MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK Page i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... i
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Maksud & Tujuan ... 2
1.3 Ruang Lingkup Materi ... 2
BAB II TEORI DASAR ... 3
2.1 Sistem Akutansi Sektor Publik ... 3
2.1.1 Definisi Sistem Akuntansi ... 3
2.1.2 Akuntansi Anggaran ... 3
2.1.3 Akutansi Dana ... 3
2.1.4 Akuntansi Komitmen ... 4
2.1.5 Akuntansi Akrual–Sistem Akuntansi Pemerintahan Berbasis Adaptasi Ipsas ... 4
2.2 Penerapan Sistem Akuntansi Di Indonesia ... 5
2.2.1 Manual Akuntansi Keuangan Daerah ... 8
2.2.2 Kontroversi Sistem Akuntansi ... 9
2.3 Metodologi Akuntansi ... 9
2.3.1 Penalaran Deduktif ... 9
2.3.2 Pendekatan Induktif ... 10
BAB IIIPEMBAHASAN ... 12
3.1 Tantangan Profesi Akuntan Indonesia Menuju Tahun 2020 ... 11
3.2 Standar Akuntansi Internasional Pacu Investasi RI ... 13
BAB IV KESIMPULAN ... 16
4.1 Kesimpulan ... 16
UTS S PTROU Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada tahun 1950-an dan 1960-an sektor publik memainkan peran penting
sebagai pembuat dan pelakssana strategi pembangunan. Pada tahun 1952, istilah
sektor publik pertama kali digunakan secara resmi, dimana sektor publik dikaitkan
dengan bagian dari manjemen ekonomi makro yang terkait dengan pembangunan
dan lembaga pelakssana pembangunan.
Setelah datang banyak kritikan dan serangan dari teori perkembangan
radikal, di negara-negara indusri sektor publik mengalami reformasi. Reformasi
tersebut tampak dalam adopsi New Public Management (NPM) dan reinventing
govermentdi banyak negara terutama Anglo-Saxon. Dengan adanya perubahan pada
sektor tersebut, terjadi pula perubahan pada akuntansi sektor publik. Contohnya
perubahan sistem akuntansi dari akuntansi berbasis kas menjadi akuntansi berbasis
akrual. Pemerintah New Zeland yang dianggap berhasil dalam menerapkan akuntansi
berbasis akrual telah mengadopsi sistem akuntansi tersebut sejak tahun 1991.
Kini muncul isu bahwa akuntansi sektor publik di negara berkembang
mengalami kebangkrutan. Namun hal tersebut dapat disangkal dengan negara-negara
yang memiliki kepercayaan publik tinggi seperti Malaysia, Taiwan, Thailand dan
Korea Selatan.
Kontribusi sektor publik dapat memantau pembangunan nasional dan
stabilitas publik. Oleh karena itu perbaikan kinerja sektor publik terus dilakukan agar
UTS S PTROU Page 2
sektor publik, akuntansi publik pun ikut berkembang dengan pesat. Hal ini tampak
pada dua dasawarsa terakhir, istilah “akuntabilitas publik,value for money, reformasi sektor publik, privatisasi, good publik governance.” yang begitu cepat masuk ke
kamus sektor publik.
Isu-isu sektor publik masih terus bermunculan misalnya isu perlunya
dilakukan reformasi akuntansi, auditing, sistem manajemen keuangan pubik,
privatisasi perusahaan-perusahaan publik, dan tuntutan dibuatnya laporan laporan
keungan eksternal.
1.2 Maksud & Tujuan
Maksud dari pembuatan makalah ini untuk mengetahui Akutansi Keuangan Sektor
Publik serta bertujuan untuk pengembangan ilmu bagi para mahasiswa/i :
1. Mahasiswa/i mengetahui tujuan pembuatan laporan keuangan.
2. Mahasiswa/i mengetahui tingkat teori akutansi.
3. Mahasiswa/i mengetahui metodologi akutansi
1.3 Ruang Lingkup Materi
Pembahasan dalam makalah ini untuk mengetahui interpretasi akuntansi
keuangan sektor publik pada perkembangan “Tentang Profesi Akuntan Indonesia
UTS S PTROU Page 3
BAB II
TEORI DASAR
2.1 Sistem Akutansi Sektor Publik
2.1.1 Definisi Sistem Akuntansi
Sistem akuntansi, (Haward F. Slettler dalam Baridwan, 1971) adalah
formulir-formulir, catatan-catatan, prosedur-prosedur,dan alat-alat yang digunakan
untuk mengolah data mengenai usaha suatu kesatuan ekonomis dengan tujuan untuk
menghasilkan umpan balik dalam bentuk laporan-laporan yang diperlukan oleh
manajemen untuk mengawasi usahanya, dan bagi pihak-pihak lain yang
berkepentingan seperti pemegang saham, kreditur, dan lembaga-lembaga pemerintah
untuk menilai hasil operasi.
