• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MALARIA - Gambaran Klinis Pasien Malaria Yang Dirawat di Bangsal Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUPHAM) Medan Tahun 2012-2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MALARIA - Gambaran Klinis Pasien Malaria Yang Dirawat di Bangsal Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUPHAM) Medan Tahun 2012-2013"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 MALARIA

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang

merupakan golongan Plasmodium, dimana proses penularannya melalui gigitan

nyamuk jenis Anopheles.Protoza parasit jenis ini banyak tersebar di

wilayah-wilayah tropis,misalnya di Amerika,Asia dan Afrika.Bentuk yang paling banyak

dan serius disebabkan oleh P.falciparum dan P.vivax tetapi spesies yang lain

seperti P.malariae, P.ovale dan kadang-kala P.knowlesi juga mampu menjangkiti

manusia.Kumpulan pathogenic manusia spesies Plasmodium ini dirujuk sebagai

parasit malaria (Hadijaja,1994).

2.2 EPIDEMIOLOGI MALARIA

Malaria terjadi di lebih dari 90 negara dengan jumlah kejadian antara 300-500 juta

per tahun.Diperkirakan 40% dari penduduk dunia mempunyai resiko terhadap

jangkitan malaria.Penyakit malaria dapat ditemukan di daerah seperti tropis dan

subtropis,dan dapat menginfeksi lebih dari 300 juta pasien setiap tahun dan 1 juta

diantaranya meninggal dunia akibat malaria.Di Afrika khususnya kawasan Sahara

bagian selatan merupakan daerah yang paling riskan,dimana 90% dari kematian di

kawasan ini disebabkan malaria.Kebanyakan yang meninggal adalah anak-anak

yang daya tahan tubuhnya (imun) masih lemah.

Beberapa daerah yang bebas malaria yaitu Amerika

Syarikat,Israel,Singapura,Canada,Hongkong,Taiwan,Korea,Brunei,Negara di

Eropah (kecuali Rusia) dan Australia.Hal ini disebabkan vector kontrolnya yang

baik, walaupun demikian di negara tersebut makin banyak kejadian malaria yang

diimport karena pendatang dari negara malaria atau penduduknya mengunjungi

daerah-daerah malaria.P.falciparum dan P.malariae umumnya dijumpai pada

semua negara di Afrika,Haiti dan Papua Nugini umunya P.falciparum, P.vivax

banyak di negara Amerika Latin.Di Amerika Selatan,Asia Tenggara,Negara

(2)

Afrika.Di Indonesia kawasan Timur mulai dari Kalimantan,Sulawesi Tengah

sampai ke Utara,Maluku,Irian Jaya dan dari Lombor sampai Nusatenggara Timur

serta Timor Timur merupakan daerah endemis malaria dengan P.falciparum dan

P.vivax.Beberapa daerah di Sumatera mulai dari Lampung,Riau,Jambi dan Batam

merupakan kawasan kasus malaria cenderung meningkat.

2.3 Jenis-Jenis Malaria

Penyebab malaria adalah genus plasmodia family plasmodiidae dan ordo

coccidiidae.Di Indonesia dikenal 4 macam parasit malaria yaitu :

a) Plasmodium falciparum : penyebab malaria tropika yang sering

menyebabkan malaria berat.

b) Plasmodium vivax : penyebab malaria tertina.

c) Plasmodium malaria : penyebab malaria quartana

d) Plasmodium ovale : jarang sekali di Indonesia karena umumnya banyak

kasusnya terjadi di Afrika dan Pasific Barat.

Parasit malaria disebarkan oleh nyamuk Anopheles betina inaktif.Sebagian besar

nyamuk Anopheles menggigit pada malam hari, puncak gigitan nyamuk dari

malam sampai fajar (Hadijaja,1994).

Parasit membiak dalam sel darah merah menyebabkan symptom termasuk

anemia(kepala rasa ringan, sesak nafas) termasuk juga simptom umum lain seperti

demam, sejuk, mual,koma dan kematian.Penyebaran Malaria dapat dikurangi

dengan menghalang gigitan nyamuk melalui kelambu nyamuk dan penghalang

serangga atau melalui langkah pengawalan nyamuk seperti menyembur racun

serangga dalam rumah dan mengeringkan kawasan air bertakung di mana nyamuk

bertelur (Celestinus,2001).

Pada penderita penyakit malaria, penderita dapat dihinggapi lebih dari satu jenis

plasmodium.Infeksi tersebut dipanggil infeksi campuran (mixed infection).Dari

kejadian infeksi campuran ini biasanya paling banyak dua jenis parasit,seperti

(3)

Masa inkubasi malaria sekitar 7-30 hari tergantung spesiesnya.P. falciparum

melakukan waktu 7-14 hari,P.vivax dan P.ovale melakukan 8-14 hari,sedangkan

P.malaria melakukan waktu 7-30 hari. Masa inkubasi ini dapat memanjang

karena berbagai faktor seperti pengobatan dan pemberian profilaksis dengan dosis

yang tidak adekuat.

2.4 Siklus Hidup Parasit Malaria

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan parasit plasmodium yang

ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Ada 4 spesies

plasmodium yang menyebabkan penyakit di manusia, yaitu P.falciparum, P.

vivax, P.ovale, dan P.Malaria(Wijaya, 2011).

Transmisi malaria dimulai ketika nyamuk anopheles betina menggigit manusia

yang sudah terinfeksi parasit malaria. Nyamuk mencerna darah yang mengandung

gamet jantan dan betina dari parasit malaria. Di dalam perut nyamuk, gamet itu

bergabung menjadi sel yang disebut zigot. Zigot menembus dinding lambung

nyamuk dan berkembang menjadi ookist. Ookist kemudian membelah dan

menghasilkan ribuan sel yang disebut sporozoit. Sporozoit meninggalkan dinding

lambungdan bermigrasi ke kelenjar saliva nyamuk (Wijaya, 2011).

Pada waktu nyamuk anopheles infektif menghisap darah manusia, sprozoit yang

berada di kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam peredaran darah. Sporozoit

menginvasi sel parenkim hati dan menjadi tropozoit hati. Kemudian berkembang

menjadi skizon hati yang terdiri dari merozoit hati. Skizon hati akan pecah dan

melepaskan merozoit ke aliran darah, dimana sel darah merah dengan cepat

diinfeksi. Siklus ini disebut siklus ekso eritrositer. Pada P. vivax dan P.ovale,

sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi skizon, tetapi ada

yang menjadi bentuk dorman yang disebut hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat

tinggal di dalam sel hati selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun (Wijaya,

2011).

Di dalam sel darah merah, parasit tersebut berkembang dari stadium tropozoit

(4)

penyebab gejala dan tanda malaria. Parasit dalam eritrosit secara garis besar

mengalami 2 stadium, yaitu stadium cincin pada 24 jam pertama, dan stadium

matur pada 24 jam kedua. Permukaan parasit pada stadium cincin akan

menampilkan Ring - Erythrocyte Surface Antigen (RESA) yang menghilang

setelah parasit masuk stadium matur. Permukaan membran parasit stadium matur

akan mengalami penonjolan yang membentuk knob dengan Histidin rich protein 1

(HRP1) sebagai komponen utamanya. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi pecah

melepaskan merozoit yang akan menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus ini

disebut siklus eritrositer (Kusuma, 2011).

Gambar 1: Siklus Hidup Parasit Malaria

( Sumber : http://www.dpd.cdc.gov/dpdx)

2.5 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis penyakit malaria sangat khas dengan adanya serangan

demam yang intermitten, anemia sekunder dan splenomegali. Penyakit ini

(5)

akut terdapat masa demam yang intermitten.Selama stadium manahun berikutnya,

terdapat masa laten yang diselangi oleh relaps beberapa kali. Relaps ini sangat

mirip dengan serangan pertama (Anastasia, 2013).

Masa tunas dapat berbeda-beda antara 9 sampai 40 hari dan ini

menggambarkan waktu antara gigitan nyamuk yang mengandung sporozoit dan

permulaan gejala klinis.Selain itu, masa tunas infeksi P.vivax dapat lebih panjang

dari 6 sampai 12 bulan atau lebih. Infeksi P.malariae dan P.ovale sampai

bertahun-tahun. Karena itu di daerah beriklim dingin,infeksi P.vivax yang didapati

pada musim panas atau musim gugur mungkin tidak menimbulkan penyakit akut

sampai musim semi berikutnya. Malaria klinis dapat terjadi berbulan-bulan

setelah obat-obatan supresif dihentikan. Serangan pertama pada malaria akut

terdiri atas beberapa serangan dalam waktu 2 minggu atau lebih yang diikuti oleh

masa laten yang panjang dan diselingi oleh relaps pada malaria manahun.

Serangan demam ini berhubungan dengan penghancuran sel darah merah yang

progresif,badan menjadi lemah,dan limpa membesar. Tipe jinak biasanya

disebabkan oleh P.falciparum (Anastasia, 2013).

Dalam periode prodormal yang berlangsung satu minggu atau lebih, yaitu

bila jumlah parasit di dalam darah sedang bertambah selama permulaan siklus

aseksual, tidak tampak manifestasi klinis yang dapat menentukan diagnosis.

Gejala dapat berupa perasaan lemas, tidak nafsu makan,sakit pada tulang dan

sendi. Demam tiap hari atau tidur tidak teratur,mungkin sudah ada. Di daerah non

edemi diagnosis pertama seringkali ialah influenza. Serangan permulaan atau

pertama sangat khas oleh karena adanya serangan demam intermitten

yangberulang-ulang pada waktu berlainan, 48 jam untuk P.vivax, P.ovale,

P.falciparum dan 72 jam untuk P.malariae. Waktu yang sebenarnya pada

berbagai strain P.vivax berbeda-beda dari 43,6 jam sampai 45,1 jam. Serangan

dimulai dengan stadium dingin atau rigor yang berlangsung selama kurang lebih

satu jam. Pada waktu itu penderita menggigil,walaupun suhu badannya lebih

tinggi dari normal.Kemudian menyusul stadium panas yang berlangsung lebih

lama dan kulit penderita menjadi kering serta panas,muka menjadi merah,suhu

(6)

muntah,dan pada anak kecil timbul kejang-kejang.Kemudian penderita

berkeringat banyak,suhu badan turun,sakit kepala hilang,dan dalam waktu

beberapa jam penderita menjadi lelah.Serangan demam biasanya berlangsung 8

sampai 12 jam,dan pada infeksi P.falciparum berlangsung lebih lama (Anastasia,

2013).

Serangan ini sering dianggap disebabkan oleh hemolisis sel darah merah

atau disebabkan oleh syok karena adanya haemoglobin bebas atau adanya hasil

metabolisme. Virulensi sering berhubungan dengan intensitas parasitemia

(Anastasia, 2013).

Perioditas serangan berhubungan dengan berakhirnya skizogoni,apabila

skizon matang kemudian pecah,merozoit bersama pigmen dan benda residu keluar

dari sel darah merah memasuki aliran darah. Ini merupakan suatu infeksi protein

asing dan kemudian pada infeksi akut terdapat leukositosis sedang dengan

granulositosis tetapi dengan turunnya suhu badan maka timbul leukopenia dengan

monositosis relative dan limfositosis. Jumlah sel darah putih sebesar 3000 sampai

45.000 pernah dilaporkan. Pada permulaan infeksi dapat terjadi trombositopenia

jelas,tetapi hal ini bersifat sementara (Anastasia, 2013).

Apabila seseorang telah terinfeksi Plasmodium, gejalanya mulai timbul

dalam waktu 10 hingga 35 hari setelah parasit masuk ke dalam tubuh manusia

melalui gigitan nyamuk. Gejala awalnya sering kali berupa demam ringan yang

hilang-timbul, sakit kepala, sakit otot dan menggigil bersamaan dengan perasaan

tidak enak badan(malaise). Kadang gejalanya diawali dengan menggigil yang

diikuti oleh demam. Gejala ini berlangsung 2-3 hari dan sering diduga dengan

gejala flu. Pola penyakitnya pada keempat jenis malaria ini berbeda (Anastasia,

2013).

Pada malaria falciparum biasa terjadi kelainan fungsi otak, yaitu suatu komplikasi

yang disebut malaria serebral. Gejalanya adalah demam minimal 40°C,sakit

kepala hebat,mengantuk,delirium(mengigau). Malaria serebralbiasanya berakibat

fatal. Paling sering terjadi pada bayi,wanita hamil dan pelancong yang baru

datang dari daerah malaria. Pada malaria vivax,mengigau biasa terjadi jika

(7)

malaria,jumlah sel darah putih total biasanya normal tetapi jumlah limfosit dan

monosit meningkat. Jika tidak diobati,biasanya akan timbul jaundice ringan (sakit

kuning) serta pembesaran hati dan limpa. Kadar gula darah bahkan bisa turun

lebih rendah pada penderita yang diobati dengan kuinin. Jika sejumlah kecil

parasit menetap di dalam darah, kadang malaria bersifat menetap (Anastasia,

2013).

Gejala lain adalah apati,sakit kepala yang timbul secara periodik,merasa tidak

enak badan,nafsu makan berkurang,lelah disertai serangan menggigil dan demam.

Gejala tersebut sifatnya lebih ringan dan serangannya berlangsung lebih pendek

dariserangan pertama.Blackwater fever adalah suatu komplikasi malaria yang

jarang terjadi. Demam ini timbul akibat pecahnya sejumlah sel darah merah.Sel

yang pecah melepaskan pigmen merah (hemoglobin) ke dalam aliran darah.

Hemoglobin ini dibuang melalui air kemih dan berubah warna air kemih menjadi

gelap. Blackwater fever hampir selalu terjadi pada penderita malaria falciparum

manahun, terutama yang mendapatkan pengobatan kuinin (Anastasia, 2013).

2.6 PATOGENESIS DAN PATOLOGI

Selepas melalui jaringan hati,P.falciparum melepaskan 18 – 24 merozoit ke

dalam sirkulasi. Merozoit ini yang dilepaskan seterusnya masuk ke dalam sel

Retikulo-Endotelial Sistem (RES) di limpa akan mengalami fagositosis serta

filtrasi.Merozoit yang lolos dari filtrasi dan fagositosis di limpa akan menginvasi

eritrosit. Seterusnya parasit berkembang biak secara aseksual dalam eritrosit.

Bentuk eritrosit ini yang bertanggungjawab dalam proses patogenesa terjadinya

malaria pada manusia. Patogenesa malaria yang banyak diteliti adalah patogenesa

malaria yang disebabkan P.falciparum (Harijanto,2009).

