BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sejalan dengan perkembangan teknologi, pembangunan disemua bidang kehidupan semakin berkembang. Hal ini sesuai dengan tuntutan kebutuhan manusia. Perkembangan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat secara adil dan merata, untuk mewujudkan keberhasilan hal ini tentu saja membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas, peduli dan jujur.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara, Sisdiknas (2006:46) Oleh karena itu bidang pendidikan merupakan tanggung jawab bersama yaitu pemerintah, keluarga dan masyarakat.
dicapai dengan pembelajaran yang berkualitas atau bermutu, sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Berhasil atau tidaknya pembelajaran yang dilakukan dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai peserta didik melalui pengukuran dan penilaian.
Menurut Hamalik (2003:156) penilaian adalah suatu upaya untuk memeriksa sejauh mana siswa telah mengalami kemajuan belajar atau telah mencapai tujuan belajar dan pembelajaran. Dengan demikian penilaian merupakan bagian yang sangat penting dalam pembelajaran, karena dengan melakukan penilaian, pendidik sebagai pengelola kegiatan pembelajaran dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didik, ketepatan metode pembelajaran yang digunakan dan keberhasilan peserta didik dalam mencapai kompetensi. Berdasarkan hasil penilaian pendidik dapat mengambil keputusan secara tepat untuk menentukan tindakan atau langkah selanjutnya yang harus dilakukan.
Teknik dan alat penilai yang baik dapat digunakan pendidik sebagai sarana untuk memperoleh berbagai informasi tentang keadaan belajar para peserta didik. Penggunaan berbagai teknik dan alat penilai harus disesuaikan dengan tujuan penilaian, waktu yang tersedia, sifat tugas yang dilakukan peserta didik dan banyaknya materi pembelajaran. Alat penilaian yang sering digunakan oleh guru adalah (1) tes tertulis, tes lisan, tes perbuatan; (2) observasi dan (3) wawancara.
keterbatasan kemampuan dalam menampung, mengorganisasikan dan menampilkan perolehan belajarnya, (2) siswa mempunyai perbedaan dalam kecepatan menerima bahan pelajaran, (3) keteraturan dalam menyelengarakan ujian berarti keteraturan pula dalam memantau mutu hasil belajar, (4) ujian perlu diselenggarakan bukan hanya secara teratur tetapi juga harus bertahap dan berkala Umar (2000 : 60).
Instrumen penilaian dapat berupa tes tertulis yang terdiri dari tes uraian dan pilihan jamak, ini sering digunakan guru untuk mengetahui prestasi siswa. Diantara kedua tes tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari tes uraian menurut Arikunto (2006:161) antara lain (1) mudah disiapkan dan disusun, (2) tidak memberikan kesempatan siswa untuk berspekulasi dalam menjawab soal, (3) mendorong siswa untuk mengungkapkan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat yang baik, (4) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri, (5) dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu yang diteskan.
terpisah, jawaban siswa dapat dikoreksi dengan lebih mudah, (6) hasil jawaban siswa yang diperoleh dari tes dapat dikoreksi bersama baik oleh guru maupun siswa dengan situasi yang lebih kondusif, (7) item tes yang sudah dibuat terpisah antara lembar soal dan jawaban, dapat dipakai secara berulang-ulang, Sukardi (2008 : 125-126).
siswa yang belum tuntas atau 52% sehingga daya serap baru mencapai 48%, ini berarti bahwa prestasi belajar siswa dapat dikatakan masih rendah, karena
sebagian besar siswa belum mencapai standar minimal yang ditentukan oleh sekolah. Hal ini sesuai pendapat Djamarah dkk (2006: 121-122) bahwa apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% saja yang dikuasai oleh siswa maka tingkat keberhasilan yang telah dicapai siswa relatif rendah atau masih kurang. Gambaran ketuntasan siswa secara lengkap seperti dalam tabel di bawah ini Tabel 1.1 Nilai Mata Pelajaran IPS Tes Subsumatif I dan Tes Subsumatif II Kelas
VIII MTs Negeri Gunungrejo Tahun Pelajaran 2011/2012
No Kelas Jumlah
Berdasarkan data di atas tingkat keberhasilan belajar siswa masih rendah. Hal ini diduga bahwa proses pembelajaran pada tahab penilaian merupakan salah satu faktor penyebab kurang berhasilnya dalam belajar siswa, ditinjau dari nilai yang diperoleh siswa.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di tingkat SLTP, mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang MTs mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi dan ekonomi. Melalui pembelajaran ini peserta didik diarahkan untuk menjadi warga negara yang demokratis, bertanggung jawab dan cinta kedamaian.
Mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan pemahaman dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan masyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, kompreherensif dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan masyarakat.
Dalam kegiatan penilaian, yang sering dilakukan adalah dengan memberikan soal uraian atau soal pilihan jamak. Ada sebagian siswa mampu mengerjakan soal pilihan jamak dengan baik tetapi tidak mampu mengerjakan soal uraian. Begitu juga sebaliknya. Sebagian siswa mampu mengerjakan soal uraian dengan baik tetapi dalam mengerjakan soal pilihan jamak banyak kegagalan dan hanya sebagian kecil yang mampu mengerjakan soal uraian dan soal pilihan jamak.
Berdasarkan pengamatan ada sebagian siswa yang cocok belajar sendiri, mengerjakan soal secara mandiri, belajar tidak memerlukan banyak petunjuk, ada yang semangat ingin tahu, selalu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru. Karakteristik di atas merupakan ciri-ciri siswa yang mempunyai gaya kognitif
1.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi sejumlah masalah penelitian ini sebagai berikut :
1. Kemampuan siswa dalam mengerjakan soal masih rendah baru mencapai 48% yang memenuhi KKM
2. Masih ada siswa yang mengalami kesulitan apabila diberikan tes dalam bentuk uraian
3. Guru mengalami kesulitan mengukur sejauh mana tingkat penguasaan materi pelajaran pada saat siswa diberikan tes dalam bentuk pilihan jamak 4. Guru belum mengetahui karakter dan gaya kognitif masing-masing siswa 5. Dalam penilaian belum memadukan antara soal uraian dan pilihan jamak. 6. Belum mengetahui interaksi antara bentuk soal uraian dan soal pilihan
jamak
7. Belum mengetahui perbedaan pencapaian prestasi belajar yang diperoleh melalui tes dalam bentuk uraian dengan tes dalam bentuk pilihan jamak 8. Belum mengetahui perbedaan pencapaian prestasi belajar antara siswa
yang memiliki gaya kognitif field independent dan field dependent jika diberikan soal uraian.
1.2 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka pembatasan masalah yang akan diteliti adalah sebagai barikut:
1. Interaksi antara bentuk soal dan gaya kognitif terhadap prestasi belajar siswa. 2. Perbedaan pencapaian prestasi belajar siswa yang diperoleh melalui soal uraian soal pilihan jamak.
3. Perbedaan pencapaian prestasi belajar siswa yang memiliki gaya kognitif field independent dan field dependent jika diberikan soal bentuk uraian. 4. Perbedaan pencapaian prestasi belajar siswa yang memiliki gaya kognitif field independent dengan field dependent jika diberikan soal bentuk pilihan jamak.
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah maka perumusan masalah yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1 Apakah terdapat interaksi antara bentuk soal dan gaya kognitif terhadap prestasi belajar siswa MTs Negeri Gunungrejo.
2 Apakah pencapaian prestasi belajar IPS siswa MTs Negeri Gunungrejo yang diperoleh melalui tes uraian lebih tinggi dari pada tes dalam bentuk pilihan jamak ?
4 Apakah pencapaian prestasi belajar siswa MTs Negeri Gunungrejo yang memiliki gaya kognitif field dependent lebih rendah jika diberikan tes bentuk soal uraian. dari pada soal pilihan jamak.
1.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan menganalisis tentang: 1. Interaksi antara bentuk soal dan gaya kognitif terhadap prestasi belajar
siswa.
2. Perbedaan pencapaian prestasi belajar antara siswa yang diberikan tes dalam bentuk uraian dan tes dalam bentuk pilihan jamak
3. Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki gaya kognitif field independent dan gaya kognitif field dependent jika diberikan soal uraian. 4. Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki gaya kognitif field
independent dengan field dependent jika diberikan soal pilihan jamak .
