• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DAN TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP SMP NEGERI 28

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DAN TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP SMP NEGERI 28"

Copied!
186
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DAN TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP SMP NEGERI 28

BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh

JENNI AYUNINGTYAS

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together

(NHT)dan tipe Make A Match (MAM) dan model pembelajaran manakah yang lebih efektif antara model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan tipe MAM pada mata pelajaran IPS Terpadu kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 28 Bandar Lampung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian komparatif dengan pendekatan eksperimen. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 28 Bandar Lampung yang berjumlah 192 orang siswa dengan sampel sebanyak 46 orang siswa. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah cluster random sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, dokumentasi dan tes hasil belajar. Pengujian hipotesis pertama menggunakan rumus T-test dua sampel independen dan untuk pengujian hipotesis kedua menggunakan rumus efektifitas N-gain.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa:

1. Fhitung > Ftabel yaitu (2,48) > (2,01) dengan demikian Ho ditolak dan Ha

(2)

daripada N-gain kelas kontrol yaitu (0,60 > 0,51) danuji t (kesamaan dua rata-rata) N-gain yaitu thitung > ttabel, dengan demikian Ha diterima yang berarti penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) lebih efektif dibandingkan dengan siswa yang diberi model pembelajaran

kooperatif tipe Make a Match pada mata pelajaran IPS Terpadu.

(3)
(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Kerangka Pikir Penelitian ... 60

(5)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL

ABSTRAK

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN RIWAYAT HIDUP

PERSEMBAHAN MOTO

SANWACANA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Pembatasan Masalah ... 11

D. Rumusan Masalah ... 11

E. Tujuan Penelitian... 12

F. Manfaat Penelitian... 12

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 14

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 15

1. Definisi Belajar ... 15

2. Teori Belajar ... 18

3. Hasil Belajar ... 23

4. Model Pembelajaran ... 29

(6)

7. Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match ... 41

8. Pembelajaran IPS Terpadu ... 43

B. Penelitian yang Relevan ... 51

C. Kerangka Pikir... 53

D. Anggapan Dasar Hipotesis ... 60

E. Hipotesis ... 61

III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 62

D. Definisi Konseptual Variabel ... 69

E. Definisi Operasional Variabel ... 70

F. Teknik Pengambilan Data ... 73

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 84

1. Sejarah Berdirinya Sekolah ... 84

2. Visi, Misi, Tujuan SMP N 28 Bandar Lampung ... 85

a. Visi ... 85

b. Misi ... 85

c. Tujuan ... 85

(7)

5. Struktur Organisasi Sekolah ... 88

6. Kegiatan Ekstrakulikuler ... 88

7. Situasi Pengolahan Kelas ... 89

B. Deskripsi Data ... 89

1. Data Hasil Pretes ... 90

2. Data Hasil Posttes ... 94

C. Pengujian Persyaratan Instrumen ... 98

1. Uji Validitas... 98

2. Uji Reliabilitas ... 98

3. Taraf Kesukaran ... 98

4. Daya Beda ... 99

D. Pengujian Persyaratan Analisis Data... 99

1. Uji Normalitas ... 99

2. Uji Homogenitas ... 100

E. Peningkatan Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 100

F. Pengujian Hipotesisi ... 104

G. Pembahasan ... 105

H. Keterbatasan Penelitian ... 113

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 114

B. Saran ... 115

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Tabel Halaman

1. Denah Ruang Kelas SMP Negeri 28 Bandar Lampung ... 117

2. Data Guru dan Staf TU SMP Negeri 28 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014 ... . ... 118

3. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen/VIIIF (Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT)... 120

4. Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol/VIIIH (Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT)... . ... 121

5. Daftar Pembagian Kelompok ... 122

6. Silabus ... 123

7. RPP Kelas Eksperimen ... 125

8. RPP Kelas Kontrol ... 141

9. Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar/Postes ... 159

10.Soal Pretes dan Postes ... 161

11.Kunci Jawaban Pretes dan Postes ... 168

12.Hasil Belajar IPS Terpadu Kelas Eksperimen ... 169

13.Hasil Belajar IPS Terpadu Kelas Kontrol ... 170

14.Hasil Uji Coba Soal ... 171

15.Uji Realibilitas ... 173

16.Uji Tingkat Kesukaran ... 174

17.Daya Beda ... 176

18.Rekapitulasi Hasil Uji Coba Soal ... 178

19.Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen ... 180

20.Hasil Uji Normalitas Kelas Kontrol ... 181

21.Hasil Uji Homogenitas ... 182

22.Hasil Uji Hipotesis ... 183

23.Form Pengajuan Judul ... 188

24.Surat Penelitian Pendahuluan ... 189

25.Surat Izin Penelitian ... 190

26.Surat Keterangan Judul ... 191

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil Ulangan MID Semester IPS Siswa Kelas VIII

Semester Ganjil SMP Negeri 28 Bandar Lampung ... 6

2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 35

3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VIII Semester I ... 49

4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VIII Semester II ... 50

5. Penelitian yang Relevan ... 51

6. Definisi Operasional Variabel ... 72

7. Interprestasi Koefisien Korelasi ... 75

8. Daftar Sarana dan Prasarana SMP Negeri 28 ... 87

9. Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Mata Pelajaran IPS Terpadu KelasEksperimen... 90

10.Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Mata pelajaran IPS Terpadu Kelas Kontrol ... 92

11.Distribusi Frekuensi Hasil Post-Test (Tahap Akhir) Kelas Eksperimen ... 94

12.Distribusi Frekuensi Hasil Post-Test (Tahap Akhir) Kelas Kontrol ... 96

13.Uji Normalitas Sampel Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 99

14.Hasil Uji Homogenitas Varian pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 100

(10)
(11)
(12)

MOTO

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

(QS: 94,5-6)

“kaki yang akan berjalan lebih jauh, tangan yang akan berbuat lebih banyak, mata yang akan menatap lebih lama, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari

baja, dan hati yangakan bekerja lebih keras, serta mulut yang akan

selalu berdoa...”

(5cm)

Bahagia bukan berarti segalanya sempurna. Bahagia adalah ketika kamu memutuskan untuk konsisten dalam melihat segala sesuatu

secara sempurna.

(Yuri Andriyadi)

“Mencoba walau kemudian gagal akan selalu lebih baik

daripadatidak mencoba dan akhirnya menyesal”

(13)
(14)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas

segala kemudahan, limpahan rahmat dan karunia yang Engkau berikan selama

ini. Seiring doa, rasa syukur dan segala kerendahan hati. Dengan segala cinta

dan kasih sayang kupersembahkan karya kecilku ini untuk orang-orang yang

akan selalu berharga dalam hidupku:

Papaku tercinta dan Mamaku tersayang, yang sangat menyayangiku,

mendoakan keberhasilanku, dan memberikan segalanya yang terbaik

untukku.

