• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH (MAM) DENGAN TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA MATERI POKOK SISTEM EKSKRESI MANUSIA DI KELAS XI IPA SMA HANG TUAH BELAWAN TAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH (MAM) DENGAN TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA MATERI POKOK SISTEM EKSKRESI MANUSIA DI KELAS XI IPA SMA HANG TUAH BELAWAN TAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

Judul Penelitian : Perbandingan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match

Dengan Tipe Numbered Head Together (NHT) Pada Materi Pokok Sistem Ekskresi Manusia Di Kelas XI IPA SMA Hang Tuah Belawan Tahun Pembelajaran 2012/2013

Nama Mahasiswa : Siska Damayanti Siregar NIM : 409141091

Program Studi : Pendidikan Biologi Jurusan : Biologi

Menyetujui:

Dosen Pembimbing Skripsi

Dra. Hj. Cicik Suriani. M. Si. NIP. 19660610 199103 2 002

Mengetahui:

FMIPA UNIMED, Jurusan Biologi

Dekan, Ketua,

Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D Drs. H. Tri Harsono, M. Si NIP. 19590805 198601 1 001 NIP. 19651231 199003 1 018

(2)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan berkah-Nya, yang masih memberikan kesehatan dan kesempatan kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi berjudul “Perbandingan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Dengan Tipe Numbered Head Together (NHT) Pada Materi Pokok Sistem Ekskresi Manusia Di Kelas XI IPA SMA Hang Tuah Belawan Tahun Pembelajaran 2012/2013” disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D selaku dekan Fmipa UNIMED. Kepada Ibu Dra.Hj.Cicik Suriani, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal sampai selesainya penulisan skripsi ini. Kepada Bapak Drs.Hudson Sidabutar, M.S, Ibu Dr. Fauziyah Harahap, M.Si dan Ibu Dra. Melva Silitonga, M.S selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun dari rencana penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Drs. PM. Siahaan, M.Si selakku dosen pembimbing akademik dan seluruh Bapak dan Ibu dosen beserta staf pegawai Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan yang sudah membantu penulis.

Penghargaan juga disampaikan kepada Bapak M. Akbar, S.S selaku Kepala Sekolah SMA Hang Tuah Belawan beserta Ibu Sri Rahayu Ningsih, S.Pd, selaku guru bidang studi Biologi, para guru dan staf pegawai yang telah banyak membantu penulis selama studi penulis dan juga selama penelitian berlangsung.

(3)

kepada penulis, serta kerelaan mengorbankan segalanya demi penyelesaian studi penulis. Semoga Allah SWT meninggikan derajat, segala jerih payah Ayahanda dan Ibunda tercinta menjadi hiasan amal di dunia dan akhirat. Kepada Adinda tercinta Imam Fauzi Siregar dan Afrizal Fauzi Siregar serta sanak saudara yang telah memberikan doa, dan dukungannya.

Teristimewa ucapan terimakasih kepada Kakandaku Gusnanda Harahap, A.Md yang telah memberikan motivasi dan telah mendampingi penulis dalam melakukan penelitian.Serta kepada sahabat-sahabat ku tercinta (Nidal, Indarianni, Anggi, Anisyah, Lia, Putri, Leni, dan Sarah) dan juga kepada adik-adikku (Fitri, Jannah, Meijar, dan Fatimah) yang senantiasa memberikan bantuan, semangat, dukungan dan pengorbannnya kepada penulis. Dan terima kasih juga kepada teman – teman seperjuangan mahasiswa Biologi Pendidikan kelas A 2009.

Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun tata bahasa.Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini.Kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dalam memajukan ilmu pendidikan.

Medan, Oktober 2013 Penulis,

(4)

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH (MAM) DENGAN TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA

MATERI POKOK SISTEM EKSKRESI MANUSIA DI KELAS XI IPA SMA HANG TUAH BELAWAN

TAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013

Siska Damayanti Siregar(409141091)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dengan Numbered Head Together (NHT) pada materi Sistem Ekskresi Manusia di Kelas XI IPA SMA Hang Tuah Belawan T.P. 2012/2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen.Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Hang Tuah Belawan yang berjumlah 85 siswa. Sampel diambil secara “Classring Sampling” yaitu kelas XI IPA 1 sebagai kelas Make A Match yang siswanya berjumlah 28 orang dan XI IPA 3 sebagai kelas NHT yang siswanya berjumlah 28 orang. Alat yang digunakan untuk pengumpulan data adalah tes yang berbentuk soal pilihan berganda yang terdiri dari 25 butir soal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbandingan antara hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Make A Match dengan NHT (thitung = 3,64> ttabel = 2,006) dengan perbandingan 1,06 : 1. Dimana rata- rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen Make A Match sebesar 87,14 dengan SD = 5,79 sedangkan untuk kelas eksperimen NHT sebesar 81,85 dengan SD = 5,38. Persentase peningkatan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Make A Match sebesar 6,46% jika dibandingkan dengan model pembelajaran NHT. Dan jika ditinjau dari aspek kognitifnya (C1-C6), terlihat bahwa persentase siswa yang menjawab soal pos tes dengan benar pada hampir semua aspek kognitif lebih besar terdapat pada kelas eksperimen Make A Match.

(5)

THE COMPARISON RESULT OF STUDENTS LEARNING BY APPLICATION COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE

MAKE A MATCH WITH TYPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) ON HUMAN EXCREATION

SYSTEM MATERIAL AT CLASS XI IPA SMA HANG TUAH BELAWAN

ACADEMIC YEAR 2012/2013

Siska Damayanti Siregar (REG NUMBER 409141091)

ABSTRACT

The research was aimed to knew compar of cooperative learning model type Make A Match with Numbered Head Together (NHT) method, on material system human excreation in class XI IPA SMA Hang Tuah Belawan. The kind of the this research is experimental research. The subject of research was all class XI IPA with 85 students at SMA Hang Tuah Belawan and the sampel taken by “Classring Sampling” was XI IPA 1 as class Make A Match with 28 students, XI IPA 3 as class Numbered Head Together with 28 students. The tool that used to data collection was tes form like multiple choice consist 25 question. The research to point out there are compare beside study result that to learned with Make A Match method with Numbered Head Together method ((thitung = 3,64> ttabel = 2,006) with compare 1,06 : 1. Where the average of student experimental class for Make A Match was 87, 14 with SD = 5,79 and for experimental class Numbered Head Together was 81,85 with SD = 5,38. Persentaci improve result study students that learned with Make A Match class was 6,46% if compare with Numbered Head Together method. And if looked from aspect cognitive (C1- C6), appear that presentation students that answered question post test with true almost all aspect cognitive more big pound in Make A Match experimental class.

(6)

Halaman

2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran 9

2.1.2 Pengertian Hasil Belajar 10

2.1.3 Model Pembelajaran 11

2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) 12 2.1.4.1 Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif 14 2.1.4.2 Langkah- Langkah Pembelajaran Kooperatif 15 2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match 16 2.1.5.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match 17

2.1.5.2 Manfaat dan Kelemahan Make A Match 18

2.1.6 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT 19 2.1.6.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran NHT 19

2.1.6.2 Kelebihan dan Kekurangan NHT 20

2.1.7 Materi Sitem Ekskresi Manusia 21

2.2Kerangka Konseptual 29

2.3Perumusan Hipotesis 30

BAB III METODE PENELITIAN

3.1Tempat dan Waktu Penelitian 32

3.2Populasi dan Sampel Penelitian 32

(7)

3.4Instrumen Penelitian 32

3.5Jenis dan Desain Penelitian 36

3.6Prosedur Penelitian 37

3.6.1. Tahap Persiapan 37

3.6.2. Tahap Pelaksanaan 37

3.7Teknik Analisis Data 39

3.8Parameter Yang Diukur 41

3.8.1 Hasil Belajar 42

3.8.2 Ketuntasan Belajar Secara Perorangan dan Klasikal 42

3.8.3 Tingkat Penguasaan Materi Siswa 43

3.8.4 Ketercapaian Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Siswa 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 45

4.1.1 Uji Coba Instrumen 45

4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian 46

4.2 Persyaratan Uji Analisis 47

4.2.1 Uji Normalitas 48

4.2.2 Uji Homogenitas 48

4.2.3 Uji Hipotesis 49

4.3 Deskripsi Parameter yang Diukur 51

4.3.1 Hasil Belajar 51

4.3.1.1 Hasil Belajar Siswa pada Kelas Make A Match 51

4.3.1.2 Hasil Belajar Siswa pada Kelas NHT 51

4.3.1.3 Perbedaan Hasil Belajar Siswa Kelas Make A Match dengan NHT 51 4.3.2 Ketuntasan belajar Secara Perorangan dan Klasikal 56

4.3.3 Tingkat Penguasaan Materi 57

4.3.4 Ketercapaian Indikator Siswa 58

(8)

Halaman Tabel 2.1 Perbedaan kelompok pembelajaran kooperatif dengan 15

kelompok belajar konvensional

Tabel 2.2 Langkah- langkah Model Pembelajaran Kooperatif 15 Tabel 3.1 Kisi-kisi kemampuan siswa pada pokok bahasan Sistem 33

Ekskresi Manusia.

Tabel 3.2 Kriteria untuk penguji validitas 34

Tabel 3.3 Desain Penelitian 36

Tabel 4.1 Deskripsi Perbandingan Nilai Pre tes 46 Tabel 4.2 Deskripsi Perbandingan Nilai Pos tes 47 Tabel 4.3 Ringkasan Uji Normalitas Data dengan uji Liliefors 48

Tabel 4.4 Ringkasan Uji Homogenitas 49

Tabel 4.5 Ringakasan pengujian Hipotesis 50

Tabel 4.6 Ringkasan Perbandingan Peningkatan Hasil Belajar Siswa 50 Tabel 4.7 Perbandingan Persentase Siswa yang Menjawab Benar 52

Pos tes Ditinjau dari Aspek Kognitif (C1-C6)

Tabel 4.8 Ketercapaian Aspek Kognitif (C1-C6) Ditinjau dari Kisi-kisi 54 Tabel 4.9 Perbandingan Ketercapaian Indikator Kelas Make A Match 59

dengan NHT

Tabel 4.10 Hasil Aktivitas Belajar Siswa 61

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Sistem Ekskresi Manusia 21

Gambar 2.2 Penampang Kulit Manusia 23

Gambar 2.3 Struktur Ginjal pada Manusia 25

Gambar 2.4 Struktur Hati (hepar) pada Manusia. 28

Gambar 2.5 Struktur Paru-paru pada Manusia 28

Gambar 3.1 Bagan Pelaksanaan Penelitian 38

Gambar 4.1 Diagram Batang Perbandingan Nilai Pos tes Kelas 47 Eksperimen Make A Match dengan kelas Eksperimen NHT Gambar 4.2 Diagram Batang Perbandingan Persentase Siswa yang 53

Menjawab Benar (Pos tes) Ditinjau dari Aspek Kognitif (C1-C6) Gambar 4.4 Diagram Garis Selisih Persentase Keunggulan Model 56

Pembelajaran Make A Match pada Aspek Kognitif (C1-C6) Ditinjau dari Banyaknya Siswa yang Menjawab Soal dengan Benar.

Gambar 4.5 Diagram Garis Persentase Keunggulan Ketercapaian Indikator 60 Siswa Kelas Eksperimen Make A Match denngan Siswa Kelas Eksperimen NHT

Gambar 4.6 Diagram Batang Perbedaan Aktivitas Belajar Siswa pada 61 Kelas Eksperimen Make A Match dan Kelas Eksperimen

(10)

Halaman

Lampiran 1 Silabus 71

Lampiran 2 RPP NHT 73

Lampiran 3 RPP Make A Match 83

Lampiran 4 Instrumen Penilaian Hasil Belajar 91

Lampiran 5 Kunci Jawaban 98

Lampiran 6 Perhitungan Validitas Instrumen Penelitian 99 Lampiran 8 Perhitungan Reliabilitas Instrumen 103 Lampiran 10 Perhitungan Tingkat Kesukaran Instrumen 106

Lampiran 12 Perhitungan Daya Beda Soal 109

Lampiran 14 Tabel Kriteria Soal 112

Lampiran 15 Data Hasil Penelitian 114

Lampiran 16 Rata-rata (Mean) dan Standart Deviasi Pre tes 116 Lampiran 17 Rata-rata (Mean) dan Standart Deviasi Pos tes 118 Lampiran 18 Uji Normalitas Hasil Belajar Siswa 120

Lampiran 19 Uji Homogenitas Data 125

Lampiran 18 Uji Hipotesis 130

Lampiran 19 Rekapitulasi Jawaban Siswa Kelas Make a Match Pre tes 131 Lampiran 20 Rekapitulasi Jawaban Siswa Kelas Make a Match Post tes 132 Lampiran 21 Rekapitulasi Jawaban Siswa Kelas NHT Pre tes 133 Lampiran 22 Rekapitulasi Jawaban Siswa kelas NHT Post tes 135 Lampiran 23 Rekapitulasi Jumlah Siswa yang Menjawab Benar 136

pada Tiap Butir Soal Pos tes

Lampiran 24 Perbandingan Hasil Belajar Siswa yang Menjawab Benar 137 Soal Pos tes Ditinjau dari Aspek Kognitif (C1-C6)

Lampiran 25 Rekapitulasi Data Ketercapaian Aspek Kognitif 131 Lampiran 26 Tabel Data Ketercapaian Aspek Kognitif (C1-C6) 132

pada Kelas Eksperimen Make a Match

(11)

Lampiran 28 Tabulasi Tingkat Ketuntasan Belajar Secara 134 Perorangan dan Klasikal

Lampiran 29 Tabulasi Tingkat Penguasaan Materi Siswa 137 Lampiran 30 Ketercapaian TPK (Indikator Pembelajaran) 141

Kelas Eksperimen Make A Match

Lampiran 31 Ketercapaian TPK (Indikator Pembelajaran) 142 Kelas Eksperimen NHT

Lampiran 32 Tabel Distribusi Data Observasi Aktivitas Belajar 143 Siswa pada Model Pembelajaran Make A Match

Lampiran 33 Tabel Distribusi Data Observasi Aktivitas Belajar 147 Siswa pada Model Pembelajaran NHT

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Proses belajar mengajar mengandung nilai yang mencakup 3 aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Penilaian ketiga aspek di peroleh dari hasil tes secara lisan maupun tulisan. Ketiga aspek ini harus dikembangkan agar anak mampu memperoleh pengetahuan dengan baik. Belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan tercantum, yang mengarah kepada pencapian tujuan dari kegiatan belajar yang telah dirumuskan dan di tetapkan sebelumnya. Demikian juga belajar biologi, memiliki tujuan-tujuan pembelajaran yang telah di tetapkan sebelum pembelajaran. Namun pada kenyataannya, banyak tujuan-tujuan pembelajaran biologi itu yang tidak tercapai bisa disebabkan beberapa faktor seperti metode belajar yang kurang bervariasi, dan media pembelajaran yang kurang tepat.

(13)

Pada proses belajar mengajar penggunaan satu model saja atau monoton akan membuat siswa merasa bosan, sehingga siswa kurang termotivasi untuk belajar yang pada akhirnya menyebabkan hasil belajar siswa yang rendah. Menurut Andayani (2007), penyebab rendahnya hasil belajar siswa diantaranya adalah proses pembelajaran yang belum optimal. Hal ini terlihat dari sikap pasif siswa, pembelajaran yang monoton, guru kurang aktif, proses pembelajaran belum efektif dan guru mendominasi proses pembelajaran.

Guru di SMA Hang Tuah Belawan pada umumnya, cenderung menggunakan model pembelajaran langsung dengan metode ceramah, tanya jawab, latihan atau tugas. Model pembelajaran ini merupakan cara penyampaian informasi dengan lisan kepada siswa yang berpusat pada guru dan komunikasi yang terjadi searah, tanpa melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, siswa kurang mendapat kesempatan untuk menemukan konsep pembelajaran dan hanya bergantung pada guru untuk mendapatkan materi, akibatnya siswa menjadi tidak mandiri. Keadaan kelas yang seperti ini merupakan suatu proses pembelajaran yang tidak baik, karena siswa terlampau pasif dalam kegiatan pembelajaran dan guru terlalu dominan dalam kegiatan pembelajaran. Guru juga jarang memvariasikan dengan model yang lain, dengan demikian siswa merasa bosan, tidak termotivasi untuk belajar yang membuat siswa menjadi malas, hal ini tidak jarang menimbulkan dampak buruk bagi siswa yakni daya serap siswa akan pelajaran tersebut rendah sehingga hasil belajarnya juga rendah.

(14)

banyak siswa yang mendapat nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Hal ini berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa, yang dapat dilihat dari ujian akhir semester ganjil yang mencapai rata-rata 72 yang tidak mencapai nilai KKM yaitu 73 untuk mata pelajaran biologi. Oleh karena itu perlu dilakukan penggunaan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dan juga agar siswa tidak merasa jenuh atau bosan dalam kegiatan belajarnya sehingga dapat meningkat hasil belajar siswa.

Salah satu upaya yang dapat ditempuh oleh guru dalam rangka memperbaharui model pembelajaran agar hasil belajar siswa dapat tercapai adalah dengan penerapan strategi pembelajaran kooperatif. Ada beberapa alasan digunakannya strategi pembelajaran kooperatif, diantaranya dapat meningkatkan hasil belajar siswa, selain dalam hal akademik penerapan pembelajaran kooperatif juga dapat mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah di bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri

Dua diantara model pembelajaran kooperatif adalah metode Numbered Head Together (NHT) dan Make a Match (MM). Metode Numbered Head Together

(NHT) dapat digunakan pada materi pokok sistem ekskresi manusia karena metode ini memiliki kelebihan yaitu meningkatkan rasa saling percaya sesama teman, siswa mampu menerima ide atau pendapat dari orang lain, siswa mampu mengemukakan pendapat dengan baik, melatih siswa untuk berbagi pengetahuan dengan teman-teman yang lain, setiap anggota dalam kelompok harus dapat menguasai materi yang didiskusikan, membuat siswa saling menghargai dan berinteraksi satu dengan lainnya dan siswa dituntut untuk aktif sehingga proses belajar mengajar tidak membosankan. Sedangkan Make a Match (MM) memiliki kelebihan yaitu meningkatkan keaktifan siswa dan siswa mencari pasangan sambil belajar dalam suasana yang menyenangkan

(15)

dengan pembelajaran langsung. Yaitu penelitian Sukma (2006) menyatakan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran NHT pada materi pokok Sel di kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Pancur Batu dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan rata-rata 70,69 pada kelas eksperimen sedangkan 66,8 pada kelas kontrol. Penelitian yang dilakukan Widia (2010) dengan menerapkan model Make a Match pada pembelajaran Sistem Ekskresi di kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Gebang diperoleh rata-rata hasil belajar siswa adalah 90,69 pada kelas eksperimen dan 81,23 pada kelas kontrol. Akan tetapi perlu dikaji model mana diantara keduanya yang lebih berkontribusi dalam meningkatkan hasil belajar. Sehingga penulis akan membandingkan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) untuk mengetahui model pembelajaran kooperatif yang lebih tepat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa di SMA Hang Tuah Belawan.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis merasa perlu melakukan penelitian dengan judul “Perbandingan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Dengan Tipe Numbered Head Together (NHT) Pada Materi Pokok Sistem Ekskresi Manusia Di Kelas XI IPA SMA Hang Tuah Belawan Tahun Pembelajaran 2012/2013”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka diidentifikasikan pokok-pokok masalah sebagai berikut :

1. Hasil belajar biologi siswa yang belum maksimal. 2. Siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar.

3. Guru dominan menyajikan materi dengan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab.

(16)

1.3. Batasan Masalah

Mengingat luasnya ruang lingkup masalah dan keterbatasan waktu serta kemampuan penulis, maka perlu adanya pembatasan masalah yaitu sebagai berikut: 1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dan tipe Numbered Head Together (NHT).

2. Hasil belajar dibatasi pada hasil tes dalam kegiatan belajar mengajar pada materi pokok Sistem Ekskresi Manusia.

3. Penelitian diterapkan pada materi Sistem Ekskresi Manusia di kelas XI SMA Hang Tuah Belawan Tahun Pembelajaran 2012/2013.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana hasil belajar biologi siswa melalui penerapan model pembelajaran koopertif tipe Make a Match pada materi pokok Sistem Ekskresi Manusia di SMA Hang Tuah Belawan Tahun Pembelajaran 2012/2013?

2. Bagaimana hasil belajar biologi siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi pokok Sistem Ekskresi Manusia di SMA Hang Tuah Belawan Tahun Pembelajaran 2012/2013? 3. Bagaimana perbedaan hasil belajar siswa melalui penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dengan tipe NHT pada materi pokok sistem ekskresi manusia di kelas XI IPA SMA Hang Tuah Belawan Tahun Pebelajaran 2012/2013?

(17)

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match pada materi pokok sistem ekskresi manusia di kelas XI IPA SMA Hang Tuah Belawan Tahun Pembelajaran 2012/2013.

2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi pokok sistem ekskresi manusia di kelas XI IPA SMA Hang Tuah Belawan Tahun Pembelajaran 2012/2013.

3. Untuk mengetahui perbandingan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dengan tipe NHT pada materi pokok sistem ekskresi manusia di kelas XI IPA SMA Hang Tuah Belawan Tahun Pembelajaran 2012/2013.

4. Untuk mengetahui model pembelajaran kooperatif yang lebih baik antara tipe Make A Match dengan tipe NHT pada materi pokok sistem ekskresi manusia di kelas XI IPA SMA Hang Tuah Belawan Tahun Pembelajaran 2012/2013.

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai berikut :

1. Bahan informasi tentang peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dengan tipe NHT yang dapat dijadikan referensi bagi guru.

(18)

3. Sebagai sumber informasi bagi mahasiswa/i program pendidikan Biologi di FMIPA UNIMED yang nantinya akan mengajar disekolah.

1.7. Defenisi Operasional

1. Hasil belajar biologi siswa adalah hasil yang diperoleh oleh siswa setelah mempelajari biologi pada materi sistem ekskresi manusia dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dan Numbered Head Together (NHT), yang diukur dengan menggunakan alat evaluasi yaitu berupa tes kognitif berbentuk pilihan berganda (multiple choice) sebanyak 25 butir soal dengan 5 option jawaban. Dan dikatakan siswa berhasil dalam pembelajaran jika siswa mencapai KKM (≥73).

2. Model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan) adalah suatu model pembelajaran yang menekankan adanya kerja sama antara siswa. Siswa dibagi dalam kelomppok dimana setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang secara heterogen. Setiap siswa dalam kelompok mendapatkan sebuah kartu seperti kartu domino. Satu sisinya berisi pertanyaan, dan sisi lainnya jawaban. Pertanyaan dan jawabannya pada tiap kartu tidak sesuai. Siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang. Kemudian setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya: pemegang kartu yang bertuliskan nama tumbuhan dalam bahasa Indonesia akan berpasangan dengan nama tumbuhan dalam bahasa latin (ilmiah).

3. NHT (Numbered Head Together) adalah model pembelajaran yang terdiri atas 4 fase, antara lain :

(19)

 Fase 2 (Mengajukan Pertanyaan), guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang amat spesifik hingga berbentuk arahan.

 Fase 3 (Berpikir Bersama), Semua siswa berpikir bersama dan menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu serta meyakinkan tiap anggota kelompok mengetahui jawaban itu. Pada tahap inilah siswa mengadakan diskusi dengan teman sekelompoknya.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis

2.1.1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan suatu usaha untuk mengubah tingkah laku. Sehingga belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar.

Sudjana (2005) mengemukakan bahwa : “ Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan dalam diri seseorang”. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, dan sikap tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu-individu yang belajar.

Kemudian Slameto (2001) menyatakan bahwa : “ Belajar adalah suatu usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secar keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi denagn

lingkunagnnya”. Dengan demikian dapat diartikan bahwa belajar adalah suatu aktifitas mental / psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap.

(21)

Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutana antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran yang hakikatnya adalah usaha sada dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.

2.1.2. Pengertian Hasil belajar

Untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi yang telah diajarkan dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa, yang umumnya diperoleh dari hasil tes yang diberikan pada siswa setelah mendapat pengajaran (post test).

Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh anak melalui kegiatan belajar. Hasil belajar pada dasarnya merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor yang mempengaruhi proses belajar secara keseluruhan. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas dapat dilakukan dengan menggunakan strategi belajar mengajar yang tepat.

(22)

Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan melalui tes hasil belajar. Inilah salah satu tugas pokok dari setiap guru, yaitu mengevaluasi taraf keberhasilan rencana dan pelaksana kegiatan belajar mengajar. Untuk menimbang sejauh mana taraf keberhasilan mengajar guru dan belajar siswa secara tepat (valid) dan dapat dipercaya (reable), kita memerlukan informasi yang didukung oleh data yang objektif dan memadai tentang indikator-indikator perubahan perilaku dan pribadi siswa.

2.1.3. Model Pembelajaran

Model merupakan gambaran mental yang dapat membantu untuk menjelaskan sesuatu dengan lebih jelas terhadap sesuatu yang tidak dapat dilihat atau dialami secara langsung. Model menjelaskan keterkaitan dengan berbagai komponen dalam suatu pola pemikiran yang diberikan secara utuh. Model dapat membantu melihat kejelasan keterkaitan secara lebih cepat, utuh, konsisten, dan menyeluruh. Hal ini disebabkan karena suatu model disusun dalam upaya mengkonkretkan keterkaitan hal-hal abstrak dalam suatu skema, bagan, gambar, atau tabel (Yulaelawati, 2004).

(23)

Dari uraian di atas, maka penulis mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah suatu inovasi terhadap strategi belajar mengajar yang dilakukan guru untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, guru berperan penting mendukung keberhasilan pencapaian kompetensi belajar siswa.

Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah : (1) Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya, (2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai), (3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil, dan (4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

2.1.4. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) merupakan pembelajaran yang prinsipnya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim dengan istilah pembelajaran gotong royong.

(24)

mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar. Sebagian besar daya tarik pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran kooperatif ini memberikan sebuah cara bagi para pelajar untuk mempelajari keterampilan hidup antarpribadi yang penting dan mengembangkan kemampuan untuk bekerja secara kolaboratif, perilaku-perilaku secara khusus diinginkan dalam sebuah era ketika sebagian besar organisasi mendukung konsep kerja sama (Fatirul, 2013).

Intisari fokus dari pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa tidak bersaing dengan siswa lainnya untuk mencapai sukses. Mereka tengah berupaya untuk meraih puncak tahap prestasinya sendiri. Dengan saling membantu, semua siswa dapat memperbaiki diri. Pembelajaran kooperatif dapat dikatakan berhasil bilamana siswa merasa yakin bahwa sukses mereka ditentukan oleh seberapa bagus mereka saling membantu. Mereka harus menjadi saling bergantung dalam menggunakan sumber- sumber pembelajaran yang tersedia (Partin, 2009).

Kemudian Lie (2010) memaparkan lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu :

1. Saling ketergantungan yang bersifat postitf antara siswa. Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompok juga suskses. Siswa akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok.

(25)

dalam hal tukar menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama.

3. Tanggung jawab individual. Tanggung jawab dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal : (a) membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan (b) siswa tidak dapat hanya sekedar

“membonceng” pada hasil kerja teman jawab siswa dan teman sekelompoknya.

4. Keterampilan internasional dan kelompok kecil. Dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut keterampilan khusus.

5. Proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.

2.1.4.1. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif memili ciri-ciri :

1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

3. Anggota kelompok berasal dari ras, suku, budaya dan jenis kelamin berbeda.

4. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok ketimbang individu.

(26)

Tabel 2.1. Perbedaan kelompok pembelajaran kooperatif dengan kelompok belajar konvensional

Kelopok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar konvensional  Kepemimpinan Bersama  Satu Pemimpin

 Saling ketergantungan positif  Tidak ada saling ketergantungan

 Keanggotaan heterogen  Keanggotaan homogen  Mempelajari

keterampilan-keterampilan kooperatif

 Asumsi adanya keterampilan sosial

 Menekankan pada tugas dan hubungan kooperatif

 Hanya menekankan pada tugas

 Ditunjang oleh guru  Diarahkan oleh guru  Satu hasil kelompok  Beberapa hasil individual  Evaluasi kelompok  Evaluasi individual

2.1.4.2. Langkah- Langkah Pembelajaran Kooperatif

Menurut Trianto (2011), terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Langkah- langkah itu ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel 2.2 Langkah- langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase- 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

(27)

Fase- 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

Fase- 3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing- masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya Fase- 6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

2.1.5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match

(28)

Match dinilai mampu untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran biologi.

Pembelajaran kooperatif tipe make a match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat menyocokkan kartunya diberi poin.

Teknik metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Corran dalam Lie, (2010). Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.

2.1.5.1. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Langkah- langkah penerapan metode make a match dalam pengalaman belajar adalah sebagai berikut :

1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.

2. Guru membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 orang secara heterogen. Setiap siswa dalam kelompok mendapatkan sebuah kartu seperti kartu domino. Satu sisinya berisi pertanyaan, dan sisi lainnya jawaban. Pertanyaan dan jawabannya pada tiap kartu tidak sesuai.

3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.

4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya: pemegang kartu yang bertuliskan nama tumbuhan dalam bahasa Indonesia akan berpasangan dengan nama tumbuhan dalam bahasa latin (ilmiah).

(29)

6. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman yang telah disepakati.

7. Setelah atu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.

8. Guru bersama- sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.

2.1.5.2. Manfaat dan Kelemahan Make A Match

Ginnis (2008) menambahkan manfaat model pembelajaran make a match antara lain :

1. Dapat digunakan di tengah sebuah topik untuk mengkonsolidasikan ide- ide dasar dan menilai secara diagnostik pembelajaran sampai saat itu.

2. Kegiatan ini berbeda dan menyenangkan, oleh karenanya materinya diharapkan lebih mudah diingat.

3. Menuntut siswa berfikir, mengingat, memprediksi, menghitung, menerka. 4. Kegiatan ini menuntut semua orang untuk terlibat. Ini membantu siswa

pemalu ikut serta secara terbuka.

5. Materi pelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa.

Di samping manfaat yang dirasakan oleh siswa, Tarmizi (2013) mengatakan pembelajaran kooperatif tipe make a match memiliki sedikit kelemahan yaitu :

1. Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan.

2. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain- main dalam proses pembelajaran.

(30)

2.1.6. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pebelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Numbered Head Together (NHT) pertama kali dikembangkan oleh spenser kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Trianto, 2011).

2.1.6.1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran NHT

Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT :

Fase 1 : Penomoran (Numbering)

Dalam fase ini guru membagi siswa enjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3 atau 6 orang. Keheterogenan siswa mencakup jenis, kelamin, ras, agama, dan tingkat kemampuan (tinggi, sedang, rendah). Setelah itu setiap siswa diberi nomor yang berbeda.

Fase 2 : Mengajukan Pertanyaan (Questioning)

Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang amat spesifik hingga berbentuk arahan. Pertanyaan dalam interaksi belajar mengajar adalah penting karena dapat menjadi perangsang yang mendorong siswa untuk berpikir dan belajar membangkitkan pengertian baru. Melalui pertanyaan guru dapat menyelidiki penguasaan siswa, mengarahkan dan menarik perhatian siswa, mengubah pendirian atau prasangka yang keliru.

Fase 3 : Berpikir Bersama (Heads Together)

(31)

dengan teman sekelompoknya. Setiap siswa dalam kelompoknya diharapkan mempunyai jawaban atau pendapat sendiri atas pertanyaan yang diberikan. Jawaban atau pendapat itu kemudian didiskusikan, hingga setiap siswa dalam kelompok tersebut memiliki jawaban yang sama. Siswa yang tergolong pintar atau sudah paham terhadap materi tersebut dapat memberikan pengetahuanya pada siswa yang kurang mengerti, sehingga tercipta saling ketergantungan antara siswa.

Fase 4 : Menjawab (Answering)

Guru memanggil satu nomor tertentu, kemudian siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengacungkan tangannya dan menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. Jika jawabannya benar maka kelompoknya akan diberikan penghargaan (Trianto, 2011).

2.1.6.2. Kelebihan dan Kekurangan NHT Kelebihan NHT :

1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi. 2. Memperbaiki kehadiran.

3. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar. 4. Perilaku menganggu menjadi lebih kecil.

5. Konflik anatara pribadi berkurang. 6. Pemahaman yang lebih mendalam.

7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. 8. Hasil belajar lebih tinggi.

9. Setiap siswa menjadi siap semua.

10.Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.

11.Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Kekurangan NHT :

(32)

2.1.7. Materi Sistem Ekskresi Manusia.

Sistem ekskresi manusia disusun oleh organ-organ tubuh yang terdiri dari paru-paru, hati, kulit dan ginjal. Ekskresi yaitu proses pengeluaran sisa metabolisme yang sudah tidak digunakan lagi oleh tubuh dalam bentuk urine, keringat, ataupun CO2. Zat sisa metabolisme tersebut sudah tidak berguna lagi bagi tubuh dan harus dikeluarkan karena bersifat racun dan dapat menimbulkan penyakit.

Gambar 2.1. Sistem Ekskresi Manusia (Adilsaz,2009)

Proses pengeluaran zat-zat sisa dari dalam tubuh manusia dibedakan menjadi tiga macam, anatar lain :

a) Defekasi adalah proses pengeluaran sisa-sisa pencernaan makanan yang disebut feses dan dikeluarkan melalui anus. Sisa pencernaan yang dikeluarkan tersebut belum pernah mengalami metabolisme didalam sel-sel jaringan tubuh. Jadi, sisa pencernaan bukanlah sisa metabolisme.

b) Ekskresi adalah pengeluaran zat-zat sisa metabolisme yang tidak dipakai lagi oleh sel dan darah, dikeluarkan bersama urine, keringat dan pernapasan.

(33)

d) mengandung enzim.

(34)

1. Paru-paru 2. Hati 3. Kulit 4. Ginjal

1. Kulit

Kulit berperan sebagai indra peraba dan organ ekskresi. Kulit merupakan organ ekskresi karena menghasilkan keringat.

a. Struktur Kulit

Kulit manusia tersusun atas dua bagian utama, yaitu epidermis (kulit ari) dan dermis (korium : jangat). Lapisan epidermis terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut.

1) Stratum korneum, yaitu lapisan paling luar yang tersusun atas zat tanduk dan selalu mengelupas.

2) Stratum granulosom, yaitu lapisan yang banyak mengandung pigmen kulit. 3) Stratum spinosum.

4) Stratum germinativum, yaitu lapisan yang selalu membentuk sel-sel kulit baru ke arah luar.

Stratum granulosum dan germinativum biasa disebut Lapisan Malphigi yang berguna untuk mengganti lapisan korneum yang mengelupas. Lapisan dermis terdiri atas bagian-bagian berikut :

1) Glandula sudorifera (kelenjar keringat). 2) Glandula sebacea (kelenjar lemak). 3) Akar rambut.

4) Saraf.

5) Pembuluh darah.

(35)

Gambar 2.2. Penampang kulit manusia (Adilsaz,2009)

b. Fungsi Kulit

Kulit manusia mempunyai berbagai fungsi, antara lain sebagai berikut. 1) Pengendali suhu tubuh karena keringat yang keluar melalui kulit akan

menyerap panas tubuh.

2) Pelindung terhadap kerusakan fisik, penyinaran, penguapan, dan gangguan kuman.

3) Penerima rangsang dari luar (eksteroreseptor), baik berupa sentuhan, tekanan, maupun suhu.

4) Pelindung jaringan tubuh sebelah dalam dari kekeringan.

c. Proses Pengeluaran Keringat

(36)

Pengeluaran keringat sangat berguna untuk pengaturan suhu tubuh. Keringat dikeluarkan oleh kelenjar keringat yang kegiatannya diatur oleh pusat pengatur suhu dari sistem saraf pusat, sedangkan rangsangannya dipindahkan melalui saraf simpatik ke kelenjar keringat. Pangkal kelenjar keringat berdekatan dengan pembuluh kapiler darah. Kelenjar keringat akan menyerap air dan garam-garam mineral dari darah yang selanjutnya akan dikeluarkan melalui kulit berupa keringat.

Pengeluaran keringat yang berlebihan menimbulkan rasa haus yang hebat dan dapat menimbulkan lapar garam. Jika seseorang mengalami lapar garam, dapat mengakibatkan kejang-kejang dan pingsan.

2. Ginjal

Ginjal (ren) merupakan alat ekskresi manusia yang utama. Organ tersebut terdapat pada bagian dorsal sebelah kiri dan kanan dari tulang belakang di daerah pinggang. Jumlahnya sepasang, terbungkus dalam lapisan pelindung yang tersusun atas lemak. Masing-masing ginjal mengandung sekitar 1.250.000 nefron yang berfungsi untuk mengendalikan sifat kimiawi darah.

a) Struktur Ginjal

Setiap ginjal tersusun atas bagian-bagian sebagai berikut.

1) Korteks, yaitu lapisan luar yang mengandung badan malpighi, tubulus proksimal, dan tubulus distal. Lapisan tersebut menempati sepertiga bagian ginjal.

2) Medula, yaitu bagian dalam ginjal yang mengandung pembuluh pengumpul dan lengkung henle. Bagian tersebut bermuara pada tonjolan papila di ruang ginjal (pelvis renalis). Medula menempati dua pertiga bagian dari ginjal.

(37)

Nefron terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut :

1) Badan Malphig, yaitu bagian nefron yang terdiri atas kapsul Bowman dan Glomerulus. Kapsul Bowman berbentuk mangkok atau piala. Glomerulus merupakan jalinan kapiler arteriol pada cekungan kapsul baowman.

2) Tubulus Konvolusi, yaitu bagian nefron yang terdiri atas tubulus konvolusi proksimal, lengkung henle, tubulus konvolusi distal, dan tubulus penampung (kolektivus).

Gambar 2.3. Struktur ginjal pada manusia (Adilzas, 2009)

b) Fungsi Ginjal

Ginjal berfungsi dalam banyak hal, yaitu sebagai berikut :

1) Alat pembuangan sampah nitrogen dari darah dalam bentuk urea atau (NH2)2CO. 2) Mengatur keseimbangan air dan garam darah.

3) Membuang substansi asing, obat, dan zat racun.

c) Proses Pembentukan Urin pada Ginjal

(38)

1) Filtrasi

Filtrasi adalah proses penyaringan darah yang berlangsung di glomerulus dalam badan malphigi. Tekanan darah didalam glomerulus sangat tinggi karena jantung memompa darah melalui aorta lanngsung ke dalam arteri ginjal. Akibatnya, air, sampah nitrogen, glukosa dan garam-garam mineral dipaksa melewati dinding kapiler dari glomerulus. Bahan-bahan yang sudah disaring tersebut akan masuk ke kapsul bowman dan terbentuk urine primer (filtrat glomerulus).

2) Reabsorpsi

Reabsorpsi adalah proses penyerapan kembali bahan-bahan yang masih ada dalam darah setelah mengalami filtrasi.

Urine primer yang telah meninggalkan kapsul Bowman selanjutnya menuju ke tubulus melewati jaringan pembuluh kapiler. Dalam jaringan pembuluh kapiler, urin primer akan mengalami reabsorbsi. Sebagian besar proses reabsorbsi dilakukan secara transpor aktif, sedangkan air akan diserap kembali secara osmosis. Dalam tubulus konvulasi proksimal, urin primer mengalami reabsorpsi yang terdiri atas penyerapan air, gula (hingga 80%), asam amino, garam, ion Na-, Cl-, PO43-, K+, Ca2+, SO42-, HCO3, zat keratin, dan asam askorbat. Hasilnya berupa urine sekunder (filtrat tubulus).

3) Augmentasi

Augmentasi adalah proses penambahan ion K+, senyawa NH3, dan ion H+ pada urine sekunder di dalam tubulus konvolusi distal. Hasilnya berupa urine yang akan dimasukkan ke dalam tubulus pengumpul.

(39)

d) Urinasi

Urinasi adalah pengeluaran urine dari kandung kemih ke luar tubuh melalui uretra. Saat kandung kemih berisi lebih kurang 250 ml urine, akan terjadi kontraksi otot kandung kemih dan relaksasi oto sfinkter. Relaksasi tersebut menyebabkan otot sfinkter membuka sehingga memungkinkan terjadinya urinasi. Urine keluar dari tubuh melalui lubang uretra yang terbuka pada permukaan tubuh, yaitu di ujung penis (laki- laki) atai di depan pintu vagina (peremuan).

3. Hati (Hepar) Fungsi hepar yaitu :

 Sebagai penyimpan gula dalam bentuk glikogen.

 Sebagai tempat penetralan zat racun dan membunuh kuman atau detoksifikasi.

 Sebagai tempat perombakan sel darah merah.

 Sebagai tempat perombakan protein tertentu dan pembentukannya, seperti  Mengubah amoni menjadi ureum.

 Sebagai tempat perubahan provitamina menjadi vitamin A.

 Sebagai tempat penghasil cairan empedu (bilirubin dan bliverdin).

(40)

Gambar 2.4. Struktur hati (hepar) pada manusia (Adilzas, 2009) 4. Paru-paru (Pulmo)

Manusia memiliki sepasang paru-paru yang terletak di rongga dada. Paru-paru berfungsi sebagai organ pernafasan yaitu menghirup oksigen dan mengeluarkan CO2 + uap air. Uap air dan CO2 berdifusi di dalam alveolus kemudian dikeluarkan.

(41)

5. Gangguan pada Sistem Ekskresi Manusia

Beberapa gangguan yang dapat dialami oleh sistem ekskresi manusia antar lain sebagai berikut.

Diabetes insipus, yaitu penyakit pilulusan (banyak kencing) yang terjadi akibat kekurangan hormon ADH.

Diabetes melitus, yaitu penyakit yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa didalam darah sehingga urine yang dihasilkan masih mengandung gloklosa.

Albuminuria, yaitu penyakit yang ditandai dengan adanya protein dan albumin di dalam urine akibat kerusakan glomerulus.

Nefritis, yaitu penyakit yang disebabkan oleh infeksi pada bagian nefron. Edema, yaitu penyakit yang disebabkan oleh penimbunan air di ruang

interselular.

Uremia, yaitu kondisi yang ditandai dengan penimbunan urea dalam darah. Poliuria, yaitu kondisi urin yang sangat encer dan berjumlah banyak karena

kegagalan nefron untuk mengadakan reabsorpsi.

Oligouria, yaitu kondisi dimana urine yang dikeluarkan sangat sedikit. Anuria, yaitu urine tidak keluar sama sekali.

Gagal ginjal, yaitu jika salah satu ginjal dihilangkan, ginjal lainnya tetap berfungsi dan tumbuh menjadi lebih besar. Kegagalan suatu ginjal dalam menjalankan fungsinya disebut gagal ginjal.

2.2. Kerangka Konseptual

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda ataupun penafsiran yang terlalu luas tentang penelitian ini, maka penulis membuat batasan atau defenisi secara singkat dan istilah yang ada dalam penulisan ini, yakni sebagai berikut :

(42)

2. Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh anak melalui kegiatan belajar. Hasil belajar pada dasarnya merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor yang mempengaruhi proses belajar secara keseluruhan.

3. Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) merupakan pembelajaran yang prinsipnya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim dengan istilah pembelajaran gotong royong.

4. Model pembelajarn Make A Match (Mencari Pasangan) adalah suatu model pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar aktif dan bertujuan agar siswa mempunyai jiwa kemandirian dalam belajar serta menumbuhkan daya kreatifitas. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dinilai mampu untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran biologi.

5. Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pebelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional.

2.3. Perumusan Hipotesis

Sesuai dengan rumusan masalah penelitian, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :

H0 : Tidak ada perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dengan tipe NHT pada sub materi sistem ekskresi manusia di kelas XI IPA SMA Hang Tuah Belawan Tahun Pembelajaran 2012/2013.

(43)

Hipotesis statistik sebagai berikut :

Hipotesis Nol (H0) : H0 : X1 = X2 Hipotesis Alternatif : Ha : X1 ≠ X2

X1 = Rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.

(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Make A Match pada materi pokok sistem ekskresi manusia di kelas XI IPA SMA Hang Tuah Belawan Tahun Pembelajaran 2012/2013 yaitu, rata-rata nilai siswa sebesar 87,14 dengan Standart Deviasi (SD) = 5,79, ketuntasan individual siswa dengan daya serap ≥ 65% diperoleh oleh 28 orang siswa, ketuntasan klasikal adalah sebesar 100% dengan kategori telah tuntas, penguasaan materi siswa (PMS) dalam kategori tinggi dan ketercapaian indikator siswa (TPK) sebanyak 6 indikator telah tercapai.

2. Hasil Belajar siswa dengan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) pada materi pokok sistem ekskresi manusia di kelas

XI IPA SMA Hang Tuah Belawan Tahun Pembelajaran 2012/2013 yaitu, rata-rata nilai siswa sebesar 81,85 dengan Standart Deviasi (SD) = 5,38, ketuntasan individual siswa dengan daya serap ≥ 65% diperoleh oleh 28 orang siswa, ketuntasan klasikal adalah sebesar 100% dengan kategori tuntas, penguasaan materi siswa (PMS) dalam kategori tinggi dan ketercapaian indikator siswa (TPK) sebanyak 6 indikator telah tercapai.

3. Terdapat perbandingan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif Make A Match dengan NHT (Numbered Head Together) pada materi sistem ekskresi manusia di kelas XI

(45)

4. Aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen Make A Match dari pertemuan 1 ke pertemuan ke 2 meningkat, dimana siswa aktif dalam pembelajaran. Begitu juga dengan aktivitas belajar siswa pada kelas Numbered Head Together (NHT) dari pertemuan 1 ke pertemuan 2 meninngkat, dimana siswa aktif dalam pembelajaran.

5.2. Saran

Dari kesimpulan diatas, maka beberapa hal yang dapat disarankan peneliti adalah:

1. Bagi guru bidang studi biologi di SMA Hang Tuah Belawan agar berkenan mencoba menggunkan model pembelajaran Make A Match dalam melaksanakan kegiatan belajar menngajar sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi yang memberikan pengetahuan dan pengalaman bagi siswa tentang cara berdiskusi dalam model pembelajaran Make A Match dan Humbered Head Together (NHT).

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Adilzas, (2009), Sistem Ekskresi.

http://smpn9depok.wordpress.com/2009/10/17/sistem-ekskresi-sistem-pengeluaran/

(Diakses 10 Januari 2013)

Andayani, (2007), Model Pembelajaran Kooperatif, Medan. http://www.yahoo.com (diakses 10 Januari 2012)

Arikunto, S., (2006), Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta.

Arikunto, S., (2010), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi 2010, Rineke Cipta, Jakarta.

Aryulina, D., Muslim, C., dan Manaf S., (2007), Biologi 2 SMA dan MA untuk Kelas XI, Esis, Jakarta.

D.A.Pratiwi, dkk., (2007), Biologi SMA Kelas XI, Erlangga, Jakarta. Fatirul, A.N., Cooperatif Learning, http:// Trimanjuniarso.wordpres.com

(diakses 12 januari 2013)

Ginnis, Paul., (2008), Trik dan Taktik Mengajar, Indeks, Jakarta. Herdian, (2009), Model Pembelajaran Make A Match.

http://gittafaolina.blogspot.com/2011/11/modelpembelajaran-kooperatif-tipe-makeamatch.html (diakses 5 juli 2013)

Istarani, (2011), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan. Lie, Anita., (2010), Cooperatif Learning Memperaktekkan Cooperatif

Learning di Ruang-ruang Kelas, P.T. Grasindo, Jakarta.

(47)

Nurhayati, N., (2010), Bank Soal Biologi Untuk SMA/MA, Yrama Widya, Bandung.

Partin, R.L., (2009), Kiat Nyaman Mengajar Di Dalam Kelas Jilid 1 Edisi Kedua, Indeks, Jakarta.

Prananda, V., (2006), Perbandingan Model Pembelajaran Make A Match Dengan Numbered Head Together (NHT) Pada Sub Pokok Sistem Indra Manusia Di Kelas XI IPA SMAN 1 Percut Sei Tuan Tahun Pembelajaran 2009/2010, Skripsi FMIPA, UNIMED, Medan. Priadi, Arif., (2007), Biologi SMA Kelas XI, Yudhistira, Jakarta.

Rayani, S., (2006), Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa Pada Materi Sel Di Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Pancur Batu, Skripsi FMIPA, UNIMED, Medan

Sanjaya, Wina., (2008), Strategi Pebelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana, Jakarta.

Slameto, (2001), Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara, Jakarta. Sudjana, (2005), Metode Statistika, Tarsito, Bandung.

Suryosubroto, B,. (2007), Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Tarmizi, (2008). Pembelajaran Kooperatif Make a Match

http://tarmizi.wordpress.com/2008/13/03/pembelajaran-kooperatif make-a-match/ (diakses 12 Januari 2013)

Trianto, (2011), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana, Jakarta.

Gambar

Tabel 2.2 Langkah- langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Gambar 2.1. Sistem Ekskresi Manusia (Adilsaz,2009)
Gambar 2.2. Penampang kulit manusia (Adilsaz,2009)
Gambar 2.3. Struktur ginjal pada manusia (Adilzas, 2009)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap ini guru melakukan penilaian terhadap siswa. Penilaian yang dilakukan disini adalah penilaian aktivitas dan hasil belajar. Untuk aktivitas, penilaian yang

Ekstrak etanol rimpang jahe diuji terhadap Staphylococcus aureus untuk mendapatkan konsentrasi yang dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dengan diameter zona

Telah disusun rancangan sistem kendali karakteristik CPO selama pengaliran yaitu (A) kendali pengaliran pada kondisi isotermal pada suhu tertentu (dipilih di antara suhu

Peneliti juga berterimakasih bagi dosen pembimbing dan dosen-dosen pengajar yang dari awal memberika ide dan dukungan dalam penyusunan skripsi Maskulinitas Pemimpin Perempuan

Kartel Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Peraturan

Dalam perencanaan dan penyususnan Laporan Akhir yang berjudul “Implementasi IP Camera Untuk Monitoring Ruang Teori dan Lab Praktikum Berbasis Web Server di

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 31, 32, 33 dan 34 Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional dan Pasal 467 ayat (3)

The study used purposive random sampling method by taking and observation of mangrove vegetation and density of molluscs and measurement of water quality parameters.. Data