Patogenesis malaria falsiparum dipengaruhi oleh factor parasit dan juga

faktor penjamu (host).Yang termasuk dalam faktor parasit adalah intensitas

transmisi, densitas parasit dan virulensi parasit. Yang masuk dalam faktor

penjamu adalah tingkat endemisitas daerah tempat tinggal,usia,genetik,status

(8)

mengalami 2 stadium yaitu stadium cincin pada 24 jam 1 dan matur pada 24 jam

ke 2. Permukaan EP stadium cincin akan menampilkan antigen Ring-erythrocyte

Surface Antigen(RESA) yang menghilang setelah parasit masuk stadium

matur.Permukaan membrane EP stadium matur kemudian akan mengalami

penonjolan dan membentuk knob dengan Histidin Rich-protein- 1 (HRP – 1)

sebagai komponen utamanya. Seterusnya bila EP tersebut mengalami

merogoni,akan dilepaskan toksin malaria berupa GPI yaitu

glikosilfosfatidilinositol yang akan merangsang pelepasan TNF-a dan

interleukin-1 (IL-1) dari makrofag (Harijanto,2009).

Sitoadherensi ialah perlekatan antara EP stadium matur pada permukaan

endotel vaskuler.Perlekatan terjadi dengan cara molekul adhesif yang terletak

dipermukaan knob EP melekat dengan molekul-molekul adhesif yang terletak

dipermukaan endotel vaskular.Molekul adhesif di permukaan knob EP secara

kolektif protein-1 disebut PfEMP-1, P.falciparum erythrocyte membrane protein

-1.Molekul adhesif di permukaan sel endotel vaskular adalah

CD36,trombospondin,intercellular-molecule-1 (ICAM-1),vascular cell adhesion

molecule-1(VCAM),endotel leucocyte adhession olecule-1 (ELAM-1) dan

glycosaminoglycan chondroitin sulfate A.PfEMP-1 adalah protein-protein hasil

ekspresi genetik oleh sekelompok gen yang berada di permukaan knob.Kelompok

gen ini disebut gen VAR.Gen VAR mempunyai kapasitas variasi antigenic yang

sangat besar (Harijanto,2009).

Sekuestras merupakan proses di mana sitoadheren menyebabkan EP matur tidak

untuk beredar kembali dalam sirkulasi. Parasit dalam eritrosit matur yang tinggal

dalam jaringan mikrovaskular disebut EP matur yang mengalami

sekuestrasi.Hanya P.falciparum yang mengalami sekuestrasi,karena pada

plasmodium lainnya seluruh siklus terjadi pada organ-organ vital dan hampir

semua jaringan di dalam tubuh manusia. Sekuestrasi paling tinggi terdapat di

otak,diikuti dengan hepar dan ginjal,paru jantung,kulit dan usus.Sekuestrasi

diduga memegang peranan utama dalam patofisiologi malaria berat.

Rosettingialah berkelompoknya EP matur yang diselebungi 10 atau lebih eritrosit

(9)

melakukan rosetting. Roseting menyebabkan obstruksi aliran darah local/dalam

jaringan sehingga mempermudah terjadinya sitoadheren.

Sitokin terbentuk dari sel endotel,monosit dan makrofag setelah mendapat

stimulasi dari malaria toksin (LPS,GPI). Sitokin ini antara lain TNF-a(tumor

necrosis factor-alpha, interleukin-1 1), interleukin-66), Interleukin-3

(IL-3),LT(lymphotoxin) dan interferon-gamma (INF-g). Beberapa penelitian

membuktikan bahwa penderita malaria serebral yang meninggal atau dengan

komplikasi berat seperti hipoglikemia mempunyai kadar TNF-a yang tinggi.

Begitu juga malaria tanpa komplikasi kadar TNF-a, IL-1,IL-6 lebih rendah dari

malaria selebral. Walaupun demikian hasil ini tidak konsisten karena juga

dijumpai penderita malaria yang mati dengan TNF normal/rendah atau pada

malaria serebral yang hidup dengan sitokin yang tinggi.Oleh karenanya diduga

adanya peran dari neurotransmitter yang lain sebagai free-radical dalam kaskade

ini seperti nitric-oxide sebagai faktor yang penting dalam patogenesa malaria

berat (Harijanto,2009).

2.7 Diagnosis Malaria

Diagnosis malaria ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan

laboratorium, dan pemeriksaan penunjang.Diagnosis pasti akan dibuat dengan

ditemukannya parasit malaria dalam pemeriksaan mikroskopis (Hadijaja, 1994).

2.7.1 Anemnesis

Keluhan utama yang sering kali muncul adalah demam berkala disertai

menggigil,dan berkeringat (sering disebut dengan trias malaria). Demam pada

keempat jenis malaria berbeda sesuai dengan proses skizogoninya. Demam karena

(10)

demamnya terjadi pada hari ketiga sedangkan demam pada P.malariae terjadi

pada hari keempat.

Kecurigaan adanya tersangka malaria berat dapat dilihat dari adanya satu

gejala atau lebih, yaitu kelemahan atau kelumpuhan

otot,kejang-kejang,kekuningan pada mata atau kulit,adanya pendarahan hidung atau

gusi,hematemesis atau melena. Selain itu adalah keadaan panas yang sangat

tinggi,disertai muntah yang terjadi terus menerus.

2.7.2 Pemeriksaan fisik

Pasien mengalami demam berkala 37,5 – 40 °Cserta anemia yang

dibuktikan dengan konjungtiva palpebra yang pucat. Sering juga disertai dengan

pembesaran limpa (splenomegali) dan pembesaran hati (hepatomegali). Apabila

terjadi serangan malaria berat, gejala dapat disetai dengan syok yang ditandai

dengan menurunnya tekanan darah,nadi berjalan cepat dan lemah serta frekuensi

napas meningkat.

Pada penderita malaria berat, sering terjadi penurunan kesadaran,dehidrasi,

manisfestasi pendarahan, ikterik,gangguan fungsi ginjal,pembesaran hati dan

limpa, serta dapat dikuti dengan munculnya gejala neurologis(reflex patologis dan

kaku kuduk).

2.7.3 Pemeriksaan laboratorium

a.Pemeriksaan mikroskopis

Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan darah yang menurut teknis

pembuatannya dibagi menjadi preparat darah (sediaan darah) tebal dan preparat

darah tipis untuk menentukan ada tidaknya parasit malaria dalam darah. Melalui

pemeriksaan ini dapat dilihat jenis plasmodium dan stadiumnya (P.falciparum,

P.vivax, P.malariae, P.ovale, P.tropozoit,skizon, dan gametosit) serta kepadatan

(11)

Kepadatan parasit dapat dilihat melalui dua cara yaitu semi kuantitatif dan

kuantitatif. Metode semi-kuantitatif adalah menghitung parasit dalam Lapang

Pandang Besar(LPB) dengan rincian sebagai berikut :

(-) : Negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB)

(+) : Positif 1 (ditemuka n 1-10 parasit dalam 100 LPB)

(++) : Positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB)

(+++) : Positif 3 (ditemuka n 1- 10 parasit dalam 1 LPB)

(++++): Positif 4 (ditemukan 11-100 parasit dalam 1 LPB)

Penghitungan kepadatan parasti secara kuantitatif pada sediaan darah tebal adalah

menghitung jumlah parasit per 200 leukosit.Pada sediaan darah tipis,

penghitungan jumlah parasti per 1000 eritrosit.

2.7.4 Tes diagnostik cepat / RDT (rapid diagnostic test)

Seringkali pada Kejadian Luar Biasa (KLB), diperlukan tes yang cepat

untuk dapat menanggulangi malaria di lapangan dengan cepat. Metode ini

mendeteksi adanya antigen malaria dalam darah dengan cara imunokromatografi.

Dibandingkan uji mikroskopis, tes ini mempunyai kelebihan yaitu hasil pengujian

dengan cepat dapat diperoleh, tetapi lemah dalam hal spesitifitas dan sensitivitas.

2.7.5 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum penderita

meliputi pemeriksaan kadar haemoglobin, hematokrit, jumlah leuko sit, eritrosit,

dan trombosit. Bisa juga dilakukan pemeriksaan kimia darah

(gula,darah,SGOT,SGPT,tes fungsi ginjal), serta pemeriksaan lainnya sesuai

indikasi.

(12)

Komplikasi malaria umumnya disebabkan karena P.falciparum dan sering

disebut pernicious manifestasions. Sering terjadi mendadak tanpa gejala-gejala

sebelumnya,dan sering terjadi pada penderita yang tidak imun seperti pada orang

pendatang dan kehamilan. Komplikasi terjadi 5-10 % pada penderita yang dirawat

di RS dan 20% diantaranya merupakan kasus yang fatal (WHO, 2011).

Penderita malaria dengan komplikasi umunya digolongkan sebagai malaria

berat yang menurut WHO didefinisikan sebagai infeksi P.falciparum dengan satu

atau lebih komplikasi seperti berikut :

a) Malaria cerebral (coma) yang tidak disebabkan oleh penyakit lain atau

lebih dari 20 menit setelah serangan kejang, derajat penurunan kesadaran

harus dilakukan penilaian berdasar GSC ( Glascow Coma Scale) ialah

bawah 7 atau equal dengan kesadaran klinis soporous.

b) Acidemia/acidosis ; PH darah /distress respiratory.

c) Anemia berat (Hb < 10.000 /ul ; bila anemianya hipokromik atau

mikrositik harus dikesampingkan adanya gejala anemia defisiensi

besi,talasemia/hemoglobinopati lainnya.

d) Gagal ginjal akut (urine kurang dari 400 ml/24jam pada orang dewasa atau

12 ml/kg BB pada anak-anak) setelah dilakukan rehidrasi, disertai

kreatinin > 3 mg/dl.

e) Edema paru non-kardiogenik/ARDS (adult respiratory distress syndrome).

f) Hipoglikemi.

g) Gagal sirkulasi atau shock.

h) Pendarahan spontan dari hidung atau gusi,saluran cerna dan disertai

kelainan laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler.

i) Kejang berulang lebih dari 2 kali/24jam.

j) Makroskopik hemoglobinuri oleh karena infeksi malaria akut (bukan

karena obat anti malaria / kelainan eritrosit (kekurangan G6PD).

k) Diagnosis post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada

pembuluh kapiler pada jaringan otak.

(13)

Obat antimalaria dapat dibagi dalam 9 golongan yaitu :

a) Kuinin(kina)

b) Mepakrin

c) Klorokuin,amodiakuin

d) Proguanil,klorproguanil

e) Primakuin

f) Pirimetamin

g) Sunfon dan sulfonamide

h) Kuinolin methanol

i) Antibiotic

Berdasarkan susptiblitas berbagai macam stadium parasit malaria terhadap obat

antimalaria, maka obat antimalaria dapat dijuga menjadi dalam 5 golongan yaitu :

a) Skizontisida jaringan primer yang dapat membunuh parasit stadium

praeritrosiitik dalam hari sehingga mencegah parasit masuk dalam eritrosit

,jadi digunakan sebagai obat profilaksis kausal.Obat adalah

proguanil,pirimetamin.

b) Skizontisida jaringan sekunder dapat membunuh parasit siklus

eksoeritrositik P.vivax dan P.ovale dan digunakan untuk pengobatan

radikal sebagai obat anti relaps,obatnya adalah primakuin.

c) Skizontisida darah yang dapat membunuh parasit stadium eritrisitik yang

berhubungan engan penyakit akut disertai gejala klinik. Obat ini

digunakan untuk pengobatan supresif bagi keempat spesies Plasmodium

dan juga dapat membunuh stadium gametosit P.vivax, P.malariae, dan

P.ovale tetapi tidak efektif untuk gametosit P.falciparum. Obatnya adalah

kuinin, klorokuin, atau amodiakuin, atau proguanil dan pirimetamin yang

mempunyai efekterbatas.

d) Gametositosida yang menghancurkan semua bentuk seksual termasuk

(14)

untuk keempat spesies dan kuinin, klorokuin, atau amodiakuin sebagai

gametositosida untuk P.vivax,P.malariae dan P.ovale.

e) Sporontosida yang dapat mencegah atau menghambat gametosit dalam

darah untuk membentuk ookista dan sporozoit dalam nyamuk Anopheles.

Obat-obat yang termasuk golongan ini adalah primakuin dan proguanil.

2.9.1 Pengobatan malaria tanpa komplikasi

a.Pengobatan Malaria Falciparum

1)Pengobatan lini pertama malaria falciparum

i. Pengobatan lini pertama malaria falciparum adalah artesunat +

amodiakuin + primakuin.

ii. Pemberian artesunat dan amodiakuin bertujuan untuk membunuh parasit

stadium aseksual.

iii. Obat kombinasi diberikan peroral selama 3 hari dengan dosis tunggal

harian amodiakuin basa 10 mg/kg BB dan artesunat 4 mg/kg BB.

2) Pengobatan lini kedua malaria falciparum

i. Pengobatan linikedua menggunakan kina + doksisiklin atau tetrasiklin +

primakuin.

ii. Tablet kina diberikan peroral,3 hari sehari dengan dosis 10 mg/kg BB

selama 7 hari.

iii. Doksisiklin, dosis dewasa adalah 4 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis

per hari selama 7 hari, dosis anak usia 8-14 tahun 2 mg/kgBB/hari.Tidak

boleh diberikan pada ibu hamil atau anak berusia kurang dari 8 tahun.Jika

tidak tersedia dapat menggunakan tetrasiklin.

iv. Tetrasiklin.Pemberian dibagi dalam 4 dosis selama 7 hari, dengan dosis

4-5 mg/kgBB/kali.

b.Pengobatan Malaria vivax dan malaria ovale

(15)

i. Lini pertama pengobatan malaria vivax dan ovale adalah Artemisin-based

Combination Therapy (ACT) yaitu artesunate + amodiaquin atau

Dihydroartemisin Piparaquin (DHP).Artesunate diberikan dengan dosis

sebesar 4 mg/kgBB,sedangkan amodiaquin sebesar 10mg/kgBB.

ii. Dosis obat untuk malaria vivax sama dengan malaria falciparum,dimana

perbedaannya adalah pemberian obat primakuin selama 14 hari dengan

dosis 0,25 mg/kgBB.

iii. Primakuin berfungsi untuk membunuh gametosit yang ada di dalam hati.

iv. Pengobatan efektif apabila sampai hari ke-28 setelah pemberian

obat,ditemukan keadaan sebagai berikut :klinis sembuh (sejak hari ke-4)

dan tidak ditemuka n parasit stadium aseksual sejak hari ke-7.

v. Pengobatan lini kedua diberikan bila pengobatan lini pertama tidak efektif.