Kakak-adikku dan seluruh keluarga besarku, yang selalu memberikan

doa, semangat, dan dukungan untuk keberhasilanku hingga saat ini.

Para pendidikku, atas bimbingan dan ajarannya, serta limpahan

ilmu-ilmu yang bermanfaat.

Seluruh sahabat-sahabatku dan teman-teman Pendidikan Ekonomi

2010, yang telah menemaniku saat suka dan duka, memberikan

pengalaman serta kebersamaan.

Seluruh guru kehidupan yang pada mereka aku belajar tentang arti

kehidupan.

(15)

Penulis di lahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 20

November 1991 dengan nama lengkap Jenni Ayuningtyas.

Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, Putri dari

pasangan Bapak Jon Isman dan Ibu Gusniar.

Pendidikan formal yang diselesaikan penulis yaitu:

1. TK Dharma Wanita Unila diselesaikan pada tahun 1998

2. SD Negeri 4 Kemiling Permai diselesaikan pada tahun 2004

3. SMP Negeri 28 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2007

4. SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2010

Pada tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan

Ekonomi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan (FKIP) Universitas Negeri Lampung melalui jalur SNMPTN (Seleksi

Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Pada bulan Januari 2013, penulis

mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di

Jakarta-Semarang-Solo-Bali-Jogjakarta-Bandung. Pada bulan Juli-September, penulis mengikuti Program

Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan PPL (Program Pengalaman Lapangan) di Desa

Gunung Agung, Kecamatan Gunung Terang, Kabupaten Tulang Bawang Barat,

(16)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas

segala kemudahan, limpahan rahmat dan karunia yang Engkau berikan selama

ini. Seiring doa, rasa syukur dan segala kerendahan hati. Dengan segala cinta

dan kasih sayang kupersembahkan karya kecilku ini untuk orang-orang yang

akan selalu berharga dalam hidupku:

Papaku tercinta dan Mamaku tersayang, yang sangat menyayangiku,

mendoakan keberhasilanku, dan memberikan segalanya yang terbaik

untukku.

Kakak-adikku dan seluruh keluarga besarku, yang selalu memberikan

doa, semangat, dan dukungan untuk keberhasilanku hingga saat ini.

Para pendidikku, atas bimbingan dan ajarannya, serta limpahan

ilmu-ilmu yang bermanfaat.

Seluruh sahabat-sahabatku dan teman-teman Pendidikan Ekonomi

2010, yang telah menemaniku saat suka dan duka, memberikan

pengalaman serta kebersamaan.

Seluruh guru kehidupan yang pada mereka aku belajar tentang arti

kehidupan.

(17)

SANWACANA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirobbil alamin, puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat

Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-Nya serta hidayah-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu

terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah

menjelaskan kepada manusia tentang isi kandungan Al-Qur’an sebagai petunjuk

jalan menuju kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak.

Skripsi dengan judul “Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) dan Make A Match Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 28 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014" adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi

Pendidikan Ekonomi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari

bantuan, bimbingan, motivasi, saran dan kritik yang telah diberikan oleh semua

pihak.Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

(18)

2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S., selaku pembantu Dekan I FKIP Unila.

3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku pembantu Dekan II FKIP Unila.

4. Bapak Drs. Iskandarsyah, M.H., selaku pembantu Dekan III FKIP Unila.

5. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial FKIP Unila.

6. Bapak Drs. Hi. Nurdin, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan

selaku Pembimbing II yang telah banyak membantu dan mengarahkan

penulis.

7. Bapak Drs. Yon Rizal, M.Si., selaku Pembimbing Akademik (PA) dan

Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu untuk penyelesaian

skripsi ini. Terima kasih atas segala arahan ilmu pengetahuan yang telah

Bapak berikan kepada penulis.

8. Ibu Dr. Pujiati, M.Pd., selaku penguji yang telah membantu mengarahkan

serta memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu Dosen FKIP Universitas Lampung khususnya Program Studi

Pendidikan Ekonomi terima kasih atas bantuan dan bimbingannya serta tiada

henti-hentinya mengingatkan Penulis untuk terus belajar dan belajar.

10. Kepala SMP Negeri 28 Bandar Lampung Bapak Drs. M. Hutasoit, M.M., dan

Bapak Drs. Sepriyanto., selaku Waka Kurikulum yang telah menerima saya

dengan baik.

11. Ibu Turyati, S.Pd., selaku guru mata pelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 28

(19)

dan seluruh dewan guru SMP Negeri 28 Bandar Lampung yang telah

mengizinkan dan membantu dalam proses penelitian.

12. Seluruh Siswa-siswi SMP Negeri 28 Bandar Lampung yang telah

berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini, terima kasih atas kerjasama dan

dukungannya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.

13. Papa Jon Isman tercinta dan Mama Gusniar tersayang terimakasih untuk

seluruh doa, cinta, kasih sayang, motivasi yang selalu menjadi penyemangat

dalam hidupku dan atas segala pengorbanan untukku yang tiada pernah bisa

dinilai dari segi apapun.

14. Kakakku Irwan Sasmita dan adikku tercinta Ade Silvinia terima kasih atas

doa, dukungan dan canda kalian yang selalu membuatku semangat untuk

menyelesaikan studiku.

15. Yuri Andriyadi terimakasih atas doa, dukungan dan motivasinya yang

senantiasa memberikan semangat dalam menyelesaikan studi.

16. Sahabat foreverku Ajeng, Nuhay, Selvita (JANS) terimakasih atas

kebersamaannya selama ini. Suka duka kita lalui untuk mencari ilmu demi

masa depan kita kelak dan tentunya untuk mencapai Ridho Allah SWT.

17. Sahabat-sahabat seperjuanganku Pendidikan Ekonomi 2010, Asnur Vevy,

Heni Wiji Astuti, Fitri Ahadiyah , Dwi Asti A, Luftia Armanda Sari, Agtifah

Sari, Sukma Wati, Rika Aprilliana, Gabriela Sabatini, Vivien Barcellena V,

Tria Agustina, Leni Asnawati, Kusworo, Ardi Tri Saputra, Eka S, Arnold

Rama A, Ali Yanto, Rendi Alkafi, Anggoro Yoga P, M. Burhan, Hardian

(20)

Mutiara Annisa T, Rizka Aminy, Astika Kusni W, Ditha Novita S, Leni

Asnawati, Reda Hardianti, Novia Nalom L, Feb T Utari, Vivien Datania, dan

Pendidikan Ekonomi Kelas Genap Anggi Mutiara P, Renni Suryani,

Nurhayati, Pemi Zurriyatina, dan semua yang tidak dapat disebutkan satu

persatu.