2.1.2 Akuntansi Anggaran
Akuntansi anggaran merupakan teknik akuntansi untuk mencatat
transaksi-transaksi yang terdapat pada anggaran mulai dari saat anggaran disahkan,
dialokasikan, dilaksanakan/ direalisasikan sampai ditutup pada akhir tahun anggaran
serta pertanggungjawaban dan pengendalian manajemen yang digunakan untuk
membantu pengelolaan pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan
2.1.3 Akutansi Dana
Akuntansi Dana merupakan sistem akuntansi yang sering digunakan oleh
organisasi-organisasi nirlaba dan institusi sektor publik. Sistem tersebut merupakan
metode pencatatan dan penampilan entitas dalam akuntansi seperti aset, dan
!" #" $" %" #U&T"&S'#() "& *"& S(# PTROU+ $' # Page 4
dana umumnya digunakan pada organisasi-organisasi nirlaba dan sektor publik yang
umumnya membutuhkan metode pelaporan khusus neraca akhir yang dapat
menunjukkan arus pengeluaran keuangan organisasi tersebut secara jelas. Metode
pelaporan tersebut berbeda dengan laporan neraca akhir yang biasa digunakan oleh
sektor bisnis yang menekankan pada nilai keuntungan ataupun kerugian yang
diperoleh organisasi tersebut dalam suatu periode akuntansi tertentu. Terdapat dua
jenis dana yang digunakan pada organisasisektor publicyaitu :
a. Dana yang dapat dibelanjakan (expendable fund) digunakan untuk mencatat
nilai aktiva, utang, perubahan aktiva bersih, dan saldo yang dapat
dibelanjakan untuk kegiatan yang bertujuan mencari laba. Jenis akuntansi ini
digunakan pada organisasi pemerintah (governmental funds).
b. Dana yang tidak dapat dibelanjakan (nonexpendable) untuk mencatat
pendapat biaya, aktiva, utang, dan modal untuk kegiatan yang sifatnya
mencari laba. Jenis akuntansi ini digunakan pada organisasi bisnis
(proprietary).
2.1.4 Akuntansi Komitmen
System akuntansi komitmen adalah system akuntansi yang dijadikan dasar
pengambilan keputusan (komitmen) manajemen oprasional. Sitem akuntansi
komitmen dipergunakan untuk pengendalian anggaran belanja organisasi. Akibatnya
system akuntansi komitmen (comiment accounting) sering diimplementasikan
sebagai sub system. Fungsi utama pada system ini adalah pengendalian anggaran,
,- .- /- 0- .U1T-1S2.34 -1 5-1 S3. PTROU6 /2 . Page 5
2.1.5 Akuntansi Akrual–Sistem Akuntansi Pemerintahan Berbasis Adaptasi
Ipsas
System akrual merupakan system yang paling modets. Keberhasilan new
Zealand menerapakan akuntansi akrual telah menyebabkan berbagai perubahan
manajemen sektor public. Salah satu usaha untuk menerapkan akuntansi akrual
diindonesia adalah penerbitan manual akuntansi keuangan pemerintah daerah
(MAKUDA) – 2001 (bastian 2001). Orientasi basis akrual telah dinyatakan secara
tegas dibagian tujuan manual sebagai berukut ;
a. Sebagai pedoman, agar terdapat suatu pedoman, penafsiran atau
panduan yang jelas bagi aparat yang berkecimbung keuangan daerah dalam
menerapkan SAK dan SKAP.
b. Fungsi manajemen, agar fungsi manajemen keuangan daerah dapat
diselenggarakan dengan baik, transparan dan lebil akuntabel.
c. Penyajian laporan keuangan, agar tahapan dalam penyajian laporan
keuangan dapat diselenggarakan dengan baik oleh pemerintah daerah.
d. Keseimbangan transparansi dan akuntabilitas.
e. Sebagai alat pengendalian / pengawasan dan pemeriksaan
2.2. Penerapan Sistem Akuntansi Di Indonesia
Perkembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia sangat lamban dalam
merespons tuntutan perkembangan zaman. Akuntansi pemerintahan di Indonesia juga
belum berperan sebagai alat untuk meningkatkan kinerja birokrasi. pemerintah dalam
memberikan pelayanan publik kepada masyarakat. Pada periode lama, output yang
dihasilkan oleh akuntansi pemerintahan di Indonesia sering tidak akurat, terlambat,
78 98 :8 ;8 9U<T8<S=9>? 8< @8< S>9 PTROUA := 9 Page 6
Malah, segala kekurangan ada dalam akuntansi pemerintahan pada periode tersebut
sering menjadi ladang yang subur untuk tumbuhnya praktek-praktek KKN.
Namun demikian, pada dasawarsa terakhir yang berkulminasi
diundangkannya tiga paket keuangan negara, terdapat dorongan yang kuat untuk
memperbaharui akuntansi pemerintahan di Indonesia.
Pengembangan Sistem Akuntansi Pemerintah sudah beberapa kali dilakukan
perubahan dan penyempurnaan dengan heberapa kali dikeluarkannya
peraturan-peraturan pemerintah khususnya Keputusan Menteri Keuangan. Pengembangan dan
implementasi Sistem Akuntansi Pemerintah dapat kita telusuri sejak dikeluarkannya
Keputusan Menteri Keuangan RI Nomar 476/ KMK.01/1991 pada tanggal 21 Mei
1991 tentang Sistem Akuntansi Pemerintah, sampai pada tahun 2005, Menteri
Keuangan mengeluarkan Peraturan Nomor 59/PMK.06/2005 tentang Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.
Sejarah teori dan praktek akuntansi di Indonesia menunjukkan bahwa
sebelum pendidikan akuntansi diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1950¬an, pada
masa itu hanya dikenal tata buku warisan Belanda yang disebut sistem continental.
Akibat perubahan hubungan politik dengan Belanda, banyak guru besar
berkebangsaan Belanda kembali ke negerinya. Hal ini berakibat adanya perubahan
kurikulum pendidikan akuntansi dan sistem continental ke sistem Anglo Saxis
(sistem Amerika). Perkembangan selanjutnya, ternyata akuntansi keuangan untuk
sektor swasta maju pesat, sedangkan akuntansi di sektor pemerintah masih mengikuti
konsep-konsep yang diterapkan sejak zaman Belanda.
Meskipun ada perbaikan dalam akuntansi pemerintah di atas,
penyempurnaan yang bersifat mendasar belum pernah dilakukan, sedangkan sistem
BC DC EC FC DUGTCGSHDIJ CG KCG SID PTROUL EH D Page 7
1. Pada Pemerintah, sebagian aktivitasnya dibiayai melalui anggaran yang
setiap tahun ditetapkan dengan undang-undang. Pencatatan pelaksanaan
anggaran tersebut terpisah-pisah dan tidak terpadu karena berdasarkan
sistem tata buku tunggal (single entry bookeping). Akuntansi yang
terpisah-pisah tersebut semakin mengakibatkan pelaporannya menjadi tidak
bersesuaian satu dengan yang lain karena tidak menggunakan bagan
perkiraan yang standar.
2. Pengelompokan perkiraan yang digunakan pemerintah dirancang hanya
untuk memantau dan melaporkan realisasi penerimaan dan pengeluaran
anggaran saja; tidak dirancang untuk menganalisis efektivitas pembia¬yaan
suatu program atau memberikan informasi yang cukup untuk pe¬ngendalian
pengeluaran suatu program.
3. Pada akuntansi aset tetap, kelemahannya selain tidak terintegrasi dengan
keuangannya juga dalam perencanaan maupun pelaksanaan anggaran tidak
dibedakan secara tegas antara belanja modal dan belanja operasional.
4. Penyusunan pertanggungjawaban pemerintah atas pelaksanaan APBN yang
dituangkan dalam bentuk Perhitungan Anggaran Negara (PAN) semula
berdasarkan Sumbangan Perhitungan Anggaran/SPA dari seluruh
Departemen atau Lembaga.
5. Tidak ada standar dan prinsip akuntansi pemerintah untuk menjaga
kewajaran dan keseragarnan perlakuan akuntansi dan pelaporan keuangan
pernerintah.