2)Pengobatan lini kedua

i. Pengobatan lini kedua untuk malaria vivax dan malaria ovale adalah Kina

+ Primakuin.

ii. Primakuin tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, bayi berumur kurang

dari 1 tahun, dan penderita defisiensi G6-PD.

3)Pengobatan malaria vivax yang relaps

i. Pengobatan malaria vivax yang relaps (kambuh) sama dengan regimen

sebelumnya hanya dosis primakuin ditingkatkan,primakuin diberikan

selama 14 hari dengan dosis 0,5 mg/kgBB/hari.

c.Pengobatan malaria malariae

1)Pengobatan malaria malariae adalah dengan pemberian ACT 1 kali perhari

selama 3 hari, dengan dosis sama dengan pengobatan malaria lainnya.

(16)

Malaria berat atau komplikasi adalah ditemukannya Plasmodium falciparum

stadium aseksual dengan satu atau beberapa keadaan di bawah ini ( WHO 1997) :

a) Malaria serebral (malaria dengan penurunan kesadaran).

b) Anemia berat ( Hb <5gr% atau Ht < 15 %).

c) Gagal ginjal akut.

d) Hipoglikemia (gula darah <40 mg%).

e) Kejang berulang.

f) Asidemia (pH <7,25).

g) Hemoglobinuria makroskopik.

Pemberian obat antimalaria pada penderita malaria berat.

a) Pilihan utama adalah artesunat intravena atau intramuscular dan artemeter

intramuscular.

b) Artesunat diberikan dengan loading dose secara bolus 2,4 mg/kgBB per

I.V. selama 2 menit dan diulang setelah 12 jam dengan dosis yang

sama.Selanjutnya artesunat diberika 2,4 mg/kgBB per I.V. 1 kali sehari

sampai penderita mampu minum obat.Bila penderita sudah mampu minum

obat,dilanjutkan dengan regimen artesunat + amodiakuin + primakuin,

yaitu pengobatan lini pertama malaria falciparum tanpa komplikasi.

c) Artemeter I.M. diberikan dengan loading dose 3,2 mg/kgBB

I.M.Selanjutnya,artemeter diberikan 1,6 mg/kgBB I.M. satu kali perhari

sampai penderita mampu minum obat.

d) Obat alternatif malaria berat adalah kina dihidroklorida parental.Obat ini

diberikan dengan dose 20 mg/kgBB dilarutkan dalam 500 mL dekstrosa

5% atau NaCl 0,9 % selama 4 jam pertama.Selanjutnya selama 4 jam

kedua,hanya diberikan cairan dektrosa 5% atau NaCl 0,9%.Dosis tersebut

diberikan sampai pasien dapat mengonsumsi kina peroral.

2.9.3 Pengobatan profilaksis

a) Bertujuan untuk mengurangi risiko terinfeksi malaria, sehingga bila

(17)

b) Ditujukan bagi orang yang berpergian ke daerah endemic malaria dalam

waktu yang tidak terlalu lama seperti turis, peneliti, pegawai kehutanan

dan lain-lain.

c) Untuk kelompok atau individu yang akan kepergian atau bertugas dalam

jangka waktu lama sebaiknya menggunakan personal protection seperti

memakai kelambu,repellent,dan lain-lain.

d) Disebabkan plasmodium falciparum yang merupakan spesies dengan

virulensi tinggi, maka kemoprofilaksis ditujukan pada infeksi ini.

e) Pengobatan profilaksis terhadap P.falciparum adalah pemberian

doksisiklin setiap hari dengan dosis 2 mg/kgBB selama tidak lebih dari 4 –

6 minggu.Doksisiklin tidak boleh dikonsumsi oleh ibu hamil dan anak

berusia kurang dari 8 tahun.

f) Pengobatan profilaksis terhadap P.vivax adalah pemberian klorokuin

dengan dosis 5 mg/kgBB setiap minggu.Obat tersebut diminum 1 minggu

sebelum masuk ke daerah endemis sampai 4 minggu setelah

kembali.Dianjurkan tidak menggunakan klorokuin lebih dari 3-6 bulan.

2.10.0 Pencegahan

Di Indonesia usaha pembasmian penyakit malaria belum mencapai hasil

yang optimal karena beberapa hambatan, yaitu tempat perindukan nyamuk

malaria yang tersebar luas, jumlah penderita yang sangat banyak, serta

keterbatasan sumber daya manusia, infastruktur, dan biaya. Oleh karena itu,

usaha yang paling mungkin di lakukan adalah usaha-usaha pencegahan dan

pemberantasan terhadap penularan parasit. Beberapa usaha yang dapat dilakukan

untuk mencegah dan memberantas penyakit malaria (Prabowo, 2004).