18. Kakak-kakak tingkatku Program Studi Pendidikan Ekonomi 2009, 2008,

2007, serta adik-adik tingkat 2011, 2012, 2013, Kak Dani dan Om Herdi

terimakasih atas semangat, bantuan serta ilmu dan waktunya.

19. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu terimakasih atas semuanya.

Semoga segala sesuatu yang telah diberikan secara tulus kepada penulis, baik

semangat, bimbingan, dan doa yang diberikan kepada penulis mendapat Ridho

dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandarlampung, Mei 2014 Penulis

(21)

I. PENDAHULUAN

Bab ini akan membahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, kegunaan penelitian, dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

Pembahasan secara rinci beberapa sub bab tersebut dikemukakan sebagai berikut.

A. Latar Belakang Masalah

Globalisasi saat ini menimbulkan persaingan di berbagai bidang kehidupan

antar negara semakin ketat. Menghadapi persaingan tersebut diperlukan

sumber daya manusia berkualitas tinggi yang mampu menciptakan dan

mengembangkan ilmu dan teknologi modern sebagai sarana mewujudkan

masyarakat yang maju. Pembangunan sumber daya manusia tersebut perlu

dilakukan agar dapat berpartisipasi aktif terhadap pelaksanaan

program-program pembangunan yang telah direncanakan sehingga dapat bersaing

dengan negara lain. Usaha mengembangkan sumber daya manusia berkualitas

harus melalui pendidikan yang berkualitas pula. Bagi Indonesia hal ini

menjadi tantangan dalam meningkatkan mutu sistem pendidikan.

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar para siswa atau sering disebut peserta

(22)

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki tugas dan tanggung jawab

penuh dalam menjalankan amanat pendidikan. Sekolah merupakan suatu

institusi yang dirancang untuk membawa siswa pada proses belajar, di bawah

pengawasan guru atau tenaga pendidik professional. Pembelajaran merupakan

bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu

dan pengetahuan, penguasaan kemahiran serta pembentukan sikap dan

kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah

proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Setiap

proses, apapun bentuknya memiliki tujuan yang sama, yaitu mencapai hasil

yang memuaskan. Begitu pula proses pembelajaran yang diselenggarakan

dengan tujuan agar siswa mencapai pemahaman yang optimal terhadap materi

yang diajarkan.

Namun kenyataannya pendidikan yang ditujukan pada sekolah-sekolah di

Indonesia saat ini masih belum seutuhnya melahirkan generasi-generasi muda

yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang, mampu berfikir kreatif,

tidak bersifat individualis dan memiliki solidaritas yang kuat. Penyebab

proses belajar yang dialami siswa belum optimal mungkin salah satunya

adalah strategi pembelajaran yang digunakan kurang sesuai. Karena selama

ini metode pengajaran yang diberikan oleh seorang guru masih menggunakan

model pengajaran yang bersifat teacher centered dimana guru lebih dominan

(23)

Guru dalam menerapkan pembelajaran lebih menekankan pada model yang

mengaktifkan guru, kurang melibatkan peserta didik, pembelajaran yang

dilakukan guru kurang kreatif, dan kurang mengoptimalkan media

pembelajaran. Hal ini mengakibatkan siswa lebih banyak pasif dan merasa

jenuh atau bosan dalam mengikuti pembelajaran dan tidak bisa lebih banyak

aktif untuk mengeksplorasi kemampuannya dalam belajar. Siswa hanya

sebagai objek pasif yang fungsinya hanya menerima pegetahuan dengan

mendengarkan, mencatat dan mudah bosan dalam pembelajaran sehingga

dapat menyebabkan menurunnya minat belajar.

Pembelajaran berpusat pada guru sampai saat ini masih menemukan beberapa

kelemahan. Kelemahan tersebut dapat dilihat pada saat berlangsungnya

pembelajaran di kelas, interaksi aktif antara siswa dengan guru atau guru

dengan siswa jarang terjadi. Siswa kurang bisa bekerja sama dalam kelompok

diskusi dan dalam pemecahan masalah yang diberikan. Mereka cendrung

belajar sendiri-sendiri. Pengetahuan yang didapat bukan dibangun sendiri

secara bertahap oleh siswa atas dasar pemahamannya sendiri. Karena siswa

jarang menemukan jawaban atas permasalahan atau konsep yang dipelajari.

Model mengajar yang bersifat teacher centered salah satunya adalah model

pembelajaran konvensional. Pendekatan konvensional ditandai dengan guru

melakukan pembelajaran lebih banyak tentang konsep-konsep bukan

kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan mampu untuk

melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak

(24)

Model pengajaran konvensional memposisikan guru sebagai pemilik ilmu

atau otoritas pengetahuan. Sedangkan siswa menjadi obyek pasif, hanya

sebagai penerima ilmu sehingga siswa menjadi tidak kritis. Dalam

pembelajaran konvensional guru hanya memikirkan bagaimana materi yang

akan diberikan dapat tersampaikan seluruhnya, bagaimana konsep-konsep

dari pembelajaran dapat dipahami dan dihapal oleh siswa, tanpa berfikir

bagaimana siswa itu dapat berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan

pembelajaran dikelas.

Guru sebagai fasilitator yang berperan dalam keberhasilan siswa atau perserta

didik. Untuk itu, guru harus tepat dalam memilih model pembelajaran yang

akan digunakan agar hasil belajarnya tercapai. Hasil belajar dapat tercapai

apabila guru dalam menyampaikan pelajaran tidak menjadikan siswa hanya

sebagai obyek belajar, tetapi siswa dijadikan sebagai subyek, sehingga siswa

bisa terlibat langgsung dalam proses pembelajaran. Selain itu juga, guru tidak

hanya menggunakan model pembelajaran yang monoton tetapi, guru harus

bisa mengembangkan model pembelajaran yang bervariasi dan

menyenangkan agar siswa senang dalam mengikuti pelajaran dan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

Guna memperbaiki hal tersebut perlu disusun pendekatan dalam

pembelajaran yang komprehensif dan dapat mengaitkan materi teori dengan

kenyataan yang ada dilingkungan sekitarnya. Berdasarkan hal tersebut, perlu

digunakan model pembelajaran kooperatif dalan kegiatan pembelajaran.

(25)

mengutamakan adanya kelompo-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam

kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang

dan rendah). Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama

dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan

keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Guru mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran untuk

menentukan keberhasilan peserta didik dalam belajar. Upaya dalam

meningkatkan hasil belajar peserta didik khususnya hasil belajar mata

pelajaran ilmu pengetahuan sosial sangat dibutuhkan kemampuan dari guru

untuk mengembangkan kreasi mengajar, mampu menarik minat peserta didik

untuk belajar IPS Terpadu. Dengan demikian guru tidak hanya mentransfer

ilmu yang dimiliki melainkan juga mempertimbangkan aspek intelegensi dan

kesiapan belajar peserta didik, sehingga tidak mengalami depresi mental

seperti kebosanan, mengantuk, frustasi bahkan antipati terhadap mata

pelajaran IPS Terpadu.

Ilmu Pengetahuan Sosial adalah sekelompok disiplin ilmu yang mempelajari

aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya.

IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti:

sosiologi, sejarah, ekonomi, geografi, politik, hokum, dan budaya (Trianto,

2010 : 171). Tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi

bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai

dengan bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya, serta berbagai bekal

(26)

Berdasarkan pengertian dan tujuan dari pendidikan IPS, tampaknya

dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya

tujuan tersebut. Kemampuan dan keterampilan guru dalam memilih dan

menggunakan berbagai strategi, metode dan model pembelajaran senantiasa

terus ditingkatkan, agar pembelajaran IPS benar-benar mampu

mengondisikan upaya pembekalan kemampuan dan keterampilan dasar bagi

peserta didik untuk menjadi manusia dan warga negara yang baik. Hal ini

dikarenakan pengondisian iklim belajar merupakan aspek penting bagi

tercapainya tujuan pendidikan.

Hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan pada bulan Oktober 2013

diperoleh hasil belajar siswa SMP Negeri 28 Bandar Lampung yang

menunjukkan bahwa hasil belajar IPS Terpadu siswa masih tergolong rendah

jika dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan oleh

sekolah, yaitu sebesar 70. Sebagai ilustrasi dibawah ini disajikan data hasil

belajar mata pelajaran IPS terpadu yang diperoleh siswa pada ulangan MID

Semester Ganjil pada siswa kelas VIII SMP Negeri 28 Bandar Lampung,

seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Hasil Ulangan MID Semester IPS Terpadu Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 28 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014

No Kelas Interval Nilai Jumlah Siswa

Keterangan

< 70 ≥ 70

1 VIII A 10 14 24 Kriteria

Ketentuan Minimum yang ditetapkan adalah 70

2 VIII B 9 16 25

3 VIII C 12 13 25

4 VIII D 10 14 24

5 VIII E 14 10 24

(27)

Tabel 1 lanjutan

No Kelas Interval Nilai Jumlah Siswa

Keterangan

< 70 ≥ 70

7 VIII G 14 10 24

8 VIII H 8 14 22

Jumlah

Siswa 92 100 192

Presentase (%)

47,92% 52,08% 100%

Sumber : Daftar nilai guru mata pelajaran IPS Terpadu kelas VIII

Berdasarkan data pada Tabel 1, terlihat bahwa hasil belajar IPS terpadu yang

diperoleh siswa pada ulangan MID Semester Ganjil kurang baik. Hal ini

terlihat jumlah siswa yang memperoleh nilai 70 keatas atau yang memenuhi

Kriteria Ketuntasan Minimum sebesar 52,08%,berarti siswa yang belum

memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan guru

sebesar 47,92%. Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa kurang

baik. Sedangkan menurut Djamarah dan Zain, (2006 : 128) apabila bahan

pelajaran yang diajarkan kurang dari 65% dikuasai siswa maka prestasi

keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut tergolong rendah. Model

pembelajaran yang digunakan dalam mata pelajaran IPS di SMP Negeri 28

Bandar Lampung selama ini adalah model pembelajaran konvensional.

Berdasarkan pemikiran di atas serta melihat hasil belajar siswa yang belum

optimal, maka perlu upaya perubahan dalam proses pembelajaran untuk

menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan, sehingga pada

akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar sudah seharusnya mulai diterapkan

di sekolah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk menciptakan

proses pembelajaran tersebut adalah dengan mengubah model pembelajaran

(28)

kooperatif telah menjadi salah satu pembaharuan dalam pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif dilaksanakan secara kelompok kecil supaya siswa

dapat bekerjasama dalam kelompok untuk mempelajari isi materi pelajaran

dengan berbagai keahlian sosial.

Pembelajaran kooperatif dapat menciptakan suasana belajar penuh dengan

kerjasama dalam menyelesaikan persoalan, diskusi, mencari informasi dari

berbagai sumber dan masih banyak lagi kegiatan positif lain yang diterapkan

sehingga suasana pembelajaran sesuai dengan prinsip pembelajaran saat ini

yaitu pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan

(PAIKEM). Pembelajaran kooperatif menghadirkan suasana baru dalam

proses pembelajaran mulai dari penyampaian materi yang biasanya dominan

dilakukan oleh guru diubah dengan melibatkan peran siswa baik dengan

memberikan tugas kelompok ataupun individu. Guru dalam pembelajaran

kooperatif lebih berperan sebagai fasilitator, menggerakkan siswa untuk

menggali informasi dari berbagai sumber sehingga wawasan yang diperoleh

siswa lebih luas. Adanya unsur-unsur permainan yang bermakna dalam

proses pembelajaran dapat membuat siswa merasa senang dan tidak jenuh.

Perubahan-perubahan ini menimbulkan tantangan baru dalam proses

pembelajaran yang dapat menyemangati siswa dalam belajar.

Model pembelajaran kooperatif beragam jenisnya. Hal ini lebih memudahkan

guru untuk memilih tipe yang paling sesuai dengan pokok bahasan, tujuan

pembelajaran, suasana kelas, sarana yang dimiliki dan kondisi internal peserta

(29)

sesuai untuk dicoba oleh guru mata pelajaran IPS Terpadu khususnya kelas

VIII SMP salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together (NHT) dan Make a Match.

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu model

pembelajaran yang mampu meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses

pembelajaran. Model ini dikembangkan oleh Spencer Kagan (Lie, 2004: 35).

Tipe ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide ide

dan menimbang jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga

mendorong siswa untuk meningkatkan kerjasama mereka. Tipe NHT lebih

banyak melibatkan siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu

pelajaran untuk mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Setelah semua siswa dari tiap kelompok memberikan jawabannya dan saling

menanggapi, guru kemudian menuntun siswa untuk menarik kesimpulan

tentang materi pembelajaran yang telah dipelajari. Sedangkan model

pembelajaran kooperatif tipe Make a Match memiliki karakteristik adanya

permainan ”mencari pasangan”. Permainan ”mencari pasangan”

menggunakan kartu yang berisi soal dan jawaban soal dari kartu lain. Siswa

mencoba menemukan jawaban dari soal dalam kartunya yang terdapat pada

kartu yang dipegang siswa lain. Siswa yang dapat mencocokkan kartunya

diberi poin.

Melalui kedua model tersebut diharapkan dapat melibatkan siswa secara aktif

dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih mudah memahami materi

(30)

serta hasil belajar siswa dapat memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan

Minimum) yang ditetapkan oleh sekolah.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS

Terpadu Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) dan Make A Match Pada Siswa Kelas VIII

Semester Genap SMP Negeri 28 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka permasalahan

dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut.

1. Masih rendahnya hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri

28 Bandar Lampung. Hal ini tampak dari banyaknya siswa yang belum

mencapai ketuntasan belajar.

2. Model pembelajaran konvensional masih banyak digunakan dan disukai

oleh guru.

3. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru (Teacher Centered).

Peran guru sangat dominan, sehingga partisipasi siswa secara aktif dalam

proses pembelajaran masih sangat rendah.

4. Guru tidak menerapkan model-model pembelajaran kooperatif yang

menarik dan dapat disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Hal

itu menyebabkan proses belajar mengajar menjadi monoton sehingga

(31)

5. Tidak adanya pola pembelajaran khusus dalam mencapai tujuan

pembelajaran IPS Terpadu.

6. Kurangnya semangat dan kreativitas siswa dalam belajar.

C. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu luas, maka ruang

lingkup masalah dalam peneliti ini dibatasi pada kajian hasil kognitif belajar

IPS Terpadu siswa yang pengajarannya menggunkan model pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan siswa yang

pengajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a

Match pada siswa kelas VIII semester genap di SMP Negeri 28 Bandar

Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014. Pada pokok bahasan ‘Memahami

pranata dan penyimpangan sosial’.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah

tersebut, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut.

1. Apakah ada perbedaan hasil belajar IPS Terpadu antar siswa yang

pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together (NHT) dengan siswa yang pembelajarannya

menggunakan model kooperatif tipe Make a Match pada siswa kelas VIII

Semester Genap SMP Negeri 28 Bandar Lampung Tahun Pelajaran

(32)

2. Model pembelajaran manakah yang lebih efektif antara model

pembelajaran kooperatif tipe NHT dan model pembelajaran kooperatif

tipe Make A Match pada mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VIII

Semester Genap SMP Negeri 28 Bandar Lampung Tahun Pelajaran

2013/2014?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa yang

pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe

Make a Match pada mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VIII

Semester Genap SMP Negeri 28 Bandar Lampung Tahun Pelajaran

2013/2014.

2. Untuk mengetahui model pembelajaran manakah yang lebih efektif

antara model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together

(NHT) dan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match pada mata

pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 28

Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mendatangkan manfaat sebagai berikut.

(33)

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi secara

lengkap mengenai penelitian yang menekankan pada perbandingan

penerapan model pembelajaran IPS Terpadu.

b. Sumbangan pemikiran bagi guru mata pelajaran IPS terpadu tentang

alternative strategi pembelajaran yang lain yaitu pembelajaran dengan

menggunakan model kooperatif tipe NHT dan tipe Make a Match

untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

c. Sebagai bahan atau referensi bagi para peneliti-peneliti lainnya yang

ingin mengembangkan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini dapat menimbulkan gairah belajar,

membangkitkan keinginan, dan minat baru serta memungkinkan

adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan sumber belajar.

b. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat memberikan motivasi agar para guru mata

pelajaran IPS terpadu dapat berinovasi dalam menggunakan model

pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kompetensi guru dalam

proses pembelajaran.

c. Bagi Sekolah

Dapat menjadi salah satu bahan rujukan yang bermanfaat guna

(34)

d. Bagi peneliti sebagai bentuk praktik dan pengabdian terhadap ilmu

yang telah diperoleh serta sebagai syarat menyelesaikan studi di

Universitas Lampung.

e. Sebagai sumber informasi bagi peneliti lain dalam bidang

pembelajaran.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan

model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match.

3. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 28 Bandar Lampung.

4. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap pada bulan Januari

sampai Februari Tahun Pelajaran 2013/2014.

5. Disiplin Ilmu

Disiplin ilmu yang berhubungan dengan penelitian ini adalah ilmu

pendidikan, manajemen pendidikan, dan manajemen sumber daya

(35)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

Bab kedua akan membahas beberapa hal yang berkaitan dengan tinjauan pustaka,

kerangka pikir, dan diakhiri dengan hipotesis. Pembahasan secara rinci beberapa

sub bab tersebut dikemukakan sebagai berikut.

A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Belajar

Belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku tetap dari belum

tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi

lebih terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta

bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri (Trianto, 2009 :

17). Hal ini senada juga disampaikan oleh Slameto (2008 : 2) belajar

ialah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Menurut Hamalik (2008:29) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu

proses. Belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk

mencapai tujuan yang telah direncanakan. Belajar merupakan tindakan

dan perilaku yang kompleks sebagai tindakan, maka belajar hanya

(36)

terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh

sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Belajar adalah suatu kegiatan

yang kita lakukan untuk memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan

(Djamarah, 2006: 15).

Dalyon (2005: 49) mengatakan bahwa ”Belajar adalah suatu usaha atau

kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang,

mencakup perubahan tingkah laku, sikap kebiasaan, ilmu pengetahuan,

keterampilan dan sebagainya”. Belajar juga merupakan suatu aktivitas

yang dilakukan seseorang untuk mempelajari sesuatu yang belum

diketahui. Seperti yang dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono (2006 :

7) belajar merupakan tindakan dan prilaku siswa yang kompleks. Sebagai

tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah

penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar

terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar.

Sementara menurut Jarvis dalam Trianto (2010 : 178) bahwa belajar

adalah: (1) ada tidaknya perubahan perilaku permanen sebagai hasil dari

pengalaman; (2) perubahan relative sering terjadi yang merupakan hasil

dari praktek pembelajaran; (3) proses di mana pengetahuan itu digali

melalui transformasi pengalaman; (4) proses transformasi pengalaman

yang menghasilkan pengetahuan, skill, dan attitude; (5) mengingat

(37)

Prinsip-prinsip belajar menurut Sardiman (2007: 24) adalah sebagai

berikut.

1. Kemampuan belajar seorang siswa harus diperhitungkan dalam rangka menentukan isi pembelajaran.

2. Perkembangan pengalaman anak didik akan banyak mempengaruhi kemampuan belajar yang bersangkutan.

3. Belajar melalui praktek atau mengalami secara langsung akan lebih efektif membina sikap, keterampilan, cara berpikir keritis dan lain-lain, dibandingkan dengan belajar hafalan saja.

4. Belajar sedapat mungkin diubah ke dalam bentuk aneka ragam tugas, sehingga anak-anak melakukan dialog dalam dirinya atau

mengalaminya sendiri.

Menurut Gagne dalam Dimiyati dan Mudjiono (2006: 10) belajar

merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas.

Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengtahuan, sikap dan nilai.

Perubahan keterampilan, sikap dan nilai tersebut haruslah kearah yang

lebih baik.

Rogers dalam Dimiyati dan Mudjiono (2006: 10) mengemukakan belajar

dengan pendekatan prinsip pendidikan dan pembelajaran yaitu:

1. menjadi manusia berarti memiliki kekuatan wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.

2. siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi siswa.

3. pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru, sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.

4. belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses-proses belajar, keterbukaan belajar mengalami sesuatu, bekerjasama dengan melakukan pengubahan diri terus-menerus. 5. belajar yang optimal akan terjadi bila siswa berpartisipasi secara

bertanggung jawab dalam proses belajar.

6. belajar mengalami (exsperiental learning) dapat terjadi, bila siswa mengevaluasi dirinya sendiri. Belajar mengalami dapat memberi peluang untuk belajar kreatif, self evaluation dan kritik diri. Hal ini berarti bahwa evaluasi dari instruktur bersifat sekunder.

(38)

Menurut Slameto (2008 : 54-72), faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar adalah:

1. faktor-faktor internal

a. jasmani (kesehatan, cacat tubuh)

b. psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan)

c. kelelahan

2. faktor-faktor eksternal

a. keluarga (cara orang tua mendidik, relasi anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua, latar belakang kebudayaan)

b. sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah)

c. masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, belajar adalah suatu proses

menemukan dan merubah, baik tingkah laku, keterampilan, maupun

pengetahuan hasil interaksi dengan lingkungannya yang akan

menciptakan hasil yang disebut hasil belajar yang dapat diukur melalui

sistem penilaian tertentu.

2. Teori Belajar

Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana

terjadinya belajar atau bagaimana informasi di dalam pikiran siswa.

Berdasarkan teori belajar, diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih

meningkatkan perolehan siswa sebagai hasil belajar.

Menurut Gagne dalam Dimiyati dan Mudjiono (2006: 10) belajar

merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas.

(39)

nilai. Perubahan keterampilan, sikap dan nilai tersebut haruslah kearah

yang lebih baik. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari stimulasi

yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh

pelajar. Dengan demikian belajar adalah seperangkat proses kognitif

yang dilakukan oleh pelajar. Seorang guru hendaknya memahami teori

belajar yang melandasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas

agar model pembelajaran yang diberikan sesuai dengan materi pelajaran,

perkembangan kognitif siswa, serta sesuai dengan situasi sekolah. Model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dan Make

a Match dilandasi oleh teori-teori belajar sebagai berikut.

a. Teori Belajar Konstruktivisme

Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat

pendidikan dapat diartikan konstruktivisme adalah suatu upaya

membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.

Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi)

pembelajarankonstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh

manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui

konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat

fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.

Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna

melalui pengalaman nyata.

Teori konstruktivisme merupakan teori pembelajaran kognitif. Teori

(40)

sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek

informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila

aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa harus benar-benar

memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus

bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk

dirinya, dan berusaha dengan ide-idenya (Slavin dalam Trianto, 2010

: 74).

Menurut teori ini, pendekatan konstruktivis dalam pengajaran

menerapkan pembelajaran kooperatif secara intensif, atas dasar teori

bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami

konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan

masalah-masalah itu dengan temannya, Slavin dalam Trianto (2010 :

74).

Prinsip-prinsip yang sering diambil dari kontsruktivisme menurut

Suparno dalam Trianto (2010 : 75-76), antara lain:

1. pengetahuan dibangun siswa secara aktif,

2. tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa, 3. mengajar adalah membantu siswa belajar,

4. tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir,

5. kurikulum menekankan partisipasi siswa, dan 6. guru sebagai fasilitator.

Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk

menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan.

Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsungdalam

(41)

mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat

secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua

konsep.

Berikut ini akan dikemukakan dua teori yang melandasi pendekatan

konstruktivis dalam pembelajaran yaitu teori Perkembangan Kognitif

Piaget dan Teori Perkembangan Mental Vygotsky.

b. Teori Perkembangan Kognitif Piaget

Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi

dan interaksi anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari

tindakan. Piaget yakin bahwa pengalaman fisik dan manipulasi

lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Selain

itu, ia juga berkeyakinan bahwa interaksi sosial dengan teman

sebaya, khususnya berargumentasi, berdiskusi, membantu

memperjelas pemikiran, yang pada akhhirnya, membuat pemikiran

itu menjadi lebih logis (Nur dalam Trianto 2010 : 72-73).

Implikasi teori kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah sebagai

berikut.

a. Memfokuskan pada proses berfikir anak, tidak sekedar pada produknya. Disamping itu dalam pengecekkan kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sampai pada jawaban tersebut.

b. Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali dalam inisiati-diri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

(42)

untuk lebih menata kegiatan kelas untuk individu-individu dan kelompok-kelompok kecil anak-anak daripada kelompok klasikal. Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan implikasi teori Piaget diatas, jelaslah bahwa belajar

akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan

kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan

untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang

oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan dari

guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada

peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif,

mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Selain itu,

guru harus mampu menciptakan keadaan pebelajar yang mampu

untuk belajar sendiri. Artinya, guru tidak sepenuhnya mengajarkan

suatu bahan ajar kepada pebelajar, tetapi guru dapat membangun

pebelajar yang mampu belajar dan terlibat aktif dalam belajar.

c. Teori Vygotsky

Vygotsky berpendapat seperti piaget, bahwa siswa membentuk

pengetahuan sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan siswa sendiri,

melalui bahasa. Meskipun kedua ahli memperhatikan pertumbuhan

pengetahuan dan pemahaman anak tentang dunia sekitar, Piaget

lebih memberikan tekanan pada proses mental dan Vygotsky lebih

menekankan pada peran pembelajaran, interaksi sosial, dan

(43)

Menurut Vygotsky dalam Trianto (2010 : 76) bahwa pembelajaran

terjadi apabila anak bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang

belum dipelajari manun tugas-tugas itu masih berada dalam

jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas tersebut berada dalam

zone of proximal development (ZPD).

ZPD adalah perkembangan sedikit di atas perkembangan seseorang

saat ini. Ide penting lain yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah

scaffolding yakni memberikan sejumlah bantuan besar kepada anak

selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi

bantuan tersebut dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk

mengambil alih tanggung-jawab yang semakin besar segera setelah

ia dapat melakukannya. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk,

peringatan, dorongan, menguraikan masalah ke dalam

langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh ataupun yang lain sehingga

memungkinkan siswa tumbuh mandiri (Slavin dalam Trianto, 2010 :

76).

3. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan

belajar ksrena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan hasil belajar

merupakan hal yang diperoleh dari proses belajar. Sudjana (2004 : 22)

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Dimiyati dan Mudjiono

(44)

dan tindak mengajar. Sedangkan menurut Suprijono (2013: 5) hasil

belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne dalam

Suprijono (2013 : 5) hasil belajar berupa:

a. informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan.

b. keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambing.

c. strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.

d. keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

e. sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

Tes hasil belajar adalah sekelompok pertanyaan atau tugas-tugas yang

harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa dengan tujuan untuk

mengukur kemajuan belajar siswa. Hasil tes ini berupa data kuantitatif

(Slameto, 2008:30). Selanjutnya Sudjana dalam Jihad dan Haris

(2008:15) berpendapat, hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Senada

dengan pendapat di atas, Gagne dalam Dimiyati dan Midjiono (2006:10)

menyatakan bahwa hasil belajar diperoleh seseorang setelah belajar

berupa keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.

Menurut Benyamin Bloom dikutip dari Sudjana (2005:22), hasil belajar

diklasifikasikan menjadi tiga ranah, yakni: ranah kognitif, ranah afektif

dan psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar

intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni pengetahuan, pemahaman,

(45)

kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif

tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari

lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi

dan internalisasi. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar

keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah

psikomotorik, yakni: gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar,

kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan gerakan

keterampilan kompleks, gerakan ekspresif dan interpretatif.

Ketiga ranah kemampuan itu, ranah kognitiflah yang paling banyak

dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan

para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Dalam ranah konitif

ini terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi,

analisis, sintesis dan evaluasi.

1) Pengetahuan

Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat

(recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala,

rumus-rumus dan sebagainya tanpa mengarapkan kemampuan untuk

menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan ini adalah merupakan

proses berpikir yang paling rendah.

2) Pemahaman

Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau

memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan

kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat

(46)

memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau

memberi uraian yang lebih rinci tentang suatu hal dengan

menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang

kemampuan setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.

3) Aplikasi

Aplikasi adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau

menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode,

prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya dalam

situasi yang baru dan kongkret. Aplikasi atau penerapan ini

merupakan proses berpikir setingkat lebih tinggi dibanding

pemahaman.

4) Analisis

Analisis merupakan kemampuan seseorang untuk merinci atau

menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang

lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian

atau faktor-faktor yang satu dengan faktor lainnya. Kemampuan

berpikir analisis setingkat lebih tinggi dibanding dengan

pemahaman.

5) Sintesis

Sintesis merupakan kemampuan berpikir yang berkebalikan dengan

proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang

memadukan bagian-bagian atau unsur secara logis, sehingga menjadi

(47)

6) Evaluasi

Evaluasi merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah

kognitif menurut Taksonomi Bloom. Evaluasi merupakan

kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu

situasi, nilai atau ide, misalnya jika seseorang dihadapkan pada

beberapa pilihan, maka ia mampu memilih satu pilihan yang terbaik,

sesuai dengan patokan atau kriteria yang sudah ada.

Sememtara menurut Lindgren dalam Suprijono (2013:7) hasil

pembelajaran meliputi kecakapan informasi, pengertian, dan sikap. Yang

harus diingat hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan

bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Hasil belajar

merupakan tolak ukur keberhasilan dalam proses belajar mengajar.

Menurut Sudjana (2004:56) hasil belajar yang dicapai siswa melalui

proses belajar mengajar yang optimal cenderung menunjukkan hasil yang

berciri sebagai berikut:

1. kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi pada diri siswa.

2. menambah keyakinan akan kemampuan dirinya.

3. hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama diingatannya, membentuk prilakunya, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan yang lainnya. 4. kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan

mengendalikan dirinya terutama dalam menilai hasil yang

dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa yaitu faktor

(48)

orang tua, motivasi, keadaan ekonomi keluarga dan juga faktor yang

berasal dari dalam diri siswa (faktor internal) meliputi: kesehatan

intelegensi, bakat, motivasi, minat, dan lain-lain. Selain itu penggunaan

metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi

kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan (Slameto, 2008 :

54-64).

Cara untuk mengetahui perkembangan hasil belajar siswa diperlukan

penilaian. Penilaian bertujuan untuk mengetahui perkembangan hasil

belajar siswa dan hasil mengajar guru. Informasi hasil belajar atau hasil

mengajar berupa kompetensi dasar yang dikuasai dan yang belum

dikuasai siswa. Hasil belajar digunakan untuk memotivasi siswa, dan

untuk perbaikan serta peningkatan kualitas pembelajaran oleh guru (Uno,

2009 : 140).

Hasil belajar memerlukan suatu penilaian. Menurut Uno (2009 : 131),

penilaian itu sendiri tujuannya adalah untuk mengetahui tingkat

pencapaian kompetensi siswa. Penilaian juga bertujuan untuk: (1)

mengetahui tingkat pencapaian kompetensi siswa, (2) mengukur

pertumbuhan dan perkembangan siswa, (3) mendiagnosis kesulitan

belajar siswa, (4) mengetahui hasil pembelajaran, (5) mengetahui

pencapaian kurikulum, (6) mendorong siswa belajar, dan (7) mendorong

(49)

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat diketahui bahwa

hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi belajar dan tindak mengajar

yang dijadikan tolak ukur keberhasilan dan ketercapaian tujuan

pembelajaran. Seseorang siswa dikategorikan barhasil dalam belajar jika

setelah mengikuti proses pembelajaran maka tingkat pengetahuan yang

dimiliki akan bertambah, serta siakp dan tingkah lakunya menjadi lebih

baik.

Hasil belajar tersebut berupa kemampuan yang dimiliki oleh siswa

setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, yang wujudnya berupa

kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kemampuan yang

diperoleh siswa diwujudkan dalam bentuk hasil belajar. Hasil belajar

menunjukkan berhasil tidaknya suatu kegiatan pengajaran yang

dicerminkan dalam bentuk poin atau angka setelah mengikuti tes.

4. Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan teknik yang digunakan oleh guru kepada

siswa dalam menyajikan materi pembelajaran dalam sebuah proses

pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang sudah dirancang dapat

tercapai. Dengan model pembelajaran, guru dapat melaksanakan proses

pembelajaran sesuai dengan pola, tujuan, tingkah laku, lingkungan dan

hasil belajar yang direncanakan.

Menurut Joyce dalam Trianto (2009 : 5) model pembelajaran adalah

suatu perencana atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

(50)

dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran. Sedangkan

menurut Suprijono (2013 : 46) model pembelajaran ialah pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas

maupun tutorial. Sedangkan menurut Sagala (2009:175) model diartikan

sebagai kerangka konseprual yang digunakan sebagai pedoman dalam

melakukan kegiatan.

Menurut Arens dalam Suprijono (2013 : 46) model pembelajaran

mengacu pada pendekatan yang digunakan, termasuk didalamnya

tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,

lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Selanjutnya Joyce dan

Weil dalam Sagala (2009:176) mengemukakan ada empat kategori yang

penting diperhatikan dalam model mengajar yakni: model informasi,

model personal, model interaksi dan model tingkah laku. Model

pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi

metode atau prosedur, menurut Trianto (2009:6) model pembelajaran

mempunya empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode

atau prosedur, ciri-ciri tersebut adalah :

a. rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau penggemarnya.

b. landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai).

c. tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model dapat dilaksanakan dan berhasil.