6. Khusus dalam pengelolaan keuangan Negara, semakin tahun jumlah APBN
yang harus dikelola semakin besar dan masalah yang harus ditangani
MN ON PN QN OURTNRSSOTU NR VNR STO PTROUW PS O Page 8
akuntansi pemerintah yang lama tersebut terdapat banyak kelemahan. Hal ini
berakibat pada praktek akuntasi pemerintah yang belum mampu memberikan
informasi yang sesuai dengan peningkatan transaksi keuangan negara yang
semakin kompleks. Praktek akuntansi pemerintah hanya dapat memenuhi
tujuan pertanggungjawaban, namun tidak menyediakan informasi yang cukup
untuk kepentingan manajerial.
2.2.1 Manual Akuntansi Keuangan Daerah
Tahun 1981, pemerintah daerah telah melakukan pelaporan keuangan yang
disebut perhitungan anggaran dan nota perhitungan anggaran. Berjalannya waktu dan
jaman terdapat pertentangan akuntabilitas publik. Berbasis kas dan berdasarkan
budgetary accounting, sistem ini mengakomodasi kepentingan manjemen
pemerintahan daerah namun gagal memenuhi akuntabilitas public.
Dalam sistem MAKUDA 1981 dijelaskan bahwa proses pencatatan dan
pelaporan keuangan sebenarnya telah dilakukan. Transaksi keuangan harus disertai
bukti dan dipertanggungjawabkan pertransaksi melalui SPJ (Surat
Pertanggungjawaban). Perhitungan anggaran dilakukan di bagian keuangan
pemerintah daerah biasanya ditandatangani oleh kepala sub bagian pembukuan.
Kondisi menyebabkan pelaporan keuangan daerah dianggap sebagai laporannya
bagian keuangan daripada laporan keuangan pemerintah daerah.
Pelaksanaan anggaran belanja daerah secara garis besar sebagai berikut :
a. . Penyusunan dan penetapan DIKDA dan DIPDA (Daftar Isi Proyek
Daerah).
b. Penetapan pejabat yang member wewenang menandatangani Surat Keputusan
Otorisasi (SKO).
c. Surat Permintaan Pembayaran (SPP) diajukan oleh bendaharawan kepada
XY ZY [Y \Y ZU]TY]S^Z_` Y] aY] S_Z PTROUb [^ Z Page 9
SKO/DIKDA/DIPDA yang telah diterima untuk kepentingan pengendalian
dan pelaksanaan APBD.
d. Surat Perintah MembayarUang (SPMU) diajukan untuk menjaga keamanan
uang dengan menerbitkan SPMU yang ditandatangani pejabat atas nama
kepala daerah yang ditunjuk dengan Surat Keputusan.
e. Surat Pertanggungjawaban (SPJ) pengelola keuangan daerah
mempertanggungjawabkan pelaksanaan pengurusan keuangan daerah
melalui SPJ
2.2.2 Kontroversi Sistem Akuntansi
Pelaksanaan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP)dan Sistem
Akuntansi Pengendalian Anggaran (SAPA) dan Sistem Akuntansi Pengendalian
Anggaran (SAPA) menghadapi permasalahan-permasalahan sebagai berikut :
a. Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
Untuk memperoleh laporan yang handal dan tepat waktu transaksi dilakukan
secara sentralisasi di BAKUN. Pemprosesan dilakukan dengan computer
maka diperlukan konsistensi dalam pemberian kode perkiraan dan perlakuan
akuntansinya. Namun adapun kendala–kendala yang dihadapi seperti :
Tidak konsistensinya dalam pemberian kode-kode rekening dan perlakuan
akuntansi
• Klasifikasi dan kodifikasi yang tidak sesuai dengan system akuntansi.
• Perlu waktu dalam menyempurnaan sub-sub sistem yang menghasilkan input data dalam sistem akuntansi pemerintah.
• Masalah langkanya kemampuan SDM yang menguasai akuntansi dan computer.
• Adanya beberapa instansi masih belum welcome dengan adanya sistem akuntansi pemerintah, karena selama ini tidak pernah dilibatkan dalam
penyusunan pertanggungjawaban keuangan
b. Sistem Akuntansi Pemerintahan Daerah
Adapun kendala yang dihadapi meliputi :
• Sistem Akuntansi dan Pengendalian Anggaran (SAPA) yang disusun oleh rezim lama untuk pemerintah daerah, tidakapplicable
cd ed fd gd eUhTdhSiejk dh ldh Sje PTROUm fi e Page 10
waktu untuk melaksanakan sosialisasi yang efektif kepada Pemerintah Daerah
yang dapat dilaksanakan dalam tahun anggaran 2001
2.3 Metodologi Akuntansi
2.3.1 Penalaran Deduktif
Metode penalaran deduktif dalam akuntansi adalah proses yang bermula
dengan tujuan dan postulat, yang dari sini diturunkan prinsip-prinsip logis yang
memberikan landasan bagi penerapan yang konkret dan praktis. Jadi, aturan atau
penerapan praktis berasal dari penalaran logis, postulat dan prinsip yang ditarik
secara logis seharusnya tidak hanya mendukung atau berusaha menjelaskan
kelaziman akuntansi atau praktek yang sekarang telah diterima.
2.3.2 Pendekatan Induktif
Proses induktif meliputi penarikan kesimpulan umum dari pengamatan dan
pengukuran yang terinci. Pendekatan induktif tidak dapat dipisahkan dari pendekatan
deduktif, karena pendekatan deduktif memberikan petunjuk pemilihan data yang
akan ditelaah.
Dalam akuntansi, proses induktif melibatkan pengamatan data keuangan
perusahaan. Jika terdapat hubungan yang berulang-ulang, maka generalisasi dan
prinsip dapat dirumuskan, sehingga ide dan prinsip yang baru dapat ditemukan,
khususnya bila pengamatan tidak dipengaruhi oleh prinsip dan praktek yang berlaku.
Misalnya pengamatan terhadap sejumlah perusahaan dapat dibuktikan
kecenderungan historis dari penjualan masa lalu merupakan alat ramal yang lebih
baik untuk kas yang akan diterima dari pelanggan pada masa yang akan datang
ketimbang catatan kas yang sesungguhnya diterima pada masa lalu karena adanya
tenggang waktu dalam proses penagihannya.
Keunggulan pendekatan induktif adalah tidak perlu dibatasi oleh model atau
struktur yang ditetapkan terlebih dahulu. Para peneliti bebas mengadakan
pengamatan yang dianggap relevan, generalisasi atau prinsip yang telah dirumuskan
harus ditegaskan dengan proses logis pendekatan deduktif dan pembuktian
kesimpulan.
Kelemahan utama prosesi induktif adalah bahan pengamat mungkin dipengaruhi oleh
ide-ide di bawah sadar mengenai hubungan apa yang relevan dan data apa yang harus
no po qo ro pUsTosStpuv os wos Sup PTROUx qt p Page 11
Kesulitan pendekatan induktif dalam akuntansi adalah data mentah mungkin
berbeda bagi setiap perusahaan, yang mungkin hubungannya berbeda sehingga sulit
menarik generalisasi dan prinsip-prinsip dasar. Misalnya hubungan antara total
pendapatan dan harga pokok penjualan mungkin konstan terus untuk beberapa
perusahaan, tetapi hal ini bukan berarti konsep laba kotor historis merupakan
pengukuran yang baik untuk meramalkan operasi suatu perusahaan pada masa datang
yz {z |z }z {U~Tz~S{ z~ z~ S{ PTROU | { Page 12
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Tantangan Profesi Akuntan Indonesia Menuju Tahun 2020
Akuntan Indonesia kini menghadapi berbagai tantangan baru, baik
tantangan yang datang dari dalam profesi maupun dari luar profesi. Dari dalam
profesi tantangannya berupa banyaknya standar-standar baru yang harus diterapkan.
Sejalan dengan konvergensi IFRS dan ISA, serta pronouncement lainnya yang
diterbitkan IFAC, maka organisasi akuntan Indonesia terus menerus melakukan
adopsi standar-standar tersebut, melakukan pendidikan kepada akuntan, serta .
melakukan sosialisasi kepada masyarakat, perguruan tinggi, industri, dsb.
Tantangan dari luar profesi datang dari berbagai pihak, mencakup tantangan
meningkatnya tuntutan governance dari pihak pemakai jasa akuntan, regulasi yang
lebih ketat oleh pemerintah, serta tantangan menjaga kepercayaan pemerintah
ditengah-tengah masih sedikitnya jumlah akuntan publik di Indonesia.
Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini, semakin banyak
investasi ditempatkan di Indonesia, baik oleh investor dalam negeri maupun luar
negeri. Demikian juga kredit perbankan tumbuh secara positif. Pada saat investasi
dan kredit perbankan bergerak positif maka semakin tinggi tuntutan kepada akuntan
untuk menegakkan governance. Akuntan dipadang sebagai salah satu pihak yang
sangat kompeten untuk menjaga risiko investasi dan perkreditan dari investor atau
kreditur. Kemudian, masih sejalan dengan tuntutan governance tersebut, pemerintah
Indonesia kini aktif membuat peraturan untuk profesi akuntan publik. Pembatasan
UT S S PTROU Page 13
dibuat untuk memenuhi tuntutan governance di satu sisi, namun disisi lain
menjadikan profesi akuntan penuh dengan aturan.
Di sisi lain, tantangan juga timbul dari kepercayaan pemerintah pada
akuntan publik yang merencanakan pada masa datang laporan audit diakui sebagai
dasar perhitungan pajak oleh dirjen pajak. Tentu saja jika wacana ini dilaksanakan
maka akan semakin besar peluang pasar jasa akuntan publik di Indonesia. Tantangan
dari wacana pemerintah ini adalah jumlah akuntan publik masih sedikit. Saat ini
jumlah akuntan publik baru 1100 orang dan jumlah KAP baru 400 kantor. Tentu
jumlah ini sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah perusahaan sebanyak 16.000
dan penduduk Indonesia 240 Juta jiwa.
Per 31 Juli 2010, menurut data Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), ada 8.832
anggota perorangan organisasi tersebut, 1.407 di antaranya adalah akuntan publik
sementara 3.680 adalah akuntan yang bekerja di sektor publik.
Saat ini Indonesia sedang mempersiapkan sistem laporan keuangan perusahaan yang
berkiblat pada standar internasional atau International Financial Reporting Standards
(IFRS) yang akan diberlakukan mulai Januari 2012.
Pertama, pemerintah perlu memperhatikan dan mengusahakan pendidikan
bagi akuntan dan menambah jumlah akuntan secara berkelanjutan demi menjaga
sistem akuntansi yang ditetapkan. “Pendidikan yang diberikan perlu disesuaikan
dengan perkembangan sistem akuntansi, termasuk bagaimana meningkatkan
kemampuan para akuntan yang sudah bekerja saat ini mengingat standar akuntasi dan
pemeriksaan keuangan terus berubah,” kata Samia.Kedua, menerapkan aturan
akuntansi, sesuai dengan Undang-undang yang disahkan, khususnya bagi perusahaan
publik dan perusahaan yang tercatat dalam pasar modal. Rekomendasi ketiga adalah
UTS S PTROU Page 14
keuangan lama menjadi sistem IFRS perlu dipahami oleh manajemen perusahaan dan
badan pengawas laporan keuangan yaitu Bank Indonesia dan Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK).
3.2 Standar Akuntansi Internasional Pacu Investasi RI
Bank Dunia (World Bank) menyatakan pelaporan keuangan yang sesuai
dengan standar internasional meningkatkan iklim investasi di Indonesia.“Dengan
selarasnya standar audit dan pelaporan finansial Indonesia dengan
standar-standar internasional, para investor asing dapat memperloleh laporan keuangan yang
lebih kokoh dari perusahaan-perusahaan Indonedia. Hal ini akan mendorong
peningkatan iklim investasi di Indonesia,” jelas Kepala Perwakilan Bank Dunia
untuk Indonesia Stefan Koeberle di Jakarta, Senin (14/11).
Lebih jauh Stefan mengatakan, sebagai salah satu negara anggota G-20,
Indonesia selalu menjadi perhatian dunia. “Penerapan kode-kode dan standar-standar
yang diakui internasional, termasuk standar pelaporan keuangan internasional, akan
memperkuat arsitektur finansial Indonesia,” tukasnya.
Laporan tersebut merekomendasikan beberapa hal untuk makin
meningkatkan infrastruktur audit dan akuntasi, antara lain pembaruan kerangka
kebijakan dan penyelarasan sepenuhnya dengan standar-standar audit dan kauntansi
internasional.
Selain itu, membangun kapasitas Ikatan Akuntansi Indonesia dan Institut
Akuntan Publik Indonesia, membangun kapasitas praktik audit skala kecil dan
menengah serta membangun kapasitas Bapepam-LK dan Bank Indonesia dalam
UTS ¡¢ £ S¡ PTROU¤ Page 15
Laporan Bank Dunia yang baru menyatakan bahwa kerangka akuntansi dan
audit Indonesia telah meningkat secara signifikan pada lima tahun terakhir. Laporan
akuntan publik di 2011 telah memberikan landasan hukum yang kuat bagi profesi
akuntan.
Laporan tersebut juga menyoroti bahwa Standar Akuntansi Nasional yang
lebih besar jumlahnya kini selaras dengan standar-standar pelaporan keuangan
Internasional
Bank Dunia mengatakan bahwa kerangka akuntansi dan audit Indonesia
telah meningkat secara signifikan dalam lima tahun terakhir dan telah selaras dengan
standar pelaporan keuangan internasional.
“Selarasnya standar-standar audit dan pelaporan keuangan Indonesia dengan
standar internasional, membuat para investor asing dapat memperoleh laporan
keuangan yang lebih kokoh dari perusahan-perusahaan Indonesia,” kata Kepala
Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia, Stefan Koeberle, di Jakarta, Senin.
Selain standar pelaporan keuangan internasional, katanya, standar akuntansi
nasional yang lebih besar jumlahnya kini juga telah selaras dengan undang-undang
akuntan publik 2011 yang telah memberikan landasan hukum yang kuat bagi profesi
akuntan.
Adapun laporan tersebut, menurut dia, merekomendasikan beberapa hal
untuk makin meningkatkan infrastruktur audit dan akuntansi, antara lain pembaruan
kerangka kebijakan, penyelarasan sepenuhnya dengan standar-standar audit dan
akuntansi international.
Selain itu juga membangun kapasitas ikatan akuntansi Indonesia dan institut
¥¦ §¦ ¨¦ ©¦ §UªT¦ªS«§¬ ¦ª ®¦ª S¬§ PTROU¯ ¨« § Page 16
menengah dan membangun kapasitas Bapepam-LK dan Bank Indonesia dalam
meninjau laporan-laporan keuangan, kata Koeberle.
Ia menambahkan sebagai salah satu negara anggota G-20, kondisi ekonomi
Indonesia selalu menjadi perhatian dunia.
“Hal ini akan mendorong peningkatan iklim investasi di Indonesia,” katanya.
Sementara Regional Manager, Financial Management Bank Dunia untuk
Kawasan Asia Timur dan Pasifik, Samia Msadek, mengatakan rekomendasi tersebut
dapat digunakan untuk menyiapkan suatu rencana aksi negara yang komprehensif
yang bertujuan untuk memperkuat kerangka kelembagaan audit dan akuntansi.
“Secara ideal, pengembangan berikutnya jangan sampai mengganggu
kemajuan yang telah dicapai oleh kerangkayang telah ada,” katanya.
Menurut Samia, penerapan rekomendasi-rekomendasi tersebut sebaiknya merupakan
proses kolaboratif antarbadan-badan pengatur sektor keuangan, profesi akuntansi dan
°± ²± ³± ´± ²UµT±µS¶²·¸ ±µ ¹±µ S·² PTROUº ³¶ ² Page 17
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
1. Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyajikan informasi mengenai
transaksi dan posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan
suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang disusun untuk
tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai.
2. Tingkat teori akuntansi ada 3 yaitu : Teori Sintaksis, Teori Interpretasional
(semantis) dan Teori Perilaku (pragmatik)
3. Adapun metodologi akutansi antara lain penalaran deduktif dan pendekatan
induktif. Teori induktif maupun deduktif bersifat deskriptif atau normatif.
Teori deskriptif berusaha menguraikan dan menjelaskan apa dan bagaimana
informasi keuangan disajikan serta dikomunikasikan kepada pemakai data
akuntansi. Teori normatif menjelaskan data apa yang seharusnya
DAFTAR PUSTAKA
Ridwan, iskandar diakses tgl 11 oktober (http://ridwaniskandar.files. Word press.com/2009/05/41-definisi-sistem-akuntansi.pdf)
Akuntansi Anggaran pada Pemerintahan ~ Laman Baca Kita diakses tanggal 11 Oktober http://lamanbaca.blogspot.com /2011/05/akuntansianggaranpada -pemerintahan.html#ixzz1a USANb91