1.2 Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini secara teoritis dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan, pengembangan konsep, teori, prinsip dan prosedur teknologi pendidikan dan kawasan pengelolaan pendidikan.
2. Secara Praktis
baik soal uraian maupun soal pilihan jamak, sehingga antara siswa yang mempunyai gaya kognitif yang berbeda keduanya dapat mencapai prestasi yang diharapkan.
a. Bagi siswa, penelitian ini dapat menjadi pedoman dalam meningkatkan prestasi, bagi siswa yang mempunyai gaya kognitif field independent dapat meningkatkan prestasinya dengan banyak berlatih mengerjakan soal-soal pilihan jamak, kemudian siswa yang mempunyai gaya kognitif field dependent dapat meningkatkan prestasinya dengan banyak berlatih dan mengerjakan soal uraian.
b. Bagi guru IPS, hasil penelitian ini berguna untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan banyak memberikan latihan-latihan soal, baik soal uraian maupun soal pilihan jamak, dengan banyak memberikan latihan soal, siswa akan lebih paham apabila menghadapi soal-soal ujian. . c. Bagi Peneliti lain, dapat mengembangkan penelitian tentang gaya
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Teori Belajar dan Pembelajaran 2.1.1.1 Teori Belajar
Belajar sebagai suatu kegiatan mental individu yang memprestasikan perubahan tingkah laku maupun perubahan pola pikir, dengan adanya perubahan tersebut maka dapat dikatakan bahwa kegiatan belajar telah terjadi (Norman, 1995:127). Proses belajar berlangsung seumur hidup dan akan terjadi penambahan ilmu pengetahuan dan pangalaman secara berangsur-angsur, sehingga akan membawa perubahan dalam diri seseorang atau individu.
realita tetapi lebih hendak melihat bagaimana proses kita menjadi tahu tentang sesuatu.
Menurut Paul Suparno dalam Sadirman (2002:38) mengemukakan ciri atau prinsip belajar yang berhubungan dengan teori konstruktivisme adalah : (l) belajar berarti mencari makna, (2) konstruksi makna adalah proses yang terus menerus, (3) belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru, (4) hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subyek belajar dengan dunia fisik dan lingkungan. (5) hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si subyek belajar. Menurut Vygotsky dalam Woolfolk (2004:50) menyatakan pada saat seseorang mendapatkan stimulus dari lingkungan akan menggunakan fisik berupa alat indra untuk menangkap dan menyerap dalam saraf otak untuk mengelola informasi yang diperoleh. Ide dasar lain dari Vygotsky adalah scaffolding, yang maksudnya adalah memberikan dukungan dan bantuan kepada seseorang yang sedang awal belajar, kemudian sedikit demisedikit mengurangi dukungan dan bantuan setelah mampu untuk memecahkan problem dan tugas yang dihadapi.
menggunakan hukuman, (3) dalam beberapa aspek belajar bidang kognitif, afektif dan psikomotor terutama dalam belajar keterampilan.
Pendapat Gagne dalam Sagala (2007:l7) belajar merupakan suatu proses yang kompleks, dan hasil belajar berupa kapabilitas, kemudian timbulnya kapabilitas disebabkan: (l) stimulus yang berasal dari lingkungan, (2) proses kognitif yang dilakukan oleh siswa. Setelah orang mengalami belajar, akan memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Gagne juga berpendapat bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa, sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu, ke waktu setelah ia mengalami situasi tadi. Teori belajar cognitive developmental, teori ini berkenaan dengan kesiapan siswa untuk belajar, yang dirancang dalam tahab perkembangan intelektual dari lahir sampai dewasa. Setiap perkembangan intelektual dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan.
kognitif anak. Jadi menurut piaget, pendidikan yang optimal membutuhkan pengalaman yang menantang bagi si pembelajar sehingga proses asimilasi dan akomodasi dapat menghasilkan pertumbuhan intelektual.
Menurut Hamalik (2003:36) belajar merupakan modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Dengan demikian belajar merupakan suatu proses atau suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas lagi bahkan mengalami dan hasil belajar itu sendiri bukan haya penguasaan hasil latihan akan tetapi juga menyangkut tentang perubahan tingkah laku.
Morgan dalam Dalyono (2007:211) mengatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Dalam belajar seluruh kepribadian ikut aktif, sehingga dapat merespon sesuatu yang dipelajari. Latihan sangat penting dilakukan agar meresap dalam otak sehingga dapat dikuasai sepenuhnya dan sukar dilupakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Hilgard dkk dalam Dalyono (2007: 211-212) belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku ini tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan sesaat seseorang.
tingkah laku yang disebabkan oleh perubahan fisik dan mental atau kematangan bukan termasuk dalam hal belajar.
Dalyono (2007: 49) berpendapat bahwa belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya. Kemudian menurut Watson dalam Budiningsih (2005:22) belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan renpon yang dimaksud berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur.
Dalam hal ini belajar adalah kegiatan manusia yang sangat penting dan dapat dilaksanakan secara maksimal untuk dapat menguasai atau memperoleh sesuatu yang dapat merubah dirinya lebih baik dan lebih maju. Adapun perwujudan dari perilaku belajar biasanya tampak dalam perubahan-perubahan perilaku kehidupan sehari-hari.
Belajar merupakan suatu proses yang sangat kompleks, dan prosesnya sulit diamati, tetapi hasil dari perbuatan atau tindakan belajar dapat diamati berdasarkan perubahan tingkah laku masing-masing individu. Besar kecilnya hasil dari proses pembelajaran sangat bergantung kepada unsur-unsur baik di dalam diri siswa maupun di luar diri siswa.
2.1.1.2. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses yang dirancang sedemikian rupa dengan berbagai sumber belajar untuk mendapatkan suatu hasil berupa pengetahuan, keterampilan atau perubahan prilaku bagi yang belajar.
Menurut Dunkin dan Biddle dalam Sagala (2007:64) berpendapat bahwa proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik jika pendidik mempunyai dua kompetensi utama yaitu: (l) kompetensi penguasaan materi pembelajaran, dan (2) kompetensi metodologi pembelajaran. Dalam hal ini guru mempunyai peran penting dalam menentukan keberhasilan pembelajaran. Seorang guru harus menguasai bahan ajar dan mempunyai metode sebagai strategi yang dapat digunakan untuk mempermudah siswa dalam menguasai ilmu pengetahuan dengan suasana belajar yang menyenangkan.
Menurut Prawiradilaga (2008:l8) pembelajaran adalah proses yang dapat dilakukan oleh individu untuk memperoleh sesuatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Pembelajaran menurut Dimyati (2006:227) adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada media sumber belajar.
Kemudian unsur lain yang ada kaitannya dengan pembelajaran adalah : (1) manusiawi, (2) material, (3) fasilitas dan perlengkapan, (4) prosedur.
Unsur-unsur belajar maupun pembelajaran sifatnya dinamis, maka seorang guru harus memahami hal tersebut agar dapat melaksanakan tugasnya. Pembelajaran secara efektif dan efisien yang dapat mengubah perilaku seseorang menjadi lebih baik dan lebih maju. Dengan demikian proses pembelajaran akan mempunyai makna perubahan yang berarti pada diri siswa.
hal-hal yang menyangkut adanya perubahan yang relatif permanen pada pengetahuan atau perilaku seseorang karena pengalaman.
Dari beberapa pendapat tentang teori belajar, pembelajaran, makna belajar diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses yang sebelumnya dapat direncanakan serta melibatkan unsur-unsur yang ada kaitannya dengan belajar agar siswa dapat belajar secara aktif , bermakna dan nyaman. Belajar dimulai dari sejak kecil sampai dengan dewasa , dan perlu motiasi dan kesiapan siswa,
2.1.1.3 Prestasi Belajar IPS
Sesuatu yang diperoleh dari proses belajar merupakan hasil belajar yang dicapai siswa. Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang meliputi tiga domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Domain kognitif pada dasarnya memfokuskan pada kemampuan berfikir mengingat dan memecahkan masalah. Domain afektif berhubungan dengan nilai, sikap, minat dan apresiasi sedangkan domain psikomotorik berkaitan dengan praktek atau keterampilan.
Bloom dalam Sukardi (2008:104) membagi domain kognitif atas enam tingkatan dari yang paling rendah ke yang paling tinggi : Pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi sering disebut ranah C1 sampai dengan C6.
Menurut Arifin (2003:27) prestasi belajar adalah hasil dari suatu usaha, kemampuan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal di bidang pendidikan. Kehadiran prestasi belajar dalam kehidupan manusia terjadi pada tingkat dan jenis tertentu yang berada dibangku sekolah. Dengan demikian prestasi belajar dicapai oleh siwa setelah mengikuti proses belajar dan keberhasilannya dapat diukur dengan melakukan tes.
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di tingkat Madrasah Tsanawiyah, mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu-isu sosial. Pada jenjang MTs mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi dan ekonomi. Mata pelajaran ini dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan masyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komperhensip dan terpadu dalam pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan masyarakat.
Melalui pembelajaran ini siswa diarahkan untuk menjadi warga negara demokratis, bertanggung jawab dan cinta damai.
2.1.2 Bentuk Soal
Bentuk soal yang digunakan pendidik untuk mengukur hasil belajar disesuaikan dengan siswa yang hendak diukur. Soal pilihan jamak dan soal uraian sering digunakan guru untuk pelaksanaan ulangan harian atau mid semester. Dalam penyusunan soal perlu memperhatikan kaidah-kaidah penulisan soal, agar dapat menghasilkan alat ukur yang valid dan reliabel sehingga dapat mencerminkan secara tepat hasil belajar atau prestasi yang dicapai peserta tes setelah selesai mengikuti proses pembelajaran. Adapun penjelasan dari kedua bentuk soal di atas sebagai berikut
2.1.2.1 Soal Uraian
Menurut Sukardi (2008:94) tes uraian atau sering disebut essay test adalah satu bentuk tes tertulis yang susunannya terdiri atas item-item pertanyaan yang masing-masing mengandung permasalahan dan menuntut jawaban siswa melalui uraian-uraian kata yang merefleksikan kemampuan berfikir siswa. Selanjutnya pendapat Sudijono (2005 : 100) membedakan tes uraian menjadi dua gabungan yaitu : tes uraian bentuk bebas atau terbuka dan tes uraian bentuk terbatas. Tes uraian dalam bentuk terbuka jawaban yang dikehendaki muncul dari testee
pemahaman testee terhadap materi pelajaran yang dinyatakan dalam tes, juga dikehendaki untuk mengungkap kemampuan testee dalam memaknai berbagai macam konsep berikut aplikasinya.
Sesuai halnya dengan pendapat Arikunto (2006:161) tes uraian menuntut kemampuan siswa untuk mengorganisasikan, mengintepretasikan, menghubungkan pengertian yang dimiliki dengan menggunakan kata-kata sendiri sehingga memungkinkan siswa untuk dapat mengembangkan pengetahuan dan ide-ide secara bebas sesuai dengan materi pelajaran yang diperoleh atau didapat dari berbagai pengalaman.
Pendapat di atas bahwa untuk mengukur hasil belajar secara komplek dan memiliki kemampuan dalam mengintepretasikan kata melalui uraian jawaban yang diberikan siswa. Dengan seringkali diberikan latihan soal bentuk uraian kepada siswa, maka akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar dan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh.
Menurut pendapat Zainul dkk (2001: 37) kelebihan bentuk soal uraian adalah (1) tes uraian dapat digunakan dengan baik untuk mengukur hasil belajar, (2) tes bentuk uraian terutama menekankan kepada pengukuran kemampuan dan keterampilan mengintegrasikan buah pemikiran dan sumber informasi ke dalam suatu pola berfikir tertentu disertai dengan kemampuan memecahkan masalah, (3) bentuk tes uraian lebih meningkatkan motivasi peserta tes untuk belajar dibandingkan dengan bentuk tes yang lain, (4) memudahkan guru untuk menyusun butir soal dan (5) tes urain sangat menekankan kemampuan menulis.
Selain kelebihan-kelebihan yang diuraikan di atas soal uraian mempunyai beberapa kelemahan. Sesuai dengan pendapat Sukardi (2008: 101) tes uraian mempunyai beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan oleh seorang guru, diantaranya sebagai berikut (a) dalam memeriksa jawaban pertanyaan ada kecenderungan pengaruh subyektif yang selalau muncul dalam pribadi seorang guru, (b) pernyataan yang disusun serorang guru cenderung kurang bisa mencakup seluruh materi yang telah diberikan, (c) bentuk pertanyaan yag memiliki arti jamak sering membuat kesulitan, sehingga muncul unsur-unsur menerka dan jawaban dengan ragu-ragu, ditambah lagi aspek mana yang ditekankan juga sukar dipastikan.
pertimbangan individual dari penilai, pemeriksaan memerlukan waktu yang relatif lama dan tak dapat diwakili kepada orang lain.
Agar dapat meminimalkan sesuatu hal yang membuat lemahnya tes uraian, dalam menyusun soal perlu memperhatikan hal sebagai berikut (a) menyediakan waktu yang cukup untuk menyusun pertanyaan dalam bentuk soal, (b) item pertanyaan yang direncaakan hendaknya memuat persoalan penting yang telah diajarkan dalam proses belajar mengajar, (c) permasalahan yang hendak dirumuskan memiliki arti yang dinyatakan secara eksplisit dan tujuan instruksional, (d) kata-kata yang digunakan dalam pertanyaan hendaknya tidak diambil secara langsung dari buku atau catatan, para guru atau eveluator dapat memodifikasi atau menggunakan kata lain yang mungkin artinya sama agar siswa tidak semata-mata menghapal, (e) sebaiknya dilengkapi kunci jawaban. Membuat kunci jawaban sebaiknya menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pembuatan pertanyaan, (f) pertanyaan yang direncanakan sebaiknya dibuat bervariasi yang bisa mencakup unit-unit mata pelajaran yang telah diajarkan di kelas (Sukardi, 2008: 101-102).
2.1.2.2 Soal Pilihan Jamak
Soal pilihan jamak ( Multiple choice ) atau sering di sebut soal pilihan ganda merupakan bentuk tes objektif yang telah disediakan jawabannya, dan mempuyai beberapa alternatif jawaban. Biasanya soal ini digunakan oleh guru untuk mengukur kemampuan siswa tentang pengetahuan, fakta, aplikasi dan batasan atau definisi. Pengetahuan fakta sangat penting bagi para siswa yang menekuni bidang pendidikan kejuruan terutama ketika akan melakukan praktek, jika telah memahami fakta maka akan mengurangi tingkat kesalahan. Selain itu mempunyai fungsi untuk mendidik siswa agar kelak bukan hanya menguasai teori saja tetapi juga menguasai aplikasi. Soal pilihan jamak dapat digunakan untuk mengukur batasan atau definisi-definisi pengetahuan yang sudah jelas.
Keunggulan butir soal pilihan jamak dijelaskan oleh Zainul dkk (2001:73) sebagai berikut: (1) butir soal dapat dikonstruksi dan digunakan untuk mengukur segala level tujuan instruksional, (2) karakteristik butir soal hanya menuntut waktu kerja peserta tes sangat minimal, (3) penskoran hasil kerja peserta dapat dikerjakan secara objektif, (4) tipe butir soal dapat di konstruksikan sehingga menuntut kemampuan peserta tes untuk membedakan berbagai tingkatan kebenaran sekaligus, (5) jumlah option yang dapat disediakan lebih dari dua, sehingga akan dapat mencegah keinginan peserta tes untuk menebak, (6) memungkinkan dilakukan analisa butir soal secara baik, (7) tingkat kesukaran butir soal dapat dikendali dengan hanya mengubah tingkat homogenitas alternatif jawaban, (8) informasi yang diberikan lebih kaya.
Menurut pendapat Arikunto (2006:160) terdapat kebaikan dan kelemahan tes pilihan jamak, kebaikannya adalah (1) lebih banyak mengandung segi-segi yang positif misalnya lebih representatif mewakili isi dan luas bahasan, (2) lebih objektif dapat dihindari subjektivitas dari siswa maupun guru yang memeriksanya, (3) lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi misalnya scanner, (4) pemeriksaannya dapat diserahkan ke orang lain, (5) tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi.
ingatan dan daya pegenalan kembali sehingga sukar mengukur proses mental dan proses daya serap siswa, (3) memungkinkan menjawab dengan untung-untungan, (4) memungkinkan bekerja sama dalam mengerjakan soal pada waktu pelaksanaan ujian.