(51)

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa model

pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai

pedoman dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.

5. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang

mengutamakan adanya kerja sama, yakni kerja sama antar siswa dalam

kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran (Johnson dan Johnson

dalam Ismail, 2002:12). Sementara menurut Sholehatin (2008:4)

cooperative learning merupakan sebagai suatu sikap atau perilaku

bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur

kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau

lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari

setiap anggota kelompok itu sendiri.

Menurut Sanjaya dalam Rusman (2011 : 203) mengungkapkan bahwa

cooperative learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan

dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kooperatif adalah

rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam

kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah

dirumuskan. Sementara menurut Suprijono (2013:54) pembelajaran

kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja

kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau

(52)

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa dalam

pembelajaran kooperatif siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil

untuk menyelesaikan suatu tugas atau memecahkan suatu masalah,

dimana setiap anggota kelompok saling membantu. Kelompok

beranggotakan 4-5 siswa dengan kemampuan yang heterogen. Maksud

kelompok yang heterogen terdiri dari tingkat kemampuan akademik dan

jenis kelamin siswa.

Sanjaya (2008 : 239) model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian

kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok

tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

Ada empat unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yaitu:

adanya peserta dalam kelompok, adanya aturan kelompok, adanya upaya

belajar setiap anggota kelompok, dan adanya tujuan yang harus dicapai.

Karakteristik pembelajaran kooperatif menurutnya ialah sebagai berikut.

1. Pembelajaran secara tim, pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar.

2. Didasarkan pada manajemen kooperatif, dalam pembelajaran koperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran secara efektif.

3. Kemauan untuk bekerjasama, keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip kerjasama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif.

(53)

Pembelajaran kooperatif menurut Sanjaya (Rusman, 2011 : 206) akan

efektif digunakan apabila:

1. guru menekankan pentingnya usaha bersama disamping usaha individual;

2. guru menghendaki pemerataan perolehan hasil dalam belajar; 3. guru ingin menanamkan tutor sebaya atau belajar melalui teman

sendiri;

4. guru menghendaki adanya pemerataan partisipasi aktif siswa; 5. guru menghendaki kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai

permasalahan.

Menurut Hasan dkk dalam Solihatin (2008 : 6 ) Belajar dalam kelompok

kecil dengan prinsip kooperatif sangat baik digunakan untuk mencapai

tujuan belajar, baik yang sifatnya kognitif, afektif, maupun konatif.

Suasana blajar yang berlangsung dalam interaksi yang saling percaya,

terbuka, dan rileks di antara anggota kelompok yang memberikan

kesempatan bagi siswa untuk memperoleh dan member masukan diantara

mereka untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, dan moral, serta

keterampilan yang ingin dikembangkan dalam pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang

mengutamakan kerjasama antar siswa untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif mempunyai ciri-ciri:

1) untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif;

2) kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah;

3) jika dalam kelas, terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam setiap kelompok pin terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula;

4) penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.

(54)

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

mempunyai tiga tujuan yang hendak dicapai yaitu sebagai berikut.

1. Hasil belajar akademik

pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. banyak ahli yang berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit.

2. Penerimaan adanya keragaman

model pembelajaran kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temanya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang. perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik dan tingkat sosial.

3. Pengembangan keterampilan social

pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengembangkan

keterampilan social siswa. keterampilan social yang dimaksud dalam pembelajaran kooperatif adalah berbagi tugas, aktif bertanya,

menghargai pendapat orang lain. mau menjelaskan idea tau pendapat, dan bekerja sama dalam kelompok.

(Jihad dan Haris 2008 : 30)

Menurut Roger dan David Johnson (Rusman, 2011 : 212) ada lima unsur

dasar dalam pembelajaran kooperatif (Cooperave Learning), yaitu

sebagai berikut.

1. Prinsip ketergantungan (positive interdependence), yaitu dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. 2. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability), yaitu

keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompok.

3. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling member dan menerima informasi dari kelompok lain.

4. Partisipasi dan komunikasi (participation communication), yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.

(55)

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang

menggunakan pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah itu ditunjukkan

pada table berikut.

Tabel 2. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap-1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Tahap-2

Menyajikan informasi

Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai pada pembelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi siswa belajar.

Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau melalui bahan bacaan.

Tahap-3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien.

Tahap-4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Tahap-5 Evaluasi

Tahap-6

Memberikan penghargaan

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajat individu dan kelompok.

Sumber: Rusman (2011 : 211)

Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa manfaat. Menurut Zamroni

(Trianto, 2009 : 57) manfaat penerapan belajar kooperatif adalah dapat

mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada

(56)

solidaritas sosial dikalangan siswa. Dengan belajar kooperatif diharapkan

kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi yang cemerlang

dan memiliki solidaritas yang kuat.

Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan proses

pembelajaran kooperatif menempatkan siswa sebagai pencari ilmu

sehingga bisa memecahkan dan merumuskan sendiri hasilnya. Intervensi

dari orang lain dalam hal ini guru diberikan dalam rangka memotivasi

siswa. Perumusan dan konseptualisasi juga dilakukan oleh siswa sendiri.

Posisi guru dalam proses pembelajaran bukan sebagai informatory dan

penyuap materi, akan tetapi sebagai organisator program pembelajaran,

sebagai fasilitator bagi pembelajaran siswa dan sebagai evaluator

keberhasilan pembelajaran mereka.

6. Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together (NHT) Number Head Together adalah suatu model pembelajaran yang lebih

mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan

melaporkan informasi dengan rasa tanggung jawab dari berbagai sumber

yang akhirnya dipresentasikan didepan kelas. Numbered Head Together

(NHT) pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagen (1993). Menurut

Kagen model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa

untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta

berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif

Gambar

Tabel
Tabel
Tabel 1. Hasil Ulangan MID Semester IPS Terpadu Siswa Kelas VIII
Tabel 1 lanjutan
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS. X SMK PELITA BANGSA

Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Numbered Head Together merupakan rangkaian penyampaian materi dengan menggunakan kelompok sebagai wadah dalam

kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT), d) hasil belajar, e) tinjauan.. materi lingkaran, f) implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Numbered. Head

Dari hasil perhitungan statistik dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar passing

Skripsi oleh Tanti Dwi Lestari, NPM 15650003, dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan rasa ingin tahu dan prestasi belajar IPS

Kemudian dari hasil analisis yang dilakukan maka terbukti bahwa ada pengaruh yang positif penggunaan model kooperatif tipe numbered head together (NHT) berbantu smart