ABSTRAK
STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DAN TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP SMP NEGERI 28
BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Oleh
JENNI AYUNINGTYAS
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together
(NHT)dan tipe Make A Match (MAM) dan model pembelajaran manakah yang lebih efektif antara model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan tipe MAM pada mata pelajaran IPS Terpadu kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 28 Bandar Lampung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian komparatif dengan pendekatan eksperimen. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 28 Bandar Lampung yang berjumlah 192 orang siswa dengan sampel sebanyak 46 orang siswa. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah cluster random sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, dokumentasi dan tes hasil belajar. Pengujian hipotesis pertama menggunakan rumus T-test dua sampel independen dan untuk pengujian hipotesis kedua menggunakan rumus efektifitas N-gain.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
1. Fhitung > Ftabel yaitu (2,48) > (2,01) dengan demikian Ho ditolak dan Ha
daripada N-gain kelas kontrol yaitu (0,60 > 0,51) danuji t (kesamaan dua rata-rata) N-gain yaitu thitung > ttabel, dengan demikian Ha diterima yang berarti penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) lebih efektif dibandingkan dengan siswa yang diberi model pembelajaran
kooperatif tipe Make a Match pada mata pelajaran IPS Terpadu.
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian ... 60
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN RIWAYAT HIDUP
PERSEMBAHAN MOTO
SANWACANA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 10
C. Pembatasan Masalah ... 11
D. Rumusan Masalah ... 11
E. Tujuan Penelitian... 12
F. Manfaat Penelitian... 12
G. Ruang Lingkup Penelitian ... 14
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 15
1. Definisi Belajar ... 15
2. Teori Belajar ... 18
3. Hasil Belajar ... 23
4. Model Pembelajaran ... 29
7. Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match ... 41
8. Pembelajaran IPS Terpadu ... 43
B. Penelitian yang Relevan ... 51
C. Kerangka Pikir... 53
D. Anggapan Dasar Hipotesis ... 60
E. Hipotesis ... 61
III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 62
D. Definisi Konseptual Variabel ... 69
E. Definisi Operasional Variabel ... 70
F. Teknik Pengambilan Data ... 73
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 84
1. Sejarah Berdirinya Sekolah ... 84
2. Visi, Misi, Tujuan SMP N 28 Bandar Lampung ... 85
a. Visi ... 85
b. Misi ... 85
c. Tujuan ... 85
5. Struktur Organisasi Sekolah ... 88
6. Kegiatan Ekstrakulikuler ... 88
7. Situasi Pengolahan Kelas ... 89
B. Deskripsi Data ... 89
1. Data Hasil Pretes ... 90
2. Data Hasil Posttes ... 94
C. Pengujian Persyaratan Instrumen ... 98
1. Uji Validitas... 98
2. Uji Reliabilitas ... 98
3. Taraf Kesukaran ... 98
4. Daya Beda ... 99
D. Pengujian Persyaratan Analisis Data... 99
1. Uji Normalitas ... 99
2. Uji Homogenitas ... 100
E. Peningkatan Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 100
F. Pengujian Hipotesisi ... 104
G. Pembahasan ... 105
H. Keterbatasan Penelitian ... 113
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 114
B. Saran ... 115
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel Halaman
1. Denah Ruang Kelas SMP Negeri 28 Bandar Lampung ... 117
2. Data Guru dan Staf TU SMP Negeri 28 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014 ... . ... 118
3. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen/VIIIF (Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT)... 120
4. Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol/VIIIH (Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT)... . ... 121
5. Daftar Pembagian Kelompok ... 122
6. Silabus ... 123
7. RPP Kelas Eksperimen ... 125
8. RPP Kelas Kontrol ... 141
9. Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar/Postes ... 159
10.Soal Pretes dan Postes ... 161
11.Kunci Jawaban Pretes dan Postes ... 168
12.Hasil Belajar IPS Terpadu Kelas Eksperimen ... 169
13.Hasil Belajar IPS Terpadu Kelas Kontrol ... 170
14.Hasil Uji Coba Soal ... 171
15.Uji Realibilitas ... 173
16.Uji Tingkat Kesukaran ... 174
17.Daya Beda ... 176
18.Rekapitulasi Hasil Uji Coba Soal ... 178
19.Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen ... 180
20.Hasil Uji Normalitas Kelas Kontrol ... 181
21.Hasil Uji Homogenitas ... 182
22.Hasil Uji Hipotesis ... 183
23.Form Pengajuan Judul ... 188
24.Surat Penelitian Pendahuluan ... 189
25.Surat Izin Penelitian ... 190
26.Surat Keterangan Judul ... 191
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Hasil Ulangan MID Semester IPS Siswa Kelas VIII
Semester Ganjil SMP Negeri 28 Bandar Lampung ... 6
2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 35
3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VIII Semester I ... 49
4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VIII Semester II ... 50
5. Penelitian yang Relevan ... 51
6. Definisi Operasional Variabel ... 72
7. Interprestasi Koefisien Korelasi ... 75
8. Daftar Sarana dan Prasarana SMP Negeri 28 ... 87
9. Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Mata Pelajaran IPS Terpadu KelasEksperimen... 90
10.Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Mata pelajaran IPS Terpadu Kelas Kontrol ... 92
11.Distribusi Frekuensi Hasil Post-Test (Tahap Akhir) Kelas Eksperimen ... 94
12.Distribusi Frekuensi Hasil Post-Test (Tahap Akhir) Kelas Kontrol ... 96
13.Uji Normalitas Sampel Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 99
14.Hasil Uji Homogenitas Varian pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 100
MOTO
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
(QS: 94,5-6)
“kaki yang akan berjalan lebih jauh, tangan yang akan berbuat lebih banyak, mata yang akan menatap lebih lama, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari
baja, dan hati yangakan bekerja lebih keras, serta mulut yang akan
selalu berdoa...”
(5cm)
Bahagia bukan berarti segalanya sempurna. Bahagia adalah ketika kamu memutuskan untuk konsisten dalam melihat segala sesuatu
secara sempurna.
(Yuri Andriyadi)
“Mencoba walau kemudian gagal akan selalu lebih baik
daripadatidak mencoba dan akhirnya menyesal”
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas
segala kemudahan, limpahan rahmat dan karunia yang Engkau berikan selama
ini. Seiring doa, rasa syukur dan segala kerendahan hati. Dengan segala cinta
dan kasih sayang kupersembahkan karya kecilku ini untuk orang-orang yang
akan selalu berharga dalam hidupku:
Papaku tercinta dan Mamaku tersayang, yang sangat menyayangiku,
mendoakan keberhasilanku, dan memberikan segalanya yang terbaik
untukku.
Kakak-adikku dan seluruh keluarga besarku, yang selalu memberikan
doa, semangat, dan dukungan untuk keberhasilanku hingga saat ini.
Para pendidikku, atas bimbingan dan ajarannya, serta limpahan
ilmu-ilmu yang bermanfaat.
Seluruh sahabat-sahabatku dan teman-teman Pendidikan Ekonomi
2010, yang telah menemaniku saat suka dan duka, memberikan
pengalaman serta kebersamaan.
Seluruh guru kehidupan yang pada mereka aku belajar tentang arti
kehidupan.
Penulis di lahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 20
November 1991 dengan nama lengkap Jenni Ayuningtyas.
Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, Putri dari
pasangan Bapak Jon Isman dan Ibu Gusniar.
Pendidikan formal yang diselesaikan penulis yaitu:
1. TK Dharma Wanita Unila diselesaikan pada tahun 1998
2. SD Negeri 4 Kemiling Permai diselesaikan pada tahun 2004
3. SMP Negeri 28 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2007
4. SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2010
Pada tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Ekonomi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) Universitas Negeri Lampung melalui jalur SNMPTN (Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Pada bulan Januari 2013, penulis
mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di
Jakarta-Semarang-Solo-Bali-Jogjakarta-Bandung. Pada bulan Juli-September, penulis mengikuti Program
Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan PPL (Program Pengalaman Lapangan) di Desa
Gunung Agung, Kecamatan Gunung Terang, Kabupaten Tulang Bawang Barat,
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas
segala kemudahan, limpahan rahmat dan karunia yang Engkau berikan selama
ini. Seiring doa, rasa syukur dan segala kerendahan hati. Dengan segala cinta
dan kasih sayang kupersembahkan karya kecilku ini untuk orang-orang yang
akan selalu berharga dalam hidupku:
Papaku tercinta dan Mamaku tersayang, yang sangat menyayangiku,
mendoakan keberhasilanku, dan memberikan segalanya yang terbaik
untukku.
Kakak-adikku dan seluruh keluarga besarku, yang selalu memberikan
doa, semangat, dan dukungan untuk keberhasilanku hingga saat ini.
Para pendidikku, atas bimbingan dan ajarannya, serta limpahan
ilmu-ilmu yang bermanfaat.
Seluruh sahabat-sahabatku dan teman-teman Pendidikan Ekonomi
2010, yang telah menemaniku saat suka dan duka, memberikan
pengalaman serta kebersamaan.
Seluruh guru kehidupan yang pada mereka aku belajar tentang arti
kehidupan.
SANWACANA
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirobbil alamin, puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat
Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-Nya serta hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu
terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah
menjelaskan kepada manusia tentang isi kandungan Al-Qur’an sebagai petunjuk
jalan menuju kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak.
Skripsi dengan judul “Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) dan Make A Match Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 28 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014" adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi
Pendidikan Ekonomi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari
bantuan, bimbingan, motivasi, saran dan kritik yang telah diberikan oleh semua
pihak.Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S., selaku pembantu Dekan I FKIP Unila.
3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku pembantu Dekan II FKIP Unila.
4. Bapak Drs. Iskandarsyah, M.H., selaku pembantu Dekan III FKIP Unila.
5. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial FKIP Unila.
6. Bapak Drs. Hi. Nurdin, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan
selaku Pembimbing II yang telah banyak membantu dan mengarahkan
penulis.
7. Bapak Drs. Yon Rizal, M.Si., selaku Pembimbing Akademik (PA) dan
Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu untuk penyelesaian
skripsi ini. Terima kasih atas segala arahan ilmu pengetahuan yang telah
Bapak berikan kepada penulis.
8. Ibu Dr. Pujiati, M.Pd., selaku penguji yang telah membantu mengarahkan
serta memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Bapak dan Ibu Dosen FKIP Universitas Lampung khususnya Program Studi
Pendidikan Ekonomi terima kasih atas bantuan dan bimbingannya serta tiada
henti-hentinya mengingatkan Penulis untuk terus belajar dan belajar.
10. Kepala SMP Negeri 28 Bandar Lampung Bapak Drs. M. Hutasoit, M.M., dan
Bapak Drs. Sepriyanto., selaku Waka Kurikulum yang telah menerima saya
dengan baik.
11. Ibu Turyati, S.Pd., selaku guru mata pelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 28
dan seluruh dewan guru SMP Negeri 28 Bandar Lampung yang telah
mengizinkan dan membantu dalam proses penelitian.
12. Seluruh Siswa-siswi SMP Negeri 28 Bandar Lampung yang telah
berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini, terima kasih atas kerjasama dan
dukungannya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.
13. Papa Jon Isman tercinta dan Mama Gusniar tersayang terimakasih untuk
seluruh doa, cinta, kasih sayang, motivasi yang selalu menjadi penyemangat
dalam hidupku dan atas segala pengorbanan untukku yang tiada pernah bisa
dinilai dari segi apapun.
14. Kakakku Irwan Sasmita dan adikku tercinta Ade Silvinia terima kasih atas
doa, dukungan dan canda kalian yang selalu membuatku semangat untuk
menyelesaikan studiku.
15. Yuri Andriyadi terimakasih atas doa, dukungan dan motivasinya yang
senantiasa memberikan semangat dalam menyelesaikan studi.
16. Sahabat foreverku Ajeng, Nuhay, Selvita (JANS) terimakasih atas
kebersamaannya selama ini. Suka duka kita lalui untuk mencari ilmu demi
masa depan kita kelak dan tentunya untuk mencapai Ridho Allah SWT.
17. Sahabat-sahabat seperjuanganku Pendidikan Ekonomi 2010, Asnur Vevy,
Heni Wiji Astuti, Fitri Ahadiyah , Dwi Asti A, Luftia Armanda Sari, Agtifah
Sari, Sukma Wati, Rika Aprilliana, Gabriela Sabatini, Vivien Barcellena V,
Tria Agustina, Leni Asnawati, Kusworo, Ardi Tri Saputra, Eka S, Arnold
Rama A, Ali Yanto, Rendi Alkafi, Anggoro Yoga P, M. Burhan, Hardian
Mutiara Annisa T, Rizka Aminy, Astika Kusni W, Ditha Novita S, Leni
Asnawati, Reda Hardianti, Novia Nalom L, Feb T Utari, Vivien Datania, dan
Pendidikan Ekonomi Kelas Genap Anggi Mutiara P, Renni Suryani,
Nurhayati, Pemi Zurriyatina, dan semua yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
18. Kakak-kakak tingkatku Program Studi Pendidikan Ekonomi 2009, 2008,
2007, serta adik-adik tingkat 2011, 2012, 2013, Kak Dani dan Om Herdi
terimakasih atas semangat, bantuan serta ilmu dan waktunya.
19. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu terimakasih atas semuanya.
Semoga segala sesuatu yang telah diberikan secara tulus kepada penulis, baik
semangat, bimbingan, dan doa yang diberikan kepada penulis mendapat Ridho
dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandarlampung, Mei 2014 Penulis
I. PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang
masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, kegunaan penelitian, dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.
Pembahasan secara rinci beberapa sub bab tersebut dikemukakan sebagai berikut.
A. Latar Belakang Masalah
Globalisasi saat ini menimbulkan persaingan di berbagai bidang kehidupan
antar negara semakin ketat. Menghadapi persaingan tersebut diperlukan
sumber daya manusia berkualitas tinggi yang mampu menciptakan dan
mengembangkan ilmu dan teknologi modern sebagai sarana mewujudkan
masyarakat yang maju. Pembangunan sumber daya manusia tersebut perlu
dilakukan agar dapat berpartisipasi aktif terhadap pelaksanaan
program-program pembangunan yang telah direncanakan sehingga dapat bersaing
dengan negara lain. Usaha mengembangkan sumber daya manusia berkualitas
harus melalui pendidikan yang berkualitas pula. Bagi Indonesia hal ini
menjadi tantangan dalam meningkatkan mutu sistem pendidikan.
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar para siswa atau sering disebut peserta
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki tugas dan tanggung jawab
penuh dalam menjalankan amanat pendidikan. Sekolah merupakan suatu
institusi yang dirancang untuk membawa siswa pada proses belajar, di bawah
pengawasan guru atau tenaga pendidik professional. Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu
dan pengetahuan, penguasaan kemahiran serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah
proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Setiap
proses, apapun bentuknya memiliki tujuan yang sama, yaitu mencapai hasil
yang memuaskan. Begitu pula proses pembelajaran yang diselenggarakan
dengan tujuan agar siswa mencapai pemahaman yang optimal terhadap materi
yang diajarkan.
Namun kenyataannya pendidikan yang ditujukan pada sekolah-sekolah di
Indonesia saat ini masih belum seutuhnya melahirkan generasi-generasi muda
yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang, mampu berfikir kreatif,
tidak bersifat individualis dan memiliki solidaritas yang kuat. Penyebab
proses belajar yang dialami siswa belum optimal mungkin salah satunya
adalah strategi pembelajaran yang digunakan kurang sesuai. Karena selama
ini metode pengajaran yang diberikan oleh seorang guru masih menggunakan
model pengajaran yang bersifat teacher centered dimana guru lebih dominan
Guru dalam menerapkan pembelajaran lebih menekankan pada model yang
mengaktifkan guru, kurang melibatkan peserta didik, pembelajaran yang
dilakukan guru kurang kreatif, dan kurang mengoptimalkan media
pembelajaran. Hal ini mengakibatkan siswa lebih banyak pasif dan merasa
jenuh atau bosan dalam mengikuti pembelajaran dan tidak bisa lebih banyak
aktif untuk mengeksplorasi kemampuannya dalam belajar. Siswa hanya
sebagai objek pasif yang fungsinya hanya menerima pegetahuan dengan
mendengarkan, mencatat dan mudah bosan dalam pembelajaran sehingga
dapat menyebabkan menurunnya minat belajar.
Pembelajaran berpusat pada guru sampai saat ini masih menemukan beberapa
kelemahan. Kelemahan tersebut dapat dilihat pada saat berlangsungnya
pembelajaran di kelas, interaksi aktif antara siswa dengan guru atau guru
dengan siswa jarang terjadi. Siswa kurang bisa bekerja sama dalam kelompok
diskusi dan dalam pemecahan masalah yang diberikan. Mereka cendrung
belajar sendiri-sendiri. Pengetahuan yang didapat bukan dibangun sendiri
secara bertahap oleh siswa atas dasar pemahamannya sendiri. Karena siswa
jarang menemukan jawaban atas permasalahan atau konsep yang dipelajari.
Model mengajar yang bersifat teacher centered salah satunya adalah model
pembelajaran konvensional. Pendekatan konvensional ditandai dengan guru
melakukan pembelajaran lebih banyak tentang konsep-konsep bukan
kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan mampu untuk
melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak
Model pengajaran konvensional memposisikan guru sebagai pemilik ilmu
atau otoritas pengetahuan. Sedangkan siswa menjadi obyek pasif, hanya
sebagai penerima ilmu sehingga siswa menjadi tidak kritis. Dalam
pembelajaran konvensional guru hanya memikirkan bagaimana materi yang
akan diberikan dapat tersampaikan seluruhnya, bagaimana konsep-konsep
dari pembelajaran dapat dipahami dan dihapal oleh siswa, tanpa berfikir
bagaimana siswa itu dapat berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran dikelas.
Guru sebagai fasilitator yang berperan dalam keberhasilan siswa atau perserta
didik. Untuk itu, guru harus tepat dalam memilih model pembelajaran yang
akan digunakan agar hasil belajarnya tercapai. Hasil belajar dapat tercapai
apabila guru dalam menyampaikan pelajaran tidak menjadikan siswa hanya
sebagai obyek belajar, tetapi siswa dijadikan sebagai subyek, sehingga siswa
bisa terlibat langgsung dalam proses pembelajaran. Selain itu juga, guru tidak
hanya menggunakan model pembelajaran yang monoton tetapi, guru harus
bisa mengembangkan model pembelajaran yang bervariasi dan
menyenangkan agar siswa senang dalam mengikuti pelajaran dan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Guna memperbaiki hal tersebut perlu disusun pendekatan dalam
pembelajaran yang komprehensif dan dapat mengaitkan materi teori dengan
kenyataan yang ada dilingkungan sekitarnya. Berdasarkan hal tersebut, perlu
digunakan model pembelajaran kooperatif dalan kegiatan pembelajaran.
mengutamakan adanya kelompo-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam
kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang
dan rendah). Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama
dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan
keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Guru mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran untuk
menentukan keberhasilan peserta didik dalam belajar. Upaya dalam
meningkatkan hasil belajar peserta didik khususnya hasil belajar mata
pelajaran ilmu pengetahuan sosial sangat dibutuhkan kemampuan dari guru
untuk mengembangkan kreasi mengajar, mampu menarik minat peserta didik
untuk belajar IPS Terpadu. Dengan demikian guru tidak hanya mentransfer
ilmu yang dimiliki melainkan juga mempertimbangkan aspek intelegensi dan
kesiapan belajar peserta didik, sehingga tidak mengalami depresi mental
seperti kebosanan, mengantuk, frustasi bahkan antipati terhadap mata
pelajaran IPS Terpadu.
Ilmu Pengetahuan Sosial adalah sekelompok disiplin ilmu yang mempelajari
aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya.
IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti:
sosiologi, sejarah, ekonomi, geografi, politik, hokum, dan budaya (Trianto,
2010 : 171). Tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi
bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai
dengan bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya, serta berbagai bekal
Berdasarkan pengertian dan tujuan dari pendidikan IPS, tampaknya
dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya
tujuan tersebut. Kemampuan dan keterampilan guru dalam memilih dan
menggunakan berbagai strategi, metode dan model pembelajaran senantiasa
terus ditingkatkan, agar pembelajaran IPS benar-benar mampu
mengondisikan upaya pembekalan kemampuan dan keterampilan dasar bagi
peserta didik untuk menjadi manusia dan warga negara yang baik. Hal ini
dikarenakan pengondisian iklim belajar merupakan aspek penting bagi
tercapainya tujuan pendidikan.
Hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan pada bulan Oktober 2013
diperoleh hasil belajar siswa SMP Negeri 28 Bandar Lampung yang
menunjukkan bahwa hasil belajar IPS Terpadu siswa masih tergolong rendah
jika dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan oleh
sekolah, yaitu sebesar 70. Sebagai ilustrasi dibawah ini disajikan data hasil
belajar mata pelajaran IPS terpadu yang diperoleh siswa pada ulangan MID
Semester Ganjil pada siswa kelas VIII SMP Negeri 28 Bandar Lampung,
seperti terlihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Hasil Ulangan MID Semester IPS Terpadu Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 28 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014
No Kelas Interval Nilai Jumlah Siswa
Keterangan
< 70 ≥ 70
1 VIII A 10 14 24 Kriteria
Ketentuan Minimum yang ditetapkan adalah 70
2 VIII B 9 16 25
3 VIII C 12 13 25
4 VIII D 10 14 24
5 VIII E 14 10 24
Tabel 1 lanjutan
No Kelas Interval Nilai Jumlah Siswa
Keterangan
< 70 ≥ 70
7 VIII G 14 10 24
8 VIII H 8 14 22
Jumlah
Siswa 92 100 192
Presentase (%)
47,92% 52,08% 100%
Sumber : Daftar nilai guru mata pelajaran IPS Terpadu kelas VIII
Berdasarkan data pada Tabel 1, terlihat bahwa hasil belajar IPS terpadu yang
diperoleh siswa pada ulangan MID Semester Ganjil kurang baik. Hal ini
terlihat jumlah siswa yang memperoleh nilai 70 keatas atau yang memenuhi
Kriteria Ketuntasan Minimum sebesar 52,08%,berarti siswa yang belum
memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan guru
sebesar 47,92%. Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa kurang
baik. Sedangkan menurut Djamarah dan Zain, (2006 : 128) apabila bahan
pelajaran yang diajarkan kurang dari 65% dikuasai siswa maka prestasi
keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut tergolong rendah. Model
pembelajaran yang digunakan dalam mata pelajaran IPS di SMP Negeri 28
Bandar Lampung selama ini adalah model pembelajaran konvensional.
Berdasarkan pemikiran di atas serta melihat hasil belajar siswa yang belum
optimal, maka perlu upaya perubahan dalam proses pembelajaran untuk
menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan, sehingga pada
akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar sudah seharusnya mulai diterapkan
di sekolah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk menciptakan
proses pembelajaran tersebut adalah dengan mengubah model pembelajaran
kooperatif telah menjadi salah satu pembaharuan dalam pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif dilaksanakan secara kelompok kecil supaya siswa
dapat bekerjasama dalam kelompok untuk mempelajari isi materi pelajaran
dengan berbagai keahlian sosial.
Pembelajaran kooperatif dapat menciptakan suasana belajar penuh dengan
kerjasama dalam menyelesaikan persoalan, diskusi, mencari informasi dari
berbagai sumber dan masih banyak lagi kegiatan positif lain yang diterapkan
sehingga suasana pembelajaran sesuai dengan prinsip pembelajaran saat ini
yaitu pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
(PAIKEM). Pembelajaran kooperatif menghadirkan suasana baru dalam
proses pembelajaran mulai dari penyampaian materi yang biasanya dominan
dilakukan oleh guru diubah dengan melibatkan peran siswa baik dengan
memberikan tugas kelompok ataupun individu. Guru dalam pembelajaran
kooperatif lebih berperan sebagai fasilitator, menggerakkan siswa untuk
menggali informasi dari berbagai sumber sehingga wawasan yang diperoleh
siswa lebih luas. Adanya unsur-unsur permainan yang bermakna dalam
proses pembelajaran dapat membuat siswa merasa senang dan tidak jenuh.
Perubahan-perubahan ini menimbulkan tantangan baru dalam proses
pembelajaran yang dapat menyemangati siswa dalam belajar.
Model pembelajaran kooperatif beragam jenisnya. Hal ini lebih memudahkan
guru untuk memilih tipe yang paling sesuai dengan pokok bahasan, tujuan
pembelajaran, suasana kelas, sarana yang dimiliki dan kondisi internal peserta
sesuai untuk dicoba oleh guru mata pelajaran IPS Terpadu khususnya kelas
VIII SMP salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) dan Make a Match.
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu model
pembelajaran yang mampu meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran. Model ini dikembangkan oleh Spencer Kagan (Lie, 2004: 35).
Tipe ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide ide
dan menimbang jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga
mendorong siswa untuk meningkatkan kerjasama mereka. Tipe NHT lebih
banyak melibatkan siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu
pelajaran untuk mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Setelah semua siswa dari tiap kelompok memberikan jawabannya dan saling
menanggapi, guru kemudian menuntun siswa untuk menarik kesimpulan
tentang materi pembelajaran yang telah dipelajari. Sedangkan model
pembelajaran kooperatif tipe Make a Match memiliki karakteristik adanya
permainan ”mencari pasangan”. Permainan ”mencari pasangan”
menggunakan kartu yang berisi soal dan jawaban soal dari kartu lain. Siswa
mencoba menemukan jawaban dari soal dalam kartunya yang terdapat pada
kartu yang dipegang siswa lain. Siswa yang dapat mencocokkan kartunya
diberi poin.
Melalui kedua model tersebut diharapkan dapat melibatkan siswa secara aktif
dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih mudah memahami materi
serta hasil belajar siswa dapat memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimum) yang ditetapkan oleh sekolah.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS
Terpadu Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) dan Make A Match Pada Siswa Kelas VIII
Semester Genap SMP Negeri 28 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka permasalahan
dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut.
1. Masih rendahnya hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri
28 Bandar Lampung. Hal ini tampak dari banyaknya siswa yang belum
mencapai ketuntasan belajar.
2. Model pembelajaran konvensional masih banyak digunakan dan disukai
oleh guru.
3. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru (Teacher Centered).
Peran guru sangat dominan, sehingga partisipasi siswa secara aktif dalam
proses pembelajaran masih sangat rendah.
4. Guru tidak menerapkan model-model pembelajaran kooperatif yang
menarik dan dapat disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Hal
itu menyebabkan proses belajar mengajar menjadi monoton sehingga
5. Tidak adanya pola pembelajaran khusus dalam mencapai tujuan
pembelajaran IPS Terpadu.
6. Kurangnya semangat dan kreativitas siswa dalam belajar.
C. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu luas, maka ruang
lingkup masalah dalam peneliti ini dibatasi pada kajian hasil kognitif belajar
IPS Terpadu siswa yang pengajarannya menggunkan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan siswa yang
pengajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a
Match pada siswa kelas VIII semester genap di SMP Negeri 28 Bandar
Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014. Pada pokok bahasan ‘Memahami
pranata dan penyimpangan sosial’.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah
tersebut, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut.
1. Apakah ada perbedaan hasil belajar IPS Terpadu antar siswa yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) dengan siswa yang pembelajarannya
menggunakan model kooperatif tipe Make a Match pada siswa kelas VIII
Semester Genap SMP Negeri 28 Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2. Model pembelajaran manakah yang lebih efektif antara model
pembelajaran kooperatif tipe NHT dan model pembelajaran kooperatif
tipe Make A Match pada mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VIII
Semester Genap SMP Negeri 28 Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2013/2014?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe
Make a Match pada mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VIII
Semester Genap SMP Negeri 28 Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2013/2014.
2. Untuk mengetahui model pembelajaran manakah yang lebih efektif
antara model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together
(NHT) dan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match pada mata
pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 28
Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mendatangkan manfaat sebagai berikut.
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi secara
lengkap mengenai penelitian yang menekankan pada perbandingan
penerapan model pembelajaran IPS Terpadu.
b. Sumbangan pemikiran bagi guru mata pelajaran IPS terpadu tentang
alternative strategi pembelajaran yang lain yaitu pembelajaran dengan
menggunakan model kooperatif tipe NHT dan tipe Make a Match
untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
c. Sebagai bahan atau referensi bagi para peneliti-peneliti lainnya yang
ingin mengembangkan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini dapat menimbulkan gairah belajar,
membangkitkan keinginan, dan minat baru serta memungkinkan
adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan sumber belajar.
b. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat memberikan motivasi agar para guru mata
pelajaran IPS terpadu dapat berinovasi dalam menggunakan model
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kompetensi guru dalam
proses pembelajaran.
c. Bagi Sekolah
Dapat menjadi salah satu bahan rujukan yang bermanfaat guna
d. Bagi peneliti sebagai bentuk praktik dan pengabdian terhadap ilmu
yang telah diperoleh serta sebagai syarat menyelesaikan studi di
Universitas Lampung.
e. Sebagai sumber informasi bagi peneliti lain dalam bidang
pembelajaran.
G. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan
model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match.
3. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 28 Bandar Lampung.
4. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap pada bulan Januari
sampai Februari Tahun Pelajaran 2013/2014.
5. Disiplin Ilmu
Disiplin ilmu yang berhubungan dengan penelitian ini adalah ilmu
pendidikan, manajemen pendidikan, dan manajemen sumber daya
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
Bab kedua akan membahas beberapa hal yang berkaitan dengan tinjauan pustaka,
kerangka pikir, dan diakhiri dengan hipotesis. Pembahasan secara rinci beberapa
sub bab tersebut dikemukakan sebagai berikut.
A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Belajar
Belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku tetap dari belum
tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi
lebih terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta
bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri (Trianto, 2009 :
17). Hal ini senada juga disampaikan oleh Slameto (2008 : 2) belajar
ialah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Hamalik (2008:29) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu
proses. Belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk
mencapai tujuan yang telah direncanakan. Belajar merupakan tindakan
dan perilaku yang kompleks sebagai tindakan, maka belajar hanya
terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh
sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Belajar adalah suatu kegiatan
yang kita lakukan untuk memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan
(Djamarah, 2006: 15).
Dalyon (2005: 49) mengatakan bahwa ”Belajar adalah suatu usaha atau
kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang,
mencakup perubahan tingkah laku, sikap kebiasaan, ilmu pengetahuan,
keterampilan dan sebagainya”. Belajar juga merupakan suatu aktivitas
yang dilakukan seseorang untuk mempelajari sesuatu yang belum
diketahui. Seperti yang dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono (2006 :
7) belajar merupakan tindakan dan prilaku siswa yang kompleks. Sebagai
tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah
penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar
terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar.
Sementara menurut Jarvis dalam Trianto (2010 : 178) bahwa belajar
adalah: (1) ada tidaknya perubahan perilaku permanen sebagai hasil dari
pengalaman; (2) perubahan relative sering terjadi yang merupakan hasil
dari praktek pembelajaran; (3) proses di mana pengetahuan itu digali
melalui transformasi pengalaman; (4) proses transformasi pengalaman
yang menghasilkan pengetahuan, skill, dan attitude; (5) mengingat
Prinsip-prinsip belajar menurut Sardiman (2007: 24) adalah sebagai
berikut.
1. Kemampuan belajar seorang siswa harus diperhitungkan dalam rangka menentukan isi pembelajaran.
2. Perkembangan pengalaman anak didik akan banyak mempengaruhi kemampuan belajar yang bersangkutan.
3. Belajar melalui praktek atau mengalami secara langsung akan lebih efektif membina sikap, keterampilan, cara berpikir keritis dan lain-lain, dibandingkan dengan belajar hafalan saja.
4. Belajar sedapat mungkin diubah ke dalam bentuk aneka ragam tugas, sehingga anak-anak melakukan dialog dalam dirinya atau
mengalaminya sendiri.
Menurut Gagne dalam Dimiyati dan Mudjiono (2006: 10) belajar
merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas.
Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengtahuan, sikap dan nilai.
Perubahan keterampilan, sikap dan nilai tersebut haruslah kearah yang
lebih baik.
Rogers dalam Dimiyati dan Mudjiono (2006: 10) mengemukakan belajar
dengan pendekatan prinsip pendidikan dan pembelajaran yaitu:
1. menjadi manusia berarti memiliki kekuatan wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
2. siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi siswa.
3. pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru, sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
4. belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses-proses belajar, keterbukaan belajar mengalami sesuatu, bekerjasama dengan melakukan pengubahan diri terus-menerus. 5. belajar yang optimal akan terjadi bila siswa berpartisipasi secara
bertanggung jawab dalam proses belajar.
6. belajar mengalami (exsperiental learning) dapat terjadi, bila siswa mengevaluasi dirinya sendiri. Belajar mengalami dapat memberi peluang untuk belajar kreatif, self evaluation dan kritik diri. Hal ini berarti bahwa evaluasi dari instruktur bersifat sekunder.
Menurut Slameto (2008 : 54-72), faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar adalah:
1. faktor-faktor internal
a. jasmani (kesehatan, cacat tubuh)
b. psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan)
c. kelelahan
2. faktor-faktor eksternal
a. keluarga (cara orang tua mendidik, relasi anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua, latar belakang kebudayaan)
b. sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah)
c. masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, belajar adalah suatu proses
menemukan dan merubah, baik tingkah laku, keterampilan, maupun
pengetahuan hasil interaksi dengan lingkungannya yang akan
menciptakan hasil yang disebut hasil belajar yang dapat diukur melalui
sistem penilaian tertentu.
2. Teori Belajar
Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana
terjadinya belajar atau bagaimana informasi di dalam pikiran siswa.
Berdasarkan teori belajar, diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih
meningkatkan perolehan siswa sebagai hasil belajar.
Menurut Gagne dalam Dimiyati dan Mudjiono (2006: 10) belajar
merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas.
nilai. Perubahan keterampilan, sikap dan nilai tersebut haruslah kearah
yang lebih baik. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari stimulasi
yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh
pelajar. Dengan demikian belajar adalah seperangkat proses kognitif
yang dilakukan oleh pelajar. Seorang guru hendaknya memahami teori
belajar yang melandasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas
agar model pembelajaran yang diberikan sesuai dengan materi pelajaran,
perkembangan kognitif siswa, serta sesuai dengan situasi sekolah. Model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dan Make
a Match dilandasi oleh teori-teori belajar sebagai berikut.
a. Teori Belajar Konstruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat
pendidikan dapat diartikan konstruktivisme adalah suatu upaya
membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi)
pembelajarankonstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh
manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat
fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.
Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna
melalui pengalaman nyata.
Teori konstruktivisme merupakan teori pembelajaran kognitif. Teori
sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek
informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila
aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa harus benar-benar
memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus
bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk
dirinya, dan berusaha dengan ide-idenya (Slavin dalam Trianto, 2010
: 74).
Menurut teori ini, pendekatan konstruktivis dalam pengajaran
menerapkan pembelajaran kooperatif secara intensif, atas dasar teori
bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami
konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan
masalah-masalah itu dengan temannya, Slavin dalam Trianto (2010 :
74).
Prinsip-prinsip yang sering diambil dari kontsruktivisme menurut
Suparno dalam Trianto (2010 : 75-76), antara lain:
1. pengetahuan dibangun siswa secara aktif,
2. tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa, 3. mengajar adalah membantu siswa belajar,
4. tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir,
5. kurikulum menekankan partisipasi siswa, dan 6. guru sebagai fasilitator.
Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk
menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan.
Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsungdalam
mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat
secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua
konsep.
Berikut ini akan dikemukakan dua teori yang melandasi pendekatan
konstruktivis dalam pembelajaran yaitu teori Perkembangan Kognitif
Piaget dan Teori Perkembangan Mental Vygotsky.
b. Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi
dan interaksi anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari
tindakan. Piaget yakin bahwa pengalaman fisik dan manipulasi
lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Selain
itu, ia juga berkeyakinan bahwa interaksi sosial dengan teman
sebaya, khususnya berargumentasi, berdiskusi, membantu
memperjelas pemikiran, yang pada akhhirnya, membuat pemikiran
itu menjadi lebih logis (Nur dalam Trianto 2010 : 72-73).
Implikasi teori kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah sebagai
berikut.
a. Memfokuskan pada proses berfikir anak, tidak sekedar pada produknya. Disamping itu dalam pengecekkan kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sampai pada jawaban tersebut.
b. Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali dalam inisiati-diri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
untuk lebih menata kegiatan kelas untuk individu-individu dan kelompok-kelompok kecil anak-anak daripada kelompok klasikal. Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan implikasi teori Piaget diatas, jelaslah bahwa belajar
akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan
kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan
untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang
oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan dari
guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada
peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif,
mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Selain itu,
guru harus mampu menciptakan keadaan pebelajar yang mampu
untuk belajar sendiri. Artinya, guru tidak sepenuhnya mengajarkan
suatu bahan ajar kepada pebelajar, tetapi guru dapat membangun
pebelajar yang mampu belajar dan terlibat aktif dalam belajar.
c. Teori Vygotsky
Vygotsky berpendapat seperti piaget, bahwa siswa membentuk
pengetahuan sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan siswa sendiri,
melalui bahasa. Meskipun kedua ahli memperhatikan pertumbuhan
pengetahuan dan pemahaman anak tentang dunia sekitar, Piaget
lebih memberikan tekanan pada proses mental dan Vygotsky lebih
menekankan pada peran pembelajaran, interaksi sosial, dan
Menurut Vygotsky dalam Trianto (2010 : 76) bahwa pembelajaran
terjadi apabila anak bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang
belum dipelajari manun tugas-tugas itu masih berada dalam
jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas tersebut berada dalam
zone of proximal development (ZPD).
ZPD adalah perkembangan sedikit di atas perkembangan seseorang
saat ini. Ide penting lain yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah
scaffolding yakni memberikan sejumlah bantuan besar kepada anak
selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi
bantuan tersebut dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengambil alih tanggung-jawab yang semakin besar segera setelah
ia dapat melakukannya. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk,
peringatan, dorongan, menguraikan masalah ke dalam
langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh ataupun yang lain sehingga
memungkinkan siswa tumbuh mandiri (Slavin dalam Trianto, 2010 :
76).
3. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
belajar ksrena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan hasil belajar
merupakan hal yang diperoleh dari proses belajar. Sudjana (2004 : 22)
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Dimiyati dan Mudjiono
dan tindak mengajar. Sedangkan menurut Suprijono (2013: 5) hasil
belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne dalam
Suprijono (2013 : 5) hasil belajar berupa:
a. informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan.
b. keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambing.
c. strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.
d. keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
e. sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
Tes hasil belajar adalah sekelompok pertanyaan atau tugas-tugas yang
harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa dengan tujuan untuk
mengukur kemajuan belajar siswa. Hasil tes ini berupa data kuantitatif
(Slameto, 2008:30). Selanjutnya Sudjana dalam Jihad dan Haris
(2008:15) berpendapat, hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Senada
dengan pendapat di atas, Gagne dalam Dimiyati dan Midjiono (2006:10)
menyatakan bahwa hasil belajar diperoleh seseorang setelah belajar
berupa keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.
Menurut Benyamin Bloom dikutip dari Sudjana (2005:22), hasil belajar
diklasifikasikan menjadi tiga ranah, yakni: ranah kognitif, ranah afektif
dan psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar
intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni pengetahuan, pemahaman,
kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif
tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari
lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi
dan internalisasi. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar
keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah
psikomotorik, yakni: gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar,
kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan gerakan
keterampilan kompleks, gerakan ekspresif dan interpretatif.
Ketiga ranah kemampuan itu, ranah kognitiflah yang paling banyak
dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan
para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Dalam ranah konitif
ini terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis dan evaluasi.
1) Pengetahuan
Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat
(recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala,
rumus-rumus dan sebagainya tanpa mengarapkan kemampuan untuk
menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan ini adalah merupakan
proses berpikir yang paling rendah.
2) Pemahaman
Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau
memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan
kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat
memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau
memberi uraian yang lebih rinci tentang suatu hal dengan
menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang
kemampuan setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.
3) Aplikasi
Aplikasi adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau
menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode,
prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya dalam
situasi yang baru dan kongkret. Aplikasi atau penerapan ini
merupakan proses berpikir setingkat lebih tinggi dibanding
pemahaman.
4) Analisis
Analisis merupakan kemampuan seseorang untuk merinci atau
menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang
lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian
atau faktor-faktor yang satu dengan faktor lainnya. Kemampuan
berpikir analisis setingkat lebih tinggi dibanding dengan
pemahaman.
5) Sintesis
Sintesis merupakan kemampuan berpikir yang berkebalikan dengan
proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang
memadukan bagian-bagian atau unsur secara logis, sehingga menjadi
6) Evaluasi
Evaluasi merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah
kognitif menurut Taksonomi Bloom. Evaluasi merupakan
kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu
situasi, nilai atau ide, misalnya jika seseorang dihadapkan pada
beberapa pilihan, maka ia mampu memilih satu pilihan yang terbaik,
sesuai dengan patokan atau kriteria yang sudah ada.
Sememtara menurut Lindgren dalam Suprijono (2013:7) hasil
pembelajaran meliputi kecakapan informasi, pengertian, dan sikap. Yang
harus diingat hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan
bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Hasil belajar
merupakan tolak ukur keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
Menurut Sudjana (2004:56) hasil belajar yang dicapai siswa melalui
proses belajar mengajar yang optimal cenderung menunjukkan hasil yang
berciri sebagai berikut:
1. kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi pada diri siswa.
2. menambah keyakinan akan kemampuan dirinya.
3. hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama diingatannya, membentuk prilakunya, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan yang lainnya. 4. kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan
mengendalikan dirinya terutama dalam menilai hasil yang
dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa yaitu faktor
orang tua, motivasi, keadaan ekonomi keluarga dan juga faktor yang
berasal dari dalam diri siswa (faktor internal) meliputi: kesehatan
intelegensi, bakat, motivasi, minat, dan lain-lain. Selain itu penggunaan
metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi
kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan (Slameto, 2008 :
54-64).
Cara untuk mengetahui perkembangan hasil belajar siswa diperlukan
penilaian. Penilaian bertujuan untuk mengetahui perkembangan hasil
belajar siswa dan hasil mengajar guru. Informasi hasil belajar atau hasil
mengajar berupa kompetensi dasar yang dikuasai dan yang belum
dikuasai siswa. Hasil belajar digunakan untuk memotivasi siswa, dan
untuk perbaikan serta peningkatan kualitas pembelajaran oleh guru (Uno,
2009 : 140).
Hasil belajar memerlukan suatu penilaian. Menurut Uno (2009 : 131),
penilaian itu sendiri tujuannya adalah untuk mengetahui tingkat
pencapaian kompetensi siswa. Penilaian juga bertujuan untuk: (1)
mengetahui tingkat pencapaian kompetensi siswa, (2) mengukur
pertumbuhan dan perkembangan siswa, (3) mendiagnosis kesulitan
belajar siswa, (4) mengetahui hasil pembelajaran, (5) mengetahui
pencapaian kurikulum, (6) mendorong siswa belajar, dan (7) mendorong
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat diketahui bahwa
hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi belajar dan tindak mengajar
yang dijadikan tolak ukur keberhasilan dan ketercapaian tujuan
pembelajaran. Seseorang siswa dikategorikan barhasil dalam belajar jika
setelah mengikuti proses pembelajaran maka tingkat pengetahuan yang
dimiliki akan bertambah, serta siakp dan tingkah lakunya menjadi lebih
baik.
Hasil belajar tersebut berupa kemampuan yang dimiliki oleh siswa
setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, yang wujudnya berupa
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kemampuan yang
diperoleh siswa diwujudkan dalam bentuk hasil belajar. Hasil belajar
menunjukkan berhasil tidaknya suatu kegiatan pengajaran yang
dicerminkan dalam bentuk poin atau angka setelah mengikuti tes.
4. Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan teknik yang digunakan oleh guru kepada
siswa dalam menyajikan materi pembelajaran dalam sebuah proses
pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang sudah dirancang dapat
tercapai. Dengan model pembelajaran, guru dapat melaksanakan proses
pembelajaran sesuai dengan pola, tujuan, tingkah laku, lingkungan dan
hasil belajar yang direncanakan.
Menurut Joyce dalam Trianto (2009 : 5) model pembelajaran adalah
suatu perencana atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran. Sedangkan
menurut Suprijono (2013 : 46) model pembelajaran ialah pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas
maupun tutorial. Sedangkan menurut Sagala (2009:175) model diartikan
sebagai kerangka konseprual yang digunakan sebagai pedoman dalam
melakukan kegiatan.
Menurut Arens dalam Suprijono (2013 : 46) model pembelajaran
mengacu pada pendekatan yang digunakan, termasuk didalamnya
tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,
lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Selanjutnya Joyce dan
Weil dalam Sagala (2009:176) mengemukakan ada empat kategori yang
penting diperhatikan dalam model mengajar yakni: model informasi,
model personal, model interaksi dan model tingkah laku. Model
pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi
metode atau prosedur, menurut Trianto (2009:6) model pembelajaran
mempunya empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode
atau prosedur, ciri-ciri tersebut adalah :
a. rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau penggemarnya.
b. landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai).
c. tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model dapat dilaksanakan dan berhasil.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai
pedoman dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.
5. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
mengutamakan adanya kerja sama, yakni kerja sama antar siswa dalam
kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran (Johnson dan Johnson
dalam Ismail, 2002:12). Sementara menurut Sholehatin (2008:4)
cooperative learning merupakan sebagai suatu sikap atau perilaku
bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur
kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau
lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari
setiap anggota kelompok itu sendiri.
Menurut Sanjaya dalam Rusman (2011 : 203) mengungkapkan bahwa
cooperative learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan
dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kooperatif adalah
rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam
kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan. Sementara menurut Suprijono (2013:54) pembelajaran
kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja
kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa dalam
pembelajaran kooperatif siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil
untuk menyelesaikan suatu tugas atau memecahkan suatu masalah,
dimana setiap anggota kelompok saling membantu. Kelompok
beranggotakan 4-5 siswa dengan kemampuan yang heterogen. Maksud
kelompok yang heterogen terdiri dari tingkat kemampuan akademik dan
jenis kelamin siswa.
Sanjaya (2008 : 239) model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian
kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok
tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Ada empat unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yaitu:
adanya peserta dalam kelompok, adanya aturan kelompok, adanya upaya
belajar setiap anggota kelompok, dan adanya tujuan yang harus dicapai.
Karakteristik pembelajaran kooperatif menurutnya ialah sebagai berikut.
1. Pembelajaran secara tim, pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar.
2. Didasarkan pada manajemen kooperatif, dalam pembelajaran koperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran secara efektif.
3. Kemauan untuk bekerjasama, keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip kerjasama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif menurut Sanjaya (Rusman, 2011 : 206) akan
efektif digunakan apabila:
1. guru menekankan pentingnya usaha bersama disamping usaha individual;
2. guru menghendaki pemerataan perolehan hasil dalam belajar; 3. guru ingin menanamkan tutor sebaya atau belajar melalui teman
sendiri;
4. guru menghendaki adanya pemerataan partisipasi aktif siswa; 5. guru menghendaki kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai
permasalahan.
Menurut Hasan dkk dalam Solihatin (2008 : 6 ) Belajar dalam kelompok
kecil dengan prinsip kooperatif sangat baik digunakan untuk mencapai
tujuan belajar, baik yang sifatnya kognitif, afektif, maupun konatif.
Suasana blajar yang berlangsung dalam interaksi yang saling percaya,
terbuka, dan rileks di antara anggota kelompok yang memberikan
kesempatan bagi siswa untuk memperoleh dan member masukan diantara
mereka untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, dan moral, serta
keterampilan yang ingin dikembangkan dalam pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
mengutamakan kerjasama antar siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif mempunyai ciri-ciri:
1) untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif;
2) kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah;
3) jika dalam kelas, terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam setiap kelompok pin terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula;
4) penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.
Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
mempunyai tiga tujuan yang hendak dicapai yaitu sebagai berikut.
1. Hasil belajar akademik
pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. banyak ahli yang berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit.
2. Penerimaan adanya keragaman
model pembelajaran kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temanya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang. perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik dan tingkat sosial.
3. Pengembangan keterampilan social
pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan social siswa. keterampilan social yang dimaksud dalam pembelajaran kooperatif adalah berbagi tugas, aktif bertanya,
menghargai pendapat orang lain. mau menjelaskan idea tau pendapat, dan bekerja sama dalam kelompok.
(Jihad dan Haris 2008 : 30)
Menurut Roger dan David Johnson (Rusman, 2011 : 212) ada lima unsur
dasar dalam pembelajaran kooperatif (Cooperave Learning), yaitu
sebagai berikut.
1. Prinsip ketergantungan (positive interdependence), yaitu dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. 2. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability), yaitu
keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompok.
3. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling member dan menerima informasi dari kelompok lain.
4. Partisipasi dan komunikasi (participation communication), yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.
Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang
menggunakan pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah itu ditunjukkan
pada table berikut.
Tabel 2. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap-1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Tahap-2
Menyajikan informasi
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai pada pembelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi siswa belajar.
Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau melalui bahan bacaan.
Tahap-3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien.
Tahap-4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Tahap-5 Evaluasi
Tahap-6
Memberikan penghargaan
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajat individu dan kelompok.
Sumber: Rusman (2011 : 211)
Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa manfaat. Menurut Zamroni
(Trianto, 2009 : 57) manfaat penerapan belajar kooperatif adalah dapat
mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada
solidaritas sosial dikalangan siswa. Dengan belajar kooperatif diharapkan
kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi yang cemerlang
dan memiliki solidaritas yang kuat.
Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan proses
pembelajaran kooperatif menempatkan siswa sebagai pencari ilmu
sehingga bisa memecahkan dan merumuskan sendiri hasilnya. Intervensi
dari orang lain dalam hal ini guru diberikan dalam rangka memotivasi
siswa. Perumusan dan konseptualisasi juga dilakukan oleh siswa sendiri.
Posisi guru dalam proses pembelajaran bukan sebagai informatory dan
penyuap materi, akan tetapi sebagai organisator program pembelajaran,
sebagai fasilitator bagi pembelajaran siswa dan sebagai evaluator
keberhasilan pembelajaran mereka.
6. Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together (NHT) Number Head Together adalah suatu model pembelajaran yang lebih
mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan
melaporkan informasi dengan rasa tanggung jawab dari berbagai sumber
yang akhirnya dipresentasikan didepan kelas. Numbered Head Together
(NHT) pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagen (1993). Menurut
Kagen model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa
untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta
berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif