingkan dengan cara organik dan cara konvensional.

Tanaman dengan perlakuan organik menghasilkan produksi lebih tinggi

dibandingkan dengan tanaman yang ditanam dengan metode konvensional.

Selisih bobot kering berangkasan, produksi jumlah polong dan bobot polong per

tanaman antara metode hidroponik dengan metode konvesional berturut-turut

adalah 12,04 g (87,12%), 7,55 polong (64,53%), dan 44,83 g (65,37%),

sedangkan selisih bobot kering berangkasan, produksi jumlah polong dan bobot

polong per tanaman antara metode organik dengan metode konvesional

berturut-turut adalah 5,87 g (42,47%), 4,25 polong (36,32%), dan 26,17 g (38,16%).

5.2 Saran

Dari hasil pengamatan dan pembahasan yang telah dilakukan, disarankan

melakukan penelitian lanjutan pada metode budidaya organik untuk mengetahui

(38)

PUSTAKA ACUAN

Abror, U. 2013. Perbedaan Sistem Pertanian Tradisional, Konvensional, dan Berkelanjutan. http://ulilmoucil.blogspot.com/2013/13/perbedaan-sistem-pertanian-tradisional.html (18 Oktober 2013).

Afrizal, A. 2012. Tanaman Hidroponik: Manfaat dan Keunggulannya.

http://carahidroponik.blogspot.com/2012/05/tanaman-hidroponik-manfaat-dan.html (20 Februari 2015).

Badan Standarisasi Nasional. 2010. Standar Nasional Indonesia Sistem Pertanian Organik. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.

Benyamina, F. 2009. Mengenal Hidroponik.

http://ficusbenyamina.blogspot.com/2009/09/mengenal-hidroponik.html (16 Oktober 2013).

Chadirin, Y. 2001. Pelatihan Aplikasi Teknologi Hidroponik Untuk Pengembangan

Agribisnis. Lembaga Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Girsang, W. 2009. Dampak Negatif Penggunaan Pestisida.

http://usitani.wordpress.com/2009/02/26/dampak-negatif-penggunaan-pestisida (16 Oktober 2013).

Hadisuwito, S. 2012. Membuat Pupuk Cair Organik. Agromedia. Jakarta. 74 hlm.

Hanafiah, K.A. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 360 hlm.

(39)

30

Harjana, D. 2013. Kandungan Nutrisi dan Manfaat Kacang Panjang.

http://manfaatnyasehat.blogspot.com/kandungan-nutrisi-dan-manfaat-kacang-panjang.html (14 Oktober 2013).

Harthus, T. 2001. Berkebun Hidroponik Secara Murah. Penebar Swadaya. Jakarta. 88 hlm.

Haryanto, E, T. Suhartini, dan E. Rahayu. 2007. Budidaya Kacang Panjang. Penebar Swadaya. Jakarta. 76 hlm.

Jones, B. 2005. Hydroponics: A Practical Guide for Soilless Grower. CRC Press. USA. 440pp.

Lingga, P. 2002. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta. 112 hlm.

Lingga, P dan Marsono. 2013. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 150 hlm.

Mas’ud, H. 2009. Sistem Hidroponik dengan Nutrisi dan Media Tanam Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Hasil Selada. Jurnal Media Litbang Sulteng 2 (2). Sulawesi Tengah.

Meijer, T.K.E. 1989. Sprinkler and Trickler Irrigation. Departement of Irrigation and Civil Engineering, Agriculture University. Waginen Netherlands. 652 pp.

Mutowal. 2011. Sejarah Singkat Pertanian di Indonesia. http://grobogan.go.id/info-daerah/artikel/53-pupuk/149-manfaat-pupuk-organik (14 Oktober 2013).

Pardono. 2009. Pengaruh Pupuk Organik Air Kencing Sapi dan Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Panjang (Vigna sinensisL.).

Jurnal Agrosains 11(1) : 11-14 2009.

Perwitasari, B, M. Tripatmasari, dan C. Wasonowati. 2009. Pengaruh Media Tanam dan Nutrisi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakchoi (Brassica

junceaL.) dengan Sistem Hidroponik. Jurnal Agrovigor Volume 5 No. 1

Maret 2012.

(40)

31

Rosliani, N. dan N. Sumarni. 2005. Budidaya Tanaman Sayuran dengan Sistem

Hidroponik. Monografi No. 27. Balai Penelitian Tanaman Sayuran.

Lembang. 27 hlm.

Rosmarkam, A. dan N.W. Yuwono. 2003. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta. 219 hlm.

Samadi, B. 2003. Usaha Tani Kacang Panjang. Kanisius. Yogyakarta. 60 hlm.

Sulaeman. 2005. Perkembangan Pertanian Organik di Indonesia. Ditjen

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Departemen Pertanian Jakarta. Jakarta.

Tisdale, S. dan W. Nelson. 1975. Soil fertility and fertilizers. Macmilan Publ.C.Inc. New York. 516 pp.

Untung, O. 2000. Hidroponik Sayuran Sistem NFT (Nutrient Film Technique). Penebar Swadaya. Jakarta. 78 hlm.

Wedaran. 2013. Dampak Pupuk Sintesis terhadap Lingkungan.

Gambar

Tabel 1. Produksi beberapa komoditas sayuran 2007 – 2011.
Tabel 2. Komposisi Larutan AB mix.
Tabel 3. Perbandingan unsur hara makro dan mikro pada metode budidaya sistemhidroponik, organik, dan konvensional siap aplikasi.

Referensi

Dokumen terkait

Pada kondisi nilai efisiensi penurunan COD lebih rendah dari jumlah influen sebelumnya, maka dilakukan penurunan jumlah influen agar mikroorganisme tidak

Berdasarkan ketiga aspek kelayakan LKP di atas dapat disimpulkan bahwa LKP berorientasi problem solving untuk melatihkan keterampilan proses sains pada materi

11) Apersepsi : guru bersama peserta didik melakukan tanya jawab terkait pembelajaran pada minggu lalu yang dikaitkan dengan pengalaman peserta didik

Tujuan penelitian ini adalah: (1) memberikan informasi mengenai potensi pengembangan perbankan syariah yang didasarkan pada analisis potensi ekonomi dan pola sikap/preferensi dari

Nilai reduksi yang paling besar terjadi pada pilar segiempat ujung bulat, dengan proteksi susunan tirai tipe zig-zag 2 yaitu sebesar 31,5561 %, Sedangkan nilai reduksi yang

- Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung pada tempat khusus (safety box) seperti botol atau karton yang aman.. - Tempat pewadahan limbah padat medis

Untuk itu melalui program CSR, PT Pertamina bekerja sa- ma dengan CARE LPPM IPB melakukan inovasi- inovasi untuk meningkatkan efektifitas peter- nakan dan meningkatkan

Sifat mekanik material yang akan diuji sesuai dengan tujuan karburisasi padat adalah kekerasan ( hardness ) permukaan mate- rial. Proses pemanasan baja didalam kotak