BAB I BAB I
PENDAHULUAN PENDAHULUAN
A.
A. Latar BelakangLatar Belakang
Inisiasi Menyusu Dini yaitu memberikan ASI kepada bayi baru lahir, Inisiasi Menyusu Dini yaitu memberikan ASI kepada bayi baru lahir, bayi tidak boleh dibersihkan terlebih dahulu dan tidak dipisahkan dari ibu. bayi tidak boleh dibersihkan terlebih dahulu dan tidak dipisahkan dari ibu. Pada inisiasi menyusu dini ibu segera mendekap dan membiarkan bayi Pada inisiasi menyusu dini ibu segera mendekap dan membiarkan bayi menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran
menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium Millenium Devolepment Goa
Devolepment Goalsls (MDGs) dalam pencapaian Inisiasi Menyusu Dini (IMD),(MDGs) dalam pencapaian Inisiasi Menyusu Dini (IMD), yaitu Inisiasi Menyusu Dini dapat meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif yaitu Inisiasi Menyusu Dini dapat meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif dan lama menyusui maka akan membantu mengurangi kemiskinan, membantu dan lama menyusui maka akan membantu mengurangi kemiskinan, membantu mengurangi kelaparan karena ASI dapat memenuhi kebutuhan makanan bayi mengurangi kelaparan karena ASI dapat memenuhi kebutuhan makanan bayi sampai usia dua tahun,
sampai usia dua tahun, membantu mengurangi angka kematian anak balita.membantu mengurangi angka kematian anak balita. Pemberian ASI
Pemberian ASI dikenal sebagai dikenal sebagai salah satu salah satu yang yang memberikan pengaruhmemberikan pengaruh yang paling kuat terhadap kelangsungan hidup anak, pertumbuhan dan yang paling kuat terhadap kelangsungan hidup anak, pertumbuhan dan perkembangan. Penelitian menyatakan bahwa inisiasi dini dalam 1 jam perkembangan. Penelitian menyatakan bahwa inisiasi dini dalam 1 jam pertama dapat mencegah 22% kematian bayi di bawah umur 1 bulan di negara pertama dapat mencegah 22% kematian bayi di bawah umur 1 bulan di negara berkembang (APN, 2007). Pencapaian 6 bulan ASI Eksklusif bergantung berkembang (APN, 2007). Pencapaian 6 bulan ASI Eksklusif bergantung pada keberhasilan inisiasi dalam satu jam pertama. ASI Eksklusif selama 6 pada keberhasilan inisiasi dalam satu jam pertama. ASI Eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan, bersamaan dengan pemberian makanan bulan pertama kehidupan, bersamaan dengan pemberian makanan pendamping ASI dan meneruskan ASI dari 6 bulan sampai 2 tahun, dapat pendamping ASI dan meneruskan ASI dari 6 bulan sampai 2 tahun, dapat mengurangi sedikitnya 20% kematian anak balita (Roesli, 2008).
mengurangi sedikitnya 20% kematian anak balita (Roesli, 2008).
Peran tenaga kesehatan, khususnya dokter dan bidan sangat Peran tenaga kesehatan, khususnya dokter dan bidan sangat berpengaruh terhadap pemberian ASI secara dini. Namun, di Indonesia masih berpengaruh terhadap pemberian ASI secara dini. Namun, di Indonesia masih
1 1
banyak tenaga kesehatan maupun pelayanan kesehatan (termasuk Rumah banyak tenaga kesehatan maupun pelayanan kesehatan (termasuk Rumah Sakit) yang belum mendukung pemberian ASI secara dini dengan alasan Sakit) yang belum mendukung pemberian ASI secara dini dengan alasan keadaan Ibu masih lemah, masih banyak darah dan lendir yang harus keadaan Ibu masih lemah, masih banyak darah dan lendir yang harus dibersihkan, takut bayi terkena hipotermi, bahkan ada yang mengatakan dibersihkan, takut bayi terkena hipotermi, bahkan ada yang mengatakan Inisiasi Menyusu Dini dengan membiarkan bayi merangkak sendiri mencari Inisiasi Menyusu Dini dengan membiarkan bayi merangkak sendiri mencari puting susu ibu adalah hal primitive yang melecehkan bangsa indonesia puting susu ibu adalah hal primitive yang melecehkan bangsa indonesia (padahal IMD juga dilakukan di negara maju). Banyak rumah sakit dan bidan (padahal IMD juga dilakukan di negara maju). Banyak rumah sakit dan bidan yang langsung memberikan susu formula begitu bayi lahir jika ASI belum yang langsung memberikan susu formula begitu bayi lahir jika ASI belum keluar (Soegiarto, 2008).
keluar (Soegiarto, 2008).
3,7% bayi di Indonesia disusui dalam 1 jam pertama setelah kelahiran, 3,7% bayi di Indonesia disusui dalam 1 jam pertama setelah kelahiran, dan angka kematian bayi masih relatif tinggi yaitu 35 per 100 kelahiran hidup dan angka kematian bayi masih relatif tinggi yaitu 35 per 100 kelahiran hidup yang dia
yang diantaranya ntaranya disebabkan disebabkan oleh hipotermi, oleh hipotermi, kurang gkurang gizi dan izi dan infeksi. Diinfeksi. Di Indonesia angka pemberian ASI Eksklusif masih rendah yaitu hanya 7,8%. Indonesia angka pemberian ASI Eksklusif masih rendah yaitu hanya 7,8%. Penelitian menyatakan bahwa inisiasi dini dalam 1 jam pertama dapat Penelitian menyatakan bahwa inisiasi dini dalam 1 jam pertama dapat mencegah 22% kematian bayi di bawah umur 1 bulan di negara berkembang mencegah 22% kematian bayi di bawah umur 1 bulan di negara berkembang (SDKI, 2007).
(SDKI, 2007).
