KATA PENGANTAR
Sebagaimana diketahui sejak Tahun Anggaran 2006, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) memberikan opini terhadap laporan keuangan masing-masing Kementerian/Lembaga. Terkait dengan itu, Kementerian Pendidikan Nasional dengan berbagai tantangan dan kendala, berupaya membenahi berbagai aspek terkait dengan peningkatan kualitas laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Instansi Pemerintah. Namun demikian pada Tahun Anggaran 2006 serta Tahun Anggaran 2007, Laporan Keuangan Kementerian Pendidikan Nasional masih
mendapatkan opini
Disclaimer
. Hal tersebut tidak menyurutkan langkah KementerianPendidikan Nasional untuk terus bekerja keras membenahi sistem pengelolaan anggaran termasuk menerapkan sistem perencanaan penganggaran berbasis kinerja serta menertibkan pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Berkat kerja keras dan komitmen seluruh jajaran Kementerian Pendidikan Nasional itulah Laporan Keuangan Kemendiknas Tahun Anggaran 2008
memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) dari BPK-RI.
Sejalan dengan kebijakan untuk terus memperkuat tata kelola Kementerian Pendidikan Nasional, Sekretariat Jenderal Kemendiknas menyusun Prosedur Operasi Standar (POS) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Tujuan Prosedur Operasi Standar ini adalah untuk memberikan pemahaman yang sama bagi pejabat dan petugas pengelola PNBP pada setiap Kantor/Satuan Kerja di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional agar dapat mengelola Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan menyusun laporan keuangannya sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.
Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan buku ini, kami ucapkan terima kasih yang tak terhingga.
Jakarta, 18 Februari 2010
A.n. Sekretaris Jenderal Kepala Biro Keuangan
Drs. Subagyo, M.Si., Ak. NIP. 195203181980021001
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi iii
Daftar Lampiran v
Daftar Singkatan vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1.2.Tujuan 1 1.3.Dasar Hukum 2 1.4.Sistematika 3 1.5.Daftar Istilah 3
BAB II KETENTUAN UMUM PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
2.1 Pengertian 7
2.2. Ketentuan Umum Pengelolaan PNBP 2.2.1. Penyusunan Target PNBP
2.2.2. Penyusunan Tarif Atas Jenis PNBP 2.2.3. Penyusunan Laporan Realisasi 2.2.4. Pengendalian Internal 8 9 8 11 11
BAB III PROSEDUR OPERASI STANDAR PENERIMAAN NEGARA
BUKAN PAJAK
3.1. Prosedur Penyusunan Rencana Target Penerimaan dan Penggunaan PNBP
13
3.2. Prosedur Penetapan Tarif Atas Jenis PNBP 18
3.3. Prosedur Pelaporan Realisasi PNBP
3.3.1. Prosedur Pengiriman Laporan Realisasi PNBP Dari Satker ke Unit Utama
3.3.2. Prosedur Pengiriman Laporan Realisasi PNBP Dari Unit Utama ke Setjen
3.3.3. Prosedur Pengiriman Laporan Realisasi PNBP Dari Setjen ke DJA
3.3.4. Prosedur Perbaikan Data PNBP
19 19 19 20 23 3.4. Sanksi 22 BAB IV PENUTUP 25 Lampiran 27
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Permohonan Perbaikan Transaksi Penerimaan Negara 24
Lampiran 2 Daftar Rincian Perbaikan Transaksi Penerimaan Negara 25
Lampiran 3 Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak 26
Lampiran 4 Nota Perbaikan Transaksi Penerimaan Negara 27
Lampiran 5 Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) 28
Lampiran 6 Petunjuk Pengisian SSBP 29
Lampiran 7 Surat Setoran Pengembalian Belanja (SSPB) 31
Lampiran 8 Petunjuk Pengisian SSPB 32
Lampiran 9 Rincian Anggaran Pendapatan Per MAP (Formulir 1.4.) 34
Lampiran 10 Uraian Anggaran Pendapatan Per MAP (Formulir 2.4.) 35
Lampiran 11 Ringkasan Anggaran Pendapatan Per MAP (Formulir 3.4.) 36
Lampiran 12 Bagan Arus Prosedur Penyusunan Rencana Target Penerimaan
dan Penggunaan PNBP 37
Lampiran 13 Bagan Arus Prosedur Penyesuaian Rencana Target Penerimaan
dan Penggunaan PNBP 38
DAFTAR SINGKATAN
A
ADK = Arsip Data Komputer
APBN = Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
B
BAS = Bagan Akun Standar
BAUK = Biro Administrasi Umum dan Keuangan
BPN = Bukti Penerimaan Negara
BUN = Bendahara Umum Negara
D
DIPA = Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
DJA = Direktorat Jenderal Anggaran
DJPb = Direktorat Jenderal Perbendaharaan
K
KD = Kantor Daerah
KP = Kantor Pusat
KPPN = Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
L
LRA = Laporan Realisasi Anggaran
M
Mendiknas = Menteri Pendidikan Nasional
Menkeu = Menteri Keuangan
N
NTPN = Nomor Tanda Penerimaan Negara
P
PNBP = Penerimaan Negara Bukan Pajak
PNPB = Penerimaan Negara Pengembalian Belanja
POS = Prosedur Operasi Standar
R
RI = Republik Indonesia
RKA-KL = Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga
RKP = Rencana Kerja Pemerintah
RPD = Rincian Penggunaan Dana
Renstra = Rencana Strategis
Satker = Satuan Kerja
Setjen = Sekretariat Jenderal
Sesjen = Sekretaris Jenderal
SKTJM = Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak
SSBP = Surat Setoran Bukan Pajak
SSPB = Surat Setoran Pengembalian Belanja
T
Tusi = Tugas dan Fungsi
U
UP = Uang Persediaan
UPT = Unit Pelaksana Teknis
Prosedur Operasi Standar Penyusunan Penerimaan Negara Bukan Pajak
BAB I Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Reformasi di bidang keuangan yang ditandai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara, dengan harapan sistem pengelolaan keuangan negara dapat lebih efisien dan efektif serta tercapainya transparansi dalam pengelolaan keuangan.
Pengelolaan anggaran merupakan salah satu kegiatan administrasi utama dalam kepemerintahan yang menuntut prinsip tata kelola yang baik dan mengharuskan setiap organisasi melakukan pelaksanaan anggaran dengan baik dan benar, sehingga setiap kegiatan dapat dipertanggungjawabkan secara transparan. Selain itu, optimalnya suatu pengelolaan anggaran juga ditentukan oleh bagaimana pengguna anggaran mentaati ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.
Pengelolaan anggaran yang tepat dan cepat, bukanlah tugas yang mudah bagi Kementerian Pendidikan Nasional yang memiliki skala organisasi yang besar, sebaran geografis yang luas dan kewenangan perbendaharaan yang terdesentralisasi dengan jumlah kantor/satuan kerja yang banyak dan tersebar di seluruh Indonesia. Jumlah satker dan anggaran tersebut, memerlukan sistem pengelolaan anggaran yang mampu mendukung pelaksanaan kegiatan dan pencapaian sasaran organisasi setiap satuan kerja secara cepat, tepat, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Berkaitan dengan latar belakang di atas, Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan Nasional menyusun Prosedur Operasi Standar Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagai pedoman bagi para pengelola anggaran sehingga dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya dapat memahami prosedur yang harus dilaksanakan.