Kelemahan-kelemahan tes pilihan jamak juga dikemukakan oleh Sukardi (2008:126) sebagai berikut: (1) konstruksi item tes pilihan lebih sulit serta membutuhkan waktu yang lebih lama dibanding dengan penyusuan item tes betuk objektif lainnya, (2) tidak semua guru senang menggunakan tes bentuk soal ini untuk mengukur hasil pembelajaran yang telah diberikan dalam kurun waktu tertentu misalnya satu semester atau satu kuartal, (3) item tes piliihan jamak kurang dapat mengukur kecakapan siswa dalam mengorganisasi materi hasil pembelajaran, (4) item tes pilihan jamak memberi peluang kepada siswa untuk menerka jawaban.
Beberapa pendapat di atas bahwa soal pilihan jamak mempunyai kelebihan tetapi juga mempunyai kelemahan. Adapun kelebihannya antara lain dapat mengukur kompetensi dasar yang lebih kompleks, penskorannya mudah, cepat dan objektif, mampu mengungkapkan tingkat kognitif dari yang rendah ke yang tinggi.
Untuk dapat mengkonstruksi item tes pilihan jamak yang efektif dan bermanfaat perlu memperhatikan peraturan-peraturan dalam menyusun item tes. Beberapa aturan dalam menyusun tes pilihan jamak adalah: (1) pokok persoalan (stem of item) sebaiknya mengandung permasalahan atau problem yang dinyatakan dalam suatu paragraf, (2) item tes pilihan dengan empat jawaban, banyak digunakan untuk mengukur hasil pembelajaran siswa. Dari empat jawaban tersebut hanya satu jawaban benar sisanya merupakan alternatif salah, (3) jawaban benar dalam satu tes direkomendasikan untuk diatur secara random pada semua item, (4) kata-kata yang tidak relevan sebaiknya dihilangkan dari stem, agar pertanyaan pada setiap item menjadi lebih jelas, (5) hindari memberi kata-kata pada item yang mengandung petunjuk (clues) yang mengarah pada jawaban benar, baik yang tersirat maupun yang tersurat, (6) penataan jawaban sebaiknya diatur dengan posisi dalam bentuk kolom, tidak dalam bentuk paragraf, karena penempatan jawaban dalam bentuk kolom biasanya lebih mudah dilihat siswa. Situasi ini dapat mempercepat siswa dalam mencari dan memilih jawaban yang disediakan, (7) kalimat pada setiap item sebaiknya menggunakan kalimat positif, kecuali jika guru atau evaluator sangat perlu menggunakan kalimat negatif, (8) semua pilihan jawaban sebaiknya direncanakan, mempunyai peluang atau jumlah kata yang sama, dan tidak mengandung petunjuk jawaban benar, (9) jangan menggunakan item tes pilihan jamak, ketika ada jenis tes lain yang lebih tepat. Sukardi (2008: 127 s/d 129).
aturan-aturan dalam penyusunan soal. Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa (1) dari segi materi, soal harus sesuai dengan indikator, pilihan soal harus homogen dan logis, hanya ada satu jawaban yang paling tepat, (2) dari segi konstruksi, pokok soal sedapat mungkin dirumuskan jelas dan singkat, rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan, pokok soal menggunakan pernyataan yang positif, panjang rumusan pilihan jawaban relatif sama, butir soal tidak tergantung pada jawaban soal sebelumnya, (3) dari segi bahasa, menggunakan bahasa yang komunikatif sesuai kaidah bahasa Indonesia, hindari kata-kata atau kalimat yang menyebabkan makna jamak, sehingga membingungkan siswa.
2.1.3 Gaya Kognitif
Setiap individu mempunyai cara yang konsisten dalam belajar untuk memperoleh informasi atau ilmu pengetahuan, ada yang suka belajar berkelompok, ada juga yang suka belajar mandiri. Banyak juga siswa yang lebih senang mendengar informasi atau penjelasan guru, daripada membaca sendiri. Dalam mengerjakan soal ada yang teliti dan berhati-hati, ada pula yang sebaliknya. Cara-cara yang dimiliki siswa inilah yang dimaksudkan dengan gaya kognitif.
gaya kognitif adalah cara siswa yang khas dalam belajar, baik yang berkaitan dengan cara penerimaan dan pengolahan informasi maupun kebiasaan yang berhubungan dengan lingkungan belajar.
Cognitive style atau gaya cognitif adalah faktor yang mempermudah dan mendorong siswa/ mahasiswa untuk belajar dalam situasi yang telah ditentukan (Jahiri, 200l : 7).
Menurut Sardiman (2006:121) bahwa karakteristik siswa yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar siswa antara lain (1) latar belakang pengetahuan, (2) gaya kognitif (cognitive style), (3) Usia terminologi, (4) inteligensia (5) ruang lingkup minat, (6) sosial ekonomi, (7) kebudayaan, (8) intelegensia (9) attitude (10) prestasi belajar (11) motivasi dan lain-lain.
Gaya kognitif yang dimiliki siswa merupakan cara yang dirasakan cocok bagi diri siswa, sehingga siswa lebih senang dan nyaman dalam belajar. Perbedaan gaya kognitif yang dimiliki siswa perlu mendapatkan perhatian guru selaku pendidik dan evaluator agar hasil pembelajaran dapat maksimal.
Istilah yang sangat erat hubungannya dengan pengertian gaya kognitif adalah gaya belajar. Keefe (dalam Uno, 2008: 180 ) mengemukakan bahwa gaya kognitif merupakan bagian dari gaya belajar, yang menggambarkan kebiasaan berfikir yang relatif tetap dalam diri seseorang dalam menerima, memikirkan, memecahkan masalah maupun dalam menyimpan informasi.
pembelajaran disamping karakteristik siswa lainnya seperti motivasi, sikap, bakat, minat, kemampuan berfikir dan lain-lain
Nasution (2008: 95-96) membandingkan kedua tipe model gaya kognitif, tampak dalam tabel berikut :
Tabel 2.1 Perbandingan Gaya Kognitif
No Type Field Dependent Type Field Independent
1 Sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan banyak bergantung pada
pendidikan sewaktu kecil
Kurang dipengaruhi oleh lingkungan dan oleh pendidikan di masa lampau
2 Dididik untuk selalu memperhatikan orang lain
4 Bicara lambat agar dapat dipahami orang lain
6 Lebih cocok bidang psikologis klinis Lebih sesuai memilih psikologi eksperimen
7 Lebih banyak terdapat di kalangan wanita
Banyak pria, namun banyak yang overlapping
12 Lebih peka akan kritik dan perlu mendapat dorongan, kritik jangan bersifat pribadi
Dapat menerima kritik demi perbaikan
Pada dasarnya siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent banyak dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Dalam hal ini proses pembelajaran yang efektif, penjelasan dan pengarahan pendidik (guru) memberikan dampak yang positif terhadap penguasaan materi pelajaran bagi mereka. Selanjutnya mereka dapat memproses informasi secara baik melalui gaya kognitif masing-masing. Sedangkan bagi siswa yang memiliki gaya kognitif field independent kurang dipengaruhi lingkungan, mereka akan merasakan kurang nyaman dan bosan terhadap proses pembelajaran atau penjelasan guru yang sering diulang. Kurang menyukai pembicaraan yang panjang lebar, sebaliknya lebih menyukai hal-hal yang sifatnya singkat, praktis dan tugas yang sifatnya mandiri.
Dari uraian di atas bahwa gaya kognitif yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah gaya kognitif field dependent dan gaya kognitif field independent. Dari kedua gaya ini dibedakan sebagai berikut :
2.1.3.1 Gaya Kognitif Field Dependent
peka terhadap kritik, perlu mendapat dorongan dan menghindari kritik yang sifatnya pribadi.
Sedangkan menurut Nasution (2008: 95) bahwa orang yang mampunyai gaya field dependent bersifat : (1) sangat dipengaruhi lingkungan dan banyak bergantung pada pendidikan masa kecil, (2) dididik untuk selalu memperhatikan orang lain, (3) mengingat hal-hal dalam kontek sosial, (4) berbicara lambat agar mudah dipahami orang lain, (5) mempunyai hubungan sosial yang luas, (6) lebih cocok memilih psikologi klinis lebih sukar memilih bidang pilihan, (7) tidak menyukai pelajaran matematika, lebih menyukai bidang humanitas (8) cenderung menyukai diskusi, (9) memerlukan petunjuk lebih banyak untuk memahami sesuatu, (7) lebih peka terhadap kritik dan perlu mendapat dorongan (motivasi).
Dari kedua pendapat di atas bahwa seseorang yang mempunyai gaya belajar field dependent, menyukai materi yang bersifat humanistis dan ilmu-ilmu sosial, mereka lebih unggul dalam menghapal dan merekam kata-kata orang lain. Dalam menerima dan memproses informasi memandang sesuatu lebih luas dan kompleks, sehingga berusaha untuk memadukan fakta-fakta yang dapat mendukung hal-hal yang sedang dibahas atau dipikirkan.
2.1.3.2 Gaya Kognitif Field Independent
sebatas pada tugas yang sedang dikerjakan, (5) menyukai bekerja sendiri, (6) menyenangi persaingan, (7) dapat mengorganisasikan dirinya sendiri.
Nasution (2008: 95-96) menyatakan bahwa gaya belajar field independent
mempunyai beberapa sifat : (1) kurang dipengaruhi oleh lingkungan dan masa lampau, (2) dididik untuk berdiri sendiri dan mempunyai otonomi atas tindakannya, (3) tidak peduli dengan norma orang lain, (4) berbicara cepat tanpa menghiraukan daya tangkap orang lain, (5) kurang mementingkan hubungan sosial, (6) lebih cocok memilik psikologi eksperimental, (7) menghargai humanitas dan ilmu-ilmu sosial walaupun lebih cenderung kepada matematika dan IPA, (8) lebih suka ceramah, (9) tidak memerlukan petunjuk yang rinci, (10) dapat menerima kritik untuk perbaikan.
Uraian di atas bahwa gaya kognitif field independent memiliki sifat atau karakteristik, menyukai mata pelajaran yang sifatnya metematis atau ilmu-ilmu eksakta, mengarah pada menghapal rumus, suka bekerja sendiri dan percaya akan kebenaran pekerjaannya. Dalam menerima dan memproses informasi memperhatikan setiap sub atau bagian yang mangarah pada tugas mandiri.
2.2 Penelitian yang relevan
Penelitian dengan judul pengaruh sistem penilaian dalam meningkatkan motivasi ditinjau dari gaya belajar yang dilakukan pada tahun 2002 dengan masalah mencari perbedaan motivasi ditinjau dari gaya belajar, menggunakan metode survei dengan hasil terdapat pengaruh gaya belajar field independent dan field dependent terhadap prestasi belajar (Sarifah : 2002 : 138)
Penelitian dengan judul perbedaan prestasi belajar berdasarkan bentuk soal dan gaya belajar yang dilakukan tahun 2008 dengan masalah mencari perbedaan prestasi belajar ditinjau dari bentuk soal dan gaya belajar, menggunakan metode Anova dua jalur, dengan hasil diantaranya prestasi belajar akuntansi kelompok siswa yang diberikan soal dalam bentuk uraian pada kelompok siswa yang memiliki gaya belajar field independent lebih tinggi dari kelompok siswa yang memiliki gaya belajar field dependent ( Nuke Kanzarina 2008 : 99)
2.3 Kerangka Berfikir
1. Interaksi antara Bentuk Soal dan Gaya Kognitif Terhadap Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial
Bentuk soal uraian dan soal pilihan jamak sering digunakan oleh guru untuk mengetahui prestasi belajar siswa. Keduanya masing-masing mempunyai keunggulan dan kelemahan, akan tetapi perlu diketahui bahwa tes uraian dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengetahui kepandaian anak dalam menyusun buah pikiran mereka untuk menyimpulkan sesuatu, sehingga karenanya dapatlah dikatakan yang tertingi (Hamalik 2003 : 168).Siswa yang selalu mempersiapkan diri dan mempunyai kemampuan berargumentasi cenderung akan menyukai bentuk soal uraian untuk mengembangkan pikiran atau berbagai ide yang dapat dituangkan dalam tulisan, sehingga pencapaian prestasi belajar dapat maksimal.
Gaya kognitif yang dimiliki siswa sedikit atau banyak dapat mempengaruhi sikap siswa dalam menghadapi pelajaran. Siswa yang mempunyai gaya kognitif field independent ditandai oleh sifat-sifat (1) suka berfikir untuk kemajuan diri sendiri, (2) belajar sesuai dengan kecepatan dan kesempatan diri, (3) memperhatikan pendapat orang lain, (4) suka mempelajari materi yang dipandang penting, (5) mempunyai keyakinan akan kemampuan. Sedangkan siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent mempunyai sifat-sifat (1) sedikit menunjukan semangat ingintahu, (2) selalu ingin diberitahu apa yang harus dipelajari, (3) memandang guru sebagai satus-satunya sumber dan pendorong belajar (Gafur, 200l : 3-4)
didukung oleh ilmu pengetahuan yang banyak diperoleh karena mampu belajar mandiri dibanding siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent. Meskipun secara umum antara sifat masing-masing gaya kognitif mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Dalam pembelajaran seorang guru perlu mengetahui sifat atau karakter siswa. Guru dapat mengelompokan dari berbagai karakteristik siswa, sehingga dapat memberikan perlakuan yang berbeda antara kelompok. Gaya kognitif siswa merupakan faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Guru yang baik akan berusaha untuk dapat mengantarkan siswa dalam meraih prestasi belajar secara maksimal.
Siswa yang mempunyai gaya kognitif field independent lebih menyukai hal-hal yang sifatnya penjabaran atas gagasan atau ide sesuai dengan pengalaman yang didapat, sehingga apabila soal yang dihadapi bentuk soal uaraian maka akan dapat menjawab secara rinci dan lengkap. Sedangkan siswa yang mempunyai gaya kognitif field dependent lebih menyukai hal-hal yang praktis dan hafalan. Biasanya soal pilihan jamak banyak memuat pernyataan pada materi yang sifatnya hafalan dan jawaban alternatif yang singkat, apabila siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent
diberikan soal pilihan jamak akan lebih tepat sesuai dengan sifat yang dimiliki.
2. Perbedaan Rata-Rata Prestasi Belajar IPS Siswa yang Diberikan Soal Uraian dengan Soal Pilihan Jamak
pembelajaran. Keduanya mempunyai kelebihan maupun kelemahan. Soal uraian diperuntukkan agar siswa dapat mengembangkan ide atau wawasan sesuai dengan pengalaman yang didapat. Sesuai dengan pendapat Arikunto (2006: l6l) tes uraian menuntut kemampuan siswa untuk mengorganisasikan, menginterpretasikan, menghubungkan pengertian yang dimiliki dengan menggunakan kata-kata sendiri sehingga memungkinkan siswa untuk dapat mengembangkan pengetahuan dan ide-ide secara bebas sesuai dengan materi pelajaran yang diperoleh atau didapat dari berbagai pengalaman. Mata pelajaran IlmuPengetahuan Sosial banyak mempelajari tentang sejarah, kronologis , keadaan lingkungan, hubungan sosial, perekonomian, antara yang satu dengan yang lain sangat erat hubungannya, maka soal uraian sangat tepat untuk mata pelajaran IPS dalam rangka medidik siswa untuk banyak belajar masalah-masalah yang timbul di masyarakat.
3. Perbedaan Rata-Rata Prestasi Belajar Siswa yang Diberikan Soal Uraian dengan Soal pilihan Jamak pada Siswa Yang Memiliki Gaya Kognitif Field Independent
sebaliknya. Gaya Kognitif menurut Keefe dalam Uno (2008: l80) bahwa gaya kognitif merupakan bagian dari gaya belajar, yang menggambarkan kebiasaan berfikir relatif tetap dalam diri seseorang dalam menerima, memikirkan,memecahkan masalah maupun dalam menyimpan informasi. Menurut Witkin dalam woolfolk (2004: ll9) bahwa siswa yang memiliki gaya kognitif field independent mempunyai karakteristik antara lain, (l) menfokuskan pada detail materi, (2) suka bekerja mandiri, (3) kurang terpengaruh dengan lingkungan, (4) Interaksi dengan orang lain sebatas tugas yang dikerjakan, (5) tidak memerlukan petunjuk yang jelas dalam mengerjakan tugas,(6) menyenangi persaingan,(7) menyukai ceramah. Soal uraian harus diselesaikan secara mandiri bukan secara kelompok, dalam hal ini siswa yang memiliki gaya field independent lebih cocok mengerjakan soal-soal uraian, sesuai dengan sifat yang dimiliki.
4. Perbedaan Rata-rata Prestasi Belajar Siswa yang diberikan Soal Uraian dan Soal Pilihan Jamak Pada Siswa yang Memiliki Gaya Kognitif Field Dependent
kemampuan peserta tes untuk membedakan berbagai tingkatan kebenaran, (5) jumlah option yang disediakan lebih dari satu sehingga mencegah keinginan peserta tes untuk menebak, (6) memungkinkan dilakukan analisis butir soal secara baik, (7) tingkar kesukaran butir soal dapat dikendalikan dengan mengubah alternatif jawaban, (8) informasi yang diberikan lebih kaya. Dari beberapa keunggulan soal pilihan jamak, tidak boleh diabaikan dalam mengadakan penilaian , sehingga guru dalam mengadakan penilaian agar menggunakan soal uraian dan soal pilihan jamak.
Gaya kognitif merupakan faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Guru akan berusaha untuk dapat mengantarkan siswa dalam meraih prestasi belajar secara maksimal. Siswa yang mempunyai gaya kognitif field dependent menyukai hal-hal yang sifatnya praktis dan hafalan, mengingat hal-hal sudah dipelajari, jika siswa yang mempunyai gaya kognitif field dependent diberikan soal pilihan jamak akan dapat mengerjakan dengan baik dibandikan dengan jika diberikan soal uraian, 2.4 Hipotesis
Berdasarkan landasan teori di atas maka dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut :
(l) Terdapat interaksi antara bentuk soal uraian dan pilihan jamak dengan gaya belajar field dependent dan field independent terhadap prestasi belajar IPS pada siswa MTs Negeri Gunungrejo
diberikan soal dalam bentuk pilihan jamak
(3) Pencapaian prestasi belajar IPS siswa MTs Negeri Gunungrejo yang memiliki gaya kognitif field independent lebih tinggi jika diberikan soal uraian dari pada soal pilihan jamak.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Teknik Penelitian
Penelitian dengan metode perbandingan eksperimental berisikan kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan oleh peneliti, maka dapat diperoleh bukti-bukti yang yakin tentang pengaruh satu variabel terhadap variabel yang lain, dan mengumpulkan bukti yang ada hubungannya dengan hipotesis, Surakhmad (2003 : l48).
Penelitian ini menggunakan desain faktorial 2x2, adapun keuntungan desain faktorial adalah; a) mampu mengendalikan penelitian dua variabel atau lebih secara serempak, b) lebih tajam pressinya dari pada satu arah, c) terbuka kemungkinan bagi peneliti untuk mengadakan kajian tentang akibat interaktif dari variabel bebas terhadap variabel terikat.
Penelitian ini terdapat 2 variabel bebas yang masing-masing mempunyai dua macam, yaitu untuk bentuk soal terdiri dari soal uraian dan soal pilihan jamak, sedangkan gaya kognitif terdiri dari gaya kognitif field dependent dan field independent. Penelitian ini akan menggunakan perbandingan eksperimental dengan menggunakan desain faktorial 2x2.
antara siswa yang diberikan soal dalam bentuk uraian dan siswa yang diberikan soal dalam bentuk pilihan jamak, (3) Pencapaian prestasi belajar antara siswa yang memiliki gaya kognitif field independent dan field dependent jika diberikan soal bentuk uraian, (4) Pencapaian prestasi belajar siswa yang memiliki gaya kognitif field independent dan field dependent jika diberikan tes dalam bentuk pilihan jamak,
Tabel 3.1 Pembagian Kelompok Perlakuan Bentuk soal (A)
Gaya Kognitif (B)
Uraian (A1)
Pilihan jamak (A2)
Field Independent (B1) A1 B1 A2 B1
Field Dependent (B2) A1 B2 A2 B2
Keterangan :
1) A1 B1 : Kelompok siswa yang diberi perlakuan soal dalam bentuk uraian pada siswa yang memiliki gaya kognitif field independent
2) A1 B2 : Kelompok siswa siswa yang diberi perlakuan soal dalam bentuk uraian pada siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent
3) A2 B1 : Kelompok siswa yang diberi perlakuan soal dalam bentuk pilihan jamak pada siswa yang memiliki gaya kognitif field independent
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan terhadap siswa kelas VIII, MTs Negeri Gunungrejo Waylima, Kabupaten Pesawaran, pada Semester Ganjil Tahun Pelajaran 201l/2012
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di MTs Negeri Gunungrejo Waylima, tahun pelajaran 201l/2012 dengan jumlah siswa 104 siswa. Terdapat 4 rombongan belajar, yaitu kelas VIII A = 26 siswa, VIII B = 28 siswa, VIII C = 26 siswa dan VIII D = 24 siswa.
Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik purposive sample, dengan menetapkan 2 kelas sebagai sampel yaitu kelas VIII A dan VIII B. Kelas tersebut mempunyai kemampuan/karakteristik hampir sama dan diajar oleh guru yang sama.
Untuk menentukan siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent dan gaya kognitif field independent dengan memberikan angket tentang gaya kognitif pada 2 kelas yaitu kelas VIII A dan kelas VIII B tersebut.
Berdasarkan angket tersebut ditetapkan anggota kelompok yang dianalisis field dependent dan field independent yang diambil dari masing-masing kelas atau pengambilan kelompok 33,5% dari kelompok atas 33,5% dari kelompok bawah dari masing-masing kelas.
Jumlah anggota sampel 54 siswa yang berasal dari kelas VIII A dan kelas VIII B. Table 3.2. Sebaran Sampel dan Kelompok Eksperimen
Field Dependent 9 siswa 9 siswa l 8 siswa
Field Independent 9 siswa 9 siswa l 8 siswa
Jumlah l 8 siswa l 8 siswa 36 siswa
3.4. Teknik Pengumpulan Data
1) Menentukan kelas eksperimen, yaitu kelas terpilih VIIIA dengan diberikan perlakuan pemberian soal uraian, dilakukan 2 kali ulangan harian.
2) Menentukan kelas kontrol yaitu kelas terpilih VIII B dengan memberikan tes/soal pilihan jamak, dilakukan 2 kali ulangan harian.
3) Menyebarkan angket pada kelas VIII A dan kelas VIII B, angket tentang gaya kognitif field dependent dengan field independent.
4) Menentukan jumlah yaitu sebanyak 54 yang terdiri dari kelas VIII A dan kelasVIII B.
5) Menentukan kelas VIII C sebagai uji coba instrument.yaitu soal pilihan jamak, soal uraian dan angket gaya kognitif.
3.5. Instrument Penelitian
Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah :
1. Dengan tes/soal yang terdiri dari soal uraian IPS Kelas VIII sebanyak 20 butir dan soal pilihan jamak IPS Kelas VIII sebanyak 60 butir soal. Pada pokok bahasan penyimpangam sosial dan kelangkaan pelaku- pelaku kegiatan ekonomi dan pasar
2. Angket tentang gaya kognitif.
3.5.1 Variabel Prestasi Belajar
3.5.1.1 Definisi Konseptual Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah kemampuan mengingat dan memecahkan masalah berdasarkan pengalaman dan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya.
Semakin banyak pengalaman dan sesuatu yang dipelajari semakin banyak masalah yang dapat terpecahkan atau diselesaikan. Tinggi rendahnya prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor intern yaitu faktor yang terdapat pada diri siswa dan faktor ekstern yaitu faktor diluar diri siswa.
3.5.1.2 Definisi Operasional Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial
Prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial adalah hasil yang diperoleh siswa dari kegiatan belajar, khususnya pada aspek kognitif, setelah mengerjakan soal-soal uraian maupun pilihan jamak pada pokok bahasan penyimpangan sosial, kelangkaan, pelaku-pelaku kegiatan ekonomi dan pasar. Soal uraian berjumlah 30 butir soal dan masing-masing soal mempunyai skor paling tinggi 3. Kemudian untuk soal bentuk pilihan jamak berjumlah 60 butir soal dengan masing-masing skor 1 apabila benar dan 0 apabila salah. Jumlah perolehan skor akan ditranswer ke bentuk nilai.
3.5.2 Variabel Bentuk Soal
3.5.2.1 Definisi Konseptual Bentuk Soal Uraian dan Pilihan Jamak.
Bentuk soal pilian jamak terdiri atas pertanyaan yang belum lengkap, yang disusun berdasarkan kaidah-kaidah tertentu dan untuk melengkapinya harus memilih satu alternatif jawaban yang tersedia. Alternatif jawaban yang benar disebut kunci sedangkan alternatif jawaban yang salah disebut pengecoh.
3.5.2.2 Definisi Operasional Bentuk Soal Uraian dan Pilihan Jamak
Bentuk soal uraian adalah soal yang diperoleh dari hasil pengembangan indikator pencapaian kompetensi ke soal uraian yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban siswa sesuai dengan kemampuan dan pengalaman yang dimiliki siswa setelah mengikuti proses pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
Bentuk soal pilihan jamak adalah soal yang diperoleh dari hasil pengembangan indikator pencapaian kompetensi ke soal pilihan jamak yang terdiri dari pernyataan pernyataan yang belum lengkap. Siswa akan melengkapi soal dari kemampuan dan pengalaman setelah mengikuti proses pembelajaran pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Masing-masing soal mempunyai jawaban 4 alternatif (a, b, c, d) dan setiap jawaban benar mempunyai bobot l. Jumlah soal untuk masing-masing standar kompetensi 30 butir soal dan jumlah skor 30, kemudian dari jumlah skor akan ditransfer kebentuk nilai. Operasional penggunaan bentuk soal uraian dan pilihan jamak sebagai berikut:
Setelah proses pembelajaran dengan metode diskusi selesai, selanjutnya: l . Memberikan soal uraian pada siswa kelas VlllA.
2. Memberikan soal pilihan jamak pada kelas VlllB
3.5.3 Variabel Gaya kognitif
3.5.3 Definisi Konseptual Gaya Kognitif
Gaya kognitif merupakan cara konsisten yang dilakukan siswa dalam memperolah informasi , cara mengingat dan berfikir untuk memecahkan masalah. Gaya kognitif yang akan digunakan yaitu gaya kognitif field independent dan field dependent.
3.5.3.2 Definisi operasional Gaya kognitif
Gaya kognitif adalah hasil kecenderungan siswa dalam mengerjakan angket yang telah disusun penulis, dengan tujuan untuk mengetahui masing- masing karakteristik siswa yang dibedakan menjadi dua
macam, yaitu field independent dan field dependent. Langkah-langkah operasional untuk mendapatkan informasi tentang gaya kognitif adalah sebagai berikut:
l. Memberikan angket pada kelas VlllA dan kelas VlllB 2. Menghitung skor angket masing-masing kelas.
3. Menentukan jumlah sample untuk keperluan analisis.
3.6 Kisi-Kisi Instrumen
Kisi-kisi instrumen terdiri dari bentuk soal uraian, pilihan jamak dan angket gaya kognitif, masing-masing terlihat dalam tabel berikut :
Tabel 3.3. Kisi-Kisi Bentuk Soal Uraian
No Sandar K./ Kompetensi D. dan Materi Ranah Jumlah Soal
1. Pengertian penyimpangan sosial 2. Jenis penyimpangan sosial 3. Faktor-faktor penyebab 2. Upaya Pencegahan penyimpangan Sosial
1. Lingkungan keluarga
1. Pengertian pasar 2. Jenis jenis pasar
3. Kedudukan pasar bagi kegiatan ekonomi
Tabel 3.4. Kisi-kisi Bentuk Soal Pilihan Jamak
No Standar K./ Kompetensi D. dan Materi Ranah Jumlah Soal
Tabel 3.4. Kisi-kisi bentuk soal pilihan jamak (Lanjutan)
No Standar K./ Kompetensi D. dan Materi Ranah Jumlah Soal
3.7 Kalibrasi Intrumen 3.7.1 Uji validitas Instrumen
Uji aliditas tes untuk mengetahui bahwa tes yang digunakan dalam penelitian sudah memenuhi kriteria, maka tes tersebut harus diujcobakan terlebih dahulu kepada siswa yang kemampuannya hampir sama dengan siswa yang akan
diberikan perlakuan. Validitas suatu alat ukur menunjukkan sejauh mana alat ukur tersebut mengukur sesuatu hal yang sedang diukur. Tes dikatakan memiliki validitas yang baik apabila mengukur tujuan tertentu sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan diukur sesuai dengan materi pelajaran yang diberikan kepada siswa.
3.7.1.1 Hasil Uji Faliditas Instrumen Soal Uraian Pokok Bahasan Penyimpangan Sosial
Kriteria Pengujian
Jika r hitung > r tabel atau sig. <0,05, maka instrumen yang bersangkutan dapat dikatakan valid. Sebaliknya jika r hitung < r tabel atau sig. > 0,05 maka instrumen yang bersangkutan tidak valid. Dengan dk=26 dan α 0,05
serta r tabel 0,388. Dari rekapitulasi hasil pengujian validitas dari soal 13 soal ada 10 soal yang valid dan 3 soal yang tidak valid, yaitu soal nomor 2, 11,13.
3.7.1.2 Hasil Uji Validitas Instrumen Soal Uraian Pokok Bahasan Kelangkaan, Pelaku Kegiatan Ekonomo, Pasar.
Kriteria Pengujian
maka innstrumen yang bersangkutan tidak valid. Dengan dk=26 dan α
0,05 dan r tabel 0,388. Dari tabel rekapitulasi hasil pengijian validitas dari 13 soal terdapat 10 soal valid dan 3 soal tidak valid, yaitu soal nomor 10, 12, 13.
3.7.1.3 Hasil Uji Validitas Instrumen Soal Pilihan Jamak Pokok Bahasan Penyimpangan Sosial
Kriteria pengujian
Jika r hitung > r tabel atau sig.< 0,05, maka instrumen yang bersangkutan dinyatkan valid. Sebaliknya jika r hitung < r tabel atau sig. > 0,05 maka instrumen yang bersangkutan dinyatakan tidak valid. Dari hasil uji validitas diperoleh bahwa dari 33 soal ada 30 soal yang valid dan 3 soal yang tidak valid. yaitu soal nomor 26, 29 dan 33.
3.7.1.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Soal Pilihan Jamak Pokok Bahasan Kelangkaan Pelaku Kegiatan Ekonomi, Pasar
Kriteria Pengujian
Jika r hitung > r tabel atau sig < 0,05 maka instrumen yang bersangkutan dapat dinyatakan valid, sebaliknya jika r hitung < r tabel atau sig. > 0,05 maka instrumen dapat dinyatakan tidak valid. Dari hasil uji validitas menunjukkan bahwa dari 32 soal terdapat dua soal yang tidak valid yaitu soal nomor 20 dan nomor 32.
3.7.1.5 Hasil Uji Validitas Angket Gaya Kognitif Kriteria Pengujian
Jika r hitung > r tabel atau sig. < 0,05, maka instrumen yang
validitas angket gaya belajar yang terdiri dari 45 butir pernyataan, terdapat 42 valid dan 3 tidak valid, yaitu nomor 6, 24,42
3.7.2 Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas adalah alat ukur untuk mengukur ketepatan atau keajegan dari instrumen. Uji reliabilitas untuk mengetahui sejauh mana alat ukur dapat mengukur subyek yang sama dalam waktu yang berbeda tetapi dapat
menunjukkan hasil yang hampir sama. Suatu alat ukur dapat dikatakan reliabel apabila mempunyai ketepata atau keajegan yang dapat dipercaya.
3.7.2.l Uji reliabilitas Soal Uraian
Uji reliabilitas untuk soal uraian pokok bahasan penyimpangan sosial menggunakan rumus Alpha.
Kritera:
Jika r hitung > r tabel maka insrumen dapat dikatakan reliabel. Hasil perhitungan uji reliabilitas sebagai berikut:
Tabel 3.6 Hasil uji Reliabilitas Soal Uraian Pokok bahasan penyimpangan Sosial
Cronbach’s Alpha N of Items
.951 10
Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Soal Uraian Pokok Bahasan Kelangkaan, Pelaku-pelaku Kegiatan Ekonomi, Pasar
Cronbach’s Alpha N of Items
.919 10
Dari hasil analisis diperoleh koefisien r hitung sebesar 0,9l9 dan r tabel 0,576 dengan demikian r hitung > r tabel atau 0,9l9 >0,576 maka instrumen soal uraian pokok bahasan kelangkaan, pelaku-pelaku kegiatan ekonomi, pasar, mempunyi tingkat reliabilitas sangat tinggi.