Angka kematian bayi baru lahir sebanyak 22% dalam satu bulan Angka kematian bayi baru lahir sebanyak 22% dalam satu bulan pertama dapat dicegah dengan bayi menyusu pada ibu satu jam pertama, pertama dapat dicegah dengan bayi menyusu pada ibu satu jam pertama, sedangkan menyusu pada hari pertama lahir dapat menekan angka kematian sedangkan menyusu pada hari pertama lahir dapat menekan angka kematian bayi hingga 16% (Roesli, 2008). Proses inisiasi menyusu dini bayi tidak bayi hingga 16% (Roesli, 2008). Proses inisiasi menyusu dini bayi tidak mengalami
mengalami hipotermihipotermi atau kedinginan karena dekapan ibu terhadap bayi danatau kedinginan karena dekapan ibu terhadap bayi dan suhu di dada ibu akan naik 2
banyak tenaga kesehatan maupun pelayanan kesehatan (termasuk Rumah banyak tenaga kesehatan maupun pelayanan kesehatan (termasuk Rumah Sakit) yang belum mendukung pemberian ASI secara dini dengan alasan Sakit) yang belum mendukung pemberian ASI secara dini dengan alasan keadaan Ibu masih lemah, masih banyak darah dan lendir yang harus keadaan Ibu masih lemah, masih banyak darah dan lendir yang harus dibersihkan, takut bayi terkena hipotermi, bahkan ada yang mengatakan dibersihkan, takut bayi terkena hipotermi, bahkan ada yang mengatakan Inisiasi Menyusu Dini dengan membiarkan bayi merangkak sendiri mencari Inisiasi Menyusu Dini dengan membiarkan bayi merangkak sendiri mencari puting susu ibu adalah hal primitive yang melecehkan bangsa indonesia puting susu ibu adalah hal primitive yang melecehkan bangsa indonesia (padahal IMD juga dilakukan di negara maju). Banyak rumah sakit dan bidan (padahal IMD juga dilakukan di negara maju). Banyak rumah sakit dan bidan yang langsung memberikan susu formula begitu bayi lahir jika ASI belum yang langsung memberikan susu formula begitu bayi lahir jika ASI belum keluar (Soegiarto, 2008).
keluar (Soegiarto, 2008).
3,7% bayi di Indonesia disusui dalam 1 jam pertama setelah kelahiran, 3,7% bayi di Indonesia disusui dalam 1 jam pertama setelah kelahiran, dan angka kematian bayi masih relatif tinggi yaitu 35 per 100 kelahiran hidup dan angka kematian bayi masih relatif tinggi yaitu 35 per 100 kelahiran hidup yang dia
yang diantaranya ntaranya disebabkan disebabkan oleh hipotermi, oleh hipotermi, kurang gkurang gizi dan izi dan infeksi. Diinfeksi. Di Indonesia angka pemberian ASI Eksklusif masih rendah yaitu hanya 7,8%. Indonesia angka pemberian ASI Eksklusif masih rendah yaitu hanya 7,8%. Penelitian menyatakan bahwa inisiasi dini dalam 1 jam pertama dapat Penelitian menyatakan bahwa inisiasi dini dalam 1 jam pertama dapat mencegah 22% kematian bayi di bawah umur 1 bulan di negara berkembang mencegah 22% kematian bayi di bawah umur 1 bulan di negara berkembang (SDKI, 2007).
(SDKI, 2007).
Angka kematian bayi baru lahir sebanyak 22% dalam satu bulan Angka kematian bayi baru lahir sebanyak 22% dalam satu bulan pertama dapat dicegah dengan bayi menyusu pada ibu satu jam pertama, pertama dapat dicegah dengan bayi menyusu pada ibu satu jam pertama, sedangkan menyusu pada hari pertama lahir dapat menekan angka kematian sedangkan menyusu pada hari pertama lahir dapat menekan angka kematian bayi hingga 16% (Roesli, 2008). Proses inisiasi menyusu dini bayi tidak bayi hingga 16% (Roesli, 2008). Proses inisiasi menyusu dini bayi tidak mengalami
mengalami hipotermihipotermi atau kedinginan karena dekapan ibu terhadap bayi danatau kedinginan karena dekapan ibu terhadap bayi dan suhu di dada ibu akan naik 2
Menyusui bayi di Indonesia sudah menjadi budaya namun praktik Menyusui bayi di Indonesia sudah menjadi budaya namun praktik pemberian ASI masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi pemberian ASI masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007 hanya
Kesehatan Indonesia 2007 hanya 10% bayi yang 10% bayi yang memperoleh ASI memperoleh ASI pada haripada hari pertama, yang diberikan ASI kurang dari 2 bulan sebanyak 73%, yang pertama, yang diberikan ASI kurang dari 2 bulan sebanyak 73%, yang diberikan ASI 2 sampai 3 bulan sebanyak 53% yang diberikan ASI 4 sampai diberikan ASI 2 sampai 3 bulan sebanyak 53% yang diberikan ASI 4 sampai 5 bulan sebanyak 20% dan menyusui eksklusif sampai usia 6 bulan sebanyak 5 bulan sebanyak 20% dan menyusui eksklusif sampai usia 6 bulan sebanyak 49% (WHO, 2007)
49% (WHO, 2007)
Setiap jam sebelum mencapai usia 1 tahun di
Setiap jam sebelum mencapai usia 1 tahun di Indonesia diperkirakan 20Indonesia diperkirakan 20 bayi meninggal pada setiap tahunnya. Hampir setengah dari
bayi meninggal pada setiap tahunnya. Hampir setengah dari kematian bayi inikematian bayi ini terjadi pada
terjadi pada masa neonatal ymasa neonatal yaitu pada bulan pertama keaitu pada bulan pertama kelahiran, di mana bayilahiran, di mana bayi sangat rentan terhadap kesakitan dan kematian
sangat rentan terhadap kesakitan dan kematian (Roesli, 2008).(Roesli, 2008).