1.2. Tujuan
Prosedur Operasi Standar ini bertujuan untuk:
1.2.1. Memberikan pemahaman yang sama bagi pejabat dan para pengelola
anggaran dan pelaporan keuangan pada Kantor/Satker di Lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional khususnya yang berkenaan dengan Pengelolaan PNBP;
1.2.2. Menciptakan pengelolaan anggaran yang tepat waktu, akurat, transparan,
akuntabel, efisien, dan efektif;
1.3. Dasar Hukum
1.3.1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang PNBP (Lembaran Negara
RI Tahun 1997 Nomor 43 dan Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3687);
1.3.2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional;
1.3.3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Ps 22 &
23;
1.3.4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4355, Ps 33 & 38);
1.3.5. Undang-undang No. 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan
Keuangan Negara dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;
1.3.6. Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 104 dan Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4421) ;
1.3.7. Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 126 dan Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4438, Ps 43 – 45);
1.3.8. Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 1999 tentang Tata Cara Penggunaan
Sebagian Dana PNBP yang Bersumber dari Kegiatan Tertentu;
1.3.9. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan
Penyetoran PNBP;
1.3.10.Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2004 tentang Tata Cara
Penyampaian Rencana dan Laporan Realisasi PNBP;
1.3.11.Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang RKP (Lembaran
Negara RI Tahun 2004 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4405);
1.3.12.Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan
RKA-KL;
1.3.13.Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2005 tentang Pemeriksaan
Penerimaan Negara Bukan Pajak;
1.3.14.Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2009 tentang Tata Cara
Penentuan Jumlah, Pembayaran dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang;
1.3.15.Keputusan Presiden Nomor 42 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
1.3.16.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.02/2007 tentang Bagan
Akun Standar;
1.3.17.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 46/PMK.02/2008 tentang Tata Cara
Perubahan Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat dan Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun 2008;
Prosedur Operasi Standar Penyusunan Penerimaan Negara Bukan Pajak
BAB I Pendahuluan
1.3.18.Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan, Direktorat Jenderal
Perbendaharaan, Kementerian Keuangan RI Nomor PER-32/PB/2008 Tanggal 22 Juli 2008, tentang Tata Cara Penggunaan Belanja yang bersumber dari Penerimaan Negara Bukan Pajak diatas Pagu DIPA;
1.3.19.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 32 tahun 2005 tentang
Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional;
1.3.20.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun 2007 tentang
Sistem Perencanaan Tahunan Kementerian Pendidikan Nasional ;
1.3.21.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2008 tentang
Sistem Pengelolaan Keuangan Kementerian Pendidikan Nasional ;
1.3.22.Keputusan Menteri Keuangan Nomor 114a/KMK.03/1997 tentang
Penatausahaan dan Pertanggungjawaban Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada Instansi Pengguna;
1.3.23.Keputusan Menteri Keuangan Nomor 115/KMK.06/2001 tentang Tata Cara
Penggunaan PNBP pada Perguruan Tinggi Negeri (PTN);
1.3.24.Surat Edaran Direktur Jenderal Anggaran No : SE-200/MK.2/2003 tentang
Perhitungan Formula Tarif Sewa Tanah Negara;
1.3.25.Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor SE-35/Pb/2009
tentang Tata Cara Perbaikan Data Penerimaan Negara Bukan Pajak;
1.3.26.Surat Edaran Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan RI No.
SE-76/A/46/0697 tentang Petunjuk Pelaksanaan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 114a/KMK.03/1997 tentang Penatausahaan dan Pertanggungjawaban Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada Instansi Pengguna.
1.4. Sistematika Susunan POS PNBP
Sistematika susunan POS ini adalah sebagai berikut.
1.4.1. BAB I Pendahuluan yang menjelaskan mengenai Latar Belakang,
Tujuan, Dasar Hukum, Sistematika POS Penyusunan PNBP, dan Daftar Istilah.
1.4.2. BAB II Ketentuan Umum PNBP yang menjelaskan Pengertian dan
Ketentuan Umum Pengelolaan PNBP.
1.4.3. BAB III Prosedur Operasi Standar PNBP yang menjelaskan Prosedur
Penyusunan Rencana Target Penerimaan dan Penggunaan PNBP, Prosedur Penetapan Tarif atas Jenis PNBP, Prosedur Pelaporan Realisasi PNBP, dan Sanksi.
1.4.4. BAB IV Penutup.
1.5. Daftar Istilah
1.5.1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yang selanjutnya
disingkat APBN, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara
yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat;
1.5.2. Bendahara Penerima, adalah seseorang yang diangkat oleh Menteri
berharga, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang negara yang ada dalam penguasaannya;
1.5.3. Bendahara Umum Negara, yang selanjutnya disingkat BUN adalah
Pejabat yang diberi tugas untuk melaksanakan fungsi bendahara umum negara;
1.5.4. Hasil (outcome), adalah segala sesuatu yang mencerminkan
berfungsinya keluaran dari kegiatan-kegiatan dalam satu program;
1.5.5. Kas Negara, adalah rekening tempat penyimpanan uang negara yang
dibuka dan ditetapkan oleh Menteri untuk menampung seluruh peneriman dan pengeluaran negara, dibukukan pada setiap saat dalam 1 (satu)
tahun anggaran serta dipertanggungjawabkan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara;
1.5.6. Kompilasi, adalah proses penggabungan laporan atau data;
1.5.7.
Output
, adalah keluaran, hasil dari suatu proses, baik berupa datamaupun berbentuk informasi yang telah diolah;
1.5.8. Pengguna Anggaran, yang selanjutnya disingkat PA adalah pejabat
pemegang kewenangan penggunaan anggaran Kementerian
Negara/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah.
1.5.9. Penerimaan Negara Bukan Pajak, yang selanjutnya disingkat PNBP
adalah seluruh penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan;
1.5.10.Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang, adalah
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang harus dibayar pada suatu saat, atau dalam suatu periode tertentu menurut peraturan perundang-undangan;
1.5.11.Perbendaharaan Negara, adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban
keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan APBD;
1.5.12.Proses posting, adalah mengubah data elektronik transaksi menjadi
data elektronik akuntansi, proses pembentukan buku besar sebagai dasar pembentukan laporan keuangan dengan mengacu pada jurnal standar;
1.5.13.Rekonsiliasi, adalah proses pencocokan data transaksi keuangan yang
diproses dengan beberapa sistem/sub-sistem yang berbeda berdasarkan dokumen sumber yang sama;
1.5.14.Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga yang selanjutnya
disingkat RKA-KL adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang
berisi program, kegiatan, sasaran, dan anggaran yang merupakan penjabaran dari rencana kerja pemerintah dan rencana strategis Kementerian Pendidikan Nasional dalam satu tahun anggaran;
1.5.15.Satuan Kerja, yang selanjutnya disingkat satker adalah Kuasa
Pengguna Anggaran/Pengguna Barang yang merupakan bagian dari suatu unit organisasi pada Kementerian Negara/Lembaga yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu program;
Prosedur Operasi Standar Penyusunan Penerimaan Negara Bukan Pajak
BAB I Pendahuluan
1.5.16.Sistem Pengendalian Internal, adalah proses yang integral pada
tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dalam sebuah organisasi untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam pencapaian efektivitas, efisiensi, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, untuk keandalan penyajian laporan keuangan pemerintah;
1.5.17.Tahun Anggaran adalah periode dari tanggal 1 Januari sampai dengan
31 Desember tahun yang bersangkutan.
1.5.18.Tarif
Advalorem,
adalah tarif yang ditetapkan dengan persentase (%)dikalikan dengan dasar pengenaan tertentu yang merupakan satuan nilai yang digunakan sebagai dasar perhitungan, antara lain Harga Patokan (HP), indeks harga, kurs, pendapatan kotor, atau penjualan bersih;
1.5.19.Tarif Spesifik, adalah tarif yang ditetapkan dengan nominal uang;
1.5.20.Wajib Bayar, adalah orang pribadi atau badan yang ditentukan untuk
melakukan kewajiban membayar PNBP sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Prosedur Operasi Standar Penyusunan Penerimaan Negara Bukan Pajak
BAB II Ketentuan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak
BAB II
KETENTUAN UMUM PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
2.1. Pengertian
2.1.1. PNBP adalah seluruh penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak berasal
dari penerimaan perpajakan. Dana yang berasal dari PNBP dapat digunakan sebagian dan/atau dianggarkan untuk membiayai kegiatan
tertentu yang dilakukan oleh instansi penghasil PNBP pada
Kementerian/Lembaga dalam rangka pelaksanaan kegiatan dan
peningkatan pelayanan tugas dan fungsinya, dengan pengelompokan sebagai berikut:
2.1.1.1. Penerimaan yang bersumber dari pengelolaan dana Pemerintah;
2.1.1.2. Penerimaan dari pemanfaatan sumber daya alam;
2.1.1.3. Penerimaan dari hasil-hasil pengelolaan kekayaan negara yang
dipisahkan;
2.1.1.4. Penerimaan dari pelayanan yang dilaksanakan Pemerintah;
2.1.1.5. Penerimaan berdasarkan putusan pengadilan dan yang berasal
dari pengenaan denda administrasi;
2.1.1.6. Penerimaan berupa hibah yang merupakan hak pemerintah;
2.1.1.7. Penerimaan lainnya yang diatur dalam Undang-Undang
tersendiri.
2.1.2. PNBP yang berlaku pada Kementerian Pendidikan Nasional terdiri dari dua
kategori, yaitu:
2.1.2.1. Kategori Umum
a. Penerimaan kembali sisa anggaran;
b. Penerimaan hasil penjualan barang/kekayaan negara;
c. Penerimaan hasil penyewaan barang/kekayaan negara;
d. Penerimaan hasil penyimpanan uang negara (jasa giro);
e. Penerimaan ganti rugi atas kerugian negara (tuntutan ganti
rugi dan tuntutan perbendaharaan);
f. Penerimaan denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan
pemerintah;
g. Penerimaan dari hasil penjualan dokumen lelang.
2.1.2.2. Kategori Fungsional
a. Penerimaan dari penyelenggaraan pendidikan;
b. Penerimaan dari kontrak kerja yang sesuai dengan peran dan
fungsi perguruan tinggi;
c. Penerimaan atas hasil penjualan produk dari penyelenggaraan
pendidikan;
d. Penerimaan dari sumbangan dan hibah dari perorangan,
lembaga pemerintah, atau lembaga non pemerintah.
2.1.4. PNBP yang bersifat umum tidak dapat digunakan, sedangkan PNBP yang bersifat fungsional dapat digunakan setelah mendapat persetujuan ijin penggunaan dari Menteri Keuangan RI;
2.1.5. Tata cara penggunaan PNBP di lingkungan Kementerian Pendidikan
Nasional mengacu pada mekanisme APBN dan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2.1.6. PNBP menjadi terutang:
2.1.6.1. Sebelum wajib bayar menerima manfaat atas kegiatan Instansi
Pemerintah;
2.1.6.2. Sesudah wajib bayar menerima manfaat atas kegiatan Instansi
Pemerintah.
2.1.7. Jumlah PNBP yang Terutang ditetapkan oleh:
2.1.7.1. Sesjen Kementerian Pendidikan Nasional sebagai Instansi
Pemerintah;
2.1.7.2. Bendahara Penerima sebagai Wajib Bayar.
2.1.8. Satker wajib membayar seluruh PNBP yang Terutang secara tunai ke Kas
Negara paling lambat pada saat jatuh tempo pembayaran sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
2.2. Ketentuan Umum Pengelolaan PNBP 2.2.1. Penyusunan Target PNBP
2.2.1.1. Rencana Target PNBP adalah hasil penghitungan/penetapan PNBP
yang diperkirakan akan diterima dalam 1 (satu) tahun yang akan datang;
2.2.1.2. Rencana Target Penerimaan dan Penggunaan PNBP disusun
berdasarkan mekanisme penyusunan APBN, melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. Rencana Target PNBP disusun berdasarkan jenis dan tarif
PNBP yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah tentang Tarif atas Jenis PNBP yang berlaku pada Kementerian Pendidikan Nasional dilengkapi dengan rincian satuan volume dari masing-masing jenis dan tarif per bulan dari Januari sampai dengan Desember;
b. Penyusunan Rencana Target PNBP disusun dan disampaikan
secara berjenjang mulai dari Satker/UPT, Unit Eselon II, Unit Eselon I sampai dengan Kementerian/Lembaga;
c. Rencana Target PNBP harus didukung dengan lampiran
mengenai jenis, tarif, volume, dan jumlah PNBP dalam 1 (satu) periode.
2.2.1.3. Biro Keuangan menyampaikan permintaan Rencana Target Penerimaan
dan Penggunaan PNBP kepada kantor/satker di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional;
Prosedur Operasi Standar Penyusunan Penerimaan Negara Bukan Pajak
BAB II Ketentuan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak
2.2.1.4. Pimpinan Unit Utama mengkompilasi target PNBP dari satker untuk
disampaikan kepada Mendiknas melalui Sesjen Kementerian Pendidikan Nasional;
2.2.1.5. Sesjen Kementerian Pendidikan Nasional mengajukan usulan Rencana
Target PNBP kepada Menteri Keuangan RI;
2.2.1.6. Penyusunan Rencana Target PNBP dan Revisi Rencana Target PNBP
menggunakan mekanisme penyusunan RKA-KL. Rencana Target PNBP atau Revisi Rencana Target PNBP disampaikan secara berjenjang dari Satker ke Unit Utama yang membawahinya untuk disampaikan kepada Menteri Keuangan RI melalui Sesjen Kementerian Pendidikan Nasional ;
2.2.1.7. Dalam hal terdapat revisi Rencana Target PNBP Tahun Anggaran berjalan,
Sesjen Kementerian Pendidikan Nasional menyampaikan revisi tersebut paling lambat tanggal 15 Agustus Tahun Anggaran berjalan atau sebelum penyusunan perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran berjalan kepada Menteri Keuangan RI;
2.2.1.8. Kode Program, Kegiatan, dan Kode Akun dari Rencana Target PNBP
mengikuti PMK No. 91 Tahun 2007 mengenai Bagan Akun Standar;
2.2.1.9. Kelengkapan dan dokumen Proposal Pengajuan Target dan Pagu PNBP
terdiri dari beberapa persyaratan sebagai berikut:
a. Latar Belakang;
b. Visi dan Misi;
c. Tusi dari pengguna PNBP (Satker/UPT, Unit Eselon II atau Unit Eselon
I);
d. Target dan realisasi PNBP 2 tahun sebelumnya (H-1 dan H-2);
e. Target PNBP tahun H yang disusun berdasarkan volume x tarif PNBP,
Akun dan formulir 1.4, 2.4, 3.4. (sesuai format pada lampiran 9, 10,11);
f. Alasan/justifikasi naik/turunnya target PNBP tahun H terhadap tahun
H-1;
g. Kegiatan yang akan dibiayai dari dana PNBP untuk tahun H yang
dilengkapi dengan Rincian Penggunaan Dana (RPD) PNBP;
h. Realisasi penggunaan dana PNBP tahun H-2;
i.
Output
danoutcome
dari penggunaan PNBP bagi instansi pengguna PNBP.2.2.2. Penyusunan Tarif Atas Jenis PNBP
2.2.2.1. Tarif atas jenis PNBP ditetapkan dengan memerhatikan:
a. Dampak pengenaan terhadap masyarakat dan kegiatan
usahanya;
b. Biaya penyelenggaraan kegiatan pemerintah sehubungan
dengan jenis PNBP yang bersangkutan;
2.2.2.2. Menteri Pendidikan Nasional menyampaikan usulan tarif atas jenis PNBP yang berlaku pada Kementerian Pendidikan Nasional kepada Menteri Keuangan RI;
2.2.2.3. Penghitungan tarif PNBP yang Terutang ditentukan dengan
menggunakan tarif spesifik dan/atau
advalorem
dengan caramengalikan tarif dengan volume;
2.2.2.4. Ketentuan penetapan Tarif Sewa Tanah adalah sebagai berikut:
a. Tidak merugikan Negara;
b. Tidak berlaku antar Kementerian /lembaga pemerintahan;
c. Mempunyai nilai tambah;
d. Bersifat sementara;
e. Mengacu pada tarif umum yang berlaku pada dunia usaha;
f. Mengikuti dan/atau tidak bertentangan dengan
perundang-undangan;
g. Seluruh hasil sewa disetor ke Kas Negara;
h. Bertujuan untuk mengamankan aset Negara.
2.2.2.5. Ketentuan Sewa Tanah Negara adalah sebagai berikut:
a. Kenaikan tarif sewa dihitung 7,5% per tahun dari pokok
sewa;
b. Sewa dibayar dimuka;
c. Dalam hal penyewa mendirikan bangunan permanen, maka
setelah sewa menyewa berakhir, seluruh fasilitas sarana dan prasarana yang didirikan di atas tanah tersebut, yang dapat dipergunakan untuk keperluan dinas, harus diserahkan kepada negara;
d. Lama waktu sewa 20 tahun dan dapat diperpanjang paling
lama seperempat dari tahun sewa tersebut;
e. Penyewa wajib melunasi PBB serta retribusi-retribusi
Pemerintah Daerah setempat dengan tidak diperhitungkan terhadap sewa;
f. Sewa menyewa dituangkan dalam bentuk perjanjian yang
berlaku dan mengikat para pihak, terhitung mulai tanggal ditandatangani oleh kedua belah pihak;
g. Perjanjian dibuat selambat-lambatnya 2 tahun setelah ijin
prinsip dari Menteri Keuangan RI diterbitkan, apabila jangka waktu tersebut dilampaui, maka ijin prinsip harus diperbaharui.
2.2.2.6. Tarif atas Jenis PNBP ditetapkan dalam Undang-Undang atau
Peraturan Pemerintah yang menetapkan Jenis PNBP yang bersangkutan.
Prosedur Operasi Standar Penyusunan Penerimaan Negara Bukan Pajak
BAB II Ketentuan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak
2.2.3. Penyusunan Laporan Realisasi
2.2.3.1. Laporan Realisasi PNBP adalah daftar yang memuat PNBP yang
telah dicapai/diperoleh dalam periode tertentu;
2.2.3.2. Materi dalam Rencana dan Laporan Realisasi PNBP sebagaimana
dimaksud dalam butir 2.2.3.1. sekurang-kurangnya memuat jenis, tarif, periode, dan jumlah PNBP;
2.2.3.3. Realisasi PNBP triwulan harus dilaporkan secara berjenjang
melalui pimpinan Unit Utama kepada Mendiknas paling lambat 1 (satu) bulan setelah triwulan yang bersangkutan berakhir;
2.2.3.4. Laporan perkiraan realisasi PNBP triwulan IV disampaikan
kepada Mendiknas paling lambat tanggal 15 Agustus Tahun Anggaran berjalan.
2.2.4. Pengendalian Internal
2.2.4.1. Penetapan Tarif dan Jenis PNBP harus memerhatikan dampaknya
terhadap masyarakat dan kegiatan usahanya, kesesuaiannya dengan penyelenggaraan kegiatan pemerintah, aspek keadilan
dalam hubungannya dengan pengenaan PNBP kepada
masyarakat;
2.2.4.2. Tarif dan Jenis PNBP ditetapkan dalam Undang-Undang atau
Peraturan Pemerintah supaya tidak keluar dari prinsip keadilan;
2.2.4.3. Dokumen pendukung usulan Target Penerimaan dan Penggunaan
PNBP harus terjamin kredibilitas dan validitasnya melalui proses penelaahan secara berjenjang mulai dari Unit Utama, Kementerian hingga Kementerian Keuangan;
2.2.4.4. Untuk menjamin akuntabilitas dan transparansi, Rencana Target
Penerimaan dan Penggunaan PNBP harus disampaikan kepada Kementerian Keuangan sebagai BUN dengan menggunakan mekanisme penyusunan APBN;
2.2.4.5. Seluruh dana PNBP harus disetor ke Kas Negara dan dikelola
melalui mekanisme pengelolaan APBN;
2.2.4.6. Dalam hal terjadi keterlambatan dan atau kekurangan
pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang, satker dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua persen) per bulan dari jumlah kekurangan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang;
2.2.4.7. Sanksi administrasi berupa denda atas keterlambatan
pembayaran dan/atau kekurangan pembayaran PNBP dikenakan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.
Prosedur Operasi Standar Penyusunan Penerimaan Negara Bukan Pajak BAB III Prosedur Operasi Standar Penyusunan Penerimaan Negara Bukan Pajak
BAB III
PROSEDUR OPERASI STANDAR PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
3.1. Prosedur Penyusunan Rencana Target Penerimaan dan Penggunaan PNBP
3.1.1. Penyusunan Rencana Target Penerimaan dan Penggunaan PNBP di tingkat
Satker dilakukan melalui prosedur sebagai berikut:
3.1.1.1. Petugas Administrasi pada Bagian Keuangan/BAUK Satuan Kerja
menerima dan mencatat Surat Permintaan Rencana Target Penerimaan dan Penggunaan PNBP dari Unit Utama;
3.1.1.2. Verifikator Bagian Keuangan/BAUK kantor/Satker melakukan
penyusunan Rencana Target Penerimaan dan Penggunaan PNBP dengan berpedoman pada Renstra, RKP, dan Renja masing-masing kantor/satker, dengan Formulir 1.4. (sesuai format pada lampiran 9) Rincian Anggaran Pendapatan per MAP dengan prosedur sebagai berikut:
a. Mengisi
Header
dengan:♦ Nama dan kode satuan kerja (termasuk kode
Kementerian Pendidikan Nasional (023) dan kode unit organisasi satker terkait (01= Setjen, 02=Itjen,
03=MPDM, 04=Dikti, 05=PNFI, 08=PMPTK,
11=Balitbang);
♦ Nama dan kode lokasi (termasuk kode propinsi dan
kabupaten/kota);
♦ Nama dan kode program (termasuk kode fungsi dan sub
fungsi).
b. Mengisi Kolom 1 (satu) dengan kode kegiatan;
c. Mengisi Kolom 2 (dua) dengan uraian kegiatan, kelompok
pendapatan, sub kelompok pendapatan dan Mata Anggaran Penerimaan (MAP) yang akan menjadi penerimaan negara pada kegiatan dimaksud;
d. Mengisi Kolom 3 (tiga) dengan jumlah realisasi pendapatan
untuk kegiatan dimaksud pada 2 tahun sebelum tahun anggaran yang direncanakan (TA 20XX – 2);
e. Mengisi Kolom 4 (empat) dengan jumlah sasaran
pendapatan untuk kegiatan dimaksud pada setahun sebelum tahun anggaran yang direncanakan (TA 20XX – 1) atau tahun berjalan;
f. Mengisi Kolom 5 (lima) dengan jumlah estimasi pendapatan
untuk kegiatan dimaksud pada tahun anggaran yang direncanakan (TA 20XX);
g. Mengisi Kolom 6 (enam) dengan jumlah estimasi pendapatan untuk kegiatan dimaksud pada satu tahun setelah yang tahun anggaran yang direncanakan (TA 20XX + 1);
h. Mengisi Kolom 7 (tujuh) dengan keterangan tambahan yang
diperlukan.
3.1.1.3. Verifikator menyampaikan Rencana Target Penerimaan dan
Penggunaan PNBP sebagaimana dimaksud pada butir 3.1.1.2. kepada kepala Satker untuk mendapatkan pengesahan;
3.1.1.4. Kepala Satker menyampaikan Rencana Target Penerimaan dan
Penggunaan PNBP sebagaimana dimaksud pada butir 3.1.1.3. kepada bagian keuangan Unit Utama.
3.1.2. Penelaahan Rencana Target Penerimaan dan Penggunaan PNBP oleh Unit
Utama dilakukan melalui prosedur sebagai berikut:
3.1.2.1. Petugas Administrasi menerima dan mencatat Rencana Target
Penerimaan dan Penggunaan PNBP dari Satker;
3.1.2.2. Verifikator Bagian Keuangan Unit Utama melakukan
penghimpunan, kompilasi, penelaahan dan sinkronisasi Rencana Target Penerimaan dan Penggunaan PNBP dari seluruh Satker di bawah wewenangnya dan mengisi Formulir 2.4 (sesuai format pada lampiran 10) Uraian Anggaran Pendapatan per MAP, dengan prosedur sebagai berikut:
a. Mengisi
Header
dengan:♦ Nama dan kode satuan kerja (termasuk kode
Kementerian Pendidikan Nasional (023) dan kode unit organisasi satker terkait (01= Setjen, 02=Itjen,
03=MPDM, 04=Dikti, 05=PNFI, 08=PMPTK,
11=Balitbang);
♦ Nama dan kode fungsi dan sub fungsi.
b. Mengisi kolom 1 (satu) dengan kode program dan kode
kegiatan;
c. Mengisi kolom 2 (dua) dengan uraian program, kegiatan,
kelompok pendapatan, sub kelompok pendapatan, dan Mata Anggaran Penerimaan (MAP) yang akan menjadi penerimaan negara pada program dan kegiatan dimaksud;
d. Mengisi kolom 3 (tiga) dengan jumlah realisasi pendapatan
untuk kegiatan dimaksud pada 2 tahun sebelum tahun anggaran yang direncanakan (TA 20XX-2);
e. Mengisi kolom 4 (empat) dengan jumlah sasaran pendapatan
untuk kegiatan dimaksud pada 1 tahun sebelum tahun anggaran yang direncanakan (TA 20XX – 1) atau tahun berjalan;
Prosedur Operasi Standar Penyusunan Penerimaan Negara Bukan Pajak
BAB III Prosedur Operasi Standar Penyusunan Penerimaan Negara Bukan Pajak
f. Mengisi kolom 5 (lima) dengan jumlah estimasi pendapatan
untuk kegiatan dimaksud pada tahun anggaran yang direncanakan (TA 20XX);
g. Mengisi kolom 6 (enam) dengan jumlah estimasi pendapatan
untuk kegiatan dimaksud pada satu tahun setelah tahun anggaran yang direncanakan (TA 20XX + 1);
h. Kolom 7 diisi dengan keterangan tambahan yang diperlukan.
3.1.2.3. Verifikator menyampaikan hasil penelaahan Rencana Target
Penerimaan dan Penggunaan PNBP sebagaimana dimaksud pada butir 3.1.2.2. diajukan kepada Pimpinan Unit Utama untuk mendapatkan pengesahan;
3.1.2.4. Pimpinan Unit Utama menyampaikan Rencana Target Penerimaan
dan Penggunaan PNBP sebagaimana dimaksud pada butir 3.1.2.3. kepada Sesjen up. Biro Keuangan Kementerian Pendidikan Nasional.
3.1.3. Penelaahan Rencana Target Penerimaan dan Penggunaan PNBP oleh Biro
Keuangan Kementerian Pendidikan Nasional dilakukan melalui prosedur sebagai berikut:
3.1.3.1. Petugas Administrasi menerima Rencana Target Penerimaan dan
Penggunaan PNBP dari Unit Utama;
3.1.3.2. Verifikator Biro Keuangan melakukan penelaahan, kompilasi, dan
sinkronisasi atas Rencana Target Penerimaan dan Penggunaan PNBP bersama-sama dengan perwakilan dari Unit Utama dan Satker di bawahnya; dan mengisi formulir 3.4 (sesuai format pada lampiran 11) Ringkasan Anggaran Pendapatan Per MAP, dengan prosedur sebagai berikut:
a. Mengisi Kode Kementerian Pendidikan Nasional (023);
b. Mengisi kolom 1 (satu) dengan kode unit organisasi, kode
program dan kode kegiatan;
c. Mengisi kolom 2 (dua) dengan nama unit organisasi, sub
fungsi, uraian program, kegiatan, kelompok pendapatan, sub kelompok pendapatan dan Mata Anggaran Penerimaan (MAP) yang akan menjadi penerimaan negara pada program dan kegiatan dimaksud;
d. Mengisi kolom 3 (tiga) dengan jumlah realisasi pendapatan
untuk kegiatan dimaksud pada 2 tahun sebelum tahun anggaran yang direncanakan (TA 20XX-2);
e. Mengisi kolom 4 (empat) dengan jumlah sasaran/target
pendapatan untuk kegiatan dimaksud pada setahun sebelum tahun anggaran yang direncanakan (TA 20XX – 1);
f. Mengisi kolom 5 (lima) dengan jumlah estimasi pendapatan
untuk kegiatan dimaksud pada tahun anggaran yang direncanakan (TA 20XX);
g. Mengisi kolom 6 (enam) dengan jumlah estimasi pendapatan untuk kegiatan dimaksud pada satu tahun setelah tahun anggaran yang direncanakan (TA 20XX + 1);
h. Mengisi kolom 7 (tujuh) dengan keterangan tambahan yang
diperlukan.
3.1.3.3. Rencana Target Penerimaan dan Penggunaan PNBP sebagaimana
dimaksud pada butir 3.1.3.2. diajukan kepada Sesjen untuk mendapatkan pengesahan;
3.1.3.4. Rencana Target Penerimaan dan Penggunaan PNBP sebagaimana
dimaksud pada butir 3.1.3.3. disampaikan kepada Menteri Keuangan RI;
3.1.3.5. Verifikator menyampaikan hasil penelaahan Rencana Target
Penerimaan dan Penggunaan PNBP sesuai butir 3.1.3.2. kepada Sesjen untuk disahkan;
3.1.3.6. Sesjen mengajukan Rencana Target Penerimaan dan Penggunaan
PNBP sebagaimana dimaksud pada butir 3.1.3.3. kepada DJA Kementerian Keuangan.
3.1.4. Pembahasan Rencana Target Penerimaan dan Penggunaan PNBP bersama
DJA dan Dewan Perwakilan Rakyat:
3.1.4.1. Biro Keuangan dan Bagian Keuangan Unit Utama melakukan
pembahasan Rencana Target Penerimaan dan Penggunaan PNBP bersama dengan DJA;
3.1.4.2. Biro Keuangan, Bagian Keuangan Unit Utama dan DJA melakukan
Pembahasan Rencana Target Penerimaan dan Penggunaan PNBP bersama dengan komisi terkait di Dewan Perwakilan Rakyat;
3.1.4.3. Biro Keuangan, Bagian Keuangan Unit Utama melakukan
pembahasan Rencana Target Penerimaan dan Penggunaan PNBP bersama Panitia Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat dan DJA;
3.1.4.4. Rencana Target Penerimaan dan Penggunaan PNBP hasil
pembahasan dengan Panitia Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat disampaikan kembali oleh Sesjen kepada Satker terkait melalui Unit Utama di atasnya untuk disesuaikan.
3.1.5. Penyusunan Penyesuaian Rencana Target Penerimaan dan Penggunaan
PNBP di Satker dilakukan melalui prosedur sebagai berikut:
3.1.5.1. Petugas Administrasi pada Bagian Keuangan/BAUK Satker
menerima Rencana Target Penerimaan dan Penggunaan PNBP hasil pembahasan dengan Dewan Perwakilan Rakyat dari Unit Utama;
3.1.5.2. Verifikator Bagian Keuangan/BAUK Satker menyusun Penyesuaian
Rencana Target Penerimaan dan Penggunaan PNBP dengan berpedoman pada Pagu Definitif dan Rencana Target Penerimaan dan Penggunaan PNBP hasil pembahasan dengan Panitia Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat dengan menggunakan Formulir 1.4;
Prosedur Operasi Standar Penyusunan Penerimaan Negara Bukan Pajak
BAB III Prosedur Operasi Standar Penyusunan Penerimaan Negara Bukan Pajak
3.1.5.3. Verifikator menyampaikan hasil penelaahan Penyesuaian Rencana
Target Penerimaan dan Penggunaan PNBP kepada Kepala Satker untuk disahkan;
3.1.5.4. Kepala Satker menyampaikan Penyesuaian Rencana Target
Penerimaan dan Penggunaan PNBP sebagaimana dimaksud pada butir 3.1.5.3. kepada Bagian Keuangan Unit Utama.
3.1.6. Penelaahan Penyesuaian Rencana Target Penerimaan dan Penggunaan
PNBP oleh Unit Utama dilakukan melalui prosedur sebagai berikut:
3.1.6.1. Petugas Administrasi menerima Penyesuaian Rencana Target
Penerimaan dan Penggunaan PNBP dari Satker;
3.1.6.2. Verifikator Bagian Keuangan Unit Utama melakukan
penghimpunan, kompilasi, penelaahan dan sinkronisasi
Penyesuaian Rencana Target Penerimaan dan Penggunaan PNBP dari seluruh Satker di bawah wewenangnya sesuai dengan Formulir 2.4.;
3.1.6.3. Verifikator menyampaikan hasil penelaahan Penyesuaian Rencana
Target Penerimaan dan Penggunaan PNBP sebagaimana dimaksud pada butir 3.1.6.2. kepada Pimpinan Unit Utama untuk disahkan;
3.1.6.4. Pimpinan Unit Utama menyampaikan Penyesuaian Rencana
Target Penerimaan dan Penggunaan PNBP sebagaimana dimaksud pada butir 3.1.6.3. kepada Sesjen up. Biro Keuangan.
3.1.7. Penelaahan Penyesuaian Rencana Target Penerimaan dan Penggunaan
PNBP oleh Biro Keuangan dilakukan melalui prosedur sebagai berikut:
3.1.7.1. Petugas Administrasi menerima Penyesuaian Rencana Target
Penerimaan dan Penggunaan PNBP dari Unit Utama;
3.1.7.2. Verifikator Biro Keuangan melakukan penelaahan dan sinkronisasi
atas Penyesuaian Rencana Target Penerimaan dan Penggunaan PNBP bersama-sama dengan perwakilan dari Unit Utama dan Satker di bawahnya;
3.1.7.3. Verifikator menyampaikan hasil penelaahan Penyesuaian Rencana
Target Penerimaan dan Penggunaan PNBP sebagaimana dimaksud pada butir 3.1.7.2. kepada Sesjen untuk disahkan;
3.1.7.4. Sesjen a.n Mendiknas mengajukan Penyesuaian Rencana Target
Penerimaan dan Penggunaan PNBP untuk tahun anggaran yang akan datang yang telah ditelaah berikut elemen sumber dana lain pada RKA-KL kepada Menteri Keuangan RI sesuai Formulir 3.4.
3.1.8. Sesjen Kementerian Pendidikan Nasional mengajukan usulan Rencana
Target PNBP kepada Menteri Keuangan RI dengan ketentuan:
3.1.8.1. Pengajuan Rencana Target PNBP dilakukan paling lambat tanggal
15 Juli Tahun Anggaran berjalan;
3.1.8.2. Apabila tanggal 15 Juli jatuh pada hari libur, maka penyampaian
3.1.8.3. Apabila tidak atau terlambat disampaikan, maka Menteri Keuangan RI dapat menetapkan rencana PNBP Kementerian Pendidikan Nasional berdasarkan Laporan Realisasi PNBP tahun anggaran sebelumnya, Laporan Realisasi PNBP tahun anggaran berjalan serta data pendukung lain.
3.1.9. Pembahasan Penyesuaian Rencana Target Penerimaan dan Penggunaan
PNBP Kementerian Pendidikan Nasional bersama DJA dan Dewan Perwakilan Rakyat;
3.1.9.1. Biro Keuangan dan Bagian Keuangan Unit Utama melakukan
pembahasan atas Penyesuaian Rencana Target Penerimaan dan Penggunaan PNBP bersama dengan DJA;
3.1.9.2. Biro Keuangan, Bagian Keuangan Unit Utama dan DJA melakukan
pembahasan Penyesuaian Rencana Target Penerimaan dan Penggunaan PNBP bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat;
3.1.9.3. Sesjen a.n. Mendiknas menyampaikan Hasil Pembahasan
Penyesuaian Rencana Target Penerimaan dan Penggunaan PNBP kepada Kepala Satker terkait;
3.1.9.4. Kepala Satker menyampaikan Target Penerimaan dan
Penggunaan PNBP dalam format aplikasi RKA-KL (Formulir 1.4) kepada operator DIPA sebagai dasar bagi prosedur Penyusunan DIPA/Revisi DIPA;
3.1.9.5. Dalam hal terdapat revisi Rencana Target PNBP tahun yang akan
datang, Sesjen Kementerian Pendidikan Nasional menyampaikan revisi tersebut kepada Menteri Keuangan RI; paling lambat tanggal 5 Agustus Tahun Anggaran yang bersangkutan.
3.2. Prosedur Penetapan Tarif atas Jenis PNBP
3.2.1. Sesjen a.n. Mendiknas mengajukan usulan tarif atas jenis PNBP yang
berlaku kepada Kementerian Keuangan RI;
3.2.2. Kementerian Keuangan RI bersama dengan unit terkait akan membahas
usulan tersebut untuk mendapatkan justifikasi tentang kewajaran pungutan dimaksud dan besaran tarifnya serta untuk menyusun Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Jenis dan Tarif yang berlaku pada Kementerian Pendidikan Nasional;
3.2.3. Selanjutnya RPP sebagaimana dimaksud pada butir 3.2.2. disampaikan
kepada Menteri Hukum dan HAM melalui surat Menteri Keuangan RI;
3.2.4. Kementerian Hukum dan HAM akan melakukan harmonisasi dan
pembulatan terhadap RPP, lalu disampaikan kembali ke Menteri Keuangan RI;
3.2.5. Menteri Keuangan RI menyampaikan surat kepada Presiden melalui
Menteri Sekretaris Negara bahwa RPP dimaksud telah dibahas bersama di Kementerian Keuangan RI;
3.2.6. Setelah PP ditetapkan dan diundangkan, Kementerian Pendidikan Nasional
wajib memungut dan menyetorkan PNBPnya ke Kas Negara sesuai dengan tarif pada PP tersebut;
Prosedur Operasi Standar Penyusunan Penerimaan Negara Bukan Pajak
BAB III Prosedur Operasi Standar Penyusunan Penerimaan Negara Bukan Pajak
3.2.7. Formula penghitungan tarif spesifik:
Jumlah PNBP yang Terutang = tarif x volume
3.2.8. Formula Penghitungan tarif advalorem:
Jumlah PNBP yang Terutang = tarif x volume Tarif = persentase x dasar pengenaan
3.2.9. Formula perhitungan tarif atas jenis PNBP sewa tanah Negara adalah:
ST = 0,75% x NJOP x LT
ST = Sewa Tanah
0,75% = rata-rata tingkat tarif umum NJOP = Nilai Jual Obyek Pajak
LT = Luas Tanah
3.3. Prosedur Pelaporan Realisasi PNBP
3.3.1. Prosedur Pengiriman Laporan Realisasi PNBP dari Satker ke Unit
Utama
Pengiriman Laporan Realisasi PNBP dari Satker ke Unit Utama dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
3.3.1.1. Operator melakukan
input
data realisasi PNBP berdasarkan SSBPsebagai berikut:
a. Mengisi format LRA PNBP Satker;
b. Operator SAK merekam kedalam aplikasi SAKPA;
c. Membuat
back up
data realisasi PNBP;d. Mencetak Laporan Realisasi Anggaran PNBP.
3.3.1.2. Verifikator Bagian Keuangan/BAUK satker meneliti kesesuaian
LRA PNBP dengan elemen data di SSBP;
3.3.1.3. Bendahara Penerima memberikan validasi atas LRA PNBP dan
SSBP;
3.3.1.4. Petugas Administrasi melakukan pengiriman ADK, cetakan LRA
PNBP dan Register Pengiriman ke Unit Utama, kemudian menyimpan/mencatat pengiriman Laporan ke dalam Buku Agenda pengiriman LRA PNBP.
3.3.2. Prosedur Pengiriman Laporan Realisasi PNBP dari Unit Utama ke
Setjen
Pengiriman laporan realisasi PNBP dari Unit Utama ke Setjen dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
3.3.2.1. Petugas Administrasi menerima Laporan Realisasi PNBP, ADK
dan Register Pengiriman dari Satker, mencatat penerimaan dokumen sumber dibuku agenda/ekspedisi dan menyampaikan dokumen sumber tersebut kepada Verifikator;
3.3.2.2. Verifikator memverifikasi dokumen sumber meliputi:
a. Keabsahan Dokumen: LRA PNBP telah mendapatkan validasi
dari Kepala Satker dan SSBP telah disahkan (ditandatangani dan dicap) oleh Bank Persepsi/Kantor Pos & Giro dan telah
mendapat nomor NTPN (Nomor Transaksi Penerimaan Negara) dan NTB (Nomor Transaksi Bank);
b. Kelengkapan elemen data SSBP meliputi: Kode KPPN sesuai
dengan Kode KPPN pada DIPA; Tanggal dan nomor SSBP; Kementerian Negara/Lembaga; Unit Eselon I; Satuan Kerja; Lokasi; Jenis Satker (KP/KD/DK/TP); Nama dan Alamat wajib setor; Akun Penerimaan dan Uraian Penerimaan (sesuai Bagan Akun Standar); NTB dan/atau NTPN; Jumlah setoran;
c. Kesesuaian data pada LRA PNBP dengan SSBP;
d. Kesesuaian Kode Satker dan periode pengiriman di dalam ADK
dengan LRA PNBP dan Register Pengiriman dari Satker.
3.3.2.3. Operator menghimpun LRA PNBP dari Satker-Satker dan
melakukan input data LRA PNBP dari Satker-Satker di bawah koordinasi Unit Utama terkait pada format LRA PNBP Unit Utama,
membuat
back up
data realisasi PNBP dan mencetak LRA PNBPUnit Utama;
3.3.2.4. Verifikator meneliti kesesuaian LRA PNBP Unit Utama dengan
elemen data di LRA PNBP Satker;
3.3.2.5. Bila masih terdapat kekeliruan, Verifikator melakukan koreksi
atas LRA PNBP dengan mencantumkan data yang benar pada data yang tercetak salah, menggunakan tanda yang mudah
dilihat (misalnya menggunakan pulpen berwarna) dan
menyampaikannya kembali kepada Operator;
3.3.2.6. Operator melakukan
input
data yang telah dikoreksi, membuatback up
data realisasi PNBP dan mencetak LRA PNBP Unit Utama;3.3.2.7. Kepala Bagian Keuangan atas nama Pimpinan Unit Utama
memberikan validasi atas LRA PNBP Unit Utama dan dokumen pendukungnya (LRA PNBP Satker dan SSBP);
3.3.2.8. Petugas Administrasi mengirimkan ADK, cetakan LRA PNBP Unit
Utama berikut dokumen pendukungnya dan Register Pengiriman
ke Setjen
cq.
Bagian PNBP - Biro Keuangan, kemudianmenyimpan dan mencatat pengiriman Laporan ke dalam buku agenda pengiriman LRA PNBP.
3.3.3. Prosedur Pengiriman Laporan Realisasi PNBP dari Setjen ke DJA
Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan Nasional mengirimkan laporan realisasi PNBP ke DJA melalui langkah-langkah sebagai berikut:
3.3.3.1. Petugas Administrasi menerima Laporan Realisasi PNBP, ADK dan
Register Pengiriman dari Unit Utama, mencatat penerimaan dokumen sumber di dalam buku agenda/ekspedisi dan menyampaikan dokumen sumber tersebut kepada Verifikator;
Prosedur Operasi Standar Penyusunan Penerimaan Negara Bukan Pajak
BAB III Prosedur Operasi Standar Penyusunan Penerimaan Negara Bukan Pajak
a. Keabsahan Dokumen: LRA PNBP telah mendapatkan validasi
dari Pejabat yang berwenang dan SSBP telah disahkan (ditandatangani dan dicap) oleh Bank Persepsi/Kantor Pos & Giro dan telah mendapat nomor NTPN (Nomor Transaksi Penerimaan Negara) dan NTB (Nomor Transaksi Bank);
b. Kelengkapan elemen data SSBP meliputi: Kode KPPN sesuai
dengan Kode KPPN pada DIPA; Tanggal dan nomor SSBP; Kementerian Negara/Lembaga; Unit Organisasi Eselon I; Satuan Kerja; Lokasi; Jenis Satker (KP/KD/DK/TP); Nama dan Alamat wajib setor; Akun Penerimaan dan Uraian Penerimaan (sesuai Bagan Akun Standar); NTB dan/atau NTPN; Jumlah setoran;
c. Kesesuaian data pada LRA PNBP Unit Utama dengan dokumen
pendukungnya (LRA PNBP Satker dan SSBP);
d. Kesesuaian Kode Unit Utama dan periode pengirim di dalam
ADK dengan LRA PNBP dan Register Pengiriman dari Unit Utama.
3.3.3.3. Operator menghimpun LRA PNBP dari Unit Utama dan melakukan
input data LRA PNBP Unit Utama terkait pada format LRA PNBP
Kementerian, membuat
back up
data realisasi PNBP danmencetak LRA PNBP Kementerian;
3.3.3.4. Verifikator meneliti kesesuaian LRA PNBP Kementerian dengan
elemen data pada dokumen pendukungnya;
3.3.3.5. Bila masih terdapat kekeliruan, Verifikator melakukan koreksi atas
LRA PNBP dengan mencantumkan data yang benar pada data yang tercetak salah, menggunakan tanda yang mudah dilihat
(misalnya menggunakan pulpen berwarna) dan
menyampaikannya kembali kepada Operator;
3.3.3.6. Operator melakukan input data yang telah dikoreksi, membuat
back up
data realisasi PNBP dan mencetak LRA PNBP Kementerian;3.3.3.7. Kepala Biro Keuangan atas nama Sesjen Kementerian Pendidikan
Nasional memberikan validasi atas LRA PNBP Kementerian dan dokumen pendukungnya (LRA PNBP Unit Utama, LRA PNBP Satker dan SSBP);
3.3.3.8. Petugas Administrasi melakukan pengiriman ADK, cetakan LRA
PNBP Kementerian berikut dokumen pendukungnya dan Register Pengiriman ke DJA Kementerian Keuangan cq. Direktorat PNBP, dengan ketentuan :
a. Untuk triwulan I (Januari, Pebruari, Maret) disampaikan paling
lambat tanggal 30 April;
b. Untuk triwulan II (April, Mei, Juni) disampaikan paling lambat
c. Untuk triwulan III (Juli, Agustus, September) disampaikan paling lambat tanggal 31 Oktober;
d. Untuk triwulan IV (Oktober, Nopember, Desember)
disampaikan paling lambat tanggal 31 Januari.
3.3.3.9. Petugas Administrasi menyimpan dan mencatat pengiriman
Laporan ke dalam Buku Agenda pengiriman LRA PNBP.
3.3.4. Prosedur Perbaikan Data PNPB
3.3.4.1. Sebelum melakukan penyetoran, verifikator memverifikasi
dokumen setoran PNBP yang telah dilakukan dengan
memerhatikan dan memastikan apakah masih terdapat kesalahan pada:
a. Kode Setoran;
b. Penyetoran beberapa jenis setoran dan/atau beberapa satker
menggunakan 1 (satu) kali bukti setor SSBP/SSPB dan disahkan dengan 1 nomor NTPN.
3.3.4.2. Apabila terdapat kesalahan seperti pada butir 3.3.4.1. maka
dilakukan perbaikan data PNBP dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Petugas Administrasi/Operator membuat Surat Permohonan
Perbaikan Transaksi Penerimaan Negara (sesuai format Lampiran 1) dengan melampirkan:
Copy SSBP/SSPB beserta Bukti Penerimaan Negara
(BPN)/NTPN;
Daftar Rincian Perbaikan Transaksi Penerimaan Negara
(sesuai format Lampiran 2);
Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (sesuai format
Lampiran 3).
b. Verifikator melakukan verifikasi sesuai butir a;
c. Apabila masih terdapat kesalahan, diserahkan kembali
kepada Petugas Administrasi/Operator untuk diperbaiki;
d. Apabila sudah benar maka diserahkan kepada Kuasa PA
untuk ditandatangani;
3.3.4.3. Petugas Administrasi mengirimkan Surat Permohonan Perbaikan
Transaksi Penerimaan Negara berikut lampiran-lampiran sesuai butir 3.3.4.2. kepada KPPN mitra kerja Bank/Pos Persepsi tempat satker melakukan setoran;
3.3.4.4. Apabila perbaikan transaksi penerimaan negara terkait dengan
Uang Persediaan (UP), Verifikator c.q. Kuasa PA terlebih dahulu melakukan konfirmasi mengenai kebenaran jumlah UP kepada KPPN cq. Seksi Perbendaharaan mitra kerja satker;
3.3.4.5. Kepala KPPN menyampaikan Surat Pemberitahuan Perbaikan
Transaksi kepada Kepala Satker dilampiri Nota Perbaikan Transaksi Penerimaan Negara (sesuai format Lampiran 5);
Prosedur Operasi Standar Penyusunan Penerimaan Negara Bukan Pajak
BAB III Prosedur Operasi Standar Penyusunan Penerimaan Negara Bukan Pajak
3.3.4.6. Berdasarkan Surat Pemberitahuan dan Nota perbaikan (butir
3.3.4.5.) yang diterima dari KPPN, Operator melakukan perbaikan pada aplikasi SAKPA;
3.3.4.7. Operator melakukan rekonsiliasi ulang dengan KPPN atas
perbaikan transaksi Penerimaan Negara tersebut.
3.4. Sanksi
3.4.1. Sanksi atas keterlambatan dan/atau kekurangan pembayaran Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang Terutang adalah berupa denda sebesar 2% (dua persen) per bulan dari jumlah kekurangan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang dan bagian dari bulan dihitung 1 (satu) bulan penuh;
3.4.2. Pengenaan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua persen)
hanya untuk selama 24 (dua puluh empat) bulan sejak jatuh tempo, setelah itu tidak dikenakan denda lagi.
Prosedur Operasi Standar Penyusunan Penerimaan Negara Bukan Pajak
BAB III Prosedur Operasi Standar Penyusunan Penerimaan Negara Bukan Pajak
Sistem Informasi Manajemen Keuangan Kemendiknas | 25
BAB IV PENUTUP
4.1. Prosedur Operasi Standar ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman
kantor/satker di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional dalam pengelolaan PNBP;
4.2. Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan atau perubahan ketentuan
perundang-undangan yang menjadi dasar dalam Prosedur Operasi Standar ini, akan diadakan perbaikan dan penyesuaian sebagaimana mestinya;
4.3. Biro Keuangan Kementerian Pendidikan Nasional akan melakukan pembinaan
dan koordinasi kepada semua kantor/satuan kerja di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional dalam pelaksanaan Prosedur Operasi Standar ini.
Prosedur Operasi Standar Penyusunan Penerimaan Negara Bukan Pajak Lampiran
Sistem Informasi Manajemen Keuangan Kemendiknas | 27
Lampiran-lampiran
POS Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak SIMKeu Kemendiknas
Prosedur Operasi Standar Penyusunan Penerimaan Negara Bukan Pajak Lampiran
Sistem Informasi Manajemen Keuangan Kemendiknas | 29 LAMPIRAN 1
<KOP SURAT>
Nomor :...
Lampiran :...
Hal : Permohonan Perbaikan Transaksi Penerimaan Negara
Yth. : Kepala KPPN
Bersama ini kami mengajukan permohonan perbaikan transaksi Penerimaan Negara sebagaimana tersebut pada Daftar Rincian Perbaikan Transaksi Penerimaan Negara.
Sebagai bahan pertimbangan kami lampirkan:
1. Fotocopy SSBB/SSPB beserta BPN/NTPN;
2. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM);
3. Daftar Rincian Perbaikan Transaksi Penerimaan Negara.
Demikian kami sampaikan untuk mendapatkan penyelesaian lebih lanjut.
Kuasa Pengguna Anggaran
Nama NIP
30| Sistem Informasi Manajemen Keuangan Kemendiknas Lampiran 2
DAFTAR RINCIAN PERBAIKAN TRANSAKSI PENERIMAAN NEGARA
Perbaikan Atas Dokumen: SSBP SSPB
Dokumen No.: Tanggal Dokumen:... Tanggal Setor:...
Uraian:...
Semula (Kode) Menjadi (Kode)
Satker MAP Rp. Satker MAP Rp.
Jumlah Jumlah
...,... Kuasa Pengguna Anggaran
(Nama lengkap) NIP
Prosedur Operasi Standar Penyusunan Penerimaan Negara Bukan Pajak Lampiran
Sistem Informasi Manajemen Keuangan Kemendiknas | 31 Lampiran 3
KOP SURAT
SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : NIP : Jabatan :
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:
Perbaikan atas kesalahan penyetoran Penerimaan Negara dilakukan dalam rangka pertanggungjawaban Laporan Keuangan Satuan Kerja... Segala hal yang terjadi akibat adanyaperbaikan transaksi Penerimaan Negara menjadi tanggung jawab kami sepenuhnya.
Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya.
...,... Kuasa Pengguna Anggaran
(Nama lengkap) NIP
32| Sistem Informasi Manajemen Keuangan Kemendiknas Lampiran 4 DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT PERBENDAHARAAN KPPN... NOTA PERBAIKAN
TRANSAKSI PENERIMAAN NEGARA No :... Tanggal :... Tahun Anggaran :...
Perbaikan Atas Dokumen: SSBP SSPB
Dokumen No.: Tanggal Dokumen:... Tanggal Setor:...
Uraian:...
Semula (Kode) Menjadi (Kode)
Satker MAP Rp. Satker MAP Rp.
Jumlah Jumlah
..., ...(tanggal seperti diatas)
Menyetujui, Kepala Kantor
Nama lengkap NIP. ...
Kepala Seksi Persepsi/Bendahara Umum
Nama lengkap NIP. ...