1. Menghindari gigitan nyamuk malaria

Di daerah yang jumlah penderitaannya sangat banyak, tindakan untuk

menghindari gigitan nyamuk sangat penting. Di daerah pedesaan atau pinggiran

(18)

perindukan nyamuk malaria), disarankan untuk memakai baju lengan panjang

dan celana panjang saat keluar rumah, terutama pada malam hari. Sebaiknya,

mereka yang tinggal di daerah endemis malaria memasang kawat kasa di jendela

dan ventilasi rumah, serta menggunakan kelambu saat tidur. Masyarakat juga

dapat memakai minyak anti nyamuk (mosquito repellent) saat tidur di malam hari

untuk mencegah gigitan nyamuk malaria.

2. Membunuh jentik dan nyamuk malaria dewasa

Untuk membunuh jentik dan nyamuk malaria dewasa, dapat dilakukan beberapa

tindakan berikut ini:

a. Penyemprotan rumah

Sebaiknya, penyemprotan rumah-rumah di daerah endemis malaria dengan

insektisida dilaksanakan dua kali dalam setahun dengan interval waktu enam

bulan.

b. Larvaciding

Larvaciding merupakan kegiatan penyemprotan rawa-rawa yang potensial sebagai

tempat perindukan nyamuk malaria.

c. Biological control

Biological control adalah kegiatan penebaran ikan kepala timah

(panchax-panchax) dan ikan guppy/wader cetul(Lebistus reticulatus) genangan-genangan

air yang mengalir dan persawahan. Ikan-ikan tersebut berfungsi sebagai pemangsa

jentik-jentik nyamuk malaria.

3. Mengurangi tempat perindukan nyamuk malaria

Tempat perindukan nyamuk malaria bermacam-macam, tergantung spesies

nyamuknya. Ada nyamuk malaria yang hidup di kawasan pantai, rawa-rawa,

empang, sawah, tambak ikan, atau hidup di air bersih pegunungan. Di daerah

endemis malaria, yaitu daerah yang langganan terjangkit penyakit malaria,

(19)

di pelihara harus di bersihkan, parit-parit di sepanjang pantai bekas galian yang

terisi air payau harus di tutup, persawahan dengan saluran irigasi, airnya harus

dipastikan mengalir dengan lancar, bekas roda yang tergenang air atau bekas jejak

kaki hewan pada tanah berlumpur yang berair harus segera di tutup untuk

mengurangi tempat perkembang biakan larva nyamuk malaria.

4. Pemberian obat pencegahan malaria.

Pemberian obat pencegahan (profilaksis) malaria bertujuan untuk mencegah

terjadinya infeksi, serta timbulnya gejala-gejala penyakit malaria. Orang yang

akan berpergian ke daerah-daerah endemis malaria harus minum obat antimalaria

sekurang-kurangnya seminggu sebelum keberangkatannya sampai empat minggu

setelah orang tersebut meninggalkan daerah endemis malaria. Wanita hamil yang

akan berpergian ke daerah endemis malaria harus di peringatkan tentang risiko

yang mengancam kehamilannya. Sebelum berpergian, ibu hamil disarankan untuk

berkonsultasi ke klinik atau ke rumah sakit dan mendapatkan obat antimalaria.

Bayi dan anak-anak yang berusia di bawah empat tahun dan hidup di daerah

endemis malaria harus mendapat obat antimalaria karena tingkat kematian pada

bayi/anak akibat infeksi malaria cukup tinggi.

5. Pemberian vaksin malaria

Pemberian vaksin malaria merupakan tindakan yang diharapkan dapat membantu

mencegah infeksi malaria sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan angka

kematian akibat infeksi malaria. Sampai saat ini, usaha untuk menemukan vaksin

malaria yang baik dan efektif masih berjalan dan dalam tahap penelitian

Gambar

Gambar 1: Siklus Hidup Parasit Malaria

Referensi

Dokumen terkait

memberikan hasil lebih kecil dari nilai table, pada tingkat kepercayaan 5% (0,05) dimana nilai t tabel pada tingkat kepercayaan 5% sebesar 1,64 dengan demikian

• Taxes are compulsory government-imposed charges levied on citizens and their property.. • Progressive income tax is the tax

Aside from texture mapping 3D building reconstruction from aerial images involv- ing parametric shapes, point cloud segmentation or the simplifi- cation of digital surface models

4 Surat Permohonan Blanko Ijazah SMK tahun 2015 – 2016 ditujukan kepada Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabayac. 5 Rekapitulasi Jumlah Siswa yang Lulus dan Tidak Lulus (laki-laki

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi. Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan dalam mata

The flight missions were set up to determine the return-to-home (RTH) landing precision and the power consumption of the UAV at different wind speeds.. The landing precision

koheren, (3) membedakan antara kesimpulan yang secara logis sah dengan kesimpulan yang cacat, (4) menunda kesimpulan terhadap bukti yang cukup untuk mendukung sebuah keputusan,

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang mengacu pada tujuan khusus penelitian, maka dapat diambil kesimpulan yaitu: Penggunaan media pendidikan kesehatan