Suatu hasil penelitian di Ghana yang diterbitkan oleh jurnal pediatriks Suatu hasil penelitian di Ghana yang diterbitkan oleh jurnal pediatriks menunjukkan bahwa 16% kematian bayi dapat dicegah melalui pemberian menunjukkan bahwa 16% kematian bayi dapat dicegah melalui pemberian ASI pada bayi sejak hari pertama kelahirannya. Angka ini naik menjadi 22% ASI pada bayi sejak hari pertama kelahirannya. Angka ini naik menjadi 22% jika
jika pemberian pemberian ASI ASI dimulai dimulai dalam dalam 1 1 jam jam pertama pertama setelah setelah kelahirannya. kelahirannya. ASIASI adalah asupan gizi yang terbaik untuk melindungi dari infeksi pernafasan, adalah asupan gizi yang terbaik untuk melindungi dari infeksi pernafasan, diare, alergi, sakit kulit, asma, obesitas juga membentuk perkembangan diare, alergi, sakit kulit, asma, obesitas juga membentuk perkembangan intelegensia, rohani, perkembangan emosional. Hasil telaah dari 42 negara intelegensia, rohani, perkembangan emosional. Hasil telaah dari 42 negara menunjukkan bahwa ASI eksklusif memiliki dampak terbesar terhadap menunjukkan bahwa ASI eksklusif memiliki dampak terbesar terhadap penurunan angka kematian balita, yaitu 13% dibanding intervensi kesehatan penurunan angka kematian balita, yaitu 13% dibanding intervensi kesehatan masyarakat lainnya (Roesli, 2008).
masyarakat lainnya (Roesli, 2008).
Permasalahan yang utama rendahnya angka cakupan ASI ini adalah Permasalahan yang utama rendahnya angka cakupan ASI ini adalah karena faktor sosial budaya, kesadaran akan pentingnya ASI, pelayanan karena faktor sosial budaya, kesadaran akan pentingnya ASI, pelayanan
kesehatan dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung serta kesehatan dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung serta gencarnya promosi susu (Depkes RI, 2003).
gencarnya promosi susu (Depkes RI, 2003).
Kesadaran akan pentingnya ASI termasuk IMD dipengaruhi oleh Kesadaran akan pentingnya ASI termasuk IMD dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini yang rendah tingkat pengetahuan ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini yang rendah karena dipengaruhi oleh faktor pendidikan ibu yang rendah, tidak ada karena dipengaruhi oleh faktor pendidikan ibu yang rendah, tidak ada dorongan atau motivasi
dorongan atau motivasi untuk mengetahui perkembangan zaman, ketersediaanuntuk mengetahui perkembangan zaman, ketersediaan informasi, ketersediaan fasilitas kesehatan, pendapatan perkapita yang informasi, ketersediaan fasilitas kesehatan, pendapatan perkapita yang menyebabkan ibu melakukan persalinan dengan dukun, dukungan dari orang menyebabkan ibu melakukan persalinan dengan dukun, dukungan dari orang terdekat, dukungan dari tenaga kesehatan, kebudayaan, dan adanya promosi terdekat, dukungan dari tenaga kesehatan, kebudayaan, dan adanya promosi Insiasi Menyusui Dini.
Insiasi Menyusui Dini. (http://www.fkm.undip.ac.a(http://www.fkm.undip.ac.ad)d)
Kabupaten Batang terdapat 21 puskesmas, salah satunya adalah Kabupaten Batang terdapat 21 puskesmas, salah satunya adalah puskesmas Bawang yang memiliki fasilitas rawat inap selain fasilitas rawat puskesmas Bawang yang memiliki fasilitas rawat inap selain fasilitas rawat jalan. Puskesmas Bawa
jalan. Puskesmas Bawang mempunyai jumlah bidan yaitu 30 bidan dengan 22ng mempunyai jumlah bidan yaitu 30 bidan dengan 22 bidan desa dan 8 bidan Puskesmas. Jumlah persalinan yang ditolong oleh bidan desa dan 8 bidan Puskesmas. Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Bawang pada tahun 2009 yaitu tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Bawang pada tahun 2009 yaitu sejumlah 932 persalinan, dan dari jumlah tersebut hanya 10,6% (99 sejumlah 932 persalinan, dan dari jumlah tersebut hanya 10,6% (99 persalinan) yang dilakukan inisiasi menyusu dini (IMD) sedangkan sisanya persalinan) yang dilakukan inisiasi menyusu dini (IMD) sedangkan sisanya tidak dilakukan (DKK Batang, 2009). Dalam pertolongan persalinan oleh tidak dilakukan (DKK Batang, 2009). Dalam pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan apabila tidak dilakukan inisiasi menyusu dini maka tenaga kesehatan apabila tidak dilakukan inisiasi menyusu dini maka kematian (
kematian (mortalitas)mortalitas)dan kesakitan (dan kesakitan (morbiditas)morbiditas) bayi masih tinggi atau tidak bayi masih tinggi atau tidak mengalami perubahan yang bermakna.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti tingkat pengetahuan ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini di wilayah kerja Puskesmas Bawang, kabupaten Batang.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka perumusan masalahnya adalah “Bagaimana Tingkat Pengetahuan Ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini di wilayah kerja puskesmas Bawang, kabupaten Batang”.
C. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum
Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini di wilayah kerja Puskesmas Bawang kabupaten Batang.
b. Tujuan Khusus
1) Mendeskripsikan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pengertian Inisiasi Menyusu Dini.
2) Mendeskripsikan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang manfaat Inisiasi Menyusu Dini.
3) Mendeskripsikan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, pengetahuan ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini bertambah terutama diwilayah kerja puskesmas bawang, kabupaten Batang.
2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti.
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang inisiasi menyusu dini yang didapat selama di bangku kuliah dan menerapkannya di masyarakat.
b. Bagi petugas kesehatan
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi tenaga kesehatan tentang pentingnya inisiasi menyusu dini dan dapat menerapkan praktik inisiasi menyusu dini pada ibu bersalin sehingga dapat mengurangi angka kematian neonatus.
c. Bagi institusi
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah informasi dan referensi penelitian selanjutnya didalam meningkatkan pengetahuan tentang inisiasi menyusu dini.
d. Bagi masyarakat.
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi secara umum pada masyarakat terutama pada ibu hamil untuk nantinya menerapkan inisiasi menyusu dini dan memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengetahuan 1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapinya (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan menurut Irwanto (2003) adalah segala sesuatu yang diketahui atau segala sesuatu yang berkenaan dengan mata pelajaran.
2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2005). Tingkat pengetahuan seseorang secara rinci dibagi menjadi enam tingkatan (Notoatmodjo, 2003) yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. (Notoatmodjo, 2005).
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar (Notoatmodjo, 2005).
c. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
d. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
e. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
3. Manfaat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007, p.140), pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri seseorang terjadi proses yang berurutan yakni:
a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam diri mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).
b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau obyek tersebut. Disini sikap subyek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial, sikap dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Apabila penerimaan perilaku baru atau diadopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut (Notoatmodjo, 2003) yang dikutip oleh Hendra (2008), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu:
a. Umur
Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini, maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.
b. Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu model untuk berfikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan (Khayan, 1997). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan.
c. Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berfikir seseorang.
d. Sosial Budaya
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, karena hubungan ini seeorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.
e. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri.
f. Informasi
Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.
g. Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo, 1997). 5. Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas (Notoatmodjo, 2005). Cara mengukur tingkat pengetahuan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan, kemudian dilakukan penilaian nilai 1 untuk jawaban benar dan nilai untuk jawaban salah. Kemudian digolongkan
menjadi 3 kategori yaitu baik, sedang, kurang. Dikatakan baik (>80%), cukup (60-80%), dan kurang (<60%) (Khomsan, 2000).
6. Cara memperoleh pengetahuan
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya : media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya. Menurut Notoatmodjo (2003) dari berbagai macam cara yang
telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni :
a. Cara Tradisional atau Non Ilmiah
Cara tradisional terdiri dari empat cara yaitu : 1) Trial and Error
Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu ini bila seseorang menghadapi persoalan atau masalah, upaya yang dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, maka dicoba kemungkinan yang lain sampai berhasil. Oleh karena itu cara ini disebut dengan metode Trial (coba) dan Error (gagal atau salah) atau metode salah adalah
coba-coba. Metode ini telah banyak jasanya terutama dalam meletakkan dasar-dasar menemukan teori-teori dalam berbagai ilmu pengetahuan. Hal ini juga merupakan pencerminan dari upaya memperoleh pengetahuan, walaupun pada taraf yang masih primitive. Pengalaman yang diperoleh melalui penggunaan metode ini banyak membantu perkembangan berfikir dan kebudayaan manusia ke arah yang lebih sempurna.
2) Kekuasaanatau Otoritas
Sumber pengetahuan ini dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal ataupun informal, ahli agama, pemegang
pemerintahan dan sebagainya. Dengan kata lain pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemrintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli pengetahuan.
3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Adapun pepatah mengatakan “Pengalaman adalah guru terbaik”. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
4) Jalan Pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berfikir umat manusiapun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan, dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menjalankan jalan pikirannya, baik melalui induksi atau deduksi. Induksi dan deduksi pada dasarnya adalah cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan. Kemudian dicari hubungannya sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu melalui pertanyaan-pertanyaan khusus kepada umum dinamakan induksi sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pertanyaan - pertanyaan umum kepada khusus.
b. Cara Ilmiah atau Cara Modern
Dalam memperoleh pengetahuan dewasa ini menggunakan cara yang sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode ilmiah atau popular disebut metodologi penelitian (Research Methodologi).
7. Sumber pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), sumber dari pengetahuan didapat melalui penginderaan. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
B. Inisiasi Menyusu Dini
1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini
a. Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir (Roesli, 2008). b. IMD merupakan program yang dilakukan dengan cara langsung
meletakkan bayi yang baru lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi merayap untuk menemukan puting susu ibu untuk menyusu
(Syarifah, 2008).
c. Inisiasi menyusu dini adalah proses alami mengembalikan bayi manusia untuk menyusu, yaitu dengan memberikan kesempatan pada bayi untuk mencari dan menghisap ASI sendiri, dalam satu jam pertama pada awal kehidupannya (Swasono, 2008 dalam Roesli, 2008)
Jadi, inisiasi menyusu dini adalah segala upaya yang dilakukan agar agar bayi bisa menyusu sedini mungkin dalam satu jam pertama pada awal kehidupannya.
d. Inisiasi Menyusu Dini adalah memberikan sesegera mungkin air susu ibu (ASI) kepada bayi (Suari, 2008).
e. Inisiasi Menyusu Dini adalah segala upaya yang dilakukan agar bayi bisa menyusu sedini mungkin dalam satu jam pertama pada awal kehidupannya (Kresnawan, 2007).
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Praktik Inisiasi Menyusu Dini
1. Faktor Ibu
Ibu menyusui harus muncul motivasi dan percaya diri bahwa dirinya bisa menyusui.
2. Keluarga
Dari lingkungan keluarga, faktor nenek dan 'staf ahli' seperti baby sitter, pembantu rumah tangga (PRT) sangat mempengaruhi usia pemberian makanan tambahan pertama untuk bayi. Ayah juga berperan dalam suksesnya ASI eksklusif yaitu dengan mendukung secara fisik dan psikologis.
3. Lingkungan
Lingkungan kerja juga sangat berperan untuk suksesnya ASI Eksklusif; UU Nakes no. 13/2003 menyebutkan perlunya ruang laktasi dan
fasilitasnya. Pengalaman dari mulut ke mulut dari tetangga juga menentukan seorang bayi akan mendapatkan ASI eksklusif.
4. Kebijakan/aturan di masyarakat
Advokasi terhadap PEMDA juga perlu dilakukan mengingat masih ada produk susu formula program bantuan dana APBD yang menyalahi aturan label seperti masih mencantumkan formula untuk 0-6 bulan dimana usia ini haruslah hanya mendapatkan ASI.
5. Pengetahuan
Pengetahuan dapat diperoleh melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik, berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, internet dan lain- lain) akan lebih banyak pengetahuannya. Dan pengetahuan juga dapat di peroleh dengan pemberian penyuluhan (Hector et.al 2005) . Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) karena dalam pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
D. Tata Laksana Inisiasi Menyusu Dini
Inisiasi menyusu dini memerlukan beberapa persiapan, diantaranya kondisi fisik dan mental ibu (Roesli, 2008). Berikut ini beberapa langkah yang harus dilakukan menurut protokol avidence – based yang telah
diperbarui oleh WHO dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama yaitu :
1. Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam
2. Bayi harus dibiarkan untuk melakukan inisasi menyusu dan ibu dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu serta memberi bantuan jika diperlukan.
3. Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada bayi
baru lahir hingga inisiasi menyusu dini selesai kemudian baru dilakukan prosedur tersebut seperti: memandikan, menimbang, pemberian vitamin K, obat tetes mata, dan lain-lain
4. Prinsip menyusu / pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin dan secara eksklusif
5. Segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu.
Biarkan kontak kulit ke kulit ini menetap selama setidaknya 1 jam bahkan lebih sampai bayi dapat menyusu sendiri. Apabila ruang bersalin dingin, bayi dapat diberi topi dan diselimuti. Ayah atau keluarga dapat memberi dukungan dan membantu ibu selama proses bayi menyusu ini. Ibu diberi dukungan untuk mengenali saat bayi siap untuk menyusu, menolong bayi bila diperlukan.
E. Pentingnya kontak kulit dan menyusu dini
Menurut Sjafani (2007), ada dua hal penting yang tidak disadari selama ini bahwa kontak kulit bayi dan ibu penting dan bayi baru lahir segera didapati untuk menyusu sendiri. Roesli (2008) mengatakan kontak kulit dengan kulit segera setelah lahir dan bayi menyusu sendiri dalam satu jam pertama terbilang penting karena:
1. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak mencari payudara.
2. Ibu dan bayi merasa lebih tenang, pernafasan serta detak jantung bayi lebih stabil, bayi akan jarang menangis sehingga mengurangi pemakaian energi.
3. Menjaga kolonisasi bakteri baik dari ibu didalam perut bayi sehingga memberikan perlindungan terhadap infeksi
4. ” Bonding” (Ikatan kasih sayang) antara ibu dan bayi akan lebih baik karena pada 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu biasanya bayi tidur dalam waktu yang lama.
5. Makanan awal non ASI mengandung zat putih telur yang bukan berasal dari susu manusia, misalnya dari susu hewan. Hal ini dapat mengganggu pertumbuhan fungsi usus dan mencetuskan alergi lebih awal.
6. Bayi diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusui eksklusif dan akan lebih lama disusui.
7. Sentuhan tangan bayi di puting susu dan sekitarnya serta isapan bayi pada puting susu akan merangsang pengeluaran hormon oksitosin
8. Bayi mendapat kolostrum (ASI yang pertama kali keluar). Kolostrum (the gift of life) yang kaya akan daya tahan tubuh, penting untuk ketahanan terhadap infeksi, penting untuk pertumbuhan usus dan kelangsungan hidup bayi.
9. Ibu dan Ayah akan merasa sangat bahagia bertemu dengan bayinya untuk pertama kali dalam kondisi seperti ini. Bahkan, ayah mendapat kesempatan mengazankan anaknya di dada ibunya.
F. Keuntungan IMD bagi Ibu dan Bayi
Menurut Suari (2008), Roesli (2008), dan JNPK-KR (2007), ada berbagai manfaat yang diperoleh dari proses inisiasi menyusu dini, diantaranya : 1. Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi :
a. Mengoptimalkan keadaan hormonal ibu dan bayi
b. Kontak memastikan perilaku optimum menyusu berdasarkan insting dan bisa diperkirakan :
1) Menstabilkan pernapasan
2) Mengendalikan temperatur tubuh bayi
3) Bayi mempunyai pola tidur yang lebih baik
4) Mendorong ketrampilan bayi untuk menyusu lebih cepat dan efektif
2. Keuntungan menyusu dini untuk bayi :
a. Memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera
kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi
b. Meningkatkan kecerdasan
c. Membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan napas
d. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu – bayi
e. Mencegah kehilangan panas
3. Keuntungan Menyusu dini untuk ibu :
a. Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin karena isapan mulut
bayi
b. Meningkatkan keberhasilan produksi ASI
c. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu – bayi
4. Dengan memulai menyusu dini maka :
a. Kematian balita sebesar 40% terjadi pada satu bulan pertama
kehidupan bayi. Inisiasi menyusu dini dapat mengurangi 22%
kematian bayi usia 0-28 hari. Berarti inisiasi menyusu dini dapat
mengurangi angka kematian balita sebesar 8.8%
b. Meningkatkan keberhasilan menyusui eksklusif dan lama
menyusui sampai 2 tahun. Dengan demikian, dapat menurunkan
kematian anak secara menyeluruh
c. Bayi akan terlatih motoriknya saat menyusu, sehingga akan
G. Penghambat IMD
Inisiasi menyusu dini masih sulit untuk diterapkan karena adanya mitos atau pendapat yang masih simpang siur. Berikut ini ádalah pendapat-pendapat yang dapat menghambat terjadinya kontak dini kulit ibu dengan kulit bayi (Roesli, 2008) :
1. Bayi kedinginan-tidak benar
Bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan kontak kulit dengan sang ibu. Berdasarkan hasil penelitian Dr. Niels Bergman (2005), suhu dada ibu yang melahirkan menjadi 1oC lebih panas daripada suhu dada ibu yang tidak melahirkan. Jika bayi yang diletakkan di dada ibu ini kepanasan, suhu dada ibu akan turun 1oC. Jika bayi kedinginan, suhu dada ibu akan meningkat 2oC menghangatkan bayi. Kulit ibu bersifat thermoregulator atau thermal sinchrony bagi suhu bayi.
2. Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya-tidak benar
Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera setelah lahir. Keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi menyusu dini membantu menenangkan ibu.
3. Tenaga kesehatan kurang tersedia-tidak masalah
Saat bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat melanjutkan tugasnya. Bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu. Libatkan ayah
atau keluarga terdekat untuk menjaga bayi sambil memberi dukungan pada ibu.
4. Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk-tidak masalah
Dengan bayi di dada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau kamar perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya mencapai payudara dan menyusu dini.
5. Ibu harus dijahit-tidak masalah
Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara. Yang dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu.
6. Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore (gonorrhea) harus segera diberikan setelah lahir-tidak benar
Menurut American College of Obstetrics and Gynecology dan Academy Breastfeeding Medicine (2007), tindakan pencegahan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi.
7. Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan diukur-tidak benar
Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas badan bayi. Selain itu, kesempatan vernix meresap, melunakkan, dan melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal selesai.
8. Bayi kurang siaga – tidak benar
Justru pada 1 -2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga (alert ). Setelah itu, bayi tidur dalam waktu yang lama.
9. Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai sehingga diperlukan cairan lain (cairan prelaktal) – tidak benar
Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi dilahirkan dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat itu.
10. Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi – tidak benar
Kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh kembang bayi. Selain sebagai imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir, kolostrum melindungi dan mematangkan dinding usus yang masih muda.
H. Peran IMD dalam Millenium Devolepment Goals (MDGs)
Dalam Roesli (2008), IMD berperan dalam pencapaian tujuan MDGs. Berikut ini adalah tujuan dari MDGs :
1. Membantu mengurangi kemiskinan
Inisiasi menyusu dini dapat meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif enam bulan dan lama menyusui. Jika seluruh bayi yang lahir di Indonesia dalam setahun disusui secara eksklusif enam bulan, berarti: a. Harga rata-rata satu kaleng susu formula Rp. 60.000,00 (tahun
b. Jumlah bayi lahir di Indonesia 5,5 juta per tahun.
c. Biaya pembelian susu formula selama enam bulan untuk bayi ini: 5,5 juta x 55 kaleng x Rp. 60.000,00 = Rp. 18.120 triliun.
d. Setiap bayi memerlukan sekitar Rp. 3,3 juta dalam enam bulan. Biaya ini lebih dari 100% pendapatan buruh yang cuma Rp. 500.000 per bulan.
2. Membantu mengurangi kelaparan
Bagi anak usia dua tahun, sebanyak 500 cc ASI ibunya mampu memenuhi kebutuhan kalori 31%, protein 38%, vitamin A 45%, dan vitamin C 95%. ASI masih memenuhi kebutuhan kalori 70% untuk bayi 6-8 bulan, 55% untuk bayi 9-11 bulan, dan 40% untuk bayi 12-23 bulan. Keadaan ini akan secara bermakna memenuhi kebutuhan makanan bayi sampai usia dua tahun. Dengan kata lain, pemberian ASI membantu mengurangi angka kejadian kurang gizi dan pertumbuhan yang terhenti yang umumnya terjadi pada usia ini.
Bayi yang berkesempatan melakukan inisiasi menyusu dini, 59% masih menyusu hingga usia enam bulan dan 38% hingga bayi usia 12 bulan. Pada bayi yang tidak diberi kesempatan melakukan inisiasi menyusu dini, prosentase yang masih menyusu pada usia enam bulan hanya 19% dan untuk bayi usia 12 bulan 8%.
3. Membantu mengurangi angka kematian anak balita
Sekitar 40% kematian balita terjadi pada usia bayi baru lahir (di bawah satu bulan). Menurut (The World Health Report 2005 dalam
Roesli 2008), angka kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah 20 per 1.000 kelahiran hidup. Jika angka kelahiran hidup di Indonesia sekitar 5 juta per tahun dan angka kematian bayi adalah 20 per 1.000 kelahiran hidup, berarti sama halnya dengan:
a. Setiap hari, 246 bayi meninggal
b. Setiap satu jam, 10 bayi Indonesia meninggal. Jadi, setiap enam menit, satu bayi Indonesia meninggal.
Menurut The World Report 2005, angka kematian balita Indonesia adalah 40 per 1.000 kelahiran hidup. Hal ini berarti :
a. Setiap hari, 430 balita meninggal.
b. Setiap jam, 24 balita meinggal. Setiap 2 ½ menit, satu balita Indonesia meninggal.
Berdasarkan penelitian (WHO, 2000 dalam Roesli 2008) di enam negara berkembang, risiko kematian bayi antara usia 9-12 bulan meningkat 40% jika bayi tersebut tidak disusui. Untuk bayi berusia di bawah dua bulan, angka kematian ini meningkat menjadi 48%.
I. Manfaat ASI untuk bayi
1. Sebagai antibodi yang dapat mencegah masuknya bakteri dalam tubuh bayi.
2. Sebagai sumber lemak yang dapat mencukupi kebutuhan kalori bayi.
4. Dalam ASI terdapat protein yang sangat berguna untuk bayi karena dalam protein terdapat sistin yang diperlukan untuk pertumbuhan somatik, dan terdapat juga taurin yang berfungsi untuk pertumbuhan otak.
5. ASI mengandung vitamin yang cukup untuk bayi. Vitamin K yang berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan darah,vitamin E paling banyak terdapat dalam kolostrum dan juga vitamin D.
6. Mengandung zat protektif yang dapat mencegah bakteri ke dalam tubuh bayi sehingga bayi akan jarang sakit, seperti laktobasilus bifidus, laktoferin, lisozim, komplemen C3 dan C4, faktor antistreptokokus, antibodi.
7. Tidak menimbulkan alergi.
J. Kerangka Teori
Gambar 2.1 kerangka teori
Sumber: Notoatmodjo, S 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan pendidikan sosial budaya pengalaman informasi Inisiasi Menyusu Dini pengetahuan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Dan Rancangan Penelitian
Berdasarkan permasalahan dan tujuan yang hendak dicapai, metode penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang mendeskripsikan pengetahuan ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini di wilayah kerja Puskesmas Bawang, Kabupaten Batang.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian yaitu di Puskesmas Bawang, Kabupaten Batang. Penelitian dilakukan pada bulan juni 2010-juli 2010.
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil di wilayah kerja puskesmas bawang kabupaten batang yang bejumlah 176 ibu hamil.
2. Sampel dan teknik sampling
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sejumlah 35 orang. Hal ini sesuai dengan rumus Notoatmodjo (2005), yaitu :
n = N 1 + N (d2) n = 176 1 + 176(0.12) n = 34,9 keterangan N = Besar Populasi n = Besar Sampel
d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan 0.1
D. Variabel dan Definisi Operasional
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini.
Tabel 4.1
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil ukur Skala 1 Tingkat pengetahuan tentang inisiasi menyusu dini Kemampuan responden dalam menjawab semua pertanyaan tentang pengetahuan inisiasi menyusu dini yang meliputi keuntungan IMD untuk bayi maupun ibu, tata laksana inisiasi menyusui dini, pentingnya kontak kulit dan menyusu dini.
Kuesioner Angket 1.Baik 2.Cukup 3.Kurang
E. Prosedur penelitian 1. Tahap persiapan
Dalam pengumpulan data, peneliti melakukan tahap – tahap sebagai berikut :
a. Studi dokumentasi, studi pustaka, penyusunan proposal, dan dilanjutkan dengan ujian proposal.
b. Mengurus perizinan melakukan penelitian dari Ketua Program Studi Kebidanan FIKKES Universitas Muhammadiyah Semarang.
c. Kemudian mengajukan permohonan izin ke Kesbang Pol linmas – Batang. Setelah itu peneliti ke DKK kota Batang untuk meminta ijin penelitian ke Puskesmas Bawang, Kabupaten Batang untuk menentukan populasi dan sampel yang termasuk kriteria inklusi dan eklusi dalam penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Setelah mendapatkan responden yang termasuk kriteria inklusi dan eklusi, kemudian sampel dimintai persetujuan (inform consent) sebagai sampel penelitian dan menjelaskan tujuan penelitian kepada responden.
b. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juni- Juli 2010 kepada responden.
c. Memberikan kuesioner kepada sampel untuk diisi (ibu hamil yang datang saat dilakukan pengambilan data) yang memenuhi kriteria
inklusi, serta peneliti membantu pengisian kuesioner dengan cara wawancara(interview).
d. Data hasil penelitian dikumpulkan, kemudian dilakukan pengecekan. e. Data yang telah dicek tersebut, kemudian diolah dengan program
komputer.
f. Pada tahap akhir dilakukan pembuatan laporan hasil penelitian.
Kuesioner yang diberikan responden menekankan masalah etika yang meliputi:
a. Lembar Persetujuan Penelitian(Informed consent)
Sebelum kuesioner dibagikan kepada responden, terlebih dahulu peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian serta dampak responden selama pengumpulan data. Ibu hamil yang bersedia menjadi responden diminta untuk menandatangani lembar persetujuan dan mengikuti penelitian lebih lanjut. Sedangkan mereka yang tidak bersedia menjadi responden peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati haknya.
b. Anomity (Tanpa Nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, responden tidak diharuskan untuk mencantumkan nama pada lembar kuesioner atau nama dicantunkan dalam inisial huruf. Kemudian lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu.
c. Confidentiality (Kerahasiaan)
Peneliti menjamin kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden (Nursalam, 2003).
F. Metode Pengumpulan Data 1. Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian ini, sumber data yang diperoleh berasal dari : a. Data Primer :
Data primer diperoleh dari wawancara berdasarkan pertanyaan yang ada dalam kuesioner, yaitu identitas ibu, pendidikan, pekerjaan, umur, dan pengetahuan tentang inisiasi menyusu dini.
b. Data sekunder :
Data sekunder diperoleh dari instansi, yaitu dari distribusi ibu hamil diwilayah kerja puskesmas bawang, kabupaten batang.
2. Uji validitas dan uji reliabilitas
Sebelum kuesioner diberikan kepada responden dilakukan pengujian terlebih dahulu sehingga diketahui validitas atau reliabilitas yaitu dengan cara mengujicobakan instrumen kepada responden di luar sampel penelitian agar diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati normal (Notoadmodjo, 2002).
a. Uji Validitas
Pada penelitian ini digunakan uji validitas dengan analisis butir yaitu skor yang ada pada butir yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Skor butir dipandang sebagai nilai X dan skor total dipandang sebagai nilai Y (Arikunto, 2006).
Selanjutnya dihitung dengan menggunakan rumus korelasi person product moment.
2 2 2 2 ) ( ) ( ) )( ( y y N x x N y x xy N rxy Keterangan : r = Koefisien korelasix = Skor objek pada item nomor 1 y = Skor total subyek
xy = Skor pertanyaan nomor 1 dikalikan total skor N = Banyaknya subyek
Setelah diperoleh harga rxy maka hasilnya dikonsultasikan dengan harga kritik r product moment, jika harga rxy lebih besar atau sama dengan r tabel maka dapat dikatakan butir soal tersebut valid.
b. Uji Riabilitas
[
∑
]
Keterangan :α : Koefisien reliabilitas yang dicari K : jumlah butir pertanyaan
Gi2 : Variabel butir-butir pertanyaan
GT2 : Variabel skor total test
Untuk mengetahui reliabilitas dengan cara membandingkan nilai tabel
hasil. Bila alpha hitung > alpha tabel, pertanyaan tersebut reliabel.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel pengetahuan
adalah kuesioner. Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari sejumlah
pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden.
H. Analisis Data
1. Cara pengolahan data
Pengolahan data dalam penelitian menggunakan teknik statistik yaitu
pengolahan data yang menggunakan analisis statistik dengan bantuan alat
komputer (Notoatmodjo, 2003). Pengolahan data dilakukan melalui
kegiatan sebagai berikut :
a. Editing (pengeditan)
Editingbertujuan untuk mengoreksi data, yang meliputi kelengkapan pengisian atau jawaban yang tidak jelas. Editing dilaksanakan di lapangan agar bila terjadi kesalahan atau kekurangan data dapat
b. Skoring ( penilaian)
Skoring dilakukan dengan memberikan skor pada jawaban benar
yang telah dilakukan pengeditan. Skoring diberikan apabila jawaban: benar < 12 dikategorikan kurang, 12-15 dikategorikan cukup, >15 dikategorikan baik. Pengetahuan terdiri dari 25 pertanyaan yang terdiri dari 7 pertanyaan tentang pengertian dan pentingnya IMD, 5 pertanyaan tentang manfaat IMD dan 7 pertanyaan tentang tatalaksana IMD, 3 pertanyaan tentang penghambat IMD. Masing-masing pertanyaan bila jawaban benar diberi nilai 1, jika jawaban salah diberi nilai 0.
Pengetahuan dikategorikan menurut Khomsan (2000) skoring
sebagai berikut:
1) Kurang, jika skor <60% jawaban benar 2) Cukup, jika skor 60-80% jawaban benar 3) Baik, jika >80% jawaban benar
c. Coding (pengkodean)
Setiap sebutan dari jawaban responden akan diberikan kode sebelum data dimasukan ke komputer untuk dilakukan pengolahan lebih lanjut. Coding dilakukan dengan cara menandai masing-masing jawaban dengan kode angka, kemudian dimasukkan dalam lembaran
kertas kerja guna memudahkan dalam pembacaannya.
Adapun cara untuk memberikan kode pada setiap variabel adalah sebagai berikut:
No Pengetahuan Kode 1. Baik Cukup Kurang 1 2 3
No Tingkat pendidikan Ibu Kode 1. Tidak Sekolah 1 2. Sekolah : SD SMP SMA Perguruan tinggi 2 3 4 5 No Umur Kode 1. 2. 3. <20 20-30 >30 1 2 3 d. Tabulasi data
Adalah memasukkan dan menyusun data ke dalam tabel sehingga sifat beda akan tampak dan analisa data selanjutnya mudah dilakukan.
2. Analisis Data
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data ordinal yang dihitung prosentasenya dengan menggunakan analisa univariat.
Analisa ini untuk menjelaskan/mendeskripsikan angka/nilai jumlah variabel dengan ukuran/presentasi. Dengan perhitungan rumus penentuan besarnya prosentase sebagai berikut (Budiarto, 2002).
x 100%
Dimana : x = Hasil prosentase
f = frekwensi hasil pencapaian n = total seluruh observasi
Kemudian hasil dari besar prosentase ini dimasukan dalam tabel distribusi frekuensi
DAFTAR PUSTAKA
American College., (2007). Obstetrics And Gynekologi, Academy Breastfeeding
Medicine : Mayfield Publishing Company.
Arikunto. S., 2006. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek . Jakarta : Reneka Cipta.
Depkes., (2003). Pedoman Pelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional. Jakarta : Depkes RI.
Dinas Kesehatan Kabupaten Batang., 2009. Rekapitulasi Data IMD. Batang
Hector., 2005. Faktor – faktor yang mempengaruhi IMD. Jurnal Kesehatan (The
Journal of Health).
Hendra., 2008. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan.Available : http : //www.blogspot kti.com, dikutip pada tanggal 21 April 2010.
Khayan., 1997. Pengertian Intelegensi. Available : http : //www.blogspot kti.com, dikutip pada tanggal 21 April 2010.
Kresnawan., (2007). Pelatihan APN Bahan Tambahan Inisiasi M enyusu
Dini.Jakarta : JNPK-KR.
Khomsan, Ali., 2000. Tehnik Pengukuran PengetahuanGizi IPB, Bogor.
Majid. O., 2007. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini.Jakarta : JNPK-KR.
Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S., 2007. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku : PT. Rineka Cipta.
Nursalam., 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian. Jakarta :
Salemba Medika.
Puskesmas Bawang., 2009. Rekapitulasi Data Ibu Hamil. Batang Roesli, U., 2000. ASI Eksklusif.Jakarta : Pustaka Bunda
Roesli, U., 2008. IMD Plus ASI Eksklusif . Jakarta : Puspa Bunda
Sjafani., 2008. Pentingnya Kontak Kulit dan Menyusu Dini. Available : http : //www.kuliah bidan.com, dikutip pada tanggal 25 maret 2010.
Soegiarto, B., 2008. Hanya 3.7%, Bayi di Indonesia Yang Mendapat IMD. Jurnal Kesehatan (The Jurnal of Health)
Soetjingsih., (2007).Tumbuh Kembang Anak , Editor IGN. Ranuh. Gde, Jakarta. Suari, N., (2008). Inisiasi Menyusu Dini, Apa manfaatnya, (online) Available : http ://www. Balipost. Co. Id/balipostcetak/2008/01/13.html.
Sugiyono., 2006. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Suradi., Rulina., 2004. Manajemen Laktasi. Jakarta : Perinasia ( Perkumpulan Perinatologi Indonesia).
Syarifah., 2008. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini. Available : http : //www.kuliah bidan.com, dikutip pada tanggal16 maret 2010.
WHO., 2007. Survei Demografi Kesehatan Indonesia. Available : http : //www.gizi.net, dikutip pada tanggal 22 mei 2010.