• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDUAN TENTANG PEMAKAIAN ULANG (REUSE) PERALATAN DAN MATERIAL DI RS. ROYAL PRIMA MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PANDUAN TENTANG PEMAKAIAN ULANG (REUSE) PERALATAN DAN MATERIAL DI RS. ROYAL PRIMA MEDAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PANDUAN TENTANG PEMAKAIAN ULANG

(REUSE) PERALATAN DAN MATERIAL

DI RS. ROYAL PRIMA MEDAN

RUMAH SAKIT ROYAL PRIMA MEDAN Jln. Ayahanda No. 68A Telp.061-80013181

Website : www.royalprima.com Email : contact@royalprima.com Medan – Sumatera Utara – Indonesia

(2)

DEFINISI

Rumah sakit adalah suatu unit yang memiliki organisasi yang teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan penderita yang dilakukan secara multi disiplin oleh berbagai kelompok profesional terdidik dan terlatih yang menggunakan prasarana dan sarana fisik, perbekalan farmasi dan alat kesehatan.

Rumah sakit memiliki karakteristik tersendiri dalam melaksanakan fungsinya, salah satunya rumah sakit merupakan sebuah institusi besar yang sarat dengan peralatan berteknologi canggih yang dioperasionalkan oleh sekumpulan orang dengan keahlian dan bakat sesuai yang diperlukan.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.220/Men.Kes/Per/IX/1976 tertanggal 6 September 1976, yang dimaksud dengan alat kesehatan adalah barang, instrumen atau aparat yang digunakan untuk:

a. Pemeliharaan dan perawatan kesehatan dan alat kesehatan

b. Dipakai untuk menentukan diagnosa

c. Untuk membantu/ mencegah kerusakan lebih lanjut

d. Untuk penyembuhan, pencegahan penyakit, atau kelainan yang menganggu kesehatan

e. Pemulihan, perbaikan, atau perubahan suatu fungsi badan/ struktur badan manusia

f. Diagnosa kehamilan atau pemeliharaan selama kehamilan dan setelah kehamilan

termasuk pemeliharaan bayi

g. Usaha mencegah kehamilan pada manusia, tidak termasuk golongan obat

h. Sebagai media invasif.

Penggolongan alat kesehatan antara lain: A. Menurut Fungsi

1) Peralatan medis, seperti:

 EGC monitor/ alat-alat yang digunakan di ICU/ ICCU

Emergency set, oksigen set, dan alat di kamar operasi

 Alat-alat penunjang diagnosa seperti otoskop, rinoskop, termometer dan tensimeter

 Utensilien seperti bak bengkok/ nierbeken, urinal, bad pan, dan kateter 2) Peralatan non-medis seperti alat dapur, generator, peralatan cucian, dan sendok B. Menurut Sifat Pemakaian

1) Consumable/ disposable/ sekali pakai seperti spuit, kateter, mag slang, dan kondom 2) Peralatan tahan lama yang dipakai terus-menerus seperti instrumen operasi, bengkok, dan

otoskop

C. Menurut Kegunaannya

1) Sistem gastrointestinal seperti kateter canul dan NGT 2) THT seperti otoskop dan rinoskop

3) Sistem reproduksi seperti kateter, bougic aparat, hegar dan, speculum vagina/ instrument ginekologi

4) Dentalog/ alat gigi

5) Kardiovaskuler seperti ECG, layar monitor dan venulon dengan banyak jenisnya 6) Sistem ambulans/ bantu gerak seperti kursi beroda dan kruk

(3)

7) Untuk terapi seperti lampu merah, blue life, dan alat fisioterapi 8) Perlindungan sistem integumen seperti wind ring/ bantal angin D. Menurut Keputusan Menkes RI No.116/SK/1979

1) Preparat untuk pemeliharaan dan perawatan kesehatan

2) Peptisidan dan insektisida pembasmi hama manusia dan binatang piaraan 3) Alat perawatan yang digunakan di salon kecantikan

4) Wadah penampung yang terbuat dari plastik atau kaca untuk penyimpanan obat atau penampung, juga karet penutup botol

5) Peralatan obstetrik dan ginekologi 6) Peralatan anestetika

7) Peralatan dan kelengkapan kedokteran gigi 8) Peralatan dan kelengkapan THT

9) Peralatan dan perlengkapan THT

10) Peralatan perlengkapan rumah sakit umumnya E. Menurut Sifat Bahan

1) Bahan dasar logam seperti pinset, gunting, dan jarum heating

2) Bahan dasar karet atau plastik seperti kateter, sarung tangan, dan NGT 3) Bahan dasar linen seperti sprei, sarung bantal, dan selimut

4) Bahan dasar kaca seperti termometer dan tabung reaksi 5) Bahan dasar kertas seperti status pasien

F. Menurut Umur Instrumen

1) Consumable/ disposable seperti spuit, jarum, kateter, dan NGT 2) Yang dapat dicuci/ disterilkan seperti gunting, pinset dan selimut

3) Alat-alat penting dan mahal, umur lebih dari 5 tahun seperti x-ray, sterilisator, dan alat ECG.

Beberapa peralatan dapat digunakan berkali-kali, tetapi ada juga yang harus dipakai satu kali (single-use) karena bila digunakan lebih dari satu kali, akan menimbulkan resiko infeksi. Dampak negatif dari peralatan single-use adalah menambah kuantitas (jumlah) limbah.

Rumah sakit sebagai institusi yang tugasnya memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, tidak terlepas dari tanggung jawab terhadap kesehatan lingkungan di sekitarnya yaitu mengelola limbah medis dengan benar (sesuai persyaratan). Elemen penting dalam pengelolaan limbah rumah sakit menurut WHO yaitu minimalisasi limbah, pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, penampungan, hingga tahap pemusnahan dan pembuangan akhir. Upaya yang menjadi prioritas utama adalah dengan minimalisai limbah berupa reduksi limbah pada sumbernya dan upaya pemanfaatan limbah.

Minimalisasi limbah adalah upaya yang dilakukan rumah sakit untuk mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan dengan cara mengurangi bahan (reduce), menggunakan kembali limbah (reuse) dan daur ulang limbah (recycle).

(4)

BAB 2

RUANG LINGKUP

Minimalisasi limbah dapat dilakukan dengan mengurangi bahan (reduce), menggunakan kembali limbah (reuse) dan daur ulang limbah (recycle).

A. Reduce

Reduksi pada sumber merupakan segala aktivitas yang dapat mengurangi atau menghilangkan limbah sebelum terjadinya limbah atau mengurangi limbah pada sumbernya. Konsep minimalisasi limbah berupa reduksi limbah langsung dari sumbernya menggunakan pendekatan pencegahan dan teknik yang meliputi perubahan bahan baku (pengelolaan bahan dan modifikasi bahan), perubahan teknologi (modifikasi proses dan teknologi bersih), praktek operasi yang baik (housekeeping, segregasi limbah, preventive maintenance), dan perubahan produk yang tidak berbahaya.

B. Reuse

Penggunaan kembali (reuse) merupakan penggunaan barang atau limbah untuk digunakan kembali untuk kepentingan yang sama tanpa mengalami proses pengolahan atau perubahan bentuk. Reuse dapat mengurangi biaya pembelian dan mengurangi limbah dari kegiatan perawatan pasien. Berikut ini produk dari fasilitas kesehatan yang dapat direuse

(5)

diantaranya linen yang dapat digunakan kembali, perawatan pasien seperti pispot, cekungan muntah, dan peralatan makan dapat digunakan kembali. Sebaliknya, jarum suntik tidak boleh digunakan kembali karena dapat membahayakan kesehatan. Walaupun dapat digunakan kembali, rumah sakit harus mengeluarkan biaya untuk membersihkan dan mensterilkan peralatan tersebut.

Berikut beberapa contoh upaya pemanfaatan limbah berupa penggunaan kembali (reuse):

- Dari unit hemodialisa:

 Jerigen bekas larutan cuci darah digunakan untuk wadah limbah benda tajam di setiap ruangan yang menghasilkan limbah benda tajam, dengan syarat jerigen tersebut harus terbuat dari bahan anti bocor, anti tusuk, dan tertutup.

 Melakukan sterilisasi seperti mangkuk bekas tempat jarum. - Dari unit farmasi:

 Bahan-bahan kimia seperti desinfektan dimanfaatkan untuk membersihkan lantai, bak sampah.

 Bahan kimia lain seperti asam, basa, reagen kimia ditawarkan ke pengguna potensial seperti laboratorium.

- Dari unit laboratorium:

 Alat-alat yang dapat dipakai ulang setelah dilakukan desinfeksi dan sterilisasi seperti cawan petri (plate count agar), gelas kaca, gelas ukur, tabung reaksi, desk glass, object glass, test tube 12x75, sample cup conical.

C. Recyle

Daur ulang (recycle) merupakan upaya pemanfaatan limbah dengan cara proses daur ulang melalui perubahan fisik atau kimia, baik untuk menghasilkan produk yang sama maupun produk yang berlainan dengan maksud kegunaan yang lebih.

(6)

BAB 3 TATA LAKSANA

Untuk setiap peralatan atau material yang bisa digunakan kembali, harus melalui proses desinfeksi dan sterilisasi.

A. Pengertian

1. Dekontaminasi adalah upaya mengurangi dan/ atau menghilangkan kontaminasi oleh mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan, dan ruang melalui desinfeksi dan sterilisasi dengan cara fisik dan kimiawi.

2. Desinfeksi adalah upaya untuk mengurangi/ menghilangkan jumlah mikroorganisme patogen penyebab penyakit (tidak termasuk spora) dengan cara fisik dan kimiawi.

3. Sterilisasi adalah upaya untuk menghilangkan semua mikroorganisme dengan cara fisik dan kimiawi.

B. Persyaratan

1. Suhu pada desinfeksi secara fisik dengan air panas untuk peralatan sanitasi 80°C dalam waktu 45-60 detik, sedangkan untuk peralatan memasak 80°C dalam waktu 1 menit. 2. Desinfektan harus memenuhi kriteria tidak merusak peralatan maupun orang, desinfektan

mempunyai efek sebagai deterjen dan efektif dalam waktu yang relatif singkat, tidak terpengaruh oleh kesadahan air atau keberadaan sabun dan protein yang mungkin ada.

(7)

3. Penggunaan desinfektan harus mengikuti petunjuk pabrik.

4. Pada akhir proses desinfeksi terhadap ruang pelayanan medis (ruang operasi dan ruang isolasi) tingkat kepadatan kuman pada lantai dan dinding 0-5 CFU/cm², bebas mikroorganisme patogen dan gas gangren. Untuk ruang penunjang medis (ruang rawat inap, ruang ICU/ ICCU, kamar bayi, kamar bersalin, ruang perawatan luka bakar, dan laundry) sebesar 5-10 CFU/cm².

5. Sterilisasi peralatan yang berkaitan dengan perawatan pasien secara fisik dengan pemanasan pada suhu ±121°C selama 30 menit atau pada suhu 134°C selama 13 menit dan harus mengacu pada petunjuk penggunaan alat sterilisasi yang digunakan.

6. Sterilisasi harus menggunakan desinfektan yang ramah lingkungan.

7. Petugas sterilisasi harus menggunakan alat pelindung diri dan menguasai prosedur sterilisasi yang aman.

8. Hasil akhir proses sterilisasi untuk ruang operasi dan ruang isolasi harus bebas dari mikroorganisme hidup.

C. Tata Laksana

1. Kamar/ ruang operasi yang telah dipakai harus dilakukan desinfeksi dan sterilisasi sampai aman untuk dipakai pada operasi berikutnya.

2. Instrumen dan bahan medis yang dilakukan sterilisasi harus melalui persiapan, meliputi: a. Persiapan sterilisasi bahan dan alat sekali pakai:

Penataan – Pengemasan – Pelabelan – Sterilisasi. b. Persiapan sterilisasi instrumen baru:

Penataan dilengkapi dengan sarana pengikat (bila diperlukan) - Pelabelan – Sterilisasi. c. Persiapan sterilisasi instrumen dan bahan lama:

Desinfeksi – Pencucian (dekontaminasi) – Pengeringan (pelipatan bila perlu) - Penataan – Pelabelan – Sterilisasi.

3. Indikasi kuat untuk tindakan desinfeksi/ sterilisasi:

a. Semua peralatan medik atau peralatan perawatan pasien yang dimasukkan ke dalam jaringan tubuh, sistem vaskuler atau melalui saluran darah harus selalu dalam keadaan steril sebelum digunakan.

b. Semua peralatan yang menyentuh selaput lendir seperti endoskopi, pipa endotracheal harus disterilkan/ didesinfeksi dahulu sebelum digunakan.

c. Semua peralatan operasi setelah dibersihkan dari jaringan tubuh, darah, atau sekresi harus selalu dalam keadaan steril sebelum dipergunakan.

(8)

4. Semua benda atau alat yang akan disterilkan/ didesinfeksi harus terlebih dahulu dibersihkan secara seksama untuk menghilangkan semua bahan organik (darah dan jaringan tubuh) dan sisa bahan linennya.

5. Sterilisasi (132°C selama 3 menit pada gravity displacement steam sterilizer) tidak dianjurkan untuk implant.

6. Setiap alat yang berubah kondisi fisiknya karena dibersihkan, disterilkan atau didesinfeksi tidak boleh dipergunakan lagi. Oleh karena itu, hindari proses ulang yang dapat mengakibatkan keadaan toksin atau mengganggu keamanan dan efektivitas pekerjaan. 7. Jangan menggunakan bahan seperti linen, dan lainnya yang tidak tahan terhadap

sterilisasi, karena akan mengakibatkan kerusakan seperti kemasannya rusak atau berlubang, bahannya mudah sobek, basah, dan sebagainya.

8. Penyimpanan peralatan yang telah disterilkan harus ditempatkan pada tempat (lemari) khusus setelah dikemas steril pada ruangan:

a. Dengan suhu 18°C-22°C dan kelembaban 35%-75%, ventilasi menggunakan sistem tekanan positif dengan efisiensi partikular antara 90%-95% (untuk partikular 0,5 mikron). b. Dinding dan ruangan terbuat dari bahan yang halus, kuat, dan mudah dibersihkan.

c. Barang yang steril disimpan pada jarak 19 cm-24 cm.

d. Lantai minimum 43 cm dari langit-langit dan 5 cm dari dinding serta diupayakan untuk menghindari terjadinya penempelan debu kemasan.

9. Pemeliharaan dan cara penggunaan peralatan sterilisasi harus memperhatikan petunjuk dari pabriknya dan harus dikalibrasi minimal 1 kali satu tahun.

10. Peralatan operasi yang telah steril, jalur masuk ke ruangan harus terpisah dengan peralatan yang telah terpakai.

11. Sterilisasi dan desinfeksi terhadap ruang pelayanan medis dan peralatan medis dilakukan sesuai permintaan dari kesatuan kerja pelayanan medis dan penunjang medis.

Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber. Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan limbah. Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang tidak dimanfaatkan kembali. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya. Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan kembali.

(9)

Limbah padat medis yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses sterilisasi sesuai Tabel 1.1. Untuk menguji efektifitas sterilisasi panas harus dilakukan tes Bacillus stearothermophilus dan untuk sterilisasi kimia harus dilakukan tes Bacillus subtilis.

Tabel 1.1. Metode Sterilisasi Untuk Limbah yang Dimanfaatkan Kembali

Metode Sterilisasi Suhu Waktu Kontak

Sterilisasi dengan panas - Sterilisasi kering dalam oven “Poupinel”

- Sterilisasi basah dalam autoklaf

Sterilisasi dengan bahan kimia

- Ethylene oxide (gas) - Glutaraldehyde (cair) 160°C 170°C 121°C 50°C -60°C 120 menit 60 menit 30 menit 3-8 jam 30 menit

Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali. Apabila rumah sakit tidak mempunyai jarum yang sekali pakai (disposable), limbah jarum hipodermik dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses salah satu metode sterilisasi pada Tabel 1.1.

Untuk limbah padat medis, hal yang perlu diperhatikan dalam proses pemilahan, pewadahan, pemanfaatan kembali, dan daur ulang adalah sebagai berikut:

1) Dilakukan pemilahan jenis limbah padat medis mulai dari sumber yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksik, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi

2) Tempat pewadahan limbah padat medis:

- Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misalnya fiberglass

- Di setiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia tempat pewadahan yang terpisah dengan limbah padat non-medis

- Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang sehari apabila 2/3 bagian telah terisi limbah

- Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung pada tempat khusus (safety box) seperti botol atau karton yang aman

(10)

- Tempat pewadahan limbah padat medis infeksius dan sitotoksik yang tidak langsung kontak dengan limbah harus segera dibersihkan dengan larutan desinfektan apabila akan dipergunakan kembali, sedangkan untuk kantong plastik yang telah dipakai dan kontak langsung dengan limbah tersebut tidak boleh digunakan lagi

3) Bahan atau alat yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui sterilisasi meliputi pisau bedah (scalpel), jarum hipodermik, syringes, botol gelas, dan kontainer

4) Alat-alat lain yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui sterilisasi adalah radionukleida yang telah diatur tahan lama untuk radioterapi seperti puns, needles, atau seeds

5) Apabila sterilisasi yang dilakukan adalah sterilisasi dengan ethylene oxide, maka tangki reactor harus dikeringkan sebelum dilakukan injeksi ethylene oxide. Oleh karena gas tersebut sangat berbahaya, maka sterilisasi harus dilakukan oleh petugas yang terlatih. Sedangkan sterilisasi dengan glutaraldehyde lebih aman dalam pengoperasiannya tetapi kurang efektif secara mikrobiologi

6) Upaya khusus harus dilakukan apabila terbukti ada kasus pencemaran spongiform encephalopathies.

D. Identifikasi Peralatan dan Bahan/ Material yang Bisa di-Reuse Tabel 1.1. Daftar Peralatan dan Bahan/ Material

Daftar Peralatan dan Bahan/ Material Single-use/ Reuse Selang Naso Gastric Tube (NGT)

Kateter Jarum suntik Spuit Linen Pispot Cekungan muntah Peralatan makan

Cawan petri (plate count agar) Gelas kaca Gelas ukur Tabung rekasi Desk glass Object glass Test tube 12 x 75 Single-use Single-use Single-use Reuse Reuse Reuse Reuse Reuse Reuse Reuse Reuse Reuse Reuse Reuse Reuse

(11)

Sample cup conical Endoskopi

Pipa endotracheal Pisau bedah (scalpel) Kontainer Kondom Reuse Reuse Reuse Reuse Reuse Reuse

(12)

BAB 4 DOKUMENTASI

Pengendalian Infeksi Nosokomial merupakan suatu upaya penting dalam meningkatkan mutu pelayanan medis rumah sakit. Hal ini hanya dapat dicapai dengan keterlibatan secara aktif semua personil rumah sakit, mulai dari petugas kebersihan sampai dengan dokter dan mulai dari pekerja sampai dengan jajaran Direksi. Kegiatannya dilakukan secara baik dan benar di semua sarana rumah sakit, peralatan medis dan non-medis, ruang perawatan dan prosedur serta lingkungan.

Dokumen yang wajib disiapkan adalah sebagai berikut : 1. Dokumen Regulasi

a. Dokumen monitoring dan evaluasi b. Dokumen hasil pemeriksaan kuman

Demikian buku panduan ini dibuat untuk panduan tentang pemakaian ulang (reuse) peralatan dan material sehingga berjalan dengan baik dan sesuai standar yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang Kesehatan yang berlaku, dengan terbitnya Buku Panduan Pemakaian Ulang (Reuse) Peralatan dan Material di RS. Royal Prima Medan ini maka segala pelayanan yang berkaitan dengan pemakaian ulang (reuse) wajib berlandaskan buku pedoman ini terhitung setelah ditandatangani oleh Direktur RS. Royal Prima Medan.

Ditetapkan di : Medan

Pada Tanggal : Direktur RS Royal Prima Medan

(13)

Gambar

Tabel 1.1. Metode Sterilisasi Untuk Limbah yang Dimanfaatkan Kembali

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan Mintzberg a koleganya mengemukakan tentang langkah-langkah pengambilan keputusan, yaitu: (1) Tahap identifikasi (2) Tahap pengembangan, dan (3) Tahap

ln ln.. Dapat kita lihat dimana terdapat perbedaan grafik yang dibentuk dari nilai dengan menggunakan persamaan Margules dan nilai yang didapatkan dengan menggunakan data

Sikap berkaitan dengan DBD dalam penelitian ini adalah pernyataan sikap re- sponden tentang pemilihan pelayanan kesehatan, alasan pemilihan, dan tindakan pertama

Secara khusus penulis menghaturkan rasa terima kasih tak terhingga kepada saudara-saudara penulis yaitu Abangda Kompol Pria Premos, SIK dan Kakanda Dokter Meity

Trya Agung Pahlevi, ST 198410192011011004 Penata Muda Tk.I, III/b Fungsional Umum Pus.KI Kasubbid Kelembagaan Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika, dan Penelitian

Anda seharusnya login dari jarak jauh sebagai pemakai biasa dan kemudian 'su' jika anda butuh (mudah-mudahan melalui ssh atau saluran terenkripsi lain), sehingga tidak perlu

matematika atau menerapkannya dengan hal-hal yang dekat dengan siswa dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil tes, wawancara dan uraian di atas, yang menjadi

Hal ini merupakan suatu proses sistematik dalam mengumpulkan dan analisis informasi, membuat diagnosis kerja (menentukan kondisi yang dikaji adalah normal atau