Prosedur Operasi Standar Penyusunan Penerimaan Negara Bukan Pajak Lampiran
Sistem Informasi Manajemen Keuangan Kemendiknas | 33
Lampiran 5 DEPARTEMEN KEUANGN RI DITJEN PERBENDAHARAAN KPPN ………….…1) SURAT SETORAN BUKAN PAJAK (SSBP) Lembar - 1 Untuk A. 1. NPWP Wajib Setor / Bend : 5)
2. Nama Wajib Setor / Bend : ………6)
3. Alamat : ………7)
B. 1. Departemen / Lembaga : 2. Unit Organisasi Eselon I : 3. Satuan Kerja : 4. Fungsi/Sub Fungsi/Program: 5. Kegiatan / Sub Kegiatan : 6. Lokasi : C. MAP dan Uraian Penerimaan : D. Jumlah Setoran : RP. ………. 15)
Dengan Huruf : ……… ……….16)
………14)
E. Surat Penagihan (SPN) : Nomor : ………17) Tanggal : …….…...18)
Atau Surat Pemindahan Penagihan Piutang Negara KPPN ……… 19)
Diterima Oleh: BANK PERSEPSI/KANTOR POS DAN GIRO Tanggal ………25) Tanda Tangan …………..………26) Nama Terang..………..27) ………21), ………22) Untuk Keperluan : PERHATIAN Bacalah Dahulu Petunjuk pengisian ………..………8)
………..…9)
………..…..10)
.………13)
KE REKENING KAS NEGARA NOMOR: ………..………4)
…………..…..…..11)
34| Sistem Informasi Manajemen Keuangan Kemendiknas Lampiran 6
PETUNJUK PENGISIAN SURAT SETORAN BUKAN PAJAK (SSBP) NO. URAIAN ISIAN
Catatan : - Diisi dengan huruf Kapital atau diketik
- Satu formulir SSBP hanya berlaku untuk setoran satu Mata
Anggaran Penerimaan (MAP)
1 Diisi dengan Kode KPPN (3) tiga digit dan uraian KPPN Penerima
Setoran
2 Diisi dengan nomor SSBP dengan metode penomoran Nomor / Kode
Satker / Bulan / Tahun ( 9999 / 999999/ 99 / 9999 )
3 Diisi dengan Tanggal SSBP dibuat
4 Diisi Kode Rekening Kas Negara (KPPN bersangkutan ……diisi petugas
Bank)
5 Diisi NPWP Wajib Setor atau Bendahara Satker
6 Diisi dengan Nama/jabatan Wajib Setor/wajib bayar
7 Diisi dengan Alamat Jelas Wajib Setor/wajib bayar
8 Diisi Kode diikuti dengan uraian Departemen / Lembaga sesuai
dengan yang tercantum pada pagu anggaran
9 Diisi dengan Kode Unit Organisasi Eselon I dan Uraian
10 Diisi dengan Kode Satker (6) enam digit dan uraian Satker
11 Diisi dengan Kode Fungsi (2) dua digit, Kode Sub Fungsi (2) dua
digit, dan Kode Program (4) empat digit 7
12 *Diisi (4) digit kode kegiatan apabila
penyetoran untuk satker pengguna PNBP
*Diisi (4) digit kode sub kegiatan
apabila penyetoran untuk satker
pengguna PNBP
13
Diisi Kode Kabupaten/Kota (2) digit
Prosedur Operasi Standar Penyusunan Penerimaan Negara Bukan Pajak Lampiran
Sistem Informasi Manajemen Keuangan Kemendiknas | 35
14 Diisi dengan Kode Mata Anggaran Penerimaan (6) enam digit disertai
dengan Uraian Penerimaan sesuai dengan Format
15 Diisi dengan Jumlah Rupiah Setoran Penerimaan
16 Diisi dengan Jumlah Rupiah yang dibayarkan dengan huruf
17 Diisi dengan Nomor SPN dan SP3N kalau ada Surat Penetapannya
18 Diisi dengan tanggal SPN dan SP3N
19 Diisi Kode (3) tiga digit dan Nama KPPN penerbit SPN atau penerima
SP3N
20 Diisi keperluan pembayaran
21 & 22 Diisi sesuai dengan tempat dan tanggal dibuatnya SSBP
23& 24 Diisi sesuai nama Wajib Setor, NIP dan stempel Satker
25 Diisi dengan tanggal diterimanya setoran tersebut oleh Bank Persepsi
atau Kantor Pos dan Giro
26 & 27 Diisi dengan Nama dan tanda tangan Penerima di Bank Persepsi atau
36| Sistem Informasi Manajemen Keuangan Kemendiknas Lampiran 7
DEPARTEMEN KEUANGAN RI DITJEN PERBENDAHARAAN
KPPN
SURAT SETORAN PENGEMBALIAN BELANJA (SSPB) Nomor ………2) Lembar - 1 Untuk A. 1. NPWP Bendaharawan : 5) 2. Nama Bendaharawan : ………6) 3. Alamat : ………7) B. 1. Kementerian / Lembaga : 2. Unit Organisasi Eselon I : 3. Satuan Kerja : 4. Fungsi/Sub Fungsi/Program: 5. Kegiatan / Sub Kegiatan : 6. Lokasi : C. MAP dan Uraian Penerimaan : D. Jumlah Setoran : RP. ………...15)
Dengan Huruf : ……… ……….16)
………..…14)
Diterima Oleh: BANK PERSEPSI/KANTOR POS DAN GIRO Tanggal ………22) Tanda Tangan …………..………23) Nama Terang..………..24) ………18), ………19) ………20) Untuk Keperluan : PERHATIAN Bacalah Dahulu Petunjuk pengisian formulir ………..………8)
………..…9)
………..…..10)
.………..13)
KE REKENING KAS NEGARA NOMOR : ………..………4)
…………...…..…..12)
Prosedur Operasi Standar Penyusunan Penerimaan Negara Bukan Pajak Lampiran
Sistem Informasi Manajemen Keuangan Kemendiknas | 37 Lampiran 8
PETUNJUK PENGISIAN
SURAT SETORAN PENGEMBALIAN BELANJA (SSPB)
Nomor Uraian Isian
Catatan : - Diisi dengan huruf Kapital atau diketik
- Satu formulir SSBP hanya berlaku untuk setoran satu Mata Anggaran Penerimaan (MAP)
1 Diisi dengan Kode KPPN (3) tiga digit dan uraian KPPN Penerima Setoran
2 Diisi dengan nomor SSPB dengan metode penomoran Kode Satker Nomor
(XXXXXXXXXX)
3 Diisi dengan Tanggal SSPB dibuat
4 Diisi Kode Rekening Kas Negara (KPPN bersangkutan ... diisi petugas
Bank)
5 Diisi NPWP Bendahara Satker
6 Diisi dengan Nama/jabatan Wajib Setor/wajib bayar
7 Diisi dengan Alamat Jelas Wajib Setor/wajib bayar
8 Diisi Kode diikuti dengan uraian Kementerian / Lembaga sesuai dengan
yang tercantum pada pagu anggaran
9 Diisi dengan Kode Unit Organisasi Eselon I dan Uraian
10 Diisi dengan Kode Satker (6) enam digit dan uraian Satker
11 Diisi dengan Kode Fungsi (2) dua digit, Kode Sub Fungsi (2) dua digit, dan
Kode Program (4) empat digit
12 *Diisi (4) digit kode kegiatan apabila
penyetoran untuk satker pengguna PNBP
*Diisi (4) digit kode sub kegiatan apabila penyetoran untuk satker pengguna PNBP
13
Diisi Kode Kabupaten/Kota (2) digit Diisi Kode Lokasi Propinsi (2) digit
38| Sistem Informasi Manajemen Keuangan Kemendiknas
14 Diisi dengan Kode Mata Anggaran Penerimaan (6) enam digit disertai
dengan Uraian Penerimaan sesuai dengan Format
15 Diisi dengan Jumlah Rupiah Setoran Penerimaan
16 Diisi dengan Jumlah Rupiah yang dibayarkan dengan huruf
17 Diisi keperluan pembayaran
18 & 19 Diisi sesuai dengan tempat dan tanggal dibuatnya SSBP 20 & 21 Diisi sesuai nama Wajib Setor, NIP dan stempel Satker
22 Diisi dengan tanggal diterimanya setoran tersebut oleh Bank Persepsi atau
Kantor Pos dan Giro
23 & 24 Diisi dengan Nama dan tanda tangan Penerima di Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro serta Cap.
Prosedur Operasi Standar Penyusunan Penerimaan Negara Bukan Pajak Lampiran
Sistem Informasi Manajemen Keuangan Kemendiknas | 39 Lampiran 9
40| Sistem Informasi Manajemen Keuangan Kemendiknas Lampiran 10
Prosedur Operasi Standar Penyusunan Penerimaan Negara Bukan Pajak Lampiran
Sistem Informasi Manajemen Keuangan Kemendiknas | 41 Lampiran 11
42| Sistem Informasi Manajemen Keuangan Kemendiknas Lampiran 12
Prosedur Operasi Standar Penyusunan Penerimaan Negara Bukan Pajak Lampiran
Sistem Informasi Manajemen Keuangan Kemendiknas | 43 Lampiran 13
44| Sistem Informasi Manajemen Keuangan Kemendiknas Lampiran 14