3.7.2.2 Uji Reliabilitas Soal Pilihan Jamak
Uji Reliabilitas soal pilihan jamak menggunakan rumus alpha, untuk mengetahui tinggi rendahnya tingkat reliabilitas tes yang digunakan dalam penelitian.
Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Soal Pilihan Jamak Pokok Bahasan Penyimpangan Sosial
Cronbach’s Alpha N of Items
.891 30
Tabel 3.9 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Soal Pilihan Jamak Pokok Bahasan Kelangkaan, Pelaku-pelaku Kegiatan Ekonomi, Pasar
Cronbach’s Alpha N of Items
.897 30
Dari Hasil Analisis diperoleh: koefisien r hitung sebesar 0,897 da r tabel 0,349 dengan demikian r hitung > r tabel atau 0,897 > 0,349 maka instrumen soal
pilihan jamak pokok bahasan kelangkaan, pelaku-pelaku kegiatan ekonomi, pasar. Mempunyai reliabilitas sangat tinggi.
3.7.2.3 Uji Reliabilitas instrumen Angket Gaya Kognitif
Untuk mengetahui tinggi rendahnya tingkat reliabilitas instrumen , dalam hal ini hasil uji reliabilitas instrumen angket tampak sebagai berikut:
Tabel 3.10 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Angket Gaya Kognitif
Cronbach’s Alpha N of Items
.945 42
Dari hasil analisis diperoleh: koefisien r hitung sebesar 0,945 dan r tabel 0,297 dengan demikian r hitung > r tabel atau 0,945 > 0,297 maka instrumen tersebut tingkat reliabilitasnya sangat tinggi.
Untuk mengetahui apakah tingkat reliabilitasnya tinggi atau rendah dapat
Tabel 3.11 Interpretasi Reliabilitas Instrumen
Dari hasil pengumpulan data dianalisis secara bertahap sesuai dengan tujuan penelitian masing-masing. Pengolahan data mentah dengan bantuan komputer menggunakan program SPSS (Statistical Package for the Social Sciences), kemudian untuk pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik analisis varian (Anova) dua jalur .
3.8.l Deskripsi Data
1. Memberikan soal uraian pada siswa kelas VIIIA dua kali
2. Memberikan soal pilihan jamak pada siswa kelas VIII B dua kali
3. Memberikan angket gaya kognitif pada siswa kelas VIII A dan kelas VIII B 4. Menghitung skor mentah :
a. Rekap hasil ulangan I & II rata-rata (soal uraian) A1 B1 b. Rekap hasil ulangan I & II rata-rata (soal uraian) A1 B2
c. Rekap hasil ulangan I & II rata-rata (soal pilihan jamak) A2 B1 d. Rekap hasil ulangan I & II rata-rata (soal pilihan jamak) A2 B2
3.8.2 Uji Prasyarat Analisis
Data yang harus dipenuhi dalam penilitian ini yaitu data harus berdistribusi normal dan harus homogen. Keduanya merupakan syarat untuk menguji hipotesis menggunakan Anova dua jalur. Maka langkah yang harus ditempuh harus mengadakan uji normalias dan uji homogenitas data.
3.8.2.l Uji Normalitas
Pengujian normalitas dilakukan untuk mengetahui berdistribusi normal atau Tidaknya sampel dalam penelitian. Pengujian dalam penelitian ini menggunakan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Hasil pengujian diperoleh sebagai berikut:
Tabel 3.12 Hasil Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Normal Parametersa,,b Mean 76.0000 63.0000 59.3889 69.2778
Std. Deviation
5.43139 5.56776 6.00405 5.92195
Most Extreme Differences Absolute .265 .167 .210 .205
3.8.2.1.1 Kelompok Bentuk Soal Uraian
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa prestasi belajar bentuk soal uraian pada siswa yang mempumyai gaya kognitif field independent diperoleh nilai sig.
Kolmogorov-Smirnov Test 0,551, sehingga 0,551 > 0,05. Kemudian pada soal uraian yang diberikan kepada siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent
diperoleh nilai 0,964, sehingga 0,964 > 0,05. dengan demikian dapat dekatakan berdistribusi normal. Jika digambarkan dalam grafik sebaran tampak data membetuk garis lurus tampak pada gambar 3.1 dan 3.2
Gambar 3.2 Plot Curva Normality Soal Uraian pada Gaya Kognitif
Field Dependent
Dari Gambar 3.1 dan 3.2 di atas menunjukkan bahwa data prestasi belajar kelompok gaya kognitif field independent dengan kelompok gaya kognitif field
dependent berdistribusi normal.
3.8.2.1.2 Kelompok Bentuk Soal Pilihan Jamak
Data prestasi siswa yang menggunakan soal pilihan jamak pada siswa yang memiliki gaya kognitif field independent diperoleh nilai Sig. kolmogorov-Smirnov yaitu 0.821, sedangkan soal pilihan jamak yang diberkan pada siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent diperoleh nilai Sig.Kolmogorov-Smirnov
Gambar 3.3 Plot Curva Normality Soal Pilihan Jamak pada Gaya Kognitif Field Independent
Gambar 3.4 Plot Curva Normality Soal Pilihan Jamak pada Gaya Kognitif Field Dependent
3.8.2.2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas untuk mengetahui apakah sampel penelitian yang digunakan berasal dari populasi yang sama (homogen) atau tidak . Kriteria tolak Ho jika nilai Sig. < 0,05 dn terima Ho jika nilai Sig. > 0,05.
Tabel 3.13 Hasil Uji homogenitas Data
Independent Samples Test
Uji Homogenitas digunakan untuk mengetahui taraf signifikansi data. Apabila sig. < 0,05, maka data tidak homogen. Sebaliknya apabila sig. > 0,05, maka data tersebut homogen atau sama.
Data hasil perhitungan pada tabel diatas menunjukkan bahwa pada levene’s test
diperoleh 0,077 dengan probabilitas sig. > 0,05 atau 0,783 > 0,05.
Tabel 3.14 Uji Homogenitas Soal Uraian dan Soal Pilihan Jamak pada Siswa yang Mempunyai Gaya Gognitif Field Indevendent
Independent Samples Test
Tabel 3.15 Uji Homogenitas Soal Uraian dan Soal Pilihan Jamak pada Siswa yang Mempunyai Gaya Gognitif Field Devendent
Dependent Samples Test
Dependent
Equal variances assumed
Equal variances not assumed
Levene's Test for Equality of Variances
F .423
Sig. .524
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
5.I. SIMPULAN
Dari hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan peneliti, diperoleh kesimpulan dengan rumusan sebagai berikut:
5.I.4. Terdapat interaksi antara bentuk soal dan gaya kognitif terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas VIII MTs Negeri Gunungrejo. Dengan demikian guru perlu mengetahui gaya kognitif siswa mengingat gaya kognitif siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, kemudian agar siswa dapat pemperoleh prestasi belajar yang baik perlu diberikan latihan latihan soal baik soal uraian maupun soal pilihan jamak yang dapat disesuaikan dengan gaya kognitif yang dimiliki siswa.
5.I.2. Rata-rata prestasi belajar IPS siswa yang diberikan soal dalam bentuk uraian lebih tinggi dari soal pilihan jamak pada siswa yang memiliki gaya kognitif field independent. Dengan demikian bagi siswa yang mempunyai gaya kognitif fiel independent dalam pelaksanaan remedial dapat diberikan soal-soal uraian agar dapat mencapai prestasi yang tinggi, tetapi harus banyak diberikan latihan-latihan soal pilihan jamak untuk menghadapi ujuan.
5.I.3. Rata-rata prestasi belajar IPS yang menggunakan soal uraian lebih rendah dibanding dengan soal pilihan jamak pada siswa yang memiliki gaya belajar field dependent. Dengan demikian bagi siswa yang memiliki gaya kognitif field
dependent dalam pelaksanaan remedial dapat diberikan soal-soal dalam bentuk pilihan jamak agar mencapai prestasi diharapkan. Akan tetapi harus banyak
diberikan soal- soal uraian agar mampu mengembangkan pengetahuan dan idenya.
5.2. IMPLIKASI
Dari simpulan di atas tindak lanjut penelitian ini dapat berimplikasi pada upaya peningkatan efektifitas dan efisien pembelajaran IPS melalui latihan latihan soal baik soal dalam bentuk uraian dan soal pilihan jamak berfungsi untuk
membiasakan siswa dalam menjawab soal soal dalam menghadapi ujian. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui: